PENERAPAN PSAK NO.30 MENGENAI PERLAKUAN AKUNTANSI SEWA GUNA USAHA AKTIVA TETAP DAN PENGARUHNYA PADA NERACA DAN LAPORAN LABA RUGI PERUSAHAAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENERAPAN PSAK NO.30 MENGENAI PERLAKUAN AKUNTANSI SEWA GUNA USAHA AKTIVA TETAP DAN PENGARUHNYA PADA NERACA DAN LAPORAN LABA RUGI PERUSAHAAN"

Transkripsi

1 PENERAPAN PSAK NO.30 MENGENAI PERLAKUAN AKUNTANSI SEWA GUNA USAHA AKTIVA TETAP DAN PENGARUHNYA PADA NERACA DAN LAPORAN LABA RUGI PERUSAHAAN (Studi Kasus Pada PT Nusantara) Disusun Oleh : RIA DWIYANTI SAMUDRA SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2008

2 KATA PENGANTAR Syukur alqamdulillah penulis panjatkan kepada Allah SWT atas karunia, petunjuk, rahmat, dan hidayah Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Adapun tujuan penulisan skripsi ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh kelulusan pada program sarjana Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Brawijaya. Terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada: 1. Ibu Linda Ariamtiksna, SE, Ak, selaku Dosen Pembimbing, terima kasih atas waktu, kesabaran, bimbingan dan pengarahan dalam menyelesaikan skripsi ini. 2. Bapak Prof. Dr. Bambang Subroto, SE., MM, Ak., selaku Dekan Fakultas Ekonomi 3. Bapak Unti Ludigdo, SE., M. Si, Ak. selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya Malang. 4. Ibu Dra. T. Herawati, MM, Ak., dan Dra. Lilik Purwanti, M.Si, Ak., selaku dosen penguji I dan dosen penguji II 5. Keluargaku, Papa dan Mami, terima kasih atas semua yang diberikan padaku, kasih sayangnya, doa restunya, bimbingannya, dan semua nasehat untuk bekal hidupku. 6. Bpk Ir. H.M.Andika Agus S, MM, selaku Direktur Utama PT Nusantara

3 7. Mas Ricky Hanggar, ST., terimakasih atas semua penjelasan dan data-data yang diberikan pada penulis selama menyusun skripsi. 8. Seluruh staf karyawan PT Nusantara atas kerja samanya. 9. Raqil, Eggy, Ayu, Ninis, Anjani dan teman-teman dalam 157 crew, terimakasih atas kebersamaannya selama ini. 10. Ahmad Sidi, Ita Candra dan Mbak Mala, terimakasih atas semangat dan dukungannya. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengaharapkan saran dan kritik yang membangun. Besar harapan penulis semoga skripsi ini berguna bagi penulis dan pihak-pihak lain yang membutuhkan, Amin. Malang, Agustus 2008 Penulis

4 DAFTAR ISI Kata Pengantar... i Daftar isi... iii Daftar Tabel... vii Daftar Gambar... viii Abstraksi... ix BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Rumusan Masalah Batasan Masalah Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Sistematika Penulisan... 7 BAB II LANDASAN TEORI Aktiva Tetap Pengertian Aktiva Tetap Pengelompokkan Aktiva Tetap Depresiasi Aktiva Tetap Metode Depresiasi Ilustrasi Penerapan Metode Depresiasi Sewa Guna Usaha Sejarah Sewa Guna Usaha... 14

5 2.2.2 Definisi Sewa Guna Usaha Jenis-jenis Sewa Guna Usaha Ketentuan Sewa Guna Usaha Kriteria Pengelompokkan Transaksi Sewa Guna Usaha Keunggulan dan Kelemahan Sewa Guna Usaha Keunggulan Sewa Guna Usaha Kelemahan Sewa Guna Usaha Perlakuan Akuntansi Sewa Guna Usaha Bagi Perusahaan Perlakuan Akuntansi Sewa Guna Usaha Capital Lease Perlakuan Akuntansi Sewa Guna Usaha Operating Lease Pelaporan dan Pengungkapan Transaksi Sewa Guna Usaha Pelaporan dan Pengungkapan Transaksi Capital Lease Pelaporan dan Pengungkapan Transaksi Operating Lease Ilustrasi Metode Capital Lease BAB III METODE PENELITIAN Objek Penelitian Jenis Penelitian Sumber dan Metode Pengumpulan Data Sumber Data... 34

6 3.3.2 Sumber Pengumpulan Data Metode Analisis Data BAB IV PEMBAHASAN Gambaran Umum Sejarah Singkat Perusahaan Struktur Organisasi dan Job Description Hasil Penelitian Perlakuan Akuntansi Sewa Guna Usaha oleh PT Nusantara Pelaporan dan Pengungkapan Transaksi Sewa Guna Usaha Dalam Neraca dan Laporan Laba rugi Pembahasan Perlakuan Akuntansi Sewa Guna Usaha Modal Capital Lease Menurut PSAK No Simpanan Jaminan Aktiva Tetap Sewa Guna Usaha Akumulasi Depresiasi Aktiva Sewa Guna Usaha Pecatatan dan Penetapan Biaya Bunga Pecatatan Kewajiban Sewa Guna Usaha Usulan Pengungkapan dan Penyajian Transaksi Sewa Guna Usaha Setelah Dikoreksi Dalam Laporan Keuangan Menurut PSAK No

7 BAB V PENUTUP Kesimpulan Saran Keterbatasan Penelitian DAFTAR PUSTAKA

8 DAFTAR TABEL Tabel 1 Skedul Pembayaran Sewa Guna Usaha Selama 36 Bulan Tabel 2 Ringkasan Transaksi Sewa Guna Usaha Tabel 3 Skedul Beban Depresiasi, Akumulasi Depresiasi, dan Nilai Buku Aktiva Sewa Guna Usaha Tabel 4 Tabel Nilai Sekarang Anuitas Tabel 5 Skedul Angsuran Pembayaran Sewa Guna Usaha Pada Tingkat Bunga 2,37% Tabel 6 Pengaruh Transaksi Sewa Guna Usaha Pada Neraca Tabel 7 Pengaruh Transaksi Sewa Guna Usaha Pada Laporan Laba Rugi... 86

9 DAFTAR GAMBAR Gambar 1 Struktur Organisasi PT Nusantara... 40

10 ABSTRAKSI PENERAPAN PSAK NO.30 MENGENAI PERLAKUAN AKUNTANSI SEWA GUNA USAHA AKTIVA TETAP DAN PENGARUHNYA PADA NERACA DAN LAPORAN LABA RUGI PERUSAHAAN (Studi Kasus Pada PT Nusantara) Oleh : Ria Dwiyanti Samudra Dosen Pembimbing : Linda Ariamtiksna, SE.,Ak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah perlakuan transaksi sewa guna usaha aktiva tetap yang dilakukan oleh perusahaan telah sesuai dengan standar akuntansi keuangan dan bagaimana pengaruhnya pada laporan keuangan perusahaan khususnya pada Neraca dan Laporan laba rugi perusahaan. PT Nusantara merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa konstruksi. Untuk menunjang kegiatan operasional, perusahaan menambah aktiva tetapnya melalui kegiatan pembiayaan sewa guna usaha berupa satu unit peralatan Hidrolic Exavacator Komatzu PC secara sewa guna usaha yang disewa dari PT Orix Indonesia Finance selaku lessor. Dari hasil penelitian diketahui bahwa perlakuan akuntansi sewa guna usaha atas peralatan tersebut termasuk dalam kriteria capital lease, karena terdapat pemindahan kepemilikan, masa sewa lebih dari dua tahun, perusahaan mempunyai hak opsi pembelian pada akhir masa sewa, dan jumlah pembayaran berkala ditambah nilai sisa menutupi harga perolehan aktiva sewa guna usaha dan keuntungan lessor. Perlakuan sebagai capital lease ini sudah sesuai dengan PSAK No.30. Akan tetapi dalam pencatatan transaksi sewa guna usaha oleh perusahaan menunjukkan adanya kesalahan pencatatan dan pengelompokkan perkiraan. Hal ini akan mempengaruhi terhadap kewajaran penyajian laporan keuangan karena terdapat pos-pos yang overstated dan understated pada periode tertentu, oleh sebab itu diperlukan jurnal penyesuaian untuk mengoreksi kesalahan-kesalahan tersebut. Hasil dari evaluasi diatas adalah untuk menyajikan laporan keuangan yang wajar, sehingga informasi laporan keuangan yang dihasilkan dapat bermanfaat bagi para pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi. Kata kunci: Perusahaan Sewa Guna Usaha, Sewa Guna Usaha

11 ABSTRACT THE APLICATION OF NO.30 PSAK ON THE TREATMENT OF FIXED ASSET BUSINEsS UTILIZATION LEASE ACCOUNTING AND ITS EFFECT ON THE BALANCE SHEET AND COMPANY S PROFIT/LOSS STATEMENT (Case Studi at Nusantara Companys) Written by : Ria Dwiyanti Samudra Supervisor : Linda Ariamtiksna, SE., Ak. Research objectives seem to examine whether the treatment of fixed asset business utilization lease transaction by the company complies with the financial accounting standard and to observe its effect on the company s balance sheet and profit/loss statement. Nusantara Company s remain as the company moving in the construction service. The company supports its operasional activity by improving the fixed asset through business utilization rent costing activity. The questioned asset will be rented is a unit of Hydrolic Exavacator Komatzu PC from Orix Indonesia Finance as the lessor. Result of research indicated that the treatment of business utilization lease accounting over the equipment includes within capital lease criteria because it entail the ownership replacement, more than two years lease period, option right tp purchase in the end of lease period, ang the number of periodic payment added by the remnant to pay the price of leased asset for business utilization and the benefit of lessor. The treatment of capital lease has been pursuant to the No.30 PSAK. The Notification of business utilization lease transaction by the company shows mistake of notification and estimation grouping. It really effects the reasonability of financial statement presentation because the overstated and understated post become evident in the certain period. Thereofer adjustment journal appears important to correct such mistake. Result of these evaluation may display the reasonable financial statement such that the financial statement information should be useful for the user in making economic decision. Keywords: Business Utilization Lease Company, Business Utilization Lease

12 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam perusahaan konstruksi, aktiva tetap merupakan bagian penting dari kekayaan yang dimiliki oleh perusahaan, karena aktiva memiliki proporsi yang terbesar dari kekayaan tersebut. Aktiva tetap adalah aktiva yang jangka waktu pemakaiannya lama digunakan dalam kegiatan perusahaan, dimiliki tetapi tidak untuk dijual lagi dalam kegiatan operaional perusahaan, serta nilainya cukup besar. Aktiva tetap tersebut dapat berupa tanah, bangunan, perlengkapan, dan lain sebaginya. Dalam rangka pengembangan perusahaan, biasanya perusahaan akan selalu berusaha untuk mengganti aktiva yang lama dengan aktiva yang baru. Penggantian atas aktiva yang lama ini mungkin disebabkan karena aktiva tersebut telah habis masa umur ekonomisnya atau karena rusak dan tidak dapat lagi digunakan dalam kegiatan operasional perusahaan. Sedangkan disisi lain, kegiatan operasional perusahaan menuntut adanya pengadaan aktiva tetap yang baru terutama tanah, gedung dan peralatan. Pengadaan aktiva tetap ini dapat dipenuhi oleh perusahaan dalam bentuk sewa guna usaha atau leasing. Penggunaan sewa guna usaha sebagai sarana mengalihkan hak untuk menggunakan suatu harta kepada pihak lain telah mengalami pertumbuhan yang pesat, hal ini disebabkan semakin menyebarnya jenis aktiva yang dapat disewa guna mulai dari kendaraan, mesin-mesin, alat-alat berat sampai aset dengan tehnologi canggih. Hadirnya perusahaan sewa guna usaha ini semakin

13 mempopulerkan dan menambah kiprah kegiatan bisnis sewa guna usaha sebagai sumber pembiayaan lain disamping cara-cara pembiayaan konvensional yang lazim dilakukan melalui perbankan. Melihat semakin berkembangnya kegiatan sewa guna usaha, maka dirasakan adanya kebutuhan untuk menyediakan suatu standar akuntansi keuangan yang dapat dijadikan sebagai pedoman untuk mencatat dan melaporkan transaksi sewa guna usaha dalam laporan keuangan, sehingga akan dihasilkan suatu laporan keuangan yang wajar dan informasi yang berguna bagi para pemakai laporan keuangan. Kegiatan sewa menyewa ini sangat bervariasi menurut kontraknya, variabelvariabel itu misalnya lama masa persewaan, persyaratan pembayaran dan pembelian, ayat-ayat mengenai pembatalan dan sanksi-sanksi, jaminan oleh penyewa mengenai nilai sisa, jumlah dan waktu pembayaran sewa, tigkat bunga yang terkandung dalam perjanjian sewa menyewa, dan pembayaran biaya-biaya tertentu seperti pemeliharan, asuransi, dan pajak. Hal-hal tersebut harus dipertimbangkan dalam menentukan perlakuan akuntansi yang tepat dalam sewa guna usaha. Kegiatan sewa guna usaha dikategorikan ke dalam klasifikasi dari segi lessee dan lessor. Klasifikasi sewa guna usaha dari segi lessee terdiri dari Capital Lease (Finance Lease) dan Operating Lease. Sedangkan klasifikasi sewa guna usaha dari segi lessor terdiri dari Sales Type Lease, Direct Financing Lease, Leverage Lease dan Operating Lease.

