Jalan Meranti, Kampus IPB Darmaga, Bogor 16680, Jawa Barat, INDONESIA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Jalan Meranti, Kampus IPB Darmaga, Bogor 16680, Jawa Barat, INDONESIA"

Transkripsi

1 Penyebaran Polen Berdasarkan Analisis SSR Membuktikan Penyerbukan Kelapa Dalam Kalianda Normal Ke Kopyor Pollen Dispersal Based on SSR Analysis Proves Kalianda to Kopyor Coconut Pollinations SITI HALIMAH LAREKENG 1,2, ISMAIL MASKROMO 1,3, AGUS PURWITO 1, NURHAYATI ANSHORI MATTJIK 1 DAN SUDARSONO SUDARSONO 1 1 PMB Laboratorium Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian IPB Bogor 2 Fakultas Kehutanan, Universitas Hasanuddin, Makasar 3 Balai Penelitian Tanaman Palma, Manado Jalan Meranti, Kampus IPB Darmaga, Bogor 16680, Jawa Barat, INDONESIA s_sudarsono@ymail.com Diterima 26 Januari 2015 / Direvisi 26 Maret 2015 / Disetujui 10 Mei 2015 ABSTRAK Analisis paternitas digunakan untuk mengetahui pola penyebaran serbuk sari pada kelapa (Cocos nucifera L.) tipe Dalam Kalianda. Tujuan penelitian ini adalah untuk (1) mengevaluasi pola penyebaran serbuk sari dan menentukan kisaran jarak penyebaran serbuk sari pada kelapa tipe Dalam Kalianda, (2) menentukan persentase penyerbukan silang (outcrossing) dan penyerbukan sendiri (selfing) yang terjadi pada kelapa tipe Dalam Kalianda, dan (3) menentukan frekuensi pola penyerbukan silang antara kelapa tipe Dalam normal (N) dengan kelapa Dalam Kopyor (K), KxN dan KxK yang terjadi pada populasi campuran antara kelapa tipe Dalam Kopyor dan kelapa Dalam normal Kalianda. Populasi yang digunakan terdiri atas 60 pohon kelapa tipe Dalam dewasa, 21 pohon merupakan kelapa tipe Dalam berbuah normal (homozigot KK) dan 39 merupakan pohon kelapa tipe Dalam Kopyor (heterosigot Kk). Empat belas pohon (5 pohon KK dan 9 pohon Kk) digunakan sebagai tetua betina. Sebanyak 49 progeni dipanen dari 15 induk terpilih dan dikecambahkan untuk sumber DNA dalam analisis paternitas. Enam lokus marka SSR polimorfik, yaitu CnCir_B12, CnCir_86, CnCir_87, CnCir_56, CnZ_51, CnZ_18 dan empat lokus marka SNAP polimorfik, yaitu CnSUS1#14,CnSUS1#3, CnWRKY6#3 dan CnWRKY19#1 digunakan untuk menentukan genotipe seluruh progeni, seluruh kandidat tetua jantan, dan semua tetua betina yang digunakan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa serbuk sari kelapa tipe Dalam Kalianda menyebar dengan jarak terjauh 63 m. Jarak penyebaran serbuk sari terbanyak pada jarak m, dengan frekuensi sebesar 13 kejadian polinasi (27%). Dari 47 progeni yang dievaluasi, hanya satu (2%) progeni yang berasal dari penyerbukan sendiri (self pollination) dan 48 (98%) berasal dari penyerbukan silang. Dari progeni hasil penyerbukan silang, 24 (49,0%) progeni teridentifikasi sebagai hasil persilangan antara induk dan tetua jantan kelapa tipe Dalam kopyor heterosigot Kk, 11 (22,4%) sebagai hasil persilangan antara induk kelapa tipe Dalam Kopyor heterosigot Kk dan normal homosigot KK, 10 (20,5%) sebagai hasil persilangan antara induk kelapa tipe Dalam normal homosigot KK dan Kopyor heterosigot Kk, serta 3 (6,1%) sebagai hasil persilangan antara induk dan tetua jantan tipe Dalam normal homosigot KK. Kata kunci : Kelapa Dalam Kopyor, kelapa Kopyor Kalianda, tingkat penyerbukan sendiri, tingkat penyerbukan silang. ABSTRACT Paternity analysis was applied to determine the pattern of pollen spread among Kalianda Tall coconut (Cocos nucifera L.) in Kalianda, Lampung. The objectives of this research are to (1) evaluate patterns of pollen dispersal and ranges of pollen spread, (2) determine percentage of outcrossing or selfing rates, and (3) determine the frequency of cross pollination among normal (N) to kopyor (K), KxN and KxK in the mix population of Kalianda Tall coconut at Kalianda, Lampung. The population used in this study was 60 palms, consisted of 21 Kalianda Tall Normal coconuts (homozygous KK) and 39 Kalianda Tall Kopyor coconuts (Heterozygous Kk). Fourteen palms out of those were selected as female parents. Progeny arrays (49 nuts) were harvested from 15 female parents and they were germinated. The DNA was isolated from young leaf of all adult palms and germinated coconut seedlings and they were used in paternity analysis. Six polymorphic SSR marker loci used were CnCir_B12, CnCir_86, CnCir_87, CnCir_56, CnZ_51, CnZ_18 and the four polymorphic SNAP markers used were CnSUS1#14, CnSUS1#3, CnWRKY6#1 and CnWRKY19#3. The markers were used to genotype all the progenies, the potential male and the female parents. Results of the experiment indicated pollen of Kalianda Tall Kopyor coconut farthest disperse was 63 m. Distance of the mostpollen dispersal was between m,with the frequency of 13 pollination events (27%). Among the evaluated progenies, only one (2%) comes from self pollination event and 48 (98%) comes from cross pollination. Results of the progeny evaluation also indicated 24 progenies (49.0%) are results of outcrossing among Kalianda Tall kopyor heterozygous Kk parents, 11 progenies (22.4%) are outcrossing among kopyor heterozygous Kk female and normal homozygous KK male parents, 10 progenies (20.5%) are outcrossing among normal homozygous KK female and kopyor heterozygous Kk male parents, and 3 progenies (6.1%) are outcrossing among normal homozygous KK female and male parents. Keywords : Tall kopyor coconut, Kalianda Kopyor coconut, self polination, cross pollination rate. 77

2 B. Palma Volume 16 No. 1, Juni 2015: PENDAHULUAN Kelapa kopyor merupakan komoditas andalan yang bernilai ekonomi tinggi dan dicirikan oleh endosperm (daging buah) yang bertekstur gembur, sebagian besar terlepas dari tempurungnya dan mempunyai rasa yang gurih. Kelapa berbuah kopyor adalah kelapa mutan yang ditemukan di antara populasi kelapa normal (Maskromo et al., 2013, Sudarsono et al., 2014a, Sudarsono et al., 2014b). Buah kelapa kopyor umumnya dijual di tingkat petani dalam bentuk kelapa gelondongan dan dijual ke konsumen dalam bentuk gelondongan atau olahan segar yang siap saji (Hutapea et al., 2007, Novarianto et al., 2014). Kelapa kopyor merupakan mutan alami dengan karakteristik abnormal pada endospermnya (Maskromo et al., 2007a, Sudarsono et al., 2011, Maskromo et al., 2012a, Maskromo et al., 2013, Sudarsono et al., 2014a, Sudarsono et al., 2014b). Sifat endosperm kopyor dikendalikan oleh alel resesif mutan k sedangkan sifat endosperm normal dikendalikan oleh alel dominan K. Buah kelapa kopyor mempunyai embrio sigotik dengan genotipe homosigot kk dan endosperm kkk. Sebaliknya, buah kelapa normal mempunyai embrio sigotik homosigot KK atau heterosigot Kk (Novarianto et al., 2014). Di Filipina, Thailand, Sri Lanka, India, Vietnam, dan Kamboja juga dilaporkan adanya kelapa mutan dengan endosperm abnormal yang terkenal dengan nama kelapa Makapuno, Maphrao Kathi, Dikiri Pol, Thairu Tengai, Dua Sap, dan Dong Kathim (Wattanayothin, 2005; Wattanayothin, 2010; Chomchalow, 2013, Novarianto et al., 2014). Kelapa mutan Makapuno mempunyai fenotipe endosperm abnormal karena tidak terekspresinya gen galaktosidase pada endospermnya (Samonthe et al., 1989). Sebaliknya, penyebab terjadinya fenotipe abnormal pada kelapa kopyor belum diketahui, apakah karena tidak aktifnya gen galaktosidase atau karena mutasi pada gen tertentu yang fungsinya mengatur perkembangan jaringan tanaman (regulatory gene), termasuk perkembangan endosperm (Sudarsono et al., 2014a, Sudarsono et al., 2014b). Kelapa dikelompokkan menjadi dua tipe ber-dasarkan pola penyerbukan, karakter morfologi dan tinggi pohon, perbedaan kuantitatif dan kualitatif dalam komponen buah, serta umur berbunga pertama. Kelapa memiliki tipe bunga berumah satu (monoecious). Meskipun ada dalam satu tandan bunga, secara fisik bunga jantan dan betinanya terpisah (Perera et al., 2010). Selain itu, bunga jantan dan betina mempunyai periode antesis dan reseptif yang bervariasi (Deb Mandal dan Shyamapada, 2011, Maskromo et al., 2011). Kelapa tipe Dalam (Typica) cenderung menyerbuk silang karena tidak terjadi overlap antara periode antesis dan masa reseptif bunga betina dalam satu tandan bunga yang sama. Setelah penyerbukan, perkembangan buah hingga siap dipanen memerlukan waktu hingga 12 bulan. Kelapa tipe Genjah (Nana) cenderung menyerbuk sendiri karena adanya overlapping antara fase antesis bunga jantan dan masa reseptif bunga betinanya (Deb Mandal dan Shyamapada, 2011, Maskromo et al., 2011). Survei yang dilaksanakan Balai Penelitian Kelapa (Balitka) pada tahun 2006 berhasil mengidentifikasi keberadaan kelapa kopyor tipe Dalam dan kelapa kopyor tipe Genjah (Maskromo et al., 2012a, Maskromo et al., 2013, Maskromo et al., 2014, Maskromo et al., 2015). Kelapa kopyor tipe Dalam terdapat di Kalianda (Lampung Selatan), Ciomas (Bogor), Sumenep dan Jombang (Jawa Timur), serta Pati (Jawa Tengah). Populasi pertanaman kelapa tipe Dalam Kopyor dalam jumlah banyak ditemukan di Dukuh Seti, Kabupaten Pati (Jawa Tengah), Sumenep (Jawa Timur), dan Kalianda (Lampung Selatan) (Maskromo et al., 2012a, Maskromo et al., 2013, Maskromo et al., 2014, Sudarsono et al., 2014a, Sudarsono et al., 2014b, Maskromo et al., 2015). Kabupaten Lampung Selatan merupakan salah satu sentra kelapa tipe Dalam di Provinsi Lampung, dengan total areal pertanaman pada tahun 2010 seluas ha dengan produksi ton (Maskromo et al., 2012b). Hasil pendataan di lapangan menunjukkan diantara pertanaman kelapa tipe Dalam normal yang digunakan untuk produksi kopra ternyata terdapat kelapa tipe Dalam Kopyor yang tersebar diantara pertanaman kelapa tipe Dalam normal (Maskromo et al., 2012b, Sudarsono et al., 2014a, Sudarsono et al., 2014b). Asal usul pertanaman kelapa tipe Dalam Kopyor ini tidak dapat ditelusuri, tetapi populasi kelapa tipe Dalam Kopyor ini telah didaftarkan sebagai varietas lokal dengan nama Kelapa Puan Kalianda. Kelapa tipe Dalam Kopyor Kalianda heterosigot Kk berpotensi untuk dikembangkan karena mempunyai kuantitas endosperm yang lebih banyak dibanding dengan kelapa Genjah Kopyor Pati (Sudarsono et al., 2011). Kelapa tipe Dalam Kopyor yang ditemukan di daerah Kalianda, Lampung Selatan secara alami hanya menghasilkan buah kopyor 1-2 butir per tandan (Sudarsono et al., 2014a, Sudarsono et al., 2014b). Hal ini diduga berkaitan dengan sifat kelapa tipe Dalam yang cenderung menyerbuk silang dan adanya pertanaman campuran antara 78

