RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN JOMBANG TAHUN BAB I PENDAHULUAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN JOMBANG TAHUN BAB I PENDAHULUAN"

Transkripsi

1 RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN JOMBANG TAHUN BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah mengamanatkan adanya dokumen perencanaan pembangunan daerah. Dokumen perencanaan pembangunan daerah sebagai pedoman dalam pengalokasian program dan anggaran sesuai dengan target sasaran dan kebijakan pembangunan daerah. Salah satu dokumen yang harus disusun oleh pemerintah kabupaten adalah Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) yang merupakan penjabaran dari visi, misi dan program kepala daerah. Berkaitan dengan hal tersebut, RPJMD Tahun merupakan penjabaran visi, misi dan program Bupati dan Wakil Bupati Jombang periode tahun yang telah dilantik pada 24 September Dokumen RPJMD Tahun merupakan rencana pembangunan jangka menengah periodesasi ketiga dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Jombang Tahun Visi, Misi, dan Program Bupati dan Wakil Bupati dalam penyusunannya diselaraskan dengan sasaran prioritas pembangunan nasional sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) , arah kebijakan pembangunan Provinsi Jawa Timur dalam RPJMD Provinsi Jawa Timur Tahun dan RPJPD Kabupaten Jombang Tahun merupakan salah satu upaya Pemerintah Kabupaten Jombang untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi arah pembangunan yang ingin dicapai daerah I - 1

2 dalam kurun waktu masa bakti kepala daerah. Dengan dilantiknya Drs. Ec. H. Nyono Suherli Wihandoko sebagai Bupati Jombang dan Hj. Mundjidah Wahab sebagai Wakil Bupati Jombang pada 24 September 2013, maka Pemerintah Kabupaten Jombang menyusun RPJMD Kabupaten Jombang Tahun yang nantinya akan menjadi pedoman penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) pada setiap tahun dan juga dijadikan pedoman bagi Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dalam penyusunan Rencana Strategis (Renstra) SKPD. Hal ini sejalan dengan Undang-undang Nomor 25 tahun 2004 Pasal 25 Ayat (1) dan Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 Pasal 69 Ayat (2). RPJMD sebagai suatu bentuk perencanaan strategis yang disusun melalui proses yang dilakukan dengan memperhatikan pendekatan dalam penyusunan perencanaan, penelaahan kondisi dan permasalahan daerah serta identifikasi potensi sumberdaya yang ada agar mampu menjawab tuntutan perkembangan lingkungan strategis dengan tetap berada dalam tatanan sistem manajemen pembangunan nasional. Dengan demikian, RPJMD Tahun merupakan dokumentasi rencana pemenuhan kebutuhan nyata serta untuk mengantisipasi berbagai persoalan aktual yang akan dihadapi oleh seluruh masyarakat Kabupaten Jombang. 1.2 DASAR HUKUM PENYUSUNAN Landasan hukum penyusunan RPJMD Tahun adalah sebagai berikut: 1. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Republik Indonesia Nomor 4286); 2. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 164, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 4421); 3. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437), sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 4. Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran I - 2

3 Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); 5. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700); 6. Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembar Negara Republik Indonesia Nomor 4725); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578); 8. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4815); 9. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah, (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4817); 10. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2010 Tentang Tata Cara Pelaksanaan Tugas Dan Wewenang Serta Kedudukan Keuangan Gubernur Sebagai Wakil Pemerintah Di Wilayah Provinsi; 11. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4833); 12. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah; 13. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang I - 3

4 Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah. 14. Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional dan Menteri Keuangan Nomor 28 Tahun 2010; Nomor: 0199/ MPPN/04/2010; Nomor: PMK 95/PMK07/2010 tentang Penyelarasan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) ; 15. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 1 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Propinsi Jawa Timur tahun ; 16. Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 38 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Jawa Timur Tahun ; 17. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 5 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Jawa Timur Tahun ; 18. Peraturan Daerah Kabupaten Jombang Nomor 7 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Jombang tahun ; 19. Peraturan Daerah Kabupaten Jombang Nomor 21 Tahun 2009 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Jombang Tahun ; 20. Peraturan Daerah Kabupaten Kediri Nomor 14 Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Kediri Tahun ; 21. Peraturan Daerah Kabupaten Kediri Nomor 10 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Kediri Tahun ; 22. Peraturan Daerah Kabupaten Lamongan Nomor 1 Tahun 2011 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Lamongan Tahun ; 23. Peraturan Daerah Kabupaten Nganjuk Nomor 2 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Nganjuk Tahun ; I - 4

5 24. Peraturan Daerah Kabupaten Mojokerto Nomor 8 Tahun 2011 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Mojokerto Tahun ; 25. Peraturan Daerah Kabupaten Lamongan Nomor 15 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Lamongan Tahun ; 26. Peraturan Daerah Kabupaten Mojokerto Nomor 9 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Mojokerto Tahun ; 27. Peraturan Daerah Kabupaten Nganjuk Nomor 9 Tahun 2013 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Nganjuk Tahun ; 1.3 HUBUNGAN ANTAR DOKUMEN Sebagai konsekuensi dari landasan hukum pada penyusunan RPJMD, maka dokumen RPJMD Tahun memiliki keterkaitan dengan dokumen-dokumen perencanaan pembangunan lainnya. Adapun penjelasan keterkaitan dimaksud adalah sebagai berikut: 1. Hirarki perencanaan pembangunan daerah sebagaimana diamanatkan dalam Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional menjadi dasar dalam penyusunan perencanaan pembangunan daerah. Oleh karena itu, RPJMD merupakan bagian yang terintegrasi dengan perencanaan pembangunan nasional yang bertujuan untuk mendukung koordinasi antar pelaku pembangunan. RPJMD harus sinkron dan sinergi antar daerah, antarwaktu, antarruang dan antarfungsi pemerintah, serta menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi pembangunan daerah; 2. Substansi RPJP Nasional Tahun , RPJM Nasional Tahun , RPJMD Provinsi Jawa Timur , dan RPJPD Kabupaten Jombang Tahun menjadi acuan dalam penyusunan. Secara lebih lanjut bahwa RPJMD membentuk keterkaitan secara hirarkis dengan penyusunan RKPD setiap tahunnya; 3. Penyusunan RPJMD juga memperhatikan RTRW Kabupaten Jombang Tahun , terutama dari sisi pola dan struktur tata ruang, I - 5

6 sebagai dasar untuk menetapkan lokasi program pembangunan yang berkaitan dengan pemanfaatan ruang di Kabupaten Jombang; 4. Selain berpedoman dan memperhatikan ketentuan dimaksud, penyusunan RPJMD juga memperhatikan: (1) Rencana Aksi Daerah (RAD) Millenium Development Goals (MDGs) Tahun ; 2) RAD Pangan dan Gizi (PG) Tahun ; (3) Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI); (4) Masterplan Percepatan dan Perluasan Pengurangan Kemiskinan (MP3KI); (5) Pelingkupan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS); (6) Standar Pelayanan Minimal (SPM); (9) RPJMD dan RTRW kabupaten sekitar; 5. RKPD yang merupakan penjabaran RPJMD akan menjadi pedoman dalam penyusunan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD) Pemerintah Kabupaten Jombang untuk program/ kegiatan yang akan didanai dari APBD. Sementara program/kegiatan yang direncanakan untuk dibiayai dana APBN akan diserasikan dengan Rencana Kerja Pemerintah (RKP) melalui proses musrenbang nasional. RKP akan menjadi pedoman dalam penyusunan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Nasional (RAPBN). 1.4 SISTEMATIKA PENULISAN RPJMD Tahun secara teknis disusun berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah dengan sistematika penulisan sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 2008 tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah. Sistematika penulisan RPJMD adalah sebagai berikut: BAB I. PENDAHULUAN Bab ini berisi tentang latar belakang penyusunan RPJMD, maksud dan tujuan penyusunan, landasan normatif penyusunan, hubungan dengan dokumen perencanaan lainnya dan sistematika penulisan. 1.1 Latar Belakang 1.2 Dasar Hukum 1.3 Hubungan RPJMD dengan Dokumen Perencanaan Lainnya 1.4 Sistematika Penulisan I - 6

7 1.5 Maksud dan Tujuan BAB II. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH Bab ini menguraikan statistik dan gambaran umum kondisi daerah saat ini, dengan maksud mengetahui keadaan daerah pada berbagai bidang dan aspek kehidupan sosial ekonomi daerah yang akan diintervensi melalui berbagai kebijakan dan program daerah dalam jangka waktu lima tahun. Bab ini diperjelas dan diperinci ke dalam sub bab-sub bab sebagai berikut: 2.1 Aspek Geografi dan Demografi; 2.2 Aspek Kesejahteraan Masyarakat; 2.3 Aspek Pelayanan Umum; 2.4 Aspek Daya Saing Daerah BAB III. GAMBARAN UMUM KEUANGAN DAERAH DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN Bab ini menjelaskan gambaran umum keuangan daerah dan pembiayaan pembangunan yang pada akhirnya akan diketahui kemampuan daerah dalam membiayai program-program pembangunan. Adapun struktur sub bab dalam bab ini adalah: 3.1 Kinerja Keuangan Masa Lalu; 3.2 Kebijakan Pengelolaan Keuangan Masa Lalu; 3.3 Kerangka Pendanaan. BAB IV. ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS Bab ini berisi uraian tentang permasalahan pembangunan yang akan dianalisa, sehingga menghasilkan isu-isu strategis dengan tujuan untuk memudahkan proses perumusan arah kebijakan, strategi dan skala prioritas. 4.1 Permasalahan Pembangunan; 4.2 Isu Strategis; BAB V. VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN Bab ini menguraikan rumusan visi dan misi Kabupaten Jombang Tahun , serta tujuan dan sasaran pembangunan dalam kurun waktu tahun Adapun struktur sub bab dalam bab ini adalah: 5.1 Visi; 5.2 Misi; I - 7

8 5.3 Tujuan dan Sasaran. BAB VI. STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Dalam bagian ini diuraikan strategi yang dipilih dalam mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya serta arah kebijakan yang menjadi pedoman untuk mengarahkan rumusan strategi yang dipilih agar lebih terarah dalam mencapai tujuan dan sasaran. BAB VII. KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH Dalam bagian ini diuraikan keterkaitan antara bidang urusan pemerintahan daerah dengan rumusan indikator kinerja sasarana yang menjadi acuan penyusunan program pembangunan jangka menengah daerah berdasarkan strategi dan arah kebijakan yang telah di tetapkan. BAB VIII. INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS YANG DISERTAI KEBUTUHAN PENDANAAN Bab ini menguraikan hubungan urusan pemerintah daerah dengan SKPD terkait beserta program yang menjadi tanggung jawab SKPD. Pada bagian ini, disajikan pula pencapaian target indikator kinerja dan pagu indikatif masing-masing program pembangunan daerah serta pagu indikatif untuk programprogram yang berhubungan dengan pemenuhan penyelenggaraan urusan pemerintahan daerah. Terdapat pula penjelasan target capaian pada akhir periode perencanaan yang dibandingkan dengan pencapaian indikator kinerja pada awal periode perencanaan. BAB IX. PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH Bab ini bertujuan untuk memberi gambaran tentang ukuran keberhasilan pencapaian visi dan misi kepala daerah dan wakil kepala daerah pada akhir periode masa jabatan. Hal ini ditunjukkan dari akumulasi pencapaian indikator outcome program pembangunan daerah setiap tahun atau indikator capaian yang bersifat mandiri setiap tahun, sehingga kondisi kinerja yang diinginkan pada akhir periode RPJMD dapat dicapai. BAB X. PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN Bab ini berisi pedoman transisi dan kaidah pelaksanaan RPJMD. I - 8

9 Bab ini bertujuan untuk tetap menjaga keberlangsungan dan kesinambungan proses pembangunan daerah yang sudah dilaksankan dengan masa yang akan datang. Adapun struktur sub bab dalam bab ini adalah: 10.1 Pedoman Transisi 10.2 Kaidah Pelaksanaan 1.5 MAKSUD DAN TUJUAN Maksud penyusunan dokumen RPJMD Tahun adalah sebagai berikut: 1. Memberikan arah pembangunan daerah jangka menengah, sebagai pedoman penyusunan Renstra SKPD dan rencana pembangunan tahunan (RKPD); 2. Menjadi tolok ukur kinerja Kepala Daerah dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah serta instrumen bagi DPRD dalam melaksanakan fungsi pengawasan; 3. Menjadi acuan dalam melaksanakan pembangunan bagi seluruh pemangku kepentingan Adapun tujuan penyusunan dokumen RPJMD Tahun adalah sebagai berikut: 1. Merupakan bagian dari RPJPD Tahun , yang berkedudukan sebagai dokumen perencanaan induk dengan wawasan waktu 20 tahunan; 2. Merupakan arah pembangunan yang ingin dicapai daerah dalam kurun waktu Bupati/Wakil Bupati Jombang 2014 periode ; 3. Menyediakan standar untuk mengukur dan melakukan evaluasi kinerja tahunan setiap SKPD; 4. Memudahkan seluruh jajaran aparatur pememerintah daerah dan DPRD dalam mencapai tujuan dengan cara menyusun program dan kegiatan secara terpadu, terarah dan terukur; 5. Memudahkan seluruh jajaran aparatur pemerintah daerah dan DPRD untuk memahami dan menilai arah kebijakan dan program serta kegiatan operasional tahunan dalam rentang waktu lima tahunan. I - 9

10 BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 2.1 ASPEK GEOGRAFI DAN DEMOGRAFI A. Karakteristik Lokasi Wilayah 1) Luas dan Batas Wilayah Administrasi Luas wilayah Kabupaten Jombang adalah 1.159,50 km², atau menempati sekitar 2,5% luas wilayah Provinsi Jawa Timur. Secara administratif, Kabupaten Jombang terdiri dari 21 kecamatan, yang meliputi 302 desa dan 4 kelurahan, serta dusun/lingkungan. Dalam skenario pengembangan sistem perwilayahan Jawa Timur, Kabupaten Jombang termasuk Wilayah Pengembangan Germakertosusila Plus, yang secara struktur maupun pola ruang lebih banyak diarahkan untuk mendukung percepatan pembangunan kawasan metropolitan sebagai pusat pertumbuhan utama di Jawa Timur. Disamping itu, untuk pengembangan sistem perdesaan diarahkan pada penguatan hubungan desa-kota melalui pemantapan sistem agropolitan. Peta wilayah administrasi Kabupaten Jombang tersaji dalam gambar berikut: Gambar 2.1. Peta Wilayah Administrasi Kabupaten Jombang Sumber: Bappeda, Tahun 2012 II - 1

11 Batas wilayah administrasi Kabupaten Jombang adalah: a. Sebelah Utara : Kabupaten Lamongan dan Kabupaten Bojonegoro b. Sebelah Timur : Kabupaten Mojokerto c. Sebelah Selatan : Kabupaten Kediri dan Kabupaten Malang d. Sebelah Barat : Kabupaten Nganjuk Luasan wilayah kecamatan dan jumlah desa/dusun pada masingmasing kecamatan tersaji dalam tabel berikut: Tabel 2.1. Letak Geografis, Luas Wilayah, dan Batas Administrasi No. Kecamatan Luas (Km²) Jumlah Desa/ Kelurahan Jumlah Dusun 1 Bandarkedungmulyo 32, Perak 29, Gudo 34, Diwek 47, Ngoro 49, Mojowarno 78, Bareng 94, Wonosalam 121, Mojoagung 60, Sumobito 47, Jogoroto 28, Peterongan 29, Jombang 36, Megaluh 28, Tembelang 32, Kesamben 51, Kudu 77, Ngusikan 34, Ploso 25, Kabuh 97, Plandaan 120, Jumlah 1.159, Sumber data: Bappeda, Tahun 2013 Berdasarkan data tersebut Kecamatan Wonosalam merupakan kecamatan yang memiliki wilayah terluas dengan luas 121,63 Km² dan memiliki 9 desa dan 48 dusun. Sedangkan Kecamatan Ploso merupakan kecamatan dengan wilayah yang terkecil dengan luas 25,96 Km² dan memiliki 13 Desa dan 50 Dusun. II - 2

12 B. Letak dan Kondisi Geografis 1) Posisi Geografis Secara geografis, Kabupaten Jombang memiliki letak yang sangat strategis, karena berada pada perlintasan jalur arteri primer Surabaya- Madiun-Yogyakarta dan jalan provinsi Malang-Jombang-Babat, serta dilintasi ruas jalan tol Surabaya-Mojokerto-Kertosono yang kini sedang dalam tahap pembangunan. Ibukota Kabupaten Jombang berjarak 79 km dari Surabaya, Ibukota Provinsi Jawa Timur. Kabupaten Jombang terletak antara , ,26 Lintang Selatan serta antara , ,26 Bujur Timur. 2) Kondisi Kawasan Kabupaten Jombang Berdasarkan ciri-ciri fisik tanahnya, Kabupaten Jombang dapat dibagi menjadi 3 kawasan utama yaitu: a) Kawasan Utara, berada di sebelah utara Sungai Brantas, merupakan bagian dari pegunungan kapur yang mempunyai fisiologi mendatar dan berbukit-bukit, meliputi Kecamatan Plandaan, Kabuh, Ploso, Kudu, dan Ngusikan. b) Kawasan Tengah, berada di sebelah selatan Sungai Brantas, sebagian besar merupakan tanah pertanian yang cocok untuk tanaman padi dan palawija karena memiliki sistem irigasi yang cukup bagus, meliputi Kecamatan Bandarkedungmulyo, Perak, Gudo, Diwek, Mojoagung, Sumobito, Jogoroto, Peterongan, Jombang, Megaluh, Tembelang, dan Kesamben. c) Kawasan Selatan, berada di sebelah tenggara Kabupaten Jombang, merupakan tanah pegunungan yang cocok untuk tanaman perkebunan, meliputi Kecamatan Ngoro, Bareng, Mojowarno, dan Wonosalam. 3) Topografi Berdasarkan pola relief topografi, Kabupaten Jombang dapat dibagi menjadi tiga satuan morfologi, yaitu: a) Bagian Selatan, merupakan morfologi perbukitan vulkanik, yang meliputi sebagian Kecamatan Mojoagung, sebagian Kecamatan Bareng, serta Kecamatan Wonosalam, dengan puncaknya antara lain G. Gede-1 (1.629 m), G. Gentonggowok (1.942 m), G. Gede-2 (1.868 m), G. Watujuwadah (1.629 m), dan G. Tambakmerang (1.360 m); II - 3

13 b) Bagian Tengah, merupakan morfologi dataran aluvial. Satuan ini menempati sebagaian besar wilayah Kabupaten Jombang, yang dicirikan oleh topografi datar dengan elevasi meter dpal dan kemiringan lereng 0-2%, dimana terdapat aliran sungai besar yang permanen (perenial) seperti Sungai Brantas beserta anak-anak sungainya. Kawasan ini telah berkembang sebagai pemukiman dan perkotaan yang pesat, terbentuk tanah-tanah yang tebal dan subur, serta terdapat lahan pertanian beririgasi teknis. Pada satuan ini elevasi berkisar antara 21 hingga 100 meter dpal; c) Bagian Utara, merupakan perbukitan struktural lipatan, meliputi sebagian Kecamatan Kabuh, Kecamatan Ngusikan, Kecamatan Kudu, dan Kecamatan Plandaan. Satuan morfologi ini dicirikan oleh adanya pola kontur yang kasar, dengan kemiringan lereng 16-40%. Pola kontur tidak teratur, karena pengaruh proses erosi dan banyaknya puncak-puncak bukit rendah, seperti G. Selolanang (261 m), G. Guwo (231 m), G. Wadon (220 m), G. Resek (164 m), dan G. Pucangan (168 m). Sebagian besar wilayah Kabupaten Jombang terdiri dari dataran rendah, yakni 95% wilayahnya memiliki ketinggian kurang dari 500 meter, sementara 4,38% memiliki ketinggian meter, dan 0,62% memiliki ketinggian >700 meter. Sedangkan secara morfometri, Kabupaten Jombang dapat dibagi menjadi 4 (empat) kelas kemiringan lereng, yaitu: a) Kelas kemiringan 0 2%, meliputi seluruh kecamatan di Kabupaten Jombang, kecuali Kecamatan Wonosalam, Kudu dan Ngusikan; b) Kelas kemiringan 2 5%, meliputi sebagian wilayah Kecamatan Mojowarno, Bareng, Wonosalam, Mojoagung, Jombang, Kudu, Ngusikan, Kabuh dan Plandaan; c) Kelas kemiringan 15 40%, meliputi sebagian wilayah Kecamatan Bareng, Wonosalam, Mojoagung, Kudu, Ngusikan, Kabuh dan Plandaan; d) Kelas kemiringan >40%, meliputi sebagian wilayah Kecamatan Bareng, Wonosalam, Mojoagung, Ngusikan dan Plandaan. Penyebaran kemiringan lahan di Kabupaten Jombang tersaji dalam gambar berikut: II - 4

14 Gambar 2.2. Peta Penyebaran Ketinggian di Kabupaten Jombang Sumber: Bappeda, Tahun ) Geologi a) Struktur dan Karakteristik Geologi wilayah Kabupaten Jombang secara umum tersusun atas batuan dan endapan berumur kuarter. Struktur geologi yang kompleks terdapat di kawasan utara Sungai Brantas, sedangkan kawasan selatan Sungai Brantas lebih didominasi oleh hasil aktivitas vulkanisme. Stratigrafi daerah Kabupaten Jombang bagian utara merupakan bagian dari stratigrafi Mandala Kendeng yang umumnya terdiri dari endapan turbidit klastik, karbonat dan vulkaniklastik yang merupakan endapan laut dalam, kemudian endapan laut menjadi semakin dangkal, sehingga terbentuk endapan non laut. Urutan stratigrafi Kabupaten Jombang dari yang tertua sampai termuda adalah (1) Formasi Kalibeng Bawah; (2) Formasi Kalibeng Atas; (3) Formasi Pucangan; (4)Formasi Kabuh; (5) Formasi Notopuro; (6) Endapan Vulkanik Tua; (7) Endapan Vulkanik Muda; serta (8) Aluvium. II - 5

15 Satuan Aluvium mendominasi sebagian besar wilayah Kabupaten Jombang, yang meliputi Kecamatan Jombang, Megaluh, Kesamben, Diwek, Peterongan, Tembelang, Sumobito, Gudo, Jogoroto, Perak dan Bandarkedungmulyo. Litologi satuan ini berupa endapan aluvial dan endapan sungai berupa material lepas dominan berukuran lempung sampai kerikil. Penyebaran geologi di Kabupaten Jombang tersaji dalam gambar berikut: Gambar 2.3. Peta Penyebaran Geologi di Kabupaten Jombang Sumber: Bappeda, Tahun 2012 b) Potensi Jenis struktur geologi yang paling luas adalah ,8 Ha, yaitu alluvium. Tanah tersebut bercirikan warnanya kelabu dan bersifat subur. Tanah aluvium cocok bagi tanaman padi, palawija, tembakau, tebu, kelapa dan buah-buahan. Dengan demikian, sebagian besar wilayah kabupaten jombang sangat berpotensi untuk lahan pertanian dan perkebunan. Sedangkan jenis tanah di Kabupaten Jombang didominasi oleh asosiasi mediteran coklat dan grumosol kelabu, kompleks andosol coklat, andosol coklat kekuningan dan litosol, grumosol kelabu tua, II - 6

16 alluvial kelabu, dan asosiasi litosol dan mediteran merah. Adapun sebaran jenis tanah yang mendominasi di wilayah Kabupaten Jombang adalah sebagai berikut: 1. Asosiasi mediteran coklat dan grumosol kelabu tersebar di wilayah Kecamatan Bandar Kedungmulyo, Perak, Gudo, Diwek, Mojowarno, Bareng, Mojoagung, Sumobito, Jogoroto, Peterongan, Jombang dan Ngoro; 2. Kompleks andosol coklat, andosol coklat kekuningan, dan litosol tersebar di wilayah kecamatan Bandar Kedungmulyo, Perak, Gudo, Diwek, Sumobito, Peterongan, Jombang, Megaluh, Tembelang, Kesamben, Kudu, Ngusikan, Ploso, Kabuh dan Plandaan; 3. Tanah grumosol kelabu tua di wilayah Kecamatan Ploso, Plandaan, Kabuh, Kudu dan Ngusikan; 4. Alluvial kelabu terletak di Mojowarno, Bareng dan Mojoagung; 5. Asosiasi latosol dan mediteran merah tersebar di Kecamatan Bandar Kedungmulyo, Perak, Jombang, Megaluh, Kudu, Ngusikan dan Plandaan. 5) Hidrologi Hidrogeologi wilayah Kabupaten Jombang sangat dipengaruhi oleh sebaran litologi, topografi dan struktur geologi. Pembagian wilayah hidrogeologi secara umum tercermin dari kondisi satuan-satuan morfologinya. Kondisi topografi yang khas, dimana daerah Jombang secara umum merupakan lembah antar bukit (intermountain basin) yang dapat digunakan sebagai dasar perkiraan, bahwa aliran air bawah tanah akan mengalir dari perbukitan vulkan ke arah utara dan dari perbukitan struktural ke arah selatan. Berdasarkan kondisi geologi dan hidrogeologinya, Kabupaten Jombang termasuk dalam wilayah Sub Cekungan Air Bawah Tanah Mojokerto. Sub Cekungan Air Bawah Tanah Mojokerto merupakan bagian dari Cekungan Air Bawah Tanah Brantas yang sebarannya berada di wilayah Sungai Brantas dengan luas sekitar Km². Hampir seluruh wilayah Kabupaten Jombang termasuk dalam DAS Brantas (99,2%), dan hanya sebagian kecil saja yang masuk DAS Bengawan Solo (0,8%). Sungai-sungai utama yang melintasi wilayah Kabupaten Jombang antara lain, Sungai Brantas, Sungai Konto, Sungai Jarak, Sungai Pakel, dan Sungai Gunting. Luasan wilayah DAS dan Sub DAS di Kabupaten Jombang tersaji dalam tabel berikut: II - 7

17 Tabel 2.2. Luas DAS dan Sub DAS di Kabupaten Jombang Luas DAS Sub DAS Ha % Brantas Beng ,8 Konto ,4 Marmoyo ,0 Ngotok-Ringkanal ,4 Gunting ,6 Bengawan Solo Solo Hilir 21 0,0 Lamongan 882 0,8 Jumlah ,0 Sumber: BPDAS Brantas Tahun 2013 Kabupaten Jombang memiliki potensi sumber daya air untuk keperluan irigasi, yaitu sungai sepanjang 394,30 Km, saluran induk sepanjang 62,90 Km, saluran sekunder sepanjang 434,44 Km, saluran suplesi sepanjang 4,33 Km, serta saluran pembuang sepanjang 187,08 Km. Di samping itu, untuk memenuhi ketersediaan air, terdapat 20 embung dan 84 bendung. 6) Klimatologi Keadaan iklim pada suatu wilayah sangat dipengaruhi oleh faktor hujan. Wilayah Kabupaten Jombang dipengaruhi oleh iklim tropis dengan angka curah hujan rata-rata berkisar mm/tahun dan temperatur antara 20 C - 32 C. Menurut klasifikasi Schmidt-Ferguson, Kabupaten Jombang termasuk memiliki tipe iklim B (basah). Curah hujan rata-rata per tahun adalah mm. Berdasarkan peluang curah hujan tahunan, wilayah Kabupaten Jombang tergolong beriklim sedang sampai basah. Di bagian tenggara dan timur, curah hujan sedikit lebih besar. Wilayah Kabupaten Jombang merupakan daerah hilir dari Daerah Aliran Sungai (DAS) Brantas, serta dilalui juga oleh dua aliran sungai besar yang merupakan sub DAS Brantas, yaitu Sungai Konto dan Sungai Gunting. 7) Penggunaan Lahan Penggunaan lahan di Kabupaten Jombang meliputi kawasan lindung dan kawasan budidaya. Kawasan lindung adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumberdaya alam dan sumberdaya buatan. II - 8

18 Berdasarkan pola ruang dalam RTRW Kabupaten Jombang, kawasan lindung di Kabupaten Jombang meliputi kawasan hutan lindung (2.864,70 Ha), sempadan sungai (6.514,42 Ha), kawasan sekitar waduk (32,26 Ha), kawasan sekitar mata air (34,60 Ha), serta hutan kota (1.307,97 Ha). Adapun kawasan budidaya yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumberdaya alam, sumberdaya manusia, dan sumberdaya buatan. Kawasan budidaya ini meliputi kawasan pertanian lahan basah (33.149,58 Ha), kawasan pertanian lahan kering (4.770,17 Ha), kawasan perkebunan (5.431,62 Ha), kawasan hutan produksi (20.580,80 Ha), kawasan permukiman (27.445,0 Ha), serta kawasan peruntukan industri (1.235,77 Ha). C. Potensi Pengembangan Wilayah Potensi pengembangan wilayah Kabupaten Jombang diarahkan pada penguatan 5 (lima) sektor unggulan, yaitu: pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan dan peternakan, serta pengembangan kawasan strategis cepat tumbuh yang meliputi: Mojowarno, Mojoagung, Bandarkedungmulyo, Perak, Tembelang, dan Ploso. 1) Pertanian Pada kawasan budidaya pertanian, penggunaan lahan di Kabupaten Jombang secara umum terdiri atas 2 bagian besar, yaitu lahan sawah dan lahan tegalan. Berdasarkan data pengolahan data yang bersumber dari dokumen RTRW Kabupaten Jombang Tahun , bahwa penggunaan lahan terbesar adalah untuk kegiatan budidaya pertanian dengan kisaran mencapai 43,21% dari luas wilayah Kabupaten Jombang. Berdasarkan data luas lahan sawah yang ada dan jenis pengairannya, maka dapat dikelompokkan bahwa 92,04% sawah berpengairan teknis, 2,70% sawah berpengairan ½ teknis, 4,08% sawah berpengairan tadah hujan, 1,19% sawah berpengairan non teknis. Jumlah perwilayahan komoditas unggulan pada tahun 2013 telah mencapai pada 9 lokasi kecamatan sesuai dengan jenis komoditas unggulan masing-masing. Jumlah kemitraan agrobisnis yang telah terbentuk sampai dengan tahun 2013 mencapai 188 unit. Untuk menjamin keberlangsungan produksi pertanian serta melaksanakan amanat Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang II - 9

