Bab 4. Dalam bab ini kita akan membahas beberapa hal pokok dari pembuatan. Pembuatan Topeng. 4.1 Bahan Pembuatan Topeng

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Bab 4. Dalam bab ini kita akan membahas beberapa hal pokok dari pembuatan. Pembuatan Topeng. 4.1 Bahan Pembuatan Topeng"

Transkripsi

1 105 Bab 4 Pembuatan Topeng Dalam bab ini kita akan membahas beberapa hal pokok dari pembuatan topeng, yakni: (1) bahan dan alat yang dipergunakan, (2) seniman pembuat topeng, dan (3) pengguna atau pemerhati topeng. 4.1 Bahan Pembuatan Topeng Bahan yang digunakan untuk membuat topeng sebagian dibangun oleh suatu tradisi (kebiasaan, kepercayaan, atau sejarah) yang panjang. Sebagian lagi didasari oleh keinginan atau gagasan pembuatnya, dan sebagian lagi oleh ketersediaan bahan yang ada. Namun, apa pun alasannya, bahan yang dipilih akan menentukan jenis, kualitas, bentuk, atau karakternya, dan dengan sendirinya akan pula menuntut teknik dan peralatan yang berbeda-beda. Untuk membuat topeng emas, tembaga, kayu, kulit, karet, kain, gerabah, dan lain-lain, diperlukan alat dan cara yang berlainan. Bahan seperti karet busa dan kain, misalnya, tidak dapat diukir seperti bahan kayu. Karena itu pula, setelah jadi, masing-masing akan memiliki sifat atau karakter tersendiri. Pemilihan bahan bukan saja berkaitan dengan perwujudan gagasan artistik sang seniman, melainkan berhubungan pula dengan fungsi dan kebutuhan pemakaiannya. Ada topeng yang dibuat hanya untuk kepentingan sesaat, seperti topeng yang terbuat dari kelopak batang pisang, kelopak bambu, dedaunan, buah-buahan, dan sebagainya. Sebaliknya, ada topeng yang dibuat dalam jangka waktu yang lama, sampai puluhan, ratusan, bahkan ribuan tahun.

2 106 TOPENG Proses pembuatannya pun berbeda-beda. Ada topeng yang dibentuk hanya dengan beberapa menit, lalu ada pula yang berbulan-bulan. Kita tidak bisa menyimpulkan manakah yang lebih baik topeng yang terbuat dari kayu atau logam, yang dibentuk dengan jangka waktu sebentar atau lama. Semua itu tergantung pada tujuan dan fungsinya masing-masing. Pembuatan topeng, yang memerlukan teknik dan alat-alat yang memadai, jelas terkait dengan perkembangan teknologi. Jika suatu masyarakat menggunakan perunggu sebagai bahannya, berarti masyarakat yang bersangkutan telah menemukan teknologi pengolahan perunggu, kecuali jika topeng tersebut merupakan barang impor. Jika suatu topeng berukir hiasan yang lembut dan rumit, menandakan bahwa masyarakatnya mempunyai keterampilan pengukiran yang rumit pula. Gbr. 4-1: Kayu untuk beberapa macam topeng yang sudah Gbr. 4-2: Bahan topeng yang sudah tampak bentuk mukanya. Gbr. 4-3: Topeng Bali yang raut mukanya sudah muncul, diukir dengan alat-alat

3 107 Gbr. 4-4: Berbagai bentuk pisau ukir di Bali. Gbr. 4-5: Pak Tangguh, salah seorang pengukir topeng terkenal di Bali, berusia sekitar 80 tahun, masih Demikian pula dengan proses pewarnaanya, bergantung pada perkembangan teknologi. Jika topeng diwarnai dengan cat minyak, berarti masyarakatnya telah mengenal teknologi itu, meskipun bahan dasarnya (jenis cairan dan pewarna) belum tentu diproduksi oleh masyarakat setempat. Akan tetapi, perkembangan teknologi tidak berarti akan mengubah idiom atau estetika dalam pembuatan barang seni. Masyarakat Jawa dan Bali, misalnya, telah lama mengenal teknologi cat minyak. Namun sampai saat ini, bahan pewarna untuk topeng yang dianggap terbaik adalah yang memakai bahan dan teknologi lama. Cairannya berasal dari bahan organik yang terbuat dari tulang ikan (ancur). Serbuk pewarnanya berasal dari berbagai bahan. Tulang binatang yang dibakar, lalu ditumbuk halus akan menghasilkan warna putih, serbuk dari jelaga menghasilkan warna hitam, dan batu-batuan atau buah-buahan menghasilkan warna coklat, kuning, dan ungu. Di samping itu, terdapat pula serbuk impor alami seperti gincu untuk warna merah, dan warna lain buatan pabrik (water colour). Ironisnya, bahan-bahan tradisional itu kini justru lebih sulit diperoleh, proses pengerjaannya lebih lama, serta harganya pun lebih mahal daripada harga cat minyak impor buatan pabrik. Meskipun demikian, para seniman lebih suka menggunakan cairan pewarna tradisional, karena menghasilkan kualitas warna yang diinginkan. Dengan kasus ini, dari sudut pandang kesenian, kita lihat bahwa teknologi mutakhir belum tentu lebih baik daripada yang tradisional Kayu dan Bambu Sebenarnya, topeng yang terbuat hanya dari satu macam bahan sangatlah

4 108 TOPENG Gbr. 4-7: Patung-patung buatan Pak Tangguh diwarnai dengan cat modern. Gbr. 4-6: Bahan-bahan cat pewarna: yang tradisional (dalam kotak anyaman) dan yang Gbr: 4-9: Bapak Made Sija (78 tahun) memperagakan topeng bondres (lucu) Gbr 4-8: Topeng Jauk Keras yang diwarnai dengan bahan

5 109 jarang. Akan tetapi, secara umum orang melihat hanya dari bahan utamanya saja, misalnya topeng kayu, meskipun topeng itu terbuat dari beberapa macam bahan, seperti rambut, kulit, kain, kaca, kaleng, dan sebagainya. Dalam katalog museum atau pameran, biasanya semua jenis bahannya disebutkan. Kayu merupakan bahan yang paling umum digunakan. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal. Pertama, kayu merupakan bahan yang relatif murah dan mudah didapat. Kedua, kayu termasuk mudah diukir, tidak perlu menggunakan peralatan yang rumit, dibandingkan dengan bahan logam. Ketiga, topeng dari kayu relatif ringan. Karena itu, jenis kayu untuk pembuatan topeng umumnya dipilih yang tidak terlalu keras, tetapi seratnya kuat agar tidak mudah pecah. Satu hal lagi, yang cukup mencengangkan, walau kebenarannya masih perlu diuji, adalah adanya topeng kayu peninggalan ribuan tahun yang lalu. Topeng itu telah menjadi fosil, bagian dari mummy (semacam peti mayat) di Mesir, seperti pada gambar di bawah. Di Bali, jenis kayu yang paling banyak digunakan adalah kayu pule, sedangkan di Jawa adalah kayu mentaos. Beberapa jenis kayu lain juga biasa digunakan, seperti kayu kepah, jepun, waru, jaran, duren, kenanga, dan sebagainya. Kayu yang terlalu lunak, seperti kayu randu (kayu kapuk), jarang dipakai, karena kurang kuat dan malah sulit untuk diukir. Ketika mata pahat atau pisau ditorehkan, kayu yang terlalu lunak tersebut bukannya terkerat, melainkan tertekan masuk, sehingga tidak dapat menghasilkan garis ukir yang baik. Kayu randu digunakan untuk jenis-jenis topeng yang tidak memerlukan pengukiran rumit. Sebatang pohon ukuran sedang, cukup untuk menghasilkan puluhan topeng. Untuk membuat sebuah topeng, seorang pengukir ada yang hanya memerlukan beberapa jam, ada yang berhari-hari, bahkan ada pula yang berbulan-bulan, tergantung dari kerumitan pembuatannya dan kekhususan kerja senimannya. Bagi seseorang yang pekerjaan utamanya membuat topeng, sebatang pohon akan cukup untuk bekerja setahun atau lebih. Namun jika seseorang membuat topeng hanya sebagai pekerjaan sampingan, ia akan mencari bahan untuk satu atau dua buah topeng saja. Sebaliknya, jika pembuatan topeng merupakan perusahaan, dengan belasan pekerja, mungkin akan memerlukan beberapa batang kayu setiap tahunnya. Peralatan yang digunakan bermacam-macam. Para pengukir profesional mempunyai alat-alat khusus, sedangkan yang sambilan cukup dengan menggunakan alat-alat yang biasa dipakai untuk pekerjaan lain. Tahap awal pembuatan topeng memerlukan alat-alat yang besar, seperti kapak, gergaji, dan golok. Ketika pekerjaannya lebih halus, seperti untuk mengukir hiasanhiasan yang lembut, dipakai alat-alat yang kecil, seperti pisau raut, pahat, dan sebagainya. Pengukir di Jawa dan Bali biasanya memiliki satu set pisau dan

6 110 TOPENG pahat-ukir, yang jumlahnya belasan atau puluhan buah. Bagian yang dianggap penting dalam pembuatan topeng bukan hanya bagian luar (mukanya), tapi juga bagian belakang atau bagian dalamnya. Di Cirebon, bagian ini disebut batokan, mungkin karena bentuknya mirip bagian dalam dari tempurung kelapa (batok dalam bahasa setempat). Bagian ini dihaluskan bukan hanya supaya nyaman digunakan, melainkan juga agar dapat dilukis dengan bagus, seperti tampak pada Gambar Padahal, ketika digunakan, bagian ini tidak terlihat oleh penonton. Kemungkinan bagian dalam topeng merupakan sisi yang penting bagi penari agar bisa mengenali topeng yang akan dikenakannya, karena topeng diambil dari sebuah kotak di mana terdapat beberapa buah yang bagian depannya terbungkus kain. Akan tetapi, jika kita memperhatikan lukisan itu dengan saksama, bagian tersebut tidak hanya sekedar sebagai tanda pengenal, karena dilukis hampir sama rumit dengan bagian luarnya. Meskipun tidak ada informasi yang jelas mengenai fungsi yang sesungguhnya, tetapi cukup menunjukkan bahwa kesenian atau keindahan itu bukan hanya penting bagi penonton atau pembelinya, melainkan juga untuk penari atau pembuatnya. Perhatikan pula bagaimana detail lukisan pada hiasan topeng Klana Surakarta (Gbr. 4-14). Lukisan yang lembut seperti itu tidak akan terlihat oleh penontonnya, tapi sangat penting bagi senimannya. Bambu umumnya dipergunakan untuk kerangka topeng-topeng besar seperti ondel-ondel, liong, ogoh-ogoh, dan sebagainya, seperti yang akan disinggung lagi dalam bagian Topeng Kertas. Silinder bambu juga umumnya akan Gbr. 4-10: Topeng kayu, dari mummy (semacam peti mayat) perempuan di Mesir, sekitar 3500 tahun yang lalu ( Gbr. 4-11: Topeng kayu dari mummy, yang konon berasal dari Mesir, dinasti XXVIIth - XXX, tahun BC.

7 111 Gbr. 4-12: Topeng raksasa dari Padepokan Mangun Dharma, Malang Gbr. 4-13: Topeng orang-tua dari museum di desa, di Jepang, yang tidak berwarna. Lubang-lubang itu merupakan bekas tempat Gbr. 4-14: Detail pelukisan dan pewarnaan dari topeng Gbr. 4-15: Tampak depan topeng Rumyang dari Cirebon. Gbr. 4-16: Walau tidak kelihatan oleh penonton, bagian belakang (topeng Rumyang) itu dilukis cukup rinci. Tampak pula lidah dari kulit untuk digigit

8 112 TOPENG terlalu kecil untuk ukuran muka. Namun demikian, banyak topeng-topeng hiasan yang dibuat dari bambu. Bagian pangkal bambu yang tebal bisa diukir seperti halnya kayu. Malahan, akarnya banyak digunakan, dimanipulasi sebagai rambut, karena bentuknya yang sudah seperti serabut. Selain itu, bambu juga bisa dikerat, dikelupas tipis-tipis, sehingga dapat dijadikan bagian rambut atau janggutnya, seperti pada gambar di bawah ini (lihat pula Gambar 3-37 dalam Bab 3) Logam Logam merupakan bahan yang mahal dan sulit pengerjaannya. Namun demikian, banyak sekali topeng yang terbuat dari logam, bahkan dari logam Gbr. 4-17: Pangkal bambu yang diukir menjadi patung: akar menjadi rambutnya. Gbr. 4-18: Topeng bambu pada suatu toko souvenir di Seoul, Korea: ukurannya cukup besar untuk Gbr. 4-19: Kerangka kepala singa untuk reyog Ponorogo, dibuat dari Gbr. 4-20: Bambu dipakau untuk membuat kerangka tubuh Singa Barong: cukup kuat untuk ditunggangi anak sunat.

