BAB 2 KAJIAN PUS TAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 KAJIAN PUS TAKA"

Transkripsi

1 BAB 2 KAJIAN PUS TAKA 2.1. Data Mining Dalam membuat sebuah keputusan bisnis, dibutuhkan sejumlah pengetahuan mengenai kondisi pasar sehingga keputusan bisnis tersebut dapat menghasilkan perkembangan yang bermanfaat dan menguntungkan bagi perusahaan. Pengetahuan ini dapat diperoleh dengan cara melakukan analisis terhadap data-data yang telah ada. Pada awalnya, data mining hadir dengan dilatarbelakangi dengan masalah pembengkakan data yang dialami oleh organisasi. Dengan adanya data yang terus menerus bertambah setiap harinya, lama kelamaan data tersebut akan menjadi bertumpuk dan tidak menghasilkan sesuatu yang berguna. Oleh karena itu muncullah sebuah pemikiran untuk menambang emas (informasi) dengan memanfaatkan data dalam jumlah banyak tersebut. Berdasarkan pendapat Han dan Kamber (2006, p5) data mining dapat didefinisikan sebagai proses mengekstrak atau menambang pengetahuan yang dibutuhkan dari sejumlah besar data. Pada prosesnya data mining akan mengekstrak informasi yang berharga dengan cara menganalisis adanya pola-pola ataupun hubungan keterkaitan tertentu dari data-data yang berukuran besar. Data mining sering kali disamakan dengan Knowledge Discovery Data (KDD), akan tetapi sebenarnya data mining merupakan salah satu langkah yang penting dalam penemuan pengetahuan itu sendiri. Proses penemuan pengetahuan meliputi tujuh langkah (Han dan Kember, 2006, p7), sebagai berikut: 1. Data cleaning (menghilangkan noise dan data yang tidak konsisten). 5

2 6 2. Data integration (menggabungkan data dari berbagai sumber data). 3. Data selection (memilih data yang relevan dengan analisis). 4. Data transformation (transformasi atau konsolidasi data ke dalam bentuk yang tepat untuk mining). 5. Data mining (mengekstrak pola data dengan mengaplikasikan metode intelijen). 6. Pattern evaluation (mengidentifikasi pola menarik dan merepresentasikan basis pengetahuan). 7. Knowledge presentation (penggunaan teknik representasi visual untuk menyajikan pengetahuan yang telah diperoleh kepada user). Langkah 1 hingga 4 merupakan bentuk dari data preprocessing. Data preprocessing ini dibutuhkan dikarenakan data yang ada pada umumnya sering kali tidak konsisten, memiliki noise, atau terdapat bagian dari data yang hilang. Melalui data preprocessing, data yang ada kemudian dapat dipergunakan untuk menghasilkan pengetahuan yang akurat melalui tahap data mining. Pada dasarnya data mining digunakan untuk menyelesaikan tugas yang berkaitan dengan masalah prediktif dan deskriptif. Pada tugas prediktif, sejumlah variabel akan digunakan untuk memprediksikan nilai yang belum diketahui dari variabel lainnya, sedangkan untuk tugas deskriptif, akan dilakukan penginterpretasian pola untuk mendeskripsikan data tersebut. Dari kedua jenis tugas di atas, Berry dan Linnof (2004, p8-p12) kemudian membagi menjadi beberapa jenis tugas-tugas yang lebih detail, di antaranya adalah klasifikasi, estimasi, prediksi, affinity grouping, clutering, dan description and profilling. Berikut ini merupakan penjelasan dari masing-masing tugas tersebut:

3 7 1. Klasifikasi Klasifikasi merupakan proses menemukan sebuah model atau fungsi yang mendeskripsikan dan membedakan data ke dalam kelas-kelas atau konsepkonsep. Klasifikasi melibatkan proses pemeriksaan karakteristik dari objek dan memasukkan objek ke dalam salah satu kelas yang sudah didefinisikan sebelumnya. Sebagai contoh, sebuah bank ingin menganalisis data pengaju dana pinjaman apakah peminjam dana tersebut masuk ke dalam kategori beresiko dalam artian dana yang dipinjamkan akan sulit dikembalikan atau dalam kategori aman, mengkategorikan apakah sebuah sel tumor termasuk dalam kategori ganas atau jinak, dan lain-lain. 2. Estimasi Estimasi digunakan untuk memprediksikan hasil keluaran berupa sebuah nilai kontinu. Estimasi juga sering digunakan untuk melakukan tugas klasifikasi. Contoh penggunaan data mining untuk tugas estimasi adalah memperkirakan minimum, maksimum, dan rata-rata temperatur harian (Kotsiantis, 2007). 3. Prediksi Prediksi memiliki kemiripan dengan klasifikasi, akan tetapi data diklasifikasikan berdasarkan perilaku atau nilai yang diperkirakan pada masa yang akan datang. Contoh dari tugas prediksi misalnya untuk memprediksikan adanya pengurangan jumlah pelanggan dalam waktu dekat. 4. Affinity grouping Affinity group digunakan untuk menentukan hal-hal yang terjadi bersamaan. Affinity group disebut juga dengan dependency modeling. Affinity group merupakan pendekatan sederhana untuk menghasilkan aturan-aturan dari

4 8 data. Sebagai contoh sebuah retail ingin merencanakan pengaturan tampilan katalog, maka produk-produk yang sering dibeli pada waktu yang bersamaan akan ditampilkan bersama-sama. Affinity group juga dapat digunakan untuk mengidentifikasi kesempatan cross-selling. 5. Pengelompokan (Clustering) Clustering merupakan proses untuk melakukan segmentasi atas sebuah populasi yang heterogen menjadi sub kelompok atau cluster yang homogen. Berbeda dengan klasifikasi dan prediksi, clustering membagi objek data tanpa mengetahui jumlah label kelas. Cluster dapat digunakan untuk menghasilkan label-label. Objek-objek dikelompokkan berdasarkan prinsip maksimalisasi kemiripan dalam satu kelas dan minimalisasi kemiripan antar kelas. Kelak sebuah cluster akan memiliki tingkat kemiripan yang tinggi dan berbeda jauh dari objek pada cluster lainnya. Contoh penggunaan dari tugas clustering antara lain untuk mengelompokkan protein dengan fungsi yang sama atau pengelompokkan stok saham yang memiliki fluktuasi sama. 6. Description and Profilling Tujuan dari penggunaan data mining untuk menyelesaikan tugas deskripsi adalah untuk mendeksripsikan apa yang terjadi pada sebuah database yang dimiliki. Dengan demikian diharapkan pemahaman mengenai pelanggan, produk atau jasa, penjualan, dapat ditingkatkan.

5 Peramalan (Forecasting) Terdapat beberapa faktor yang memegang peranan penting dalam kesuksesan suatu perusahaan atau organisasi seperti waktu, sumber daya, dan biaya. Namun demikian, untuk dapat menentukan seberapa banyak waktu, sumber daya, ataupun biaya yang dibutuhkan merupakan hal yang sulit dilakukan karena situasi pasar yang senantiasa berubah-ubah menimbulkan ketidakpastian. Tujuan diadakannya peramalan atau forecasting adalah untuk meminimalisasi resiko serta faktor ketidakpastian tersebut. Dengan adanya hasil peramalan, diharapkan tindakan atau keputusan dari suatu perusahaan dapat memberi dampak lebih baik pada jangka yang akan datang. Oleh karena itu, peramalan dapat dikatakan sebagai bagian awal dari suatu proses pengambilan suatu keputusan. Namun, sebelum melakukan peramalan harus diketahui terlebih dahulu apa sebenarnya persoalan dasar dalam pengambilan keputusan itu. Peramalan atau forecasting sendiri dapat didefinisikan sebagai suatu proses memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang akan datang, dengan melihat pola pola yang terbentuk dari fakta fakta yang sudah ada sebelumnya Sifat Peramalan Dalam melakukan peramalan, terdapat beberapa sifat peramalan yang harus dipertimbangkan, yaitu: a) Peramalan pasti mengandung unsur kesalahan, artinya peramalan hanya dapat mengurangi unsur ketidakpastian yang akan terjadi, namun tidak untuk menghilangkan unsur ketidakpastian tersebut.

6 10 b) Peramalan seharusnya memberikan informasi mengenai seberapa besar ukuran kesalahan dari model peramalan yang telah dibentuk, sehingga pengguna dapat mengetahui kurang lebih jumlah akurasi peramalan tersebut untuk kemudian pengguna dapat menentukan tindakan selanjutnya berdasarkan pada hasil peramalan. c) Peramalan jangka pendek memiliki akurasi yang lebih baik daripada peramalan jangka panjang. Hal ini disebabkan karena pada peramalan jangka pendek, faktor yang mempengaruhi relatif masih konstan sedangkan pada semakin panjang periode peramalan, maka semakin besar kemungkinan terjadinya perubahan faktor-faktor yang mempengaruhi peramalan Metode Peramalan Berdasarkan rentang waktu pada peramalan, peramalan dapat diklasifikasikan menjadi tiga kategori: 1. Peramalan jangka pendek Peramalan jangka pendek mencakup jangka waktu 3 hingga 6 bulan. Peramalan dengan jangka pendek umumnya memiliki ketepatan yang lebih tepat, dikarenakan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil peramalan cenderung berubah setiap harinya. Contoh penggunaan peramalan jangka pendek adalah untuk perencanaan produksi, distribusi dan penjadwalan kerja. 2. Peramalan jangka menengah.

