PEMBERIAN EKSTRAK DAUN GANDARUSA (Justicia gendarusa, Burm f.) MENGHAMBAT PROSES PENUAAN OVARIUM PADA MARMUT

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PEMBERIAN EKSTRAK DAUN GANDARUSA (Justicia gendarusa, Burm f.) MENGHAMBAT PROSES PENUAAN OVARIUM PADA MARMUT"

Transkripsi

1 TESIS PEMBERIAN EKSTRAK DAUN GANDARUSA (Justicia gendarusa, Burm f.) MENGHAMBAT PROSES PENUAAN OVARIUM PADA MARMUT RUSMIATIK NIM PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI ILMU BIOMEDIK PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR

2 PEMBERIAN EKSTRAK DAUN GANDARUSA (Justicia gendarusa, Burm f.) MENGHAMBAT PROSES PENUAAN OVARIUM PADA MARMUT Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister Pada Program Magister Ilmu Biomedik Program Pasca Sarjana Universitas Udayana RUSMIATIK NIM PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI ILMU BIOMEDIK PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2013 i

3 Lembar Pengesahan TESIS INI TELAH DISETUJUI Pada Tanggal : 24 Juni 2013 PEMBIMBING I, PEMBIMBING II, Prof.dr.I Gusti Made Aman,Sp.FK NIP Prof.Dr.dr.Wimpie Pangkahila,Sp,And.FAACS NIP Mengetahui Ketua Program Studi Ilmu Biomedik Program Pasca Sarjana, Universitas Udayana, Direktur Program Pasca Sarjana Universitas Udayana Prof.Dr.dr.Wimpie Pangkahila,Sp.And.,FAACS NIP Prof.Dr.dr.A.A.Raka Sudewi, Sp.S(K) NIP ii

4 Tesis Ini Telah Diuji Pada Tanggal 03 Juni 2013 Panitia Penguji Tesis Berdasarkan SK Rektor Universitas Udayana No.: 0735/UN14.4/HK/2013 Ketua : Prof.dr. I Gusti Made Aman, Sp.FK Anggota : 1. Prof. Dr.dr. Wimpie I. Pangkahila, Sp,And. FAACS 2.Prof. Dr. dr. J.Alex Pangkahila, M.sc., Sp,And 3.Prof. dr. N. Tigeh Suryadhi, MPH., ph.d 4.dr. A.A.A.N.Susraini, Sp.PA (K) iii

5 UCAPAN TERIMA KASIH Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan Semesta Alam atas segala Rahmat dan Kasih SayangNYA sehingga tesis ini dapat terselesaikan. Sepenuh cinta untuk Rasulullah S.A.W, shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah baginya, ahlulbait dan para sahabatnya, sebagai pembuka cahaya ilmu dan hikmah. Terima kasih kepada Prof. Dr. dr. I Made Bakta. Sp.PD(K) sebagai Rektor Universitas Udayana dan kepada Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.S(K) sebagai Direktur Program Pascasarjana atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Program Pascasarjana di Universitas Udayana. Penulis juga menyampaikan ucapan terimakasih dengan ketulusan serta rasa hormat kepada : 1. Prof. Dr. dr. I. Made Subratha, MS., Sp.And (Alm) yang begitu tulus memberi semangat dan dukungan moril hingga akhir hayat, agar penulis mampu menyelesaikan studi dengan baik, semoga Tuhan membalas segala kebaikan beliau dengan banyak kebaikan disisi NYA. 2. Prof.. dr. I. Gusti Made Aman Sp.FK, sebagai Dosen Pembimbing I, yang dengan penuh kesabaran dan ketulusan meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam memberikan bimbingan dan pengarahan yang sangat berguna sehingga tesis ini dapat terselesaikan. 3. Prof. Dr. dr. Wimpie Pangkahila, Sp.And., FAACS. Sebagai ketua Program Studi Kekhususan Kedokteran Anti Penuaan dan Dosen Pembimbing II. Yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menjadi mahasiswa pada program magister Anti-aging medicine. Terimakasih atas kepercayaan, kesempatan dan bimbingan yang sangat berharga 4. Prof. Dr. dr. J. Alex. Pangkahila, MSc, Sp.And sebagai dosen dan penguji tesis atas ilmu, bimbingan, dan saran yang sangat berguna selama menyelesaikan studi dan penyusunan tesis. iv

6 5. Prof. Dr. dr N. Tigeh Suryadhi, MPH, Ph.D, sebagai dosen dan penguji tesis atas ilmu, bimbingan, saran dan koreksi selama menyelesaikan studi dan penyusunan tesis. 6. dr A.A.A.N Susraini, Sp.PA (K), selaku dosen dan penguji tesis, yang telah meluangkan waktu untuk memberikan masukan, sanggahan dan koreksi sehingga tesis ini menjadi jauh lebih baik. 7. Seluruh dosen Ilmu Biomedik Kedokteran Anti Penuaan atas ilmu dan bimbingan yang sangat bermanfaat. 8. Seluruh staf dan civitas akademika fakultas kedokteran khususnya program pasca sarjana, program magister Ilmu Biomedik terima kasih atas bantuanya selama penulis menempuh pendidikan. Akhirnya penulis menyampaikan terima kasih yang besar kepada keluarga tercinta: Ayah dan Ibunda tercinta H.M. Hamdin dan Hj.Rusnik, adik-adik tersayang Ira, Denik, Nia, Yani dan Qonita Almira, atas doa, cinta kasih, dukungan dan toleransi yang sangat luar biasa. Terima kasih juga untuk suami Ahmad subhan, dan anakku terkasih Ahmad Manomayakosha atas dukungan dan pengorbanannya menemani penulis selama menyelesaikan pendidikan. Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna, maka dari itu penulis mengharapkan masukan/ide, kritik dan saran yang membangun untuk memperbaikinya. Semoga kebaikan dan ketulusan hati semua pihak yang membantu terwujudnya penulisan tesis ini mendapat limpahan kebaikan yang serupa dari Allah SWT, Tuhan semesta Alam. Denpasar, Juni 2013 Penulis v

7 ABSTRAK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN GANDARUSA (Justicia gendarusa, Burm f.) MENGHAMBAT PROSES PENUAAN OVARIUM PADA MARMUT. Penuaan merupakan proses alamiah yang diikuti penurunan fungsi organ tubuh. Anti-Aging Medicine (AAM) Ilmu kedokteran yang didasarkan pada penerapan ilmu terkini dan teknologi-teknologi kedokteran untuk deteksi dini, pencegahan, pengobatan, dan pengembalian berbagai disfungsi yang berkaitan dengan usia dan penyakit. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah pemberian ekstrak daun gandarusa (justicia gendarusa Burm.f) dapat menghambat proses penuaan pada ovarium marmut. Rancangan penelitian ini adalah posttest only control group design, terdiri dari empat kelompok. Besar sampel 28 ekor marmut betina berusia 24 bulan, berat badan gram. Pemilihan sampel secara random. Penelitian dilakukan selama 2 bulan dengan waktu perlakuan 28 hari. Kelompok kontrol diberikan 6 ml aquadest dan kelompok perlakuan masing masing diberikan ekstrak daun gandarusa 6 ml peroral 2 kali sehari sesuai dosis. Sesudah perlakuan dilakukan pembedahan, pembuatan preparat histologi ovarium, dan pengamatan menggunakan mikroskop. Analisis data terdiri dari analisis deskriptif dan komparatif dengan bantuan komputer. Hasil penelitian menunjukkan peningkatan jumlah folikel skunder, dan mengurangi terbentuknya kista fungsional secara bermakna dengan nilai (p<0,05) pada kelompok perlakuan, disebabkan kemampuan ekstrak daun gandarusa sebagai fitoestrogen dan antioksidan alami menghambat terbentuknya radikal bebas, sehingga melindungi DNA dan sel dari kerusakan. Simpulan : ekstrak daun gandarusa meningkatkan jumlah folikel skunder, dan mengurangi terbentuknya jumlah kista fungsional. Saran: perlu penelitian lebih lama agar efek ekstrak daun gandarusa terhadap ovarium tampak lebih jelas. Kata kunci : ekstrak daun gandarusa, aging process, ovarium. vi

8 ABSTRACT ADMINISTRATION OF GANDARUSA LEAVES (Justicia gendarusa, Burm f.) EXTRACT DELAYS AGING PROCESS IN OVARY OF GUINEA PIG. Aging is a natural process which is characterized by the decrease in body organ function. Anti Aging medicine is a medical speciality founded on the application of advanced scientific and medical technologies for the early detection, prevention treatment and reversal of age-related disfunction, disorder and disease. The objective of the study was to disclose the effect of gandarusa leaves extract to delay aging process of ovary. The research design was posttest only control group design that consisted of four groups. Number of samples was 28 female Guinea pig aged 24 months, and body weight grams. The samples where chosen randomly and the research was conducted in 2 months, with treatment time during 28 days. The control groups was treated with 6 ml distilled water and the treatment group was given gandarusa leaves extract 6ml, with the concentration each 10%, 20%, 30% orally twice a day. After treatment, surgery was conducted, histology cell specimen of ovary was made, and observation used microscope. The data were analyzed descriptively and comparatively with computerized. Result of the research showed a significanct change (P<0,05), increased quantity of secondary follicles, and reduced the number of functional cysts. These were the results of the ability of gandarusa leaves extract as a fitoestrogen and antioksidant to blocking free radical formation, it could protect DNA and cell from damage. It is concluded that gandarusa leaves extract, increased secondary follicles, decreased the fibrotic process and the number of the functional cysts. Suggestion : the duration of a study should be lengthened, so the effect of gandarusa leaves extrac would be clearer of the ovary development. Key words : gandarusa leaves extract, aging process, ovary, Guinea Pig. vii

9 DAFTAR ISI SAMPUL DALAM... i PRASYARAT GELAR... ii LEMBAR PERSETUJUAN... iii PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iv UCAPAN TERIMAKASIH... v ABSTRAK... vi ABSTRAC... viii DAFTAR ISI... xi DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR TABEL... xiii DAFTAR LAMPIRAN... xv BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Tujuan Umum Tujuan Khusus Manfaat Penelitian... 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penuaan The Wear and Tear Theory The Neuro Endocrin Theory The Genetic Control Theory The Free Radical Theory Menopause Pertumbuhan Dan Perkembangan Folikel Ovarium viii

10 ix Folikel primer Folikel skunder Folikel tersier Folike antral Folikel de graff Estrogen Mekanisme Kerja Estrogen Efek Estrogen sebagai TSH Tanaman Gandarusa Klasifikasi Alkaloid Saponin Flavonoid Marmut Data Biologis Siklus Kelamin Marmut Histologi Ovarium Marmut BAB III KERANGKA, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 3.1 Kerangka Berfikir Konsep Penelitian Hipotesis...33 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Subjek dan Sampel Variabilitas populasi Kriteria sampel... 34

11 4.4.1 Kriteria Inklusi Drop Out Besar Sampel Tehnik Penentuan Sampel Variabel Penelitian Identifikasi variabel Klasifikasi variabel Definisi operasional variabel Hubungan Antar Variabel Bahan Penelitian Prosedur Penelitian Analisis Data BAB V HASIL PENELITIAN 5.1 Analisis Deskriptif Rerata Mean Sesudah Perlakuan Normalitas Data Analisis Komparatif Hasil Uji Homogenitas Hasil Uji Anova Hasil Uji LSD...49 BAB VI PEMBAHASAN...51 BAB VII SIMPULAN DAN SARAN 7.1 Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA...57 LAMPIRAN-LAMPIRAN....6 x

12 DAFTAR GAMBAR 2.2 Folikel Anthral Folikel Primer Tanaman Gandarusa...20 xi

13 DAFTAR BAGAN 3.2 Bagan Konsep Penelitian Bagan Hubungan Antar Variabel Bagan Prosedur Penelitian xii

14 DAFTAR TABEL 5.1. Tabel Rerata Sesudah perlakuan Hasil uji normalitas data Hasil Uji Homogenitas Varians Hasil Uji Annova Hasil Uji LSD...49 xiii