9 113 mulia sekalipun sejak jaman purbakala(lihat Gbr. 4-25). Tentu saja, topengtopeng seperti ini dahulu hanya digunakan untuk keperluan yang amat khusus, dan hanya orang kaya, atau raja saja yang mampu memilikinya. Topeng logam umumnya tidak diwarnai dengan cat seperti halnya topeng kayu. Hal itu kemungkinan disebabkan oleh gosokan dan tempaannya sendiri telah menghasilkan gradasi warna. Warna hitam atau gelap akibat pembakaran dianggap memiliki kualitas warna tersendiri, yang tidak dapat dihasilkan dengan pengecatan. Jenis logam dan teknik pengerjaan itu dipilih mungkin juga berdasarkan pada pertimbangan gradasi warna yang ditimbulkannya, serta kekuatan dan harganya. Bermacam-macam logam yang biasa digunakan untuk topeng, seperti kaleng, besi, perunggu, tembaga, perak, dan emas, dengan teknik pengerjaannya yang bermacam-macam pula: pembakaran, penempaan, penggosokan, dan sebagainya. Topeng-topeng modern yang terbuat dari logam umumnya bukan untuk dipakai, melainkan sebagai karya seni seperti halnya seni patung. Selain itu, topeng lebih banyak sebagai barang hiasan, baik berupa perhiasan mahal, seperti gelang atau kalung yang terbuat dari perak atau emas; maupun hiasanhiasan yang relatif murah, seperti tempat lilin yang terbuat dari kuningan, tembaga, ataupun kaleng Gerabah dan Batu Dalam bab 1 kita telah mempelajari topeng-topeng kuno yang terbuat dari gerabah atau keramik. Ini tidak berarti bahwa pada zaman itu bahan lain (kayu, Gbr. 4-21: Topeng Mas dari mummy Raja Mesir terkenal, Tutankhamun, yang meninggal 1343 sebelum Masehi, tapi baru ditemukan kuburannya Gbr. 4-22: Topeng singa, terbuat dari mas,

10 114 TOPENG Gbr. 4-23: Topeng perunggu macan tutul dari Nigeria, Gbr. 4-25: Topeng tembaga besar, karya baru, dalam suatu pameran di Gbr. 4-24: Topeng logam dari Gbr. 4-26: Topeng logam (tembaga) berjudul Queen, karya Titiana Irawani dari Gbr. 4-28: Topeng tembaga pada suatu toko suvenir di Seoul, Korea: campuran gaya tradisional dan kreasi baru. Gbr. 4-27: Topeng logam (kuningan dan tembaga), berjudul Oshimaa, dengan ornamen kecil-kecil dari batu dan kayu, karya yang Gbr. 4-30: Boneka karya baru dari Jawa, mukanya dari kayu, tapi penuh hiasan perak. Gbr. 4-29: Topeng logam sebagai hiasan tempat lilin, banyak terdapat di toko-toko di Bali, dengan

11 115 kulit, serabut, dan sebagainya) tidak digunakan, melainkan mungkin karena bahan-bahan tersebut tidak tahan ribuan tahun seperti halnya keramik. Namun demikian, meski saat ini topeng-topeng keramik tetap diproduksi, topeng dari bahan itu tidak umum dimainkan dalam seni pertunjukan. Tanah adalah bahan yang mudah ditemukan di mana saja. Di kampungkampung, tanah liat dapat diperoleh tanpa dibeli. Di daerah yang memiliki pengolahan gerabah untuk genteng dan perabotan rumah tangga, bahan tanah liat mudah diperoleh dengan harga murah. Pembentukannya pun relatif mudah, tanpa harus menggunakan alat-alat yang rumit. Pengolahan bahannya memerlukan kesabaran dan ketelitian, agar adukan (adonan) tanah bisa lekat, lentur, dan halus. Jika kita tidak menyukai bentuk hasilnya, asalkan belum dibakar, tanah liat bisa dibentuk kembali dengan membasahinya. Proses pembakarannya memang tidak mudah, karena umumnya proses itu untuk membakar gerabah dalam jumlah banyak. Namun, jika tidak terlalu diperlukan, gerabah yang sudah jadi tidak harus dibakar, cukup dikeringkan saja Kulit Binatang dan Kulit Kerang Di Indonesia, kulit binatang jarang digunakan sebagai bahan baku topeng. Kulit hanya digunakan pada bagian tertentu dari topeng, seperti kumis atau Gbr. 4-31: Topeng gerabah dari Mesir dari 3300-an tahun yang lalu, jaman Kerajaan Baru Gbr. 4-32: Topeng batu permata (jade) peninggalan Dinasti Chin, 200- Gbr. 4-33: Topeng batu permata dari Meksiko, berasal antara tahun Masehi. Gbr. 4-34: Topeng batu dari Jawa. Pertunjukannya tidak dipakai melainkan digendong berkeliling dalam suatu upacara

12 116 TOPENG Gbr. 4-35: Topeng batu buatan baru di Bali, sebagai Gbr. 4-36: Salah satu karakter dari topeng keramik kuna Yunani, untuk pertunjukan drama di Epidaurus, sekitar Gbr. 4-37: Topeng keramik kera dari masyarakat Indian-Piaroa, di Lembah Gbr. 4-38: Wajah (topeng) dari patung keramik Gbr. 4-39: Wajah dari patung keramik modern karya Bodi Darma dari Gbr. 4-40: Karya seni gerabah anak-anak (usia SD) dari sanggar Jendela Ide di

13 117 Gbr. 4-41: Patung keramik modern karya Bodi Darma dari Minangkabau, Sumatera Barat: disertai hiasan batucincin, dengan topi stilasi tanduk kerbau. Gbr Gbr dan 4-43: Patung keramik kreasi baru, di Jawa, yang kini sangat G b r. Gbr. 4-44: Bentuk barong atau makara di atas gerbang bangunan tradisional Bali. Figur seperti ini disebut

14 118 TOPENG hiasan lain yang menempel. Di Bali, penggunaan kulit pada topeng cukup dominan, baik untuk kumis, janggut, alis, dan rambut maupun untuk hiasan lainnya, seperti pada topeng barong (gambar 3-160), dan topeng Rangda (gambar 3-159). Bahan kulit kuat dan lentur, sehingga mudah diukir dengan halus, serta mudah pula ditempeli benda-benda lain, seperti manik-manik atau kaca, dengan cara dilem dan/atau dijahitkan. Di Italia, terdapat tradisi topeng setengah-muka yang terkenal, commedia dell arte. Topeng itu terbuat dari kulit binatang (Gambar 1-52 dalam Bab 1). Proses Pembuatannya sangat khusus. Kulit yang telah lama direndam, diletakkan pada model negatif. Kemudian melalui pemukulan yang hati-hati dan lama, kulit akan tercetak pada cetakan-negatif. Proses itu hampir sama dengan teknik membuat sepatu kulit. Kulit binatang, terutama yang tebal, fleksibel ketika dibasahi, tapi akan kaku dan kuat setelah kering. Namun, kulit akan berubah teksturnya jika terkena air. Keuntungan topeng yang terbuat dari kulit adalah lebih tipis dan ringan ketimbang topeng kayu, dan tidak akan pecah. Selain itu, topeng kulit lebih dipilih mungkin karena teksturnya mendekati tekstur kulit muka manusia. Kulit-kulit kerang pun kebanyakan digunakan untuk bagian-bagian tertentu dari topeng. Di Bali, kulit kerang yang berwarna perak digunakan untuk gigi pada karakter topeng tertentu. Di Lombok, terutama topeng-topeng yang ditujukan untuk para wisatawan, keratan kecil-kecil dari kulit kerang itu dipakai untuk hiasan dekoratif muka. Namun ada juga beberapa topeng yang hampir secara keseluruhan terbuat dari kulit binatang laut Kain, Benang, dan Tambang Jika seseorang mau membuat topeng hanya untuk menyembunyikan dirinya, seperti telah disinggung dalam Bab 1 dan Bab 2, umumnya akan memakai Gbr. 4-45: Topeng Jauk Keras: giginya dari kulit kerang warna perak, rambut dan kumisnya Gbr. 4-46: Topeng dari Korea yang dibuat dari kulit kambing beserta

15 119 Gbr Gbr Gbr dan 4-48: Topeng kulit dari Itali, untuk dipakai dalam karnaval, dijual dan dapat dipesan melalui internet. Gbr. 4-49: Topeng terbuat dari kulit kura-kura dan kerangkerangan, sebagai hiasan. Gbr. 4-50: Topeng dari jaman Aztek (Abad XIV, Meksiko) terbuat dari kulit kura-kura dan Gbr. 4-51: Topeng kayu dengan ditempeli kulit kerang dan kaca, tiruan dari topeng tradisional Zaire, Afrika, sebagai barang Gbr. 4-53: Dua buah topeng dari masyarakat Kuba kalangan bangsawan, Kongo, Afrika: tebuat dari kayu, kain, dan dengan pola-pola ornamental kulit kerang. Gbr. 4-52: Topeng besar (sebesar daun pintu) dari kayu yang ditempeli kulit kerang, yang dijual di toko-toko hiasan

16 120 TOPENG bahan dari kain, karena bahan itu yang paling sederhana. Akan tetapi, ada pula topeng yang terbuat dari kain, atau terpal, yang sengaja dibentuk dan berfungsi sebagaimana topeng-topeng dari bahan lainnya, seperti misalnya topeng dari daerah Amazon, Amerika Selatan. Di Sulawesi, topeng burung kondobuleng dibuat dari kain yang diikatkan langsung pada kepala, dengan sedikit bingkai untuk membentuk paruhnya. Di Jepang, ada beberapa jenis topeng kain yang dipakai dalam upacara di kuil. Salah satunya berbentuk abstrak. Topeng itu dipertunjukkan pada suatu upacara kuil di Tokyo. Beberapa jenis topeng terbuat dari benang atau rajutan tambangtambang kecil. Topeng-topeng di Papua banyak terbuat dari bahan seperti ini. Ukurannya sangat besar, karena menyatu dengan bagian kostum tubuhnya. Di sana, topeng-topeng ini dipakai sebagai bagian dari upacara leluhur (Jipae) masyarakat Asmat. Topeng-topeng seperti itu, benang atau tali bukan hanya sebagai bahan pengikat, melainkan membentuk bidang dan garis-garis. Tekstur dan konturnya kemudian menjadi sangat khas. Proses pewarnaannya berbeda dengan topeng dari bahan kayu yang diwarnai setelah topeng jadi. Untuk topeng dari bahan rajutan, benang-benang yang sudah berwarna dipilih terlebih dahulu. Kemudian benang disusun, dirajut, atau disulamkan pada bagian-bagian yang dikehendaki. Topeng benang dengan teknik rajutan, bukan hanya dipakai untuk topeng kuno, melainkan juga terdapat dalam karya-karya seni baru Kertas, Karet, Plastik, dan Fiberglas Kertas adalah bahan yang relatif baru (produk pabrik), yang banyak digunakan untuk membuat topeng. Topeng kertas bukan hanya dipakai untuk topeng- Gbr. 4-54: Topeng Dayak Kayan yang tampaknya terbuat dari kain, dokumen foto dari antara Gbr. 4-55: Topeng sapi Korea dibuat dengan rajutan atau anyaman

17 121 Gbr. 4-56: Topeng jipae dari masyarakat Asmat, Papua, terbuat dari susunan rajutan, rafia, kayu dan bambu Gbr. 4-58: Topeng karya baru dari rajutan benang. Gbr. 4-57: Topeng singa karya baru dari Brazil, yang dijual di pasaran, dibuat dari rajutan benang rafia.

