PENYUSUNAN INSTRUMEN TES FORMATIF TERSTANDAR UNTUK BIDANG STUDI FISIKA SMP. Skripsi. Oleh: Isnaini Rohayati NIM K

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENYUSUNAN INSTRUMEN TES FORMATIF TERSTANDAR UNTUK BIDANG STUDI FISIKA SMP. Skripsi. Oleh: Isnaini Rohayati NIM K"

Transkripsi

1 PENYUSUNAN INSTRUMEN TES FORMATIF TERSTANDAR UNTUK BIDANG STUDI FISIKA SMP Skripsi Oleh: Isnaini Rohayati NIM K FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012

2 PENYUSUNAN INSTRUMEN TES FORMATIF TERSTANDAR UNTUK BIDANG STUDI FISIKA SMP Oleh: Isnaini Rohayati NIM K Skripsi Ditulis dan Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Fisika Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012 ii

3

4

5

6 ABSTRAK Isnaini Rohayati. PENYUSUNAN INSTRUMEN TES FORMATIF FISIKA TERSTANDAR UNTUK BIDANG STUDI FISIKA SMP. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta, Oktober Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah mengetahui karakteristik instrumen tes formatif Fisika SMP kelas VIII materi Cahaya yang telah disusun. Penelitian ini merupakan penelitian dasar. Penelitian dilakukan di Surakarta dan di Girimarto dengan melibatkan responden siswa kelas VIII A, B, C, E, F dan G SMP Negeri 2 Girimarto tahun ajaran 2011 / Tes yang disusun berupa tes formatif Fisika materi Cahaya. Teknik pengumpulan data dengan teknik non tes dan teknik tes. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis kualitatif dengan penelaahan soal dan teknik kuantitatif dengan analisis butir tes pilihan ganda meliputi daya beda, tingkat kesukaran, efektivitas distraktor, dan reliabilitas soal. Hasil penelitian berupa hasil telaah kualitatif oleh ahli dan hasil analisis kuantitatif yang dilakukan oleh peneliti. Dari telaah kualitatif diperoleh soal soal yang harus direvisi karena pilihan jawaban tidak alfabetis, kalimat tidak efektif dan materi tidak sesuai dengan yang diajarkan di sekolah. Hasil uji lapangan I menunjukkan hasil sebagai berikut ; paket A : terdapat 6 soal kategori sukar, 24 soal kategori sedang dan 10 soal yang sulit, Dari segi daya pembeda, terdapat 5 soal berdaya beda negative, 5 soal jelek, 5 soal cukup, 13 soal baik dan 12 soal sangat baik. Untuk soal paket B, terdapat 13 soal sukar, 23 soal sedang dan 4 soal mudah. Dari segi daya pembeda, terdapat 12 soal ditolak, 1 soal jelek, 4 soal cukup, 15 soal baik dan10 soal sangat baik. Dari Hasil penelitian dan pembahasan disimpulkan bahwa Tes yang telah disusun yaitu Tes Formatif Fisika SMP Materi Cahaya, Tahun Pelajaran 2011/2012. Tes berupa tes objektif bentuk pilihan ganda dengan empat pilihan jawaban yang berjumlah 50 soal. Alokasi waktu pengerjaan tes selama 90 menit. Tes yang telah disusun dilengkapi dengan petunjuk pengerjaan dan kunci jawaban. Adapun karakteristik tes yang telah disusun adalah dari soal paket A, terdapat 25% soal kategori mudah, 60% soal sedang dan 15% soal sukar. Dari segi daya pembeda, soal dengan daya beda sangat baik, baik dan cukup sebanyak 75%. Sedangkan ditinjau dari aspek keefektifan distraktor diperoleh hasil 85% soal dengan 3 distraktor dengan baik. Soal paket B, terdapat 10% soal mudah, 57,5% soal sedang dan 32,5% soal sukar. Dari segi daya beda, Soal dengan daya beda sangat baik, baik dan cukup sebanyak 67,5%.Sedangkan dari aspek keefektifan distraktor diperoleh hasil 85% soal dengan tiga distraktor berfungsi dan dengan baik. Instrumen tes akhir, terdapat 22% soal mudah, 54% soal sedang dan 24% soal sukar. Soal dengan daya beda sangat baik,baik dan cukup sebanyak 74%. Dari aspek keefektifan distraktor diperoleh hasil 68% soal dengan tiga distraktor yang sudah berfungsi dengan baik. Dari keriga paket tes, tes yang memiliki kualitas dan karakteristik terbaik adalah tes terakhir. Kata kunci : Penyusunan tes, tes formatif, aspek kognitif v

7 MOTTO Sesungguhnya setelah kesulitan itu ada kemudahan, maka apabila telah selesai (dari suatu urusan), kerjakan dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain. Dan hanya kepada Tuhanlah hendaknya kamu berharap. (Q.S. Al Insyirah : 6-8 ) Untuk Istana 10 Cinta, yang Belum Nyata Akan Menadi Nyata Jika Diusahakan (Penulis) Penjamkan Mata, Sebut Nama Sepuluh Orang yang Dicinta, Niscaya Api Semangat Itu Akan Tetap Menyala Meski Badai Menerpa (Penulis) vi

8 PERSEMBAHAN Skripsi ini dipersembahkan kepada: 1. Istana 10 cinta 2. Omnya ultramen kecil 3. Kel.Besar Censi 4. Lebah penyengat semangat vii

9 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas taufik dan hidayah-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul Penyusunan Instrumen Tes Formatif Fisika untuk SMP. Banyak kesulitan dalam penulisan skripsi ini, namun berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya kesulitan yang timbul dapat teratasi. Dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih yang kepada : 1. Bapak Prof. Dr. Furqon Hidayatullah, M. Pd. Selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Bapak Sukarmin, S. Pd, M. Si, Ph. D. Selaku Ketua Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Bapak Drs. Supurwoko, M. Si. Selaku Ketua Program Pendidikan Fisika Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 4. Ibu Dra. Rini Budiharti, M.Pd dan Drs. Surantoro, M. Si. Selaku Koordinator Skripsi yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk menyusun Skripsi. 5. Ibu Dr. Nonoh Siti Aminah, M.Pd. Selaku Pembimbing I yang telah membimbing penulis sehingga penyusunan Skripsi ini dapat diselesaikan. 6. Ibu Elvin Yusliana Ekawati, S.Pd, M.Pd. Selaku Pembimbing II yang telah membimbing penulis sehingga penyusunan Skripsi ini dapat diselesaikan. 7. Segenap Dosen Pendidikan Fisika Jurusan PMIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret. 8. Bapak Basuki, S.Pd. Selaku kepala SMP Negeri 2 Girimarto yang telah mengizinkan penulis untuk mengadakan penelitian. 9. Bapak Eko Purwanto, S, Pd. Selaku guru mata pelajaran Fisika SMP Negeri 2 Girimarto yang telah memberikan waktu mengajar kepada penulis untuk mengadakan penelitian. 10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang membantu untuk terselesaikannya penyusunan Skripsi ini. viii

10 Semoga amal kebaikan semua pihak yang tersebut di atas mendapatkan balasan dari Allah SWT. Amiin. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan, namun penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan sumbangan informasi dan bermanfaat bagi perkembangan Ilmu Pengetahuan. Surakarta, September 2012 Penulis ix

11 DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL i HALAMAN PENGAJUAN ii HALAMAN PERSETUJUAN iii HALAMAN PENGESAHAN iv HALAMAN ABSTRAK v HALAMAN MOTTO vi HALAMAN PERSEMBAHAN vii KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xiii DAFTAR GAMBAR xv DAFTAR LAMPIRAN xvi BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 B. Identifikasi Masalah 2 C. Pembatasan Masalah 2 D. Perumusan Masalah 3 E. Tujuan Penelitian 3 F. Manfaat Penelitian 3 G. Asumsi dan Keterbatasan Pengembangan 3 BAB II.LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 4 1. Pembelajaran Sains 4 2. Hasil Belajar 4 3. Penilaian Pembelajaran Fisika 7 4. Prosedur Penyusunan Tes Analisis Hasil Tes Penelitian yang Relevan 20 B. Kerangka Berpikir 20 x

12 C. Pertanyan Penelitian 22 BAB III.METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat Penelitian Waktu Penelitian 24 B. Metode Penelitian 25 C. Prosedur Penyusunan Melakukan Analisis Kurikulum Menetapkan Tujuan Tes Membuat Kisi Kisi Menulis Instrumen Melakukan Telaah Instrumen Secara Teoritis Melakukan Uji Coba Dan Analisis Item Hasil Uji 26 Coba Tes 7. Merevisi Instrumen Tes 26 D. Subjek Penelitian 26 E. Data dan Teknik Pengambilan data Data Teknik Pengambilan Data 27 F. Teknik Analisis Data Reliabilitas Taraf Kesukaran Daya Pembeda Efektifitas Distraktor 30 BAB IV.HASIL PENELITIAN A. Hasil Penelitian Hasil Telaah Instrumen Secara Deskriptif Analisis Hasil Uji Coba I Menggunakan ITEMAN dan 33 SPSS 3. Analisis Hasil Uji Coba II Menggunakan ITEMAN 35 dan SPSS xi

13 4. Produk Akhir 36 B. Pembahasan Analisis Kurikulum Penetapan Tujuan Tes Penyusunan Kisi Kisi Penulisan Instrumen Telaah Kualitatif Uji Coba Analisis Item Hasil Uji Coba I Pengambilan Keputusan Uji Coba dan Analisis Hasil Uji Coba II 55 BAB V.KESIMPULAN dan SARAN A. Kesimpulan 114 B. Keterbatasan Penelitian 115 C. Saran 115 DAFTAR PUSTAKA 117 LAMPIRAN xii

14 DAFTAR TABEL Tabel 2.1. Klasifikasi Daya Beda Butir Tabel 3.1. Waktu Penelitian Tabel 3.2. Klasifikasi Daya Beda Butir Soal Tabel 4.2. Rangkuman Telaah Secara Teoritis Tabel 4.3. Rangkuman Tingkat Kesukaran Tabel 4.4. Rangkuman Daya Beda Paket A Tabel 4.5 Rangkuman Tingkat Kesukaran Tabel 4.6 Rangkuman Daya Beda Pake Soal B Tabel 4.7 Rangkuman Hasil Analisis ITEMAN Paket A dan B Tabel 4.8. Tingkat Kesukaran Item Tabel 4.9 Daya Pembeda Item Tabel Rangkuman Hasil Analisis ITEMAN Tabel Persentase Taraf Kesukaran Soal Paket A dan B Tabel Kriteria Daya Pembeda Soal Tabel Perbandingan Persentase Daya Pembeda Paket Soal A dan B Tabel Klasifikasi Distraktor Soal Paket A Tabel Klasifikasi Distraktor Soal Paket B Tabel Perbandingan Analisis ITEMAN Soal Nomor 1 Tabel Perbandingan Analisis ITEMAN Soal Nomor 2 Tabel Perbandingan Analisis ITEMAN Soal Nomor 7 Tabel Perbandingan Analisis ITEMAN Soal Nomor 9 Tabel Perbandingan Analisis ITEMAN Soal Nomor 11 Tabel Perbandingan Analisis ITEMAN Soal Nomor 12 Tabel Perbandingan Analisis ITEMAN Soal Nomor 20 Tabel Perbandingan Analisis ITEMAN Soal Nomor 23 Tabel Perbandingan Analisis ITEMAN Soal Nomor 24 Tabel Perbandingan Analisis ITEMAN Soal Nomor 25 xiii

