oleh : Umar Kasim (Kemenakertrans, STHM, FH-UPN Jakarta)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "oleh : Umar Kasim (Kemenakertrans, STHM, FH-UPN Jakarta)"

Transkripsi

1 Up-date Komprehensif Permenakertrans No.19 Thn.2012 tentang Syarat-syarat Penyerahan Sebagian Pelaksanaan Pekerjaan Kepada Perusahaan Lain ( Alihdaya atau Outsourcing ) oleh : Umar Kasim (Kemenakertrans, STHM, FH-UPN Jakarta)

2 Ketentuan Pemborongan Pekerjaan (pure sebagai Perjanjian Perdata) Prinsipnya: Outsourcing adalah pemborongan pekerjaan (Aanneming van Werk) Pemborongan Pekerjaan, adalah salah satu bentuk perjanjian2 melakukan pekerjaan (overeenkomsten aan het werk te doen, agreement to do work) Outsourcing, merupakan bentuk pemborongan pekerjaan dari perusahaan pemberi pekerjaan (bouwheer) dan melibatkan SDM dari luar -out-source- yang disediakan oleh pemborong (aannemer) utk melaksanakan kegiatan tertntu. Pengaturan Pemborongan Pekerjaan, Pasal 1601b dan Pasal BW jo Pasal 1338 dan Pasal 1320 BW Pengaturan Alihdaya : Pasal 64, 65 dan 66 UU No.13/2003

3

4 Perbedaan Karakteristik Pemborongan Pekerjaan dengan Outsourcing Pemborongan Pekerjaan (Aanneming van Werk) adalah perjanjian penyerahan pekerjaan / bagian pekerjaan atau kegiatan yang bersifat sporadik dan temporer; Sedangkan outsourcing, adalah perjanjian pemborongan pekerjaan, sub-pekerjaan atau kegiatan yg bersifat kontinue dan terus-menerus ada serta melibatkan SDM -out-source- yang disediakan oleh pemborong atau perusahaan penyedia jasa tenaga kerja (aannemer) untuk melaksanakan pekerjaan / kegiatan atau jasa penunjang tertentu.

5 Konsepsi Outsourcing Secara de-jure tidak dikenal istilah Outsourcing dan tidak diatur dalam UUK (UU No.13 Th.2003); Dalam beberapa literatur, makna Outsourcing, a.l.: Outsource (vt) outsourced, outsourcing, outsources, adalah membeli tenaga kerja atau suku-cadang dari perusahaan lain (the Contemporary English-Indonesian Dictionary, Peter Salim, p.1578) Outsourcing agreement, is an agreement between a business and a service provider in which the service provider promises to provide necessary service, especially : data processing, and information management, using its own staff and equipment, and usually, at its own facilities *. (Black s Law Dictionary BLD- Bryan A.Gardner 8-edition, 2004, p.1136)

6 Lembaga Penyerahan Pekerjaan Dalam UU Ketenagakerjaan Dgn demikian, outsourcing agreement terkesan menyamakan manusia dgn peralatan atau mesin untuk disewakan, atau (bahkan) diperjual-belikan. Pada perjanjian outsourcing, tdk ada batasan pekerjaan / kegiatan yg diserahkan (un-limited), dan sangat liberal serta kapitalis. buruh menyebut outsourcing sbg modern slavery, humantrafficking, atau exploitation de long par-long. Oleh karena itu, utk memberi perlindungan kpd tenaga kerja pada pemborongan pekerjaan yg merujuk ke BW, maka diaturlah ketentuan penyerahan sebagian pelaksanaan pekerjaan kepada perusahaan lain (64).

7 Outsourcing Agreement atau Business Agrmnt. vs Employment Agreement (Perj.Melakukan Pek) PT.A PT. USER Oursoucing Agreement CV.B Kop. P P M P C Fa.D Pekerja /buruh Konsultan Advisor Karyawan Pegawa i tenaga kerja

8 Outsourcing, adalah penyerahan pekerjaan / bagian-bagian pekerjaan kepada pihak lain tanpa ada pembatasan (tanpa syarat dan ketentuan) Artinya: bisa seluruhnya atau bisa sebagian saja, dan bisa core-business (inti), atau bisa penunjang (supporting) saja. Yang pasti : unlimited. Sangat liberal Terkesan kalpitalis Pasal 64 : Penyerahan Sebagian Pelaksanaan Pekerjaan kepada Perusahaan Lainnya, tegas dibatasi : hanya sebagian saja, dan yg diserahkan : pekerjaan Sebagian yang mana?, yakni : - bagian pekerjaan penunjang (product supporting) yg tdk mengganggu proses produksi (main product) secara lsg, atau - kegiatan jasa penunjang yg tidak berhubungan langsung dgn proses produksi (vide Pasal 65 (2) dan 66 (1) UUK.

9 Jenis Penyerahan Sebagian Pelaksanaan Pekerjaan kepada Perusahaan Lain dalam UUK

10 Q P O N M A B PT USER Q P O N C D E M A B C D E MM Area DM GM Diagram Penyerahan Sebagian Pelaksanaan Pekerjaan Kepada Perusahaan Lain Alihdaya t.k.

11 Ketentuan UU : Perlindungan Tenaga Kerja pada Perjanjian Pemborongan Pekerjaan HAKEKAT OUTSOURCING dalam Pasal 65 (4) UU No.13/2003 disebutkan, bahwa: perlindungan kerja dan syarat-syarat kerja bagi pekerja/buruh pada perusahaan lain (:perusahaan penerima pemborongan) sekurang-kurangnya sama dgn pada perusahaan pemberi pekerjaan, atau sesuai dgn peraturan per-uu yang berlaku. Artinya, antara karyawan organik pada perusahaan pemberi pekerjaan dan karyawan non ornanik pada perusahaan penerima pemborongan tidak boleh ada diskriminasi dan perlakuan yang berbeda. Karena mereka melakukan pekerjaan (produk akhir) yang sama. Justru pada pemborongan pekerjaan inilah yg sering terjadi gejolak dan masalah, karena P/B organik dan non-organik berada pada pekerjaan (produk akhir) yg sama, bahkan tpt.kerja yg sama, namun memperoleh hak dan perlakuan yg berbeda.

12 Ketentuan : UU Perlindungan Tenaga Kerja pada Perjanjian Penyediaan Jasa Pekerja/Buruh Juga dalam Pasal 66 (2) huruf c UU No.13/2003, disebutkan: perlindungan upah dan kesejahteraan, syarat-syarat kerja (pada hubungan kerja) serta perselisihan yg timbul, menjadi tanggung-jawab perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh. Penjelasan Pasal 66 (2) huruf c UU No.13/2003, dijelaskan: Perlindungan upah dan kesejahteraan, syarat-syarat kerja maupun penyelesaian perselisihan antara penyedia jasa tenaga kerja (perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh) dgn pekerja/buruh, hrs sesuai dgn perat. per-uu yg berlaku. Pekerja/buruh yg bekerja pada perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh memperoleh hak (yg sama) sesuai dgn perjanjian kerja, PP atau PKB atas perlindungan upah dan kesejahteraan, syarat-syarat kerja, serta perselisihan yg timbul dgn pekerja/buruh lainnya di perusahaan pengguna jasa pekerja/buruh.

13 Hubungan Kerja (Employment Relation) pada Perusahaan Alih Daya Tenaga Kerja Berdasarkan Pasal 65 ayat (7) UU No.13/2003, bahwa hubungan kerja antara perusahaan penerima pemborongan dgn pekerja/buruh-nya, (in-prinsip) dpt didasarkan atas PKWTT, atau dapat- dgn PKWT, apabila (sepanjang) memenuhi persyaratan Pasal 59 UUK. Sebaliknya, berdasarkan Pasal 66 ayat (2) huruf b UU No.13/2003, bahwa perjanjian kerja yg berlaku dlm hubungan kerja antara pekerja/buruh dengan perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh, adalah PKWT yg memenuhi persyaratan Pasal 59 dan/atau PKWTT yg dibuat (diperjanjikan) secara tertulis dan ditanda-tangan para pihak.

14

15 Menurut Pasal 59 ayat (1) UUK, Janis dan Sifat Pekerjaan Yang Dapat Diperjanjikan melalui PKWT PEKERJAAN TERTENTU yang menurut jenis dan siafat atau kegiatan pekerjaannya akan selesai dalam waktu tertentu, -a.l.- meliputi: a. Pekerjaan yg (dapat) sekali selesai (sporadik) atau pekerjaan yg sementara sifatnya (temporary). b. Pekerjaan yg (berdasar asumsi) diperkirakan penyelesaiannya dlm wkt tdk terlalu lama, yakni (diasumsikan) yg paling lama 3 tahun. Artinya, jika lebih lama dari 3 th, maka hrs melalui PKWTT. c. Pekerjaan yg bersifat musiman (maknanya peak season atau musim banyak atau ramai pekerjaan/kegiatan tertentu). d. Pekerjaan tertentu tang terkait dengan: - produk baru, atau kegiatan baru; ataukah - produk tambahan, yang masih dlm masa percobaan atau louncing

16 Pasal 59 (2) & Penjelasannya UUK, Syarat PKWT Dalam Ps. 59 ayat (2) UU No.13/2003, bahwa PKWT tidak dpt diadakan (diperjanjikan) untuk pekerjaan yg bersifat tetap. Makna PEKERJAAN YANG BERSIFAT TETAP, adalah pekerjaan yg sifatnya terus-menerus, tidak terputus-putus, tidak dibatasi waktu, dan merupakan bagian dari suatu prosses produksi dalam suatu perusahaan / produsen (Penjelasan Pasal 59 ayat (2) UUK). Artinya, walaupun sifatnya terus-menerus, tidak terputus-putus dan tidak dibatasi waktu, namun bukan merupakan bagian dari suatu prosses produksi, maka tidak dianggap sebagai pekerjaan yang bersifat tetap. Dengan demikian secara argumentum a- contrario pekerjaan yang bersifat tidak tetap boleh dilakukan (diperjanjikan) melalui PKWT, seperti pada pek. Jasa penunjang.

