CREATIVE HR CAPACITY STRATEGY

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "CREATIVE HR CAPACITY STRATEGY"

Transkripsi

1

2 WHITEPAPER SEPTEMBER 2016 CREATIVE HR CAPACITY STRATEGY Shifting Employee to Entrepreneur Paradigm Strategi pelatihan karyawan staf marketing/sales akan entrepreneurship, sehingga membuat perusahaan terus mampu berinovasi dan berdaya saing tinggi ke depannya. By: Dr. Sandy Wahyudi (DSW) PENDAHULUAN Meski sebagian dari kita bekerja sebagai karyawan, bukan berarti pola pikir, sikap serta tindakan kita tidak bisa mengadopsi sikap dan perilaku entrepreneur atau wirausahawan. Jangan diartikan entrepreneur itu cuma terkait dengan urusan dagang alias wiraswasta atau pebisnis saja. Entrepreneur adalah seseorang yang memiliki gaya hidup siap menerima segala risiko akan tindakan kreatif yang dilakukannya demi mencapai keadaan yang lebih baik. Menjadi karyawan yang bisa bekerja dengan cara tidak dibatasi jam dan hari kerja merupakan poin pertama dan terpenting agar bisa membentuk pola pikirnya bukan lagi seorang karyawan, melainkan pola pikir seorang entrepreneur. Bahkan PNS (pegawai negeri sipil) pun bisa saja demikian, contohnya teman saya yang harus bersiap-siap menemui kepala dinas sebuah instansi pada jam 6 pagi di kantornya untuk minta tanda tangan SK. Harus pagi-pagi ke kantornya karena setelah itu sang pimpinan harus ke bandara untuk terbang ke Jakarta. Yang pulang setelah jam 4 sore bukan berarti bisa bersantai-santai dengan keluarga di rumah. Kalau pas ada tamu yang datang, malamnya dia harus jemput tamu di hotel dan menemani makan malam dan jalan-jalan. Karyawan yang berpola pikir dan bersikap seperti entrepreneur tidak akan sering mengeluh kalau dapat tugas seperti itu. Mereka yang memiliki pola pikir seorang entrepreneur juga tidak mudah terlena di zona nyaman. Zona nyaman itu maksudnya mudah merasa puas pada satu kondisi pekerjaan. Tidak ingin mengubah dirinya agar bekerja lebih produktif, lebih efisien atau bagaimana agar kinerja di tempat kerjanya meningkat. Karyawan yang terlena berada di zona nyaman cenderung agak sensitif

3 dengan perubahan yang mengarah pada perbaikan kinerja. Dia bisa saja berprinsip dari dulu sudah jalan seperti ini, kenapa harus diubah lagi? Selalu berkeinginan belajar dari buaian masih ketika kanak-kanak hingga sampai mau ke liang lahat sekalipun saat usia senja adalah ciri khas seorang entrepreneur sejati. Sebuah perumpamaan yang sangat bagus, termasuk bagi seorang karyawan. Belajar bukan lagi sebuah kewajban apalagi keterpaksaan bagi karyawan yang bermental entrepreneur. Tanpa diminta atau disuruh oleh pihak lain, dia memotivasi dirinya agar senantiasa mengikuti perkembangan dan belajar hal-hal baru. Tidak hanya belajar bidang yang terkait dengan pekerjaannya, namun juga keterampilan lain yang dapat mengembangkan potensi dirinya. Belajar tak hanya dapat dilakukan dengan mengikuti diklat, workshop, seminar atau training. Dengan bantuan internet, karyawan bisa saja belajar kapan pun waktunya secara otodidak. Belajar seperti ini yang tidak akan cepat hilang atau lupa, karena dasarnya adalah kecintaan terhadap apa yang dipelajari. Gambar 1. Pola Pikir Karyawan vs Entrepreneur Salah satu pola pikir dan sikap seorang entrepreneur adalah berusaha melayani orang lain dengan sebaik-baiknya. Orang lain itu bisa pelanggan, klien, pembeli, konsumen, atasannya sendiri di kantor atau masyarakat sekitar. Mereka tidak hanya bekerja untuk mengejar jabatan, kedudukan dan kekayaan, seorang yang bermental entrepreneur akan mengutamakan kepuasan orang lain sebagai kriteria keberhasilannya. Jiwa melayani orang lain dengan sepenuh hati dan (bukan melayani sepenuh gaji) akan menjadikannya sebagai karyawan yang sosoknya selalu dinanti.

4 KARYAWAN KREATIF, PERUSAHAAN MELEJIT Karyawan dengan pola pikir entrepreneur adalah sosok karyawan yang pasti memiliki kepuasan kerja yang tinggi dalam perusahaannya sedemikian tanpa diminta, tanpa dipaksa oleh atasan / owner perusahaan, dirinya selalu berupaya agar mampu membuat terobosan-terobosan baru yang kreatif. Apalagi karyawan yang bekerja di bagian marketing, karena kondisi pasar yang cepat berubah dan sangat dinamis, maka hal ini mutlak dimiliki. Oleh sebab itu, dalam kesempatan edisi whitepaper kali ini akan dibahas mengenai bagaimana perusahaan bisa menggunakan pengembangan kapasitas karyawan, khususnya mereka yang bekerja di bagian marketing, sebagai salah satu strategi marketing agar perusahaan bisa mencapai target omset penjualan yang diharapkan. Diawali dengan konsep Service Profit Chain yang dikembangkan oleh Prof. James L. Heskett pada tulisannya yang dimuat di Harvard Business Review tahun 1997, bahwa perusahaan yang mampu membuat betah karyawan frontliners bekerja dengan tingkat kepuasan dan loyalitas yang tinggi, maka ujung-ujungnya akan membawa pada peningkatan laba perusahaan untuk jangka panjangnya. Bagaimana proses ini bisa terjadi? Riset yang telah dilakukannya selama bertahuntahun menunjukkan adanya hubungan implikasi yang positif antara kepuasan kerja karyawan frontliners terhadap peningkatan laba perusahaan melalui beberapa tahapan proses, yaitu 6 proses seperti yang bisa dilihat pada gambar berikut. Gambar 2. Service Profit Chain

5 Semakin tinggi kepuasan kerja seorang karyawan (khususnya mereka yang bekerja sebagai frontliners), maka akan semakin meningkat pula produktivitas kerjanya. Artinya, karyawan frontliners yang puas terhadap lingkungan pekerjaannya, maka tingkat output yang diberikan ke perusahaan akan lebih banyak, lebih cepat dan lebih efisien dibanding mereka yang kurang puas terhadap lingkungan kerjanya, sedemikian layanan yang diberikan ke para customer pun akan semakin baik kualitasnya. Jika pelanggan semakin merasa puas akan layanan yang diberikan frontliners, maka tingkat loyalitas pelanggan pun akan semakin terjaga. Jika keadaan ini terjadi, maka omset penjualan akan semakin stabil dan meningkat, seiring dengan keadaan ini, biaya untuk maintenance pelanggan karena angka komplain juga akan menurun. Pada akhirnya, dapat disimpulkan bahwa profit atau laba perusahaan juga akan semakin meningkat. Ini benar-benar keadaan ideal yang diharapkan oleh setiap perusahaan, namun masalahnya, bagaimana caranya agar perusahaan bisa menjaga tingkat kepuasan kerja para karyawannya, khususnya frontliners? Gambar 3. Internal Marketing Di dalam ilmu manajemen pemasaran ada yang disebut konsep internal marketing, yaitu bagaimana perusahaan menganggap bahwa karyawan juga adalah para customer yang harus diperlakukan dengan bijak, sedemikian kebijakan terkait pengembangan kesejahteraan karyawan tidak hanya melulu mengenai masalah uang saja, melainkan juga bagaimana karyawan bisa betah dan punya kepuasan tinggi, baik sisi finansial, maupun non-finansial. Setidaknya ada 6 faktor

