Buku 2 : RKPM PENILAIAN STATUS GIZI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Buku 2 : RKPM PENILAIAN STATUS GIZI"

Transkripsi

1 UNIVERSITAS GADJAH MADA FAKULTAS KEDOKTERAN / PRODI GIZI KESEHATAN Jl. Farmako Sekip Utara Yogyakarta Buku 2 : RKPM (Rencana Kegiatan Pembelajaran Mingguan) Modul Pembelajaran Pertemuan Ke 6, 7, 8 PENILAIAN STATUS GIZI Semester III/ 3 SKS/KUG 2207 Oleh 1. Yayuk Hartriyanti, SKM., M.Kes 2. Dr.rer.nat.dr. BJ Istiti Kandarina Didanai dengan dana BOPTN P3-UGM Tahun Anggaran 2012 Januari 2013

2 Rencana Kegiatan Pembelajaran Mingguan (RKPM) PSG (2 SKS) Pertemuan ke Tujuan Ajar/ Keluaran/ Indikator Topik (pokok, subpokok bahasan, alokasi waktu) Teks Presentasi Media Ajar 1 Gambar Audio/Video Soal-tugas Web 4 Metode Evaluasi dan Penilaian 2 Metode Ajar (STAR) 3 Aktivitas Mahasiswa Aktivitas Dosen/ Nama Pengajar Sumber Ajar 6 Dapat menjelaskan komposisi tubuh manusia yang berhubungan dengan penilaian status gizi Komposisi tubuh : (1) Pembagian susunan cairan dalam tubuh, (2) Keseimbanga n cairan, (3) Cairan dalam pecernaan, (4) Metode assesmen komposisi tubuh, (5) Risiko penyakit dan kematian Kuis : Komposisi tubuh manusia Mahasiswa berkelompo k dan berdiskusi didampingi dosen (1) Baca bahan ajar sebelum kuliah, (2) Mengerjaka n kuis secara berkelompok dan menyampaikan hasilnya Menjelaskan materi di depan kelas, memandu jalannya diskusi dan merespon penyampaia n oleh mahasiswa Pengajar: Dr. rer. Nat. dr. BJ Istiti Kandarina Pustaka : 1) Rosalind S. Gibson, 2005, Principles of nutritional assessme nt 2) Veldhuis JD. et al., 2005, Endocrine control of Body 1 Masing-masing media ajar disertakan dalam bentuk handout setiap minggu/pertemuan. 2 Evaluasi mahasiswa dapat berupa: Kuis, Tugas, Self-Test, Tes formatif, Tes sumatif. Evaluasi mahasiswa ditujukan untuk mengukur ketercapaian tujuan (pada Kolom 2). 3 UGM menggunakan sistem pembelajaran STAR (Student Teacher Aesthetic Role-Sharing): kombinasi optimal antara SCL (Student Centered Learning) dan TCL (Teacher Centered Learning). 4 Tautan di internet disajikan dalam kolom terakhir (Sumber Ajar). Untuk materi online yang dikembangkan sendiri gunakan LMS elisa

3 berdasarkan BMI, (6) Lingkar pinggang dan pinggul, (7) Bioeletrical impedance dan DXA, (8) Manfaat klinis dari komposisi tubuh Waktu: 1x menit Compositi on in infancy, Childhood, and Puberty. Endocrine Reviews 26 (10): ) Dapat menjelaskan arti dan fungsi penilaian antropometri yang berhubungan dengan penilaian status gizi, 2) Dapat menjelaskan metode pengukuran antropometri dengan tepat, Penilaian Antropometri Waktu: 1x menit Kuis : Penilaian antropometri. Tugas 1 : Tahapan metode penilaian antropometri Mahasiswa berkelompo k dan berdiskusi didampingi dosen (1) Baca bahan ajar sebelum kuliah, (2) Mengerjaka n kuis dan tugas secara berkelompok dan menyampaikan hasilnya Menjelaskan materi di depan kelas, memandu jalannya diskusi dan merespon penyampaia n dari mahasiswa Pengajar: Yayuk Hartriyanti, SKM., M.Kes Pustaka : 1)Jellife DB & Jellife EFP, Communit y Nutritional Assessme nt. Oxford Unifersity Press, hlm. 66 2)Gibson, RS, Nutritional Assessme nt, A Laborator y Manual,