19 Lahan Pertanian Abadi, Pemerintah Kabupaten Jombang sebagaimana tercantum dalam RTRW Kabupaten Jombang Tahun membentuk kawasan strategis yang diwujudkan dalam Kawasan Agropolitan Kabupaten Jombang. Kawasan tersebut selain sebagai sentra produksi pertanian juga diarahkan untuk mengamankan produksi pertanian, khususnya tanaman pangan. Tahapan identifikasi Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B) sudah dilaksanakan dan direncanakan alokasi lahan seluas ,58 Ha sebagai lahan pertanian abadi, dengan luasan minimal yang harus dipertahankan seluas ,36 Ha. 2) Perkebunan Kawasan perkebunan yang ada di Kabupaten Jombang dikembangkan berdasarkan potensi yang ada di wilayah masingmasing berdasarkan prospek ekonomi yang dimiliki. Pengembangan kawasan perkebunan diarahkan untuk meningkatkan peran serta, efisiensi, produktivitas dan keberlanjutan, dengan mengembangkan kawasan industri masyarakat perkebunan yang selanjutnya disebut Kimbun. Berdasarkan komoditasnya, pengembangan perkebunan dibagi dalam dua kelompok, yakni perkebunan tanaman tahunan seperti cengkeh, kopi, coklat, karet, dan perkebunan tanaman semusim, antara lain berupa tebu, panili, dan tembakau. Pengembangan perkebunan rakyat di Kabupaten Jombang masih di dominasi oleh komoditas tebu yang pada tahun 2013 ini produksinya sebesar ,80 ton. Selain komoditas tebu, masih terdapat beberapa potensi perkebunan yang berada di Kabupaten Jombang, antara lain tembakau yang produksinya di tahun 2013 ini sebesar ,47 ton, kakao dimana bentuk produksinya dalam bentuk biji kering dan mampu berproduksi hingga 141,3 ton. 3) Kehutanan Menurut fungsinya, hutan dibagi menjadi hutan produksi, hutan lindung dan hutan konservasi. Hutan produksi yang ada di wilayah Kabupaten Jombang dikelola oleh Perum Perhutani KPH Jombang dan KPH Mojokerto. Hutan konservasi yang ada berbentuk hutan wisata dan taman hutan raya. Sedangkan hutan lindung lebih diarahkan untuk fungsi perlindungan sistem penyangga kehidupan dalam upaya mengatur tata air, mencegah banjir, mengendalikan erosi, dan memelihara kesuburan tanah. Selain ketiga fungsi hutan tersebut, juga II - 10

20 terdapat hutan rakyat yang pengelolaan dan pemeliharaannya berada di lahan milik masyarakat. Berdasarkan data dari Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Jombang tahun 2012, bahwa kawasan hutan produksi di wilayah administrasi Kabupaten Jombang seluas ,9 Ha, yang terbagi atas KPH Jombang seluas ,7 Ha dan KPH Mojokerto seluas 3.854,2 Ha, Hutan lindung seluas 873,1 Ha. Sedangkan kawasan konservasi yang berbentuk hutan wisata seluas 11,4 Ha dan Taman Nasional (Tahura) seluas 2.864,70 Ha. Perkembangan produksi hasil hutan, khususnya yang berasal dari hutan rakyat pada tahun 2013 mencapai m³. Produksi hasil hutan rakyat yang berbentuk kayu mengalami perkembangan yang fluktuatif. Dalam upaya konservasi hutan dan lahan, kegiatan pembangunan bidang kehutanan dilaksanakan melalui kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan yang berupa kegiatan penanaman vegetatif serta pembangunan sipil teknis. Pada tahun 2012, realisasi kegiatan vegetatif sudah terlaksana dengan capaian seluas 2.465,82 Ha dan kegiatan sipil teknis yang dilaksanakan berupa pembangunan dam penahan, dam pengendali, biopori, gully plug dan penyelamat tebing. 4) Peternakan dan Perikanan Penyebaran pengembangan kawasan peternakan yang ada di Kabupaten Jombang, yaitu: 1) Pengembangan ternak besar jenis sapi potong di Kecamatan Kudu, Kabuh, Bareng dan Plandaan. Sedangkan jenis sapi perah di Kecamatan Wonosalam, Ngoro, Diwek dan Mojoagung; 2) Ternak kecil (kambing dan domba) diarahkan di sisi utara Kabupaten Jombang, yang meliputi Kecamatan Kesamben, Tembelang, Kudu, Plandaan, dan Ngusikan. Sedangkan di wilayah Selatan dikembangkan di Kecamatan Wonosalam; 3) Unggas (ayam petelur, ayam potong, itik) diarahkan tidak terlalu berdekatan dengan permukiman, yakni di Kecamatan Plandaan, Kudu, Ngusikan dan Kabuh. Untuk pengembangan perikanan, yang dikembangkan di wilayah Kabupaten Jombang adalah perikanan budidaya. Pengembangan kawasan perikanan budidaya di Kabupaten Jombang dialokasikan pada kawasan sekitar sungai-sungai besar. Sementara ini II - 11

21 perkembangan perikanan budidaya, khususnya kolam, sebagian besar berada di Kecamatan Diwek dan Kecamatan Ngoro. Dalam upaya pengembangan perikanan budidaya, pembentukan kawasan perikanan diarahkan di wilayah Kecamatan Perak dan Bandarkedungmulyo. 5) Kawasan Strategis Cepat Tumbuh Kawasan strategis cepat tumbuh merupakan daerah yang mempunyai pertumbuhan melebihi dari daerah-daerah yang lain, baik dari segi sosial maupun ekonomi. Kawasan strategis menjadi fokus pengembangan wilayah dalam RTRW Kabupaten Jombang Tahun Berdasarkan RTRW Tahun , beberapa kecamatan yang masuk dalam pengembangan kawasan strategis cepat tumbuh, diantaranya Kecamatan Mojoagung, Kecamatan Ploso, Kecamatan Bandarkedungmulyo dan Kecamatan Mojowaro. Daerahdaerah tersebut dalam rencana pengembangannya secara fungsi pemanfaatan maupun penggunaan lahannya diarahkan untuk memberikan pelayanan kepada wilayah yang ada disekitarnya dengan segala aspek potensi yang telah dimiiki. Rencana pengembangan kawasan strategis cepat tumbuh di dalam RTRW, yaitu: 1. Kawasan Ekonomi Khusus Mojowarno a) Merupakan wilayah pengembangan kegiatan agrobisnis kabupaten. Agrobisnis tersebut mencakup sektor pertanian, perkebunan, peternakan dan agrowisata. b) Didukung dengan pengembangan fasilitas pergudangan, perbankan, pusat penelitian dan pelatihan pengembangan SDA khususnya disektor agrobisnis, dan pasar agribisnis Kabupaten Jombang. 2. Kawasan Ekonomi Terpadu Mojoagung Merupakan kawasan untuk kegiatan ekonomi perdagangan, berupa pasar induk yang terpadu dengan keberadaanterminal penumpang, terminal cargo dan rest area. 3. Kawasan Strategis dan Cepat Tumbuh Bandarkedungmulyo dan Perak Keberadaan kawasan ini sebagai respon keberadaan ruas Jalan Tol Surabaya-Bandarkedungmulyo, dimana interchange (simpang susun) pintu tol terletak di Kecamatan Bandarkedungmulyo dan Tembelang. Pengembangan kawasan ini diarahkan untuk pengembangan industri manufaktur yang non polutif. II - 12

22 Pengembangan kegiatan industri menengah dan manufaktur akan didukung dengan kegiatan perdagangan, hotel dan restoran yang dikembangkan di Perkotaan Perak dan Bandarkedungmulyo. 4. Kawasan Strategis dan Cepat Tumbuh Tembelang Keberadaan exit tol yang berada di wilayah Kecamatan Tembelang akan memberikan dukungan terhadap pengembangan wilayah Kecamatan Tembelang dan tarikan pada beberapa wilayah kecamatan disekitarnya. Kawasan strategis cepat tumbuh Tembelang merupakan Kawasan Strategis Kabupaten (KSK). Pengembangan Kecamatan Tembelang pada masa mendatang dapat berfungsi sebagai pintu masuk Kabupaten Jombang yang merupakan pusat koleksi dan distribusi barang. Dengan pengembangan Perkotaan Tembelang sebagai kawasan strategis cepat tumbuh, maka Perkotaan Tembelang dapat dikembangkan sebagai salah satu pusat pengembangan wilayah perkotaan Jombang yang fungsi utamanya adalah pusat kegiatan perumahan, perdagangan dan pemerintahan. 5. Kawasan Strategis dan Cepat Tumbuh Ploso Peran dan fungsi utama perkotaan Ploso merupakan kawasan pertumbuhan baru di bagian utara Kabupaten Jombang. Oleh karena itu Kecamatan Ploso direncanakan sebagai Kawasan Strategis Kabupaten (KSK). Perkotaan Ploso merupakan wilayah pengembangan kegiatan industri skala besar di Kabupaten Jombang dan pusat distribusi hasil perkebunan dan kehutanan. Lokasi Perkotaan Ploso yang terdapat pada lahan yang kurang subur dan berdekatan dengan pusat kegiatan industri di Lamongan dan Tuban. Arahan pengembangan kawasan strategis cepat tumbuh Ploso adalah kawasan industri yang dilengkapi dengan pergudangan, permukiman industri, green belt dan ruang publik, pusat pengolahan limbah industri, frontage road untuk kawasan industri dan kegiatan perdagangan. Untuk memperlancar akses pada jalan kolektor primer direncanakan akan dibangun jembatan baru Ploso yang dapat membantu aksesibilitas distribusi barang dan jasa. II - 13

23 D. Wilayah Rawan Bencana 1) Banjir Kawasan rawan bencana banjir berikut adalah wilayah yang secara historis merupakan wilayah banjir atau genangan yang ada di Kabupaten Jombang: 1. Kecamatan Plandaan, meliputi Desa Plandaan, Tondowulan, Sumberjo, Jipurapah, Pojoklitih, Bangsri, Gebangbunder dan Kampungbaru; 2. Kecamatan Ngusikan, meliputi Desa Kedungbogo, Ketapangkuning, dan Keboan yang berasal dari luapan sungai Marmoyo; 3. Kecamatan Kudu, meliputi Desa Katemas, Sidokaton, Bakalanrayung, Made, Kepuhrejo, Sumberteguh dan Kudubanjar yang berasal dari luapan sungai. Marmoyo dan menimbulkan tanah longsor; 4. Kecamatan Ploso, meliputi Desa Ploso, Rejoagung, Jatigedong, Gedongombo, Losari, Pagertanjung, Bawangan, dan Tanggungkramat akibat luapan sungai Marmoyo dan sungai Brantas; 5. Kecamatan Kesamben, meliputi desa Pojokrejo, Jombok, Carangrejo, Watudakon, Kedungmlati, Podoroto, Jombatan, Kedungbetik, dan Pojokkulon; 6. Kecamatan Tembelang, meliputi Desa Kalikejambon, Kedunglosari, Kedungotok, Mojokrapak, Pesantren, Tembelang, Sentul dan Gabusbanaran serta pernah terjadi angin puyuh/puting beliung; 7. Kecamatan Megaluh, meliputi Desa Balongsari, Sumbersari, Ngogri dan Sidomulyo; 8. Kecamatan Peterongan, meliputi Desa Ngrandulor, Bongkot, Tengaran, Sumberagung, Dukuhklopo, Kebontemu, Morosunggingan, Tugusumberjo, dan Peterongan; 9. Kecamatan Jombang, meliputi Desa Jombang, Sumberjo, Banjardowo, Plosogeneng, Pulolor dan Dapurkejambon; 10. Kecamatan Bandarkedungmulyo, meliputi Desa Karangdagangan, Tinggar, Banjarsari, Gondangmanis, dan Barongsawahan; 11. Kecamatan Sumobito, meliputi Desa Brudu, Badas, Nglele, Sebani, Segodorejo, Kedungpapar, Sumobito, Budug, Kendalsari, Talunkidul dan Madiopuro; II - 14

24 12. Kecamatan Mojoagung, meliputi Desa Kademangan, Mancilan, Miagan, Betek, Karobelah, Mojotrisno, Janti, Gambiran Dan Kedunglumpang, 13. Kecamatan Gudo, meliputi Desa Gudo, Pucangro, Bugasur Kedaleman, Plumbon Gambang, Godong dan Krembangan; 14. Kecamatan Jogoroto, meliputi Desa Jogoroto, Ngumpul, Jarakkulon, Sawiji dan Mayangan; 15. Kecamatan Mojowarno, meliputi Desa Karanglo, Gondek, Mojojejer, Selorejo, Catakgayam dan Grobogan. 16. Kecamatan Diwek di Desa Keras. 2) Tanah Longsor Kawasan rawan bencana yang berupa gerakan tanah/tanah longsor/erosi berada di wilayah Kecamatan Bareng, Wonosalam, Mojoagung, Ngusikan dan Kecamatan Plandaan. Beberapa bagian wilayah di kecamatan tersebut mempunyai kelerengan diatas 40% dengan luas sekitar 7.753,6 Ha. 3) Puting Beliung Wilayah di Kabupaten Jombang yang secara historis merupakan wilayah yang pernah terkena bahaya angin puting beliung adalah: 1. Kecamatan Bandarkedungmulyo, meliputi Desa Mojokambang (Dusun Mojotengah, Kemendung, Krembung, Wonorejo) 2. Kecamatan Perak, meliputi Desa Plosogenuk (Dusun Sukorejo), Desa Kalangsemanding dan Desa Glagahan. 3. Kecamatan Ngoro, meliputi Desa Genukwatu (Dusun Genukwatu dan Godong), Desa Sugihwaras (Dusun Cermenan ), Desa Gajah (Dusun Gandan), Desa Ngoro (Dusun Pandean dan Ngoro Kidul), Desa Kauman (Dusun Kauman dan Genggeng), Desa Rejoagung (Dusun Genggeng. 4. Kecamatan Tembelang, meliputi Desa Gabusbanaran, Desa Sentul dan Desa Pesantren. 4) Gempa Bumi Kawasan rawan bencana berupa gempa tektonik terjadi akibat adanya patahan Ploso yang walaupun sudah lama tidak aktif, namun perlu diwaspadai berada di wilayah Kecamatan Plandaan, Kabuh, Ngusikan, sebagian Kecamatan Megaluh dan Bandarkedungmulyo. II - 15

25 E. Demografi Kondisi demografi Kabupaten Jombang berdasarkan perkembangan jumlah penduduk yang tercatat sepanjang tahun menunjukkan adanya peningkatan sebanyak jiwa. Kenaikan penduduk tertinggi terjadi pada periode tahun yang sebanyak jiwa atau mengalami pertumbuhan sebesar 7,62% dibandingkan tahun sebelumnya. Pertumbuhan penduduk Kabupaten Jombang rata-rata berada pada kisaran 4-5%. Perkembangan jumlah penduduk secara detail disajikan dalam tabel berikut: No Tabel 2.3. Perkembangan Jumlah Penduduk di Kabupaten Jombang Tahun Jumlah Laki-laki Jumlah Perempuan Jumlah Penduduk Sumber: Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil, Tahun 2013 *. Tribulan I Aspek Kesejahteraan Masyarakat A. Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi 1) Pertumbuhan PDRB Pertumbuhan PDRB Kabupaten Jombang pada kurun waktu selalu dalam trend yang positif dan terus naik, baik berdasarkan Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) maupun Atas Dasar Harga Konstan (ADHK). Pertumbuhan PDRB ADHK pada tahun 2009 sebesar 5,962,262, meningkat menjadi 6,327,278,130,000 pada tahun 2010, pada tahun 2011 meningkat menjadi 6,759,495,410,000, pada tahun 2012 meningkat menjadi 7,226,418,360,000, dan pada tahun 2013 meningkat menjadi 7,746,278,090,000. PDRB ADHB juga mengalami peningkatan, yaitu pada tahun 2009 sebesar 12,519,634,460,000, pada tahun 2010 meningkat menjadi sebesar 14,060,872,140,000, pada tahun 2011 meningkat menjadi sebesar 15,945,609,060,000, pada tahun 2012 meningkat menjadi sebesar 18,045,848,600,000, dan pada tahun 2013 meningkat menjadi sebesar 20,770, II - 16

26 Peningkatan PDRB terbesar berada ada periode tahun , yaitu sebesar 519,859,730,000 untuk ADHB dan sebesar 2,724, untuk ADHK. Perkembangan PDRB ADHB dan ADHK tersaji dalam grafik berikut: Grafik 2.1. Perkembangan PDRB ADHK dan ADHB Tahun , , , , , , , , , , , , , , , ,278.09, * 2013** ADHB ADHK Sumber: BPS Kabupaten Jombang, Tahun 2013 * Angka sementara ** Angka sangat sementara Capaian PDRB ADHB secara lebih rinci didukung oleh 9 sektor lapangan usaha,yaitu: pertanian, pertambangan, industri pengolahan, listrik, gas dan air bersih, bangunan,perdagangan, hotel dan restoran, pengangkutan dan komunikasi, keuangan, persewaan dan jasa perusahaan,serta jasa-jasa lainnya. Capaian PDRB Kabupaten merupakan agregat dari kontribusi sektor-sektor lapangan usaha. Sumbangan atau kontribusi dari masing-masing sektor lapangan usaha berdasarkan PDRB ADHB tersaji dalam tabel berikut: Tabel 2.4. Kontribusi PDRB ADHB Kabupaten Jombang Tahun No. Sektor / Sub Sektor * 2013 ** 1. Pertanian 29,91 28,87 28,36 28,08 27,47 2. Pertambangan dan Penggalian 1,42 1,41 1,32 1,24 1,15 3. Industri Pengolahan 12,14 11,85 11,64 11,60 11,58 4. Listrik, Gas dan Air Bersih 1,03 0,97 0,94 0,91 0,88 5. Bangunan 2,55 2,50 2,54 2,48 2,45 II - 17

27 No. Sektor / Sub Sektor * 2013 ** 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 7. Pengangkutan dan Komunikasi 8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 34,29 35,92 36,91 37,54 38,41 3,76 3,82 3,79 3,77 3,81 3,69 3,85 3,95 4,11 4,22 9. Jasa-Jasa 11,21 10,81 10,55 10,29 10,04 Sumber: BPS Kabupaten Jombang, Tahun 2013 Sektor yang memiliki kontribusi tertinggi terhadap PDRB ADHB adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran dengan persentase kontribusi 34,29 pada tahun 2009, 35,92 pada tahun 2010, 36,91 pada tahun 2011, 37,54 pada tahun 2012 dan 38,41 pada tahun Sedangkan sektor yang memiliki kontribusi paling rendah adalah listrik, gas dan air bersih dengan persentase kontribusi sebesar 1,03 pada tahun 2009, 0,97 pada tahun 2010, 0,94 pada tahun 2011, 0,91 pada tahun 2012 dan 0,88 pada tahun Dalam perkembangan kontribusi sektor lapangan usaha dalam PDRB ADHB terlihat bahwa sektor pertanian kontribusinya mengalami penurunan. Secara besaran/nilai capaian dari sektor pertanian pada periode tahun 2009 sampai tahun 2013 menunjukkan peningkatan, namun secara kontribusi mengalami penurunan. Data tersebut menunjukkan bahwa sektor pertanian peningkatannya lebih lambat dibanding sektor lapangan usaha lainnya, sehingga kontribusinya juga mengalami penurunan. Namun demikian, pada tahun 2013 pertumbuhan sektor pertanian menguat, demikian juga tiga sektor besar lainnya (Industri Pengolahan, Perdagangan, Hotel dan Restoran serta Jasa-Jasa). Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran selalu tumbuh subur, sehingga dapat dikatakan bahwa keyakinan sebagian pakar bahwa sektor ini yang paling luwes sekaligus paling cepat berubah, terutama untuk yang kecil dan informal, makin menemukan buktinya. Mudah sekali orang masuk pasar sektor ini, sehingga banyak pakar yang memuji perdagangan kecil informal merupakan bumper ketika terjadi krisis ekonomi yang baru lalu karena keluwesannya menyerap pengangguran dan tenaga kerja tak terdidik. Andil penting sektor ini dalam perekonomian Kabupaten Jombang tak dapat diingkari siapapun. II - 18

28 2) Perkembangan PDRB Perkapita Indikator PDRB perkapita dapat digunakan untuk melihat kondisi kesejahteraan masyarakat suatu daerah. PDRB Perkapita adalah indikator makro yang secara agregat dihitung dari PDRB (ADHB) dibagi jumlah penduduk pada pertengahan tahun. Hal ini penting untuk mengetahui pertumbuhan pendapatan masyarakat dalam hubungannya dengan kemajuan sektor ekonomi. PDRB Perkapita pada umumnya selain dipengaruhi oleh faktor produksi juga sangat dipengaruhi oleh harga barang dan jasa yang berlaku dipasar. Dengan demikian, maka pengaruh inflasi menjadi cukup dominan dalam pembentukan pendapatan regional suatu daerah. Perkembangan PDRB Perkapita Kabupaten Jombang pada tahun 2011 dan 2012 tersaji dalam tabel berikut: Tabel 2.5. PDRB Perkapita ADHB Kabupaten Jombang Tahun No. Uraian Tahun 2011 *) Tahun 2012** ) (Rp. 000) (Rp. 000) 1. PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) Penduduk Pertengahan Tahun PDRB Per Kapita , , Rata-Rata PDRB Perkapita per bulan 1.102, , Pertumbuhan (%) 13,18 11,98 Sumber: BPS Kabupaten Jombang, Tahun 2013, diolah *) Angka sementara **) Angka sangat sementara Sedangkan perkembangan pendapatan per kapita dengan pendekatan PDRB Atas Dasar Harga Berlaku di Kabupaten Jombang selama 5 tahun terakhir tersaji dalam grafik berikut: Grafik 2.2. Perkembangan PDRB Perkapita ADHB Kabupaten Jombang Tahun , , , , , *) 2012 **) II - 19

29 Sumber: BPS Kabupaten Jombang, Tahun 2013 diolah *) 2011 adalah angka sementara **) 2012 adalah angka sangat sementara Dari grafik di atas dapat dijelaskan bahwa selama lima tahun terakhir ini, PDRB Perkapita ADHB mengalami peningkatan yang cukup berarti. Pada tahun 2008, PDRB Perkapita ADHB sebesar Rp ,- meningkat menjadi Rp ,- pada tahun 2009, tahun 2010 menjadi Rp ,- dan meningkat menjadi Rp ,- pada tahun Tahun 2012, pendapatan per kapita telah mencapai Rp atau meningkat sebesar 11,98%. 3) Laju Inflasi inflasi Inflasi adalah kenaikan harga barang-barang secara umum. Laju yang tidak terkendali dapat memicu penurunan daya beli masyarakat, terutama oleh masyarakat miskin yang tidak memiliki tabungan. Selain itu, tingginya laju inflasi juga memberikan dampak semakin melebarnya tingkat distribusi pendapatan di masyarakat. Inflasi yang tinggi juga berpotensi menghambat investasi produktif. Hal ini karena tingginya tingkat ketidakpastian (mendorong investasi jangka pendek) dan tingginya bunga. Secara makro, dalam jangka panjang inflasi yang tinggi dapat menyebabkan pertumbuhan ekonomi terhambat. Laju inflasi harus dikendalikan agar tercipta kondisi perekonomian yang stabil dan mendorong pertumbuhan ekonomi, laju inflasi dalam kurum waktu secara terperinci adalah sebesar 5,21% pada tahun 2009, sebesar 5,83% pada tahun 2010, sebesar 6,15% pada tahun 2011, sebesar 5,92% pada tahun 2012 (angka sementara) dan sebesar 7, 31% pada tahun 2013 (angka sangat sementara). Secara rinci disajikan dalam tabel sebagai berikut: Grafik 2.3. Laju Inflasi Kabupaten Jombang Tahun * 2013** Sumber: BPS Kabupaten Jombang, Tahun 2013 * Angka sementara ** Angka sangat sementara II - 20

30 Beberapa sektor yang menyebabkan menguatnya inflasi pada tahun 2012, diantaranya: 1. Naiknya kontribusi sektor pertanian, industri pengolahan, pengangkutan dan komunikasi, dan sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan terhadap PDRB; 2. Turunnya kontribusi sektor pertambangan dan penggalian, sektor listrik, gas dan air bersih, sektor bangunan, sektor perdagangan, hotel dan restoran, serta sektor jasa-jasa. Sedangkan pada tahun 2013, inflasi mengalami lonjakan cukup signifikan yang disebabkan oleh kenaikan harga BBM, depresiasi nilai rupiah, kenaikan suku bunga bank, kenaikan tarif dasar listrik, serta momentum tahunan, seperti hari raya, pergantian musim, yang memicu lonjakan permintaan akan barang dan jasa sehingga harga mengalami kenaikan. Lonjakan yang cukup signifikan membutuhkan regulasi kebijakan moneter yang cukup kuat dan efektif. Penguatan harga komoditas pokok yang dipengaruhi supply dari luar negeri sangat dipengaruhi keberhasilan dalam penguatan nilai rupiah. Selain itu, kemampuan dasar untuk menghasilkan produk yang dapat memenuhi kebutuhan pasar merupakan upaya prioritas dalam rangka pengendalian dan stabilisasi inflasi. B. Fokus Kesejahteraan Sosial 1) Urusan Pendidikan a) Angka Melek Huruf Angka Melek Huruf (AMH) merupakan salah satu bagian dari Indeks Pembangunan Manusia (IPM), yakni pada komponen indeks pendidikan bersama dengan angka rata-rata lama sekolah. IPM adalah salah satu indikator yang digunakan untuk mengukur tingkat keberhasilan Pemerintah Kabupaten Jombang dalam meningkatkan kesejahteraan penduduknya. Angka melek huruf (AMH) adalah angka yang menunjukkan tingkat kemampuan baca tulis penduduk yang berusia 15 tahun ke atas. AMH Kabupaten Jombang mengalami peningkatan dari 92,86 pada tahun 2009 menjadi 94,35 pada tahun 2013 atau meningkat sebesar 1,49. Perkembangan AMH Kabupaten Jombang tahun 2009 sampai tahun 2013 tersaji dalam grafik berikut: II - 21

31 Grafik 2.4. Perkembangan Angka Melek Huruf (AMH) Kabupaten Jombang Tahun Sumber: Bappeda, Tahun 2013 Pertumbuhan AMH pada periode tahun menunjukkan peningkatan linier dan mengalami lonjakan pada tahun Perkembangan yang signifikan pada tahun 2012 merupakan suatu indikasi bahwa program dalam upaya peningkatan angka melek huruf yang dilaksanakan pada tahun sebelumnya, berjalan cukup efektif. Capaian AMH kabupaten merupakan agregat capaian AMH kecamatan. Perkembangan capaian AMH sampai dengan tahun 2012 untuk masing-masing kecamatan tersaji pade grafik berikut: Grafik 2.5 Angka Melek Huruf per Kecamatan Tahun 2012 Sumber: Bappeda, Tahun 2013 Grafik di atas menunjukkan bahwa angka melek huruf tertinggi secara berurutan terdapat di Kecamatan Gudo, Jombang dan Peterongan, sedangkan untuk yang terendah mulai dari Kecamatan II - 22

32 Kabuh, Ngusikan dan Megaluh. Bila dilihat angka melek huruf kabupaten yang sebesar 93,79, maka terdapat jarak yang cukup besar dengan angka yang ada di kecamatan terendah, yakni Kabuh. Oleh karena itu diperlukan langkah-langkah cepat dan tepat untuk memacu peningkatan angka melek huruf khususnya di kecamatan-kecamatan yang angkanya masih di bawah 90,00. b) Angka Rata-rata Lama Sekolah Komponen lainnya dari indeks pendidikan adalah rata-rata lama sekolah atau mean years of schooling (MYS). Rata-rata lama sekolah adalah sebuah angka yang menunjukkan lamanya bersekolah seseorang dari masuk sekolah dasar sampai dengan Tingkat Pendidikan Terakhir (TPT). Angka rata-rata lama sekolah (MYS) di Kabupaten Jombang dalam tiga tahun terakhir ada peningkatan. Pada tahun 2010 angka rata-rata lama sekolah adalah sebesar 7,40 tahun, sedangkan pada tahun 2011 sebesar 7,40 tahun berarti tidak ada kenaikan. Selanjutnya pada tahun 2012 meningkat menjadi sebesar 7,47 atau mengalami peningkatan sebesar 0,95 % dari tahun 2010, dan menjadi 7,67 pada tahun Peningkatan angka rata-rata lama sekolah di tahun 2013 menunjukkan semakin meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan. Namun demikian peningkatan ini perlu dibarengi dengan peningkatan kualitas dan kuantitas, baik sarana prasarana maupun mutu pendidikan di Kabupaten Jombang. Perkembangan angka-angka rata-rata lama sekolah untuk masingmasing kecamatan, dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 2.6. Rata-rata Lama Sekolah di Kabupaten Jombang Tahun Tahun No. Kecamatan Perak 8,73 8,73 7,77 8,96 2 Gudo 8,85 8,85 8,93 8,93 3 Ngoro 6,36 6,36 7,22 7,32 4 Bareng 6,58 6,68 6,53 6,72 5 Wonosalam 5,47 5,47 5,61 6,18 6 Mojoagung 7,32 7,32 6,67 7,41 7 Mojowarno 7,40 7,40 7,39 7,45 II - 23