17 Prinsip Hubungan Kerja pada Perusahaan Alihdaya

18 Pengaturan Teknis Hubungan Kerja Dalam Pasal 5 Permen-220/Men/X/2004, bahwa setiap perjanjian pemborongan pekerjan (outsourcing agreement) wajib memuat ketentuan atau klausul- yg menjamin terpenuhinya hak-hak pekerja/buruh dlm hubungan kerja sbgmn diatur dlm peraturan per-uu. Dalam Pasal 4 huruf b dan c Permen-101/Men/VI/2004, bahwa dlm outsourcing agreement harus ada muatanstatement mengenai penegasan hubungan kerja antara pekerja/buruh dgn PPJP/B, sehingga jelas (siapa) yg bertanggung-jawab UPAH dan kesejahteraan, syarat-syarat kerja serta penghasilan yg timbul. Bersedia menerima pekerja/buruh sebelumnya;

19 Permohonan Judicial Review

20 Isi Putusan MK (1) Perkara No.27/PUU/IX/2011 Frasa PKWT dalam Pasal 65 ayat (7) dan frasa PKWT dalam Pasal 66 ayat (2) huruf b UU No.13 Th.2003 ttg Ketenagakerjaan (LNRI Th.2003 No.39, TLNRI No.4279) bertentangan dgn UUD Negara RI Th.1945 sepanjang dalam PK tsb tidak disyaratkan adanya pengalihan perlindungan hakhak bagi pekerja / buruh ( TUPE ) yang objek kerjanya tetap ada, walaupun terjadi pergantian perusahaan yang melaksanakan sebagian pekerjaan borongan dari perusahaan lain atau perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh.

21 Isi Putusan MK (2) Perkara No.27/PUU/IX/2011 Frasa PKWT dalam Pasal 65 ayat (7) dan frasa PKWT dalam Pasal 66 ayat (2) huruf b UU No.13 Th.2003 ttg Ketenagakerjaan (LNRI Th.2003 No.39, TLNRI No.4279) tidak memiliki kekuatan hukum mengikat sepanjang dalam PK tsb tidak disyaratkan adanya pengalihan perlindungan hak-hak bagi pekerja/buruh ( TUPE ) yang objek kerjanya tetap ada, walaupun terjadi pergantian perusahaan yang melaksanakan sebagian pekerjaan borongan dari perusahaan lain atau perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh

22 Prinsip Hubungan Kerja Pasca Putusan MK Dari ketentuan Pasal 65 (7) dan Pasal 66 (2) huruf b UUK, dapat disimpulkan, bahwa prinsip hubungan kerja pada perusahaan alihdaya, adalah PKWTT, namun jika memenuhi syarat Pasal 59 UUK, dapat dilakukan PKWT. Pasca Putusan MK, ketentuan perjanjian kerja tersebut dipertegas dan ditambahkan syarat, bahwa apabila hubungan kerja dilakukan melalui PKWT, maka harus ada klausul prinsip pengalihan tindakan perlindungan bagi pekerja/buruh (transfer of undertaking protection of employment atau TUPE), yang meliputi jaminan berlangsungnya hubungan kerja, pemberian keterangan masa kerja (experience letter) dan upah yg proporsional berdasarkan masa kerja.

23 Pertimbangan Hukum MK Ada dua model yang dapat dilaksanakan untuk melindungi hak-hak pekerja/buruh, yakni: PERTAMA : mensyaratkan agar PK tidak berbentuk PKWT, melainkan berbentuk PKWTT KEDUA : menerapkan prinsip pengalihan tindakan perlindungan bagi pekerja/buruh (prinsip transfert of undertaking protection of employment, TUPE) yang bekerja pada perusahaan yang melaksanakan pekerjaan outsourcing dikaitkan dengan experience. (vide [3.18] Putusan MK)

24 3 Hal Amanat Klausul TUPE Klausul TUPE atau Transfer of Undertaking Protection Emploiment atau prinsip pengalihan tindakan perlindungan bagi pekerja/buruh, mengamanatkan: 1. pengalihan perlindungan hak-hak bagi pekerja/buruh yang objek kerja-nya tetap ada walaupun terjadi pergantian perusahaan outsourcing. 2. masa kerja pekerja/buruh harus diperjanjikan (dlm PKWT) untuk dibuat experience letter 3. Masa kerja menjadi salah satu dasar penentuan upah pada perusahaan outsourcing berikutnya.

25 Lahirnya Permenaker No.19 Th.2012 Maraknya tuntutan buruh meminta hapuskan outsourcing dan penyesuaian Permen lama yg sdh tidak seiring dan sejalan dgn adanya Putusan MK mengenai ketentuan outsourcing (alihdaya), serta guna menciptakan hubungan industrial yang harmonis, dinamis dan berkeadilan, maka diterbitkanlah peraturan baru untuk mengakomodir hal-hal tersebut di atas pada tanggal 14 Nopember 2012 (yang secara resmi dlm BNRI dipublish tanggal 19 Nopember 2012). Hal yang penting, masa transisi penyesuaian permen dimaksud, adalah selama 1(satu) tahun sejak diundangkan (19 Nopember 2012) Dgn adanya Permen-19 baru tsb, maka ada beberapa TAMBAHAN syarat bagi (para) perusahaan/stakeholders.

26 Klausul Tambahan Dalam Permen terkait Hubungan Kerja Pada Perusahan Penerima Pemborongan: Pasal 13 Permen No.19/2012 menyebutkan: Setiap PK (PKWTT/PKWT) dalam pemborongan pekerjaan (di perusahaan penerima pemborongan) wajib memuat ketentuan yang menjamin terpenuhinya hak-hak pekerja dalam hubungan kerja sebagaimana peraturan per-uu (tindak lanjut dari amanat Putusan MK) Hubungan kerja perusahaan penerima pemborongan dgn pekerjanya (baik PKWTT atau PKWT) dibuat tertulis. Artinya, walau PKWTT juga harus tertulis (vide Pasa 57(1) UUK jo Pasal 14 dan 15 Permen-19).

27 Klausul Tambahan Dalam Permen terkait PK dan Izin Operasional Pada Perusahan Penyedia Jasa Pekerja/Buruh: Pasal 27 Permen No.19/2012 : Setiap perusahaan penyedia jasa pekerja / buruh wajib membuat PK (:PKWT/PKWTT) secara tertulis. PK (PKWT/PKWTT) tsb harus dicatatkan di DINAS (Kab/Kota) tempat pelaksanaan pekerjaan, tanpa dikenakan biaya -free of charge- (Pasal 27 ayat (2) dan (4) Permen-19). Bila tidak dicatatkan, Instansi PROPINSI mencabut Izin Operasional atas rekomendasi DINAS Kab/Kota (Pasal 27 ayat (3) Permen-19). Hubungan kerja dpt didasarkan PKWTT atau PKWT (Pasal 29 (1) Permen 19)

28 Klausul Tambahan Dalam Permen mengenai Konten PK (1) Pada Perusahan Penyedia Jasa Pekerja/Buruh: Setiap PK (PKWTT/PKWT) wajib memuat ketentuan yg menjamin terpenuhinya hak-hak pekerja (DHK) sesuai peraturan per-uu (t.l. amanat Putusan MK) (vide Pasal 28 Permen-19) Dalam hal PK tdk memuat ketentuan TUPE dan syarat PK, maka PKWT berubah menjadi PKWTT sejak ditanda-tangani PK (hubungan kerja) di PPJPB (vide Pasal 30 Permen-19) Bila tdk ada klausul jaminan kelangsungan bekerja, maka P/B dpt mengajukan gugatan kepada PHI (vide Pasal 31 Permen-19); Bila Perusahaan Pemberi Pekerjaan mengalihkan jasa penunjangnya kepada PPJPB yg baru, maka outsourcer tsb hrs melanjutkan PK sebelumnya tanpa mengurangi (Pasal 32 (1)) Masa kerja dianggap ada dan hrs diperhitungkan oleh PPJPB yg baru (vide Pasal 32 Permen-19)

29 Klausul Tambahan Dalam Permen mengenai TUPE sbg Konten PK (2) Pada Perusahan Penyedia Jasa Pekerja/Buruh (Ps.29) Bila diperjanjikan PKWT, maka sekurang-kurangnya memuat: a. Jaminan kelangsungan bekerja (DKL, klausul berlanjutnya hubungan kerja); b.jaminan terpenuhinya hak-hak P/B sesuai per-uu dan perjanjian: 1) Hak cuti, apabila telah memenuhi syarat; 2) Hak jamsostek 3) Hak THR 4) Weeklyrest (istirahat mingguan) 5) Gantirugi (sesuai Pasal 62 UUK) 6) PENYESUAIAN UPAH (berdasarkan pengalaman kerja) 7) Hak-hak lainnya dan/atau PK sebelumnya c. Jaminan perhitungan masa kerja apabila terjadi pergantian perusahaan (PPJP/B) untuk menetapkan upah.