7 11 Peramalan jangka menengah mencakup jangka waktu lebih dari 6 bulan hingga 2 tahun. Contoh penggunaan peramalan jangka menengah adalah untuk penyewaan lokasi dan peralatan, perencanaan anggaran kas, dan perencanaan anggaran produksi. 3. Peramalan jangka panjang. Peramalan jangka panjang mencakup jangka waktu lebih dari 2 tahun. Contoh penggunaan peramalan jangka panjang adalah untuk penelitian dan pengembangan untuk akuisisi dan merger dan perencanaan pembuatan produk baru. Tabel 2.1 Rentang Waktu dalam Peramalan Rentang Waktu Tipe Keputusan Contoh Jangka Pendek Perencanaan Produksi, Operasional ( 3 6 bulan) Distribusi Jangka Menengah Penyewaan Lokasi dan Taktis ( 2 tahun) Peralatan Penelitian dan Pengembangan untuk Jangka Panjang Strategis akuisisi dan merger (Lebih dari 2 tahun) Atau pembuatan produk baru Sedangkan berdasarkan cara peramalan dilakukan, terdapat dua klasifikasi dari metode peramalan yang ada, antara lain: 1. Metode kualitatif

8 12 Metode ini digunakan tanpa adanya model matematik karena data yang ada dinilai kurang representatif untuk dapat digunakan meramalkan masa yang akan datang. Peramalan kualitatif didasarkan pada penilaian dan pertimbangan pendapat dari para ahli pada bidangnya. Kelebihan dari penggunaan peramalan dengan metode ini adalah cepat diperoleh serta biaya yang dikeluarkan relatif lebih murah karena tidak perlu menggunakan data. Akan tetapi, kekurangan metode ini adalah dinilai kurang ilmiah dan bersifat subjektif dalam artian hasil dari peramalan sangat bergantung kepada orang yang menyusunnya. Salah satu metode peramalan kualitatif yang cukup sering digunakan adalah metode Delphi. Pada metode Delphi, sekelompok pakar akan mengisi kuisioner, moderator kemudian membuat simpulan dari hasil pengisian tersebut dan menformulasikan menjadi sebuah kuisioner baru yang kemudian akan diisi kembali oleh kelompok tersebut. Hal tersebut akan diulangi seterusnya dalam beberapa tahap yang berulang. 2. Metode kuantitatif Peramalan kuantitatif dapat didefinisikan sebagai suatu metode peramalan yang didasarkan atas data kuantitatif pada masa lalu. Peramalan kuantitatif hanya dapat digunakan apabila terdapat informasi mengenai data masa lalu, informasi tersebut juga harus dapat diwujudkan dalam bentuk angka serta dapat diasumsikan bahwa pola masa lalu akan berlanjut ke masa yang akan datang.

9 13 Berdasarkan pola pendekatan digunakan untuk memprediksikan hasil peramalan metode kuantitatif dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis, yaitu: 1) Deret Waktu (Time Series) Data time series dapat didefinisikan sebagai data yang sudah dikumpulkan ataupun diobservasi berdasarkan urutan waktu, yang bertujuan untuk menemukan bentuk pola variasi umum dari data di masa lampau, sehingga dapat digunakan untuk melakukan peramalan terhadap sifat sifat data di masa yang datang. Peramalan dengan metode time series mendasarkan pada pola hubungan variabel yang ingin dicari dengan variabel waktu yang dapat mempengaruhi variabel lainnya. Dalam metode time series diperlukan mencari alur pola yang bisa didapat dari melihat pergerakan data dari waktu ke waktu, sehingga pola tersebut dapat digunakan untuk masa yang akan datang. Terdapat empat komponen utama yang mempengaruhi analisis dengan menggunakan metode ini, antara lain: a) Pola Horizontal atau Stationer Data deret waktu pada pola ini bersifat stationer atau dapat dikatakan memiliki nilai kenaikan dan penurunan yang berkisar pada nilai rata-rata. Hal ini disebabkan pola permintaan yang mempengaruhi data relatif stabil. b) Pola Musiman

10 14 Sesuai dengan musim, pola ini menggambarkan data yang berulang setiap periode waktu tertentu, umumnya secara tahunan. Pola ini terjadi bila nilai data yang digunakan dipengaruhi oleh musim, sebagai contoh permintaan bahan baku jagung untuk makanan ternak ayam pada pabrik pakan ternak. Harga jagung akan menjadi turun ketika masa panen, hal ini disebabkan jumlah jagung yang tersedia besar. Selama musim panen harga jagung akan menjadi turun karena jumlah jagung yang dibutuhkan tersedia dalam jumlah yang besar. c) Pola Siklus (Cycle) Pola dalam data memiliki fluktuasi bergelombang di sekitar garis trend. Naik turunnya fluktuasi jarang berulang pada jarak waktu yang tetap. Besarnya fluktuasi juga senantiasa berubah-ubah. Oleh karena ketidakstabilan pola, sulit untuk membuat model dari pola siklus ini. d) Pola Trend Pergerakan data pada pola trend cenderung sedikit demi sedikit meningkat atau menurun sepanjang suatu periode waktu jangka panjang. Perubahan pendapatan, populasi, penyebaran umur, atau pandangan budaya dapat mempengaruhi pergerakan trend.

11 15 Gambar 2.1 Empat Komponen Utama Model Time Series Adapun, metode peramalan yang termasuk model time series antara lain: a) Metode Smoothing Metode smoothing digunakan untuk mengurangi ketidakteraturan musiman dari data masa lalu dengan cara membuat keseimbangan rata-rata dari data masa lampau. Metode ini memiliki ketepatan cukup baik untuk peramalan jangka pendek, sedangkan kurang akurat untuk jangka panjang. Pada metode ini, terdapat beberapa cara untuk menentukan peramalan pada periode ke depan. Cara yang cukup mudah dan sering dipergunakan antara lain metode rata-rata bergerak (moving average) dan metode exponential smoothing.

12 16 Moving average banyak digunakan untuk menentukan trend dari suatu deret waktu. Dengan menggunakan metode moving average ini, deret berkala dari data asli diubah menjadi deret ratarata bergerak yang lebih mulus. Metode ini dapat diterapkan pada data yang memiliki perubahan yang tidak terlalu cepat serta tidak memiliki karakteristik data musiman. Metode moving average ini dilakukan dengan mengelompokkan data periode waktu kemudian melakukan perhitungan berdasarkan rata-rata data masa lalu yang telah terkumpul yang dinilai dapat mewakili sifat data yang akan dihitung. Perbedaan metode moving average dengan metode exponential smoothing terletak pada pemberian nilai bobot pada data observasi. Pada metode moving average, semua data observasi pembentuk nilai rata-rata memiliki bobot yang sama, sedangkan pada metode exponential smoothing data observasi terbaru dianggap seharusnya memiliki bobot yang lebih besar dibandingkan dengan data observasi di masa lalu. b) Metode Proyeksi Kecenderungan dengan Regresi Metode kecenderungan dengan regresi merupakan dasar garis kecenderungan untuk suatu persamaan, sehingga dengan dasar persamaan tersebut dapat diproyeksikan hal-hal yang akan diteliti pada masa yang akan datang. Untuk peramalan jangka pendek dan jangka panjang, ketepatan peramalan dengan metode ini sangat baik. Data yang dibutuhkan untuk metode ini adalah tahunan,

13 17 minimal lima tahun. Namun, semakin banyak data yang dimiliki semakin baik hasil yang diperoleh. Persamaan regresi merupakan persamaan matematik yang menunjukkan hubungan antara dua variabel sehingga salah satu variabel dapat diramalkan dari variabel lainnya. Variabel yang ingin diramalkan disebut dengan variabel terikat (dependent variable), sedangkan variabel yang ingin digunakan untuk melakukan peramalan disebut sebagai variabel bebas (independent variable). Persamaan regresi ini kemudian digambarkan dengan menggunakan diagram pencar (scatter diagram) yaitu diagram yang menggambarkan nilai-nilai observasi dari kedua variabel tersebut. Umumnya variabel bebas digambarkan pada sumbu X sedangkan variabel terikat digambarkan pada sumbu Y. Gambar 2.2 Contoh Scatter Diagram Hubungan linier antara kedua variabel tersebut dapat dituliskan sebagai Y = a + bx, dimana a dan b adalah parameter

14 18 yang menggambarkan konstanta dan kemiringan dari garis regresi. Y = na+ b X dan XY a X + b = X Dengan mempergunakan kedua persamaan di atas nilai a dan b dapat diperoleh, 2 b XY n X Y = 2 2 dan a = Y b X X n X Dari nilai a dan b baru yang dihasilkan, sebuah persamaan akan diperoleh dan kemudian dapat digunakan untuk melakukan prediksi terhadap nilai Y yang baru. 2) Analisa Kausal atau Asosiatif Analisa kausal dapat didefinisikan sebagai suatu peramalan yang menggunakan pendekatan sebab-akibat, dan bertujuan untuk meramalkan keadaan di masa yang akan datang dengan menemukan dan mengukur beberapa variabel bebas yang penting beserta pengaruhnya terhadap variabel terikat yang akan diramalkan. Contoh metode peramalan yang menggunakan analisa kausal ini adalah ekonometrik dan penggunaan koefisien korelasi. a) Ekonometrik Ekonometrik merupakan kombinasi dari teori ekonomi, analisa statistik serta model matematis yang dipergunakan untuk menjelaskan hubungan-hubungan ekonomi. Model ini kemudian dimanfaatkan untuk memperoleh ramalan untuk variabel utama

15 19 seperti pengeluaran untuk konsumsi, inflasi, tingkat harga, permintaan barang, dan variabel ekonomi lainnya. Model ekonometrik menggunakan variabel masukkan (input) ke dalam sistem. Variabel yang ditentukan dari luar model meliputi variabel-variabel kebijakan (policy variable) dan peristiwa-peristiwa yang tidak dapat diatasi, variabel-variabel tersebut dikenal sebagai exogenous variable. Selain itu, modelmodel ekonometri juga berisi variabel yang ditentukan dari dalam sistem yang dikenal dengan endogenous variables. Dalam mengformulasikan peramalan dengan metode ini, terdapat empat tahapan, yaitu: a. Membangun suatu model teori b. Mengumpulkan data c. Memilih bentuk persamaan fungsi yang diestimasi d. Mengestimasi dan menginterpretasi hasil b) Koefisien Korelasi Umumnya penggunaan koefisien korelasi ini digabungkan dengan metode regresi seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Koefisien korelasi digunakan untuk menentukan hubungan antara dua variabel tersebut. Ketika nilai dari sebuah variabel berhubungan dengan nilai lainnya, variabel-variabel tersebut dikatakan berkorelasi. Rumus untuk mencari koefisien korelasi adalah