33 No. Kecamatan Tahun Diwek 7,70 7,70 7,23 7,98 9 Jombang 10,26 10,26 10,35 10,32 10 Peterongan 8,09 8,09 8,81 9,21 11 Sumobito 7,17 7,17 7,82 8,24 12 Kesamben 6,31 6,31 7,47 7,20 13 Tembelang 6,47 6,47 6,64 6,52 14 Ploso 6,71 6,71 6,07 6,71 15 Plandaan 6,02 6,02 6,82 6,03 16 Kabuh 4,65 5,56 5,52 6,92 17 Kudu 5,56 5,56 6,41 6,12 18 Bandarkedungmulyo 6,76 6,76 6,77 7,21 19 Jogoroto 7,75 7,75 8,16 7,96 20 Megaluh 7,15 7,15 5,61 7,42 21 Ngusikan 6,61 6,61 6,37 6,66 Kabupaten Jombang 7,40 7,40 7,47 7,67 Sumber: Bappeda, Tahun 2013 Dari tabel di atas dapat diketahui perkembangan angka rata-rata lama sekolah untuk masing-masing kecamatan selama periode 3 (tiga) tahun terakhir. Dari 21 kecamatan di Kabupaten Jombang, perkembangan angka rata-rata lama sekolah pada semua keamatan mengalami peningkatan. Sedangkan kecamatan yang mengalami fluktuasi capaian adalah Kecamatan Perak, Bareng, Mojoagung, Mojowarno, Diwek, Jombang, Kesamben, Tembelang, Ploso, Plandaan, Kabuh, Kudu, Jogoroto, Megaluh dan Ngusikan. Pencapaian rata-rata lama sekolah yang belum begitu besar diantaranya disebabkan karena masih cukup besarnya penduduk yang tingkat pendidikannya tidak tamat SD maupun yang tidak sekolah. Perlu kiranya disusun intervensi strategis dalam upaya menaikkan kualitas SDM ini. Program pendidikan dasar 9 tahun masih perlu dipacu disamping terus digalakkan pendidikan luar sekolah (PLS) seperti, program Paket A, B dan C. c) Angka Partisipasi Kasar (APK) Indikator pendidikan selanjutnya yang juga sangat mendukung tingkat pencapaian indeks pendidikan adalah Angka Partisipasi Kasar (APK). APK adalah perbandingan jumlah siswa pada tingkat pendidikan II - 24

34 SD/SLTP/SLTA dibagi dengan jumlah penduduk berusia 7 hingga 18 tahun atau rasio jumlah siswa, berapapun usianya, yang sedang sekolah di tingkat pendidikan tertentu terhadap jumlah penduduk kelompok usia yang berkaitan dengan jenjang pendidikan tertentu. APK menunjukkan tingkat partisipasi penduduk secara umum di suatu tingkat pendidikan. APK merupakan indikator yang paling sederhana untuk mengukur daya serap penduduk usia sekolah di masing-masing jenjang pendidikan. APK Kabupaten Jombang dalam kurun waktu tahun tidak banyak mengalami perubahan dan cenderung stabil dan untuk tingkat SD dan SMP, sedangkan untuk tingkat SMA secara konsisten mengalami peningkatan. Perkembangan APK tahun tersaji dalam tabel berikut: Tabel 2.7. Perkembangan Angka Partisipasi Kasar (APK) KabupatenJombang Tahun No. Jenjang Pendidikan SD/MI 1.1. Jumlah siswa usia 7-12 thn bersekolah di SD/MI 1.2. Jumlah penduduk kelompok usia 7-12 tahun APK SD/MI 103,78 104,97 105,89 105,89 2 SMP/MTs 2.1. Jumlah siswa usia thn bersekolah di SMP/MTS 2.2. Jumlah penduduk kelompok usia tahun APK SMP/MTs 102,56 102,12 101,33 103,25 3 SMA/MA/SMK 3.1 Jumlah siswa usia thn bersekolah di SMA/SMK/MA 3.2 Jumlah penduduk kelompok usia tahun APK SMA/MA/SMK 93,05 94,74 98,95 99,25 Sumber: Dinas Pendidikan,Tahun 2013 Meskipun terjadi stagnasi APK pada tingkat SD, namun APK pada tingkat SMP dan SMA masih secara kontinyu dan signifikan. Hal ini mencerminkan semakin tingginya tingkat kesadaran masyarakat II - 25

35 akan pentingnya arti pendidikan. Jika ditinjau per kecamatan, APK per kecamatan di Kabupaten Jombang tersaji dalam tabel berikut: No. Kecamatan Tabel 2.8. Angka Partisipasi Kasar (APK) Kabupaten Jombang Tahun 2012 Jumlah murid usia 7-12 th Menurut Kecamatan SD/MI SMP/MTs SMA/MA/SMK Jumlah penddk usia 7-12 th APK Jumlah murid usia th Jumlah penddk usia th APK Jumlah murid usia th Jumlah penddk usia th 1 Bandarkdm , , ,25 2 Perak , , ,38 3 Gudo , , ,97 4 Diwek , , ,50 5 Ngoro , , ,31 6 Mojowarno , , ,04 7 Bareng , , ,69 8 Wonosalam , , ,24 9 Mojoagung , , ,96 10 Somobito , , ,59 11 Jogo Roto , , ,70 12 Peterongan , , ,20 13 Jombang , , ,37 14 Megaluh , , ,16 15 Tembelang , , ,20 16 Kesamben , , ,66 17 Kudu , , ,05 18 Ploso , , ,21 19 Kabuh , , ,63 20 Plandaan , , ,70 21 Ngusikan , , ,64 Jumlah , , ,25 Sumber: Dinas Pendidikan, Tahun 2013 d) Angka Pendidikan yang Ditamatkan Perkembangan angka pendidikan yang ditamatkan sampai dengan akhir tahun 2012, menunjukkan bahwa untuk tingkat pendidikan TK/RA sebesar orang, tingkat pendidikan SD/MI sebesar orang, tingkat pendidikan SMP/MTs sebesar orang, tingkat pendidikan SMA/MA sebesar orang, tingkat pendidikan Perguruan Tinggi sebesar 43,646 orang dan untuk yang lain-lain sebesar 32,950 orang. APK II - 26

36 e) Angka Partisipasi Murni Indikator pendidikan lainnya yang sangat mempengaruhi tingkat pencapaian indeks pendidikan adalah Angka Partisipasi Murni (APM). APM adalah perbandingan penduduk usia antara 7 hingga 18 tahun yang terdaftar sekolah pada tingkat pendidikan SD/SLTP/SLTA dibagi dengan jumlah penduduk berusia 7 hingga 18 tahun. APM Kabupaten Jombang pada tahun 2009 sampai dengan tahun 2012 terus mengalami peningkatan, di tingkat SD (usia 7-12 tahun) pada 2009 sebesar 92,39, baru kemudian pada tahun 2010 naik menjadi 94,16, dan pada tahun 2011 mengalami kenaikan menjadi 95,37, sedangkan di tahun 2012 mengalami kenaikan menjadi 95,57. Sedangkan untuk tingkat SMP (usia tahun) pada tahun 2009 sebesar 78,74 meskipun di tahun 2008 sebesar 83,95, sehingga mengalami penurunan. Akan tetapi di tahun 2010 mengalami kenaikan menjadi 80,75, dan pada tahun 2011 turun menjadi 78,03, sedangkan pada tahun 2012 mengalami kenaikan menjadi 85,04. Untuk tingkat SMA (usia tahun) menunjukkan tren yang menggembirakan karena secara terus menerus mengalami peningkatan. Tahun 2009 sebesar 68,18 sedangkan pada tahun 2010, naik lagi menjadi sebesar 69,85, dan meningkat lagi menjadi 73,27 pada tahun 2011 dan pada tahun 2012 mengalami kenaikan sebesar 75,27. Peningkatan APM pada tingkat SMA ini mencerminkan semakin tingginya tingkat kesadaran masyarakat akan pentingnya arti pendidikan disamping juga peran aktif pemerintah dalam menyediakan fasilitas sekolah yang memadai, baik kualitas maupun kuantitasnya. Perkembangan APM tahun 2009 sampai dengan 2012 sebagaimana tersaji dalam tabel berikut: Tabel 2.9. Perkembangan Angka Partisipasi Murni (APM) Kabupaten Jombang Tahun No. Jenjang Pendidikan SD/MI 1.1. Jumlah siswa usia 7-12 thn bersekolah di SD/MI 1.2. Jumlah penduduk kelompok usia 7-12 tahun II - 27

37 No. Jenjang Pendidikan APM SD/MI 92,39 94,16 95,37 95,57 2 SMP/MTs 2.1. Jumlah siswa usia thn bersekolah di SMP/MTs 2.2. Jumlah penduduk kelompok usia tahun APM SMP/MTs 78,74 80,75 78,03 85,04 3 SMA/MA/SMK 3.1 Jumlah siswa usia thn bersekolah di SMA/SMK/MA 3.2 Jumlah penduduk kelompok usia tahun APM SMA/MA/SMK 68,18 69,85 73,27 75,27 Sumber: Dinas Pendidikan, Tahun 2013 Jika ditinjau per kecamatan, perkembangan APM di KabupatenJombang pada tahun 2012 sebagaimana tersaji dalam tabel berikut: Tabel Angka Partisipasi Murni (APM) Tahun 2012 Menurut Kecamatan Di Kabupaten Jombang SD/MI SMP/MTs SMA/MA/SMK No. Kecamatan Jumlah murid usia 7-12 th Jumlah penddk usia 7-12 th APM Jumlah murid usia th Jumlah penddk usia th APM Jumlah murid usia th Jumlah penddk usia th APM 1 Bandarkdm , , ,81 2 Perak , , ,22 3 Gudo , , ,82 4 Diwek , , ,50 5 Ngoro , , ,10 6 Mojowarno , , ,34 7 Bareng , , ,00 8 Wonosalam , , ,57 9 Mojoagung , , ,08 10 Somobito , , ,69 11 Jogoroto , , ,76 12 Peterongan , , ,84 13 Jombang , , ,23 14 Megaluh , , ,27 15 Tembelang , , ,15 16 Kesamben , , ,91 II - 28

38 No. Kecamatan SD/MI SMP/MTs SMA/MA/SMK Jumlah Jumlah APM Jumlah Jumlah APM Jumlah Jumlah APM 17 Kudu , , ,63 18 Ploso , , ,10 19 Kabuh , , ,85 20 Plandaan , , ,52 21 Ngusikan , , ,45 Jumlah , , ,27 Sumber: Dinas Pendidikan, Tahun ) Urusan Kesehatan a) Angka Harapan Hidup Angka harapan hidup pada waktu lahir adalah perkiraan lama hidup rata-rata penduduk dengan asumsi tidak ada perubahan pola mortalitas menurut umur. Angka Harapan Hidup (AHH) merupakan alat untuk mengevaluasi kinerja pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan penduduk pada umumnya, dan meningkatkan derajat kesehatan pada khususnya. Perkembangan angka harapan hidup selama 3 tahun terakhir mengalami peningkatan sebesar 0,75 tahun, dari sebesar 71,18 tahun pada 2010 menjadi 71,29 tahun pada 2011 kemudian meningkat lagi menjadi 71,93 tahun pada Capaian pada tahun 2012 mengalami penurunan sebesar 0,01 pada tahun 2013, sehingga menjadi 71,92. Peningkatan tersebut bisa merupakan dampak dari peningkatan kesejahteraan masyarakat serta meningkatnya derajat kesehatan masyarakat. Perkembangan angka harapan hidup tahun seperti digambarkan pada grafik sebagai berikut: 72 Grafik 2.7. Perkembangan Angka Harapan Hidup Kabupaten Jombang Tahun Sumber: Bappeda, Tahun 2013 Jika dilihat masing-masing kecamatan, maka AHH tertinggi tahun 2013 adalah di Kecamatan Jombang sebesar 74,35 tahun disusul Kecamatan Kudu sebesar 74,20 dan Ploso sebesar 73,40. II - 29

39 Sedangkan AHH terendah terdapat di Kecamatan Wonosalam sebesar 64,88 diikuti Megaluh sebesar 67,31 dan Ngusikan sebesar 67,67. Hal ini bisa menjadi sebuah indikasi bahwa akses menuju layanan kesehatan yang lebih mudah terjangkau berdampak terhadap Angka Harapan Hidup. Kecamatan Jombang, Kecamatan Gudo, Kecamatan Peterongan dan Kecamatan Mojoagung, yang secara kewilayahan termasuk di kawasan perkotaan, tentunya akses hingga sarana kesehatan lebih terjangkau daripada kecamatan-kecamatan yang memiliki Angka Harapan Hidup lebih rendah. Untuk lebih lengkapnya berikut ditampilkan data AHH di setiap Kecamatan di Kabupaten Jombang: Grafik 2.8. Angka Harapan Hidup per Kecamatan di Kabupaten Jombang Tahun 2012 Jombang Diwek Sumobito Mojowarno Wonosalam Gudo Bandarkedungmulyo Kesamben Ploso Kudu Plandaan Sumber: Bappeda, Tahun 2013 b) Angka Kematian Bayi (AKB) per Kelahiran Hidup Kematian bayi adalah kematian yang terjadi antara saat setelah bayi lahir sampai bayi belum berusia tepat satu tahun. Angka kematian bayi (AKB) menggambarkan banyaknya kematian bayi berusia di bawah satu tahun per 1000 kelahiran hidup pada tahun tertentu. Perkembangan angka kematian bayi di Kabupaten Jombang menunjukkan angka yang kurang stabil setiap tahunnya. Dari data yang tersedia pada tahun 2010 mengalami sedikit penurunan dari tahun 2009 yaitu sebesar 10,2. Kekhawatiran mulai muncul ketika memasuki tahun 2011 terjadi peningkatan kematian bayi yang II - 30

40 Axis Title signifikan di Kabupaten Jombang. Peningkatan tersebut di tunjukkan dengan data yang tersedia yang mencapai angka 14,5 pada tahun Peningkatan drastis tersebut memberikan tekanan tersendiri bagi Pemerintah Kabupaten Jombang pada umumnya dan Dinas Kesehatan pada khususnya. Dengan berbagai langkah strategis akhirnya pada tahun 2012 angka kematian bayi akhirnya dapat diturunkan kembali pada angka 12,11. Namun capaian pada tahun 2013 mengalami tekanan menjadi 14,25. Upaya menekan angka kematian bayi ditempuh melalui peningkatan pelayanan terhadap kesehatan bayi. Upaya tersebut dilaksanakan dengan pemeriksaan kesehatan dan penimbangan berat badan secara rutin, dan pemberian makanan tambahan di Posyandu. Keberhasilan dalam penurunan angka kematian bayi seharusnya terus dijaga agar angka kematian bayi dapat terus ditekan pada tahun-tahun berikutnya. Berikut grafik angka kematian bayi kabupaten Jombang dibandingkan dengan pencapaian Provinsi Jawa Timur: Grafik 2.9. Perkembangan Angka Kematian Bayi (AKB) Kabupaten Jombang Tahun Chart Title Jombang Jawa Timur #REF! 1 Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Jombang Tahun 2013 c) Angka Kematian Ibu (AKI) per Kelahiran Hidup Angka kematian ibu (AKI) di Kabupaten Jombang dari tahun cenderung fluktuatif, hal itu bisa dilihat dari angka kematian ibu pada tahun 2009 sebesar 69 meningkat menjadi 78,8 pada tahun 2010 dan di tahun 2011 juga mengalami peningkatan sebesar 128,5 dan mengalami penurunan di tahun 2012 sebesar II - 31

41 102,99. Hal itu terjadi karena sebagian besar penyebab kematian berasal dari penyakit penyerta, misalnya jantung, gagal ginjal, sesak dan lain-lain, hanya sebagian kecil akibat langsung dari proses kehamilan dan persalinan. Upaya yang dapat dilakukan untuk menekan AKI, diantaranya melalui peningkatan monitoring selama kehamilan (ANC) yang lebih optimal dan melakukan konsultasi sedini mungkin setiap kelainan yang ditemukan di luar kasus Obgyn kepada dokter spesialis terkait, serta minimal satu kali konsultasi ke dokter umum selama kehamilan. Lebih lengkapnya berikut data angka kematian ibu Kabupaten Jombang di bandingkan dengan Provinsi jawa Timur. Grafik 2.10 Perkembangan Angka Kematian Ibu (AKI) Kabupaten Jombang dibanding Provinsi Jawa Timur Tahun Sumber: Dinas Kesehatan, Tahun 2013 d) Status Gizi Masyarakat Status gizi balita merupakan salah satu indikator yang menggambarkan tingkat status gizi masyarakat. Perkembangan prosentasebalita gizi buruk di Kabupaten Jombang selama tiga tahun terakhir menunjukkan tren yang menurun, yakni pada tahun 2010 sebesar 0,04%, tahun 2011 sebesar 0,04%, tahun 2012 sebesar 0,03%, dan tahun 2013 sebesar 0,02%. Perkembangan persentase balita gizi buruk sebagaimana tersaji pada grafik berikut: Grafik 2.11 Persentase Balita Gizi Buruk di Kabupaten Jombang II - 32

42 Tahun Sumber: Dinas Kesehatan, Tahun 2013 e) Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Warga Miskin Sesuai dengan semangat otonomi daerah dimana berusaha mendekatkan pelayanan kepada masyarakat. Begitu juga dalam urusan kesehatan, pemerintah daerah berupaya mempermudah dan meningkatkan akses pelayanan dan pemeliharaan kesehatan bagi masyarakat, tidak terkecuali warga miskin. Pemerintah Pusat maupun pemerintah provinsi berupaya memberikan jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat, begitu juga halnya yang dilaksanakan Pemerintah Kabupaten Jombang. Berikut data kepesertaan jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat di Kabupaten Jombang: Tabel2.11 Perkembangan Peserta Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Warga Miskin Kabupaten Jombang Tahun Kategori Jumlah Kepesertaan (Tribulan I) Jamkesmas Jamkesda SPM Total Sumber: Dinas Kesehatan, Tahun 2013 C. Fokus Seni Budaya dan Olahraga 1) Urusan Seni Budaya a) Jumlah Grup Kesenian Untuk menopang pelestarian seni dan budaya daerah diperlukan adanya upaya untuk menjaga eksistensi kelompok seni dan budaya yang ada di masyarakat. Kelompok seni dan budaya yang berperan II - 33

43 sebagai penyelenggara kesenian memberikan dukungan dalam pelestarian seni dan budaya. Perkembangan jumlah kelompok kesenian pada kurun 4 tahun terakhir terus mengalami penurunan. Pada tahun 2008 jumlah grup kesenian ada di Kabupaten Jombang sebanyak 458 kelompok, pada tahun 2009 menurun menjadi sebanyak 457 kelompok, tahun 2010 sebanyak 440 kelompok, tahun 2011 sebanyak 391 kelompok, tahun 2012 sebanyak 490 kelompok, dan tahun 2013 meningkat menjadi 503 kelompok. Perkembangan kelompok seni dan budaya secara rinci dapat disampaikan bahwa pada tahun 2009 menurun sejumlah 1 kelompok, menurun 17 kelompok pada tahun 2010, menurun drastis sejumlah 49 kelompok pada tahun 2011, naik drastis di tahun 2012 sebanyak 99 kelompok, dan naik sebanyak 13 kelompok pada tahun b) Jumlah Gedung Kesenian Jumlah gedung kesenian saat ini di Kabupaten Jombang masih belum tersedia, sehingga perlu adanya pengadaan gedung kesenian untuk menjaga dan melestarikan kesenian daerah. Keberadaan gedung kesenian diharapkan dapat menjadi media segenap lapisan masyarakat dalam mengaktualisasi kebudayaan daerah dan sekaligus menjadi sarana dalam pengenalan maupun pelestarian seni dan budaya daerah. Berdasarkan data peningkatan jumlah grup kesenian di Kabupaten Jombang, seharusnya kedepan mampu mendukung peningkatan dan eksistensi grup kesenian dengan memfasilitasi sarana dan prasarana pendukung, salah satunya adalah penyediaan gedung kesenian. Dengan tersedianya gedung kesenian diharapkan pelestarian kesenian dan kebudayaan lokal dapat berkembang dengan baik. c) Sarana Penyelenggaraan Seni dan Budaya Sampai dengan tahun 2012, penyelenggaraan festival seni dan budaya dilaksanakan di 4 tempat, yaitu GOR Kabupaten Jombang, stadion, alun-alun, dan pendopo kabupaten. Dengan dukungan tempat penyelenggaraan tersebut diharapkan akan semakin meningkatkan jumlah kegiatan seni dan budaya yang dilaksanakan. Untuk menopang pelestarian seni dan budaya perlu upaya menjaga eksistensi kelompok seni dan budaya yang ada di masyarakat. d) Benda Budaya Daerah di Kabupaten Jombang II - 34

44 Kabupaten Jombang merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa Timur yang memiliki banyak peninggalan arkeologi (purbakala). Hal ini dikarenakan Kabupaten Jombang pada masa lalu memiliki peranan yang penting sebagai daerah pemukiman, pusat keagamaan, pusat pemerintahan dan pusat perekonomian dari masa ke masa. Letak Kabupaten Jombang yang berada di daerah aliran Sungai Brantas dan ujung timur Pegunungan Kendeng membawa Kabupaten Jombang sebagai tempat hunian manusia purba masa prasejarah. Pada masa selanjutnya, peninggalan-peninggalan penguasa seperti Mpu Sindok dan Airlangga ada di Jombang. Pada masa Majapahit Kabupaten Jombang merupakan bagian dari ibukota Majapahit, sebagai salah satu pintu masuk ibukota Majapahit. Upaya pelestarian yang telah dilakukan oleh Kabupaten Jombang sebagai langkah awal dalam perlindungan secara fisik adalah dengan melakukan inventarisasi dan registrasi benda budaya yang ada bekerjasama dengan Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Jawa Timur pada tahun Hasil inventarisasi dan registrasi benda budaya tercatat terdapat 21 buah benda budaya tidak bergerak dan 159 benda budaya bergerak, tersebar di 15 kecamatan, yaitu Kecamatan Jombang, Kecamatan Diwek, Kecamatan Peterongan, Kecamatan Mojoagung, Kecamatan Ngoro, Kecamatan Ngusikan, Kecamatan Kabuh, Kecamatan Mojowarno, Kecamatan Tembelang, Kecamatan Jogoroto, Kecamatan Perak, Kecamatan Bareng, Kecamatan Sumobito, Kecamatan Ploso dan Kecamatan Kesamben. Benda budaya tidak bergerak terdiri dari 1 buah Lapas (Jombang), 3 buah Menara air (Ringin Contong, Peteongan dan Mojoagung), 4 buah Candi (Pundong, Sumber Boto, Ngrimbi dan Tampingmojo), 2 buah Gereja (Kristen Jawi Wetan Ngoro dan Kristen Jawi wetan Mojowarno), 1 buah Gua (Made), 5 buah Situs (Jladri, Grobogan, watumiring, Watukucur, Mbah Hadi Mulyo, 2 buah Pabrik Gula (Tjoekir dan Djombang Baru), 1 buah Rumah Sakit Kristen (Mojowarno), 1 buah Gardu (Papak) dan 1 buah Stasiun KA (Jombang). Sedangkan benda budaya bergerak terdiri atas arca (batu dan terakota), anak timbangan batu, basi porselin, bata, cermin kuningan, cupu porselin, fosil kerang, Fr. arca batu, Fr. pipisan, Fr. pipisan batu, Fr. yoni batu, gelang tangan, perunggu, genta perunggu, guci porselin, II - 35

45 kelat bahu perunggu, kepala arca logam, kowi terakota, lampu perunggu, lemari buku kayu, lonceng besi, lumping batu, mangkuk porselin, mata tombak besi, meja kenap kayu dan meja mimbar kayu, piring porselin, tangkai cermin logam, tombak besi, topeng, topeng perunggu, tugu (batu dan menturo), tutup cupu porselin, umpak batu, yoni batu dan tempat lampu (blencong). 2) Urusan Kepemudaan dan Olah Raga a) Jumlah Pemuda Berprestasi Pada Berbagai Bidang di Tingkat Nasional Jumlah pemuda berprestasi pada berbagai bidang di tingkat nasional dari Kabupaten Jombang sepanjang tahun tribulan I sebanyak 120 orang, yaitu pada tahun 2009 sebanyak 5 orang, 2010 sebanyak 10 orang, 2011 sebanyak 40 orang, 2012 sebanyak 65 orang, dan tahun 2013 sebanyak 101 orang. Untuk lebih meningkatkan prestasi pemuda di masa datang diperlukan upaya pembinaan yang lebih terfokus pada bidang unggulan yang teridentifikasi berpotensi meraih prestasi di tingkat nasional. Perkembangan jumlah pemuda berprestasi pada berbagai bidang di tingkat nasional selama periode 2009 sampai dengan tahun 2012 tersaji dalam grafik berikut: Grafik 2.12 Jumlah Pemuda Berprestasi pada Berbagai Bidang di Tingkat Nasional Tahun Sumber: Disporabudpar, Tahun 2013 b) Jumlah Cabang Olahraga yang Berprestasi di Tingkat Provinsi/Nasional Indikator ini mengukur tingkat keberhasilan pembinaan olahraga di Kabupaten Jombang dengan menghitung jumlah cabang olahraga yang berprestasi di tingkat provinsi/nasional. Perkembangan prestasi II - 36

46 cabang olahraga yang dibina oleh Pemerintah Kabupaten Jombang adalah sebagai berikut : Grafik 2.13 Jumlah Cabang Olahraga Berprestasi Tingkat Provinsi/Nasional Tahun Sumber: Disporabudpar, Tahun 2013 b) Lapangan Olahraga Sampai dengan tahun 2012, jumlah lapangan olahraga sebanyak 932 buah terdiri dari lapangan volley sebanyak 388 buah, lapangan sepak bola sebanyak 349 buah, lapangan basket sebanyak 91 buah, lapangan bulutangkis sebanyak 79 buah dan kolam renang sebanyak 25 buah. Dengan ketersediaan jumlah lapangan olahraga yang ada tersebut, maka yang perlu untuk ditingkatkan adalah peningkatan kualitas lapangan olah raga sesuai standar nasional, serta pemanfaatan dan pemeliharaannya. Dengan tersedianya lapangan olahraga yang memenuhi standar, maka diharapkan mampu mendukung peningkatan potensi dan prestasi olahraga di Kabupaten Jombang. 2.3 Aspek Pelayanan Umum A. Fokus Layanan Urusan Wajib 1) Urusan Pendidikan a) Angka Partisipasi Sekolah APS merupakan ukuran daya serap sistem pendidikan terhadap penduduk usia sekolah. Angka tersebut memperhitungkan adanya perubahan penduduk terutama usia muda. APS adalah jumlah murid kelompok usia pendidikan dasar (7-12 tahun dan tahun) yang masih menempuh pendidikan dasar per jumlah penduduk usia pendidikan dasar. Perkembangan APS di Kabupaten Jombang dapat dilihat dalam dua tabel sebagai berikut: II - 37

47 Tabel 2.12 Perkembangan Angka Partisipasi Sekolah (APS) KabupatenJombangTahun No. Jenjang Pendidikan SD/MI 1.1. Jumlah siswa usia 7-12 thn bersekolah di SD/MI 1.2. Jumlah penduduk kelompok usia 7-12 tahun APS SD/MI 102,49 102,83 101,36 101,44 2 SMP/MTs 2.1. Jumlah siswa usia thn bersekolah di SMP/MTS 2.2. Jumlah penduduk kelompok usia tahun APS SMP/MTs 100,89 103,63 100,86 101,22 3 SMA/MA/SMK 3.1 Jumlah siswa usia thn bersekolah di SMA/SMK/MA 3.2 Jumlah penduduk kelompok usia tahun APS SMA/MA/SMK 72,76 75,38 81,62 82,75 Sumber: Dinas Pendidikan, Tahun 2012 Dari tabel di atas dapat dilihat perkembangan angka partisipasi sekolah pendidikan dasar untuk SD/MI cenderung fluktuasi. Memperhatikan perkembangan mulai tahun 2009 yang sebesar 102,49, tahun 2010 sebesar 102,83 dan menjadi 101,36 tahun 2011, akan tetapi di tahun 2012 ada kenaikan meski tidak signifikan menjadi 101,44. Untuk tingkat SMP/MTs juga mengalami perkembangan yang fluktuasi, yakni dari sebesar 100,89 pada tahun 2009, turun menjadi sebesar 103,63 pada tahun 2010 dan pada tahun 2011 mengalami penurunan menjadi sebesar 100,86, tapi kemudian mengalami kenaikan menjadi 101,22 pada tahun Selanjutnya perkembangan angka partisipasi sekolah tingkat SMA/MA/SMK setiap tahun mengalami kenaikan yang signifikan menjadi 82,75 di tahun Sedangkan perkembangan APS menurut kecamatan di Kabupaten Jombang pada tahun 2012 tersaji dalam tabel berikut: Tabel2.13 II - 38

48 Angka Partisipasi Sekolah (APS) Menurut Kecamatan di Kabupaten JombangTahun 2012 SD/MI SMP/MTs SMA/MA/SMK No. Kecamatan Jumlah murid usia 7-12 th Jumlah penddk usia 7-12 th APS Jumlah murid usia th Jumlah penddk usia th APS Jumlah murid usia th Jumlah penddk usia th APS 1 Bandarkdm , , ,30 2 Perak , , ,36 3 Gudo , , ,43 4 Diwek , , ,69 5 Ngoro , , ,85 6 Mojowarno , , ,57 7 Bareng , , ,97 8 Wonosalam , , ,64 9 Mojoagung , , ,46 10 Somobito , , ,74 11 Jogoroto , , ,00 12 Peterongan , , ,27 13 Jombang , , ,34 14 Megaluh , , ,80 15 Tembelang , , ,75 16 Kesamben , , ,16 17 Kudu , , ,77 18 Ploso , , ,54 19 Kabuh , , ,95 20 Plandaan , , ,17 21 Ngusikan , , ,03 Jumlah , , ,75 Sumber: Dinas Pendidikan, Tahun 2012 Jika dilihat per kecamatan, APS cenderung tinggi untuk kecamatan-kecamatan di wilayah perkotaan, dan sebaliknya untuk wilayah kecamatan yang pinggiran cenderung rendah. Hal ini bisa dipahami dengan banyaknya fasilitas pendidikan di wilayah perkotaan baik secara jumlah maupun mutu. b) Rasio Ketersediaan Sekolah/Penduduk Usia Sekolah II - 39