6 penting yang perlu diperhatikan perusahaan agar karyawan, khususnya frontliners dapat memiliki kepuasan kerja yang tinggi, di antaranya adalah sbb: 1. Culture, yaitu budaya perusahaan yang hendak diciptakan oleh owner/manajemen agar menjadi budaya kerja bagi seluruh para karyawan. Jika budaya kerja yang diciptakan adalah kreatif, inovatif, berani mengambil risiko, dll maka ini sudah menjadi sebuah langkah awal untuk membentuk mental karyawan memiliki jiwa intrapreneur. 2. Quality, yaitu bagaimana perusahaan membuat standar kualitas layanan yang jelas, atau aturan SOP yang baku, sedemikian karyawan frontliners yang menjalankannya tetap terarah dan apabila muncul komplain dari pelanggan, maka bisa dicari bersama solusi pemecahannya. 3. Reward, yaitu hak finansial yang akan diterima karyawan, apabila mereka berhasil mencapai target tertentu yang ditetapkan perusahaan. 4. Training, yaitu program pelatihan berkala yang diberikan ke karyawan frontliners agar kapasitas hardskill dan softskill nya semakin meningkat, khususnya untuk memberikan pelayanan yang lebih baik kepada para pelanggan. 5. Motivation, yaitu lingkungan kerja kondusif yang diciptakan dengan sengaja dan ada aturan tertulis agar tiap karyawan tunduk atasnya, sedemikian motivasi kerja tetap terjaga, semisal: ada denda bagi yang mengatakan hal negatif saat meeting sedang berlangsung, atau bagi yang terlambat kerja hari itu harus mentraktir makan siang seluruh tim di dalam divisinya, dll. 6. Staff, yaitu bagaimana perusahaan secara berkala menilai kinerja masing-masing staf frontliners sesuai dengan KPI (key performance indicator) yang ditetapkan, kemudian mulai merencanakan rekrutmen staf baru apabila sudah ada beberapa staf yang harus diganti karena kompetensinya kurang memadai, atau karena memang jumlah pelanggan sudah semakin banyak sedemikian load kerja staf lama sudah terlalu tinggi dan harus ada penambahan staf frontliner lagi. Apabila keenam faktor di atas sudah dijalankan dengan baik oleh perusahaan, maka diharapkan tingkat kepuasan kerja staf frontliner tetap terjaga dan semakin meningkat, sedemikian semangat kerjanya akan berubah seiring dengan kuatnya budaya kerja kreatif, inovatif, berani mengambil risiko yang ditekankan perusahaan. Karyawan frontliners secara tidak langsung mengalami proses yang dinamakan intrapreneurship atau bagaimana bekerja layaknya seorang entrepreneur di dalam

7 perusahaan orang lain, dimana juga ikut merasakan memilikinya, walau sebenarnya bukan miliknya sendiri. Diagram berikut mampu menjelaskan apa perbedaan utama antara intrapreneurship dan entrepreneurship. Gambar 4. Intrapreneurship vs Entrepreneurship Seorang entrepreneur yang memulai usahanya sendiri pastilah memiliki karakter kuat sedemikian mampu mengembangkan usahanya, berani menghadapi tantangan pasar, memiliki sumber daya yang cukup untuk memulai usaha, dan punya kemandirian dalam mengambil keputusan. Berbeda dengan seorang karyawan yang akan dilatih agar berjiwa entrepreneur (atau disebut juga intrapreneur), sikap kerja dan mental yang perlu dimiliki agak sedikit berbeda dengan sikap owner/ manajemen yang ada di perusahaan tempat dirinya bekerja. Sikap dan cara kerja yang perlu ditekankan pada seorang intrapreneur adalah: 1. Restorative, yaitu memiliki kemampuan untuk kembali menyegarkan pikiran, kekuatan, perasaan bahagia walau kondisi di dalam perusahaan banyak sekali perubahan yang mungkin bisa jadi tidak terlalu menguntungkan bagi dirinya saat ini, namun dia mampu melihat dampak positif jangka panjang dari perubahan itu. 2. Company culture major challenge, yaitu sikap positif yang dimiliki karyawan agar bisa menjalankan budaya perusahaan sesuai harapan manajemen. Karyawan ini bisa terlepas dari tekanan sikap negatif karyawan lama yang tidak menyukai perubahan ke arah lebih baik karena bisa jadi mereka sudah terlalu lama dan terlalu nyaman di dalam comfort zone.

8 3. Company s resources, yaitu bagaimana karyawan memperlakukan aset dan sumber daya yang dimiliki perusahaan seolah-olah seperti miliknya sendiri, sedemikian tetap menggunakannya dengan bijak dan bertanggung-jawab penuh atasnya. 4. Dependent, yaitu sikap karyawan di dalam setiap perencanaan, khususnya menyangkut masalah strategis, harus tetap dikomunikasikan dan meminta petunjuk dari manajemen, sebelum mengambil keputusan. Kita semua pasti berharap bahwa setiap karyawan yang kita pimpin memiliki semangat kerja layaknya entrepreneur. Masalahnya, tidak semua manajemen siap untuk menciptakan lingkungan kerja demikian. Oleh sebab itu, dibutuhkan komitmen tinggi dari manajemen agar karyawan dapat memiliki pola pikir intrapreneur dengan cepat. Berikut adalah beberapa faktor pendukung yang bisa dilakukan manajemen agar intrapreneurship environment dapat terbentuk dengan baik di dalam perusahaan kita: 1). Failure is OK! atau Kegagalan itu lumrah dan tidak perlu ditakuti karyawan; 2). Long time horizon, atau karyawan diharapkan punya jarak pandang yang jauh akan perkembangan organisasi ke depannya; 3). Support of top management atau dukungan penuh dari manajemen puncak akan fasilitas yang dibutuhkan karyawan; Gambar 5. Intrapreneurship Environment 4). Appropriate reward system atau pembuatan dan pelaksanaan sistem reward yang sesuai dan adil untuk karyawan; 5). Resources available & accessible, atau sumber daya yang dibutuhkan karyawan untuk berinovasi dapat dicukupi oleh manajemen dan bisa digunakan oleh

9 karyawan secara bijak; 6). New ideas encouraged, atau manajemen mendukung agar karyawan berani mengusulkan ide-ide baru, sedemikian dari ide-ide tersebut ada yang diterima dan dipakai oleh manajemen untuk perbaikan bersama. Apabila lingkungan untuk mendukung intrapreneurship telah tercipta dengan baik, maka selanjutnya adalah bagaimana perusahaan bisa mempersiapkan ekspansi usaha dengan melibatkan karyawan-karyawan terbaik yang sudah memiliki jiwa intrapreneur yang teruji, melibatkan mereka untuk ikut memiliki sebagian saham dari perusahaan-perusahaan baru yang akan dibuat nantinya bersama mereka, sedemikian mereka juga akan menjadi bagian dari tim manajemen perusahaan yang baru. Resources Fully Accessible Particular Purpose Only Shared to All Project Particular Project Only Gambar 6. Corporate Entrepreneurship Karyawan yang sudah teruji jiwa intrapreneur-nya seharusnya bisa dipilih dari departemen manapun di dalam perusahaan, jadi tidak harus dari departemen marketing, namun, apabila kita memilih karyawan yang semula berangkat dari posisi terbawah dan sudah terbiasa menghadapi pola karakter konsumen (mereka yang dulunya adalah para frontliners dan sekarang sudah menjabat posisi manajer), maka sosok karyawan ini sudah memiliki nilai lebih ketimbang karyawan dari departemen lain. Mengapa demikian? Sebab untuk mendirikan perusahaan baru, jika tanpa ada

