Modul Sifat dan Operasi Gaya. Ir.Yoke Lestyowati, MT

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Modul Sifat dan Operasi Gaya. Ir.Yoke Lestyowati, MT"

Transkripsi

1 Modul Sifat dan Operasi Gaya Ir.Yoke Lestyowati, MT Konten E-Learning IDB 7in1 Terintegrasi PDITT 2015

2 BAB I SIFAT DAN OPEASI GAYA 1.1. Capaian Pembelajaran Umum 1. Mampu menggunakan teori gaya dengan bertanggungjawab sesuai dengan etika social, professional dan keilmuan 2. Mampu mengaplikasikan dan memanfaatkan teori gaya pada analisa struktur rangkan 3. Mampu memahami konsep gaya dan mengembangkannya Khusus 1. Mampu menggunakan prinsip prinsip operasi gaya dalam perhitungan 2. Mampu memahami dan menggunakan hasil perhitungan gaya 1.2. Diskripsi Singkat Gaya tidak dapat dirasakan ataupun dilihat tetapi gaya sangat berpengaruh terhadap suatu massa. Khususnya pengaruh pada sebuah bangunan dapat menimbulkan suatu pergerakan ataupun pergeseran yang dapat menyebabkan massa tersebut hancur. Dalam matematika gaya diidealisasikan sebagai suatu garis yang mempunyai besaran dan arah yang disebut vektor. Besaran gaya dinyatakan dalam satuan massa atau berat sedangkan dalam lukisannya dinyatakan dengan bantuan skala panjang 1.3. Sifat-Sifat Gaya Sifat-sifat gaya yang sangat diperlukan dalam analisa statika adalah : Gaya menyebabkan suatu benda atau massa bergerak atau diam. P P Gb Benda yang bergerak karena gaya P Gaya mempunyai besaran, arah dan titik tangkap atau titik bekerjanya gaya.

3 Besaran 4 satuan gaya P Titik tangkap O Gb Titik Tangkap (O), besaran dan arah gaya P Gaya mempunyai garis kerja gaya dengan panjang tak terhingga. Gaya P P Titik tangkap Gb Garis Kerja gaya P yang panjangnya tak terhingga Titik tangkap gaya dapat dipindahkan sepanjang garis kerja gaya, dengan syarat mempunyai arah dan besaran yang sama dengan gaya asalnya. Gaya P Titik tangkap setelah berpindah ke B Titik tangkap awal A Gb.1.4. Gaya P dengan titik tangkap awal A berpindah menjadi titik tangkap B

4 Gaya mempunyai sifat menarik (+) jika menyebabkan penampang menjadi lebih panjang dan sifat menekan (-) jika menyebabkan penampang memendek. Gaya P tarik (+) Gaya P tekan (-) Gb Gaya Tarik (+) dan Tekan (-) Gaya yang bekerja dengan mempunyai jarak tegak lurus terhadap garis kerja gaya terhadap suatu titik, dapat menyebabkan perputaran (momen) dititik tersebut yang disebut momen, dengan sifat tarik (+) jika searah jarum jam atau menyebabkan tarikan di serat bawah dengan sifat tekan (-) jika berlawanan jarum jam atau menyebabkan tekanan di serat bawah. titik tangkap gaya P lengan momen (e) gaya P titik pusat momen A garis kerja gaya P momen akibat gaya P terhadap A = M A = P.e Gb.1.6. Gaya yang menimbulkan momen (+) dan momen (-)

5 1.4. Operasi Gaya Gaya secara matematika dapat dijumlahkan maupun diuraikan baik secara grafis maupun analitis. Prinsip-prinsip operasi gaya dapat diuraikan secara garis besar sebagai berikut: Operasi Penjumlahan Gaya (esultan Gaya ) Secara Grafis Operasi penjumlahan secara grafis dapat dilakukan dengan bantuan bangun jajaran genjang (pararellogram) yang mempunyai dua buah sisi yang sejajar dan sama panjang. Untuk dapat melukiskan gaya yang mempunyai besaran dan arah diperlukan skala gaya dan skala panjang. Skala gaya adalah merupakan idealisasi besar gaya, dan skala panjang merupakan idealisasi dimensi atau ukuran sedemikian hingga menghasilkan suatu model seperti yang sebenarnya. Jika diketahui dua buah gaya P 1 = 100 kg dan P 2 = 300 kg maka untuk dapat melukiskan gaya-gaya P 1 dan P 2 serta jumlah resultan () dari kedua gaya tersebut adalah sebagai berikut: 1. Tentukan skala gaya, 1 : 100 (satu centimeter mewakili 100 kg). 2. Lukis gaya P 1 dan P 2 dalam skala yang sudah ditentukan. 3. Perpanjang garis kerja P 1 dan P 2 sedemikian hingga berpotongan di suatu titik Q. 4. Pindahkan titik tangkap P 1 dan P 2 ke titik potong Q sesuai dengan garis kerjanya masing-masing. 5. Lukis garis sejajar garis kerja P 1 melalui ujung gaya P 2 dan garis sejajar P 2 melalui ujung gaya P 1 sedemikian hingga berpotongan di titik T. 6. Hubungkan titik potong titik tangkap gaya P 1 dan P 2 (Q) dengan titik tangkap garis yang sejajar (T) yang merupakan arah kerja dan besaran (dalam skala) garis kerja resultan P 1 dan P Ukur dengan mistar panjang garis resultan dan kalikan dengan skala gaya, akan didapat besaran resultan atau jumlah P 1 dan P 2 sebenarnya (dalam satuan massa). P1 Titik potong Q Gb.1.7. Proses perpanjangan garis kerja dan penentuan titik potong

6 P1 Titik potong Q =P 1 +P 2 Titik potong T Gb Proses perpindahan titik tangkap dan penentuan resultan Jika diketahui tiga buah gaya atau lebih, maka untuk melukiskan gaya-gaya tersebut serta jumlah () dari ketiga gaya tersebut adalah seperti melukis dua buah gaya, yang selanjutnya resultan dua buah gaya pertama dijumlahkan dengan gaya selanjutnya, sehingga didapat resultan tiga buah gaya dan seterusnya seperti yang dijelaskan dalam gambar Tentukan skala gaya. 2. Lukis gaya P 1 dan P 2 dalam skala yang sudah ditentukan. 3. Perpanjang garis kerja P 1 dan P 2 sedemikian hingga berpotongan di suatu titik Q. 4. Pindahkan titik tangkap P 1 dan P 2 ke titik potong Q sesuai dengan garis kerjanya masing-masing. 5. Lukis garis sejajar garis kerja P 1 melalui ujung gaya P 2 dan garis sejajar P 2 melalui ujung gaya P 1 sedemikian hingga berpotongan di titik T. 6. Hubungkan titik potong titik tangkap gaya P 1 dan P 2 (Q) dengan titik tangkap garis yang sejajar (T) yang merupakan arah kerja dan besaran (dalam skala) garis kerja resultan P 1 dan P 2 ( 1 ). 7. Lukis garis sejajar garis kerja 1 melalui ujung gaya P 3 dan garis sejajar P 3 melalui ujung gaya 1 sedemikian hingga berpotongan di titik X. 8. Hubungkan titik potong titik tangkap gaya 1 dan P 3 (Z) dengan titik tangkap garis yang sejajar (X) yang merupakan arah kerja dan besaran (dalam skala) garis kerja resultan 1 dan P 3 ( 2 ). 9. Dan selanjutnya dilakukan proses yang sama antara 2 dan P 3 demikian seterusnya.

7 II I IV P1 II P1 IV Q Z I P4 P3 P3 T 1 =P 1 +P 2 III 2 = 1 +P 3 X III Gb.1.9. Lukisan penjumlahan 3 buah gaya atau lebih Dari uraian di atas dapat dilihat bahwa untuk mencari atau membuat lukisan resultan lebih dari dua buah gaya sangat banyak dan ruwet. Kondisi ini dapat disederhanakan jika kita lihat kronologis mendapatkan lukisan garis kerja resultan. Gambar 1.8 melukiskan garis kerja resultan yang merupakan penjumlahan dari P 1 dan P 2 yang didapat dengan melukiskan garis sejajar gaya-gaya yang akan dijumlahkan. Jika diamati ternyata garis kerja resultan merupakan garis penutup yang menghubungkan titik tangkap gaya P 1 dan ujung gaya P 2. Sedangkan pada gambar 1.9. juga menghubungkan titik tangkap gaya pertama dan ujung gaya terakhir. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa membuat lukisan resultan gaya dapat disederhanakan sebagai berikut : Dengan melukiskan gaya-gaya yang akan dijumlahkan secara menerus dengan menghubungkan ujung gaya pertama dengan titik tangkap gaya selanjutnya, demikian seterusnya hingga semua gaya-gaya yang akan dijumlahkan. esultan gaya-gaya tersebut akan didapatkan dengan menghubungkan titik tangkap gaya pertama (awal) dengan ujung gaya terakhir. Titik tangkap gaya resultan berimpit dengan titik tangkap gaya pertama sedangkan ujung gaya resultan berimpit dengan ujung gaya terakhir.