3 Penyebaran Polen Berdasarkan Analisis SSR Membuktikan Penyerbukan Kelapa Dalam Kalianda Normal Ke Kopyor (Siti Halimah Larekeng, et al) kelapa tipe Dalam Kopyor (genotipe heterosigot Kk) dengan kelapa tipe Dalam normal (genotipe homosigot KK). Kedua hal tersebut diduga meningkatkan peluang bertemunya alel dominan K yang mengendalikan sifat endosperm normal dengan alel resesif k yang mengendalikan sifat kopyor. Gabungan dari gamet dengan alel K dan k menghasilkan buah dengan konstitusi embrio sigotik heterosigot Kk dan endosperm dengan fenotipe normal (Sudarsono et al., 2014a, Sudarsono et al., 2014b, Novarianto et al., 2014). Pengaruh negatif keberadaan kelapa tipe Dalam normal homosigot KK terhadap produksi buah kopyor dapat dievaluasi dengan mempelajari penye-baran serbuk sari diantara pertanaman kelapa tipe Dalam Kalianda. Marka molekuler seperti marka SSR (Lebrun et al., 2001, Rajesh et al., 2008, Martinez et al., 2010, Perera, 2010, Ribeiro et al., 2010, Sajib et al., 2012, Yao et al., 2013) dan marka SNAP (Larekeng et al., 2015) pada kelapa telah dikembangkan sebelumnya. Keberadaan marka molekuler memudahkan analisis keragaman genetik (Mondini et al., 2009, Park et al., 2009) dan penyebaran serbuk sari pada berbagai spesies tanaman (Austerlitz et al., 2004, Prabha et al., 2011) yang sebelumnya relatif sulit dilakukan. Analisis penyebaran serbuk sari dibantu marka molekuler memberi peluang untuk mengidentifikasi kandidat tetua dari progeni yang dianalisis secara langsung serta telah diteliti pada sejumlah tanaman tahunan, seperti Pinus flexilis (Schuster dan Mitoon, 2000), Quercus garryana (Marsico et al., 2009) dan kelapa tipe Genjah Kopyor (Larekeng et al., 2015). Analisis penyebaran serbuk sari yang dilakukan berbasis marka molekuler memberi peluang untuk mengidentifikasi kandidat tetua dari progeni yang dianalisis sehingga pola penyerbukan (selfing atau outcrossing) dan tingkat selfing atau outcrossing-nya dapat ditentukan (Milleron et al., 2012; Larekeng et al., 2015). Khusus untuk tanaman kelapa, hasil analisis penyebaran serbuk sari relatif masih terbatas dan baru dilakukan pada kelapa tipe Genjah (Larekeng et al., 2015). Analisis pola penyebaran serbuk sari pada kelapa tipe Dalam dan berbagai topik penelitian lainnya saat ini masih dalam proses evaluasi (Sudarsono et al., 2014c, Maskromo et al., 2014, Maskromo et al., 2015). Analisis penyebaran serbuk sari pada kelapa tipe Dalam Kopyor Kalianda dapat dilakukan meng-ikuti prosedur yang telah umum digunakan (Burczyk dan Koralewski, 2005; Carneiro et al., 2011) dan perlu dilakukan untuk pengembangan kelapa kopyor di Kabupaten Lampung Selatan. Selain itu, analisis penyebaran serbuk sari pada kelapa tipe Dalam Kopyor Kalianda juga diperlukan untuk mengembangkan model penyebaran serbuk sari pada kelapa tipe Dalam lainnya. Tujuan penelitian ini untuk (1) mengevaluasi pola penyebaran serbuk sari dan menentukan kisaran jarak penyebaran serbuk sari pada kelapa tipe Dalam Kalianda, (2) menentukan persentase penyerbukan silang (outcrossing) dan penyerbukan sendiri (selfing) yang terjadi pada kelapa tipe Dalam Kalianda, dan (3) menentukan frekuensi pola penyerbukan silang antara kelapa tipe Dalam normal (N) dengan kelapa Dalam Kopyor (K), K x N dan K x K yang terjadi pada populasi campuran antara kelapa tipe Dalam Kopyor dan normal Kalianda. BAHAN DAN METODE Penelitian dilaksanakan mulai bulan Juli 2013 hingga Agustus Kegiatan lapangan dilakukan di kebun kelapa tipe Dalam Kopyor di Desa Agom Jaya, Kecamatan Kalianda, Kabupaten Lampung Selatan, Lampung. Posisi GPS untuk kebun kelapa tipe Dalam Kopyor yang digunakan adalah S E Kegiatan analisis molekuler dilakukan di Laboratorium Biologi Molekuler Tanaman (PMB Lab), Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Pemetaan Populasi, Pemilihan Tetua dan Pemanenan Progeni Populasi tanaman kelapa tipe Dalam yang ada di lokasi sebanyak 282 pohon. Posisi seluruh tanaman kelapa tipe Dalam di lapangan dicatat dengan menggunakan Garmin GPS dan dipetakan dengan perangkat lunak pemetaan Map Source versi 76C5x. Dari total kelapa tipe Dalam yang ada, dipilih populasi contoh yang merupakan pertanaman campuran antara kelapa tipe Dalam Kopyor (heterosigot Kk) yang berpotensi menghasilkan buah kopyor dengan kelapa tipe Dalam normal (homosigot KK) yang hanya menghasilkan buah kelapa normal. Populasi contoh terdiri atas total 60 pohon kelapa tipe Dalam dewasa, 21 pohon diantaranya berbuah normal (homozigot KK) dan 39 pohon berbuah kopyor (heterozigot Kk). Selain sebagai calon tetua jantan, 14 pohon diantara populasi contoh tersebut (5 pohon KK dan 9 pohon Kk) digunakan sebagai tetua betina. Dari setiap tetua betina terpilih dipanen satu tandan, dengan kisaran jumlah buah per tandan antara 2-10 buah. Empat puluh enam pohon kelapa dewasa lainnya, yang ada di sekitar 14 pohon induk hanya dievaluasi sebagai calon tetua jantan. 79

4 B. Palma Vol. 16 No. 1, Juni 2015: Genotyping tetua dan progeni Total DNA tanaman contoh diisolasi menggunakan metode CTAB (Rohde et al., 1995) dengan modifikasi (Larekeng et al., 2015). Contoh daun muda atau embrio sigotik kelapa (0,3-0,4 g) digerus dengan larutan penyangga lisis (2 ml) dengan penambahan PVP (0,007 g) dan 2-mercaptoetanol (10 μl). Hasil gerusan jaringan diinkubasi dalam waterbath pada suhu 65 C selama 60 menit. Campuran diendapkan dengan sentrifugasi menggunakan Eppendorf Centrifuge 5416 dengan kecepatan rpm selama 10 menit. Supernatan dipindahkan ke tabung eppendorf baru dan ditambahkan kloroform:isoamil-alkohol (24:1) sebanyak volume supernatan. Setelah dicampur perlahan dan merata selama 3 menit, contoh disentrifugasi dengan kecepatan rpm selama 10 menit. Setelah sentrifugasi, supernatan dipindahkan ke tabung yang baru. Setelah itu, ke dalam tabung Eppendorf ditambahkan sodium asetat (0.1x volume supernatan) dan isopropanol dingin (2x volume total supernatan). Setelah diinkubasi dalam freezer selama satu malam, suspensi disentrifugasi dengan kecepatan rpm selama 10 menit hingga diperoleh endapan DNA. Endapan DNA dibilas dengan 500 μl etanol dingin (70%), disentrifugasi dan dikeringkan. Endapan DNA yang telah kering disuspensikan dalam aquabidest. Kontaminan RNA dihilangkan dengan perlakuan RNase mengikuti tahapan prosedur standar (Larekeng et al., 2015). Pasangan primer SSR diseleksi dari 36 lokus SSR (Lebrun et al., 2001) dan 6 pasang primer yang paling polimorfik (Larekeng et al., 2015) digunakan untuk genotyping tetua dan progeni yang dievaluasi. Empat lokus marka SNAP yang dikembangkan berdasarkan keragaman nukleotida gen SUS dan WRKY juga digunakan genotyping tetua dan progeni. Pengembangan marka SNAP berbasis gen SUS dan WRKY dilakukan mengikuti tahapan kegiatan yang telah dilakukan pada berbagai tanaman (Esteras et al., 2012, Sutanto et al., 2014). Gen SUS dan WRKY dapat dijadikan sebagai marka yang polimorfik untuk kelapa (Herera et al., 2007, Sukendah et al., 2009). Daftar pasangan primer dan runutan sequence oligonukleotidanya disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Lokus marka molekuler yang digunakan untuk identifikasi genotipe contoh tanaman kelapa, runutan nukleotida primer dan referensi rujukan untuk primernya. Table 1. Molecular marker loci used for genotyping the coconut samples, the primer nucleotide sequences, and their references. Lokus Loci Primer Runutan nukleotida Nucleotide sekuences Publikasi Reference CnCir_87 F ATAACATCCTCCAACCTG Lebrun et al., 2001 R GACTGAATCCAACCCTT Lebrun et al., 2001 CnCir_86 F CCACTTGAGACTTGAAAC Lebrun et al., 2001 R ACTCACGCAAATATACTCA Lebrun et al., 2001 CnZ-18 F ATGGTTCAGCCCTTAATAAAC Lebrun et al., 2001 R GAACTTTGAAGCTCCCATCAT Lebrun et al., 2001 CnZ_51 F CTTTAGGGAAAAAGGACTGAG Lebrun et al., 2001 R ATCCATGAGCTGAGCTTGAAC Lebrun et al., 2001 CnCir_B12 F GCTCTTCAGTCTTTCTCAA Lebrun et al., 2001 R CTGTATGCCAATTTTTCTA Lebrun et al., 2001 CnCir_56 F AACCAGAACTTAAATGTCG Lebrun et al., 2001 R TTTGAACTCTTCTATTGGG Lebrun et al., 2001 CnSus1#14 Ref. GCTGAAAGTCACTGAAAAGGTAG Larekeng et al., 2015 Alt GCTGAAAGTCACTGAAAAGGTAC Larekeng et al., 2015 R AAATTATTAAGAATGTCATGGTTTC Larekeng et al., 2015 CnSus1#3 Ref. GAATGAGATGCTACAAAGAATAAATAAG Larekeng et al., 2015 Alt GAATGAGATGCTACAAAGAATAAATAAA Larekeng et al., 2015 R TCTGTTCTAAATGGAACGCG Larekeng et al., 2015 WRKY19#1 Ref. CGTCTTCTGCAAACTAAGCTCA Larekeng et al., 2015 Alt GTCTTCTGCAAACTAAGCTCG Larekeng et al., 2015 R ATGATATATATACAAGACTACGCCGAT Larekeng et al., 2015 WRKY 6#3 Ref. ATAAATATCACATATCCCTGAGCAA Larekeng et al., 2015 Alt TATAAATATCACATATCCCTGAGCAG Larekeng et al., 2015 R CTACAGGTATTGTTAAATGTGCCA Larekeng et al., 2015 Keterangan/Note: F primer forward (forward primer), R primer reverse (reverse primer), Ref primer referensi (reference primer), dan Alt primer alternatif (alternate primer). 80