30 Core dan non-core versi Lama Penentuan core* dan supporting masing-masing jenis Outsourcing berbeda. Pada Perjanjian Pemborongan Pekerjaan (PPP) diatur (dibuat) alur proses produksi yg merupakan kegiatan penunjang secara keseluruhan dan kegiatan yang tidak menghambat proses produksi (Pasal 65 ayat (5) UU No.13/2003 jo Pasal 6 ayat (2) Kepmenakertrans No.Kep-220/Men/X/2004. Pada Perjanjian Penyediaan Jasa Pekerja/Buruh (PPJPB) adalah kegiatan jasa penunjang atau kegiatan yang tidak berhubungan langsung dengan proses produksi, seperti dicontohkan dlm Penjelasan Pasal 66 ayat (1) UU No.13/2003

31 Core dan non-core versi baru Perbedaan core & supporting masing2 jenis Outsourcing : Pada Perjanjian Pemborongan Pekerjaan (PPP) harus ditentukan kegiatan utama (core) dan kegiatan supporting (non-core) yg mendukung dan memperlancar pelaksanaan kegiatan utama sesuai dgn alur kegiatan proses pelaksanaan pekerjaan yg ditetapkan o/ Asosiasi Sektor Usaha yg dibentuk sesuai peraturan perundang-undangan (:Sektor Pariwisata, Sektor Pertambangan, Oil and Gas, Sektor Industri Otomotif) (vide Pasal 3 (2) huruf c dan Pasal 4 Kepmenakertrans No.19 Th Kegiatan penunjang (supporting) itulah yg akan diserahkan kpd perusahaan penerima pemborongan. Pada Perjanjian Penyediaan Jasa Pekerja/Buruh (PPJPB) adalah kegiatan jasa penunjang atau kegiatan yang tidak berhubungan langsung dengan proses produksi, seperti dicontohkan dlm Penjelasan Pasal 66 ayat (1) UU No.13/2003 dan Pasal 17 ayat (3) Permenakertrans No. 19 Th

32 Pelaporan

33 Syarat Pekerjaan Yang Dapat Diserahkan Pekerjaan pemborongan yang diserahkan: a. (pekerjaan) dilakukan secara terpisah dari kegitan utama (terpisah manajemen atau lokasi- pelaksanaan kegiatan); b. dilakukan dgn perintah langsung atau perintah tidak langsung, dhi. guna memberi penjelasan mengenai cara melakukan pekerjaan (sesuai standard); c. merupakan kegiatan penunjang perusahaan secara keseluruhan, maksudnya: yang mendukung dan memperlancar pelaksanaan core-busineess (sesuai alur*) d. tidak menghambat proses produksi secara langsung, dalam arti merupakan kegiatan tambahan (Ps.3 ayat(2) Permen-19);

34 Penentuan Core dan non-core Dlm Permen Dalam Penjelasan Pasal 66 (1) UU No.13/2003, bahwa kegiatan jasa penunjang atau kegiatan yang tidak berhubungan langsung dgn proses produksi, adalah kegiatan di luar usaha pokok (noncore) dan disebutkan antara lain contoh-contohnya (tdk terbatas). Dalam Pasal 17 (3) Permen-19, supporting tsb sama seperti dlm Penjelasan Pasal 66 ayat (1) UU No.13/2003), hanya disebut meliputi (artinya, terbatas pada) yakni 1)-kegitan- usaha pelayanan kebersihan (cleaning service); 2)-kegitan- usaha penyediaan makanan bagi P/B (catering) 3)-kegitan- usaha tenaga pengamanan (security, SATPAM) 4)-kegitan- ush jasa penunjang di pertambangan dan perminyakan 5)-kegitan- usaha penyediaan angkutan pekerja.

35 Larangan Dilarang menyerahkan (melakukan Alihdaya) bagi perusahaan yg belum melaporkan, dgn konsekwensi peralihan hubungan kerja (Pasal 7 Permen-19). Pada PPJPB ini, DILARANG men-sub-kan, sebagian ataupun seluruhnya (Ps. 18 Permen- 19).

36 Penegasan UU Untuk Pekerjaan / kegiatan yang tidak boleh dialihdayakan Pekerjaan yang tidak boleh di-outsourcing-kan: Pada Perjanjian Pemborongan Pekerjaan, adalah pekerjaan yg (secara a contrario) tdk memenuhi syarat Pasal 65 (2) UUK, yakni - Yang secara basicly tdk mungkin dipisahkan dari inti (core); - kegiatan yg tdk mendukung dan memperlancar pekerjaan - Yang menghambat proses produksi secara langsung. Pada Perjanjian Alih Daya Jasa Pekerja, adalah kegiatan penunjang yg berhubungan dengan kegiatan usaha pokok (mainbusiness) atau kegiatan yg berhubungan langsung dgn proses produksi. Artinya, mainbusiness tsb dan kegiatan yg terkait dgn proses produksi harus dihire langsung oleh User (menjadi karyawan organik), baik melalui PKWT jika memenuhi syarat- dan/atau PKWTT (vide Penjelasan Pasal 66 (1) UUK) atau buat alur sbg pekerjaan penunjang.

37 Perjanjian Alihdaya (Outsorcing Agreement) Penyerahan sebagian pelaksanaan pekerjaan kpd perusahaan lain ( Outsourcing ), dapat dilakukan melalui Perjanjian Pemborongan Pekerjaan atau Perjanjian Penyediaan Jasa Pekerja/Buruh (Ps.2 Permen-19) Perjanjian Pemborongan Pekerjaan, adalah perjanjian antara Perusahaan Pemberi pekerjaan dgn Perusahaan Penerima Pemborongan yg memuat hak dan kewajiban para pihak (Ps.1 angka 4 Permen-19). Perjanjian Penyediaan Jasa Pekerja/Buruh, adalah perjanjian antara Perusahaan Pemberi pekerjaan dgn Perusahaan Penyedia Jasa Pekerja/Buruh yg memuat hak dan kewajiban para pihak (Ps.1 angka 5 Permen-19).

38 Pihak-pihak Pada Perjanjian Alihdaya Perusahaan Pemberi Pekerjaan (dhi. termasuk Perusahaan Pengguna Jasa Pekerja/Buruh), adalah perusahaan yang menyerahkan sebagian pelaksanaan pekerjaannya kepada perusahaan penerima pemborongan (PP) atau perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh (PPJPB) perusahaan penerima pemborongan, adalah perusahaan yg berbentuk BH (PT atau Koperasi) yg memenuhi syarat utk menerima pelaksanaan sebagian pekerjaan dari perusahaan pemberi pekerjaan. perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh (PPJPB), adalah perusahaan yg berbentuk BH perseroan terbatas (PT) yg memenuhi syarat utk melaksanakan kegiatan jasa penunjang dari- perusahaan pemberi pekerjaan. (Ps.1 angka 1-3 Permen-19)

39 Syarat Perusahaan Penerima Pemborongan (vide Pasal 12 Permen-19)

40 Syarat Perusahaan Perusahaan Penyedia Jasa Pekerja/Buruh (Pasal 24 Permen-19)

41 Hal-hal Yang Berkaitan Dengan ALUR ALUR ditetapkan oleh Asosiasi Sektor Usaha sesuai peraturan perundang-undangan (Ps.3 ayat (2) c Permen-19) (dipertegas kembali) Asosiasi SEKTOR USAHA harus membuat alur kegiatan proses pelaksanaan pekerjaan sesuai sektor usaha masing-masing (Ps.4 ayat (1) Permen-19) ALUR (alur kegiatan proses pelaksanaan pekerjaan) harus menggambarkan proses pelaksanaan pekerjaan (awal sampai akhir) serta memuat kegiatan utama (core business) dan kegiatan penunajng (supporting, non-core) sesuai ketentuan pekerjaan yg dpt diserahkan (Ps.4 (2) & 3 (2) Permen-19). ALUR sebagai dasar perusahaan pemberi pekerjaan dlm penyerahan sebagian pelaksanaan pekerjaan melalui pemborongan pekerjaan (Ps.4 ayat(3) Permen-19);

42 Pelaporan dan Bukti Pelaporan ALUR Pekerjaan Penunjang yang akan diserahkan (sesuai ALUR yg ditetapkan oleh Asosiasi) harus dilaporkan (Ps.5 Permen-19) Instansi Dinas Ketenagakerjaan Kab/Kota mengeluarkan Bukti Pelaporan paling lambat 1 minggu dan free (Ps.6 jo Ps.16 Permen-19) Perusahaan Pemberi Pekerjaan dilarang menyerahkan pekerjaan sebelum memiliki bukti pelaporan, dgn konsekwensi hubungan kerja beralih kepada perusahaan pemberi pekerjaan ybs (Ps.7 (1) (2) Permen-19). Bila terjadi perubahan jenis pekerjaan penunjang harus dilaporkan kepada instansi Dinas Ketenegakerjaan (Ps.8 Permen-19)

43 PermohoanIzin Operasional PPJPB

44 Penerbitan, Masa Berlaku dan Pencabutan Izin Operasional

45 Perjanjian Pemborongan Pekerjaan (outsourcing agreement) Muatan perjanjian pemborongan pekerjaan, sekurangkurangnya: Hak dan kewajiban para pihak Jaminan terpenuhinya- perlindungan kerja dan syaratsyarat kerja para- P/B sesuai peraturan per-uu. Memiliki tenaga-kerja yang mempunyai kompetensi di bidangnya (Ps.9 (2) Permen-19). Setelah Perjanjian tsb ditanda-tangani, oleh perusahaan penerima pemborongan didaftarkan pada instansi Dinas Kab/Kota selambatnya 30 hari sebelum pelaksanaan pekerjaan (Ps.10 Permen-19); Instansi menerbitkan bukti pendaftaran, paling lambat 5(lima) hari kerja sejak pendaftaran diterima dan free (Ps.11 jo Ps. 16 Permen-19).

46 Perjanjian Penyediaan Jasa Pekerja/Buruh Muatan perjanjian penyediaan jasa P/B, sekurang-kurangnya: Jenis pekerjaan yg akan dilakukan o/ P/B dari perusahaan penyedia jasa P/B (PPJPB). Penegasan bersedia menerima P/B dari PPJPB sebelumnya dlm hal terjadi pergantian perusahaan penyedia jasa P/B. Hubungan kerja berdasarkan PKWT / PKWTT (Ps.19 Permen-19).

