ANALISIS PENGENDALIAN BIAYA MUTU PRODUKSI PADA PERUSAHAAN TAHU KEDELE MAKASSAR BUNYAMIN STIE-YPUP MAKASSAR PENDAHULUAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS PENGENDALIAN BIAYA MUTU PRODUKSI PADA PERUSAHAAN TAHU KEDELE MAKASSAR BUNYAMIN STIE-YPUP MAKASSAR PENDAHULUAN"

Transkripsi

1 ANALISIS PENGENDALIAN BIAYA MUTU PRODUKSI PADA PERUSAHAAN TAHU KEDELE MAKASSAR BUNYAMIN STIE-YPUP MAKASSAR ABSTRAK Setiap perusahaan selalu berusaha agar produk yang dihasilkan dapat dipasarkan dengan baik sehingga tujuan akhir untuk memperoleh keuntungan dapat tercapai agar dapat menutupi semua pengeluaran biaya produksi yang terjadi pada satu periode kegiatan. Pabrik tahu kedele Makassar telah memenuhi standar Upper Control Limit (UCL) terletak pada batas 0,3%, persentase cacat batas terendah terletak antara 0,007 atau 0,7% sampai 0,0 atau 1%, sedangkan batas tertinggi terletak antara 0,018 atau 1,8% sampai 0,0 atau 2%. Kata Kunci: Pengendalian Biaya Produksi, Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN Perusahaan industri (manufakturing) dalam melaksanakan kegiatan usahanya selalu menghadapi faktor persaingan dan perusahaan industri lain yang mempunyai bidang usaha yang sama. Perusahaan industri dalam melaksanakan kegiatan produksi, dapat menciptakan daya beli masyarakat konsumen akan produk yang dihasilkan tersebut, sehingga perusahaan dapat memperoleh keuntungan yang maksimal dan dapat mempertahankan kontinuitas usahanya yang cermat dan teliti, dalam arti bahwa tehnik dalam proses pembuatan produk akan mampu menciptakan persaingan yang sehat diantara sesama perusahaan yang mempunyai kegiatan usaha yang sama. Masalah Pokok Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas maka yang menjadi masalah pokok pada perusahaan adalah : Apakah pengendaiian mutu produksi tahu yang diterapkan pada perusahaan Tahu Kedele Makassar sudah sesual standar yang ditetapkan. A. Pengertian Produksi TINJAUAN PUSTAKA Istilah produksi dipergunakan dalam perusahaan yang menghasilkan keluaran atau output berupa barang maupun jasa. Menurut M. Fuad dkk, (05 : 2 ) Produksi adalah kegiatan yang menghasilkan barang, baik barang jadi atau setengah jadi, barang industri dan suku cadang. Berikut ini Zulian Yamit, (05 : 3) memberikan definisi sebagai berikut :

2 Produksi dapat didefinisikan sebagai suatu kegiatan dengan melibatkan tenaga kerja, bahan serta peralatan untuk menghasilkan produk yang berguna. Sesuai dengan pernyataan di atas memberikan gambaran bahwa produksi merupakan suatu proses transformasi atau perubahan bentuk dari berbagai faktor - faktor pnoduksi, seperti : alam, tenaga kerja, modal dan tehnologi yang disatupadukan sedemikian rupa sehingga dapat menghasilkan barang atau jasa yang sangat bermanfaat bagi pemenuhan manusia. Dengan demikian barang atau jasa yang dihasilkan itu merupakan hasil pengkombinasian faktor-faktor produksi, sehingga hubungan atau faktor produksi dengan barang atau jasa yang dihasilkan dinyatakan dalam fungsi produksi. Menurut Sofyan Assauri, (04 : ) memberikan pengertian produksi dalam istilah ekonomi, produksi adalah segaiah kegiatan yang berhubungan dengan usaha untuk menciptakan dan menambah kegunaan atau utilitas suatu barang atau jasa. Dari pengertian ini menunjukkan bahwa kegiatan produksi dapat berjalan untuk menciptakan atau menambah kegunaan suatu barang atau jasa karena bentuk dan tempat sehingga membutuhkan faktor-faktor produksi. Menyimak beberapa pengertian produksi di atas maka dapat ditarik kesimpulan, bahwa produksi adalah suatu kegiatan atau proses. Pengertian Pengendalian Menurut Husaini Usman (06 : 400) Pengendalian adalah proses pemantauan penilaian dan pelaporan rencana atas pencapaian tujuan yang telah ditetapkan untuk tindakan korektif guna penyempurnaan Iebih lanjut Dari pengertian ini menunjukkan bahwa kegiatan pengendalian meliputi pemantauan, penilaian dan pelaporan kemajuan proyek disertai tindak anjut untuk menjamin kesesuaian antara rencana dengan pelaksanaan. Hipotesis Bertolak dari latar belakang masalah dan masalah pokok yang diangkat dalam penulisan skripsi ini, penulis mengajukan hipotesis, yaitu Diduga bahwa mutu tahu yang dihasiikan belum memenuhi standar mutu yang ditentukan oleh perusahaan. Metode Analisis METODE PENELITIAN Untuk menjawab Masalah pokok dan hipotesis maka peneliti menggunakan metode analisis sebagai berikut : 1. Analisis Deskriptif, yaitu suatu analisis yang bersifat kualitatif dimana dalam analisis ini, digunakan untuk mengetahui biji kedelai yang memenuhi syarat sari kedelai, proses produksi tahu dan pengendalian mutu tahu. 2. Analisis kuantitatif, yaitu analisis yang digunakan mempelajari analisis kontrol kualitas untuk mengetahui tingkat kerusakan tahu setelah selesai produksi. Adapun rumus pemecahan masalah yang dikemukakan oleh Zuhan Yamit (05 : 360) sebagai berikut : Xi P N

3 P ( 1 P) = N Batas pengawasan atas : UCL = Upper Control Limit Batas pengawasan bawah : LCL = Lower Control Limit Batas pengawasan : p + Sp dimana : P = Mean bagian yang rusak pada sampel P = % bagian yang rusak n = Banyak kedelai yang di observasi (sampel) X = Banyaknya kedelai yang rusak Z = Jumlah standar deviasi (z = 2 untuk batasan 95,5% ; z = 3 untuk batasan 99,7 = Standar deviasi Analisis Pengendalian Mutu Tahu HASIL PENELITIAN PEMBAHASAN Untuk menghasilkan mutu tahu yang biasanya kita berpikir dan faktor produksi tahu saja, namun sebenarnya bukan hanya itu tetapi faktor yang mempengaruhinya sangat banyak, mulai dari tahap proses penyediaan bahan baku, proses produksi pembuatan tahu hingga pengepakan. Dari proses yang baik akan menghasilkan mutu yang baik pula. Jelasnya bahwa untuk memproses tahu yang berkualitas harus melalui tahapan-tahapan : 1. Tahapan persiapan sarana dan prasarana 2. Tahapan pengadaan bahan baku 3. Tahapan pengolahan/produksi Tahapan Persiapan Sarana dan Prasarana Dimana sebelum melaksanakan kegiatan usaha perlu disiapkan Iebih dahulu mengenai : a. Kesiapan tempat usaha b. Kesiapan mesin dan peralatan lainnya c. Kesiapan penampungan kedelai d. Kesiapan modal kerja Tahapan Pengadaan Bahan Baku Merupakan Iangkah awal yang sangat menentukan keberhasilan dalam kegiatan memproduksi dan menghasilkan tahu kualitas, dengan sendirinya bahan baku yang dibutuhkan betul-betul varietas kedelai yang berkualitas yaitu orba dan wilis dengan ciri - ciri sebagai berikut: a. Orba, yaitu biji kecelai yang berbentuk bulat dan besar berwarna kuning b. Wilis, yaitu biji kedelai yang bentuknya agak kecil dan berwarna kuning kehijauhijauan.