15 Tabel Perbandingan Analisis ITEMAN Soal Nomor 26 Tabel Perbandingan Analisis ITEMAN Soal Nomor 27 Tabel Perbandingan Analisis ITEMAN Soal Nomor 28 Tabel Perbandingan Analisis ITEMAN Soal Nomor 29 Tabel Perbandingan Analisis ITEMAN Soal Nomor 30 Tabel Perbandingan Analisis ITEMAN Soal Nomor 31 Tabel Perbandingan Analisis ITEMAN Soal Nomor 32 Tabel Perbandingan Analisis ITEMAN Soal Nomor 37 Tabel Perbandingan Analisis ITEMAN Soal Nomor 38 Tabel Perbandingan Analisis ITEMAN Soal Nomor 39 Tabel 4.36 Rangkuman Analisis ITEMAN Paket A dan B Tabel Pemilihan Soal Tabel 4.38 Kriteria Pengambilan Keputusan Tabel 4.39 Persentase Taraf Kesukaran Soal Paket A, B, dan Soal Akhir Tabel Persentase Daya Pembeda Soal Paket A, B dan Soal Akhir Tabel Efektifitas Distraktor Tabel Rangkuman Hasil Analisis ITEMAN xiv

16 DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1. Bagan Kerangka Berpikir Gambar 4.1a. Diagram Batang Penyebaran Skor Uji Coba I Paket A Gambar 4.1b. Diagram Batang Penyebaran Skor Uji Coba I Paket B Gambar 4.2a Kurva Distribusi Skor Uji Coba I Paket A Gambar 4.2b Kurva Distribusi Skor Uji Coba I Paket B Gambar 4.5a. Diagram Distribusi Skor Gambar 4.5b. Kurva Distribusi Skor xv

17 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran I Lampiran 2 Lampiran 3 Lampiran 4 Lampiran 5 Lampiran 6 Lampiran 7 Lampiran 8 Lampiran 9 Lampiran 10 Lampiran 11 Lampiran 12 Lampiran 13 Lampiran 14 Lampiran 15 Lampiran 16 Lampiran 17 Lampiran 18 Lampiran 19 Analisis Deskriptif Instrumen Hasil Analisis ITEMAN uji I Pengambilan Keputusan Hasil Analisis Kurikulum, SK dan KD Kisi Kisi Tes Instrumen Tes Uji I Hasil Analisis SPSS Paket A dan B Hasil Analisis SPSS Paket A dan B Instrumen Uji II Hasil ITEMAN Uji II Hasil SPSS Uji II Kunci Jawaban Soal Lembar Telaah Kualitatif Perbandingan Item A dan B ynag Belum Seimbang Surat Keterangan Penelitian Soal Pra Validasi Distraktor Soal A dan B Distraktor Uji II Lembar Jawaban xvi

18 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam dunia pendidikan, pendidik dan peserta memiliki hubungan timbal balik yang sangat erat. Peserta didik adalah orang yang menerima pengaruh dari seseorang atau kelompok yang menjalankan pendidikan, sedangkan pendidik adalah orang yang berwenang dan bertanggungjawab untuk membimbing dan membina peserta didik baik individu maupun klasikal di sekolah maupun di luar sekolah. Dari dua unsur tersebut, dapat dikatakan bahwa anak didik dan guru mempunyai hubungan saling membutuhkan. Dalam hal ini peserta didik merupakan unsur manusiawi yang penting dalam kegiatan interaksi edukatif. Interaksi edukatif yang terjadi di dalam kelas misalnya kegiatan belajar mengajar. Kegiatan belajar mengajar di kelas tidak terlepas dari interaksi antara pendidik dan peserta didik, dilengkapi dengan sarana prasarana penunjang dan diakhiri dengan evaluasi (penilaian). Penilaian merupakan salah satu unsur yang penting dalam kegiatan belajar mengajar. Penilaian didefinisikan sebagai rangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan (Sri Yamtinah : 2009). Penilaian hasil belajar dapat dilakukan dengan berbagai macam cara, salah satunya dengan tes. Tes merupakan suatu cara efektif yang biasa digunakan oleh guru untuk menafsirkan kemampuan siswa secara tidak langsung. Peranan tes dalam penilaian sangatlah penting, karena kualitas tes yang baik akan memberikan gambaran kemampuan siswa secara akurat sehingga guru dapat menggunakan informasi balikan dari siswa untuk mengambil keputusan dengan tepat. Terlepas dari esensi dan urgensi tes sebagai suatu metode untuk menilai, fakta yang didapatkan di sekolah adalah guru tidak mempersiapkan rancangan tesnya dengan maksimal, kebanyakan soal tes diambil dari LKS atau buku 1

19 2 pegangan guru. Selain itu, soal tes yang digunakan tidak diketahui standardisasinya. Kenyataan ini tidak sesuai dengan Permendiknas No 16 tahun 2007 mengenai kualifikasi akademik dan Standart Kompetensi Guru khususnya kompetensi pertama yang berbunyi memahami prinsip prinsip penilaian dan evaluasi proses serta hasil belajar sesuai dengan karakteristik mata pelajaran yang diampu dan kompetensi keempat mengembangkan instrumen penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar. Jika instrumen yang digunakan guru untuk menilai hanya diambil dari LKS atau buku pegangan dan soal tidak diketahui standardisasinya, bisa jadi soal yang digunakan terlalu susah atau terlalu mudah, sehingga hasil tes tidak memberikan gambaran yang representatif tentang kompetensi siswa yang telah atau belum dimiliki oleh siswa. Apabila tes sudah dipersiapkan dengan optimal dan instrumen yang berkualitas baik,maka informasi yang diperoleh dari hasil tes dapat menunjukkan sejauh mana kompetensi yang ditetapkan telah tercapai. Sehingga informasi tersebut dapat dijadikan balikan untuk meningkatkan kualitas dan menyempurnakan proses pembelajaran. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk menyusun skripsi berjudul PENYUSUNAN INSTRUMEN TES FORMATIF TERSTANDAR UNTUK BIDANG STUDI FISIKA SMP. B. Identifikasi Masalah Dari latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas maka dapat diidentifikasi permasalahan-permasalahan sebagai berikut : 1. Instrumen tes yang digunakan oleh guru diambil dari LKS dan buku pegangan 2. Tes yang digunakan oleh guru belum diteliti standardisasinya. C. Pembatasan Masalah Agar dalam pembahasan permasalahan ini lebih mendalam dan cakupannya tidak terlalu luas maka permasalahan-permasalahan yang ada dibatasi sebagai berikut :

20 3 1. Tes yang disusun merupakan tes formatif Fisika SMP kelas VIII materi Cahaya. 2. Jenis tagihan yang akan dibuat berupa tes tertulis berbentuk soal pilihan ganda khusus untuk mengukur aspek kognitif. D. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan pembatasan masalah yang telah dikemukakan, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : Bagaimanakah karakteristik instrumen tes formatif Fisika SMP kelas VIII materi Cahaya yang telah disusun? E. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah mengetahui karakteristik instrumen tes formatif Fisika SMP kelas VIII materi Cahaya yang telah disusun F. Manfaat Penelitian Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, antara lain : 1. Memberikan informasi tentang instrumen tes formatif fisika untuk SMP 2. Memberikan informasi tentang cara penyusunan instrumen tes yang baik 3. Sebagai bahan pertimbangan dan masukan atau referensi ilmiah untuk penelitian lebih lanjut. G. Asumsi dan Keterbatasan Pengembangan Penelitian ini memiliki keterbatasan dan asumsi sebagai berikut : 1. Instrumen tes yang telah disusun diasumsikan layak untuk diteskan karena tes disusun berdasarkan prosedur dan memenuhi kriteria penyusunan tes. 2. Bentuk soal pilihan ganda memungkinkan peserta tes untuk menebak jawaban.

21 4 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pembelajaran Sains Pada tingkat SD dan SMP, Fisika diajarkan secara terpadu dengan aspek Biologi dan aspek Kimia dalam mata pelajaran IPA. Fisika bersama sama Biologi, Kimia serta Astronomi tercakup dalam kelompok ilmu ilmu alam (natural science) atau secara singkat disebut science. Dalam bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi sains atau ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Sains pada dasarnya merupakan abstraksi dari aturan atau hukum alam yang disederhanakan. Fisika maupun sains bekerja dengan landasan beberapa asumsi bahwa objek objek empiris mempunyai sifat keragaman, memperlihatkan sifat berulang dan kesemuanya jalin menjalin mengikuti pola pola tertentu. (Suriasumantri,1892:7). Tujuan dasar setiap ilmu termasuk Fisika adalah mencari pengetahuan yang bersifat umum dalam bentuk teori, hukum, kaidah, asas yang dapat diandalkan (Suriasumantri,1982:19). Tujuan utama dari IPA dan Fisika yakni, mengamati, menghayati dan memanfaatkan gejala gejala alam yang melibatkan zat atau materi dan energi. Fisika sebagai ilmu dasar juga memiliki karakteristik yang mencakup bangun ilmu yang terdiri dari fakta, konsep, prinsip, hukum, postulat dan teori serta metodologi keilmuan. Fisika dalam mengkaji objek objek telaahnya yang berupa benda benda serta peristiwa peristiwa alam menggunakan prosedur baku yang biasa disebut dengan metode atau proses ilmiah. Oleh karena itu, pembelajaran dan penilaian hasil belajar fisika seharusnya dapat mencerminkan karakteristik keilmuan tersebut. 2. Hasil Belajar Sebuah proses dijalankan tentu saja memiliki tujuan. Sebagaimana dengan proses belajar belajar Fisika. Mundilarto (2010:7) berpendapat bahwa commit 4 to user

22 5 hasil belajar fisika berupa perilaku (behavioral objective) dan kompetensi yang bukan perilaku (nonbehavioral objectives). Benjamin Bloom mengelompokkan hasil belajar siswa dalam tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotorik. (Suharsini Arikunto, 1999 ; 117), lebih lanjut disarikan dari pendapat Sri Yamtinah mengenai komponen dari Taksonomi Bloom sebagai berikut: 1) Ranah Kognitif a) Pengetahuan Ranah pengetahuan merupakan ranah yang menuntut siswa untu dapat mengingat kembali ide, gagasan dan hal hal yang telah disampaikan tanpa harus memahaminya. Kata kerja operasionalnya adalah menyebutkan, menunjukkan, mendefinisikan kembali. b) Pemahaman Ranah pemahaman menuntut siswa untuk memahami segala sesuatu meliputi ide, gagasan dan hal lain yang telah diperoleh. Kata kerja yang biasa digunakan yakni membedakan, mengubah, menyajikan, menjelaskan, memberi contoh. c) Aplikasi Ranah aplikasi merupakan ranah yang menuntut siswa untuk dapat menentukan dan memilih suatu ide, gagasan, hukum dan hal hal yang telah disampaikan untuk diaplikasikan pada hal yang baru. Kata kerja operasional yang digunakan antara lain menggunakan, menerapkan, menghubungkan, memilih, mengembangkan, memilih, mengorganisasikan, dan mengklasifikasikan d) Sintesis Ranah sintesis menuntut siswa untuk menggabungkan atau mengorganisasikan hal hal yang telah diterima menjadi sesuatu yang baru. Kata kerja operasional yang digunakan antara lain menghubungkan, menghasilkan, menggabungkan, mengorganisasikan, menyimpulkan dan mengembangkan.

