LAPORAN AKHIR ANALISIS KELAYAKAN PTA INDONESIA-NIGERIA DAN PTA INDONESIA TUNISIA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "LAPORAN AKHIR ANALISIS KELAYAKAN PTA INDONESIA-NIGERIA DAN PTA INDONESIA TUNISIA"

Transkripsi

1 LAPORAN AKHIR ANALISIS KELAYAKAN PTA INDONESIA-NIGERIA DAN PTA INDONESIA TUNISIA PUSAT KEBIJAKAN KERJASAMA PERDAGANGAN INTERNASIONAL BADAN PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN KEBIJAKAN PERDAGANGAN KEMENTERIAN PERDAGANGAN 2014 Puska KPI, BP2KP, Kementerian Perdagangan i

2 ANALISIS KELAYAKAN PTA INDONESIA-NIGERIA DAN PTA INDONESIA TUNISIA ABSTRAK Indonesia telah menyetujui untuk melakukan Joint Study Group (JSG) dengan Nigeria dan Tunisia untuk menjajagi kemungkinan dibentuknya perundingan Preferential Trade Agreement (PTA). Kajian ini akan menyajikan penghitungan keuntungan dan kerugian terbentuknya PTA Indonesia-Peru. Estimasi Keseimbangan Parsial (Partial Equilibrium) dan Keseimbangan Umum Terhitung (Computed General Equilibrium) dilakukan untuk mengestimasi dampak penurunan tarif terhadap perekonomian dan perdagangan kedua negara. Kajian ini merekomendasikan bahwa PTA Indonesia-Nigeria tidak dapat dilakukan karena secara hukum internasional Nigeria tidak dapat melakukan memberikan konsesi tarif dengan negara di luar ECOWAS tanpa persetujuan ECOWAS. Sedangkan PTA Indonesia-Tunisia perlu dilakukan secara hati-hati karena Indonesia perlu melindungi kepentingan Indonesia untuk produk yang menjadi kepentingan nasional Tunisia. Kata Kunci: preferential trade agreement, partial equilibrium, dan computed general equilibrium FEASIBILITY ANALYSIS OF INDONESIA-NIGERIA AND INDONESIA- TUNIS PREFERENTIAL TRADE AGREEMENT ABSTRACTS Indonesia agreed to conduct a Joint Study Group (JSG) to estimate the feasibility of establishing a negotiation to form Preferential Trade Agreement (PTA) between Indonesia-Nigeria and Indonesia-Tunisia. This study provides estimation of cost and benefit from the establishment of Indonesia-Nigeria and Indonesia-Tunisia PTA. Partial equlibrium and computed general equilibrium is adopted to estimate the impact of tariff reduction and elimination to both economies and trade. This study recommends that Indonesia-Nigeria PTA is not legally justifyable to be continued due to Nigeria is unable to provide concession to other country without the agreement of ECOWAS. This study recommends that Indonesia should scrutinize in justified way to conduct Indonesia-Tunis PTA negotiation and protect Indonesia's national interest that becomes Tunisia's national interest. Keywords: preferential trade agreement, partial equilibrium, dan computed general equilibrium Puska KPI, BP2KP, Kementerian Perdagangan ii

3 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Allah Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-nya, laporan akhir Kajian Kelayakan PTA Indonesia-Nigeria dan PTA Indonesia-Tunisia telah terselesaikan dengan baik. Dinamika diplomasi perdagangan dan inetgrasi perekonomian di Asia Pasifik sangat cepat. Asia Pasifik telah digerakkan oleh tiga perhelatan negosiasi dunia yang menguasai hampir 90 persen perekonomian dunia. ASEAN melakukan integrasi perdagangan dengan mitra dagangnya secara lebih luas dengan membentuk Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP). Sementara Amerika Serikat membuat suatu pakta perdagangan dengan negara-negara Asia Pasifik dengan membentuk Trans Pacific Partnership (TPP). Amerika Serikat dan European Union (EU) telah melakukan negosiasi membentuk Trans Atlantic Partnership. Indonesia dan Nigeria serta Indonesia dan Tunisia menyetujui untuk melakukan Joint Study Group dalam melakukan penilaian (assessment) kelayakan PTA Indonesia-Nigeria dan PTA Indonesia- Tunisia. Indonesia dan Nigeria serta Indonesia-Tunisia merupakan negara yang telah bekerjasama di bidang politik dan perdagangan dalam forum Asia Afrika. Indonesia akan dihadapkan pada tantangan dan peluang dengan dibentuknya PTA Indonesia-Nigeria dan PTA Indonesia-Tunisia. Persaingan adalah keniscayaan dan globalisasi terus bergulir bersama dengan perkembangan teknologi. Kajian yang komprehensif sangat dibutuhkan untuk menyajikan cost dan benefit apabila Indonesia membentuk PTA Indonesia dengan Nigeria dan PTA Indonesia dengan Tunisia. Dengan selesainya laporan ini, tak lupa kami sampaikan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu sampai dengan terwujudnya laporan. Ucapan terimakasih secara khusus kami sampaikan kepada Kepala Pusat Kebijakan Kerjasama Perdagangan Internasional yang telah senantiasa memberikan bimbingan baik substansi maupun motivasi, Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Ibu Kepala BPPKP yang telah berkenan memberikan arahan sehingga kajian ini dapat terwujud. Ucapan terima kasih juga kami sampaikan kepada evaluator dan tenaga ahli yang ikut memberikan masukan secara komprehensif atas pelaksanaan kajian ini. Besar harapan kami, laporan analisis ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi perumusan kebijakan. Jakarta, Desember 2014 Pusat Kebijakan Kerjasama Perdagangan Internasional Puska KPI, BP2KP, Kementerian Perdagangan iii

4 DAFTAR ISI ABSTRAK... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... iv DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... vii BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Kajian Output dan Manfaat Kajian Ruang Lingkup Kajian Sistematika Laporan... 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Teori Perdagangan Bebas Teori Keunggulan Komparatif Kerangka Pemikiran... 9 BAB III METODE PENGKAJIAN Metode Analisis Analisa deskriptif Indeks Perdagangan Bilateral Produk Ekspor Dinamis (Export Product Dynamic) Partial Equilibrium Computable General Equilibrium Data dan Teknik Pengumpulan Data Data Sekunder Tinjauan Lapangan Dalam Negeri Focus Group Discussion (FGD) BAB IV ANALISIS HUBUNGAN EKONOMI DAN PERDAGANGAN INDONESIA-NIGERIA DAN INDONESIA-PERU Ekonomi dan Perdagangan Indonesia-Nigeria Puska KPI, BP2KP, Kementerian Perdagangan iv

5 4.1.1 Kinerja Perdagangan Indonesia-Nigeria Hambatan Perdagangan Indonesia dan Nigeria Ekonomi dan Perdagangan Indonesia-Tunisia Kinerja Perdagangan Indonesia-Tunisia Hambatan Perdagangan Indonesia dan Tunisia BAB V ANALISIS DAMPAK KELAYAKAN PTA INDONESIA-NIGERIA DAN PTA INDONESIA-TUNISIA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA Analisis Kelayakan PTA Indonesia-Nigeria Indeks Perdagangan Analisis Biaya dan Manfaat Analisis Kelayakan PTA Indonesia-Tunisia Indeks Perdagangan Analisis Biaya dan Manfaat Temuan Tinjauan Lapangan Dalam Negeri Focus Group Discussion BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN Kesimpulan Rekomendasi Kebijakan DAFTAR PUSTAKA Puska KPI, BP2KP, Kementerian Perdagangan v

6 DAFTAR TABEL Tabel 1. Deskripsi Indikator Makroekonomi Indonesia dan Nigeria Tabel 2. Neraca Perdagangan Indonesia dan Nigeria Tabel Produk Terbesar Ekspor Indonesia ke Nigeria Tabel 4. Produk Impor Terbesar Indonesia dari Nigeria Tabel 5. Posisi Nigeria pada Ekspor Indonesia Berdasarkan Negara Tabel 6. Posisi Indonesia pada Impor Nigeria Berdasarkan Negara Tabel 7. Posisi Indonesia pada Ekspor Nigeria Berdasarkan Negara Tabel 8. Posisi Nigeria pada Impor Indonesia Berdasarkan Negara Tabel 9. Struktur Tarif Nigeria Tabel 10. Struktur Tarif Indonesia Tabel 11. Indikator Makroekonomi Indonesia dan Tunisia Tabel 12. Posisi Tunisia pada Impor Indonesia Berdasarkan Negara Tabel 13. Posisi Indonesia pada Impor Tunisia Berdasarkan Negara Tabel 14. Ekspor Utama Indonesia ke Tunisia Tabel 15. Impor Indonesia dari Tunisia Tabel 16. Dampak Penurunan Tarif Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia dan Nigeria Tabel 17. Dampak Penurunan Tarif Tunisia Terhadap Produk Indonesia 51 Tabel 18. Dampak Penurunan Tarif Indonesia Terhadap Produk Tunisia 52 Puska KPI, BP2KP, Kementerian Perdagangan vi

7 DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Kerangka Analisa Gambar 2 Export Product Dynamic Gambar 3 Ekonomi Terbuka dengan Multi-Kawasan Tanpa Campur Tangan Pemerintah Gambar 2. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia dan Tunisia Gambar 3. Perkembangan Neraca Perdagangan Indonesia dengan Tunisia selama Gambar 4. Tarif Bound Tunisia dan Indonesia Gambar 5. Perbandingan MFN Applied Tariff Tunisia dan Indonesia Gambar 6. Trade Complemantary Index (TCI ) Produk Indonesia di Pasar Nigeria Gambar 7. Trade Complemantary Index (TCI ) Produk Nigeria di Pasar Indonesia Gambar 8. Peta Daya Saing Indonesia dan Nigeria Gambar 9. Dampak Kesejahteraan atas Penurunan Tarif 50% dan Penurunan 100% Gambar 10. Dampak Penurunan Tarif sebesar 50 % dan 100% Terhadap Neraca Perdagangan Gambar 11. TCI Indonesia di Pasar Tunisia Gambar 12. TCI Tunisia di Pasar Indonesia Puska KPI, BP2KP, Kementerian Perdagangan vii

8 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Melambatnya perundingan di tingkat multilateral mengakibatkan negaranegara di dunia mulai mengejar liberalisasi secara regional dan bilateral. Daya tarik kedekatan hubungan perdagangan antar negara menjadi pendorong terjalinnya perjanjian perdagangan bebas secara bilateral dan regional (Pascal Lamy 2012). Keterikatan dalam hal produksi juga menjadi motif utama penggerak suatu negara melakukan kerjasama perdagangan dengan negara lain. Bahkan penguasaan terhadap jejaring produksi global (global production network) juga merupakan strategi diplomasi perdagangan suatu negara dalam melakukan kerjasama perdagangan bebas dengan mitra dagangnya (WTO 2013). Indonesia merupakan negara yang tidak terkecualikan dari tren ini. Indonesia bersama ASEAN telah melakukan perjanjian perdagangan bebas dengan China sejak 2006 dengan dibukanya Early Harvest Programme (EHP) sejak 2004 dan mulai masuk Normal Track pada tahun Indonesia dalam kerangka regional, tergabung dalam ASEAN telah melakukan kerjasama dengan 6 mitra dialog ASEAN (China, Korea Selatan, Jepang, India, Australia, dan New Zealand). Indonesia juga telah memulai perundingan perdagangan bebas secara bilateral dengan Jepang dan akhirnya pada tahun 2008 mulai masuk Indonesia-Japan Economic Partnership Agreement (IJEPA). Usulan untuk melakukan kerjasama perdagangan bebas secara bilateral mulai marak muncul sejak krisis ekonomi dunia mulai merambah negaranegara maju. European Free Trade Association (EFTA) mulai mengajukan proposal untuk berunding dengan Indonesia sejak tahun Australia juga mulai mengajak Indonesia untuk melakukan perundingan secara bilateral karena Indonesia belum melaksanakan AANZFTA yang cukup lama terhambat pelaksanaannya. Korea Selatan mulai merasakan bahwa Puska KPI, BP2KP, Kementerian Perdagangan 1

9 Korea harus menyamakan tingkat persaingannya dengan Jepang di pasar Indonesia. Korea Selatan mulai juga mengajukan usulan untuk perundingan bilateral dalam membentuk kerangka kerjasama perdagangan bebas. Indonesia sebagai negara yang memiliki populasi yang besar dan tingkat pertumbuhan ekonomi yang positif di tengah krisis ekonomi dunia merupakan negara yang menarik untuk lebih digali. Prospek yang positif terhadap Indonesia sebagai salah satu kelompok yang MINT (Mexico, Indonesia, Nigeria, dan Turki) yang diproyeksikan akan menguasai perekonomian dunia. Indonesia yang juga akan menghadapi bonus demografi pada tahun 2030 hingga 2050 akan menjadi sumber daya yang besar. Usulan untuk melakukan perjanjian perdagangan bebas dengan bentuk dan ruang lingkup yang kecil dan terbatas hanya pada diskusi penurunan tarifpun juga marak diusulkan oleh negara mitra dagang Indonesia kepada Indonesia. Tunisia dan Nigeria mengusulkan kepada Kepala Negara Republik Indonesia untuk melakukan kerjasama Preferential Tariff Agreement (PTA). Negara-negara Afrika saat ini memiliki daya tarik tersendiri bagi banyak negara di dunia untuk terlibat perdagangan dan hubungan ekonomi. Posisi geografis yang staregis, sumber daya alam yang menjanjikan, transformasi di berbagai sektor membuat negara-negara menjadi semacam magnet bagi investor untuk memulai dan memperluas perdagangan mereka dan kegiatan ekonomi di Afrika. Prospek ekonomi Afrika selama 2013 dan 2014 menjanjikan, membenarkan perlawanan terhadap guncangan internal dan eksternal dan perannya sebagai tiang pertumbuhan ekonomi global adalah ekonomi Afrika volatile diproyeksikan akan tumbuh sebesar 4,8% pada tahun 2013 dan diproyeksikan akan tumbuh sebesar 5,3% di (outlook ekonomi Afrika, 2013). Di bagian utara Afrika, strategis make geografis negara-negara di kawasan ini memiliki daya tarik yang kuat dalam mengembangkan potensi pasar Indonesia. Salah satu negara Afrika Utara yang memiliki potensi Puska KPI, BP2KP, Kementerian Perdagangan 2

10 besar adalah Tunisia. Beberapa faktor yang berkontribusi yang membuat Tunisia kawasan ekonomi yang kompetitif, sebagian karena lokasinya yang strategis berdekatan dengan kawasan pasar Uni Eropa, Timur Tengah dan Afrika; "Advanced Partner" Status yang dimiliki dari Uni Eropa pada bulan November Status ini memberikan manfaat bagi Tunisia di bidang perdagangan dan memberikan prioritas untuk ekspor Tunisia ke pasar Eropa; Tunisia dipandang sebagai 'Hub Regional' bagi investor yang ingin beroperasi di pasar negara-negara tetangga Libya dan Aljazair. Uraian di atas menjelaskan bahwa analisis kelayakan PTA Indonesia- Nigeria dan PTA Indonesia-Tunisia sangat penting untuk mendukung Indonesia dalam melakukan Joint Study Group antara Indonesia dengan kedua negara tersebut. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat dijabarkan beberapa rumusan masalah yang dijabarkan dalam bentuk pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana kinerja perdagangan Indonesia-Nigeria dan Indonesia- Tunisia serta posisinya di pasar internasional? 2. Bagaimana dampak kerjasama penurunan tarif dalam skema Preferential Trade Arrangement terhadap ekonomi Indonesia dan Nigeria serta Indonesia dan Tunisia? 1.3 Tujuan Kajian Adapun tujuan dari kajian ini adalah sebagai berikut: 1. Menganalisis kinerja perdagangan Indonesia-Nigeria, Indonesia- Tunisia, dan Indonesia di dunia.; 2. Menganalisis dampak penurunan tarif dalam skema kerjasama Preferential Trade Arrangement. 3. Mengeksplorasi sikap, tangapan dan kesiapan stakeholder terhadap rencana pembentukan kerja sama Preferential Trade Arrangement. Puska KPI, BP2KP, Kementerian Perdagangan 3