4 Varietas ini digunakan untuk bahan baku tahu karena varietas tersebut adalah varietas lokal yang memenuhi syarat sari kedelai yang balk untuk produksi tahu. Sedangkan pengadaan bahan baku kadelai dapat diperoleh dari petani langsung, pedagang, toko atau perusahaan ekspor impor yang menangani kedelai di Makassar. Tahapan Pengolahan/Produksi Diatas telah disebutkan bahwa tahapan akhir dalam pelaksanaan proses adalah produksi. Tahu merupakan makanan yang terbuat dan bahan baku kedelai dan prosesnya masih sederhana dan terbatas pada skala rumah tangga. Tahu adalah makanan padat yang dicetak dan sari kedelai (Glysine spp) dengan proses pengendapan protein pada titik isoelektriknya tanpa atau penambahan zat lain yang tidak diisinkan. Pada prinsipnya produksi tahu dibuat dengan mengekstrak protein kemudian mengumpulkannya, sehingga terbentuk padatan protein. Cara penggumpalan susu kedelai umumnya dilakukan dengan cara penambahan bahan penggumpal berupa asam cuka (CH3CQOH), batu tahu (Ca S04n HZO) dan larutan bibit tahu (larutan perasa tahu yang telah diendapkan satu malam). Secara umum proses pembuatan tahu sebagai berikut : a. Kedelai dibersihkan dan disortasi, pembersihari ini dilakukan dengan cara ditampi atau menggunakan alat pembersih b. Kedelai direndam dalam air bersih agar kedelai dapat mengemban (,dan cukup lunak untuk digiling, lama penggilingan 2-4 jam. c. Kedelai dicuci dengan air bersih. banyaknya air yang digunakan tergantung pada jumlah kedelai yang akan digiling. d. Penggilingan kedelai menjadi bubur kedelai dengan menggunakan mesin giling, untuk memperlancar penggilingan perlu ditambahkan air dengan jumlah yang sesuai dengan banyaknya kedelai. e. Pemasakan kedelai dilakukan diatas tungku dan didihkan selama 5 menit, selama pemasakan ini sebaiknya dijaga agar tidak berbuih, dengan cara rnenamhahkan air dan diaduk. f. Penyaringan bubur kedelai dilakukan dengan kain penyaring. Ampas yang diperoleh diperas dan dibilas dengan air hangat, jumlah ampas basah kurang lebih 7Q% - 90% dari bobot kedelai kering. g. Setelah itu dilakukan penggumpalan dengan menggunakan air asam pada suhu 50 C, kemudian didiamkan sampai terbentuk gumpalan besar, selanjutnya air diatas endapan dibuang dan sebagian digunakan untuk proses penggumpalan kembali. h. Langkah terakhir adalah pengepresan dan pencetakan yang dilapisi dengan penyaring sampai padat setelah air tinggal sedikit, maka cetakan dibuka dan diangin-anginkan. Tabel 1. Jumlah Cacat dan Persentase cacat Perhari Sample Dan N = Kg (Produksi Februari Maret 09) Jumlah kedelai Yang Jumlah Kedelai Yang No Presentase Cacat (P) Diamati (Dalam Kg) Cacat (Dalam Kg) 7 0,0 0,0 0,007

5 ,0 0,0 0,005 0,0 0,005 0,0 0,0 0,0 0,018 0,017 0,0 0,0 0,0 0,007 0,0 0,0 0,013 0,0 0,018 0,0 0,0 0,0 0,0 0,005 0,0 0,0 0,0 0, ,404 Dalam setiap periode pengamatan dalam sehari, selama 31 periode pengamatan menunjukkan sebagai berikut (lihal tabel 1) : - Periode 1 menunjukkan bahwa dalam kg kedelai yang diamati terdapat kg kedelai yang cacat sehingga persentase cacat kedelai 0,0 atau 1,5%. - Periode 2 menunjukkan bahwa dalam kg kedelai yang diamati terdapat kg kedelai yang cacat sehingga persentase cacat kedelai 0,0 atau 1%. - Periode 3 menunjukkan bahwa dalam kg kedelai yang diamati terdapat 7 kg kedelai yang cacat sehingga persentase cacat kedelai 0,007 atau 0,7%. - Periode 4 menunjukkan bahwa dalam kg kedelai yang diamati terdapat kg kedelai yang cacat sehingga persentase cacat kedelai 0,0 atau 1,2%. - Periode 5 menunjukkan bahwa dalam kg kedelai yang diamati terdapat kg kedelai yang cacat sehingga persentase cacat kedelai 0,0 atau 1%. - Periode 6 menunjukkan bahwa dalam kg kedelai yang diamati terdapat 5 kg kedelai yang cacat sehingga persentase cacat kedelai 0,005 atau 0,5%.

6 - Periode 7 menunjukkan bahwa dalam kg kedelai yang diamati terdapat kg kedelai yang cacat sehingga persentase cacat kedelai 0,0 atau 1%. - Periode 8 menunjukkan bahwa dalam kg kedelai yang diamati terdapat 5 kg kedelai yang cacat sehingga persentase cacat kedelai 0,005 atau 0,5%. - Periode 9 menunjukkan bahwa dalam kg kedelai yang diamati terdapat kg kedelai yang cacat sehingga persentase cacat kedelai 0,0 atau 1,5%. - Periode menunjukkan bahwa dalam kg kedelai yang diamati terdapat kg kedelai yang cacat sehingga persentase cacat kedelai 0,0 atau 1,2%. - Periode 11 menunjukkan bahwa dalam kg kedelai yang diamati terdapat kg kedelai yang cacat sehingga persentase cacat kedelai 0,0 atau 2%. - Periode menunjukkan bahwa dalam kg kedelai yang diamati terdapat 18 kg kedelai yang cacat sehingga persentase cacat kedelai 0,018 atau 1,8%. - Periode 13 menunjukkan bahwa dalam kg kedelai yang diamati terdapat 17 kg kedelai yang caca sehingga persentase cacat kedelai 0,017 atau 1,7%. - Periode menunjukkan bahwa dalam kg kedelai yang diamati terdapat kg kedelai yang cacat sehingga persentase cacat kedelai 0,0 atau 1,5%. - Periode menunjukkan bahwa dam kg kedelai yang diamati terdapat kg kedelai yang cacat sehingga persentase cacat kedelai 0,0 atau 1%. - Periode 16 menunjukkan bahwa dalam kg kedelai yang diamati terdapat kg kedelai yang ccat sehingga persentase cacat kedelai 0,0 atau 1,4%. - Periode 17 menunjukkan bahwa dalam kg kedelai yang diamati terdapat 7 kg kedelai yang cacat sehingga persentase cacat kedelai 0,007 atau 0,7%. - Periode 18 menunjukkan bahwa dalam kg kedelai yang diamati terdapat kg kedelai yang cacat sehingga persentase cacat kedelai 0,0 atau 1%. - Periode 19 menunjukkan bahwa dalam kg kedelai yang diamati terdapat kg kedelai yang cacat sehingga persentase cacat kedelai 0,0 atau 1,2%. - Periode menunjukkan bahwa dalam kg kedelai yang diamati terdapat 13 kg kedelai yang cacat sehingga persentase cacat kedelai 0,013 atau 1,3%. - Periode 21 menunjukkan bahwa dalam kg kedelai yang diamati terdapat kg kedelai yang cacat sehingga persentase cacat kedelai 0,0 atau 1,5%. - Periode 22 menunjukkan bahwa daarn kg kedelai yang diamati terdapat 18 kg kedelai yang cacat sehingga persentase cacat kedelai 0,018 atau 1,8%. - Periode 23 menunjukkan bahwa dalam kg kedelai yang diamati terdapat kg kedelai yang cacat sehingga persentase cacat kedelai 0,0 atau 2%. - Periode 24 menunjukkan bahwa dalam kg kedelai yang diamati terdapat kg kedelai yang cacat sehingga persentase cacat kedelai 0,0 atau 1,5%. - Periode 25 menunjukkan bahwa dalam kg kedelai yang diamati terdapat kg kedelai yang cacat sehingga persentase cacat kedelai 0,0 atau 1,2%. - Periode 26 menunjukkan bahwa dalam kg kedelai yang diamati terdapat kg kedelai yang cacat sehingga persentase cacat kedelai 0,0 atau 1%. - Periode 27 menunjukkan bahwa dalam kg kedelai yang diamati terdapat 5 kg kedelai yang cacat sehingga persentase cacat kedelai 0,005 atau 0,5%. - Periode 28 menunjukkan bahwa dalam kg kedelai yang diamati terdapat kg kedelai yang cacat sehingga persentase cacat kedelai 0,0 atau 1%.