16 20 r Y Y n Y Y XY X Y n X X n Y Y Apabila nilai dari r = 0, maka dapat dikatakan dari kedua variabel tidak terdapat pengaruh secara signifikan, sebaliknya jika nilai koefisien bukan 0, maka dapat dinyatakan kedua variabel tersebut memiliki pengaruh. Semakin besar nilai variabel koefisien korelasi, maka dapat dikatakan keterkaitan antara variabel satu dengan yang lainnya semakin besar (mendekati angka 1) Ukuran Ketepatan Peramalan Sesuai dengan sifat peramalan yang telah disebutkan sebelumnya, peramalan pasti memiliki unsur kesalahan, sehingga yang penting diperhatikan adalah usaha untuk memperkecil kemungkinan kesalahannya tersebut, serta baik tidaknya suatu ramalan tergantung pada faktor data dan metode yang digunakan. Dalam melakukan peramalan, suatu hasil dapat dikatakan baik jika ketepatan meramalnya bernilai yang tinggi. Sebuah model peramalan dengan kesalahan yang kecil tentunya lebih dapat digunakan untuk melakukan prediksi atau peramalan untuk masa yang akan datang. Besar kesalahan yang dibuat oleh model peramalan dapat dihitung dengan beberapa ukuran kesalahan peramalan: a. Mean Absolute Percentage Error (MAPE)

17 21 MAPE merupakan ukuran akurasi yang memberikan petunjuk seberapa besar kesalahan peramalan dibandingkan dengan nilai sebenarnya. MAPE lebih banyak digunakan untuk mengukur akurasi pada nilai time series, khususnya untuk mengukur trend. Akurasi dari MAPE umumnya diekspresikan dalam bentuk persentase. Semakin kecil nilai persentase yang dihasilkan pada perhitungan MAPE, maka semakin baik akurasi dari peramalan. Berikut ini merupakan rumus perhitungan MAPE: dimana merupakan nilai aktual dan merupakan nilai hasil peramalan. Meskipun penggunaan MAPE sebagai ukuran akurasi dapat dinilai sederhana dan mudah digunakan, MAPE memiliki kelemahan tersendiri yaitu apabila terdapat nilai 0 pada nilai aktual, maka akan terdapat sebuah pembagian dengan angka 0. Tentu saja hal ini dapat memicu terjadinya error. b. Mean Absolute Deviation (MAD) MAD mengukur akurasi peramalan dengan merata-ratakan nilai absolut kesalahan peramalan. Kesalahan diukur dalam unit ukuran yang sama saperti data aslinya. Berikut ini merupakan rumus perhitungan MAD: MAD 1 n y y

18 22 dimana y merupakan nilai aktual dan y merupakan nilai hasil peramalan. c. Mean Squared Error (M SE) MSE merupakan salah satu cara untuk mengukur perbedaan atau perbandingan nilai antara nilai aktual dengan nilai hasil prediksi. Perbandingan nilai MSE yang terjadi selama tahap pencocokan peramalan mungkin memberikan sedikit indikasi ketepatan model dalam peramalan. Jika terdapat nilai pengamatan dan ramalan untuk n periode waktu, maka akan terdapat n buah galat, oleh karena itu perhitungan tingkat kesalahan dapat dirumuskan sebagai berikut: 1 dimana merupakan nilai aktual dan merupakan nilai hasil peramalan Machine Learning Di dalam perkembangan teknologi sekarang ini, dapat terlihat adanya peralihan yang terjadi di berbagai bidang kehidupan, seperti perindustrian dan perkantoran. Banyak pekerjaan pekerjaan yang semulanya dilakukan oleh manusia, sekarang tergantikan oleh mesin. Otomatisasi membuat perkerjaan menjadi praktis dan cepat untuk dilakukan sehingga produktivitas pun meningkat. Hal ini bermula dari pembelajaran yang dilakukan melalui machine learning.

19 23 Parrella (2007, p6) menyatakan bahwa machine learning menurut adalah ilmu yang mempelajari tentang tingkah laku, pola pikir dan teknik pembelajaran manusia (human learning) ke sebuah mesin. Menurut Santosa (2007, p10) machine learning adalah suatu area dalam artificial intelligence atau kecerdasan buatan yang berhubungan dengan pengembangan teknik teknik yang bisa diprogramkan dan belajar dari data masa lalu. Sehingga dapat diartikan machine learning adalah ilmu yang mempelajari bagaimana proses pembelajaran manusia dapat diterapkan pada sebuah mesin dengan mengolah data data masa lalu untuk menyelesaikan suatu masalah. Machine learning dikembangkan untuk menyelesaikan berbagai permasalahan programming yang tidak dapat terselesaikan dengan teknik yang umum. Beberapa contoh permasalahan yang dapat diselesaikan: Pengenalan karakter, manusia dapat dengan mudah membedakan huruf abjad atau kata untuk membuat sebuah kata-kata dan memberinya arti. Sedangkan komputer melihat karakter sebagai sebuah rangkaian perintah 0 dan 1, tanpa adanya pemahaman mengenai arti kata (semantic). Machine learning memungkinkan untuk mengenali sebuah karakter, memberikan arti kata dan membedakan satu sama lain dengan melakukan tahap pelatihan terlebih dahulu. Prediksi untuk penjualan, dengan melihat pola penjualan yang telah dilakukan sebelumnya dapat terlihat barang apa yang perlu diproduksi lebih dan yang tidak. Hal ini dapat dimudahkan dengan menerapkan machine learning di mana

20 24 pola pola tersebut akan dipelajari yang kemudian diolah menjadi formulasi yang menghasilkan sebuah prediksi yang baik. Secara garis besar, machine learning dibagi menjadi 2 bagian yaitu supervised learning dan unsupervised learning Unsupervised Learning Unsupervised learning merupakan teknik dari machine learning yang diterapkan tanpa adanya latihan (training) dan tanpa ada label dari data. Unsupervised learning menghilangkan guru dan menuntut pembentukan dan pengevaluasian konsep sendiri. Apabila terdapat sekelompok pengamatan atau data tanpa label, maka pada unsupervised learning, data akan dikelompokkan ke dalam beberapa kelas yang dikehendaki. Pola input akan diberikan pada sistem, kemudian sistem akan diperintahkan untuk mencari keteraturan pola. Sebagai contoh, misalkan sekelompok pelanggan ingin dibagi berdasarkan dengan status ekonomi. Maka dengan teknik unsupervised, pelanggan sebagai objek dapat dikelompokkan berdasarkan tingkat kepemilikan properti tertentu atau dapat juga berdasarkan penghasilan per tahunnya. Pengelompokkan ini dilakukan dengan mengasumsikan bahwa, dalam satu kelompok anggota-anggotanya harus memiliki kesamaan yang tinggi dibandingkan dengan kelompok lain. Beberapa teknik popular yang termasuk memiliki metode pembelajaran unsupervised learning adalah teknik Clustering dan Self Organizing Map Clustering dalam Machine Learning

21 25 Teknik clustering memiliki tujuan utama untuk mengelompokkan sejumlah data/objek ke dalam cluster atau grup sehingga setiap cluster akan berisikan data yang semirip mungkin. Ini berarti data dalam cluster yang sama (intracluster) diharapkan memiliki jarak seminimal mungkin dan dalam cluster yang berbeda (intercluster) akan memiliki jarak semaksimal mungkin. Teknik clustering ini termasuk ke dalam unsupervised learning dikarenakan pelatihan dari metode ini tidak membutuhkan label atau pun keluaran dari setiap data yang diinvestigasi. Gambar 2.3 Jarak Intracluster Minimal dan Jarak Intercluster Maksimal Terdapat dua pendekatan dalam clustering yaitu: 1. Pendekatan partiosioning. Pada pendekatan partisioning, awalnya ditetapkan pengelompokan dari x 1, x 2, x n ke dalam sejumlah cluster. Selanjutnya dilakukan realokasi objek berdasarkan kriteria tertentu hingga pengelompokan optimum tercapai.

22 26 2. Pendekatan hirarki, akan membuat n cluster dimana setiap cluster hanya beranggotakan sebuah objek pada awalnya. Selanjutnya pada setiap tahap prosedur, sebuah cluster akan digabungkan dengan sebuah cluster lain. Berikut merupakan beberapa algoritma clustering yang umum digunakan: a. Hierarchical Clustering Tugas hierarchical clustering adalah mengatur sekumpulan objek menjadi sebuah hirarki hingga terbentuk kelompok yang memiliki kesamaan. Berikut merupakan langkah-langkah yang untuk melakakukan hierarchical clustering: 1. Kelompokkan setiap objek dalam sebuah cluster. 2. Temukan pasangan yang paling mirip untuk dimasukkan ke dalam cluster yang sama dengan melihat data dalam matriks kemiripan. 3. Kedua objek kemudian digabungkan dalam satu cluster. 4. Ulangi dari langkah kedua dan ketiga hingga tersisa sebuah cluster. Untuk mengukur kemiripan dari objek-objek ini dapat dengan menggunakan cosinus, kovarian, dan korelasi (Santosa, 2006, p35). Sedangkan untuk ukuran ketidakmiripan digunakan perhitungan untuk jarak seperti Euclidean sebagai berikut:

23 27, b. K-means Pada K-means, objek data dikelompokkan ke dalam k cluster. Jumlah cluster harus ditentukan terlebih dahulu, oleh karena itu umumnya pengguna telah memiliki informasi awal mengenai objek dan jumlah cluster yang paling tepat. Selanjutnya dengan menggunakan perhitungan jarak, maka pengelompokkan objekobjek tersebut dapat dibentuk. Langkah-langkah yang untuk melakakukan clustering dengan menggunakan algoritma K-means adalah: 1. Menentukan jumlah cluster k. 2. Menentukan pusat dari cluster. Penentuan pusat dari cluster dapat dilakukan dengan berbagai cara, namun yang paling sering digunakan adalah dengan random. 3. Setiap objek yang dekat satu sama lain akan dikelompokkan. Kedekatan ditentukan dengan menghitung jarak tiap data dengan pusat cluster. 4. Tentukan kembali pusat cluster melalui perhitungan rata-rata dari semua objek dibagi dengan objek dalam cluster. Selain dari rata-rata, perhitungan pusat cluster juga dapat menggunakan median.