49 Rasio ketersediaan sekolah adalah jumlah sekolah tingkat pendidikan SD/Mi, SMP/Mts dan SMA/MA.SMK per jumlah penduduk usia pendidikansd/mi, SMP/Mts dan SMA/MA.SMK. Rasio ini mengindikasikan kemampuan untuk menampung semua penduduk usia pendidikan SD/Mi, SMP/Mts dan SMA/MA.SMK. Untuk mengetahui rasio ketersediaan sekolah/penduduk usia sekolah tersaji pada tabel sebagai berikut: Tabel 2.14 Ketersediaan Sekolah dan Penduduk Usia Sekolah Kabupaten Jombang Tahun No. Jenjang Pendidikan SD/MI 1.1. Jumlah gedung sekolah Jumlah penduduk kelompok usia 7-12 tahun , Rasio 144,20 143,94 145,51 146,00 2 SMP/MTs 2.1. Jumlah gedung sekolah Jumlah penduduk kelompok usia tahun , Rasio 268,24 262,87 267, SMA/MA/SMK 3.1 Jumlah gedung sekolah Jumlah penduduk kelompok usia tahun , Rasio 330,66 318,77 321, Sumber: Dinas Pendidikan, Tahun 2012 Dari tabel di atas dapat dilihat kecenderungan rasio ketersediaan sekolah menunjukkan tren yang semakin menurun, utamanya tahun 2011, akan tetapi pada tahun 2012 mengalami kenaikan disemua jenjang pendidikan. Hal ini menunjukkan bahwa semakin terfasilitasinya kegiatan pendidikan melalui peningkatan jumlah sarana gedung sekolah di Kabupaten Jombang. Jika dibandingkan dengan standar nasional, maka pada tahun 2012 rasio ketersediaan sekolah untuk tingkat SD sebesar 1:146 atau masih dibawah standar nasional yang sebesar 1:170. Untuk tingkat SMP rasio ketersediaan sekolah sebesar 1:271 atau masih dibawah standar nasional yakni II - 40

50 sebesar 1:306. Sedangkan untuk tingkat SMA rasio ketersediaan sekolah sebesar 1:337 Memperhatikan perkembangan ketersediaan sekolah per kecamatan, rasio ketersediaan sekolah cenderung kecil untuk kecamatan-kecamatan di wilayah perkotaan, sebaliknya untuk kecamatan di wilayah pinggiran cenderung besar. Hal ini menunjukkan masih terpusatnya sarana pendidikan di wilayah perkotaan, terutama dalam hal kuantitasnya. Rasio ketersediaan sekolah menurut kecamatan sebagaimana tersaji dalam tabel berikut: Tabel 2.15 Ketersediaan Sekolah dan Penduduk Usia Sekolah Tahun 2012 No. Kecamatan Menurut Kecamatan di Kabupaten Jombang Jumlah gedung sekolah SD/MI SMP/MTs SMA/MA/SMK Jumlah penddk usia 7-12 th Rasio Jumlah gedung sekolah Jumlah penddk usia th Rasio Jumlah gedung sekolah Jumlah penddk usia th Rasio 1 Bandarkdm Perak Gudo Diwek Ngoro Mojowarno Bareng Wonosalam Mojoagung Somobito Jogo Roto Peterongan Jombang Megaluh Tembelang Kesamben Kudu Ploso Kabuh Plandaan Ngusikan Jumlah Sumber: Dinas Pendidikan, Tahun 2012 c) Rasio Guru/Murid Rasio guru terhadap murid adalah jumlah guru tingkat pendidikan SD/Mi, SMP/Mts dan SMA/MA.SMK per jumlah murid pendidikan SD/Mi, SMP/Mts dan SMA/MA.SMK. Rasio ini mengindikasikan ketersediaan tenaga pengajar, disamping juga untuk II - 41

51 mengukur jumlah ideal murid untuk satu guru agar tercapai mutu pengajaran. Untuk mengetahui rasio guru terhadap murid dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 2.16 Rasio Guru dan Murid Semua Jenjang Pendidikan Tahun No. Jenjang Pendidikan SD/MI 1.1. Jumlah Guru , Jumlah Murid Rasio 13,95 13,81 14,04 14,00 2 SMP/MTs 2.1. Jumlah Guru Jumlah Murid Rasio 11,47 11,36 11,38 12,00 3 SMA/MA/SMK 3.1 Jumlah Guru Jumlah Murid Rasio 10,14 10,25 10,54 11,00 Sumber: Dinas Pendidikan, Tahun 2012 Dari tabel diatas dapat dilihat kecenderungan rasio jumlah guru dan murid menunjukkan tren yang stabil dalam periode 4 tahun terakhir, baik untuk tingkat SD maupun SMP. Hal ini menunjukkan tetap terjaganya perbandingan jumlah ideal antara guru dan murid di Kabupaten Jombang, sehingga mutu pengajaran tetap terjaga. Rasio jumlah guru dan murid tidak terpengaruh oleh kondisi wilayah kecamatan di perkotaan ataupun di pinggiran, karena bisa jadi yang di pinggiran lebih rendah rasionya. Sedangkan jika dibandingkan dengan standar nasional, maka pada tahun 2012 rasio jumlah guru dan murid sebesar 1:14 masih di bawah standar nasional sebesar 1:23. Demikian juga pada tingkat SMP rasio jumlah guru dan murid sebesar 1:12 masih di bawah standar nasional yang sebesar 1:16. Sedangkan rasio jumlah guru dan murid sebesar 1:11. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah guru untuk jenjang pendidikan dasar, baik SD maupun SMP, telah mencukupi perbandingan ideal yang ditetapkan secara nasional. Rasio jumlah II - 42

52 guru dan murid tingkat SD/Mi, SMP/MTs dan SMA/MA/SMK menurut kecamatan tersaji dalam tabel berikut: Tabel 2.17 Rasio Guru dan Murid Semua Jenjang Pendidikan Tahun 2012 Menurut Kecamatan di Kabupaten Jombang No. Kecamatan Jumlah Guru SD/MI SMP/MTs SMA/MA/SMK Jumlah Murid Rasio Jumlah Guru Jumlah Murid Rasio Jumlah Guru Jumlah Murid Rasio 1 Bandarkdm Perak Gudo Diwek Ngoro Mojowarno Bareng Wonosalam Mojoagung Somobito Jogo Roto Peterongan Jombang Megaluh Tembelang Kesamben Kudu Ploso Kabuh Plandaan Ngusikan Jumlah Sumber: Dinas Pendidikan, Tahun 2012 d) Fasilitas Pendidikan Dalam rangka memberikan pelayanan pendidikan terbaik kepada masyarakat diperlukan sarana dan prasarana sekolah yang memadai. Untuk itu Pemerintah Kabupaten Jombang bersama seluruh stakeholder yang ada berupaya menjamin ketersediaan bangunan sekolah dalam kondisi baik. Perkembangan jumlah bangunan sekolah dalam kondisi baik selama dua tahun terakhir menunjukan tren yang naik. Untuk SD/MI mengalami kenaikan yang cukup signifikan pada tahun 2011 yakni II - 43

53 dari 63% meningkat menjadi 81,98%. Demikian pula untuk SMP/MTs menunjukan tren yang meningkat, dari 76,61% pada tahun 2009 naik menjadi 97,68% pada tahun Adapun untuk SMA/SMK/MA cenderung stabil yakni dari 91,95% pada tahun 2009 turun sedikit menjadi 90,21% pada tahun 2010, kemudian pada tahun 2011 naik lagi menjadi 91,25% dan di tahun 2012 tetap 91,25%. Perkembangan jumlah bangunan sekolah kondisi baik tahun 2010 sampai dengan tahun 2012 tersaji pada grafik berikut: Grafik 2.14 Perkembangan Bangunan Sekolah Kondisi Baik di Kabupaten Jombang Tahun SD/MI SMP/MTS SMA/SMK/MA Sumber: Dinas Pendidikan, Tahun Terjadinya kenaikan signifikan atas prosentase bangunan sekolah kondisi baik pada SD/MI pada tahun 2012 lebih dipengaruhi oleh terealisasinya rehabilitasi gedung SD dan SMP yang bersumber dari Dana Alokasi Khusus (DAK). 2) Urusan Pekerjaan Umum a) Sanitasi Salah satu aspek yang penting dalam menjaga kualitas lingkungan adalah dengan menjaga kondisi sanitasi masyarakat. Berdasarkan Profil Kesehatan Kabupaten Jombang rumah tangga dengan akses sanitasi layak, yang ditinjau dari kepemilikan jamban sehat sehat, mengalami peningkatan dari 60,28% pada tahun 2009, menjadi 84,19% pada tahun Jika ditinjau dari tingkat timbulan sampah pada tahun 2012 mencapai 116,71 ton/hari, sedangkan sampah yang terangkut mencapai 67,69 ton/hari atau sebesar 58%. Memperhatikan hal tersebut dari total timbulan sampah per hari selain yang terangkut II - 44

54 untuk sampah yang diolah per harinya sebesar 14,23% atau 16,61 ton/hari, dari total sampah yang diolah tersebut yang diolah untuk dijadikan kompos sebesar 10,96% atau 12,79 ton/hari dan untuk di daur ulang sebesar 3,84% atau 3,82 ton/hari. Selain itu dari total timbulan sampah per harinya, masih terdapat yang tidak terangkut maupun diolah yaitu sebesar 27,77% atau 32,41 ton/hari. Meninjau dari tingkat pelayanan persampahan mencapai 83,22%, hal ini mengandung makna bahwa dari total wilayah yang harus dilayani yaitu seluas Ha baru dapat direalisasikan di wilayah perkotaan saja yaitu seluas Ha. Sedangkan untuk jumlah penduduk yang harus terlayani sampai dengan tahun 2012 mencapai 58%, atau dari total jumlah penduduk di wilayah perkotaan sebesar jiwa baru bisa melayani penduduk sebesar jiwa. Terkait dengan penanganan sanitasi lingkungan khususnya drainase lingkungan untuk wilayah perkotaan Jombang, bahwa dengan semakin meningkatnya perkembangan kawasan pemukiman mengakibatkan sering terjadinya genangan di beberapa lokasi dengan luasan mencapai m² pada tahun b) Air Bersih Untuk memenuhi kebutuhan air minum sehari-hari masyarakat di Kabupaten Jombang memperoleh air dari berbagai sumber baik dengan menggunakan sistem perpipaan maupun sistem non perpipaan. Sarana air bersih perpipaan diperoleh dari PDAM dan non PDAM yang dikelola masyarakat. Sistem air minum non perpipaan menggunakan sumur gali, penangkap air hujan serta dari mobil tangki. Penggunaan penangkap air hujan sebagai sumber air bersih terutama dilakukan oleh masyarakat yang kesulitan mendapatkan sumber air minum, dimana alternatif sumber air lainnya baik sistem perpipaan maupun sistem lain tidak memungkinkan. Di Kabupaten Jombang penduduk dengan akses air minum Aman sebesar 73,845% penduduk. Prosentase penggunaan sumber air minum penduduk kategori Aman masing-masing jenis sumber di Kabupaten Jombang. Tabel Prosentase Penduduk Dengan Akses Air Minum Aman No Sumber air Prosentase 1 PDAM 7,84% 2 SGL 38,71% II - 45

55 3 SPT 26,95% 4 Lainnya 0,00% 5 HIPPAM 2,23% Total 73,845% Sumber : Hasil Analisa Menurut hasil proyeksi menunjukkan jumlah penduduk Kabupaten Jombang secara berturut-turut adalah jiwa (tahun 2013), jiwa (tahun 2017), jiwa (tahun 2022) dan (tahun 2027). Penduduk sejumlah tersebut harus semuanya (100%) terlayani oleh air minum yang aman. Di wilayah-wilayah khususnya perkotaan atau kecamatan dengan jumlah penduduk besar harus mendapat prioritas yang lebih besar dalam pemenuhan air minum, dilihat dari data proyeksi jumlah penduduk menunjukkan bahwa Kecamatan Jombang memiliki jumlah penduduk paling besar yaitu jiwa (tahun 2013), jiwa (tahun 2017), jiwa (tahun 2022) dan (tahun 2027). Kedua adalah Kecamatan Diwek, secara berturut-turut yaitu jiwa (tahun 2013), jiwa (tahun 2017), jiwa (tahun 2022) dan (tahun 2027). Di Kabupaten Jombang secara garis besar, terdapat 2 jenis kebutuhan air yaitu untuk memenuhi kebutuhan domestik (rumah tangga) dan kebutuhan non domestik (memenuhi kebutuhan non rumah tangga), kebutuhan air bersih untuk kebutuhan domestik (rumah tangga) merupakan kebutuhan penduduk untuk masak, mandi, cuci dan kakus. Besarnya pemakaian untuk keperluan ini bervariasi untuk setiap wilayah. Standart yang biasa digunakan sebagai dasar perkiraan adalah Kategori Kota dan Standar kebutuhan Air Bersih Untuk Rumah Tangga yang dikeluarkan oleh Ditjen Cipta Karya. Selain dari standar tersebut, kebutuhan air bersih juga dapat diambil berdasar pemakaian konsumen yang tercatat dalam rekening bulanan PDAM. Berdasar data pemakaian air dan data jumlah rekening yang ada di PDAM Kabupaten Jombang Bulan Juni tahun 2013 dari data jumlah pemakaian air dan jumlah rekening diketahui bahwa pemakaian air rata-rata di PDAM sebesar 122 L/orang/hari dengan asumsi satu sambungan digunakan oleh enam jiwa. Jumlah pemakaian ini bervariasi di masing - masing unit yang berkisar antara L/orang/hari. Pemakaian air tertinggi berada di BNA Jombang dan IKK Diwek yaitu 115 L/orang/hari dan konsumsi II - 46

56 terendah di IKK Kabuh sebesar 81 L/orang/hari. Sedangkan kebutuhan air non domestik adalah kebutuhan air untuk memenuhi kebutuhan non rumah tangga, yaitu untuk kegiatan ekonomi dan perkotaan misalnya untuk industri, perkantoran, pertokoan, hotel, penginapan, rumah makan, rumah sakit, puskesmas, sekolah, rumah ibadah, dan lain-lain. Perhitungan secara pasti untuk mengetahui kebutuhan air jenis ini sangat sulit dilakukan, karena beragamnya jenis fasilitas serta setiap sambungan akan memerlukan air yang berbeda dengan sambungan lainnya. Untuk memperkirakan kebutuhan non domestik, dilakukan dengan mengambil prosentase dari kebutuhan domestik. Berdasar data pemakaian air di PDAM Kabupaten Jombang, jumlah pemakaian air non domestik Kabupaten Jombang pada bulan Agustus 2012 sebanyak m3 sedang pemakaian total pada bulan yang sama sebesar m3. Jika dibandingkan dengan jumlah pemakaian total, Konsumsi air non domestik ini sekitar 8,26% dari total konsumsi air di Kabupaten Jombang. Dalam penyusunan Rencana Induk ini direncanakan kebutuhan air non domestik dialokasikan sebesar 15 % dari kebutuhan domestik. Angka 15% ini tetap sampai dengan akhir perencanaan dengan asumsi bahwa perkembangan kebutuhan air non domestik sebanding dengan peningkatan kebutuhan air domestik. Disamping itu untuk pembangunan dan penyediaan air bersih diarahkan pada daerah-daerah yang masuk kategori rawan air bersih, dengan harapan masyarakat dapat memperoleh kebutuhan air bersih yang cukup sesuai baku mutu air dan memenuhi syarat kesehatan, karena dengan semakin banyak masyarakat yang memperoleh air bersih maka akan semakin baik kondisi kesehatannya, memperhatikan hal tersebut ukuran air bersih dikatakan sehat apabila memenuhi kelayakan secara fisik, kimia dan bakteriologis. Merujuk dari ketentuan tersebut maka untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan air bersih khususnya pada wilayah yang dikategorikan sering mengalami kerawanan ketersediaan air bersih bagi wilayah perdesaan dan wilayah sekitar hutan, berdasarkan data di wilayah Kabupaten Jombang terdapat 48 desa pada 9 kecamatan. Realisasi yang telah dicapai sampai dengan tahun 2013 adalah dengan melakukan kegiatan penyusunan studi geolistrik pada 23 titik lokasi II - 47

57 dan pengeboran air bersih pada 35 lokasi pada daerah rawan air bersih. 3) Urusan Perumahan Kabupaten Jombang sesuai arahan RTRW Provinsi Jawa Timur bahwasannya berdasarkan rencana struktur ruang khususnya dalam rencana sistem perkotaan adalah sebagai Pengembangan Kegiatan Lokal, atau masuk dalam bagian Wilayah Pengembangan dari Germakertasusila Plus yang diarahkan untuk pengembangan tanaman pangan, perkebunan, hortikultura, kehutanan, perikanan, peternakan, pertambangan, perdagangan, jasa, pendidikan, kesehatan, pariwisata, transportasi, dan industri. Disamping hal itu Kabupaten Jombang juga dilewati jalur jalan tol trans jawa yang memungkinkan Kabupaten Jombang akan menjadi daerah tujuan investasi di Jawa Timur, memperhatikan hal tersebut Kabupaten Jombang dalam jangka waktu 5 (lima) tahun kedepan perlu mempersiapkan prasarana, sarana serta utilitas yang salah satunya adalah perumahan baik yang diselenggarakan secara mandiri oleh masyarakat maupun oleh pengembang. Jika ditinjau dari data yang ada saat ini yaitu sampai dengan tahun 2013 jumlah rumah sebanyak unit, dengan rata-rata pertambahan rumah dalam kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir sebesar 7,5%. Dari kondisi tersebut apabila dikaitkan dengan jumlah backlog rumah yang ada di Kabupaten Jombang dengan asumsi 1 Kepala Keluarga menempati 1 Rumah dimana sampai dengan akhir tahun 2013 jumlah Kepala Keluarga sebanyak KK, maka pada tahun 2013 masih terdapat adanya kekurangan hunian sebesar unit. Dalam rencana penataan kawasan permukiman di wilayah Kabupaten Jombang, disamping hal-hal sebagaimana tersebut diatas, maka yang dipandang perlu untuk menjadi perhatian adalah berkenaan dengan keberadaan kawasan permukiman yang tertata maupun yang tidak tertata. Makna dari kawasan permukiman yang tertata disini adalah kawasan permukiman yang tertib baik konfigurasi tapaknya yaitu kondisi bangunan, kondisi jaringan jalan dan lahan yang tidak melanggar aturan dan kaidah tata ruang dan ketentuan zonasi serta memiliki legalitas. Dari data yang ada saat ini kawasan permukiman di Kabupaten Jombang seluas ,05 Ha, berdasarkan total luasan II - 48

58 permukiman tersebut dari 21 kecamatan maka prosentase luas permukiman tertata yang paling kecil berada di kecamatan jombang yaitu mencapai 54,30% atau seluas 1.049,98 Ha dari total keseluruhan luas permukiman yaitu 1.933,81 Ha, sehingga masih terdapat 45,7% atau seluas 883,83 Ha pada kondisi belum tertata yaitu yang berada di desa Jombang, desa Sambong Dukuh dan desa Candimulyo. Disamping itu berdasarkan hasil pendataan terhadap kondisi rumah masyarakat di Kabupaten Jombang, masih terdapat rumah dari total rumah tangga miskin di Kabupaten Jombang sebesar rumah tangga. Untuk memfasilitasi kebutuhan masyarakat akan rumah yang layak huni dan lingkungan permukiman yang sehat, Pemerintah Kabupaten Jombang melaksanakan kegiatan rehabilitasi rumah yang tidak layak huni maupun peningkatan lingkungan permukiman, khususnya bagi masyarakat berpenghasilan rendah. Realisasi Pelaksanaan Rehabilitasi Rumah Tidak Layak Huni Tahun Anggaran APBD APBN KODAM CSR Total ) Urusan Penanaman Modal Pada tahun 2013 Kabupaten Jombang mampu mengukir prestasi untuk urusan penanaman modal dengan diperolehnya penghargaan Investment Award peringkat 3 se-provinsi Jawa Timur. Kabupaten Jombang menjadi sasaran lokasi investasi PMA dan PMDN peringkat ke 7 dari 38 kabupaten/kota di Jawa Timur. Berdasarkan ijin prinsip yang dikeluarkan Pemerintah Propinsi Jawa Timur, Kabupaten Jombang memberikan kontribusi investasi sebesar 2,79% dari seluruh nilai investasi di Jawa Timur. Hal ini berarti Kabupaten Jombang merupakan Kabupaten yang kondusif untuk berinvestasi. Berikut ini indikator yang bisa menjadi acuan terhadap iklim investasi dan penanaman modal di Kabupaten Jombang: a) Jumlah Investor Berskala Nasional (PMDN/PMA) II - 49

59 Jumlah Perusahaan Perkembangan jumlah PMA dan PMDN di Kabupaten Jombang dalam periode tahun 2009 sampai dengan tahun 2013 tribulan pertama menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan. Jumlah PMA dan PMDN yang tercatat di Kantor Penanaman Modal Kabupaten Jombang pada tahun 2009 sebanyak 9 perusahaan dan meningkat menjadi sebanyak 19 perusahaan pada tahun Capaian peningkatan jumlah investor pada kurun waktu lima tahun mencapai 111,11% Untuk lebih meningkatkan investasi di daerah, maka perlu dilakukan peningkatan upaya promosi potensi daerah secara efektif serta memberikan kepastian perizinan kepada investor, baik dalam maupun luar negeri, yang akan menginvestasikan dananya di Kabupaten Jombang. Peningkatan investasi dan usaha di Kabupaten Jombang akan menambah perluasan dan penyerapan tenaga kerja bagi masyarakat Jombang. Grafik 2.15 Perkembangan Jumlah PMA dan PMDN Tahun *) Jumlah PMDN,1,1,5,6,6 Jumlah PMA Jumlah PMA/PMDN,9,10,15,17,17 Sumber: Kantor Penanaman Modal, Tahun 2013 * Tribulan b) Jumlah Nilai Investasi Berskala Nasional (PMDN/PMA) Perkembangan investasi di daerah yang bersumber dari PMA/PMDN pada periode tahun 2009 sampai dengan tahun 2013 tribulan pertama menunjukkan tren peningkatan namun dengan pertumbuhan yang fluktuatif. Nilai investasi PMA/ PMDN pada tahun 2009 sebesar Rp ,- meningkat menjadi Rp ,- atau naik sebesar Rp ,- Grafik 2.16 II - 50

60 Perkembangan Kinerja Penanaman Modal/Investasi Tahun , , , , , , , , , ,000 - Realisasi Investasi PMA/PMDN Investasi PMA/PMDN Sumber: Kantor Penanaman Modal, Tahun 2013 * Tribulan Dari grafik di atas terlihat bahwa perkembangan nilai investasi daerah secara akumulatif menunjukkan peningkatan. Lonjakan investasi terjadi pada tahun 2010 dan pada tahun-tahun berikutnya. Rencana pembangunan infrastruktur strategis nasional di Kabupaten Jombang serta kesiapan Kabupaten Jombang dalam memfasilitasi pembangunan kawasan industri akan dapat mendongkrak pertumbuhan investasi di masa mendatang. 5) Urusan Koperasi dan Usaha Kecil Dan Menengah a) Meningkatnya persentase koperasi sehat Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan hukum yang kegiatannya berdasarkan atas asas kekeluargaan guna mencapai tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya. Pada dasarnya koperasi merupakan organisasi yang menyisyaratkan kemandirian yaitu koperasi akan berkembang dalam suasana kemandirian. Artinya, berkembang atau tidaknya koperasi sangat tergantung seberapa kuat fundamen internal mendukung ketercapaian tujuan berkoperasi. Adanya kesamaan kepentingan ekonomi dari para anggota-anggotanya, adanya pengurus yang memiliki motivasi kuat dan sanggup amanah serta tersedianya manajemen yang profesional merupakan kunci keberhasilan pembangunan koperasi *) II - 51

61 Pengelolaan koperasi sebaiknya berpedoman pada Tiga Sehat, yaitu sehat organisasi, sehat usaha, dan sehat mental. Pembinaan koperasi dengan berpedoman pada Tiga Sehat tersebut diharapkan jumlah koperasi sehat di Kabupaten Jombang meningkatkan dan memberikan dampak positif terhadap kesejahteraan masyarakat. Berdasarkan data Dinas Koperasi dan UMKM menunjukkan bahwa dalam 5 (lima) tahun terakhir terjadi peningkatan baik jumlah koperasi maupun prosentase koperasi sehat di Kabupaten Jombang. Hasil pengembangan kinerja koperasi di Kabupaten Jombang tahun 2009 sampai dengan tahun 2013 sebagaimana tabel berikut : Tabel 2.18 Perkembangan Kelembagaan Koperasi Tahun 2009 Tahun 2013 Uraian R% 1) Koperasi Sehat ,22 2) % Koperasi sehat 33,94 29,16 32,48 35,94 39,59 4,53 3) Koperasi Tidak Aktif ,86 4) Koperasi Aktif ,79 5) % Koperasi Aktif 90,56 92,80 93,26 93,28 93,30 0,75 6) Jumlah Koperasi ,83 Sumber data : Dinas Koperasi, UMKM Grafik 2.17 Perkembangan Kinerja Peningkatan Kualitas Kelembagaan KoperasiTahun % Koperasi sehat % Koperasi Aktif Sumber Data : Dinas Koperasi UMKM Berdasarkan data di atas diketahui bahwa perkembangan jumlah koperasi tahun 2009 sampai dengan tahun 2013 mengalami II - 52

62 peningkatan sebanyak 217 unit dari sebanyak 604 unit pada tahun 2009 menjadi sebanyak 821 unit pada tahun Perkembangan jumlah koperasi selama lima tahun terakhir dapat tumbuh rata-rata 8,83% per tahun. Sedangkan prosentase Koperasi sehat mengalami peningkatan rata-rata 4,53% per tahun dari sebesar 33,94% pada tahun 2009 meningkat menjadi 39,59% pada tahun Hal ini menunjukkan bahwa semakin meningkatnya kesadaran masyarakat akan manfaat koperasi dalam menunjang aktivitas perekonomian masyarakat melalui usaha ekonomi produktif. Diharapkan perkembangan jumlah koperasi tersebut mempunyai korelasi positif terhadap peningkatan kesejahteraan anggota koperasi khususnya dan masyarakat secara umum. Sedangkan untuk prosentase koperasi aktif rata-rata meningkat 0,75% per tahun dari sebesar 90,56% pada tahun 2009 meningkat menjadi 93,30% pada tahun Masih rendahnya progres peningkatan prosentase koperasi aktif tersebut menunjukan masih banyak koperasi yang membutuhkan pendampingan baik dari segi manajerial, pengelolaan keuangan, hingga penyusunan laporan pembukuan menuju terlaksanana Rapat Anggota Tahunan (RAT) yang tepat waktu. b) Persentase Koperasi wanita aktif Dari jumlah koperasi sebanyak 821 unit di Kabupaten Jombang tersebut terdapat 312 unit Koperasi Wanita di 306 desa/kelurahan sebagai bentuk revitalisasi lembaga keuangan mikro di tingkat desa/kelurahan dan diharapkan dapat menjadi wadah pengembangan ekonomi lokal berbasis pada usaha rumah tangga yang banyak dikelola oleh kaum wanita. Selain itu, juga sebagai upaya mengurangi ketergantungan masyarakat perdesaan khususnya pelaku usaha mikro terhadap rentenir dan atau Usaha Simpan Pinjam/Koperasi Simpan Pinjam liar. Berkembangnya koperasi wanita tersebut diharapkan bukan saja memotong jalur kemiskinan di lingkungan wanita saja, namun juga untuk menanamkan jiwa wirausaha dan nilai-nilai berkoperasi di lingkungan generasi yang akan datang melalui media keluarga. 6) Urusan Kependudukan Dan Catatan Sipil a) Cakupan Penerbitan Kartu Keluarga dan Kartu Tanda Penduduk II - 53

63 Pelayanan kependudukan yang telah dilakukan sepanjang tahun tribulan I meliputi pelayanan KTP, KK, dan mutasi kependudukan. Sampai dengan tahun 2013 tribulan I telah dilakukan pelayanan sebanyak lembar yaitu untuk pelayanan KTP sebanyak lembar, pelayanan KK sebanyak lembar, dan pelayanan mutasi sebanyak lembar. Sampai dengan akhir tahun 2012, jumlah warga yang wajib memiliki KTP sebanyak orang. Dari jumlah tersebut orang atau 93,66% telah memiliki KTP dan sisanya hanya sebanyak orang atau 6,34% belum memiliki KTP. Capaian ini didorong oleh meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya tertib administrasi kependudukan dan banyaknya kemudahan bagi masyarakat yang mengurus KTP dan KK. Selain pelayanan KTP dan KK, Pemerintah Kabupaten Jombang juga telah melayani administrasi mutasi kependudukan bagi penduduk yang memerlukan perubahan data kependudukan. Pelayanan mutasi kependudukan sampai dengan tahun 2013 tribulan I sebanyak 1639 orang Keberhasilan pelayanan di bidang kependudukan ini ditunjang oleh terbentuknya Tim Penyuluhan Pengurusan Kartu Tanda Penduduk (KTP) dan Kartu Keluarga (KK) di Kabupaten Jombang. Perkembangan pelayanan kependudukan di Kabupaten Jombang sebagaimana grafik berikut : Grafik 2.18 Pelayanan Kependudukan Tahun , , , ,000 50, KTP 85,453 71, ,788 50,310 KK 74,579 59, ,129 41,892 Mutasi 23, ,397 19,683 23,835 Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil II - 54

64 b) Cakupan Penerbitan Akte Pencatatan Sipil Akta Kelahiran adalah Bukti Sah mengenai Status dan Peristiwa Kelahiran Seseorang yang dikeluarkan oleh Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil. Bayi yang dilaporkan kelahirannya akan terdaftar dalam Kartu Keluarga dan diberi Nomor Induk Kependudukan (NIK) sebagai dasar untuk memperoleh pelayanan masyarakat Lainnya. Pelayanan akta pencatatan sipil bertujuan untuk memberikan kepastian hukum terhadap setiap warga negara khususnya yang berada di wilayah Kabupaten Jombang. Jumlah pelayanan akta pencatatan sipil yang diberikan sampai dengan tahun 2013 tribulan I sebanyak lembar akta. Pelayanan terbanyak terjadi pada tahun 2010 dimana dalam satu tahun telah diterbitkan sebanyak akta yang terdiri dari akta kelahiran dan sisanya adalah akta catatan sipil lainnya. Melonjaknya jumlah pelayanan akta kelahiran ini disebabkan oleh berakhirnya program pelayanan akta melalui program dispensasi berdasarkan Peraturan Bupati Nomor 48 Tahun 2009 tanggal 24 Juli 2009 pada Desember 2010, sehingga masyarakat berduyun-duyun untuk mendapatkan akte kelahiran gratis pada tahun tersebut. Perkembangan pelayanan akta pencatatan sipil selama 5 tahun terakhir sebagaimana tergambar dalam grafik berikut : Grafik 2.19 Perkembangan Pelayanan Akta Pencatatan Sipil Tahun Tribulan Pertama Sumber: Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil 7) Urusan Ketenagakerjaan a) Tingkat Pengangguran Terbuka II - 55