7 - Periode 29 menunjukkn bahwa dalam kg kedelai yang diamati terdapat kg kedelai yang cacat sehingga persentase cacat kedelai 0,0 atau 1,2%. - Periode 30 menunjukkan bahwa dalam kg kedelai yang diamati terdapat kg kedelai yang cacat sehingga persentase cacat kedelai 0,0 atau 1,4%. - Periode 31 menunjukkan bahwa dalam kg kedelai yang diamati terdapat kg kedelai yang cacat sehingga persentase cacat kedelai 0,0 atau 1%. Dari pengamatan di atas dapat dilihat bahwa jumlah kedelai cacat terendah berada pada periode 3,6,8,17 dn 27 yaitu antara 5 kg sampai 7 kg, sedangkan jumlah kedelai cacat tertinggi berada pada periode 11,,22 dan 23, yaitu antara 18 kg sampai kg. Adapun penyebab kedelai cacat tersebut dikatakan cacat sebagai berikut : a. Untuk mendapatkan penyesuaian harga, maka salah satu cara dengan menyertakan bahan, kulit, pasir/tanah, kerikil sebagai bahan pemberat. b. Disebabkan penyimpanan terlalu lama c. Disebabkan kelembaban ruangan d. perpindahan tempat (pendistribusian) dan gudang pedagang ke gudang pabrik dengan iklim penghujan. Dari data produksi kedelai yang diamati pada Perusahaan tahu Makassar dengan rumus P chart dapat diaplikasikan sesuai dengan data sample dari hasil produksi kedelai dengan rata-rata hasil produksi sebesar kg. Di mana besarnya UCL dan LCL dalam proses produksi kedelai dapat ditentukan dengan perhitungan di bawah ini: Standar mutu kedelai yang telah ditetapkan berkisar anta

8 Diantara % sampai 90%, dimana % adalah Lower Control Limit (LCL) sedangkan 90% adalah Upper Control Limit (UCL) atau LCL < % dan UCL = < 90%, jadi dapat diketahui bahwa selan atau range berkisar %. Sementara hasil perhitungan standar mutu atas kedelai pada Perusahaan tahu Makassar (produksi Maret-April 07) yang diperoleh menunjukkan bahwa Upper Control Limit (UCL) terletak pada batas 0,021 atau 2,1%, sedangkan Lower Control Limit (LCL) terletak pada bata 0,003 atau 0,3% Dari hasil perhitungan ini, maka dapat dikatakan bahwa tahu pada perusahaan tahu Makassar telah memenuhi standar atau tahu yang bermutu tinggi, karena dari hasil perhitungan Upper Control Limit (UCL) terletak pada batas 2,1%, sedangkan Lower Control Limit (LOL) terletak pada batas 0,3%. Sementara persentase cacat diperoleh batas terendah terletak antara 0,005 atau 0,5% sampai 0,007 atau 0,7%, sedangkan batas tertinggi terletak antara 0,018 atau 1,8% sampai 0,0 atau 2%. (lihat tabel 2). No Tabel 2. Jumlah Cacat dan Persentase cacat Perhari Sample Dan N Kg (Produksi Maret - April 09) Jumlah kedelai Yang Jumlah Kedelai Yang Diamati (Dalam Kg) Cacat (Dalam Kg) Presentase Cacat (P) 0,0 0,005 0,011 0,0 0,0 0,018 0,0 0,0 0,011 0,0 0,0 0,0 0,008 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,007 0,0 0,011 0,0 0,0 0,013 0,0 0,0 0,0

9 ,0 0,0 0, ,377 Dalam setiap periode pengamatan dalam sehari, selama 31 periode pengamatan menunjukkan sebagai berikut (lihat tabel 2) : - Periode 1 menunjukkan bahwa dalam kg kedelai yang diamati terdapat kg kedelai yang cacat sehingga persentase cacat kedelai 0,0 atau 1%. - Periode 2 menunjukkan bahwa dalam kg kedelai yang diamati terdapat 5 kg kedelai yang cacat sehingga persentase cacat kedelai 0,005 atau 0,5%. - Periode 3 menunjukkan bahwa dalam kg kedelai yang diamati terdapat 11 kg kedelai yang cacat sehingga persentase cacat kedelai 0,011 atau 1,1%. - Periode 4 menunjukkan bahwa dalam kg kedelai yang diamati terdapat kg kedelai yang cacat sehingga persentase cacat kedelai 0,0 atau 1,4%. - Periode 5 menunjukkan bahwa dalam kg kedelai yang diamati terdapat kg kedelai yang cacat sehingga persentase cacat kedelai 0,0 aau 2%. - Periode 6 menunjukkan bahwa dalarn kg kedelai yang diamati terdapat 18 kg kedelai yang cacat sehingga persentase cacat kedelai 0,018 atau 1,8%. - Periode 7 menunjukkan bahwa dalam kg kedelai yang diamati terdapat kg kedelai yang cacat sehingga persentase cacat kedelai 0,0 atau 1,5%. - Periode 8 menunjukkan bahwa dalam kg kedelai yang diamati terdapat kg kedelai yang cacat sehingga persentase cacat kedelai 0,0 atau 1%. - Periode 9 menunjukkan bahwa dalam kg kedelai yang diamati terdapat 11 kg kedelai yang cacat sehingga persentase cacat kedelai 0,011 atau 1,1%. - Periode menunjukkan bahwa dalam kg kedelai yang diamati terdapat kg kedelai yang cacat sehingga persentase cacat kedelai 0,0 atau 1%. - Periode 11 menunjukkan bahwa dalam kg kedelai yang diamati terdapat kg kedelai yang cacat sehingga persentase cacat kedelai 0,0 atau 1,5%. - Periode menunjukkan bahwa dalam kg kedelai yang diamati terdapat kg kedelai yang cacat sehingga persentase cacat kedelai 0,0 atau 2%. - Periode 13 menunjukkan bahwa dalam kg kedelai yang diamati terdapat 8 kg kedelai yang cacat sehingga persentase cacat kedelai 0,008 atau 0,8%. - Periode menunjukkan bahwa daiam kg kedelai yang diamati terdapat kg kedelai yang cacat sehingga persentase cacat kedelai 0,0 atau 1%. - Periode menunjukkan bahwa dalam kg kedelai yang diamati terdapat kg kedelai yang cacat sehingga persentase cacat kedelai 0,0 atau 1,2%. - Periode 16 menunjukkan bahwa dalam kg kedelai yang diamati terdapat kg kedelai yang cacat sehingga persentase cacat kedelai 0,0 atau 1,5%. - Periode 17 menunjukkan bahwa daam kg kedelai yang diamati terdapat kg kedelai sang cacat sehingga persentase cacat kedelai 0,0 atau 1,4%. - Periode 18 menunjukkan bahwa dalam kg kedelai yang diamati terdapat kg kedelai yang cacat sehingga persentase cacat kedelai 0,0 atau 1%. - Periode 19 menunjukkan bahwa dalam kg kedelai yang diamati terdapat 7 kg kedelai yang cacat sehingga persentase cacat kedelai 0,007 atau 0,7%.

10 - Periode menunjukkan bahwa dalam kg kedelai yang diamati terdapat kg kedelai yang cacat sehingga persentase cacat kedelai 0,0 atau 2%. - Periode 21 menunjukkan bahwa dalam kg kedelai yang diamati terdapat 11 kg kedelai yang cacat sehingga persentase cacat kedelai 0,011 atau 1,1%. - Periode 22 menunjukkan bahwa dalam kg kedelai yang diamati terdapat kg kedelai yang cacat sehingga persentase cacat kedelai 0,0 atau 1,2%. - Periode 23 menunjukkan bahwa dalam kg kedelai yang diamati terdapat kg kedelai yang cacat sehingga persentase cacat kedelai 0,0 atau 1%. - Periode 24 menunjukkan bahwa daam kg kedelai yang diamati terdapat 13 kg kedelai yang cacat sehingga persentase cacat kedelai 0,013 atau 1,3%. - Periode 25 menunjukkan bahwa dalam kg kedelai yang diamati terdapat kg kedelai yang cacat sehingga persentase cacat kedelai 0,0 atau 1%. - Penode 26 menunjukkan bahwa dalam kg kedelai yang diamat terdapat kg kedelai yang cacat sehingga persentase cacat kedelai 0,0 atau 1,5%. - Periode 27 menunjukkan bahwa dalam kg kedelai yang diamati terdapat kg kedelai yang cacat sehingga persentase cacat kedelai 0,0 atau 1,2%. - Periode 28 menunjukkan bahwa dalam kg kedelai yang diamati terdapat kg kedelai yang cacat sehingga persentase cacat kedelai 0,0 atau 1,4%. - Periode 29 menunjukkan bahwa dalam kg kedelai yang diamat jerdapat kg kedelai yang cacat sehingga persentase cacat kedelai 0,0 atau 1% - Periode 30 menunjukkan bahwa dalam kg kedelai yang diamati terdapat kg kedelai yang cacat sehingga persentase cacat kedelai 0,0 atau 1,5%. Dari pengamatan di atas dapat dilihat bahwa jumlah kedelai cacat terendah berada pada periode 2 dan 19, yaitu antara 5 kg sampai 7 kg, sedangkan jumlah kedelai cacat tertinggi berada pada periode 5, 6, dan, yaitu antara 18 kg sampai kg. Dari data produksi kedelai yang diamati pada Perusahaan tahu Makassar dengan rumus P chart dapat diaplikasikan sesuai dengan data sample dari hasil produksi kedelai dengan rata-rata hasil produksi sebesar kg. Di mana besarnya UCL dan LCL dalam proses produksi kedelai dapat ditentukan dengan perhitungan di bawah ini :