18 122 TOPENG Gbr. 4-59: Topeng kain (kulit kayu), dari daerah Amazon, Gbr. 4-60: Topeng kain tebal (kulit kayu), dari Kepulauan Solomon, Gbr. 4-61: Topeng dari Kamerun, yang dibuat dari untaian manikmanik dan rajutan benang, di Gbr. 4-62: Topeng kain abstrak dari Jepang, dipertunjukan pada upacara (matsuri) di kuil Shinto. Gbr. 4-63: Topeng bertandung, abstrak, dari Indian Amerika, terbuat dari kain, rambut, dan Gbr. 4-64: Topeng gajah, abstrak, terbuat dengan teknik sulaman benang, dari Gbr. 4-65: Shisimai (singa) serupa barong, dari Okinawa, Jepang, tubuhnya terbuat dari tempelan benang-benang (sisa).

19 123 topeng modern, atau topeng-topeng mainan anak, melainkan juga untuk topeng-topeng tradisional atau betulan. Topeng-topeng besar seperti ondelondel, liong, barongsay, umumnya dibuat dari kertas, dengan rangka bambu atau rotan, sehingga kuat dan ringan. Demikian pula topeng-topeng tradisional yang berukuran kecil, banyak yang semenjak dahulu dibuat dari kertas. Topeng-topeng untuk wayang wong Yogyakarta (untuk peran raksasa dan kera); topeng-topeng di Thailand, Kamboja, Korea, dan beberapa jenis topeng India, sudah sejak beberapa dekade biasa dibuat dari kertas. Ini berarti bahwa topeng kertas bukan merupakan topeng-topeng mainan, melainkan digunakan pula oleh senimanseniman profesional. Jika pembuatannya dilakukan dengan teliti, topeng kertas bisa tampak persis seperti kayu. Bahkan jika topeng tersebut tidak terkena air, dapat tahan puluhan tahun. Kertas bekas kini merupakan bahan yang paling mudah dan murah didapat. Untuk membuat topeng, kita tidak memerlukan kertas bagus atau baru. Koran bekas dapat digunakan sebagai bahan topeng yang sempurna. Lima atau enam lembar kertas koran cukup untuk membuat topeng ukuran muka. Berarti, koran yang berjumlah 20-an halaman cukup untuk membuat 3 atau 4 buah topeng. Lem yang bagus, namun murah dan aman untuk digunakan adalah lem yang terbuat dari tepung ketela pohon (kanji) yang diseduh. Ada dua macam teknik yang dapat kamu lakukan sendiri untuk membuat topeng kertas. Untuk membuat topeng besar, kita memerlukan kerangka dari bambu atau rotan, seperti untuk ogoh-ogoh atau ondel-ondel. Kertas ditempelkan pada kerangka tersebut, secara berlapis-lapis hingga kuat, lalu dijemur. Setelah kering, kertas yang membungkus kerangka itu menjadi kuat dan kaku (makin banyak lapisannya makin kuat dan kaku), barulah dicat. Lebih dari itu, topeng kertas tersebut dapat ditempeli lagi dengan bahan lain (dilem atau dijahit) seperti kain, karung, ijuk, dan kulit, misalnya untuk rambut, alis, jenggot dan sebagainya, atau untuk membuat tekstur mukanya secara keseluruhan. Adapun untuk membuat topeng yang relatif kecil, tak jauh dari ukuran muka, kertas tersebut tidak harus ditempelkan pada suatu kerangka, melainkan pada sebuah model yang dibuat terlebih dahulu dari tanah liat atau semen. Kemudian, secara sedikit demi sedikit sobekan kertas dilemkan mengikuti model tersebut, sekitar 8 lapis. Setelah kering, topeng dilepas dari modelnya. Kini kita akan mendapatkan topeng kertas seperti bentuk modelnya. Untuk menghaluskan bagian permukaannya, kita dapat memakai dempul sebelum dicat. Jika kita ingin membuat tekstur khusus bisa dilakukan dengan menggunakan bubur kertas (kertas direndam lama, kemudian ditumbuk dan dicampur dengan lem), adukan serbuk gergaji dengan lem

20 124 TOPENG kayu, atau dengan menempelkan bahan lain seperti serabut kelapa, kain, karung, rambut, dan lain-lain, sebagaimana yang dilakukan pada topeng dengan kerangka di atas Ijuk, Daun, dan Kulit Buah Ingatkah kalian dengan topeng perang Nias yang terbuat dari ijuk, yang telah dibahas dalam Bab 1? Kita perhatikan lagi topeng itu dari posisi belakang. Dari posisi itu kita bisa melihat bagaimana ijuk itu dijahitkan pada sehelai Gbr. 4-66: Raja Gergasi, milik Tuanku Lukman Sinar, Medan, Sumut, untuk pertunjukan teater Gbr. 4-67: Topeng kertas dari Gbr. 4-68: Topeng Orang Tua dari kertas, tradisi Tionghoa (buatan Dulwahab, Gbr. 4-70: Topeng kertas dari Jerman, untuk Gbr. 4-71: Topeng plastik dari Eropa yang biasa dipakai dalam acara pawai Gbr. 4-69: Topeng kertas dengan rambut, Gbr. 4-72: Topeng kertas baru, buatan Galis (Jakarta) untuk pertunjukan karya tari baru Panji

21 125 Gbr. 4-73: Topeng kertas dari Belanda, untuk pertunjukan drama, dibuat tahun Gbr. 4-74: Topeng fiberglass dari Itali, untuk dipakai dalam 4-75 Topeng hiasan kreasi baru, terbuat dari kaca, dari Cili, Amerika Selatan. Gbr Gbr Gbr Gbr. 4-76: Kijang, Gbr. 4-77: Singa, dan Gbr. 4-78: Kerbau. Topeng yang dibuat dari kertas. Gbr. 4-79: Topeng kertas yang pipih, karya siswa Sekolah Dasar. Gbr. 4-80: Ogoh-ogoh kain atau karton. Topeng dari ijuk seperti ini ditemukan di beberapa tempat. Bali: dalam proses

22 126 TOPENG Gbr. 4-81: Topeng tradisional dari kertas, yang dibuat secara halus seperti kayu. Gbr. 4-82: Topeng kertas gaya Tionghoa, Bojonegoro, Jatim, yang permukaannya dibuat halus. Gbr. 4-83: Topeng untuk pertunjukan drama-tari khon (ceritera Ramayana) dari Thailand, yang dibuat dari kertas, dengan hiasan kepala Gbr. 4-84: Topeng-topeng karya siswa SMA. Gbr. 4-85: Topeng kertas burung dari Itali. Gbr. 4-86: Topeng kertas naga dan kerbau (latar-belakang) dari Gbr. 4-87: Liong dalam persiapan pertunjukan perayaan Tahun Baru Tionghoa di Kobe, Jepang: topengnya dibuat dari berbagai bahan: bambu, kertas, kawat, kain, dan

23 127 Ada pula topeng yang terbuat dari selaput ijuk yang tipis seperti karton atau kain. Di Flores, misalnya, terdapat topeng yang terbuat dari selaput ijuk dengan hiasan daun kelapa. Ijuk juga sering digunakan untuk rambut. Bahkan ijuk juga dipakai untuk kostum yang menutupi seluruh tubuh, sehingga tampak seperti binatang berbulu lebat, seperti tampak pada gambar hudoq dari Kalimantan. Daun-daunan kering juga dapat digunakan sebagai topeng. Dedaunan yang kuat, tahan lama, dan mudah diperoleh adalah daun jagung, seperti topeng dari Swiss (lihatlah kembali Bab 1, Gambar 1-85). Di Kalimantan, daun pisang dipakai sebagai kostum tari hudoq, yang melingkupi seluruh tubuh sehingga topeng kayu dan daun-daun itu menjadi satu kesatuan wujud, serupa dengan topeng Berutuk dari Trunyan di Bali. Selain itu, meski bukan untuk dipakai, banyak benda-benda yang berbentuk muka dibuat dari daun kelapa, seperti pada bagian sesaji di Bali. Pada tradisi upacara bissu masyarakat Bugis di Sulawesi Selatan, terdapat figurfigur hewan, burung, dan manusia, yang terbuat dari anyaman daun kelapa. Teknik itu mirip dengan pembuatan ketupat atau origami dari Jepang. Tempurung kelapa adalah bahan yang dapat digolongkan dalam kelompok kulit buah-buahan. Bahan ini merupakan sebuah bahan organik bulat, yang jika dibelah terlihat menyerupai muka. Bahannya sangat keras, sulit diukir, dan mudah pecah. Mungkin karena itu pula tempurung jarang dipakai sebagai bahan topeng. Contoh topeng yang terbuat dari tempurung kelapa telah disampaikan dalam Bab 1, yaitu topeng dari Filipina dan topeng Nini Thowok dari Jawa, meskipun kita belum tahu apakah topeng itu dipakai atau tidak. Selain itu, terdapat juga topeng kulit labu yang sangat terkenal di Amerika. Topeng itu dibuat pada hari Halloween tanggal 31 Oktober. Awalnya, upacara itu merupakan ritus keagamaan yang berkaitan dengan upacara makam. Namun, kini lebih merupakan ritus sekuler. Hampir semua orang membuat topeng dari labu (pumpkin) yang telah dikosongkan dalamnya. Di dalam labu itu diletakkan lilin yang menyala. Labu itu kemudian diletakkan di depan rumah, sebagai pertanda pula bahwa pemilik rumah mempersilakan anakanak datang di malam hari, mengetuk pintu untuk menerima pemberian yang biasanya berupa permen atau kue-kue kecil. Di Bali, topeng yang serupa itu dibentuk dengan sangat menarik sebagai hiasan pada hidangan buah-buahan pada acara hajatan. Ada beberapa jenis labu yang setelah dikeringkan bagian luarnya menjadi keras seperti tempurung. Banyak masyarakat tradisional yang menggunakannya sebagai tempat air, mangkuk makanan, atau sebagai resonator alat musik, Namun, kami belum mengetahui apakah buah itu pernah menjadi bahan untuk

24 128 TOPENG Gbr. 4-88: Salah satu penari hudoq memakai kostum dari ijuk masyarakat Dayak Modang, Kalimantan. Gbr. 4-89: Tampak belakang topeng armor Nias, dari bahan Gbr. 4-90: Cimuntu, topeng dari Ijuk di Minangkabau: menutupi muka dan tidak Gbr. 4-91: Topeng dibuat dari pelepah (selaput) ijuk dan karton, dengan kostum dari daun lontar, dalam suatu pertunjukan di Moni, Gbr. 4-92: Topeng Berutuk dari Bali, yang tubuhnya terkurung daun-daunan Gbr. 4-93: Hudoq dari Dayak Modang, Kalimantan Timur: memakai kostum daun pisang yang menutupi seluruh Gbr. 4-94: Daun kelapa yang direka topeng (muka), bersama bungabunga sebagai bagian dari Gbr. 4-95: Gambaran muka dari daun-daunan, sebagai bagian dari sesaji di Bali. Gbr. 4-96: Gambaran burung dari daun kelapa sebagai bagian sesaji upacara Bissu, masyarakat Bugis,