23 6 e) Analisis Ranah ini menuntut menganalisis bagian bagian, faktor penyebab atau membuat kelompok hal hal yang telah diterima. Kata kerja operasional yang biasa digunakan adalah membedakan, menemukan, mengklasifikasikan, mengkategorikan dan menganalisis. f) Evaluasi Ranah evaluasi menuntut siswa untuk dapat menggabungkan semua aspek untuk menyelesaikan masalah. Kata kerja operasional yang biasa digunakan adalah menafsirkan, mempertimbangkan, mengargumentasikan dan menaksir. Andreson dan Krathwohl melakukan revisi taksonomi Bloom untuk ranah kognitif, revisi tersebut kemudian disebut dengan Taxonomy for Learning, Teaching and Assessing. Adapun komponen komponennya sebagai berikut: (1)Mengingat(remembering) yakni mengenal kembali pengetahuan yang telah dihimpun dalam memori. Mengingat adalah ketika memori digunakan untuk mengenal kembali pengetahuan pengetahuan yang telah diperoleh,(2) memahami (understanding) yakni membangun arti dari berbagai jenis materi, ditandai dengan kemampuan menginterpretasi, memberi contoh, mengklasifikasi, merangkum, menyimpulkan, membandingkan dan menjelaskan, (3) menerapkan (applying) yaitu melakukan atau menggunakan suatu prosedur melalui pelaksanaan atau penerapan pengetahuan. Menerapkan berkaitan dan mengacu pada situasi dimana materi yang telah dipelajari digunakan untuk menghasilkan produk seperti model, penjelasan dan simulasi, keempat, menganalisis (analyzing) yakni mengurai materi atau konsep ke dalam bagian bagian, mengkaji hubungan antar bagian untuk mempelajari struktur atau tujuan secara keseluruhan. Kegiatan mental yang tercakup di dalamnya adalah membedakan,mengorganisasi dan mengidentifikasi,(5) mengevaluasi (evaluating) Membuat kebijakan berdasarkan pada kriteria atau standar melalui pengamatan dan peninjauan, (6) menciptakan (creating) yaitu kegiatan mengkombinasikan elemen elemen untuk membentuk bangun keseluruhan yang logis dan fungsional. Mengorganisasi ulang elemen elemen ke dalam pola atau struktur yang baru melalui proses pembangkitan, perencanaan, atau produksi ( Mundilarto,2010 : 9). 2) Ranah Afektif Ranah afektif mencakup watak perilaku, seperti perasaan, minat, sikap, emosi atau nilai. (Sri Yamtinah,2009:25). Penilaian ranah afektif dilakukan melalui pengamatan langsung dan terus menerus. Ranah afektif menurut

24 7 Krathwohl meliputi menerima (receiving), menanggapi (responding), menilai (valuing), mengorganisasi (organization), dan membentuk watak (characterization). 3) Ranah psikomotik burhubungan dengan erta dengan kerja otot sehingga menyebabkan geraknya tubuh atau bagian bagiannya. Anita harrow mengemukakan garis besar taksonomi ranah psikomotorik meliputi gerakan refleks, dasar dasar gerakan, perceptual abilities, physical abilities, skilled movement, dan nondiscoursive communication (Arikunto, 1987:122). Dalam penelitian ini, hasil belajar yang ingin diamati yaitu hasil belajar pada ranah kognitif dengan komponen penyusun aspek sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya. 3. Penilaian Pembelajaran Fisika a. Pengukuran, Evaluasi dan Penilaian Ada dua istilah yang terkait dengan konsep penilaian (assessment), yaitu pengukuran (measurement) dan evaluasi (evaluation). (Djemari Mardaphi, 2007:1). Menurut Griffin dan Nix pengukuran, asesmen dan evaluasi adalah hirarki. Evaluasi didahului dengan penilaian (assessment) sedangkan penilaian didahului dengan pengukuran. Pengukuran membandingkan hasil pengamatan dengan kriteria, asesmen menjelaskan dan menafsirkan hasil pengukuran, sedangkan evaluasi adalah penetapan nilai atau implikasi suatu perilaku (Djemari Mardapi, 2008:1). Mundilarto mendefinisikan penilaian sebagai proses pengumpulan dan penggunaan informasi oleh guru untuk pemberian keputusan terhadap hasil belajar peserta didik berdasarkan tahapan kemajuan belajarnya sehingga didapatkan profil kemampuan peserta didik sesuai dengan kompetensi yang ditetapkan dalam kurikulum (2012:14). Penilaian didefinisikan pula sebagai rangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan

25 8 sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan (Sri Yamtinah, 2009: 1). Pengukuran adalah proses penetapan angka tehadap suatu gejala menurut aturan tertentu. Dalam bidang pendidikan, pengukuran dilakukan dengan menggunakan tes atau non tes yang pada umumnya digunakan untuk mengukur perilaku peserta didik. Sedangkan evaluasi adalah penilaian yang sistematik tentang manaat atau kegunaan suatu objek. Evaluasi biasanya dilakukan dalam rangka pengambilan keputusan. Oleh karena itu, dalam evaluasi diperlukan indikator indikator keberhasian sebagai tolok ukur pencapaian tujuan. Evaluasi dapat dipandang sebagai suatu siklus yang mencakup empat tahap berikut, persiapan, penilaian, evaluasi dan refleksi. Penilaian hasil belajar peserta didik harus memperhatikan kesahihah, objektifitas, adil, keterpaduan, keterbukaan, kesinambungan, aturan criteria dan akuntabilitas (Yamtinah, 2009:4). Sebuah penilaian pembelajaran dilakukan dengan beberapa tujuan. Menurut Mundilarto, penilaian bertujuan untuk mengetahui tingkat kompetensi peserta didik, mengukur perumbuhan dan perkembangan, mendiagnosis kesulitan belajar, mengetahui hasil proses belajar mengajar, mengetahui pencapaian kurikulum, mendorong guru untuk mengajar lebih baik, sebagai upaya meningkatkan akuntabilitas lembaga dan sebagai upaya meningkatkan kualitas pendidikan (2010 : 16). Untuk mendapatkan informasi mengenai ukuran kemampuan peserta didik maka diperlukan suatu alat ukur. Alat ukur yang dipakai dalam bidang evaluasi biasanya berupa tes dan non tes. Istilah tes, pengukuran dan evaluasi merupakan istilah yang umum dijumpai dalam kegiatan evaluasi. Djemari berpendapat bahwa tes merupakan salah satu cara untuk menaksir besarnya tingkat kemampuan atau keterampilan seseorang secara tidak langsung, yakni melalui respon orang tersebut terhadap sejumlah stimulus atau pertanyaan (2008 :67).

26 9 Sedangkan menurut Suharsini Arikunto (1990 :51) tes merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan atran yang sudah ditentukan. Dari dua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa tes merupakan suatu alat ukur untuk menaksirkan kemampuan seseorang (peserta didik). Selain itu tes juga dapat digunakan sebagai suatu metode untuk melakukan penilaian hasil belajar peserta didik. Bentuk tes yang biasa digunakan ada beberapa macam tergantung penggunaan. Bentuk tes yang digunakan di lembaga pendidikan dapat dikategorikan menjadi dua jenis, yaitu tes objektif dan tes non objektif (Djemari Mardapi, 2008: 69). Bentuk tes objektif yang sering digunakan adalah bentuk pilihan ganda, menjodohkan, benar- salah, dan uraian objektif. 1) Tes objektif (Pilihan Ganda) Multiple choice atau pilihan ganda terdiri atas suatu keterangan atau pemberitahuan tentang suatu pengertian yang belum lengkap. Dan untuk melengkapinya harus memilih satu dari beberapa kemungkinan jawaban yang telah disediakan. (Suharsini arikunto, 1999:168). Dalam Journal of Education yang dituliskan oleh Aidan O Dwyer (2006:2) disebutkan bahwa Multiple choice questions are an efficient means of knowledge assessment (particularly in well defined subjects that do not cange with time. They are used assessment methodology. Bentuk pertanyaan pilihan ganda merupakan sarana yang efisien dalam penilaian ( khususnya untuk mata pelajaran yang tidak berubah dengan waktu). Bentuk tes pilihan ganda dapat banyak digunakan dalam metodologi penilaian. Menurut Suke Silverius, bentuk tes pilihan ganda memiliki beberapa kelebihan, antara lain dapat digunakan untuk mengukur semua jenjang kemampuan berfikir dalam ranah kognitif, dapat dibuat banyak ragam bentuk, dapat digunakan pada semua jenjang sekolah dan kelas, dapat diskor dengan sangat objektif, dan ruang lingkup bahan yang ditanyakan dangat luas. ( Isti Nafah, 2010:10).

27 10 Dalam penulisan butir soal tentu terdapat beberapa kaidah yang harus dipenuhi. Begitu pula dengan penulisan soal yang berbentuk pilihan ganda. Beberapa kaidah yang harus dipenuhi dalam penulisan soal tes pilihan ganda antara lain : Soal harus sesuai dengan indikator, pokok soal harus dirumuskan secara jelas dan tegas. Artinya masalah yang hendak diukur atau ditanyakan harus jelas, tida menimbulkan pengertian atau penafsiran yang berbeda beda bagi setiap peserta didik dan hanya mengandung satu persoalan untuk setiap nomor, bahasa yang digunakan harus komunikastif sehingga mudah dimengerti peserta didik, kalimat yang digunakan sesuai dengan tingkat perkembangan peserta tes, Bahasa Indonesia yang digunakan harus baku, rumusan pokok soal dan pilihan jawaban harus merupakan pertanyaan yang diperlukan saja, letak jawaban benar ditentukan secara acak, pokok soal tidak memberi petunjuk ke arah jawaban benar, pokok soal tidak boleh menggunakan pertanyaan pertanyaan yang bersifat negatif ganda, pilihan jawaban harus homogen dan logis ditinjau dari segi materi, panjang rumusan pilihan jawaban harus relatif sama, pilihan jawaban tidak boleh menggunakan pernyataan semua jawaban benar atau semua jawaban salah, pilihan jawaban yang berbentuk angka harus disusun berdasarkan besar kecilnya, pilihan jawaban tidak boleh mengulang kata atau frase yang sama yang bukan merupakan satu kesatuan, gambar, grafik, tabel, diagram dan sejenisnya yang terdapat pada soal harus jelas dan berfungsi, setiap soal harus mempunyai satu jawaban benar, butir soal tidak boleh bergantung pada jawaban soal sebelumnya (Mundilarto, 2010 : 53). Sebagaimana dalam penskoran instrumen tes yang lain, ada beberapa kaidah penskoran yang harus dipenuhi. Untuk memeriksa jawaban siswa pada instrumen tes yang berbentuk objektif tidaklah sukar, karena dengan sangat mudah dapat digunakan skor benar = 1 dan skor salah 0. Namun untuk menentukan jumlahan skor secara keseluruhan, dapat digunakan beberapa pedoman penskoran berikut: a) Menggunakan faktor koreksi Faktor koreksi dimaksudkan untuk menghindari atau meminimalisasi terjadinya guessing (tebakan) dalam menjawab soal sehingga diberikan denda. Jika penskoran menggunakan faktor koreksi, maka rumus yang harus digunakan adalah skor= B- S option-1... (2.1)