24 28 5. Tugaskan setiap objek dengan menggunakan pusat cluster, hingga pusat cluster tidak berubah lagi. c. Fuzzy K-means Fuzzy k-means merupakan pengembangan dari teknik K-means. Perbedaan dari clustering fuzzy K-means dengan k-means adalah pada K-means objek hanya dapat menjadi anggota dari satu cluster, sedangkan pada fuzzy K-means, sesuai dengan namanya, setiap objek dapat saja menjadi anggota beberapa cluster. Langkah-langkah yang untuk melakakukan clustering dengan menggunakan algoritma Fuzzy K-means adalah: 1. Tentukan k jumlah pusat cluster. 2. Tempatkan setiap data ke cluster terdekat. 3. Hitung pusat cluster lalu pindahkan pusat cluster ke hasil yang baru tersebut. Pada Fuzzy K-means pusat cluster dihitung dengan mencari rata-rata dari semua titik dalam suatu cluster dengan diberi bobot berupa tingkat keanggotaan (degree of belonging) dalam cluster tersebut. 4. Tempatkan kembali setiap data ke cluster terdekat. Evaluasi data mana yang berubah cluster. 5. Hitung kembali pusat cluster, dan ulangi langkah ketiga dan seterusnya. Dengan tingkat keanggotaan, dapat dilihat data mana yang sebenarnya berada dalam daerah abu-abu. Dengan nilai tingkat keanggotaan harus diambil keputusan ke cluster mana suatu data

25 29 akan dimasukkan, Hasil dari Fuzzy K-means ini sangat bergantung pada penentuan nilai awal dari pusat cluster Self Organizing Map (SOM) Self-organizing map (SOM) merupakan sebuah tipe dari artificial neural network yang menggunakan metode training data unsupervised learning untuk memproduksi representasi diskrit dari sampel data training, yang disebut dengan peta (map). Self-organizing map terdiri dari komponen-komponen yang disebut dengan node atau neuron. Setiap node berasosiasi dengan sebuah weight vector yaitu sebuah vector yang memiliki bobot. Neuron-neuronnya biasanya dibuat beberapa dimensi, tapi yang sering di pakai adalah 1 dimensi atau 2 dimensi. Proses dari self-organizing map mirip dengan artificial neural network yaitu mengubah bobot pada neuron. Setalah memasukkan input dan melakukan proses pembelajaran (learning), neuron-neuron dengan bobot yang mirip akan berkumpul membentuk cluster. Langkah algoritma dari self-organizing map antara lain: 1. Tentukan bobot awal dari vektor secara random. 2. Set jumlah tetangga yang memberi pengaruh dan kadar pembelajaran. 3. Hitung jarak antara input pada setiap node, dapat dengan menggunakan rumus jarak Eucledian. 4. Tentukan node yang memiliki jarak paling kecil.

26 30 5. Ubah nilai bobot pada node dengan jarak terkecil tersebut serta node tetangga yang berada pada radius jumlah tetangga yang memberikan pengaruh. 6. Ulangi langkah 3 sampai 5 untuk setiap nilai x. 7. Kurangi nilai kadar pembelajaran serta jumlah tetangga yang memberi pengaruh. 8. Selama syarat menghentikan proses belajar belum terpenuhi ulang langkah 3 hingga Supervised Learning Supervised learning merupakan teknik pembelajaran untuk membuat suatu pembagian atau klasifikasi dari suatu data yang ada. Misalkan dari suatu program diharapkan dapat membedakan apakah itu bus atau mobil ketika diberi suatu gambar. Output yang diinginkan adalah program tersebut dapat memilah milah objek tersebut ke dalam klasifikasi yang cocok. Pembelajaran ini memerlukan beberapa langkah yang perlu dilakukan yaitu menentukan set training dan set testing. Set training merupakan kumpulan contoh data yang digunakan untuk keperluan analisa. Dari set training ini diolah untuk mendapatkan pembagian yang tepat. Classifier ini perlu diuji ketepatannya dengan menggunakan set testing sehingga akan tampak presentase keberhasilannya. Semakin tinggi persentasenya maka program tersebut semakin baik dan layak untuk digunakan untuk prediksi.

27 31 Beberapa algoritma yang menerapkan supervised learning ini yaitu Decision Tree, Artificial Neural Networks, Support Vector Machine dan Support Vector Regression Decision Tree Sering kali dalam kehidupan sehari hari ditemukan berbagai masalah yang tak terduga terjadi. Ketika suatu masalah telah terselesaikan, muncul masalah yang lain lagi dan ini berlangsung secara terus menerus. Banyak hal yang berkaitan sehingga masalah tersebut muncul. Misalkan seorang siswa mendapatkan nilai buruk, setelah ditinjau lagi, nilai buruk tersebut didapat karena anak itu malas belajar, penyebab dari malas berlajar itu pun dapat dijabarkan lagi karena terlalu banyak bermain game, pergi dengan teman dan setelah kelelahan langsung tidur dan tidak belajar. Untuk menangani hal itu, diciptakan solusi tentang suatu pemikiran yang dapat membantu manusia untuk mengambil sebuah keputusan. Dengan menggambarkan dan menguraikan permasalahan yang ada dengan faktor faktor yang mendukungnya maka akan didapatkan suatu solusi untuk memecahkan masalah tersebut. Pohon keputusan atau decision tree ini akan membantu untuk menjabarkan setiap permasalahan yang ada sehingga keputusan pun akan dengan mudah dipilih. Menurut Berson and Smith (2000, p56), decision tree merupakan sebuah predictive model yang terlihat seperti pohon di

28 32 mana masing masing cabangnya mengklasifikasikan pertanyaan dan daun daunnya merupakan bagian dari set data dengan klasifikasinya. Konsep dasar dari decision tree adalah mengubah data menjadi sebuah pohon keputusan dan aturan-aturan. Gambar 2.4 Konsep Dasar Decision Tree Pada decision tree pertanyaan pertama menjadi simpul akar yang jawabannya akan menjadi cabang cabang, yang kemudian cabang tersebut akan menjadi simpul bagi cabang cabang di bawahnya lagi. Setiap cabang merepresentasikan kumpulan dari alternatif keputusan, pada setiap langkah, hanya satu keputusan yang dapat diambil. Langkah ini berakhir ketika suatu simpul merupakan objek yang dicari.

29 33 Gambar 2.5 Contoh Model Decision Tree Hal yang menarik pada decision tree: a) Decision tree membagi data pada setiap leaf tanpa kehilangan data satupun (total record pada parent sama dengan jumlah total record yang dimiliki anak - anaknya). b) Label atau output data biasanya bernilai diskrit. c) Data mempunyai missing value. Terkadang nilai dari suatu atribut tidak diketahui, dalam keadaan seperti ini decision tree masih dapat memberikan solusi yang baik. d) Decision tree memiliki konsep yang mudah untuk dimengerti. Tujuan utama dari decision tree sebenarnya adalah untuk mengeksplorasi, kemudian dikembangkan untuk keperluan prediksi. Dengan membangun sebuah predictive model, diharapkan decision tree dapat memiliki data standar untuk forecasting. Hal ini dapat bermanfaat untuk menentukan peluang yang ada dengan melihat

30 34 kondisi kondisi yang terjadi sehingga mendukung keputusan yang perlu diambil. Beberapa contoh penggunaan decision tree antara lain untuk mendiagnosa penyakit tertentu, seperti kanker, stroke, dan lain-lain, deteksi gangguan pada komputer atau jaringan komputer seperti deteksi virus, pemilihan pegawai teladan Artificial Neural Network (ANN) Mengetahui cara kerja otak merupakan tantangan bagi para ilmuwan untuk dapat mengetahuinya. Hal ini berkembang dengan dibuatnya kecerdasan buatan yang kemudian diterapkan dengan menanamkan kecerdasan ke dalam suatu sistem. Analoginya seperti mengajarkan seorang anak untuk belajar berjalan, dimulai dari belajar merangkak. Setelah beberapa waktu berlalu anak tersebut akan dapat berjalan sendiri ke arah yang diinginkan. Pembelajaran yang dilakukan ini disebut Artificial Neural Network. Neural Network menurut Berson and Smith (2000, p167) merupakan biological system yang dapat mendeteksi pola, membuat prediksi dan belajar. Contoh penerapan ANN ini dilakukan untuk sistem sekuriti seperti Intrusion Detection System (IDS). Aplikasi ini dapat mendeteksi hal-hal yang mencurigakan pada sebuah sistem atau jaringan. Pendeteksian tersebut berguna untuk mencegah penyusupan dan serangan. Pembelajaran tersebut dilakukan dengan

31 35 mengimplementasikan pendeteksian pola dan algoritma machine learning ke dalam mesin untuk membuat sebuah predictive model dari data data yang ada. Untuk proses prediksi neural network memerlukan sebuah nilai yang disebut input node. Secara sederhana proses kerjanya sebagai berikut, nilai ini dikalikan dengan nilai yang disimpan dalam link yang menghubungkan dengan satu node dengan node lain yang kemudian dihitung sehingga menghasilkan sebuah nilai prediksi. Di mana nilai 0 merupakan nilai yang baik (non default) dan nilai 1 merupakan nilai yang buruk (default). Gambar 2.6 Contoh Model Artificial Neural Network

32 36 Kelebihan dari artificial neural network adalah kemampuannya dalam memprediksi di mana ANN mempunyai toleransi yang tinggi terhadap data yang mengandung noise dan mampu menangkap hubungan yang sangat kompleks antara variabel variabel prediktor dan outputnya. Sedangkan kekurangannya pada hasil prediksinya, ANN harus membutuhkan data training yang cukup Support Vector Machine (SVM) Konsep dasar dari support vector machine sebenarnya merupakan penggabungan dari teori teori komputasi yang telah ada seperti hyperplane, kernel, dan konsep konsep pendukung lain. Konsep ini diperkenalkan oleh Vapnik, Boser dan Guyon pada tahun Penerapan dari metode ini telah dilakukan untuk pengolahan citra dan pengenalan wajah. Sistem classifier diciptakan untuk dapat mendeteksi citra yang merupakan wajah. Sehingga hasilnya akan dapat membedakan antara wajah dan bukan wajah. Tujuan utama dari proses training dengan tujuan klasifikasi data adalah memakai set training untuk menemukan garis pemisah dua buah class, yang memiliki generalisasi baik. Generalisasi baik maksudnya mampu memberikan keputusan yang benar terhadap data baru yang tidak dilibatkan dalam proses training, dengan kata lain meminimalisasi tingkat error model yang dihasilkan terhadap testsample.