11 4. Menganalisis lingkup kerjasama di luar perdagangan barang yang mungkin dilakukan dalam skema Preferential Trade Arrangement Indonesia-Nigeria dan Indonesia-Tunisia. 5. Menyusun rekomendasi kebijakan Indonesia dalam perundingan Preferential Trade Arrangement Indonesia-Nigeria dan Indonesia- Tunisia. 1.4 Output dan Manfaat Kajian Output dari kajian ini berupa laporan dan bahan rekomendasi dalam rangka penyusunan kebijakan untuk Analisis Pembentukan Preferential Trade Agreement (PTA) Indonesia-Nigeria dan PTA Indonesia-Tunisia. Analisis ini diharapkan dapat dijadikan sebagai referensi kajian selanjutnya dan masukan untuk Joint Study Group Preferential Trade Agreement (PTA) Indonesia-Nigeria dan Preferential Trade Agreement (PTA) Indonesia-Tunisia. 1.5 Ruang Lingkup Kajian Ruang lingkup kajian ini memfokuskan pada: 1. Data perdagangan Indonesia dan Nigeria dan Indonesia-Tunisia 2. Kebijakan yang terkait perdagangan untuk Indonesia, Nigeria, dan Tunisia. 3. Komitmen Indonesia dalam kerjasama perdagangan internasional lainnya. 4. Komitmen Nigeria dan Tunisia dalam kerjasama perdagangan internasional lainnya. Puska KPI, BP2KP, Kementerian Perdagangan 4

12 1.6 Sistematika Laporan Laporan analisis ini terbagi menjadi beberapa bab, sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah 1.3 Tujuan Kajian 1.4 Output dan Manfaat Kajian 1.5 Ruang Lingkup Kajian 1.6 Sistematika Laporan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Perdagangan Bebas 2.2 Teori Keunggulan Komparatif 2.3 Kerangka Pemikiran BAB III METODE PENGKAJIAN 3.1 Metode Analisis Analisa deskriptif Indeks Perdagangan Bilateral Produk Ekspor Dinamis (Export Product Dynamic) Partial Equilibrium Computable General Equilibrium 3.2 Data dan Teknik Pengumpulan Data Data Sekunder Tinjauan Lapangan Dalam Negeri Focus Group Discussion (FGD) BAB IV ANALISIS HUBUNGAN EKONOMI DAN PERDAGANGAN INDONESIA-NIGERIA DAN INDONESIA-TUNISIA 4.1 Ekonomi dan Perdagangan Indonesia-Nigeria Kinerja Perdagangan Indonesia-Nigeria Hambatan Perdagangan Indonesia dan Nigeria 4.2 Ekonomi dan Perdagangan Indonesia-Tunisia Kinerja Perdagangan Indonesia-Tunisia Hambatan Perdagangan Indonesia dan Tunisia Puska KPI, BP2KP, Kementerian Perdagangan 5

13 BAB V ANALISIS DAMPAK KELAYAKAN PTA INDONESIA-NIGERIA DAN PTA INDONESIA-TUNISIA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA 5.1 Analisis Kelayakan PTA Indonesia-Nigeria Indeks Perdagangan Analisis Biaya dan Manfaat 5.2 Analisis Kelayakan PTA Indonesia-Tunisia Indeks Perdagangan Analisis Biaya dan Manfaat 5.3 Temuan Tinjauan Lapangan Dalam Negeri 5.4 Focus Group Discussion BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN 6.1 Kesimpulan 6.2 Rekomendasi Kebijakan Puska KPI, BP2KP, Kementerian Perdagangan 6

14 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Perdagangan bebas adalah sebuah sistem di mana barang, modal, dan aliran tenaga kerja bebas berpindah antara negara-negara dengan tanpa hambatan. Banyak negara telah memiliki perjanjian perdagangan bebas, dan beberapa organisasi internasional mempromosikan perdagangan bebas antara anggota yang terlibat dalam perjanjian perdagangan bebas mereka. Ada sejumlah argumen baik yang positif maupun negatif mengenai perdagangan bebas ini dari berbagai pihak seperti ekonom, politisi, industri, dan peneliti. Dalam perdagangan bebas selalu ada hambatan seperti pajak, kuota dan tariff yang berguna utuk melindungi produsen dalam negeri. Padahal tujuan dari perdagangan bebas memungkinkan perusahaan asing lebih mudah melakukan perdagangan dan membuat harga barang dan jasa lebih murah. Hal tersebut karena hambatan perdagangan dinilai membuat suatu ekonomi tidak efisien dan menyebabkan konsumen tidak dapat menikmati keunggulan dari efisiensi produktivitas negara lain. Pihak yang diuntungkan dengan adanya hambatan tersebut adalah produsen dan pemerintah Selain itu kompetisi yang timbul akibat perdagangan bebas diharapkan bisa mendorong perusahaan untuk melakukaninovasi agar bisa bersaing dalam menangkap pangsa pasar. Perdagangan bebas juga mendorong kerjasama international dengan membentuk mitra dagang antar negara. Negara anggota kemitraan dagang tersebut akan saling memberikan kemudahan dalam mempromosikan keunggulan setiap negaranya. Beberapa argumen yang menentang perdagangan bebas berpendapat bahwa adanya perdagangan bebas bisa merugikan dan menyakitkan bagi produsen dalam negeri. Perdagangan bebas dianggap memaksa para produsen untuk menentukan harga barang produksinya supaya bisa bersaing dengan produk impor. Hal tersebut berdampak terhadap pendapatan tenaga kerja dan kualitas dari barang produksinya.perdagangan bebas menciptakan kejhawatiran tentang Puska KPI, BP2KP, Kementerian Perdagangan 7

15 keamanan produk makanan yang beredar di konsumen. Pedagangan bebas mendorong perusahaan melakukan operasinya di luar negeri yang memiliki tenaga kerja yang lebih murah dan sistem peraturan yang masih longgar untuk mendapatkan biaya produksi yang lebih kecil. Hal tersebut berpotensi merugikan suatu negara yang sistem peraturannya sudah sangat ketat. 2.1 Teori Perdagangan Bebas Teori ini dikemukakan oleh Adam Smith dalam bukunya the wealth of nation (1776). Adam Smith berpendapat bahwa negara bisa memperoleh keuntungan dari masing masing produk barang dan jasa dengan memproduksi secara eksklusif dan baik untuk kepentingan konsumsi. Secara umum Perdagangan bebas dapat diartikan suatu kebijakan pemerintah yang tidak mendiskriminasikan terhadap ekspor dan impor. Sebagian besar negara menganut perdagangan bebas termasuk anggota anggota WTO. Tetapi sebagian dari negara negara WTO masih memberlakukan kebijakan proteksionis yang mendukung para produsen lokal untuk melindungi tenaga kerjanya. Beberapa manfaat yang bisa diambil dari perdagangan bebas yaitu adanya kerjasama yang baik antara negara negara penganut kerjasama perdagangan bebas, selain itu juga dapat memperoleh barang barang yang tidak bisa diproduksi oleh negara yg tidak mempunyai keunggulan dalam memproduksi suatu barang dan jasa. 2.2 Teori Keunggulan Komparatif Teori ini dikemukakan oleh david Ricardo dalam bukunya principles of political economy and taxation (1871). Menurut bukunya bahwa suatu negara yang kurang efisien dalam memproduksi barang dan jasa dengan negara lain dapat memproduksi barang yang dihasilkan dengan melakukan spesialisasi dalam memproduksi barang dan jasa yang memiliki kerugian absolute yang lebih kecil. Dan mengimpor barang yang memiliki kerugian yang besar dalam memproduksi suatu barang dan jasa. Puska KPI, BP2KP, Kementerian Perdagangan 8

16 Jadi keunggulan komparatif suatu negara bila terjadi biaya yang lebih murah dalam memproduksi barang dan jasa di suatu negara dibandingkan dengan negara lain. Beberapa yang mendukung teori ini (yang disebut dengan Ricardian) mengatakan bahwa suatu negara harus melakukan spesialisasi penuh daripada memproduksi bermacam macam barang dan jasa. Tetapi model Ricardian tidak dilengkapi faktor faktor pendukung seperti jumlah pekerja dan modal dari dalam suatu negara. Selain Ricardian, Teori Hecksher Ohlin (Teori H-O) juga menjelaskan tentang teori komparatif tetapi lebih memfokuskan pada faktor-faktor pendukungnya. Berdasarkan teori H-O perdagangan international dapat terwujud karena perbedaan faktor pendukung yang dimiliki oleh negara. Hecksher-Ohlin mengatakan bahwa negara akan mengekspor barang yang diproduksi dengan menggunakan secara insentif faktor produksi yang tersedia berlimpah (abundace factors) di negara tersebut dan mengimpor barang yang diproduksi dengan menggunakan faktor produksi yang langka di negara tersbeut. Dalam teori komparatif dikenal juga model gravitasi yang meniru hukum gravitasi Newton. Model ini melihat perdagangan berdasarkan jarak dan interaksi antar negara dalam ukuran ekonominya. Model ini lebih kuat secara empiris dibandingkan secara teoritis karena didukung analisis ekonometri. Faktor lain seperti pendapatan, hubungan diplomatik dan kebijakan suatu negara dimasukkan dalam model ini. Teori keunggulan komparatif juga melihat faktor spesifik seperti mobilitas buruh antara industri dalam jangka pendek ketika modal tidak bergerak. Teori tersebut menjelaskan bahwa modal fisik tidak mudah dipindahkan antar industri. Berbeda dengan model Ricardian dan H-O, model tidak bisa melihat pola perdagangan antar negara namun model ini dapat digunakan untuk melihat distribusi pendapatan. 2.3 Kerangka Pemikiran Kerangka analisa dalam kajian ini merupakan alur pemikiran sistematis mengenai langkah-langkah untuk mengkaji biaya dan manfaat Puska KPI, BP2KP, Kementerian Perdagangan 9

17 dari pembentukan Indonesia-Nigeria dan Indonesia-Tunisia Preferential Trade Arrangement. Tujuan Penelitian Pertanyaan Penelitian Metode Analisis Lingkup Kerjasama Indonesia Peru Preferential Trade Arrangement Kinerja dan potensi perdagangan Dampak (PTA) dan Kendala Perdagangan Analisis deskriptif Kinerja Perdagangan, Hambatan, dan Indeks perdagangan, Export Product Dynamic (RCA, TII, TSI, TCI, dan IIT) Pembobotan Indicative Potential Product Computable General Partial Equilibrium Kesiapan Stakeholder Gambar 1. Kerangka Analisa Survey Wawancara dan interview Analisis ini bertujuan untuk menilai apakah kerjasama yang akan dilakukan oleh Indonesia dan Nigeria serta Indonesia dan Tunisa dalam bentuk PTA akan memberikan manfaat bagi Indonesia dan bagaimana potensi kerugian yang mungkin timbul akibat kerjasama PTA tersebut. Untuk menjawab pertanyaan tersebut, studi ini akan menganalisa bagaimana kinerja perdagangan kedua negara yang telah dilakukan Puska KPI, BP2KP, Kementerian Perdagangan 10

18 selama ini serta melihat adakah potensi untuk meningkatkan perdagangan di masa yang akan datang. Dari kinerja perdagangan tersebut analisis ini akan memetakan produk apa yang memiliki daya saing untuk masingmasing negara, selain itu analisis ini juga menilai apakah struktur perdagangan kedua negara lebih bersifat melengkapi atau saling bersaing. Untuk menganalisa hal tersebut studi ini akan menggunakan indeks-indeks perdagangan bilateral. Indeks-indeks tersebut akan dibahas lebih lanjut pada metodologi penelitian. Export Product Dynamic juga digunakan untuk melihat daya saing produk ekspor suatu negara di negara mitra dagangnya. Metode ini melihat produk apa yang paling dinamis sehingga dapat dijadikan fokus dalam negosiasi bilateral atau multilateral untuk menghilangkan hambatan perdagangan di produk tersebut. Dinamika daya saing dapat dilihat dari pertumbuhan pangsa pasar suatu negara di negara mitranya dibandingkan dengan perkembangan pangsa pasar dunia negara mitra tersebut. Metode ini berguna agar suatu negara memiliki acuan dalam pangsa dari ekspornya dalam perdagangan dunia (atau dalam perdagangan bilateral maupun regional) dibandingkan dengan negara pesaingnya dalam produk tertentu atau kelompok produk. Dampak dari liberalisasti perdagangan fokus pada dua objek yaitu dampak makroekonomi dan sektoral. Analisis dampak liberalisasi tarif antara Indonesia dan Peru akan menggunakan dua metode yaitu metode Computable General Equilibrium (CGE) dan Partial Equilibrium (PE). Metode CGE mensimulasikan dampak liberalisasi tarif secara bilateral untuk sektor-sektor tertentu dengan menggunakan Global Trade Analysis Project (GTAP). Simulasi ini menganalisa bagaimana liberalisasi pada sektor dimaksud tadi terhadap makroekonomi kedua negara serta perekonomian lainnya yang kemungkinan terkena dampak dari kerjasama yang dilakukan Indonesia dan Peru. Sedangkan PE menganalisa dampak liberalisasi tarif untuk masing-masing produk secara lebih rinci. Analisa PE pada penelitian ini mengadopsi model Single Market Partial Equilibrium Simulation Tool (SMART) dari World Integrated Trade Solution (WITS). Puska KPI, BP2KP, Kementerian Perdagangan 11

19 Analisis yang disebutkan tadi bersifat kuantitatif yaitu dampak FTA dari sisi ekonomi. Namun yang perlu diperhatikan adalah apakah pelaku usaha dan stakeholder di dalam negeri memiliki kesiapan untuk menghadapi persaingan yang lebih ketat dari skema penurunan tarif tersebut. Selain itu studi juga akan menilai apakah ada keinginan dari pelaku usaha domestik untuk melakukan penetrasi pasar ke Peru jika skema kerjasama ini dapat diimplementasikan. Untuk mencapai tujuan, pada studi ini akan dilakukan survey lapangan untuk mengukur kesiapan pelaku usaha dan keengganan pelaku usaha untuk melakukan ekspor ke pasar Peru. Masing-masing metode yang dijelaskan pada kerangka analisa di atas akan dijelaskan lebih detil pada bab metodologi. Puska KPI, BP2KP, Kementerian Perdagangan 12