11 Standar mutu kedelai yang telah ditetapkan berkisar antara % sampai 90%, dimana % adalah Lower Control Limit LCL) sedangkan 90% adalah Upper Control Limit (UCL) atau LCL = < % dan UCL = 90%, jadi dapat diketahui bahwa selang atau range berkisar %. Sementara hasil perhitungan standar mutu atas kedelai pada Perusahaan tahu Makassar (produks April 09) yang diperoleh menunjukkan bahwa Upper Control Limit (UCL) terletak pada batas 0,021 atau 2,1%, sedangkan Lower Control Limit (LCL) terletak pda batas 0,003 atau 0,3%. Dari hasil perhitungan ini, maka dapat dikatakan bahwa tahu pada perusahaan tahu Makassar telah memenuhi standar atau tahu yang bermutu tinggi, karena dari hasil perhitungan Upper Control Limit (UCL) terletak pada batas 2,1%, sedangkan Lower Control Limit (LCL) terletak pada batas 0,3%. Sementara persentase cacat diperoleh batas terendah terletak antara 0,007 atau 0,7% sampai 0,0 atau 1%, sedangkan batas tertinggi terletak antara 0,018 atau 1,8% sampal 0,0 atau 2%. Kesimpulan KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan, maka dapat ditarik suatu kesimpulan sebagai berikut : a. Pengendalian mutu kedelai yang dilaksanakan oleh perusahaan tahu Makassar bersifat pengawasan, pemeriksaan dan pencatatan saja tetapi setelah diadakan pengendahan mutu yang berbentuk bagan (Quality Control Chart) akhirnya diketahui bahwa pengendalian mutu kedelai pada perusahaan tahu Makassar sudah baik dan telah memenuhi standar yang ditetapkan. b. Dengan menggunakan pengendalian mutu dalam bentuk bagan, dapat membantu manajemen untuk melihat keadaan hasil produksi, mengenai penyesuaian mutu yang telah dispesifikasikan juga dapat ditunjukan persentase cacat pengendalian mutu, serta penggunaan control chart dengan metode sampel, dimana dapat menekan biaya. c. Proporsi cacat cukup kecil, yaitu bervariasi antara 0,005 sampai 0,0 atau 2% ini berarti bahwa mutu tahu pada perusahaan tahu Makassar sudah sesual standar yang ditetapkan. Saran-Saran Setelah kita menyimpulkan hasil analisis, maka penulis mengemukakan saran-saran yang mungkin dapat digunakan bagi perusahaan yaitu : a. Disarankan cara pengendalian mutu dengan penggunaan metode statistik untuk memonitoring keadaan hasil produksi, apakah sesuai dengan standar mutu yang telah ditentukan. b. Untuk mengetahui jumlah persediaan kedelai pada periode berikutnya, sebaiknya perusahaan membuat rencana berikutnya, sebaliknya perusahaan membuat rencana

12 persediaan kedelai dengan diketahuinya ramalan produksi, maka akan terdapat keseimbangan antara persediaan kedelai dengan jumlah produksi, untuk menghindari terjadinya kelebihan atau kekurangan persediaan kedelai. DAFTAR PUSTAKA Assauri, Sofyan. 04. Manajernen Produksi dan Oparasi. Edisi Revisi. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta. Baroto, Teguh. 02. Perencanaan dan Pengendalian Produksi. Cetakan Pertama. GhaIia Indonesia. Jakarta. M. Manulang. 02. Pengantar Bisnis. Cetakan Pertama. Gaja Mada Universitas Press. Yogyakarta. M. Fuad, Cristian, NurIela, Sugiarto, Paulus. 05. Pengantar Bisnis. Cetakan Keempat. PT. Gramedia Pustaka. Jakarta. M.N. Nasution. 05. Manajemen Mutu Terpadu. Edisi 2. Ghalia Indonesia. Bogor. Purnama, Nursya bani. 06. Manajemen Kualitas. Edisi 1. Cetakan Pertama. Ekosia. Yogyakarta. Prawirosentono, Suyadi. 00. Manajemen Operasional (Analisis dan Study Kasus). Edisi 2. Cetakan Pertama. Bumi Aksara. Jakarta. Render, Berry dan Jay Heizer 01. Prinsip-prinsip Manajemen Operasi. Edisi Pertama. Salemba. Jakarta. R. Terry, George. 03. Prinsip-prinsip Manajemen. Cetakan Ketujuh. PT. Bumi Aksara. Jakarta. Tumpuhulon, Manahap. 04. Manajemen OprasionaI. Cetakan Pertama. Ekosia. Yogyakarta. Usman, Husaini. 06. Manajemen. Cetakan Pertama PT. Bumi Aksara. Jakarta Yamit, Zuhan. 05. Manajemen Produksi dan Operasi. Edisi 2. Cetakan Pertama. Ekonisia Yogyakarta.

TUGAS AKHIR MATA KULIAH LINGKUNGAN BISNIS PELUANG BISNIS TAHU KEDELAI DISUSUN OLEH GUNTUR OCTOSA YUDHA WIJAYA

TUGAS AKHIR MATA KULIAH LINGKUNGAN BISNIS PELUANG BISNIS TAHU KEDELAI DISUSUN OLEH GUNTUR OCTOSA YUDHA WIJAYA TUGAS AKHIR MATA KULIAH LINGKUNGAN BISNIS PELUANG BISNIS TAHU KEDELAI DISUSUN OLEH GUNTUR OCTOSA YUDHA WIJAYA 11.02.8080 STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2011/2012 ABSTRAK Tahu adalah makanan yang dibuat dari kacang

Lebih terperinci

Bab I. Pendahuluan. menghasilkan barang dan jasa dengan biaya yang serendah-rendahnya untuk

Bab I. Pendahuluan. menghasilkan barang dan jasa dengan biaya yang serendah-rendahnya untuk Bab I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah Dalam menjalankan usahanya setiap perusahaan memiliki tujuan utama yaitu menghasilkan barang dan jasa dengan biaya yang serendah-rendahnya untuk memperoleh laba

Lebih terperinci

OLEH: YULFINA HAYATI

OLEH: YULFINA HAYATI PENGOLAHAN HASIL KEDELAI (Glycine max) OLEH: YULFINA HAYATI PENDAHULUAN Dalam usaha budidaya tanaman pangan dan tanaman perdagangan, kegiatan penanganan dan pengelolaan tanaman sangat penting diperhatikan

Lebih terperinci

V. PROFIL INDUSTRI RUMAH TANGGA TAHU. pemilik usaha industri tahu yang ada di Desa Karanganyar Kecamatan Weru

V. PROFIL INDUSTRI RUMAH TANGGA TAHU. pemilik usaha industri tahu yang ada di Desa Karanganyar Kecamatan Weru V. PROFIL INDUSTRI RUMAH TANGGA TAHU A. Identitas Pengrajin Identitas pengrajin merupakan gambaran umum tentang keadaan dan latar belakang pengrajin yang berkaitan dan berpengaruh terhadap kegiatan dalam

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan Berdirinya UD. Ponimin pada tahun 1998, UD. Ponimin merupakan industri rumah tangga yang memproduksi tahu. UD. Ponimin ini milik Bapak Ponimin. Awalnya

Lebih terperinci

BAB III OBJEK STUDI. harga pokok produksi (HPP) pada Pabrik Tahu Bu Gito yang berlokasi di Komplek

BAB III OBJEK STUDI. harga pokok produksi (HPP) pada Pabrik Tahu Bu Gito yang berlokasi di Komplek BAB III OBJEK STUDI 3.1 Objek Studi Dalam penulisan tugas akhir ini, yang menjadi objek study adalah perhitungan harga pokok produksi (HPP) pada Pabrik Tahu Bu Gito yang berlokasi di Komplek Perumahan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Pengetahuan, teknologi dan pertumbuhan ekonomi pada sektor industri Pangan di Indonesia menyebabkan persaingan antara industri-industri yang menghasilkan produk sejenis harus lebih kreatif dan

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PEMBUATAN TAHU SKALA RUMAH TANGGA Oleh: Masnun, S.Pt., M.Si. Widyaiswara BPP Jambi

TEKNOLOGI PEMBUATAN TAHU SKALA RUMAH TANGGA Oleh: Masnun, S.Pt., M.Si. Widyaiswara BPP Jambi TEKNOLOGI PEMBUATAN TAHU SKALA RUMAH TANGGA Oleh: Masnun, S.Pt., M.Si. Widyaiswara BPP Jambi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tahu bukan asli dari Indonesia, tetapi masyarakat Indonesia sudah sejak zaman

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN 26 BAB 3 METODE PENELITIAN Metode yang digunakan adalah metodologi dengan pendekatan kualitatif melalui teknik pengumpulan data dan informasi yang hasilnya dianalisis dengan memakai kerangka teori yang

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Pemikiran,(6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I PENDAHULUAN. Pemikiran,(6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian. I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran,(6) Hipotesis Penelitian, dan

Lebih terperinci

KELAYAKAN PEMANFAATAN LIMBAH CAIR TAHU PADA INDUSTRI KECIL DI DUSUN CURAH REJO DESA CANGKRING KECAMATAN JENGGAWAH KABUPATEN JEMBER