4 8 Dapat menginterpretasika n hasil metode pengukuran antropometri dengan tepat Pengolahan dan interpretasi data antropometri Waktu: 1x menit Tugas : Interpretasi hasil penilaian antropometri berdasarkan kasus. Mahasiswa berkelompo k dan berdiskusi didampingi dosen (1) Baca bahan ajar sebelum kuliah, (2) Mengerjaka n kuis secara berkelompok dan menyampaikan hasilnya Menjelaskan materi di depan kelas, memandu jalannya diskusi dan merespon penyampaia n oleh mahasiswa Pengajar: Yayuk Hartriyanti, SKM., M.Kes Oxford Universitl aff Press, New York Pustaka : 1) Jellife DB & Jellife EFP, Communit y Nutritional Assessme nt. Oxford Unifersity Press, hlm. 66 2) Gibson, RS, Nutritional Assessme nt, A Laborator y Manual, Oxford Universitl aff Press, New York

5 BAB IV KOMPOSISI TUBUH DAN PENILAIAN ANTROPOMETRI Komposisi Tubuh A. Pendahuluan Komposisi tubuh yang akan dibahas adalah yang terkait dengan penilaian status gizi. Sub pokok bahasannya meliputi pembagian susunan cairan dalam tubuh, keseimbangan cairan, cairan dalam pecernaan, metode assesmen komposisi tubuh, risiko penyakit dan kematian berdasarkan BMI, lingkar pinggang dan pinggul, bioeletrical impedance dan DXA, serta manfaat klinis dari ilmu komposisi tubuh. Pokok bahasan ini bermanfaat sebagai pemahaman awal bagi mahasiswa terkait komposisi tubuh yang erat hubungannya dengan penilaian status gizi terutama degan metode pendekatan antropometri. Pokok bahasan ini juga diharapakan mampu memenuhi kompetensi yang harus dicapai mahasiswa sebagai lulusan dietisien nantinya serta menjadi bagian persiapan materi bagi mahasiswa sebelum mengikuti pokok bahasan selanjutnya seperti penilaian antropometri dan biokimia. Setelah mengikuti pertemuan pokok bahasan ini, mahasiswa diharapkan dapat menjelaskan arti dan fungsi komosisi tubuh yang berhubungan dengan penilaian status gizi. Pokok bahasan ini akan disampaikan dalam satu kali pertemuan. B. Penyajian 1. Penilaian Komposisi Tubuh Komposisi tubuh manusia tergantung dari berbagai faktor eksogen dan endogen, secar langsung dari keseimbangan asupan makanan. Manusia sehat baik jiwa dan raga mempengaruhi fungsi metabolisme maupun imunitas. Keadaan malnutrisi akan mempengaruhi fungsi organ dan menjadi beban manusia. Faktor resiko terjadinya malnutrisi antara lain obesitas akan mempengaruhi kejadian penyakit kardiovaskuler, penyakit gangguan metabolik, Diabetes Mellitus, Hipertensi. Sehingga pengukuran komposisi tubuh sangat diperlukan untuk kasus di klinik maupun dimasyarakat, sebagai alat diagnotik untuk tujuan pencegahan maupun pengobatan. Lima perspektif dari komposisi tubuh (meningkat dari bagian terkecil ke besar) terdiri dari atom, molekul, sel, jaringan, dan keseluruhan tubuh (Wang, Z, pierson, RN, Heymsfield, SB, Am J. Clin Nutr 1992; 56:19). Proporsi dari bermacam-macam jaringan dan organ bervariasi pada perbedaan tingkat dari pertumbuhan. Pembagian susunan cairan dalam tubuh ditinjau dari letaknya terdiri dari otot, kulit dan di bawahnya, pusat susunan syaraf, tulang dan jaringan