15 DAFTAR LAMPIRAN 1. Hasil Analisa Data Gambaran Histologi Ovarium Gambaran Prosedur Penelitian Ethical Clearance...66 xiv

16 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penuaan merupakan proses alamiah yang dilalui oleh setiap mahluk hidup bila mempunyai umur panjang, sekaligus sebagai proses yang sangat ditakuti oleh kebanyakan orang. Selama proses tersebut, terjadi perubahan anatomi dan penurunan fungsi organ tubuh. Perkembangan ilmu kedokteran anti penuaan (KAP) atau Anti-Aging Medicine (AAM) telah membawa konsep baru dalam dunia kedokteran. Ilmu kedokteran yang didasarkan pada penerapan ilmu terkini dan teknologiteknologi kedokteran untuk deteksi dini, pencegahan, pengobatan, dan pengembalian berbagai disfungsi yang berkaitan dengan penuaan, yang bertujuan memperpanjang hidup dalam keadaan sehat. Ilmu ini merupakan model pemeliharaan kesehatan yang mendukung penelitian-penelitian yang inovatif untuk memperpanjang harapan hidup yang berkualitas (Pangkahila, 2007). Tidak ada satupun teori yang dapat menjelaskan secara tuntas proses penuaan. Beberapa teori penyebab penuaan sebagai faktor internal adalah Wear and Tear Theory, diperkenalkan oleh Dr. August Weismann seorang ahli biologi dari Jerman pada tahun Dia menyatakan bahwa tubuh dan sel-selnya rusak oleh karena terlalu banyak digunakan (overuse) dan disalah gunakan (abuse). Neuroendocrine Theory, teori ini dikembangkan oleh Vladimir Dilman, menekankan pada sistem neuroendokrin, yang merupakan

17 2 jaringan biokimia yang rumit dalam pelepasan hormon dan elemen vital tubuh. Genetic Control Theory, fokus teori ini terletak pada program genetik DNA. Manusia dengan kode genetik unik yang menentukan berapa umur dan lama hidupnya. Free Radical Theory, diperkenalkan oleh R. Greschman, pada tahun 1954, kemudian dikembangkan oleh Dr. Denham Harman. Teori ini memberikan penekanan pada radikal bebas yang dapat merusak sel-sel tubuh manusia (Goldman and Kaltz, 2007). Empat teori di atas merupakan faktor internal. Sedangkan faktor eksternal yang berkontribusi terhadap proses penuaan adalah gaya hidup tidak sehat, diet tidak sehat, kebiasaan yang salah, lingkungan, stress dan kemiskinan (Pangkahila, 2007). Kematian sel pada organ reproduksi wanita telah dimulai pada bulan kelima masa embrio, dimana oogonia yang sudah menjadi oosit primer mengalami atresia. Pada bulan ketujuh sebagian oogonia mengalami degenerasi kecuali yang berada dekat permukaan ovarium. Pada saat lahir diperkirakan jumlah oosit primer antara 700 ribu sampai 2 juta. Selama 2 tahun masa kanak-kanak berikutnya, sebagian besar oosit menjadi atresia, menjelang pubertas hanya tinggal lebih kurang 40 ribu, dan kurang dari 500 akan mengalami ovulasi sepanjang masa reproduksi seorang wanita (Sadler, 2004). Proses penuaan yang paling mudah dilihat adalah proses penuaan secara fisik. Menopause merupakan proses alami, dimana seorang wanita mengalami gejala- gejala psikis seperti kehilangan gairah, depresi, sulit tidur, dan gejala fisik berupa gangguan kardiovaskuler, osteoporosis, gangguan metabolisme, gangguan pada saluran urogenital, sebagai akibat penurunan kadar estrogen.

18 3 Rata-rata usia wanita mencapai menopause adalah 51,4 tahun paling awal biasanya pada usia 40-an dan paling akhir pada usia 60 tahun. Pada tahun 2004 di Amerika Serikat, wanita mempunyai kemungkinan hidup rata-rata sampai 80 tahun. Jadi wanita akan hidup pada menopause selama tahun (Harvey, 2008). Selama masa pubertas tiap bulannya folikel primordial berkembang dan setiap 28 hari sekali mengalami ovulasi. Hal ini terjadi selama tahun kemudian. Satu oosit yang dilepas setiap bulannya, jadi jumlah seluruhnya kira-kira 450 oosit yang dilepaskan selama masa reproduksi. Jumlah folikel yang tersedia sangat berbeda pada setiap wanita. Sebagian wanita pada usia 35 tahun masih memiliki folikel, sedangkan wanita lain pada usia yang sama hanya memiliki folikel. Penyebab berkurangnya jumlah folikel terletak pada folikel itu sendiri. Seperti sel-sel tubuh yang lain, oosit juga dipengaruhi oleh stress biologik seperti radikal bebas, kerusakan permanen dari DNA dan bertumpuknya bahan kimia yang dihasilkan dari proses metabolisme tubuh. Oosit yang telah mengalami kelainan akan dikeluarkan melalui proses apoptosis, yaitu kematian sel yang terprogram (Gartner dan Hiatt, 2001). Proses penuaan dapat dihambat dengan beberapa upaya, antara lain dengan menjaga kesehatan tubuh, hindari stress, mengupayakan berfikir positif dan optimis, pemakaian obat sesuai petunjuk ahli (Pangkahila, 2007). Pengobatan pada menopause ditujukan untuk mengurangi gejala-gejala yang muncul dan mencegah atau memperingan keadaan kronis yang mungkin

19 4 timbul seiring dengan bertambahnya usia. Hormon replacement therapy (HRT) yang biasa dipakai adalah estrogen, gestagen, estrogen progesterone sekuensial, dan estrogen progesterone kombinasi secara kontinyu. Metode pemberian secara oral, transdermal, semprotan hidung, vaginal krem dan intramuscular (Baziad, 2003). Estrogen paling sering digunakan sebagai terapi sulih hormon (TSH) bagi wanita menopause. Efektivitas hormon tersebut dalam mengatasi keluhan selama masa menopause sangat tinggi, akan tetapi tidak semua wanita menopause boleh menggunakannya. Hal ini disebabkan oleh adanya kontra indikasi pemberian TSH tersebut, di antaranya adalah wanita yang menderita kanker (payudara, endometrium), kerusakan hati, hipertensi, hiperlipidemia, dan perdarahan per vaginam dengan penyebab tidak jelas (Baziad, 2003). Hasil penelitian Etnawati (1988), daun gandarusa mengandung justicin, alkaloida, saponin, flavonoida, minyak atsiri, dan tannin. Flavonoid adalah bagian dari fitoestrogen yang merupakan hormon estrogen yang berasal dari tumbuh-tumbuhan yang memiliki struktur mirip dengan estrogen, senyawa ini juga memiliki aktivitas estrogenik sehingga fitoestrogen berpotensi dikembangkan sebagai terapi alternatif pengganti estrogen. Mengingat makin besarnya pengaruh eksternal pada proses penuaan ditambah dengan apoptosis yang terjadi pada oosit, maka muncul pertanyaan apakah penelitian mengenai ekstrak daun gandarusa dapat menghambat proses penuaan ovarium marmut dengan meningkatkan jumlah folikel sekunder, dan menurunkan terbentuknya kista fungsional?

20 5 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat disusun rumusan masalah sebagai berikut: Apakah pemberian ekstrak daun gandarusa dapat mencegah penurunan jumlah folikel sekunder pada ovarium marmut (Cavia cobaya)? Apakah pemberian ekstrak daun gandarusa dapat menurunkan terbentuknya kista fungsional pada ovarium marmut. 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan Umum Untuk mengetahui pemberian ekstrak daun gandarusa dapat menghambat proses penuaan pada ovarium marmut Tujuan Khusus Mengetahui pemberian ekstrak daun gandarusa dapat mencegah penurunan jumlah folikel sekunder pada ovarium marmut Mengetahui pemberian ekstrak daun gandarusa dapat menurunkan terbentuknya kista fungsional pada ovarium marmut.

21 6 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat Akademis Memberi informasi ilmiah mengenai pemberian ekstrak daun gandarusa dalam proses penuaan ovarium Mendukung pengembangan penelitian hormon sebagai alternatif pengganti Hormon replacement therapy (HRT) Manfaat praktis Bila terbukti ekstrak daun gandarusa dapat menghambat proses penuaan ovarium pada marmut, dapat dilanjutkan untuk uji klinis ketahap berikutnya atau penelitian lain pada manusia

22 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penuaan Penuaan merupakan akumulasi dari perubahan-perubahan dalam sel dan jaringan yang dapat meningkatkan resiko kematian. Secara kronologis, setiap kali bumi selesai mengelilingi matahari, usia bertambah satu tahun. Akan tetapi, penuaan atau menjadi tua secara biologis berbeda pada tiap orang (Wihandani, 2007). Penyebab penuaan secara garis besar dikelompokkan menjadi dua, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Para ahli mengemukakan banyak teori tentang penuaan. Tidak satupun teori yang dapat menjelaskan secara tuntas teori penuaan tersebut. Goldman and Kaltz (2007) mengemukakan tentang empat prinsip teori penuaan berikut ini The wear and tear theory Tubuh dan sel-selnya rusak oleh karena banyak digunakan (overuse) dan disalah gunakan (abuse). Proses penuaan tidak sama pada setiap orang. Hal ini berkaitan dengan adanya toksin, dalam diet dan lingkungan; mengkonsumsi makanan yang banyak lemak, gula, kafein, alkohol, nikotin; sinar ultra violet dari matahari; beberapa faktor fisik lain dan stress emosional. Pemberian suplemen nutrisi dapat membantu menstimulasi kemampuan tubuh itu sendiri untuk memperbaiki dan memelihara organ dan sel-selnya.

23 The neuroendocrine theory Teori ini menekannkan pada sistem neuroendokrin sebagai jaringan biokimia yang rumit dalam pelepasan hormon dan elemen vital tubuh. Hormon sangat dibutuhkan untuk memperbaiki dan mengatur fungsi tubuh. Bila produksi hormon menurun akibat penuaan, maka kemampuan tubuh untuk memperbaiki dan mengatur fungsi tubuh juga menurun The genetic control theory Teori ini berfokus pada program genetik DNA. Saat lahir memiliki kode genetik unik yang dapat menentukan kecendrungan tipe badan dan fungsi mentalnya. Pewarisan genetik dapat menentukan umur dan berapa lama hidupnya The free radical theory Teori ini memberi penekanan pada radikal bebas yang dapat merusak tubuh manusia. Radikal bebas dapat berasal dari dalam tubuh (endogenus) yang dihasilkan selama metabolisme sel normal dan dari luar tubuh (exogenous). Radikal bebas dapat merusak membran sel, protein, dan DNA sehingga dapat berakibat fatal bagi kelangsungan hidup sel atau jaringan. Perubahan-perubahan oleh radikal bebas diyakini sebagai penyebab utama dari penuaan, penyakit, dan kematian. Efek buruk radikal bebas berupa reaksi berantai yang menyebabkan oksidasi bahan-bahan organik oleh molekul oksigen. Dalam keadaan fisiologis, akibat buruk radikal bebas dapat diredam oleh tubuh melalui antioksidan. Bila

24 9 jumlah anti oksidan tubuh kurang dari kebutuhan, timbul stress oksidatif yang akhirnya dapat menimbulkan kerusakan dan kematian sel (Wihandani, 2007). Faktor eksternal penyebab penuaan antara lain diet, gaya hidup, dan kebiasaan yang salah; polusi lingkungan; stress; serta kemiskinan. Seluruh faktor eksternal tersebut dapat mempengaruhi faktor internal (Pangkahila,2007a). Proses penuaan tidak terjadi begitu saja dengan langsung menampakkan perubahan fisik dan psikis. Pangkahila (2007b) menguraikan, proses penuaan berlangsung melalui tiga tahap, yaitu tahap subklinik (usia tahun), tahap transisi (usia tahun), dan tahap klinik (usia 45 tahun keatas). Pada tahap sub klinik sebagian besar hormon didalam tubuh seperti testosteron, growth hormone, dan estrogen mulai menurun. Kerusakan sel dan DNA mulai mempengaruhi tubuh, tetapi tidak dirasakan oleh individu bersangkutan. Pada tahap transisi penurunan hormon mencapai 25%, massa otot berkurang sebanyak satu kg per tahun yang menyebabkan tenaga dan kekuatan dirasakan menghilang, sedangkan komposisi lemak tubuh bertambah yang mengakibatkan resistensi insulin, resiko penyakit jantung dan pembuluh darah meningkat, dan obesitas. Kerusakan DNA mulai diekspresikan, yang dapat mengakibatkan penyakit, menurunnya memori, dan diabetes. Pada tahap klinik, penurunan kadar hormon terus berlanjut yang mengakibatkan menurunnya bahkan hilangnya kemampuan penyerapan bahan makanan, vitamin, dan mineral. Densitas tulang menurun dan massa otot berkurang. Disfungsi seksual merupakan keluhan yang penting dan mengganggu keharmonisan banyak pasangan.