5 Penyebaran Polen Berdasarkan Analisis SSR Membuktikan Penyerbukan Kelapa Dalam Kalianda Normal Ke Kopyor (Siti Halimah Larekeng, et al) Reaksi amplifikasi PCR dengan total reaksi 12,5 µl, yang mengandung 2 µl (25 ng/µl) DNA template, 50 nm masing-masing primer, 6,25 µl PCR Ready Mix (KAPA, Biosystem), dan 3 µl ddh2o. Tahapan amplifikasi dilakukan sebagai berikut: denaturasi awal pada suhu 95 C selama 3 menit, diikuti 35 siklus amplifikasi yang masing-masing siklus terdiri atas denaturasi pada 95 C selama 15 detik, penempelan primer temperaturnya disesuaikan dengan masing-masing pasangan primer selama 15 detik, dan pemanjangan primer pada suhu 72 C selama 5 detik, serta diakhiri dengan pemanjangan primer pada suhu 72 C selama 10 menit sesuai rekomendasi kit PCR KAPA Biosystem. Visualisasi produk hasil amplifikasi PCR untuk masing-masing lokus marka SSR dilakukan dengan elektroforesis gel poliakrilamid 6% menggunakan Buffer SB 1x (Brody dan Kern, 2004) dan pewarnaan gel dengan perak nitrat. Tahapan pewarnaan gel dengan perak nitrat dilakukan mengikuti metode Creste et al. (2001) yang dimodifikasi (Tinche et al. 2014). Visualisasi produk hasil amplifikasi PCR untuk masing-masing lokus marka SNAP dilakukan dengan elektroforesis gel agarosa (1%) menggunakan larutan penyangga TBE 1x. Visualisasi DNA-nya dilakukan dengan menggunakan pewarnaan gel red. Visualisasi menggunakan UV transluminesen dan elektroforegram di foto menggunakan kamera digital. Penentuan genotipe setiap individu yang dievaluasi dilakukan berdasarkan skoring keragaman alel. Identifikasi Kandidat Tetua Jantan Setiap contoh progeni yang dipanen diketahui dengan pasti induknya tetapi perlu ditentukan tetua donor serbuk sarinya (tetua jantan) diantara pohon dewasa yang ada di sekitarnya. Identifikasi tetua donor serbuk sari dilakukan dengan menganalisis genotipe setiap progeni dan membandingkannya dengan seluruh genotipe tanaman dewasa yang dievaluasi, yang berpotensi sebagai pendonor serbuk sari. Data genotipe semua progeni dan tanaman dewasa digunakan untuk menentukan kandidat tetua jantan yang dicari. Penentuan kandidat tetua jantan yang terpilih untuk masing-masing progeni dilakukan dengan analisis paternitas menggunakan perangkat lunak CERVUS versi 2.0 (Marshall et al., 1998). Analisis paternitas dilakukan melalui tiga tahapan, yaitu penghitungan frekuensi alel, simulasi untuk menentukan tingkat keberhasilan identifikasi kandidat tetua jantan, dan penentuan kandidat tetua jantan terpilih untuk masing-masing progeni. Hasil analisis frekuensi alel memberikan luaran nilai frekuensi untuk masing-masing alel pada setiap lokus marka, polymorphic information content (PIC), serta tingkat heterozigositas populasi yang dievaluasi. Hasil analisis simulasi memberikan hasil nilai tingkat kepercayaan penentuan kandidat tetua jantan berdasarkan data yang tersedia, dan hasil analisis penentuan kandidat tetua menghasilkan identitas tetua jantan untuk setiap progeni yang dievaluasi. Kandidat tetua jantan yang teridentifikasi dikelompokkan dengan tingkat kepercayaan > 95% (*), 80-95% (+) atau < 80% (-). Analisis Pola Penyebaran Serbuk Sari Induk dan tetua jantan yang teridentifikasi sebagai donor serbuk sari setiap progeni dipetakan posisinya berdasarkan peta sebaran tanaman dewasa yang telah dilakukan sebelumnya. Jarak antara masing-masing induk dan tetua donor serbuk sari yang teridentifikasi dihitung menggunakan perangkat lunak Map Source. Jarak antar tetua dan posisinya digunakan untuk mengilustrasikan pola penyebaran serbuk sari di lokasi penelitian. Penyerbukan sendiri (selfing) didefinisikan jika tetua jantan yang teridentifikasi sama dengan induknya. Sebaliknya, penyerbukan silang (outcrossing) jika induk dan tetua jantan yang menjadi donor serbuk sarinya terdiri atas dua tanaman dewasa yang berbeda. Penyerbukan silang bisa dikelompokkan dengan kategori penyerbukan silang antar kelapa tipe Dalam Kopyor heterosigot Kk, antar Kopyor heterosigot Kk dengan normal homosigot KK, antar normal homosigot KK dengan Kopyor heterosigot Kk atau antar normal homosigot KK. Frekuensi terjadinya selfing, outcrossing untuk berbagai kategori persilangan ditentukan berdasarkan identitas tetua betina dan tetua jantan dari hasil analisis paternitas. HASIL DAN PEMBAHASAN Genotyping Tetua dan Progeni Analisis molekuler menggunakan marka SSR dan SNAP yang dilakukan terhadap populasi tetua dan progeninya menunjukkan bahwa seluruh marka yang diuji mampu menghasilkan pita alel polimorfik. Contoh hasil amplifikasi PCR dengan menggunakan pasangan primer SSR CnCir_56 atau pasangan primer SNAP WRKY6_3 dengan alel yang polimorfik pada populasi kelapa tipe Dalam Kalianda dapat dilihat pada Gambar 1 dan 2. Pada Gambar 1 menunjukkan keberadaan individu dengan konstitusi genetik homosigot 1/1 (contoh no. 10), homosigot 2/2 (contoh no.12), 81

6 B. Palma Vol. 16 No. 1, Juni 2015: homosigot 4/4 (contoh no. 3, 5, 6, 9, 11), heterosigot 1/4 (contoh no. 2, 4), heterosigot 2/3 (contoh no. 1), atau heterosigot 3/4 (contoh no. 8, 9) berdasarkan hasil analisis marka SSR pada lokus CnCir_56. Gambar 2 menunjukkan individu dengan konstitusi heterosigot untuk alel referensi dan alternatif (contoh no. 1, 2, 3, 4 dan 6) dan homosigot untuk alel referensi (contoh no. 5) berdasarkan hasil analisis marka SNAP pada lokus WRKY6_3. Analisis genotipe setiap individu yang dievaluasi dengan marka SSR dan SNAP dilakukan dengan pendekatan yang sama. Masing-masing lokus marka SSR yang dievaluasi mempunyai jumlah alel antara 2 5 alel per lokus sedangkan marka SNAP-nya hanya 2 alel per lokus (Tabel 2). Hasil analisis marka molekuler untuk populasi contoh kelapa tipe Dalam Kalianda memberikan nilai PIC (Tabel 2) masing-masing lokus yang berkisar antara 0,37-0,73 untuk marka SSR dan antara 0,36-0,38 untuk marka SNAP. Perbedaan nilai Perbedaan jumlah alel per lokus antara marka SSR dan SNAP juga berdampak pada besarnya peluang jumlah indi-vidu yang homosigot atau heterosigot untuk masing-masing Alele # M 3 4 Gambar 1. Hasil pewarnaan perak nitrat DNA hasil amplifikasi PCR menggunakan marka SSR pada lokus CnCIR 56. Kolom no. 1-12: hasil untuk contoh tanaman 1 sampai dengan 12 dan M: penanda 1 kb DNA. Figure 1. Results of silver nitrate staining of PCR amplified DNA using CnCir-56 SSR locus. Column no. 1-12: results of plant sample 1 to 12 and M: 1 kb DNA ladder marker R A R A R A R A R A R A Gambar 2. Hasil pewarnaan dengan gel red DNA hasil amplifikasi PCR menggunakan marka SNAP pada lokus CnWRKY6_3. Kolom no. 1-6: hasil untuk contoh tanaman 1 sampai dengan 6. R: hasil amplifikasi dengan pasangan primer reference dan A: hasil amplifikasi dengan pasangan primer alternate. Figure 2. Results of gel red staining of PCR amplified DNA using CnWRKY6_3 SNAP locus. Column no. 1-6: results of plant sample 1 to 6. R: amplified product from reference primer pair and A: amplified product from alternate primers. 82

7 Penyebaran Polen Berdasarkan Analisis SSR Membuktikan Penyerbukan Kelapa Dalam Kalianda Normal Ke Kopyor (Siti Halimah Larekeng, et al) lokus markanya. Populasi kelapa Dalam Kalianda yang dianalisis sebagian besar mempunyai konstitusi genetik heterosigot untuk marka SNAP (>95%) sehingga persentase heterosi-gositas yang diamati (Ho) jauh lebih besar dari nilai heterosigositas harapan (He)-nya (Tabel 2). Untuk marka SSR, nilai Ho dan He-nya tidak terlalu berbeda (Tabel 2). Meskipun sejumlah lokus hanya mempunyai nilai PIC 0,36-0,38, rataan nilai PIC untuk semua lokus masih mendekati angka 0,5 sehingga seluruh marka molekulernya dapat digu-nakan secara efektif untuk melakukan analisis paternitas pada populasi tanaman kelapa tipe Dalam Kalianda. Identifikasi Tetua Jantan yang Menjadi Donor Serbuk Sari Analisis paternitas dilakukan untuk mengidentifikasi tetua jantan yang mendonasikan serbuk sari dalam pembentukan buah yang dipanen dari pohon induk terpilih. Hasil analisis paternitas yang dilakukan dapat menentukan identitas tetua jantan dari 49 progeni yang di-panen. Penentuan identitas tetua jantan berhasil dilakukan dengan tingkat keyakinan 95% untuk 10 progeni (20,4%), 80-95% untuk 24 progeni (49,0%), dan < 80% untuk 15 progeni (30,6%) tetapi tetap mempunyai nilai LOD (log of odd) positif. Besarnya nilai LOD sejalan dengan besarnya peluang tetua teridentifikasi sebagai tetua yang sebenarnya (Marshall et al., 1998). Berdasarkan identitas pasangan induk dan tetua jantan yang teridentifikasi, ditentukan rangkuman skema dan tipe penyerbukan untuk semua progeni yang dipanen dari induk terpilih pada populasi kelapa tipe Dalam Kalianda. Hasil yang diperoleh menunjukkan adanya satu (2%) progeni hasil penyerbukan sendiri dan 48 (98%) progeni hasil penyerbukan silang. Diantara progeni hasil penyerbukan silang, 24 (49,0%) progeni teridentifikasi sebagai hasil persilangan antara induk dan tetua jantan kelapa tipe Dalam Kopyor heterosigot Kk, 11 (22,4%) progeni sebagai hasil persilangan antara induk kelapa tipe Dalam Kopyor heterosigot Kk dengan normal homosigot KK, 10 (20,5%) progeni sebagai hasil persilangan antara induk kelapa tipe Dalam normal homosigot KK dan Kopyor heterosigot Kk, serta 3 (6,1%) progeni hasil persilangan antara induk dan tetua jantan tipe Dalam normal homosigot KK (Tabel 3). Jumlah progeni yang dipanen dari induk serta jumlah tetua jantan yang berkontribusi sebagai donor serbuk sari untuk masing-masing induk kelapa tipe Dalam Kalianda dapat dilihat pada Gambar 3. Jumlah buah yang dipanen dari masing-masing induk yang teridentifikasi tetua jantannya berkisar antara 1 9 buah per induk. Jumlah tetua jantan yang berkon-tribusi sebagai donor serbuk sari berkisar antara 1 7 tetua jantan untuk satu induk tertentu. Dari induk no. 210, 209, dan 129, masing-masing dipanen sebanyak 5, 6, dan 9 buah. Buah yang dipanen dari induk no. 210, 209, dan 129, masing-masing mempunyai donor serbuk sari dari 4, 5, dan 7 tetua jantan yang berbeda. Tabel 2. Jumlah alel, individu heterosigot dan homosigot; proporsi heterozigositas yang diamati (O) dan yang diharapkan (E) serta nilai polymorphic information content (PIC) pada 10 lokus marka molekuler yang digunakan untuk mengevaluasi populasi kelapa tipe Dalam Kalianda. Table 2. Number of alleles, number of heterozygous and homozygous individuals; observed (O) and expected (E) heterozygosity; and polymorphic information content (PIC) for 10 molecular marker loci used to evaluate Kalianda Tall coconut population. Jumlah Heterozigositas Nama lokus Jumlah alel Number of Heterozygosity PIC Locus name Allele number Heterosigot Homosigot O E Heterozygous Homozygous CnCir_ CnCir_ CnZ CnZ_ CnCir_B CnCir_ CnSus1# CnSus1# WRKY19# WRKY 6#

8 Jumlah (Numbers) B. Palma Vol. 16 No. 1, Juni 2015: Tabel 3. Skema dan tipe kejadian penyerbukan yang diidentifikasi berdasarkan hasil analisis penyebaran serbuk sari pada populasi tanaman Kelapa tipe Dalam Kalianda di Kalianda, Lampung Selatan. Table 3. Scheme and type of pollination which identified based on results of pollen dispersal analysis in the studied Kalianda Tall coconut population at Kalianda, South Lampung. Skema Penyerbukan Pollination Scheme Tipe Penyerbukan Pollination type Frequensi Frequency Kejadian penyerbukan Pollination events Persentase Percentage Kopyor x Kopyor Sendiri (Selfing) 1 2,0 Kopyor x Kopyor Silang (Outcrossing) 24 49,0 Kopyor x Normal Silang (Outcrossing) 11 22,4 Normal x Kopyor Silang (Outcrossing) 10 20,5 Normal x Normal Silang (Outcrossing) 3 6,1 Total progeni yang teridentifikasi Total indentified progenies Identitas induk (identity of female parents) Gambar 3. Jumlah buah yang dipanen dan jumlah tetua jantan yang memberikan kontribusi serbuk sari dalam pembentukan buah dari masing-masing induk pada populasi tanaman kelapa tipe Dalam Kalianda di Kalianda, Lampung Selatan. ( ) jumlah buah yang dipanen dan ( ) jumlah tetua jantan yang memberikan kontribusi serbuk sari dalam pembentukan buah. Figure 3. Number of harvested seed nuts and number of assigned male parent contributed pollens in the formation of seed nuts from each female parent of Kalianda Tall coconuts in Kalianda, South Lampung. ( ) Number of harvested seed nuts and ( ) Number of assigned male parents contributed pollens in the formation of harvested seed nuts. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya 30 individu dari 60 individu yang dianalisis terbukti berperan sebagai donor serbuk sari untuk 49 progeni yang dipanen dari 15 induk. Dari data 49 progeni dan jumlah kontribusi serbuk sari masing-masing tetua jantan ke 14 target induk dapat diketahui (Gambar 4) bahwa kebanyakan tetua jantan secara efektif hanya berkontribusi satu serbuk sari (15 tetua jantan) atau dua serbuk sari (11 tetua jantan). Namun demikian terdapat empat tetua jantan yang secara efektif mendonasikan tiga serbuk sari kepada induk yang dievaluasi 84