KELAYAKAN PEMANFAATAN LIMBAH CAIR TAHU PADA INDUSTRI KECIL DI DUSUN CURAH REJO DESA CANGKRING KECAMATAN JENGGAWAH KABUPATEN JEMBER KELAYAKAN PEMANFAATAN LIMBAH CAIR TAHU PADA INDUSTRI KECIL DI DUSUN CURAH REJO DESA CANGKRING KECAMATAN JENGGAWAH KABUPATEN JEMBER Elida Novita*, Iwan Taruna, Teguh Fitra Wicaksono Jurusan Teknik Pertanian,

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat

I PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat I PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. biji cempedak ini menggunakan jenis penelitian deskriptif, dimana. kriteria tertentu yang diharapkan dalam penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN. biji cempedak ini menggunakan jenis penelitian deskriptif, dimana. kriteria tertentu yang diharapkan dalam penelitian. BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian 1. Jenis Penelitian Penelitian tentang perbandingan gizi tahu dari kedelai dan tahu biji cempedak ini menggunakan jenis penelitian deskriptif, dimana jenis

Lebih terperinci

Prosiding Manajemen ISSN:

Prosiding Manajemen ISSN: Prosiding Manajemen ISSN: 2460-6545 Analisis Pengendalian Kualitas dengan Menggunakan Metode Statistical Quality Control (SQC) Produk Kue Astor untuk Meminimumkan Produk Rusak Pada PT. Prima Jaya A.M.

Lebih terperinci

PENGARUH LAMA PENGOVENAN, PERENDAMAN, dan KONSENTRASI ASAM ASETAT TERHADAP MUTU PRODUK dan LIMBAH CAIR PRODUKSI TAHU

PENGARUH LAMA PENGOVENAN, PERENDAMAN, dan KONSENTRASI ASAM ASETAT TERHADAP MUTU PRODUK dan LIMBAH CAIR PRODUKSI TAHU PENGARUH LAMA PENGOVENAN, PERENDAMAN, dan KONSENTRASI ASAM ASETAT TERHADAP MUTU PRODUK dan LIMBAH CAIR PRODUKSI TAHU Emi Erawati 1, Malik Musthofa 2 1 Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

Maulida Silvia Arianti 1

Maulida Silvia Arianti 1 ejournal Administrasi Bisnis, 2016, 4 (4): 1016-1030 ISSN 2355-5408, ejournal.adbisnis.fisip-unmul.ac.id Copyright 2016 Analisis Quality Control Untuk Menjaga Kualitas Produk Tempe Pada Usaha Home Industri

Lebih terperinci

STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

STMIK AMIKOM YOGYAKARTA KARYA ILMIAH BISNIS PROSES PEMBUATAN TAHU HINGGA PEMASARAN Disusun Oleh: Nama :RIYAN HENDRAWAN Nim :10.12.5261 Kelas :S1-SI-2L STMIK AMIKOM YOGYAKARTA KATA PENGANTAR Dengan mengucap syukur kehadirat Allah

Lebih terperinci

VI. ANALISIS BIAYA DAN PENDAPATAN INDUSTRI RUMAH TANGGA TAHU. A. Analisis Biaya Industri Rumah Tangga Tahu di Desa Karanganayar

VI. ANALISIS BIAYA DAN PENDAPATAN INDUSTRI RUMAH TANGGA TAHU. A. Analisis Biaya Industri Rumah Tangga Tahu di Desa Karanganayar VI. ANALISIS BIAYA DAN PENDAPATAN INDUSTRI RUMAH TANGGA TAHU A. Analisis Biaya Industri Rumah Tangga Tahu di Desa Karanganayar Biaya dalam industri tahu meliputi biaya eksplisit dan biaya implisit. Biaya

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Letak Geografis Lokasi Penelitian Kecamatan Telaga berjarak 6 Km dari ibu kota Kabupaten Gorontalo. Daerah ini bertofografi rendah dengan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Gambaran Umum Kelurahan Gunung Sulah Kecamatan Way Halim

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Gambaran Umum Kelurahan Gunung Sulah Kecamatan Way Halim IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Gambaran Umum Kelurahan Gunung Sulah Kecamatan Way Halim Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung Nomor 04 Tahun 2012 tanggal 17 September 2012 tentang Penataan

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PENGAWASAN MUTU UNTUK MEMINIMALISASI BARANG RUSAK GUNA MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS PERUSAHAAN PADA PT SEMESTA KERAMIKA RAYA

PELAKSANAAN PENGAWASAN MUTU UNTUK MEMINIMALISASI BARANG RUSAK GUNA MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS PERUSAHAAN PADA PT SEMESTA KERAMIKA RAYA PELAKSANAAN PENGAWASAN MUTU UNTUK MEMINIMALISASI BARANG RUSAK GUNA MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS PERUSAHAAN PADA PT SEMESTA KERAMIKA RAYA Dewi Taurusyanty Dosen Tetap Fakultas Ekonomi Universitas Pakuan Reni

Lebih terperinci

STATISTICAL PROCESS CONTROL

STATISTICAL PROCESS CONTROL STATISTICAL PROCESS CONTROL Sejarah Statistical Process Control Sebelum tahun 1900-an, industri AS umumnya memiliki karakteristik dengan banyaknya toko kecil menghasilkan produk-produk sederhana, seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maksimal guna kelangsungan hidup perusahaan. Dalam mempertahankan

BAB I PENDAHULUAN. maksimal guna kelangsungan hidup perusahaan. Dalam mempertahankan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap perusahaan baik perusahaan kecil maupun perusahaan besar memiliki tujuan dalam menjalankan usahanya yaitu mendapatkan laba yang maksimal guna kelangsungan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 35 A. Metode Dasar Penelitian III. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode dasar analisis deskriptif analitis. Metode ini berkaitan dengan pengumpulan data yang berguna untuk memberikan gambaran

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Ketatnya persaingan dalam usaha textil akhir-akhir ini membuat banyak perusahaan textil bekerja keras untuk bertahan dalam persaingan. Faktor kualitas menjadi point yang paling diperhatikan agar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dan juga produk jadi Crude Palm Oil (CPO) PT Kalimantan Sanggar Pusaka

BAB III METODE PENELITIAN. dan juga produk jadi Crude Palm Oil (CPO) PT Kalimantan Sanggar Pusaka BAB III METODE PENELITIAN A. Obyek/Subyek Penelitian 1. Obyek Penelitian. Penelitian ini akan dilakukan pada proses bahan baku, proses produksi, dan juga produk jadi Crude Palm Oil (CPO) PT Kalimantan

Lebih terperinci

Dalam proses ekstraksi tepung karaginan, proses yang dilakukan yaitu : tali rafia. Hal ini sangat penting dilakukan untuk memperoleh mutu yang lebih

Dalam proses ekstraksi tepung karaginan, proses yang dilakukan yaitu : tali rafia. Hal ini sangat penting dilakukan untuk memperoleh mutu yang lebih BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Proses Ekstraksi Tepung Karaginan Dalam proses ekstraksi tepung karaginan, proses yang dilakukan yaitu : 1. Sortasi dan Penimbangan Proses sortasi ini bertujuan untuk memisahkan

Lebih terperinci

Kapasitas Produksi Bubur Kedelai Bahan Baku Tahu dengan Variasi Debit Air Proses Penggilingan

Kapasitas Produksi Bubur Kedelai Bahan Baku Tahu dengan Variasi Debit Air Proses Penggilingan Seminar Nasional Sains dan Teknologi (Senastek), Denpasar Bali 2015 Kapasitas Produksi Bubur Kedelai Bahan Baku Tahu dengan Variasi Debit Air Proses Penggilingan I Made Widiyarta, I Made Parwata, Widnyana

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM INDUSTRI RUMAHAN PRODUK PAK FAIZIN

BAB III GAMBARAN UMUM INDUSTRI RUMAHAN PRODUK PAK FAIZIN BAB III GAMBARAN UMUM INDUSTRI RUMAHAN PRODUK PAK FAIZIN A. Sejarah Perusahaan Industri rumahan tahu ini merupakan salah satu industri rumahan yang ada dikabupaten Pekalongan atau lebih tepatnya di desa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I. PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian. 1 I. PENDAHULUAN Bab ini menguraikan: (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah studi eksperimental. Penelitian dilakukan untuk mengetahui sistem pengolahan limbah cair yang paling efektif

Lebih terperinci

Yang termasuk persyaratan umum adalah hama/penyakit, bau apek atau asing, bahan

Yang termasuk persyaratan umum adalah hama/penyakit, bau apek atau asing, bahan BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di Gudang BULOG 206 Rembang. Gudang ini berada di Desa Kedungrejo Kabupaten Rembang. Tepatnya adalah di Jalan Raya Rembang- Blora

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 38 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengumpulan Data Untuk mendukung perhitungan statistikal pengendalian proses maka diperlukan data. Data adalah informasi tentang sesuatu, baik yang bersifat kualitatif

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Pengendalian Kualitas Produk Dengan Metode Statistical Process Control (SPC)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Pengendalian Kualitas Produk Dengan Metode Statistical Process Control (SPC) BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Kesimpulan yang didapat dari hasil penelitian dan pembahasan tentang Pengendalian Kualitas Produk Dengan Metode Statistical Process Control (SPC) Pada PTP Nusantara

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai Pengendalian Mutu Industri Gula Kelapa (Kasus UD.

METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai Pengendalian Mutu Industri Gula Kelapa (Kasus UD. III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian mengenai Pengendalian Mutu Industri Gula Kelapa (Kasus UD. Ngudi Lestari 1 Kecamatan Kebasen, Banyumas) ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data Pengambilan data yang dilakukan penulis menggunakan data primer dan sekunder yang didapatkan pada Lini 2 bagian produksi Consumer Pack, yang

Lebih terperinci

ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK TAHU PUTIH (Studi Kasus Pada Home Industri Tahu Kasih Di Kabupaten Trenggalek)

ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK TAHU PUTIH (Studi Kasus Pada Home Industri Tahu Kasih Di Kabupaten Trenggalek) ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK TAHU PUTIH (Studi Kasus Pada Home Industri Tahu Kasih Di Kabupaten Trenggalek) Lilia Pasca Riani Universitas Nusantara PGRI Kediri bungalilia@gmail.com Abstract This

Lebih terperinci

Pengendalian Kualitas Statistik. Lely Riawati

Pengendalian Kualitas Statistik. Lely Riawati 1 Pengendalian Kualitas Statistik Lely Riawati 2 SQC DAN SPC SPC dan SQC bagian penting dari TQM (Total Quality Management) Ada beberapa pendapat : SPC merupakan bagian dari SQC Mayelett (1994) cakupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mutu dan keamanan yang telah ditetapkan oleh pemerintah.

BAB I PENDAHULUAN. mutu dan keamanan yang telah ditetapkan oleh pemerintah. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan adalah kebutuhan dasar manusia yang pemenuhannya merupakan hak azasi setiap warga masyarakat sehingga harus tersedia dalam jumlah yang cukup, aman, bermutu,

Lebih terperinci

PERANAN PENGAWASAN MUTU UNTUK MENINGKATKAN VOLUME PRODUKSI SEPATU PADA CV. WILDAN JAYA CIOMAS BOGOR Oleh:

PERANAN PENGAWASAN MUTU UNTUK MENINGKATKAN VOLUME PRODUKSI SEPATU PADA CV. WILDAN JAYA CIOMAS BOGOR Oleh: PERANAN PENGAWASAN MUTU UNTUK MENINGKATKAN VOLUME PRODUKSI SEPATU PADA CV. WILDAN JAYA CIOMAS BOGOR Oleh: Sentika Bayu Megantoro DR. H. Undang Suryana, Drs.MM H. Soepeno, Drs. MS ABSTRAK Pengawasan mutu

Lebih terperinci

INOVASI PEMBUATAN SUSU KEDELE TANPA RASA LANGU

INOVASI PEMBUATAN SUSU KEDELE TANPA RASA LANGU INOVASI PEMBUATAN SUSU KEDELE TANPA RASA LANGU Oleh: Gusti Setiavani, S.TP, M.P Staff Pengajar di STPP Medan Kacang-kacangan dan biji-bijian seperti kacang kedelai, kacang tanah, biji kecipir, koro, kelapa

Lebih terperinci

SOAL DETECT UTS GENAP 2014/2015. Quality Control

SOAL DETECT UTS GENAP 2014/2015. Quality Control SOAL DETECT UTS GENAP 2014/2015 Quality Control 1. a. Buat peta kendali dan R! b. Buat revisi peta kendali jika dibutuhkan! c. Diketahui spesifikasi produk adalah 171 ± 11. Jika produk di bawah LSL maka

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 1 BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan gambaran dari tahapan yang dilalui dalam menyelesaikan suatu masalah yang ditemui dalam sebuah penelitian, dimana dibuat berdasarkan latar belakang

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian,

I PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, I PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pasar nasional negara lain. Dalam menjaga konsistensinya perusahaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pasar nasional negara lain. Dalam menjaga konsistensinya perusahaan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Kualitas Banyaknya perusahaan di era globalisasi memicu keberadaan produk lokal dan nasional tidak akan luput dari tuntutan persaingan, selain itu juga mempunyai peluang

Lebih terperinci

ANALISIS PETA KENDALI ATRIBUT DALAM MENGIDENTIFIKASI KERUSAKAN PADA PRODUK BATANG KAWAT PT. KRAKATAU STEEL (PERSERO) Tbk

ANALISIS PETA KENDALI ATRIBUT DALAM MENGIDENTIFIKASI KERUSAKAN PADA PRODUK BATANG KAWAT PT. KRAKATAU STEEL (PERSERO) Tbk 228 Seminar Nasional Teknik Industri [SNTI2017] ANALISIS PETA KENDALI ATRIBUT DALAM MENGIDENTIFIKASI KERUSAKAN PADA PRODUK BATANG KAWAT PT. KRAKATAU STEEL (PERSERO) Tbk Heri Wibowo 1, Sulastri 2 dan Ahmad

Lebih terperinci

Pengendalian Mutu Pada Proses Produksi Di Tiga Usaha Kecil Menengah Tahu Kabupaten Bogor

Pengendalian Mutu Pada Proses Produksi Di Tiga Usaha Kecil Menengah Tahu Kabupaten Bogor 112 Sonalia, Hubeis Pengendalian Mutu Pengendalian Mutu Pada Proses Produksi Di Tiga Usaha Kecil Menengah Tahu Kabupaten Bogor Devi Sonalia Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut

Lebih terperinci

CONTOH TEKNOLOGI PENGOLAHAN PANGAN PADA KELOMPOK BAHAN PANGAN

CONTOH TEKNOLOGI PENGOLAHAN PANGAN PADA KELOMPOK BAHAN PANGAN CONTOH TEKNOLOGI PENGOLAHAN PANGAN PADA KELOMPOK BAHAN PANGAN 1. Serealia ) Pengolahan jagung : a. Pembuatan tepung jagung (tradisional) Bahan/alat : - Jagung pipilan - Alat penggiling - Ember penampung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nilai konsumsi tahu tersebut lebih besar bila dibandingkan dengan konsumsi

BAB I PENDAHULUAN. Nilai konsumsi tahu tersebut lebih besar bila dibandingkan dengan konsumsi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Tahu merupakan makanan yang biasa dikonsumsi bukan hanya oleh masyarakat Indonesia tetapi juga masyarakat Asia lainnya. Masyarakat Indonesia sudah sangat lama mengkonsumsi

Lebih terperinci

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. PT. Citra Tunas Baru Gramindo adalah sebuah perusahaan garmen yang

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. PT. Citra Tunas Baru Gramindo adalah sebuah perusahaan garmen yang BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi PT. Citra Tunas Baru Gramindo adalah sebuah perusahaan garmen yang memproduksi kemeja pria dewasa dengan harga Rp. 41.000 Rp. 42.500 perkemeja.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. merupakan UKM yang bergerak dibidang produksi furniture.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. merupakan UKM yang bergerak dibidang produksi furniture. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya dan faktor penyebab banyaknya re-work dari proses produksi kursi pada PT. SUBUR MANDIRI, yang merupakan

Lebih terperinci

PERANCANGAN ALAT PENGEPRESS TAHU UNTUK TINGKAT INDUSTRI RUMAH TANGGA DENGAN GOOGLE SKETCHUP

PERANCANGAN ALAT PENGEPRESS TAHU UNTUK TINGKAT INDUSTRI RUMAH TANGGA DENGAN GOOGLE SKETCHUP 48 PERANCANGAN ALAT PENGEPRESS TAHU UNTUK TINGKAT INDUSTRI RUMAH TANGGA DENGAN GOOGLE SKETCHUP Erni Suparti 1*), Petrus Darmawan 2*) 1*) Progdi Teknik Industri Universitas Setia Budi 2*) Progdi Analis

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Manajemen Operasi Untuk mengelola suatu perusahaan atau organisasi selalu dibutuhkan sistem manajemen agar tujuan dari perusahaan atau organisasi tersebut dapat tercapai.