25 10 Proses penuaan dapat dihambat dengan beberapa upaya, antara lain menjaga kesehatan tubuh, menghindari stress, mengupayakan berfikir positif dan optimis, lakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala, dan pemakaian obat sesuai petunjuk ahli (Pangkahila,2007b). 2.2 Menopause Menopause dibagi dalam beberapa tahap: (1) pramenopause. Ini adalah fase antara usia 40 tahun, yang ditandai dengan haid yang tidak teratur, dengan perpanjangan masa perdarahan haid dan jumlah darah haid yang relatif banyak, kadang disertai nyeri haid. Perubahan endokrin yang terjadi berupa fase pemendekan folikuler, tingginya kadar estrogen, FSH biasanya tinggi bahkan normal; (2) Perimenopause. Merupakan fase peralihan antara pramenopause dan menopause. Ditandai dengan siklus haid tidak teratur, (panjang >38 hari, pendek <18 hari ). Dua tahap tersebut adalah proses awal yang normal sampai menopause dan mungkin berlangsung 4 atau 5 tahun bahkan lebih; (3) Menopause. Jumlah folikel yang mengalami atresia meningkat sampai tidak tersedia folikel yang cukup. Produksi estrogen berkurang dan tidak terjadi haid lagi. Diagnosis menopause merupakan diognosis retrospektif bila dalam 12 bulan terakhir tidak mendapat menstruasi dan dijumpai kadar FSH darah > 40 mlu/ml dan kadar estradiol <30pg/ml berarti seseorang mencapai menopause (Baziad, 2003). Pasca menopause ovarium sudah tidak berfungsi sama sekali, kadar estradiol berada antara pg/ml dan kadar hormon gonadotropin biasanya meningkat (Harvey, 2002).

26 11 Setelah menopause ovarium mengecil sampai setengah ukurannya dari masa reproduksi, dan biasanya permukaanya tidak merata tapi berbatas tegas dan solid, kadang terlihat kista fungsional di kortex bertambah dan biasanya mencapai jumlah terbanyak pada usia tahun. Gambaran yang khas dari ovarium pasca menopause adalah tidak adanya folikel primordial yang diikuti dengan tidak adanya folikel yang matang, korpus luteum, korpus albikan, dan folikel yang atresia. Stroma ovarium mengalami peningkatan kolagen interseluler dan selnya menjadi lebih kecil, lebih hitam dan nukleusnya tidak tampak. Dalam keadaan lain dapat juga ditemukan hiperplasia stroma ovarium dan setelah menopause stroma menjadi fibrotik ( Clement, 2002). Begitu memasuki usia premenopause, panjang kavum uteri pada uterus mulai berkurang. Pada pasca menopause terjadi degenerasi miometrium, dinding pembuluh darah menipis dan rapuh. Kelenjar endoservikal juga atropi, lemak subkutan berkurang, distrofi vulva (atropi dan hiperkeratosis) ( Clement, 2002). Gambar.2.2 Folikel Anthral 2.3 Pertumbuhan dan perkembangan folikel ovarium Epithel germinal mengelilingi ovarium. Di bawah epithel terdapat tunika albuginea yang memiliki vaskularisasi sangat sedikit. Ovarium terdiri dari korteks

27 12 dan medulla. Korteks merupakan bagian fungsional ovarium yang terdiri atas jaringan konektif yang disebut stroma yang di dalamnya terdapat folikel ovarium dalam berbagai tahap perkembangan. medula berada di bagian tengah ovarium, terdiri atas jaringan konektif yang kaya vaskularisasi, saraf, limfa, serta terdapat sel interstitial (Gartner and Hiatt, 2001). Oosit primer yang bertahan hidup dikelilingi oleh sel epithelial pipih yang disebut folikel primordial. Selama masa pubertas, setiap bulannya folikel primordial berkembang dan satu folikel diantaranya mengalami ovulasi setiap 28 hari (sadler, 2004). Hal ini terjadi selama tahun kemudian. Dalam tahun terakhir sebelum menopause, terjadi suatu percepatan kehilangan folikel. Jumlah folikel primordial pada saat menopause mungkin akan habis atau kurang dari 100. Hal ini menyebabkan turunnya level hormon estrogen akibat berkurangnya jumlah folikel aktif, meningkatnya jumlah folikel yang mengalami atresia akibat apoptosis, peningkatan FSH, serta penurunan level inhibin B seperti insulin-like growth factor I (Gordon and Speroff, 2002). Jumlah folikel yang tersedia sangat berbeda pada setiap perempuan. Oosit dan pertumbuhan folikel juga dipengaruhi oleh stress biologis seperti radikal bebas, kerusakan DNA, dan menumpuknya bahan kimia yang dihasilkan oleh proses metabolisme tubuh. Oosit selalu mengalami kendali mutu yang ketat, sehingga oosit yang mendapat kelainan akan mengalami apoptosis (Baziad, 2003). Saat usia lebih dari 30 tahun ovarium mulai mengecil dan jumlah kista fungsionalnya bertambah, yang mencapai puncaknya antara umur tahun.

28 13 Pada usia tersebut tidak jarang ditemukan hyperplasia stroma ovarium, dan setelah menopause akan berkurang dimana stroma ovarium mengalami fibrotik. Meskipun telah menghentikan fungsinya, ovarium masih tetap sebagai organ endokrin, diamana sel-sel interstitial dan sel-sel stromanya memproduksi testosteron dan androstenedion, serta estradiol dan progesteron dalam jumlah kecil (Baziad, 2003). Folikel di korteks ovarium seluruhnya berada pada tahap folikel primordial sebelum mencapai masa pubertas. Oosit berhenti berkembang sampai berada pada stadium diploten. Oosit tersebut dikelilingi oleh selapis sel granulose pipih dan tidak memiliki suplai pembuluh darah. Dipisahkan dari stroma ovarium oleh lamina basalis. Folikel ini tidak dipengaruhi oleh gonadotropin. Tetapi, diferensiasi dan proliferasinya dipicu oleh faktor lokal (Anantasika, 2005). Perkembangan sel folikuler dan oosit terdiri dari lima tahap. Tahapan yang dimaksud meliputi primer (folikel primer), sekunder (folikel sekunder),tertier atau early antral phase, antral, dan graafian follicle. Menurut Bulun dan Adashi (2002), tahap perkembangan folikel ovarium sebagai berikut Folikel primer ( µm) Perkembangan folikel primer merupakan stadium pertama pertumbuhan folikel. Oosit mulai tumbuh, terbentuk zona pellusida yang mengelilingi oosit. Zona pellusida tersebut disintesis oleh oosit dan sel granulosa yang terletak di

29 14 antara oosit dan lapisan sel granulose. Pada akhir stadium ini, sel-sel granulosa mengalami perubahan morfologi dari skuamosa menjadi kuboidal Folikel sekunder Gambar Folikel Primer Diameter oosit mencapai 200 µm. Pertumbuhan folikel meliputi proliferasi sel-sel granulosa, dan terbentuknya sel-sel teka merupakan perubahan ke arah folikel sekunder. Dengan perkembangan sel teka, folikel memperoleh suplai darah tersendiri meskipun lapisan sel granulosa tetap avaskuler. Sel-sel granulosa membentuk reseptor-resptor follicle stimulating hormone (FSH), estrogen, dan androgen (Wiknjosastro, 2005). Menurut Garner and Hiatt (2001), pada akhir tahap perkembangan folikel sekunder sel-sel stroma membesar dan kapiler-kapiler memasuki teka interna untuk memberi nutrisi kepada teka interna dan sel-sel granulosa yang avaskular. Sebagian besar folikel yang mencapai perkembangan pada tahap ini mengalami atresia. Tetapi, beberapa sel granulosanya tidak mengalami degenerasi dan membentuk kelenjar interstitial yang mensekresi androgen.

30 Folikel tertier Folikel tertier atau early antral phase ditandai dengan pembentukan sebuah antrum atau rongga dalam folikel. Cairan antrum mengandung steroid, protein, elektrolit, dan proteoglycans. Di bawah pengaruh FSH, sel-sel granulosa mulai berdiferensiasi membentuk membran periantral, cumulus oophorus, dan lapisan corona radiata. Sel granulosa mensekresi aktivin dan meningkatkan ekspresi P450 aromatase karena stimulasi FSH. Fungsi aktivin adalah meningkatka ekspresi gen reseptor FSH di sel granulosa dan mempercepat folikulogenesis. Disisi lain, sel granulosa juga mensekresi inhibin. Inhibin terlibat dalam lengkung umpan balik negatif yang menghambat hipofise mensekresi FSH. Pertumbuhan folikel selama fase ini karena mitosis sel granulosa akibat stimulasi FSH. Bila tidak terdapat FSH, folikel akan mengalami atresia (Wiknjosastro, 2005). Atas pengaruh FSH dan estrogen, sel-sel teka interna mendapatkan reseptor LH. Di bawah pengaruh LH, sel teka interna meningkatkan jumlah reseptor LH dan memperkuat aktivitas enzim StAR, 3 β hidroxysteroid dehydrogenase (3βHSD) dan P450c17 untuk segera meningkatkan sekresi androgen dalam bentuk androstenedion dan testosteron. Selanjutnya androgen berdifusi melewati lamina basalis folikel menuju sel granulose. Di bawah pengaruh FSH, androgen terutama androstenedion mengalami proses aromatisasi dengan bantuan enzim P450 aromatase menjadi estrogen. Estrogen yang dihasilkan bekerja pada folikel untuk meningkatkan jumlah reseptor FSH di sel

31 16 granulosa sehingga sel tersebut mengalami proliferasi. Hal ini penting dalam seleksi folikel dominan (Wiknjosastro, 2005) Folikel antral Fase pertumbuhan antrum (antral phase) ditandai oleh pertumbuhan cepat dari folikel dan bersifat sangat tergantung pada gonadotropin. Di bawah pengaruh FSH sel teka interna terus berdiferensiasi dan mensekresi androstenedion lebih banyak sehingga estrogen yang dihasilkan juga bertambah banyak. Meningkatnya estrogen menyebabkan aktivitas FSH dalam folikel diperkuat, memberi umpan balik negatif ke hipofisis untuk menghambat sekresi FSH serta memfasilitasi pengaruh FSH dalam membentuk reseptor LH di sel granulosa. Puncak FSH, merangsang munculnya reseptor LH yang adekuat di sel-sel granulosa untuk terjadinya luteinisasi (Wiknjosastro, 2005) Graafian follicle (Folikel de Graaf) Fase ini merupakan proses penentuan atau seleksi satu folikel dominan yang akan berovulasi. Turunnya kadar FSH menyebabkan folikel antral yang lebih kecil mengalami atresia, sedangkan folikel dominan terus tumbuh dengan mengakumulasi jumlah sel-sel granulosa dan reseptor FSH yang lebih banyak. Tingginya kadar estrogen dalam folikel memberi umpan balik positif ke hipofise untuk menghasilkan lonjakan LH. Lonjakan LH tersebut menyebabkan disekresinya progesteron di sel-sel granulosa. FSH, LH, dan progesteron menstimulasi enzim-enzim proteolitik yang mendegradasi kolagen di dinding folikel sehingga mudah ruptur. Disekresinya prostaglandin menyebabkan otot-otot