9 Frekuensi teua jantan Frequency of male parents Frekuensi (frequency) Penyebaran Polen Berdasarkan Analisis SSR Membuktikan Penyerbukan Kelapa Dalam Kalianda Normal Ke Kopyor (Siti Halimah Larekeng, et al) (Gambar 4), yaitu pohon kelapa tipe Dalam Kalianda no. 42 (Dalam normal homosigot KK), no. 150 (Dalam Kopyor heterosigot Kk), no. 192 (Dalam normal homosigot KK), dan no. 214 (Dalam Kopyor heterosigot Kk). Jarak tanam kelapa tipe Dalam Kalianda di lokasi penelitian Desa Agom Jaya, Kecamatan Kalianda, Lampung Selatan, adalah sekitar 8-12 m. Oleh karena itu, penyerbukan kemungkinan besar dengan perantaraan serangga. Frekuensi terjadinya polinasi untuk masingmasing kelas jarak antara induk dengan tetua jantan disajikan pada Gambar 5. Kelas jarak antar tetua yang terbesar untuk kejadian penyerbukan di lokasi penelitian adalah antara m (13 progeni dari 49 progeni (27%) yang diuji). Kontribusi donor serbuk sari yang berdekatan dengan induk (<10 m) justru relatif sedikit jumlahnya, yaitu hanya 4 progeni (8%) dari 49 progeni yang diuji. Demikian halnya untuk jarak antar tetua yang > 50 m, hanya ada 10 progeni (20%) diantara 49 progeni yang diuji (Gambar 5). Sebaran jumlah serbuk sari yang dikontribusikan oleh tetua jantan Number of contributed pollens by male parents Gambar 4. Pengelompokkan tetua jantan berdasarkan jumlah kontribusi serbuk sari yang didonasikan kepada induk disekitarnya pada pertanaman kelapa Dalam Kalianda di Agom Jaya, Lampung Selatan. Figure 4. Grouping of the male parents based on number of contributed pollens to the surrounding female parents in the Kalianda Tall coconut population at Agom Jaya, Lampung Selatan. Namun, tidak menutup kemungkinan bahwa angin juga berpotensi membantu penyerbukan di lokasi tersebut. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa serbuk sari menyebar dengan jarak antara 0 (self-pollination) hingga 63 m (outcrospollination). Hal ini sejalan dengan hasil penelitian sistem perkawinan pada tanaman palma Oenocarpus bataua, yang terbukti menyerbuk silang dan tidak menyerbuk sendiri dengan jarak penyebaran serbuk sari antara 303 m hingga 1263 m (Ottewell et al., 2012). Penyebaran serbuk sari umumnya dibantu oleh berbagai spesies serangga dan sebagian kecil oleh angin pada 77 jenis palma lainnya (Barfod et al., 2011). Gambar 5. Figure 5. Jarak antara tetua jantan dan betina (m) Class distances among male and female parents Jumlah penyerbukan dalam setiap kelas jarak antara tetua jantan dan tetua betina pada tanaman kelapa tipe Dalam Kali-anda di Agom Jaya, Kalianda, Lampung Selatan. Number of pollination events in the each distances class among assigned male and female parents in the Kalianda Tall coconut population at Agom Jaya, Kalianda, South Lampung. Analisis Pola Penyebaran Serbuk Sari Pola penyerbukan yang ada dapat dikategorikan menjadi empat kelompok, yaitu: (1) Induk kelapa tipe Dalam Kopyor heterosigot Kk diserbuki oleh kelapa tipe Dalam Kopyor heterosigot Kk (Gambar 6), (2) Induk kelapa tipe Dalam Kopyor heterosigot Kk diserbuki oleh kelapa tipe Dalam normal homosigot KK (Gambar 7), (3) Induk kelapa tipe Dalam normal homosigot KK diserbuki oleh kelapa tipe Dalam Kopyor heterosigot Kk (Gambar 8) atau (4) Induk kelapa tipe Dalam Normal homosigot KK diserbuki oleh kelapa tipe Dalam Normal homosigot KK (Gambar 8). Pola kelompok (1) direpresentasikan oleh induk kelapa tipe Dalam no. 193 dan 194; pola kelompok (2) direpresentasikan oleh induk kelapa tipe Dalam no. 149 dan 163, sedangkan pola kelompok (3) dan (4) direpresentasikan oleh induk kelapa tipe Dalam no. 129 dan

10 B. Palma Vol. 16 No. 1, Juni 2015: Gambar 6. Figure 6. Posisi tetua jantan yang mendonasikan serbuk sari pada pembentukan buah dari (A) induk no. 193 dan (B) 194 berdasarkan hasil analisis paternitas. Simbol mengindikasikan posisi: ( ) induk kelapa tipe Dalam Kopyor heterosigot Kk dan ( ) tetua jantan kelapa tipe Dalam Kopyor heterosigot Kk. Positions of the assigned male parents dona-ting pollen in seed nut formation from (A) female parent no. 193 and (B) 194 based on paternity analysis. Symbols represent position of: ( )Tall Kopyor heterozygous Kk female parent and ( )Tall Kopyor heterozygous Kk assigned male parent. Gambar 7. Figure 7. Posisi tetua jantan, diduga mendona-sikan serbuk sari pada pembentukan buah dari (A) induk no. 149 dan (B) 163 berdasarkan hasil analisis paternitas. Simbol mengindikasikan posisi : ( ) induk tipe Dalam Kopyor heterosigot Kk, ( ) tetua jantan tipe Dalam Kopyor heterosigot Kk, dan ( ) tetua jantan tipe Dalam normal homosigot KK. Position of assigned male parents donating pollens in the formation of harvested seed nuts from (A) female parent no. 149 and (B) 163 based on paternity analysis. Symbols represent position of: ( ) Tall kopyor hetero-zygous Kk female parent, ( ) heterozygous Kk assigned male parent, and ( ) Normal homozygous KK assigned male parent. Dalam Gambar 7 dapat ditunjukkan bahwa hasil penyerbukan antara induk kelapa tipe Dalam Kopyor heterosigot Kk dengan donor serbuk sari kelapa Dalam normal Kk menghasilkan 100% buah normal, terdiri atas 50% buah normal heterosigot Kk dan 50% buah normal homosigot KK. Pohon induk kelapa tipe Dalam kopyor heterosigot Kk yang posisinya berada di sekitar pohon kelapa tipe Dalam kopyor heterosigot Kk kemungkinan besar menerima donasi serbuk sari yang berasal dari kelapa tipe Dalam kopyor heterosigot Kk lainnya (pola penyerbukan Kelompok 1). Dalam penelitian ini, beberapa buah yang dipanen dari pohon kelapa tipe Dalam Kopyor heterosigot Kk no. 193 dan 194 terbukti hanya mendapatkan donasi serbuk sari dari kelapa tipe Dalam Kopyor heterosigot Kk (pola penyerbukan Kelompok 1), yaitu dari tetua jantan kelapa 86

11 Penyebaran Polen Berdasarkan Analisis SSR Membuktikan Penyerbukan Kelapa Dalam Kalianda Normal Ke Kopyor (Siti Halimah Larekeng, et al) Gambar 8. Figure 8. Posisi tetua jantan diduga mendonasikan serbuk sari pada pembentukan buah yang dipanen dari (A) induk no. 129 dan (B) 151 berdasarkan hasil analisis paternitas. Simbol mengindikasikan posisi: ( ) induk kelapa tipe Dalam normal homosigot KK, ( )tetua jantan tipe Dalam Kopyor heterosigot Kk, dan ( ) tetua jantan tipe Dalam normal homosigot KK. Position of assigned male parents donating pollens in the formation of seed nuts from (A) female parent no. 129 and (B) 151 based on paternity analysis. Symbols represent position of: ( ) Tall normal homozygous KK female parent, ( ) Tall Kopyor heterozygous Kk assigned male parent, and ( ) Tall normal homozygous KK assigned male parent. tipe Dalam Kopyor heterosigot Kk no. 117 untuk induk no. 194 dan dari tetua jantan kelapa tipe Dalam Kopyor heterosigot Kk no. 150 dan 213 untuk induk no 193. Buah yang dipanen dari masing-masing induk kelapa Dalam Kopyor heterosigot Kk dan teridentifikasi tetua jantannya sebanyak 1-4 buah per pohon. Gambar 6 merupakan representasi posisi pohon induk tipe Dalam Kopyor heterosigot Kk yang menerima serbuk sari dari kelapa tipe Dalam Kopyor heterosigot Kk berdasarkan hasil analisis paternitas untuk populasi kelapa tipe Dalam Kalianda, di Kalianda, Lampung Selatan. Pohon induk kelapa tipe Dalam Kopyor heterosigot Kk yang posisinya berada di sekitar pohon kelapa tipe Dalam normal homosigot KK dapat menerima donasi serbuk sari yang berasal dari kelapa tipe Dalam kopyor heterosigot Kk atau Normal homosigot KK (pola penyerbukan Kelompok 1). Dalam penelitian ini, beberapa buah yang dipanen dari pohon kelapa tipe Dalam Kopyor heterosigot Kk no. 149 dan 163 terbukti mendapatkan donasi serbuk sari dari kelapa tipe Dalam Kopyor heterosigot Kk dan normal homosigot KK (pola penyerbukan Kelompok 1). Buah yang dipanen dari masing-masing induk heterosigot kopyor dan teridentifikasi tetua jantannya sebanyak 3 buah per pohon. Dari jumlah tersebut, jumlah buah yang serbuk sarinya berasal dari kelapa Dalam normal homosigot KK berkisar antara 1 2 buah per pohon. Gambar 7 merupakan representasi pohon induk tipe Dalam Kopyor heterosigot Kk yang menerima serbuk sari dari kelapa tipe Dalam Kopyor heterosigot Kk dan juga dari pohon normal homosigot KK berdasarkan hasil analisis pa-ternitas untuk populasi kelapa tipe Dalam Kalianda, di Kalianda, Lampung Selatan. Pohon induk kelapa tipe Dalam normal homosigot KK yang posisinya berada di sekitar pohon kelapa tipe Dalam Kopyor heterosigot Kk berpotensi menerima donasi serbuk sari yang berasal dari kelapa tipe Dalam Kopyor (pola penyerbukan Kelompok 3) atau Dalam normal (pola penyerbukan Kelompok 4). Dalam penelitian ini, buah yang dipanen dari pohon kelapa tipe Dalam normal homosigot KK no. 129 dan no. 151 terbukti mendapatkan donasi serbuk sari dari kelapa tipe Dalam Kopyor heterosigot Kk (pola penyerbukan Kelompok 3) dan dari Dalam normal homosigot KK (pola penyerbukan Kelompok 4). Buah yang dipanen dari masing-masing induk kelapa no. 129 dan no. 151 dan teridentifikasi induk jantannya berkisar antara 4 7 buah per pohon. Dari jumlah tersebut, buah yang donor serbuk sarinya merupakan kelapa tipe Dalam Kopyor heterosigot Kk berkisar antara 1 4 buah per pohon sedangkan yang berasal dari Dalam normal homosigot KK sebanyak 3 buah per pohon. Persilangan kelapa Dalam normal homosigot Kk dengan kelapa Dalam Kopyor heterosigot Kk menghasilkan 100% buah normal yang embrio 87