47 Pendaftaran Perjanjian Penyediaan Jasa Pekerja/Buruh Perjanjian (alihdaya) harus didaftarkan (free) paling lambat 30 hr sejak di-t.t. dgn melampirkan IZIN Operasional dan DRAFT PK (Ps.20 Permen-19) Instansi dimana Tempat (lokasi) pekerjaan dilaksanan menerbitkan bukti pendaftaran paling lambat 7 (tujuh) hari kerja sejak berkas diterima. Kecuali bila tdk sesuai ketentuan, dapat ditilak disertai alasannya (Ps.21 Permen-19) Bila blm ada bukti pendaftaran, Perusahaan penyedia jasa P/B tdk boleh melakukan operasional pekerjaan (Ps.22 Permen-19)

48 Izin Operasional Bila perjanjian (alihdaya) tidak didaftarkan dan tetap melaksanakan pekerjaan, maka Dinas Propinsi mencabut IZIN Operasional berdasarkan rekomendaasi Dinas Kab/Kota (Ps.23(1) Permen-19) Jika IZIN Operasional dicabut, maka hak-hak P/B tetap menjadi tanggung-jawab Perusahaan Penmyedia Jasa P/B ybs (Ps.23(2) Permen-19) Bila blm ada bukti pendaftaran, Perusahaan penyedia jasa P/B tdk boleh melakukan operasional pekerjaan (Ps.22 Permen-19)

49 Transisi Setiap Perusahaan Pemberi Pkerjaaan, Perusahaan Penerima Pemborongan, atau Perusahaan Penyedia Jasa Pekerja/Buruh, wajib menyesuaikan paling lama 12 (duabelas) bulan sejak diundangkan (19 Nop.2012) Dalam hal tidak menyesuaikan, Perusahaan Penerima Pemborongan, atau Perusahaan Penyedia Jasa Pekerja/Buruh, tetap bertanggungjawab thd hak-hak pekerja/buruh sesuai PK.

50 Pasal... (PKWT) Apabila terjadi pergantian PIHAK PERTAMA (pergantian perusahaan alihdaya), maka a. selambat-lambatnya 15 (lima belas) hari kalender sebelum berakhirnya perjanjian pengalihan pekerjaan (outsourcing agreement), PIHAK PERTAMA wajib mengurus dan mengalihkan PIHAK KEDUA (pekerja/buruh) kepada perusahaan alihdaya baru (vendor) yang memenangkan tender pekerjaan dari perusahaan perusahaan pemberi pekerjaan (User); b. PIHAK PERTAMA menjamin hak-hak PIHAK KEDUA dalam perjanjian kerja (PKWT) ini - termasuk syarat-syarat kerja dalam PP/PKB- sekurang-kurangnya sama pada perusahaan alihadaya baru yang memenangkan tender pekerjaan berikutnya, dengan penyesuaian upah yang memperhitungkan akumulasi masa kerja sebagai dasar penentuan upah selanjutnya; c. PIHAK PERTAMA berkewajiban memberikan surat keterangan pengalaman kerja (experience letter) kepada PIHAK KEDUA -sebagaimana dimaksud Pasal 1602z KUH Perdata- yang sekurang-kurangnya memuat lamanya hubungan kerja, pelaksanaan pekerjaan (job) dan alasan berakhirnya hubungan kerja pada PIHAK PERTAMA; d. masa kerja PIHAK KEDUA pada PIHAK PERTAMA dan masa kerja sebelumnya di perusahaan alihdaya yang lain, akan diperhitungkan dan diakumulasikan menjadi masa kerja pada perusahaan alihdaya yang memenangkan tender berikutnya, sepanjang dapat dibuktikan dengan keterangan pengalaman kerja. Pasal... PIHAK PERTAMA tidak bertanggung-jawab atas keterangan yang tidak benar dan/atau terdapat unsur penipuan dalam keterangan pengalaman kerja yang dibuat oleh perusahaan alihdaya sebelumnya PIHAK PERTAMA, walaupun terakumulasi dalam keterangan PIHAK PERTAMA ini.

51 Study Kasus Outsourcing Kalau ada pembatasan meliputi 5 jenis kegiatan jasa penunjang, maka beberapa jenis penunjang perusahaan secara keseluruhan yg menjadi permasalahan, antara lain: Jasa maintenance, termasuk maintenance yg terkait dgn K3: electrical, airconditioning, APAR -yang semuanya bersifat kontinyu-. Jasa hukum dgn menempatkan SDM (advisor) di perusahaan klien.

52 Permasalahan Pada Outsourcing Beberapa compalin yg sering disampaikan pihakpihak yg terkait dgn Alihdaya: Alihdaya yg dimaksud dlm UUK hanyalah DHK, sementara banyak praktek outsourcing yg LHK. Penahanan ijazah yg sebelumnya- tidak pernah ada pelatihan yg memerlukan cost. Hubungan kerja pada perusahaan penerima pemborongan yg didasarkan PKWT, sementara menurut Penjelasan Pasal 59 ayat (2) UUK dan Putusan MK, hakekatnya adalah PKWTT.

53 Kesimpulan Alur pada pekerjaan yang dpt dialihkan, dibuat oleh Asosiasi; Dilaporkan ke Disnaker Kab/Kota (termasuk perubahannya, jika ada); Pemborongnya, boleh PT atau Koperasi Dilarang mengalihkan tanpa bukti pelaporan Pekerjaan jasa penunjang, (hanya) meliputi 5 kegiatan; Dilarang disubkan (hanya) boleh dilakukan oleh BH PT Bila PK melalui PKWT, harus ada klausul TUPE

54 Demikian materi update Permenakertrans No.19 Thn

Langkah Strategis Pelaksanaan Permenakertrans NO. 19 Tahun 2012 Terkait Outsourcing

Langkah Strategis Pelaksanaan Permenakertrans NO. 19 Tahun 2012 Terkait Outsourcing Langkah Strategis Pelaksanaan Permenakertrans NO. 19 Tahun 2012 Terkait Outsourcing Outsourcing Perusahaan dapat menyerahkan sebagian pelaksanaan pekerjaan kepada perusahaan lainnya melalui perjanjian

Lebih terperinci

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG SYARAT-SYARAT PENYERAHAN SEBAGIAN PELAKSANAAN PEKERJAAN

Lebih terperinci

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG SYARAT-SYARAT PENYERAHAN SEBAGIAN PELAKSANAAN PEKERJAAN

Lebih terperinci

1. Pasal 64 s.d Pasal 66 UU No.13 Tahun Permenakertrans RI. No.19 Tahun 2012 tentang Syarat- Syarat Penyerahan Sebagian PeKerjaan Kepada

1. Pasal 64 s.d Pasal 66 UU No.13 Tahun Permenakertrans RI. No.19 Tahun 2012 tentang Syarat- Syarat Penyerahan Sebagian PeKerjaan Kepada 1. Pasal 64 s.d Pasal 66 UU No.13 Tahun 2003 2. Permenakertrans RI. No.19 Tahun 2012 tentang Syarat- Syarat Penyerahan Sebagian PeKerjaan Kepada Perusahaan Lain Pasal 64 UU No.13 Tahun 2003 : Perusahaan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2012 TENTANG PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2012 TENTANG SYARAT-SYARAT PENYERAHAN SEBAGIAN PELAKSANAAN PEKERJAAN KEPADA PERUSAHAAN LAIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

I. FENOMENA IMPLEMENTASI OUTSOURCING TERHADAP KETENAGAKERJAAN INDONESIA

I. FENOMENA IMPLEMENTASI OUTSOURCING TERHADAP KETENAGAKERJAAN INDONESIA I. FENOMENA IMPLEMENTASI OUTSOURCING TERHADAP KETENAGAKERJAAN INDONESIA Oleh : Basani Situmorang SH,Mhum Dampak dan Trend Outsourcing Tenaga kerja merupakan salah satu faktor produksi terpenting. Dilihat

Lebih terperinci

SURAT EDARAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: SE.04/MEN/VIII/2013 TENTANG

SURAT EDARAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: SE.04/MEN/VIII/2013 TENTANG MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA SURAT EDARAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR: SE.04/MEN/VIII/2013 TENTANG 26 Agustus 2013 PEDOMAN PELAKSANAAN PERATURAN

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP DAFTAR PUSTAKA. Buku

BAB V PENUTUP DAFTAR PUSTAKA. Buku BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN Berdassarkan uraian diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa implementasi tanggung jawab pengusaha penyedia jasa pekerja dalam hal ini PT. Sandhy putra makmur terhadap pekerja

Lebih terperinci

Miftakhul Huda, S.H., M.H

Miftakhul Huda, S.H., M.H Miftakhul Huda, S.H., M.H Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu (PKWTT) Perjanjian kerja antara pekerja/buruh dengan pengusaha untuk mengadakan hubungan kerja yang bersifat tetap Dapat mensyaratkan masa

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN HUKUM HAK PEKERJA OUTSOURCING PASCA PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI

PERLINDUNGAN HUKUM HAK PEKERJA OUTSOURCING PASCA PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI PERLINDUNGAN HUKUM HAK PEKERJA OUTSOURCING PASCA PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI Oleh : Syarifa Mahila, SH.MH Abstract Outsourcing in Indonesia's labor law is defined as the contracted work and the provision

Lebih terperinci

Penjelasan Mengenai Sistem Ketenagakerjaan di Indonesia

Penjelasan Mengenai Sistem Ketenagakerjaan di Indonesia Penjelasan Mengenai Sistem Ketenagakerjaan di Indonesia Penjelasan mengenai penentuan upah sehari Sesuai ketentuan Pasal 77 ayat (2) UU Ketenagakerjaan No. 13/2003, bahwa waktu kerja adalah: 1. a. 7 (tujuh)