8 Lukisan ini disebut lukisan segi banyak gaya terbuka (Gambar 1.10) P1 P1 alternatif 1 P3 P3 P4 P4 P1 P3 P3 alternatif 2 alternatif 3 P1 P4 P4 Gb Lukisan resultan dalam beberapa alternatif Alternatif membuat lukisan resultan di atas menggambarkan bahwa urutan gaya yang dilukis bebas tidak ada ketentuan khusus selain disesuaikan dengan tempat atau lebar kertas yang digunakan untuk melukis. Jika gaya-gaya yang akan dijumlahkan atau dicari resultannya secara grafis satu sama lain sejajar maka metode yang digunakan adalah metode lukisan kutub yang menggunakan prinsip penguraian vektor dan prinsip penjumlahan di atas. (Gb. 1.11) 1. Tentukan skala gaya. 2. Tentukan skala jarak. 3. Lukis model dan kedudukan gaya. 4. Perpanjang garis kerja model gaya-gaya tersebut. 5. Lukis susunan segi banyak gaya terbuka. 6. Lukis resultan gaya ().

9 7. Tentukan titik sembarang sebagai titik pusat penguraian, disebut titik kutub O. 8. Hubungkan titik tangkap dan ujung semua gaya ke titik O dan didapat garisgaris penguraian gaya yang disebut jari-jari kutub dan beri notasi atau angka. 9. Pindahkan jari-jari kutub tiap-tiap gaya ke garis-garis kerja gaya tersebut. 10. Tentukan perpotongan jari-jari kutub resultan yang telah dipindahkan ke garis kerja gaya. 11. Pindahkan garis kerja resultan pada lukisan segi banyak gaya sedemikian rupa melalui perpotongan jari-jari kutubnya. Akan didapat letak, arah dan besaran garis kerja resultan gaya-gaya yang sejajar dengan cara lukisan kutub (grafis). Dibawah ini diketahui sebuah kasus dengan 4 gaya terpusat arah ke bawah dengan jarak dan besar gaya seperti yang tergambar di gb M 6 M 3 M P 2 = 200 Kg P 3 = 200 Kg P 4 = 300 Kg P 1 = 400 Kg Proses kegiatan 1-4 Proses kegiatan P P P 3 Lokasi garis kerja resultan Proses kegiatan 7-11 P 4 = P 1 +P 2 +P 3 +P 4

10 Operasi Penjumlahan Gaya (esultan Gaya ) Secara Analitis Penjumlahan gaya dapat dilakukan secara analitis dengan bantuan sumbu saling tegak lurus XOY sebagai acuan penjumlahan gaya arah vertikal dan arah horizontal. Untuk menghitung penjumlahan gaya (resultan) yang mempunyai sudut dapat dilakukan dengan rumus Phitagoras yaitu = X 2 + Y 2 Penempatan sumbu XOY dapat dilakukan dengan dua cara yaitu : (Gambar 1.12) a. Sumbu XOY diletakkan pada perpotongan garis kerja gaya yang akan dijumlahkan. b. Sumbu XOY ditempat di titik sembarang sekitar lokasi susunan gaya yang akan dijumlahkan. Y P 1Y P 1 Y P 1Y P 1 P 1X X P 1X X titik potong O P 2X P 2X P 2Y P 2 P 2Y P 2 Gb Proses penjumlahan Gaya-gaya yang membentuk sudut diuraikan dan diseragamkan sesuai dengan sumbu acuan yaitu XOY yang hanya mengenal gaya-gaya vertikal dan gaya-gaya horisontal. Untuk itu semua gaya yang akan dijumlahkan harus mempunyai bentuk vertikal dan horisontal sedangkan gaya yang tidak sesuai bentuknya, harus disesuaikan/disederhanakan menjadi gaya vertikal dan gaya horisontal. Gaya-gaya arah horisontal dijumlahkan menjadi resultan gaya horizontal ( H ) dan gaya-gaya arah vertikal menjadi resultan gaya vertikal ( V ). H = P 1X + P 2X +... P nx dan V = P 1Y + P 2Y +... P ny maka = ( H 2 + V 2 )

11 : Arah resultan dapat diketahui dengan menghitung sudut resultan, dengan cara Y+ P P 1 1Y P 1Y P 3 P 1X P 3Y P 3Y P 3X Y P 3X O X a X+ P 1X P 2X a arctg Y X P 2Y P 2Y P 2X X X1 X3 X2 Gb Analisa arah gaya resultan X4 P3 P1 P4 garis acuan Perkiraan letak resultan Gb Analisa resultan gaya Besar, arah dan letak resultan gaya sejajar dapat juga dihitung secara analitis dengan bantuan perbandingan jarak dan besar gaya (analisa momen) sebagai berikut: Hitung besar resultan gaya dengan cara penjumlahan aljabar () = P 1 + P 2 + P 3 + P 4 Tentukan letak garis acuan sebagai standard perhitungan jarak semua gaya (P dan ) terhadap garis acuan tersebut. Hitung jarak setiap gaya terhadap garis acuan (X 1, X 2, X 3, X 4 ). Analisa perbandingan gaya terhadap jarak, yaitu antara resultan terhadap jarak ke garis acuan dan gaya-gaya terhadap jarak ke garis acuannya (M)

12 Momen akibat gaya P 1 s/d P 4 adalah P 1 X 1 + P 2 X 2 +P 3 X 3 + P 4 X 4 Momen akibat gaya adalah : X Hitung jarak resultan terhadap garis acuan Jika jarak X 1 sampai dengan X 4 diketahui, P 1 s/d P 4 juga diketahui, maka dapat dihitung dan X juga terhitung dari persamaan momen akibat P dengan momen akibat, yaitu : P 1 X 1 + P 2 X 2 +P 3 X 3 + P 4 X 4 = X Σ P n.x n = X X = Σ P n.x n / Maka dapat diketahui besaran, letak dan arah dari resultan gaya-gaya tersebut Operasi Penguraian Sebuah Gaya (esultan Gaya ) Secara Analitis Penguraian sebuah gaya yang membentuk sudut menjadi dua buah gaya dengan cara analitis dapat dilakukan dengan menggunakan prinsip-prinsip matematika trigonometri yaitu sinus, cosinus dan tangen dimana pengertian sebuah gaya dapat diartikan gabungan beberapa gaya atau resultan. (Gambar 1.15) Penguraian sebuah gaya vertikal menjadi dua buah gaya sejajar yang sudah tertentu garis kerjanya, dapat dihitung dengan bantuan perbandingan jarak yaitu dengan prinsip momen. (Gambar 1.16) P sin a P a P cos a Gb Penguraian gaya bersudut menjadi dua buah gaya

13 X = P 1 X 1 + P 2 X 2 X1 X X2 = P 1 + P 2 Jika X dan diketahui, diketahui, dengan persamaan di atas dapat dihitung besar P 1 dan P 2 garis kerja P1 garis kerja Gb Penguraian gaya menjadi dua buah gaya sejajar Operasi Penguraian Sebuah Gaya (esultan Gaya ) Secara Grafis Penguraian gaya secara grafis banyak menggunakan prinsip-prinsip penjumlahan gaya secara grafis, tetapi prosesnya terbalik. Agar lebih mudah mengingat maka dianjurkan memahami prinsip penjumlahan gaya setiap akan melakukan penguraian gaya secara grafis. Penguraian sebuah gaya menjadi dua buah gaya mempunyai prinsip dasar yang harus dipenuhi antara lain : Menggunakan skala panjang dan skala gaya. Garis kerja gaya yang akan diuraikan dengan garis kerja gaya hasil penguraian selalu berpotongan di satu titik. Garis kerja gaya hasil penguraian harus tertentu. Segi banyak gaya yang diuraikan dan hasil penguraian merupakan lukisan tertutup untuk kesetimbangan dan terbuka untuk resultan. garis kerja P 1 Besaran P 1 garis kerja P 2 Besaran P 2 Dengan bantuan prinsip jajaran genjang maka garis kerja P 1 dipindahkan melalui titik tangkap gaya dan garis kerja P 2 dipindahkan melalui ujung gaya dan sebaliknya. Perpotongan garis kerja P 1 dan garis kerja P 2 akan menjadi batas besaran P 1 dan P 2