65 Pengangguran Terbuka merupakan bagian dari angkatan kerja yang tidak bekerja atau sedang mencari pekerjaan (baik bagi mereka yang belum pernah bekerja sama sekali maupun yang sudah penah berkerja), atau sedang mempersiapkan suatu usaha, mereka yang tidak mencari pekerjaan karena merasa tidak mungkin untuk mendapatkan pekerjaan dan mereka yang sudah memiliki pekerjaan tetapi belum mulai bekerja. Proporsi atau jumlah pengangguran terbuka dari angkatan kerja berguna sebagai acuan pemerintah bagi pembukaan lapangan kerja baru. Disamping itu, trend indikator ini akan menunjukkan keberhasilan progam ketenagakerjaan dari tahun ke tahun. Jumlah angkatan kerja di Kabupaten Jombang sepanjang tahun mengalami tren turun naik, turun pada tahun 2010 kemudian naik pada tahun 2011 dan turun lagi pada tahun Secara akumulasi, selama 5 tahun terakhir jumlah angkatan kerja mengalami penurunan sebanyak orang atau turun sebesar 13,18%. Penduduk yang bekerja di Kabupaten Jombang sepanjang tahun mengalami tren turun naik. Secara keseluruhan terjadi penurunan sebanyak orang, yaitu dari sebanyak orang pada tahun 2009 menjadi sebanyak orang pada tahun 2012 atau turun sebanyak 13,64%. Jumlah penganggur di Kabupaten Jombang selama tahun mengalami tren turun naik. Secara akumulatif jumlah pengangguran selama 5 tahun terakhir mengalami penurunan sebanyak orang, yaitu dari sebanyak orang pada tahun 2009 menjadi sebanyak orang pada tahun 2012 atau turun sebesar 6,14%. Grafik 2.20 Perkembangan Angkatan Kerja Kabupaten Jombang Tahun II - 56

66 Sumber : Hasil Survei Angkatan Kerja Nasional, diolah Tingkat pengangguran terbuka selama tahun mengalami tren menurun yang sangat signifikan, yaitu dari sebesar 6,19% pada tahun 2009, kemudian menurun menjadi 5,27% pada tahun 2010, dan menurun menjadi 4,24% pada tahun Namun pada tahun 2012 terjadi peningkatan jumlah pengangguran yang signifikan, sehingga mengakibatkan peningkatan TPT menjadi sebesar 6,69%. Jika dilihat bahwa jumlah pengangguran terbesar pada tahun 2012 didominasi oleh penduduk golongan umur tahun (sebesar orang atau 24,78%) dan golongan umur tahun (sebesar orang atau 31,07%) maka peningkatan TPT pada tahun 2012 ini diduga disebabkan oleh anak-anak usia sekolah SMA dan lulusan SMA yang tidak sekolah lagi dan mencari pekerjaan. Pada tahun 2012 jumlah pencari kerja yang terdaftar mencapai 5.648, sementara lowongan pekerjaan yang tersedia mencapai orang, akan tetapi pencari kerja yang berhasil ditempatkan hanya mencapai orang, maka dapat disimpulkan bahwa kapasitas tenaga kerja belum mampu memenuhi kebutuhan pasar kerja yang ada. Grafik 2.21 Perkembangan Tingkat Pengangguran Terbuka di Kabupaten Jombang Tahun II - 57

67 Sumber : Hasil Survei Angkatan Kerja Nasional, diolah 8) Ketahanan Pangan a) Kecukupan protein per kapita Protein adalah suatu senyawa organik yang digunakan oleh tubuh sebagai zat pembangun atau pertumbuhan dan pemeliharaan tubuh seperti pengatur serta mempertahankan daya tahan tubuh terhadap serangan penyakit. Oleh karena itu, kecukupan protein cukup berpengaruh terhadap tingkat kualitas kesehatan masyarakat.selain itu, protein juga sebagai cadangan energi jika karbohidrat dan lemak sudah habis. Karena adanya fungsi inilah maka penentuan kecukupan protein dilakukan pada saat kecukupan energi terpenuhi. Ketersediaan energi dan protein penduduk Kabupaten Jombang selama tahun telah melampaui angka kecukupan energi dan protein yang ditetapkan pada Standar Pelayanan Minimal ketahanan pangan yaitu angka kecukupan energi sebesar 2200 kalori/kapita/hr dan protein sebesar 57 gr/kapita/hr (Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi Tahun 2004). Perkembangan Ketersediaan dan Angka Kecukupan Protein (AKP) sebagaimana dapat dilihat pada grafik berikut: Grafik 2.22 Perkembangan Ketersediaan dan Angka Kecukupan Protein Tahun II - 58

68 SPM AKP Ketersediaa n Protein AKP Hewani SPM AKP 57 gr/kap/hr Sumber data : Kantor Ketahanan Pangan Pemenuhan kecukupan protein hewani tiga tahun terakhir masih kurang dari SPM Ketahanan Pangan sebesar 57 gram/kapita/hari walaupun jika dilihat dari ketersediaan protein sudah jauh melampaui SPM AKP. Hal ini antara lain disebabkan mahalnya harga bahan pangan asal ternak khususnya daging sehingga tidak terjangkau oleh sebagian besar penduduk. Kekurangan protein banyak terdapat pada masyarakat sosial ekonomi rendah. Perkembangan ketersediaan Energi dan Angka Kecukupan Energi (AKE) selama lima tahun terakhir sebagaimana grafik berikut: Grafik 2.24 Perkembangan Ketersediaan dan Angka Kecukupan Energi Tahun II - 59

69 SPM AKE AKE Ketersediaan Energi SPM AKE kal/kap/hr Sumber data: Kantor Ketahanan Pangan Baik ketersediaan energi maupun Angka Kecukupan Energi (AKE) masyarakat di Kabupaten Jombang selama 5 (lima) tahun terakhir sudah jauh melampaui SPM AKE sebesar kalori/kapita/hari. Ke depan perlu lebih digiatkan lagi aplikasi program diversifikasi pangan dan pola pangan yang bergizi, beragam, berimbang dan aman. b) Pencapaian skor pola pangan harapan (PPH) Penyelenggaraan urusan pangan di Indonesia diatur melalui Undang-Undang Pangan Nomor 18 Tahun 2012 pengganti Undang- Undang Pangan Nomor 7 Tahun Dalam Undang-Undang Pangan ini ditekankan pemenuhan kebutuhan pangan di tingkat perorangan, dengan memanfaatkan potensi sumber daya alam, manusia, sosial, ekonomi dan kearifan lokal secara bermanfaat. Dewasa ini situasi kualitas konsumsi pangan masyarakat masih dirasakan kurang beragam dan bergizi seimbang. Padahal konsumsi pangan dengan gizi cukup dan seimbang merupakan salah satu faktor penting yang menentukan tingkat kesehatan dan intelegensia manusia. Volume dan kualitas komsumsi pangan dan gizi di dalam rumah tangga juga dipengaruhi oleh kondisi ekonomi, pengetahuan dan budaya masyarakat. Indikator kualitas komsumsi pangan ditunjukan oleh skor Pola Pangan Harapan (PPH) yang dipengaruhi oleh keragaman dan keseimbangan konsumsi antar kelompok makanan. Skor Pola Pangan Harapan (PPH) adalah komposisi kelompok pangan utama yang bila dikonsumsi dapat memenuhi kebutuhan energi dan zat gizi lainnya dan menggambarkan keragaman ketersediaan pangan untuk dikonsumsi penduduk. Semakin tinggi II - 60

70 Axis Title skor PPH semakin beragam pangan yang dikonsumsi dan semakin baik zat gizi yang diperoleh. PPH biasanya digunakan untuk perencanaan konsumsi, kebutuhan dan penyediaan pangan yang ideal di suatu wilayah. Menurut Susenas 2011, Tingkat Pola Pangan Harapan (PPH) di Indonesia pada periode tahun mengalami fluktuasi mulai dari 75,7 pada tahun 2009 naik menjadi 77,5 pada tahun 2010, kemudian turun lagi pada tahun 2011 menjadi 77,3 dan tingkat PPH pada tahun 2012 bahkan cenderung mengalami penurunan lagi. Perkembangan capaian indikator diversifikasi pangan di Kabupaten Jombang yang ditunjukan dengan skor PPH selama tahun menunjukan adanya penurunan rata-rata 3,16% per tahun. Realisasi pencapaian skor Pola Pangan Harapan tahun 2012 sebesar 81,7% lebih rendah dari standart pelayanan minimal 90%. Dari trend skor pola pangan harapan tersebut maka mutu dan keragaman pangan serta keseimbangan gizi sudah cukup baik, namun ada beberapa kelompok pangan yang belum mencapai target skor maksimal yaitu kelompok pangan umbi-umbian, pangan hewani, buah/biji berminyak, kacangkacangan, gula, buah dan sayur. Selanjutnya upaya diversifikasi pangan non beras harus lebih diintensifkan dan terintegrasi dengan program-program lainnya. Perkembangan skor Pola Pangan Harapan (PPH) selama tahun sebagaimana grafik berikut: Grafik 2.25 Perkembangan Skor Pola Pangan Harapan Tahun % 90.00% 88.00% 86.00% 84.00% 82.00% 80.00% 78.00% 76.00% SPM PPH 90% Skor PPH 90.20% 90.40% 89.50% 81.70% Sumber data: Kantor Ketahanan Pangan II - 61

71 Diversifikasi pangan menjadi salah satu pilar utama dalam mewujudkan ketahanan pangan. Diversifikasi konsumsi pangan tidak hanya sebagai upaya mengurangi ketergantungan pada beras tetapi juga upaya peningkatan perbaikan gizi untuk mendapatkan manusia yang berkualitas dan mampu berdaya saing dalam percaturan globalisasi. c) Menurunnya jumlah daerah rawan pangan Penanganan kerawanan pangan adalah penanganan kondisi ketidakcukupan pangan yang dialami daerah, masyarakat, atau rumah tangga, pada waktu tertentu untuk memenuhi standar kebutuhan fisiologi bagi pertumbuhan dan kesehatan masyarakat. Kerawanan pangan sangat dipengaruhi oleh daya beli masyarakat yang ditentukan oleh tingkat pendapatannya, rendahnya tingkat pendapatan memperburuk konsumsi energi dan protein. Di Kabupaten Jombang tidak terdapat daerah rawan pangan, namun masih ditemukan 8 Desa di 4 Kecamatan yang hampir rawan pangan yaitu Desa Mundusewu dan Desa Ngrimbi Kecamatan Bareng, Desa Jipurapah dan Desa Gebangbunder Kecamatan Plandaan, Desa Pandan Blole dan Desa Gedongombo Kecamatan Ploso serta Desa Munungkerep dan Desa Genengan Jasem Kecamatan Kabuh. Kebijakan urusan Ketahanan Pangan Pemerintah Kabupaten Jombang dalam rangka meningkatkan pengamanan ketahanan pangan diarahkan untuk: a. Mempertahankan tingkat produksi beras dengan ketersediaan minimal yang cukup untuk mendukung kemandirian pangan; b. Meningkatkan ketersediaan pangan ternak dan ikan dari dalam negeri, melalui peningkatan populasi hewan dan produksi pangan hewani dari produksi dalam negeri agar ketersediaan dan keamanan pangan hewani dapat lebih terjamin untuk mendukung peningkatan kualitas sumber daya manusia; c. Melakukan diversifikasi pangan untuk menurunkan ketergantungan pada beras, dengan konsumsi pangan alternatif berbahan lokal. Diversifikasi pangan saat ini adalah kunci keberhasilan dalam mempertahankan ketahanan pangan. Program Diversifikasi Pangan ini II - 62

72 merupakan langkah jitu untuk meredam gejolak pangan dunia dan nasional ditengah ancaman perubahan iklim. Selain itu, diversifikasi pangan menjadi cara mengembangkan kearifan lokal melalui pengoptimalan sumber daya yang ada. Implementasi diversifikasi pangan berbasis kearifan lokal memerlukan strategi dan komitmen yang kuat dari pemerintah, petani, pengusaha, dan masyarakat. Keberhasilan program ini memerlukan kerjasama dan koordinasi yang dikuat dari berbagai pemangku kepentingan. Dimana pemerintah memegang peranan penting dalam membuat kebijakan yang pro pertanian lokal. 9) Urusan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak a) Jumlah kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak Jumlah kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak, selama kurun waktu sebagaimana table berikut : Tabel 2.20 Kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak di Kabupaten Jombang Tahun NO INDIKATOR SAT CAPAIAN Jumlah kejadian Kasus Sumber : BPPKB Masih banyaknya kejadian kekerasan terhadap perempuan dan anak yang terjadi menunjukkan bahwa kesadaran masyarakat untuk melaporkan tindak kekerasan yang terjadi semakin meningkat. Selain itu juga menunjukkan bahwa lembaga P2TP2A yang dibentuk telah menjadi lembaga rujukan yang mendapat kepercayaan tinggi dari masyarakat. 10) Urusan Keluarga Berencana Dan Keluarga Sejahtera a) Laju Pertumbuhan Penduduk Laju pertumbuhan penduduk (LPP) adalah Angka yang menunjukan tingkat pertambahan penduduk pertahun dalam jangka waktu tertentu. Laju pertumbuhan penduduk di Kabupaten Jombang sepanjang tahun mengalami penurunan yang sangat II - 63

73 signifikan, yaitu dari sebesar 0,94% pada tahun 2009 menjadi sebesar 0,69% pada tahun Dengan capaian ini, maka target LPP yang ditetapkan secara nasional pertumbuhan penduduk 1,1% pada tahun 2014, telah terlampaui. Perkembangan LPP Kabupaten Jombang sebagaimana grafik berikut : Grafik 2.24 Laju Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Jombang Tahun Sumber : BPPKB, ) Urusan Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian, dan Persandian a) Indeks Kepuasan Masyarakat Pelayanan publik oleh aparatur pemerintah dewasa ini masih banyak dijumpai kelemahan sehingga belum dapat memenuhi kualitas yang diharapkan masyarakat. Hal ini ditandai dengan masih adanya berbagai keluhan masyarakat yang disampaikan melalui media massa, sehingga dapat menimbulkan citra yang kurang baik terhadap aparatur pemerintah. Mengingat fungsi utama pemerintah adalah melayani masyarakat maka pemerintah perlu terus berupaya meningkatkan kualitas pelayanan. Salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik, sebagaimana diamanatkan dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional (PROPENAS), perlu disusun indeks kepuasan masyarakat sebagai tolok II - 64

74 ukur untuk menilai tingkat kualitas pelayanan. Di samping itu data indeks kepuasan masyarakat akan dapat menjadi bahan penilaian terhadap unsur pelayanan yang masih perfu perbaikan dan menjadi pendorong setiap unit penyelenggara pelayanan untuk meningkatkan kualitas pelayanannya. Kinerja pelayanan pemerintah Kabupaten Jombang kepada masyarakat dinilai menggunakan indikator Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM). IKM diukur pada SKPD penyelenggara pelayanan masyarakat dan urusan pemerintahan yang penilaiannya berdasarkan 14 unsur pelayanan. Semakin tinggi IKM menunjukkan semakin baiknya pencapaian sasaran meningkatnya aksesibilitas masyarakat terhadap pelayanan pemerintah daerah. Realisasi selama 5 tahun terakhir pada kelompok dinas dan kelompok kecamatan menunjukkan trend naik, sementara pada kelompok badan menunjukkan kecenderungan turun. Hasil pengukuran IKM sampai dengan tahun 2012 pada semua kelompok termasuk dalam kategori BAIK, dengan nilai rata-rata IKM pada kelompok Badan Daerah sebesar 75,55; kelompok Dinas Daerah sebesar 76,42; dan kelompok kecamatan sebesar 74,33. Secara keseluruhan, sepanjang tahun terdapat peningkatan ratarata IKM sebesar 0,87. Artinya pelayanan yang diberikan pada masyarakat pada dari tahun ke tahun telah mengalami peningkatan. Perkembangan IKM Kabupaten Jombang sepanjang tahun sebagaimana grafik berikut : Grafik 2.25 IKM Kabupaten JombangTahun Sumber : Bagian Organisasi Sekretariat Daerah II - 65

75 12) Urusan Sosial a) Jumlah Penyandang Masalah Sosial dan Kesejahteraan Jumlah PMKS di Kabupaten Jombang yang terdiri dari 28 jenis PMKS selama tahun mengalami penurunan sebanyak 90 orang yaitu dari sebanyak orang pada tahun 2009 menjadi sebanyak orang pada tahun Untuk lebih jelasnya berikut gambaran jumlah PMKS di Kabupaten Jombang yang tergambar dalam grafik: Grafik 2.26 Jumlah PMKS Kabupaten Jombang Tahun Sumber : Dinsosnakertrans Kabupaten Jombang 13) Urusan Kebudayaan a) Jumlah Prestasi Seni dan Budaya Pada tahun 2012 Kabupaten Jombang telah memiliki 490 kelompok seni dan budaya dan telah melahirkan banyak prestasi. Sepanjang tahun Pemerintah Kabupaten Jombang telah melakukan upaya-upaya pembinaan terhadap seluruh potensi budaya yang ada. Hal ini di lakukan dalam rangka memelihara nilai-nilai kearifan lokal yang sudah tumbuh dan berkembang di masyarakat. Hasil dari pembinaan seluruh potensi budaya yang ada, selama 5 tahun terakhir telah tercapai prestasi budaya sebanyak 38 prestasi pada 20 event. Perkembangan jumlah prestasi Budaya di Kabupaten Jombang sebagaimana grafik berikut: II - 66

76 Grafik 2.27 Perkembangan Jumlah Prestasi Budaya Tahun Sumber : Disporabudpar, diolah 14) Urusan Kearsipan a) Meningkatnya persentase instansi yang telah menerapkan pengelolaan arsip secara baku Untuk lebih meningkatkan informasi pembangunan yang berkualitas maka salah satu perangkat yang dibutuhkan adalah sistem kearsipan yang baik. Berkaitan dengan hal tersebut, Pemerintah Kabupaten Jombang melaksanakan pengadaan sarana pengolahan dan penyimpanan arsip berupa boks arsip, mesin penghancur kertas, rak arsip, yang dibutuhkan oleh seluruh SKPD se-kabupaten Jombang serta melakukan pembinaan (perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, pertanggungjawaban, pelaporan, monitoring dan evaluasi) kepada arsiparis (pengelola arsip) terutama di desa. Sampai dengan tahun 2012 seluruh SKPD telah dapat melaksanakan tertib administrasi kearsipan sesuai standar Peraturan Bupati Nomor 15 Tahun 2012 tentang Tata Naskah Dinas. Capaian ini didorong oleh telah meningkatnya kapasitas pengelola kearsipan dan meningkatnya pemahaman tentang pentingnya nilai arsip bagi SKPD tersebut. Pengelolaan Sistem kearsipan yang baik ini ditunjang oleh kelengkapan alat kearsipan yang memadai di seluruh SKPD serta dukungan Tim Pemilah Arsip yang telah dibentuk. II - 67

77 Aspek daya dukung pengelolaan arsip di Kecamatan mempengaruhi kinerja Kecamatan dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Pemerintah Kabupaten Jombang menaruh perhatian khusus atas aspek tersebut. Dari jumlah seluruh Kecamatan yang ada, pada tahun 2009 sampai dengan tahun 2013, seluruhnya sebanyak 21 Kecamatan telah memenuhi ketentuan penyimpanan arsip daerah secara baik atau 100%. 15) Urusan Perpustakaan a) Jumlah pengunjung perpustakaan Kabupaten Jombang Pada zaman global sekarang, pendidikan merupakan sesuatu hal yang penting. Karena pendidikan merupakan akar dari peradaban sebuah bangsa. Pendidikan sekarang telah menjadi kebutuhan pokok yang harus dimiliki setiap orang agar bisa menjawab tantangan kehidupan. Untuk memperoleh pendidikan, banyak cara yang dapat tercapai, diantaranya melalui perpustakaan. Karena di perpustakaan berbagai sumber informasi bisa diperoleh, selain itu banyak juga manfaat lain yang dapat diperoleh melalui perpustakaan. Dalam arti tradisional, perpustakaan adalah sebuah koleksi buku dan majalah. Walaupun dapat diartikan sebagai koleksi pribadi perseorangan, namun perpustakaan lebih umum dikenal sebagai sebuah koleksi besar yang dibiayai dan dioperasikan oleh sebuah kota atau institusi, dan dimanfaatkan oleh masyarakat yang rata-rata tidak mampu membeli sekian banyak buku atas biaya sendiri. Perpustakaan dapat juga diartikan sebagai kumpulan informasi yang bersifat ilmu pengetahuan, hiburan, rekreasi, dan ibadah yang merupakan kebutuhan hakiki manusia. Oleh karena itu perpustakaan modern telah didefinisikan kembali sebagai tempat untuk mengakses informasi dalam format apa pun, apakah informasi itu disimpan dalam gedung perpustakaan tersebut atau tidak. Dalam perpustakaan modern ini selain kumpulan buku tercetak, sebagian buku dan koleksinya ada dalam perpustakaan digital (dalam bentuk data yang bisa diakses lewat jaringan komputer). Keberadaan Perpustakaan tentunya sangat bermanfaat unutk perkembangan keilmuan di suatu daerah. Dengan semboyan buku adalah jendela dunia tentunya sudah sewajarnya perpustakaan menjadi tempat yang menarik untuk di kunjungi. Pengunjung II - 68

78 perpustakaan adalah pemakai perpustakaan yang berkunjung ke perpustakaan untuk mencari bahan pustaka dalam satu (1) tahun. Selama kurun waktu tahun perkembangan jumlah pengunjung perpustakaan milik Pemerintah Kabupaten Jombang sangat menggembirakan. Pada tahun 2009 jumlah pengunjung mencapai pengunjung, tahun 2010 mencapai pengunjung, tahun 2011 mencapai pengunjung, tahun 2012 mencapai pengunjung, dan pada tahun 2013 mencapai pengunjung. Perkembangan pengunjung perpustakaan selama 5 tahun terakhir mengalami peningkatan pengunjung sebesar 273,26%. Perkembangan jumlah pengunjung perpustakaan pemda selama 5 tahun terakhir sebagaimana terlihat pada grafik berikut: Grafik 2.27 Jumlah Pengunjung Perpustakaan Kabupaten Jombang Tahun Sumber data : Kantor Arsip, PDE dan Perpustakaan Dalam upaya meningkatkan jumlah kunjungan masyarakat ke Perpustakaan Daerah maupun untuk memperluas akses informasi bacaan telah dilakukan beberapa upaya, beberapa diantaranya yaitu sebagai berikut : 1. Peningkatan jumlah sarana dan prasarana perpustakaan daerah yaitu berupa penambahan buku setiap tahun yang dilakukan melalui dana APBD Kab. Jombang dan bantuan buku dari Pemerintah Pusat. Peningkatan tersebut yakni dari sebanyak judul buku dengan jumlah buku sebanyak eksemplar pada tahun 2009, menjadi sebanyak judul buku dengan jumlah buku sebanyak eksemplar. Peningkatan judul buku ini untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yaitu II - 69

79 buku untuk peningkatan usaha/kewirausahaan, serta buku yang dikarang oleh putra Jombang. 2. Pengembangan perpustakaan keliling yang menjangkau masyarakat hingga ke pelosok desa sehingga meningkatkan akses masyarakat untuk mendapatkan informasi melalui buku bacaan. 3. Penambahan jam pelayanan perpustakaan yang sebelumnya pukul pagi sampai dengan pukul sore selama 5 hari kerja, diperpanjang menjadi 6 hari kerja mulai pukul 7.00 pagi sampai dengan pukul malam. 4. Pameran buku yang diselenggarakan setiap satu tahun sekali. 5. Peningkatan kapasitas pustakawan dengan memfasilitasi Musyawarah Pustakawan Sekolah (MPS) 6. Peningkatan kapasitas Perpustakaan Umum dengan adanya ruang baca anak. 7. Peningkatan rasa aman dan nyaman dengan terbangunnya tempat parkir beserta peralatan pengamanannya (CCTV). B. Fokus Layanan Urusan Pilihan 1. Urusan Kelautan dan Perikanan a) Peningkatan Produksi dan Produktifitas Hasil Perikanan Perikanan adalah kegiatan manusia yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya hayati perairan dimulai dari praproduksi, produksi, pengolahan sampai dengan pemasaran yang dilaksanakan dalam suatu sistem bisnis perikanan atau disebut sebagai usaha agribisnis. Pada umumnya usaha perikanan dimaksudkan untuk kepentingan penyediaan pangan bagi manusia. Di Kabupaten Jombang yang tidak memiliki wilayah perairan laut hanya mengandalkan hasil perikanan air tawar. Perkembangan capaian kinerja produksi perikanan selama tahun menunjukan trend meningkat sebagaimana terlihat pada grafik berikut: Grafik 2.28 Perkembangan Jumlah Produksi Perikanan II - 70

80 18, , , , Tahun , , , , , , , , , , Sumber data: Dinas Peternakan dan Perikanan Perkembangan produksi perikanan tahun meningkat rata-rata 18,57% per tahun dari sebesar 9.060,4 ton pada tahun 2009 menjdi sebesar ,95 ton pada tahun Pencapaian target produksi tersebut antara lain ditentukan oleh keberhasilan intensifikasi program perikanan budidaya, adanya program restocking ikan yaitu penebaran benih ikan di perairan umum seperti embung, serta peningkatan pengetahuan dan keterampilan petani ikan dalam teknis budidaya ikan sehingga kematian ikan dapat ditekan dan akhirnya produksi dapat meningkat. 2. Urusan Pertanian a) Produksi dan Produktivitas Tanaman Pangan Subsektor tanaman pangan sebagai bagian dari sektor pertanian memiliki peranan yang sangat penting dalam ketahanan nasional, baik dikala kondisi ekonomi normal maupun saat menghadapi krisis. Tanaman pangan sangat relevan untuk di jadikan pilar ekonomi di daerah, mengingat sumber daya ekonomi yang dimiliki setiap daerah yang siap didayagunakan untuk membangun ekonomi adalah sumber daya pertanian tanaman pangan. Begitu juga halnya di Kabupaten Jombang, dengan produksi tanaman pangan dijadikan andalan daerah, sehingga peningkatan produksi dan produktifitas tanaman pangan harus menjadi prioritas utama. II - 71

81 Ton Secara umum produksi tanaman pangan utama (padi, jagung dan kedelai) di Kabupaten Jombang selama tahun dapat dikatakan mengalami peningkatan jika dibandingkan produksi tanaman pangan utama pada tahun Perkembangan produksi tanaman pangan utama (padi, jagung dan kedelai) sebagaimana grafik berikut: Grafik 2.29 Perkembangan Produksi Tanaman Pangan Utama di Kabupaten Jombang Tahun Produksi Tanaman Pangan Utama (Ton) 500, , , , , , , , ,000 50,000 - Padi Jagung Kedelai , ,820 7, , ,392 8, , ,873 8, , ,666 13, , ,842 9,017 Sumber: Dinas Pertanian Berdasarkan data tersebut di atas diketahui bahwa produksi padi selama lima tahun terakhir mengalami peningkatan dengan pertumbuhan rata-rata 0,67% per tahun dari sebanyak ton pada tahun 2009 menjadi sebanyak ton pada tahun Namun pada tahun 2011 mengalami penurunan akibat serangan organisme pengganggu tanaman karena dampak anomali iklim pada tahun Produksi beras tahun 2012 mengalami peningkatan cukup besar yaitu 20,86% dari produksi tahun 2011, keberhasilan ini mendapatkan apresiasi dari Presiden sebagai Kabupaten yang berhasil meningkatkan produksi beras di atas 5%. Perkembangan produksi jagung selama lima tahun terakhir dapat dikatakan meningkat dengan pertumbuhan rata-rata 3,28% per tahun dari sebesar sebesar ton pada tahun 2009 menjadi sebesar ton pada tahun Sedangkan perkembangan produksi kedelai selama lima tahun terakhir dapat dikatakan II - 72

82 meningkat dengan pertumbuhan rata-rata 10,59% per tahun dari sebesar sebesar ton pada tahun 2009 menjadi sebesar ton pada tahun Produksi tanaman pangan utama baik padi, jagung maupun kedelai tahun 2013 mengalami menurunan jika dibandingkan produksi tahun Hal ini disebabkan selain turunnya luas panen juga disebabkan adanya perubahan iklim (anomali iklim) dimana terjadi kemarau basah yaitu masih terjadi hujan pada musim kemarau. Hal ini berakibat berkurangnya intensitas penyinaran matahari yang dibutuhkan untuk proses fotosintesis / pengisian bulir padi, jagung maupun kedelai. Satu yang tidak bisa luput ketika membahas usaha tani tanaman pangan (padi, jagung dan kedelai) adalah produktivitas tanaman. Produktivitas adalah kemampuan suatu tanah untuk menghasilkan suatu tanaman yang sedang diusahakan dengan system pengelolaan tertentu. Produktivitas disebut juga dalam faktor produksi, karena dapat menunjang pertumbuhan tanaman yang dibudidayakan. Produktivitas tanaman biasa dijadikan sebagai tolok ukur keberhasilan usaha tani. Suatu daerah yang rata-rata produktivitas tanamannya tinggi dipersepsikan telah berhasil dalam menerapkan teknologi usaha taninya atau dianggap teknik budidayanya lebih maju daripada daerah lain yang memiliki produktivitas lebih rendah. Secara umum produktivitas tanaman pangan utama (padi, jagung dan kedelai) di Kabupaten Jombang tahun 2013 menunjukan adanya peningkatan jika dibandingkan tahun Perkembangan produktivitas tanaman pangan utama selama 5 (lima) tahun terakhir sebagaimana terlihat pada grafik berikut: II - 73