Lebih terperinci

TINJAUAN HUKUM TERHADAP SYARAT-SYARAT PENYERAHAN SEBAGIAN PELAKSANAAN PEKERJAAN KEPADA PERUSAHAAN LAIN. Oleh:

TINJAUAN HUKUM TERHADAP SYARAT-SYARAT PENYERAHAN SEBAGIAN PELAKSANAAN PEKERJAAN KEPADA PERUSAHAAN LAIN. Oleh: TINJAUAN HUKUM TERHADAP SYARAT-SYARAT PENYERAHAN SEBAGIAN PELAKSANAAN PEKERJAAN KEPADA PERUSAHAAN LAIN Oleh: Ayu Puspasari, S.H., M.H Politeknik Negeri Sriwijaya Palembang Email: ABSTRAK Penyerahan sebagian

Lebih terperinci

BAB II KEABSAHAN PERJANJIAN KERJA ANTARA PERUSAHAAN PENYEDIA JASA PEKERJA DENGAN PEKERJA OUTSOURCING

BAB II KEABSAHAN PERJANJIAN KERJA ANTARA PERUSAHAAN PENYEDIA JASA PEKERJA DENGAN PEKERJA OUTSOURCING 15 BAB II KEABSAHAN PERJANJIAN KERJA ANTARA PERUSAHAAN 2.1 Hubungan Hukum Antara Perusahaan Penyedia Jasa Dengan Pekerja/Buruh Hubungan hukum antara pekerja/buruh dan perusahaan penyedia jasa itu sendiri

Lebih terperinci

Penyimpangan Terhadap Ketentuan PKWT Dan Outsourcing Serta Permasalahannya Dan Kiat Penyelesaian

Penyimpangan Terhadap Ketentuan PKWT Dan Outsourcing Serta Permasalahannya Dan Kiat Penyelesaian 1 Penyimpangan Terhadap Ketentuan PKWT Dan Outsourcing Serta Permasalahannya Dan Kiat Penyelesaian Disampaikan Oleh : Dra. Endang Susilowati, SH., MH. Ketua Bidang Hukum Dan Advokasi DPN APINDO Pada Acara

Lebih terperinci

BAB III AKIBAT HUKUM APABILA PERJANJIAN KERJA TIDAK DILAPORKAN KE INSTANSI YANG MEMBIDANGI MASALAH KETENAGAKERJAAN

BAB III AKIBAT HUKUM APABILA PERJANJIAN KERJA TIDAK DILAPORKAN KE INSTANSI YANG MEMBIDANGI MASALAH KETENAGAKERJAAN 34 BAB III AKIBAT HUKUM APABILA PERJANJIAN KERJA TIDAK DILAPORKAN KE INSTANSI YANG MEMBIDANGI MASALAH KETENAGAKERJAAN 3.1 Pelaporan Perjanjian Kerja Antara Perusahaan Pemberi Pekerjaan Dengan Perusahaan

Lebih terperinci

STIE DEWANTARA Aspek Ketenagakerjaan Dalam Bisnis

STIE DEWANTARA Aspek Ketenagakerjaan Dalam Bisnis Aspek Ketenagakerjaan Dalam Bisnis Hukum Bisnis, Sesi 4 Hubungan Bisnis Dengan Tenaga Kerja Setiap usaha/bisnis membutuhkan tenaga kerja sebagai mesin penggerak produksi. Tenaga kerja memegang peran vital

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG NO. 13 TH 2003

UNDANG-UNDANG NO. 13 TH 2003 UNDANG-UNDANG NO. 13 TH 2003 BAB IX HUBUNGAN KERJA Pasal 50 Hubungan kerja terjadi karena adanya perjanjian kerja antara pengusaha dan pekerja/buruh. Pasal 51 1. Perjanjian kerja dibuat secara tertulis

Lebih terperinci

- 1 - GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 25 TAHUN 2014 TENTANG

- 1 - GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 25 TAHUN 2014 TENTANG - 1 - GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 25 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH POVINSI JAWA TIMUR NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG PENYERAHAN SEBAGIAN PELAKSANAAN PEKERJAAN

Lebih terperinci

Created by : Ratih dheviana puru hitaningtyas

Created by : Ratih dheviana puru hitaningtyas Created by : Ratih dheviana puru hitaningtyas Pasal 64-66 UU no 13 tahun 2003 Permenakertrans No 19 tahun 2012 tentang Syarat-syarat Penyerahan Sebagian Pelaksanaan Pekerjaan kepada Perusahaan Lain yang

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEKERJA DALAM PERJANJIAN KERJA DENGAN SISTEM OUTSOURCING DI INDONESIA

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEKERJA DALAM PERJANJIAN KERJA DENGAN SISTEM OUTSOURCING DI INDONESIA PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEKERJA DALAM PERJANJIAN KERJA DENGAN SISTEM OUTSOURCING DI INDONESIA Oleh: Ida Ayu Dwi Utami I Ketut Sandi Sudarsana I Nyoman Darmadha Bagian Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan outsourcing (= alih daya) di Indonesia. Bahkan aksi ini disambut aksi serupa

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan outsourcing (= alih daya) di Indonesia. Bahkan aksi ini disambut aksi serupa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Akhir-akhir ini di bundaran HI Jakarta Pusat marak dengan aksi demo yang dilakukan para buruh yang meminta pemerintah mencabut ketentuan masalah pelaksanaan outsourcing

Lebih terperinci

Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003

Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Hubungan Kerja Hubungan antara buruh dengan majikan, terjadi setelah diadakan perjanjian oleh buruh dengan majikan, dimana buruh menyatakan kesanggupannya untuk bekerja pada majikan dengan menerima upah

Lebih terperinci

PEMBATALAN BEBERAPA KETENTUAN DARI PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN KETENAGAKERJAAN

PEMBATALAN BEBERAPA KETENTUAN DARI PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN KETENAGAKERJAAN 1 LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 560 2492 TAHUN 2015 TENTANG PEMBATALAN BEBERAPA KETENTUAN DARI PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

Volume 2, Nomor 1, Pebruari 2016 ISSN :

Volume 2, Nomor 1, Pebruari 2016 ISSN : SINKRONISASI PENGATURAN SYARAT-SYARAT PENYERAHAN SEBAGIAN PELAKSANAAN PEKERJAAN KEPADA PERUSAHAAN LAIN SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEKERJA OUTSOURCING DI INDONESIA Kadek Agus

Lebih terperinci

Aspek Hubungan Kerja dan Perjanjian Kerja di Indonesia. Berdasarkan UU No 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan

Aspek Hubungan Kerja dan Perjanjian Kerja di Indonesia. Berdasarkan UU No 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan Aspek Hubungan Kerja dan Perjanjian Kerja di Berdasarkan UU No 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan Hubungan Kerja Hubungan kerja terjadi karena adanya perjanjian kerja antara pengusaha dan pekerja/buruh

Lebih terperinci

perjanjian kerja waktu tertentu yakni terkait masalah masa waktu perjanjian yang

perjanjian kerja waktu tertentu yakni terkait masalah masa waktu perjanjian yang perjanjian kerja waktu tertentu yakni terkait masalah masa waktu perjanjian yang dibolehkan dan sifat kerja yang dapat dibuat perjanjian kerja waktu tertentu. Faktor pendidikan yang rendah dan kurangnya

Lebih terperinci

PERATURAN TENTANG PEMBORONGAN PEKERJAAN (OUTSOURCING)

PERATURAN TENTANG PEMBORONGAN PEKERJAAN (OUTSOURCING) PERATURAN TENTANG PEMBORONGAN PEKERJAAN (OUTSOURCING) NurjadinSumonoMulyadi&Partners Law Office Mario Maurice Sinjal Senior Associate Jakarta, 12 April 2016 DasarHukum 1. Undang-Undang No. 13 Tahun 2013

Lebih terperinci

KOMPETENSI dan INDIKATOR

KOMPETENSI dan INDIKATOR HUBUNGAN KERJA KOMPETENSI dan INDIKATOR KOMPETENSI Mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan tentang pengertian dankonsephubungankerjayang diaturdalamuu No. 13 Tahun 2003. INDIKATOR Mahasiswadiharapkanmampu:

Lebih terperinci

Perspektif Pemerintah Indonesia mengenai Kontrak Kerja Bagi Pekerja Rumah Tangga

Perspektif Pemerintah Indonesia mengenai Kontrak Kerja Bagi Pekerja Rumah Tangga Perspektif Pemerintah Indonesia mengenai Kontrak Kerja Bagi Pekerja Rumah Tangga International Labour Organitation (ILO) disampaikan oleh : Umar Kasim, SH.,MH., SPN Biro Hukum Kementerian Ketenagakerjaan

Lebih terperinci

Pasal 88 s.d pasal 98 UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan;

Pasal 88 s.d pasal 98 UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan; DASAR HUKUM * UUD 1945, pasal 28 D ayat (2) : Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan kerja Pasal 88 s.d pasal 98 UU No. 13 Tahun 2003

Lebih terperinci

PENERAPAN SISTEM OUTSOURCING DI PERUSAHAAN SWASTA DALAM PERSPEKTIF PERLINDUNGAN HUKUM HAK-HAK PEKERJA KONTRAK

PENERAPAN SISTEM OUTSOURCING DI PERUSAHAAN SWASTA DALAM PERSPEKTIF PERLINDUNGAN HUKUM HAK-HAK PEKERJA KONTRAK PENERAPAN SISTEM OUTSOURCING DI PERUSAHAAN SWASTA DALAM PERSPEKTIF PERLINDUNGAN HUKUM HAK-HAK PEKERJA KONTRAK Oleh: Sri Rahayu Purwanidjati 1 Abstracts : Outsourcing is a transfer or certain job from a

Lebih terperinci

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP.100/MEN/VI/2004 TENTANG KETENTUAN PELAKSANAAN PERJANJIAN KERJA WAKTU