14 P 1 P 2 Perhatikan arah gaya penguraian, yaitu : 1. Gaya hasil penguraian (P 2 ), yang garis kerjanya melalui ujung gaya yang diuraikan (), arahnya saling bertemu. 2. Gaya hasil penguraian (P 1 ) yang garis kerjanya melalui titik tangkap gaya yang diuraikan () arahnya mengejar. Gb Penguraian sebuah gaya menjadi dua buah gaya P 1 dan P 2 Garis kerja P 1 Garis kerja P 1 Q Garis kerja P 2 Garis kerja 1 Z Garis kerja P 2 Garis kerja P 3 Garis kerja P 3 Sebuah gaya atau hasil penjumlahan beberapa gaya menjadi akan diuraikan menjadi 3 buah gaya yang garis kerjanya tertentu yaitu P 1, P 2 dan P 3. Seperti uraian di atas prinsip jajaran genjang akan digunakan untuk menguraikannya. Karena hanya dapat menguraikan menjadi 2 gaya saja, maka tiga gaya P 1, P 2 dan P 3 akan disederhanakan menjadi 2 buah gaya, yaitu 1 sebagai hasil penjumlahan 2 buah gaya dengan sisa gaya P Untuk menjadi dua buah gaya 1 dan P maka harus dipilh dua buah gaya yang akan digabungkan (misalkan P 1 dengan P 2 ) yaitu 1 = P 1 +P 2 maka sisanya P 3 Lukis perpotongan garis kerja dengan P3 (Z) Lukis perpotongan garis kerja gaya yang dijumlahkan menjadi 1 (Q) Hubungkan titik Z dan Q sebagai garis kerja 1 yang memenuhi persyaratan penjumlahan gaya yaitu antara gaya yang akan diuraikan () dan gaya hasil penguraian ( 1 dan P 3 ) atau sebaliknya. P 2 1 P 1 Proses penguraian menjadi 1 dan P 3 : Pindahkan dan lukis gaya yang akan diuraikan () dengan skala gaya. Pindahkan dan lukis garis kerja 1 melalui titik tangkap gaya (awal) dan P 3 melalui ujung gaya (terakhir). P 3 Hasil 2 proses tersebut adalah besaran dan arah 1 dan P 3. Sedangkan P 1 dan P 2 akan didapat dari penguraian 1 sebagai berikut : Pindahkan dan lukis garis kerja P 1 melalui titik tangkap gaya 1 dan P 2 melalui ujung gaya 1 Besaran dan arah P 1 dan P 2 dapat diketahui Gb Penguraian sebuah gaya menjadi tiga buah gaya P 1, P 2 dan P 3

15 Garis kerja P 1 Garis kerja P 2 Garis kerja Sebuah gaya atau hasil penjumlahan beberapa gaya menjadi akan diuraikan menjadi 2 buah gaya, yang garis kerjanya tertentu yaitu P 1 dan P 2 dan sejajar dengan garis kerja. Proses membuat lukisan kutub akan digunakan untuk menguraikannya tetapi dimulai secara terbalik yaitu membuat/menentukan dan melukis jari-jari kutub terlebih dahulu secara sembarang baru kemudian menentukan titik kutub secara tertentu tergantung daripada jari-jari kutub yang telah diasumsikan. Z 1 Q 2 3 Tentukan tiga titik sembarang masing-masing di garis kerja P 1, P 2 dan. Hubungkan ketiga titik tersebut (ZQ) sedemikian membentuk bangun segitiga. Garis terbentuk tersebut adalah jari-jari kutub. Jari-jari kutub 1 dan 2 merupakan penguraian garis kerja P 1 dan jari-jari kutub 2 dan 3 merupakan penguraian garis kerja P 2, sedangkan garis kerja terurai menjadi jari-jari kutub 1 dan 3 Gb Penguraian sebuah gaya menjadi dua buah gaya P 1 dan P 2 yang sejajar Latihan Soal a) Diketahui : P 1 = 100 kg ; arah vertikal ke bawah, berjarak 4 m dengan P 2 P 2 = 400 kg ; arah membentuk sudut 45 o berjarak 2 m terhadap P 3 P 3 = 500 kg ; arah vertikal ke bawah berjarak 6 m dari P 1 Ditanya : Hitung dan lukis resultan dari gaya-gaya tersebut di atas. Tentukan letak garis kerja resultan secara grafis dan analitis. (waktu 30 menit) b) Lukis hasil penguraian gaya dibawah ini menjadi gaya P 1, P 2 dan P 3 Garis kerja P 3 Gb Penguraian 1 gaya menjadi 3 gaya = 1000 kg Garis kerja P 2 Garis kerja P 1 (waktu 30 menit)

16 c) Hitung resultan gaya di bawah ini dengan cara grafis dan analitis serta bandingkan. Gb Penjumlahan 5 gaya menjadi 1 gaya 2000 kg 135 o 30 o 30 o 1000 kg 500 kg 1500 kg (waktu 30 menit) ANGKUMAN 1. Gaya adalah dilukiskan sebagai suatu garis yang mempunyai titik tangkap, besaran dan arah 2. Gaya mempunyai garis kerja dengan panjang tak terhingga dan arah yang sama dengan gaya itu sendiri 3. Gaya dapat dipindahkan sepanjang garis kerjanya dengan syarat mempunyai besaran dan arah yang sesuai dengan gaya aslinya 4. Operasi gaya dapat dilakukan baik secara analitis dengan bantuan sumbu XOY yang saling tegak lurus dan secara grafis dengan bantuan bangun jajaran genjang

Selain besaran pokok dan turunan, besaran fisika masih dapat dibagi atas dua kelompok lain yaitu besaran skalar dan besaran vektor

Selain besaran pokok dan turunan, besaran fisika masih dapat dibagi atas dua kelompok lain yaitu besaran skalar dan besaran vektor Selain besaran pokok dan turunan, besaran fisika masih dapat dibagi atas dua kelompok lain yaitu besaran skalar dan besaran vektor Besaran skalar adalah besaran yang hanya memiliki nilai saja. Contoh :

Lebih terperinci

BESARAN VEKTOR B A B B A B

BESARAN VEKTOR B A B B A B Besaran Vektor 8 B A B B A B BESARAN VEKTOR Sumber : penerbit cv adi perkasa Perhatikan dua anak yang mendorong meja pada gambar di atas. Apakah dua anak tersebut dapat mempermudah dalam mendorong meja?

Lebih terperinci

BESARAN VEKTOR. Gb. 1.1 Vektor dan vektor

BESARAN VEKTOR. Gb. 1.1 Vektor dan vektor BAB 1 BESARAN VEKTOR Tujuan Pembelajaran 1. Menjelaskan definisi vektor, dan representasinya dalam sistem koordinat cartesius 2. Menjumlahkan vektor secara grafis dan dengan vektor komponen 3. Melakukan

Lebih terperinci

BAB 1 BESARAN VEKTOR. A. Representasi Besaran Vektor

BAB 1 BESARAN VEKTOR. A. Representasi Besaran Vektor BAB 1 BESARAN VEKTOR TUJUAN PEMBELAJARAN 1. Menjelaskan definisi vektor, dan representasinya dalam sistem koordinat cartesius 2. Menjumlahan vektor secara grafis dan matematis 3. Melakukan perkalian vektor

Lebih terperinci

KESEIMBANGAN BENDA TEGAR

KESEIMBANGAN BENDA TEGAR KESETIMBANGAN BENDA TEGAR 1 KESEIMBANGAN BENDA TEGAR Pendahuluan. Dalam cabang ilmu fisika kita mengenal MEKANIKA. Mekanika ini dibagi dalam 3 cabang ilmu yaitu : a. KINEMATIKA = Ilmu gerak Ilmu yang mempelajari

Lebih terperinci

VEKTOR A. Vektor Vektor B. Penjumlahan Vektor R = A + B

VEKTOR A. Vektor Vektor B. Penjumlahan Vektor R = A + B Amran Shidik MATERI FISIKA KELAS X 11/13/2016 VEKTOR A. Vektor Vektor adalah jenis besaran yang mempunyai nilai dan arah. Besaran yang termasuk besaran vektor antara lain perpindahan, gaya, kecepatan,

Lebih terperinci

B.1. Menjumlah Beberapa Gaya Sebidang Dengan Cara Grafis

B.1. Menjumlah Beberapa Gaya Sebidang Dengan Cara Grafis BAB II RESULTAN (JUMLAH) DAN URAIAN GAYA A. Pendahuluan Pada bab ini, anda akan mempelajari bagaimana kita bekerja dengan besaran vektor. Kita dapat menjumlah dua vektor atau lebih dengan beberapa cara,