83 Produktivitas (Kw/Ha) Grafik 2.32 Perkembangan Produtivitas Tanaman Pangan Utama (Padi, Jagung dan Kedelai) di Kabupaten Jombang Tahun Sumber: Dinas Pertanian Produktivitas padi selama kurun waktu lima tahun terakhir turun rata-rata 0,35% per tahun dari sebesar 61,44 kw/ha pada tahun 2009 menjadi 57,97 kw/ha pada tahun Untuk komoditi jagung meningkat rata-rata 10,08% per tahun dari sebesar 48,15 kw/ha pada tahun 2009 menjadi 68,23 kw/ha pada tahun Sedang untuk komoditi kedelai meningkat rata-rata 16,2% dari sebesar 10,12 kw/ha pada tahun 2009 menjadi 17,67 Kw/Ha pada tahun Produktivitas tanaman pangan utama baik padi, jagung maupun kedelai tahun 2013 mengalami penurunan jika dibandingkan dengan produktivitas tahun 2012, disebabkan perubahan iklim yaitu terjadi kemarau basah. b) Produksi dan Produktivitas Tanaman Hortikultura Tanaman hortikultura utama di kabupaten Jombang adalah Cabai, Durian dan Mangga. Secara umum produksi tanaman holtikultura utama di Kabupaten Jombang selama tahun cenderung mengalami peningkatan sebagaimana terlihat pada grafik berikut: padi jagung kedelai 2009,61.44,48.15, ,64.78,58.87, ,53.85,67.59, ,65.33,79.03, ,57.97,68.23,17.67 II - 74

84 Produksi (ton) Grafik 2.33 Perkembangan Produksi Tanaman Hortikultura Utama (Cabai, Durian dan Mangga) di Kabupaten Jombang Tahun Perkembangan Produksi Hortikultura Tahun Cabai Durian Mangga , , , , , , , , , , , , , , , Sumber: Dinas Pertanian Produksi tanaman hortikultura (cabai, durian dan mangga) selama tahun menunjukkan trend yang meningkat, dengan peningkatan produksi cabai rata-rata 64,23% per tahun dari sebesar 1.135,9 ton pada tahun 2009 menjadi sebesar ton pada tahun Untuk komoditi durian terjadi peningkatan rata-rata 5,14% per tahun dari sebesar ,4 ton pada tahun 2009 menjadi sebesar ton pada tahun Sedangkan untuk komoditi mangga meningkat rata-rata 106,83% per tahun dari sebesar 5.092,6 ton pada tahun 2009 menjadi sebesar ton pada tahun Namun Produksi mangga pada tahun 2013 terjadi penurunan jika dibandingka tahun 2012, hal ini disebabkan karena pada saat tanaman berbunga terjadi hujan dan angin yang menyebabkan bunga gugur dan gagal menjadi buah. Secara umum produktivitas tanaman hortikultura utama (Cabai, Durian dan Mangga) di Kabupaten Jombang selama tahun menunjukan trend yang meningkat. Perkembangan produktivitas tanaman hortikultura utama di Kabupaten Jombang sebagaimana grafik berikut: II - 75

85 Grafik 2.34 Perkembangan Produktivitas Hortikurkura Utama (Cabai, Durian dan Mangga) di Kabupaten Jombang Tahun Produktivitas Hortikultura Tahun Cabai (Kw/Ha) Durian (Kg/pohon) Mangga (Kg/pohon) 2009,20.95,127.34, ,19.62,122.20, ,20.36,124.20, ,69.87,105.60, ,25.15,108.00,65.00 Sumber: Dinas Pertanian Produktivitas tanaman Cabai selama tahun menunjukkan peningkatan dengan pertumbuhan rata-rata 44,15% per tahun dari sebesar 20,95 kw/ha pada tahun 2009 menjadi sebesar 25,15 Kw/Ha pada tahun Untuk komoditi mangga meningkat rata-rata 41,28% per tahun dari sebesar 25 Kg/pohon pada tahun 2009 menjadi sebesar 65 Kg/pohon pada tahun Sedang produktivitas durian mengalami penurunan rata-rata 3,78% per tahun dari sebesar 127,34 Kg/pohon pada tahun 2009 menjadi sebesar 108 Kg/pohon pada tahun Sebenarnya upaya untuk meningkatkan produksi dan produktivitas tanaman pangan dan hortikultura tahun 2013 sudah banyak dilaksanakan antara lain melalui upaya-upaya intensifikasi dan ekstensifikasi usaha tani, penyediaan sarana prasarana produksi serta emanfaatan teknologi tepat guna dalam sistem usaha tani namun hal tersebut belum mampu meningkatkan produksi dan produktivitas tanaman pangan. II - 76

86 Ton c) Produksi dan Produktivitas Tanaman Perkebunan Perkebunan adalah segala kegiatan yang mengusahakan tanaman tertentu pada tanah dan/atau media tumbuh lainnya dalam ekosistem yang sesuai meliputi mengolah, memasarkan barang dan jasa hasil tanaman tersebut dengan bantuan ilmu pengetahuan dan teknologi, permodalan serta manajemen untuk mewujudkan kesejahteraan bagi pelaku usaha perkebunan dan masyarakat.tanaman yang ditanam bukanlah tanaman yang menjadi makanan pokok maupun sayuran melainkan tanaman yang umumnya berukuran besar dengan waktu penanaman yang relatif lama. Tanaman perkebunan di Kabupaten Jombang yang utama adalah Tebu, Tembakau dan Cengkeh. Secara umum perkembangan produksi tanaman perkebunan selama lima tahun terakhir dapat dikatakan mengalami peningkatan sebagaimana terlihat pada grafik berikut: Grafik 2.34 Perkembangan Produksi Tanaman Perkebunan (Tebu, Tembakau dan Cengkeh) di Kabupaten Jombang Tahun Produksi Tanaman Perkebunan (ton) 1200, , , , , , Tebu Tembakau (daun Kakao basah) , ,012.83, , ,775.64, , ,509.00, , ,896.78, , ,402.47, Sumber data: Dinas Kehutanan dan Perkebunan Perkembangan produksi tebu selama lima tahun terakhir meningkat rata-rata 4,82% per tahun dari sebesar ,25 ton tahun 2009 menjadi sebesar ,3 ton pada tahun Untuk produksi tembakau meningkat rata-rata 165,78% per tahun dari II - 77

87 Kg/Ha sebesar ,83 ton pada tahun 2009 menjadi sebesar ,47 ton pada tahun Sedangkan untuk produksi kakao mengalami penurunan rata-rata 4,86% per tahun dari sebesar 177,83 ton pada tahun 2009 menjadi 141,3 ton pada tahun Sedangkan gambaran produktivitas tanaman perkebunan selama lima tahun terakhir sebagaimana grafik berikut: Grafik 2.34 Perkembangan Produktivitas Tanaman Perkebunan (Tebu, Tembakau dan Cengkeh) di Kabupaten Jombang Tahun Produktivitas tanaman perkebunan (Kg/Ha) 16, , , , , , , , Tebu Tembakau (daun Kakao basah) 2009, ,199.80, , ,290.00, , ,500.00, , ,100.00, , ,116.00, Sumber data: Dinas Kehutanan dan Perkebunan Perkembangan produktivitas tebu selama lima tahun terakhir meningkat rata-rata 0,61% per tahun dari sebesar 886,24 Kg/Ha tahun 2009 menjadi sebesar 871,02 Kg/Ha pada tahun Untuk produktivitas tembakau meningkat rata-rata 179,43% per tahun dari sebesar 5.199,8 Kg/Ha pada tahun 2009 menjadi sebesar Kg/Ha pada tahun Sedangkan untuk produktivitas kakao mengalami penurunan rata-rata 0,34% per tahun dari sebesar 186,25 Kg/Ha pada tahun 2009 menjadi 183,27 Kg/Ha pada tahun d) Populasi dan Produksi Hasil Peternakan Peternakan adalah kegiatan mengembangbiakan dan membudidayakan hewan ternak untuk mendapatkan manfaat dan hasil dari kegiatan tersebut. Tujuan peternakan adalah mencari keuntungan II - 78

88 Populasi (ekor) dengan penerapan prinsip-prinsip manajemen pada faktor-faktor produksi yang telah dikombinasikan secara optimal. Kegiatan di bidang peternakan dapat dibagi atas dua golongan, yaitu peternakan ternak ruminansia seperti sapi, kerbau, kuda, babi, kambing dan dombadan ternak unggas yaitu ayam pedaging, ayam petelur, ayam buras dan itik. Secara umum populasi ternak ruminansia dan unggas di Kabupaten Jombang selama tahun sebagaimana grafik berikut: Grafik 2.36 Perkembangan Populasi Ternak Kabupaten Jombang Tahun Ternak ruminansia Ternak unggas , , , , , , , , , , Sumber: Dinas Peternakan dan Perikanan Perkembangan populasi ternak ruminansia selama tahun menunjukkan trend yang terus meningkat dengan peningkatan rata-rata 9,84% per tahun dari sebanyak ekor pada tahun 2009 menjadi sebanyak ekor pada tahun Untuk populasi ternak unggas mengalami peningkatan rata-rata 1,53% per tahun dari sebanyak ekor pada tahun 2009 menjadi sebanyak ekor pada tahun e) Produksi Hasil Peternakan (Daging, telur dan susu) Perkembangan produksi daging, telur dan susu di Kabupaten Jombang selama tahun secara umum mengalami peningkatan sebagaimana grafik 2.37 Grafik 2.37 II - 79

89 Produksi Perkembangan Produksi Daging, Telur dan Susu Di Kabupaten Jombang Tahun Perkembangan Produksi Daging, Telur dan Susu Tahun ,000 16,000 14,000 12,000 10,000 8,000 6,000 4,000 2,000 - Daging (ton) Telur (ton) Susu (000 liter) ,851 14,600 5, ,311 11,931 5, ,640 12,207 5, ,222 13,116 6, Sumber: Dinas Peternakan dan Perikanan Perkembangan produksi daging selama tahun meningkat rata-rata 2,89% per tahun dari sebanyak ton pada tahun 2009 menjadi sebanyak ton pada tahun Sedang untuk produksi telur mengalami penurunan rata-rata 2,84% per tahun dari sebesar ton pada tahun 2009 menjadi sebanyak ton pada tahun 2012 hal ini disebabkan karena adanya penurunan populasi ternak ayam ras petelur rata-rata 2,79% per tahun. Untuk produksi susu meningkat rata-rata 8,5% dari sebanyak liter pada tahun 2009 menjadi sebanyak liter pada tahun Urusan Kehutanan a) Produksi dan Produktivitas Kehutanan a) Produksi dan Produktivitas Kehutanan Kehutanan adalah suatu praktik untuk membuat, mengelola, menggunakan dan melestarikan hutan untuk kepentingan manusia. Pengelolaan hutan sebaiknya diselaraskan dengan pengelolaan sumber daya alam yang lainnya, sehingga pemanfaatan sumber daya hutan dapat terjalin dengan baik dan menguntungkan.kehutanan bukan hanya berfungsi sebagai pelestari ekosistem, tetapi juga menghasilkan sesuatu hal yang produktif. Perkembangan produksi hasil hutan di Kabupaten Jombang selama tahun secara umum terlihat pada grafik berikut: Grafik 2.38 II - 80

90 m3 Perkembangan Produksi hasil hutan Kabupaten Jombang Tahun Perkembangan Produksi Hasil Hutan Kayu Tahun , , , , , , , , , , , , , , Produksi Hasil hutan Kayu, Produksi Hasil Hutan Kayu Sumber : Dinas Kehutanan dan Perkebunan Perkembangan produksi hasil hutan kayu tahun meningkat rata-rata 2,8% per tahun dari sebesar 3.173,05 m 3 pada tahun 2009 menjadi sebesar 2.209,18 m 3 pada tahun Produksi hasil hutan kayu tahun 2012 mengalami penurunan dibandingkan produksi tahun 2011 yaitu hanya tercapai 1.762,28 m 3 disebabkan karena rata-rata kepemilikan kayu rakyat belum mencapai umur layak untuk ditebang (sudah masa tebang) pada jenis tanaman keras berumur pendek. Selain itu penurunan produksi hasil hutan secara tidak langsung didukung oleh adanya peningkatan kemampuan sumber daya manusia secara administratif dan teknis dari pelaksanaan Diklat tenaga teknis pengelolaan hutan produksi lestari (Ganis PHPL) di Kabupaten Jombang dan prioritas pengembangan hutan rakyat diarahkan pada upaya-upaya pelestarian dan perlindungan sumber daya alam dengan penekanan implementasi pada tahapan mewujudkan sertifikasi hutan rakyat. Pencapaian target produksi hasil hutan rakyat ditempuh dengan tetap memperhatikan aspek kelestarian hutan, dengan cara: 1. Melaksanakan rehabilitasi hutan dan lahan dengan penanaman pohon pada lahan kritis, lahan kosong dan lahan kurang produktif; II - 81

91 2. Meningkatkan teknik budidaya tanaman kayu-kayuan dan tanaman bawah tegakan yang berumur panjang dan pendek serta Multi Purphose Trees Species (MPTS) sesuai dengan fungsi alam karakteristik masing-masing wilayah. 3. Penguatan kelembagaan kelompok hutan rakyat melalui sertifikasi (ecolabelling) hutan rakyat 4. Penguatan SDM melalui Diklat tenaga teknis pengelolaan hutan produksi lestari (Ganis PHPL) b) Luas Lahan Kritis Lahan kritis adalah lahan yang tidak produktif, bersifat tandus, gundul, tidak dapat digunakan untuk usaha pertanian, karena tingkat kesuburannya sangat rendah meskipun dikelola, produktivitasnya sangat rendah. Bahkan, dapat terjadi jumlah produksi yang diterima jauh lebih sedikit daripada biaya pengelolaannya. Faktor-Faktor yang menyebabkan terjadinya lahan kritis, antara lain sebagai berikut: a. Kekeringan, biasanya terjadi di daerah-daerah bayangan hujan. b. Genangan air yang terus-menerus. c. Erosi tanah dan masswasting yaitu gerakan masa tanah menuruni lereng yang biasanya terjadi di daerah dataran tinggi, pegunungan, dan daerah yang miring. d. Pengolahan lahan yang kurang memperhatikan aspek-aspek kelestarian lingkungan. e. Masuknya material yang tak dapat diuraikan oleh bakteri (misalnya plastik)dan dapat bertahan lama masuk ke lahan pertanian sehingga sangat mengganggu kelestarian kesuburan tanah. Lahan kritis memiliki kondisi lingkungan yang sangat beragam tergantung pada penyebab kerusakan lahan. Secara umum dapat dikatakan bahwa kondisi lahan kritis menyebabkan tanaman tidak cukup mendapatkan air dan unsur hara, kondisi fisik tanah yang tidak memungkinkan akar berkembang dan proses infiltrasi air hujan, kandungan garam yang tinggi akibat akumulasi garam sekunder atau tanaman keracunan oleh unsur toksik yang tinggi. Lahan kritis ditandai oleh rusaknya struktur tanah, menurunnya kualitas dan kuantitas bahan organik, defisiensi hara dan terganggunya siklus hidrologi, perlu direhabilitasi dan ditingkatkan produktivitasnya agar II - 82

92 lahan dapat kembali berfungsi sebagai suatu ekosistem yang baik atau menghasilkan sesuatu yang bersifat ekonomis bagi manusia. Lahan Kritis yang tidak memberikan atau meningkatkan produktifitas lahan seharusnya di rehabilitasi agar menjadi lahan potensial. Perkembangan luasan rehabilitasi hutan dan lahan di Kabupaten Jombang selama tahun secara umum menunjukan trend meningkat. Secara umum produksi hasil hutan sebagaimana terlihat pada grafik berikut: Grafik 2.35 Perkembangan Luasan Rehabilitasi Hutan dan Lahan Tahun , , , , , , , , , ,000.00, , Rehabilitasi hutan dan lahan Sumber data: Dinas Kehutanan dan Perkebunan Perkembangan luasan rehabilitasi hutan dan lahan selama tahun 2009 sampai dengan tahun 2013 mengalami penurunan ratarata 6,59% per tahun dari sebesar 2.066,5 Ha pada tahun 2009 menjadi sebesar 1.097,03 Ha pada tahun 2013 disebabkan oleh prioritas rehabilitasi hutan dan lahan tidak hanya pada aspek penanaman vegetatif namun juga kepada pembangunan bangunan sipil teknis berupa dam penahan, dam pengendali, gully plug, penyelamat tebing, sumur resapan, biopori, dan rorak. 4. Urusan Energi dan Sumberdaya Mineral a. Energi Listrik Sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2007 tentang Energi, salah satu tujuannya adalah untuk meningkatkan akses masyarakat yang tidak mampu dan atau II - 83

93 masyarakat yang tinggal di daerah terpencil terhadap energi untuk mewujudkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat secara adil dan merata dengan cara menyediakan bantuan untuk meningkatkan ketersediaan energi kepada masyarakat tidak mampuserta membangun infrastruktur energi untuk daerah belum berkembang sehingga dapat mengurangi disparitas antar daerah. Dalam upaya mewujudkan peningkatan akses masyarakat yang tidak mampu dan/atau terpencil terhadap energi, maka Pemerintah Kabupaten Jombang mengembangkan jaringan listrik pedesaan, yang dilakukan untuk: (1) Meningkatkan pemenuhan kebutuhan dasar bagi masyarakat yang kurang mampu; (2) Menurunkan pengeluaran keluarga miskin dalam penggunaan minyak tanah untuk lampu penerangan; (3) Memperkecil pembiayaan pembangunan dalam rangka pengembangan energi listrik bagi daerah-daerah terpencil. Dalam kurun waktu 2 tahun, telah terealisasi penyambungan Listrik Perdesaan untuk 197 Rumah Tangga Miskin. Tabel Perkembangan Pemasangan Listrik Perdesaan Bagi RTM Tahun No Lokasi Realisasi (RTM) Kecamatan Desa Dusun Bareng Jenisgelaran Ngadirejo Pakel Curahparas 57 2 Wonosalam Wonosalam Ampelgading 25 Pucangrejo 33 3 Kabuh Pengampon Jatirajah Lor 19 Mangunan Jatirajah Kidul 43 Tanjungwadung Tanjungbaru 23 4 Plandaan Jipurapah Tambak Kulon 11 Klitih Tambak Wetan 8 Papringan 32 5 Ngusikan Sumbernongko Candilor 15 TOTAL Sumber data: Dinas PU Bina Marga dan Pengairan b. Potensi Pertambangan Berdasarkan hasil kajian, bahwa Kabupaten Jombang memiliki cadangan sumber daya mineral, yang terdiri atas bahan galian tanah urug, lempung, pasir batu, dan andesit. Berdasarkan II - 84

94 hasil kajian dimaksud, didapatkan data bahwa potensi tambang yang layak untuk dilakukan eksplorasi dengan memperhatikan situs budaya, RTRW, dan lingkungan, terdapat empat jenis bahan galian, yakni: (1) Lempung, dengan volume m³ yang tersebar di Kecamatan Tembelang, Kesamben, Sumobito, Jogoroto, Ngoro, Diwek, dan Gudo; (2) Pasir batu, dengan volume m³ yang tersebar di Kecamatan Ngoro dan Mojowarno; (3) Andesit, dengan volume m³ yang tersebar di Kecamatan Bareng dan Wonosalam; (4) Tanah urug, dengan volume m³ yang tersebar di Kecamatan Jombang, Ngoro, Bareng, Wonosalam, Perak, Plandaan, Kabuh, dan Ngusikan. 5. Urusan Perindustrian a) Volume Usaha Industri Kecil dan Menengah Sebagian besar kegiatan industri kecil berlokasi di daerah pedesaan dengan sifat dan metode pengusahaan yang tradisional, dan masih sangat tergantung pada pasaran lokal. Jenis industri kecil, menengah serta industri kerajinan rumah tangga mendapatkan perhatian yang cukup besar dari pemerintah sebagai salah satu alternative dalam mengupayakan penciptaan dan perluasan tenaga kerja, serta meningkatkan pendapatan seluruh rakyat, guna mewujudkan suatu masyarakat adil dan makmur. Penciptaan dan perluasan tenaga kerja melalui peningkatan persentase volume usaha industri kecil dan menengah mulai digalakkan di Kabupaten Jombang. Hal tersebut tergambar jelas dari data Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Pasar yang menggambarkan trend positif perkembangan volume usaha industri kecil dan menengah. Berikut ini adalah grafik perkembangan volume usaha industri kecil dan menengah selama 5 tahun terakhir: Grafik 2.37 Perkembangan Volume Usaha Industri Kecil dan Menengah Tahun II - 85

95 Volume Usaha IKM (Rp.) , , , , , Sumber data : Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Pasar Berdasarkan grafik tersebut di atas diketahui bahwa perkembangan pencapaian volume usaha industri kecil dan menengah selama tahun 2009 sampai dengan 2013 meningkat sebesar Rp ,00 atau tumbuh rata-rata 11,37% per tahun dari volume usaha IKM tahun 2009 sebesar Rp ,00 menjadi Rp ,00 pada tahun Hal ini menunjukan adanya peningkatan kapasitas usaha industri kecil dan menengah karena iklim usaha yang kondusif dan industri yang berdaya saing, sehingga diharapkan dapat mewujudkan jejaring agribisnis yang kuat dan kokoh serta mampu menyumbang PDRB Kabupaten Jombang tahun 2012 dari sektor industri pengolahan sebesar 11,6% dengan sumbangan terbesar dari sub sektor makanan, minuman dan tembakau, diikuti sub sektor tekstil, barang kayu dan hasil hutan lainnya serta barang kulit dan alas kaki. Jumlah industri yang memiliki izin selama tahun 2009 sampai dengan tahun 2013 meningkat sebanyak 37 industri atau tumbuh rata-rata 18,14% per tahun dari sebanyak 210 industri pada tahun 2009 menjadi sebanyak 407 industri pada tahun Industri yang diterbitkan izin usahanya selama tahun 2013 tersebut terdiri dari 20 industri dengan permodalan antara Rp ,00 sampai dengan Rp ,00, sebanyak 16 industri dengan permodalan antara Rp ,00 sampai dengan Rp ,00 dan 1 industri dengan permodalan lebih besar dari Rp ,00. Perkembangan jumlah industri yang memiliki izin selama tahun 2009 sampai dengan tahun 2013 sebagaimana terlihat pada grafik berikut: Grafik 2.38 II - 86

96 Perkembangan Jumlah Industri yang memiliki Izin Selama tahun Jumlah IKM yg memiliki izin (Kumulatif) Jumlah IKM yg memiliki izin (Kumulatif) Sumber data: Badan Pelayanan Perizinan 6. Urusan Pariwisata b) Jumlah Kunjungan Wisata Wisata Religi merupakan salah satu jenis wisata yang menjadi andalan di Kabupaten Jombang. Keberadaan makam Presiden Abdurahman Wahid pahlawan Nasional turut andil memberikan dampak signifikan terhadap jumlah wisatawan yang mengunjungi Kabupaten Jombang. Jumlah kunjungan wisata ke Kabupaten Jombang sepanjang tahun mengalami peningkatan yang signifikan, yaitu dari sebanyak orang pada tahun 2009, menjadi sebanyak orang wisatawan pada tahun Perkembangan kunjungan wisata ke Kabupaten Jombang selama 5 tahun terakhir sebagaimana grafik berikut : Grafik 2.39 Capaian Indikator Kinerja Urusan Pariwisata Tahun Tribulan I II - 87

97 Sumber : Disporabudpar Kabupaten Jombang 2.4 Aspek Daya Saing Daerah A. Fokus Kemampuan Ekonomi Daerah 1) Urusan Pertanian a) Nilai Tukar Petani Salah satu indikator yang digunakan untuk mengukur hasil pembangunan sektor pertanian adalah Nilai Tukar Petani (NTP). Nilai Tukar Petani (NTP) merupakan rasio indeks harga yang diterima oleh petani dengan indeks harga yang dibayar oleh petani. Tahun dasar yang digunakan di dalam perhitungan NTP ini adalah tahun Perkembangan realisasi capaian NTP sampai dengan tahun 2012 adalah sebesar 104,16 atau naik dari NTP tahun 2011 yang hanya sebesar 97,87. Perkembangan capaian nilai NTP pada periode tahun 2009 sampai dengan tahun 2012 tersaji dalam grafik berikut: Grafik 2.40 Perkembangan Nilai Tukar Petani Kabupaten Jombang Tahun II - 88

98 NTP minimal Nilai Tukar Petani NTP Kabupaten Jombang Sumber: Bappeda, Tahun 2013 Secara umum, capaian indikator tersebut menunjukkan bahwa tingkat kesejahteraan petani pada tahun 2012 lebih tinggi jika dibandingkan dengan tahun 2007 sebagai tahun dasar maupun dibandingkan dengan tahun Jika ditinjau lebih mendalam, ini menunjukkan bahwa tingkat pendapatan petani pada tahun 2012 mampu mencukupi kebutuhan petani baik untuk proses produksi ataupun untuk mencukupi kebutuhan pokoknya sehari-hari. Meskipun NTP tahun ini lebih tinggi dari tahun sebelumnya, Pemerintah Kabupaten Jombang masih terus berupaya meningkatkan NTP hingga mencapai 115 di akhir tahun 2018 sebagaimana tertuang dalam dokumen RPJMD tahun Upaya tersebut dilaksanakan melalui kebijakan-kebijakan sektor pertanian yang terintegrasi dengan sektor lainnya. Salah satu upaya dalam rangka mendorong peningkatan NTP antara lain melalui peningkatan efektifitas dan efisiensi sistem usaha tani, penumbuhan dan penguatan peran lembaga pertanian di perdesaan sekaligus peningkatan kapasitas sumber daya manusia petani serta upaya perlindungan kepada petani terhadap persaingan usaha yang tidak sehat. Secara umum, kebijakan Pemerintah Kabupaten Jombang yang telah diupayakan dalam rangka peningkatan NTP pada periode tersebut antara lain: 1) Dari sisi indeks yang diterima, upaya yang dilakukan antara lain: a) Peningkatan produksi dan produktivitas hasil pertanian; b) Peningkatan efektifitas dan efisiensi sistem usaha tani sehingga dapat menurunkan biaya produksi; II - 89

99 c) Penumbuhan dan penguatan peran lembaga pertanian di perdesaan sekaligus peningkatan kapasitas sumber daya manusia petani; d) Perlindungan kepada petani terhadap persaingan usaha yang tidak sehat; e) Stabilisasi harga produk pertanian; 2) Dari sisi indeks yang dibayar, upaya yang dilakukan antara lain melalui penurunan biaya produksi dengan subsidi pupuk dan penurunan pengeluaran konsumsi dengan kebijakan-kebijakan antara lain biaya pendidikan murah, biaya kesehatan murah serta stabilisasi harga pangan. B. Fokus Fasilitas Wilayah/Infrastruktur 1) Urusan Pekerjaan Umum a) Ketaatan Terhadap Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Berdasarkan data hasil evaluasi pemanfaatan lahan yang telah dilakukan pada tahun 2013, bahwasannya rencana penggunaan lahan yang direncanakan dalam dokumen Rencana Tatat Ruang Wilayah Kabupaten Jombang Tahun , penggunaan lahan terbesar adalah untuk kegiatan budidaya pertanian dengan kisaran mencapai 32,70% dari luas wilayah Kabupaten Jombang. Berdasarkan data luas lahan sawah yang ada, berdasarkan jenis pengairannya, maka 92,04% berpengairan teknis, 2,70% sawah ½ teknis, 4,08% sawah tadah hujan, 1,19% sawah non teknis. Untuk menjamin keberlangsungan produksi pertanian, maka Pemerintah Kabupaten Jombang sebagaimana tercantum dalam Rencana Tata Ruang Wilayah membentuk kawasan strategis yang diwujudkan dalam Kawasan Agropolitan Kabupaten Jombang. Langkah lain yang ditempuh oleh Pemerintah Kabupaten Jombang untuk mengamankan produksi pertanian, khususnya tanaman pangan, yaitu dengan mulai menginvetarisir lahan pertanian tanaman pangan untuk selanjutnya ditetapkan sebagai Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B). Hal ini selaras dengan kebijakan Pemerintah Pusat yang menerbitkan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang Lahan Pertanian Abadi. Untuk mewujudkan kebijakan tersebut, Kabupaten Jombang berencana mengalokasikan lahan seluas Ha sebagai II - 90

100 lahan pertanian abadi, dengan luasan minimal yang harus dipertahankan seluas ,36 Ha. b) Luas wilayah produktif (Ha) Penggunaan lahan di Kabupaten Jombang meliputi kawasan lindung dan kawasan budidaya. Kawasan lindung adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumberdaya alam dan sumberdaya buatan. Berdasarkan pola ruang dalam RTRW Kabupaten Jombang, kawasan lindung di Kabupaten Jombang meliputi kawasan hutan lindung (2.864,70 Ha), sempadan sungai (1.212 Ha), kawasan sekitar waduk (26,0 Ha), kawasan sekitar mata air (34,60 Ha), serta hutan kota (1.271,97 Ha). Adapun kawasan budidaya yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumberdaya alam, sumberdaya manusia, dan sumberdaya buatan. Kawasan budidaya ini meliputi kawasan pertanian lahan basah ( Ha), kawasan pertanian lahan kering (14.284,90 Ha), kawasan perkebunan (5.431,62 Ha), kawasan hutan produksi (20.580,80 Ha), kawasan permukiman (27.445,0 Ha), serta kawasan peruntukan industri (2.122,30 Ha). c) Luas Wilayah Industri Kawasan peruntukan industri di Kabupaten Jombang berkembang cukup pesat dimana pada beberapa lokasi telah dimohonkan untuk kegiatan industri terutama di Wilayah Pengembangan Ploso. Kawasan peruntukan industri di Wilayah Pengembangan Ploso pada tahun 2029 direncanakan seluas 899,87 Ha. Di Wilayah Pengebangan Ploso telah berdiri industri dengan luasan 60 Ha di Desa Jatigedong Kecamatan Ploso yang dimiliki oleh PT. Plant Cheil Jedang Indonesia (CJI) Sedangkan potensi pengembangan lahan untuk kegiatan industri yang telah direncanakan oleh 2 (dua) perusahaan yaitu PT. Java Fortis Corporindo dan PT. Kawasan Jombang luasnya mencapai Ha. Kawasan yang telah dibebaskan untuk kegiatan industri pada Wilayah Pengembangan Ploso ini luasnya mencapai 800 Ha dimana masing-masing perusahaan mengajukan ijin seluas 400 Ha untuk tahap pertama. Gambaran kawasan industri dan potensi pengembangan kawasan industri yang berada di WP Ploso adalah sebagai berikut: II - 91

