BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. mengenai dampak yang terjadi atas berlakunya Permenakertrans Nomor 19

Transkripsi

1 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Berdasarkan wawancara penelitian yang penulis lakukan berdasarkan rumusan dalam penulisan hukum ini, baik penelitian kepustakaan maupun penelitian lapangan, kesimpulan penulis yang dapat disampaikan atas tema mengenai dampak yang terjadi atas berlakunya Permenakertrans Nomor 19 Tahun 2012 terhadap Perusahaan Business Process Outsourcing (BPO) PT.ISH adalah : 1. PT.ISH memanfaatkan kelemahan yang terdapat dalam Permenakertrans Nomor 19 Tahun 2012, karena Ketentuan yang mewajibkan perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh berbentuk badan hukum Perseroan Terbatas (PT) dapat dimanfaatkan oleh PT.ISH selaku perusahaan Business Process Outsourcing (BPO) untuk meraih keuntungan. Kerugian pada masa perubahan menjadi Perseroan Terbatas (PT) yang dilakukan perusahaan outsource yang belum siap dan keuntungan yang diraih PT.ISH selaku salah satu perusahaan Business Process Outsourcing (BPO) yang sudah siap secara konsep, finansial dan operasional adalah salah satu dampak yang penting pada saat pemberlakuan Permenakertrans Nomor 19 Tahun 2012 tentang Outsourcing. 94

2 95 Keuntungan tersebut muncul karena : a. Ketidakjelasan pengaturan bagi bentuk kegiatan usaha perusahaan Business Process Outsourcing (BPO) PT.ISH yang merupakan dampak dan kelamahan dari Permenakertrans Nomor 19 Tahun Sepatutnya ketentuan suatu bentuk usaha yang oleh undang-undang dibuat terpisah seharusnya tidak memiliki celah untuk dilaksanakan dengan menggabungkan beberapa jenis bentuk usaha yang dipisah oleh peraturan perundang-undangan. Sehingga diperlukan peraturan ketenagakerjaan baru yang dapat mengatur mengenai bentuk-bentuk perusahaan ketenagakerjaan yang tidak diatur pada peraturan perundang-undangan sebelumnya. b. Kurangnya penjelasan dan/atau pengaturan lebih lanjut mengenai ketentuan alur pekerjaan pendukung, seperti apakah pekerjaan pendukung yang dimaksud sebatas pada pekerjaan pendukung yang masih dikelola dalam satu perusahaan atau termasuk pekerjaan pendukung yang dikelola melalui anak perusahaan. Perbedaan penafsiran terhadap pelaksanaan outosurce pada sektor pendukung ini merupakan salah satu dampak dan kelemahan yang terjadi atas berlakunya Permenakertrans Nomor 19 Tahun 2012.

3 96 c. Tidak adanya ketentuan yang secara langsung melarang pelaksanaan pekerjaan perusahaan jasa pemborongan pekerjaan oleh perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh, ditambah tidak ada perbedaan yang memisahkan pada prosedur pendirian, dan perizinan selama sesuai dengan anggaran dasar perusahaan. Sehingga membuat celah hukum bagi perusahaan Business Process Outosurcing (BPO) PT.ISH yang tergolong perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh untuk melakukan jasa pemborongan pekerjaan. d. Alur kegiatan sektor inti dan pendukung seharusnya dibuat oleh asosiasi sektor usaha (Pasal 4 Permenakertrans Nomor 12 Tahun 2012) bukan dibentuk sendiri-sendiri oleh perusahaan Business Process Outsourcing (BPO) PT.ISH bersama dengan klien, pelanggaran terhadap ketentuan ini sepatutnya mendapat sanksi dan/atau alur kegiatan inti dan pendukung yang telah ditentukan menjadi batal demi hukum karena melanggar peraturan perundang-undangan. Perbedaan antara peraturan dengan pelaksanaan namun tidak ada sanksi tegas ini merupakan dampak lemahnya fungsi pengawasan pasca pemberlakuan Permenakertrans Nomor 19 Tahun e. Terdapat kelemahan dalam fungsi pengawasan dan penegakan pasal-pasal dalam Permenakertrans Nomor 19 Tahun 2012, karena dalam prakterk terjadi pelanggaran dalam prosedur pelaporan pelaksanaan rencana