33 37 Support vector machine menerapkan structural risk minimization untuk meminimalisasi kesalahan yang ada tersebut. Teori SVM bertujuan untuk mencari hyperplane atau garis pemisah terbaik dengan memaksimalkan margin. Margin sendiri dapat didefinisikan sebagai jarak terdekat dari hyperplane ke data sebuah class. Terdapat dua jenis data yang dapat diklasifikasikan dengan menggunakan SVM, yang pertama adalah linearly separable data yaitu data yang dapat dipisahkan secara linier dan nonlinearly separable data yaitu data yang tidak dapat dipisahkan secara linier. Pada umumnya data-data pada dunia real jarang yang berbentuk linearly separable. Oleh karena itu, dengan adanya metode kernel, perhitungan fungsi pemisah (classifier) digunakan untuk mengklasifikasikan non linear pun dapat dilakukan. Untuk mendapatkan hasil yang lebih sempurna maka perlu dilakukan optimasi dengan quadratic programming sehingga pola yang ada akan semakin mudah untuk dikenali. Gambar 2.7 Pengenalan Pola dalam Support Vector Machine

34 38 Seperti yang dapat dilihat pada gambar di atas, terdapat 2 buah kelas yang dipisahkan oleh sebuah hyperplane yaitu: class +1 dan class -1. Masalah klasifikasi digambarkan pada hyperplane yang memisahkan 2 kelompok tersebut. Semakin jelas pembagian kelasnya maka tujuan dari support vector machine ini tercapai. SVM sendiri sebenarnya pertama kali diperkenalkan oleh Vapnik, hanya dapat mengklasifikasikan data ke dalam dua kelas. Akan tetapi dengan diadakannya pengembangan lebih lanjut, maka saat ini SVM telah memiliki kemampuan untuk mengklasifikasikan data lebih dari dua kelas. Terdapat dua cara untuk mengimplementasikan multi class SVM ini yaitu dengan metode one-against-all dan one-against-one Support Vector Regression (S VR) Support vector regression (SVR) merupakan pengembangan dari support vector machine (SVM) yang bisa menghasilkan performansi yang lebih baik dan mengatasi masalah overfitting. Seperti yang diketahui SVM diterapkan untuk kasus klasifikasi dan output datanya berupa bilangan bulat atau diskrit, sedangkan SVR sendiri penerapannya pada kasus regresi yang mana output datanya berupa bilangan riil atau kontinu. Contoh penerapan SVR yaitu untuk memprediksi besar bonus untuk karyawan pada perusahaan. Dengan menerapkan fungsi dan penetapan nilai variabel yang tepat, perhitungan persentase bonus

35 39 untuk karyawan menunjukan error yang kecil, fungsi yang tipis dan banyak support vector (Puspita Sari, 2009, p1) Support Vector Regression (S VR) Tujuan dari support vector regression adalah untuk mendapatkan suatu fungsi dengan tingkat kesalahan paling kecil sehingga menghasilkan suatu prediksi yang bagus. Ide dasar dari support vector regression dengan menentukan set data yang dibagi menjadi set training dan set validasi. Kemudian dari set training tersebut ditentukan suatu fungsi regresi dengan batasan deviasi tertentu sehingga dapat menghasilkan prediksi yang mendekati dari target aktual. (a) (b) Gambar 2.8 Batas Error dalam Support Vector Regression Gambar 2.8 (a) menunjukkan bagaimana error pada SVR dihitung. Sampai dengan garis batas error, nilai error dianggap sama dengan 0, sedangkan di luar batas tersebut, nilai error akan dihitung sebagai error-epsilon. Solusi pada

36 40 masalah ini adalah dari sebuah garis, akan dibentuk sebuah tabung yang memiliki toleransi terhadap error seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.8 (b). Fungsi regresi tersebut akan sempurna apabila batas deviasinya sama dengan 0 sehingga dapat dituliskan sebagai berikut: f(x) = wt φ(x) + b di mana φ(x) menunjukan suatu titik di dalam feature space F yang merupakan hasil pemetaan x di dalam input space. Koefisien w dan b di sini berfungsi untuk meminimalkan fungsi resiko (risk function). Dengan meminimalkan fungsi resiko tersebut akan membuat suatu fungsi menjadi setipis mungkin, sehingga kapasitas fungsi (function capacity) dapat terkontrol, hal ini dinamakan regularisasi. Faktor lain yang dapat mendukung ketelitian fungsi ini adalah dengan meperhitungkan kesalahan empirik (empirical error) yang diukur dengan besarnya ε-insensitive loss function. Menurut Weber dan Guajardo (2008, p58), nilai e mendefinisikan derajat toleransi terhadap error. Suatu fungsi dianggap layak dan baik apabila semua titik ada dalam rentang yang seharusnya, sebaliknya bila ada beberapa titik keluar dari rentang yang seharusnya maka fungsi tersebut tidak layak digunakan untuk sebuah prediksi. Untuk mengatasi masalah pembatas yang tidak layak tersebut diperlukan suatu variabel tambahan yang disebut variabel slack. Sehingga fungsi di atas perlu dioptimisasi lagi menjadi: min w 2 + C t t Konstanta C > 0 menentukan tawar menawar (trade off) antara batas deviasi yang masih bisa ditoleransi.

37 41 Dalam permasalahan dual, optimisasi perlu dilakukan dengan Lagrange multiplier sehingga didapat rumus sebagai berikut: f(x) = α α K x,x b Dimana K x,x merupakan fungsi kernel. Fungsi kernel ini akan membantu menghasilkan suatu fungsi dengan hasil yang berbeda beda dengan berbagai jenis yang ada pada kasus non-linear. Nilai dari kernel ini sama dengan inner product dari dua buah vector x i dan pada feature space φ(x i ) dan φ(x j ). Keunggulan dari penggunaan fungsi kernel ini adalah kemampuannya untuk berhubungan dengan feature space tanpa perlu menghitung mapping dari φ(x) secara eksplisit. Secara garis besar, terdapat beberapa jenis kernel yaitu linear, polynomial, radial basis function (RBF), dan exponential RBF. Kernel Linear K ( x, x ) = x, i x i Kernel Polynomial K ( x, x ) = x, i x i d Di mana d adalah derajat kernel polynomial. Kernel radial basis function K ( x, x ) i exp x x i = 2 2σ 2 Di mana σ 2 merupakan bandwith dari Kernel radial basis function. Kernel exponential RBF

38 42 K ( x, x ) i exp x x i = 2 2σ Kernel merupakan suatu fungsi untuk memetakan data ke dalam ruang vektor yang berdimensi lebih tinggi. Kernel trick ini sangat membantu untuk perhitungan prediksi, dengan hanya menganalisa permasalahan yang ada. Hal yang perlu dilakukan hanyalah menyesuaikan dengan tipe kernel yang sudah ada tanpa melakukan perhitungan untuk melakukan pemetaan. Terdapat beberapa tipe kernel yang sering dijumpai dan setiap tipe kernel tersebut akan menghasilkan nilai output yang berbeda. Untuk menangani masalah regresi support vector regression juga menerapkan loss function, dengan memberikan pinalti pada kesalahan kesalahan atau error yang akan terjadi maka kesalahan perhitungan akan semakin kecil. Loss function merupakan fungsi untuk menggambarkan bentuk hyperplane yang akan dihasilkan pada predective model, pada umumnya loss-function yang banyak digunakan adalah tipe quadratical dan e-insensitive. Loss function akan menentukan bentuk garis batas error yang besarnya sesuai dengan nilai e yang telah di input. Menurut Gunn (p29, 1998), terdapat beberapa macam loss function yaitu quadratic, Laplace, Huber dan e-insensitive.

39 43 Quadratic Laplace Huber -insensitive Gambar 2.9 Contoh Loss Function Dalam support vector regression, data terbagi menjadi 3 kondisi yaitu support set, error set dan remaining set. Seperti yang diketahui support vector regression mempunyai batasan error, kondisi di mana data berada di dalam garis batas disebut remaining set, support set merupakan kondisi di mana data berada pada garis batas dan apabila data tersebut di luar garis batas dinamakan error set.

2. Adanya resiko pemumpukan barang pada gudang.

2. Adanya resiko pemumpukan barang pada gudang. BAB 3 PROSEDUR DAN METODOLOGI 3.1. Analisis Masalah 3.1.1. Deskripsi Masalah Pemenuhan keinginan atau permintaan pasar merupakan hal yang krusial bagi setiap perusahaan. Perusahaan yang siap berkompetisi

Lebih terperinci

PERAMALAN DENGAN MENGGUNAKAN ARTIFICIAL NEURAL NETWORK DAN SUPPORT VECTOR REGRESSION

PERAMALAN DENGAN MENGGUNAKAN ARTIFICIAL NEURAL NETWORK DAN SUPPORT VECTOR REGRESSION PERAMALAN DENGAN MENGGUNAKAN ARTIFICIAL NEURAL NETWORK DAN SUPPORT VECTOR REGRESSION Budi Santosa, Riza Nugraha Jurusan Teknik Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya Kampus ITS Sukolilo

Lebih terperinci

SVM untuk Regresi. Machine Learning

SVM untuk Regresi. Machine Learning MMA10991 Topik Khusus - Machine Learning Dr. rer. nat. Hendri Murfi Intelligent Data Analysis (IDA) Group Departemen Matematika, Universitas Indonesia Depok 16424 Telp. +62-21-7862719/7863439, Fax. +62-21-7863439,

Lebih terperinci

Metode Kernel. Machine Learning

Metode Kernel. Machine Learning MMA10991 Topik Khusus Machine Learning Metode Kernel Dr. rer. nat. Hendri Murfi Intelligent Data Analysis (IDA) Group Departemen Matematika, Universitas Indonesia Depok 16424 Telp. +62-21-7862719/7863439,

Lebih terperinci

1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang 1. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Persaingan dalam dunia bisnis, terlebih lagi bagi perusahaan besar, tidak lepas dari adanya proses jual beli saham. Saham secara umum merupakan surat berharga yang dapat

Lebih terperinci

SVM untuk Regresi Ordinal

SVM untuk Regresi Ordinal MMA10991 Topik Khusus - Machine Learning Dr. rer. nat. Hendri Murfi Intelligent Data Analysis (IDA) Group Departemen Matematika, Universitas Indonesia Depok 16424 Telp. +62-21-7862719/7863439, Fax. +62-21-7863439,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 20 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Peramalan 2.1.1 Pengertian Peramalan Peramalan adalah pemikiran terhadap suatu besaran, misalnya permintaan terhadap satu atau beberapa produk pada periode yang akan datang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam mencapai tujuan pembangunan ekonomi diperlukan peran serta lembaga keuangan untuk membiayai pembangunan tersebut. Lembaga keuangan memegang peranan penting dalam