20 BAB III METODE PENGKAJIAN Studi ini menggunakan mix methods antara pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Pendekatan kuantitatif akan menggunakan analisa deskriptif mengenai kinerja perdagangan ke dua negara baik secara bilateral maupun global. Selain itu penelitian ini akan melihat daya saing dan posisi masing-masing negara di dalam perdagangan dunia dengan menggunakan indeks-indeks perdagangan seperti Revealed Comparative Advantage (RCA), Trade Complementary Index TCI). Sedangkan pendekatan kualitatif akan digunakan untuk menjelaskan hal-hal yang spesifik di luar indikator-indikator yang bisa dikuantifikasi. Analisa kualitatif menggunakan metode wawancara dan interview dengan para stake holder yang terdiri dari instansi terkait serta pelaku usaha baik di pusat maupun di daerah. 3.1 Metode Analisis Analisa deskriptif Analisa deskriptif dalam penelitian ini akan menggunakan data kinerja perdagangan kedua negara selama lima tahun terakhir. Analisa ini bertujuan untuk mengetahui perdagangan bilateral kedua negara yang sudah terbentuk selama ini dan juga mengetahui posisi masing-masing negara dalam perdagangan global. Analisa ini meliputi data perdagangan bilateral, produk utama yang sudah diperdagangkan baik secara bilateral maupun global juga analisa mengenai potensi perdagangan untuk produk yang selama ini belum diperdagangkan secara bilateral Indeks Perdagangan Bilateral Revealed Comparative Advantage (RCA) Beberapa literatur menggunakan beberapa tehnik untuk mengukur kelemahan dan keunggulan perdagangan suatu negara.salah satu yang paling banyak digunakan adalah revelaed Comparative Advantage (RCA) Puska KPI, BP2KP, Kementerian Perdagangan 13

21 yang dikembangkan oleh Balassa (1965). Indeks RCA Balassa pada dasarnya mengukur pangsa (share) ekspor suatu negara yang dinormalkan dengan ekspor pada industri atau produk yang sama dalam satu kelompok negara. berikut. X RCA X k ij k wj / / k k X X k ij k wj Formula RCA Balassa dirumuskan sebagai Dimana X menunjukkan ekspor, k menyatakan klasifikasi komoditi, i menyatakan negara pengeskpor, j negara tujuan ekspor, dan w menyatakan dunia. Perlu dicatat bahwa negara mitra j dapat berupa bentuk ekonomi lainnya untuk menghitung RCA bilateral atau untuk menghitung RCA dalam lingkup regional maupun global. Nilai RCA antara 1 dan batas tak hingga menyatakan bahwa suatu produk dari negara i memiliki daya saing di negara j. Sedangkan nilai RCA kurang dari satu sampai batas nol menyatakan bahwa suatu produk tidak memiliki daya saing di negara j. Karena kisaran indeks tersebut tidak bisa dibandingkan antara dua sisi (antara indeks yang lebih dari satu dan kurang dari satu), maka indeks RCA dimodifikasi sedemikian sehingga indeks tersebut simetris pada batas nilai satu dengan menggunakan formula berikut ini: RCA 1 RSCA RCA 1 Dengan formula tersebut nilai indeks RCA yang lebih dari satu akan memiliki indeks RSCA bernilai positif, sedangkan RCA yang bernilai kurang dari satu akan memiliki indeks RSCA negatif. Trade Intensity Index (TII) Untuk melakukan monitoring terhadap trade flows dan patterns dapat digunakan formula index sederhana yaitu trade intensity (brown 1949 dan Kojima 1962). Trade intensity (TI) menggambarkan perdagangan bilateral dua negara dalam kaitannya dengan total perdagangan internasional di dunia dan share-nya terhadap perdagangan di dunia. Formula TI Puska KPI, BP2KP, Kementerian Perdagangan 14

22 digunakan untuk melakukan analisa perdagangan dua negara, menilai perubahan dalam perdagangan dan faktor-faktor yang mempengaruhinya (Yamazawa, 1971) selain itu TI juga dapat melakukan analisa perdagangan intensif dalam intra trade atau extra trade di dalam suatu kawasan/region ( Iaprade, 2004) Indeks ini mengukur apakah ini nilai perdagangan antara kedua negara lebih besar (atau lebih kecil) dari yang diharapkan, berdasarkan kepentingan mereka terhadap perdagangan dunia. Intensitas perdagangan diukur sebagai pangsa negara pengekspor terhadap ekspor dunia dari komoditas tertentu ke negara mitra, dibagi dengan pangsa negara pengekspor dari total ekspor dunia. TII X X k ij k wj X X k iw k ww Dimana X menunjukkan ekspor, k menunjukkan kelompok komoditas ekspor, i menunjukkan negara ekspor, j menunjukkan negara impor, dan w mengacu pada dunia. Indeks intensitas perdagangan berkisar dari nilai nol hingga tak terhingga. Nilai yang lebih besar dari satu menyimpulkan bahwa terdapat perdagangan yang intens antara Negara pengekspor dan negara mitra jika dibandingkan dengan perdagangan mereka dengan seluruh dunia. Trade Specialization Index (TSI) TSI adalah ukuran yang paling banyak digunakan untuk menilai daya saing bilateral. Indeks ini membandingkan arus netto barang aliran total barang antara kedua negara. TII k ij X X k ij k ij M M k ij k ij Dimana X menunjukkan ekspor, M menunjukkan impor, k menunjukkan kelompok komoditas ekspor, dan i dan j menunjukkan negara-negara ekspor dan impor masing-masing. Puska KPI, BP2KP, Kementerian Perdagangan 15

23 Koefisien korelasi sederhana dapat digunakan untuk menyimpulkan TII dari masing-masing kelompok komoditas untuk memberikan ukuran keseluruhan dari komplementaritas ekonomi mitra dagang; ij k 1 n n k 1 ( TII ( TII k ij k ij TII TII ij ij )( TII k ij 2 ) ( TII k ij TII ij TII ij ) ) 2 Dimana TIIij (TIIji) adalah indeks spesialisasi perdagangan untuk negara i (j) dengan negara mitra j (i), dan semua komoditas. TII ij adalah rata-rata dari TII di Sebuah koefisien korelasi negatif menyimpulkan bahwa kedua negara secara keseluruhan tidak mengkhususkan diri dalam komoditas yang sama, yang membuat mereka menjadi mitra dagang yang saling melengkapi. Sebaliknya, koefisien korelasi positif menyimpulkan bahwa kedua Negara tersebut mengkhususkan diri dalam komoditas yang sama, dan oleh karena itu merupakan pesaing di pasar global. Trade Complementarity Index (TCI) Indeks TCI merangkum tingkat komplementeritas perdagangan dari suatu negara. Indeks ini menunjukkan apakah dua negara mitra adalah negara yang saling melengkapi dalam perdagangan atau merupakan negara yang saling bersaing. Dua negara dikatakan saling melengkapi jika masing-masing memiliki struktur Perdagangan yang berbeda. Artinya impor negara yang satu merupakan ekspor negara yang lain dan sebaliknya. Namun jika kedua negara memiliki struktur ekspor yang sama maka negara tersebut disebut saling bersaing. Indeks komplementer perdagangan antara kedua negara dinyatakan sebagai berikut: TCI ij 100 n m k k k 1 2 x k i Puska KPI, BP2KP, Kementerian Perdagangan 16

24 Di mana k x i adalah share ekspor negara i untuk produk k terhadap total ekspor negara tersebut. Sedangkan k m j adalah share impor negara j untuk produk k yang sama terhadap total impor negara j. Dengan demikian k xi dan k m j masing-masing dirumuskan sebagai berikut: k k X iw x i dan X iw m k j M M k jw jw Formula TCI di atas menunjukkan komplementaritas ekspor negara i terhadap negara j, dengan kata lain seberapa cocok struktur ekspor negara i terhadap impor negara j. Untuk mengukur komplementaritas impor dapat menggunakan formula seperti di atas dengan membalik negara pengekspor menjadi pengimpor Produk Ekspor Dinamis (Export Product Dynamic) Melakukan analisa terhadap produk-produk yang akan diekspor adalah penting, karena walaupun suatu product tidak memberikan share yang besar terhadap eksport suatu negara namun sangatlah penting melakukan identifikasi terhadap produk yang dinamis (cepat tumbuh). Jika pertumbuhan produk ini terus tumbuh diatas rata-rata untuk periode yang lama, maka product ini akan menjadi sumber pendapatan utama dari perolehan export. Selain itu, jika produk dinamis ini mempunyai karakteristik yang spesifik, maka dapat memberikan peluang yang besar terhadap export (dibandingkan dengan produk sejenisnya). Dari penjelasan diatas, jelaslah bahwa mengidentifikasi produk dinamis sangatlan penting dalam kaintannya untuk melakukan negosiasi perdangangan bilateral atau multilateral, dalam hal pengurangan hambatan perdagangan terhadap produk dinamis dalam pasar export. Metode yang paling tepat dalam mengidentifikasi produk dinamis adalah dengan memilih produk atas dasar laju pertumbuhannya selama periode waktu tertentu. Puska KPI, BP2KP, Kementerian Perdagangan 17

25 Terdapat bermacam ukuran yang digunakan dalam menentukan produk dinamis dalam evolusi export sepanjang waktu, yaitu tingkat pertumbuhan dalam perioder tertentu, tingkat stabilitas pertumbuhan, dan perubahan dalam share dari produk tersebut dalam kegiatan export (Mayer,et all (2002)). Knappe Matthias (2005), menyatakan definisi produk dinamis dapat dilihat dari beberapa aspek, seperti dari sisi import, export, fashion, pengembangan, kepemilikan pabrik. Produk dinamis dari segi export dan import adalah produk dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi dalam target pasar export dan import. Produk dinamis dari segi fashion adalah produk yang mengalami perubahan cepat dan demand intensive product, di mana membutuhkan penanganan service yang detail. Segi pengembangan, produk dinamis adalah produk yang produksi dan penjualannya dapat menghasilkan lapangan pekerjaan. Sedangkan dilihat dari segi kepemilikan pabrik, produk dinamis adalah karakteristik produk yang banyak dimiliki investor asing, investor dapat cepat pindah ke negara lain yang lebih menguntungkan, sehingga produk ini sangat cepat bereaksi (dinamis) dalam perubahan factor kompetisi. Hasil yang didapatkan dari penentuan produk dinamis, dapat menunjukkan pertumbuhan yang kuat dalam nilai export dari produk tersebut, mungkin merupakan refleksi dari pendalaman pada sektor tenaga kerja dimana dapat meningkatkan jaringan produksi internasional sementara pertumbuhan nilai export yang tinggi pada produk dinamis utama dapat mencerminkan perkembangan dalam satu atau beberapa negara eksportir. Strauss-Khan (2011) membangun pemahaman yang lebih dalam kerangka negara-negara maju yang membutuhkan supplier negara berkembang sebagai exporter untuk memenuhi kebutuhannya. Apabila pengekspor gagal maka hubungan perdagangan akan berakhir. Dalam tulisannya, juga memberikan pemahaman mendalam tentang pentingnya PTA antar negara-negara berkembang sehingga dapat mendorong kemampuan meningkatkan ekspor dan dynamic export. Puska KPI, BP2KP, Kementerian Perdagangan 18

26 Analisa Export Product Dynamic dalam kajian ini dapat dijelaskan oleh gambar berikut: Growth of World Import in Country j Losing Opportunity Rising Star Retreat Falling Star Growth of Market Share Country i in Country j (Competitiven Gambar 2 Export Product Dynamic Partial Equilibrium SMART Model atau Single Market Partial Equilibrium Simulation Tool adalah model keseimbangan parsial sederhana yang dikembangkan oleh WITS. Dengan menggunakan tools SMART yang ada di WITS, model ini dapat menghitung dampak penurunan tarif hingga level disagregasi hingga HS 6 dijit. Penelian ini mengadopsi apa yang dilakukan oleh SMART dan menghitung dampak penurunan tarif level disagregasi yang lebih rinci yaitu agregasi dalam level pos tarif untuk masing-masing negara. Untuk itu, penghitungan simulasi pada penelitian akan menggunakan microsoft excel. Untuk Indonesia penghitungan dampak partial equilibrium dihitung pada level 10 dijit sedangkan untuk Nigeria dan Tunisia pos tarif berada pada HS 8 dijit. Dengan menggunakan HS pada level pos tarif permasalahan bias pada level agregasi menjadi berkurang. Misalnya jika analisa menggunakan agregasi untuk apel dan mangga ke dalam buah kemungkinan kita akan menghadapi masalah bias agregasi. Tarif buah Puska KPI, BP2KP, Kementerian Perdagangan 19

27 adalah rata-rata tariff apel dan mangga tapi dalam kasus misalnya apel memiliki tarif nol sedangkan mangga memiliki tarif 10% maka tarif buah dianggap 5%. Jika PE dihitung pada level agregasi pos tarif maka tarif apel tetap 0% dan tarif mangga adalah 10% dan tidak terjadi bias agregasi. Data dan karakteristik dari partial equilibrium berdasarkan pada ketentuan berikut: pertama nilai perdagangan diperlakukan sebagai kuantitas dan harga dunia dianggap sama dengan satu. Kedua, harga domestik adalah sama dengan harga dunia ditambahkan tariff yang berlaku. Ketiga, ada tiga parameter yang digunakan dalam model ini yaitu import demand elasticity; export supply elasticity; dan substitution elasticity. Import demand elasticity diestimasi oleh WITS untuk masingmasing negara/ekonomi pada setiap HS 6 dijit. Export supply elasticity dibuat pada nilai 99 (sebagai proksi untuk asumsi negara kecil) dan dapat lebih besar jika negara tersebut memiliki kekuatan pasar yang lebih tinggi. Substitution elasticity dibuat pada nilai 1,5 dan dapat lebih tinggi tergantung pada informasi dan studi yang sudah ada. SMART menggunakan asumsi Armington untuk substitusi di mana komoditi bersifat imperfect substitute di antara negara asal barang. Partial Equilibrium dari SMART pada dasarnya menghitung Trade Creation (TC), Trade Diversion (TD), Revenue Effect (RE), dan Welfare Effect (WE). TE adalah peningkatan perdagangan (impor) negara yang dianalisa (atau reporting country) dari negara mitra kerjasama preferensial sebagai akibat dari adanya penurunan tarif yang membuat harga menjadi lebih murah. TD (sebagai mana yang didefinisikan dalam SMART) adalah beralihnya sumber barang impor yang awalnya berasal dari negara non anggota kerjasama ke negara anggota. RE dapat adalah perubahan penerimaan yang bersumber dari tarif jika terjadi pemotongan tarif. WE adalaah perubahan pada surplus konsumen. Puska KPI, BP2KP, Kementerian Perdagangan 20