32 17 polos ovarium berkontraksi sehingga membantu pelepasan ovum (Wiknjosastro, 2005). Setelah ovulasi, sel-sel stratum granulosa, jaringan ikat, dan pembuluh darah kecil di ovarium mulai berpoliferasi. Selanjutnya sel-sel granulosa membesar dan mengandung lutein dengan banyak kapiler dan jaringan ikat diantaranya serta berwarna kekuningan yang disebut korpus luteum. Korpus luteum mensekresi hormon progesteron. Bila terjadi fertilisasi, korpus luteum tersebut dipertahankan sampai plasenta terbentuk sempurna. Bila tidak terjadi fertilisasi, sel-selnya mengalami atropi dan terbentuklah korpus albikans (Wiknjosastro, 2005). 2.4 Estrogen Mekanisme kerja Estrogen dan progesterone adalah hormon-hormon yang dihasilkan oleh ovarium. Estrogen terutama meningkatkan proliferasi dan pertumbuhan sel-sel spesifik pada tubuh dan bertanggung jawab akan perkembangan sebagian besar sifat seksual skunder wanita. Sedangkan progesterone hampir seluruhnya berkaitan dengan persiapan akhir uterus untuk kehamilan dan kelenjar mammae untuk laktasi (Guyton, 2000). Pada wanita normal yang tidak hamil, estrogen disekresikan dalam jumlah besar oleh ovarium dan jumlah kecil oleh korteks adrenal. Pada kehamilan, estrogen juga disekresi oleh plasenta. Ada 3 yang terdapat dalam jumlah yang

33 18 bermakna, yaitu beta estradiol, estron, dan estrion. Beta estradiol merupakan estrogen utama yang disekresi oleh ovarium. Estron sebagian besar disekresi oleh korteks adrenal ginjal dan sel teka ovarium. Estriol adalah estrogen yang lemah, merupakan produk oksidasi estradiol dan estron, perubahan ini terjadi pada hati. Potensi beta estradiol 12 kali potensi estron dan 80 kali potensi estriol, sehingga beta estradiol dianggap sebagai estrogen utama (Guyton, 2000). Estrogen pada tulang menyebabkan aktivitas osteoblastik dan penyatuan epifisis dini dengan diafisis tulang panjang. Pada pelvis menyebabkan perluasan pelvis. Pada kulit menyebabkan sifat lembut dan halus (Guyton, 2000). Estrogen berperan sebagai pemberi efek umpan balik negatif yang kuat menekan gonadotropin (FSH dan LH) sehingga pertumbuhan folikel terhambat. Efek ini yang diambil sebagai mekanisme kerja obat anti fertilitas, dengan estrogenik sintetik menghambat ovulasi melalui efek pada hipothalamus, yang kemudian mengakibatkan supresi pada FSH dan LH kelenjar hipofise (Guyton, 2000) Efek estrogen sebagai terapi sulih hormon (TSH). Kemanjuran TSH dalam mengatasi keluhan menopause seperti vasomotor, psikofisiologik, dan urogenital menempatkan TSH sebagai pengobatan kunci bagi menopause ( Hidajat, 2001). Untuk TSH tersedia berbagai jenis estrogen dan yang dianjurkan adalah estrogen alamiah. Disebut alamiah karena estrogen tersebut memiliki sifat dan

34 19 cara kerja yang sama dengan hormon yang di dalam tubuh wanita. Yang termasuk estrogen alamiah adalah estradiol, estron, estron sulfat, estriol dan ester estradiol seperti estradiol benzoate, estradiol valerat, atau estradiol suksinat (Baziad, 2003). Estrogen sintetik seperti etinil estradiol dan mestranol sangat tidak dianjurkan penggunaannya sebagai TSH karena estrogen jenis ini sangat memberatkan fungsi hati dan efek sampingnya banyak. Misalnya etinil estradiol memicu pembentukan angiotensinogen kali lebih kuat dibanding estrogen alamiah, sehingga dapat meningkatkan tekanan darah. Efeknya terhadap proliferasi endometrium juga sangat besar. Estradiol merupakan estrogen utama wanita usia reproduksi, sehingga dibuat estrogen alamiah yang didalam tubuh akan diubah menjadi estradiol. Yang paling efektif adalah estradiol dan estradiol valerat (Baziad, 2003). 2.5 Tanaman Gandarusa (Justicia gendarussa Burm. f.) Tanaman ini berupa semak, pada umumnya di tanam sebagai pagar hidup atau tumbuhan liar di hutan, tanggul sungai atau di pelihara sebagai tanaman obat. Tumbuh pada ketinggian m di atas permukaan laut. tumbuh tegak, tinggi dapat mencapai 2 m, percabangan banyak, dimulai dari dekat pangkal batang. Cabang - cabang yang masih muda berwarna ungu gelap, dan bila sudah tua warnanya menjadi coklat mengkilat. Daun letak berhadapan, berupa daun tunggal, yang bentuknya lanset dengan panjang 5-20 cm., lebar 1-3,5 cm, tepi rata, ujung daun meruncing, pangkal berbentuk biji bertangkai pendek antara 5 7,5 mm, warna daun hijau gelap.

35 20 Bunga kecil berwarna putih atau dadu yang tersusun dalam rangkaian berupa malai bulir yang menguncup, berambut menyebar dan keluar dari ketiak daun atau ujung tangkai. Buah berbentuk bulat panjang. Selain yang berbatang hitam lebih populer ada juga yang berbatang hijau. Di India dan Asia Tenggara dipakai sebagai penurun panas, merangsang muntah, anti reumatik, pengobatan sakit kepala, kelumpuhan otot wajah, eczema, sakit mata dan telinga (Sastroamidjojo, 1967). Nama lokal Handarusa (Sunda), Gandarusa, Tetean, Trus (Jawa), Puli (Ternate), Besi-besi (Aceh), Gandarusa (Melayu), Bo gu dan (China), Gandarisa (Bima). Daun gandarusa mengandung justicin, alkaloida, saponin, flavonoida, minyak atsiri, dan tanin. Berkhasiat sebagai obat pegal linu, obat pening dan obat untuk haid yang tidak teratur. Kegunaan yang lain untuk obat luka terpukul (memar), patah tulang (Fraktur), reumatik pada persendian, bisul, borok dan korengan. Daun tanaman gandarusa mempunyai banyak kegunaan dalam pengobatan tradisional. Di antaranya, akar dan daun direbus, kemudian diminum dua kali dalam sebulan bisa sebagai obat KB bagi laki-laki (Syamsuhidayat, 1991). Gambar. 2.5 Tanaman Gandarusa

36 Klasifikasi Divisi Sub Divisi Kelas Ordo Familia Genus = Spermatophyta = Angiospermae = Dicotyledonae = Euphorbiales = Euphorbiaceae = Justicia Spesies = Justicia gendarussa Burm. f Alkaloid Alkaloid merupakan golongan steroid, adalah hormon seks yang berfungsi mengatur fungsi-fungsi organ reproduksi, baik pada perempuan maupun pada laki-laki. Hormon steroid seks yang terpenting adalah Estrogen, Gestagen (progesteron) dan Androgen. Estrogen adalah hormon streroid dengan 18 atom C yang dibentuk dari 17 ketosteroid androstenedion, dan dibagi menjadi dua jenis, yaitu estrogen alamiah dan sintetik. Jenis estrogen alamiah yang terpenting adalah estradiol (E2), estriol (E3), dan estron (E4). Estrogen baru dapat bekerja secara aktif setelah diubah terlebih dahulu menjadi estradiol. Estrogen dibentuk tidak hanya pada fase folikuler, melainkan pada fase luteal oleh sel-sel yang terdapat pada dinding folikel. Pada endometrium estrogen menyebabkan perubahan proliferatif, sedangkan pada vagina, tuba dan uterus, estrogen akan meningkatkan kemampuan kerja organ-organ tersebut. Gestagen (progesterone) termasuk steroid 21 atom C, baru bisa bekerja pada organ sasaran setelah terbentuk reseptornya

37 22 terlebih dahulu oleh estrogen. Progesteron menyebabkan perubahan sekretorik pada endometrium dan mengurangi kontraksi miometrium. Pada serviks, progesteron menyebabkan perubahan konsistensi lendir serviks, sehingga sulit untuk ditembus oleh sperma dan pada akhirnya tidak terjadi fertilisasi (Maidangkay, 2008 ) Saponin Saponin merupakan senyawa glikosida triterpen dan sterol. Ikatan sterol. Ikatan sterol dalam senyawa saponin merupakan ikatan steroid yang terdapat dalam hormon steroid, termasuk dalam kelompok steroid yang mempunyai sifat penghambat spermatogenesis (Maidangkay, 2008 ). Golongan steroid merupakan prekursor hormon estrogen yang salah satu kerjanya pada otot polos uterus, yaitu merangsang kontraksi uterus. Estrogen dapat menurunkan sekresi FSH pada keadaan tertentu akan menghambat LH (reaksi umpan balik) sehingga dapat mempengaruhi populasi (Maidangkay, 2008) Flavonoid Flavonoid merupakan substansi poliphenolic yang terdapat dalam sebagian besar tanaman. Kombinasi multipel grup hidroksil, gula, oksigen, dan grup metal membentuk beberapa kelas dari flavonoid yaitu flavonols, flavones, flavan 3ols ( cattechins) antochyains dan isoflavons (Zilliken, 2009). Isoflavon merupakan flavonoid yang bertindak sebagai fitoestrogen yang banyak berguna bagi kesehatan. Flavonoida dan isoflavonoida adalah salah satu golongan senyawa metabolit sekunder yang banyak terdapat pada tumbuh-

38 23 tumbuhan, khususnya dari golongan Leguminoceae (tanaman berbunga kupukupu) (Zilliken, 2009). Senyawa isoflavon terdistribusi secara luas pada bagian - bagian tanaman, baik pada akar, batang, daun, maupun buah, sehingga senyawa ini secara tidak disadari juga terdapat dalam menu makanan sehari-hari. Bahkan, karena sedemikian luas distribusinya dalam tanaman maka dikatakan bahwa hampir tidak normal apabila suatu menu makanan tanpa mengandung senyawa flavonoid. Hal tersebut menunjukkan bahwa senyawa flavon tidak membahayakan bagi tubuh dan bahkan sebaliknya dapat memberikan manfaat pada kesehatan (Zilliken, 2009). Senyawa isoflavon merupakan senyawa metabolit sekunder yang banyak disintesis oleh tanaman. Oleh karena itu, tanaman merupakan sumber utama senyawa isoflavon di alam (Zilliken, 2009) Berdasarkan biosintesisnya flavon/isoflavon digolongkan sebagai senyawa metabolit sekunder. Isoflavon termasuk dalam golongan flavonoid (1,2- diarilpropan) dan merupakan bagian kelompok yang terbesar dalam golongan tersebut Aktivitas fisiologis senyawa isoflavon telah banyak diteliti dan ternyata menunjukkan bahwa berbagai aktivitas berkaitan dengan struktur senyawanya. Aktivitas suatu senyawa ditentukan pula oleh gugus-gugus yang terdapat dalam struktur tersebut. Dengan demikian, dengan cara derivatisasi secara kimia dan secara biologis, dapat dibentuk senyawa-senyawa aktif yang diinginkan. Dalam