25 129 Gbr. 4-97: Topeng tempurung dari Filipina (tampaknya merupakan sebuah peralatan tapi belum diketahui kegunaannya mungkin Gbr. 4-98: Topeng tempurung dari Papua. Gbr. 4-99: Topeng kulit labu yang dikeringkan, berbentuk abstrak, dari masyarakat Gbr : Topeng dari buah labu di Bali, sebagai dekorasi sajian buah-buahan dalam Gbr : Labu (pumpkin) yang direka topeng, di dalamnya ditempatkan lilin pada waktu upacara Halloween di USA. Gbr : Kelapa yang direka topeng, dan diisi lilin di dalamnya, karya siswa SMA SPVD, Bontang, Kaltim. Gbr : Kepala naga yang terbuat dari kue, sebagai sajian upacara di pura Pejeng, topeng, meskipun ukurannya lebih besar dari tempurung, dan lebih mendekati ukuran muka, kecuali topeng untuk ronggeng monyet. Di beberapa wilayah Nusantara ada buah (pohon) yang dapat dikeringkan dan difungsikan seperti labu tersebut, yakni buah maja. Dahulu, seharusnya di Jawa dan Bali terdapat banyak pohon maja, karena banyak nama kota dengan nama ini, termasuk Majapahit yang terkenal. Akan tetapi, kini pohon itu sangat jarang ditemukan

26 130 TOPENG di Jawa. Bahkan buah itu lebih banyak terdapat di pulau-pulau lain, misalnya di Flores. Namun, belum ditemukan kasus buah itu dipakai sebagai bahan untuk membuat topeng, 4.2. Pewarnaan Dalam Bab 3 telah disebutkan bahwa warna merupakan aspek penting dalam pembuatan topeng bukan hanya dari segi estetis-ekspresif, melainkan juga dari simbol-simbol kultural atau filosofis. Dalam bab itu telah dibicarakan mengenai karakter warna. Suatu warna dapat berupa lambang dari suatu perwatakan. Telah pula disinggung tentang kekuatan dari warna yang menua atau rusak, yang umumnya lebih disukai daripada yang baru. Bagian ini akan mengupas bahan dan teknis pewarnaan secara singkat, baik yang tradisional, maupun yang modern. Namun demikian, perlu diingat bahwa tidak semua topeng diwarnai. Banyak budaya yang tidak mewarnai topengnya sama sekali, karena bahan dasarnya sendiri dianggap memiliki kekuatan warna alami, yang telah cukup mengungkapkan karakternya Bahan Dasar Warna Sebelum cat pabrik dikenal, atau masih sangat sulit dan mahal harganya, pewarnaan topeng dilakukan secara tradisional. Umumnya, pewarnaan memakai bahan-bahan alami, seperti jelaga, batu-batuan, buah-buahan, dedaunan, dan sebagainya. Ada warna yang sesuai dengan bahan mentahnya, seperti hitam (jelaga), putih, kuning, coklat, hijau (batu-batuan), dan ungu (buah-buahan). Akan tetapi, ada juga warna yang ditimbulkan karena suatu proses persenyawaan kimiawi. Anda tahu orang menginang? Sirih, pinang, dan kapur, jika dilumatkan menghasilkan warna merah. Itulah salah satu contoh dari proses persenyawaan, menghasilkan warna baru yang tidak sesuai dengan warna dari bahan awalnya, seperti halnya daun pacar (hijau) yang dapat menghasilkan warna merah. Pewarnaan topeng secara murni alamiah seperti tersebut di atas hampirhampir tidak lagi dikenal. Cara pewarnaan tradisional yang dapat kita temukan di Bali dan Jawa adalah dengan memakai serbuk warna yang dilumatkan dengan cairan perekat. Untuk warna hitam, serbuknya cukup mudah dibuat, yakni dengan jelaga (endapan hitam dari api atau asap). Namun untuk warnawarna lain, proses pembuatannya cukup sulit atau lama. Warna putih, misalnya, yang terbaik dibuat dari tulang yang dibakar, kemudian ditumbuk sampai halus sekali. Sementara itu, warna-warna lainnya diambil dari bahan-bahan alami seperti batu-batuan, umbi-umbian, dan/atau buah-buahan. Namun demikian, yang cukup menarik, adalah bahwa pewarna dari luar

27 131 negeri sudah dikenal sejak lama, mungkin sejak abad 19 atau sebelumnya. Bahan impor yang paling banyak digunakan adalah warna merah (gincu) dan emas (prada). Kedua bahan tersebut berasal dari Tiongkok. Bahan itulah yang bisa diperoleh dari masyarakat Tionghoa yang digunakan untuk pewarnaan artefak kebudayaan mereka (kelenteng, patung, wayang potehi, dan sebagainya), yang tersebar di banyak wilayah Nusantara. Di sini kita tidak akan membicarakan satu-per satu bahan-bahan pewarna, karena terlalu berkepanjangan. Hanya satu hal lagi yang penting diketahui yaitu cairan atau perekatnya. Suatu pewarna bisa menempel pada suatu bidang karena memiliki daya lekat. Jika Anda mengoleskan tepung (serbuk) kapur pada sebidang papan, sebagian besar serbuk itu akan menempel, walau tidak terlalu kuat (mudah dihapus). Namun jika Anda mengoleskan tepung beras, sebagian besar akan jatuh lagi. Demikian pula, jika kita mengaduknya dengan air sebelum dioleskan. Bandingkanlah dengan serbuk bahan cat air, yang diaduk dengan air, kemudian dioleskan, daya tempelnya akan lebih kuat lagi. Hal itu menunjukkan bahwa tepung batu-kapur memiliki daya tempel lebih kuat daripada tepung beras, tapi lebih lemah daripada bahan cat air Cairan Perekat Warna Daya rekat tidak hanya ditentukan oleh bahan dasar warnanya saja, melainkan juga oleh cairannya. Jika bahan pewarna yang daya rekatnya lemah dicampur dengan cairan yang memiliki daya rekat kuat, maka cairan perekat itu akan menjadi bahan cat yang baik. Yang penting adalah zat pewarna dan zat perekat bisa bersenyawa dengan sempurna. Tepung batu kapur misalnya, bisa bersenyawa dengan air, tapi sulit dengan minyak tanah. Cat minyak dapat bersenyawa dengan turpentin dan minyak tanah, tetapi sulit bersenyawa dengan minyak kelapa, dan tidak bisa bersenyawa dengan air. Mungkin Anda semua sudah tahu bahwa ada dua kategori cat yang umum: cat air dan cat minyak. Para pembuat topeng di Jawa dan Bali, memakai cat yang sifatnya lebih dekat dengan cat air. Namun, cairannya bukan dengan air semata, melainkan dibuat dengan bahan perekat (semacam lem) melalui proses yang khusus. Bahannya disebut ancur, yang dibuat oleh pabrik kecil (home industry). Bahan utamanya tulang-belulang ikan laut. Bahan tersebut direbus oleh cairan yang telah bersenyawa dengan arang (bara) dan kulit buahbuahan (buah jangkang atau kepuh). Dengan ancur inilah bahan pewarna itu diaduk hingga benar-benar lumat. Untuk mengaduk bahan yang berwarna hitam (jelaga) atau merah (gincu), tidaklah berat, karena serbuknya halus dan proses persenyawaan cepat. Namun, untuk warna putih yang bahannya dari tulang, atau warna lain dari bahan batu-batuan seperti disebut di atas, proses pelumatannya cukup lama, yaitu dihancurkan di atas piring dengan bantuan

28 132 TOPENG batu halus. Dari uraian di atas, tampak bahwa pewarnaan dengan cara tradisional itu lebih lama, dan lebih mahal juga. Walaupun demikian, hasil pewarnaan tradisional tetap lebih disukai oleh kalangan seniman profesional, karena bahan-bahan pewarna sintetis modern dianggap belum mampu menggantikan kualitasnya secara memuaskan. Dengan kata lain, teknologi modern yang lebih mudah, murah, dan menurut pandangan selintas dari orang awam tampak lebih bagus, belum tentu mampu menghasilkan kualitas yang menyamai teknik tradisional. Di Jepang, negara Asia yang paling modern, misalnya, teknik tradisional mereka masih tetap dipakai, meski di kalangan profesional masih sangat terbatas jumlahnya. Selain hasil warnanya lebih alamiah, pewarnaan dengan cara tradisional lebih kuat daya tahannya. Perubahan warna yang terjadi karena usia, umumnya tidak dianggap rusak, malah sebaliknya dianggap makin memperkuat daya ekspresinya. 4.3 Pembuat Topeng Di beberapa tempat, banyak orang yang profesinya khusus membuat topeng. Umumnya para pembuat topeng dari kayu memiliki kemampuan untuk mengukir kayu untuk keperluan lain, seperti untuk hiasan rumah, rancak gamelan, mebel, bangunan, dan sebagainya. Karena itu, kebanyakan dari mereka memiliki alat-alat khusus, misalnya pahat ukir kayu. Ini tidak berarti bahwa setiap pengukir kayu tradisional dapat membuat topeng karena dalam pembuatan topeng terdapat aspek keterampilan khusus, misalnya dalam Gbr : Beberapa pembuat topeng sedang mewarnai secara bersama-sama dengan cat pabrik. Mengecat banyak topeng sekaligus, dianggap cara paling efisien: mengecat yang satu Gbr : Seorang pembuat topeng di Thailand sedang mewarnai beberapa buah topeng dan boneka. justru topeng karya merekalah yang paling tepat untuk dipilih. Dengan demikian, kita harus membedakan dua makna dari sebutan profesional. Pertama adalah orang yang memiliki keahlian khusus (yang tidak dimiliki oleh kebanyakan orang). Makna kedua adalah orang yang melakukan pekerjaan khusus (tidak mengerjakan bidang lainnya). Meskipun demikian, kedua maknanya bisa disebut sebagai profesional. Jika istilah profesional

29 133 membuat ekspresi wajah. Keahlian membuat wajah ini belum tentu dimiliki oleh para pengukir kayu pada umumnya. Jika di atas telah diuraikan bagaimana rumitnya membuat pewarna, misalnya, hal itu menunjukkan pula bahwa dalam tradisi tersebut ada profesionalisme, di mana seniman harus mempelajarinya secara intensif dalam waktu relatif lama Spesialis, Generalis, Profesional, dan Amatir Ada beberapa topeng, baik lama maupun baru, yang memiliki ukiran yang halus dan rapi, tetapi ekspresinya dianggap tidak baik. Sebaliknya, ada pula yang ekspresinya dianggap sangat baik, tetapi ukirannya mengecewakan. Yang paling ideal adalah keduanya bagus. Namun jika harus memilih, para penari topeng cenderung memilih jenis yang kedua, karena mereka lebih mementingkan ekspresi daripada ornamen. Untuk memperjelas perbedaan ini, kita dapat membandingkannya dengan pembuatan wayang kulit. Pada wayang kulit, selain ukiran raut muka, ukiran (pahatan) bagian ornamen juga merupakan penentu kualitas. Meskipun demikian, para dalang lebih mementingkan ukiran pada bagian raut muka wayang. Berbeda dengan orang awam yang lebih mementingkan keindahan ornamennya. Muka berhubungan dengan ekspresi yang mendalam, yang sulit dihayati oleh awam, tetapi justru lebih penting bagi seniman. Adapun ornamen merupakan bagian yang lebih kasat mata bagi awam sehingga lebih menjadi perhatian kebanyakan orang. Karena itu, tidaklah mengherankan jika kini kita menemukan topengtopeng lama yang ekspresinya dianggap sangat baik oleh pemiliknya bahkan dikeramatkan karena merupakan warisan keluarga beberapa generasi meskipun hiasannya tampak bukan hasil kerja pengukir kayu profesional. Ini menandakan bahwa pembuat topeng yang bukan spesialis pengukir kayu pun dapat menghasilkan pekerjaan yang bagus. Mungkin mereka adalah penari atau pemusik grup topeng, sehingga mengetahui benar ekspresi yang bagus untuk menari. Ada beberapa kasus yang menunjukkan bahwa pembuat topeng yang baik bukan spesialis, yakni membuat topeng bukan pekerjaan utama sebagai mata pencaharian. Mereka bisa saja berprofesi sebagai petani, tokoh masyarakat, ketua adat, arsitek, pemusik, penari, dukun, guru, dan sebagainya. Seniman seperti itu dapat disebut sebagai generalis, yakni orang-orang yang memiliki keahlian berbagai bidang, tapi jelas tidak bisa disebut amatir. Mereka adalah professional, dalam arti seseorang yang memiliki kepandaian tersendiri, yang dapat membuat sesuatu dengan kualitas terbaik untuk keperluannya. Jika hasil karya topengnya ditujukan untuk keperluan pertunjukan upacara-upacara ritual atau komunal, yang sering menuntut syarat-syarat lain di luar teknis, mungkin