10 landasan kuat budaya perusahaan induk atau tidak memiliki pengetahuan mendalam akan siapa konsumen yang dilayani, maka risiko kegagalan pasti akan semakin tinggi. Kembali ke diagram Corporate Entrepreneurship di atas, di sana ada 4 macam strategi ekspansi yang bisa dipilih oleh perusahaan, sesuai dengan intensitas otoritas penggunaan sumber daya dan intensitas kepemilikan organisasi yang dialokasikan nantinya pada karyawan berprestasi yang berjiwa intrapreneur: 1. The Opportunist, yaitu strategi ekspansi yang akan digunakan perusahaan yang akan memberikan saham kepada karyawan berprestasi, dimana saham yang diberikan nanti dihitung dari seluruh aset total seluruh unit bisnis yang sudah ada (diffused organizational ownership). Untuk memulai perusahaan yang baru, manajemen pusat hanya memberikan akses yang terbatas pada sumber daya yang sudah ada (adhoc resource authority) untuk manajemen baru yang akan dibentuk nantinya. 2. The Advocate, yaitu strategi ekspansi yang akan digunakan perusahaan yang akan memberikan saham kepada karyawan berprestasi, dimana saham yang diberikan nanti dihitung dari aset total unit bisnis baru yang akan didirikan saja (focused organizational ownership). Untuk memulai perusahaan yang baru, manajemen pusat hanya bisa memberikan akses yang terbatas pada sumber daya yang sudah ada (adhoc resource authority) untuk manajemen baru yang akan dibentuk nantinya. 3. The Enabler, yaitu strategi ekspansi yang akan digunakan perusahaan yang akan memberikan saham kepada karyawan berprestasi, dimana saham yang diberikan nanti dihitung dari seluruh aset total seluruh unit bisnis yang sudah ada (diffused organizational ownership). Untuk memulai perusahaan yang baru, manajemen pusat akan memberikan akses penuh pada sumber daya yang sudah ada di perusahaan induk (dedicated resource authority) untuk manajemen baru yang akan dibentuk nantinya. 4. The Producer, yaitu strategi ekspansi yang akan digunakan perusahaan yang akan memberikan saham kepada karyawan berprestasi, dimana saham yang diberikan nanti dihitung dari aset total unit bisnis baru yang akan didirikan saja (focused organizational ownership). Untuk memulai perusahaan yang baru, manajemen pusat akan memberikan akses penuh pada sumber daya yang sudah ada di perusahaan induk (dedicated resource authority) untuk manajemen baru yang akan dibentuk nantinya.

11 Apakah perusahaan kita akan berekspansi dengan cara memilih salah satu strategi corporate entrepreneurship di atas atau tidak, sebab memberikan saham ke karyawan pastilah tidak semudah menjalankan teori dalam praktek di lapangan nantinya, ini saya kembalikan kepada para pembaca whitepaper, khususnya para owner yang memiliki perusahaan. Namun perlu diingat, bahwa punya rasa memiliki saja, tapi tidak didukung dengan kepemilikan yang nyata melalui saham, maka semangat intrapreneurship juga tidak akan bertahan lama apalagi karyawan berprestasi tersebut punya tawaran yang lebih baik dari perusahaan lain, bahkan dari perusahaan pesaing! Oleh sebab itu perlu dihitung dengan analisis yang cermat apabila kita hendak memberikan saham ke karyawan agar bisa mengikat komitmen mereka untuk jangka panjang. Gambar 7. Employee-Driven Innovation Pembahasan berikutnya adalah terkait bagaimana karyawan agar bisa terus berinovasi dan inovasi apa saja yang bisa diciptakan oleh karyawan yang berjiwa intrapreneur (baik yang sudah diberikan saham atau tidak), agar pembahasan whitepaper ini lebih membumi dengan contoh nyata yang pernah dilakukan perusahaan-perusahaan yang pernah kami bantu sebagai klien consulting dari SLC MARKETING, INC. Setidaknya kami memberikan saran kepada klien bahwa ada 2 sumber ide inovasi yang terus bisa kita gali dan dapatkan tanpa henti, yaitu sumber eksternal dan sumber internal. Sumber eksternal berasal dari suara-suara pelanggan yang kita catat dan diskusikan di meeting, khususnya komplain-komplain mereka yang ditujukan kepada para staf frontliners. Bayangkan apabila staf frontliners tidak pernah mau menyampaikannya pada atasan dan ingin membahasnya di meja meeting karena alasan takut dimarahi, maka kita akan kehabisan ide berinovasi.

12 Sumber ide inovasi yang kedua adalah dari sumber internal terkait data histori transaksi pelanggan, khususnya terkait recency, frequency, monetary (kapan terakhir konsumen beli, berapa kali konsumen beli, dan berapa duit yang dikeluarkan konsumen untuk sekali belanja). Data ini perlu dikelola dan dianalisis oleh staf backoffice yang kompeten dan berjiwa intrapreneur, karena mereka yang punya akses dan hati untuk melakukan hal yang tidak mudah ini. Dengan menggabungkan 2 informasi dari sumber yang berbeda, baik internal maupun eksternal, maka diharapkan perusahaan mampu terus berinovasi karena karyawan yang berjiwa intrapreneur, tanpa diminta, tanpa dipaksa, akan dengan rela hati melakukan analisis ini dan membawanya ke meja meeting untuk diskusi dengan atasan. Gambar 8. Innovation Ecosystem Contoh di atas adalah penerapan daripada konsep Creative HR Capacity Strategy, shifting employee to entrepreneur paradigm, dimana ada kolaborasi dan sinergi yang baik antara business manager di perusahaan klien dan para konsultan terkait, seperti konsultan IT, konsultan ISO, dll (SLC MARKETING sering ditunjuk sebagai konsultan marketing). Ada 2 ekosistem yang selalu kita ciptakan, yaitu work space ecosystem dan design space ecosystem, dimana harus ada platform yang teruji dan saling terkait satu sama lain untuk melahirkan inovasi-inovasi baru ke depannya. Empat fase yang akan dilalui klien saat innovation ecosystem di atas sudah terbentuk adalah observasi, analisis, desain, dan uji aplikasi inovasi yang diharapkan terjadi. Iterasi akan dilanjutkan secara kontinyu apabila iterasi pertama gagal dan seterusnya hingga nantinya berhasil menjadi sebuah prototype yang siap dikomersialisasi.

13 PENUTUP Itulah sekilas pemaparan konsep whitepaper berjudul Creative HR Capacity Strategy. Bagaimana perusahaan bisa mulai mencoba mengubah pola pikir karyawan menjadi seorang intrapreneur yang bermental pengusaha dan melahirkan inovasi-inovasi baru di dalam perusahaannya. Untuk konsultasi lebih lanjut mengenai aplikasi konsep ini di perusahaan Anda, segera kontak tim kami di kantor untuk mendapatkan penjelasan lebih detail akan layanan yang ada di SLC MARKETING, INC.! ONLY MARKETING CAN DRIVE INNOVATION! By: Dr. Sandy Wahyudi (DSW) Praktisi & Pakar Marketing dan Inovasi Consultant, Trainer, Business Coach, Writer, Speaker Business Development Director SLC MARKETING, INC.

14

15

BUILDING A CULTURE THAT EMBRACES THE CUSTOMER S POINT OF VIEW

BUILDING A CULTURE THAT EMBRACES THE CUSTOMER S POINT OF VIEW WHITEPAPER JANUARY 2017 BUILDING A CULTURE THAT EMBRACES THE CUSTOMER S POINT OF VIEW Membangun Budaya Kepemimpinan yang lebih mengutamakan sudut pandang pelanggan sebagai dasar pengambilan keputusan di

Lebih terperinci

Back to Basics: Creating Value through Superior Products Bagaimana menciptakan nilai tambah bagi perusahaan melalui pengembangan produk unggulan

Back to Basics: Creating Value through Superior Products Bagaimana menciptakan nilai tambah bagi perusahaan melalui pengembangan produk unggulan WHITEPAPER FEBRUARY 2017 PRODUCT INNOVATION SERIES Back to Basics: Creating Value through Superior Products Bagaimana menciptakan nilai tambah bagi perusahaan melalui pengembangan produk unggulan By: Dr.