Lebih terperinci

V. HASIL DA PEMBAHASA

V. HASIL DA PEMBAHASA V. HASIL DA PEMBAHASA Metode analisis kadar vitamin C pada susu bubuk yang dilakukan pada penelitian ini merupakan metode yang tercantum dalam AOAC 985.33 tentang penentuan kadar vitamin C pada susu formula

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian merupakan gambaran dari tahapan yang dilalui dalam menyelesaikan suatu masalah yang ditemui dalam sebuah penelitian, dimana dibuat berdasarkan latar

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada September Oktober Pengambilan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada September Oktober Pengambilan III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada September 2013--Oktober 2013. Pengambilan sampel onggok diperoleh di Kabupaten Lampung Timur dan Lampung Tengah.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pencemaran yang melampui daya dukungnya. Pencemaran yang. mengakibatkan penurunan kualitas air berasal dari limbah terpusat (point

BAB I PENDAHULUAN. pencemaran yang melampui daya dukungnya. Pencemaran yang. mengakibatkan penurunan kualitas air berasal dari limbah terpusat (point BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu masalah yang timbul akibat meningkatnya kegiatan manusia adalah tercemarnya air pada sumber-sumber air karena menerima beban pencemaran yang melampui daya

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Maret sampai dengan bulan Juni 2014 di Laboratorium Kimia Instrumen dan Laboratorium Kimia Riset Makanan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh para konsumen dalam memenuhi kebutuhannya. Kualitas yang baik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh para konsumen dalam memenuhi kebutuhannya. Kualitas yang baik BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Kualitas Kualitas merupakan aspek yang harus diperhatikan oleh perusahaan, karena kualitas merupakan aspek utama yang diperhatikan oleh para konsumen dalam memenuhi

Lebih terperinci

Oleh : Dewi Taurusyanti 1) dan Anida Ovalia Kurniadewi 2) ABSTRAK

Oleh : Dewi Taurusyanti 1) dan Anida Ovalia Kurniadewi 2) ABSTRAK PENGGUNAAN DIAGRAM PARETO, DIAGRAM SEBAB AKIBAT DAN METODE SQC SEBAGAI ALAT BANTU UNTUK MENGEVALUASI KINERJA PRODUKSI TERHADAP TINGKAT MUTU PRODUK YANG DIHASILKAN PADA PT. KERAMIKA INDONESIA ASSOSIASI

Lebih terperinci

Anjasoa et al., 2016 Analisis Pengendalian Kualitas Produk Genteng pada UD Genteng Jaya...

Anjasoa et al., 2016 Analisis Pengendalian Kualitas Produk Genteng pada UD Genteng Jaya... 1 Analisis Pengendalian Kualitas Produk Genteng Dengan Menggunakan Metode Statistical Process Control (SPC) Pada UD Genteng JAYA Ambulu Kabupaten Jember (The Analysis of Quality Control Product of Roof

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pertama terdiri dari jenis pati bahan edible coating dan faktor kedua terdiri

BAB III METODE PENELITIAN. pertama terdiri dari jenis pati bahan edible coating dan faktor kedua terdiri BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yang dilakukan dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial yang terdiri dari dua faktor. Faktor pertama

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 8 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Dasar dari Kualitas Kata kualitas memiliki banyak definisi yang berbeda, dan bervariasi dari yang konvensional sampai yang lebih strategik. Definisi konvensional dari

Lebih terperinci

RANCANGAN PROSES PENGOLAHAN TAHU DENGAN ClTA RASA SEBAGAI DASAR DALAM PERENCANAAN RANCANGAN PABRIK TAHU ClTA RASA

RANCANGAN PROSES PENGOLAHAN TAHU DENGAN ClTA RASA SEBAGAI DASAR DALAM PERENCANAAN RANCANGAN PABRIK TAHU ClTA RASA RANCANGAN PROSES PENGOLAHAN TAHU DENGAN ClTA RASA SEBAGAI DASAR DALAM PERENCANAAN RANCANGAN PABRIK TAHU ClTA RASA Ole h IMAM ROSYADI F 24. 1455 1991 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

Oleh: HEGAR RIA NORAMA SURUGALLANG D

Oleh: HEGAR RIA NORAMA SURUGALLANG D KAJIAN TEKNO EKONOMIS PABRIK TAHU DI KABUPATEN KLATEN Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Oleh: HEGAR RIA NORAMA SURUGALLANG

Lebih terperinci

judul "Evaluasi Pengendalian Kualitas Produk Menggunakan P-Chart dan

judul Evaluasi Pengendalian Kualitas Produk Menggunakan P-Chart dan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hasil Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu pernah dilakukan dan memiliki kesamaan dengan penelitian yang dilakukan penulis. Penelitian oleh Yusril Khija Ali Yordan, mahasiswa

Lebih terperinci

PROSES PENGOLAHAN TAHU DI CV. KEDIRI BONDOWOSO

PROSES PENGOLAHAN TAHU DI CV. KEDIRI BONDOWOSO PROSES PENGOLAHAN TAHU DI CV. KEDIRI BONDOWOSO PRAKTEK KERJA INDUSTRI PENGOLAHAN PANGAN OLEH : LUCIANA HENDRIKA SUWARNO NRP 6103013078 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

LAMPIRAN A PROSEDUR ANALISIS

LAMPIRAN A PROSEDUR ANALISIS LAMPIRAN A PROSEDUR ANALISIS A.1 Pengujian Viskositas (menggunakan viskosimeter) (Jacobs, 1958) Viskositas Saos Tomat Kental diukur dengan menggunakan viskosimeter (Rion Viscotester Model VT-04F). Sebelum

Lebih terperinci

BAB III HOME INDUSTRY TAHU DI DUSUN BULUR DESA NGRECO KECAMATAN KANDAT KABUPATEN KEDIRI

BAB III HOME INDUSTRY TAHU DI DUSUN BULUR DESA NGRECO KECAMATAN KANDAT KABUPATEN KEDIRI 62 BAB III HOME INDUSTRY TAHU DI DUSUN BULUR DESA NGRECO KECAMATAN KANDAT KABUPATEN KEDIRI A. Gambaran Umum Dusun Bulur Desa Ngreco Kec. Kandat Kab. Kediri Desa Ngreco merupakan salah satu Desa yang ada

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK PENGUJIAN MUTU HASIL PERIKANAN STATISTICAL PROCESS CONTROL

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK PENGUJIAN MUTU HASIL PERIKANAN STATISTICAL PROCESS CONTROL LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK PENGUJIAN MUTU HASIL PERIKANAN STATISTICAL PROCESS CONTROL Disusun oleh: Bekti Wulan Sari 11/318052/PN/12374 LABORATORIUM TEKNOLOGI IKAN JURUSAN PERIKANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tahu Tahu adalah salah satu jenis makanan yang dibuat dari bahan pokok kedelai dengan jalan memekatkan protein kedelai dan mencetaknya melalui proses pengendapan protein dengan

Lebih terperinci

PETA PENGENDALI UNTUK UNIT INDIVIDU PRESENTASI PENGENDALIAN KUALITAS

PETA PENGENDALI UNTUK UNIT INDIVIDU PRESENTASI PENGENDALIAN KUALITAS PETA PENGENDALI UNTUK UNIT INDIVIDU PRESENTASI PENGENDALIAN KUALITAS CONTROL CHART suatu metode penyajian grafik keadaan produksi secara kronologis dengan batas-batas yang menggambarkan kemampuan produksi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Industri tahu yang dikelola di Desa Cisaat pada umumnya adalah industri

HASIL DAN PEMBAHASAN. Industri tahu yang dikelola di Desa Cisaat pada umumnya adalah industri VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Deskripsi Profil Industri Tahu Profil industri yang dikaji dalam penelitian ini adalah industri tahu yang ada di Desa Cisaat. Deskripsi profil industri tahu dalam penelitian

Lebih terperinci

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. tanaman singkong. Daun singkong sebanyak 4 kg segar diperoleh dari

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. tanaman singkong. Daun singkong sebanyak 4 kg segar diperoleh dari 22 III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Bahan Penelitian (1) Daun Singkong Daun singkong yang digunakan yaitu seluruh daun dari setiap bagian tanaman singkong. Daun singkong sebanyak 4 kg segar diperoleh

Lebih terperinci

Pengawasan Mutu Beras pada Perusahaan Umum BULOG Divisi Regional Bali

Pengawasan Mutu Beras pada Perusahaan Umum BULOG Divisi Regional Bali Pengawasan Mutu Beras pada Perusahaan Umum BULOG Divisi Regional Bali PUTU RAKA MAHENDRA, RATNA KOMALA DEWI, I KETUT SUAMBA Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Udayana Jl. PB. Sudirman

Lebih terperinci

SUSU KEDELAI 1. PENDAHULUAN

SUSU KEDELAI 1. PENDAHULUAN SUSU KEDELAI 1. PENDAHULUAN Kacang-kacangan dan biji-bijian seperti kacang kedelai, kacang tanah, biji kecipir, koro, kelapa dan lain-lain merupakan bahan pangan sumber protein dan lemak nabati yang sangat

Lebih terperinci

KECAP KEDELAI 1. PENDAHULUAN

KECAP KEDELAI 1. PENDAHULUAN KECAP KEDELAI 1. PENDAHULUAN Kacang-kacangan dan biji-bijian seperti kacang kedelai, kacang tanah, biji kecipir, koro, kelapa dan lain-lain merupakan bahan pangan sumber protein dan lemak nabati yang sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kandungan protein nabati dan sangat digemari oleh masyarakat Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. kandungan protein nabati dan sangat digemari oleh masyarakat Indonesia. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Tahu merupakan produk olahan kacang kedelai yang memiliki kandungan protein nabati dan sangat digemari oleh masyarakat Indonesia. Tahu atau tofu berasal dari daratan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Defenisi Tahu dan Sejarah Tahu BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tahu merupakan makanan berbahan dasar kedelai yang diperoleh dari hasil penyaring kedelai dan digiling dengan penambahan air menjadi gumpalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. B. Rumusan masalah Bagaimana cara pengendalian kualitas proses statistik pada data variabel.