Lebih terperinci

H U B U N G A N K E R J A

H U B U N G A N K E R J A IX H U B U N G A N K E R J A HUBUNGAN KERJA TERJADI KARENA ADANYA PERJANJIAN KERJA Pengusaha Pekerja/buruh Secara tertulis / lisan ps 51 (1) Untuk waktu tertentu ps 56 (1) Untuk waktu tidak tertentu Perjanjian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang adalah pembangunan disegala bidang kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang adalah pembangunan disegala bidang kehidupan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia adalah negara yang sedang berkembang. Salah satu ciri dari negara berkembang adalah pembangunan disegala bidang kehidupan. Pengembangan dunia usaha

Lebih terperinci

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG - 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG PENYERAHAN SEBAGIAN PELAKSANAAN PEKERJAAN KEPADA PERUSAHAAN LAIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PT PLN (PERSERO) KEPUTUSAN DIREKSI PT PLN (PERSERO) NOMOR : 500.K/DIR/2013 TENTANG

PT PLN (PERSERO) KEPUTUSAN DIREKSI PT PLN (PERSERO) NOMOR : 500.K/DIR/2013 TENTANG PT PLN (PERSERO) KEPUTUSAN DIREKSI PT PLN (PERSERO) NOMOR : 500.K/DIR/2013 TENTANG PENYERAHAN SEBAGIAN PELAKSANAAN PEKERJAAN KEPADA PERUSAHAAN LAIN DI LINGKUNGAN PT PLN (PERSERO) DIREKSI PT PLN (PERSERO)

Lebih terperinci

copyright by Elok Hikmawati 1

copyright by Elok Hikmawati 1 copyright by Elok Hikmawati 1 Peraturan yang dibuat secara tertulis oleh pengusaha yang memuat syarat-syarat kerja dan tata-tertib perusahaan. Bagian Keenam Bab XI Undang-Undang No.13 th.2003 tentang Ketenagakerjaan

Lebih terperinci

KISI-KISI HUKUM KETENAGAKERJAAN

KISI-KISI HUKUM KETENAGAKERJAAN KISI-KISI HUKUM KETENAGAKERJAAN BAB 1 PERJANJIAN KERJA 1.1. DEFINISI Pasal 1 UU No. 13/2003 14. Perjanjian kerja adalah perjanjian antara pekerja / buruh dengan pengusaha atau pemberi kerja yang memuat

Lebih terperinci

Undang-undang No 13 tahun 2003 POKOK-POKOK KETENTUAN NORMATIF HUBUNGAN INDUSTRIAL KETENAGAKERJAAN DAN SERIKAT PEKERJA

Undang-undang No 13 tahun 2003 POKOK-POKOK KETENTUAN NORMATIF HUBUNGAN INDUSTRIAL KETENAGAKERJAAN DAN SERIKAT PEKERJA Undang-undang No 13 tahun 2003 POKOK-POKOK KETENTUAN NORMATIF HUBUNGAN INDUSTRIAL KETENAGAKERJAAN DAN SERIKAT PEKERJA 1 Seekor tiram berjemur diri dipantai dengan kedua kulitnya yang terbuka lebar, Tatkala

Lebih terperinci

Setiap karyawan dapat membentuk atau bergabung dalam suatu kelompok. Mereka mendapat manfaat atau keun-tungan dengan menjadi anggota suatu kelompok.

Setiap karyawan dapat membentuk atau bergabung dalam suatu kelompok. Mereka mendapat manfaat atau keun-tungan dengan menjadi anggota suatu kelompok. PENGANTAR Pembahasan MSDM yang lebih menekankan pada unsur manusia sebagai individu tidaklah cukup tanpa dilengkapi pembahasan manusia sebagai kelompok sosial. Kelompok sosial adalah himpunan atau kesatuan

Lebih terperinci

Oleh: Arum Darmawati. Disampaikan pada acara Carrier Training Preparation UGM, 27 Juli 2011

Oleh: Arum Darmawati. Disampaikan pada acara Carrier Training Preparation UGM, 27 Juli 2011 Oleh: Arum Darmawati Disampaikan pada acara Carrier Training Preparation UGM, 27 Juli 2011 Hukum Ketenagakerjaan Seputar Hukum Ketenagakerjaan Pihak dalam Hukum Ketenagakerjaan Hubungan Kerja (Perjanjian

Lebih terperinci

BAB II PERJANJIAN KERJA DENGAN SISTEM OUTSOURCING DI INDONESIA. jasa yang terkait dengan kompetensi utamanya. Dengan adanya konsentrasi

BAB II PERJANJIAN KERJA DENGAN SISTEM OUTSOURCING DI INDONESIA. jasa yang terkait dengan kompetensi utamanya. Dengan adanya konsentrasi BAB II PERJANJIAN KERJA DENGAN SISTEM OUTSOURCING DI INDONESIA A. Pengertian Outsourcing Persaingan dalam dunia bisnis antara perusahaan, membuat perusahaan harus berkonsentrasi pada rangkaian proses atau

Lebih terperinci

Sosialisasi Keputusan Gubernur Jawa Tengah Nomor 560/94 Tahun 2017 tanggal 20 Nop 2017 tentang Upah Minimum Pada 35 Kabupaten/Kota Tahun 2018 di

Sosialisasi Keputusan Gubernur Jawa Tengah Nomor 560/94 Tahun 2017 tanggal 20 Nop 2017 tentang Upah Minimum Pada 35 Kabupaten/Kota Tahun 2018 di Sosialisasi Keputusan Gubernur Jawa Tengah Nomor 560/94 Tahun 2017 tanggal 20 Nop 2017 tentang Upah Minimum Pada 35 Kabupaten/Kota Tahun 2018 di Provinsi Jawa Tengah 1 Dasar Hukum 2 1. Undang Undang Nomor

Lebih terperinci

SALINAN. jdih.bulelengkab.go.id

SALINAN. jdih.bulelengkab.go.id SALINAN BUPATI BULELENG PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULELENG NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULELENG, Menimbang: a. bahwa

Lebih terperinci

- 1 - BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN KETENAGAKERJAAN

- 1 - BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN KETENAGAKERJAAN - 1 - BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG, Menimbang : a.

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. mengenai dampak yang terjadi atas berlakunya Permenakertrans Nomor 19

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. mengenai dampak yang terjadi atas berlakunya Permenakertrans Nomor 19 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Berdasarkan wawancara penelitian yang penulis lakukan berdasarkan rumusan dalam penulisan hukum ini, baik penelitian kepustakaan maupun penelitian lapangan, kesimpulan

Lebih terperinci

HUKUM PERBURUHAN (PERTEMUAN IV) PERJANJIAN KERJA. copyright by Elok Hikmawati

HUKUM PERBURUHAN (PERTEMUAN IV) PERJANJIAN KERJA. copyright by Elok Hikmawati HUKUM PERBURUHAN (PERTEMUAN IV) PERJANJIAN KERJA copyright by Elok Hikmawati 1 PENDAHULUAN Perjanjian kerja adalah perjanjian antara pekerja/buruh dengan pengusaha atau pemberi kerja yang memuat syarat

Lebih terperinci

Pasal 150 UUK KUHP (Kitab Undang-Undang Hukum Perdata)

Pasal 150 UUK KUHP (Kitab Undang-Undang Hukum Perdata) * * Pasal 150 UUK *Mencakup pemutusan hubungan kerja yang terjadi di badan usaha yang berbadan hukum atau tidak, milik orang perseorangan, milik persekutuan atau milik badan hukum baik swasta, pemerintah,

Lebih terperinci

BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS Gambaran hasil penelitian dalam Bab mengenai Hasil Penelitian dan Analisis ini akan dimulai dari pemaparan hasil penelitian terhadap peraturan perundangundangan sebagaimana

Lebih terperinci

Peraturan Perundang-undangan lainnya yang terkait Peraturan Pelaksanaan (PP dst.)

Peraturan Perundang-undangan lainnya yang terkait Peraturan Pelaksanaan (PP dst.) Rahmad Hendra DASAR HUKUM Secara khusus badan usaha Perseroan Terbatas diatur dalam Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (UUPT), yang secara efektif berlaku sejak tanggal 16 Agustus

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG MENTERI KETENAGAKERJAAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA PUBLIKDONESIA PERATURAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PEMBUATAN DAN PENGESAHAN PERATURAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG KETENAGAKERJAAN

UNDANG-UNDANG KETENAGAKERJAAN UNDANG-UNDANG KETENAGAKERJAAN Industrial Relation in Indonesia UU No. 13, Tahun 2003 HRM - IM TELKOM 1 DEFINISI KETENAGAKERJAAN. Segala yang berhubungan dengan tenaga kerja pada saat sebelum, selama, dan

Lebih terperinci

Hubungan Industrial, Outsourcing dan PKWT

Hubungan Industrial, Outsourcing dan PKWT Hubungan Industrial, Outsourcing dan PKWT Oleh : Prof.Dr. Payaman J. Simanjuntak (Ahli peneliti utama keteganakerjaan) Disampaikan pada Business Gathering Pasca Putusan MK Yogyakarta, 27 Maret 2012 DPP

Lebih terperinci

RINGKASAN PERBAIKAN KEDUA PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 27/PUU-IX/2011 Tentang Perjanjian Kerja Untuk Waktu Tertentu (Outsourching)

RINGKASAN PERBAIKAN KEDUA PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 27/PUU-IX/2011 Tentang Perjanjian Kerja Untuk Waktu Tertentu (Outsourching) RINGKASAN PERBAIKAN KEDUA PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 27/PUU-IX/2011 Tentang Perjanjian Kerja Untuk Waktu Tertentu (Outsourching) I. PEMOHON Didik Suprijadi, dalam hal ini bertindak atas nama