14 Bagi lessee kedua metode yaitu capital lease dan operating lease mempunyai akibat yang berbeda terhadap penyajian neraca dan laporan laba rugi. Metode capital lease akan menghasilkan jumlah laba yang lebih rendah dibandingkan dengan metode operating lease, hal ini disebabkan metode capital lease mencatat beban yang lebih besar yang ditimbulkan dari beban bunga dan penyusutan atau amortisasi aktiva yang disewa guna usaha. Sedangkan dalam metode operating lease hanya mencatat beban sewa guna usaha yang jumlahnya merata sepanjang periode sewa. Ditinjau dari segi kewajiban, metode capital lease dapat memperbesar kewajiban yang ada di neraca. Hal ini dikarenakan metode capital lease menghendaki aktiva yang disewa guna usaha dicatat disisi debet sebagai aktiva sewa guna usaha dan kewajiban sewa guna usaha dicatat disisi kredit. Dengan sendirinya perhitungan risiko keuangan yang berhubungan dengan kewajiban akan tidak sesuai lagi jika dibandingkan dengan metode operating lease. Oleh sebab itu, metode pembiayaan dengan capital lease tidak dapat disamakan dengan perjanjian sewa menyewa biasa seperti halnya pada operating lease, sehingga perlakuan akuntansi untuk transaksi sewa guna usaha perlu diterapkan secara konsisten sesuai dengan PSAK No.30 dalam rangka penyusunan laporan keuangan perusahaan. Untuk itu guna menjawab berbagai pertentangan dan menjelaskan praktek sewa guna usaha perlu pengkajian dari sisi konsepkonsep akuntansi yang mendasar, sehingga dapat ditentukan perlakuan setiap transaksi sewa guna usaha secara tepat, dapat dimengerti, dapat diperbandingkan dan sesuai dengan tujuan laporan keuangan.

15 Laporan keuangan yang merupakan hasil akhir dari proses akuntansi tersebut harus dapat memberikan suatu rangkaian historis dari sumber-sumber ekonomi, kewajiban-kewajiban perusahaan serta kegiatan-kegiatan yang mengakibatkan perubahan-perubahan terhadap sumber-sumber ekonomi dan kewajiban-kewajiban tersebut. Sehingga informasi yang dihasilkan dari laporan keuangan tersebut akan dapat dijadikan sebagai dasar pengambilan keputusan perusahaan untuk periode akuntansi berikutnya. Oleh karena itu, pencatatan dan pelaporan transaksi sewa guna usaha yang sesuai dengan ruang lingkup dan karakteristiknya dalam laporan keuangan perusahaan harus mengacu pada pedoman standar akuntansi keuangan yang berlaku yaitu, PSAK No.30 Berdasarkan uraian di atas, maka judul skripsi ini adalah: PENERAPAN PSAK No.30 MENGENAI PERLAKUAN AKUNTANSI SEWA GUNA USAHA AKTIVA TETAP DAN PENGARUHNYA PADA NERACA DAN LAPORAN LABA RUGI PERUSAHAAN. 1.2 Rumusan Masalah PT Nusantara adalah suatu perusahaan yang bergerak di bidang konstruksi. Untuk menunjang kelancaran setiap kegiatannya PT Nusantara menambah aktiva tetapnya berupa peralatan, mesin dan kendaraan melalui sumber pembiayaan sewa guna usaha. Akan tetapi yang sering menjadi masalah adalah apakah pencatatan, pengakuan, pengukuran, pelaporan, dan pengungkapan akuntansi atas transaksi

16 perolehan aktiva tetap secara sewa guna usaha dalam neraca dan laporan laba rugi sudah sesuai atau belum dengan PSAK No. 30. Berdasarkan uraian pada bagian latar belakang, penulis mengidentifikasikan pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana perlakuan akuntansi sewa guna usaha aktiva tetap oleh PT Nusantara selama periode leasing? 2. Bagaimana perlakuan akuntansi sewa guna usaha aktiva tetap oleh PT Nusantara dibandingkan dengan PSAK No.30? 3. Bagaimana dampak perlakuan akuntansi sewa guna usaha aktiva tetap oleh PT Nusantara terhadap laporan keuangan? 1.3 Batasan Masalah Agar penulisan skripsi ini lebih spsifik dan terarah, maka penulis membatasi masalah pada : 1. Perlakuan akuntansi sewa guna usaha aktiva tetap yang dilakukan oleh PT Nusantara selaku lessee yang bergerak dalam bidang jasa konstruksi. 2. Satu unit peralatan Hidrolic Exavacator Komatzu PC yang disewa guna usaha dari PT Orix Indonesia selaku lessor. 3. Periode sewa guna usaha selama tiga tahun terhitung mulai Pebruari 2005 sampai dengan Pebruari 2008.

17 1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan Penelitian 1. Mengetahui perlakuan transaksi sewa guna usaha yang dicatat oleh PT Nusantara selama periode leasing. 2. Membandingkan perlakuan akuntansi sewa guna usaha selama periode leasing antara yang dilakukan oleh PT Nusantara dengan PSAK No Mengetahui dampak perlakuan akuntansi sewa guna usaha aktiva tetap yang dilakukan oleh PT Nusantara terhadap laporan keuangan perusahaan Manfaat Penelitian 1. Bagi penulis, penelitian ini bermanfaat sebagai tambahan pengalaman dan pengetahuan tentang bagaimana akuntansi sewa guna usaha aktiva tetap itu diberlakukan dengan benar sesuai PSAK No Bagi PT Nusantara, penulisan ini dapat dimanfaatkan sebagai alat bantu untuk mendapatkan dan mengetahui pengungkapan serta pelaporan dalam laporan keuangan yang sesuai dengan ketentuan dan standar akuntansi yang tepat.

18 1.5 Sistematika Penulisan Sistematika dalam penulisan skripsi ini terdiri dari lima bab yaitu: BAB 1 : PENDAHULUAN Dalam bab ini dijelaskan tentang latar belakang masalah yang mendasari penelitian, permasalahan dan batasan masalah, manfaat, dan tujuan penelitian serta sistematika penulisan. BAB II : LANDASAN TEORI Dalam bab ini akan dijelaskan teori yang mendasari topik penelitian, diantaranya adalah: 1. Pengertian dan pengelompokan aktiva tetap 2. Penyusutan aktiva tetap dan metode penyusutan 3. Perkembangan sewa guna usaha dan definisi sewa guna usaha 4. Jenis-jenis sewa guna usaha dan ketentuan sewa guna usaha 5. Kriteria pengelompokan transaksi sewa guna usaha 6. Keunggulan dan kelemahan sewa guna usaha 7. Perlakuan akuntansi sewa guna usaha serta pengungkapanya berdasarkan PSAK No.30. BAB III : METODE PENELITIAN Dalam bab ini akan dijelaskan tentang obyek penelitian yang digunakan dalam penelitian, sumber, dan metode pengumpulan data, jenis penelitian dan teknik analisis data.

19 BAB IV : PEMBAHASAN Pada bab ini terdiri dari tiga bagian yaitu: 1. Gambaran umum perusahaan yang berisi sejarah singkat perusahaan, struktur organisasi dan job description. 2. Deskripsi hasil penelitian yang menunjukkan penerapan teknik akuntansi sewa guna usaha oleh perusahaan, serta pengungkapan dan penyajiannya dalam Neraca dan Laporan laba rugi. 3. Pembahasan yang dimulai dari melihat jurnal transaksi sewa guna usaha yang dibuat oleh perusahaan, menggolongkan kriteria klasifikasi sewa guna usaha, dan mengoreksi pencatatan akuntansi sewa guna usaha yang dibuat oleh perusahaan. Tahap akhir adalah melaporkannya dalam Neraca dan Laporan laba rugi perusahaan dengan benar sesuai dengan PSAK No.30. BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini berisi kesimpulan-kesimpulan yang didapat dari analisa pembahasan masalah dan saran-saran yang akan diberikan oleh penulis kepada perusahaan yang diteliti, dengan tujuan agar perusahaan tersebut dapat memahami dengan jelas tentang perlakuan akuntansi sewa guna usaha yang dilakukan oleh perusahaan.

20 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Aktiva Tetap Pengertian Aktiva Tetap Aktiva tetap merupakan aktiva berwujud yang digunakan dalam operasi perusahaan dan tidak dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal perusahaan. Aktiva semacam ini biasanya memiliki masa pemakaian yang lama dan diharapkan dapat memberi manfaat pada perusahaan selama bertahun-tahun. Manfaat yang diberikan aktiva tetap pada umumnya semakin lama semakin menurun kecuali manfaat yang diberikan oleh tanah. Menurut PSAK No. 16 paragraf 06, aktiva atau aset tetap adalah aset berwujud yang dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa, untuk direntalkan kepada pihak lain, atau untuk tujuan administratif, dan diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode Pengelompokkan Aktiva Tetap Aktiva tetap dikelompokkan menjadi dua macam yaitu: 1. Aktiva berwujud (Tangible Assets) Aktiva berwujud merupakan aktiva yang berumur panjang yang sifatnya permanen, yang digunakan dalam operasi perusahaan dan yang dibeli bukan untuk dijual lagi dalam operasi perusahaan, misalnya tanah, gedung, peralatan dan sebagainya.

21 2. Aktiva tak berwujud (Intagible Assets) Aktiva tak berwujud merupakan aktiva yang berumur panjang yang tidak memiliki karakteristik fisik dan yang dibeli bukan untuk dijual kembali serta digunakan dalam operasi normal perusahaan, misalnya hak paten, hak cipta, goodwill, merek dagang, franchise, dam lisensi. Aktiva tetap ini juga meliputi aktiva yang tidak dapat disusutkan (non depreciable) dan aktiva yang dapat disusutkan (depreciable). Contoh aktiva yang tidak dapat disusutkan adalah tanah dan hak atas tanah. Sedangkan aktiva yang dapat disusutkan adalah bangunan, mesin, serta peralatan lainnya ataupun sumbersumber alam Depresiasi Aktiva Tetap. Depresiasi menurut PSAK No16 paragraf 06 adalah: Alokasi sistematis jumlah yang dapat disusutkan dari suatu aset selama umur manfaatnya atau pengalokasian harga perolehan menjadi beban operasional akibat penggunaan aktiva tersebut. Depresiasi menurut Jusup (2001:162) adalah: Proses pengalokasian harga perolehan aktiva tetap menjadi biaya atau beban selama masa manfaatnya dengan cara rasional dan sistematis. Pengakuan atas depresiasi aktiva tetap tidak berakibat adanya pengumpulan kas untuk mengganti aktiva lama dengan aktiva yang baru. Saldo rekening akumulasi depresiasi menggambarkan jumlah depresiasi yang telah dibebankan sebagai biaya, bukan menggambarkan dana yang telah dihimpun.