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Peramalan Peramalan ( forecasting) merupakan alat bantu yang penting dalam perencanaan yang efektif dan efisien khususnya dalam bidang ekonomi. Dalam organisasi modern

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI.1. Pengertian Peramalan Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang akan datang. Sedangkan ramalan adalah suatu situasi atau kondisi yang diperkirakan

Lebih terperinci

METODE KUANTITATIF, MENGGUNAKAN BERBAGAI MODEL MATEMATIS YANG MENGGUNAKAN DATA HISTORIES DAN ATAU VARIABLE-VARIABEL KAUSAL UNTUK MERAMALKAN

METODE KUANTITATIF, MENGGUNAKAN BERBAGAI MODEL MATEMATIS YANG MENGGUNAKAN DATA HISTORIES DAN ATAU VARIABLE-VARIABEL KAUSAL UNTUK MERAMALKAN METODE KUANTITATIF, MENGGUNAKAN BERBAGAI MODEL MATEMATIS YANG MENGGUNAKAN DATA HISTORIES DAN ATAU VARIABLE-VARIABEL KAUSAL UNTUK MERAMALKAN Peramalan kuantitatif hanya dapat digunakan apabila terdapat

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM METODOLOGI DATA MINING

BAB IV GAMBARAN UMUM METODOLOGI DATA MINING BAB IV GAMBARAN UMUM METODOLOGI DATA MINING A. Metodologi Data Mining Metodologi Data Mining Komponen data mining pada proses KDD seringkali merupakan aplikasi iteratif yang berulang dari metodologi data

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Data Mining 2.1.1 Pengertian Data Mining Dengan semakin besarnya jumlah data dan kebutuhan akan analisis data yang akurat maka dibutuhkan metode analisis yang tepat. Data mining

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. yang akan datang. Ramalan adalah situasi dan kondisi yang diperkirakan akan terjadi

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. yang akan datang. Ramalan adalah situasi dan kondisi yang diperkirakan akan terjadi BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengertian Peramalan Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang. Ramalan adalah situasi dan kondisi yang diperkirakan akan

Lebih terperinci

KLASIFIKASI WILAYAH DESA-PERDESAAN DAN DESA-PERKOTAAN WILAYAH KABUPATEN SEMARANG DENGAN SUPPORT VECTOR MACHINE (SVM)

KLASIFIKASI WILAYAH DESA-PERDESAAN DAN DESA-PERKOTAAN WILAYAH KABUPATEN SEMARANG DENGAN SUPPORT VECTOR MACHINE (SVM) KLASIFIKASI WILAYAH DESA-PERDESAAN DAN DESA-PERKOTAAN WILAYAH KABUPATEN SEMARANG DENGAN SUPPORT VECTOR MACHINE (SVM) SKRIPSI Disusun Oleh : MEKAR SEKAR SARI NIM. 24010210120008 JURUSAN STATISTIKA FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Peramalan Peramalan (forecasting) adalah kegiatan memperkirakan atau memprediksi apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang dengan waktu yang relatif lama. Sedangkan

Lebih terperinci

PERAMALAN JUMLAH TAMU HOTEL DI KABUPATEN DEMAK MENGGUNAKAN METODE SUPPORT VECTOR REGRESSION

PERAMALAN JUMLAH TAMU HOTEL DI KABUPATEN DEMAK MENGGUNAKAN METODE SUPPORT VECTOR REGRESSION ISSN: 2339-2541 JURNAL GAUSSIAN, Volume 4, Nomor 4, Tahun 2015, Halaman 785-794 Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/gaussian PERAMALAN JUMLAH TAMU HOTEL DI KABUPATEN DEMAK MENGGUNAKAN METODE

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 DATA MINING Data Mining adalah analisis otomatis dari data yang berjumlah banyak atau kompleks dengan tujuan untuk menemukan pola atau kecenderungan yang penting yang biasanya

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Peramalan Peramalan (forecasting) merupakan upaya memperkirakan apa yang terjadi pada masa yang akan datang. Pada hakekatnya peramalan hanya merupakan suatu perkiraan (guess),

Lebih terperinci

2. Tinjauan Pustaka. Gambar 2-1 : Knowledge discovery in database

2. Tinjauan Pustaka. Gambar 2-1 : Knowledge discovery in database 2. Tinjauan Pustaka 2.1 Data Mining Data mining merupakan ilmu yang mempelajari tentang proses ekstraksi informasi yang tersembunyi dari sekumpulan data yang berukuran sangat besar dengan menggunakan algoritma

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1. Peramalan 2.1.1. Pengertian dan Kegunaan Peramalan Peramalan (forecasting) menurut Sofjan Assauri (1984) adalah kegiatan memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Pada bab ini akan dibahas teori-teori pendukung yang digunakan sebagai acuan dalam merancang algoritma.

BAB II DASAR TEORI. Pada bab ini akan dibahas teori-teori pendukung yang digunakan sebagai acuan dalam merancang algoritma. BAB II DASAR TEORI Pada bab ini akan dibahas teori-teori pendukung yang digunakan sebagai acuan dalam merancang algoritma. 2.1. Microsoft Visual Studio Microsoft Visual Studio adalah sebuah software yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Musim hujan merupakan musim yang mutlak ada di sebagian belahan benua dunia. Dan curah hujan pasti memiliki

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Musim hujan merupakan musim yang mutlak ada di sebagian belahan benua dunia. Dan curah hujan pasti memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Musim hujan merupakan musim yang mutlak ada di sebagian belahan benua dunia. Dan curah hujan pasti memiliki intensitas yang berbeda. Faktor penyebabnya dapat terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sering terdapat tenggang waktu (time lag) antara kesadaran akan peristiwa atau kebutuhan mendatang dengan peristiwa itu sendiri. Adanya waktu tenggang ini merupakan

Lebih terperinci

Support Vector Machine

Support Vector Machine MMA10991 Topik Khusus Machine Learning Dr. rer. nat. Hendri Murfi Intelligent Data Analysis (IDA) Group Departemen Matematika, Universitas Indonesia Depok 16424 Telp. +62-21-7862719/7863439, Fax. +62-21-7863439,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 7 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Peramalan Peramalan sering dipandang sebagai seni dan ilmu dalam memprediksikan kejadian yang mungkin dihadapi pada masa yang akan datang. Secara teoritis peramalan

Lebih terperinci

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP Hak cipta dan penggunaan kembali: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, memperbaiki, dan membuat ciptaan turunan bukan untuk kepentingan komersial, selama anda mencantumkan nama penulis

Lebih terperinci

PENERAPAN DATA MINING UNTUK EVALUASI KINERJA AKADEMIK MAHASISWA MENGGUNAKAN ALGORITMA NAÏVE BAYES CLASSIFIER

PENERAPAN DATA MINING UNTUK EVALUASI KINERJA AKADEMIK MAHASISWA MENGGUNAKAN ALGORITMA NAÏVE BAYES CLASSIFIER PENERAPAN DATA MINING UNTUK EVALUASI KINERJA AKADEMIK MAHASISWA MENGGUNAKAN ALGORITMA NAÏVE BAYES CLASSIFIER I. PENDAHULUAN Mahasiswa merupakan salah satu aspek penting dalam evaluasi keberhasilan penyelenggaraan

Lebih terperinci

Pembahasan Materi #7

Pembahasan Materi #7 1 EMA402 Manajemen Rantai Pasokan Pembahasan 2 Pengertian Moving Average Alasan Tujuan Jenis Validitas Taksonomi Metode Kualitatif Metode Kuantitatif Time Series Metode Peramalan Permintaan Weighted Woving

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. yang terdiri dari komponen-komponen atau sub sistem yang berorientasi untuk

BAB II LANDASAN TEORI. yang terdiri dari komponen-komponen atau sub sistem yang berorientasi untuk BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Menurut Gondodiyoto (2007), sistem adalah merupakan suatu kesatuan yang terdiri dari komponen-komponen atau sub sistem yang berorientasi untuk mencapai suatu tujuan tertentu.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Bab ini akan membahas mengenai latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, manfaat penelitian dan sistematika penulisan. 1.1. Latar Belakang Kelapa

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE KLASIFIKASI SUPPORT VECTOR MACHINE (SVM) PADA DATA AKREDITASI SEKOLAH DASAR (SD) DI KABUPATEN MAGELANG

PENERAPAN METODE KLASIFIKASI SUPPORT VECTOR MACHINE (SVM) PADA DATA AKREDITASI SEKOLAH DASAR (SD) DI KABUPATEN MAGELANG ISSN: 2339-2541 JURNAL GAUSSIAN, Volume 3, Nomor 4, Tahun 2014, Halaman 811-820 Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/gaussian PENERAPAN METODE KLASIFIKASI SUPPORT VECTOR MACHINE (SVM) PADA

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Data Mining Data Mining adalah proses yang mempekerjakan satu atau lebih teknik pembelajaran komputer (machine learning) untuk menganalisis dan mengekstraksi pengetahuan (knowledge)

Lebih terperinci

http://www.brigidaarie.com proses menganalisa data untuk mencari polapola tersembunyi dengan menggunakan metodologi otomatis Istilah lain : Machine Learning Knowledge Discovery in Database (KDD) Predictive

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi jagung merupakan hasil bercocok tanam, dimana dilakukan penanaman bibit

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi jagung merupakan hasil bercocok tanam, dimana dilakukan penanaman bibit BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Produksi Produksi jagung merupakan hasil bercocok tanam, dimana dilakukan penanaman bibit tanaman pada lahan yang telah disediakan, pemupukan dan perawatan sehingga

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Indeks Prestasi Kumulatif dan Lama Studi. menggunakan dokumen/format resmi hasil penilaian studi mahasiswa yang sudah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Indeks Prestasi Kumulatif dan Lama Studi. menggunakan dokumen/format resmi hasil penilaian studi mahasiswa yang sudah BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Indeks Prestasi Kumulatif dan Lama Studi Mahasiswa yang telah menyelesaikan keseluruhan beban program studi yang telah ditetapkan dapat dipertimbangkan

Lebih terperinci

BAB III PERAMALAN. Praktikum Sistem Produksi ATA 2014/2015

BAB III PERAMALAN. Praktikum Sistem Produksi ATA 2014/2015 BAB III PERAMALAN 3.1 Landasan Teori Peramalan merupakan suatu bentuk usaha untuk meramalkan keadaan di masa mendatang melalui pengujian keadaan di masa lalu. Esensi peramalan adalah perkiraan peristiwa-peristiwa

Lebih terperinci

PREDIKSI INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN MENGGUNAKAN SUPPORT VECTOR REGRESSION (SVR) DENGAN ALGORITMA GRID SEARCH

PREDIKSI INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN MENGGUNAKAN SUPPORT VECTOR REGRESSION (SVR) DENGAN ALGORITMA GRID SEARCH ISSN: 2339-2541 JURNAL GAUSSIAN, Volume 4, Nomor 2, Tahun 2015, Halaman 315-321 Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/gaussian PREDIKSI INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN MENGGUNAKAN SUPPORT VECTOR

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Forecasting Forecasting (peramalan) adalah seni dan ilmu untuk memperkirakan kejadian di masa yang akan datang. Hal ini dapat dilakukan dengan melibatkan data historis dan memproyeksikannya

Lebih terperinci

Analisis Akurasi Support Vector Machine...