39 24 hal struktur, aktivitas antioksidan ditentukan oleh bentuk struktur bebas (aglikon) dari senyawa. Aktivitas tersebut ditentukan oleh gugus -OH ganda, terutama dengan gugus C=0 pada posisi C-3 dengan gugus -OH pada posisi C-2 atau pada posisi C-5. Hasil transformasi isoflavon selama fermentasi tempe daidzein, genistein, glisitein, dan Faktor-II, ternyata memenuhi kriteria tersebut. Sistem gugus fungsi demikian memungkinkan terbentuknya kompleks dengan logam (Zilliken, 2009). Aktivitas estrogenik isoflavon ternyata terkait dengan struktur kimianya yang mirip dengan stilbestrol, yang biasa digunakan sebagai obat estrogenik. Bahkan, senyawa isoflavon mempunyai aktivitas yang lebih tinggi dari stilbestrol. Daidzein merupakan senyawa isoflavon yang aktivitas estrogenik-nya lebih tinggi dibandingkan dengan senyawa isoflavon lainnya. Aktivitas antiinflamasi ditunjukkan oleh gugus C=O pada posisi C-3 dan gugus -OH pada posisi C-5 yang dapat membentuk kompleks dengan logam besi, seperti quersetin. Sedang aktivitas anti-ulser ditunjukkan oleh struktur gugus -OH yang bersebelahan, seperti pada mirisetin. Sebagaimana diperlihatkan oleh Graham dan Graham (1991) bahwa senyawa formononitin dan gliseolin berpotensi untuk membunuh kapang patogen sehingga berpotensi sebagai senyawa pestisida (biopestisida). Di atas disebutkan bahwa senyawa isoflavonoida banyak mempunyai aktivitas biologis. Mekanisme aktivitas senyawa ini dapat dipandang sebagai fungsi "alat komunikasi" (molecular messenger) dalam proses interaksi antar sel yang selanjutnya mempengaruhi proses metabolisma sel atau makhluk hidup yang

40 25 bersangkutan. Dalam hal ini, dapat secara negatif (menghambat) maupun secara positif (menstimulasi). Jenis senyawa isoflavon di alam sangat bervariasi. Di antaranya telah berhasil diidentifikasi struktur kimianya dan bahkan telah diketahui fungsi fisiologisnya dan telah dapat dimanfaatkan untuk obat-obatan (Zilliken, 2009). Senyawa isoflavon terbukti juga mempunyai efek hormonal, khususnya efek estrogenik. Efek estrogenik ini terkait dengan struktur isoflavon yang dapat ditransformasikan menjadi equol, dimana equol ini mempunyai struktur fenolik yang mirip dengan hormon estrogen ( Pradana, 2009). 2.6 Marmut (Cavia cobaya) Marmut (Cavia cobaya) adalah hewan asli Amerika Selatan, mempunyai bulu halus dan licin dengan warna bermaca-macam. Semua marmut (Cavia cobaya) mempunyai badan pendek, kuat dengan telinga dan kaki juga pendek. Dalam kondisi sehat, marmut merupakan hewan yang amat jinak. Rata-rata hidupnya 2 tahun atau lebih sedikit. Berat badan pada umur 4 minggu dapat mencapai 200 gr dan dewasa sampai 800 gr atau lebih. Kebanyakan marmut (Cavia cobaya) laboratorium merupakan keturunan dari galur Dunkin dan Hartley. Ada beberapa sifat marmut yang berbeda dengan hewan percobaan lain pertama, marmut (Cavia cobaya) tidak mempunyai ekor menonjol, kedua pada waktu lahir anak marmut mirip dengan dewasa. Marmut (Cavia cobaya) biasanya hanya makan sayursayuran, berbeda dengan hewan lain marmut memerlukan banyak vitamin C

41 26 dalam makanannya dan memerlukan serat kasar sepuluh kali lebih besar dibandingkan dengan hewan percobaan lain (Smith, dan Mangkoewidjojo, 1999). Penggunaan marmut sebagai hewan percobaan masih sangat penting karena marmut mempunyai beberapa sifat yang tidak terdapat pada hewan coba lain. Pertama, marmut tidak mempunyai ekor menonjol, kedua, pada waktu lahir anak marmut mirip dengan dewasa yaitu sudah berambut dan mata sudah terbuka. Akhirnya, anak marmut sudah dapat makan makanan keras pada umur 5 hari. Rata-rata hidupnya 2 tahun atau lebih sedikit, tetapi dapat sampai 8 tahun. Marmut sudah lama dipakai sebagai hewan percobaan, paling sedikit sejak tahun 1780 (Wagner, 1976). Keuntungannya adalah bahwa marmut kecil, jinak dan mudah dipelihara. Dalam kondisi sehat, marmut merupakan hewan yang amat jinak, berbulu licin, mengkilap dan bersih (Smith dan Mangkoewidjojo, 1999) Data Biologis Marmut Lama hidup Lama produksi ekonomis Lama bunting Kawin sesudah beranak Umur disapih Umur dewasa Umur dikawinkan Siklus kelamin : 2-3 tahun, dapat sampai 8 tahun : 1-2 tahun : hari, rata-rata 68 hari : 6 sampai 20 jam : hari : hari : segera sesudah berat badan mencapai 400gr : poliestrus

42 27 Siklus estrus ( birahi) Periode estrus Perkawinan Ovulasi Fertilisasi Implantasi Berat dewasa Berat lahir : hari : 6-11 jam : pada waktu estrus : rata-rata 10 jam sesudah estrus spontsn : 1-15 jam sesudah kawin : 6,0-7,5 hari sesudah fertilisasi : g jantan, g betina : g, tergantung jumlah anak Siklus Kelamin Marmut Peristiwa-peristiwa fisiologis yang utama pada siklus estrus terjadi pada ovarium, Kejadian-kejadian tersebut tercermin pada perubahan-perubahan yang terjadi pada vagina dibawah pengaruh hormon-hormon ovarium, yakni estrogen dan progesteron. Histologi epitelium vagina tidak tinggal tetap diam selama siklus. Epitelium vagina secara siklik rusak dan dibangun kembali, bervariasi dari bentuk skuama berlapis sampai kuboid rendah (Shearer, 2008).. Siklus estrus adalah waktu antara periode estrus. Betina memiliki waktu sekitar hari pada estrus pertama. Marmut merupakan poliestrus dan ovulasi terjadi secara spontan, durasi siklus estrus hari dan fase estrus sendiri membutuhkan waktu. Tahapan pada siklus estrus dapat dilihat pada vulva. Fasefase pada siklus estrus diantaranya adalah estrus, metestrus, diestrus, dan proestrus. Periode tersebut terjadi dalam satu siklus dan serangkaian, kecuali pada saat fase anestrus yang terjadi pada saat musim kawin (Nongae, 2008).

43 28 Fase proestrus dimulai dengan regresi corpus luteum dan menurunnya produksi progesteron untuk memulai estrus. Pada fase ini terjadi pertumbuhan folikel yang sangat cepat (Nongae, 2008). Fase proestrus berlangsung sekitar 2-3 hari dan dicirikan dengan pertumbuhan folikel dan produksi estrogen. Peningkatan jumlah estrogen menyebabkan pemasokan darah ke sistem reproduksi untuk meningkatkan kelenjar cervix dan vagina dirangsang untuk meningkatkan aktifitas sekretori membangun muatan vagina yang tebal. Fase estrus merupakan periode waktu ketika betina reseptif terhadap jantan dan akan melakukan perkawinan. Ovulasi berhubungan dengan fase estrus, dimana pada ovarium terjadi pematangan folikel de Graaf, estrogen yang dihasilkan folikel de Graaf menyebabkan terjadinya perubahan pada saluran reproduksi, yaitu dinding tuba Falopi mulai berkontraksi, fimbriae merapat dengan gerakan-gerakan khas kearah folikel de Graaf, vaskularisasi uterus meningkat. Uterus membesar karena akumulasi cairan dan serviks menjadi oedematus serta kelenjarnya menghasilkan cairan yang bersifat transparan dan liat (Shearer, 2008) Histologi ovarium Ovarium dikelilingi oleh selapis sel epitel kuboid. Sel epitel kolumnar Ovarium tersusun atas folikel dengan berbagai tingkatan perkembangan, jaringan interstisial, serta jaringan stroma yang berisi pembuluh darah, saraf, dan limfe (Davis, 1999).

44 29 Folikel marmut diklasifikasi menjadi tiga, yaitu folikel kecil (small follicles), folikel sedang (medium follicles), dan folikel besar (large follicles). Folikel yang tidak berkembang secara berangsur mengalami atresia. Atresia tahap awal ditandai dengan sel teka interna dan sel granulosa intak, beberapa sel mulai terlepas masuk ke antrum yang masih mengandung cairan folikel. Cumulus ooporus tampak tidak utuh dan degenerasi oosit sudah berada dalam tahap lanjut. Sisa oosit dikelilingi zona pellusida tebal, tampak didalam antrum. Atresia tahap lanjut ditandai dengan sel teka interna masih tetap utuh, tampak agak hipertropi, sel granulosa tidak ada, semua sudah dilepaskan dan direabsorpsi. Membran vitrea menebal, jaringan ikat longgar berasal dari stroma dan telah mengisi sebagian rongga folikel yang telah mengecil, yang masih mengandung cairan folikel. Atresia tahap akhir, seluruh folikel telah diganti oleh jaringan ikat (Eroschenko, 2003).

45 30 BAB III Kerangka Berpikir, Konsep dan Hipotesis Penelitian 3.1 Kerangka berpikir Kerangka konsep penelitian ini didasarkan pada teori bahwa menopause terjadi bila folikel yang tersedia menipis dan menstruasi terhenti. Menopause juga bisa diinduksi oleh operasi pengangkatan ovarium. Faktor yang mempengaruhi terjadinya penuaan dikategorikan dalam dua kelompok: faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi kerusakan DNA, glikosilasi, radikal bebas, dan penyakit. Sedangkan faktor eksternal meliputi : nutrisi yang tidak tercukupi, pola hidup yang tidak teratur, polusi lingkungan, stres, sosial ekonomi rendah. Kedua faktor ini saling mempengaruhi. Flavonoid yang terkandung dalam tanaman gandarusa adalah salah satu golongan fenol alam terbesar. Flavonoid dari golongan isoflavon merupakan suatu senyawa yang bersifat estrogenik karena mampu merangsang pembentukan estrogen didalam tubuh. Estrogen alamiah adalah senyawa yang paling sering dipakai sebagai TSH oral mempunyai mekanisme kerja menghambat ovulasi dengan menekan fungsi hipotalamus yang menghambat produksi FSH dan LH sehingga menyebabkan terganggunya perkembangan folikel ovarium. Selain itu isoflavon memiliki aktivitas antioksidan yang dapat mencegah proses oksidasi serta melindungi sel dari kerusakan, sehingga folikulogenesis pada ovarium dapat ditingkatkan, jumlah folikel skunder akan lebih banyak dan jumlah kista fungsional berkurang dengan demikian penuaan ovarium akan tertunda.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu kedokteran anti penuaan (KAP) atau Anti-Aging

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu kedokteran anti penuaan (KAP) atau Anti-Aging 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penuaan merupakan proses alamiah yang dilalui oleh setiap mahluk hidup bila mempunyai umur panjang, sekaligus sebagai proses yang sangat ditakuti oleh kebanyakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. bumi selesai mengelilingi matahari, usia bertambah satu tahun. Akan tetapi,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. bumi selesai mengelilingi matahari, usia bertambah satu tahun. Akan tetapi, 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penuaan Penuaan merupakan akumulasi dari perubahan-perubahan dalam sel dan jaringan yang dapat meningkatkan resiko kematian. Secara kronologis, setiap kali bumi selesai mengelilingi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman dahulu hingga sekarang banyak masyarakat Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman dahulu hingga sekarang banyak masyarakat Indonesia BAB I A. Latar Belakang PENDAHULUAN Pada zaman dahulu hingga sekarang banyak masyarakat Indonesia yang memanfaatkan berbagai jenis tumbuhan sebagai bahan untuk makanan maupun untuk pengobatan tradisional.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (dengan cara pembelahan sel secara besar-besaran) menjadi embrio.