12 B. Palma Vol. 16 No. 1, Juni 2015: sigotiknya terdiri dari 50% homosigot KK dan 50% heterosigot Kk. Gambar 8 merepresentasikan contoh pohon induk kelapa tipe Dalam Normal homosigot KK yang menerima serbuk sari dari kelapa Dalam Kopyor heterosigot Kk dan Dalam normal homosigot KK berdasarkan hasil analisis paternitas yang telah dilakukan. Salah satu populasi kelapa tipe Dalam berbuah kopyor ditemukan di Kecamatan Kalianda, Kabupaten Lampung Selatan (Mahmud, 2000). Di daerah sentra produksi kelapa tipe Dalam Kopyor seperti Lampung Selatan dan Sumenep, petani memperbanyak bibit kelapa kopyor dari pohonpohon penghasil buah kopyor (pohon kopyor heterosigot Kk). Pengembangan tanaman kelapa berbuah kopyor ini dapat terjadi karena pohon kopyor petani selain menghasilkan buah kopyor dengan embrio sigotik homosigot kk, juga menghasilkan buah normal dengan embrio sigotik heterosigot Kk yang membawa alel pengendali sifat kopyor dan buah normal homosigot KK yang tidak membawa alel pengendali sifat kopyor. Buah kopyor bergenotipe homosigot kk bersifat letal dan jika dibibitkan tidak dapat berkecambah. Buah normal dengan embrio sigotik heterosigot Kk jika dibibitkan dapat berkecambah dan berkembang menjadi pohon kelapa kopyor heterosigot Kk yang berpotensi menghasilkan buah kopyor. Sebaliknya, buah normal dengan embrio sigotik homosigot KK jika dibibitkan dapat berkecambah dan berkembang menjadi pohon kelapa tetapi tidak dapat menghasilkan buah kopyor. Pola segregasi yang sama juga terjadi pada kelapa mutan Makapuno (Santos, 1999). Pertanaman kelapa tipe Dalam berbuah kopyor (tanaman heterosigot Kk) di Kalianda, Lampung Selatan tercampur dengan kelapa tipe Dalam berbuah normal (tanaman homosigot KK). Pola pertanaman tersebut memungkinkan terjadinya persilangan alami antar heterosigot Kk dengan heterosigot Kk (pola penyerbukan Kelompok 1) atau dengan homosigot KK (pola penyerbukan Kelompok 2) yang ada disekitarnya. Selain itu, persilangan antara kelapa tipe Dalam dengan genotipe homosigot KK dengan tanaman heterosigot Kk (pola penyerbukan Kelompok 3) atau homosigot KK (pola penyerbukan Kelompok 4) yang ada di sekitarnya juga dapat terjadi sebagaimana ditunjukkan dalam hasil penelitian ini. Pola penyerbukan seperti itu terjadi karena kelapa tipe Dalam pada umumnya cenderung menyerbuk silang akibat pada tandan yang sama periode kematangan (reseptif) bunga betina tidak bersamaan dengan periode matangnya (antesis) bunga jantan (Maskromo et al., 2011). Buah kopyor terbentuk ketika gamet betina yang membawa alel k dan dua inti polar dengan alel kk dibuahi oleh gamet jantan yang membawa alel k, sehingga terbentuk buah dengan embrio sigotik homosigot kk dan endosperm homosigot kkk (Novarianto et al., 2014). Oleh karena itu, buah kopyor hanya mungkin terbentuk jika terjadi penyerbukan antara induk kopyor heterosigot Kk dengan tetua jantan heterosigot Kk (pola penyerbukan Kelompok 1). Buah kopyor tidak akan dihasilkan jika penyerbukan terjadi antara pohon induk heterosigot Kk dengan tetua jantan homosigot KK atau sebaliknya (pola penyerbukan Kelompok 2 atau 3). Pada penyer-bukan tersebut, buah yang terbentuk semuanya (100%) mempunyai fenotipe endosperm normal. Embrio sigotik pada buah normal hasil penyerbukan antara Kk x KK atau KK x Kk, mempunyai genotipe heterosigot Kk (50%) atau homosigot KK (50%). Oleh karena itu, pohon kopyor heterosigot Kk yang ditanam tercampur dengan pohon normal homosigot KK berpotensi mengalami penurunan hasil buah kopyor yang dipanen (buah kopyor < 25% dari total buah yang dipanen). Dalam penelitian ini berhasil dibuktikan pada pertanaman kelapa campuran, donor serbuk sari kelapa tipe Dalam homosigot KK dapat menyerbuki pohon induk tipe Dalam Kopyor heterosigot Kk sehingga berpotensi menurunkan hasil buah kopyor. Keberadaan pohon normal menurunkan kualitas bibit kelapa kopyor yang dihasilkan. Bibit kelapa kopyor dihasilkan dari buah normal yang mempunyai embrio sigotik dengan genotipe heterosigot Kk atau homosigot KK. Seperti penjelasan sebelumnya, persilangan antara pohon kopyor hetero-sigot Kk dengan pohon normal homosigot KK meningkatkan persentase buah normal yang embrio sigotiknya mempunyai genotipe homosigot KK dari 25% menjadi 50%, selanjutnya, benih kopyor yang embrio sigotiknya mempunyai genotipe heterosigot Kk menurun menjadi 50% dari total benih yang dipanen (Maskromo dan Novarianto, 2007b). Oleh karena itu, benih kopyor yang dipanen dari per-tanaman campuran pohon kelapa kopyor heterosigot Kk dengan pohon normal homosigot KK berpotensi menurun kualitasnya karena persentase buah normal dengan genotipe embrio sigotik homosigot KK meningkat dan heterosigot Kk menurun (Sudarsono et al., 2014b). Berbagai hal yang dapat dilakukan untuk mencegah pengaruh negatif pohon normal homosigot KK tersebut (Sudarsono et al., 2014a, Sudarsono et al., 2014b) antara lain dengan: (1) menebang pohon normal homosigot KK yang ada, (2) memanfaatkan mayang yang dihasilkan dari 88

13 Penyebaran Polen Berdasarkan Analisis SSR Membuktikan Penyerbukan Kelapa Dalam Kalianda Normal Ke Kopyor (Siti Halimah Larekeng, et al) pohon normal homosigot KK untuk menghasilkan gula kelapa, atau (3) melakukan emaskulasi bunga jantan dari pohon normal homosigot KK agar tidak menjadi donor serbuk sari dengan alel K. Penyerbukan antara induk kelapa tipe Dalam normal homosigot KK dengan donor serbuk sari dari kelapa tipe Dalam Kopyor heterosigot Kk (pola penyerbukan Kelompok 3) menghasilkan 100% buah normal, tetapi embrio sigotiknya 50% homosigot KK dan 50% heterosigot Kk. Jika buahnya dibibitkan maka akan diperoleh bibit campuran yang terdiri atas 50% bibit kelapa normal homosigot KK dan 50% bibit kelapa kopyor heterosigot Kk. Bibit kelapa kopyor heterosigot Kk jika ditanam di lapangan dapat menghasilkan buah kopyor dengan persentase hasil 25% buah kopyor per tandan. Sebaliknya, hasil penyerbukan antara induk kelapa tipe Dalam normal homosigot KK dengan donor serbuk sari dari kelapa tipe Dalam normal homosigot KK (pola penyerbukan Kelompok 4) menghasilkan 100% buah normal dengan embrio sigotik homosigot KK. Jika buahnya dijadikan sebagai benih maka didapatkan 100% benih kelapa normal. Pembentukan buah kopyor merupakan contoh fenomena xenia pada kelapa. Pembentukan buah kopyor pada kelapa lebih ditentukan oleh genotipe tanaman donor serbuk sari dan bukan induknya. Teknik kultur jaringan telah digunakan untuk menghasilkan bibit kelapa kopyor homosigot kk dengan menanam embrio sigotik yang diisolasi dari buah kopyor. Meskipun secara alami buah kopyor tidak dapat berkecambah, tetapi embrio sigotik mampu tumbuh dan berkembang jika dikulturkan secara in vitro (Sukendah et al., 2008, Sudarsono et al., 2014a, Sudarsono et al., 2014b). Bibit kelapa kopyor homosigot kk berpotensi menghasilkan buah kopyor 100% per tandannya, dengan catatan tidak terjadi kontaminasi serbuk sari yang membawa alel K. Namun demikian, harga bibit kelapa kopyor homosigot kk hasil kultur jaringan tersebut masih relatif mahal (antara Rp ,- hingga Rp ,- per bibit). Harga bibit yang mahal tersebut membuat bibit hasil kultur embrio belum terjangkau oleh petani. Pohon kelapa kopyor homosigot kk dapat ditanam sebagai sumber serbuk sari yang membawa alel k. Petani dapat menanam 5-10 pohon kopyor homosigot kk untuk setiap pohon kopyor heterosigot Kk yang telah ada. Penanaman pohon kopyor homosigot kk sebagai sumber serbuk sari pembawa alel k dapat meningkatkan produksi buah kopyor dari pohon kelapa kopyor heterosigot Kk dari 25% hingga menjadi 50%. Selain itu, kualitas bibit kopyor yang dihasilkan meningkat dengan meningkatnya proporsi buah normal yang genotipe embrio sigotiknya heterosigot Kk (Sudarsono et al., 2014b). KESIMPULAN Serbuk sari kelapa tipe Dalam Kalianda menye-bar dengan jarak terdekat 0 m dan terjauh 63 m, tetapi jarak penyebaran serbuk sari terbanyak berkisar pada jarak m. Umumnya kelapa tipe Dalam Kalianda tergolong menyerbuk silang (outcrosser). Sebanyak 98% progeni yang dipanen dari kelapa tipe Dalam Kalianda merupakan hasil penyerbukan silang (outcrossing) dan hanya 2% terbukti sebagai hasil penyerbukan sendiri (selfing). Pada populasi cam-puran antara kelapa tipe Dalam Kopyor heterosigot Kk dan Normal homosigot KK, terbukti terjadi persilangan antar Kopyor Kk, antara Kopyor Kk dengan normal KK, antara normal KK dengan Kopyor Kk, dan antara normal homosigot KK. Dalam penelitian ini, 49,0% progeni merupakan hasil persilangan Kk x Kk, 22,4% hasil persilangan Kk x KK, 20,5% hasil persilangan KK x Kk, dan 6,1% hasil persilangan KK x KK. UCAPAN TERIMA KASIH Sebagian dari penelitian ini didukung oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Republik Indonesia melalui skim penelitian Proyek Hi- LINK Kelapa Kopyor tahun yang berjudul Peningkatan Produksi Buah Kopyor dengan Bantuan Polinator Lebah Madu dan Produksi Bibit Kopyor True-To-Type Melalui Persilangan Terkontrol, dibawah koordinasi Prof.Dr. Sudarsono. Penelitian ini digunakan oleh penulis utama untuk penyusunan dokumen disertasi. Dalam studi S3-nya, penulis mendapat dukungan dana dari Beasiswa BPPS dan dari Program Hibah Doktor, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Republik Indonesia. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Siswanto, Dinas Perkebunan Kabupaten Lampung Selatan atas bantuan teknis di lapangan yang telah diberikan. DAFTAR PUSTAKA Austerlizer, F., C.W. Dick., E.K. Klein, S.O. Muratorio, P.E. Smouse, and V.L. Sork Using a genetic marker to estimate the 89

KEMIRIPAN GENETIK DAN POLA PENYEBARAN SERBUK SARI POPULASI KELAPA KOPYOR PATI BERDASARKAN ANALISIS MARKA SSR DAN SNAP RINI ISMAYANTI

KEMIRIPAN GENETIK DAN POLA PENYEBARAN SERBUK SARI POPULASI KELAPA KOPYOR PATI BERDASARKAN ANALISIS MARKA SSR DAN SNAP RINI ISMAYANTI KEMIRIPAN GENETIK DAN POLA PENYEBARAN SERBUK SARI POPULASI KELAPA KOPYOR PATI BERDASARKAN ANALISIS MARKA SSR DAN SNAP RINI ISMAYANTI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013 PERNYATAAN

Lebih terperinci

POTENSI PRODUKSI POHON INDUK KELAPA DALAM KOPYOR ASAL KALIANDA, LAMPUNG SELATAN

POTENSI PRODUKSI POHON INDUK KELAPA DALAM KOPYOR ASAL KALIANDA, LAMPUNG SELATAN POTENSI PRODUKSI POHON INDUK KELAPA DALAM KOPYOR ASAL KALIANDA, LAMPUNG SELATAN Ismail Maskromo 1,2*, Sudarsono 2 dan Hengky Novarianto 1 1 Balai Penelitian Tanaman Palma (BalitPalma), PO. Box 1004, Manado.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Latar Belakang Kelapa (Cocos nucifera L.) merupakan salah satu tanaman penghasil minyak yang paling penting di daerah tropis. Peranan kelapa sebagai komoditi perkebunan bagi masyarakat Indonesia

Lebih terperinci

STATUS PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KELAPA KOPYOR DI INDONESIA