Analisis Akurasi Support Vector Machine... ANALISIS AKURASI SUPPORT VECTOR MACHINE DENGAN FUNGSI KERNEL GAUSSIAN RBF UNTUK PRAKIRAAN BEBAN LISTRIK HARIAN SEKTOR INDUSTRI Luqman Assaffat 1 * 1 Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

Abidah Elcholiqi, Beta Noranita, Indra Waspada

Abidah Elcholiqi, Beta Noranita, Indra Waspada Abidah Elcholiqi, Beta Noranita, Indra Waspada PENENTUAN BESAR PINJAMAN DI KOPERASI SIMPAN PINJAM DENGAN ALGORITMA K-NEAREST NEIGHBOR (Studi Kasus di Koperasi Simpan Pinjam BMT Bina Insani Pringapus) Abidah

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Definisi Peramalan Peramalan adalah suatu proses dalam menggunakan data historis yang telah dimiliki untuk diproyeksikan ke dalam suatu model peramalan. Dengan model peramalan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. yang tepat. Sistem data mining mampu memberikan informasi yang tepat dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. yang tepat. Sistem data mining mampu memberikan informasi yang tepat dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka Sistem data mining akan lebih efektif dan efisiensi dengan komputerisasi yang tepat. Sistem data mining mampu memberikan informasi yang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Peramalan Peramalan merupakan usaha yang dilakukan oleh suatu perusahaan untuk melihat dan mengkaji situasi dan kondisi di masa mendatang. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB 3 PROSEDUR DAN METODOLOGI. menawarkan pencarian citra dengan menggunakan fitur low level yang terdapat

BAB 3 PROSEDUR DAN METODOLOGI. menawarkan pencarian citra dengan menggunakan fitur low level yang terdapat BAB 3 PROSEDUR DAN METODOLOGI 3.1 Permasalahan CBIR ( Content Based Image Retrieval) akhir-akhir ini merupakan salah satu bidang riset yang sedang berkembang pesat (Carneiro, 2005, p1). CBIR ini menawarkan

Lebih terperinci

Peramalan Deret Waktu Menggunakan S-Curve dan Quadratic Trend Model

Peramalan Deret Waktu Menggunakan S-Curve dan Quadratic Trend Model Konferensi Nasional Sistem & Informatika 2015 STMIK STIKOM Bali, 9 10 Oktober 2015 Peramalan Deret Waktu Menggunakan S-Curve dan Quadratic Trend Model Ni Kadek Sukerti STMIK STIKOM Bali Jl. Raya Puputan

Lebih terperinci

PERAMALAN (FORECASTING)

PERAMALAN (FORECASTING) #3 - Peramalan (Forecasting) #1 1 PERAMALAN (FORECASTING) EMA302 Manajemen Operasional Pengertian (1) 2 Oxford Dictionary, Forecast is a statement about what will happen in the future, based on information

Lebih terperinci

STUDI KOMPARASI METODE KLASIFIKASI DUA KELAS

STUDI KOMPARASI METODE KLASIFIKASI DUA KELAS Program Studi MMT-ITS, Surabaya Pebruari 007 STUDI KOMPARASI METODE KLASIFIKASI DUA KELAS Budi Santosa dan Devi Rosita Hanum Teknik Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Email: budi_s@ie.its.ac.id,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Penambangan Data (Data Mining) Pengertian data mining, berdasarkan beberapa orang: 1. Data mining (penambangan data) adalah suatu proses untuk menemukan suatu pengetahuan atau

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORITIS

BAB 2 LANDASAN TEORITIS BAB 2 LANDASAN TEORITIS 2.1 Pengertian Peramalan Peramalan (forecasting) adalah kegiatan memperkirakan atau memprediksikan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang dengan waktu yang relative lama.

Lebih terperinci

ANALISIS SUPPORT VECTOR REGRESSION (SVR) DALAM MEMPREDIKSI KURS RUPIAH TERHADAP DOLLAR AMERIKA SERIKAT

ANALISIS SUPPORT VECTOR REGRESSION (SVR) DALAM MEMPREDIKSI KURS RUPIAH TERHADAP DOLLAR AMERIKA SERIKAT ISSN: 2339-2541 JURNAL GAUSSIAN, Volume 3, Nomor 4, Tahun 2014, Halaman 849-857 Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/gaussian ANALISIS SUPPORT VECTOR REGRESSION (SVR) DALAM MEMPREDIKSI KURS

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Data Mining Faktor penentu bagi usaha atau bisnis apapun pada masa sekarang ini adalah kemampuan untuk menggunakan informasi seefektif mungkin. Penggunaan data secara tepat karena

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengertian Peramalan Peramalan adalah kegiatan meramalkan atau memprediksi apa yang akan terjadi dimasa yang akan datang dengan waktu tenggang (lead time) yang relative lama,

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Wilayah dan Jadwal Penelitian Wilayah penelitan adalah Kota Banda Aceh. Penelitian ini dilakukan mulai bulan April sampai Juli 2014. 3.2. Populasi dan Sampel Populasi dalam

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Kerangka Pemikiran Perusahaan dalam era globalisasi pada saat ini, banyak tumbuh dan berkembang, baik dalam bidang perdagangan, jasa maupun industri manufaktur. Perusahaan

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 Teori Dunia industri biasanya tak lepas dari suatu peramalan, hal ini disebabkan bahwa peramalan dapat memprediksi kejadian di masa yang akan datang untuk mengambil keputusan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Harga Harga yang terjadi di pasar merupakan nilai yang harus dibayarkan konsumen untuk mendapatkan suatu produk yang diinginkannya.

Lebih terperinci

SUPPORT VECTOR MACHINE (SVM)

SUPPORT VECTOR MACHINE (SVM) MAKALAH DATA MINING SUPPORT VECTOR MACHINE (SVM) Di Susun Oleh : Nama : RA. Toyyibatul Faihah NRP : 07.04.111.00132 JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS TRUNOJOYO 2010 1 PENDAHULUAN 1.1

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Sistem informasi terdiri dari input, proses, dan output, seperti yang terlihat pada

BAB II LANDASAN TEORI. Sistem informasi terdiri dari input, proses, dan output, seperti yang terlihat pada BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Sistem Informasi Sebelum merancang sistem perlu dikaji konsep dan definisi dari sistem.. Sistem informasi terdiri dari input, proses, dan output, seperti yang terlihat

Lebih terperinci

SI403 Riset Operasi Suryo Widiantoro, MMSI, M.Com(IS)

SI403 Riset Operasi Suryo Widiantoro, MMSI, M.Com(IS) SI403 Riset Operasi Suryo Widiantoro, MMSI, M.Com(IS) Mahasiswa mampu melakukan perencanaan untuk memastikan kelancaran operasi rantai pasok 1. Peramalan dalam organisasi 2. Pola permintaan 3. Metode peramalan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. fuzzy logic dengan aplikasi neuro computing. Masing-masing memiliki cara dan proses

BAB 2 LANDASAN TEORI. fuzzy logic dengan aplikasi neuro computing. Masing-masing memiliki cara dan proses 8 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Neuro Fuzzy Neuro-fuzzy sebenarnya merupakan penggabungan dari dua studi utama yaitu fuzzy logic dengan aplikasi neuro computing. Masing-masing memiliki cara dan proses

Lebih terperinci

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL HOLT-WINTER DAN METODE DEKOMPOSISI KLASIK

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL HOLT-WINTER DAN METODE DEKOMPOSISI KLASIK BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL HOLT-WINTER DAN METODE DEKOMPOSISI KLASIK 3.1 Metode Pemulusan Eksponensial Holt-Winter Metode rata-rata bergerak dan pemulusan Eksponensial dapat digunakan untuk

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dijelaskan teori-teori yang menjadi dasar dan landasan dalam penelitian sehingga membantu mempermudah pembahasan selanjutnya. Teori tersebut meliputi arti dan peranan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. future. Forecasting require historical data retrieval and project into the

BAB 2 LANDASAN TEORI. future. Forecasting require historical data retrieval and project into the BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Peramalan Forecasting is the art and science of predicting the events of the future. Forecasting require historical data retrieval and project into the future with some

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, konsep data mining semakin dikenal sebagai tools penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, konsep data mining semakin dikenal sebagai tools penting dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Saat ini, konsep data mining semakin dikenal sebagai tools penting dalam manajemen informasi karena jumlah informasi yang semakin besar jumlahnya. Data mining sendiri

Lebih terperinci

ANALISIS SUPPORT VECTOR REGRESSION

ANALISIS SUPPORT VECTOR REGRESSION ANALISIS SUPPORT VECTOR REGRESSION (SVR) DALAM MEMPREDIKSI KURS RUPIAH TERHADAP DOLLAR AMERIKA SERIKAT SKRIPSI Oleh : RISKY AMANDA NIM. 24010210141027 JURUSAN STATISTIKA FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Semua negara mempunyai mata uang sebagai alat tukar. Pertukaran uang dengan barang yang terjadi disetiap negara tidak akan menimbulkan masalah mengingat nilai uang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Peramalan 2.1.1 Pengertian dan Peranan Peramalan Aktivitas manajerial khususnya dalam proses perencanaan, seringkali membutuhkan pengetahuan tentang kondisi yang akan datang. Pengetahuan

Lebih terperinci

Peramalan (Forecasting)