BAB I PENDAHULUAN. (dengan cara pembelahan sel secara besar-besaran) menjadi embrio. BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Seorang wanita disebut hamil jika sel telur berhasil dibuahi oleh sel sperma. Hasil pembuahan akan menghasilkan zigot, yang lalu berkembang (dengan cara pembelahan sel

Lebih terperinci

Anatomi/organ reproduksi wanita

Anatomi/organ reproduksi wanita Anatomi/organ reproduksi wanita Genitalia luar Genitalia dalam Anatomi payudara Kelainan organ reproduksi wanita Fisiologi alat reproduksi wanita Hubungan ovarium dan gonadotropin hormon Sekresi hormon

Lebih terperinci

Siklus menstruasi. Nama : Kristina vearni oni samin. Nim: Semester 1 Angkatan 12

Siklus menstruasi. Nama : Kristina vearni oni samin. Nim: Semester 1 Angkatan 12 Nama : Kristina vearni oni samin Nim: 09031 Semester 1 Angkatan 12 Saya mengkritisi tugas biologi reproduksi kelompok 7 tentang siklus menstruasi yang dikerjakan oleh saudari Nela Soraja gusti. Tugas mereka

Lebih terperinci

Sistem hormon wanita, seperti pada pria, terdiri dari tiga hirarki hormon, sebagai berikut ;

Sistem hormon wanita, seperti pada pria, terdiri dari tiga hirarki hormon, sebagai berikut ; Fisiologi Reproduksi & Hormonal Wanita Sistem hormon wanita, seperti pada pria, terdiri dari tiga hirarki hormon, sebagai berikut ; 1. Hormon yang dikeluarkan hipothalamus, Hormon pelepas- gonadotropin

Lebih terperinci

1. Perbedaan siklus manusia dan primata dan hormon yang bekerja pada siklus menstruasi.

1. Perbedaan siklus manusia dan primata dan hormon yang bekerja pada siklus menstruasi. Nama : Hernawati NIM : 09027 Saya mengkritisi makalah kelompok 9 No 5 tentang siklus menstruasi. Menurut saya makalah mereka sudah cukup baik dan ketikannya juga sudah cukup rapih. Saya di sini akan sedikit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan timbulnya sifat-sifat kelamin sekunder, mempertahankan sistem

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan timbulnya sifat-sifat kelamin sekunder, mempertahankan sistem BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Estrogen merupakan hormon steroid yang dihasilkan oleh sel granulosa dan sel teka dari folikel de Graaf pada ovarium (Hardjopranjoto, 1995). Estrogen berkaitan dengan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian. Gambaran mikroskopik folikel ovarium tikus putih betina ((Rattus

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian. Gambaran mikroskopik folikel ovarium tikus putih betina ((Rattus BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Gambaran mikroskopik folikel ovarium tikus putih betina ((Rattus norvegicus, L) dengan perbesaran 4x10 menggunakan teknik pewarnaan Hematoxilin-eosin

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Perkembangan fase prapubertas menjadi pubertas membutuhkan jalur yang

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Perkembangan fase prapubertas menjadi pubertas membutuhkan jalur yang BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Siklus Menstruasi Remaja Perkembangan fase prapubertas menjadi pubertas membutuhkan jalur yang utuh dari hipotalamus-hipofise-ovarium. Struktur alat reproduksi, status nutrisi,

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengaruh pencekokan ekstrak rimpang rumput teki terhadap diameter oosit

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengaruh pencekokan ekstrak rimpang rumput teki terhadap diameter oosit 40 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Oosit Pada Stadia Folikel Primer Pengaruh pencekokan ekstrak rimpang rumput teki terhadap diameter oosit pada stadia folikel primer dapat dilihat pada gambar 10.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. tikus putih (Rattus norvegicus, L.) adalah sebagai berikut:

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. tikus putih (Rattus norvegicus, L.) adalah sebagai berikut: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Hasil penelitian mengenai pengaruh pemberian ekstrak kacang kedelai hitam (Glycine soja) terhadap jumlah kelenjar dan ketebalan lapisan endometrium

Lebih terperinci

Anatomi sistem endokrin. Kerja hipotalamus dan hubungannya dengan kelenjar hormon Mekanisme umpan balik hormon Hormon yang

Anatomi sistem endokrin. Kerja hipotalamus dan hubungannya dengan kelenjar hormon Mekanisme umpan balik hormon Hormon yang Anatomi sistem endokrin Kelenjar hipofisis Kelenjar tiroid dan paratiroid Kelenjar pankreas Testis dan ovum Kelenjar endokrin dan hormon yang berhubungan dengan sistem reproduksi wanita Kerja hipotalamus

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. diambil berdasarkan gambar histologik folikel ovarium tikus putih (Rattus

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. diambil berdasarkan gambar histologik folikel ovarium tikus putih (Rattus A. Hasil Penelitian BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian mengenai pengruh pemberian ekstrak kacang merah (Phaseolus vulgaris, L.) terhadap perkembangan folikel ovarium tikus putih diambil

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 20 PENDAHULUAN Latar Belakang Tempe merupakan makanan tradisional Indonesia yang diolah melalui proses fermentasi kedelai. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedelai dan produk olahannya mengandung senyawa

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. tikus putih (Rattus norvegicus, L.) adalah sebagai berikut:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. tikus putih (Rattus norvegicus, L.) adalah sebagai berikut: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Hasil penelitian mengenai pengaruh ekstrak biji pepaya (Carica papaya, L.) terhadap ketebalan lapisan endometrium dan kadar hemoglobin tikus putih (Rattus

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bagi seorang wanita, menopause itu sendiri adalah datangnya masa tua.

BAB 1 PENDAHULUAN. Bagi seorang wanita, menopause itu sendiri adalah datangnya masa tua. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bagi seorang wanita, menopause itu sendiri adalah datangnya masa tua. Menopause yang dikenal sebagai masa berakhirnya menstruasi atau haid, sering menjadi ketakutan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Menstruasi A. Pengertian Menstruasi Menstruasi merupakan keadaan fisiologis, yaitu peristiwa keluarnya darah, lendir ataupun sisa-sisa sel secara berkala. Sisa sel tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengeluarkan hormon. Di dalam setiap ovarium terjadi perkembangan sel telur

BAB I PENDAHULUAN. mengeluarkan hormon. Di dalam setiap ovarium terjadi perkembangan sel telur BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Manusia mempunyai dua ovarium yang berfungsi memproduksi sel telur dan mengeluarkan hormon. Di dalam setiap ovarium terjadi perkembangan sel telur (oogenesis). Pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penelitian, pengujian dan pengembangan serta penemuan obat-obatan

BAB I PENDAHULUAN. penelitian, pengujian dan pengembangan serta penemuan obat-obatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemanfaatan obat tradisional di Indonesia saat ini sudah cukup luas. Pengobatan tradisional terus dikembangkan dan dipelihara sebagai warisan budaya bangsa yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Jawarandu merupakan kambing lokal Indonesia. Kambing jenis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Jawarandu merupakan kambing lokal Indonesia. Kambing jenis 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kambing Jawarandu Kambing Jawarandu merupakan kambing lokal Indonesia. Kambing jenis ini banyak diternakkan di pesisir pantai utara (Prawirodigdo et al., 2004). Kambing Jawarandu

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kinerja Induk Parameter yang diukur untuk melihat pengaruh pemberian fitoestrogen ekstrak tempe terhadap kinerja induk adalah lama kebuntingan, dan tingkat produksi anak

Lebih terperinci

HUBUNGAN HORMON REPRODUKSI DENGAN PROSES GAMETOGENESIS MAKALAH

HUBUNGAN HORMON REPRODUKSI DENGAN PROSES GAMETOGENESIS MAKALAH HUBUNGAN HORMON REPRODUKSI DENGAN PROSES GAMETOGENESIS MAKALAH UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH Teknologi Informasi dalam Kebidanan yang dibina oleh Bapak Nuruddin Santoso, ST., MT Oleh Devina Nindi Aulia

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5 Rata- rata bobot ovarium dan uterus tikus putih

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5 Rata- rata bobot ovarium dan uterus tikus putih BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh pemberian ekstrak etanol purwoceng terhadap tikus putih betina pada usia kebuntingan 1-13 hari terhadap rata-rata bobot ovarium dan bobot uterus tikus putih dapat dilihat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Brotowali (Tinospora crispa, L.) merupakan tumbuhan obat herbal dari family

BAB I PENDAHULUAN. Brotowali (Tinospora crispa, L.) merupakan tumbuhan obat herbal dari family BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Brotowali (Tinospora crispa, L.) merupakan tumbuhan obat herbal dari family Menispermaceae yang mempunyai beberapa manfaat diantaranya dapat digunakan untuk mengobati

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Siklus Menstruasi Menstruasi adalah perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus, disertai pelepasan (deskuamasi) endometrium (Prawirohardjo, 2005), sedangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hewan betina. Menurut Shabib (1989: 51-53), bentuk aktif estrogen terpenting

BAB I PENDAHULUAN. hewan betina. Menurut Shabib (1989: 51-53), bentuk aktif estrogen terpenting BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Estrogen adalah salah satu hormon yang berperan dalam reproduksi hewan betina. Menurut Shabib (1989: 51-53), bentuk aktif estrogen terpenting adalah estradiol

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang ditunjukkan oleh adanya keinginan untuk. untuk mengembangkan budidaya dan produksi tanaman obat (Supriadi dkk,

BAB I PENDAHULUAN. yang ditunjukkan oleh adanya keinginan untuk. untuk mengembangkan budidaya dan produksi tanaman obat (Supriadi dkk, digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Data menunjukkan bahwa sekitar 80 % penduduk dunia memanfaatkan obat tradisional yang bahan bakunya berasal dari tumbuhan. Hal ini timbul sebagai

Lebih terperinci

5 KINERJA REPRODUKSI

5 KINERJA REPRODUKSI 5 KINERJA REPRODUKSI Pendahuluan Dengan meningkatnya permintaan terhadap daging tikus ekor putih sejalan dengan laju pertambahan penduduk, yang diikuti pula dengan makin berkurangnya kawasan hutan yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. mengeluarkan hormon estrogen (Manuaba, 2008). Menarche terjadi di

BAB II LANDASAN TEORI. mengeluarkan hormon estrogen (Manuaba, 2008). Menarche terjadi di 5 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Menarche a. Pengertian menarche Menarche adalah pengeluaran darah menstruasi pertama yang disebabkan oleh pertumbuhan folikel primodial ovarium yang mengeluarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN tahun jumlahnya meningkat dari 21 juta menjadi 43 juta atau dari 18%

BAB I PENDAHULUAN tahun jumlahnya meningkat dari 21 juta menjadi 43 juta atau dari 18% BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap satu diantara enam penduduk dunia adalah remaja. Sedangkan 85% diantaranya hidup di negara berkembang. Di Indonesia, jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat

Lebih terperinci

Gambar 4. Grafik Pertambahan Bobot Badan Tikus

Gambar 4. Grafik Pertambahan Bobot Badan Tikus BAB IV HASIL PEMBAHASAN Pengaruh pemberian ekstrak etanol purwoceng (Pimpinella alpina) terhadap pertambahan bobot badan tikus betina bunting pada umur kebuntingan 0-13 hari dapat dilihat pada Tabel 2.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bersifat sementara dan dapat pula bersifat menetap (Subroto, 2011).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bersifat sementara dan dapat pula bersifat menetap (Subroto, 2011). BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Kontrasepsi Kontrasepsi merupakan bagian dari pelayanan kesehatan untuk pengaturan kehamilan dan merupakan hak setiap individu sebagai makhluk seksual, serta

Lebih terperinci

HUBUNGAN HIPOTALAMUS-HIPOFISE- GONAD. Oleh: Ir. Diah Tri Widayati, MP, Ph.D Ir. Kustono, M.Sc., Ph.D.

HUBUNGAN HIPOTALAMUS-HIPOFISE- GONAD. Oleh: Ir. Diah Tri Widayati, MP, Ph.D Ir. Kustono, M.Sc., Ph.D. HUBUNGAN HIPOTALAMUS-HIPOFISE- GONAD Oleh: Ir. Diah Tri Widayati, MP, Ph.D Ir. Kustono, M.Sc., Ph.D. Mekanisme umpan balik pelepasan hormon reproduksi pada hewan betina Rangsangan luar Cahaya, stress,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. menopause (Kuncara, 2007).