28 11 dengan S : jumlah jawaban benar B ; jumlah jawaban salah b) Tanpa Faktor Koreksi Jika penyusun soal tidak memberikan denda, maka rumus yang digunakan adalah skor=b...(2.2) dimana B : jumlah jawaban benar. Jika dalam penskoran digunakan bobot, maka rumus penskoran menjadi skor = B x bobot...(2.3) 2) Bentuk Benar Salah Menurut Djemari Tes benar salah adalah tes yang terdiri atas sejumlah pernyataan yang bernilai benar dan salah (2008 :71). Tes benar salah memiliki kelebihan antara lain dapat mencakup bahan yang luas, mudah menyusunnya, dapat digunakan berkali kali, dapat dilihat secara cepat dan objektif dan petunjuk cara mengerjakannya mudah dimengerti (Arikunto : 1987:166) 3) Bentuk Uraian Objetif Bentuk soal uraian objektif sangat tepat digunakan dalam sains dan matematika dengan alasan hanya terdapat satu kunci jawaban (Mardapi, 2008:72). Sebagaimana tes bentuk benar salah, tes bentuk uraian objektif ini memiliki prosedur pengerjaan tertentu yang relatif mudah dan terdapat poin pada setiap langkahnya. Akan tetapi bentuk tes ini memiliki kelemahan yakni kerumitan dalam penskoran. Terkait dengan penelitian ini, bentuk tes yang akan disusun adalah bentuk tes pilihan ganda. Pemilihan bentuk tes pilihan ganda ini didasarkan pada beberapa kelebihan yang dimiliki oleh bentuk tes pilihan ganda antara lain dapat digunakan untuk mengukur semua jenjang kemampuan berfikir dalam ranah kognitif, dapat dibuat banyak ragam bentuk, dapat digunakan pada semua jenjang

29 12 sekolah dan kelas, dapat diskor dengan sangat objektif, dan ruang lingkup bahan yang ditanyakan dangat luas b. Macam Tes Berdasarkan Tujuan Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai dari suatu tes, maka tes dapat dibedakan menjadi empat, yakni tes penempatan, tes diagnostik, tes sumatin dan tes formatif. 1) Tes penempatan Tes penempatan dilaksanakan di awal dan dilakukan untuk mengetahui tingkat kompetensi yang telah dimiiki oleh peserta didik 2) Tes diagnostik Anas Sudijono menyatakan bahwa tes sumatif merupakan tes hasil belajar yang dilaksanakan setelah sekumpulan satuan program pengajaran selesai diberikan (2005:70). 3) Tes sumatif Tes sumatif dilakukan pada akhir semester, hasilnya digunakan untuk menentukan kebehasilan belajar peserta didik. 4) Tes Formatif Formatif berasal dari kata form. Secara umum tes ini berfungsi untuk memperoleh informasi atau masukan tentang tingkat keberhasilan pelaksanaan proses pembelajaran. Masukan ini berguna untuk memperbaiki strategi mengajar. Dengan penilaian formatif diharapkan dapat memperbaiki program pengajaran dan strategi pelaksanaannya (Winarno Surachman, 1995 : 8). Tes formatif memiliki karakteristik sebagai berikut: 1) dilakukan pada akhir setiap satuan pelajaran, 2) bertujuan untuk mengetahui sejauh mana tujuan pembelajaran pada setiap satuan pelajaran sudah tercapai, 3) berfungsi memberikan umpan balik untuk perbaikan proses belajar mengajar, 4) dilakukan dengan mempergunakan tes hasil belajar, kuesioner ataupun cara lain yang sesuai, 5) peserta didik dinilai berhasil jika mencapai taraf penguasaan minimal 70 % dari tujuan pembelajaran yang ingin dicapai (Mundilarto, 2010 : 49). Tes formatif juga memberikan manfaat baik kepada siswa, guru maupun program itu sendiri. Manfaat bagi siswa

30 13 a) Digunakan untuk mengetahui apakah siswa sudah mengetahui apakah siswa sudah menguasai bahan program secara menyeluruh b) Merupakan penguatan (reinforcement) bagi siswa c) Usaha perbaikan. Dengan umpan balik (feed back) yang diperoleh setelah melakukan tes, siswa mengetahui kelemahan kelemahannya. Bahkan dengan teliti siswa mengetahui bab atau bagian dari bahan mana yang belum dikuasainya d) Sebagai diagnosis. Dengan mengetahui hasil tes formatif siswa dengan jelas dapat mengetahui bagian mana dari bahan yang mesih dirasakan sulit. Setelah siswa mengetahui kelemahannya dengan cepat dapat memperbaiki diri. Manfaat bagi guru a) Mengetahui sejauh mana bahan yang diajarkan sudah dapat diterima oleh siswa. Hal ini akan menentukan pula apakah guru itu harus mengganti cara menerangkan (strategi mengajar) atau tetap dapat menggunakan cara (strategi) yang lama. b) Mengetahui bagian bagian mana dari bahan pelajaran yang berlum menjadi milik siswa. Apabila bagian yang belum dikuasai kebetulan merupakan bahan prasyarat bagi bagian pelajaran yang lain. c) Dapat meramalkan sukses dan tidaknya seluruh program yang akan diberikan. Manfaat bagi program Setelah diadakan tes formatif maka akan diperoleh hasil, dari hasil tersebut maka akan diketahui ; a) Apakah program yang telah diberikan merupakan program yang tepat dalam arti sesuai dengan kecakapan anak. b) Apakah program tersebut membutuhkan pengetahuan pengetahuan prasyarat yang belum diperhitungkan c) Apakah diperlukan alat, sarana, dan prasarana untuk mempertinggi hasil yang akan dicapai. d) Apakah metode, pendekatan dan alat evaluasi yang digunakan sudah tepat. (Arikunto :36) Anas Sudijono (1995 : 74) berpendapat mengenai tindak lanjut yang perlu dilakukan setelah tes formatif, antara lain: a) Jika materi yang diteskan itu telah dikuasai dengan baik, maka pembelajaran dilanjutkan dengan pokok bahasan yang baru. b) Jika ada bagian bagian yang belum dikuasai maka sebelum dilanjutkan dengan pokok bahasan yang baru, terlebih dahulu diulangi atau dijelaskan lagi bagian bagian yang belum dikuasai oleh peserta didik. 4. Prosedur Penyusunan Tes Penyusunan instrumen tes melalui beberapa tahapan, yakni (1) melakukan analisis kurikulum, (2) menetapkan tujuan tes, (3) membuat kisi kisi,

31 14 (4) menulis instrumen tes, (5) melakukan telaah instrumen secara teoritis, (6) melakukan uji coba dan analisis item hasil uji coba tes, dan (7) merevisi instrumen tes (Estina Ekawati,2011:20).

32 15 5. Analisis Hasil Tes Analisis hasil tes dapat dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis hasil tes dilakukan untuk melihat secara tidak langsung kaualitas dari tes yang telas disusun. a. Analisis Kualitatif Analisis kualitatif dilakukan dengan penelaahan pada tes yang telah dibuat. Telaah tes secara kualitatif dilakukan terhadap aspek materi, konstruksi dan bahasa. Djemari (2008 : 137) memberikan definisi mengenai aspek materi, konstruksi dan bahasa sebagai berikut Aspek materi berkaitang dengan substansi keilmuan yang ditanyakan serta tingkat berfikir yang terlibat. Aspek konstruksi berkaitan dengan teknik penulisan soal, baik bentuk objektif maupun yang non objektif. Aspek bahasa terkait dengan kekomunikatifan / kejelasan hal yang ditanyakan. b. Analisis Kuantitatif 1) Validitas Sebuah tes dapat dikatakan valid apabila tes dapat tepat mengukur apa yang hendak diukur. Valid dapat diartikan sebagai sahih, sehingga validitas dapat diartikan sebagai kesahihan. Walaupun istilah tepat belum tentu mencakup semua arti yang tersirat dalam kata valid dan kata tepat kadang kadang digunakan dalam konteks yang lain, akan tetapi tambahan kata tepat dalam menerangkan kata valid dapat memperjelas apa yang dimaksud. Ada beberapa macam validitas, antara lain validitas logis dan validitas empiris a) Validitas logis Validitas logis dalam konteks instrumen memiliki arti sebagai kondisi bagi sebuah instrumen yang memenuhi persyaratan valid berdasarkan hasil penalaran. Kevalidan tersebut terpenuhi jika instrumen telah disusun dengan baik, mengikuti teori dan ketentuan yang ada. Ada dua macam komponen dallam validitas logis, yakni validitas isi dan validitas konstruk. Validitas isi bagi sebuah instrumen menunjuk ada

33 16 kondisi bahwa sebuah instrumen yang telah disusun sesuai dengan materi pelajaran yang akan dievaluasi. Sedangkan validitas konstruk sebuah instrumen tercapai jika instrumen yang disusun berdasarkan konstruk kejiawaan yang seharusnya dievaluasi. b) Validitas empiris Validitas empiris adalah validitas yang bersumber pada atau diperoleh atas dasar pengamatan di lapangan. Suatu tes hasil belajar dapat dikatakan memiliki validitas empirik apabila secara tepat dapat mengukur hasil belajar yang seharusnya diukur melalui tes tersebut Untuk mengetahui validitas empirik paket soal yang telah diujikan dilakukan dengan menghitung daya ketepatan bandingan (concurrent validity). Validitas empiris dapat dihitung dengan dua metode berdasarkan jenis datanya, jika data yang dimiliki salah satunya adalah data dikotomi maka rumus yang digunakan adalah korelasi point biserial. Rumusan koefisien point biserial adalah = [ ]...(2.4) (Nonoh Siti Aminah, 2012 :9) dengan r : koefisien biseral Mi M x S x P : mean skor X dari seluruh subjek yang mendapat angka 1 pada variabel dikotomi : mean skor dari seluruh subjek : deviasi standar skor X : proporsi subjek yang mendapat skor 1 pada variabel dikotomi 2) Reliabilitas Sebuah tes dapat dikatakan reliabel jika memberikan hasil yang tetap apabila diteskan berkali kali. Dengan kata lain jika kepada siswa diberikan tes yang sama pada waktu yang berlainan, maka setiap siswa akan tetap berada dalam urutan ang sama dalam kelompoknya.