Lebih terperinci

Family Business Rejuvenation Strategy Strategi Meremajakan Kembali Bisnis Keluarga di Era Trump Economy

Family Business Rejuvenation Strategy Strategi Meremajakan Kembali Bisnis Keluarga di Era Trump Economy WHITEPAPER APRIL 2017 FAMILY BUSINESS SERIES Family Business Rejuvenation Strategy Strategi Meremajakan Kembali Bisnis Keluarga di Era Trump Economy By: Dr. Sandy Wahyudi (DSW) Tantangan terbesar yang

Lebih terperinci

BAB II EKSPLORASI ISU BISNIS

BAB II EKSPLORASI ISU BISNIS BAB II EKSPLORASI ISU BISNIS 2.1 Pemikiran Konseptual Pemikiran konseptual pada penelitian ini didasarkan pada pencarian dan pemecahan masalah yang dihadapi oleh Jatis Mobile dalam menghadapi persaingan

Lebih terperinci

The Brand is Back: Staying Relevant in an Accelerating Age through Brand-Driven Innovation

The Brand is Back: Staying Relevant in an Accelerating Age through Brand-Driven Innovation WHITEPAPER MEI 2017 BRAND MANAGEMENT SERIES The Brand is Back: Staying Relevant in an Accelerating Age through Brand-Driven Innovation By: Dr. Sandy Wahyudi (DSW) Banyak pebisnis bingung apa yang salah

Lebih terperinci

BAB IV REKOMENDASI DAN RENCANA IMPLEMENTASI

BAB IV REKOMENDASI DAN RENCANA IMPLEMENTASI BAB IV REKOMENDASI DAN RENCANA IMPLEMENTASI 4.1 Kesimpulan Hasil Survei EOS menunjukkan bahwa secara umum penilaian terhadap orientasi entrepreneurial di Politeknik Manufaktur Negeri Bandung ternyata tidak

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Pada bab ini akan dibahas kesimpulan dari penulisan tesis ini dan juga akan dipaparkan beberapa saran yang berkaitan dengan kesuksesan penerapan Group Field Project ini di masa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian 1.2 Latar Belakang Periklanan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian 1.2 Latar Belakang Periklanan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Persaingan industri advertising saat ini sangatlah ketat. Sehingga setiap perushaan advertising terus melakukan inovasi agar dapat bertahan dari para kompetitornya.

Lebih terperinci

LEARNING & DEVELOPMENT PAKET PELATIHAN 2017 MOTIVASI, KERJA SAMA TIM DAN PELAYANAN PRIMA 2017 D E D I C A T E T O

LEARNING & DEVELOPMENT PAKET PELATIHAN 2017 MOTIVASI, KERJA SAMA TIM DAN PELAYANAN PRIMA 2017 D E D I C A T E T O LEARNING & DEVELOPMENT MEMBANGUN TIM KERJA YANG BERKARAKTER DAN BERKUALITAS MENCIPTAKAN PELAYANAN PRIMA YANG KONSISTEN PAKET PELATIHAN 2017 MOTIVASI, KERJA SAMA TIM DAN PELAYANAN PRIMA 2017 D E D I C A

Lebih terperinci

7 SUMBER DAYA MANUSIA

7 SUMBER DAYA MANUSIA 7 SUMBER DAYA MANUSIA Dalam implementasi manajemen sumber daya manusia, kami menerapkan budaya sharing session sebagai bentuk aktivitas mempertajam nilai organisasi Perseroan. Pencapaian positif dalam

Lebih terperinci

BAB IV REGENERASI KEPEMIMPINAN

BAB IV REGENERASI KEPEMIMPINAN BAB IV REGENERASI KEPEMIMPINAN Pada saat ini, Bersih Sehat sudah sampai pada titik di mana pihak lain mengajak kerjasama. Baik kerjasama dalam bentuk franchise atau pun dalam bentuk kerja sama profit sharing.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan Industri Pulp dan Paper maupun Packaging di Indonesia semakin maju Industri pulp dan kertas Indonesia memiliki potensi besar untuk terus berkembang, Hal

Lebih terperinci

BAB I PROFIL PERUSAHAAN

BAB I PROFIL PERUSAHAAN BAB I PROFIL PERUSAHAAN 1.1. Sejarah Perusahaan PT Rahajasa Media Internet (RadNet) didirikan oleh dua orang pendiri, salah satu diantaranya adalah Roy Rahajasa Yamin, pada bulan November tahun 1994. RadNet

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI Pengertian Enterpreneurship atau Kewirausahaan. nilai yang diperlukan untuk memulai suatu usaha (startup phase) atau

BAB II LANDASAN TEORI Pengertian Enterpreneurship atau Kewirausahaan. nilai yang diperlukan untuk memulai suatu usaha (startup phase) atau 8 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Enterpreneurship atau Kewirausahaan Suryana (2003) menyatakan bahwa istilah kewirausahaan dari terjemahan entrepreneurship, yang dapat diartikan sebagai the backbone

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri Perbankan di Indonesia mengalami pasang surut yang cukup tajam sejak era Pasca Paket Oktober 1989 dengan dibukanya kemudahan ijin pendirian Bank di Indonesia.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Dalimunthe dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Dalimunthe dengan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Menurut hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Dalimunthe dengan judul penelitian Pengaruh Karakteristik Individu, Kewirausahaan, Gaya Kepemimpinan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tekanannya, sehingga perusahaan dituntut melakukan inovasi secara terus menerus

BAB I PENDAHULUAN. tekanannya, sehingga perusahaan dituntut melakukan inovasi secara terus menerus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam industri telekomunikasi saat ini cenderung berada dalam kondisi pasar dengan tingkat kompetisi yang tinggi dan ke depan akan terus meningkat tekanannya,

Lebih terperinci

5 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Hasil Analisis Hasil yang diperoleh dari EOS menunjukkan nilai dimensi kunci dengan rentang angka 2.46 3.70 (skala 5) dimana rincian nilai untuk tiap dimensi

Lebih terperinci

Keindahan adalah sebuah keniscayaan.

Keindahan adalah sebuah keniscayaan. PT. RAJAWALI HIYOTO MISI 1. Menyediakan produk yang dapat diterima, terjangkau dan mudah diperoleh konsumen di wilayah-wilayah terpilih. 2. Memperbaiki proses kerja secara berkesinambungan hingga mencapai

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 74 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Penelitian ini memberikan deskripsi mengenai budaya perusahaan yang ada dalam Bahana Group. Bahana group adalah kelompok perusahaan yang bergerak di dalam industry pasar modal

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Penelitian ini dilakukan dengan tujuan merancang suatu sistem pengukuran kinerja dengan menggunakan metode balanced scorecard yang sesuai dengan visi dan misi

Lebih terperinci

BAB V KARAKTERISTIK KEPEMIMPINAN DAN KARYAWAN DALAM ORGANISASI PERUSAHAAN

BAB V KARAKTERISTIK KEPEMIMPINAN DAN KARYAWAN DALAM ORGANISASI PERUSAHAAN BAB V KARAKTERISTIK KEPEMIMPINAN DAN KARYAWAN DALAM ORGANISASI PERUSAHAAN 5.1 Karakteristik Kepemimpinan Pemimpin di Showa Indonesia Manufacturing yang ada menggunakan prinsip keterbukaan terhadap karyawan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. seiring dengan berjalannya waktu. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik

BAB 1 PENDAHULUAN. seiring dengan berjalannya waktu. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pengangguran di Indonesia semakin hari semakin meningkat jumlahnya seiring dengan berjalannya waktu. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perhatian peneliti untuk melakukan penelitian. Fenomena inilah yang diangkat

BAB I PENDAHULUAN. perhatian peneliti untuk melakukan penelitian. Fenomena inilah yang diangkat BAB I PENDAHULUAN Sebuah penelitian berawal dari adanya fenomena dalam perusahaan yang menarik perhatian peneliti untuk melakukan penelitian. Fenomena inilah yang diangkat dalam latar belakang penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di tengah persaingan bisnis yang semakin ketat, perusahaan haruslah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di tengah persaingan bisnis yang semakin ketat, perusahaan haruslah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di tengah persaingan bisnis yang semakin ketat, perusahaan haruslah mempunyai strategi agar tetap dapat mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan tersebut. Selain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahkan manusia tidak akan bertahan hidup. Demikian juga dalam sebuah

BAB I PENDAHULUAN. bahkan manusia tidak akan bertahan hidup. Demikian juga dalam sebuah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang mewarnai era globalisasi memungkinkan perusahaan atau organisasi beroperasi diberbagai belahan dunia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan para manajer dalam sebuah organisasi, agar tujuan yang telah

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan para manajer dalam sebuah organisasi, agar tujuan yang telah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sadono sukirno (2006), menurutnya manajemen adalah suatu proses yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan yang dilakukan para manajer

Lebih terperinci

Organisasi dan System Analyst

Organisasi dan System Analyst Organisasi dan System Analyst Organisasi Perusahaan Organisasi sebagai sistem yang dirancang untuk mencapai suatu target dan sasaran melalui orang, dan sumber daya yang tersedia. Organisasi terdiri dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki 17 cabang se-indonesia dan retail outlet serta memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki 17 cabang se-indonesia dan retail outlet serta memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian PT Artav Mobile Indonesia merupakan salah satu perusahaan distributor PT XL Axiata, Tbk yang berskala nasional di Indonesia. PT Artav Mobile Indonesia memiliki

Lebih terperinci

REKOMENDASI DAN RENCANA IMPLEMENTASI

REKOMENDASI DAN RENCANA IMPLEMENTASI BAB IV REKOMENDASI DAN RENCANA IMPLEMENTASI 4.1 Rekomendasi 4.1.1 Rekomendasi untuk Peningkatan Lingkungan Entrepreneurial Rekomendasi yang diberikan disini adalah untuk mengetahui apa yang seharusnya

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN. Setelah melalui serangkaian proses pengamatan empirik, kajian teoritik, penelitian

BAB V KESIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN. Setelah melalui serangkaian proses pengamatan empirik, kajian teoritik, penelitian BAB V KESIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan Setelah melalui serangkaian proses pengamatan empirik, kajian teoritik, penelitian lapangan dan pembahasan, maka kesimpulan penelitian sebagai berikut:

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 4.1 CV. Rombongku CV. Rombongku adalah sebuah industri kreatif muda, yang aktif mengaplikasikan ide-ide kreatif melalui desain, branding, dan strategi periklanan. CV. Rombongku

Lebih terperinci

E : Bagaimana menurut anda atas hasil yang dicapai para karyawan di. P : kami tidak hanya mengukur keberhasilan berdasarkan hasil yang dicapai,

E : Bagaimana menurut anda atas hasil yang dicapai para karyawan di. P : kami tidak hanya mengukur keberhasilan berdasarkan hasil yang dicapai, KEY INFORMAN Nama Jabatan : Peryh : Pimpinan Waktu : Rabu, 13 Juli 2016 Lama Bekerja Usia : 21 Tahun : 42 Tahun Pendidikan Terakhir : S1 Agama : Kristen E : Bagaimana menurut anda atas hasil yang dicapai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. intrapreneurship sebagai kewirausahaan yang terjadi di dalam organisasi

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. intrapreneurship sebagai kewirausahaan yang terjadi di dalam organisasi BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka Intrapreneurship 2.1.1 Pengertian Intrapreneurship Berdasarkan pendapat Antonic dan Hisrich (2003, p9) intrapreneurship sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. PT Semen Indonesia pertama diresmikan pada tanggal 7 Agustus 1957

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. PT Semen Indonesia pertama diresmikan pada tanggal 7 Agustus 1957 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah PT Semen Indonesia pertama diresmikan pada tanggal 7 Agustus 1957 oleh presiden RI pertama dengan kapasitas terpasang 250.000 ton semen per tahun, dan di tahun

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. Berawal dari sebuah perkumpulan IT, timbullah sebuah ide untuk

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. Berawal dari sebuah perkumpulan IT, timbullah sebuah ide untuk BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Perusahaan Berawal dari sebuah perkumpulan IT, timbullah sebuah ide untuk membangun sebuah perusahaan yang berjalan dibidang IT, dari menyewa sebuah bangunan

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Proyek Corplan BSM dalam rangka meningkatkan produktifitas sejalan

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Proyek Corplan BSM dalam rangka meningkatkan produktifitas sejalan BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Proyek Corplan BSM dalam rangka meningkatkan produktifitas sejalan dengan visi Arsitektur Perbankan Indonesia yaitu menciptakan sistem perbankan yang sehat, kuat dan

Lebih terperinci

KEWIRAUSAHAAN II MENENTUKAN HAL-HAL YANG PERLU DI PERSIAPAN KETIKA MULAI BERBISNIS. Saepudin. Modul ke: Fakultas FEB

KEWIRAUSAHAAN II MENENTUKAN HAL-HAL YANG PERLU DI PERSIAPAN KETIKA MULAI BERBISNIS. Saepudin. Modul ke: Fakultas FEB KEWIRAUSAHAAN II Modul ke: MENENTUKAN HAL-HAL YANG PERLU DI PERSIAPAN KETIKA MULAI BERBISNIS Fakultas FEB Saepudin Program Studi Manajemen http://www.mercubuana.ac.id KOMPETENSI KEWIRAUSAHAAN Sikap dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. produk dari dalam negeri ke pasar internasional akan terbuka secara kompetitif, dan

BAB I PENDAHULUAN. produk dari dalam negeri ke pasar internasional akan terbuka secara kompetitif, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Saat ini masih banyak perusahaan yang mengukur kinerjanya hanya berdasarkan pada tolak ukur keuangannya saja. Dalam era globalisasi peluang pasar produk dari

Lebih terperinci

Resume Chapter 2: Charting a Company s Direction: Its Vision, Mission, Objectives, and Strategy

Resume Chapter 2: Charting a Company s Direction: Its Vision, Mission, Objectives, and Strategy Resume Chapter 2: Charting a Company s Direction: Its Vision, Mission, Objectives, and Strategy Perusahaan yang memiliki keunggulan bersaing diharuskan mampu dalam memahami perubahan struktur pasar dan

Lebih terperinci

PELATIHAN DAN PENGEMBANGAN SDM

PELATIHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PELATIHAN DAN PENGEMBANGAN SDM Setelah kita mempelajari proses perencanaan, kemudian dilakukan proses rekrutmen, seleksi, selanjutnya yang akan kita bahas adalah tentang pelatihan dan pengembangan karyawan.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Analisis Porter Strategi kompetitif merupakan suatu framework yang dapat membantu perusahaan untuk menganalisa industrinya secara keseluruhan, serta menganalisa kompetitor dan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Perancangan balanced scorecard ini, diharapkan dapat membantu perusahan untuk menilai kinerjanya terhadap inisiatif dan strategi perusahaan dengan target-target