6 ikat, pembuluh darah, dan jaringan lemak. Cairan dalam tubuh terdiri dari cairan ekstraselluler dan intraselluler. Pengukuran komposisi tubuh secara langsung tidak mungkin, pengukuran yang biasa digunakan adalah pengukuran secara antropometri antara lain pengukuran berat badan, tinggi badan, tebal lemak (skinfolds). Lingkar perut/ lingkar pinggang untuk mendeteksi kecenderungan penyakit kardiovakuler; lingkar lengan atas (LLA) dapat digunakan untuk skrining PEM dalam keadaaan kritis. Tingkat risiko penyakit maupun kematian dapat dinilai berdasarkan indeks masa tubuh (IMT)/ BMI (Body Mass Index). Bioelectrical Impedance mengukur massa lemak, massa bebas lemak dan massa air dari tubuh seseorang. Sedangkan alat Dual Energy X-ray Asortiopmetry (DXA) mengukur kandungan mineral tulang atau Bone Mineral Content (BMC) dan Bone Free Soft Tissue (BFST). Penjumlahan dari kedua nilai tersebut (BMC dan BFST) menghasilkan nilai FFM. DXA juga menunjukan distribusi lemak dan jaringan, Region of Interest (ROI) untuk bagian spesifik namun memiliki keterbatasan dalam hal ukuran. Materi Pengayaan Lipatan Kulit (Skinfold) Teknik Pengambilan Lipatan Lemak 1. Pengambilan lipatan kulit dapat dari sisi tubuh sebelah kanan/kiri. Peneliti dari Amerika Utara menggunakan sisi kanan pada saat survey. Namun peneliti dari Eropa umumnya menggunakan sisi kiri. Oleh karena itu yang lebih penting ialah konsistensi dalam menggunakan sisi yang sebelah mana. Untuk praktikum ini, kita menggunakan sisi kiri tubuh. 2. Orang yang kurang berpengalaman dalam pengambilan lipatan kulit sebaiknya memberi tanda pada lokasi yang akan diukur, setelah lokasi tersebut teridentifikasi. 3. Lipatan kulit diambil dengan ibu jari dan telunjuk tangan kiri sekitar 1 cm. Pengambilan dengan jari dilakukan pada proksimal lokasi pengukuran lipatan kulit. 4. Caliper dipegang dengan tangan kanan, tegak lurus dengan lipatan kulit yang diambil, dengan caliper menghadap ke atas sehingga mudah untuk dilihat hasilnya. Kaliper dijepit pada distal lokasi pengambilan lipatan oleh ibu jari dan telunjuk. 5. Kaliper tidak boleh dijepitkan terlalu dalam atau terlalu dangkal. 6. Penjepitan dilakukan selama 4 detik setelah tekanan oleh jari dilepaskan. Penjepitan yang terlalu lama akan menyebabkan hasil penurunan menjadi lebih

7 kecil, karena cairan berpindah dari lokasi penjepitan. Pengukuran dilakukan dengan ketelitian hingga 1 mm. 7. Pengukuran harus dilakukan minimum 2 kali pengukuran, dan diselingi waktu 15 detik. Jika hasil tiap pengukuran berselisih lebih dari 1 mm, pengukuran harus diulangi hingga didapat konsistensi. 8. Tekanan dengan ibu jari dan telunjuk harus dipertahankan pada tiap pengukuran. 9. Saat mengukur obesitas, kadang sulit untuk mengukur lipatan kulit, seperti pada abdomen. 10. Pada situasi ini, pengukur sebaiknya menggunakan kedua tangan untuk menarik lipatan kulit dan menggunakan mitra pengukur untuk menjepitkan caliper. 11. Pengukuran sebaiknya tidak diambil setelah latihan fisik atau pada saat orang tersebut kelebihan panas (overheat) karena perubahan cairan tubuh akan mempengaruhi hasil pengukuran. Materi pengayaan lainnya dapat dilihat dalam modul praktikum. Materi untuk Latihan Cara pengukuran komposisi tubuh dengan alat Bioelectrical Impedance ialah sebagai berikut: 1. Responden menggunakan pakaian minimal, mengeluarkan barang dalam saku yang dapat mempengaruhi pengukuran. 2. Tarik remote control, dan isi data-data yang diperlukan, seperti usia, tinggi badan, jenis kelamin. 3. Setelah alat berhasil diset, subyek naik ke atas bioimpedance, dan memegang remote pada pengangan yang telah ditentukan dengan lengan tangan tegak lurus dengan aksial. 4. Tunggu beberapa saat hingga hasil pengukuran muncul 5. Dokumentasikan hasil pengukuran. Materi untuk latihan lainnya dapat dilihat dalam modul praktikum. 2. Aktivitas : Sebelum perkuliahan dimulai, mahasiswa diharapkan telah membaca bahan ajar terlebih dahulu. Dosen akan memaparkan materi di depan kelas, kemudian memberikan kuis dan tugas kepada mahasiswa. Kuis dikerjakan secara individu sedangkan tugas dikerjakan berkelompok. Dosen akan memandu jalannya diskusi dan memberikan respon atas hasil diskusi mahasiwa. Kuis dapat pula diberikan di awal pertemuan, sebelum dosen memberikan materi. 3. Tugas : -