STATUS PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KELAPA KOPYOR DI INDONESIA STATUS PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KELAPA KOPYOR DI INDONESIA Sudarsono 1, Ismail Maskromo,2, Dini Dinarti 1, Megayani S. Rahayu 1, Dewi Sukma 1, Yuliasti 3, Meldy LA. Hosang 2, dan Hengky Novarianto 2,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. mahoni dan mimba. Hasil seleksi primer yang dilakukan terhadap 13 primer spesifik dari

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. mahoni dan mimba. Hasil seleksi primer yang dilakukan terhadap 13 primer spesifik dari BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Amplifikasi silang jenis Mindi Amplifikasi DNA merupakan proses penggandaan DNA dimana basa penyusun DNA direplikasi dengan bantuan primer. Primer merupakan potongan rantai

Lebih terperinci

Peningkatan Persentase Buah Kelapa Kopyor melalui Penyerbukan Sendiri

Peningkatan Persentase Buah Kelapa Kopyor melalui Penyerbukan Sendiri Peningkatan Persentase Buah Kelapa Kopyor melalui Penyerbukan Sendiri HENGKY NOVARIANTO DAN A.A. LOLONG Balai Penelitian Tanaman Palma, Manado Jln. Raya Mapanget, Kotak Pos 1004 Manado 95001 E-mail: hengkynovarianto@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian deskriptif. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dasar dengan metode B. Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah sampel DNA koleksi hasil

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dasar dengan metode

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dasar dengan metode 24 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dasar dengan metode penelitian deskriptif. B. Objek Penelitian Empat spesies burung anggota Famili

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang mengangkat fenomena alam sebagai salah satu masalah dalam penelitian. Penelitian ini dapat menerangkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang mengangkat fenomena alam sebagai salah satu masalah dalam penelitian, sehingga dapat menerangkan arti

Lebih terperinci

METODOLOGI. Gambar 1 Bahan tanaman : (a) Tetua IR64; (b) tetua Hawarabunar, dan (c) F 1 (IRxHawarabunar) c a b

METODOLOGI. Gambar 1 Bahan tanaman : (a) Tetua IR64; (b) tetua Hawarabunar, dan (c) F 1 (IRxHawarabunar) c a b METODOLOGI Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan dua tahap yaitu penanaman padi dan analisis fisiologi dan marka molekuler. Penanaman padi secara gogo pada tanah masam dilakukan di rumah kaca Cikabayan

Lebih terperinci

RAGAM ALEL KELAPA PUDAK, PADMA, BLULUK DAN BUNGA DI KECAMATAN MANGGIS, KARANGASEM, BALI BERDASARKAN PENANDA DNA MIKROSATELIT

RAGAM ALEL KELAPA PUDAK, PADMA, BLULUK DAN BUNGA DI KECAMATAN MANGGIS, KARANGASEM, BALI BERDASARKAN PENANDA DNA MIKROSATELIT RAGAM ALEL KELAPA PUDAK, PADMA, BLULUK DAN BUNGA DI KECAMATAN MANGGIS, KARANGASEM, BALI BERDASARKAN PENANDA DNA MIKROSATELIT Skripsi Sebagai tugas akhir untuk memenuhi syarat mencapai derajat Sarjana S-1

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Genetika Molekuler, Bagian Pemuliaan dan Genetika Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. padi karena banyak dibutuhkan untuk bahan pangan, pakan ternak, dan industri.

I. PENDAHULUAN. padi karena banyak dibutuhkan untuk bahan pangan, pakan ternak, dan industri. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kedelai (Glycine max L) merupakan salah satu komoditas pangan penting setelah padi karena banyak dibutuhkan untuk bahan pangan, pakan ternak, dan industri. Sebagai sumber

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pemuliaan tanaman adalah suatu metode yang secara sistematik merakit

I. PENDAHULUAN. Pemuliaan tanaman adalah suatu metode yang secara sistematik merakit 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Pemuliaan tanaman adalah suatu metode yang secara sistematik merakit keragaman genetik menjadi suatu bentuk yang bermanfaat bagi kehidupan manusia (Makmur,

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE. Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim

III. MATERI DAN METODE. Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim III. MATERI DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini akan dilaksanakan di Laboratorium Genetika dan Pemuliaan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau Pekanbaru

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 4. Hasil Amplifikasi Gen FSHR Alu-1pada gel agarose 1,5%.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 4. Hasil Amplifikasi Gen FSHR Alu-1pada gel agarose 1,5%. HASIL DAN PEMBAHASAN Amplifikasi Gen FSHR Alu-1 Amplifikasi fragmen gen FSHR Alu-1 dengan metode Polymerase Chain Reaction (PCR) dilakukan dengan kondisi annealing 60 C selama 45 detik dan diperoleh produk

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1. Deskripsi Pembuatan Larutan Stok dan Buffer

LAMPIRAN. Lampiran 1. Deskripsi Pembuatan Larutan Stok dan Buffer LAMPIRAN Lampiran 1. Deskripsi Pembuatan Larutan Stok dan Buffer 1. Pembuatan Larutan Stok a. CTAB 5 % Larutan dibuat dengan melarutkan : - NaCl : 2.0 gr - CTAB : 5.0 gr - Aquades : 100 ml b. Tris HCl

Lebih terperinci

FAKULTAS BIOLOGI LABORATORIUM GENETIKA & PEMULIAAN INSTRUKSI KERJA UJI

FAKULTAS BIOLOGI LABORATORIUM GENETIKA & PEMULIAAN INSTRUKSI KERJA UJI ISOLASI TOTAL DNA TUMBUHAN DENGAN KIT EKSTRAKSI DNA PHYTOPURE Halaman : 1 dari 5 1. RUANG LINGKUP Metode ini digunakan untuk mengisolasi DNA dari sampel jaringan tumbuhan, dapat dari daun, akar, batang,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Tabel 1 Sampel yang digunakan dalam penelitian

METODE PENELITIAN. Tabel 1 Sampel yang digunakan dalam penelitian 12 METODE PEELITIA Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan April 2010, bertempat di Bagian Fungsi Hayati dan Perilaku Hewan, Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dasar dengan metode

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dasar dengan metode 22 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dasar dengan metode penelitian deskriptif. B. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan 7 sampel dari 7

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan 7 sampel dari 7 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan 7 sampel dari 7 individu udang Jari yang diambil dari Segara Anakan Kabupaten Cilacap Jawa Tengah.

Lebih terperinci

Genetic Diversity and Association among Nias Yellow Dwarf (NYD), Tenga Tall (TAT) and KHINA-1 Hybrid Coconuts Based on Microsatellite Markers

Genetic Diversity and Association among Nias Yellow Dwarf (NYD), Tenga Tall (TAT) and KHINA-1 Hybrid Coconuts Based on Microsatellite Markers Keragaman dan Hubungan Genetik Antara Kelapa Tetua Genjah Kuning Nias (GKN) dan Dalam Tenga (DTA) serta Hibrida KHINA-1 Berdasarkan Marka Mikrosatelit Genetic Diversity and Association among Nias Yellow

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Depresi Penangkarandalam (Inbreeding Depression) Kelapa Dalam Mapanget No.32 (DMT-32) Hasil Penyerbukan Tertutup Selama Empat Generasi Depresi Penangkarandalam Berdasarkan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat 12 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Survei penyakit klorosis dan koleksi sampel tanaman tomat sakit dilakukan di sentra produksi tomat di daerah Cianjur, Cipanas, Lembang, dan Garut. Deteksi

Lebih terperinci

1 0,53 0,59 2 0,3 0,2 3 0,02 0,02 4 0,04 0,04 5 0,3 0,3 Ilustrasi rangkaian isolasi DNA tersebut dapat dilihat pada Gambar 1 berikut.

1 0,53 0,59 2 0,3 0,2 3 0,02 0,02 4 0,04 0,04 5 0,3 0,3 Ilustrasi rangkaian isolasi DNA tersebut dapat dilihat pada Gambar 1 berikut. PERBANDINGAN BEBERAPA METODE ISOLASI DNA UNTUK PENENTUAN KUALITAS LARUTAN DNA TANAMAN SINGKONG (Manihot esculentum L.) Molekul DNA dalam suatu sel dapat diekstraksi atau diisolasi untuk berbagai macam

Lebih terperinci

( 2 ) untuk derajat kecocokan nisbah segregasi pada setiap generasi silang balik dan

( 2 ) untuk derajat kecocokan nisbah segregasi pada setiap generasi silang balik dan PEMBAHASAN UMUM Penggabungan karakter resisten terhadap penyakit bulai dan karakter yang mengendalikan peningkatan lisin dan triptofan pada jagung merupakan hal yang sulit dilakukan. Hal ini disebabkan

Lebih terperinci

Elektroforesis Hasil Amplifikasi Analisis Segregasi Marka SSR Amplifikasi DNA Kelapa Sawit dengan Primer Mikrosatelit HASIL DAN PEMBAHASAN

Elektroforesis Hasil Amplifikasi Analisis Segregasi Marka SSR Amplifikasi DNA Kelapa Sawit dengan Primer Mikrosatelit HASIL DAN PEMBAHASAN 11 annealing yang tepat dengan mengatur reaksi pada berbagai suhu dalam satu reaksi sekaligus sehingga lebih efektif dan efisien. Proses optimasi dilakukan menggunakan satu sampel DNA kelapa sawit yaitu

Lebih terperinci

II. BAHAN DAN METODE

II. BAHAN DAN METODE II. BAHAN DAN METODE 2.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Agustus sampai September tahun 2011. Sampel ikan berasal dari 3 lokasi yaitu Jawa (Jawa Barat), Sumatera (Jambi),

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) merupakan salah satu komoditas pangan

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) merupakan salah satu komoditas pangan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) merupakan salah satu komoditas pangan bergizi tinggi sebagai sumber protein nabati dengan harga terjangkau. Di Indonesia, kedelai banyak

Lebih terperinci

II. BAHAN DAN METODE. Betina BEST BB NB RB. Nirwana BN NN RN. Red NIFI BR NR RR

II. BAHAN DAN METODE. Betina BEST BB NB RB. Nirwana BN NN RN. Red NIFI BR NR RR II. BAHAN DAN METODE Ikan Uji Ikan uji yang digunakan adalah ikan nila hibrida hasil persilangan resiprok 3 strain BEST, Nirwana dan Red NIFI koleksi Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar Sempur, Bogor.

Lebih terperinci

KERAGAMAN GENETIK INTRA DAN INTERPOPULASI KELAPA SAWIT

KERAGAMAN GENETIK INTRA DAN INTERPOPULASI KELAPA SAWIT KERAGAMAN GENETIK INTRA DAN INTERPOPULASI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) PISIFERA ASAL NIGERIA BERDASARKAN ANALISIS MARKA Simple Sequence Repeats (SSR) ZULHERMANA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Amplifikasi Gen GH Exon 4 Amplifikasi gen GH exon 4 pada kambing Peranakan Etawah (PE), Saanen dan PESA (Persilangan PE-Saanen) diperoleh panjang fragmen 200 bp (Gambar 8). M 1 2 3

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Polimorfisme RAPD dan Mikrosatelit Penelitian ini menggunakan primer dari Operon Technology, dimana dari 10 primer acak yang diseleksi, primer yang menghasilkan pita amplifikasi yang

Lebih terperinci

KERAGAMAN FENOTIPE DAN GENETIK TIGA VARIETAS KELAPA GENJAH KOPYOR ASAL PATI JAWA TENGAH

KERAGAMAN FENOTIPE DAN GENETIK TIGA VARIETAS KELAPA GENJAH KOPYOR ASAL PATI JAWA TENGAH Jurnal Littri 21(1), Maret 2015. Hlm. 1-8 ISSN 0853-8212 ISMAIL MASKROMO et al.: Keragaman fenotipe dan genetik tiga varietas kelapa genjah kopyor asal Pati Jawa Tengah KERAGAMAN FENOTIPE DAN GENETIK TIGA

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 10. Hasil ekstraksi DNA daun

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 10. Hasil ekstraksi DNA daun HASIL DAN PEMBAHASAN Optimasi Ekstraksi DNA Ekstraksi DNA dilakukan untuk mengisolasi DNA yaitu dengan cara fisik (penggerusan) dibantu oleh senyawa-senyawa kimia dengan metode tertentu sehingga didapat

Lebih terperinci

PENDAHULUAN DONATA S PANDIN 1, ALEX HARTANA 2, HAJRIAL ASWIDINNOOR 3, ASEP SETIAWAN 3

PENDAHULUAN DONATA S PANDIN 1, ALEX HARTANA 2, HAJRIAL ASWIDINNOOR 3, ASEP SETIAWAN 3 Jurnal Littri 14(4), Desember 2008. Hlm 131-140 ISSN 0853-8212 PELACAKAN TETUA POPULASI KELAPA DALAM MAPANGET No.32 (DMT-32) MENGGUNAKAN ANALISIS ALIRAN GEN (Gene Flow) BERDASARKAN PENANDA MIKROSATELIT

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EMBRIO KELAPA KOPYOR (Cocos nucifera L.) PADA BERBAGAI MODIFIKASI MEDIA KULTUR IN-VITRO SKRIPSI

PERTUMBUHAN EMBRIO KELAPA KOPYOR (Cocos nucifera L.) PADA BERBAGAI MODIFIKASI MEDIA KULTUR IN-VITRO SKRIPSI PERTUMBUHAN EMBRIO KELAPA KOPYOR (Cocos nucifera L.) PADA BERBAGAI MODIFIKASI MEDIA KULTUR IN-VITRO SKRIPSI Oleh : SILTA RESLITA BR GINTING 0925010003 PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Secara morfologi tanaman jagung manis merupakan tanaman berumah satu

II. TINJAUAN PUSTAKA. Secara morfologi tanaman jagung manis merupakan tanaman berumah satu II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Morfologi dan Klasifikasi Jagung Manis Secara morfologi tanaman jagung manis merupakan tanaman berumah satu (monoecious) dengan letak bunga jantan terpisah dari bunga betina pada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif.