Peramalan (Forecasting) Peramalan (Forecasting) Peramalan (forecasting) merupakan suatu proses perkiraan keadaan pada masa yang akan datang dengan menggunakan data di masa lalu (Adam dan Ebert, 1982). Awat (1990) menjelaskan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA digilib.uns.ac.id BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Executive Information System (EIS) Executive Information System (EIS) adalah sebuah sistem penunjang keputusan yang dibangun secara khusus

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. Bab ini menguraikan analisa penelitian terhadap metode Backpropagation yang

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. Bab ini menguraikan analisa penelitian terhadap metode Backpropagation yang BAB 3 PERANCANGAN SISTEM Bab ini menguraikan analisa penelitian terhadap metode Backpropagation yang diimplementasikan sebagai model estimasi harga saham. Analisis yang dilakukan adalah menguraikan penjelasan

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PENYELESAIAN MASALAH

BAB III ANALISIS DAN PENYELESAIAN MASALAH BAB III ANALISIS DAN PENYELESAIAN MASALAH 3.1 Deskripsi Sistem Gambar III-1 Deskripsi Umum Sistem Pada gambar III-1 dapat dilihat deskripsi sistem sederhana yang mendeteksi intrusi pada jaringan menggunakan

Lebih terperinci

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Koperasi Niaga Abadi Ridhotullah (KNAR) adalah badan usaha yang bergerak dalam bidang distributor makanan dan minuman ringan (snack). Koperasi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 6 BAB 2 LANDASAN TEORI Pada tinjauan pustaka ini akan dibahas tentang konsep dasar dan teori-teori yang mendukung pembahasan yang berhubungan dengan sistem yang akan dibuat. 2.1 Basis Data (Database) Database

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 1 BAB 2 LANDASAN TEORI Bab ini membahas tentang teori penunjang dan penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan metode ARIMA box jenkins untuk meramalkan kebutuhan bahan baku. 2.1. Peramalan Peramalan

Lebih terperinci

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 49 BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Standar Optimasi Dasar evaluasi untuk mengoptimalkan supply chain management pada Honda Tebet (PT. Setianita Megah Motor) dari proses bisnis perusahaan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. saling berhubungan membentuk suatu kesatuan atau organisasi atau suatu jaringan

BAB II LANDASAN TEORI. saling berhubungan membentuk suatu kesatuan atau organisasi atau suatu jaringan BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Sistem Menurut Amsyah (2005), definisi sistem adalah elemen-elemen yang saling berhubungan membentuk suatu kesatuan atau organisasi atau suatu jaringan kerja dari prosedur

Lebih terperinci

Radial Basis Function Networks

Radial Basis Function Networks MMA099 Topik Khusus Machine Learning Radial Basis Function Networks Dr. rer. nat. Hendri Murfi Intelligent Data Analysis (IDA) Group Departemen Matematika, Universitas Indonesia Depok 6424 Telp. +62-2-786279/7863439,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Peramalan Peramalan (forecasting) adalah kegiatan mengestimasi apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang. Peramalan diperlukan karena adanya kesenjangan waktu

Lebih terperinci

Manajemen Operasional. PERAMALAN (Forecasting)

Manajemen Operasional. PERAMALAN (Forecasting) Manajemen Operasional PERAMALAN (Forecasting) Putri Irene Kanny Putri_irene@staff.gunadarma.ac.id Sub Pokok bahasan pertemuan ke-3 Prediksi dan Peramalan Jenis-jenis Metode Peramalan Metode deret berkala

Lebih terperinci

BAB 1 KONSEP DATA MINING 2 Gambar 1.1 Perkembangan Database Permasalahannya kemudian adalah apa yang harus dilakukan dengan data-data itu. Sudah diket

BAB 1 KONSEP DATA MINING 2 Gambar 1.1 Perkembangan Database Permasalahannya kemudian adalah apa yang harus dilakukan dengan data-data itu. Sudah diket Bab1 Konsep Data Mining POKOK BAHASAN: Konsep dasar dan pengertian Data Mining Tahapan dalam Data Mining Model Data Mining Fungsi Data Mining TUJUAN BELAJAR: Setelah mempelajari materi dalam bab ini, mahasiswa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penambangan Data (Data Mining) Penambangan data (Data Mining) adalah serangkaian proses untuk menggali nilai tambah dari sekumpulan data berupa pengetahuan yang selama ini

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 10 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Peramalan Peramalan (forecasting) adalah kegiatan mengestimasi apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang. Peramalan diperlukan karena adanya kesenjaan waktu

Lebih terperinci

ANALISIS PERFORMANSI PERUSAHAAN SYARIAH DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) MENGGUNAKAN METODE DISCRIMINANT ANALYSIS DAN SUPPORT VECTOR MACHINE (SVM)

ANALISIS PERFORMANSI PERUSAHAAN SYARIAH DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) MENGGUNAKAN METODE DISCRIMINANT ANALYSIS DAN SUPPORT VECTOR MACHINE (SVM) ANALISIS PERFORMANSI PERUSAHAAN SYARIAH DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) MENGGUNAKAN METODE DISCRIMINANT ANALYSIS DAN SUPPORT VECTOR MACHINE (SVM) NUR SYAFRIDA - 1308 100 065 Pembimbing : Muhammad Mashuri,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Studi Sebelum penelitian ini dilakukan, sudah terdapat beberapa penelitian yang menjadi dasar untuk menyelesaikan penelitian ini, penelitian tersebut diantaranya sebagai

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan BAB 2 LADASA TEORI 2.1 Pengertian Peramalan (Forecasting) Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa mendatang. Peramalan penjualan adalah peramalan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Dalam bab ini dibahas teori yang digunakan sebagai landasan pengerjaan Support Vector Backpropagation. Pembahasan bertujuan untuk menguraikan teori dan algoritma yang digunakan dalam

Lebih terperinci

MODUL 12 Model Prediktif

MODUL 12 Model Prediktif MODUL 12 Model Prediktif Prediktif Analytics adalah teknologi yang menangkap proses data mining dalam rutinitas sederhana. Kadang-kadang disebut "one-click data mining," Model ini menyederhanakan dan mengotomatisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia kesehatan dewasa ini tidak bisa dipisahkan dengan teknologi yang terus berkembang. Pengembangan teknologi yang erat kaitannya dengan dunia kesehatan atau dunia

Lebih terperinci

PERAMALAN JUMLAH TAMU HOTEL DI KABUPATEN DEMAK

PERAMALAN JUMLAH TAMU HOTEL DI KABUPATEN DEMAK PERAMALAN JUMLAH TAMU HOTEL DI KABUPATEN DEMAK MENGGUNAKAN METODE SUPPORT VECTOR REGRESSION SKRIPSI Disusun Oleh : DESY TRISHARDIYANTI ADININGTYAS 24010211130047 JURUSAN STATISTIKA FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Defenisi Peramalan Peramalan adalah suatu kegiatan dalam memperkirakan atau kegiatan yang meliputi pembuatan perencanaan di masa yang akan datang dengan menggunakan data masa lalu

Lebih terperinci

PERENCANAAN PRODUKSI

PERENCANAAN PRODUKSI PERENCANAAN PRODUKSI Membuat keputusan yang baik Apakah yang dapat membuat suatu perusahaan sukses? Keputusan yang dibuat baik Bagaimana kita dapat yakin bahwa keputusan yang dibuat baik? Akurasi prediksi

Lebih terperinci

BAB III METODE DEKOMPOSISI. 3.1 Arti dan Pentingnya Analisis Deret Waktu. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu

BAB III METODE DEKOMPOSISI. 3.1 Arti dan Pentingnya Analisis Deret Waktu. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu BAB III METODE DEKOMPOSISI 3.1 Arti dan Pentingnya Analisis Deret Waktu Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu untuk menggambarkan perkembangan suatu kegiatan (perkembangan produksi,

Lebih terperinci

BAB III PERAMALAN 3.1 Landasan Teori Peramalan

BAB III PERAMALAN 3.1 Landasan Teori Peramalan BAB III PERAMALAN 3.1 Landasan Teori Peramalan Menurut Gaspersz (2004), aktivitas peramalan merupakan suatu fungsi bisnis yang berusaha memperkirakan permintaan dan penggunaan produk sehingga produk-produk

Lebih terperinci

PENINGKATAN KINERJA ALGORITMA K-MEANS DENGAN FUNGSI KERNEL POLYNOMIAL UNTUK KLASTERISASI OBJEK DATA

PENINGKATAN KINERJA ALGORITMA K-MEANS DENGAN FUNGSI KERNEL POLYNOMIAL UNTUK KLASTERISASI OBJEK DATA PENINGKATAN KINERJA ALGORITMA K-MEANS DENGAN FUNGSI KERNEL POLYNOMIAL UNTUK KLASTERISASI OBJEK DATA Heri Awalul Ilhamsah Jurusan Teknik Industri Universitas Trunojoyo Madura Kampus Universitas Trunojoyo

Lebih terperinci

4 Notepad dan Microsoft Excel sebagai editor data.

4 Notepad dan Microsoft Excel sebagai editor data. dengan menggunakan perangkat lunak ENVI disimpan dalam file.txt (Lampiran 1). File ini berisi informasi mengenai panjang gelombang dan nilai pantulan (reflectance) objek di permukaan bumi. Objek yang diperlukan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LADASA TEORI 2.1 Pengertian Peramalan Peramalan adalah kegiatan mengestimasi apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang dengan waktu yang relatif lama (assaury, 1991). Sedangkan ramalan adalah

Lebih terperinci

Pengantar Support Vector Machine

Pengantar Support Vector Machine Pengantar Support Vector Machine Anto Satriyo Nugroho February 8, 2007 1 Pengantar Pattern Recognition (PR) didefinisikan sebagai proses pemetaan suatu data ke dalam konsep tertentu yang telah didefinisikan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LADASA TEORI 2.1 Peramalan (forecasting) 2.1.1. Hubungan Forecast dengan Rencana Forecast adalah peramalan apa yang akan terjadi pada waktu yang akan datang, sedang rencana merupakan penentuan apa

Lebih terperinci

Membuat keputusan yang baik

Membuat keputusan yang baik Membuat keputusan yang baik Apakah yang dapat membuat suatu perusahaan sukses? Keputusan yang dibuat baik Bagaimana kita dapat yakin bahwa keputusan yang dibuat baik? Akurasi prediksi masa yang akan datang

Lebih terperinci