22 Depresiasi atas aktiva bertujuan untuk mendistribusikan biaya atau nilai dasar aktiva berwujud dikurangi nilai sisa (jika ada) selama perkiraan masa manfaat dari unit tersebut (yang merupakan suatu kelompok harta) dengan cara sistematis dan rasional. Suatu aktiva dikatakan tidak layak lagi apabila kemampuannya untuk memenuhi permintaan peningkatan produksi tidak memadai lagi. Faktor-faktor yang menyebabkan dilakukannya penyusutan antara lain karena kerusakan dan penurunan fungsi atau aus karena umur Metode Depresiasi Depresiasi dapat dicatat dan dilaporkan dengan menggunakan beberapa metode depresiasi sebagai berikut: (Jusup, 2001: ) 1. Metode Aktivitas (unit penggunaan atau produksi) Dalam metode ini, masa pemakaian aktiva tidak dinyatakan dengan jangka waktu melainkan dengan jumlah satuan unit yang dapat dihasilkan oleh aktiva yang bersangkutan. Beban penyusutan tahunannya dapat dihitung dengan rumus: Beban Depresiasi : (Harga Pokok - Nilai Sisa) x Jml Kegiatan Tahun ini Jumlah Satuan Kegiatan 2. Metode Garis Lurus Dalam metode ini, beban depresiasi dibebankan secara merata selama estimasi umur aktiva tersebut. Rumus untuk menghitung beban depresiasi pertahun adalah sebagai berikut: Beban Depresiasi : Harga Pokok Nilai Sisa Taksiran umur kegiatan

23 3. Jumlah Angka Tahun Metode ini akan mengahasilkan beban depresiasi yang menurun secara tetap sepanjang tahun karena angka pecahan yang dikalikan setiap tahun terhadap harga perolehan aktiva dikurangi estimasi nilai residu, semakin kecil. Rumus untuk menghitung beban depresiasi pertahun adalah sebagai berikut: Jumlah Angka Tahun : n (n +1) 2 Beban Depresiasi : (Harga Pokok Nilai Sisa) x Jml Angka Tahun 4. Saldo Menurun Metode ini menghasilkan beban depresiasi yang menurun sepanjang umur estimasi aktiva itu. Teknik yang sering digunakan adalah dengan melipatduakan terif penyusutan garis lurus yang dihitung tanpa memperhatikan nilai residu dan menggunakan tarif penyusutan yang dihasilkan terhadap harga perolehan aktiva dikurangi akumulasi penyusutan. Rumus untuk menghitung beban depresiasi pertahun adalah sebagai berikut Beban Depresiasi : Nilai Buku pada Awal Tahun x Tarif Depresiasi Ilusrasi Penerapan Metode-metode Depresiasi Pada tanggal 1 Januari 2008 PT Bromo membeli sebuah truk dengan rincian sebagai berikut: Harga Perolehan : Rp Taksiran Nilai Residu : Rp Taksiran Masa Manfaat Taksiran Satuan Hasil : 5 Tahun : km

24 1. Metode Aktivitas (Unit Penggunaan atau Produksi) Apabila perusahaan menggunakan metode aktivitas dengan perkiraan truk dapat digunakan sejauh km maka depresiasi untuk tahun pertama dapat dihitung sebagai berikut: Beban Depresiasi : (Harga Pokok - Nilai Sisa) x Jml Kegiatan Tahun ini Jumlah Satuan Kegiatan 2. Metode Garis Lurus : Rp Rp x : Rp Jika perusahaan menggunakan metode garis lurus, maka perhitungan beban depresiasi adalah sebagai berikut: Beban Depresiasi : Harga Pokok Nilai Sisa Taksiran umur kegiatan : Rp Rp : Rp Metode Angka Tahun Jumlah Angka Tahun : n ( n + 1 )_ : 5 ( ) : Beban Depresiasi : (Harga Pokok Nilai Sisa) x Jml Angka Tahun : Rp Rp x 5/15 : Rp

25 4. Metode Saldo Menurun Jika perusahaan menggunakan metode saldo menurun, maka dalam menentukan beban depresiasi maka tarif depresiasi adalah 40% ( 20% x 2 ) dengan mengabaikan nilai residu Beban Depresiasi : Nilai Buku pada Awal Tahun x Tarif Depresiasi : Rp x 40% : Rp Sewa Guna Usaha Sejarah Sewa Guna Usaha Leasing dianggap pertama kali ada dan berkembang sebagai alat pembelanjaan atau pembiayaan perusahaan pada tahun 1949 dengan dikeluarkannya Accounting Reaserch Bulletin No.38 tentang Disclosure Of Long Term Lease On Financial Statement Of Lessees. Tetapi kesepakatan akuntansinya baru berhasil dicapai pada tahun 1964, 1966, 1972, 1974, dan 1976 dengan terbitnya Accounting Principles Board Opinion (APB) No.5, APB No.27 dan APB No.31, dan Financial Accounting Standard No.13 dengan tujuan untuk menggambarkan kenyataan ekonomi dari sewa guna usaha, dengan syarat bahwa sewa guna usaha dalam jangka panjang dianggap sebagai tindakan pengadaan modal oleh penyewa dan sebagai penjualan oleh yang menyewakan. Pernyataan akuntansi untuk sewa guna usaha ini kemudian diamandemen dengan FASB No.17 tahun 1977, FASB No. 23 tahun 1978 dan FASB No.26 tahun 1979, No. 27 dan No. 28 tahun 1979.

26 Perkembangan sewa guna usaha dalam sejarah di Indonesia diklasifikasikan ke dalam tiga fase berikut : 1. Fase Pengenalan Fase pertama yang merupakan fase pengenalan dari bisnis leasing di Indonesia terjadi antara tahun 1974 sampai dengan tahun 1983 dengan dikeluarkannya Surat Keputusan tiga Menteri: Menteri Keuangan, Menteri Perdagangan, Menteri Perindustrian dengan No.Kep122/MK/2/1974, No.32/MSK/2/1974, No.30/Kpb/I/1974 tanggal 7 Pebruari 1974 tentang Perizinan Usaha Leasing. Sampai dengan tahun 1980 jumlah perusahaan leasing hanya berjumlah 5 buah perusahaan dengan nilai kontrak Rp.22,6 Miliar dan sampai dengan tahun 1983 jumlah perusahaan leasing bertambah sehingga seluruhnya menjadi 48 buah dengan kontrak Rp.436,1 Miliar. 2. Fase Pengembangan Fase kedua terjadi kira-kira antara tahun 1984 sampai dengan tahun 1990 dengan dikeluarkannya Surat Edaran Direktur Jenderal Moneter Dalam Negeri No. SE/499/MD/1984 tanggal 24 Januari 1984 tentang ketentuan dan tata cara penyampaian laporan perusahaan leasing. Dan Keputusan Menteri No.125/KMK.013/1988 tanggal 20 Desember 1988 dan dari berbagai rujukan lahiriah PAI pernyataan No.6 Standar Khusus Akuntansi Sewa Guna Usaha tanggal 19 September Perkembangan perusahaan dan jumlah besarnya kontrak leasing tahun1986 sebanyak 89 buah dengan nilai kontrak Rp. 645 Miliar dan pada tahun 1990 bertambah menjadi 122 buah perusahaan dengan nilai kontrak tidak kurang Rp Triliun.

27 3. Fase Konsolidasi Fase ketiga merupakan fase konsolidasi dari perkembangan leasing di Indonesia terjadi sejak tahun 1991 sampai tahun 1995 dengan dikeluarkannya SK Menteri Keuangan No 1169/KMK.01/1991 tanggal 19 Januari 1991 tentang Perubahan Sistem Perhitungan Perpajakkan dari Operating Method ke Financial Method Definisi Sewa Guna Usaha Lease menurut PSAK No.30 bab paragraf 04 adalah Suatu perjanjian dimana lessor memberi hak kepada lessee untuk menggunakan suatu aset selama periode waktu yang disepakati. Sebagai imbalannya, lessee melakukan pembayaran atau serangkaian pembayaran kepada lessor. Menurut Kieso dan J. Weygandt (2002 : 91) Lease adalah Suatu perjanjian kontraktual antara seorang lessor dan seorang lessee yang memberi hak kepada lessee untuk menggunakan harta tertentu yang dimiliki oleh lessor selama periode waktu tertentu dengan memberikan imbalan berupa pembayaran tunai yang biasanya periodik. Menurut Sofyan Syafri (2000:170) Lease adalah: Suatu cara untuk memperoleh hak demi menggunakan aktiva berwujud tertentu dalam jangka waktu tertentu dimana hak pemilik atas aktiva yang di lease tetap dipegang oleh lessor.

28 Selain definisi-definisi diatas FASB No.13 juga mendefinisikan bahwa sewa guna usaha merupakan perjanjian penyerahan hak untuk mempergunakan aktiva berwujud (tanah atau aktiva yang dapat disusutkan) biasanya dalam jangka waktu tertentu. Sedangkan International Accounting Standard yang dikeluarkan IASC mendefinisikan sewa guna usaha atau leasing sebagai perjanjian penyerahan dari penjual sewa kepada pembeli sewa dalam penyewaan hak untuk menggunakan aktiva atau barang modal selama periode waktu yang telah disetujui, dengan pembayaran secara berkala oleh pembeli sewa kepada penjual sewa. (Thomas et.all : 2001) Jenis- jenis Sewa Guna Usaha Terdapat beberapa jenis leasing yang disesuaikan dengan kebutuhan dan luas bidang lease, adalah sebagai berikut : 1. Finance Lease Dalam sewa guna usaha jenis ini perusahaan sewa guna usaha adalah pihak yang membiayai penyediaan barang modal. Penyewa guna usaha biasanya memilih barang modal yang dibutuhkan dan melakukan pembayaran sewa guna usaha secara berkala dimana jumlah seluruhnya ditambah dengan nilai sisa barang modal, dapat menutup harga perolehan barang modal dan keuntungan lessor. 2. Operating Lease Dalam sewa guna usaha jenis ini, lessor membeli barang modal kemudian menyewakannya pada lessee dengan jangka waktu tertentu. Jumlah pembayaran berkala secara keseluruhan tidak akan melebihi atau tidak

29 menutupi harga perolehan barang modal dan biaya yang dikeluarkan. Hal ini diakibatkan oleh periode lease yang pendek dan apabila periode lease berakhir, maka lessor akan memperpanjang lease dengan lessee yang sama atau membuat perjanjian baru dengan lessee yang lain. Pada operating lease, lessor bertanggung jawab atas perawatan barang yang disewakan, dalam hal ini secara jelas tidak ditentukan adanya nilai sisa serta hak opsi bagi lessee, sehingga tidak terdapat pemindahan kepemilikan. 3. Sales Type Lease Sewa guna usaha jenis ini merupakan financial lease, tetapi dalam hal ini barang modal yang disewakan pada saat awal masa sewa guna usaha, mempunyai nilai yang berbeda dengan biaya atau cost yang ditanggung oleh lessor. Sewa guna usaha jenis ini merupakan suatu jalur pemasaran bagi produk perusahaan tertentu. 4. Leveraged Lease. Transaksi sewa guna usaha jenis ini melibatkan setidaknya tiga pihak yakni penyewa guna usaha, perusahaan sewa guna usaha dan kreditur jangka panjang yang membiayai bagian terbesar dari transaksi sewa guna usaha.