30 134 TOPENG dalam arti umum mengacu pada seseorang yang memiliki keahlian khusus dan tidak dimiliki oleh kebanyakan orang, maka dalam pendekatan kultural justru harus dikaitkan dengan kualitas dan fungsi produknya, yang tidak selalu bernilai komersial Perkembangan Pariwisata dan Komunikasi Global Saat ini sistem komunikasi sangat maju, frekuensi dan kecepatannya sangat tinggi, dan terus meningkat. Dunia pariwisata dan forum-forum kebudayaan internasional makin mencuat dan menjadi perhatian dunia bisnis. Hal itu berpengaruh pada pendekatan produksi kesenian, termasuk pembuatan topeng. Karakter pariwisata (tourism) dalam bidang kesenian secara umum adalah dangkal, karena para wisatawan memang tak memiliki kesempatan (termasuk minat atau kepedulian) untuk mendalami substansinya (kesenian). Para wisatawan melakukan perjalanan wisata untuk rekreasi atau liburan. Persinggahan mereka pada suatu lokasi sangat singkat sehingga Gbr : Topeng kayu dari Batak, sedang dalam proses pembuatan. Gbr : Pembuat topeng di Padepokan Mangun Darma, Gbr : Sunewi mewarisi keahlian ayahnya. Ia adalah pembuat topeng perempuan, keahlian yang sangat langka,

31 135 Gbr : Yonas Wan Beng, pembuat topeng di Dayak Modang, Kaltim. Gbr : Mengukir (memahat) bagian muka wayang kulit dianggap paling sulit oleh ahlinya, bukan bagian ornamennya yang pengalamannya hanyalah selintas. Sementara itu, dunia pariwisata merupakan pendukung sektor ekonomi yang cukup besar terhadap bidang kesenian. Oleh karena itulah muncullah berbagai seni untuk memenuhi kebutuhan mereka. Pengrajin topeng pun bermunculan di berbagai tempat pariwisata, termasuk di wilayah yang sebelumnya tidak ada pengrajinnya. Gaya-gaya topeng baru, yang seolah dan diakui sebagai gaya setempat, kini tumbuh. Gaya topeng Lombok, misalnya, yang berbentuk lonjong-panjang dengan bahan dasar kulit kerang itu, sulit untuk dicari kaitannyanya dengan gaya tradisi sebelumnya. Artinya, dunia pariwisata telah menciptakan gaya tersendiri, bukan hanya di Indonesia melainkan juga di berbagai pelosok dunia. Karena itu, saat ini banyak pengrajin topeng yang memproduksinya untuk tujuan pariwisata, yang mungkin tidak ada kaitannya dengan dunia pertunjukan topeng. Pengrajin topeng tradisional, yang memang bagian dari dunia tradisi topeng setempat, tidak berarti terlepas dari dunia komunikasi global. Sebagian orang asing akan memperhatikan substansinya karena mereka memiliki minat besar untuk menelusuri kualitas atau originalitas kesenian. Umumnya mereka berasal dari kalangan akademis, yang juga turut menunjang faktor

32 136 TOPENG ekonomi. Di Indonesia, dunia akademisi kesenian makin meningkat. Sekolah menengah dan perguruan tinggi kesenian (termasuk institut keguruan bidang seni), yang didirikan sejak awal tahun 60-an, kini sudah tersebar di belasan kota, antara lain Surakarta, Yogyakarta, Semarang, Surabaya, Banyumas, Bandung, Jakarta, Denpasar, Singaraja, Padang Panjang, Padang, Medan, Makassar, Manado, dan Kupang. Terlepas dari sudut pandang baik atau buruk dari sisi kesenian, dunia pariwisata dan akademis, secara langsung dan tidak, telah mendukung kelangsungan pembuatan topeng. Jika dibandingkan, pembuat topeng kini jauh lebih banyak ketimbang misalnya tahun an. Di antara mereka, ada yang membuat topeng dalam jumlah banyak. Bahkan ada beberapa orang yang memilih pengrajin topeng sebagai profesi utamanya. Hasil karyanya bisa diperjualbelikan, digunakan untuk pertunjukan, ataupun sekedar hiasan-hiasan dinding seperti yang terdapat di toko-toko suvenir.

33 137 Gbr : Topeng yang mencampur gaya Cirebon (Setiawati, yang duduk), dan Bali (Salya, yang tertidur), dalam karya teater eksperimental karya Takuo ENDO di Jepang, Gbr : Topeng Baru karya Rakidi dari Indramayu, yang mengambil karakter topeng no Jepang: idiom tradisional topeng Cirebon- Gbr : Tiga buah topeng yang dijual di toko, ditawarkan melalui internet, yang disebutkan masingmasing (kiri ke kanan: Irian Jaya, Bali, dan Jepang. Dari bahan dan gayanya, kita bisa tahu bahwa semua adalah buatan di satu tempat atau bahkan satu Gbr : Selain kerajinan dari Sulawesi Selatan, toko suvenir di bandara Makassar juga menjual topeng-topeng dari berbagai wilayah budaya Indonesia, termasuk

Bab 1. Hampir bisa dipastikan, kebanyakan dari Anda pernah melihat topeng. Pendahuluan

Bab 1. Hampir bisa dipastikan, kebanyakan dari Anda pernah melihat topeng. Pendahuluan PENDAHULUAN 1 Bab 1 Pendahuluan Hampir bisa dipastikan, kebanyakan dari Anda pernah melihat topeng. Jika tidak secara langsung, mungkin pernah melihat gambarnya dari buku-buku atau dalam film di mana ada

Lebih terperinci

10 TOPENG. Gbr. 1-37: Sisingaan, tunggangan anak sunat, berasal dari daerah Subang. Kini Sisingaan menyebar hampir di seluruh pelosok Jawa Barat.

10 TOPENG. Gbr. 1-37: Sisingaan, tunggangan anak sunat, berasal dari daerah Subang. Kini Sisingaan menyebar hampir di seluruh pelosok Jawa Barat. PENDAHULUAN 9 Gbr. 1-34: Muka liong dibuat oleh para seniman desa (bukan orang Tionghoa) dari daerah Cirebon, Jawa Barat. Di sana, liong dan barongsay biasa dipertunjukkan dalam upacara Sidekah Bumi di

Lebih terperinci

Pengertian Seni Kriya, Fungsi, Macam & Contoh Seni Kriya

Pengertian Seni Kriya, Fungsi, Macam & Contoh Seni Kriya Pengertian Seni Kriya, Fungsi, Macam & Contoh Seni Kriya Pengertian Seni Kriya, Fungsi, Macam & Contoh Seni Kriya Secara Umum, Pengertian Seni Kriya adalah sebuah karya seni yang dibuat dengan menggunakan

Lebih terperinci

T O P E N G. Buku Pelajaran. Untuk SMA Kelas 1. PENULIS Endo Suanda. KONTRIBUTOR: I Wayan Dibia Halilintar Lathief FX. Widaryanto

T O P E N G. Buku Pelajaran. Untuk SMA Kelas 1. PENULIS Endo Suanda. KONTRIBUTOR: I Wayan Dibia Halilintar Lathief FX. Widaryanto i T O P E N G Buku Pelajaran Untuk SMA Kelas 1 PENULIS Endo Suanda KONTRIBUTOR: I Wayan Dibia Halilintar Lathief FX. Widaryanto ii Topeng Buku Pelajaran Kesenian Nusantara Untuk SMA Kelas 1 Penulis : Endo

Lebih terperinci

Pengertian 8/22/2015. Oleh Maria Etik Sulistiyani. Kerajinan

Pengertian 8/22/2015. Oleh Maria Etik Sulistiyani. Kerajinan Kerajinan dari Bahan Alam Oleh Maria Etik Sulistiyani Pembuatan Produk Kerajinan dari bahan alam Tanah Liat Serat Kayu Bambu Kulit Logam Batu Rotan Kemasan Produk Berdasarkan teknik, bahan, alat, dan prodesur

Lebih terperinci

TUGAS SENI BUDAYA ARTIKEL SENI RUPA

TUGAS SENI BUDAYA ARTIKEL SENI RUPA TUGAS SENI BUDAYA ARTIKEL SENI RUPA Nama : Muhammad Bagus Zulmi Kelas : X 4 MIA No : 23 SENI RUPA Seni rupa adalah cabang seni yang membentuk karya seni dengan media yang bisa ditangkap mata dan dirasakan

Lebih terperinci

Ragam Hias Tenun Ikat Nusantara

Ragam Hias Tenun Ikat Nusantara RAGAM HIAS TENUN IKAT NUSANTARA 125 Ragam Hias Tenun Ikat Nusantara A. RINGKASAN Pada bab ini kita akan mempelajari sejarah teknik tenun ikat pada saat mulai dikenal masyarakat Nusantara. Selain itu, akan

Lebih terperinci

Kompetensi Inti. Kompetensi Dasar dan Indikator

Kompetensi Inti. Kompetensi Dasar dan Indikator Kompetensi Inti 1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya 2. Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, kiranya. telah cukup menjawab berbagai permasalahan yang diajukan

BAB V KESIMPULAN. Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, kiranya. telah cukup menjawab berbagai permasalahan yang diajukan 305 BAB V KESIMPULAN Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, kiranya telah cukup menjawab berbagai permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini. Penjelasan yang terkait dengan keberadaan seni lukis

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Gbr. 1-60: Kumis buatan dipakai dalam tari wayang dari Jawa Barat untuk menggambarkan. Gbr. 1-63: Rias Harimau,

PENDAHULUAN. Gbr. 1-60: Kumis buatan dipakai dalam tari wayang dari Jawa Barat untuk menggambarkan. Gbr. 1-63: Rias Harimau, PENDAHULUAN 17 Jadi, jika ditinjau dari sisi fungsi, yaitu membuat wajah menjadi berbeda, rias memiliki persamaan dengan topeng, terutama rias yang menggunakan bahan tempelan. Namun umumnya rias tidak

Lebih terperinci

b. Karya seni rupa tiga dimensi atau trimatra, contoh; patung, monumen, mebel. rumah, pesawat, sepatu, sandal, tas, dll.

b. Karya seni rupa tiga dimensi atau trimatra, contoh; patung, monumen, mebel. rumah, pesawat, sepatu, sandal, tas, dll. SENI RUPA 2 DIMENSI DAN 3 DIMENSI 1. PEMBAGIAN BERDASARKAN DIMENSI Pengertian dimensi adalah ukuran yang meliputi panjang, lebar, dan tinggi. Karya seni rupa yang hanya memiliki panjang dan lebar disebut

Lebih terperinci

III. Kerajinan dari Daur Ulang A. Produk Kerajinan dari Kertas Daur Ulang Banyak hal yang dapat diciptakan dari kertas seni (handmade paper).

III. Kerajinan dari Daur Ulang A. Produk Kerajinan dari Kertas Daur Ulang Banyak hal yang dapat diciptakan dari kertas seni (handmade paper). III. Kerajinan dari Daur Ulang A. Produk Kerajinan dari Kertas Daur Ulang Banyak hal yang dapat diciptakan dari kertas seni (handmade paper). Akan tetapi, pada dasarnya unsur kreativitas dan pengalaman

Lebih terperinci

Kerajinan Fungsi Hias

Kerajinan Fungsi Hias Kerajinan Fungsi Hias KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufiq, dan hidayah-nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan

Lebih terperinci

BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN. kebenaran, hal ini terkait sekali dengan realitas.

BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN. kebenaran, hal ini terkait sekali dengan realitas. 68 BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN Menciptakan karya seni selalu di hubungkan dengan ekspresi pribadi senimannya, hal itu diawali dengan adanya dorongan perasaan untuk menciptakan sesuatu yang baru

Lebih terperinci

Ragam Hias Kain Celup Ikat

Ragam Hias Kain Celup Ikat RAGAM HIAS KAIN CELUP IKAT 57 Ragam Hias Kain Celup Ikat A. RINGKASAN Pada bab ini kita akan mempelajari asal usul kain yang menggunakan teknik celup ikat, jenis ragam hias, serta daerah penghasil kain

Lebih terperinci

SENI RUPA 2 DIMENSI DAN 3 DIMENSI

SENI RUPA 2 DIMENSI DAN 3 DIMENSI SENI RUPA 2 DIMENSI DAN 3 DIMENSI Disusun Oleh : Nama : Kelas : X Mipa 6 Pelajaran : Seni Budaya SMA TAHUN AJARAN 2016/2017 Seni Rupa Seni rupa adalah salah satu cabang seni yang membentuk sebuah karya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seni adalah karya cipta manusia yang memiliki nilai estetika dan artistik.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seni adalah karya cipta manusia yang memiliki nilai estetika dan artistik. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seni adalah karya cipta manusia yang memiliki nilai estetika dan artistik. Sepanjang sejarah, manusia tidak terlepas dari seni. Karena seni adalah salah satu

Lebih terperinci

Kain Sebagai Kebutuhan Manusia

Kain Sebagai Kebutuhan Manusia KAIN SEBAGAI KEBUTUHAN MANUSIA 1 Kain Sebagai Kebutuhan Manusia A. RINGKASAN Pada bab ini kita akan mempelajari kain sebagai kebutuhan manusia. Manusia sebagai salah satu makhluk penghuni alam semesta

Lebih terperinci

1 I Made Bandem, Ensiklopedi Tari Bali, op.cit., p.55.

1 I Made Bandem, Ensiklopedi Tari Bali, op.cit., p.55. Tata Rias dan Busana Tari Legong Sambeh Bintang Kiriman Ni Wayan Ekaliani, Mahasiswa PS. Seni Tari ISI Denpasar Tata rias dan busana dalam seni pertunjukan selain berfungsi memperindah, memperkuat karakter

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wujud hasil kebudayaan seperti nilai - nilai, norma-norma, tindakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. wujud hasil kebudayaan seperti nilai - nilai, norma-norma, tindakan dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang kaya akan keanekaragaman hasil kebudayaan. Keanekaragaman hasil kebudayaan itu bisa dilihat dari wujud hasil kebudayaan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. memanfaatkan limbah dari tanaman kelapa sawit yang selanjutnya diolah menjadi

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. memanfaatkan limbah dari tanaman kelapa sawit yang selanjutnya diolah menjadi BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan Chantiqa Handycraft merupakan suatu jenis usaha kerajinan yang memanfaatkan limbah dari tanaman kelapa sawit yang selanjutnya diolah menjadi barang

Lebih terperinci

KERAJINAN DARI BAHAN ALAM

KERAJINAN DARI BAHAN ALAM TUGAS PRAKARYA KERAJINAN DARI BAHAN ALAM Oleh: NAMA : FARHAN ARIYANDI SAPUTRA KELAS : VII D SMP YKPP DUMAI T.A 2015/2016 I. PENDAHULUAN Indonesia memiliki banyak kekayaan alam yang berlimpah. Kekayaan

Lebih terperinci

Bab 3. Dari uraian Bab 1, kita telah mengetahui betapa beragamnya bentuk dan. Gaya dan Karakter. 3.1 Bentuk Dasar Topeng

Bab 3. Dari uraian Bab 1, kita telah mengetahui betapa beragamnya bentuk dan. Gaya dan Karakter. 3.1 Bentuk Dasar Topeng 63 Bab 3 Gaya dan Karakter Dari uraian Bab 1, kita telah mengetahui betapa beragamnya bentuk dan ukuran topeng. Namun demikan, topeng yang paling dominan adalah topeng yang dekat dengan struktur dan/atau

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i UCAPAN TERIMAKASIH... ii ABSTRAK... iv DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... ix DAFTAR BAGAN... x DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i UCAPAN TERIMAKASIH... ii ABSTRAK... iv DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... ix DAFTAR BAGAN... x DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i UCAPAN TERIMAKASIH... ii ABSTRAK... iv DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... ix DAFTAR BAGAN... x DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR LAMPIRAN... xv BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB 2 DATA DAN ANALISA

BAB 2 DATA DAN ANALISA 3 BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1 Sumber Data Sumber data yang digunakan untuk membantu dan mendukung Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut : 1. Wawancara Wawancara dilakukan dengan beberapa sumber dari dua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki bermacam-macam suku bangsa,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki bermacam-macam suku bangsa, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki bermacam-macam suku bangsa, tidak hanya suku yang berasal dari nusantara saja, tetapi juga suku yang berasal dari luar nusantara.

Lebih terperinci

III. METODE PENCIPTAAN TOPENG SEBAGAI TEMA DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI RUPA. A. Implementasi Teoritis

III. METODE PENCIPTAAN TOPENG SEBAGAI TEMA DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI RUPA. A. Implementasi Teoritis III. METODE PENCIPTAAN TOPENG SEBAGAI TEMA DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI RUPA A. Implementasi Teoritis Penulis menyadari bahwa topeng merupakan sebuah bagian peninggalan prasejarah yang sekarang masih mampu

Lebih terperinci

SOAL PENGAYAAN A. FLORA, FAUNA DAN ALAM BENDA

SOAL PENGAYAAN A. FLORA, FAUNA DAN ALAM BENDA SOAL PENGAYAAN A. FLORA, FAUNA DAN ALAM BENDA 1 Jelaskan apa yang dimaksud dengan aktivitas fisik dan mental dalam menggambar! 2 Sebutkan dan jelaskan dua komposisi dalam menggambar! 3 Sebutkan contoh

Lebih terperinci

GAMBAR ORNAMEN. Dwi Retno SA., M.Sn

GAMBAR ORNAMEN. Dwi Retno SA., M.Sn GAMBAR ORNAMEN Dwi Retno SA., M.Sn PENGERTIAN ORNAMEN berasal dari kata ORNARE (bahasa Latin) yang berarti menghias. juga berarti dekorasi atau hiasan sering disebut sebagai disain dekoratif atau disain

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii UCAPAN TERIMA KASIH... iii DAFTAR ISI... v DAFTAR GAMBAR... viii

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii UCAPAN TERIMA KASIH... iii DAFTAR ISI... v DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR ISI ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii UCAPAN TERIMA KASIH... iii DAFTAR ISI... v DAFTAR GAMBAR... viii BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Pembatasan dan Perumusan Masalah...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kekompleksitasan Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah membuat Indonesia menjadi

Lebih terperinci

SEJARAH DAN PERKEMBANGAN MODE BUSANA

SEJARAH DAN PERKEMBANGAN MODE BUSANA SEJARAH DAN PERKEMBANGAN MODE BUSANA Dipresentasikan pada Pendidikan dan Latihan Tenaga Pendidik dan Penguji Praktek Menjahit Pakaian Wanita dan Anak se Jawa Barat Tanggal 19 Juli 2005 Oleh Dra. Arifah

Lebih terperinci

Kajian Perhiasan Tradisional

Kajian Perhiasan Tradisional Kajian Perhiasan Tradisional Oleh : Kiki Indrianti Program Studi Kriya Tekstil dan Mode, Universitas Telkom ABSTRAK Kekayaan budaya Indonesia sangat berlimpah dan beragam macam. Dengan keanekaragaman budaya

Lebih terperinci

RANGKUMAN. Bab 7. Rangkuman

RANGKUMAN. Bab 7. Rangkuman 179 Bab 7 Rangkuman S etelah membaca buku Topeng ini, mungkin Anda akan bertanya: Apa sasaran buku ini? Tidak ada bab yang menguraikan secara menyeluruh tentang topeng Nusantara. Jika misalnya Anda ingin

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PERANCANGAN Buku adalah kumpulan kertas atau bahan lainnya yang dijilid menjadi satu pada salah satu ujungnya yang berisi tulisan atau gambar.buku sering dikatakan sebagai

Lebih terperinci

SOAL UJIAN TENGAH SEMESTER PRAKARYA KELAS VII

SOAL UJIAN TENGAH SEMESTER PRAKARYA KELAS VII SOAL UJIAN TENGAH SEMESTER PRAKARYA KELAS VII 1. Arti dari kata kerajinan adalah? a. Kreativitas pada suatu barang melalui ketrampilan tangan. b. Kreativitas pada suatu barang dari bahan alam. c. Barang

Lebih terperinci

BAB II JENIS-JENIS PRODUK MEBEL DAN KERAJINAN KAYU

BAB II JENIS-JENIS PRODUK MEBEL DAN KERAJINAN KAYU BAB II JENIS-JENIS PRODUK MEBEL DAN KERAJINAN KAYU Berdasarkan sifat-sifat dasar bahan baku kayu dan penggunaannya sebagai produk mebel dan kerajinan kayu, penggolongan macam-macam produk tersebut dibedakan

Lebih terperinci

BUNGA KERING DARI KULIT JAGUNG Menyulap Limbah Menjadi Hiasan Bernilai

BUNGA KERING DARI KULIT JAGUNG Menyulap Limbah Menjadi Hiasan Bernilai BUNGA KERING DARI KULIT JAGUNG Menyulap Limbah Menjadi Hiasan Bernilai Oleh : Widyabakti Sabatari, M.Sn Staf Pengajar di Jurusan PTBB Prodi Teknik Busana FT UNY Materi yang disampaikan dalam rangka memberi

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Seni kriya merupakan bagian dari kehidupan perajin sebagai perwujudan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Seni kriya merupakan bagian dari kehidupan perajin sebagai perwujudan 149 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. KESIMPULAN Seni kriya merupakan bagian dari kehidupan perajin sebagai perwujudan imajinasi keindahan telah direspon positif oleh masyarakat sebagai apresiator dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari serangga atau hewan-hewan tertentu. Rumput, bambu, kupasan kulit dan otot-otot

BAB I PENDAHULUAN. dari serangga atau hewan-hewan tertentu. Rumput, bambu, kupasan kulit dan otot-otot BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia memiliki berbagai macam kebutuhan yang terdiri dari kebutuhan pangan, sandang, dan papan. Kebutuhan pangan berupa makanan, sandang berupa pakaian, dan kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikatakan berhasil dalam strategi pengembangan pembangunan jika laju

BAB I PENDAHULUAN. dikatakan berhasil dalam strategi pengembangan pembangunan jika laju BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan ekonomi suatu negara dewasa ini tidak dapat dipisahkan dari keadaan ekonomi luar negeri. Apalagi bila negara tersebut semakin terbuka, keterbukaan

Lebih terperinci

III. PROSES PENCIPTAAN

III. PROSES PENCIPTAAN III. PROSES PENCIPTAAN A. Implementasi Teoritik 1. Tematik Dunia virtual dalam media sosial memang amat menarik untuk dibahas, hal ini pulalah yang membuat penulis melakukan sebuah pengamatan, perenungan

Lebih terperinci

MASA BERCOCOK TANAM DAN DAN BERTERNAK a. Kehidupan sosial-ekonomi Manusia Purba pada Masa Bercocok Tanam Kehidupan manusia senantiasa mengalami

MASA BERCOCOK TANAM DAN DAN BERTERNAK a. Kehidupan sosial-ekonomi Manusia Purba pada Masa Bercocok Tanam Kehidupan manusia senantiasa mengalami MASA BERCOCOK TANAM DAN DAN BERTERNAK a. Kehidupan sosial-ekonomi Manusia Purba pada Masa Bercocok Tanam Kehidupan manusia senantiasa mengalami perkembangan. Perkembangan itu dapat disebabkan karena ada

Lebih terperinci

Bahan Baku Peralatan dan Proses Pembuatan Gerabah II Oleh: Drs. I Made Mertanadi, M.Si., Dosen PS Kriya Seni

Bahan Baku Peralatan dan Proses Pembuatan Gerabah II Oleh: Drs. I Made Mertanadi, M.Si., Dosen PS Kriya Seni Bahan Baku Peralatan dan Proses Pembuatan Gerabah II Oleh: Drs. I Made Mertanadi, M.Si., Dosen PS Kriya Seni (8) Pisau raut Pisau raut yaitu suatu alat berbentuk pisau kecil terbuat dari lempengan besi