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. SIMPULAN Berdasarkan hasil perhitungan statistik dan analisis data seperti yang diuraikan pada bab sebelumnya, terkait dengan persepsi guru tentang efektivitas kepemimpinan

Lebih terperinci

Grand Design AUK Oleh : Pembantu Rektor II

Grand Design AUK Oleh : Pembantu Rektor II Grand Design AUK 2011-2025 Oleh : Pembantu Rektor II Paradigma AUK 2011-2025 2025 Tetragon AUK Sivitas Senat Eksekutif Dosen Pegawai Mahasiswa Internal Tim Manajemen Mutu BAUK Quality Culture Budaya Mutu

Lebih terperinci

BAB 2 TELAAH PUSTAKA 2.1 Manajemen Kinerja

BAB 2 TELAAH PUSTAKA 2.1 Manajemen Kinerja BAB 2 TELAAH PUSTAKA 2.1 Manajemen Kinerja Manajemen kinerja adalah sebuah proses komunikasi yang berkesinambungan dan dilakukan dalam kemitraan antara seorang karyawan dan perusahaan (Bacal,1999). Sebuah

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. tersebut akan disajikan secara rinci sebagai berikut. sebelumnya maka hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut:

BAB VI PENUTUP. tersebut akan disajikan secara rinci sebagai berikut. sebelumnya maka hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut: BAB VI PENUTUP Bagian ini merupakan bagian terkahir dari bagian isi tesis. Pada bagian ini memuat tiga sub bab, yaitu: kesimpulan, implikasi, dan saran, Ketiga sub bab tersebut akan disajikan secara rinci

Lebih terperinci

BAB I. HRD (Human Resource Development) atau dalam bahasa Indonesia. disebut sebagai bidang sumber daya manusia, yaitu bagian atau divisi dalam suatu

BAB I. HRD (Human Resource Development) atau dalam bahasa Indonesia. disebut sebagai bidang sumber daya manusia, yaitu bagian atau divisi dalam suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang HRD (Human Resource Development) atau dalam bahasa Indonesia disebut sebagai bidang sumber daya manusia, yaitu bagian atau divisi dalam suatu manajemen perusahaan yang

Lebih terperinci

VI. KESIMPULAN DAN SARAN. dan gaya kepemimpinan terhadap komitmen organisasi dan kinerja pegawai di

VI. KESIMPULAN DAN SARAN. dan gaya kepemimpinan terhadap komitmen organisasi dan kinerja pegawai di VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Penelitian ini menguji pengaruh antara budaya organisasi, kepuasan kerja, dan gaya kepemimpinan terhadap komitmen organisasi dan kinerja pegawai di Dinas Tanaman

Lebih terperinci

A. JUDUL PENGABDIAN: PELATIHAN PERENCANAAN USAHA BAGI REMAJA USIA PRODUKTIF DI DUSUN SLANGGEN, TIMBULHARJO, SEWON, BANTUL, YOGYAKARTA

A. JUDUL PENGABDIAN: PELATIHAN PERENCANAAN USAHA BAGI REMAJA USIA PRODUKTIF DI DUSUN SLANGGEN, TIMBULHARJO, SEWON, BANTUL, YOGYAKARTA A. JUDUL PENGABDIAN: PELATIHAN PERENCANAAN USAHA BAGI REMAJA USIA PRODUKTIF DI DUSUN SLANGGEN, TIMBULHARJO, SEWON, BANTUL, YOGYAKARTA B. ANALISIS SITUASI Menjadi wirausaha yang handal tidaklah mudah. Tetapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada perkembangan ekonomi. Persaingan antar bank saat ini semakin marak ditandai

BAB I PENDAHULUAN. pada perkembangan ekonomi. Persaingan antar bank saat ini semakin marak ditandai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perbankan memiliki peran penting sebagai salah satu motor penggerak roda perekonomian bangsa. Memburuknya kinerja perbankan akan berdampak negative pada perkembangan

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN. bidang packaging, seperti membuat bungkusan dari suatu produk seperti, chiki,

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN. bidang packaging, seperti membuat bungkusan dari suatu produk seperti, chiki, BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN 3.1 Riwayat Perusahaan PT. Karya Indah Bersama adalah sebuah perusahaan yang bergerak pada bidang packaging, seperti membuat bungkusan dari suatu produk seperti, chiki,

Lebih terperinci

BAB V RENCANA AKSI. dalam dunia nyata, perlu disiapkan timeline penerapan kegiatan dan ukuran kinerja. tidak berjalan sesuai dengan yang diharapkan.

BAB V RENCANA AKSI. dalam dunia nyata, perlu disiapkan timeline penerapan kegiatan dan ukuran kinerja. tidak berjalan sesuai dengan yang diharapkan. BAB V RENCANA AKSI Setelah menganalisa semua aspek yang perlu dipertimbangkan untuk pengembangan bisnis KAP Chandra, satu hal yang tersisa adalah penerapannya dalam dunia nyata. Untuk dapat menerapkan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Pontianak untuk merancang dan memperkenalkan balanced scorecard sebagai

BAB V PENUTUP. Pontianak untuk merancang dan memperkenalkan balanced scorecard sebagai BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan Penelitian ini dilakukan pada PT Perkebunan Nusantara XIII (Persero) Pontianak untuk merancang dan memperkenalkan balanced scorecard sebagai sistem manajemen strategik yang dapat

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. Indonesia dalam mempertahankan buyers pada event GCA-Biz Matching. customer relations yang dilaksanakan oleh PT Hebronstar Indonesia

BAB IV PENUTUP. Indonesia dalam mempertahankan buyers pada event GCA-Biz Matching. customer relations yang dilaksanakan oleh PT Hebronstar Indonesia BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Setelah melakukan penelitian Customer relations PT Hebronstar Indonesia dalam mempertahankan buyers pada event GCA-Biz Matching Program 2016, peneliti menemukan beberapa kesimpulan

Lebih terperinci

School of Communication Inspiring Creative Innovation. Pengembangan Kepemimpinan Pertemuan 11 SM III

School of Communication Inspiring Creative Innovation. Pengembangan Kepemimpinan Pertemuan 11 SM III Penempatan School of Communication Pegawai & Business Inspiring Creative Innovation Pengembangan Kepemimpinan Pertemuan 11 SM III 2017-2018 JENIS DAN TIPE KEPUTUSAN Mahasiswa dapat memahami jenis dan tipe

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Pada bab ini berisi mengenai kesimpulan dari hasil penelitian

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Pada bab ini berisi mengenai kesimpulan dari hasil penelitian BAB V SIMPULAN DAN SARAN Pada bab ini berisi mengenai kesimpulan dari hasil penelitian berdasarkan rumusan masalah dan pertanyaan penelitian yang dijelaskan pada bab sebelumnya, serta saran untuk perusahaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. demikian bukanlah sekedar merupakan aset produksi, melainkan juga menjadi kunci strategi

BAB I PENDAHULUAN. demikian bukanlah sekedar merupakan aset produksi, melainkan juga menjadi kunci strategi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Salah satu faktor keberhasilan sebuah perusahaan itu ditentukan oleh keberadaan karyawan yang berdedikasi tinggi untuk kemajuan dan prestasi perusahaan.