101 1) Rencana Pengembangan Kawasan Industri oleh PT. Java Fortis Corporindo: o o o Rencana pengembangan Ha; Izin tahap pertama seluas 400 Ha, meliputi: Kecamatan Ploso dan Kabuh; Gambaran lokasi yang telah dibebaskan, yaitu: Kecamatan Ploso (Desa Jatigedong); Kecamatan Kabuh (Desa Karangpakis, Desa Sumberingin, Desa Sumbergondang, Desa Genengan Jasem) 2) Rencana Pengembangan Kawasan Industri oleh PT. Kawasan Jombang: o o Rencana Pengembangan 800 Ha Izin tahap pertama seluas 400 Ha meliputi wilayah Kec. Kabuh dan Kudu o Gambaran lokasi yang telah dibebaskan berada di : Kecamatan Kabuh (Desa Munungkerep, Desa Genengan Jasem, Desa Kauman); Kecamatan Kudu (Desa Katemas, Desa Sidokaton dan Desa Bendungan) d) Luas Wilayah Kebanjiran Pada umumnya banjir disebabkan oleh curah hujan yang tinggi di atas normal, sehingga sistim pengaliran air yang terdiri dari sungai dan anak sungai alamiah serta sistem saluran drainase dan kanal penampung banjir buatan yang ada tidak mampu menampung akumulasi air hujan tersebut dan terjadi luapan. Kemampuan/daya tampung sistem pengaliran air dimaksud tidak selamanya sama, tetapi berubah akibat sedimentasi, penyempitan sungai akibat phenomena alam dan ulah manusia, tersumbat sampah serta hambatan lainnya. Penggundulan hutan di daerah tangkapan air hujan (catchment area) juga menyebabkan peningkatan debit banjir karena debit/pasokan air yang masuk ke dalam sistem aliran menjadi tinggi sehingga melampaui kapasitas pengaliran dan menjadi pemicu terjadinya erosi pada lahan curam yang menyebabkan terjadinya sedimentasi di sistem pengaliran air dan wadah air lainnya. Wilayah yang paling berpotensi terjadi banjir di Kabupaten Jombang terdapat di Kecamatan Mojoagung, karena wilayah tersebut menjadi pertemuan tiga sungai, yaitu S. Gunting, S. Catakgayam dan II - 92

102 S. Jiken. Secara historis, hampir 50% dari jumlah kecamatan yang ada di Kabupaten Jombang pernah mengalami banjir. e) Luas Wilayah Perkotaan Kabupaten Jombang memiliki letak yang sangat strategis, karena berada pada perlintasan jalan arteri primer Surabaya-Solo-Jakarta dan jalan kolektor primer Malang-Jombang-Babat. Selain itu, Kabupaten Jombang juga dilintasi ruas jalan tol Surabaya-Mojokerto-Kertosono yang kini sedang dalam tahap konstruksi, sebagai bagian dari jalan tol Trans Jawa. Dalam skenario pengembangan sistem perwilayahan Jawa Timur, Kabupaten Jombang termasuk dalam kawasan Wilayah Pengembangan Germakertosusila Plus, dan Perkotaan Jombang ditetapkan sebagai Pusat Kegiatan Lokal (PKL),yakni kawasan perkotaan yang memiliki fungsi pelayanan dalam lingkup lokal (skala kabupaten atau beberapa kecamatan) Luas wilayah Kabupaten Jombang 1.159,50 km², atau menempati sekitar 2,5% luas wilayah Provinsi Jawa Timur. Secara administratif, Kabupaten Jombang terdiri dari 21 kecamatan, yang meliputi 302 desa dan 4 kelurahan, serta dusun/lingkungan. Dari 21 Kecamatan tersebut terdapat beberapa kecamatan dengan wilayah perkotaan, yaitu: Kecamatan Jombang (36,40 Km²), Kecamatan Diwek (47,70 Km²) Kecamatan Perak (29,05 Km²), Kecamatan Peterongan (29,47 Km²), Kecamatan Mojoagung (60,18 Km²), Kecamatan Tembelang (32,94 Km²) dan Kecamatan Ploso (25,96 Km²). II - 93

103 BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN Keuangan daerah merupakan faktor strategis yang turut menentukan kualitas penyelenggaraan pemerintahan daerah, mengingat kemampuannya mencerminkan daya dukung manajemen pemerintahan daerah terhadap penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi tanggungjawabnya. Tingkat kemampuan keuangan daerah dapat diukur dari kapasitas pendapatan asli daerah, rasio pendapatan asli daerah terhadap jumlah penduduk dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Untuk memahami tingkat kemampuan keuangan daerah, maka perlu dicermati kondisi kinerja keuangan daerah, baik kinerja keuangan masa lalu maupun kebijakan yang melandasi pengelolaannya. Seperti yang tersebut dalam Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang telah diubah keduakalinya dengan Undang-Undang Nomor 12 tahun 2008 dan Undang-undang Nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah, bahwa kabupaten mempunyai kewenangan yang didasarkan pada azas otonomi dalam wujud otonomi yang luas, nyata dan bertanggung jawab, serta azas tugas pembantuan yang merupakan penugasan daerah untuk melaksanakan sebagian urusan pemerintahan. Otonomi daerah yang diwujudkan dalam bentuk desentralisasi, diharapkan akan menghasilkan dua manfaat nyata, yaitu: 1. Mendorong peningkatan partisipasi, prakarsa, dan kreativitas masyarakat dalam pembangunan, serta mendorong pemerataan hasil hasil pembangunan (keadilan) di seluruh daerah dengan memanfaatkan sumber daya dan potensi yang tersedia di masing masing daerah 2. Memperbaiki alokasi sumber daya produktif melalui pergeseran peran pengambilan keputusan publik ke tingkat pemerintah yang paling rendah yang memiliki informasi yang paling lengkap. Pelaksanaan otonomi daerah secara langsung akan berpengaruh terhadap sistem pembiayaan, pengelolaan, dan pengawasan keuangan daerah. Daerah diharapkan dapat meningkatkan kapasitas fiskal (fiscal capacity) agar mampu mencukupi kebutuhan fiskalnya (fiscal need) III - 1

104 sehingga tidak mengalami defisit fiskal (fiscal gap). Salah satu upaya untuk meningkatkan kapasitas fiskal daerah tersebut adalah dengan meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan sumber pembiayaan lainnya dari masyarakat atau swasta. Sinergi dengan Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah pada pasal 2, maka prinsip desentralisasi fiskal adalah: 1. Desentralisasi fiskal harus memperhatikan dan merupakan bagian pengaturan yang tidak terpisahkan dari sistem keuangan negara sebagai konsekuensi pembagian tugas antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah; 2. Pemberian sumber keuangan negara kepada pemerintah daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi didasarkan atas penyerahan tugas pemerintah daerah dengan memperhatikan stabilitas perekonomian nasional dan keseimbangan fiskal antara pusat dengan daerah dan antar daerah; 3. Perimbangan keuangan negara antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah merupakan suatu sistem yang menyeluruh dalam rangka pendanaan penyelenggaraan atas desentralisasi, dekonsentrasi, dan tugas pembantuan. Sehubungan dengan hal tersebut, pengelolaan keuangan daerah merupakan keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban dan pengawasan keuangan daerah. Pada 5 (lima) tahun terakhir, pengelolaan keuangan daerah telah mengalami perubahan yang sangat mendasar. Ini terkait diberlakukannya Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara dan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara serta Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak dan Retribusi Daerah. Dari undang-undang keuangan negara tersebut, kemudian diterbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 yang telah diubah dengan Peraturan Pemerintah No.71 tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintah dan Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, yang implementasinya diatur dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah yang telah diubah keduakalinya III - 2

105 dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 tahun 2011 serta Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 55 Tahun 2008 tentang Tata Cara Penatausahaan dan Penyusunan Laporan Pertanggungjawaban Bendahara serta Penyampaiannya. Dengan memperhatikan hal tersebut, maka dalam penyusunan RPJMD harus meningkatkan penerapan penganggaran berbasis kinerja (Performance Based Budgeting), berjangka menengah (Medium Term Expenditure Framework) dan terpadu (Unified Budgeting) serta penyusunan anggaran yang berbasis data. A. KINERJA KEUANGAN MASA LALU Berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, kinerja keuangan pemerintah daerah sangat terkait dengan aspek kinerja pelaksanaan APBD dan aspek kondisi neraca daerah. Kinerja pelaksanaan APBD tidak terlepas dari perkembangan struktur APBD yang terdiri dari pendapatan daerah, belanja daerah dan pembiayaan daerah. Sementara itu, neraca daerah akan mencerminkan perkembangan dari kondisi asset pemerintah daerah, kondisi kewajiban pemerintah daerah serta kondisi ekuitas dana yang tersedia. 1. Kinerja Pelaksanaan APBD Pada seluruh komponen pendapatan yang meliputi pendapatan asli daerah, dana perimbangan dan lain-lain pendapatan daerah yang sah, perbandingan anggaran dan realisasi selalu mencapai di atas 100%. Ini menggambarkan kinerja pemerintah daerah yang baik dalam rangka merealisasikan target pendapatannya. Dari tahun ke tahun Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan, dan Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah Kabupaten Jombang selalu mengalami peningkatan. Namun peningkatan pendapatan tersebut tidak diiringi dengan pertumbuhan yang stabil, sehingga nampak bahwa secara besaran menunjukkan peningkatan, tetapi secara pertumbuhan mengalami penurunan. Hal ini perlu mendapatkan perhatian, khususnya dalam skenario perencanaan pendapatan daerah. Perkembangan rata-rata pertumbuhan realisasi pendapatan daerah dari tahun tersaji dalam tabel berikut: III - 3

106 Tabel 3.1 Rata-rata Pertumbuhan Realisasi Pendapatan Daerah Kabupaten Jombang Tahun No. Uraian Rata-rata Pertumbuhan (%) 1 PENDAPATAN , Pendapatan Asli Daerah , Pajak daerah , Retribusi daerah (11,39) Hasil pengelolaan keuangan daerah yang dipisahkan , Lain-lain PAD yang sah , Dana Perimbangan , Dana bagi hasil pajak/bagi hasil bukan pajak , Dana alokasi umum , Dana alokasi khusus , Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah , Hibah , Dana bagi hasil pajak dari provinsi dan Pemerintah Daerah lainnya , Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus , Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemerintah Daerah Lainnya Bantuan Keuangan Dari Pemerintah Pusat , Pendapatan Bagi Hasil Lainnya dari Propinsi (35,28) Sumber: DPPKAD, Tahun 2013 III - 4

107 Berdasarkan tabel diatas rata-rata pertumbuhan pendapatan tertinggi ada pada komponen lain-lain pendapatan daerah yang sah, yang tumbuh sebesar 62,43%, diikuti oleh pendapatan asli daerah tumbuh sebesar 22,35 % dan dana perimbangan tumbuh sebesar 12,36%. Pertumbuhan yang cukup tinggi pada komponen lain-lain pendapatan daerah yang sah selama kurun waktu tiga tahun tersebut disebabkan oleh perubahan kebijakan pemerintah pusat terkait pengalokasian tunjangan penghasilan dan profesi guru PNSD yang pembayarannya melalui daerah, Belanja operasional sekolah (BOS) yang pembayarannya dilakukan daerah (pada tahun 2011), adanya alokasi dana insentif daerah, dana penunjang pembangunan infrastruktur daerah, dan bantuan keuangan daerah dari propinsi. Pertumbuhan realisasi Pendapatan Asli Daerah selama kurun waktu yang sama, menunjukkan kenaikan rata-rata sebesar 22,35%. Selain itu, rata-rata realisasi pendapatan yang dicapai melampaui ratarata target yang telah ditetapkan dengan rasio efektivitas PAD mencapai kisaran 107,65% sampai 117,75%. Perkembangan PAD pada periode tahun tersaji dalam tabel dan gambar berikut: Tabel 3.2 Realisasi dan Target Pendapatan Asli Daerah (PAD) Tahun Tahun PAD Target Pertumbuhan (%) PAD Realisasi Pertumbuhan (%) Rasio Efektivitas , , ,99 107, , ,33 107, , ,72 117,75 Rata-rata Per Tahun 18,70 22,35 110,29 Sumber: DPPKAD, Tahun Sedangkan perkembangan realisasi dan target pendapatan asli daerah dalam APBD Kabupaten Jombang pada periode tahun yang ditampilkan dalam grafik tersaji pada grafik berikut: III - 5

108 Grafik 3.1 Grafik Realisasi dan Target Pendapatan Asli Daerah Tahun Sumber: DPPKAD, Tahun 2013 Dari tabel dan gambar di atas dapat dijelaskan bahwa realisasi capaian PAD mulai tahun 2009 sampai dengan tahun 2012 berada di atas target. Pemerintah Kabupaten Jombang sudah efektif dalam melakukan penggalian sumber-sumber pendapatan daerah. Selain itu, sumbersumber potensi pendapatan daerah masih cukup banyak yang dapat digali dan dikembangkan sebagai sumber pendanaan bagi pembangunan daerah dengan tetap mengacu pada UU No 28 Tahun 2009 tentang Pajak dan Retribusi Daerah. Hal yang perlu terus ditingkatkan adalah intensifikasi dan ekstensifikasi pendapatan asli daerah serta penyederhanaan prosedur pemungutan yang dipadukan dengan penerapan sanksi yang efektif serta pengendalian dan pengawasan. Peningkatan laba asset daerah berkorelasi positif terhadap peningkatan PAD dari unsur pemakaian kekayaan daerah, sehingga kedepan PAD tidak lagi dipungut dari pelayanan kesehatan ataupun pengurusan hak kewarganegaraan seperti Akte dan KTP. PAD meningkat apabila pemerintah daerah dikelola dengan jiwa entrepreneurship. Perlu diketahui bahwa kinerja peningkatan Peneriman Daerah yang berkualitas indikatornya bukan dari kontribusi pendayagunaan cash idle seperti terlihat pada penerimaan laba deposito atau yang dicerminkan dari silpa riil yang terus meningkat tetapi dari hasil perencanaan yang baik dari sisi penentuan target pendapatan dan efisiensi serta efektivitas belanja. Perkembangan kinerja kapasitas fiskal daerah Kabupaten Jombang dapat dilihat kinerjanya dengan pendekatan rasio PAD terhadap DAU dalam APBD. Perkembangan rasio PAD terhadap DAU pada APBD TA tersaji pada tabel dan grafik berikut: III - 6

109 Tabel 3.3 Rasio PAD Terhadap DAU Dalam APBD TA Tahun Anggaran Perbandingan DAU dan PAD Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dana Alokasi Umum (DAU) Rasio PAD terhadap DAU , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,82 Sumber: DPPKAD, Tahun 2013 Grafik 3.2 Perbandingan DAU Terhadap PAD Pada APBD TA Sumber: DPPKAD, Tahun 2013 Melihat data trend kenaikan DAU dan PAD dapat dilihat bahwa gapnya sangat lebar, artinya bahwa prosentase kenaikan PAD masih belum sebesar prosentase kenaikan DAU. III - 7

110 2. Neraca Daerah Sesuai dengan ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntasi Pemerintah, Neraca Daerah merupakan salah satu laporan keuangan yang harus dibuat oleh Pemerintah Daerah. Laporan ini sangat penting bagi manajemen pemerintah daerah, tidak hanya dalam rangka memenuhi kewajiban peraturan perundangundangan yang berlaku saja, tetapi juga sebagai dasar untuk pengambilan keputusan yang terarah dalam rangka pengelolaan sumbersumber daya ekonomi yang dimiliki oleh daerah secara efisien dan efektif. Kinerja Neraca Daerah Pemerintah Daerah Kabupaten Jombang selama kurun waktu mengalami tingkat pertumbuhan yang positif dari tahun ke tahun seperti terlihat pada Tabel III.2 dan dapat dijelaskan secara rinci, sebagai berikut: Tabel 3.4 Rata-rata Pertumbuhan Neraca Daerah Kabupaten Jombang Tahun No. Uraian Rata-rata Pertumbuhan (%) 1. ASET 4, ASET LANCAR 33, Kas 37, Piutang 5, Persediaan 37, ASET TETAP 3, Tanah 0, Peralatan dan mesin 12, Gedung dan bangunan 6, Jalan, irigasi, dan jaringan 1, Aset tetap lainnya (1,29) Konstruksi dalam pengerjaan 5.772, ASET LAINNYA Tagihan penjualan angsuran Tagihan tuntutan ganti kerugian daerah 32, Kemitraandengan pihak kedua Aset tak berwujud 471, Aset Lain-lain (72,41) JUMLAH ASET DAERAH 4,87 2. KEWAJIBAN 60,09 III - 8

111 No. Uraian Rata-rata Pertumbuhan (%) 2.1. KEWAJIBAN JANGKA PENDEK 60, Utang perhitungan pihak ketiga 376, Uang muka dari kas daerah Pendapatan diterima di muka Utang Jangka Pendek Lainnya 80,04 3. EKUITAS DANA 4, EKUITAS DANA LANCAR 33, SILPA 38, Cadangan piutang 5, Cadangan persediaan 37, Dana yang harus disediakan untuk pembayaran utang jangka pendek 80, Pendapatan yang ditangguhkan 2, EKUITAS DANA INVESTASI 3, Diinvestasikan dalam asset tetap 3, Diinvestasikan dalam asset lainnya 1.663, Diinvestasikan Dalam Investasi Jangka Panjang JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS DANA Sumber: DPPKAD, Tahun ,98 4,87 Aset daerah merupakan aset yang memberikan informasi tentang sumber daya ekonomi yang dimiliki dan dikuasai pemerintah daerah, memberikan manfaat ekonomi dan sosial bagi pemerintah daerah maupun masyarakat di masa mendatang sebagai akibat dari peristiwa masa lalu, serta dapat diukur dalam uang. Selama kurun waktu , pertumbuhan rata-rata jumlah aset daerah Pemerintah Kabupaten Jombang mencapai 4,87% yang berarti bahwa jumlah aset Pemerintah Kabupaten Jombang meningkat sebesar 4,87% setiap tahun. Aset daerah terdiri dari aset lancar, aset tetap dan aset lainnya. Pertumbuhan rata-rata aset lancar mencapai 33,21%. Tingginya pertumbuhan aset lancar ini menunjukkan bahwa kondisi aset Pemerintah Kabupaten Jombang berada pada kondisi yang sehat. Sedangkan untuk aset tetap, rata-rata pertumbuhannya mencapai 3,10%. Aset tetap tersebut berupa tanah, gedung dan bangunan serta sarana mobilitas dan peralatan kantor yang dipergunakan untuk pelayanan kepada masyarakat dan menunjang kelancaran tugas pemerintahan. III - 9

112 Kinerja peningkatan asset daerah tidak hanya dari penambahan atau mutasi asset hasil pembelian tiap tahun, tetapi juga dari hasil identifikasi aset daerah yang belum memiliki legalitas, sehingga belum dapat dimasukkan dalam neraca daerah. Kewajiban, baik jangka pendek maupun jangka panjang, memberikan informasi tentang utang pemerintah daerah kepada pihak ketiga atau klaim pihak ketiga terhadap arus kas pemerintah daerah. Kewajiban umumnya timbul karena konsekuensi pelaksanaan tugas atau tanggungjawab untuk bertindak di masa lalu yang dalam penyelesaiannya mengakibatkan pengorbanan sumber daya ekonomi di masa yang akan datang. Kewajiban Pemerintah Kabupaten Jombang dalam kurun waktu 3 tahun ( ) dengan rata-rata sebesar 60,09% yang didominasi oleh utang perhitungan pada pihak ketiga. Tingginya rata-rata kewajiban ini menunjukan bahwa Pemerintah Kabupaten Jombang selama kurun waktu tersebut belum optimal dalam melaksanakan kewajiban finansial jangka pendek yang cukup tinggi. Ekuitas dana yang meliputi ekuitas dana lancar, ekuitas dana investasi, dan ekuitas dana cadangan, merupakan selisih antara aset dengan kewajiban pemerintah daerah. Ekuitas Dana Pemerintah Kabupaten Jombang selama kurun waktu 3 tahun mengalami pertumbuhan rata-rata sebesar 4,84%, yang berarti bahwa ekuitas dananya terbilang cukup. Berdasarkan data tersebut, maka dapat digambarkan analisis rasio keuangan Kabupaten Jombang sebagaimana tabel berikut: Tabel 3.5 Analisis Rasio Keuangan Kabupaten Jombang Tahun No. Uraian Rasio lancar (current ratio) 16,42 32,06 2. Rasio quick (quick ratio) 15,41 30,28 3. Rasio total hutang terhadap total asset 0,003 0, Rasio hutang terhadap modal 0,003 0, Rata-rata umur piutang 3,01 3,00 Sumber: DPPKAD, Tahun 2012 Selanjutnya, tingkat kualitas pengelolaan keuangan daerah dapat diketahui berdasarkan analisis rasio atau perbandingan antara kelompok/elemen laporan keuangan yang satu dengan kelompok yang III - 10

113 lain. Beberapa rasio yang dapat diterapkan di sektor publik adalah rasio likuiditas, rasio solvabilitas dan rasio utang. Rasio likuiditas terdiri rasio lancar (current ratio), rasio kas (cash ratio) dan rasio cepat (quick ratio). Sedangkan rasio lancar (current ratio) adalah rasio standar untuk menilai kesehatan organisasi. Rasio ini menunjukkan apakah pemerintah daerah memiliki aset yang cukup untuk melunasi kewajiban yang jatuh tempo. Kualitas pengelolaan keuangan daerah dikategorikan baik apabila nilai rasio lebih dari satu. Hasil analisis rasio menunjukkan bahwa rasio lancar Kabupaten Jombang selama kurun waktu tahun mempunyai nilai lebih dari 1 (satu), yang berarti bahwa pemerintah daerah Kabupaten Jombang dapat memenuhi kewajiban yang jatuh tempo. Rasio lancar pada tahun 2011 mencapai 16,42 yang berarti bahwa aset lancar pemerintah Kabupaten Jombang adalah 16,42 kali lipat bila dibandingkan dengan kewajiban yang jatuh tempo dan naik mencapai 32,06 pada tahun ini berarti setiap Rp.1 hutang, pemerintah Pemerintah Daerah mempunyai Rp. 16,42 aktiva lancar pada tahun 2011 dan Rp.32,06 pada tahun Kondisi ini menunjukkan bahwa kondisi keuangan Pemerintah Daerah sangat likuid. Sama seperti halnya rasio lancar, rasio quick (quick ratio) Pemerintah Kabupaten Jombang juga mempunyai nilai yang baik, yaitu mencapai 15,41 pada tahun 2011 dan menjadi 30,28 pada tahun Rasio quick merupakan salah satu ukuran likuiditas terbaik, karena mengindikasikan apakah pemerintah daerah dapat membayar kewajibannya dalam waktu dekat yang mengurangkan persediaan pada total aset lancar. Meskipun Persediaan masuk dalam kategori aset lancar, namun memerlukan tahap untuk menjadi kas. Apalagi persediaan di pemerintah daerah bukan merupakan barang dagangan, sehingga sebagai faktor pengurang dalam aset lancar pada saat penghitungan quick ratio. Rasio solvabilitas, yaitu perbandingan total aset dengan total utang, dapat digunakan untuk melihat kemampuan pemerintah daerah dalam memenuhi seluruh kewajibannya, baik kewajiban jangka pendek maupun jangka panjang. Pada tabel diatas menunjukkan bahwa rata-rata rasio total kewajiban terhadap total aset dan rasio kewajiban terhadap modal adalah 0,003 pada tahun 2011 dan 0,002 pada tahun Hal ini menunjukan bahwa total kewajiban Pemerintah Kabupaten Jombang III - 11

114 dapat ditutupi oleh total aset ataupun oleh modal Pemerintah Kabupaten Jombang. Rata-rata umur piutang Pemerintah Kabupaten Jombang menunjukkan penurunan, yaitu dari 3,01 hari pada tahun 2011 menjadi 3 hari pada tahun Hal ini menunjukkan bahwa Pemerintah Kabupaten Jombang semakin baik karena mampu melunasi piutang atau merubah piutang menjadi kas hanya dalam waktu 3 hari pada tahun Kebijakan Pengelolaan Keuangan Masa Lalu Kebijakan pengelolaan keuangan daerah, secara garis besar akan tercermin pada kebijakan pendapatan, belanja serta pembiayaan APBD. Pengelolaan keuangan daerah yang baik menghasilkan keseimbangan antara optimalisasi pendapatan daerah, efisiensi dan efektivitas belanja daerah serta ketepatan dalam memanfaatkan potensi pembiayaan daerah. Berdasarkan ketentuan Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, mencantumkan bahwa sumber penerimaan daerah terdiri atas: (1) Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang terdiri dari kelompok Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Hasil Perusahaan Milik Daerah dan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan dan Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah; (2) Dana Perimbangan yang meliputi Dana Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak yang terdiri dari Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan, Pajak Penghasilan (PPh) Perorangan, Sumber Daya Alam (SDA); Dana Alokasi Umum; dan Dana Alokasi Khusus; dan (3) Kelompok-lain-lain pendapatan daerah yang sah meliputi Pendapatan Hibah, Dana Darurat, Dana Bagi Hasil Pajak dari Pemerintah Kab/Kota, Dana Penyesuaian dan Dana Otonomi Khusus, dan Dana Bantuan Keuangan. Sedangkan peneriman pembiayaan bersumber dari Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Daerah Tahun Sebelumnya (SiLPA), Penerimaan Pinjaman Daerah, Dana Cadangan Daerah (DCD), dan Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang dipisahkan. Pengelolaan pendapatan daerah diarahkan pada peningkatan penerimaan daerah melalui: (1) Optimalisasi pendapatan daerah sesuai peraturan yang berlaku dan kondisi daerah; (2) Peningkatan kemampuan dan keterampilan SDM Pengelola Pendapatan Daerah; (3) Peningkatan intensitas hubungan perimbangan keuangan pusat dan daerah secara III - 12

115 adil dan proporsional berdasarkan potensi dan pemerataan; dan (4) Peningkatan kesadaran masyarakat untuk memenuhi kewajibannya. Untuk itu digariskan sejumlah kebijakan yang terkait dengan pengelolaan pendapatan daerah, yaitu: a. Melakukan intensifikasi dan ekstensifikasi pendapatan asli daerah, melalui: o o o o o Koordinasi yang intensif dengan SKPD dan instansi terkait, peningkatan sosialisasi dan penyuluhan, peningkatan pelayanan kepada masyarakat, peningkatan pengawasan serta penyederhanaan proses administrasi pemungutan. Beberapa upaya tersebut ditujukan untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi dalam pencapaian target pendapatan daerah; Meningkatkan kualitas layanan publik yang lebih efektif dan maksimal, sehingga masyarakat merespon secara positif produk layanan publik yang ditawarkan ke masyarakat; Meningkatkan dan memperbaiki infrastruktur prasarana dan sarana umum yang mampu menjadi pemicu pertumbuhan ekonomi yang dapat memberikan dampak terhadap peningkatan pendapatan daerah, khususnya PAD; Melakukan pengawasan dan evaluasi secara rutin dan berjenjang, mulai dari tingkat bawah sampai atas, dalam pemungutan terhadap wajib pajak dan wajib retribusi, serta penerapan sanksi yang efektif bagi wajib pajak maupun wajib retribusi yang melanggar aturan; Meningkatkan pengendalian terhadap data base potensi pajak dan retribusi dengan melakukan pembentukan tim intensifikasi PAD, melakukan pemeliharaan dan update data wajib pajak/retribusi daerah dan pendataan bagi wajib pajak/wajib retribusi baru, dan Memperluas basis pajak daerah dan retribusi daerah o Mengoptimalkan kinerja BUMD/Perusahaan Daerah untuk memberikan kontribusi secara signifikan terhadap pendapatan daerah; o Mengevaluasi Peraturan Daerah tentang Pajak dan Retribusi Daerah, disesuaikan seiring dengan perkembangan peraturan dan pembangunan, agar dalam pelaksanaannya lebih efisien dan efektif, serta sesuai dengan prinsip-prinsip keadilan dan memperhatikan kemampuan masyarakat wajib pajak daerah maupun wajib retribusi daerah; III - 13

116 o o o Memberikan insentif kepada instansi pemungut pajak dan retribusi daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku; Melakukan penertiban atau penegakan Peraturan Daerah tentang Pajak dan Retribusi Daerah dengan memberikan teguran secara lisan dan tertulis pada wajib pajak atau wajib retribusi yang tidak kooperatif; Melakukan secara intensif pendataan aset daerah dan legalisasi kepemilikan aset daerah, guna tertib administrasi aset daerah dan sebagai dasar pemanfaatan aset daerah; o Mengintensifkan pemanfaatan kekayaan daerah yang belum dimanfaatkan secara optimal (idle) untuk dikelola atau dikerjasamakan dengan pihak ketiga; b. Melakukan persiapan secara bertahap, baik dari sisi sarana dan prasarana, sumberdaya manusia maupun kelembagaan, terkait dengan pendaerahan pajak bumi dan bangunan pedesaan dan perkotaan pada tahun 2014; c. Meningkatkan koordinasi, informasi dan pelaporan pendapatan daerah kepada Pemerintah Pusat dan Pemerintah Provinsi dengan memberikan dukungan data yang cepat, tepat dan akurat, sehingga diperoleh dana perimbangan maupun dana lain sesuai kebutuhan daerah; d. Melakukan kerjasama dengan investor sesuai dengan ketentuan perundang-undangan dalam rangka membuka lapangan kerja yang mampu mendorong peningkatan pendapatan daerah. Selanjutnya, dengan berpedoman pada prinsip-prinsip penganggaran, belanja daerah disusun melalui pendekatan anggaran kinerja yang berorientasi pada pencapaian hasil dari input yang direncanakan dengan memperhatikan prestasi kerja setiap satuan kerja perangkat daerah dalam pelaksanaan tugas, pokok dan fungsinya. Kebijakan ini bertujuan untuk meningkatkan akuntabilitas perencanan anggaran serta menjamin efektivitas dan efisiensi penggunaan anggaran ke dalam program dan kegiatan. Sesuai Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, bahwa setiap penganggaran harus berbasis kinerja (Performance Based Budgeting). Kebijakan pengelolaan keuangan daerah diarahkan pada pemenuhan belanja belanja tidak langsung dan belanja langsung. Belanja tidak langsung dipergunakan untuk belanja gaji dan tunjangan, III - 14