Lebih terperinci

BAB III CELENG SEBAGAI TEMA DALAM KARYA SENI LUKIS. A. Implementasi Teoritis

BAB III CELENG SEBAGAI TEMA DALAM KARYA SENI LUKIS. A. Implementasi Teoritis BAB III CELENG SEBAGAI TEMA DALAM KARYA SENI LUKIS A. Implementasi Teoritis Istilah kata celeng berasal dari sebagian masyarakat Jawa berarti babi liar. Jika dilihat dari namanya saja, sudah nampak bahwa

Lebih terperinci

BUBUR KERTAS SEBAGAI BAHAN PEMBUATAN MEDIA PEMBELAJARAN SEJARAH

BUBUR KERTAS SEBAGAI BAHAN PEMBUATAN MEDIA PEMBELAJARAN SEJARAH BUBUR KERTAS SEBAGAI BAHAN PEMBUATAN MEDIA PEMBELAJARAN SEJARAH A. Bahan dan pembuatan. Bubur kertas merupakan salah satu bahan yang dapat digunakan untuk pembuatan media pembelajaran sejarah yang berupa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. permukaannya. Misalnya furniture sebagai tempat penyimpan biasanya

BAB I PENDAHULUAN. permukaannya. Misalnya furniture sebagai tempat penyimpan biasanya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Furniture adalah istilah yang digunakan untuk perabot rumah tangga yang berfungsi sebagai tempat penyimpan barang, tempat duduk, tempat tidur, tempat mengerjakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pada masa lalu, wilayah nusantara merupakan jalur perdagangan asing

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pada masa lalu, wilayah nusantara merupakan jalur perdagangan asing BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pada masa lalu, wilayah nusantara merupakan jalur perdagangan asing yang sangat strategis, yang terletak di tengah-tengah jalur perdagangan yang menghubungkan antara

Lebih terperinci

BAB III DATA DAN ANALISIS PERANCANGAN A. KELOMPOK DATA BERKAITAN DENGAN ASPEK FUNGSI PRODUK

BAB III DATA DAN ANALISIS PERANCANGAN A. KELOMPOK DATA BERKAITAN DENGAN ASPEK FUNGSI PRODUK BAB III DATA DAN ANALISIS PERANCANGAN A. KELOMPOK DATA BERKAITAN DENGAN ASPEK FUNGSI PRODUK Boneka bisa terbuat dari bermacam bahan, bahan yang bisa digunakan yaitu kain, kulit, kertas, fiber, tanah liat

Lebih terperinci

Penerapan Ragam Hias pada Bahan Tekstil

Penerapan Ragam Hias pada Bahan Tekstil Penerapan ragam hias flora, fauna, dan geometris pada bahan tekstil banyak dijumpai di berbagai daerah di Indonesia. Penerapan ragam hias pada bahan tekstil dapat dilakukan dengan cara membatik, menenun,

Lebih terperinci

BAB II METODE PERANCANGAN

BAB II METODE PERANCANGAN BAB II METODE PERANCANGAN A. Orisinilitas Topeng betawi adalah kedok yang di pakai dalam tari topong tunggal yang biasanya digunakan sebagai penggambaran tentang kehidupan masyarakat betawi melalui watak

Lebih terperinci

BENDA DAN KEGUNAANNYA

BENDA DAN KEGUNAANNYA BAB VI BENDA DAN KEGUNAANNYA Sumber: Dokumen penerbit Apa yang akan kamu pelajari pada bab enam ini? Pada bab ini akan mempelajari: A. Bahan penyusun benda B. Kegunaan benda Bab VI Benda dan Kegunaannya

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG KIRIGAMI. di masyarakat luas. Seni kerajinan ini berasal dari Negeri Matahari, Jepang.

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG KIRIGAMI. di masyarakat luas. Seni kerajinan ini berasal dari Negeri Matahari, Jepang. BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG KIRIGAMI 2.1 Sejarah Kirigami Seni kerajinan kertas kirigami merupakan salah satu varian dari kerajinan origami. Origami merupakan kerajinan kertas lipat yang terlebih dahulu

Lebih terperinci

Pengertian. Ragam hias. Teknik. Pada pelajaran Bab 4, peserta didik diharapkan peduli dan melakukan aktivitas berkesenian,

Pengertian. Ragam hias. Teknik. Pada pelajaran Bab 4, peserta didik diharapkan peduli dan melakukan aktivitas berkesenian, Bab 4 Menerapkan Ragam Hias pada Bahan Kayu Alur Pembelajaran Pengertian Menerapkan Ragam Hias pada Bahan Kayu Ragam hias Teknik Menggambar Ragam Hias Ukiran Melukis Ragam Hias di Atas Bahan Kayu Pada

Lebih terperinci

1. Toko-toko gerabah dan kerajinan di Desa Kapal dan Desa Sempidi Kecamatan Mengwi Kabupaten Badung.

1. Toko-toko gerabah dan kerajinan di Desa Kapal dan Desa Sempidi Kecamatan Mengwi Kabupaten Badung. Desa Kapal, Sebagai sentra Pemasaran Produk Gerabah di Bali. Kiriman: Drs. I Wayan Mudra, MSn., Dosen PS Kriya Seni ISI Denpasar. Tulisan ini adalah data awal penelitian Hibah Bersaing Tahun I Tahap 1

Lebih terperinci

Medium, Bahan, dan Teknik Berkarya Seni Rupa 2 Dimensi

Medium, Bahan, dan Teknik Berkarya Seni Rupa 2 Dimensi Medium, Bahan, dan Teknik Berkarya Seni Rupa 2 Dimensi Anggota Kelompok : 1. 2. 3. 4. Alifiannisa A.W. (03) Nurul Khairiyah (23) Ulinnuha Mastuti H. (32) Yunita Dwi A. (33) X MIA 5 SMA Negeri 1 Mejayan

Lebih terperinci

Fruit Carving, Seni Mengukir Buah. Yulia Ardiani Staff UPT. Teknologi Informasi dan Komunikasi Institut Seni Indonesia Denpasar.

Fruit Carving, Seni Mengukir Buah. Yulia Ardiani Staff UPT. Teknologi Informasi dan Komunikasi Institut Seni Indonesia Denpasar. Fruit Carving, Seni Mengukir Buah Yulia Ardiani Staff UPT. Teknologi Informasi dan Komunikasi Institut Seni Indonesia Denpasar Abstrak Gambaran hiasan dengan bagian bagian cekung dan bagian cembung yang

Lebih terperinci

ABSTRAK FUNGSI BONEKA DARUMA BAGI MASYARAKAT JEPANG

ABSTRAK FUNGSI BONEKA DARUMA BAGI MASYARAKAT JEPANG ABSTRAK FUNGSI BONEKA DARUMA BAGI MASYARAKAT JEPANG Boneka merupakan salah satu simbol anak-anak yang dijadikan mainan dan dibuat untuk menemani anak-anak hingga pada akhirnya boneka juga dianggap sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan Pasca Perang Dunia II, industri kerajinan tangan dengan berbagai keunggulan seni dan budayanya menjadi perhatian serius dari berbagai negara. 10 Juni 1964,

Lebih terperinci

B. Kontemplasi Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2013, hlm. 728) kontemplasi

B. Kontemplasi Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2013, hlm. 728) kontemplasi 36 BAB III METODE DAN PROSES PENCIPTAAN A. Uraian Menurut Humardani (dalam Kartika, 2004, hlm. 3) mengemukakan bahwa memahami kesenian itu berarti menemukan sesuatu gagasan atau pembatasan yang berlaku

Lebih terperinci

BERKURANGNYA PERAJIN PRETIMA DI BANJAR ANGGABAYA PENATIH, DENPASAR TIMUR, BALI. I Wayan Dirana

BERKURANGNYA PERAJIN PRETIMA DI BANJAR ANGGABAYA PENATIH, DENPASAR TIMUR, BALI. I Wayan Dirana BERKURANGNYA PERAJIN PRETIMA DI BANJAR ANGGABAYA PENATIH, DENPASAR TIMUR, BALI I Wayan Dirana Program Studi Kriya, Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Seni Indonesia Denpasar diranawayan@yahoo.co.id

Lebih terperinci

merupakan transpormasi dari naskah/kitab sastra, seeperti: kakawin, kidung dan sebagainya,

merupakan transpormasi dari naskah/kitab sastra, seeperti: kakawin, kidung dan sebagainya, Proses Pembuatan Prasi I Oleh Drs. I Nyoman Wiwana, dosen PS Seni Rupa Murni Seni lukis prasi merupakan salah satu karya seni rupa tradisional Bali, termasuk warisan budaya nenek moyang yang memiliki nilai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kerajinan merupakan produk yang dihasilkan manusia yang dapat dilihat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kerajinan merupakan produk yang dihasilkan manusia yang dapat dilihat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kerajinan merupakan produk yang dihasilkan manusia yang dapat dilihat dari berbagai aspek kehidupan yang tumbuh di negara kita. Dalam bidang seni kerajinan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Alasan Pemilihan Judul. Jepang adalah sebuah bangsa yang menyimpan keunikan pada hal

BAB I PENDAHULUAN Alasan Pemilihan Judul. Jepang adalah sebuah bangsa yang menyimpan keunikan pada hal BAB I PENDAHULUAN 1.1. Alasan Pemilihan Judul Jepang adalah sebuah bangsa yang menyimpan keunikan pada hal kebudayaan. Kebudayaan Jepang dipengaruhi oleh karakteristik geografis negaranya serta adanya

Lebih terperinci

DIREKTORI PERUSAHAAN INDUSTRI DI KOTA DENPASAR TAHUN 2016 KECAMATAN DENPASAR TIMUR

DIREKTORI PERUSAHAAN INDUSTRI DI KOTA DENPASAR TAHUN 2016 KECAMATAN DENPASAR TIMUR KECAMATAN DENPASAR TIMUR 1 Industri Air Minum Dalam Kemasan 4 2 Industri Alas Kaki Lainnya 5 3 Industri Alat Pertanian dari Logam 3 4 Industri Alat-alat Dapur Dari Logam 4 5 Industri Alat-alat Dapur dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Yunita, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Yunita, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kesenian merupakan hasil dari kebudayaan manusia yang dapat didokumentasikan atau dilestarikan, dipublikasikan dan dikembangkan sebagai salah salah satu upaya

Lebih terperinci

BAB III DINAMIKA PROSES DAN PELAKSANAAN PROGRAM. dilakukan. Hal pertama yang dilakukan adalah melihat kondisi sekitar

BAB III DINAMIKA PROSES DAN PELAKSANAAN PROGRAM. dilakukan. Hal pertama yang dilakukan adalah melihat kondisi sekitar BAB III DINAMIKA PROSES DAN PELAKSANAAN PROGRAM A. Proses Pendampingan 1. Inkulturasi Tahapan awal yang dilakukan yaitu inkulturasi. Melakukan observasi langsung ke tempat tujuan dimana proses pendampingan

Lebih terperinci

X. PRAKARYA : Kerajinan

X. PRAKARYA : Kerajinan X. PRAKARYA A. Kerajinan Aspek : Kerajinan Satuan Pendidikan : SMP/MTs Kelas : VII (tujuh) Kompetensi Inti : KI 1 : Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya KI 2 : Menghargai dan menghayati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Potensi Kota Yogyakarta Sebagai Kota Budaya Dan Seni

BAB I PENDAHULUAN Potensi Kota Yogyakarta Sebagai Kota Budaya Dan Seni BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Potensi Kota Yogyakarta Sebagai Kota Budaya Dan Seni Kota Yogyakarta merupakan kota yang terkenal dengan anekaragam budayanya, seperti tatakrama, pola hidup yang

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN A. Gambaran Wilayah 1. Deskripsi Wilayah Dusun Jipangan termasuk dalam wilayah Desa Bangunjiwo, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul. Kecamatan Kasihan mempunyai luas wilayah

Lebih terperinci

SMA. Tersedia bahan mentah Tersedia tenaga kerja Tersedia modal Manajemen yang baik Dapat mengubah masyarakat agraris menjadi Negara industri