TINJAUAN PUSTAKA. menopause (Kuncara, 2007). II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Menopause 2.1.1 Definisi Menopause Menoupase didefinisikan oleh WHO sebagai penghentian menstruasi secara permanen akibat hilangnya aktivitas folikular ovarium. Setelah 12 bulan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN

DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN DAFTARISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN HALAMAN PERSEMBAHAN KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMP

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara alamiah, proses penuaan merupakan sesuatu yang pasti terjadi pada

BAB I PENDAHULUAN. Secara alamiah, proses penuaan merupakan sesuatu yang pasti terjadi pada 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Secara alamiah, proses penuaan merupakan sesuatu yang pasti terjadi pada setiap makhluk hidup. Manusia menganggap bahwa menjadi tua merupakan hal yang harus terjadi,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Wijen (Sesamum indicum L) 1. Sistematika Tanaman Tanaman wijen mempunyai klasifikasi tanaman sebagai berikut : Philum : Spermatophyta Divisi : Angiospermae Sub-divisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan laju pertumbuhan penduduk per tahun sekitar 1,49 persen. Pada periode

BAB I PENDAHULUAN. dengan laju pertumbuhan penduduk per tahun sekitar 1,49 persen. Pada periode 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam periode 10 tahun terakhir jumlah penduduk Indonesia meningkat dengan laju pertumbuhan penduduk per tahun sekitar 1,49 persen. Pada periode 10 tahun sebelumnya,

Lebih terperinci

... Tugas Milik kelompok 8...

... Tugas Milik kelompok 8... ... Tugas Milik kelompok 8... 6. Siklus menstruasi terjadi pada manusia dan primata. Sedang pada mamalia lain terjadi siklus estrus. Bedanya, pada siklus menstruasi, jika tidak terjadi pembuahan maka lapisan

Lebih terperinci

PENGARUH SUPEROVULASI PADA LAJU OVULASI, SEKRESI ESTRADIOL DAN PROGESTERON, SERTA PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN UTERUS DAN KELENJAR SUSU TIKUS PUTIH (Rattus Sp.) SELAMA SIKLUS ESTRUS TESIS OLEH : HERNAWATI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan manusia mulai dalam kandungan sampai mati tampaklah. perkembangan, sedangkan pada akhirnya perubahan itu menjadi kearah

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan manusia mulai dalam kandungan sampai mati tampaklah. perkembangan, sedangkan pada akhirnya perubahan itu menjadi kearah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Kehidupan manusia mulai dalam kandungan sampai mati tampaklah manusia itu akan melalui suatu proses yang sama, yaitu semuanya selalu dalam perubahan. Pada awal hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. biologis atau fisiologis yang disengaja. Menopause dialami oleh wanita-wanita

BAB I PENDAHULUAN. biologis atau fisiologis yang disengaja. Menopause dialami oleh wanita-wanita 1 BAB I PENDAHULUAN 1.2 Latar Belakang Menopause merupakan salah satu proses dalam siklus reproduksi alamiah yang akan dialami setiap perempuan selain pubertas, kehamilan, dan menstruasi. Seorang perempuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Infertilitas 1. Definisi Infertilitas atau kemandulan adalah penyakit sistem reproduksi yang ditandai dengan ketidakmampuan atau kegagalan dalam memperoleh kehamilan, walaupun

Lebih terperinci

F I S I O L O G I Reproduksi dan Laktasi. 10 & 17 Februari 2014 Drh. Fika Yuliza Purba, M.Sc.

F I S I O L O G I Reproduksi dan Laktasi. 10 & 17 Februari 2014 Drh. Fika Yuliza Purba, M.Sc. F I S I O L O G I Reproduksi dan Laktasi 10 & 17 Februari 2014 Drh. Fika Yuliza Purba, M.Sc. Sasaran Pembelajaran Mahasiswa dapat menjelaskan sistem reproduksi dan laktasi Materi Kontrol gonad dan perkembangan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Tjitrosoepomo (1997), rumput teki dikelompokkan ke dalam

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Tjitrosoepomo (1997), rumput teki dikelompokkan ke dalam 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Rumput Teki (Cyperus rotundus L.) 1. Klasifikasi Menurut Tjitrosoepomo (1997), rumput teki dikelompokkan ke dalam regnum Plantae. Tumbuhan ini merupakan tumbuhan berbiji terbuka

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Menopause Seiring dengan bertambahnya usia, banyak hal yang terjadi dengan proses perkembangan dan pertumbuhan pada manusia. Namun, pada suatu saat perkembangan dan pertumbuhan

Lebih terperinci

Tugas Endrokinologi Kontrol Umpan Balik Positif Dan Negatif

Tugas Endrokinologi Kontrol Umpan Balik Positif Dan Negatif Tugas Endrokinologi Kontrol Umpan Balik Positif Dan Negatif Kelompok 3 Aswar Anas 111810401036 Antin Siti Anisa 121810401006 Nenny Aulia Rochman 121810401036 Selvi Okta Yusidha 121810401037 Qurrotul Qomariyah

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 19 HASIL DAN PEMBAHASAN Aktivitas Ekstrak Metanol Buah Adas terhadap Lama Siklus Siklus estrus terdiri dari proestrus (12 jam), estrus (12 jam), metestrus (12 jam), dan diestrus (57 jam), yang secara total

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gangguan kesehatan, penyakit degeneratif dan menurunnya kualitas hidup.

BAB I PENDAHULUAN. gangguan kesehatan, penyakit degeneratif dan menurunnya kualitas hidup. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap makhluk hidup memiliki kesempatan yang sama untuk menjalani siklus kehidupan. Lingkaran kehidupan dimulai dari pembuahan, perkembangan janin, kelahiran, tumbuh

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 40 HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan Senyawa Isoflavon Tepung Kedelai dan Tepung Tempe Hasil analisis tepung kedelai dan tepung tempe menunjukkan 3 macam senyawa isoflavon utama seperti yang tertera pada

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kabupaten Bone Bolango merupakan salah satu kabupaten diantara 5

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kabupaten Bone Bolango merupakan salah satu kabupaten diantara 5 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Lokasi Penelitian Kabupaten Bone Bolango merupakan salah satu kabupaten diantara 5 Kabupaten yang terdapat di provinsi Gorontalo dan secara geografis memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Tujuan. Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui ciri-ciri tiap fase siklus estrus pada mencit betina.

BAB I PENDAHULUAN Tujuan. Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui ciri-ciri tiap fase siklus estrus pada mencit betina. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Siklus reproduksi adalah perubahan siklus yang terjadi pada sistem reproduksi (ovarium, oviduk, uterus dan vagina) hewan betina dewasa yang tidak hamil, yang memperlihatkan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Menstruasi 2.1.1. Definisi Menstruasi Menstruasi adalah suatu keadaan fisiologis atau normal, merupakan peristiwa pengeluaran darah, lendir dan sisa-sisa sel secara berkala

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. pendidikan, perumahan, pelayanan kesehatan, sanitasi dan lingkungan (Shah et al.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. pendidikan, perumahan, pelayanan kesehatan, sanitasi dan lingkungan (Shah et al. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Jumlah penduduk merupakan salah satu masalah terbesar yang dihadapi oleh setiap negara, karena membawa konsekuensi di segala aspek antara lain pekerjaan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. ASI Eksklusif 1. Pengertian Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan terbaik bagi bayi sampai usia 6 bulan. Pemberian ASI eksklusif yaitu pemberian ASI tanpa cairan atau makanan lain,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terdapat sekitar tumbuhan, diduga sekitar spesies

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terdapat sekitar tumbuhan, diduga sekitar spesies BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Indonesia dikenal sebagai megabiodiversity country, yaitu Negara yang memiliki keanekaragaman hayati yang besar. Di hutan tropis Indonesia terdapat sekitar 30.000 tumbuhan,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. mengamati preparat uterus di mikroskopdengan menghitung seluruh

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. mengamati preparat uterus di mikroskopdengan menghitung seluruh BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Pengaruh pemberian ekstrak daun kenari terhadap jumlah kelenjar endometrium Pengamatan jumlah kelenjar endometrium dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 36 IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian. Lapisan Granulosa Folikel Primer Pengaruh pemberian ekstrak rimpang rumput teki (Cyperus rotundus L.) terhadap ketebalan lapisan granulosa pada

Lebih terperinci

MORFOLOGI DAN FUNGSI OVARIUM RUSWANA ANWAR

MORFOLOGI DAN FUNGSI OVARIUM RUSWANA ANWAR MORFOLOGI DAN FUNGSI OVARIUM RUSWANA ANWAR SUBBAGIAN FERTILITAS DAN ENDOKRINOLOGI REPRODUKSI BAGIAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNPAD BANDUNG 2005 1 MORFOLOGI DAN FUNGSI OVARIUM PENDAHULUAN

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Siklus Reproduksi Kuda

TINJAUAN PUSTAKA Siklus Reproduksi Kuda 3 TINJAUAN PUSTAKA Siklus Reproduksi Kuda Siklus reproduksi terkait dengan berbagai fenomena, meliputi pubertas dan kematangan seksual, musim kawin, siklus estrus, aktivitas seksual setelah beranak, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang menawarkan berbagai tindakan yang bertujuan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. yang menawarkan berbagai tindakan yang bertujuan untuk meningkatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini sering kita jumpai klinik-klinik kecantikan maupun praktisi dokter yang menawarkan berbagai tindakan yang bertujuan untuk meningkatkan penampilan agar tetap

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. konsep yang relatif baru dalam kajian psikologi. Di negara-negara barat, istilah

BAB II TINJAUAN TEORI. konsep yang relatif baru dalam kajian psikologi. Di negara-negara barat, istilah BAB II TINJAUAN TEORI A. Remaja 1. Pengertian Remaja Remaja sebagai periode tertentu dari kehidupan manusia merupakan suatu konsep yang relatif baru dalam kajian psikologi. Di negara-negara barat, istilah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi Peranakan Ongole (PO) merupakan salah satu sapi yang banyak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi Peranakan Ongole (PO) merupakan salah satu sapi yang banyak 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Peranakan Ongole (PO) Sapi Peranakan Ongole (PO) merupakan salah satu sapi yang banyak dibudidayakan oleh masyarakat di Indonesia. Populasi sapi PO terbesar berada di

Lebih terperinci

Proses-proses reproduksi berlangsung di bawah pengaturan NEURO-ENDOKRIN melalui mekanisme HORMONAL. HORMON : Substansi kimia yang disintesa oleh

Proses-proses reproduksi berlangsung di bawah pengaturan NEURO-ENDOKRIN melalui mekanisme HORMONAL. HORMON : Substansi kimia yang disintesa oleh Proses-proses reproduksi berlangsung di bawah pengaturan NEURO-ENDOKRIN melalui mekanisme HORMONAL. HORMON : Substansi kimia yang disintesa oleh kelenjar endokrin dan disekresikan ke dalam aliran darah

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. menuju dewasa dimana terjadi proses pematangan seksual dengan. hasil tercapainya kemampuan reproduksi. Tanda pertama pubertas

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. menuju dewasa dimana terjadi proses pematangan seksual dengan. hasil tercapainya kemampuan reproduksi. Tanda pertama pubertas BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pendahuluan Pubertas merupakan suatu periode perkembangan transisi dari anak menuju dewasa dimana terjadi proses pematangan seksual dengan hasil tercapainya kemampuan reproduksi.

Lebih terperinci

HORMON REPRODUKSI JANTAN

HORMON REPRODUKSI JANTAN HORMON REPRODUKSI JANTAN TIU : 1 Memahami hormon reproduksi ternak jantan TIK : 1 Mengenal beberapa hormon yang terlibat langsung dalam proses reproduksi, mekanisme umpan baliknya dan efek kerjanya dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jumlah banyak akan menimbulkan stres oksidatif yang dapat merusak sel yang pada

BAB I PENDAHULUAN. jumlah banyak akan menimbulkan stres oksidatif yang dapat merusak sel yang pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu penyebab penuaan dini adalah merokok. Dimana asap rokok mengandung komponen yang menyebabkan radikal bebas. Radikal bebas dalam jumlah banyak akan menimbulkan

Lebih terperinci

Jenis hormon berdasarkan pembentuknya 1. Hormon steroid; struktur kimianya mirip dengan kolesterol. Contoh : kortisol, aldosteron, estrogen,

Jenis hormon berdasarkan pembentuknya 1. Hormon steroid; struktur kimianya mirip dengan kolesterol. Contoh : kortisol, aldosteron, estrogen, SISTEM ENDOKRIN Hormon adalah bahan kimia yang dihasilkan oleh sebuah sel atau sekelompok sel dan disekresikan ke dalam pembuluh darah serta dapat mempengaruhi pengaturan fisiologi sel-sel tubuh lain.