Lebih terperinci

2 Mekanika Rekayasa 1

2 Mekanika Rekayasa 1 BAB 1 PENDAHULUAN S ebuah konstruksi dibuat dengan ukuran-ukuran fisik tertentu haruslah mampu menahan gaya-gaya yang bekerja dan konstruksi tersebut harus kokoh sehingga tidak hancur dan rusak. Konstruksi

Lebih terperinci

KESEIMBANGAN BENDA TEGAR

KESEIMBANGAN BENDA TEGAR Dinamika Rotasi, Statika dan Titik Berat 1 KESEIMBANGAN BENDA TEGAR Pendahuluan. Dalam cabang ilmu fisika kita mengenal ME KANIKA. Mekanika ini dibagi dalam 3 cabang ilmu yaitu : a. KINE MATI KA = Ilmu

Lebih terperinci

A. Pendahuluan. Dalam cabang ilmu fisika kita mengenal MEKANIKA. Mekanika ini dibagi dalam 3 cabang ilmu yaitu :

A. Pendahuluan. Dalam cabang ilmu fisika kita mengenal MEKANIKA. Mekanika ini dibagi dalam 3 cabang ilmu yaitu : BAB VI KESEIMBANGAN BENDA TEGAR Standar Kompetensi 2. Menerapkan konsep dan prinsip mekanika klasik sistem kontinu dalam menyelesaikan masalah Kompetensi Dasar 2.1 Menformulasikan hubungan antara konsep

Lebih terperinci

Mekanika Rekayasa/Teknik I

Mekanika Rekayasa/Teknik I Mekanika Rekayasa/Teknik I Norma Puspita, ST. MT. Universitas Indo Global Mandiri Mekanika??? Mekanika adalah Ilmu yang mempelajari dan meramalkan kondisi benda diam atau bergerak akibat pengaruh gaya

Lebih terperinci

Kuliah keempat. Ilmu Gaya. Reaksi Perletakan pada balok di atas dua tumpuan

Kuliah keempat. Ilmu Gaya. Reaksi Perletakan pada balok di atas dua tumpuan Kuliah keempat Ilmu Gaya Reaksi Perletakan pada balok di atas dua tumpuan Tujuan Kuliah Memberikan pengenalan dasar-dasar ilmu gaya dan mencari reaksi perletakan balok di atas dua tumpuan Diharapkan pada

Lebih terperinci

1.1. Mekanika benda tegar : Statika : mempelajari benda dalam keadaan diam. Dinamika : mempelajari benda dalam keadaan bergerak.

1.1. Mekanika benda tegar : Statika : mempelajari benda dalam keadaan diam. Dinamika : mempelajari benda dalam keadaan bergerak. BAB I. PENDAHULUAN Mekanika : Ilmu yang mempelajari dan meramalkan kondisi benda diam atau bergerak akibat pengaruh gaya yang bereaksi pada benda tersebut. Dibedakan: 1. Mekanika benda tegar (mechanics

Lebih terperinci

Pertemuan I, II I. Gaya dan Konstruksi

Pertemuan I, II I. Gaya dan Konstruksi Pertemuan I, II I. Gaya dan Konstruksi I.1 Pendahuluan Gaya adalah suatu sebab yang mengubah sesuatu benda dari keadaan diam menjadi bergerak atau dari keadaan bergerak menjadi diam. Dalam mekanika teknik,

Lebih terperinci

BAB III PENGURAIAN GAYA

BAB III PENGURAIAN GAYA BAB III PENGURAIAN GAYA 3.1. Metode Penguraian Gaya Secara Grafis 1. Membagi sebuah gaya menjadi dua buah gaya yang konkruen Secara grafis dapat dilakukan dengan jajaran genjang gaya atau segitiga gaya.

Lebih terperinci

MODUL 1 STATIKA I PENGERTIAN DASAR STATIKA. Dosen Pengasuh : Ir. Thamrin Nasution

MODUL 1 STATIKA I PENGERTIAN DASAR STATIKA. Dosen Pengasuh : Ir. Thamrin Nasution STATIKA I MODUL 1 PENGETIAN DASA STATIKA Dosen Pengasuh : Materi Pembelajaran : 1. Pengertian Dasar Statika. Gaya. Pembagian Gaya Menurut Macamnya. Gaya terpusat. Gaya terbagi rata. Gaya Momen, Torsi.

Lebih terperinci

MODUL PERTEMUAN KE 2. MATA KULIAH : FISIKA TERAPAN (2 sks) Definisi Vektor, Komponen Vektor, Penjumlahan Vektor, Perkalian Vektor.

MODUL PERTEMUAN KE 2. MATA KULIAH : FISIKA TERAPAN (2 sks) Definisi Vektor, Komponen Vektor, Penjumlahan Vektor, Perkalian Vektor. Jurusan Teknik Sipil 15 MODUL PERTEMUN KE MT KULIH : FISIK TERPN ( sks) MTERI KULIH: Definisi Vektor, Komponen Vektor, Penjumlahan Vektor, Perkalian Vektor. POKOK BHSN: VEKTOR -1 DEFINISI VEKTOR Skalar

Lebih terperinci

Program Studi Pendidikan Matematika STKIP PGRI SUMBAR

Program Studi Pendidikan Matematika STKIP PGRI SUMBAR VEKTOR DAN SKALAR Materi pokok pertemuan ke I: 1. Vektor dan skalar 2. Komponen vektor 3. Operasi dasar aljabar vektor URAIAN MATERI Masih ingatkah Anda tentang vektor? Apa beda vektor dengan skalar? Ya,

Lebih terperinci

Ilmu Gaya : 1.Kesimbangan gaya 2.Superposisi gaya / resultante gaya

Ilmu Gaya : 1.Kesimbangan gaya 2.Superposisi gaya / resultante gaya Ilmu Gaya : 1.Kesimbangan gaya 2.Superposisi gaya / resultante gaya Pada bagian kedua dari kuliah Statika kita sudah berkenalan dengan Gaya yang secara grafis digambarkan sebagai tanda panah. Definisi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Diktat-elemen mesin-agustinus purna irawan-tm.ft.untar

BAB 1 PENDAHULUAN. Diktat-elemen mesin-agustinus purna irawan-tm.ft.untar BAB 1 PENDAHULUAN Elemen mesin merupakan ilmu yang mempelajari bagian-bagian mesin dilihat antara lain dari sisi bentuk komponen, cara kerja, cara perancangan dan perhitungan kekuatan dari komponen tersebut.

Lebih terperinci

A x pada sumbu x dan. Pembina Olimpiade Fisika davitsipayung.com. 2. Vektor. 2.1 Representasi grafis sebuah vektor

A x pada sumbu x dan. Pembina Olimpiade Fisika davitsipayung.com. 2. Vektor. 2.1 Representasi grafis sebuah vektor . Vektor.1 Representasi grafis sebuah vektor erdasarkan nilai dan arah, besaran dibagi menjadi dua bagian aitu besaran skalar dan besaran vektor. esaran skalar adalah besaran ang memiliki nilai dan tidak

Lebih terperinci

VEKTOR. Gambar 1.1 Gambar 1.2 Gambar 1.3. Liduina Asih Primandari, S.Si., M.Si.

VEKTOR. Gambar 1.1 Gambar 1.2 Gambar 1.3. Liduina Asih Primandari, S.Si., M.Si. VEKTOR 1 A. Definisi vektor Beberapa besaran Fisika dapat dinyatakan dengan sebuah bilangan dan sebuah satuan untuk menyatakan nilai besaran tersebut. Misal, massa, waktu, suhu, dan lain lain. Namun, ada

Lebih terperinci

Arahnya diwakili oleh sudut yang dibentuk oleh A dengan ketigas umbu koordinat,

Arahnya diwakili oleh sudut yang dibentuk oleh A dengan ketigas umbu koordinat, VEKTOR Dalam mempelajari fisika kita selalu berhubungan dengan besaran, yaitu sesuatu yang dapat diukur dan dioperasikan. da besaran yang cukup dinyatakan dengan nilai (harga magnitude) dan satuannya saja,

Lebih terperinci

Pengertian Momen Gaya (torsi)- momen gaya.