30 Ditinjau dari teknis pelaksanaan transaksi sewa guna usaha, jenis sewa guna usaha adalah sebagai berikut: 1. Sewa Guna Usaha Langsung (Direct Lease) Dalam transaksi jenis ini penyewa guna usaha belum pernah memiliki barang modal yang menjadi obyek sewa guna usaha sehingga atas permintaannya perusahaan sewa guna usaha membeli barang modal tersebut. 2. Penjualan dan Penyewaan Kembali (Sale and Leaseback) Dalam transaksi ini, lessee terlebih dulu menjual barang modal yang sudah dimilikinya kepada perusahaan, dan atas barang modal yang sama kemudian dilakukan kontrak sewa guna usaha antara lessee (pemilik semula) dengan lessor (pembeli barang modal). 3. Sewa Guna Usaha Sindikasi (Syindicated Lease) Dalam sewa guna usaha sindikasi perusahaan sewa guna usaha secara bersama melakukan transaksi sewa guna usaha dengan satu penyewa guna usaha. Sewa guna usaha ini dilakukan karena nilai transaksi yang besar atau karena faktor-faktor lain. Salah satu perusahaan sewa guna usaha ditunjuk sebagai koordinator sehingga penyewa guna usaha cukup berkomunikasi dengan perusahaan ini untuk melaksanakan segala sesuatu yang menyangkut transaksi sewa guna usaha. Pelaksanaan transaksi ini dapat dilakukan baik melalui sewa guna usaha langsung maupun penjualan dan penyewaan kembali.

31 Ketentuan Sewa Guna Usaha Karena lease adalah suatu kontrak, ketentuan-ketentuan yang disepakati oleh lessor dan lessee bisa sangat bervariasi, antara lain (Kieso dan J. Weygandt, 2002:235): 1. Durasi (masa lease), lease mungkin terjadi untuk periode waktu yang pendek sampai sepanjang perkiraan umur ekonomis aktiva yang disewa guna usahakan. 2. Pembayaran sewa, mungkin rata dari tahun ketahun, pembayaran itu mungkin telah ditentukan sebelumnya atau bervariasi mengikuti penjualan, tingkat bunga utama, indeks harga konsumen, dalam kebanyakan kasus sewa ditetapkan agar memungkinkan lessor memperoleh kembali harga beli aktiva ditambah suatu hasil pengembalian yang wajar sepanjang umur lease. 3. Kewajiban pajak, asuransi dan pemeliharaan (biaya pelaksanaan), bisa ditanggung oleh lessor atau lessee atau bisa dibagi antara keduanya. 4. Batasan-batasan, yang sebanding dengan ikatan obligasi dapat membatasi kegiatan lessee dalam hal pembayaran deviden atau pengambilan hutang dan kewajiban lease lain. Kontrak lease bisa bersifat tidak dapat dibatalkan atau mungkin memberikan hak untuk menyelesaikan sebelum waktunya pembayaran atas skala harga tertentu ditambah denda atau hukuman. Dalam hal lalai, lessee mungkin harus melunasi seluruh pembayaran untuk masa yang akan datang dengan menerima hak milik atas harta sebagai gantinya atau lessor berhak untuk

32 menjual kepada pihak ketiga dan menagih dari lessee seluruh atau sebagian dari selisih antara harga jual lessor yang belum diperoleh kembali. 5. Alternatif bagi lessee saat selesainya lease, dapat berkisar dari tidak ada alternatif sampai hak untuk membeli aktiva yang disewa dengan harga pasar wajar atau hak untuk memperbaharui atau membeli dengan harga nominal Kriteria Pengelompokan Transaksi Sewa Guna Usaha Menurut PSAK No.30 paragraf 08 : Suatu sewa diklasifikasikan sebagai sewa pembiayaan (capital lease) jika sewa tersebut mengalihkan secara subtansial seluruh risiko dan manfaat yang terkait dengan kepemilikan aset. Dan suatu sewa diklasifikasikan sebagai sewa operasi (operating lease) jika tidak mengalihkan secara subtansial seluruh risiko dan manfaat yang terkait dengan kepemilikan suatu aset. Transaksi sewa guna usaha akan dikelompokkan sebagai capital lease bagi perusahaan sewa guna usaha apabila memenuhi semua kriteria berikut ini: 1. Penyewa guna usaha memiliki hak opsi untuk membeli aktiva yang disewa guna usahakan pada akhir masa sewa guna usaha dengan harga yang telah disetujui bersama pada saat dimulainya perjanjian sewa guna usaha. 2. Seluruh pembayaran berkala yang dilakukan oleh penyewa guna usaha ditambah dengan nilai sisa mencakup pengembalian harga perolehan barang modal yang disewa guna usahakan serta bunganya sebagai keuntungan perusahaan sewa guna usaha (full payout lease). 3. Masa sewa guna usaha minimum 2 tahun.

33 Menurut FASB Statement No. 13, kriteria pengelompokkan transaksi sewa guna usaha adalah sebagai berikut: 1. Pada akhir masa sewa guna usaha terdapat pemindahan kepemilikan aktiva yang disewa guna usahakan dari lessor kepada lessee. 2. Pada akhir masa sewa guna usaha terdapat hak opsi bagi lessee untuk membeli aktiva yang disewa guna usahakan pada suatu tingkat harga yang lebih rendah dari taksiran nilai pasar wajar pada saat hak opsi dilakukan. 3. Masa sewa guna usaha sama atau melebihi 75% dari taksiran umur ekonomis aktiva yang disewa guna usahakan. 4. Nilai tunai pada awal masa sewa guna usaha atas pembayaran sewa guna usaha minimum tidak termasuk biaya-biaya pelaksanaan, sama atau lebih besar dari 90% nilai wajar aktiva yang disewa guna usahakan. Selain itu terdapat dua kriteria tambahan sebagai berikut: 1. Kemungkinan tertagihnya (collectibility) atas pembayaran berkala atau sewa minimum dapat diramalkan dengan memadai. 2. Tidak terdapat ketidakpastian material atas biaya yang tidak dapat diminta kembali, yang dikeluarkan oleh penjual sewa atau dengan kata lain hampir dapat dipastikan bahwa semua biaya yang tidak akan dibebankan kepada pembeli sewa telah dikeluarkan oleh penjual sewa.

34 Hubungan antara kriteria dan klasifikasi sewa guna usaha tersebut adalah sebagai berikut : 1. Sewa guna usaha modal, memenuhi salah satu atau lebih kriteria dasar. 2. Sewa guna usaha operasi, tidak memenuhi semua kriteria dasar tersebut. 3. Sewa guna usaha penjualan, memenuhi satu atau lebih kriteria dasar dan memenuhi kriteria tambahan selain itu dapat memberikan kenaikan laba atau rugi pihak perusahaan sewa guna usaha. 4. Sewa guna usaha pembiayaan langsung (yang bukan sewa guna usaha pengungkit) tidak memberikan kenaikan laba atau rugi pihak lessor dan memenuhi satu atau lebih kriteria dasar tambahan. 5. Sewa guna usaha pengungkit, melibatkan setidaknya tiga pihak yaitu pembeli sewa, kreditur jangka panjang dan penjual sewa (biasa disebut equity partisipant). Pembiayaan dari kreditur tidak mempunyai tuntutan terhadap kredit umum dari para penjual sewa (lessor) Keunggulan dan Kelemahan Sewa Guna Usaha Keunggulan Sewa Guna Usaha Keunggulan sewa guna usaha sebagai sumber alternatif pembiayaan modal bagi perusahaan penyewa guna usaha adalah sebagai berikut (Nasution, 2003:14) : 1. Penghematan modal yaitu tidak perlu menyediakan dana yang besar, hal ini merupakan penghematan dana bagi lessee, karena leasing umumnya membiayai 100% barang modal yang dibutuhkan.

35 2. Fleksibel, yang bersifat sangat luas yang merupakan ciri utama bagi kelebihan leasing dibanding dengan kredit bank. Fleksibilitas meliputi struktur kontraknya, besarnya pembayaran sewa, jangka waktu pembayaran serta nilai sisanya. 3. Sebagai sumber dana, mekanisme untuk memperoleh dana yaitu dengan melalui sales dan leaseback atas aset yang sudah dimiliki oleh lessee. 4. Menguntungkan cash flow. Untuk suatu investasi dimana pendapatan penjualan diperoleh secara musiman atau dimana keuntungan baru bisa diperoleh pada masa akhir investasi maka besarnya sewa juga bisa disesuaikan dengan kemampuan cash flow yang ada. Pengaturan seperti ini bisa mencegah timbulnya gejolak kekosongan dana dalam kas perusahaan. 5. Leasing dapat memberikan keuntungan pajak penghasilan yang disebabkan oleh penyusutan dipercepat dan beban bunga. 6. Menahan pengaruh inflasi, dalam keadaan inflasi, lessee mengeluarkan biaya sewa yang sama. Dengan demikian nilai riil dari sewa tersebut telah berkurang atau bisa dikatakan bahwa lessee membeyar hari ini dengan perhitungan nilai mata uang kemarin. 7. Leasing aktiva untuk periode lease yang relatif singkat dan bukan memiliki aktiva memberikan perlindungan bagi lessee dari keusangan peralatan. 8. Secara umum jadwal pembayaran lease dapat diatur agar sesuai dengan arus kas masuk lessee yang diharapkan dari operasi.

36 Kelemahan Sewa Guna Usaha Disamping keunggulan-keunggulan di atas, maka sewa guna usaha juga mempunyai segi kelemahan sebagai berikut (Nasution, 2003:14) : 1. Pembiayaan 100% atas aktiva yang disewa guna usaha juga berarti total pengeluaran jumlah dollar yang lebih tinggi untuk bunga. 2. Pembiayaan secara leasing merupakan sumber pembiayaan yang relatif mahal bila dibandingkan dengan kredit investasi dari bank. 3. Pembiayaan di luar neraca hanya menutupi fakta bahwa lapisan hutang baru sedang ditanggung. 4. Leasing peralatan siap pakai (jika dibandingkan dengan yang dibuat sesuai pesanan) mungkin menghasilkan produk yang mutunya lebih rendah dan pada akhirnya mengakibatkan hilangnya penjualan bagi lessee. 5. Lease musiman mengandung ketidakpastian bahwa peralatan akan tersedia saat dibutuhkan selain itu suku bunga leasing mungkin didasarkan pada situasi perdagangan saat itu. 6. Lease jangka panjang dapat memberikan perlindungan dari keusangan produk. 7. Keuntungan pajak mungkin bersifat sementara. Ketentuan pajak baru bisa diberlakukan kapan saja dan bisa membatalkan ketentuan dalam peraturan lama. Ini merupakan bahaya bagi semua lease jangka panjang yang mengutamakan keuntungan pajak. 8. Lease jangka panjang dengan suku bunga tetap akan membebankan lessor pemberi pinjaman atas resiko hilangnya kesempatan jika suku bunga naik.

37 Perlakuan Akuntansi Sewa Guna Usaha bagi Perusahaan Perlakuan Akuntansi Sewa Guna Usaha Capital Lease Perlakuan akuntansi capital lease oleh penyewa usaha menurut PSAK No. 30 adalah : a. Transaksi sewa guna usaha diberlakukan dan dicatat sebagai aktiva tetap dan kewajiban pada awal masa guna sebesar nilai tunai dari seluruh pembayaran sewa guna usaha ditambah nilai sisa (harga opsi) yang harus dibayar oleh penyewa guna usaha pada akhir masa sewa guna usaha. Selama masa sewa guna usaha setiap pembayaran sewa guna dialokasikan dan dicatat sebagai angsuran pokok kewajiban sewa guna usaha dan beban bunga berdasarkan tingkat bunga yang diperhitungkan terhadap sisa kewajiban penyewa guna usaha. b. Tingkat diskonto yang digunakan untuk menentukan nilai tunai dari pembayaran sewa guna usaha adalah tingkat bunga yang dibebankan oleh perusahaan sewa guna usaha atau tingkat bunga yang berlaku pada awal masa sewa guna usaha. c. Aktiva yang disewa guna usahakan harus diamortisasi dalam jumlah yang wajar berdasarkan taksiran masa manfaatnya. d. Kalau aktiva yang disewa guna usahakan dibeli sebelum berakhirnya masa sewa guna usaha maka perbedaan antara pembayaran yang dilakukan atau dikreditkan pada tahun berjalan.