28 3.1.5 Computable General Equilibrium Analisis keseimbangan umum terhitung (Computable General Equilibrium) merupakan analisis yang cukup komprehensif yang dapat menyajikan gambaran masing-masing sektor dan pasar yang ada di perekonomian. Artikel ini akan membahas salah satu model CGE yang ada di dunia yang dikenal dengan Global Trade Analytical Project (GTAP). GTAP dibangun oleh Universitas Purdue di Amerika Serikat untuk menjawab pertanyaaan-pertanyaan riset dengan menggunakan model CGE. Perkembangan model atau modifikasi model akan dilakukan untuk mengakomodasi keadaan ekonomi yang ada. Modifikasi akan disampaikan pada makalah kedua setelah makalah ini. Fokus pada makalah ini adalah menyajikan gambaran umum yang mudah dimengerti oleh pembaca sebagai pengenalan terhadap metodologi GTAP yang ada. Penyajian penjelasan dalam makalah ini akan disampaikan dalam 3 subbab yaitu konsep umum, database, dan parameter perilaku. Konsep umum akan menjelaskan tentang akuntansi makro dan keterkaitan antar sektor dalam CGE di dalam model GTAP. Database akan membahas tentang database GTAP v.8. Parameter perilaku akan menyajikan tentanginteraksi antar variabel eksogen dan endogen yang ada dalam model standard GTAP. Standard GTAP adalah model CGE yang paling umum digunakan oleh peneliti dan pengambil keputusan untuk analisis perdagangan karena keistimewaan asumsi yang kuat (robust) dan transparan (Anderson dan Strutt 2011). Standard model GTAP telah dibuat oleh Hertel (1997) dan didukung dengan database yang selalu diupdate oleh Universitas Purdue. Kesederhanaan pengitungan GTAP membuat GTAP menjadi alat yang kuat untuk menyajikan intuisi analisis perdagangan yang komprehensif. GTAP menggunakan pendekatan model comparative static. Pendekatan model comparative static ini tidak memperhitungkan variabel waktu dalam model. Suatu perubahan dalam model diasumsikan sebagai perubahan dari satu titik keseimbangan ke titik keseimbangan yang baru. Model comparative static tidak menjawab pertanyaan kapan suatu akibat Puska KPI, BP2KP, Kementerian Perdagangan 21

29 perubahan itu terjadi tetapi menjawab apa yang akan terjadi apabila ada suatu perubahan (lihat Nicholson 1995, Krugman 2005). Hertel (1997) memulai penjelasan tentang model standar GTAP dengan memberikan suatu gambar hubungan interaksi keluar-masuknya barang atau uang antar komponen dalam perekonomian. Bab ini tidak akan mengulas secara sistematis seperti Hertel (1997), tetapi akan langsung memberikan gambaran tentang keadaan suatu perekonomian terbuka. Gambar 3 Ekonomi Terbuka dengan Multi-Kawasan Tanpa Campur Tangan Pemerintah Sumber: Hertel (1997) Analisis pendekatan computed general equilibrium (CGE) digunakan untuk menganalisis interaksi antar variable eksogen dan endogen dengan memperhitungkan interaksi antar pasar. Analisis ini memberikan gambaran yang lebih baik dan mudah untuk menggambarkan dampak integrasi yang akan dibentuk oleh suatu negara dengan negara lain dalam suatu wilayah. Model CGE memberikan informasi yang lebih intuitif karena tiga alasan. Pertama, model CGE didasarkan pada asumsi-asumsi yang eksplisit dalam suatu kerangka kerja yang konsisten dengan teori mikroekonomi. Kedua, model CGE memberikan hasil kuantitatif yang jelas Puska KPI, BP2KP, Kementerian Perdagangan 22

30 dan tepat sehingga pembuat kebijakan dapat lebih mudah menilai siapa yang mendapatkan keuntungan dan yang menderita karena adanya sebuah FTA. Ketiga, karena FTA melibatkan perubahan kebijakan perdagangan di multi-pasar, analisis ini mungkin terlalu rumit dengan menggunakan pendekatan aljabar atau metode geometrik. Analisis CGE dapat menghasilkan wawasan baru tentang asumsi-asumsi ekonomi dalam menentukan hasil dari suatu FTA. Model yang tersisa dalam bab ini adalah model keseimbangan umum yang difokuskan hanya pada harga dan hubungan perdagangan antara dua pasar internasional. Ada beberapa cara lain dengan yang satu pasar terkait dengan pasar lain. Sebuah perubahan harga suatu barang di suatu pasar akan mempengaruhi kuantitas yang diminta untuk barangbarang konsumsi yang berhubungan (substitusi atau melengkapi) dan permintaan input produksi, seperti bahan baku, tenaga kerja, mesin, dan pabrik tempat. Akhirnya, hal ini dapat mengubah pendapatan rumah tangga yang berbeda dan mereka permintaan barang dan jasa, beberapa yang dapat diimpor. Ini juga bisa berubah anggaran pemerintah, terutama dalam hal penerimaan pajak dan subsidi pemerintah. Untuk perekonomian terbuka, keseimbangan juga harus terus dalam hal neraca pembayaran. Untuk mencapai keseimbangan pasar, harga diasumsikan akan menyesuaikan sehingga permintaan sama dengan faktor-faktor produksi yang tersedia. Konsumen telah memilih barang yang diinginkan keranjang pengeluaran mereka, dan perusahaan telah memilih tingkat produksi yang memaksimalkan keuntungan mereka. FTA akan berdampak pada perubahan kebijakan dalam suatu perekonomian, simulasi ekonomi untuk model CGE didasarkan bahwa equilibrium baru akan tercapai. Pengaruh dari suatu FTA dapat diperkirakan dengan membandingkan kesejahteraan anta kesejahteraan pada ekuilibrium lama dengan ekuilibrium baru. Analisis CGE adalah studi ini hubungan pasar dengan menggunakan model matematika dan data realworld dari tahun patokan. Pemodelan matematika didasarkan pada seperangkat asumsi ekonomi Puska KPI, BP2KP, Kementerian Perdagangan 23

31 neoklasik tentang motivasi agen di ekonomi, struktur pasar, preferensi konsumen, teknologi produksi, dan kondisi pasar ekuilibrium. Ini asumsi yang dikodekan dalam fungsi matematika dan persamaan, yang berisi parameter yang menangkap hubungan perilaku penting. Dalam model CGE, sebagian besar parameter adalah elastisitas (yaitu, mereka mengukur respon dari satu variabel terhadap perubahan lain) atau berbagi parameter, seperti bagian dari permintaan konsumsi dalam permintaan agregat. Beberapa parameter ini akan dikenal sebagai nilai sementara yang harus dikalibrasi pada model matematis dengan data dunia nyata. Kalibrasi adalah langkah dalam analisis CGE ketika nilai-nilai dipilih untuk membuat output model CGE dapat disetujui dengan data dunia nyata dari tahun patokan. Sebuah model CGE pada dasarnya berusaha menjelaskan permintaan dan penawaran di masing-masing sektor dan keterkaitan antar sektor. Dalam analisis sebuah FTA, variabel eksogen biasanya sesuai untuk variabel kebijakan perdagangan, elastisitas, dan parameter saham. Sisa dari variabel pada model CGE dari FTA adalah variabel endogen, seperti harga, volume impor dan ekspor, pendapatan rumah tangga, pendapatan tarif, surplus konsumen dan surplus produsen. Pembangunan model estimasi dimulai dari modifikasi model GTAP Versi 8 yang dikeluarkan oleh Universitas Purdue di Amerika Serikat. Pembangunan model dimulai dengan desk research dan melakukan kalibrasi akan data proyeksi yang didapatkan dari sumber yang terpercaya (IMF Outlook, World Bank Economic Outlook, dan Bank Indonesia outlook). Pembangunan model ini digunakan untuk memberikan alat analisis bagi pengkaji dalam melakukan analisis cost-benefit dan menyusun bargaining set Data dan Teknik Pengumpulan Data Kajian ini menggunakan data primer maupun sekunder untuk berbagai alat analisis yang digunakan. Adapun data primer dikumpulkan Puska KPI, BP2KP, Kementerian Perdagangan 24

32 melalui wawancara dan Focus Group Discussion (FGD) dengan para pemangku kepentingan terkait. Sedangkan data sekunder diperoleh dari berbagai publikasi yang diterbitkan oleh berbagai institusi Data Sekunder Data perdagangan untuk penelitian ini meliputi data ekspor - impor Indonesia, Nigeria dan Tunisia, Data Perdagangan bersumber dari United Nations Commodity Trade Statistics Database (UN Comtrade). Sedangkan data tarif bersumber dari Trade Analysis and Information System (TRAINS). UN Data dari UN Comtrade dan TRAINS diunggah melalui World Integrated Trade Solution (WITS) yaitu suatu software database yang dikembangkan oleh World Bank untuk memberikan akses mengenai berbagai data perdagangan internasional, dan isu perdagangan lainnya Tinjauan Lapangan Dalam Negeri Tinjauan lapangan dalam negeri memiliki tujuan untuk mendapatkan data primer sebagai pembanding dan konfirmasi atas desk research. Tinjauan lapangan dalam negeri menggunakan purposive sampling dengan target responden adalah produsen, eksporter, importer, instansi terkait, akademisi, dan asosiasi pengusaha terkait. Daerah yang menjadi sampel untuk observasi adalah Jakarta, Makassar, Batam, dan Medan. Metode yang digunakan adalah wawancara dan kuesioner. Wawancara juga dilakukan dengan responden tertentu dapat dirinci sebagai berikut: 1. Dinas yang menjadi pembina bidang perdagangan dan perindustrian 2. Pihak kepabeanan (Bea Cukai) 3. Dinas yang menjadi Pembina produksi (Dinas Pertanian, Dinas Kelautan dan Perikanan) 4. Dinas perencanaan daerah: Puska KPI, BP2KP, Kementerian Perdagangan 25

33 5. Kementerian terkait GVC 6. Asosiasi terkait Focus Group Discussion (FGD) Target Focus Group Discussion adalah mengkonfirmasi studi lapangan dan studi literatur. Dalam rangka mendukung ketajaman kajian ini, kajian ini menggali expert opinion dari akademisi, asosiasi, pelaku usaha, dan pemerintah melalui Focus Group Discussion yang dilaksanakan di Jakarta. Puska KPI, BP2KP, Kementerian Perdagangan 26

34 BAB IV ANALISIS HUBUNGAN EKONOMI DAN PERDAGANGAN INDONESIA-NIGERIA DAN INDONESIA-PERU 4.1 Ekonomi dan Perdagangan Indonesia-Nigeria Indonesia dan Nigeria merupakan negara berkembang dalam definisi Bank Dunia dan PBB. GDP Indonesia hampir mencapai 4 kali lipat GDP Nigeria. Namun, Nigeria memiliki populasi setengah dari populasi Indonesia. Nigeria merupakan pasar yang besar bagi Indonesia. Begitu pula Indonesia merupakan pasar yang menarik bagi Nigeria. Tabel 1. Deskripsi Indikator Makroekonomi Indonesia dan Nigeria Ket: Indikator makroekonomi diambil untuk data tahun Sumber: IMF World Economic Outlook (2014) Kinerja makroekonomi Indonesia memang terlihat jauh lebih baik dibandingkan dengan Nigeria. Inflasi Indonesia jauh lebih rendah dibandingkan dengan Nigeria. Pendapatan per kapita Nigeria masih berkisar USD 1,725 yang 50 persen lebih rendah dibandingkan dengan Indonesia. Perbedaan daya beli ini juga membuka potensi perdagangan bagi produk Indonesia. Kedua negara merupakan negara yang memiliki peran perdagangan yang penting dimana hal ini terlihat dari indikator kontribusi neraca berjalan terhadap Pendapatan Domestik Bruto yang mirip tetapi dengan arah berbeda Kinerja Perdagangan Indonesia-Nigeria Tabel 2. Neraca Perdagangan Indonesia dan Nigeria Puska KPI, BP2KP, Kementerian Perdagangan 27

35 Sumber: Badan Pusat Statistik (diolah oleh Puska KPI) Indonesia mengalami neraca perdagangan yang defisit dengan Nigeria. Indonesia menderita defisit pada perdagangan migas dan menikmati surplus pada perdagangan non migas. Dominasi perdagangan migas Indonesia dengan Nigeria menunjukkan bahwa Nigeria merupakan pemasok migas yang penting dengan Indonesia. Potensi pengembangan ekspor non migas Indonesia terlihat besar dari tren pertumbuhan ekspor non migas Indonesia ke Nigeria yang mencapai 25 persen selama Namun, impor migas dari Nigeria menunjukkan angka pertumbuhan yang cukup menjadi perhatian hingga mencapai 60 persen selama 5 tahun terakhir ini. Tabel Produk Terbesar Ekspor Indonesia ke Nigeria Puska KPI, BP2KP, Kementerian Perdagangan 28

36 Sumber: Badan Pusat Statistik (diolah oleh Puska KPI) Apabila dilihat secara rinci dalam HS 10 dijit, komoditas ekspor utama Indonesia ke Nigeria adalah barang konsumsi untuk kebutuhan sehari-hari seperti kertas, sabun, mentega, tekstil dan beberapa produk elektronik. Walaupun minyak kelapa sawit tidak menunjukkan konsistensi ekspor yang jelas selama 5 tahun terakhir, minyak kelapa sawit merupakan produk ekspor utama Indonesia ke Nigeria pada Pertumbuhan ekonomi Nigeria mendorong negara ini untuk melakukan impor selama negara tersebut belum dapat memproduksinya secara efisien. Perdagangan yang terjadi secara alami menunjukkan bahwa Nigeria merupakan pasar yang menarik ditinjau dari pertumbuhan konsumsi atas impor non migas bagi Indonesia. Tabel 4. Produk Impor Terbesar Indonesia dari Nigeria Puska KPI, BP2KP, Kementerian Perdagangan 29

37 NO HS DESKRIPSI Trend (%) JAN - PEB Perub. % Crude petroleum oil , Liquid butanes Cotton, not carded/combed Tanned/crust skins of sheep/lamb, without wool on, in Aluminium alloys Oth unwrought lead&containing by wgt unrefined Cocoa paste, wholly or partly defatted Oth unwrought lead&containing by wgt antimony as th Ginger Cocoa beans, whole or broken,raw/roasted Unbleached kraft paper or paperboard for paper making Ground nuts, shelled Cashew nuts, in shell, fresh or dried Oth wood sawn or chipped lengthwise, planed or sande Oth intake air filters for internal combustion engines Oth oil filters for oth earth moving machin & motor veh Oth winches;capstans,oth than powered by oth electric Oth chassis/cabinet,welded&painted,part of machines o Transistor with a dissipation rate of >= 1 w Hard disk drives Sub Total , Lainnya ,463,378.2 Total , Sumber: Badan Pusat Statistik (diolah oleh Puska KPI) Nigeria merupakan pemasok minyak mentah dan kapas bagi Indonesia. Nigeria sangat penting dalam menunjang produksi Indonesia. Konsistensi pasokan minyak mentah Nigeria menjadi sangat penting bagi proses produksi Indonesia karena minyak bumi mentah merupakan sumber utama energi dalam proses produksi Indonesia. Hubungan produksi tekstil antara Nigeria dan Indonesia terikat pada perdagangan kapas. Indonesia tidak dapat memproduksi kapas secara alami sehingga memerlukan impor kapas dari Nigeria. Pertumbuhan impor kapas dari Nigeria meningkat sebesar 58 persen dalam rata-rata pertumbuhan per tahun selama 5 tahun terakhir ini. Pertumbuhan ini menunjukkan bahwa telah terjadi investasi pada sektor tekstil atau ekspansi produksi tekstil di Indonesia. Puska KPI, BP2KP, Kementerian Perdagangan 30