Pengertian Momen Gaya (torsi)- momen gaya. Pengertian Momen Gaya (torsi)- Dalam gerak rotasi, penyebab berputarnya benda merupakan momen gaya atau torsi. Momen gaya atau torsi sama dengan gaya pada gerak tranlasi. Momen gaya (torsi) adalah sebuah

Lebih terperinci

BAB II BESARAN VEKTOR

BAB II BESARAN VEKTOR BAB II BESARAN VEKTOR.1. Besaran Skalar Dan Vektor Dalam fisika, besaran dapat dibedakan menjadi dua kelompok yaitu besaran skalar dan besaran vektor. Besaran skalar adalah besaran yang dinyatakan dengan

Lebih terperinci

KULIAH MEKANIKA TEKNIK GAYA DAN BEBAN

KULIAH MEKANIKA TEKNIK GAYA DAN BEBAN KULIAH MEKANIKA TEKNIK GAYA DAN BEBAN by AgungSdy GAYA Gaya adalah suatu sebab yang mengubah sesuatu benda dari keadaan diam menjadi bergerak atau sebaliknya Gaya digambarkan sebagai Vektor yang memiliki

Lebih terperinci

DINAMIKA ROTASI DAN KESETIMBANGAN BENDA TEGAR

DINAMIKA ROTASI DAN KESETIMBANGAN BENDA TEGAR DINAMIKA ROTASI DAN KESETIMBANGAN BENDA TEGAR Fisika Kelas XI SCI Semester I Oleh: M. Kholid, M.Pd. 43 P a g e 6 DINAMIKA ROTASI DAN KESETIMBANGAN BENDA TEGAR Kompetensi Inti : Memahami, menerapkan, dan

Lebih terperinci

KHAIRUL MUKMIN LUBIS IK 13

KHAIRUL MUKMIN LUBIS IK 13 Fakultas Perikanan - KESETIMBANGAN Kondisi benda setelah menerima gaya-gaya luar SEIMBANG : Bila memenuhi HUKUM NEWTON I Resultan Gaya yang bekerja pada benda besarnya sama dengan nol sehingga benda tersebut

Lebih terperinci

BAB 2 ANALISIS VEKTOR

BAB 2 ANALISIS VEKTOR BAB ANALISIS VEKTOR A. Tujuan Umum Mahasiswa memahami pengertian vektor, operasi vektor, penjumlahan, pengurangan, perkalian dan kaedah aljabar vektor. B. Tujuan Khusus Mahasiswa dapat memahami konsep

Lebih terperinci

FIsika KTSP & K-13 KESEIMBANGAN BENDA TEGAR. K e l a s. A. Syarat Keseimbangan Benda Tegar

FIsika KTSP & K-13 KESEIMBANGAN BENDA TEGAR. K e l a s. A. Syarat Keseimbangan Benda Tegar KTSP & K-1 FIsika K e l a s XI KESEIMNGN END TEG Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami sarat keseimbangan benda tegar.. Memahami macam-macam

Lebih terperinci

Kuliah kedua STATIKA. Ilmu Gaya : Pengenalan Ilmu Gaya Konsep dasar analisa gaya secara analitis dan grafis Kesimbangan Gaya Superposisi gaya

Kuliah kedua STATIKA. Ilmu Gaya : Pengenalan Ilmu Gaya Konsep dasar analisa gaya secara analitis dan grafis Kesimbangan Gaya Superposisi gaya Kuliah kedua STATIKA Ilmu Gaya : Pengenalan Ilmu Gaya Konsep dasar analisa gaya secara analitis dan grafis Kesimbangan Gaya Superposisi gaya Pendahuluan Pada bagian kedua dari kuliah Statika akan diperkenalkan

Lebih terperinci

Mata Kuliah: Statika Struktur Satuan Acara Pengajaran:

Mata Kuliah: Statika Struktur Satuan Acara Pengajaran: Mata Kuliah: Statika Struktur Satuan Acara engajaran: Minggu I II III IV V VI VII VIII IX X XI Materi Sistem aya meliputi Hk Newton, sifat, komposisi, komponen, resultan, keseimbangan gaya, Momen dan Torsi

Lebih terperinci

STATIKA I. Reaksi Perletakan Struktur Statis Tertentu : Balok Sederhana dan Balok Majemuk/Gerbe ACEP HIDAYAT,ST,MT. Modul ke: Fakultas FTPD

STATIKA I. Reaksi Perletakan Struktur Statis Tertentu : Balok Sederhana dan Balok Majemuk/Gerbe ACEP HIDAYAT,ST,MT. Modul ke: Fakultas FTPD Modul ke: 02 Fakultas FTPD Program Studi Teknik Sipil STATIKA I Reaksi Perletakan Struktur Statis Tertentu : Balok Sederhana dan Balok Majemuk/Gerbe ACEP HIDAYAT,ST,MT Reaksi Perletakan Struktur Statis

Lebih terperinci

BAB II V E K T O R. Untuk menyatakan arah vektor diperlukan sistem koordinat.

BAB II V E K T O R. Untuk menyatakan arah vektor diperlukan sistem koordinat. .. esaran Vektor Dan Skalar II V E K T O R da beberapa besaran fisis yang cukup hanya dinyatakan dengan suatu angka dan satuan yang menyatakan besarnya saja. da juga besaran fisis yang tidak cukup hanya

Lebih terperinci

Gaya. Gaya adalah suatu sebab yang mengubah sesuatu benda dari keadaan diam menjadi bergerak atau dari keadaan bergerak menjadi diam.

Gaya. Gaya adalah suatu sebab yang mengubah sesuatu benda dari keadaan diam menjadi bergerak atau dari keadaan bergerak menjadi diam. Gaya Gaya adalah suatu sebab yang mengubah sesuatu benda dari keadaan diam menjadi bergerak atau dari keadaan bergerak menjadi diam. Dalam mekanika teknik, gaya dapat diartikan sebagai muatan yang bekerja

Lebih terperinci

Gambar solusi 28

Gambar solusi 28 Gambar solusi 27 Gambar solusi 28 Gambar solusi 29 Gambar solusi 30 Gambar solusi 31 Gambar solusi 32a Gambar solusi 32b Gambar solusi 32c Gambar solusi 40 Gambar soal no 27 Gambar soal no 28 Gambar soal

Lebih terperinci

BAB I BESARAN DAN SATUAN

BAB I BESARAN DAN SATUAN BAB I BESARAN DAN SATUAN A. STANDAR KOMPETENSI :. Menerapkan konsep besaran fisika, menuliskan dan menyatakannya dalam satuan dengan baik dan benar (meliputi lambang, nilai dan satuan). B. Kompetensi Dasar

Lebih terperinci

MODUL ILMU STATIKA DAN TEGANGAN (MEKANIKA TEKNIK)

MODUL ILMU STATIKA DAN TEGANGAN (MEKANIKA TEKNIK) MODUL ILMU STATIKA DAN TEGANGAN (MEKANIKA TEKNIK) PROGRAM KEAHLIAN TEKNIK GAMBAR BANGUNAN SMK NEGERI 1 JAKARTA 1 KATA PENGANTAR Modul dengan kompetensi menerapkan ilmu statika dan tegangan ini merupakan

Lebih terperinci

B a b 2. Vektor. Sumber:www.tallship.org

B a b 2. Vektor. Sumber:www.tallship.org a b 2 Vektor Sumber:www.tallship.org Pada bab ini, nda akan diajak untuk dapat menerapkan konsep besaran Fisika dan pengukurannya dengan cara melakukan penjumlahan vektor. Pernahkah nda mengarungi lautan

Lebih terperinci

Penjumlahan Vektor. Edisi Kedua. Untuk SMA kelas X. (Telah disesuaikan dengan KTSP)

Penjumlahan Vektor. Edisi Kedua. Untuk SMA kelas X. (Telah disesuaikan dengan KTSP) Penjumlahan Vektor Edisi Kedua Untuk SMA kelas X (Telah disesuaikan dengan KTSP) Lisensi Dokumen : Copyright 008 009 GuruMuda.Com Seluruh dokumen di GuruMuda.Com dapat digunakan dan disebarkan secara bebas

Lebih terperinci

TUGAS MAHASISWA TENTANG

TUGAS MAHASISWA TENTANG TUGAS MAHASISWA TENTANG o DIAGRAM BIDANG MOMEN, LINTANG, DAN NORMAL PADA BALOK KANTILEVER. o DIAGRAM BIDANG MOMEN, LINTANG, DAN NORMAL PADA BALOK SEDERHANA. Disusun Oleh : Nur Wahidiah 5423164691 D3 Teknik

Lebih terperinci

Geometri pada Bidang, Vektor

Geometri pada Bidang, Vektor Jurusan Matematika FMIPA Unsyiah September 9, 2011 Secara geometrik, vektor pada bidang dapat digambarkan sebagai ruas garis berarah (anak panah). Panjang dari anak panah merepresentasikan besaran (magnitude)

Lebih terperinci

VEKTOR. Notasi Vektor. Panjang Vektor. Penjumlahan dan Pengurangan Vektor (,, ) (,, ) di atas dapat dinyatakan dengan: Matriks = Maka = =

VEKTOR. Notasi Vektor. Panjang Vektor. Penjumlahan dan Pengurangan Vektor (,, ) (,, ) di atas dapat dinyatakan dengan: Matriks = Maka = = VEKTOR Notasi Vektor (,, ) (,, ) Vektor atau Matriks Maka di atas dapat dinyatakan dengan: Kombinasi linear vektor basis maka; ( ) + ( ) + ( ) + + (,, ) Panjang Vektor Misalkan + + (,, ), maka panjang