BAB I PENDAHULUAN. B. Rumusan masalah Bagaimana cara pengendalian kualitas proses statistik pada data variabel. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengendalian Kualitas Statistik (Statistical Quality Control) secara garis besar digolongkan menjadi dua, yakni pengendalian proses statistik (statistical process control)

Lebih terperinci

BAB III METODE CONTROL CHART. sebagai metode grafik yang di gunakan untuk mengevaluasi apakah suatu proses

BAB III METODE CONTROL CHART. sebagai metode grafik yang di gunakan untuk mengevaluasi apakah suatu proses BAB III METODE CONTROL CHART 3.1 Control Chart Peta kendali atau Control Chart merupakan suatu teknik yang dikenal sebagai metode grafik yang di gunakan untuk mengevaluasi apakah suatu proses berada dalam

Lebih terperinci

T E M P E 1. PENDAHULUAN

T E M P E 1. PENDAHULUAN T E M P E 1. PENDAHULUAN Kacang-kacangan dan biji-bijian seperti kacang kedelai, kacang tanah, biji kecipir, koro, kelapa dan lain-lain merupakan bahan pangan sumber protein dan lemak nabati yang sangat

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1. Pengumpulan Data 4.1.1 Tinjauan singkat perusahaan SP Alumunium merupakan perusahaan perorangan. Perusahaan ini pertama kali didirikan tahun 1963 oleh Bapak

Lebih terperinci

PROSES PENGOLAHAN TAHU DI UD. LUMINTU JALAN BOGOWONTO TIMUR BLITAR

PROSES PENGOLAHAN TAHU DI UD. LUMINTU JALAN BOGOWONTO TIMUR BLITAR PROSES PENGOLAHAN TAHU DI UD. LUMINTU JALAN BOGOWONTO TIMUR BLITAR PRAKTEK KERJA INDUSTRI PENGOLAHAN PANGAN OLEH: SUESTI LILIS PRINGGOWATI 6103012076 KEN AYU HASTUNGKORO RETNO WILIS 6103012090 PROGRAM

Lebih terperinci

MINYAK KELAPA. Minyak diambil dari daging buah kelapa dengan salah satu cara berikut, yaitu: 1) Cara basah 2) Cara pres 3) Cara ekstraksi pelarut

MINYAK KELAPA. Minyak diambil dari daging buah kelapa dengan salah satu cara berikut, yaitu: 1) Cara basah 2) Cara pres 3) Cara ekstraksi pelarut MINYAK KELAPA 1. PENDAHULUAN Minyak kelapa merupakan bagian paling berharga dari buah kelapa. Kandungan minyak pada daging buah kelapa tua adalah sebanyak 34,7%. Minyak kelapa digunakan sebagai bahan baku

Lebih terperinci

PEMANFAATAN KACANG HIJAU (PHASEOLUS RADIATUS L ) MENJADI SUSU KENTAL MANIS KACANG HIJAU

PEMANFAATAN KACANG HIJAU (PHASEOLUS RADIATUS L ) MENJADI SUSU KENTAL MANIS KACANG HIJAU Prosiding SNaPP2011 Sains, Teknologi, dan Kesehatan ISSN:2089-3582 PEMANFAATAN KACANG HIJAU (PHASEOLUS RADIATUS L ) MENJADI SUSU KENTAL MANIS KACANG HIJAU 1 Taufik Rahman, 2 Agus Triyono 1,2 Balai Besar

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 TEKNOLOGI PROSES PRODUKSI Proses produksi PT Amanah Prima Indonesia dimulai dari adanya permintaan dari konsumen melalui Departemen Pemasaran yang dicatat sebagai pesanan dan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas rahmat-nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Perancangan Alat Bantu Pemotong Tahu Yang Ergonomis Untuk Meningkatkan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. protein berkisar antara 20% sampai 30%. Kacang-kacangan selain sumber protein

I PENDAHULUAN. protein berkisar antara 20% sampai 30%. Kacang-kacangan selain sumber protein I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

Prosiding Manajemen ISSN:

Prosiding Manajemen ISSN: Prosiding Manajemen ISSN: 2460-6545 Analisis Pengendalian Kualitas Produk Solar Module dengan Menggunakan Metode Statistical Quality Control pada P.T. Lembaga Elektronika Nasional Industri Persero Bandung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan pengaturan tata letak (layout) pabrik yang baik agar proses

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan pengaturan tata letak (layout) pabrik yang baik agar proses BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Pengaturan tata letak (layout) pabrik merupakan masalah yang sering dijumpai bahkan tidak dapat dihindari dalam dunia industri meskipun untuk lingkup yang lebih

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Statistic Quality Control (SQC) Statistik merupakan teknik pengambilan keputusan tentang suatu proses atau populasi berdasarkan pada suatu analisa informasi yang terkandung di

Lebih terperinci

ABSTRAK ABSTRAK. Kata Kunci : Pengendalian Kualitas, Peta kendali P, Histogram, Pareto, diagram sebab- akibat. vii. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK ABSTRAK. Kata Kunci : Pengendalian Kualitas, Peta kendali P, Histogram, Pareto, diagram sebab- akibat. vii. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK ABSTRAK PD Jaya Sentosa adalah perusahaan manufaktur yang harus berjuang untuk mempertahankan produknya laku dipasaran. Upaya yang dilakukan selama ini adalah dengan mempertahankan kualitas produk

Lebih terperinci

BAB III PENGUMPULAN DATA

BAB III PENGUMPULAN DATA BAB III PENGUMPULAN DATA 3. FASE PENDEFINISIAN 3.. Sekilas tentang Perusahaan PT Batman Kencana merupakan perusahaan manufaktur nasional yang bergerak di bidang produksi balon dan permen. Jenis produk

Lebih terperinci

LOMBA KOMPETENSI SISWA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN. NASKAH SOAL (Terbuka)

LOMBA KOMPETENSI SISWA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN. NASKAH SOAL (Terbuka) NASKAH SOAL (Terbuka) Bidang Lomba POST HARVEST TECHNOLOGY PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA BARAT DINAS PENDIDIKAN Jl. Dr. Radjiman No. 6 Telp. (022) 4264813 Fax. (022) 4264881 Wisselbord (022) 4264944,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik itu perusahaan jasa, perusahaan dagang maupun perusahaan industri. Pada

BAB I PENDAHULUAN. baik itu perusahaan jasa, perusahaan dagang maupun perusahaan industri. Pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada masa sekarang ini dunia usaha semakin berkembang dengan pesatnya, baik itu perusahaan jasa, perusahaan dagang maupun perusahaan industri. Pada perusahaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 34 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Menurut Sugiyono (2009, hlm.38), menyatakan bahwa objek penelitian merupakan suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Data Atribut Menganalisis CTQ ( Critical to Quality) Mengidentifikasi Sumber-sumber dan Akar Penyebab Kecacatan

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Data Atribut Menganalisis CTQ ( Critical to Quality) Mengidentifikasi Sumber-sumber dan Akar Penyebab Kecacatan BAB V PEMBAHASAN 5.1 Data Atribut Dari perhitungan yang telah dilakukan didapatkan nilai sigma untuk data atribut produk wajan super ukuran 20 sebesar 3,53. 5.1.1 Menganalisis CTQ (Critical to Quality)

Lebih terperinci

STRATEGI PERBAIKAN KUALITAS GULA BERDASARKAN KEMAMPUAN PROSES KONTROL

STRATEGI PERBAIKAN KUALITAS GULA BERDASARKAN KEMAMPUAN PROSES KONTROL STRATEGI PERBAIKAN KUALITAS GULA BERDASARKAN KEMAMPUAN PROSES KONTROL Mila Faila Sufa * 1, Dina Ariningsih 2 1,2 Jurusan Teknik Industri Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl.A. Yani Tromol Pos 1 Kartasura

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap. Variabel independen dengan pencampuran tepung kecambah kacang kedelai, kacang tolo dan kacang hijau

Lebih terperinci