38 Tabel 5. Posisi Nigeria pada Ekspor Indonesia Berdasarkan Negara Sumber: TradeMap (diolah Puska KPI) Nigeria merupakan bukan negara tujuan ekspor utama Indonesia. Nigeria menempati urutan ke-35 sebagai negara mitra tujuan ekspor Indonesia. Pangsa Ekspor Indonesia ke Nigeria sebesar 7.8 % dari total ekspor Indonesia ke Dunia. Mayoritas ekspor non migas menunjukkan bahwa pola perdagangan Indonesia-Nigeria merupakan pola perdagangan antara negara yang masih melakukan proses pembangunan ekonomi dengan negara yang mulai mengembangkan industrialisasi. Tabel 6. Posisi Indonesia pada Impor Nigeria Berdasarkan Negara Sumber: TradeMap (diolah Puska KPI) Akan tetapi posisi Indonesia pada impor Nigeria menunjukkan bahwa Indonesia belum merupakan pemasok utama. Pangsa pasar Indonesia di Puska KPI, BP2KP, Kementerian Perdagangan 31

39 Nigeria belum mencapai 1 persen. Ketergantungan pasar Nigeria pada China dan Amerika Serikat masih sangat besar. Nigeria dari sisi impor sangat tidak memerlukan Indonesia dalam pemenuhan kebutuhannya. Tabel 7. Posisi Indonesia pada Ekspor Nigeria Berdasarkan Negara Sumber: TradeMap (diolah Puska KPI) Indonesia merupakan negara yang relatif lebih penting bagi Nigeria dalam sisi ekspor dibandingkan dengan Nigeria bagi Indonesia. Indonesia merupakan tujuan ekspor urutan ke-19 dalam struktur ekspor Nigeria dibandingkan dengan Nigeria yang hanya merupakan urutan ke-35 dalam struktur ekspor Indonesia. Namun apabila ditinjau dari pangsa, pangsa ekspor Nigeria ke Indonesia hanya berkisar 1 persen dari total ekspor Nigeria. Sedangkan pangsa ekspor Indonesia ke Nigeria mencapai 7.8 persen dari total ekspor Indonesia pada tahun yang sama. Tingkat diversifikasi tujuan ekspor Nigeria masih sangat kecil dan cenderung tergantung pada pasar Amerika Serikat, India, dan Brazil. Tabel 8. Posisi Nigeria pada Impor Indonesia Berdasarkan Negara Puska KPI, BP2KP, Kementerian Perdagangan 32

40 Sumber: TradeMap (diolah Puska KPI) Nigeria merupakan negara pemasok urutan ke-14 di dalam struktur impor Indonesia berdasarkan negara. Posisi Nigeria di pasar Indonesia jauh lebih baik dibandingkan dengan posisi Indonesia di pasar Nigeria. Ketergantungan Indonesia akan minyak bumi dan kapas Nigeria menjadi alasan utama untuk menjelaskan bahwa posisi Nigeria jauh lebih baik dibandingkan posisi Indonesia pada sisi impor. Namun apabila dilihat pangsa pasar Nigeria di Pasar Indonesia tidak jauh lebih baik dibandingkan dengan pangsa pasar Indonesia di pasar Nigeria. Kedua negara memiliki range pangsa pasar yang tidak begitu besar antara keduanya di pasar masing-masing kedua negara tersebut. Walaupun pangsa pasar Indonesia dibawah 1 persen, pangsa pasar Nigeria hanya mencapai 1.45 persen pada periode yang sama. Alasan utama adalah Indonesia membutuhkan berdagang dengan Nigeria karena memerlukan barang Nigeria untuk menjamin adanya produksi di Indonesia. Berdasarkan analisis produk potensial, Nigeria mengimpor hampir items dengan definisi klasifikasi Harmonized System 2012 dan 10 dijit. Indonesia ekspor ke dunia sebanyak items dan hampir persen merupakan produk yang sudah diekspor ke Nigeria. Sedangkan Puska KPI, BP2KP, Kementerian Perdagangan 33

41 berkisar persen dari jenis produk ekspor Indonesia ke dunia belum diperdagangkan ke Nigeria. Produk potensial Indonesia ke Nigeria yang masih perlu digali adalah sebanyak jenis produk ini. Pada sisi Nigeria, Indonesia telah mengimpor sebesar items dari dunia dan hanya 28 item yang bisa dipasok oleh Nigeria. Indonesia mengimpor dari dunia tetapi tidak mengimpor dari Nigeria sementara Nigeria dapat memasoknya adalah sebanyak 776 produk atau berkisar persen dari seluruh item ekspor Nigeria ke dunia. Potensi perdagangan Indonesia-Nigeria masih sangat besar untuk dikembangkan bagi kedua negara Hambatan Perdagangan Indonesia dan Nigeria Hambatan perdagangan suatu negara dapat dilakukan secara finansial dengan melakukan penarikan bea masuk impor atau tarif ad volerem yang dikenakan secara umum (tarif MFN) dan kebijakan non tarif lainnya. WTO mengamanatkan bahwa hambatan perdagangan sebaiknya selalu dalam bentuk tarif ad volerem untuk menjaga kepastian berusaha bagi eksportir dan importir. Ruang lingkup liberalisasi biasanya menjadi tumpuan utama diperbolehkan suatu negara anggota WTO melakukan perjanjian perdagangan bebas di luar WTO. Artikel 24 GATT 1994 menjelaskan bahwa apabila hampir 90 persen jumlah pos tarif yang dikomitmenkan dalam perjanjian baru dapat dikatakan komprehensif. Struktur tarif Nigeria terkonsentrasi pada tarif di bawah 5 persen atau sebanyak pos tarif atau berkisar 47 persen dari total pos tarif Nigeria. Pos tarif yang dipandang masih tinggi berkisar pada kisaran 15.1 % hingga 20% yang terdiri sebesar pos tarif atau 36 persen dari seluruh pos tarif. Tabel 9. Struktur Tarif Nigeria Puska KPI, BP2KP, Kementerian Perdagangan 34

42 Tarif Jumlah Pos Tarif 0% % 2, % % % 2, % % % 164 Over 35% 0 N.A. 2 Total 5,671 Sumber: MacMap (diolah Puska KPI). Sedangkan struktur tarif Indonesia masih bersifat variatif. Tarif Indonesia masih ada yang berkisar 150% dan ada yang bersifat spesifik. Tarif Indonesia masih relatif lebih tinggi daripada tarif Nigeria. Walaupun demikian, 50 persen pos tarif Indonesia sudah berada di bawah 5 persen dengan nomenklatur Harmonized System Tabel 10. Struktur Tarif Indonesia Sumber: Kementerian Keuangan (diolah Puska KPI) 4.2 Ekonomi dan Perdagangan Indonesia-Tunisia Meninjau perbandingan kondisi makroekonomi Indonesia dan Tunisia, Indonesia memiliki Produk Domestik Bruto sebesar 18 kali lipat Produk Domestik Bruto Tunisia. Kedua negara merupakan negara berkembang dalam definisi Bank Dunia dan PBB. Tetapi kedua negara berhasil Puska KPI, BP2KP, Kementerian Perdagangan 35

43 membuktikan untuk tumbuh selama krisis ekonomi global terjadi. Potensi Indonesia sebagai pasar jelas lebih besar bagi Tunisia daripada Tunisia bagi Indonesia. Tabel 11. Indikator Makroekonomi Indonesia dan Tunisia Sumber: World Economic Outlook (2014) Daya beli penduduk Tunisia dan Indonesia hampir sama, tetapi kesamaan ini didorong oleh perbedaan populasi kedua negara yang cukup besar. Populasi Indonesia 24 kali lebih besar dari populasi Tunisia. Perbedaan pasar yang besar antara kedua negara tergambar dari kontras perbandingan antar kedua negara. Potensi Tunisia ditinjau dari daya beli sangat besar untuk digali sebagai pasar untuk produk Indonesia. Perbedaan inflasi yang kecil menunjukkan bahwa kedua negara memiliki kecenderungan konsentrasi fiskal dan konsentrasi moneter yang hampir sama. Kemampuan Tunisia menahan inflasi lebih kecil mengakibatkan Indonesia memiliki term of trade yang relatif kurang menguntungkan dibandingkan dengan Tunisia. Harga di Tunisia memiliki pertumbuhan yang relatif lebih kecil dibandingkan dengan pertumbuhan harga di Indonesia dan ini berimplikasi pada pertumbuhan term of trade (rasio harga Tunisia dan Indonesia) menjadi lebih menguntungkan Tunisia. Indikator makroekonomi di atas menunjukkan bahwa Indonesia lebih mudah untuk menjadi pasar Tunisia daripada Tunisia menjadi pasar Indonesia. Namun apabila ditinjau pertumbuhan ekonomi kedua negara, Tunisia memiliki pertumbuhan yang relatif stabil dibandingkan Indonesia pada krisis Namun, cerita ini berbalik ketika terjadi krisis ekonomi global pada Penurunan tren pertumbuhan lambat laun terjadi sejak Puska KPI, BP2KP, Kementerian Perdagangan 36

44 2007 dan Tunisia memang mengalami guncangan politik di dalam negeri sehingga mengakibatkan pertumbuhan ekonomi yang negatif pada 2010 dan Gambar 4. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia dan Tunisia Indonesia Tunisia Sumber: World Economic Outlook (2014) Permintaan ekspor dan konsumsi rumah tangga merupakan pendorong utama Indonesia dapat bertahan selama 2010 dan Namun ternyata tren ini tidak terjadi pada tahun Kinerja makroekonomi Indonesia mulai mengalami penurunan ketika harga komoditas dunia menurun draktis sehingga defisit neraca perdagangan mulai terjadi antara Indonesia dengan dunia. Ketergantungan Indonesia pada ekspor bahan mentah ini membelenggu Indonesia dalam neraca perdagangan yang defisit. Ekspor non migas Indonesia menurun tetapi tidak diimbangi dengan penurunan impor. Keterjebakan dalam menurunnya pasokan minyak dalam negeri mengakibatkan Indonesia sebagai net importir untuk minyak bumi sehingga konsumsi minyak bumi untuk menyambung proses produksi di Indonesia mendorong peningkatan impor migas Kinerja Perdagangan Indonesia-Tunisia Indonesia mengalami surplus neraca perdagangan sejak Perdagangan Indonesia dengan Tunisia murni merupakan perdagangan non migas. Surplus perdagangan yang cukup tinggi ini menjelaskan Puska KPI, BP2KP, Kementerian Perdagangan 37

45 bahwa Indonesia mampu melakukan ekspor non migas ke Tunisia jauh lebih besar daripada impor Indonesia dari Tunisia. Pertumbuhan ekspor Indonesia ke Tunisia mencapai 10,64 persen per tahun selama Pertumbuhan impor Indonesia dari Tunisia mencapai 1,4 persen per tahun selama Perdagangan kedua negara sempat mengalami penurunan ketika krisis global terjadi sehingga pada 2009 perdagangan kedua negara dan ekspor Indonesiapun menurun. Penurunan ini justru tidak terjadi ketika Tunisia mengalami krisis politik pada tahun Gambar 5. Perkembangan Neraca Perdagangan Indonesia dengan Tunisia selama Sumber: Badan Pusat Statistik (diolah Puska KPI) Posisi Tunisia sebagai negara pemasok pada perdagangan Indonesia mencapai urutan ke-97. Sedangkan posisi Indonesia sebagai pemasok Tunisia mencapai pada urutan ke-34. Perdagangan Tunisia sangat didominasi oleh Perancis dan Italia. Kedekatan Tunisia dengan Eropa mengakibatkan Tunisia sangat strategis untuk menjadi hub produksi ke Eropa. Tabel 12. Posisi Tunisia pada Impor Indonesia Berdasarkan Negara Puska KPI, BP2KP, Kementerian Perdagangan 38

46 Sumber: TradeMap (diolah Puska KPI) China merupakan benchmark terbaik untuk perdagangan Indonesia dengan Tunisia. China mulai mencapai urutan ke-5 setelah Jerman untuk masuk pasar Tunisia. Pasar Tunisia memang tidak begitu besar tetapi China masih tetap berusaha masuk dan berhasil menduduki posisi pangsa pasar sebesar 6 persen dari total impor Tunisia. Tabel 13. Posisi Indonesia pada Impor Tunisia Berdasarkan Negara Sumber: TradeMap (diolah Puska KPI) Ekspor utama Indonesia ke Tunisia adalah Crude Palm Oil (CPO) selama dengan pertumbuhan ekspor sebesar 16 persen rata-rata per tahun. Ekspor CPO Indonesia ke Tunisia mencapai USD 64 juta pada tahun Ekspor utama Indonesia lainnya adalah kulkas, minyak berbasis kelapa, dan produk turunan CPO. Tunisia mengimpor produk CPO dan turunannya dari Indonesia untuk produksi konsumsi dan pasokan energi di Tunisia. Puska KPI, BP2KP, Kementerian Perdagangan 39

47 Indonesia juga dapat mengekspor produk manufaktur berupa tas plastik dan bahan kardus ke Tunisia untuk pengepakan barang. Indonesia dan Tunisia terikat dalam suatu proses produksi. Hubungan ekspor Indonesia dengan Tunisia lebih pada kebutuhan membantu proses produksi Tunisia untuk melakukan ekspor atau pemenuhan konsumsi dalam negeri. Tabel 14. Ekspor Utama Indonesia ke Tunisia Sumber: TradeMap dan Badan Pusat Statistik (diolah Puska KPI) Tabel 15. Impor Indonesia dari Tunisia Puska KPI, BP2KP, Kementerian Perdagangan 40

48 HS Code Description Import (USD 000) Annual growth %, p.a. Sumber: TradeMap dan Badan Pusat Statistik (diolah Puska KPI) Tariff applied by Indonesia (Advalorem equivalent) ' Dates, fresh or dried 8, ' Calcium hydrogenorthophosphate (dicalcium 5, ' Calcium phosphates nes 2, ' Electrical switches for a voltage not exceeding 1,000 1, ' Chemical wood pulp,soda/sulphate,non- 1, ' Fructose&fructose syrup nes,cntg in dry state >50% 1,133 5 ' Leather "incl. parchment-dressed leather" of the ' Mixtures of edible nuts or dried fruits of this chapter ' Ferrous waste and scrap, iron or steel, nes ' Aluminium unwrought, alloyed ' Womens/girls trousers and shorts, of cotton, not ' Ignition wirg sets&oth wirg sets usd in ' Indicator panels incorporatg liquid crystal 92 0 ' Multimeters 81 5 ' Articles of plastics or of other materials of Nos ' Multimeters with recording device 52 5 ' Used or new rags of textile materials, sorted ' Pullovers, cardigans and similar articles of man-made ' Mens/boys trousers and shorts, of cotton, not ' Waste and scrap, aluminium Subtotal 22,695 Others 783 Total 23,478 Impor Indonesia dari Tunisia lebih bersifat barang konsumsi dan barang penunjang produksi. Indonesia mengimpor skala besar kurma dari Tunisia. Impor Indonesia atas kurma Tunisia telah mencapai USD 8,5 juta dan mengalami pertumbuhan hampir 21 persen rata-rata per tahun selama periode Indonesia mengimpor calcium phosphates dari Tunisia untuk diolah menjadi pupuk anorganik di Indonesia. Bahkan impor untuk calcium phosphates untuk keperluan pengolahan pupuk anorganik ini ditunjang dengan MoU antara pihak BUMN Indonesia dengan Pihak Pemerintah Tunisia.Selain itu Indonesia juga mengimpor beberapa produk komponen elektronika dari Tunisia sebagai rangkaian proses produksi dunia yang tergabung dalam jejaring produksi global. Puska KPI, BP2KP, Kementerian Perdagangan 41