Lebih terperinci

a menunjukkan jumlah satuan skala relatif terhadap nol pada sumbu X Gambar 1

a menunjukkan jumlah satuan skala relatif terhadap nol pada sumbu X Gambar 1 1. Koordinat Cartesius Sistem koordinat Cartesius terdiri dari dua garis yang saling tegak lurus yang disebut sumbu Sumbu horizontal disebut sumbu X dan sumbu vertikal disebut sumbu Y Tiap sumbu mempunyai

Lebih terperinci

Pesawat Terbang. gaya angkat. gaya berat

Pesawat Terbang. gaya angkat. gaya berat Sumber: www.staralliance.com Pesawat Terbang Terbayangkah kalian dengan teknologi pesawat terbang? Alat transportasi ini diciptakan dengan teknologi yang canggih. Salah satunya adalah saat merancang konstruksi

Lebih terperinci

GEOMETRI ANALITIK PERTEMUAN2: GARIS LURUS PADA BIDANG KOORDINAT. sofyan mahfudy-iain Mataram 1

GEOMETRI ANALITIK PERTEMUAN2: GARIS LURUS PADA BIDANG KOORDINAT. sofyan mahfudy-iain Mataram 1 GEOMETRI ANALITIK PERTEMUAN2: GARIS LURUS PADA BIDANG KOORDINAT sofyan mahfudy-iain Mataram 1 Sasaran kuliah hari ini 1. Mahasiwa dapat menjelaskan konsep kemiringan garis/gradien 2. Mahasiswa dapat menentukan

Lebih terperinci

Bagaimana Menurut Anda

Bagaimana Menurut Anda Bagaimana Menurut Anda Dapatkah kita mencabut paku yang tertancap pada kayu dengan menggunakan tangan kosong secara mudah? Menaikkan drum ke atas truk tanpa alat bantu dengan mudah? Mengangkat air dari

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengertian rangka

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengertian rangka BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian rangka Rangka adalah struktur datar yang terdiri dari sejumlah batang-batang yang disambung-sambung satu dengan yang lain pada ujungnya, sehingga membentuk suatu rangka

Lebih terperinci

HUKUM - HUKUM NEWTON TENTANG GERAK.

HUKUM - HUKUM NEWTON TENTANG GERAK. Hukum Newton 29 HUKUM - HUKUM NEWTON TENTANG GERAK. GERAK DAN GAYA. Gaya : ialah suatu tarikan atau dorongan yang dapat menimbulkan perubahan gerak. Dengan demikian jika benda ditarik/didorong dan sebagainya

Lebih terperinci

VEKTOR GAYA. Gambar 1. Perkalian dan pembagian vektor

VEKTOR GAYA. Gambar 1. Perkalian dan pembagian vektor VEKTOR GAYA Perkalian dan Pembagian vektor dengan scalar Jika vektor dikalikan dengan nilai positif maka besarnya meningkat sesuai jumlah pengalinya. Perkalian dengan bilangan negatif akan mengubah besar

Lebih terperinci

Bab 1 -Pendahuluan Hitung Vektor.

Bab 1 -Pendahuluan Hitung Vektor. Bab 1 -Pendahuluan Hitung Vektor. Soal 1-0 Pada suatu benda bekerja dua gaya : 100 N pada 170 o dan 100 N pada 50 o. Tentukan resultannya. Pembahasan: Diketahui : 1 = 100 N pada 170 o = 100 N pada 50 o

Lebih terperinci

PanGKas HaBis FISIKA. Vektor

PanGKas HaBis FISIKA. Vektor Vektor PanGKas HaBis FISIKA Mari kita pandang sebuah perahu yang mengarungi sebuah sungai. Perahu itu, misalnya, berangkat dari dermaga menuju pangkalan bahan bakar. Jika dermaga dipakai sebagai titik

Lebih terperinci

FISIKA XI SMA 3

FISIKA XI SMA 3 FISIKA XI SMA 3 Magelang @iammovic Standar Kompetensi: Menerapkan konsep dan prinsip mekanika klasik sistem kontinu dalam menyelesaikan masalah Kompetensi Dasar: Merumuskan hubungan antara konsep torsi,

Lebih terperinci

MENJUMLAH VEKTOR. No Besaran Skalar Besaran Vektor

MENJUMLAH VEKTOR. No Besaran Skalar Besaran Vektor MENJUMLAH VEKTOR Kompetensi Siswa 1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya 2. Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, santun, ramah lingkungan, gotong royong,

Lebih terperinci

Dinamika Rotasi, Statika dan Titik Berat 1 MOMEN GAYA DAN MOMEN INERSIA

Dinamika Rotasi, Statika dan Titik Berat 1 MOMEN GAYA DAN MOMEN INERSIA Dinamika Rotasi, Statika dan Titik Berat 1 MOMEN GAYA DAN MOMEN INERSIA Dalam gerak translasi gaya dikaitkan dengan percepatan linier benda, dalam gerak rotasi besaran yang dikaitkan dengan percepatan

Lebih terperinci

BAB DINAMIKA ROTASI DAN KESEIMBANGAN BENDA TEGAR

BAB DINAMIKA ROTASI DAN KESEIMBANGAN BENDA TEGAR BAB DNAMKA OTAS DAN KESEMBANGAN BENDA TEGA. SOA PHAN GANDA. Dengan menetapkan arah keluar bidang kertas, sebagai arah Z positif dengan vektor satuan k, maka torsi total yang bekerja pada batang terhadap

Lebih terperinci

Contoh Soal dan Pembahasan Dinamika Rotasi, Materi Fisika kelas 2 SMA. Pembahasan. a) percepatan gerak turunnya benda m.

Contoh Soal dan Pembahasan Dinamika Rotasi, Materi Fisika kelas 2 SMA. Pembahasan. a) percepatan gerak turunnya benda m. Contoh Soal dan Dinamika Rotasi, Materi Fisika kelas 2 SMA. a) percepatan gerak turunnya benda m Tinjau katrol : Penekanan pada kasus dengan penggunaan persamaan Σ τ = Iα dan Σ F = ma, momen inersia (silinder

Lebih terperinci

MAKALAH MOMEN INERSIA

MAKALAH MOMEN INERSIA MAKALAH MOMEN INERSIA A. Latar belakang Dalam gerak lurus, massa berpengaruh terhadap gerakan benda. Massa bisa diartikan sebagai kemampuan suatu benda untuk mempertahankan kecepatan geraknya. Apabila

Lebih terperinci

DINAMIKA ROTASI DAN KESETIMBANGAN

DINAMIKA ROTASI DAN KESETIMBANGAN FIS A. BENDA TEGAR Benda tegar adalah benda yang tidak mengalami perubahan bentuk dan volume selama bergerak. Benda tegar dapat mengalami dua macam gerakan, yaitu translasi dan rotasi. Gerak translasi

Lebih terperinci

PRINCIPLES OF STATIC

PRINCIPLES OF STATIC HUKUM NEWTON HUKUM NEWTON PETAMA Σ = 0 Keseimbangan gaya HUKUM NEWTON KEDUA = m.a benda bergerak dengan percepatan konstan HUKUM NEWTON KETIGA Aksi = - eaksi STATIK terkait dengan kesetimbangan, aksi dan

Lebih terperinci

Rudi Susanto, M.Si VEKTOR

Rudi Susanto, M.Si VEKTOR Rudi Susanto, M.Si VEKTOR ESRN SKLR DN VEKTOR esaran Skalar esaran yang cukup dinyatakan oleh besarnya saja (besar dinyatakan oleh bilangan dan satuan). Contoh Catatan : waktu, suhu, volume, laju, energi

Lebih terperinci

Hukum Newton dan Penerapannya 1

Hukum Newton dan Penerapannya 1 Hukum Newton dan Penerapannya 1 Definisi Hukum I Newton menyatakan bahwa : Materi Ajar Hukum I Newton Setiap benda tetap berada dalam keadaan diam atau bergerak dengan laju tetap sepanjang garis lurus

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1 Spin Coating Metode Spin Coating

BAB II DASAR TEORI 2.1 Spin Coating Metode Spin Coating BAB II DASAR TEORI 2.1 Spin Coating Spin coating telah digunakan selama beberapa dekade untuk aplikasi film tipin. Sebuah proses khas melibatkan mendopositokan genangan kecil dari cairan resin ke pusat