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. 24 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. 3.2 Objek Penelitian DNA ikan gurame (Osphronemus goramy Lac.) yang resisten dan sensitif

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Amplifikasi DNA Mikrosatelit

HASIL DAN PEMBAHASAN Amplifikasi DNA Mikrosatelit HASIL DAN PEMBAHASAN Amplifikasi DNA Mikrosatelit Amplifikasi DNA mikrosatelit pada sapi Katingan dianalisis menggunakan tiga primer yaitu ILSTS073, ILSTS030 dan HEL013. Ketiga primer tersebut dapat mengamplifikasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kedelai ( Glycine max (L.) Merrill) merupakan salah satu tanaman penghasil

I. PENDAHULUAN. Kedelai ( Glycine max (L.) Merrill) merupakan salah satu tanaman penghasil I. PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Kedelai ( Glycine max (L.) Merrill) merupakan salah satu tanaman penghasil protein dan lemak nabati yang cukup penting untuk memenuhi nutrisi tubuh manusia. Bagi industri

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat Penelitian

METODOLOGI PENELITIAN. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat Penelitian 14 METODOLOGI PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian dilakukan di Laboratorium Unit Pelayanan Mikrobiologi Terpadu, Bagian Mikrobiologi Kesehatan, Departemen Ilmu Penyakit Hewan dan Kesehatan

Lebih terperinci

Asam Asetat Glacial = 5,7 ml EDTA 0,5 M ph 8.0 = 10 ml Aquades ditambahkan hingga volume larutan 100 ml

Asam Asetat Glacial = 5,7 ml EDTA 0,5 M ph 8.0 = 10 ml Aquades ditambahkan hingga volume larutan 100 ml 36 Lampiran 1. Pembuatan Larutan Stok dan Buffer A. Pembuatan Larutan Stok Tris HCL 1 M ph 8.0 (100 ml) : Timbang Tris sebanyak 12,114 g. Masukkan Tris ke dalam Erlenmeyer dan ditambahkan 80 ml aquades.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Kelapa sawit merupakan tanaman penghasil minyak nabati utama di

PENDAHULUAN. Kelapa sawit merupakan tanaman penghasil minyak nabati utama di 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Kelapa sawit merupakan tanaman penghasil minyak nabati utama di Indonesia, dan memegang peranan penting diantaranya iklim, tenaga kerja, dan kesediaan lahan yang masih cukup

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1. Pembuatan Larutan Stok dan Buffer

LAMPIRAN. Lampiran 1. Pembuatan Larutan Stok dan Buffer LAMPIRAN Lampiran 1. Pembuatan Larutan Stok dan Buffer A. LARUTAN STOK CTAB 5 % (100 ml) - Ditimbang NaCl sebanyak 2.0 gram - Ditimbang CTAB sebanyak 5.0 gram. - Dimasukkan bahan kimia ke dalam erlenmeyer

Lebih terperinci

Kolokium Departemen Biologi FMIPA IPB: Ria Maria

Kolokium Departemen Biologi FMIPA IPB: Ria Maria Kolokium Departemen Biologi FMIPA IPB: Ria Maria Ria Maria (G34090088), Achmad Farajallah, Maria Ulfah. 2012. Karakterisasi Single Nucleotide Polymorphism Gen CAST pada Ras Ayam Lokal. Makalah Kolokium

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM REKAYASA GENETIKA

LAPORAN PRAKTIKUM REKAYASA GENETIKA LAPORAN PRAKTIKUM REKAYASA GENETIKA LAPORAN II (ISOLASI DNA GENOM) KHAIRUL ANAM P051090031/BTK BIOTEKNOLOGI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 0 ISOLASI DAN IDENTIFIKASI DNA SEL MUKOSA

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG

DAFTAR ISI DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG DAFTAR ISI ABSTRAK... Error! ABSTRACT... Error! KATA PENGANTAR... Error! DAFTAR ISI... i DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG... Error! BAB I PENDAHULUAN... Error! 1.1 Latar Belakang... Error! 1.2 Rumusan Masalah...

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. Tempat dan Waktu Penelitian. Laboratorium Biologi Molekuler, Balai Besar Penelitian dan Pengembangan

TATA CARA PENELITIAN. Tempat dan Waktu Penelitian. Laboratorium Biologi Molekuler, Balai Besar Penelitian dan Pengembangan III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli hingga Agustus 2017 di Laboratorium Biologi Molekuler, Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi

Lebih terperinci

METODE PEMULIAAN TANAMAN MENYERBUK SENDIRI

METODE PEMULIAAN TANAMAN MENYERBUK SENDIRI METODE PEMULIAAN TANAMAN MENYERBUK SENDIRI Metode Pemuliaan Introduksi Seleksi Hibridisasi penanganan generasi bersegregasi dengan Metode silsilah (pedigree) Metode curah (bulk) Metode silang balik (back

Lebih terperinci

SKRIPSI. ANALISIS POPULASI GENETIK PASAK BUMI (Eurycoma longifolia Jack) BERDASARKAN PENANDA RAPD (Random Amplified Polymorphic DNA)

SKRIPSI. ANALISIS POPULASI GENETIK PASAK BUMI (Eurycoma longifolia Jack) BERDASARKAN PENANDA RAPD (Random Amplified Polymorphic DNA) SKRIPSI ANALISIS POPULASI GENETIK PASAK BUMI (Eurycoma longifolia Jack) BERDASARKAN PENANDA RAPD (Random Amplified Polymorphic DNA) Oleh: Ade Rosidin 10982008445 PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

II. MATERI DAN METODE. Tempat pengambilan sampel daun jati (Tectona grandis Linn. f.) dilakukan di

II. MATERI DAN METODE. Tempat pengambilan sampel daun jati (Tectona grandis Linn. f.) dilakukan di II. MATERI DAN METODE 2.1 Waktu dan Tempat Penelitian Tempat pengambilan sampel daun jati (Tectona grandis Linn. f.) dilakukan di enam desa yaitu tiga desa di Kecamatan Grokgak dan tiga desa di Kecamatan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan termasuk ke dalam penelitian dasar dimana adanya

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan termasuk ke dalam penelitian dasar dimana adanya BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian yang dilakukan termasuk ke dalam penelitian dasar dimana adanya keingintahuan peneliti terhadap hasil suatu aktivitas. Metode penelitian ini

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumusan Masalah Batasan Penelitian Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian...

DAFTAR ISI. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumusan Masalah Batasan Penelitian Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian... DAFTAR ISI Halaman Halaman Judul... i Halaman Pengesahan... iii Halaman Pernyataan... iv Halaman Persembahan... v Kata Pengantar... vi Daftar Isi... viii Daftar Tabel... x Daftar Gambar... xi Daftar Lampiran...

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI KARAKTER SPESIFIK UNGGUL KARET BERDASARKAN. Budi Martono Edi Wardiana Meynarti SDI Rusli KODE JUDUL: X.26

IDENTIFIKASI KARAKTER SPESIFIK UNGGUL KARET BERDASARKAN. Budi Martono Edi Wardiana Meynarti SDI Rusli KODE JUDUL: X.26 KODE JUDUL: X.26 IDENTIFIKASI KARAKTER SPESIFIK UNGGUL KARET BERDASARKAN METODE SIDIK JARI DNA DALAM MENDUKUNG PRODUKTIVITAS TANAMAN Budi Martono Edi Wardiana Meynarti SDI Rusli Balai Penelitian Tanaman

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi. Tabel 1. Sampel Darah Sapi Perah dan Sapi Pedaging yang Digunakan No. Bangsa Sapi Jenis Kelamin

MATERI DAN METODE. Materi. Tabel 1. Sampel Darah Sapi Perah dan Sapi Pedaging yang Digunakan No. Bangsa Sapi Jenis Kelamin MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Genetika Molekuler Ternak, Bagian Pemuliaan dan Genetika, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini berlangsung

Lebih terperinci

INDUKSI KERAGAMAN GENETIK DENGAN MUTAGEN SINAR GAMMA PADA NENAS SECARA IN VITRO ERNI SUMINAR

INDUKSI KERAGAMAN GENETIK DENGAN MUTAGEN SINAR GAMMA PADA NENAS SECARA IN VITRO ERNI SUMINAR INDUKSI KERAGAMAN GENETIK DENGAN MUTAGEN SINAR GAMMA PADA NENAS SECARA IN VITRO ERNI SUMINAR SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 i ABSTRACT ERNI SUMINAR. Genetic Variability Induced

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan dari bulan Agustus 2010 Agustus Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan dari bulan Agustus 2010 Agustus Penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan lokasi penelitian Penelitian dilaksanakan dari bulan Agustus 2010 Agustus 2011. Penelitian ini bertempat di Laboratorium Analisis Genetika, Departemen Silvikultur,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kedelai merupakan sumber protein penting di Indonesia. Kesadaran masyarakat

I. PENDAHULUAN. Kedelai merupakan sumber protein penting di Indonesia. Kesadaran masyarakat I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kedelai merupakan sumber protein penting di Indonesia. Kesadaran masyarakat akan pemenuhan gizi yang baik semakin meningkat, baik kecukupan protein hewani

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dasar dengan metode

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dasar dengan metode 29 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dasar dengan metode penelitian deskriptif. B. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Morfologi dan Agroekologi Tanaman Kacang Panjang. Kacang panjang merupakan tanaman sayuran polong yang hasilnya dipanen

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Morfologi dan Agroekologi Tanaman Kacang Panjang. Kacang panjang merupakan tanaman sayuran polong yang hasilnya dipanen II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Morfologi dan Agroekologi Tanaman Kacang Panjang Kacang panjang merupakan tanaman sayuran polong yang hasilnya dipanen dalam bentuk polong muda. Kacang panjang banyak ditanam di

Lebih terperinci

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Autentikasi Bahan Baku Ikan Tuna (Thunnus sp.) dalam Rangka Peningkatan Keamanan Pangan dengan Metode Berbasis DNA dilaksanakan pada bulan Januari sampai dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Secara garis besar langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini

BAB III METODE PENELITIAN. Secara garis besar langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini BAB III METODE PENELITIAN Secara garis besar langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah: pengumpulan sampel; lisis terhadap sampel mtdna yang telah diperoleh; amplifikasi daerah D-loop

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. divisualisasikan padaa gel agarose seperti terlihat pada Gambar 4.1. Ukuran pita

HASIL DAN PEMBAHASAN. divisualisasikan padaa gel agarose seperti terlihat pada Gambar 4.1. Ukuran pita IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Amplifikasi Gen Mx Amplifikasi gen Mx telah berhasil dilakukan. Hasil amplifikasi gen Mx divisualisasikan padaa gel agarose seperti terlihat pada Gambar 4.1. Ukuran pita yang

Lebih terperinci

DASAR BIOTEKNOLOGI TANAMAN

DASAR BIOTEKNOLOGI TANAMAN DASAR BIOTEKNOLOGI TANAMAN Darda Efendi, Ph.D Nurul Khumaida, Ph.D Sintho W. Ardie, Ph.D Departemen Agronomi dan Hortikultura, Faperta, IPB 2013 Marka = tanda Marka (marka biologi) adalah sesuatu/penanda

Lebih terperinci

Introgresi Gen Resesif Mutan o2 ke Galur Jagung Resisten tehadap Penyakit Bulai dengan Pendekatan MAS

Introgresi Gen Resesif Mutan o2 ke Galur Jagung Resisten tehadap Penyakit Bulai dengan Pendekatan MAS Penelitian II: Introgresi Gen Resesif Mutan o2 ke Galur Jagung Resisten tehadap Penyakit Bulai dengan Pendekatan MAS Pendahuluan Kegiatan pemuliaan dengan cara konvensional untuk merakit jagung yang bermutu

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Lokal Kalimantan Tengah

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Lokal Kalimantan Tengah TINJAUAN PUSTAKA Sapi Lokal Kalimantan Tengah Berdasarkan aspek pewilayahan Kalimantan Tengah mempunyai potensi besar untuk pengembangan peternakan dilihat dari luas lahan 153.564 km 2 yang terdiri atas

Lebih terperinci

Abstract. Abstract. Tectona grandis, mating system, microsattelite. Tectona grandis, sistem perkawinan, mikrosatelit

Abstract. Abstract. Tectona grandis, mating system, microsattelite. Tectona grandis, sistem perkawinan, mikrosatelit 7. ANALISIS SITEM PERKAWINAN TANAMAN JATI SULAWESI TENGGARA MENGGUNAKAN MARKA MIKROSATELIT 1 (Mating system analysis of teak from Southeast Sulawesi by using microsatellite markers) Abstract In this work,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berasal dari kacang tanah menyebabkan meningkatnya jumlah permintaan.