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Pengaruh Perlakuan Borax Terhadap Performa Fisik

PEMBAHASAN. Pengaruh Perlakuan Borax Terhadap Performa Fisik PEMBAHASAN Pengaruh Perlakuan Borax Terhadap Performa Fisik Bobot Badan Tikus Ekstrak rumput kebar yang diberikan pada tikus dapat meningkatkan bobot badan. Pertambahan bobot badan tikus normal yang diberi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Proses penuaan merupakan rangkaian proses yang terjadi secara alami

BAB I PENDAHULUAN. Proses penuaan merupakan rangkaian proses yang terjadi secara alami BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses penuaan merupakan rangkaian proses yang terjadi secara alami setelah manusia mencapai usia dewasa di mana seluruh komponen tubuh berhenti berkembang dan mulai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tradisional maupun pasar modern. Kacang kedelai hitam juga memiliki kandungan

BAB I PENDAHULUAN. tradisional maupun pasar modern. Kacang kedelai hitam juga memiliki kandungan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Makanan di era modern ini semakin beragam bahan yang digunakan, tidak terkecuali bahan yang digunakan adalah biji-bijian. Salah satu jenis biji yang sering digunakan

Lebih terperinci

PROFIL HORMON TESTOSTERON DAN ESTROGEN WALET LINCHI SELAMA PERIODE 12 BULAN

PROFIL HORMON TESTOSTERON DAN ESTROGEN WALET LINCHI SELAMA PERIODE 12 BULAN Pendahuluan 5. PROFIL HORMON TESTOSTERON DAN ESTROGEN WALET LINCHI SELAMA PERIODE 12 BULAN Hormon steroid merupakan derivat dari kolesterol, molekulnya kecil bersifat lipofilik (larut dalam lemak) dan

Lebih terperinci

Estrogen dan Progesteron. Dr. H. Taufiqurrahman Rahim, SpOG (K)

Estrogen dan Progesteron. Dr. H. Taufiqurrahman Rahim, SpOG (K) Estrogen dan Progesteron Dr. H. Taufiqurrahman Rahim, SpOG (K) Estrogen Estrogen adalah hormon streoid seks dengan 18 atom C dan dibentuk terutama dari 17- ketosteroid androstenedion. Jenis yang terpenting

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Domba Ovarium Oogenesis dan Folikulogenesis

TINJAUAN PUSTAKA Domba Ovarium Oogenesis dan Folikulogenesis 3 TINJAUAN PUSTAKA Domba Domba merupakan salah satu sumber protein yang semakin digemari oleh penduduk Indonesia. Fenomena ini semakin terlihat dengan bertambahnya warung-warung sate di pinggiran jalan,

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Status kesehatan masyarakat ditunjukkan oleh angka kesakitan, angka

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Status kesehatan masyarakat ditunjukkan oleh angka kesakitan, angka BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Status kesehatan masyarakat ditunjukkan oleh angka kesakitan, angka kematian, membaiknya status gizi, dan Usia Harapan Hidup. (1) Penyakit degeneratif adalah salah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian yang berjudul Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Jati Belanda

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian yang berjudul Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Jati Belanda BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian yang berjudul Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Jati Belanda (Guazuma ulmifolia Lamk.) Terhadap Berat Badan, Berat Testis, dan Jumlah Sperma Mencit

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rusa Timor (Rusa timorensis) merupakan spesies bendera (flag species)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rusa Timor (Rusa timorensis) merupakan spesies bendera (flag species) 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Rusa Timor (Rusa timorensis) Rusa Timor (Rusa timorensis) merupakan spesies bendera (flag species) bagi Provinsi Nusa Tenggara Barat, bahkan telah menjadi lambang bagi provinsi

Lebih terperinci

Sexual behaviour Parturient behaviour Nursing & maternal behaviour

Sexual behaviour Parturient behaviour Nursing & maternal behaviour Sexual behaviour Parturient behaviour Nursing & maternal behaviour Rangsangan seksual libido Berkembang saat pubertas dan setelah dewasa berlangsung terus selama hidup Tergantung pada hormon testosteron

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dan lekosit tikus putih (Rattus norvegicus) betina adalah sebagai berikut :

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dan lekosit tikus putih (Rattus norvegicus) betina adalah sebagai berikut : BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL Hasil penelitian tentang pengaruh pemberian ekstrak biji pepaya (Carica papaya, L.) terhadap jumlah kelenjar endometrium, jumlah eritrosit dan lekosit tikus putih (Rattus

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keluarga Berencana (KB) 2.1.1 Pengertian Keluarga Berencana Berdasarkan UU no 10 tahun 1992 tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga sejahtera, keluarga

Lebih terperinci

HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH 20 DENGAN USIA MENARCHE PADA SISWI SEKOLAH DASAR DI SELURUH KECAMATAN PATRANG KABUPATEN JEMBER

HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH 20 DENGAN USIA MENARCHE PADA SISWI SEKOLAH DASAR DI SELURUH KECAMATAN PATRANG KABUPATEN JEMBER HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH 20 DENGAN USIA MENARCHE PADA SISWI SEKOLAH DASAR DI SELURUH KECAMATAN PATRANG KABUPATEN JEMBER SKRIPSI Diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi salah satu syarat untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. Ovarium merupakan bagian organ reproduksi wanita, yang memproduksi hormon dan berisi folikel yang akan dirilis untuk tujuan reproduksi (Katz et al, 2007). Kerusakan

Lebih terperinci

HIPOTALAMUS DAN KELENJAR HIPOFISIS

HIPOTALAMUS DAN KELENJAR HIPOFISIS HIPOTALAMUS DAN KELENJAR HIPOFISIS Hipotalamus merupakan bagian kecil otak yang menerima input baik langsung maupun tidak dari semua bagian otak. Hipofisis adalah kelenjar endokrin kecil yang terletak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kadar hormon seseorang. Aging proses pada pria disebabkan oleh menurunnya sistem

BAB I PENDAHULUAN. kadar hormon seseorang. Aging proses pada pria disebabkan oleh menurunnya sistem BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Siklus kehidupan khususnya manusia pasti akan mengalami penuaan baik pada wanita maupun pria. Semakin bertambahnya usia, berbanding terbalik dengan kadar hormon seseorang.

Lebih terperinci

Beberapa Penyakit Organ Kewanitaan Dan Cara Mengatasinya

Beberapa Penyakit Organ Kewanitaan Dan Cara Mengatasinya Beberapa Penyakit Organ Kewanitaan Dan Cara Mengatasinya Organ seksual pada wanita, seperti rahim, vagina, dan payudara, masing-masing mempunyai fungsi tersendiri. Kadangkala fungsi organ-organ tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini telah diketahui banyak metode dan alat kontrasepsi meliputi suntik, pil, IUD, implan, kontap dan kondom. Metode KB suntik merupakan salah satu metode

Lebih terperinci

Fase Penuaan KESEHATAN REPRODUKSI LANJUT USIA. Fase Subklinis (25-35 tahun) Fase Transisi (35-45 tahun) Fase Klinis ( > 45 tahun)

Fase Penuaan KESEHATAN REPRODUKSI LANJUT USIA. Fase Subklinis (25-35 tahun) Fase Transisi (35-45 tahun) Fase Klinis ( > 45 tahun) KESEHATAN REPRODUKSI LANJUT USIA Windhu Purnomo FKM Unair, 2011 Fase Penuaan Fase Subklinis (25-35 tahun) Fase Transisi (35-45 tahun) Fase Klinis ( > 45 tahun) 1 2 Fase penuaan manusia 1. Fase subklinis

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Selatan. Sapi pesisir dapat beradaptasi dengan baik terhadap pakan berkualitas

I. PENDAHULUAN. Selatan. Sapi pesisir dapat beradaptasi dengan baik terhadap pakan berkualitas I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sapi pesisir merupakan salah satu bangsa sapi lokal yang banyak di pelihara petani-peternak di Sumatera Barat, terutama di Kabupaten Pesisir Selatan. Sapi pesisir dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) merupakan salah satu hasil bumi yang sangat dikenal di Indonesia. Kedelai yang dibudidayakan terdiri dari dua spesies, yaitu, kedelai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dipahami. Ketiga konsep ini saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya. Ketiga konsep pengertian tersebut adalah :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dipahami. Ketiga konsep ini saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya. Ketiga konsep pengertian tersebut adalah : BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Status Gizi 1. Pengertian Status Gizi Dalam pembahasan tentang status gizi, ada tiga konsep yang harus dipahami. Ketiga konsep ini saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pubertas 2.1.1. Definisi Pubertas Pubertas adalah masa dimana ciri-ciri seks sekunder mulai berkembang dan tercapainya kemampuan untuk bereproduksi. Antara usia 10 sampai

Lebih terperinci

KANDUNGAN SENYAWA ISOFLAVON DALAM TEMPE DAN MANFAATNYA BAGI KESEHATAN. Dr. Sri Handayani

KANDUNGAN SENYAWA ISOFLAVON DALAM TEMPE DAN MANFAATNYA BAGI KESEHATAN. Dr. Sri Handayani KANDUNGAN SENYAWA ISOFLAVON DALAM TEMPE DAN MANFAATNYA BAGI KESEHATAN Dr. Sri Handayani Tim PPM Jurusan Pendidikan Kimia FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2008

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Masa pubertas adalah masa peralihan dari kanak-kanak ke remaja

BAB II LANDASAN TEORI. Masa pubertas adalah masa peralihan dari kanak-kanak ke remaja BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Masa pubertas Masa pubertas adalah masa peralihan dari kanak-kanak ke remaja (Noerpramana, 2011). Pubertas merupakan tonggak penting perkembangan yang dapat

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. pemotongan hewan (TPH) adalah domba betina umur produktif, sedangkan untuk

PENDAHULUAN. pemotongan hewan (TPH) adalah domba betina umur produktif, sedangkan untuk 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Domba merupakan ternak yang dapat menyediakan kebutuhan protein hewani bagi masyarakat Indonesia selain dari sapi, kerbau dan unggas. Oleh karena itu populasi dan kualitasnya

Lebih terperinci

PEMBERIAN VASCULAR ENDOTHELIAL GROWTH FACTOR-A

PEMBERIAN VASCULAR ENDOTHELIAL GROWTH FACTOR-A TESIS PEMBERIAN VASCULAR ENDOTHELIAL GROWTH FACTOR-A (VEGF-A) TOPIKAL MEMPERBESAR DIAMETER FOLIKEL RAMBUT VIBRISSA TETAPI TIDAK MENINGKATKAN PANJANG RAMBUT VIBRISSA MENCIT JULI KARIJATI PROGRAM PASCASARJANA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur yang matang dengan sel

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur yang matang dengan sel BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keluarga Berencana 2.1.1 Keluarga Berencana Kontrasepsi berasal dari kata kontra yang berarti mencegah atau melawan, sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur yang

Lebih terperinci

PENGANTAR. Latar Belakang. Itik lokal di Indonesia merupakan plasma nutfah yang perlu dilestarikan dan

PENGANTAR. Latar Belakang. Itik lokal di Indonesia merupakan plasma nutfah yang perlu dilestarikan dan PENGANTAR Latar Belakang Itik lokal di Indonesia merupakan plasma nutfah yang perlu dilestarikan dan ditingkatkan produktivitasnya untuk meningkatkan pendapatan peternak. Produktivitas itik lokal sangat

Lebih terperinci

Gangguan Hormon Pada wanita

Gangguan Hormon Pada wanita Gangguan Hormon Pada wanita Kehidupan reproduksi dan tubuh wanita dipengaruhi hormon. Hormon ini memiliki fungsi yang berbeda-beda. Ada tiga hormon panting yang dimiliki wanita, yaitu estrogen, progesteron,

Lebih terperinci