49 4.2.2 Hambatan Perdagangan Indonesia dan Tunisia Berdasarkan WTO Tariff Download, tingkat hambatan perdagangan berupa tarif antara Tunisia dan Indonesia masih tinggi. Bound tariff Tunisia ada yang masih berada di kisaran diatas 100 persen. Bahkan untuk produk-produk manufaktur seperti tekstil hulu dan tekstil hilir Tunisia, bound tariff Tunisia masih tinggi di atas 50 persen. Secara keseluruhan Bound Tariff Tunisia memang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan bound tariff Indonesia. Indonesia mengikat bound tariff lebih tinggi dengan bound tariff Tunisia hanya pada produk tertentu seperti produk kulit dan alas kaki, mesin-mesin non listrik, dan alat-alat transportasi. Gambar 6. Tarif Bound Tunisia dan Indonesia Sumber: WTO Tariff Download Rata-rata MFN applied tariff Indonesia masih dipandang lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata MFN applied tariff Tunisia. Produk-produk ekspor utama Indonesia ke Tunisia masih mengalami tingkat tarif yang cukup tinggi berkisar antara 5 hingga 10 persen (lihat tabel 14 subbab Kinerja Perdagangan Indonesia-Tunisia). Indonesia secara keseluruhan memiliki tarif yang jauh lebih rendah dengan Tunisia. Tarif Indonesia yang lebih tinggi hanyalah alkohol dan tembakau. Alkohol merupakan barang yang dikenakan kuota dan tarif Puska KPI, BP2KP, Kementerian Perdagangan 42

50 sehingga dalam melakukan impornya pun dibatasi dengan alasan moral dan agama. Gambar 7. Perbandingan MFN Applied Tariff Tunisia dan Indonesia Puska KPI, BP2KP, Kementerian Perdagangan 43

51 BAB V ANALISIS DAMPAK KELAYAKAN PTA INDONESIA-NIGERIA DAN PTA INDONESIA-TUNISIA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA 5.1 Analisis Kelayakan PTA Indonesia-Nigeria Dalam rangka menghitung kelayakan suatu PTA maka studi ini akan melihat dengan metodologi indeks perdagangan dan Computed General Equilibrium (CGE) Indeks Perdagangan Berdasarkan penghitungan Trade Complementarity Index (TCI) produk Indonesia di pasar Nigeria, produk-produk yang memiliki TCI lebih tinggi dari 40 ke atas adalah mesin/peralatan listrik, alas kaki dan tutup kepala, jangat, kulit merah, kulit berbulu, produk mineral. Produk-produk ini memiliki kecocokan yang tinggi dengan yang diinginkan dan dibutuhkan oleh Nigeria. Gambar 8. Trade Complemantary Index (TCI ) Produk Indonesia di Pasar Nigeria Sumber: Badan Pusat Statistik (diolah Puska KPI) Puska KPI, BP2KP, Kementerian Perdagangan 44

52 Berdasarkan penghitungan Trade Complementarity Index (TCI) produk Nigeria di pasar Indonesia, produk-produk yang memiliki TCI lebih tinggi dari 40 ke atas adalah Produk mesin/peralatan listrik, produk mineral serta produk alas kaki dan tutup kepala. Produk-produk ini memiliki kecocokan yang tinggi dengan yang diinginkan dan dibutuhkan oleh Indonesia yang dapat dipasok oleh Nigeria. Lain-lain Transportasi Mesin/Peralatan Listrik Logam Permata/Kaca Alas Kakidan Tutup Kepala Tekstil Kayu, Produk dari Kayu Jangat, Kulit Merah, Kulit berbulu Plastik/Karet Bahan-bahan Kimia Produk Mineral Berbagai Jenis Makanan Produk Tumbuhan Hewan dan Produk Hewan Gambar 9. Trade Complemantary Index (TCI ) Produk Nigeria di Pasar Indonesia Sumber: Badan Pusat Statistik (diolah Puska KPI) Berdasarkan penghitungan export product dynamic (EPD), produk andalan Indonesia seperti CPO berada loss opportunity. Daya saing produk CPO Indonesia di Nigeria lemah, tetapi permintaan impor Nigeria sangatlah besar. Indonesia perlu melihat ini sebagai potensi yang perlu dikembangkan. Peningkatan daya saing perlu diupayakan untuk dapat menjadi rising star di pasar Nigeria. Produk rising star Indonesia adalah kertas dan produk makanan berbasi cereal, tepung, dan produk berbasis susu. Produk konsumsi kebutuhan sehari-hari merupakan produk yang rising star di Nigeria. Sedangkan produk yang berkaitan dengan produksi seperti bahan baku, barang antara, dan barang modal belum begitu dapat masuk dalam pasar Nigeria. Puska KPI, BP2KP, Kementerian Perdagangan 45

53 cereal, flour, starch, milk preparation 40 Miscellaneous animal, vegetable fats and oil paper and paperboard 10 Electrical, electronic 0 equipment albuminoids, modified starches -20 Sumbu X: Pertumbuhan RSCA ; Sumbu Y: Pertumbuhan Permintaan Impor Nigeria Lost of Opportunity adalah masih memiliki pangsa pasar namun terjadi penurunan tingkat daya saing Indonesia. Rising Star adalah memiliki pangsa pasar dan mampu bersaing. Gambar 10. Peta Daya Saing Indonesia dan Nigeria Sumber: WITS dan UNCTAD (diolah Puska KPI) Analisis Biaya dan Manfaat PTA Indonesia-Nigeria memerlukan sebuah penghitungan yang komprehensif yang dapat menggambarkan interaksi antara perdagangan dan perekonomian secara keseluruhan. Studi ini akan menggunakan Computed General Equilibrium (CGE) untuk menghitung dampak skenario kebijakan terhadap perekonomian secara keseluruhan. Simulasi pertama adalah menurunkan tarif sebesar 50 persen atau pemotongan sebesar 50 persen dari tarif GTAP untuk semua produk. Simulasi kedua adalah menurunkan tarif menjadi nol persen untuk semua produk. Agregasi yang digunakan adalah agregasi 3 X 10 dengan definisi 3 negara dan 10 agregasi sektor. Agregasi 3 negara adalah Indonesia, Nigeria, dan Rest of World. Berdasarkan penghitungan menggunakan Computed General Equilibrium (CGE), salah satu indikator yang baik untuk melihat manfaat dan biaya dengan adanya kebijakan adalah indikator kesejahteraan (welfare). Puska KPI, BP2KP, Kementerian Perdagangan 46

54 Indikator kesejahteraan (welfare) merepresentasikan nilai netto yang akan ditanggung suatu ekonomi atas suatu kebijakan. Gambar 11. Dampak Kesejahteraan atas Penurunan Tarif 50% dan Penurunan 100% Sumber: GTAP output (diolah oleh Puska KPI) Dampak terhadap kesejahteraan Indonesia ternyata jauh lebih kecil dibandingkan dengan dampak kesejahteraan Nigeria untuk kedua skenario kebijakan ini. Kesejahteraan Indonesia akan meningkat sebesar USD juta dan Nigeria akan meningkat sebesar USD juta untuk skenario penurunan 50 persen. Sedangkan penurunan 100 persen akan meningkatkan kesejahteraan Indonesia sebesar USD juta dan akan meningkatkan kesejahteraan Nigeria sebesar USD juta. Indonesia tidak mengalami perubahan yang signifikan ditinjau dari perubahan pertumbuhan ekonomi. Di lain sisi, Nigeria mengalami peningkatan GDP sebesar 0.04 persen untuk simulasi penurunan 50% dan 0.08 % untuk simulasi penurunan total 100%. Tetapi, peningkatan terlihat dari sisi Indonesia dalam dampak secara absolut. Indonesia akan mendapatkan tambahan GDP sebesar USD 4.69 juta untuk pemotongan 50 persen tarif kedua negara dan sebesar USD 9,38 juta. Di sisi lain, Nigeria akan mendapatkan peningkatan GDP sebesar USD juta untuk penurunan tarif 50% dan peningkatan GDP sebesar USD juta untuk penurunan 100 %. Berdasarkan CGE, Nigeria jauh diuntungkan dibandingkan dengan Indonesia dalam dampak pertumbuhan ekonomi. Puska KPI, BP2KP, Kementerian Perdagangan 47

55 Tabel 16. Dampak Penurunan Tarif Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia dan Nigeria Sumber: GTAP output (diolah Puska KPI) Penurunan tarif baik 50 persen maupun 100% sekaligus ternyata mengakibatkan perubahan pada neraca perdagangan kedua negara. Indonesia mengalami tambahan defisit neraca perdagangan. Defisit neraca perdagangan Indonesia ternyata jauh lebih sedikit dibandingkan dengan Nigeria. Indonesia akan menderita defisit sebesar USD 6.77 juta untuk penurunan 50% dan mengalami defisit sebesar USD13,43 juta untuk penurunan tarif 100%. Sementara bagi Nigeria, defisit Nigeria akan bertambah USD13.53 juta untuk penurunan tarif sebesar 50% dan defisit Nigeria akan bertambah menjadi USD juta untuk penurunan tarif sebesar 100%. Gambar 12. Dampak Penurunan Tarif sebesar 50 % dan 100% Terhadap Neraca Perdagangan Sumber: GTAP output (diolah Puska KPI) Puska KPI, BP2KP, Kementerian Perdagangan 48

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata saat ini telah menjadi salah satu motor penggerak ekonomi dunia terutama dalam penerimaan devisa negara melalui konsumsi yang dilakukan turis asing terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan resiprokal antara dua mitra dagang atau lebih. RTA mencakup

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan resiprokal antara dua mitra dagang atau lebih. RTA mencakup BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Regional Trade Agreements (RTA) didefinisikan sebagai kerjasama perdagangan resiprokal antara dua mitra dagang atau lebih. RTA mencakup free trade agreements (FTA),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Integrasi ekonomi merupakan kebijakan perdagangan internasional yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Integrasi ekonomi merupakan kebijakan perdagangan internasional yang dilakukan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Integrasi ekonomi merupakan kebijakan perdagangan internasional yang dilakukan dengan mengurangi atau menghapuskan hambatan perdagangan secara diskriminatif bagi negara-negara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan

BAB 1 PENDAHULUAN. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap perekonomian Indonesia. Hal ini dilihat dari kontribusi sektor

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional. Badan Pusat Statistik Indonesia mencatat rata-rata penyerapan tenaga

I. PENDAHULUAN. nasional. Badan Pusat Statistik Indonesia mencatat rata-rata penyerapan tenaga I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya berusaha di bidang pertanian. Dengan tersedianya lahan dan jumlah tenaga kerja yang besar, diharapkan

Lebih terperinci

BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA 81 BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA Negara-negara yang tergabung dalam ASEAN bersama dengan Cina, Jepang dan Rep. Korea telah sepakat akan membentuk suatu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mengalami perubahan relatif pesat. Beberapa perubahan tersebut ditandai oleh: (1)

I. PENDAHULUAN. mengalami perubahan relatif pesat. Beberapa perubahan tersebut ditandai oleh: (1) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam dua dasawarsa terakhir perkembangan perekonomian dunia telah mengalami perubahan relatif pesat. Beberapa perubahan tersebut ditandai oleh: (1) mulai bergesernya

Lebih terperinci

Poppy Ismalina, M.Ec.Dev., Ph.D., Konsultan ILO

Poppy Ismalina, M.Ec.Dev., Ph.D., Konsultan ILO DAMPAK LIBERALISASI PERDAGANGAN PADA HUBUNGAN BILATERAL INDONESIA DAN TIGA NEGARA (CHINA, INDIA, DAN AUSTRALIA) TERHADAP KINERJA EKSPOR-IMPOR, OUTPUT NASIONAL DAN KESEMPATAN KERJA DI INDONESIA: ANALISIS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seluruh negara sebagian anggota masyarakat internasional masuk dalam blokblok

BAB I PENDAHULUAN. seluruh negara sebagian anggota masyarakat internasional masuk dalam blokblok BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Liberalisasi perdagangan kini telah menjadi fenomena dunia. Hampir di seluruh negara sebagian anggota masyarakat internasional masuk dalam blokblok perdagangan bebas

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. yang terdiri dari data time series tahunan ( ). Data sekunder diperoleh

III. METODE PENELITIAN. yang terdiri dari data time series tahunan ( ). Data sekunder diperoleh III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam metode penelitian ini adalah data sekunder yang terdiri dari data time series tahunan (2000-2010). Data sekunder diperoleh dari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan dalam berbagai bidang, tak terkecuali dalam bidang ekonomi. Menurut Todaro dan Smith (2006), globalisasi

Lebih terperinci

LAPORAN SOSIALISASI HASIL DAN PROSES DIPLOMASI PERDAGANGAN INTERNASIONAL MEDAN, SEPTEMBER 2013

LAPORAN SOSIALISASI HASIL DAN PROSES DIPLOMASI PERDAGANGAN INTERNASIONAL MEDAN, SEPTEMBER 2013 LAPORAN SOSIALISASI HASIL DAN PROSES DIPLOMASI PERDAGANGAN INTERNASIONAL MEDAN, SEPTEMBER 2013 I. PENDAHULUAN Kegiatan Sosialisasi Hasil dan Proses Diplomasi Perdagangan Internasional telah diselenggarakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setiap negara bertujuan agar posisi ekonomi negara tersebut di pasar internasional

BAB I PENDAHULUAN. setiap negara bertujuan agar posisi ekonomi negara tersebut di pasar internasional BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Penelitian Negara-negara di seluruh dunia saat ini menyadari bahwa integrasi ekonomi memiliki peran penting dalam perdagangan. Integrasi dilakukan oleh setiap negara

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Wealth of Nation (Halwani & Tjiptoherijanto, 1993). Dengan adanya

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Wealth of Nation (Halwani & Tjiptoherijanto, 1993). Dengan adanya 58 BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 3.1 Kerangka Berpikir Perdagangan bebas yang menjadi landasan teori perdagangan internasional dicetuskan pertama kali oleh Smith (1776) dalam

Lebih terperinci

BAB V ALIRAN PERDAGANGAN, KONDISI TARIF DAN PERFORMA EKSPOR INDONESIA DI PASAR ASEAN PLUS THREE

BAB V ALIRAN PERDAGANGAN, KONDISI TARIF DAN PERFORMA EKSPOR INDONESIA DI PASAR ASEAN PLUS THREE BAB V ALIRAN PERDAGANGAN, KONDISI TARIF DAN PERFORMA EKSPOR INDONESIA DI PASAR ASEAN PLUS THREE 5.1. Aliran Perdagangan dan Kondisi Tarif Antar Negara ASEAN Plus Three Sebelum menganalisis kinerja ekspor

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. semakin penting sejak tahun 1990-an. Hal tersebut ditandai dengan. meningkatnya jumlah kesepakatan integrasi ekonomi, bersamaan dengan

I. PENDAHULUAN. semakin penting sejak tahun 1990-an. Hal tersebut ditandai dengan. meningkatnya jumlah kesepakatan integrasi ekonomi, bersamaan dengan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Integrasi suatu negara ke dalam kawasan integrasi ekonomi telah menarik perhatian banyak negara, terutama setelah Perang Dunia II dan menjadi semakin penting sejak tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tinbergen (1954), integrasi ekonomi merupakan penciptaan struktur