8 4. Latihan : C. Penutup Kuis : Komposisi tubuh manusia 1. Tes formatif dan kunci tes formatif o Berikut merupakan perspektif dari komposisi tubuh menurut Wang dkk (1992), kecuali : a. Atom d. Jaringan b. Molekul e. Organ c. Sel Jawaban : e 2. Petunjuk penilaian dan umpan balik Penilaian dilakukan dengan proporsional sesuai metode evaluasi meliputi diskusi kelompok, tugas individu, praktek keterampilan medik, ujian tengah semester, dan ujian akhir semester. Sesuai pula dengan kriteria penilaian yang digunakan, antara lain dalam diskusi kelompok meliputi penyelesaian tugas, kontribusi dalam kelompok, keaktifan dan keterampilan berkomunikasi. Pada tugas individu terdiri dari penulisan, hasil analisa dan kesesuaian dengan materi. Pada praktek keterampilan medik meliputi keterampilan dalam mendiagnosa gizi, berkomunikasi dan praktek dalam menilai status gizi. 3. Tindak lanjut a. Tugas individu Terdapat kuis yang diberikan saat perkuliahan berangsung bagi mahasiswa sebagai bentuk tugas individu. b. Diskusi kelompok Terdapat tugas bagi mahasiswa untuk dikerjakan secara berkelompok dan menjadi bahan diskusi. c. Praktikum Dilakukan praktikum sesuai waktu yang teah dijadwalkan setelah penyampaian pokok bahasan oleh dosen. d. Bahan bacaan : Rosalind S. Gibson. 2005, Principle Nutritional Assessment PENILAIAN ANTROPOMETRI A. Pendahuluan Veldhuis JD. et al. 2005, Endocrine control of Body Composition in Infancy Childhood and Puberty. Endocrine Reviews 26 (10): Metode antropometri merupakan salah satu cara penilaian status gizi secara langsung. Pegukuran antropometri terdri dari dua macam yaitu pengukuran ukuran tubuh dan pengukuran komposisi tubuh. Metode ini wajib dikuasai oleh calon ahli gizi guna memenuhi kompetensinya dalam kemampuan penilaian status gizi. Selain pengukuran bagian-bagian tubuh tertentu, antropometri juga meliputi indeks atau

9 rasio hasil pengukuran suatu bagian tubuh dengan bagian tubuh lainnya. Tentunya akan cukup kompleks dalam hal keterampilan pengukuran hingga interpretasi data hasil pegukuran untuk dapat kemudian melakukan penilaian status gizi. Metode ini sangat berkaitan dengan kompetensi ahli gizi baik penerapannya di rumah sakit maupun di masyarakat. Pengukuran komposisi tubuh biasa digunakan untuk mengukur pasien di rumah sakit yang mengalami malnutrisi dan memonitor perubahan jangka panjang pada komposisi tubuh dari asuhan gizi yang diberikan. Sedangkan pada tingkat populasi, pengukuran komposisi tubuh digunakan untuk mengukur status gizi masyarakat dan mengevaluasi keefekifan dari program intervensi yang diberikan. Melalui pokok bahasan ini diharapkan mahasiswa dapat menjelaskan arti, fungsi dan tahapan metode penilaian antropometri serta mampu menginterpretasikan data hasil pengukuran antropometri. Pokok bahasan ini akan sangat mendukung pencapaian kompetensi pada mata kuliah selanjutnya seperti dietetik yang memerlukan antropometri untuk penilaian status gizi pasien sehingga dapat ditentukan intervensi diet yang diberikan. B. Penyajian Antropometri adalah ukuran tubuh manusia (Supariasa, 2001). Pengukuran antropometri adalah pengukuran terhadap dimensi tubuh dan komposisi tubuh (Departemen Kesehatan Masyarakat FKM UI, 2007). Pengukuran antropometri adalah pengukuran yang paling sering digunakan sebagai metode penilaian status gizi (PSG) secara langsung untuk menilai dua masalah utama gizi di dunia yaitu (1) kekurangan energy protein (KEP), terutama pada anak-anak dan ibu hamil di negara berkembang, dan pasien yang diopname karena penyakit serius; dan (2) obesitas di semua kelompok umur. Di sisi lain, pengukuran antropometri dapat digunakan untuk memonitor pertumbuhan yang normal dan abnormal pada masa kanak-kanak, kehamilan, dan janin (Jelliffe, 1989). Kelebihan 1. Relatif murah 2. Relatif mudah, sehingga pengguna alat dapat dilatih 3. Cepat, sehingga dapat dilakukan di populasi yang besar 4. Objektif 5. Diakui secara ilmiah dan mempunyai ambang batas serta baku rujukan yang sudah pasti sehingga hasil lebih mudah dapat disimpulkan 6. Gradable, dapat dirangking apakah ringan, sedang, atau berat 7. Tidak menimbulkan rasa sakit pada responden 8. Dapat dilakukan secara berulang-ulang karena prosedurnya sederhana dan aman TABEL 1 Kelebihan dan Kekurangan Antropometri Kekurangan 1. Membutuhkan data referensi yang relevan 2. Kesalahan yang muncul seperti kesalahan pada peralatan (belum dikalibrasi), kesalahan pada observer (kesalahan pengukuran, pembacaan, dan pencatatan) 3. Kesalahan pengukuran mempengaruhi presisi, akurasi, dan validitas antropometri Hanya mendapatkan data pertumbuhan, obesitas, malnutrisi karena kurang energi dan protei, tidak dapat memperoleh informasi karena defisiensi zat gizi mikro 4. Tidak dapat digunakan untuk mendeteksi status gizi dalam waktu singkat. 5. Sensitifitas dan spesifitas pengukuran antropometri dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti penyakit, genetic, dan penurunan penggunaan energy Sumber : Rangkuman Jellife DB & Jellife EFP, 1989; Gibson 2005