Lebih terperinci

A. MAKNA DAN HAKIKAT PENYEDIAAN TENAGA KERJA DENGAN SISTEM OUTSOURCING

A. MAKNA DAN HAKIKAT PENYEDIAAN TENAGA KERJA DENGAN SISTEM OUTSOURCING makalah outsourcing BAB I PENDAHULUAN Kecenderungan beberapa perusahaan untuk mempekerjakan karyawan dengan sistem outsourcing pada saat ini, umumnya dilatarbelakangi oleh strategi perusahaan untuk melakukan

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP TENAGA KERJA OUTSOURCING DI INDONESIA. Oleh :

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP TENAGA KERJA OUTSOURCING DI INDONESIA. Oleh : Jurnal Advokasi Vol. 5 No. 1 Maret 2015 14 PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP TENAGA KERJA OUTSOURCING DI INDONESIA Oleh : Lis Julianti, S.H., M.H. Dosen Fakultas Hukum Universitas Mahasaraswati Denpasar Abstract

Lebih terperinci

OUTSOURCING, DAN BERBAGAI MASALAHNYA. SOLUSINYA? Untuk ICHRP

OUTSOURCING, DAN BERBAGAI MASALAHNYA. SOLUSINYA? Untuk ICHRP OUTSOURCING, DAN BERBAGAI MASALAHNYA. SOLUSINYA? Untuk ICHRP 1 Dr. Bambang Supriyanto, SH, MH Program Director CHRP Dosen Fak Hukum, Unika Atma Jaya Konsultan Hubungan Industrial/Hukum Perburuhan Jakarta,

Lebih terperinci

Pelaksanaan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT) Menurut UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan

Pelaksanaan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT) Menurut UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan Pelaksanaan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT) Menurut UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan Taufiq Yulianto Staf Pengajar Teknik Elektro Politeknik Negeri Semarang ABSTRACT: A work agreement

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. manajemen, outsourcing diberikan pengertian sebagai pendelegasian operasi dan

BAB II KAJIAN TEORI. manajemen, outsourcing diberikan pengertian sebagai pendelegasian operasi dan BAB II KAJIAN TEORI A. Tinjauan Tentang Outsourcing 1. Pengertian Outsourcing Outsourcing dalam bidang ketenagakerjaan, diartikan sebagai pemanfaatan tenaga kerja untuk memproduksi atau melaksanakan suatu

Lebih terperinci

ETIKA BISNIS. Smno.tnh.fpub2013

ETIKA BISNIS. Smno.tnh.fpub2013 MK. ETIKA PROFESI ETIKA BISNIS Smno.tnh.fpub2013 Pengertian Etika Pengertian; Etika kata Yunani ethos, berarti adat istiadat atau kebiasaan. Etika flsafat moral, ilmu yang membahas nilai dan norma yang

Lebih terperinci

HUBUNGAN KERJA DAN HUBUNGAN INDUSTRIAL

HUBUNGAN KERJA DAN HUBUNGAN INDUSTRIAL HUKUM PERBURUHAN (PERTEMUAN III) HUBUNGAN KERJA DAN HUBUNGAN INDUSTRIAL copyright by Elok Hikmawati 1 HUBUNGAN KERJA Hubungan Kerja adalah suatu hubungan yang timbul antara pekerja dan pengusaha setelah

Lebih terperinci

WALAIKOTA JAMBI PROVINSI JAMBI

WALAIKOTA JAMBI PROVINSI JAMBI SALINAN WALAIKOTA JAMBI PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PERLINDUNGAN TENAGA KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA JAMBI, Menimbang Mengingat : a. bahwa

Lebih terperinci

PENERAPAN OUTSOURCING

PENERAPAN OUTSOURCING PENERAPAN OUTSOURCING DI LEMBAGA KONSERVASI BALI ZOO Oleh : Ni Putu Eva Yunita I Ketut Markeling I Made Dedy Priyanto Bagian Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT Theme of this writing

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA PEREMPUAN. Direktorat Pengawasan Norma Kerja Perempuan dan Anak

KEBIJAKAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA PEREMPUAN. Direktorat Pengawasan Norma Kerja Perempuan dan Anak KEBIJAKAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA PEREMPUAN Direktorat Pengawasan Norma Kerja Perempuan dan Anak 1 KONDISI SAAT INI U U 13-2003 Pengawasan NK A (Act) P (Plan) Terlindunginya hak-hak pekerja C (Check)

Lebih terperinci

Labor and Industrial Relations

Labor and Industrial Relations Labor and Industrial Relations Modul ke: 13 Mahasiswa memahani mengenai : 1. Hak dan kewajiban pekerja dan pengusaha 2. Membandingkan hubungan tenagakerja di Indonesia dan USA Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Lebih terperinci

-2-1. Upah adalah hak pekerja/buruh yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja kepada pekerja/bu

-2-1. Upah adalah hak pekerja/buruh yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja kepada pekerja/bu LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.237, 2015 TENAGA KERJA. Pengupahan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5747). PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN

Lebih terperinci

JURNAL BERAJA NITI ISSN : Volume 3 Nomor 9 (2014) Copyright 2014

JURNAL BERAJA NITI ISSN : Volume 3 Nomor 9 (2014)  Copyright 2014 JURNAL BERAJA NITI ISSN : 2337-4608 Volume 3 Nomor 9 (2014) http://e-journal.fhunmul.ac.id/index.php/beraja Copyright 2014 ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKSANAAN ALIH DAYA (OUTSOURCING) ANTARA PDAM DENGAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.16/MEN/XI/2011 TENTANG

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.16/MEN/XI/2011 TENTANG MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.16/MEN/XI/2011 TENTANG TATA CARA PEMBUATAN DAN PENGESAHAN PERATURAN

Lebih terperinci

Definisi Buruh. Biasa di sebut buruh kerah putih, menggunakan tenaga otak dalam bekerja

Definisi Buruh. Biasa di sebut buruh kerah putih, menggunakan tenaga otak dalam bekerja Buruh Indonesia Definisi Buruh Buruh, Pekerja, Tenaga Kerja atau Karyawan pada dasarnya adalah manusia yang menggunakan tenaga dan kemampuannya untuk mendapatkan balasan berupa pendapatan baik berupa uang

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.16/MEN/XI/2011 TENTANG

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.16/MEN/XI/2011 TENTANG MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.16/MEN/XI/2011 TENTANG TATA CARA PEMBUATAN DAN PENGESAHAN PERATURAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Secara normatif sebelum diatur dalam Undang-Undang Nomor 13

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Secara normatif sebelum diatur dalam Undang-Undang Nomor 13 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara normatif sebelum diatur dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (UU Ketenagakerjaan), sistem outsoucing ini sebenarnya sudah

Lebih terperinci

BAHAN SOSIALISASI KEBIJAKAN ADMINDUK

BAHAN SOSIALISASI KEBIJAKAN ADMINDUK BAHAN SOSIALISASI KEBIJAKAN ADMINDUK KEBIJAKAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL BAGI PERKAWINAN CAMPUR DAN ANAK BERKEWARGANEGARAAN GANDA TERBATAS KEMENTERIAN DALAM NEGERI DITJEN KEPENDUDUKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai karyawannya. Ditengah-tengah persaingan ekonomi secara global, sistem

BAB I PENDAHULUAN. sebagai karyawannya. Ditengah-tengah persaingan ekonomi secara global, sistem BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fenomena buruh kontrak semakin terlihat menaik secara grafik, hampir 70 % perusahaan-perusahaan di Indonesia telah memanfaatkan tenaga kontrak ini sebagai karyawannya.

Lebih terperinci

Lex et Societatis, Vol. IV/No. 7/Juli/2016

Lex et Societatis, Vol. IV/No. 7/Juli/2016 TINJAUAN HUKUM TERHADAP UNDANG- UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN KHUSUSNYA TENAGA KERJA OUTSOURCING DI INDONESIA 1 Oleh : Dwi Putro Santosa 2 ABSTRAK Tujuan dilakukannya penelitian ini

Lebih terperinci

Pemutusan Hubungan Kerja -Merupakan bagian dari pengelolaan karir -Pengalaman suka-duka puncak karir, waktu untuk beristirahat; trauma karena perubaha

Pemutusan Hubungan Kerja -Merupakan bagian dari pengelolaan karir -Pengalaman suka-duka puncak karir, waktu untuk beristirahat; trauma karena perubaha RETIREMENT (PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA) Pemutusan Hubungan Kerja -Merupakan bagian dari pengelolaan karir -Pengalaman suka-duka puncak karir, waktu untuk beristirahat; trauma karena perubahan dari masa produktif

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.123, 2015 KEMENAKER. Izin Usaha. Penyediaan Jasa Pekerja/Buruh. Pelayanan Satu Pintu. BKPM. Penerbitan. PERATURAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6

Lebih terperinci

2 Republik Indonesia Tahun 1951 Nomor 4); Menetapkan 2. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2000 tentang Serikat Pekerja/Serikat Buruh (Lembaran Negara Repub

2 Republik Indonesia Tahun 1951 Nomor 4); Menetapkan 2. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2000 tentang Serikat Pekerja/Serikat Buruh (Lembaran Negara Repub BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.2099, 2014 KEMENAKER. Peraturan Perusahaan. Pembuatan dan Pendaftaran. Perjanjian Kerja Sama. Pembuatan dan Pengesahan. Tata Cara. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KETENAGAKERJAAN

Lebih terperinci

Aktivitas Perlindungan Saksi Dan Korban Dalam Lingkup Kerja Lpsk. Disusun Oleh: Kombes Pol (Purn). basuki Haryono, S.H., M.H.