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tinbergen (1954), integrasi ekonomi merupakan penciptaan struktur BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Tinbergen (1954), integrasi ekonomi merupakan penciptaan struktur perekonomian internasional yang lebih bebas dengan jalan menghapuskan semua hambatanhambatan

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Pertanian, BPS, Gapkindo, ITS (International Trade Statistics), statistik FAO,

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Pertanian, BPS, Gapkindo, ITS (International Trade Statistics), statistik FAO, IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari beberapa sumber seperti Departemen Perdagangan, Departemen Pertanian,

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Teori Permintaan Permintaan adalah jumlah barang atau jasa yang rela dan mampu dibeli oleh konsumen selama periode tertentu (Pappas & Hirschey

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Industri TPT merupakan penyumbang terbesar dalam perolehan devisa

I. PENDAHULUAN. Industri TPT merupakan penyumbang terbesar dalam perolehan devisa I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri TPT merupakan penyumbang terbesar dalam perolehan devisa Indonesia. Pada kurun tahun 1993-2006, industri TPT menyumbangkan 19.59 persen dari perolehan devisa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian saat ini telah mengalami perubahan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian saat ini telah mengalami perubahan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sektor pertanian saat ini telah mengalami perubahan orientasi yaitu dari orientasi peningkatan produksi ke orientasi peningkatan pendapatan dan kesejahteraan.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Era globalisasi menuntut adanya keterbukaan ekonomi yang semakin luas dari setiap negara di dunia, baik keterbukaan dalam perdagangan luar negeri (trade openness) maupun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. moneter terus mengalami perkembangan. Inisiatif kerjasama mulai dikembangkan

I. PENDAHULUAN. moneter terus mengalami perkembangan. Inisiatif kerjasama mulai dikembangkan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Proses integrasi di berbagai belahan dunia telah terjadi selama beberapa dekade terakhir, terutama dalam bidang ekonomi. Proses integrasi ini penting dilakukan oleh masing-masing

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Ekonomi Indonesia Yose Rizal Damuri

Tinjauan Kebijakan Ekonomi Indonesia Yose Rizal Damuri Tinjauan Kebijakan Ekonomi Indonesia Meninjau Ulang Pentingnya Perjanjian Perdagangan Bebas Bagi Indonesia Yose Rizal Damuri Publikasi Ikhtisar Kebijakan Singkat ini merupakan hasil dari Aktivitas Kebijakan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

KATA PENGANTAR. Puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas KATA PENGANTAR Puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas karunia Nya penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul Analisis Kinerja Ekspor Teh Indonesia ke Pasar ASEAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan internasional. Dalam situasi globalisasi ekonomi, tidak ada satupun

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan internasional. Dalam situasi globalisasi ekonomi, tidak ada satupun 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu aspek penting dalam perekonomian suatu negara adalah perdagangan internasional. Dalam situasi globalisasi ekonomi, tidak ada satupun negara yang tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tercermin dari kegiatan perdagangan antar negara. Perdagangan antar negara

BAB I PENDAHULUAN. tercermin dari kegiatan perdagangan antar negara. Perdagangan antar negara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini interaksi antar negara merupakan hal yang tidak bisa dihindari dan hampir dilakukan oleh setiap negara di dunia, interaksi tersebut biasanya tercermin dari

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR ANALISIS KERJASAMA EKONOMI DAN PERDAGANGAN INDONESIA YORDANIA DALAM KERANGKA ASEAN JORDAN FTA

LAPORAN AKHIR ANALISIS KERJASAMA EKONOMI DAN PERDAGANGAN INDONESIA YORDANIA DALAM KERANGKA ASEAN JORDAN FTA LAPORAN AKHIR ANALISIS KERJASAMA EKONOMI DAN PERDAGANGAN INDONESIA YORDANIA DALAM KERANGKA ASEAN JORDAN FTA PUSAT KEBIJAKAN KERJASAMA PERDAGANGAN INTERNASIONAL BADAN PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN KEBIJAKAN

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN 46 IV. METODE PENELITIAN 4.1 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data nilai dan jumlah ekspor teh baik menurut kelompok produk dan negara asal, serta informasi yang

Lebih terperinci

KEYNOTE SPEECH MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA PERESMIAN PABRIK PT. INDO KORDSA, TBK JAKARTA, 06 JANUARI 2015

KEYNOTE SPEECH MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA PERESMIAN PABRIK PT. INDO KORDSA, TBK JAKARTA, 06 JANUARI 2015 KEYNOTE SPEECH MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA PERESMIAN PABRIK PT. INDO KORDSA, TBK JAKARTA, 06 JANUARI 2015 Yang Mulia Duta Besar Turki; Yth. Menteri Perdagangan atau yang mewakili;

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. internasional untuk memasarkan produk suatu negara. Ekspor dapat diartikan

BAB I PENDAHULUAN. internasional untuk memasarkan produk suatu negara. Ekspor dapat diartikan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ekspor merupakan salah satu bagian penting dalam perdagangan internasional untuk memasarkan produk suatu negara. Ekspor dapat diartikan sebagai total penjualan barang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional bagi banyak negara di dunia. Semakin terbuka suatu

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional bagi banyak negara di dunia. Semakin terbuka suatu I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perdagangan internasional memiliki peranan penting sebagai motor penggerak perekonomian nasional bagi banyak negara di dunia. Semakin terbuka suatu negara terhadap arus

Lebih terperinci

Bab 5 Bisnis Global P E R T E M U A N 5

Bab 5 Bisnis Global P E R T E M U A N 5 Bab 5 Bisnis Global P E R T E M U A N 5 1 PENGERTIAN GLOBALISASI Globalisasi: Perekonomian dunia yang menjadi sistem tunggal yang saling bergantung satu dengan yang lainnya Beberapa kekuatan yang digabungkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perekonomian dunia mulai mengalami liberalisasi perdagangan ditandai dengan munculnya General Agreement on Tariffs and Trade (GATT) pada tahun 1947 yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting dalam pembangunan Indonesia. Hal ini didasarkan pada kontribusi sektor pertanian yang tidak hanya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perdagangan Antarnegara Tingkat perekonomian yang paling maju ialah perekonomian terbuka, di mana dalam perekonomian terbuka ini selain sektor rumah tangga, sektor perusahaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mulai menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada awal. ekonomi kawasan ASEAN yang tercermin dalam 4 (empat) hal:

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mulai menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada awal. ekonomi kawasan ASEAN yang tercermin dalam 4 (empat) hal: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia mulai menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada awal tahun 2016, yang merupakan sebuah integrasi ekonomi yang didasarkan pada kepentingan bersama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Liberalisasi perdagangan mulai berkembang dari pemikiran Adam Smith

BAB I PENDAHULUAN. Liberalisasi perdagangan mulai berkembang dari pemikiran Adam Smith BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Liberalisasi perdagangan mulai berkembang dari pemikiran Adam Smith yang mengusung perdagangan bebas dan intervensi pemerintah yang seminimal mungkin. Kemudian paham

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR ANALISIS REVIEW INDONESIA JAPAN ECONOMIC PARTNERSHIP AGREEMENT (IJEPA) DALAM PERDAGANGAN BARANG

LAPORAN AKHIR ANALISIS REVIEW INDONESIA JAPAN ECONOMIC PARTNERSHIP AGREEMENT (IJEPA) DALAM PERDAGANGAN BARANG LAPORAN AKHIR ANALISIS REVIEW INDONESIA JAPAN ECONOMIC PARTNERSHIP AGREEMENT (IJEPA) DALAM PERDAGANGAN BARANG PUSAT KEBIJAKAN KERJASAMA PERDAGANGAN INTERNASIONAL BADAN PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN KEBIJAKAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia menurut lapangan usaha pada tahun 2010 menunjukkan bahwa sektor

I. PENDAHULUAN. Indonesia menurut lapangan usaha pada tahun 2010 menunjukkan bahwa sektor 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor strategis dalam pembangunan perekonomian nasional seperti dalam hal penyerapan tenaga kerja dan sumber pendapatan bagi masyarakat

Lebih terperinci

Akumulasi logam mulia adalah esensial bagi kekayaan suatu bangsa. Kebijakan ekonomi: mendorong ekspor dan membatasi impor

Akumulasi logam mulia adalah esensial bagi kekayaan suatu bangsa. Kebijakan ekonomi: mendorong ekspor dan membatasi impor Bisnis Internasional #2 Nofie Iman Merkantilisme Berkembang di Eropa abad ke-16 hingga 18 Akumulasi logam mulia adalah esensial bagi kekayaan suatu bangsa Kebijakan ekonomi: mendorong ekspor dan membatasi

Lebih terperinci

Prospek Ekonomi Regional ASEAN ASEAN+3 Regional Economic Outlook (AREO) Ringkasan

Prospek Ekonomi Regional ASEAN ASEAN+3 Regional Economic Outlook (AREO) Ringkasan Prospek Ekonomi Regional ASEAN+3 2018 ASEAN+3 Regional Economic Outlook (AREO) 2018 Ringkasan Prospek dan Tantangan Ekonomi Makro Prospek ekonomi global membaik di seluruh kawasan negara maju dan berkembang,

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PERDAGANGAN INDONESIA KE ASEAN PLUS THREE

BAB IV GAMBARAN UMUM PERDAGANGAN INDONESIA KE ASEAN PLUS THREE BAB IV GAMBARAN UMUM PERDAGANGAN INDONESIA KE ASEAN PLUS THREE 4.1. Kerjasama Ekonomi ASEAN Plus Three Kerjasama ASEAN dengan negara-negara besar di Asia Timur atau lebih dikenal dengan istilah Plus Three

Lebih terperinci

MATERI PERDAGANGAN LUAR NEGERI

MATERI PERDAGANGAN LUAR NEGERI MATERI PERDAGANGAN LUAR NEGERI A. Definisi Pengertian perdagangan internasional merupakan hubungan kegiatan ekonomi antarnegara yang diwujudkan dengan adanya proses pertukaran barang atau jasa atas dasar

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1. Kajian Pustaka 2.1.1. Penelitian Terdahulu Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa dokumen-dokumen yang terkait dengan judul penelitian, diantaranya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan perekonomian suatu negara di berbagai belahan dunia, termasuk negara

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan perekonomian suatu negara di berbagai belahan dunia, termasuk negara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi yang stabil dan pesat merupakan tujuan utama dari kegiatan perekonomian suatu negara di berbagai belahan dunia, termasuk negara yang sedang berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi ekonomi yang disertai dengan pesatnya perkembangan teknologi, berdampak kepada ketatnya persaingan, dan cepatnya perubahan lingkungan usaha. Perkembangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi Negara di Dunia Periode (%)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi Negara di Dunia Periode (%) I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia pada periode 24 28 mulai menunjukkan perkembangan yang pesat. Kondisi ini sangat memengaruhi perekonomian dunia. Tabel 1 menunjukkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. utama yang dilakukan negara untuk menjalin kerjasama perdagangan. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. utama yang dilakukan negara untuk menjalin kerjasama perdagangan. Hal ini BAB I PENDAHULUAN Saat ini, pembentukan Free Trade Agreement (FTA) menjadi salah satu opsi utama yang dilakukan negara untuk menjalin kerjasama perdagangan. Hal ini menjadikan evaluasi dampak terhadap

Lebih terperinci

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan net ekspor baik dalam

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan net ekspor baik dalam 219 VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 8.1. Kesimpulan 8.1.1. Berdasarkan pengujian, diperoleh hasil bahwa guncangan ekspor nonagro berpengaruh positip pada kinerja makroekonomi Indonesia, dalam

Lebih terperinci

Bab 5 Bisnis Global 10/2/2017 1

Bab 5 Bisnis Global 10/2/2017 1 Bab 5 Bisnis Global 10/2/2017 1 Pengertian Globalisasi Globalisasi: Perekonomian dunia yang menjadi sistem tunggal yang saling bergantung satu dengan yang lainnya Beberapa kekuatan yang digabungkan menyulut

Lebih terperinci

IV. KERANGKA PEMIKIRAN

IV. KERANGKA PEMIKIRAN 52 IV. KERANGKA PEMIKIRAN 4.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Sesuai dengan tujuan penelitian, kerangka teori yang mendasari penelitian ini disajikan pada Gambar 10. P P w e P d Se t Se P Sd P NPM=D CP O

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Isu globalisasi sering diperbincangkan sejak awal tahun Globalisasi

I. PENDAHULUAN. Isu globalisasi sering diperbincangkan sejak awal tahun Globalisasi I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isu globalisasi sering diperbincangkan sejak awal tahun 1980. Globalisasi selain memberikan dampak positif, juga memberikan dampak yang mengkhawatirkan bagi negara yang

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. ekonomi internasional (ekspor dan impor) yang meliputi perdagangan dan

III. KERANGKA PEMIKIRAN. ekonomi internasional (ekspor dan impor) yang meliputi perdagangan dan III. KERANGKA PEMIKIRAN Ekonomi Internasional pada umumnya diartikan sebagai bagian dari ilmu ekonomi yang mempelajari dan menganalisis transaksi dan permasalahan ekonomi internasional (ekspor dan impor)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perdagangan internasional merupakan kegiatan pertukaran barang dan jasa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perdagangan internasional merupakan kegiatan pertukaran barang dan jasa BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teori-teori 2.1.1 Perdagangan Internasional Perdagangan internasional merupakan kegiatan pertukaran barang dan jasa yang dilakukan penduduk suatu negara dengan penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Strategi yang pertama sering dikatakan sebagai strategi inward looking,

BAB I PENDAHULUAN. Strategi yang pertama sering dikatakan sebagai strategi inward looking, BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Perdagangan Internasional merupakan hal yang sudah mutlak dilakukan oleh setiap negara. Pada saat ini tidak ada satu negara pun yang berada dalam kondisi autarki

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS

KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS III. KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS 3.1. Teori Perdagangan Internasional Teori tentang perdagangan internasional telah mengalami perkembangan yang sangat maju, yaitu dimulai dengan teori klasik tentang keunggulan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain.