34 17 Jika dihubungkan denganvaliditas, maka validitas adalah ketepatan dan reliabilitas adalah ketetapan. Dengan kata lain, reliabilitas tes adalah tingkat atau derajat konsisten item bersangkutan, yaitu berkenaan dengan pertanyaan apakah suatu item atau alat ukur teliti dapat dipercaya sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. Item dikatakan reliabel jika selalu memberi hasil yang sama pada waktu atau kesempatan yang berbeda. Indeks reliabilitas dapat ditentukan dengan beberapa metode, antara lain: a) Teknik ulangan tes Teknik ini dapat dilaksanakan dengan menyelenggarakan tes sebanyak dua kali pada waktu yang berbeda. Tujuan dari pengulangan tes ini adalah untuk mengetahui tingkat stabilitas atau ketetapan hasil tes, antara tes yang pertama dan tes yang kedua. Teknik ini memiliki kelemahan pada sulitnya membuat kondisi penyelenggaraan tes yang benar benar sama. b) Teknik bentuk paralel Teknik bentuk paralel dilaksanakan dengan memberikan tes yang seimbang untuk subjek tes yang sama. Kelemahan dari teknik ini adalah pada sulitnya membuat tes yang benar benar seimbang. c) Teknik Konsistenasi Internal Mengenai teknik konsistensi internal, Syaifuddin mengemukakan bahwa pendekatan konsistensi internal dimaksudkan untuk menghindari masalah yang biasanya ditimbulkan oleh pendekatan tes ulang dan bentuk paralel. Pendekatan konsistensi internal, hanya memerlukan satu kali tes kepada sekelompok individu, pendekatan ini memiliki nilai praktis dan efisiensi yang tinggi(1997:63). Berkaitan dengan penelitian ini, koefisien reliabilitas dicari dengan menggunakan teknik konsistensi internal metode koefisien alpha. Nilai koefisien reliabilitas dicari dengan menggunakan bantuan software Microcat ITEMAN 3,0. Persamaan matematis untuk mencari koefisien alpha 20 adalah keterangan: = 1 ( )... (2.5)

35 18 K ; banyaknya item dalam tes : varians skor tes P : proporsi subjek yang mendapat angka 1 pada suatu item, yaitu banyaknya angka 1 dibagi oleh banyaknya seluruh subjek yang menjawab item tersebut (Syaifuddin Azwar, 1992 :83) Kriteria : 0,00 < 0,20 : reliabilitas sangat rendah 0,20 < 0,40 : reliabilitas rendah 0,40 < 0,60 : reliabilitas cukup 0,60 < 0,80 : reliabilitas tinggi 0,80 < 1,00 : reliabilitas sangat tinggi (Suharsimi Arikunto,2005 : 100) 3) Taraf Kesukaran Taraf kesukaran tes adalah kemampuan tes tersebut dalam menjaring banyaknya subyek peserta tes yang dapat mengerjakan dengan betul. Rumus yang digunakan untuk menghitung indeks kesukaran adalah : P= B JS... (2.6) ( Suharsimi Arikunto, 2001 : 208 ) dengan P : indeks kesukaran B : banyaknya siswa yang menjawab benar JS : jumlah siswa peserta tes Klasifikasi soal : Soal dengan p 1,00 sampai 0,30, soal kategori sukar Soal dengan p 0,30 sampai 0,70, soal kategori sedang Soal dengan p 0,70 sampai 1,00, soal kategori mudah 4) Daya Pembeda Daya pembeda butir soal berfungsi untuk menentukan dapat tidaknya suatu butir soal membedakan kelompok peserta tes yang berkemampuan tinggi dan berkemampuan rendah. Daya pembeda butir soal ditentukan menggunakan

36 19 dua kelompok ujung, yaitu kelompok atas (upper group) dan kelompok bawah (lower group). Biasanya kedua kelompok ditentukan sebanyak 27% dari jumlah peserta tes yang medapatkan skor tinggi kelompok atas dan 27% dari jumlah peserta tes yang mendapat skor rendah sebagai kelompok bawah. Daya pembeda butir sal ditetapkan sebagai : dengan ULI Ru R l f ULI= R u-r l f : daya pembeda butir soal (Upper Lower Index)...(2.7) : Jumlah subjek kelompok atas yang menjawab benar soal : jumlah subjek kelompok bawah yang menjawab benar soal : jumlah subjek tiap tiap kelompok Daya pembeda dapat pula dihitung dengan mencari nilai korelasi point biserial dan nilai korelasi Biserial. Secara matematis nilainya dinyatakan dengan: r pbis = M p-m t S T p 1-p = M p-m t S T p q...(2.8) keterangan: p Mp Mt S T : jumlah peserta tes yang menjawab benar : mean skor tes dari peserta tes yang menjawab benar : mean skor total : varians total Dan nilai korelasi Biserial dinyatakan dengan persamaan r bis = M p-m t S T p y...(2.9) Nilai korelasi Biserial selalu lebih rendah dibanding dengan korelasi point biserial. Klasifikasi daya beda butir soal adalah sebagai berikut Tabel 2.1. Klasifikasi Daya Beda Butir Nilai p Klasifikasi Interpretasi Kurang dari 0,20 Poor Butir item yang bersangkutan daya bedanya lemah sekali (jelek) 0,20 0,40 Satisfactory Butir yang bersangkutan telah memiliki daya beda yang cukup

37 20 0,40 0,70 Good Butir yang bersangkutan telah memiliki daya beda yang baik 0,70 1,00 Excellent Butir yang bersangkutan telah memiliki daya beda yang baik sekali Bertanda negatif - Butir yang bersangkutan telah memiliki daya bedanya negatif (jelek sekali) Sebagai tindak lanjut dari penganalisisan mengenai daya pembeda item, item soal dikelompokkan menurut klasifikasi sebagaimana yang dikemukakan oleh Anas Sudijono (1995 : 389) berikut: 1. Butir butir soal yang sudah memiliki daya pembeda item yang baik (satisfactory, good, dan excellent) hendaknya dimasukkan dalam buku bank soal tes hasil belajar. Butir butir item tersebut dapat dipakai. 2. Butir butir item yang daya pembedanya masih rendah (poor), ada dua kemungkinan tindak lanjut, yaitu : a) Ditelusuri untuk kemudian diperbaiki, dan setelah diperbaiki dapat diajukan lagi dalam tes hasil belajar yang akan datang. b) Dibuang dan tidak digunakan lagi. 5) Efektifitas Distraktor Analisis efektifitas pengecoh atau analisis distribusi jawaban dimaksudkan untuk mengetahui apakah alternatif jawaban yang tersedia sudah berfungsi dengan baik atau belum. Berdasarkan hasil analisis distribusi jawaban tes, dapat diketahui jumlah peserta tes yang menjawab soal dengan benar, alternatif jawaban atau pengecoh (distraktor) mana yang kesalahannya terlalu mencolok sehingga tidak ada daya tarik bagi peserta tes, dan alternatif jawaban atau pengecoh yang telah berfungsi dengan baik. Pengecoh dikatakan berfungsi dengan baik apabila jumlah pemilihnya paling sedikit 2% dari jumlah peserta tes. 6. Penelitian yang Relevan Beberapa penelitian yang bertema evaluasi kh tes formatif telah dilaksanakan sebelumnya, antara lain: a. Isti Nafah (2010 : 5) dalam penelitian yang berjudul Pengaruh Perbedaan Bentuk Tes dalam Evaluasi hasil Belajar Fisika Ditinjau dari Kemampuan Bahasa Indonesia. Kesimpulan dari penelitian tersebut adalah bahwa pada

38 21 evaluasi hasil belajar Fisika, penggunaan tes pilihan ganda lebih efektif daripada penggunaan tes esai. b. Supardi U.S (2008) dalam penelitian berjudul Pengaruh bentuk tes Formatif san Kecerdasan Emosional Terhadap Hasil Belajar Matematika, hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil belajar matematika siswa yang terbiasa diberi tes formatif berbentuk pilihan ganda lebih tinggi dari siswa yang biasa diberi tes formatif bentuk essay. c. Elvin Yusliana (2008) dalam penelitian berjudul Analisis Kualitatif Tes Fisika Semester I Kelas X SMA Negeri 2 Ngaglik Kabupaten Sleman Menggunakan Pendekatan teori Tes Klasik dan Teori Respon Butir, kesimpulan yang diperoleh dari penelitian tersebut adalah tingkat konsistensi analisis soal dengan menggunakan teori tes klasik dan teori respon butir tes Fisika semester I kelas X SMA Negeri 2 Ngaglik kabupaten Sleman pada tahun pelajaran 2007/2008 menunjukkan nilai yang rendah. B. Kerangka Berpikir Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas instrumen tes formatif yang telah disusun. Produk akhir yang dihasilkan berupa soal tes formatif materi cahaya. Aspek yang diukur melalui instrumen tes formatif yang berbentuk soal pilihan ganda ini adalah aspek kognitif siswa. Hal mendasar yang melatarbelakangi penelitian ini adalah urgensi tes dalam mengetahui tingkat kemampuan siswa dan kenyataan di lapangan bahwa sebagian guru belum melakukan penyusunan instrumen tes sendiri dan menganalisis instrumen yang telah dibuat sesuai dengan standar. Sebuah instrumen yang baik, seharusnya dapat memberikan gambaran mengenai kemampuan dan kompetensi siswa. Siswa dinilai mampu jika memenuhi standar kelulusan minimal yang telah ditetapkan. Untuk mengetahui kemampuan tersebut guru menggunakan instrumen tes untuk diujikan kepada siswa. Soal yang digunakan seharusnya sesuai dengan materi yang telah disampaikan oleh guru tersebut, tidak kurang atau lebih. Jadi soal yang diteskan dibuat sendiri oleh guru dan disesuaikan dengan kompetensi yang harus dicapai

39 22 oleh siswa karena kualitas instrumen juga menentukan kualitas pengambilan keputusan. Untuk mengetahui kualitas instrumen tes yang telah disusun maka dilakukan analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif dilakukan oleh ahli dan analisis kuantitatif dilakukan dengan menggunakan program ITEMAN dan analisis butir soal yang lain yang meliputi analisis mengenai reliabilitas, daya pembeda, taraf kesukaran, efektifitas distraktor. Dengan disusunnya instrumen tes formatif yang baik diharapkan dapat menjadi sarana pengumpul informasi mengenai pembelajaran secara keseluruhan sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai secara optimal. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dibuat bagan kerangka berpikir berikut:

40 23 Analisis Kebutuhan Pengumpulan referensi materi Penyusunan instrumen tes Validasi instrumen oleh pakar Revisi instrumen tes Validasi lapangan Revisi instrumen Analisis hasil Produk akhir instrumen tes Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berpikir C. PERTANYAAN PENELITIAN Pertanyaan dari penelitian ini adalah : Bagaimanakah karakteristik instrumen tes formtif Fisika untuk SMP kelas VIII materi Cahaya yang telah disusun?