Lebih terperinci

ujung vektor A bertemu dengan pangkal vektor B

ujung vektor A bertemu dengan pangkal vektor B . Pengertian Besaran Vektor Besaran skalar adalah besaran yang hanya memiliki besar (nilai) saja. Beberapa besaran skalar di antaranya : semua besaran pokok, jarak, laju, usaha atau energi, daya, massa

Lebih terperinci

MENGGAMBAR PERSPEKTIF

MENGGAMBAR PERSPEKTIF BAB III MENGGAMBAR PERSPEKTIF Standar Kompetensi : Menerapkan Prinsip-prinsip seni grafis dalam desain komunikasi visual untuk MM Kompetensi Dasar : Menggambar Perspektif Materi Pembelajaran : Teknik menggambar

Lebih terperinci

sendi Gambar 5.1. Gambar konstruksi jembatan dalam Mekanika Teknik

sendi Gambar 5.1. Gambar konstruksi jembatan dalam Mekanika Teknik da beberapa macam sistem struktur, mulai dari yang sederhana sampai dengan yang kompleks; sistim yang paling sederhana tersebut disebut dengan konstruksi statis tertentu. Contoh : contoh struktur sederhana

Lebih terperinci

Disamping gaya kontak ada juga gaya yang bekerja diantara 2 benda tetapi kedua benda tidak saling bersentuhan secara langsung. Gaya ini bekerja melewa

Disamping gaya kontak ada juga gaya yang bekerja diantara 2 benda tetapi kedua benda tidak saling bersentuhan secara langsung. Gaya ini bekerja melewa Konsep Gaya Gaya Pada waktu kita menarik atau mendorong benda kita mengatakan bahwa kita mengerjakan suatu gaya pada benda tersebut. kita mengasosiasikan gaya dengan gerakan otot atau perubahan bentuk

Lebih terperinci

Jika resultan dari gaya-gaya yang bekerja pada sebuah benda sama dengan nol

Jika resultan dari gaya-gaya yang bekerja pada sebuah benda sama dengan nol HUKUM I NEWTON Jika resultan dari gaya-gaya yang bekerja pada sebuah benda sama dengan nol ΣF = 0 maka benda tersebut : - Jika dalam keadaan diam akan tetap diam, atau - Jika dalam keadaan bergerak lurus

Lebih terperinci

BAB II V E K T O R. Drs. Pristiadi Utomo, M.Pd. FISIKA KELAS X Drs. Pristiadi Utomo, M.Pd. Drs. Pristiadi Utomo, M.Pd. 52

BAB II V E K T O R. Drs. Pristiadi Utomo, M.Pd. FISIKA KELAS X Drs. Pristiadi Utomo, M.Pd. Drs. Pristiadi Utomo, M.Pd. 52 FISIKA KELAS X Drs. Pristiadi Utomo, M.Pd. BAB II V E K T O R Pernahkah Kamu naik pesawat terbang? Antara penumpang dan pilot dan copilot di ruang kemudi dipisah dengan sekat. Tujuannya agar pilot dapat

Lebih terperinci

bermassa M = 300 kg disisi kanan papan sejauh mungkin tanpa papan terguling.. Jarak beban di letakkan di kanan penumpu adalah a m c m e.

bermassa M = 300 kg disisi kanan papan sejauh mungkin tanpa papan terguling.. Jarak beban di letakkan di kanan penumpu adalah a m c m e. SOAL : 1. Empat buah gaya masing-masing : F 1 = 100 N F 2 = 50 N F 3 = 25 N F 4 = 10 N bekerja pada benda yang memiliki poros putar di titik P. Jika ABCD adalah persegi dengan sisi 4 meter, dan tan 53

Lebih terperinci

BAB 3 DINAMIKA GERAK LURUS

BAB 3 DINAMIKA GERAK LURUS BAB 3 DINAMIKA GERAK LURUS A. TUJUAN PEMBELAJARAN 1. Menerapkan Hukum I Newton untuk menganalisis gaya-gaya pada benda 2. Menerapkan Hukum II Newton untuk menganalisis gerak objek 3. Menentukan pasangan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA KECEPATAN

BAB IV ANALISA KECEPATAN BAB IV ANALISA KECEPATAN PUSAT SESAAT Pusat sesaat adalah : - sebuah titik dalam suatu benda dimana benda lain berputar terhadapnya. - Sebuah titik sekutu yang terletak pada 2 buah benda yang mempunyai

Lebih terperinci

BAHAN AJAR LEMBAR KERJA SISWA (LKS)

BAHAN AJAR LEMBAR KERJA SISWA (LKS) BAHAN AJAR LEMBAR KERJA SISWA (LKS) A. Pengertian LKS Lembar kerja siswa merupakan salah satu komponen dari perangkat pembelajaran yang bertujuan untuk mengukur kemampuan serta pemahaman siswa terhadap

Lebih terperinci

Vektor. Vektor memiliki besaran dan arah. Beberapa besaran fisika yang dinyatakan dengan vektor seperti : perpindahan, kecepatan dan percepatan.

Vektor. Vektor memiliki besaran dan arah. Beberapa besaran fisika yang dinyatakan dengan vektor seperti : perpindahan, kecepatan dan percepatan. Vektor Vektor memiliki besaran dan arah. Beberapa besaran fisika yang dinyatakan dengan vektor seperti : perpindahan, kecepatan dan percepatan. Skalar hanya memiliki besaran saja, contoh : temperatur,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. A. Tinjauan Pustaka. 1. Vektor

BAB II LANDASAN TEORI. A. Tinjauan Pustaka. 1. Vektor BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Vektor Ada beberapa besaran fisis yang cukup hanya dinyatakan dengan suatu angka dan satuan yang menyatakan besarnya saja. Ada juga besaran fisis yang tidak

Lebih terperinci

GAYA. Gaya adalah interaksi antara benda-benda yang berpengaruh terhadap bentuk atau gerak atau keduanya pada benda yang terlibat.

GAYA. Gaya adalah interaksi antara benda-benda yang berpengaruh terhadap bentuk atau gerak atau keduanya pada benda yang terlibat. GAYA Gaya adalah interaksi antara benda-benda yang berpengaruh terhadap bentuk atau gerak atau keduanya pada benda yang terlibat. Gaya adalah besaran vektor: Besar (magnitude) Arah (direction and sense)

Lebih terperinci

Rencana Pelaksanaan Pemelajaran (RPP) KURIKULUM /2017

Rencana Pelaksanaan Pemelajaran (RPP) KURIKULUM /2017 Lampiran 6 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) MEKANIKA TEKNIK Sekolah Mata Pelajaran Kelas/Semester AlokasiWaktu Paket Keahlian : SMK N 1 Pajangan : Mekanika Teknik : X/I : 3 x 2 x 45 menit : Teknik

Lebih terperinci

TM. V : Metode RITTER. TKS 4008 Analisis Struktur I

TM. V : Metode RITTER. TKS 4008 Analisis Struktur I TKS 4008 Analisis Struktur I TM. V : METODE RITTER vs CULLMAN Dr.Eng. Achfas Zacoeb, ST., MT. Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Metode RITTER Metode keseimbangan potongan (Ritter)

Lebih terperinci

DINAMIKA (HKM GRK NEWTON) Fisika Dasar / Fisika Terapan Program Studi Teknik Sipil Salmani, ST., MS., MT.

DINAMIKA (HKM GRK NEWTON) Fisika Dasar / Fisika Terapan Program Studi Teknik Sipil Salmani, ST., MS., MT. DINAMIKA (HKM GRK NEWTON) Fisika Dasar / Fisika Terapan Program Studi Teknik Sipil Salmani, ST., MS., MT. HUKUM-HUKUM GERAK NEWTON Beberapa Definisi dan pengertian yang berkaitan dgn hukum gerak newton

Lebih terperinci

BAB 2 PENJUMLAHAN VEKTOR

BAB 2 PENJUMLAHAN VEKTOR BAB 2 PENJUMLAHAN VEKTOR A. Kompetensi Dasar dan Indikator 1.1 Menyadari kebesaran Tuhan yang menciptakan dan mengatur alam jagad raya melalui pengamatan fenomena alam fisis dan pengukurannya. 2.1 Menunjukkan

Lebih terperinci

MAKALAH MOMEN GAYA. Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Fisika Mekanik. Disusun Oleh: 1.Heri Kiswanto 2.M Abdul Aziz

MAKALAH MOMEN GAYA. Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Fisika Mekanik. Disusun Oleh: 1.Heri Kiswanto 2.M Abdul Aziz MAKALAH MOMEN GAYA Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Fisika Mekanik Disusun Oleh: 1.Heri Kiswanto 2.M Abdul Aziz JURUSAN TEKNIK INDUSTRI SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI TEXMACO SUBANG 2015 MOMEN GAYA