117 belanja hibah, belanja bantuan sosial, belanja bantuan keuangan dan belanja tidak terduga. Sedangkan belanja langsung diarahkan pada: a. Menopang proses pembangunan daerah yang berkelanjutan sesuai dengan visi dan misi daerah; b. Menjamin ketersediaan pendanaan pelayanan dasar secara memadai bagi kesejahteraan masyarakat, dengan memberikan fokus pembiayaan secara proporsional; c. Menjamin ketersediaan pendanaan, khususnya untuk membiayai program pembangunan yang memiliki potensi besar bagi penyerapan tenaga kerja dan pengurangan kemiskinan; d. Meminimalkan resiko fiskal, sehingga kesinambungan anggaran daerah dapat terjamin; e. Peningkatan akuntabilitas dan transparansi pengelolaan anggaran serta peningkatan partisipasi masyarakat dalam proses penyusunan perencanaan dan penganggaran. 4. Proporsi Penggunaan Anggaran Dengan semakin bertambahnya jumlah pegawai di Kabupaten Jombang, maka berakibat pada proporsi belanja tidak langsung yang semakin besar apabila dibandingkan dengan belanja langsung. Proporsi belanja pemenuhan aparatur tersaji dalam tabel berikut: No. Tabel 3.6 Analisis Proporsi Belanja Pemenuhan Kebutuhan Aparatur Uraian Kabupaten Jombang Total belanja untuk pemenuhan kebutuhan aparatur (Rp) (a) Total pengeluaran (Belanja + Pembiayaan Pengeluaran) (Rp) (b) Prosentase (a)/(b) x 100% 1 Tahun ,434,877,974 1,005,454,919,162 65,09 2 Tahun ,799,586,658 1,146,937,496,234 62,58 3 Tahun ,547,495,510 1,386,166,896,546 57,90 Sumber: DPPKAD, Tahun 2012 Selama periode tahun , rata-rata belanja untuk memenuhi kebutuhan belanja untuk pemenuhan kebutuhan aparatur adalah sebesar 61,85%. Hal ini menunjukkan bahwa alokasi belanja untuk pemenuhan kebutuhan aparatur relatif besar persentasenya apabila dibandingkan dengan belanja untuk pelayanan publik. III - 15

118 Apabila dianalis lebih lanjut dari sisi jenis belanja, kontribusi ratarata terbesar belanja daerah selama tahun anggaran 2009 sampai dengan tahun 2012 masih ada pada belanja tidak langsung. Trend proporsi belanja langsung terhadap belanja daerah secara penganggaran menunjukkan peningkatan positif, akan tetapi secara realisasi menunjukkan penurunan. Proporsi belanja langsung pada tahun 2009 yang mencapai 35,54% mengalami penurunan pada tahun 2012 menjadi sebesar 35,44%. Hal ini menunjukkan komposisi yang kurang ideal, mengingat belanja tidak langsung masih menempati porsi yang cukup besar jika dibandingkan dengan belanja langsung. Kondisi ideal yang diharapkan adalah belanja langsung (terutama yang bermanfaat langsung bagi publik) yang lebih besar dari belanja tidak langsung. Meskipun dalam komponen belanja tidak langsung, selain belanja pegawai terdapat belanja hibah dan belanja bantuan sosial yang merupakan kerangka regulasi daerah dalam mendukung pencapaian tujuan pembangunan daerah, namun prosentasenya tetap jauh lebih kecil dibandingkan dengan belanja pegawai. Pelaksanaan kegiatan dalam belanja hibah dan belanja bantuan sosial adalah oleh kelompok masyarakat, sehingga kemanfaatan atas hasil kegiatan tentunya secara langsung dirasakan oleh masyarakat. Untuk mengetahui porsi DAU yang digunakan untuk membiayai selain belanja pegawai setiap tahunnya, bisa dilihat dari rasio antara DAU dengan belanja pegawai sebagaimana tabel berkut ini: Tabel 3.7 Tren Realisasi DAU dengan Gaji dan Tunjangan PNSD No. Tahun Anggaran DAU Gaji Pegawai ,081,999, ,999,265, ,773,863, ,080,773, ,450,366, ,813,342, ,942,500, ,802,074, ,825,242, ,064,134, ,295,635, ,707,667, ,097,938, ,272,344, ,007,166,193, ,870,214,052 Sumber: DPPKAD, Tahun 2012 III - 16

119 Adapun untuk grafik tren kenaikan DAU dan Belanja Gaji dan Tunjangan PNSD bisa kita lihat pada grafik berikut ini: Grafik 3.3 Tren Kenaikan DAU dengan Belanja Gaji dan Tunjangan PNSD Sumber: DPPKAD, Tahun 2012 Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa selisih DAU yang digunakan untuk membiayai belanja langsung mulai tahun 2012 sudah mulai melebar, hal itu bisa dilihat dari celah grafik garis di atas. Apabila tren kedua garis ternyata masih sejajar, artinya kenikan belanja gaji selalu diikuti kenaikan DAU minimal sama. Apabila tren kedua garis di atas mengarah pada satu titik, maka artinya suatu saat bertemu berarti semua DAU digunakan untuk belanja gaji pegawai. Apabila diteruskan suatu saat dalam waktu yang tidak terlalu lama, pemerintah kabupaten akan kesulitan dalam pembiayaan pembangunan. Perkembangan proporsi realisasi belanja langsung dan belanja tidak langsung terhadap total belanja pada periode tahun serta rencana tahun 2013 tersaji dalam grafik berikut: Grafik 3.4 Proporsi Realisasi Belanja Tidak Langsung dan Belanja Langsung Tahun dan Rencana Tahun *) Belanja Tidak Langsung Belanja Langsung Sumber: DPPKAD, Tahun 2012 III - 17

I. KONDISI UMUM WILAYAH A. Luas dan Batas Wilayah

I. KONDISI UMUM WILAYAH A. Luas dan Batas Wilayah KABUPATEN JOMBANG I. KONDISI UMUM WILAYAH A. Luas Batas Wilayah Secara administrasi, Kabupaten Jombang terbagi menjadi 21 kecamatan yang terdiri dari 302 desa 4 kelurahan serta 1.258 dusun. Luas wilayah

Lebih terperinci

LKPJ AKHIR MASA JABATAN BUPATI JOMBANG I BAB

LKPJ AKHIR MASA JABATAN BUPATI JOMBANG I BAB LKPJ AKHIR MASA JABATAN BUPATI JOMBANG 2009-203 I BAB I LKPJ AKHIR MASA JABATAN BUPATI JOMBANG 2009-203 A. DASAR HUKUM Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Akhir Masa Jabatan Bupati dimaksudkan

Lebih terperinci

BUPATI JOMBANG KEPUTUSAN BUPATI JOMBANG NOMOR : / /415.10

BUPATI JOMBANG KEPUTUSAN BUPATI JOMBANG NOMOR : / /415.10 RANCANGAN BUPATI JOMBANG KEPUTUSAN BUPATI JOMBANG NOMOR : 188.4.45/ /415.10.10/2014 TENTANG WILAYAH PERTAMBANGAN RAKYAT DAN PENENTUAN POTENSI WILAYAH USAHA PERTAMBANGAN MINERAL BUKAN LOGAM DAN BATUAN DI

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Beberapa gambaran umum dari kondisi fisik Kabupaten Blitar yang merupakan wilayah studi adalah kondisi geografis, kondisi topografi, dan iklim.

Lebih terperinci

PEMANTAPAN KUALITAS INFRASTRUKTUR DASAR DAN INFRASTRUKTUR PENUNJANG PERTUMBUHAN KAWASAN

PEMANTAPAN KUALITAS INFRASTRUKTUR DASAR DAN INFRASTRUKTUR PENUNJANG PERTUMBUHAN KAWASAN Tema Pembangunan KABUPATEN JOMBANG TAHUN 2015 PEMANTAPAN KUALITAS INFRASTRUKTUR DASAR DAN INFRASTRUKTUR PENUNJANG PERTUMBUHAN KAWASAN Dengan pertumbuhan ekonomi 6,41% Mengandalkan sector Perdagangan, Hotel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kabupaten Pati merupakan salah satu dari 35 Kabupaten/Kota di Jawa Tengah yang mempunyai posisi strategis, yaitu berada di jalur perekonomian utama Semarang-Surabaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hal. I - 1

BAB I PENDAHULUAN. Hal. I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah yang berkelanjutan merupakan salah satu faktor kunci keberhasilan dalam mendukung pencapaian target kinerja pembangunan daerah. Untuk itu diperlukan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... Halaman BAB I. PENDAHULUAN... I-1 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... I-3 1.3 Hubungan Antar Dokumen... I-4

Lebih terperinci

KAJIAN TEKNIS PEMBUATAN LUBANG BAROKAH (BIOPORI) PADA LAHAN DI KAWASAN KECAMATAN WONOSALAM LAPORAN AKHIR KERJASAMA ANTARA

KAJIAN TEKNIS PEMBUATAN LUBANG BAROKAH (BIOPORI) PADA LAHAN DI KAWASAN KECAMATAN WONOSALAM LAPORAN AKHIR KERJASAMA ANTARA KAJIAN TEKNIS PEMBUATAN LUBANG BAROKAH (BIOPORI) PADA LAHAN DI KAWASAN KECAMATAN WONOSALAM LAPORAN AKHIR KERJASAMA ANTARA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KABUPATEN JOMBANG DENGAN PUSAT PENGKAJIAN,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 32 Tahun tentang Pemerintahan Daerah, penyelenggaraan Otonomi Daerah

PENDAHULUAN. Dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 32 Tahun tentang Pemerintahan Daerah, penyelenggaraan Otonomi Daerah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, penyelenggaraan Otonomi Daerah dilaksanakan dengan memberikan kewenangan yang luas,

Lebih terperinci

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN BAB I PENDAHULUAN

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR : TANGGAL : RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2014-2019 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Provinsi Jawa

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 Administrasi Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak diantara 6 o 57`-7 o 25` Lintang Selatan dan 106 o 49` - 107 o 00` Bujur

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB I P E N D A H U L U A N BAB I P E N D A H U L U A N A. Latar Belakang Pembangunan pada dasarnya merupakan upaya yang dilakukan secara terarah, terpadu, dan berkesinambungan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Tahapan

Lebih terperinci

ARAHAN LOKASI INDUSTRI PENGOLAHAN BERAS KABUPATEN JOMBANG

ARAHAN LOKASI INDUSTRI PENGOLAHAN BERAS KABUPATEN JOMBANG ARAHAN LOKASI INDUSTRI PENGOLAHAN BERAS KABUPATEN JOMBANG Oleh : RIZKY KHAIRUNNISA Nrp : 3607 1000 41 PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 2013-2018 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perencanaan

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015 Lampiran I Peraturan Bupati Pekalongan Nomor : 15 Tahun 2014 Tanggal : 30 Mei 2014 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dokumen perencanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Kota Tanjungbalai telah melaksanakan Pemilukada pada tahun 2015 dan hasilnya telah terpilih pasangan M. Syahrial, SH, MH dan Drs.H. Ismail sebagai Walikota dan Wakil

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Undang-Undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) dan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah mengamanatkan,

Lebih terperinci

RINCIAN RANCANGAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN

RINCIAN RANCANGAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN Lampiran III PEMERINTAH KABUPATEN JOMBANG RINCIAN RANCANGAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN TAHUN ANGGARAN 2017 Rancangan Peraturan Daerah Nomor

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak, Luas dan Batas Wilayah Penelitian. Kabupaten Kuningan terletak di bagian timur Jawa Barat dengan luas

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak, Luas dan Batas Wilayah Penelitian. Kabupaten Kuningan terletak di bagian timur Jawa Barat dengan luas III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Letak, Luas dan Batas Wilayah Penelitian Kabupaten Kuningan terletak di bagian timur Jawa Barat dengan luas wilayah Kabupaten Kuningan secara keseluruhan mencapai 1.195,71

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I - 1

BAB I PENDAHULUAN I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perencanaan pembangunan daerah sebagaimana diatur dalam Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) dan Undang-undang

Lebih terperinci

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH (RPJM) KABUPATEN ACEH SELATAN TAHUN

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH (RPJM) KABUPATEN ACEH SELATAN TAHUN BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN BUPATI KABUPATEN ACEH SELATAN NOMOR 18 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH KABUPATEN ACEH SELATAN TAHUN 2013-2018 1.1. Latar Belakang Lahirnya Undang-undang

Lebih terperinci

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah memberi peluang

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah memberi peluang BAB PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah memberi peluang kepada daerah berupa kewenangan yang lebih besar untuk mengelola pembangunan secara mandiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN NOMOR TANGGAL TENTANG

BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN NOMOR TANGGAL TENTANG LAMPIRAN NOMOR TANGGAL TENTANG : : : : PERATURAN DAERAH 4 TAHUN 2012 20 April 2012 RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN BARITO SELATAN TAHUN 2011-2016 BAB I PENDAHULUAN Perencanaan adalah

Lebih terperinci

BAB - I PENDAHULUAN I Latar Belakang

BAB - I PENDAHULUAN I Latar Belakang BAB - I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, telah mengamanatkan bahwa agar perencanaan pembangunan daerah konsisten, sejalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Lingga Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Lingga Tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sesuai amanat Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN), Pemerintah berkewajiban untuk menyusun perencanaan pembangunan,

Lebih terperinci

RINGKASAN APBD MENURUT ORGANISASI DAN URUSAN PEMERINTAHAN

RINGKASAN APBD MENURUT ORGANISASI DAN URUSAN PEMERINTAHAN Lampiran IIa Peraturan Daerah Nomor : 14 Tanggal : 23 December 2015 PEMERINTAH KABUPATEN JOMBANG RINGKASAN APBD MENURUT ORGANISASI DAN URUSAN PEMERINTAHAN TAHUN ANGGARAN 2016 KODE TIDAK LANGSUNG LANGSUNG

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) RKPD KABUPATEN BERAU TAHUN 2013 BAB I - 1

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) RKPD KABUPATEN BERAU TAHUN 2013 BAB I - 1 LAMPIRAN : PERATURAN BUPATI BERAU NOMOR : TAHUN 2012 TANGGAL : 2012 TENTANG : RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2013 RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN BERAU TAHUN 2013 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU 4.1 Kondisi Geografis Secara geografis Provinsi Riau membentang dari lereng Bukit Barisan sampai ke Laut China Selatan, berada antara 1 0 15 LS dan 4 0 45 LU atau antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional mengamanatkan bahwa setiap daerah harus menyusun rencana pembangunan daerah secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daerah sesuai dengan yang diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar Negara

BAB I PENDAHULUAN. daerah sesuai dengan yang diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar Negara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan kewenangan masing-masing pemerintah daerah sesuai dengan yang diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,

Lebih terperinci

PENGUMUMAN RENCANA UMUM PENGADAAN BARANG/ JASA PEMERINTAH KABUPATEN JOMBANG TAHUN ANGGARAN 2012

PENGUMUMAN RENCANA UMUM PENGADAAN BARANG/ JASA PEMERINTAH KABUPATEN JOMBANG TAHUN ANGGARAN 2012 PENGUMUMAN RENCANA UMUM PENGADAAN BARANG/ JASA PEMERINTAH KABUPATEN JOMBANG TAHUN ANGGARAN 2012 SKPD : DINAS PU BINAMARGA DAN PENGAIRAN NAMA PA : Ir. SUCIPTO, M.Si. Alamat : JL. KH WAHID HASYIM No. 79,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Provinsi Lampung merupakan provinsi yang berada di ujung selatan Pulau Sumatera dan merupakan gerbang utama jalur transportasi dari dan ke Pulau Jawa. Dengan posisi

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN Lampiran I Peraturan Bupati Pekalongan Nomor : 17 Tahun 2015 Tanggal : 29 Mei 2015 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintah

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 22 TAHUN 2011 T E N T A N G

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 22 TAHUN 2011 T E N T A N G Design by (BAPPEDA) Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur Martapura, 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 22 TAHUN 2011 T E N T A N G RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH (RPJM) DAERAH

Lebih terperinci

BAB 1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG

BAB 1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2016-2021 RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2016-2021 BAB 1. PENDAHULUAN

Lebih terperinci

Bahan Baku Bangunan / Pengecatan Pohon, Kanstein, bak/pot taman dan pagar taman.

Bahan Baku Bangunan / Pengecatan Pohon, Kanstein, bak/pot taman dan pagar taman. P E M E R I N T A H K A B U P A T E N J O M B A N G DINAS PEKERJAAN UMUM CIPTA KARYA, TATA RUANG, KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN Jl. Yos Sudarso No. 80 Telp. ( 0321 ) 864123 J O M B A N G PENGUMUMAN RENCANA

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN WILAYAH STUDI

BAB IV GAMBARAN WILAYAH STUDI 39 BAB IV GAMBARAN WILAYAH STUDI 4.1 KARAKTERISTIK UMUM KABUPATEN SUBANG 4.1.1 Batas Administratif Kabupaten Subang Kabupaten Subang berada dalam wilayah administratif Propinsi Jawa Barat dengan luas wilayah

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI BENGKULU UTARA NOMOR : 18 TAHUN 2015

PERATURAN BUPATI BENGKULU UTARA NOMOR : 18 TAHUN 2015 PERATURAN BUPATI BENGKULU UTARA NOMOR : 18 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BENGKULU UTARA TAHUN 2016 BUPATI BENGKULU UTARA PROVINSI BENGKULU PERATURAN BUPATI BENGKULU UTARA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) merupakan bagian dari Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN), seperti tercantum dalam Undang- Undang Nomor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional telah mengamanatkan bahwa agar perencanaan pembangunan daerah konsisten, sejalan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan yang dititikberatkan pada pertumbuhan ekonomi berimplikasi pada pemusatan perhatian pembangunan pada sektor-sektor pembangunan yang dapat memberikan kontribusi pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Lampiran Peraturan Daerah Kabupaten Sleman Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kabupaten Sleman Nomor 9 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Tahun 2011-2015

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. RTRW Kabupaten Bondowoso

KATA PENGANTAR. RTRW Kabupaten Bondowoso KATA PENGANTAR Sebagai upaya mewujudkan perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang yang efektif, efisien dan sistematis guna menunjang pembangunan daerah dan mendorong perkembangan wilayah

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM WILAYAH

IV. KEADAAN UMUM WILAYAH IV. KEADAAN UMUM WILAYAH 4.1. Sejarah Kabupaten Bekasi Kabupaten Bekasi dibentuk berdasarkan Undang-Undang No.14 Tahun 1950 tentang Pembentukan Dasar-Dasar Kabupaten dalam Lingkungan Propinsi Jawa Barat

Lebih terperinci

Pemerintah Kabupaten Wakatobi

Pemerintah Kabupaten Wakatobi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Wakatobi memiliki potensi kelautan dan perikanan serta potensi wisata bahari yang menjadi daerah tujuan wisatawan nusantara dan mancanegara. Potensi tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Rencana Pembangunan Jangka Menengah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMD) Kabupaten Pandeglang Tahun 2016-2021 disusun dengan maksud menyediakan dokumen perencanaan

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. Pendahuluan

Bab I Pendahuluan. Pendahuluan Bab I Pendahuluan LAMPIRAN : PERATURAN DAERAH KOTA SUNGAI PENUH NOMOR TAHUN 2012 TANGGAL JUNI 2012 Rencana Jangka Menengah Daerah (RPJMD) adalah dokumen perencanaan pembangunan daerah untuk periode 5 (lima)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. RPJMD Kabupaten Grobogan Tahun I 1

BAB I PENDAHULUAN. RPJMD Kabupaten Grobogan Tahun I 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, Pemerintah Pusat memberikan kewenangan yang lebih besar kepada daerah untuk melakukan serangkaian

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2011-2015 Diperbanyak oleh: Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH (RPJM) DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TAHUN 2012-2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Berdasarkan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, bahwa penyelenggaraan desentralisasi dilaksanakan dalam bentuk pemberian kewenangan Pemerintah

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI 16 KONDISI UMUM WILAYAH STUDI Kondisi Geografis dan Administratif Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada koordinat 106 0 45 50 Bujur Timur dan 106 0 45 10 Bujur Timur, 6 0 49

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dalam rangka pelaksanaan amanat UU Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) dan Undangundang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N I - 1

BAB I PENDAHULUAN R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Undang-Undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) dan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah mengamanatkan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Untuk menjalankan tugas dan fungsinya, pemerintah daerah memerlukan perencanaan mulai dari perencanaan jangka panjang, jangka menengah hingga perencanaan jangka pendek

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman. X-ii. RPJMD Kabupaten Ciamis Tahun

DAFTAR ISI. Halaman. X-ii. RPJMD Kabupaten Ciamis Tahun DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR GRAFIK... xiii BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-5

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perencanaan pembangunan daerah merupakan suatu kesatuan dalam sistem perencanaan pembangunan nasional. Hal ini dimaksudkan agar perencanaan pembangunan daerah senantiasa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi 69 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak dan Luas Daerah Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi Lampung yang letak daerahnya hampir dekat dengan daerah sumatra selatan.

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIJUNJUNG NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SIJUNJUNG TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIJUNJUNG NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SIJUNJUNG TAHUN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIJUNJUNG NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SIJUNJUNG TAHUN 2010-2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIJUNJUNG, Menimbang

Lebih terperinci

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 92 IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 4.1. Kota Bekasi dalam Kebijakan Tata Makro Analisis situasional daerah penelitian diperlukan untuk mengkaji perkembangan kebijakan tata ruang kota yang terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah yang berkelanjutan merupakan salah satu faktor kunci keberhasilan dalam mendukung pencapaian target kinerja pembangunan daerah. Untuk itu diperlukan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS IIV.1 Permasalahan Pembangunan Permasalahan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Ngawi saat ini dan permasalahan yang diperkirakan terjadi lima tahun ke depan perlu mendapat

Lebih terperinci

RPJMD KABUPATEN LAMANDAU TAHUN

RPJMD KABUPATEN LAMANDAU TAHUN i BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) berpedoman pada Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional,

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik 4.1.1 Wilayah Administrasi Kota Bandung merupakan Ibukota Propinsi Jawa Barat. Kota Bandung terletak pada 6 o 49 58 hingga 6 o 58 38 Lintang Selatan dan 107 o 32 32 hingga

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Rancangan Akhir RPJMD Tahun Hal. I LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Rancangan Akhir RPJMD Tahun Hal. I LATAR BELAKANG BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Provinsi DKI Jakarta merupakan kota dengan banyak peran, yaitu sebagai pusat pemerintahan, pusat kegiatan perekonomian, pusat perdagangan, pusat jasa perbankan dan

Lebih terperinci

SURAKARTA KOTA BUDAYA, MANDIRI, MAJU, DAN SEJAHTERA.

SURAKARTA KOTA BUDAYA, MANDIRI, MAJU, DAN SEJAHTERA. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, mengamanatkan kepada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN I LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah memberi peluang kepada daerah berupa kewenangan yang lebih besar untuk mengelola pembangunan secara mandiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kota Tasikmalaya dibentuk berdasarkan pada Peraturan Daerah Kota Tasikmalaya nomor 8 tahun 2008 tentang Pembentukan Organisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) merupakan pelaksanaan amanat Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 39 KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN Letak Geografis dan Administrasi Kabupaten Deli Serdang merupakan bagian dari wilayah Propinsi Sumatera Utara dan secara geografis Kabupaten ini terletak pada 2º 57-3º

Lebih terperinci

BUPATI SUMBA BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

BUPATI SUMBA BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR BUPATI SUMBA BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SUMBA BARAT TAHUN 2016-2021 DENGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN I PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 29 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2015 1.1. Latar Belakang Rencana Kerja Pemerintah Daerah

Lebih terperinci

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar BAB II PROFIL WILAYAH KAJIAN Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah

Lebih terperinci

2.1 Geografis, Administratif, dan Kondisi Fisik. A. Kondsi Geografis

2.1 Geografis, Administratif, dan Kondisi Fisik. A. Kondsi Geografis 2.1 Geografis, Administratif, dan Kondisi Fisik A. Kondsi Geografis Kabupaten Bolaang Mongondow adalah salah satu kabupaten di provinsi Sulawesi Utara. Ibukota Kabupaten Bolaang Mongondow adalah Lolak,

Lebih terperinci

1.1. Latar Belakang. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Mandailing Natal Tahun I - 1

1.1. Latar Belakang. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Mandailing Natal Tahun I - 1 1.1. Latar Belakang RPJMD merupakan penjabaran dari visi, misi dan program Bupati Mandailing Natal yang akan dilaksanakan dan diwujudkan dalam suatu periode masa jabatan. RPJMD Kabupaten Mandailing Natal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bahwa Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Purworejo Tahun 2011-2015 telah berakhir pada periode masa kepemimpinan Kepala Daerah Drs. MAHSUN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Jambi RPJMD KOTA JAMBI TAHUN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Jambi RPJMD KOTA JAMBI TAHUN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan proses perubahan kearah yang lebih baik, mencakup seluruh dimensi kehidupan masyarakat suatu daerah dalam upaya meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

ISI DAN URAIAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA TASIKMALAYA TAHUN BAB I PENDAHULUAN

ISI DAN URAIAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA TASIKMALAYA TAHUN BAB I PENDAHULUAN - 1 - LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA TASIKMALAYA TAHUN 2013-2017 ISI DAN URAIAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAEAH KOTA BINJAI TAHUN LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAEAH KOTA BINJAI TAHUN LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pembangunan Daerah pada dasarnya harus selaras dengan tujuan pembangunan nasional. Tujuan pembangunan nasional secara exsplisit dinyatakan dalam pembukaan UUD 1945

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) PROVINSI SUMATERA UTARA TAHUN 2016

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) PROVINSI SUMATERA UTARA TAHUN 2016 RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) PROVINSI SUMATERA UTARA TAHUN 2016 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA I-0 2015 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1. Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Seluma Kabupaten Seluma merupakan salah satu daerah pemekaran dari Kabupaten Bengkulu Selatan, berdasarkan Undang-Undang Nomor 3

Lebih terperinci

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa sehingga Naskah Akademis untuk kegiatan Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Lamongan dapat terselesaikan dengan baik

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA SEMARANG TAHUN

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA SEMARANG TAHUN PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA SEMARANG TAHUN 2010 2015 PEMERINTAH KOTA SEMARANG TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kawasan perdesaan sebagai basis utama dan bagian terbesar dalam wilayah Kabupaten Lebak, sangat membutuhkan percepatan pembangunan secara bertahap, proporsional dan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2012-2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2012-2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

RPJMD Kabupaten Jeneponto Tahun ini merupakan penjabaran dari visi, misi, dan program Bupati dan Wakil Bupati Jeneponto terpilih

RPJMD Kabupaten Jeneponto Tahun ini merupakan penjabaran dari visi, misi, dan program Bupati dan Wakil Bupati Jeneponto terpilih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan daerah sebagai bagian integral dari pembangunan nasional dan regional, juga bermakna sebagai pemanfaatan sumber daya yang dimiliki untuk peningkatan kesejahteraan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 - IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI 4.1 Kondisi Geografis Kota Dumai merupakan salah satu dari 12 kabupaten/kota di Provinsi Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37-101 o 8'13

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Situasi Wilayah Letak Geografi Secara geografis Kabupaten Tapin terletak antara 2 o 11 40 LS 3 o 11 50 LS dan 114 o 4 27 BT 115 o 3 20 BT. Dengan tinggi dari permukaan laut

Lebih terperinci

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) PROVINSI SULAWESI TENGGARA TAHUN

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) PROVINSI SULAWESI TENGGARA TAHUN 1.1. Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN Peletakan sendi-sendi dasar pembangunan Sulawesi Tenggara periode 2008 2013, telah memperlihatkan kerangka pembangunan yang jelas, terarah dan sistematis dalam menyongsong

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Lombok Timur merupakan salah satu dari delapan Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Secara geografis terletak antara 116-117

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelaksanaan otonomi daerah secara luas, nyata dan bertanggungjawab telah menjadi tuntutan daerah. Oleh karena itu, pemerintah daerah memiliki hak dan kewenangan dalam mengelola

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perencanaan pembangunan merupakan tahapan awal dalam proses pembangunan sebelum diimplementasikan. Pentingnya perencanaan karena untuk menyesuaikan tujuan yang ingin

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN SLEMAN. Berdasarkan kondisi geografisnya wilayah Kabupaten Sleman terbentang

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN SLEMAN. Berdasarkan kondisi geografisnya wilayah Kabupaten Sleman terbentang IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN SLEMAN A. Letak Geografis Kabupaten Sleman Berdasarkan kondisi geografisnya wilayah Kabupaten Sleman terbentang mulai 110⁰ 13' 00" sampai dengan 110⁰ 33' 00" Bujur Timur, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Karawang Tahun merupakan tahap ketiga dari

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Karawang Tahun merupakan tahap ketiga dari BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Karawang Tahun 2016-2021 merupakan tahap ketiga dari pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah 35 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Provinsi Lampung Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah Provinsi Lampung adalah 3,46 juta km 2 (1,81 persen dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. BAB I - RPJM Aceh Tengah Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. BAB I - RPJM Aceh Tengah Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 1.1 Latar Latar Belakang Belakang Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SUMEDANG TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SUMEDANG TAHUN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SUMEDANG TAHUN 2014-2018 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMEDANG, Menimbang

Lebih terperinci