41 24 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 2 Girimarto kelas VIII tahun pelajaran 2011/ Waktu Penelitian Waktu penelitian antara bulan Januari Juni 2012, adapun rinciannya dapat digambarkan dalam tabel berikut: Tabel 3.1. Waktu Penelitian Tahapan Bulan ke- I II III IV V VI 1. Persiapan penelitian a. Pengajuan judul b. Permohonan pembimbing c. Pembuatan proposal penelitian d. Permohonan perijinan kepada lembaga terkait 2. Pelaksanaan penelitian a. Pembuatan instrument b. Konsultasi instrument c. Uji coba instrument 3. Penyelesaian a. Analisis data b. Konsultasi dengan pembimbing c. Penyusunan laporan B. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan merupakan metode penelitian dasar. Penelitian dasar adalah suatu penelitian yang bertujuan untuk mengembangkan

42 25 teori ilmiah atau prinsip dasar suatu disiplin ilmu yang lebih baik daripada hanya memecahkan persoalan praktis ( Nonoh Siti A, 2002:1). C. Prosedur Penyusunan Penelitian ini bertujuan untuk menyusun instrumen tes formatif Fisika untuk SMP kelas VIII untuk materi Cahaya. Adapun tahapan penyusunan instrumen tes dalam penelitian ini adalah 1. Melakukan analisis kurikulum Analisis kurikulum dilakukan dengan cara melihat dan menelaah kembali kurikulum yang telah ada berkaitan dengan tujuan tes yang telah ditetapkan. Instrumen yang disusun seharusnya sesuai dengan indikator pencapaian suatu KD (Kompetensi Dasar) yang terdapat dalam Standar isi (SI). 2. Menetapkan tujuan tes Langkah awal dalam mengembangkan instrumen tes adalah menetapkan tujuan. Ada empat macam tes berdasarkan tujuannya, yaitu : (a) tes penempatan, (b) tes diagnostik, (c) tes formatif dan (d) tes sumatif 3. Membuat kisi kisi Kisi kisi tes merupakan matriks yang berisi spesifikasi soal soal (meliputi SK KD, materi, indikator dan bentuk soal yang akan dibuat. 4. Menulis Instrumen Penulisan instrumen tes berdasar pada indikator yang telah dituliskan pada kisi kisi tes dan dituangkan dalam spesifikasi butir soal. 5. Melakukan telaah instrumen secara teoritis Telaah instrumen secara teoritis dilakukan untuk melihat kesahihan instrumen dari segi materi, konstruksi dan bahasa. Telaah instrumen secara teoritis dilakukan oleh ahli atau pakar, teman sejawat atau oleh penulis soal. Dalam penelitian ini, proses telaah instrumen secara teoritis dilakukan oleh dosen pembimbing, dosen ahli materi dan guru kelas (validasi ahli). 6. Melakukan uji coba dan analisis item hasil uji coba tes Langkah ini diperlukan untuk memperoleh data empiris tentang kualitas tes yang telah disusun. Ujicoba dapat dilakukan ke sebagian siswa sehingga dari

Indah Arsita Sari, Edy Wiyono, Ahmad Fauzi Pendidikan Fisika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, Indonesia

Indah Arsita Sari, Edy Wiyono, Ahmad Fauzi Pendidikan Fisika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, Indonesia PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES FORMATIF FISIKA SMA NEGERI 2 SURAKARTA KELAS XI SEMESTER GENAP TAHUN 2013 Indah Arsita Sari, Edy Wiyono, Ahmad Fauzi Pendidikan Fisika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Lebih terperinci

PENYUSUNAN INSTRUMEN TES FORMATIF FISIKA SMP

PENYUSUNAN INSTRUMEN TES FORMATIF FISIKA SMP ISSN: 2338 0691 Jurnal Pendidikan Fisika (2013) Vol.1 No.1 halaman 46 April 2013 PENYUSUNAN INSTRUMEN TES FORMATIF FISIKA SMP 1) Isnaini Rohayati, 2) Dr.Nonoh Siti A, M.Pd, 3) Elvin Yusliana E, S.Pd, M.Pd

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu penelitian evaluatif. Penelitian evaluatif yaitu penelitian dengan mengumpulkan data

Lebih terperinci

PERBANDINGAN EFEKTIFITAS PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES SUMATIF FISIKA MENGGUNAKAN METODE SELF DAN FEEDBACK REVISION

PERBANDINGAN EFEKTIFITAS PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES SUMATIF FISIKA MENGGUNAKAN METODE SELF DAN FEEDBACK REVISION 63 PERBANDINGAN EFEKTIFITAS PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES SUMATIF FISIKA MENGGUNAKAN METODE SELF DAN FEEDBACK REVISION Kenny Anindia Ratopo, Sutadi Waskito, Dewanto Harjunowibowo Universitas Sebelas Maret

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian tentang analisis butir soal Ulangan Akhir Semester (UAS) mata pelajaran Fisika kelas XI SMA Negeri 1 Purwokerto Tahun Ajaran 2015/2016 ini sesuai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SMP Negeri 2 Mojolaban yang beralamat di Jl. Veteran No. 69 Mojolaban, Sukoharjo.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semua orang yang mengalami sekolah secara formal, mungkin juga sekolah informal

BAB I PENDAHULUAN. Semua orang yang mengalami sekolah secara formal, mungkin juga sekolah informal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Semua orang yang mengalami sekolah secara formal, mungkin juga sekolah informal dan nonformal, tak terhindar dari pengukuran (measurement) dan tes. Suatu tes

Lebih terperinci

PENYUSUNAN INSTRUMEN TES KEMAMPUAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI FISIKA PADA SISWA SMP

PENYUSUNAN INSTRUMEN TES KEMAMPUAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI FISIKA PADA SISWA SMP PENYUSUNAN INSTRUMEN TES KEMAMPUAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI FISIKA PADA SISWA SMP Skripsi Oleh: Emi Rofiah K2308084 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2013 i ii PENYUSUNAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subyek Penelitian Sekolah yang dipilih sebagai lokasi penelitian adalah salah satu Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Kota Bandung. Pemilihan sekolah tersebut menjadi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Perangkat Evaluasi a. Evaluasi Evaluasi merupakan program yang dilaksanakan untuk mengetahui tujuan yang dicapai. Tayibnapis (2008:189-190) mengatakan bahwa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian, Peranan, Tujuan, dan Fungsi Evaluasi dalam Kegiatan Pembelajaran

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian, Peranan, Tujuan, dan Fungsi Evaluasi dalam Kegiatan Pembelajaran 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian, Peranan, Tujuan, dan Fungsi Evaluasi dalam Kegiatan Pembelajaran Evaluasi adalah suatu tindakan yang dilakukan untuk menentukan nilai dari suatu kegiatan pembelajaran

Lebih terperinci

ANALISIS INSTRUMEN UJIAN AKHIR SEMESTER MATA PELAJARAN IPA (FISIKA) DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI KABUPATEN NGAWI

ANALISIS INSTRUMEN UJIAN AKHIR SEMESTER MATA PELAJARAN IPA (FISIKA) DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI KABUPATEN NGAWI 1 ANALISIS INSTRUMEN UJIAN AKHIR SEMESTER MATA PELAJARAN IPA (FISIKA) DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI KABUPATEN NGAWI Skripsi Oleh : Anggesta Yulita Ristaniva Putri X 2306017 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini digunakan metode Pre eksperimental design.

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini digunakan metode Pre eksperimental design. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penilitian Dalam penelitian ini digunakan metode Pre eksperimental design. Menurut Suharsimi Arikunto (2013: 84), pre eksperimental design seringkali dipandang sebagai

Lebih terperinci

BAB IV KUALITAS INSTRUMEN PENGUKURUAN DALAM PEMBELAJARAN

BAB IV KUALITAS INSTRUMEN PENGUKURUAN DALAM PEMBELAJARAN BAB IV KUALITAS INSTRUMEN PENGUKURUAN DALAM PEMBELAJARAN A. Pendahuluan Suatu alat ukur selayaknya memiliki ketepatan, keakuratan dan konsistensi sesuai dengan apa yang akan diukurnya. Tidak terkecuali

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam bab ini akan diuraikan hal-hal yang berkaitan dengan metode

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam bab ini akan diuraikan hal-hal yang berkaitan dengan metode BAB III METODE PENELITIAN Dalam bab ini akan diuraikan hal-hal yang berkaitan dengan metode penelitian, desain penelitian, instrumen penelitian, proses pengembangan instrumen penelitian, teknik pengumpulan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN digilib.uns.ac.id 33 BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian pengembangan penilaian ini dilakukan di lima Sekolah Menengah Atas Negeri di Surakarta Propinsi

Lebih terperinci

ANALISIS TES BUATAN GURU BIDANG STUDI MATEMATIKA KELAS V SD 1 KATOBENGKE

ANALISIS TES BUATAN GURU BIDANG STUDI MATEMATIKA KELAS V SD 1 KATOBENGKE ANALISIS TES BUATAN GURU BIDANG STUDI MATEMATIKA KELAS V SD 1 KATOBENGKE Azis Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Unidayan Baubau Email: azis_nasam@yahoo.com Abstrak Tujuan penelitian ini adalah untuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Agar tidak menimbulkan penafsiran yang berbeda maka beberapa istilah yang

BAB III METODE PENELITIAN. Agar tidak menimbulkan penafsiran yang berbeda maka beberapa istilah yang BAB III METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional Agar tidak menimbulkan penafsiran yang berbeda maka beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini dijelaskan sebagai berikut: 1. Kesulitan belajar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 24 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah Metode deskriptif. Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 1 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif, yang banyak dituntut menggunakan angka, mulai dari pengumpulan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional Berikut ini diuraikan beberapa definisi operasional dari istilah yang terkait dalam permasalahan penelitian ini, di antaranya: 1. Pengembangan tes tertulis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMA N 4 Madiun yang beralamat di Jalan Serayu Kota Madiun. Waktu pelaksanaanya pada semester II tahun pelajaran 2014/2015

Lebih terperinci

ANALISIS INSTRUMEN TES AKHIR SEMESTER II MATA PELAJARAN FISIKA KELAS X SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) DI WILAYAH SURAKARTA

ANALISIS INSTRUMEN TES AKHIR SEMESTER II MATA PELAJARAN FISIKA KELAS X SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) DI WILAYAH SURAKARTA ANALISIS INSTRUMEN TES AKHIR SEMESTER II MATA PELAJARAN FISIKA KELAS X SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) DI WILAYAH SURAKARTA Skripsi Oleh: Unik Nela Sintiasari K2308125 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Lebih terperinci

ANALISIS BUTIR SOAL UJIAN TENGAH SEMESTER MATA KULIAH BIOLOGI UMUM DI UNIVERSITAS PAPUA

ANALISIS BUTIR SOAL UJIAN TENGAH SEMESTER MATA KULIAH BIOLOGI UMUM DI UNIVERSITAS PAPUA Prosiding Seminar Nasional Volume 02, Nomor 1 ISSN 2443-1109 ANALISIS BUTIR SOAL UJIAN TENGAH SEMESTER MATA KULIAH BIOLOGI UMUM DI UNIVERSITAS PAPUA Insar Damopolii 1 Universitas Papua 1 i.damopoli@unipa.ac.id

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Definisi operasional bertujuan memberikan persamaan persepsi terhadap

BAB III METODE PENELITIAN. Definisi operasional bertujuan memberikan persamaan persepsi terhadap BAB III METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional Definisi operasional bertujuan memberikan persamaan persepsi terhadap istilah yang ada dalam penelitian ini. 1. Analisis kualitas soal, soal dianalisis

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 1. Kemampuan afektif yang dianalisis dalam penelitian ini adalah perilaku siswa