38 e. Kewajiban sewa guna usaha harus disajikan sebagai kewajiban lancar dan jangka panjang sesuai dengan praktek yang lazim untuk jenis usaha penyewa guna usaha. f. Dalam hal dilakukan penjualan dan penyewaan kembali (sale and leaseback) maka transaksi tersebut harus dilakukan sebagai dua transaksi yang terpisah yaitu transaksi penjualan dan transaksi sewa guna usaha. Selisih antara harga jual dan nilai buku aktiva yang dijual harus diakui dan dicatat sebagai keuntungan atau kerugian yang ditangguhkan harus dilakukan secara proporsional dengan biaya amortisasi aktiva yang disewa guna usahakan Perlakuan Akuntansi Sewa Guna Usaha Operating Lease Perlakuan akuntansi operating lease menurut PSAK No.30 bahwa pembayaran sewa guna usaha selama tahun berjalan merupakan biaya sewa yang diakui dan dicatat berdasarkan metode garis lurus selama masa sewa guna usaha oleh lessee, meskipun pembiayaan sewa guna usaha dilakukan dalam jumlah yang tidak sama setiap periode Pelaporan dan Pengungkapan Transaksi Sewa Guna Usaha Pelaporan dan Pengungkapan Transaksi Capital Lease Pelaporan akuntansi capital lease oleh penyewa guna usaha menurut PSAK No. 30 adalah : a. Aktiva yang disewa guna usahakan dilaporkan sebagai bagian aktiva tetap dalam kelompok tersendiri. Kewajiban sewa guna usaha yang bersangkutan harus disajikan terpisah dari kewajiban lainnya.

39 b. Pengungkapan yang layak harus dicantumkan dalam catatan atas laporan keuangan mengenai hal-hal sebagai berikut : 1. Jumlah pembayaran sewa guna usahakan yang paling tidak untuk dua tahun berikutnya. 2. Penyusutan aktiva yang disewa guna usahakan yang dibebankan dalam tahun berjalan. 3. Jaminan yang diberikan sehubungan dengan transaksi sewa guna usaha. 4. Keuntungan atau kerugian yang ditangguhkan beserta amortisasinya sehubungan dengan transaksi penjualan dan penyewaan kembali (sale and leaseback). 5. Ikatan-ikatan penting yang dipersyaratkan dalam perjanjian sewa guna usaha Pelaporan dan Pengungkapan Transaksi Operating Lease Menurut PSAK No.30 bahwa pengungkapan yang layak harus dicantumkan atas laporan keuangan mengenai : 1. Jumlah pembayaran sewa guna selama tahun berjalan yang dibebankan sebagai biaya sewa. 2. Jumlah pembayaran sewa guna usaha yang harus dilakukan paling tidak 2 tahun berikutnya. 3. Jaminan yang diberikan sehubungan dengan transaksi sewa guna usaha. 4. Keuntungan atau kerugian yang ditangguhkan beserta amortisasinya sehubungan dengan transaksi sale and leaseback.

40 5. Ikatan-ikatan penting yang dipersyaratkan dalam perjanjian sewa guna usaha (major covenants) Ilustrasi Metode Capital Lease Contoh penerapan metode capital lease berdasarkan buku akuntansi Kieso dan J. Weygandt (2002 : 239) adalah sebagai berikut: Lessor company dan Lessee Company menandatangani sebuah perjanjian lease tertanggal 1 Januari 2000 yang menetapkan bahwa Lessor Company menyewakan peralatan kepada Lessee Company dengan ketentuan sebagai berikut : 1. Masa lease adalah lima tahun dan perjanjian tidak dapat dibatalkan dengan mengharuskan pembayaran sewa sebesar Rp Peralatan tersebut mempunyai nilai wajar sebesar Rp estimasi umur ekonomis lima tahun dan tidak ada nilai residu 3. Lessee Company membayar semua biaya pelaksanaan langsung kepada pihak ketiga kecuali pajak harta sebesar Rp 2000 per tahun yang termasuk dalam pembayaran tahunan kepada lessor 4. Lease tersebut tidak memuat hak opsi pembaharuan dan peralatan akan kembali pada lessor company pada saat selesainya lease 5. Tingkat bunga pinjaman tambahan (incremental borrowing rate) Lessee Company adalah sebesar 11% tahun. Apabila tingkat bunga tidak diketahui maka tingkat bunga yang digunakan harus ditentukan oleh lessee 6. Lessee Company menyusutkan peralatan yang disewa dengan menggunakan metode garis lurus.

41 7. Lessor Company menetapkan sewa tahunan untuk memperoleh tingkat hasil pengembalian atas investasinya sebesar 10% per tahun, fakta ini diketahui oleh Lessee Company. 8. Dalam hal adanya ketentuan lain yang dipersyaratkan oleh Lessor Company maka lessee harus menerapkannya. Penyelesaian : 1. Pengujian atas klasifikasi lease berdasarkan perjanjian lease diatas adalah: a. Masa lease lima tahun, sama dengan estimasi umur ekonomis peralatan yang lamanya lima tahun, memenuhi pengujian 75% b. Nilai sekarang pembayaran lease minimum Rp melebihi 90% dari nilai wajar harta (Rp ) Nilai yang dikapitalisasi : ( ) x Nilai pembayaran sekarang anuitas selama 5 periode pada tingkat diskonto 10% : Rp x 4,16986 : Rp Pencatatan akuntansi Capital Lease oleh Lessee Company a. Jurnal untuk mencatat peralatan yang disewa guna usaha pada awal sewa guna usaha Peralatan Sewa Guna Usaha Rp Kewajiban Sewa Guna Usaha Rp

42 Bila terdapat hak opsi dalam bentuk simpanan jaminan atau kas untuk membeli peralatan yang disewa pada akhir masa lease adalah Simpanan jaminan xx Kas xx b. Ayat jurnal untuk mencatat pembayaran lease pertama tanggal 1 Januari 2000 adalah Beban pajak Rp Kewajiban Sewa Guna Usaha Rp Kas Rp c. Tanggal 31 Desember 2000 jurnal untuk mencatat beban bunga adalah Beban Bunga Rp Hutang Bunga Rp Berikut disajikan skedul pembayaran sewa guna usaha Leesee Company selama lima tahun dengan tingkat bunga 10% Tanggal Pembayaran Biaya Biaya Penurunan Kewajiban Lease Pajak Bunga Kewajiban Lease Tahunan 10% Lease 1/1/ ,000 1/1/ ,981 2,000-23,981 76,019 1/1/ ,981 2,000 7,602 16,379 59,640 1/1/ ,981 2,000 5,964 18,017 41,623 1/1/ ,981 2,000 4,162 19,819 21,801 1/1/ ,981 2,000 2,180 21,801 - Jumlah 129,905 10,000 19, ,000 -

43 Ayat jurnal untuk mencatat pembayaran sewa guna usaha tangal 1 Januari 2001 adalah Beban pajak Rp Beban Bunga Rp Kewajiban Sewa Guna Usaha Rp Kas Rp d. Ayat jurnal untuk mencatat penyusutan peralatan sewa guna usaha selama lima tahun dengan metode garis lurus tanggal 31 Desember 2000 adalah Beban penyusutan aktiva SGU Rp Akm.penyusutan aktiva SGU Rp e. Ayat jurnal untuk mencatat berakhirnya masa lease apabila terdapat hak opsi adalah: Peralatan Akm.Penyusutan Peralatan xx xx Peralatan Sewa Guna Usaha xx (Peralatan sewa guna usaha yang dibeli pada akhir masa sewa guna usaha harus dicatat oleh perusahaan sebesar nilai buku)

44 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Obyek Penelitian Penelitian dilaksanakan pada PT Nusantara yang beralamatkan di Perumahan Umum Griya Melati I Blok B no.14 Blitar. Penelitian akan dilaksanakan selama jangka waktu penyusunan proposal dan skripsi untuk memperoleh semua data yang diperlukan. 3.2 Jenis Penelitian Penelitian ini bersifat studi deskriptif yang memberikan gambaran secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fenomena yang diselidiki. Menurut Indriantoro (1999:88) studi deskripitif dilakukan dengan cara mendeskripsikan masalah yang telah diidentifikasi dan terbatas pada usaha untuk megungkapkan masalah serta keadaan sebagaimana adanya. Tujuannya adalah untuk membuat suatu deskripsi mengenai situasi-situasi dan kejadian-kejadian tertentu, sehingga tidak perlu untuk mencari atau mengembangkan keterkaitan antar variabel atau menguji hipotesis. Sedangkan rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk studi kasus. Menurut Husein Umar (2000:55) studi kasus merupakan penelitian yang rinci mengenai suatu obyek tertentu selama kurun waktu tertentu dengan cukup mandalam dan menyeluruh termasuk lingkungan dan kondisi masa lalunya.

45 Dari pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa jenis penelitian ini adalah berbentuk studi kasus dengan menggunakan pendekatan studi deskriptif yang menggambarkan bagaimana perlakuan akuntansi sewa guna usaha oleh perusahaan dibandingkan dengan ketentuan dalam PSAK No.30 tentang akuntansi sewa guna usaha sehingga hanya mengungkapkan dan mendeskripsikan faktafakta yang ada tanpa melakukan pengujian hipotesis. 3.3 Sumber dan Metode Pengumpulan Data Sumber Data a. Data Primer Data primer merupakan sumber data penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber asli. Data primer secara khusus dikumpulkan oleh peneliti dalam rangka menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian. Dalam penelitian ini data-data primer yang diperlukan berupa: 1. Gambaran umum PT Nusantara yang berupa riwayat singkat perusahaan. 2. Struktur Organisasi dan pembagian tugas PT Nusantara. 3. Dokumen perjanjian sewa guna usaha untuk jenis aktiva tertentu yang dilease oleh PT Nusantara yang akan dibahas dalam penelitian ini. 4. Sistem dan prosedur akuntansi PT Nusantara termasuk didalamnya adalah jurnal pencatatan untuk transaksi lease oleh perusahaan. 5. Laporan Keuangan (Neraca dan Laporan Laba Rugi) PT Nusantara selama periode leasing.

AKUNTANSI UNTUK LEASING

AKUNTANSI UNTUK LEASING AKUNTANSI UNTUK LEASING Lease Lessor Lessee : Suatu perjanjian kontraktual antara Lessor dengan Lessee, yang memberikan hak kepada Lessee untuk menggunakan harta tertentu yang dimiliki oleh Lessor selama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu cara perolehan aktiva operasi adalah dengan Sewa Guna Usaha (SGU) atau

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu cara perolehan aktiva operasi adalah dengan Sewa Guna Usaha (SGU) atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu cara perolehan aktiva operasi adalah dengan Sewa Guna Usaha (SGU) atau Leasing. Lease dalam bahasa Inggris berarti sewa, namun dalam perkembangannya pengertian

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS 6 BAB 2 TINJAUAN TEORETIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Pengertian Aktiva Tetap Menurut Kusnadi et al. (1998:342) dalam bukunya mengatakan bahwa, Aktiva tetap adalah semua benda yang dimiliki oleh perusahaan

Lebih terperinci

SEWA GUNA USAHA. Statement of Financial Accounting Standards No. 13 mengelompokkan sewa guna usaha menjadi :

SEWA GUNA USAHA. Statement of Financial Accounting Standards No. 13 mengelompokkan sewa guna usaha menjadi : SEWA GUNA USAHA LITERATUR :! US GAAP : FASB s Statement of Financial Accounting Standards No. 13, Accounting for Leases! IAI : Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 30 (Revisi 2007), Sewa! IFRS

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Aktiva Tetap 1. Pengertian Aktiva tetap adalah aktiva berwujud yang diperoleh dalam kedaan siap dipakai atau dibangun terlebih dahulu, yang digunakan dalam operasi perusahaan,

Lebih terperinci

ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI BERDASARKAN SAK ETAP DAN SAK IFRS ATAS PEROLEHAN ASET TETAP DAN KAITANNYA DENGAN ASPEK PERPAJAKAN.

ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI BERDASARKAN SAK ETAP DAN SAK IFRS ATAS PEROLEHAN ASET TETAP DAN KAITANNYA DENGAN ASPEK PERPAJAKAN. ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI BERDASARKAN SAK ETAP DAN SAK IFRS ATAS PEROLEHAN ASET TETAP DAN KAITANNYA DENGAN ASPEK PERPAJAKAN (Skripsi) OLEH Nama : Veronica Ratna Damayanti NPM : 0641031138 No Telp :

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PEMBIAYAAN AKTIVA TETAP MELALUI LEASING DAN BANK KAITANNYA DENGAN PENGHEMATAN PAJAK

KEPUTUSAN PEMBIAYAAN AKTIVA TETAP MELALUI LEASING DAN BANK KAITANNYA DENGAN PENGHEMATAN PAJAK Jurnal Akuntansi FE Unsil, Vol. 3, No. 2, 2008 ISSN : 1907-9958 KEPUTUSAN PEMBIAYAAN AKTIVA TETAP MELALUI LEASING DAN BANK KAITANNYA DENGAN PENGHEMATAN PAJAK Hiras Pasaribu (Staf Pengajar Fakultas Ekonomi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Proses mengidentifikasikan, mengukur, dan melaporkan informasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Proses mengidentifikasikan, mengukur, dan melaporkan informasi 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Akuntansi Defenisi akuntansi menurut : American Accounting Association mendefenisikan akuntansi sebagai berikut : Proses mengidentifikasikan, mengukur, dan melaporkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. 4 adalah suatu perjanjian dimana lessor memberikan hak kepada lessee

BAB II LANDASAN TEORI. 4 adalah suatu perjanjian dimana lessor memberikan hak kepada lessee BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian dan Keuntungan Sewa 1. Pengertian Sewa Sewa atau lease berdasarkan PSAK No. 30 (Revisi 2007) paragraf 4 adalah suatu perjanjian dimana lessor memberikan hak kepada lessee

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 17 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Aktiva Tetap 2.1.1. Pengertian Aktiva Tetap Berwujud "Aktiva tetap adalah aktiva berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai atau dengan dibangun lebih dahulu, yang digunakan

Lebih terperinci

BAB II AKUNTANSI SEWA

BAB II AKUNTANSI SEWA BAB II AKUNTANSI SEWA 2.1. PENGERTIAN SEWA Pada awalnya sewa lebih dikenal dengan istilah leasing, leasing itu sendiri berasal dari kata lease yang berarti sewa atau yang lebih umum diartikan sebagai sewa

Lebih terperinci

http://www.hadiborneo.wordpress.com/ PENGERTIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN (CONSUMERS FINANCE) Lembaga pembiayaan konsumen (consumers finance) adalah suatu lembaga atau badan usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Aktiva Tetap 1. Pengertian Aktiva Tetap Aktiva tetap merupakan bagian dari harta kekayaan perusahaan yang memiliki manfaat ekonomi lebih dari satu periode akuntansi. Manfaat menunjukkan

Lebih terperinci

Gerson Philipi Rianto F

Gerson Philipi Rianto F Gerson Philipi Rianto F3312065 Kegiatan sewa guna usaha (leasing) diperkenalkan untuk pertama kalinya di Indonesia pada tahun 1974 dengan dikeluarkannya Surat Keputusan Bersama Menteri Keuangan, Menteri

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS. Leasing berasal dari kata lease yang berarti sewa atau lebih umum sebagai

BAB II LANDASAN TEORITIS. Leasing berasal dari kata lease yang berarti sewa atau lebih umum sebagai BAB II LANDASAN TEORITIS A. Sewa Guna Usaha 1. Pengertian Sewa Guna Usaha Leasing berasal dari kata lease yang berarti sewa atau lebih umum sebagai sewa-menyewa. Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dalam PSAK

Lebih terperinci

ABSTRACT. Keywords: sale and leaseback, early recognition, measurement, presentation.

ABSTRACT. Keywords: sale and leaseback, early recognition, measurement, presentation. ABSTRACT This study aimed to determine whether the accounting treatment for sale and leaseback transactions on fixed assets has been carried out by the company in accordance with accounting standards and

Lebih terperinci

AKUNTANSI PAJAK ATAS SEWA GUNA USAHA DAN JASA KUNSTRUKSI

AKUNTANSI PAJAK ATAS SEWA GUNA USAHA DAN JASA KUNSTRUKSI AKUNTANSI PERPAJAKAN Modul ke: Fakultas EKONOMI Program Studi MAGISTER AKUNTANSI www.mercubuana.ac.id AKUNTANSI PAJAK ATAS SEWA GUNA USAHA DAN JASA KUNSTRUKSI Dr. Suhirman Madjid, SE.,MS.i.,Ak., CA. HP/WA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Akuntansi Keuangan Eksistensi suatu perusahaan sangat tergantung pada transaksitransaksi yang dilakukannya. Perusahaan yang dapat melakukan transaksi dengan baik berdasarkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Interpretasi Standar Akuntansi Keuangan (ISAK) 8 Suatu perjanjian dari bentuk legalnya mungkin bukan merupakan perjanjian sewa, namun secara substansi dapat mengandung sewa. Untuk

Lebih terperinci

Ria C. Kombaitan, Penerapan PSAK No.30. PENERAPAN PSAK NO. 30 TENTANG PERLAKUAN AKUNTANSI SEWA AKTIVA TETAP PADA PD. BANGUN BITUNG

Ria C. Kombaitan, Penerapan PSAK No.30. PENERAPAN PSAK NO. 30 TENTANG PERLAKUAN AKUNTANSI SEWA AKTIVA TETAP PADA PD. BANGUN BITUNG PENERAPAN PSAK NO. 30 TENTANG PERLAKUAN AKUNTANSI SEWA AKTIVA TETAP PADA PD. BANGUN BITUNG Oleh: Ria Cristine Kombaitan Fakultas Ekonomi, Jurusan Akuntansi Universitas Sam Ratulangi Manado email: rheea_jclouwayz@yahoo.com

Lebih terperinci

AKUNTANSI UNTUK LEASING

AKUNTANSI UNTUK LEASING AKUNTANSI UNTUK LEASING Johan Halim 1 ABSTRACT Leasing is one way to have tangible assets without spend much money. Leasing is divided into two types: operating lease and capital lease. Leasing means we

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha dewasa ini, perusahaan dituntut untuk selalu

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha dewasa ini, perusahaan dituntut untuk selalu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia usaha dewasa ini, perusahaan dituntut untuk selalu bisa mengantisipasi situasi dan kemauan pasar. Menghadapi tuntutan pasar yang semakin kompleks

Lebih terperinci

PERUSAHAAN SEWAGUNAUSAHA (PerlakuanAkuntansi dan Pajak)

PERUSAHAAN SEWAGUNAUSAHA (PerlakuanAkuntansi dan Pajak) PERUSAHAAN SEWAGUNAUSAHA (PerlakuanAkuntansi dan Pajak) Rosita, SE., MM.,Ak. Abstrak Di Indonesia perusahaan sewa guna usaha berkembang sangat pesat. Hal ini membuat pemerintah berusaha untuk dapat menjaring

Lebih terperinci

NERACA ASSET TETAP (LEASING) ASSET TIDAK BERWUJUD

NERACA ASSET TETAP (LEASING) ASSET TIDAK BERWUJUD NERACA ASSET TETAP (LEASING) ASSET TIDAK BERWUJUD Jenis-jenis sewa menurut PSAK 30 1. Finance lease Lessor : Pihak yang membiayai penyediaan barang modal. Lessee : Lessee : - memilih barang modal yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. suatu kontrak antara lessor (pemilik barang modal) dengan lessee (pengguna

BAB II LANDASAN TEORI. suatu kontrak antara lessor (pemilik barang modal) dengan lessee (pengguna BAB II LANDASAN TEORI A. Sewa Guna Usaha 1. Definisi Sewa Guna Usaha Leasing Definisi sewa guna usaha (Suandy, 2008), yakni "Sewa guna usaha adalah suatu kontrak antara lessor (pemilik barang modal) dengan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. perusahaan yang mengajak orang lain untuk membeli barang dan jasa yang ditawarkan

BAB II LANDASAN TEORI. perusahaan yang mengajak orang lain untuk membeli barang dan jasa yang ditawarkan BAB II LANDASAN TEORI II.1. Penjualan II.1.1. Definisi Penjualan Penjualan secara umum memiliki pengertian kegiatan yang dilakukan oleh suatu perusahaan yang mengajak orang lain untuk membeli barang dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Akuntansi keuangan Akuntansi memegang peranan penting dalam entitas karena akuntansi adalah bahasa bisnis (bussnines language). Akuntansi menghasilkan informasi

Lebih terperinci

ANALISIS PERENCANAAN PAJAK ATAS PEROLEHAN ALAT BERAT SERTA PENGARUHNYA TERHADAP LABA KENA PAJAK DAN PPh TERUTANG (STUDI KASUS PADA PT APMS)

ANALISIS PERENCANAAN PAJAK ATAS PEROLEHAN ALAT BERAT SERTA PENGARUHNYA TERHADAP LABA KENA PAJAK DAN PPh TERUTANG (STUDI KASUS PADA PT APMS) ANALISIS PERENCANAAN PAJAK ATAS PEROLEHAN ALAT BERAT SERTA PENGARUHNYA TERHADAP LABA KENA PAJAK DAN PPh TERUTANG (STUDI KASUS PADA PT APMS) Dian Aulia Ulhusna Jurusan Akuntansi, Fakulktas Ekonomi dan Bisnis,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikeluarkan oleh perusahaan untuk mendukung kegiatan operasional agar

BAB I PENDAHULUAN. dikeluarkan oleh perusahaan untuk mendukung kegiatan operasional agar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan adalah organisasi yang umumnya mempunyai kegiatan tertentu untuk mencapai tujuan yang dibebankan kepadanya. Biasanya di samping mencari laba, tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan aktiva tetap seperti peralatan, mesin, tanah, gedung, kendaraan dan

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan aktiva tetap seperti peralatan, mesin, tanah, gedung, kendaraan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Setiap perusahaan dalam menjalankan operasi usahanya sudah tentu memerlukan aktiva tetap seperti peralatan, mesin, tanah, gedung, kendaraan dan lain sebagainya.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Upaya dalam melakukan penghematan pajak secara legal dapat dilakukan melalui

BAB II LANDASAN TEORI. Upaya dalam melakukan penghematan pajak secara legal dapat dilakukan melalui 8 BAB II LANDASAN TEORI 1. Perencanaan Pajak Upaya dalam melakukan penghematan pajak secara legal dapat dilakukan melalui manajemen pajak. Manajemen pajak sendiri merupakan sarana untuk memenuhi kewajiban

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Aset Tetap Aset tetap merupakan aset yang dapat digunakan oleh perusahaan dalam menjalankan aktivitas usaha dan sifatnya relatif tetap atau jangka waktu perputarannya

Lebih terperinci

Aspek Perpajakan atas Aktiva Tetap

Aspek Perpajakan atas Aktiva Tetap Aspek Perpajakan atas Aktiva Tetap Aktiva Tetap Aktiva Tetap: SAK (2009) : aktiva berwujud yang dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa, untuk disewakan ke pihak lain,

Lebih terperinci

Pengertian aset tetap (fixed asset) menurut Reeve (2012:2) adalah :

Pengertian aset tetap (fixed asset) menurut Reeve (2012:2) adalah : BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Kriteria Aset Tetap 2.1.1 Pengertian Aset Tetap Setiap perusahaan apapun jenis usahanya pasti memiliki kekayaan yang digunakan untuk menjalankan kegiatan operasionalnya.