4 97 kegiatan usaha dan pendaftaran perjanjian kerja yang dilakukan oleh perusahaan pemberi kerja dan perusahaan Business Process Outsourcing (BPO) PT.ISH, yaitu pelaksanaan pekerjaan sebelum memperoleh bukti pendaftaran alur kegiatan pendukung dan pendaftaran perjanjian kerja. sudah terdapat sanksi dan akibat dalam bentuk peralihan hubungan kerja bagi pelanggar, namun pelanggaran tetap terjadi dan lolos. Perbaikan tidak hanya dalam segi aturan, namun pelaksanaan fungsi pengawasasan dan penegakan sangat diperlukan demi memastikan prinsip kepastian hukum dijalankan dengan baik. B. SARAN Penelitian yang dilakukan penulis dirasa masih memiliki banyak kekurangan, meskipun penulis telah melakukan yang terbaik, penulis yakin masih bisa lebih baik lagi kedepannya, namun paling tidak melalui penelitian ini dapat memberikan sebuah gambaran terhadap pelaksanaan sistem outsourcing, terutama mengenai dampak berlakunya Permenakertrans Nomor 19 Tahun 2012 terhadap Perusahaan Business Process Outsourcing (BPO) PT.ISH Jakarta. 1. PT.ISH sendiri merupakan perusahaan Business Process Outsourcing (BPO) yang menguasai 34% pasar pengelola pekerja outsource, namun demikian hasil dari penelitian ini akan semakin sempurna apabila

5 98 pengumpulan data yang dilakukan di lebih dari 1 (satu) perusahaan Business Process Outsourcing (BPO) dan tersebar di berbagai daerah di Indonesia. 2. Bagi perusahaan Business Process Outsourcing (BPO) PT.ISH yang menjadi tempat penelitian saya hendaknya tidak terlalu agresif dalam mengambil peluang usaha, meskipun peluang yang memiliki risiko besar memiliki kecenderungan untuk memberikan keuntungan yang besar pula. Diharapkan kedepan lebih memperhatikan ketentuan-ketentuan dalam peraturan ketenagakerjaan, dan tidak terlalu memanfaatkan suatu celah hukum, karena apabila pada peraturan selanjutnya celah tersebut ditutup, tidak menutup kemungkinan PT.ISH akan merasakan posisi perusahaan outsourcing yang dikatakan tidak siap sekarang ini. Hal ini tentunya akan membawa dampak kerugian tak hanya pada para pelaku usaha, namun juga pada para pekerja outsource yang dikelola oleh PT.ISH. 3. Bagi pemerintah hendaknya dalam membentuk undang-undang tidaklah terburu-buru, jangan sampai aturan yang dibuat masih menyisakan celah hukum dan tidak dapat mengikuti perkembangan jaman atau hanya berfungsi sebentar. Selain itu ketika undang-undang atau aturan lainnya dibuat untuk dipatuhi, maka perkuatlah fungsi pengawasan dan penegakan, karena bila pembuatnya saja tidak patuh bagaimana dengan yang diaturnya. Baiknya apabila peraturan mengenai pelaksanaan

6 99 outsourcing tegas jenis pekerjaan bersifat penunjang tertentu yang dapat diserahkan melalui perjanjian pemborongan pekerjaan, tegas menentukan badan hukum dengan bidang usaha tertentu yang dapat diserahkan sebagian pelaksanaan pekerjaan penunjang tersebut. Selain itu, sangat penting bagi instansi yang bertanggungjawab di bidang ketenagakerjaan di Indonesia, minimnya sumberdaya manusia yang bertugas sebagai pengawas ketenagakerjaan akibat mahalnya biaya pendidikan pengawas ketenagakerjaan juga patut dievaluasi kembali. Indonesia membutuhkan tenaga pengawas ketenagakerjaan yang berdedikasi tinggi di bidangnya sehingga pengawas ketenagakerjaan dapat bekerja dengan optimal.