Lebih terperinci

TRAINING CENTER OLIMPIADE INTERNASIONAL

TRAINING CENTER OLIMPIADE INTERNASIONAL TRAINING CENTER OLIMPIADE INTERNASIONAL 7 th International Junior Science Olympiad (IJSO) 11 th Initational World Youth Mathematics Intercity Competition (IWYMIC) MODUL FISIKA GERAK (Sumber: College Physics,

Lebih terperinci

Keseimbangan, Momen Gaya, Pusat Massa, dan Titik Berat

Keseimbangan, Momen Gaya, Pusat Massa, dan Titik Berat Keseimbangan, Momen Gaya, Pusat Massa, dan Titik Berat OLEH : KELOMPOK IV VIRA AUDINA 171910301148 ANGEL NOVITA T.L.A 171910301146 MAWAN TRIKANADA 171910301104 AINUN HIDAYAT PUTRA 171910301058 ELYAS ARROCHMAN

Lebih terperinci

Beberapa Benda Ruang Yang Beraturan

Beberapa Benda Ruang Yang Beraturan Beberapa Benda Ruang Yang Beraturan Kubus Tabung rusuk kubus = a volume = a³ panjang diagonal bidang = a 2 luas = 6a² panjang diagonal ruang = a 3 r = jari-jari t = tinggi volume = π r² t luas = 2πrt Prisma

Lebih terperinci

Modul 4 PRINSIP DASAR

Modul 4 PRINSIP DASAR Modul 4 PRINSIP DASAR 4.1 Pendahuluan Ilmu statika pada dasarnya merupakan pengembangan dari ilmu fisika, yang menjelaskan kejadian alam sehari-hari, yang berkaitan dengan gaya-gaya yang bekerja. Insinyur

Lebih terperinci

BAHAN AJAR 4. Medan Magnet MATERI FISIKA SMA KELAS XII

BAHAN AJAR 4. Medan Magnet MATERI FISIKA SMA KELAS XII BAHAN AJAR 4 Medan Magnet MATERI FISIKA SMA KELAS XII GAYA LORENTZ Pada percobaan oersted telah dibuktikan pengaruh arus listrik terhadap kutub magnet, bagaimana pengaruh kutub magnet terhadap arus listrik

Lebih terperinci

PENGUKURAN BESARAN. x = ½ skala terkecil. Jadi ketelitian atau ketidakpastian pada mistar adalah: x = ½ x 1 mm = 0,5 mm =0,05 cm

PENGUKURAN BESARAN. x = ½ skala terkecil. Jadi ketelitian atau ketidakpastian pada mistar adalah: x = ½ x 1 mm = 0,5 mm =0,05 cm PENGUKURAN BESARAN A. Pengertian Mengukur Mengukur adalahmembandingkan suatu besaran dengan besaran lain yang dijadikan standar satuan. Misalnya kita mengukur panjang benda, dan ternyata panjang benda

Lebih terperinci

BAB IV DINAMIKA PARTIKEL. A. STANDAR KOMPETENSI : 3. Mendeskripsikan gejala alam dalam cakupan mekanika klasik sistem diskret (partikel).

BAB IV DINAMIKA PARTIKEL. A. STANDAR KOMPETENSI : 3. Mendeskripsikan gejala alam dalam cakupan mekanika klasik sistem diskret (partikel). BAB IV DINAMIKA PARIKEL A. SANDAR KOMPEENSI : 3. Mendeskripsikan gejala alam dalam cakupan mekanika klasik sistem diskret (partikel). B. KOMPEENSI DASAR : 1. Menjelaskan Hukum Newton sebagai konsep dasar

Lebih terperinci

MEKANIKA TEKNIK. Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Tugas Akhir. Disusun Oleh: Andri Firardi Utama L0G

MEKANIKA TEKNIK. Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Tugas Akhir. Disusun Oleh: Andri Firardi Utama L0G MEKANIKA TEKNIK Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Tugas Akhir Disusun Oleh: Andri Firardi Utama L0G 007 010 PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK PERKAPALAN PROGRAM STUDI DIPLOMA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

Bab 6 Momentum Sudut dan Rotasi Benda Tegar

Bab 6 Momentum Sudut dan Rotasi Benda Tegar Bab 6 Momentum Sudut dan Rotasi Benda Tegar A. Torsi 1. Pengertian Torsi Torsi atau momen gaya, hasil perkalian antara gaya dengan lengan gaya. r F Keterangan: = torsi (Nm) r = lengan gaya (m) F = gaya

Lebih terperinci

BESARAN, SATUAN & DIMENSI

BESARAN, SATUAN & DIMENSI BESARAN, SATUAN & DIMENSI Defenisi Apakah yang dimaksud dengan besaran? Besaran : segala sesuatu yang dapat diukur dan dinyatakan dengan angka (kuantitatif). Apakah yang dimaksud dengan satuan? Satuan

Lebih terperinci

PENGENDALIAN MUTU KLAS X

PENGENDALIAN MUTU KLAS X PENGENDLIN MUTU KLS X. Untuk mengukur ketebalan selembar kertas yang paling teliti menggunakan alat ukur. mistar. jangka sorong C. rol meter D. micrometer sekrup E. sferometer 2. Perhatikan gambar penunjuk

Lebih terperinci

Modul Pendahuluan. Ir.Yoke Lestyowati, MT

Modul Pendahuluan. Ir.Yoke Lestyowati, MT Modul Pendahuluan Ir.Yoke Lestyowati, MT Konten E-Learning IDB 7in1 Terintegrasi PDITT 2015 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Deskripsi Bangunan (gedung, jembatan, jalan, bangunan air, bangunan tanah) terbentuk dari

Lebih terperinci

MEKANIKA UNIT. Pengukuran, Besaran & Vektor. Kumpulan Soal Latihan UN

MEKANIKA UNIT. Pengukuran, Besaran & Vektor. Kumpulan Soal Latihan UN Kumpulan Soal Latihan UN UNIT MEKANIKA Pengukuran, Besaran & Vektor 1. Besaran yang dimensinya ML -1 T -2 adalah... A. Gaya B. Tekanan C. Energi D. Momentum E. Percepatan 2. Besar tetapan Planck adalah

Lebih terperinci

BAB 1 Keseimban gan dan Dinamika Rotasi

BAB 1 Keseimban gan dan Dinamika Rotasi BAB 1 Keseimban gan dan Dinamika Rotasi titik berat, dan momentum sudut pada benda tegar (statis dan dinamis) dalam kehidupan sehari-hari.benda tegar (statis dan Indikator Pencapaian Kompetensi: 3.1.1

Lebih terperinci

Perkalian Titik dan Silang

Perkalian Titik dan Silang PERKALIAN TITIK DAN SILANG Materi pokok pertemuan ke 3: 1. Perkalian titik URAIAN MATERI Perkalian Titik Perkalian titik dari dua buah vektor dan dinyatakan oleh (baca: titik ). Untuk lebih jelas, berikut

Lebih terperinci

RENCANA PROGRAM KEGIATAN PERKULIAHAN SEMESTER (RPKPS)

RENCANA PROGRAM KEGIATAN PERKULIAHAN SEMESTER (RPKPS) RENCANA PROGRAM KEGIATAN PERKULIAHAN SEMESTER (RPKPS) Kode / Nama Mata Kuliah : E123101 / FISIKA DASAR 1 Revisi 3 Satuan Kredit Semester : 3 SKS Tgl revisi : 05 Januari 2012 Jml Jam kuliah dalam seminggu

Lebih terperinci

Bab 3 (3.1) Universitas Gadjah Mada

Bab 3 (3.1) Universitas Gadjah Mada Bab 3 Sifat Penampang Datar 3.1. Umum Didalam mekanika bahan, diperlukan operasi-operasi yang melihatkan sifatsifat geometrik penampang batang yang berupa permukaan datar. Sebagai contoh, untuk mengetahui

Lebih terperinci

KEDUDUKAN DUA GARIS LURUS, SUDUT DAN JARAK

KEDUDUKAN DUA GARIS LURUS, SUDUT DAN JARAK 1 KEGIATAN BELAJAR 4 KEDUDUKAN DUA GARIS LURUS, SUDUT DAN JARAK Setelah mempelajari kegiatan belajar 4 ini, mahasiswa diharapkan mampu: 1. Menentukan kedudukan dua garis lurus di bidang dan di ruang 2.

Lebih terperinci

KESETIMBANGAN MOMEN GAYA

KESETIMBANGAN MOMEN GAYA 43 MDUL PERTEMUAN KE 5 MATA KULIAH : ( sks) MATERI KULIAH: Momen gaa, sarat kedua kesetimbangan, resultan gaa sejajar, pusat berat, kopel. PKK BAHASAN: KESETIMBANGAN MMEN GAYA 5. PENGERTIAN MMEN GAYA Besar

Lebih terperinci