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 1. Kemampuan afektif yang dianalisis dalam penelitian ini adalah perilaku siswa BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Definisi Operasional 1. Kemampuan afektif yang dianalisis dalam penelitian ini adalah perilaku siswa selama kegiatan praktikum uji makanan berlangsung yang dijaring melalui

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di MAN 1 Surakarta pada kelas X Semester II

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di MAN 1 Surakarta pada kelas X Semester II 59 BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di MAN 1 Surakarta pada kelas X Semester II Tahun Pelajaran 2012/2013. 2. Waktu Penelitian Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. eksperimen. Pada penelitian ini peneliti melakukan satu macam perlakuan yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. eksperimen. Pada penelitian ini peneliti melakukan satu macam perlakuan yang BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuasi eksperimen. Pada penelitian ini peneliti melakukan satu macam perlakuan yang diberikan

Lebih terperinci

Kegiatan Belajar 3: Menulis Tes Hasil Belajar

Kegiatan Belajar 3: Menulis Tes Hasil Belajar Kegiatan Belajar 3: Menulis Tes Hasil Belajar Uraian Materi Secara umum, langkah-langkah kegiatan penilaian hasil belajar yang dilakukan Guru meliputi: (1) Perencanaan penilaian dan pengembangan perangkat,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Kesulitan belajar siswa yang dimaksud adalah profil kemampuan siswa dalam

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Kesulitan belajar siswa yang dimaksud adalah profil kemampuan siswa dalam BAB III METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional 1. Kesulitan belajar siswa yang dimaksud adalah profil kemampuan siswa dalam merespon soal tes diagnosis serta latar belakang siswa yang mempengaruhi kemampuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. IPA semester ganjil yaitu pada bulan September - Oktober Tahun Ajaran

BAB III METODE PENELITIAN. IPA semester ganjil yaitu pada bulan September - Oktober Tahun Ajaran 31 BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di MA Darul Hikmah Pekanbaru di kelas XI IPA semester ganjil yaitu pada bulan September - Oktober Tahun Ajaran 2013/2014,

Lebih terperinci

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2012

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2012 ANALISIS BUTIR SOAL UJIAN SEMESTER MAHASISWA BIOLOGI MATA KULIAH BIDANG PENDIDIKANSEMESTER GASAL PROGRAM STUDI BIOLOGI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA TAHUN AJARAN

Lebih terperinci

KUALITAS INSTRUMEN PENGUKURUAN DALAM PEMBELAJARAN

KUALITAS INSTRUMEN PENGUKURUAN DALAM PEMBELAJARAN KUALITAS INSTRUMEN PENGUKURUAN DALAM PEMBELAJARAN A. Validitas Validitas berasal dari kata validity yang berarti sejauh mana ketetpatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya (Djaali

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII SMPN

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII SMPN BAB III METODE PENELITIAN A. Populasi dan Sampel Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII SMPN 19 Bandung tahun ajaran 2010/2011. Sampel dalam penelitian ini sebanyak tiga kelas

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah research and development

III. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah research and development III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah research and development atau penelitian pengembangan. Metode ini memadukan penelitian dan pengembangan secara

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 32 BAB III METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional 1. Asesmen portofolio Asesmen portofolio merupakan bentuk penilaian terhadap sekumpulan karya peserta didik yang tersusun secara sistematis dan terorganisasi

Lebih terperinci

Metode penelitian adalah langkah-langkah yang harus dilakukan dalam. suatu penelitian, dimana langkah-langkah tersebut meliputi pengumpulan,

Metode penelitian adalah langkah-langkah yang harus dilakukan dalam. suatu penelitian, dimana langkah-langkah tersebut meliputi pengumpulan, 55 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian adalah langkah-langkah yang harus dilakukan dalam suatu penelitian, dimana langkah-langkah tersebut meliputi pengumpulan, penyusunan,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode dan Desain Penelitian Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode pre- experiment. Pre-Experiment yaitu metode penelitian yang hanya menggunakan satu kelas

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Definisi Operasional Untuk menghindari salah penafsiran variabel yang digunakan dalam penelitian ini, berikut ini adalah penjelasan operasionalnya: 1. Model Pembelajaran

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 27 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode campuran atau mix method, yaitu kuantitatif-deskriptif. Dimana pada penelitian ini data yang diperoleh

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Penelitian ini mengadopsi metode penelitian kuasi eksperimen yang menurut Panggabean (1996) merupakan eksperimen dimana variabel-variabel yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Populasi/Sampel Penelitian Lokasi pada penelitian ini yaitu sekolah SMA Negeri 1 Bandung yang berlokasi di Jl. Ir Juanda no 93. Subjek dari penelitian ini

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIK

BAB II KAJIAN TEORETIK BAB II KAJIAN TEORETIK 2.1 Tinjauan Tentang Kualitas Berbicara tentang pengertian atau definisi kualitas dapat berbeda makna bagi setiap orang, karena kualitas memiliki banyak kriteria dan sangat bergantung

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. berupa deskriptif dari gejala yang diamati, berupa angka-angka atau koefisien

BAB III METODE PENELITIAN. berupa deskriptif dari gejala yang diamati, berupa angka-angka atau koefisien BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif. Data yang dianalisis tidak untuk menerima atau menolak hipotesis, melainkan hasil analisis berupa

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. (2006), penelitian deskriptif diarahkan untuk memberikan gejala-gejala, fakta-fakta atau

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. (2006), penelitian deskriptif diarahkan untuk memberikan gejala-gejala, fakta-fakta atau 23 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan tujuan untuk menggambarkan secara matematis fakta dan karrakteristik objek atau subjek

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif kualitatif. Penilitian deskrispi kualitatif merupakan metode menggambarkan dan menginterpretasikan objek

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 41 BAB III METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional Untuk menghindari penafsiran yang berbeda maka diperlukan penjelasan mengenai beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian melalui definisi operasional

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 27 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode dan Desain Penelitian Secara umum metode penelitian dapat diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Sugiyono (2011:

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Quasy

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Quasy BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Quasy Experimental (Sugiyono, 008: 114). B. Desain Penelitian Adapun desain penelitian dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian pengembangan. Metode penelitian pengembangan memuat tiga

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian pengembangan. Metode penelitian pengembangan memuat tiga BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian pengembangan. Metode penelitian pengembangan memuat tiga komponen utama, yaitu:

Lebih terperinci

ANALISIS INSTRUMEN TES ULANGAN AKHIR SEMESTER GANJIL MATA PELAJARAN IPA SMP KELAS VII DI KABUPATEN REMBANG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

ANALISIS INSTRUMEN TES ULANGAN AKHIR SEMESTER GANJIL MATA PELAJARAN IPA SMP KELAS VII DI KABUPATEN REMBANG TAHUN PELAJARAN 2012/2013 ANALISIS INSTRUMEN TES ULANGAN AKHIR SEMESTER GANJIL MATA PELAJARAN IPA SMP KELAS VII DI KABUPATEN REMBANG TAHUN PELAJARAN 2012/2013 Skripsi Oleh: Dewi Puspitasari K2309013 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian dan pengembangan (research and development) yang dikemukakan oleh Borg dan Gall (Syaodih, 2005:164)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan pada penelitian ini adalah metode quasi eksperimen. Menurut

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan pada penelitian ini adalah metode quasi eksperimen. Menurut BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode quasi eksperimen. Menurut

Lebih terperinci

ANALISIS INSTRUMEN TES AKHIR SEMESTER GASAL MATA PELAJARAN FISIKA KELAS XI SEKOLAH MENENGAH ATAS ( SMA ) WILAYAH SURAKARTA

ANALISIS INSTRUMEN TES AKHIR SEMESTER GASAL MATA PELAJARAN FISIKA KELAS XI SEKOLAH MENENGAH ATAS ( SMA ) WILAYAH SURAKARTA ANALISIS INSTRUMEN TES AKHIR SEMESTER GASAL MATA PELAJARAN FISIKA KELAS XI SEKOLAH MENENGAH ATAS ( SMA ) WILAYAH SURAKARTA Sebastianus Hardi S, Drs. Sutadi Waskito, M.Pd, Elvin Yusliana E, S.Pd,M.Pd Pendidikan

Lebih terperinci

ANALISIS BUTIR SOAL UJIAN AKHIR SEMESTER GASAL MATA PELAJARAN PENGANTAR AKUNTANSI DAN KEUANGAN

ANALISIS BUTIR SOAL UJIAN AKHIR SEMESTER GASAL MATA PELAJARAN PENGANTAR AKUNTANSI DAN KEUANGAN Analisis Butir Soal... (Ratna Candra Wulaningtyas) 1 ANALISIS BUTIR SOAL UJIAN AKHIR SEMESTER GASAL MATA PELAJARAN PENGANTAR AKUNTANSI DAN KEUANGAN AN ITEM ANALYSIS OF FINAL EXAMINATION ITEM OF PENGANTAR

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Pada bab III metode penelitian akan dipaparkan mengenai jenis dan pendekatan, tempat dan waktu penelitian, populasi dan sampel penelitian, variabel dan indikator penelitian, teknik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Se-Gugus Gajah Mada Kecamatan Colomadu Kabupaten Karanganyar yang terdiri dari 8 SD.

Lebih terperinci

KUALITAS TES UJIAN NASIONAL MATA PELAJARAN MATEMATIKA SMP PADA SUB RAYON II KOTA KENDARI TAHUN PELAJARAN 2011/2012. Muhammad Idris 1), Arvyaty 2)

KUALITAS TES UJIAN NASIONAL MATA PELAJARAN MATEMATIKA SMP PADA SUB RAYON II KOTA KENDARI TAHUN PELAJARAN 2011/2012. Muhammad Idris 1), Arvyaty 2) Jurnal Penelitian Pendidikan Matematika Volume 1 No. 1 Mei 213 KUALITAS TES UJIAN NASIONAL MATA PELAJARAN MATEMATIKA SMP PADA SUB RAYON II KOTA KENDARI TAHUN PELAJARAN 211/212 Muhammad Idris 1), Arvyaty

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 55 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Penelitian ini menguji penerapan model pembelajaran Learning Cycle 7e berbantuan komputer dalam pembelajaran fisika terhadap penguasaan konsep

Lebih terperinci

PENYUSUNAN INSTRUMEN TES FISIKA TENGAH SEMESTER GASAL UNTUK SISWA SMA KELAS XI

PENYUSUNAN INSTRUMEN TES FISIKA TENGAH SEMESTER GASAL UNTUK SISWA SMA KELAS XI PENYUSUNAN INSTRUMEN TES FISIKA TENGAH SEMESTER GASAL UNTUK SISWA SMA KELAS XI SKRIPSI Oleh: Imam Mustofa K2308038 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Januari 2015

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. hipotesis tertentu, tetapi hanya menggambarkan apa adanya tentang suatu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. hipotesis tertentu, tetapi hanya menggambarkan apa adanya tentang suatu 8 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Pada penelitian ini, metode penelitian yang digunakan yaitu metode Deskriptif. Penelitian deskriptif merupakan penelitian bukan eksperimen karena tidak

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA A. Deskripsi Data Tes Mata Pelajaran Biologi kelas XI yang disusun oleh MGMP Biologi Kendal terdiri atas 40 butir soal berbentuk multiple choice. Sampel yang diambil

Lebih terperinci

BAB III METODE DAN DESAIN PENELITIAN. keadaan praktis yang didalamnya tidak mungkin untuk mengontrol semua

BAB III METODE DAN DESAIN PENELITIAN. keadaan praktis yang didalamnya tidak mungkin untuk mengontrol semua 47 BAB III METODE DAN DESAIN PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen semu (quasi experiment), yaitu penelitian yang secara khas meneliti mengenai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. perhitungan serta pengukuran terhadap variabel dan pengujian terhadap hipotesis

BAB III METODE PENELITIAN. perhitungan serta pengukuran terhadap variabel dan pengujian terhadap hipotesis 40 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Metode Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam menyelesaikan masalah penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif.pendekatan kuantitatif dipilih penulis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 35 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian korelasional. Metode penelitian merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Project based learning (PjBL) dalam penelitian ini menggunakan. dipresentasikan kepada orang lain.