Lebih terperinci

UJIAN AKHIR SEMESTER MK.KEWIRAUSAHAAN

UJIAN AKHIR SEMESTER MK.KEWIRAUSAHAAN UJIAN AKHIR SEMESTER MK.KEWIRAUSAHAAN A. Pilih salah satu jawaban yang paling benar dengan memberi tanda silang pada salah satu huruf a, b, c atau d pada lembar jawaban yang tersedia!. 01. Saat kita merasa

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Birokrasi pemerintahan baik di pusat maupun di daerah, memegang peranan penting dalam pembangunan bangsa Indonesia. Oleh karena itu birokrat pemerintah daerah dituntut untuk

Lebih terperinci

Kewirausahaan, Etika Profesi dan Hukum Bisnis

Kewirausahaan, Etika Profesi dan Hukum Bisnis Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Kewirausahaan, Etika Profesi dan Hukum Bisnis Karakteristik : Wirausaha vs Kewirausahaan, Sikap Dasar Wirausaha,Kemampuan Dasar : Evaluasi peluang networking, skill

Lebih terperinci

COMPANY PROFILE COURSE SCHEDULE

COMPANY PROFILE COURSE SCHEDULE LEGAL & GENERAL MANAGEMENT REGULAR TRAINING IN-HOUSE TRAINING PELATIHAN PURNA KARYA 2017 H U M A N R ESOURCE M A N AG E M E N T MARKERTING MANAGEMENT FINANCIAL STRATEGIC MANAGEMENT LEGAL ASPECT O P E R

Lebih terperinci

BAB 3 ANALIS IS S IS TEM YANG BERJALAN

BAB 3 ANALIS IS S IS TEM YANG BERJALAN BAB 3 ANALIS IS S IS TEM YANG BERJALAN 3.1 Riwayat Organisasi PT. Kairos Utama Indonesia adalah perusahaan konsultan IT yang didirikan pada tahun 2005. Kairos fokus pada solusi IT melalui teknologi Microsoft,

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. PT Kutilang Paksi Mas (KPM) merupakan perusahaan swasta nasional

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. PT Kutilang Paksi Mas (KPM) merupakan perusahaan swasta nasional BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan PT Kutilang Paksi Mas (KPM) merupakan perusahaan swasta nasional pemegang Izin Niaga Umum (INU) yang bergerak di bidang usaha penyalur Bahan Bakar Minyak Solar

Lebih terperinci

BAB I PENGELOLAAN USAHA

BAB I PENGELOLAAN USAHA BAB I PENGELOLAAN USAHA A. DEFINISI PENGELOLAAN USAHA Pengelolaan usaha yaitu cara untuk menangani pelaksanaan suatu usaha (perusahaan/ individu) yang terprogram dengan baik meliputi : 1. Perencanaan 2.

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Perusahaan Gambar 2.1 Milestone ESQ Group Sumber : Data Company Profile Perusahaan (2016) 14 15 Sesuatu yang besar tentu bermula dari satu titik saja. Begitu pula

Lebih terperinci

Entrepreneurship and Inovation Management

Entrepreneurship and Inovation Management Modul ke: Entrepreneurship and Inovation Management Memulai bisnis dengan membeli bisnis yang sudah ada, bisnis keluarga, atau Franchise Fakultas Ekonomi Dr Dendi Anggi Gumilang,SE,MM Program Studi Pasca

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Kotler (2000) mengungkapkan bahwa dalam perusahaan jasa yang pengelolaan hubungan dengan karyawannya sangat baik akan mempengaruhi hubungan mereka dengan pelanggan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. modern. Hal ini didukung oleh perilaku berbelanja penduduk Indonesia yang

BAB I PENDAHULUAN. modern. Hal ini didukung oleh perilaku berbelanja penduduk Indonesia yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia dengan jumlah penduduk sekitar 237 juta jiwa dengan total konsumsi sekitar Rp3.600-an triliun merupakan pasar potensial bagi bisnis ritel modern.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup seperti kondisi kesehatan, musibah, dan juga laju inflasi yang tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. hidup seperti kondisi kesehatan, musibah, dan juga laju inflasi yang tinggi. BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Penelitian Pada saat ini, masyarakat mulai menyadari pentingnya berinvestasi dikarenakan kebutuhan masa depan akan lebih besar. Selain kebutuhan masa depan, masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Oleh karena itu SDM harus dibina dengan baik agar terjadi peningkatan efesiensi,

BAB I PENDAHULUAN. Oleh karena itu SDM harus dibina dengan baik agar terjadi peningkatan efesiensi, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi saat ini, dengan adanya perubahan yang begitu cepat, suatu organisasi atau lembaga institusi dituntut untuk mengadakan penyesuaian-penyesuaian

Lebih terperinci

Makalah E-Business. Human Resources. Disusun Oleh : Naufal Tawang Z.A ( ) SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER

Makalah E-Business. Human Resources. Disusun Oleh : Naufal Tawang Z.A ( ) SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER Makalah E-Business Human Resources Disusun Oleh : Naufal Tawang Z.A (08.11.1926) SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM YOGYAKARTA 2011/2012 PENDAHULUAN Latar belakang Semua pasti sepakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makanan dan minuman terkoreksi (http://ekonomi.inilah.com). Pertumbuhan terjadi

BAB I PENDAHULUAN. makanan dan minuman terkoreksi (http://ekonomi.inilah.com). Pertumbuhan terjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beberapa tahun belakangan, industri makanan dan minuman mengalami perkembangan yang signifikan di Indonesia. Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Robbins & Coulter, (2010) mengatakan bahwa manajemen sumber daya manusia (MSDM)

BAB I PENDAHULUAN. Robbins & Coulter, (2010) mengatakan bahwa manajemen sumber daya manusia (MSDM) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dasarnya, setiap perusahaan bertujuan untuk mendapatkan profit yang maksimum dari produk yang dihasilkannya. Hal ini tentunya menuntut seluruh bagian di dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketika suatu organisasi tumbuh semakin besar dan pola tingkatan operasionalnya semakin tidak sederhana dan kompleks, maka secara alamiah tuntutan pihak manajemen akan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN ENTREPRENEURSHIP PADA MAHASISWA UMS

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN ENTREPRENEURSHIP PADA MAHASISWA UMS i HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN ENTREPRENEURSHIP PADA MAHASISWA UMS SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat sarjana S-1 Diajukan oleh : DIYAH RETNO NING TIAS F

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Usaha kecil menengah (UKM) produksi tahu di industri tahu Kota

BAB I PENDAHULUAN. Usaha kecil menengah (UKM) produksi tahu di industri tahu Kota BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Usaha kecil menengah (UKM) produksi tahu di industri tahu Kota Bandung saat ini jumlahnya sedang mengalami pola peningkatan (BPS, 2015). Para pengusaha tahu

Lebih terperinci

BABI PENDAHULUAN. dibandingkan waktu sebelumnya. Para manajer puncak dihadapkan pada arus

BABI PENDAHULUAN. dibandingkan waktu sebelumnya. Para manajer puncak dihadapkan pada arus BABI PENDAHULUAN BABI PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Pengelolaan industri dewasa ini memberikan tantangan yang lebih besar dibandingkan waktu sebelumnya. Para manajer puncak dihadapkan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia merupakan salah satu aset yang paling berharga bagi perusahaan, karena dengan memiliki sumber daya manusia yang baik diharapkan mampu menjawab

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN Pada bab penutup ini berisi pemaparan mengenai simpulan dan saran berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya. 5.1 Simpulan Dengan adanya

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Churchill, Gilbert A. & Dawn Iacobucci (2005) Marketing Research: Methodological Foundations, 9e, South Western, Ohio, USA.