Aktivitas Perlindungan Saksi Dan Korban Dalam Lingkup Kerja Lpsk. Disusun Oleh: Kombes Pol (Purn). basuki Haryono, S.H., M.H. Aktivitas Perlindungan Saksi Dan Korban Dalam Lingkup Kerja Lpsk Disusun Oleh: Kombes Pol (Purn). basuki Haryono, S.H., M.H. VISI DAN MISI Visi Terwujudnya perlindungan saksi dan korban dalam sistem peradilan

Lebih terperinci

KONTRAK DAN OUTSOURCING HARUS MAKIN DIWASPADAI

KONTRAK DAN OUTSOURCING HARUS MAKIN DIWASPADAI Seri Buku Saku AKATIGA KONTRAK DAN OUTSOURCING HARUS MAKIN DIWASPADAI Rina Herawati AKATIGA FES 2010 Kontrak dan Outsourcing Harus Makin Diwaspadai Penyusun: Rina Herawati Desain & Ilustrasi: Kebun Angan

Lebih terperinci

ASPEK-ASPEK KETENAGAKERJAAN

ASPEK-ASPEK KETENAGAKERJAAN HUKUM PERBURUHAN (PERTEMUAN VI) ASPEK-ASPEK KETENAGAKERJAAN copyright by Elok Hikmawati 1 PERENCANAAN TENAGA KERJA 1. Dalam rangka pembangunan ketenagakerjaan, pemerintah menetapkan kebijakan dan menyusun

Lebih terperinci

PROSEDUR PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL

PROSEDUR PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL HUKUM PERBURUHAN (PERTEMUAN XII) PROSEDUR PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL copyright by Elok Hikmawati 1 Perselisihan Hubungan Industrial adalah perbedaan pendapat yang mengakibatkan pertentangan

Lebih terperinci

Vegitya Ramadhani Putri, SH, S.Ant, MA, LLM

Vegitya Ramadhani Putri, SH, S.Ant, MA, LLM Sistem keuangan adalah suatu sistem yg dibentuk oleh lembaga-2 yg mempunyai kompetensi yg berkaitan dengan seluk-beluk di bidang keuangan. Sistem keuangan (financial system) merupakan satu kesatuan sistem

Lebih terperinci

STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KETENAGAKERJAAN

STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KETENAGAKERJAAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KETENAGAKERJAAN 1. PENDAHULUAN Pada tahun 2008, Pemerintah melalui Kementerian atau Lembaga Pemerintah Non Kementerian (LPNK) mulai menyusun dan menetapkan Standar

Lebih terperinci

GUBERNUR SUMATERA BARAT

GUBERNUR SUMATERA BARAT GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 30 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PEMBUATAN PERATURAN PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA BARAT, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.102 /MEN/VI/2004 TENTANG WAKTU KERJA LEMBUR DAN UPAH KERJA LEMBUR

KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.102 /MEN/VI/2004 TENTANG WAKTU KERJA LEMBUR DAN UPAH KERJA LEMBUR MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.102 /MEN/VI/2004 TENTANG WAKTU KERJA LEMBUR DAN UPAH KERJA LEMBUR MENTERI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terperinci dinyatakan dalam Undang-Undang Dasar baik dalam

BAB I PENDAHULUAN. terperinci dinyatakan dalam Undang-Undang Dasar baik dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Falsafah Pancasila menghendaki tercapainya keadilan sosial, yang lebih terperinci dinyatakan dalam Undang-Undang Dasar 1945 1 baik dalam Pembukaannya maupun dalam Pasal

Lebih terperinci

PENGERTIAN PERIKATAN HUKUM PERIKATAN PADA UMUMNYA. Unsur-unsur Perikatan 3/15/2014. Pengertian perikatan tidak dapat ditemukan dalam Buku III BW.

PENGERTIAN PERIKATAN HUKUM PERIKATAN PADA UMUMNYA. Unsur-unsur Perikatan 3/15/2014. Pengertian perikatan tidak dapat ditemukan dalam Buku III BW. PENGERTIAN PERIKATAN HUKUM PERIKATAN PADA UMUMNYA Level Kompetensi I Sesuai Silabus Pengertian perikatan tidak dapat ditemukan dalam Buku III BW. Pengertian perikatan diberikan oleh ilmu pengetahuan Hukum

Lebih terperinci

Perlindungan Hukum Pekerja Outsourcing Pasca Putusan Mahkamah Konstitusi No 27/PUU-IX/2011

Perlindungan Hukum Pekerja Outsourcing Pasca Putusan Mahkamah Konstitusi No 27/PUU-IX/2011 , Jurnal Ilmu Hukum Edisi: Januari - Juni 2014, Hal. 39-47 ISSN: 0853-8964 Perlindungan Hukum Pekerja Outsourcing Pasca Putusan Mahkamah Konstitusi No 27/PUU-IX/2011 Oleh Sugeng Hadi Purnomo Dosen Fakultas

Lebih terperinci

Perselisihan dan Pemutusan. hubungan kerja. berhak memutuskannya dengan pemberitahuan pemutusan BAB 4

Perselisihan dan Pemutusan. hubungan kerja. berhak memutuskannya dengan pemberitahuan pemutusan BAB 4 BAB 4 Perselisihan dan Pemutusan Hubungan Kerja 1. Perselisihan dan Pemutusan Hubungan Kerja Ketentuan mengenai pemutusan hubungan kerja dalam undang-undang meliputi pemutusan hubungan kerja yang terjadi

Lebih terperinci

KETENAGAKERJAAN. Niken Setiawati, SH, M.Hum FAK.TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN YOGYAKARTA 2016

KETENAGAKERJAAN. Niken Setiawati, SH, M.Hum FAK.TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN YOGYAKARTA 2016 KETENAGAKERJAAN Niken Setiawati, SH, M.Hum FAK.TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN YOGYAKARTA 2016 KETENAGAKERJAAN Bagian I : Ketenagakerjaan Pada Umumnya A. Sumber Hukum Ketenagakerjaan B. Pengertian

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2015 TENTANG PENGUPAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2015 TENTANG PENGUPAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2015 TENTANG PENGUPAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 97 Undang-Undang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2015 TENTANG PENGUPAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2015 TENTANG PENGUPAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2015 TENTANG PENGUPAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

& Proses PHK Tanpa Gejolak

& Proses PHK Tanpa Gejolak Aspek Hukum Perjanjian Kerja (PKWT, PKWTT, Outsourcing, Magang ) & Proses PHK Tanpa Gejolak 16 Nopember 2016 Pkl 09.00-17.00 wib Ashley Hotel Wahid Hasyim Jakarta Latar Belakang Perjanjian Kerja merupakan

Lebih terperinci

PENGADAAN TENAGA KERJA

PENGADAAN TENAGA KERJA Dibuat Oleh, Direview oleh, Disahkan oleh Riwayat Perubahan Dokumen Revisi Tanggal Revisi Uraian Oleh Daftar Isi 1. Tujuan... 4 2. Ruang Lingkup... 4 3. Referensi... 4 4. Definisi... 4 5. Tanggungjawab...

Lebih terperinci

PENERAPAN STRATEGI ALIH DAYA (OUTSOURCING) DI UD. PUYUH PLASTIK DITINJAU DARI KETENTUAN PERUNDANGAN DAN ETIKA BISNIS

PENERAPAN STRATEGI ALIH DAYA (OUTSOURCING) DI UD. PUYUH PLASTIK DITINJAU DARI KETENTUAN PERUNDANGAN DAN ETIKA BISNIS PENERAPAN STRATEGI ALIH DAYA (OUTSOURCING) DI UD. PUYUH PLASTIK DITINJAU DARI KETENTUAN PERUNDANGAN DAN ETIKA BISNIS Marsha Yuliana Soegianto dan Drs. Ec. Eddy M. Sutanto, M.Sc. Program Manajemen Bisnis,

Lebih terperinci

LABOUR LAW di Rumkit. By: L. Ratna Kartika wulan

LABOUR LAW di Rumkit. By: L. Ratna Kartika wulan LABOUR LAW di Rumkit By: L. Ratna Kartika wulan RS DIGUGAT KARYAWAN NYA Karyawan RS Haji Demo di Depag Karyawan Rumah Sakit Honoris Mogok Karyawan RS Imanuel Demo, Ratusan Pasien Telantar Karyawan Mogok

Lebih terperinci

HUBUNGAN INDUSTRIAL, OUTSOURCING DAN PKWT

HUBUNGAN INDUSTRIAL, OUTSOURCING DAN PKWT HUBUNGAN INDUSTRIAL, OUTSOURCING DAN PKWT Oleh : Prof.Dr. Payaman J. Simanjuntak (Ahli peneliti utama keteganakerjaan) Disampaikan pada Business Gathering Pasca Putusan MK Yogyakarta, 27 Maret 2012 DPP

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Peran menurut Soerjono Soekanto (1982 : 60) adalah suatu sistem kaidah kaidah yang berisikan

TINJAUAN PUSTAKA. Peran menurut Soerjono Soekanto (1982 : 60) adalah suatu sistem kaidah kaidah yang berisikan TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Peran Peran menurut Soerjono Soekanto (1982 : 60) adalah suatu sistem kaidah kaidah yang berisikan patokan patokan perilaku, pada kedudukan kedudukan tertentu dalam masyarakat,

Lebih terperinci

CLARA PETRA PRATHITA NPM

CLARA PETRA PRATHITA NPM JURNAL KAJIAN YURIDIS TERHADAP PETUGAS OPERASI DAN PEMELIHARAAN IRIGASI BALAI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DINAS PEKERJAAN UMUM, PERUMAHAN, ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Diajukan

Lebih terperinci

PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA (1)

PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA (1) HUKUM PERBURUHAN (PERTEMUAN XIII) PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA (1) copyright by Elok Hikmawati 1 Pemutusan Hubungan Kerja Pengakhiran hubungan kerja karena suatu hal tertentu yang mengakibatkan berakhirnya

Lebih terperinci