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Project based learning (PjBL) dalam penelitian ini menggunakan. dipresentasikan kepada orang lain. 21 BAB III METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional Agar penelitian ini sesuai dengan tujuan yang diharapkan dan untuk menghindari kesalah pahaman, maka perlu diberikan definisi operasional yaitu: 1.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode B A B I I I. M e t o d o l o g i P e n e l i t i a n 5 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuasi eksperimen.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Definisi operasional diperlukan agar tidak terjadi salah pengertian dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Definisi operasional diperlukan agar tidak terjadi salah pengertian dan BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Definisi Operasional Definisi operasional diperlukan agar tidak terjadi salah pengertian dan penafsiran terhadap istilah-istilah yang terkandung dalam judul penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. mengumpulkan bukti-bukti atau karya-karya hasil belajar siswa meliputi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. mengumpulkan bukti-bukti atau karya-karya hasil belajar siswa meliputi BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Definisi Operasional Agar tidak menimbulkan penafsiran yang berbeda maka dibuat definisi operasional sebagai berikut: 1. Asesmen portofolio Asesmen portofolio adalah penilaian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas XI di SMA Negeri 1 Sukabumi pada tahun pelajaran 2013-2014. Kemudian terpilih tiga kelas yaitu kelas

Lebih terperinci

ANALISIS BUTIR SOAL UJIAN AKHIR MATA PELAJARAN EKONOMI AKUNTANSI

ANALISIS BUTIR SOAL UJIAN AKHIR MATA PELAJARAN EKONOMI AKUNTANSI Analisis Butir Soal (Oktawuri Prihantiwi dan M. Djazari, M.Pd) 1 ANALISIS BUTIR SOAL UJIAN AKHIR MATA PELAJARAN EKONOMI AKUNTANSI AN ANALYSIS OF THE FINAL EXAMINATION ITEMS OF ACCOUNTING ECONOMIC Oleh:

Lebih terperinci

PENYUSUNAN INSTRUMEN TES PILIHAN GANDA IPA TERPADU UNTUK SISWA SMP KELAS VII SEMESTER II

PENYUSUNAN INSTRUMEN TES PILIHAN GANDA IPA TERPADU UNTUK SISWA SMP KELAS VII SEMESTER II PENYUSUNAN INSTRUMEN TES PILIHAN GANDA IPA TERPADU UNTUK SISWA SMP KELAS VII SEMESTER II Skripsi Oleh: Andri Setyawan K2307015 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

Lebih terperinci

r P1, r P2,..., r p30 r R1, r R2,..., r R30

r P1, r P2,..., r p30 r R1, r R2,..., r R30 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. METODE DAN DESAIN PENELITIAN Metode Penelitian ini merupakan perbandingan reliabilitas tes hasil belajar matematika berdasar metode penskoran number-right score dan metode

Lebih terperinci

ANALISIS BUTIR SOAL ULANGAN AKHIR SEMESTER (UAS) BIOLOGI TAHUN PELAJARAN 2015/2016 KELAS X DAN XI PADA MAN SAMPIT. Nurul Septiana

ANALISIS BUTIR SOAL ULANGAN AKHIR SEMESTER (UAS) BIOLOGI TAHUN PELAJARAN 2015/2016 KELAS X DAN XI PADA MAN SAMPIT. Nurul Septiana ANALISIS BUTIR SOAL ULANGAN AKHIR SEMESTER (UAS) BIOLOGI TAHUN PELAJARAN 2015/2016 KELAS X DAN XI PADA MAN SAMPIT Nurul Septiana Prodi TBG Jurusan PMIPA Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Palangkaraya

Lebih terperinci

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. kuantitatif, yaitu pendekatan yang banyak dituntut menggunakan angka, mulai

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. kuantitatif, yaitu pendekatan yang banyak dituntut menggunakan angka, mulai 11 BAB II METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif, yaitu pendekatan yang banyak dituntut menggunakan angka,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini akan dipaparkan mengenai model yang digunakan dalam penelitian dan pengembangan, prosedur dalam pengembangannya, subjek yang menjadi penelitian, teknik pengumpulan

Lebih terperinci

PENYUSUNAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK FISIKA SMA PADA POKOK BAHASAN TERMODINAMIKA. Skripsi Oleh : Siti Nurrohmah K

PENYUSUNAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK FISIKA SMA PADA POKOK BAHASAN TERMODINAMIKA. Skripsi Oleh : Siti Nurrohmah K PENYUSUNAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK FISIKA SMA PADA POKOK BAHASAN TERMODINAMIKA Skripsi Oleh : Siti Nurrohmah K2309072 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2013 i PERNYATAAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk penelitian eksperimen (experimental research)

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk penelitian eksperimen (experimental research) BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian eksperimen (experimental research) yang melibatkan dua kelompok, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kedua kelompok

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 33 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Definisi Oprasional Untuk menghindari kesalahan dalam menafsirkan beberapa istilah yang digunakan sebagai variabel dalam penelitian ini,maka diperlukan penjelasan tentang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini akan dikemukakan mengenai metode penelitian yang digunakan meliputi lokasi dan subjek penelitian, desain penelitian, instrumen penelitian, proses pengembangan instrumen,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Kelas Eksperimen : O X O... Kelas Kontrol : O O (Sugiyono, 2013)

BAB III METODE PENELITIAN. Kelas Eksperimen : O X O... Kelas Kontrol : O O (Sugiyono, 2013) BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan sebelumnya, jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian kuasi eksperimen. Pada kuasi eksperimen, subjek

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuasi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuasi 32 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian 1. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuasi eksperimen. Metode ini merupakan pengembangan

Lebih terperinci

O X O Pretest Perlakuan Posttest

O X O Pretest Perlakuan Posttest 29 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini dipaparkan tentang metode dan desain penelitian, populasi dan sampel penelitian, prosedur penelitian dan instrumen penelitian serta teknik pengolahan data

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Konstruksi di SMK Negeri 1 Balige pada tahun ajaran 2012/2013. Penelitian ini

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Konstruksi di SMK Negeri 1 Balige pada tahun ajaran 2012/2013. Penelitian ini BAB III METOOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas XI Program Keahlian Teknik Konstruksi di SMK Negeri 1 Balige pada tahun ajaran 01/013. Penelitian ini

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah menjawab permasalahan yang telah dipaparkan pada Bab I. Berdasarkan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dengan tujuan meningkatkan mutu atau pemecahan masalah pada sekelompok subyek

BAB III METODE PENELITIAN. dengan tujuan meningkatkan mutu atau pemecahan masalah pada sekelompok subyek BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian Tindakan Kelas (PTK) diartikan sebagai penelitian yang berorientasi pada penerapan

Lebih terperinci

KUALITAS BUTIR SOAL ULANGAN SEMESTER GENAP IPA BIOLOGI DI SMP TAHUN PELAJARAN 2012/2013 JURNAL. Oleh SRI NURLAILA DJAKARIA NIM :

KUALITAS BUTIR SOAL ULANGAN SEMESTER GENAP IPA BIOLOGI DI SMP TAHUN PELAJARAN 2012/2013 JURNAL. Oleh SRI NURLAILA DJAKARIA NIM : KUALITAS BUTIR SOAL ULANGAN SEMESTER GENAP IPA BIOLOGI DI SMP TAHUN PELAJARAN 2012/2013 JURNAL Oleh SRI NURLAILA DJAKARIA NIM : 431 409 057 UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO FAKULTAS MATEMATIKA DAN IPA JURUSAN

Lebih terperinci

BAB III METODO PENELITIAN

BAB III METODO PENELITIAN BAB III METODO PENELITIAN A. Jenis Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif. Metode kuantitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Setting Penelitian Penelitian ini dilakukan di SMA Kemala Bhayangkari Bandung yang terletak di jalan Palasari No. 46 Bandung, Jawa Barat. Sekolah yang berdiri di bawah naungan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilaksanakan merupakan deskriptif analitik. Menurut Sukardi

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilaksanakan merupakan deskriptif analitik. Menurut Sukardi BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian yang dilaksanakan merupakan deskriptif analitik. Menurut Sukardi (003:14) pada penelitian deskriptif ini, para peneliti berusaha menggambarkan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode penelitian ini yaitu research and development atau penelitian

III. METODE PENELITIAN. Metode penelitian ini yaitu research and development atau penelitian III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Metode penelitian ini yaitu research and development atau penelitian pengembangan. Pengembangan yang dilakukan adalah pembuatan instrumen penilaian sikap ilmiah

Lebih terperinci

PENYUSUNAN INSTRUMEN PENILAIAN FORMATIF FISIKA SMA KELAS X SEMESTER GENAP KURIKULUM 2013

PENYUSUNAN INSTRUMEN PENILAIAN FORMATIF FISIKA SMA KELAS X SEMESTER GENAP KURIKULUM 2013 PENYUSUNAN INSTRUMEN PENILAIAN FORMATIF FISIKA SMA KELAS X SEMESTER GENAP KURIKULUM 2013 Skripsi Oleh: Istiqomah Nur Hidayah K 2310053 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dengan grafik, bagan, gambar atau tampilan lain. 66

BAB III METODE PENELITIAN. dengan grafik, bagan, gambar atau tampilan lain. 66 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang banyak dituntut menggunakan angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Penelitian eksperimen

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Penelitian eksperimen BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Penelitian eksperimen merupakan kegiatan percobaan untuk meneliti sesuatu peristiwa atau gejala

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan studi eksperimental, kelompok yang akan terlibat dalam penelitian ini yaitu kelompok eksperimen. Kelompok ini akan mendapatkan pembelajaran

Lebih terperinci

Skripsi. Oleh: Gilang Ramadhan K

Skripsi. Oleh: Gilang Ramadhan K PEMBELAJARAN FISIKA GASING MENGGUNAKAN METODE DEMONSTRASI DAN DISKUSI PADA MATA PELAJARAN FISIKA SMA KELAS X MATERI GERAK LURUS DITINJAU DARI MINAT SISWA Skripsi Oleh: Gilang Ramadhan K 2310046 FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research), maksudnya adalah penelitian yang langsung dilakukan di medan terjadinya gejala-gejala. 34

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN O X O

BAB III METODE PENELITIAN O X O BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa SMP. Pembelajaran yang dilakukan menggunakan model reciprocal

Lebih terperinci