I. PENDAHULUAN. berasal dari kacang tanah menyebabkan meningkatnya jumlah permintaan. 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Pertambahan penduduk dan berkembangnya industri pengolahan makanan yang berasal dari kacang tanah menyebabkan meningkatnya jumlah permintaan. Kebutuhan kacang

Lebih terperinci

IIA. MENDELIAN GENETICS

IIA. MENDELIAN GENETICS MK. GENETIKA (Biologi sem 4) IIA. MENDELIAN GENETICS Paramita Cahyaningrum Kuswandi* FMIPA UNY 2012 Email* : paramita@uny.ac.id 2 Introduction I. Monohybrid Cross II. Dihybrid Cross III. Trihybrid Cross

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Genetika dan Molekuler Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian

Lebih terperinci

IIA. MENDELIAN GENETICS

IIA. MENDELIAN GENETICS MK. GENETIKA (Biologi sem 4) IIA. MENDELIAN GENETICS Paramita Cahyaningrum Kuswandi* FMIPA UNY 2015 Email* : paramita@uny.ac.id Introduction I. Monohybrid Cross II. Dihybrid Cross III. Trihybrid Cross

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jenis kelamin menjadi salah satu studi genetik yang menarik pada tanaman

I. PENDAHULUAN. Jenis kelamin menjadi salah satu studi genetik yang menarik pada tanaman I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jenis kelamin menjadi salah satu studi genetik yang menarik pada tanaman dioecious. Jenis kelamin betina menjamin keberlangsungan hidup suatu individu, dan juga penting

Lebih terperinci

ANALISIS KERAGAMAN GENETIK MUTAN JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.) HASIL PERLAKUAN MUTAGEN KOLKISIN BERDASARKAN PENANDA MOLEKULER RAPD

ANALISIS KERAGAMAN GENETIK MUTAN JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.) HASIL PERLAKUAN MUTAGEN KOLKISIN BERDASARKAN PENANDA MOLEKULER RAPD ANALISIS KERAGAMAN GENETIK MUTAN JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.) HASIL PERLAKUAN MUTAGEN KOLKISIN BERDASARKAN PENANDA MOLEKULER RAPD Herdiyana Fitriani Dosen Program Studi Pendidikan Biologi FPMIPA IKIP

Lebih terperinci

Gambar 1. 7 sifat kontras yang terdapat pada tanaman ercis

Gambar 1. 7 sifat kontras yang terdapat pada tanaman ercis 2. PEWARISAN SIFAT A. SEJARAH PEWARISAN SIFAT Gregor Johann Mendel yang lahir tahun 1822 di Cekoslovakia adalah orang yang pertama kali melakukan mengadakan penelitian dan meletakkan dasar-dasar hereditas.

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilakukan di Laboratorium BIORIN (Biotechnology Research Indonesian - The Netherlands) Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi IPB. Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan termasuk penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah metode penelitian yang bertujuan membuat gambaran secara sistematis,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN UMUM Latar Belakang

I. PENDAHULUAN UMUM Latar Belakang I. PENDAHULUAN UMUM Latar Belakang Pepaya merupakan salah satu komoditi buah penting dalam perekonomian Indonesia. Produksi buah pepaya nasional pada tahun 2006 mencapai 9.76% dari total produksi buah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Hikam (2007), varietas LASS merupakan hasil rakitan kembali varietas

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Hikam (2007), varietas LASS merupakan hasil rakitan kembali varietas 9 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Jagung Manis LASS Menurut Hikam (2007), varietas LASS merupakan hasil rakitan kembali varietas jagung sintetik bernama Srikandi. Varietas LASS juga merupakan hasil

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2012 sampai bulan Juli 2012, yang bertempat di Laboratorium Genetika dan Biologi Molekuler Jurusan Biologi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif untuk mengetahui

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif untuk mengetahui BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif untuk mengetahui variasi genetik beberapa varietas mangga berdasarkan RAPD (Random Amplified Polymorphic

Lebih terperinci

KELAPA KOPYOR. Tipe Kelapa Kopyor

KELAPA KOPYOR. Tipe Kelapa Kopyor KELAPA KOPYOR Budidaya Kelapa kopyor bisa menjadi peluang usaha yang sangat menjanjikan dibanding dengan kelapa biasa. Dari segi keuntungan, kelapa kopyor memiliki nilai jual 10 kali lebih mahal dibanding

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 39 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian deskriptif. Penelitian membuat deskripsi secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Produksi tanaman tidak dapat dipisahkan dari program pemuliaan tanaman.

I. PENDAHULUAN. Produksi tanaman tidak dapat dipisahkan dari program pemuliaan tanaman. 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Produksi tanaman tidak dapat dipisahkan dari program pemuliaan tanaman. Pemuliaan tanaman berkaitan erat dengan proses seleksi. Seleksi hanya dapat dilakukan dengan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kacang panjang diklasifikasikan sebagai berikut :

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kacang panjang diklasifikasikan sebagai berikut : II. TINJAUAN PUSTAKA.1 Kacang Panjang.1.1 Klasifikasi Tanaman Kacang Panjang Tanaman kacang panjang diklasifikasikan sebagai berikut : Kerajaan Divisi Kelas Sub kelas Ordo Famili Genus : Plantae : Spermatophyta

Lebih terperinci

Penetapan Blok Penghasil Tinggi (BPT) Kelapa Dalam (Cocos Nucifera L.) Di Kabupaten Sarmi, Papua

Penetapan Blok Penghasil Tinggi (BPT) Kelapa Dalam (Cocos Nucifera L.) Di Kabupaten Sarmi, Papua Penetapan Blok Penghasil Tinggi (BPT) Kelapa Dalam (Cocos Nucifera L.) Di Kabupaten Sarmi, Papua Oleh : Septyan Adi Pramana, SP Pengawas Benih Tanaman Ahli Pertama Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman

Lebih terperinci

BEBERAPA SIFAT PENTING UNTUK PERBAIKAN VARIETAS UNGGUL TANAMAN JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.)

BEBERAPA SIFAT PENTING UNTUK PERBAIKAN VARIETAS UNGGUL TANAMAN JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.) BEBERAPA SIFAT PENTING UNTUK PERBAIKAN VARIETAS UNGGUL TANAMAN JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.) Rr. Sri Hartati Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, Bogor ABSTRAK Sebagaimana halnya komoditas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki kekayaan hasil perikanan yang beranekaragam, sehingga mendatangkan devisa negara yang cukup besar terutama dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dipergunakan dalam kehidupan sehari-hari. Batang kelapa dapat digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. dipergunakan dalam kehidupan sehari-hari. Batang kelapa dapat digunakan untuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman kelapa (Cocos nucifera L.) merupakan tanaman yang serbaguna karena seluruh bagian dari pohon dapat dimanfaatkan untuk kepentingan manusia. Batang, daging

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jagung manis (Zea mays saccharata [Sturt.] Bailey) merupakan salah satu

I. PENDAHULUAN. Jagung manis (Zea mays saccharata [Sturt.] Bailey) merupakan salah satu I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Jagung manis (Zea mays saccharata [Sturt.] Bailey) merupakan salah satu komoditas hortikultura yang bernilai ekonomi tinggi karena banyak disukai oleh masyarakat.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini dilakukan lima tahap utama yang meliputi tahap

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini dilakukan lima tahap utama yang meliputi tahap BAB III METODE PENELITIAN Dalam penelitian ini dilakukan lima tahap utama yang meliputi tahap penyiapan templat mtdna, amplifikasi fragmen mtdna pada daerah D-loop mtdna manusia dengan teknik PCR, deteksi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung manis (Zea mays saccharata Sturt.) merupakan jagung yang

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung manis (Zea mays saccharata Sturt.) merupakan jagung yang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tanaman jagung manis (Zea mays saccharata Sturt.) merupakan jagung yang terbentuk akibat jagung biasa yang mengalami mutasi secara alami. Terdapat gen utama

Lebih terperinci

4.1. Alat dan Bahan Penelitian a. Alat Penelitian. No. URAIAN ALAT. A. Pengambilan sampel

4.1. Alat dan Bahan Penelitian a. Alat Penelitian. No. URAIAN ALAT. A. Pengambilan sampel 7 IV. METODE PENELITIAN Ikan Lais diperoleh dari hasil penangkapan ikan oleh nelayan dari sungaisungai di Propinsi Riau yaitu S. Kampar dan S. Indragiri. Identifikasi jenis sampel dilakukan dengan menggunakan

Lebih terperinci

I. PEMBAHASAN. Hasil Uji Kuantitatif dan Kualitatif DNA. menggunakan teknik elektroforesis gel agarosa konsentrasi 1% pada tangki berisi

I. PEMBAHASAN. Hasil Uji Kuantitatif dan Kualitatif DNA. menggunakan teknik elektroforesis gel agarosa konsentrasi 1% pada tangki berisi I. PEMBAHASAN A. Hasil Uji Kuantitatif dan Kualitatif DNA Uji kualitatif dilakukan dengan dipilih secara acak sebanyak 14 sampel dari 27 sampel yang digunakan karena dianggap mewakili keseluruhan sampel

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Kualitatif Karakter kualitatif yang diamati pada penelitian ini adalah warna petiol dan penampilan daun. Kedua karakter ini merupakan karakter yang secara kualitatif berbeda

Lebih terperinci

PERBANDINGAN POLA PITA AMPLIFIKASI DNA DAUN, BUNGA, DAN BUAH KELAPA SAWIT NORMAL DAN ABNORMAL ALFINIA AZIZAH

PERBANDINGAN POLA PITA AMPLIFIKASI DNA DAUN, BUNGA, DAN BUAH KELAPA SAWIT NORMAL DAN ABNORMAL ALFINIA AZIZAH PERBANDINGAN POLA PITA AMPLIFIKASI DNA DAUN, BUNGA, DAN BUAH KELAPA SAWIT NORMAL DAN ABNORMAL ALFINIA AZIZAH PROGRAM STUDI BIOKIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

BAB VI PRODUKSI BENIH (SEED) TANAMAN

BAB VI PRODUKSI BENIH (SEED) TANAMAN SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS PERBENIHAN DAN KULTUR JARINGAN TANAMAN BAB VI PRODUKSI BENIH (SEED) TANAMAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT

Lebih terperinci

ABSTRAK Polimorfisme suatu lokus pada suatu populasi penting diketahui untuk dapat melihat keadaan dari suatu populasi dalam keadaan aman atau

ABSTRAK Polimorfisme suatu lokus pada suatu populasi penting diketahui untuk dapat melihat keadaan dari suatu populasi dalam keadaan aman atau ABSTRAK Polimorfisme suatu lokus pada suatu populasi penting diketahui untuk dapat melihat keadaan dari suatu populasi dalam keadaan aman atau terancam. Penelitian ini bertujuan untuk mengkarakterisasi

Lebih terperinci

Gambar 5. Hasil Amplifikasi Gen Calpastatin pada Gel Agarose 1,5%.

Gambar 5. Hasil Amplifikasi Gen Calpastatin pada Gel Agarose 1,5%. HASIL DAN PEMBAHASAN Amplifikasi Gen Calpastatin (CAST AluI) Amplifikasi fragmen gen CAST AluI dilakukan dengan menggunakan mesin PCR dengan kondisi annealing 60 0 C selama 45 detik, dan diperoleh produk

Lebih terperinci