DAFTAR PUSTAKA. Churchill, Gilbert A. & Dawn Iacobucci (2005) Marketing Research: Methodological Foundations, 9e, South Western, Ohio, USA. DAFTAR PUSTAKA Churchill, Gilbert A. & Dawn Iacobucci (005) Marketing Research: Methodological Foundations, 9e, South Western, Ohio, USA. Kuratko, Donald F. & Richard M. Hodgetts (00) Entrepreneurship:

Lebih terperinci

Implementasi Balanced Scorecard Sebagai Alat Ukur Kinerja Perguruan Tinggi Studi Kasus Universitas Komputer Indonesia

Implementasi Balanced Scorecard Sebagai Alat Ukur Kinerja Perguruan Tinggi Studi Kasus Universitas Komputer Indonesia Implementasi Balanced Scorecard Sebagai Alat Ukur Kinerja Perguruan Tinggi Studi Kasus Universitas Komputer Indonesia Oleh: Taryana Suryana NPM:2006210007 1 UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA Visi Menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangannya di perusahaan manufaktur, selain

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangannya di perusahaan manufaktur, selain BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangannya di perusahaan manufaktur, selain bersaing dalam dunia pasar yang semakin memunculkan teknologi informasi yang canggih, perusahaan juga

Lebih terperinci

PELATIHAN PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN BERBASIS KINERJA

PELATIHAN PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN BERBASIS KINERJA PELATIHAN PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN BERBASIS KINERJA PUSKOPSYAH DIY Rudy Suryanto BAIC PPA UMY RUDY SURYANTO, SE., M.Acc.,., AK., CA PROFESI Senior Consultant & Trainer SYNCORE Consulting Dosen

Lebih terperinci

IDE DAN PELUANG DALAM KEWIRAUSAHAAN 1.IDE KEWIRAUSAHAAN

IDE DAN PELUANG DALAM KEWIRAUSAHAAN 1.IDE KEWIRAUSAHAAN IDE DAN PELUANG DALAM KEWIRAUSAHAAN 1.IDE KEWIRAUSAHAAN Karena memulai wirausahaan diawali dengan ide ide.marilah kita mempertimbangkan beberapa sumber inspirasi ide-ide baru. Beberapa penelitian telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia bisnis perbankan yang semakin kompetitif menyebabkan perubahan yang besar dalam hal pemasaran, pengelolaan sumber daya manusia, penanganan transaksi antara bank

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL. 5.1 Analisis Permasalahan yang Dihadapi Pada Divisi Service

BAB V ANALISA HASIL. 5.1 Analisis Permasalahan yang Dihadapi Pada Divisi Service BAB V ANALISA HASIL 5.1 Analisis Permasalahan yang Dihadapi Pada Divisi Service Berdasarkan persepsi responden terhadap permasalahan di Divisi Service, tidak terdapat masalah yang dapat menghambat pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. industri semakin meningkat. Banyak perusahaan perusahaan baru yang

BAB 1 PENDAHULUAN. industri semakin meningkat. Banyak perusahaan perusahaan baru yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dengan memasuki era perdagangan bebas saat ini, tantangan dalam bidang industri semakin meningkat. Banyak perusahaan perusahaan baru yang bermunculan, sehingga

Lebih terperinci

# $ !!" ! #$! $% # %!!!'(!! +!! % %+!'!! " #! # % #, #,-! #! )!! %" .'.!% % ) ' ' '!!!! % '! $ )!!'" /!.!% % ) $ % & (!!!!.!% %!$

# $ !! ! #$! $% # %!!!'(!! +!! % %+!'!!  #! # % #, #,-! #! )!! % .'.!% % ) ' ' '!!!! % '! $ )!!' /!.!% % ) $ % & (!!!!.!% %!$ !!"! #$! $%!&!'!!" # %!!!'(!!!$)!" #* $%!++ +!! % %+!'!! " "" #! # % #'!$ #, #,-! #'-!!! #! )!! %" # $.'.!% % ) ' ' '!!!! % '! $ )!!'" /!.!% % ) $ % & (!!!!.!% %!$!!!%.!% % "!.!% % )!')!! %!+!.!% % & &

Lebih terperinci

Sumber Daya Manusia. Ribu. Jumlah Karyawan. Pendukung Bisnis

Sumber Daya Manusia. Ribu. Jumlah Karyawan. Pendukung Bisnis Profil Singkat BCA Laporan kepada Pemegang Saham Analisa dan Pembahasan Manajemen Tinjauan Bisnis Pendukung Bisnis Tinjauan Keuangan Pendukung Bisnis Sumber Daya Manusia Ribu Karyawan BCA fokus pada kualitas

Lebih terperinci

P E N G A N T A R. Untuk mencapai tujuan pembelajaran tersebut, maka buku ini disusun dalam tiga bagian sebagai berikut:

P E N G A N T A R. Untuk mencapai tujuan pembelajaran tersebut, maka buku ini disusun dalam tiga bagian sebagai berikut: P E N G A N T A R Buku Kewirausahaan ini disusun bahan pembelajaran kuliah, seminar, lokakarya, bimtek, workshop maupun pelatihan Kewirausahaan. Buku ini disusun untuk mencapai Tujuan Pembelajaran yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kankan Sopyan, 2016

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kankan Sopyan, 2016 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sumber daya manusia merupakan aset terpenting organisasi karena perannya sebagai pelaksana kebijakan dan kegiatan operasional dalam mencapai tujuan organisasi. Berhasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk menggambarkan operasional dan menerangkan soal keuangan, tahap

BAB I PENDAHULUAN. untuk menggambarkan operasional dan menerangkan soal keuangan, tahap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perencanaan bisnis merupakan catatan ringkas yang di buat oleh wirausaha untuk menggambarkan operasional dan menerangkan soal keuangan, tahap keuntungan, strategi

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. Fajrinur (2007) melakukan penelitian dengan judul Analisis Faktor-faktor

BAB II URAIAN TEORITIS. Fajrinur (2007) melakukan penelitian dengan judul Analisis Faktor-faktor BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Fajrinur (2007) melakukan penelitian dengan judul Analisis Faktor-faktor yang Mendorong Wirausahawan Memulai Usaha Kecil (Studi Kasus Pada Pajak USU Kampus

Lebih terperinci

Enterprise Resource Planning

Enterprise Resource Planning MODUL PERKULIAHAN Enterprise Resource Planning Supply Chain Management and Customer Relationship Management Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Sistem Informasi Sistem Informasi 04 MK18046

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Situasi persaingan dunia usaha di era teknologi informasi sekarang ini terasa sangat tajam. Persaingan bukan saja dari jumlah pesaing yang semakin banyak, tetapi teknologi yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Internal Marketing Pemasaran internal sangat penting artinya bagi perusahaan jasa. Apa lagi bagi usaha jasa yang terkenal dengan high contact. Apa yang dikatakan dengan high

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi dan perkembangan teknologi informasi mengharuskan para pelaku

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi dan perkembangan teknologi informasi mengharuskan para pelaku BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perubahan yang terjadi dalam dunia bisnis sebagai akibat dari efek globalisasi dan perkembangan teknologi informasi mengharuskan para pelaku bisnis menemukan

Lebih terperinci

LAMPIRAN: STRUKTUR ORGANISASI SUMBER BAHAGIA PRINTING. Pemilik

LAMPIRAN: STRUKTUR ORGANISASI SUMBER BAHAGIA PRINTING. Pemilik 45 LAMPIRAN: STRUKTUR ORGANISASI SUMBER BAHAGIA PRINTING Pemilik Bagian admin Bagian desain Bagian produksi Keterangan: Pemilik membawahi karyawan bagian administrasi, desain dan bagian produksi. Dan pemilik

Lebih terperinci

ANALISA STRATEGIS SI/TI: MENILAI DAN MEMAHAMI KONDISI SAAT INI. Titien S. Sukamto

ANALISA STRATEGIS SI/TI: MENILAI DAN MEMAHAMI KONDISI SAAT INI. Titien S. Sukamto ANALISA STRATEGIS SI/TI: MENILAI DAN MEMAHAMI KONDISI SAAT INI Titien S. Sukamto Pengantar Dalam proses mencapai keselarasan dan dampaknya, diperlukan adanya pemahaman akan lingkungan bisnis dan teknologi,

Lebih terperinci