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Aktiva Tetap 2.1.1 Definisi Aktiva Tetap Aktiva tetap merupakan aktiva jangka panjang atau aktiva yang relatif permanen, seperti peralatan, tanah, bangunan, gedung, dimana merupakan

Lebih terperinci

MAKALAH HUKUM PERIKATAN

MAKALAH HUKUM PERIKATAN MAKALAH HUKUM PERIKATAN LEASING DAN BEBERAPA HAL MENGENAINYA Disusun Oleh: Hafizh Furqonul Amrullah 8111412280 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2013-2014 A. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Untuk

Lebih terperinci

Analisis Akuntansi Leasing Pada PT. Puri Green Resources Pekanbaru

Analisis Akuntansi Leasing Pada PT. Puri Green Resources Pekanbaru Jurnal Akuntansi Keuangan dan Bisnis Vol.6, Desember 2013, 53-61 53 Analisis Akuntansi Leasing Pada PT. Puri Green Resources Pekanbaru Rina Yanti 1, Hamdani Arifulsyah 2 1,2) Politeknik Caltex Riau Abstrak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Aktiva Tetap Setiap perusahaan menggunakan berbagai aktiva tetap, seperti peralatan, perabotan, alat-alat, mesin-mesin, bangunan, dan tanah. Aset tetap (fix asset)

Lebih terperinci

PINJAMAN BERJANGKA DAN SEWA GUNA USAHA

PINJAMAN BERJANGKA DAN SEWA GUNA USAHA Modul ke: PINJAMAN BERJANGKA DAN SEWA GUNA USAHA Fakultas FEB Agus Herta Sumarto, S.P., M.Si Program Studi Manajemen www.mercubuana.ac.id PENGERTIAN LEASING : FASB-13: (Financial Accounting Standard Board)

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Penerapan Capital Lease Aktiva sewa guna usaha dicatat sebagai aktiva tetap sebesar nilai tunai pembayaran sewa guna usaha selama masa sewa guna usaha yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Aset Tetap Menurut Reeve, Warren, dkk (2013:2) Aset tetap (fixed asset) adalah aset yang bersifat jangka panjang atau secara relatif memiliki sifat permanen serta

Lebih terperinci

Accounting for Leases. Chapter. AA YKPN,

Accounting for Leases. Chapter. AA YKPN, Accounting for Leases 21 21-1 Accounting for Leases Leasing Environment Accounting Lessee by Accounting Lessor by Special Accounting Problems Who are players? Advantages of leasing Conceptual nature of

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pembiayaan Aktiva Tetap Yang Digunakan Perusahaan PT. Mustika Ratubuana Internasional yang mempunyai usaha di bidang distributor dan perdagangan sangat memerlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembelian aset tetap, perusahaan harus mempertimbangkan alternatif

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembelian aset tetap, perusahaan harus mempertimbangkan alternatif BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam pembelian aset tetap, perusahaan harus mempertimbangkan alternatif pembiayaan mana yang paling menguntungkan agar dapat meminimalkan pengeluaran perusahaan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai jumlah aset tetap yang cukup signifikan dalam laporan keuangannya, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai jumlah aset tetap yang cukup signifikan dalam laporan keuangannya, yaitu BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam perusahaan manufaktur, aset tetap merupakan bagian penting dari kekayaan yang dimiliki oleh perusahaan. Hal ini dikarenakan pada umumnya perusahaan

Lebih terperinci

Leasing. Bahan Ajar : Manajemen Keuangan Bisnis II Digunakan untuk melengkapi buku wajib Disusun oleh: Nila Firdausi Nuzula

Leasing. Bahan Ajar : Manajemen Keuangan Bisnis II Digunakan untuk melengkapi buku wajib Disusun oleh: Nila Firdausi Nuzula Bahan Ajar : Manajemen Keuangan Bisnis II Digunakan untuk melengkapi buku wajib Disusun oleh: Nila Firdausi Nuzula Leasing Pendahuluan Salah satu cara untuk mengelola kepemilikan aktiva tetap dalam suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. alternatif pembiayaan mana yang paling menguntungkan agar dapat

BAB I PENDAHULUAN. alternatif pembiayaan mana yang paling menguntungkan agar dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam pembelian aktiva tetap, perusahaan harus mempertimbangkan alternatif pembiayaan mana yang paling menguntungkan agar dapat meminimalkan pengeluaran perusahaan dan

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN 6 BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Laporan Keuangan 2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Salah satu fungsi akuntansi adalah mencatat transaksi-transaksi yang terjadi serta pengaruhnya terhadap aktiva, utang modal,

Lebih terperinci

PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NO. 48 PENURUNAN NILAI AKTIVA

PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NO. 48 PENURUNAN NILAI AKTIVA 0 0 PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NO. PENURUNAN NILAI AKTIVA Paragraf-paragraf yang dicetak dengan huruf tebal dan miring adalah paragraf standar yang harus dibaca dalam konteks paragraf-paragraf

Lebih terperinci

AKTIVA TETAP BERWUJUD (TANGIBLE ASSETS) DAN AKTIVA TETAP TAK BERWUJUD (INTANGIBLE ASSETS)

AKTIVA TETAP BERWUJUD (TANGIBLE ASSETS) DAN AKTIVA TETAP TAK BERWUJUD (INTANGIBLE ASSETS) AKTIVA TETAP BERWUJUD (TANGIBLE ASSETS) DAN AKTIVA TETAP TAK BERWUJUD (INTANGIBLE ASSETS) KUWAT RIYANTO, SE. M.M. 081319434370 http://kuwatriy.wordpress.com Kuwat_riyanto@yahoo.com PENGERTIAN AKTIVA TETAP

Lebih terperinci

Pembelanjaan Jangka Panjang 1 BAB 14 PEMBELANJAAN JANGKA PANJANG

Pembelanjaan Jangka Panjang 1 BAB 14 PEMBELANJAAN JANGKA PANJANG Pembelanjaan Jangka Panjang 1 BAB 14 PEMBELANJAAN JANGKA PANJANG Pembelanjaan Jangka Panjang 2 PEMBELANJAAN JANGKA PANJANG Terdapat beberapa alternatif sumber dana jangka panjang yang tersedia bagi suatu

Lebih terperinci

BAB 1 AKUNTANSI untuk SEWA GUNA USAA (LEASING)

BAB 1 AKUNTANSI untuk SEWA GUNA USAA (LEASING) BAB 1 AKUNTANSI untuk SEWA GUNA USAA (LEASING) Terminologi Pengertian Leasing Keuntungan Leasing Klasifikasi Leasing Perbedaan perjanjian Leasing dengan Perjanjian Lainnya Akuntansi Leasing Aspek Perpajakan

Lebih terperinci

Leasing ialah setiap kegiatan pembiayaan perusahaan dalam bentuk penyediaan barangbarang modal untuk digunakan oleh suatu perusahaan, dengan jangka

Leasing ialah setiap kegiatan pembiayaan perusahaan dalam bentuk penyediaan barangbarang modal untuk digunakan oleh suatu perusahaan, dengan jangka LEASING Leasing ialah setiap kegiatan pembiayaan perusahaan dalam bentuk penyediaan barangbarang modal untuk digunakan oleh suatu perusahaan, dengan jangka waktu berdasarkan pembayaran-pembayaran berkala

Lebih terperinci

(lessee). Penyewa mempunyai hak untuk menggunakan aset

(lessee). Penyewa mempunyai hak untuk menggunakan aset XV. Sewa Guna (Leasing) Leasing adalah perjanjian kontrak antara pihak yang menyewakan (lessor) dengan pihak yang menyewa aset tertentu (lessee). Penyewa mempunyai hak untuk menggunakan aset tertentu,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian Akuntansi dan Perlakuan Akuntansi. Pengertian akuntansi memiliki definisi yang berbeda-beda, tergantung dari

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian Akuntansi dan Perlakuan Akuntansi. Pengertian akuntansi memiliki definisi yang berbeda-beda, tergantung dari BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Akuntansi dan Perlakuan Akuntansi 2.1.1 Pengertian Akuntansi Pengertian akuntansi memiliki definisi yang berbeda-beda, tergantung dari sudut pandang seseorang, akan

Lebih terperinci

PSAK 30 (REVISI 2007) ISAK 8 (REVISI 2007)

PSAK 30 (REVISI 2007) ISAK 8 (REVISI 2007) Pengajaran Akuntansi serta Workshop "PSAK Terbaru" 1 PSAK 30 (REVISI 2007) ISAK 8 (REVISI 2007) AGENDA 2 Ruang Lingkup Definisi Sewa Awal Sewa vs Awal Masa Sewa Klasifikasi i Sewa Sewa dalam Laporan Keuangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pajak merupakan iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang undang sebagai perwujudan pengabdian dan peran serta rakyat untuk membiayai negara dan

Lebih terperinci

AKUNTANSI UNTUK LEASE (Accounting For Leases)

AKUNTANSI UNTUK LEASE (Accounting For Leases) AKUNTANSI UNTUK LEASE (Accounting For Leases) Lease yaitu suatu perjanjian kontrak yang mengalihkan hak untuk menggunakan aktiva dalam periode waktu yang ditentukan. 2 pihak dalam kontrak lease: 1. Lessor

Lebih terperinci

PSAK 30 SEWA (REVISI 2007) ISAK 8 Transaksi yang Mengandung Sewa. Ellyn Octavianty

PSAK 30 SEWA (REVISI 2007) ISAK 8 Transaksi yang Mengandung Sewa. Ellyn Octavianty 1 PSAK 30 SEWA (REVISI 2007) ISAK 8 Transaksi yang Mengandung Sewa Ellyn Octavianty AGENDA Ruang Lingkup Definisi Sewa Awal Sewa vs Awal Masa Sewa Klasifikasi Sewa Sewa dalam Laporan Keuangan Lessee Sewa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Akuntansi Akuntansi sering disebut sebagai bahasanya dunia usaha karena akutansi akan menghasilkan informasi yang berguna bagi pihak-pihak yang menyelenggarakannya dan pihak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Aset Aset sebagai sumber ekonomi sangat diharapkan oleh seluruh perusahaan dapat memberikan manfaat jangka panjang untuk mencapai tujuan perusahaan di kemudian hari. Hal ini

Lebih terperinci

SUMBER-SUMBER PEMBELANJAAN

SUMBER-SUMBER PEMBELANJAAN SUMBER-SUMBER PEMBELANJAAN PERTEMUAN 11 MANAJEMEN KEUANGAN LANJUTAN ANDRI HELMI M, S.E., M.M. JENIS-JENIS 1. Sumber dana jangka pendek 2. Sumber dana jangka menengah 3. Sumber dana jangka panjang Sumber

Lebih terperinci

BAB III SISTEM PENGENDALIAN DAN PENGELOLAAN ASET TETAP PADA PENGADILAN NEGERI MEDAN

BAB III SISTEM PENGENDALIAN DAN PENGELOLAAN ASET TETAP PADA PENGADILAN NEGERI MEDAN BAB III SISTEM PENGENDALIAN DAN PENGELOLAAN ASET TETAP PADA PENGADILAN NEGERI MEDAN A. Pengertian Aset Tetap Menurut Widjajanto (2008:2), pengertian sistem adalah sesuatu yang memiliki bagian-bagian yang

Lebih terperinci

PENERAPAN PSAK NO. 30 TENTANG AKUNTANSI LEASING AKTIVA TETAP PADA PT BUMI SARANA BETON. Muhammad Idrus (Dosen Universitas Negeri Makassar)

PENERAPAN PSAK NO. 30 TENTANG AKUNTANSI LEASING AKTIVA TETAP PADA PT BUMI SARANA BETON. Muhammad Idrus (Dosen Universitas Negeri Makassar) PENERAPAN PSAK NO. 30 TENTANG AKUNTANSI LEASING AKTIVA TETAP PADA PT BUMI SARANA BETON Muhammad Idrus (Dosen Universitas Negeri Makassar) Abstrak. Kegiatan leasing ini sangat bervariasi menurut kontraknya,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.1 Pengertian dan Kriteria Aset Tetap 2.1.1 Pengertian Aset Tetap Setiap perusahaan baik perusahaan yang bergerak dibidang industri, dagang, dan jasa pasti memiliki harta kekayaan