II. TINJAUAN PUSTAKA. atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Perdagangan Internasional Menurut Oktaviani dan Novianti (2009) perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan negara lain

Lebih terperinci

Oleh: Dabukke Muhammad. Frans Betsi M. Iqbal Eddy S. Yusuf

Oleh: Dabukke Muhammad. Frans Betsi M. Iqbal Eddy S. Yusuf LAPORAN AKHIR TA. 2013 PENGARUH KEBIJAKAN PERDAGANGAN NEGARA- NEGARAA MITRA TERHADAP KINERJA DAN DAYA SAING EKSPOR KOMODITAS PERTANIAN INDONESIA Oleh: Budiman Hutabarat Saktyanu K. Dermoredjo Frans Betsi

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. IV.1 Kesimpulan

BAB IV PENUTUP. IV.1 Kesimpulan 95 BAB IV PENUTUP IV.1 Kesimpulan Dengan masuknya China ke dalam ASEAN Free Trade Area akan meningkatkan pemasukan dari masing-masing negara anggota, karena pangsa pasar China yang begitu besar, dan begitu

Lebih terperinci

PERDAGANGAN INTERNASIONAL DAN DAMPAKNYA

PERDAGANGAN INTERNASIONAL DAN DAMPAKNYA PERDAGANGAN INTERNASIONAL DAN DAMPAKNYA PERDAGANGAN INTERNASIONAL Proses tukar menukar atau jual beli barang atau jasa antar satu negara dengan yang lainnya untuk memenuhi kebutuhan bersama dengan tujuan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan mengambil data sekunder dari pihak-pihak yang terkait dengan penelitian, seperti Badan Pusat Statistik (BPS), Departemen Kelautan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Permintaan energi di Asia Tenggara terus meningkat dan laju

BAB I PENDAHULUAN. Permintaan energi di Asia Tenggara terus meningkat dan laju BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permintaan energi di Asia Tenggara terus meningkat dan laju pertumbuhannya merupakan yang tercepat di dunia sejak tahun 1990. Energy Information Administration (EIA)

Lebih terperinci

ERD GANGAN INTERNA INTERN SIONA SION L

ERD GANGAN INTERNA INTERN SIONA SION L PERDAGANGAN INTERNASIONAL PIEw13 1 KEY QUESTIONS 1. Barang-barang apakah yang hendak dijual dan hendak dibeli oleh suatu negara dalam perdagangan internasional? 2. Atas dasar apakah barang-barang tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan luar negeri yang mempunyai peranan penting bagi suatu negara,

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan luar negeri yang mempunyai peranan penting bagi suatu negara, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam perjalanan waktu yang penuh dengan persaingan, negara tidaklah dapat memenuhi sendiri seluruh kebutuhan penduduknya tanpa melakukan kerja sama dengan

Lebih terperinci

2 masing-masing negara masih berhak untuk menentukan sendiri hambatan bagi negara non anggota. 1 Sebagai negara dalam kawasan Asia Tenggara tentunya p

2 masing-masing negara masih berhak untuk menentukan sendiri hambatan bagi negara non anggota. 1 Sebagai negara dalam kawasan Asia Tenggara tentunya p 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era globalisasi yang semakin maju ini ada banyak isu-isu yang berkembang. Bukan hanya isu mengenai hard power yang menjadi perhatian dunia, tetapi isu soft

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang tangguh dalam perekonomian dan memiliki peran sebagai penyangga pembangunan nasional. Hal ini terbukti pada saat Indonesia

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI JULI 2014

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI JULI 2014 PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI JULI 2014 A. Perkembangan perekonomian dan perdagangan Thailand 1. Selama periode Januari-Juli 2014, neraca perdagangan Thailand dengan Dunia

Lebih terperinci

MULTILATERAL TRADE (WTO), FREE TRADE AREA DI TINGKAT REGIONAL (AFTA) ATAU FREE TRADE AGREEMENT BILATERAL

MULTILATERAL TRADE (WTO), FREE TRADE AREA DI TINGKAT REGIONAL (AFTA) ATAU FREE TRADE AGREEMENT BILATERAL MULTILATERAL TRADE (WTO), FREE TRADE AREA DI TINGKAT REGIONAL (AFTA) ATAU FREE TRADE AGREEMENT BILATERAL INDONESIA DAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL (SERI 1) 24 JULI 2003 PROF. DAVID K. LINNAN UNIVERSITY OF

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3

IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3 IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3 4.1 Perkembangan Harga Minyak Dunia Pada awal tahun 1998 dan pertengahan tahun 1999 produksi OPEC turun sekitar tiga

Lebih terperinci

DAMPAK KENAIKAN HARGA MINYAK SAWIT INTERNASIONAL TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA (SUATU MODEL COMPUTABLE GENERAL EQUILIBRIUM) Oleh :

DAMPAK KENAIKAN HARGA MINYAK SAWIT INTERNASIONAL TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA (SUATU MODEL COMPUTABLE GENERAL EQUILIBRIUM) Oleh : DAMPAK KENAIKAN HARGA MINYAK SAWIT INTERNASIONAL TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA (SUATU MODEL COMPUTABLE GENERAL EQUILIBRIUM) Oleh : Cornelius Tjahjaprijadi 1 Latar Belakang Kelapa sawit merupakan

Lebih terperinci

simulasi Dampak Liberalisasi Perdagangan Bilateral ri-china terhadap Perekonomian Indonesia: sebuah Pendekatan smart Model

simulasi Dampak Liberalisasi Perdagangan Bilateral ri-china terhadap Perekonomian Indonesia: sebuah Pendekatan smart Model JEKT 6 [2] : 86-97 ISSN : 2301-8968 simulasi Dampak Liberalisasi Perdagangan Bilateral ri-china terhadap Perekonomian Indonesia: sebuah Pendekatan smart Model abstrak dan penurunan the Impact of trade

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. masyarakat internasional yaitu isu ekonomi perdagangan. Seiring dengan

BAB V KESIMPULAN. masyarakat internasional yaitu isu ekonomi perdagangan. Seiring dengan BAB V KESIMPULAN Penelitian ini membahas salah satu isu penting yang kerap menjadi fokus masyarakat internasional yaitu isu ekonomi perdagangan. Seiring dengan berkembangnya isu isu di dunia internasional,

Lebih terperinci

SIAPA YANG DIUNTUNGKAN DALAM PERJANJIAN PERDAGANGAN BEBAS?

SIAPA YANG DIUNTUNGKAN DALAM PERJANJIAN PERDAGANGAN BEBAS? SIAPA YANG DIUNTUNGKAN DALAM PERJANJIAN PERDAGANGAN BEBAS? Oleh: Ahmad Syariful Jamil, S.E., M.Si Calon Widyaiswara Ahli Pertama Belum selesai proses penarikan diri Inggris dari keanggotaan Uni Eropa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. samping komponen konsumsi (C), investasi (I) dan pengeluaran pemerintah (G).

BAB I PENDAHULUAN. samping komponen konsumsi (C), investasi (I) dan pengeluaran pemerintah (G). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam sistem perekonomian terbuka, perdagangan internasional merupakan komponen penting dalam determinasi pendapatan nasional suatu negara atau daerah, di

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2003)

I. PENDAHULUAN. secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2003) I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara dapat diukur dan digambarkan secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2003) menyatakan bahwa pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perikanan. Luas wilayah laut Indonesia sangat luas yaitu sekitar 7,9 juta km 2 dan

BAB I PENDAHULUAN. perikanan. Luas wilayah laut Indonesia sangat luas yaitu sekitar 7,9 juta km 2 dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai Negara kepulauan, Indonesia memiliki potensi yang besar di sektor perikanan. Luas wilayah laut Indonesia sangat luas yaitu sekitar 7,9 juta km 2 dan memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Asosiasi negara- negara Asia Tenggara (ASEAN) didirikan pada tanggal 8

BAB I PENDAHULUAN. Asosiasi negara- negara Asia Tenggara (ASEAN) didirikan pada tanggal 8 BAB I PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Asosiasi negara- negara Asia Tenggara (ASEAN) didirikan pada tanggal 8 Agustus 1967 di Bangkok, Thailand dengan ditandatanganinya deklarasi Bangkok

Lebih terperinci

BAB 4 PENUTUP 4.1 Kesimpulan

BAB 4 PENUTUP 4.1 Kesimpulan BAB 4 PENUTUP 4.1 Kesimpulan Akuntansi merupakan satu-satunya bahasa bisnis utama di pasar modal. Tanpa standar akuntansi yang baik, pasar modal tidak akan pernah berjalan dengan baik pula karena laporan

Lebih terperinci

Kajian Kelayakan Pembentukan FTA Indonesia Mesir

Kajian Kelayakan Pembentukan FTA Indonesia Mesir Laporan Akhir 2010 Kajian Kelayakan Pembentukan FTA Indonesia Mesir Pusat Penelitian dan Pengembangan Perdagangan Luar Negeri Badan Penelitian dan Pengembangan Perdagangan Kementerian Perdagangan Daftar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara, meningkatkan output dunia, serta menyajikan akses ke sumber-sumber

BAB I PENDAHULUAN. negara, meningkatkan output dunia, serta menyajikan akses ke sumber-sumber BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perdagangan merupakan faktor penting untuk merangsang pertumbuhan ekonomi suatu negara. Perdagangan akan memperbesar kapasitas konsumsi suatu negara, meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sektor industri merupakan salah satu sektor penting dalam perekonomian Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. Sektor industri merupakan salah satu sektor penting dalam perekonomian Indonesia, BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Sektor industri merupakan salah satu sektor penting dalam perekonomian Indonesia, selain dua sektor lainnya, yaitu sektor pertanian dan sektor jasa. Seiring dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pada awal setiap tahun anggaran, pemerintah Indonesia selalu menetapkan

I. PENDAHULUAN. Pada awal setiap tahun anggaran, pemerintah Indonesia selalu menetapkan I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Pada awal setiap tahun anggaran, pemerintah Indonesia selalu menetapkan indikator makroekonomi yang menjadi target untuk dicapai tahun berjalan. Indikator makroekonomi

Lebih terperinci

ekonomi KTSP & K-13 PERDAGANGAN INTERNASIONAL K e l a s A. Konsep Dasar Tujuan Pembelajaran

ekonomi KTSP & K-13 PERDAGANGAN INTERNASIONAL K e l a s A. Konsep Dasar Tujuan Pembelajaran KTSP & K-13 ekonomi K e l a s XI PERDAGANGAN INTERNASIONAL Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mempunyai kemampuan sebagai berikut. 1. Memahami tentang teori perdagangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. di bidang pertanian. Dengan tersedianya lahan dan jumlah tenaga kerja yang

I. PENDAHULUAN. di bidang pertanian. Dengan tersedianya lahan dan jumlah tenaga kerja yang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya berusaha di bidang pertanian. Dengan tersedianya lahan dan jumlah tenaga kerja yang besar, diharapkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 11 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kebijakan Tarif Bawang Merah Sejak diberlakukannya perjanjian pertanian WTO, setiap negara yang tergabung sebagai anggota WTO harus semakin membuka pasarnya. Hambatan perdagangan

Lebih terperinci

: Determinan Intra-Industry Trade Komoditi Kosmetik Indonesia dengan Mitra Dagang Negara ASEAN-5 : I Putu Kurniawan

: Determinan Intra-Industry Trade Komoditi Kosmetik Indonesia dengan Mitra Dagang Negara ASEAN-5 : I Putu Kurniawan Judul Nama : Determinan Intra-Industry Trade Komoditi Kosmetik Indonesia dengan Mitra Dagang Negara ASEAN-5 : I Putu Kurniawan NIM : 1306105127 Abstrak Integrasi ekonomi merupakan hal penting yang perlu

Lebih terperinci

SATU DEKADE KERJASAMA EKONOMI UNI EROPA-INDONESIA EKSPOR-IMPOR PENDORONG INVESTASI UNI EROPA DI INDONESIA

SATU DEKADE KERJASAMA EKONOMI UNI EROPA-INDONESIA EKSPOR-IMPOR PENDORONG INVESTASI UNI EROPA DI INDONESIA RINGKASAN EKSEKUTIF SATU DEKADE KERJASAMA EKONOMI UNI EROPA-INDONESIA EKSPOR-IMPOR PENDORONG INVESTASI UNI EROPA DI INDONESIA DAFTAR ISI KATA PENGANTAR 4 INVESTASI UNI EROPA PENDORONG PERDAGANGAN INDONESIA

Lebih terperinci

Makalah Perdagangan Internasional BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Makalah Perdagangan Internasional BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Makalah Perdagangan Internasional BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam konteks perekonomian suatu negara, salah satu wacana yang menonjol adalah mengenai pertumbuhan ekonomi. Meskipun ada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem ekonomi dari perekonomian tertutup menjadi perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem ekonomi dari perekonomian tertutup menjadi perekonomian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fenomensa globalisasi dalam bidang ekonomi mendorong perkembangan ekonomi yang semakin dinamis antar negara. Dengan adanya globalisasi, terjadi perubahan sistem ekonomi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bagi sebuah negara, keberhasilan pembangunan ekonominya dapat diukur dan digambarkan secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2007) menyatakan

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Dayasaing Dayasaing merupakan kemampuan usaha suatu industri untuk menghadapi berbagai lingkungan kompetitif. Dayasaing dapat diartikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sektor properti dan infrastruktur, dengan pertumbuhan Compound Annual

BAB I PENDAHULUAN. sektor properti dan infrastruktur, dengan pertumbuhan Compound Annual BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permintaan baja yang masih terus tumbuh didukung oleh pembangunan sektor properti dan infrastruktur, dengan pertumbuhan Compound Annual Growth Rate/CAGR (2003 2012)

Lebih terperinci

BAB VII Perdagangan Internasional

BAB VII Perdagangan Internasional SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN EKONOMI BAB VII Perdagangan Internasional Dr. KARDOYO, M.Pd. AHMAD NURKHIN, S.Pd. M.Si. KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian terbuka merupakan perekonomian yang melibatkan diri dalam

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian terbuka merupakan perekonomian yang melibatkan diri dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perekonomian terbuka merupakan perekonomian yang melibatkan diri dalam perdagangan internasional (ekspor dan impor) barang dan jasa serta modal dengan negara lain. Perekonomian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi tidak pernah lepas dari pertumbuhan ekonomi (economic growth). Karena pembangunan ekonomi mendorong terjadinya pertumbuhan ekonomi, dan sebaliknya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. khususnya yang dihasilkan dari industri agro perlu dianalisis, dipahami

I. PENDAHULUAN. khususnya yang dihasilkan dari industri agro perlu dianalisis, dipahami I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Semakin liberalnya perdagangan dunia akan menuntut peningkatan daya saing produk Indonesia di pasar global. Kemampuan bersaing produk Indonesia khususnya yang dihasilkan

Lebih terperinci

Bisnis Internasional Pertemuan Ketiga Bab 5 Teori Perdagangan Internasional

Bisnis Internasional Pertemuan Ketiga Bab 5 Teori Perdagangan Internasional Bisnis Internasional Pertemuan Ketiga Bab 5 Teori Perdagangan Internasional REFERENSI : CHARLES W. L. HILL INTERNATIONAL BUSINESS EDISI 7 PERTEMUAN KETIGA Outline Gambaran Tentang Teori Perdagangan Merkantilisme

Lebih terperinci

ANALISIS DAMPAK PERDAGANGAN BEBAS TERHADAP PENGEMBANGAN KOMODITAS PADI, JAGUNG, KEDELAI DI INDONESIA

ANALISIS DAMPAK PERDAGANGAN BEBAS TERHADAP PENGEMBANGAN KOMODITAS PADI, JAGUNG, KEDELAI DI INDONESIA ANALISIS DAMPAK PERDAGANGAN BEBAS TERHADAP PENGEMBANGAN KOMODITAS PADI, JAGUNG, KEDELAI DI INDONESIA Prof. Dr. Ir. Dwidjono Hadi Darwanto, MS 1), Prof. Dr. Ir. Masyhuri 1), Dr. Ir. Sumaryanto 2), dan Ir.

Lebih terperinci

III. KERANGKA TEORI. sisi produksi maupun pasar, disajikan pada Gambar 1. Dari sisi produksi,

III. KERANGKA TEORI. sisi produksi maupun pasar, disajikan pada Gambar 1. Dari sisi produksi, III. KERANGKA TEORI Pasar jagung, pakan dan daging ayam ras di Indonesia dapat dilihat dari sisi produksi maupun pasar, disajikan pada Gambar 1. Dari sisi produksi, keterkaitan ketiga pasar tersebut dapat

Lebih terperinci