SMA. Tersedia bahan mentah Tersedia tenaga kerja Tersedia modal Manajemen yang baik Dapat mengubah masyarakat agraris menjadi Negara industri JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN SMA XII (DUA BELAS) GEOGRAFI ANALISIS LOKASI INDUSTRI 1. Pengertian industri: Industri adalah suatu usaha atau kegiatan pengolahan bahan mentah atau barang setengah

Lebih terperinci

KULINER DAERAH Kabupaten Pandeglang

KULINER DAERAH Kabupaten Pandeglang KULINER DAERAH Kabupaten Pandeglang Oleh: Basith Djoma KULINER IKON Untuk menentukan makanan daerah yang pantas jadi ikon daerah tentulah bukan pekerjaan mudah. Untuk membuat kuliner yang akan menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara maritim yang besar dan memiliki berbagai macam kebudayaan, mulai dari tarian, pakaian adat, makanan, lagu daerah, kain, alat musik, lagu,

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR JAWA TIMUR JANUARI 2016

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR JAWA TIMUR JANUARI 2016 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 14/02/35/Th. XIV, 15 Februari PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR JAWA TIMUR JANUARI EKSPOR JAWA TIMUR BULAN JANUARI NAIK 5,35 PERSEN Nilai Ekspor Jawa Timur bulan mencapai USD 1.313,67

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL

KARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL KARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL JUDUL KARYA : Wijaya Kusuma PENCIPTA : Cokorda Alit Artawan, S.Sn.,M.Sn PAMERAN PAMERAN SENI RUPA Exchange Program ISI Art Exhibition (Okinawa Prefectural University

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG KUMIHIMO

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG KUMIHIMO BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG KUMIHIMO 2.1 Sejarah Kumihimo Kumihimo dikenal mulai sejak zaman Edo. Kumihimo pertama kali diciptakan oleh suatu bentuk jari loop mengepang. Kemudian alat takaida seperti

Lebih terperinci

KLASIFIKASI INDUSTRI A. Industri berdasarkan klasifikasi atau penjenisannya 1. Aneka industri 2. Industri mesin dan logam dasar

KLASIFIKASI INDUSTRI A. Industri berdasarkan klasifikasi atau penjenisannya 1. Aneka industri 2. Industri mesin dan logam dasar KLASIFIKASI INDUSTRI Industri adalah suatu usaha atau kegiatan yang melakukan proses atau aktivitas yang mengubah dari sesuatu atau bahan mentah menjadi barang setengah jadi atau barang jadi berupa barang

Lebih terperinci

Gambar: 5. 5a. Pasar Bali

Gambar: 5. 5a. Pasar Bali Kelompok lukisan yang secara utuh mengalami pembaharuan pada bidang tema, proporsi, anatomi plastis, pewarnaan, dan sinar bayangan dalam lukis Pita Maha Oleh: Drs. I Dewa Made Pastika a. Judul lukisan

Lebih terperinci

Potensi Budaya Indonesia Dan Pemanfaatannya

Potensi Budaya Indonesia Dan Pemanfaatannya Potensi Budaya Indonesia Dan Pemanfaatannya Selain kaya akan sumber daya alam, Indonesia juga termasuk kaya akan keragaman budaya. Beraneka ragam budaya dapat dijumpai di Negara ini. Keragaman budaya tersebut

Lebih terperinci

4 PENGETAHUAN BAHAN DAN ALAT

4 PENGETAHUAN BAHAN DAN ALAT 4 PENGETAHUAN BAHAN DAN ALAT KRIYA TEKSTIL Kompetensi yang akan diperoleh setelah mempelajari bab ini adalah pemahaman tentang pengetahuan bahan dan alat kriya tekstil. Setelah mempelajari pengetahuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENCIPTAAN

BAB III METODE PENCIPTAAN BAB III METODE PENCIPTAAN A. Ide Berkarya Kuda adalah hewan yang sangat berguna dalam keseharian sebagian besar manusia, baik itu tenaga, daging bahkan susunya, sejak dahulu memang kuda sudah diandalkan

Lebih terperinci

Menilik Sisi Lain Ibukota di Kota Tua Fatahillah

Menilik Sisi Lain Ibukota di Kota Tua Fatahillah Menilik Sisi Lain Ibukota di Kota Tua Fatahillah Wajah Jakarta sering digambarkan dengan ratusan gedung tinggi yang menjulang di tengah kota, hutan modern yang riuh dengan gedung perkantoran dan pemukiman.

Lebih terperinci

BAB III BURUNG HANTU SEBAGAI TEMA DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI GRAFIS. A. Implementasi Teori

BAB III BURUNG HANTU SEBAGAI TEMA DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI GRAFIS. A. Implementasi Teori BAB III BURUNG HANTU SEBAGAI TEMA DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI GRAFIS A. Implementasi Teori Penulis menjadikan burung hantu sebagai sumber tema dalam penciptaan karya seni karena burung hantu memiliki beragam

Lebih terperinci

QANUN KABUPATEN ACEH TIMUR NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG

QANUN KABUPATEN ACEH TIMUR NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG QANUN KABUPATEN ACEH TIMUR NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN ACEH TIMUR NOMOR 19 TAHUN 2001 TENTANG RETRIBUSI HASIL USAHA INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bhineka Tunggal Ika

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bhineka Tunggal Ika BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki banyak keanekaragaman budaya, mulai dari indahnya potensi alam, tempat wisata, sajian kuliner hingga peninggalan

Lebih terperinci

WARISAN BUDAYA TAK BENDA KAB. MERANGIN, JAMBI TARI SAYAK & TARI PISANG

WARISAN BUDAYA TAK BENDA KAB. MERANGIN, JAMBI TARI SAYAK & TARI PISANG Pusat Data dan Statistik Pendidikan dan Kebudayaan (PDSPK) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2016 WARISAN BUDAYA TAK BENDA KAB. MERANGIN, JAMBI TARI SAYAK & TARI PISANG DAFTAR ISI A. Pendahuluan B.

Lebih terperinci

Pewayangan Pada Desain Undangan. Yulia Ardiani Staff UPT. Teknologi Informasi Dan Komunikasi Institut Seni Indonesia Denpasar.

Pewayangan Pada Desain Undangan. Yulia Ardiani Staff UPT. Teknologi Informasi Dan Komunikasi Institut Seni Indonesia Denpasar. Pewayangan Pada Desain Undangan Yulia Ardiani Staff UPT. Teknologi Informasi Dan Komunikasi Institut Seni Indonesia Denpasar Abstrak Sesuatu yang diciptakan oleh manusia yang mengandung unsur keindahan

Lebih terperinci

RAGAM HIAS FLORA Ragam hias flora

RAGAM HIAS FLORA Ragam hias flora RAGAM HIAS FLORA Ragam hias flora Flora sebagai sumber objek motif ragam hias dapat dijumpai hampir di seluruh pulau di Indonesia. Ragam hias dengan motif flora (vegetal) mudah dijumpai pada barang-barang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Saninten (Castanopsis argentea Blume A.DC) Sifat Botani Pohon saninten memiliki tinggi hingga 35 40 m, kulit batang pohon berwarna hitam, kasar dan pecah-pecah dengan permukaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia terdiri dari banyak suku yang tersebar dari Sabang sampai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia terdiri dari banyak suku yang tersebar dari Sabang sampai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia terdiri dari banyak suku yang tersebar dari Sabang sampai Merauke, dengan banyak suku dan budaya yang berbeda menjadikan Indonesia sebagai bangsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak dikenal oleh masyarakat luas. Di Jakarta sendiri, clay sudah mulai banyak

BAB I PENDAHULUAN. banyak dikenal oleh masyarakat luas. Di Jakarta sendiri, clay sudah mulai banyak BAB I PENDAHULUAN I.1 Pengenalan Produk I.1.1 Produk Clay Clay merupakan sebuah bentuk kerajinan yang masih baru dan belum banyak dikenal oleh masyarakat luas. Di Jakarta sendiri, clay sudah mulai banyak

Lebih terperinci

-2- Mesin dan/atau Peralatan Industri kecil dan/atau Industri menengah; Mengingat : 1. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kement

-2- Mesin dan/atau Peralatan Industri kecil dan/atau Industri menengah; Mengingat : 1. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kement No.440, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENPERIN. Restrukturisasi Mesin. Peralatan Industri Kecil Indis PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20/M-IND/PER/3/2016 TENTANG PERUBAHAN

Lebih terperinci

III. METODE PENCIPTAAN. A. Implementasi Teoritis

III. METODE PENCIPTAAN. A. Implementasi Teoritis III. METODE PENCIPTAAN 1. Tematik A. Implementasi Teoritis Kehidupan dunia anak-anak yang diangkat oleh penulis ke dalam karya Tugas Akhir seni lukis ini merupakan suatu ketertarikaan penulis terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di dunia yang kekayaan alamnya menjadi aset bagi Negara yang berada

BAB I PENDAHULUAN. di dunia yang kekayaan alamnya menjadi aset bagi Negara yang berada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kalimantan terkenal sebagai salah satu pulau penghasil alam terbesar di dunia yang kekayaan alamnya menjadi aset bagi Negara yang berada disekitarnya. Indonesia

Lebih terperinci

Pemanfaatan Limbah Kayu Kelapa dari CV. UNIQUE Furniture Cibarusah Kab. Bekasi Sebagai Wadah Alat Tulis Modular

Pemanfaatan Limbah Kayu Kelapa dari CV. UNIQUE Furniture Cibarusah Kab. Bekasi Sebagai Wadah Alat Tulis Modular Pemanfaatan Limbah Kayu Kelapa dari CV. UNIQUE Furniture Cibarusah Kab. Bekasi Sebagai Wadah Alat Tulis Modular Iyus Susila 1,*, Fakhri Huseini 1 1 Institut Teknologi dan Sains Bandung, Deltamas, Bekasi

Lebih terperinci

BAB II. METODE PERANCANGAN

BAB II. METODE PERANCANGAN BAB II. METODE PERANCANGAN A. Orisinalitas Sepatu wedges memiliki ciri tersendiri yaitu terdapat pada bagian solnya yang tebal dan mengikuti tapak kaki wanita. Sepatu wedges memberikan efek tinggi saat

Lebih terperinci

Ragam Hias Kain Sulam dan Terapan Lainnya

Ragam Hias Kain Sulam dan Terapan Lainnya BAHAN DASAR TEKSTIL NUSANTARA 71 Ragam Hias Kain Sulam dan Terapan Lainnya A. RINGKASAN Pada bab ini kita akan mempelajari asal usul kain yang ragam hiasnya dibentuk dengan cara teknik sulam. Di samping

Lebih terperinci

BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN

BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN 35 BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN A. Metode Penciptaan Dalam penciptaan Tugas Akhir ini penulis mengambil judul APLIKASI TEKNIK BATIK TULIS DENGAN MOTIF RUMAH ADAT DAYAK KANAYATN PADA PEMBUATAN TAS

Lebih terperinci

Petunjuk Umum : 1. Terlebih dahulu baca Basmalah kemudian tulis nama dan nomor pada kolom yang disediakan.

Petunjuk Umum : 1. Terlebih dahulu baca Basmalah kemudian tulis nama dan nomor pada kolom yang disediakan. Tema 1 : Hari, tanggal : Kelas : V (Lima) Bermain dengan Benda- Benda di Sekitar Nama : No. peserta : Paraf Guru Paraf Orang tua Petunjuk Umum : 1. Terlebih dahulu baca Basmalah kemudian tulis nama dan

Lebih terperinci

Gambar 6 Gelungan Telek dari Banjar Kawan Foto: Ayu Herliana, 20011

Gambar 6 Gelungan Telek dari Banjar Kawan Foto: Ayu Herliana, 20011 Tata Rias dan Busana Tari Telek Anak Anak di Desa Jumpai Kiriman: Ayu Herliana, PS. Seni Tari ISI Denpasar Kostum atau busana adalah segala perlengkapan pakaian dalan tari Bali. Busana merupakan faktor

Lebih terperinci