Lebih terperinci

Tabel 5.1. Daftar Jenis Kendaraan CV. METROPOLITAN HOME. Umur Manfaat. B. Perbandingan Perolehan Kendaraan melalui Pembelian Tunai, Kredit

Tabel 5.1. Daftar Jenis Kendaraan CV. METROPOLITAN HOME. Umur Manfaat. B. Perbandingan Perolehan Kendaraan melalui Pembelian Tunai, Kredit 78 Tabel 5.1 Daftar Jenis Kendaraan CV. METROPOLITAN HOME Jenis Kendaraan Tgl. Perolehan Umur Manfaat Harga Perolehan (Rp) Nilai Sisa Buku (Rp) Isuzu Panther 16 Juni 2006 8 tahun 59.000.000 39.947.916,69

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Laporan Keuangan Munawir (2010; 96) menjelaskan bahwa salah satu ciri dari kegiatan perusahaan yaitu adanya transaksi-transaksi. Transaksi- transaksi tersebut dapat mengakibatkan

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Aset Tetap 2.1.1 Pengertian Aset tetap adalah aset berwujud yang digunakan dalam operasi perusahaan dan tidak dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal perusahaan.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Carl (2015:3), Akuntansi (accounting) dapat diartikan sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Carl (2015:3), Akuntansi (accounting) dapat diartikan sebagai BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Akuntansi Menurut Carl (2015:3), Akuntansi (accounting) dapat diartikan sebagai sistem informasi yang menyediakan laporan untuk para pemangku kepentingan mengenai aktivitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pendapatan Pendapatan merupakan tujuan utama dari pendirian suatu perusahaan. Sebagai suatu organisasi yang berorientasi profit maka pendapatan mempunyai peranan

Lebih terperinci

Implementasi PSAK 16 Tentang Aset Tetap pada PT. SBP

Implementasi PSAK 16 Tentang Aset Tetap pada PT. SBP Implementasi PSAK 16 Tentang Aset Tetap pada PT. SBP Listian Nurbaeni Program Studi Akuntansi STIE STEMBI, listian.nurbaeni@gmail.com Abstrak Tujuan_Untuk mengetahui bagaimana implementasi PSAK 16 tentang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Aktiva Tetap Aktiva tetap adalah suatu aktiva yang berwujud yang dipergunakan dalam operasi perusahaan sehari-hari dan merupakan aktiva tahan lama yang secara berangsur-angsur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. investasi jangka panjang bagi perusahaan. Mengingat bahwa tujuan dari pengadaan

BAB I PENDAHULUAN. investasi jangka panjang bagi perusahaan. Mengingat bahwa tujuan dari pengadaan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Aktiva tetap merupakan sesuatu yang penting bagi perusahaan, selain digunakan sebagai modal kerja, aktiva tetap biasanya juga digunakan sebagai alat investasi

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1. Aktiva Tetap 2.1.1. Definisi Aktiva Tetap Aktiva tetap merupakan aktiva jangka panjang atau aktiva yang relatif permanen dan memiliki masa manfaat lebih dari satu tahun atau lebih

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan Teori 1. Aktiva a. Pengertian Aktiva Aktiva/harta adalah kekayaan yang dimiliki oleh perusahaan, yang lebih dikenal dengan istilah asset perusahaan. Jadi, aktiva (asset)

Lebih terperinci

LEASING (SEWA-GUNA-USAHA) Pengertian

LEASING (SEWA-GUNA-USAHA) Pengertian LEASING (SEWA-GUNA-USAHA) Pengertian Leasing atau sewa-guna-usaha adalah setiap kegiatan pembiayaan perusahaan dalam bentuk penyediaan barang-barang modal untuk digunakan oleh suatu perusahaan untuk jangka

Lebih terperinci

BAB II JENIS-JENIS MODAL PERUSAHAAN

BAB II JENIS-JENIS MODAL PERUSAHAAN BAB II JENIS-JENIS MODAL PERUSAHAAN A. Tujuan Kompetensi Khusus Setelah mengikuti perkuliahan, diharapkan mahasiswa mampu: Memahami pengertian modal asing Mengetahui penggolongan modal asing Memahami pengertian

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Aktiva Tetap 2.1.1 Pengertian Aktiva Tetap Aktiva tetap merupakan aktiva jangka panjang atau aktiva yang relatif permanen dan memiliki masa manfaat lebih dari satu tahun atau lebih

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1169/KMK.01/1991 TENTANG KEGIATAN SEWA GUNA USAHA (LEASING) MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1169/KMK.01/1991 TENTANG KEGIATAN SEWA GUNA USAHA (LEASING) MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1169/KMK.01/1991 TENTANG KEGIATAN SEWA GUNA USAHA (LEASING) MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dalam rangka untuk lebih memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui penanaman barang modal. Dana yang diterima oleh perusahaan digunakan

BAB I PENDAHULUAN. melalui penanaman barang modal. Dana yang diterima oleh perusahaan digunakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dana memegang peranan penting dalam menunjang kegiatan operasional perusahaan. Perusahaan dapat menggunakan dana tersebut sebagai alat investasi melalui penanaman

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II LANDASAN TEORITIS BAB II LANDASAN TEORITIS A. Pengertian Aset Tetap Pengertian aset tetap menurut IAI, PSAK No 16 (2011 : 16.2) adalah aset berwujud yang dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1. Aktiva Tetap 2.1.1. Pengertian Aktiva Tetap Beberapa pendapat ahli dan sumber lain memberikan pengertian mengenai aktiva tetap, antara lain : Dalam Standar Akuntansi Keuangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Aktiva Tetap Tanaman Menghasilkan. menghasilkan, ada beberapa defenisi yang dikemukakan oleh beberapa ahli.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Aktiva Tetap Tanaman Menghasilkan. menghasilkan, ada beberapa defenisi yang dikemukakan oleh beberapa ahli. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Aktiva Tetap Tanaman Menghasilkan Untuk mengetahui pengertian yang jelas mengenai aktiva tetap tanaman menghasilkan, ada beberapa defenisi yang dikemukakan oleh beberapa

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Aset Tetap 2.1.1 Definisi Aset Tetap Aset tetap merupakan aset jangka panjang atau aset yang relatif permanen yang memiliki masa manfaat lebih dari satu tahun atau lebih dari satu

Lebih terperinci

MAKALAH LEASING. Diajukan dan dipersentasikan. pada mata kuliah Seminar Manajemen Keuangan. Di bawah bimbingan : Wahyu Indah Mursalini, SE, MM

MAKALAH LEASING. Diajukan dan dipersentasikan. pada mata kuliah Seminar Manajemen Keuangan. Di bawah bimbingan : Wahyu Indah Mursalini, SE, MM MAKALAH LEASING Diajukan dan dipersentasikan pada mata kuliah Seminar Manajemen Keuangan Di bawah bimbingan : Wahyu Indah Mursalini, SE, MM Di Susun Oleh : Turmudi UNIVERSITAS MAHAPUTRA MUHAMMAD YAMIN

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. jangka waktu kurang dari 1 tahun (seperti tagihan) modal, semua milik usaha yang

BAB II KAJIAN TEORI. jangka waktu kurang dari 1 tahun (seperti tagihan) modal, semua milik usaha yang BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Pengertian Aktiva Menurut Mardiasmo (2009:158) Aktiva merupakan (harta) kekayaan, baik yang berupa uang maupun benda lain yang dapat dinilai dengan uang ataupun yang tidak berwujud

Lebih terperinci

PEDOMAN PELAPORAN KEUANGAN PEMANFAATAN HUTAN PRODUKSI DAN PENGELOLAAN HUTAN (DOLAPKEU PHP2H)

PEDOMAN PELAPORAN KEUANGAN PEMANFAATAN HUTAN PRODUKSI DAN PENGELOLAAN HUTAN (DOLAPKEU PHP2H) PEDOMAN PELAPORAN KEUANGAN PEMANFAATAN HUTAN PRODUKSI DAN PENGELOLAAN HUTAN (DOLAPKEU PHP2H) Pelatihan APHI 18 MEI 2011 Dwi Martani & Taufik Hidayat Staf Pengajar Departemen Akuntansi FEUI Tim Penyusun

Lebih terperinci

EVALUASI ATAS KESESUAIAN PENYAJIAN PENDAPATAN TERHADAP PSAK NO. 30 Studi Kasus pada Perusahaan Leasing PT. Swardharma Indotama Finance

EVALUASI ATAS KESESUAIAN PENYAJIAN PENDAPATAN TERHADAP PSAK NO. 30 Studi Kasus pada Perusahaan Leasing PT. Swardharma Indotama Finance JURNAL ILMIAH RANGGAGADING Volume 8 No. 1, April 2008 : 1-8 EVALUASI ATAS KESESUAIAN PENYAJIAN PENDAPATAN TERHADAP PSAK NO. 30 Studi Kasus pada Perusahaan Leasing PT. Swardharma Indotama Finance Oleh :

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP). Standar Akuntansi Keuangan (SAK) adalah suatu kerangka dalam prosedur pembuatan laporan keuangan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II LANDASAN TEORITIS 5 BAB II LANDASAN TEORITIS A. Teori-teori 1. Pengertian dan Karakteristik Aset Tetap Aset tetap adalah aset yang memiliki masa manfaatnya lebih dari satu tahun, digunakan dalam kegiatan perusahaan, dimiliki

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Akuntansi memiliki definisi yang berbeda-beda, tergantung dari sudut

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Akuntansi memiliki definisi yang berbeda-beda, tergantung dari sudut BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Akuntansi Akuntansi memiliki definisi yang berbeda-beda, tergantung dari sudut pandang seseorang, akan tetapi pada dasarnya pengertian akuntansi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORITIS. Aset tetap termasuk bagian yang sangat signifikan dalam perusahaan. Jika

BAB 2 LANDASAN TEORITIS. Aset tetap termasuk bagian yang sangat signifikan dalam perusahaan. Jika BAB 2 LANDASAN TEORITIS A. Pengertian, Penggolongan dan Perolehan Aset Tetap 1. Pengertian Aset Tetap Aset tetap termasuk bagian yang sangat signifikan dalam perusahaan. Jika suatu aset digunakan untuk

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penyajian dan Analisis Data 1. Pembelian Aktiva Tetap secara Finance Lease pada PT. X PT. X terlebih dahulu menentukan pilihan aktiva tetap berupa kendaraan yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Aset Tetap Aset tetap merupakan harta kekayaan perusahaan yang dimiliki setiap perusahaan. Aset tetap yang dimiliki perusahaan digunakan untuk menjalankan operasionalnya

Lebih terperinci

NAMA : SEPTIYANA NPM : JURUSAN : MANAJEMEN (KEUANGAN) PENGERTIAN LEASING

NAMA : SEPTIYANA NPM : JURUSAN : MANAJEMEN (KEUANGAN) PENGERTIAN LEASING NAMA : SEPTIYANA NPM : 1411011123 JURUSAN : MANAJEMEN (KEUANGAN) PENGERTIAN LEASING Leasing atau sewa guna usaha adalah setiap kegiatan pembiayaan perusahaan dalam bentuk penyediaan barang barang modal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Hasil Penelitian Terdahulu Putra (2012), melakukan penelitian pada Lembaga Perkreditan Desa (LPD) Desa Pakraman Kedewatan. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II LANDASAN TEORITIS BAB II LANDASAN TEORITIS A. Teori-teori a. Pengertian Akuntansi Manfaat akuntansi dalam menyediakan informasi keuangan sangat berguna untuk perencanaan dan pengelolaan keuangan serta memudahkan pengendalian

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Aktiva Tetap Aktiva tetap adalah barang fisik yang dimiliki perusahaan untuk memproduksi barang atau jasa dalam operasi normalnya, memiliki unsur yang terbatas, pada

Lebih terperinci