10 TABEL 2 Pengukuran Antropometri yang Utama Pengukuran Komponen Jaringan utama yang diukur Stature/tinggi Kepala, tulang belakang, Tulang badan tulang panggul, kaki Seluruh tubuh Seluruh jaringan : khususnya lemak, otot, Berat badan tulang, tulang dan air Lemak bawah kulit, Otot (secara teknik lebih sedikit digunakan di negara maju) Lingkar lengan Lemak (lebih sering digunakan di negara Otot, tulang maju) Lipatan lemak Lemak bawah kulit, kulit Lemak Sumber : Jellife DB & Jellife EFP, Community Nutritional Assessment. Oxford Unifersity Press, hlm. 66 Macam-macam pengukuran antropometri adalah sebagai berikut : a. Massa Tubuh Berat badan adalah pengukuran antropometri yang paling sering digunakan meskipun sering terjadi kesalahan dalam pengukuran. Berat badan mencerminkan jumlah protein, lemak, air, dan massa mineral tulang. Pada orang dewasa terdapat peningkatan jumlah lemak sehubungan dengan umur dan terjadi penurunan protein otot. Berat badan sewaktu lahir dapat digunakan sebagai indicator status gizi bayi dengan cut off point <2500 gram dikatakan sebagai bayi dengan BBLR. Untuk menilai status gizi biasanya berat badan dihubungkan dengan pengukuran lain, seperti umur dan tinggi badan. b. Pengukuran Liner (Panjang) Dasar pengukuran linear adalah tinggi (panjang) atau stature dan merefleksikan pertumbuhan skeletal. Pengukuran linear lainnya seperti tulang biasa digunakan untuk tujuan tertentu. Misalnya panjang lengan atas atau kaki. 1) Tinggi Badan Pengukuran tinggi badan seseorang pada prinsipnya adalah mengukur jaringan tulang skeletal yang terdiri dari kaki, panggul, tulang belakang, dan tulang tengkorak. Penilaian status gizi pada umumnya hanya mengukur total tinggi (atau panjang) yang diukur secara rutin. Tinggi badan yang dihubungkan dengan umur dapat digunakan sebagai indicator status gizi masa lalu. 2) Panjang Badan Panjang badan dilakukan pada balita yang berumur kurang dari dua tahun atau kurang dari tiga tahun yang sukar untuk berdiri pada waktu pengumpulan data tinggi badan. 3) Lingkar Kepala Pengukuran lingkar kepala biasa digunakan pada kedokteran anak yang digunakan untuk mendeteksi kelainan seperti hydrocephalus (ukuran

11 kepala besar) atau nicrocephaly (ukuran kepala kecil). Untuk melihat pertumbuhan kepala balita dapat digunakan grafik Nellhaus. 4) Lingkar Dada Pertumbuhan lingkar dada pesat sampai anak berumur 3 tahun sehingga biasa digunakan pada anak berusia 2-3 tahun. Rasio lingkar dada dan kepala dapat digunakan sebagai indikator KEP pada balita. Pada umur 6 bulan lingkar dada dan kepala sama. Setelah umur ini lingkar kepala tumbuh lebih lambat daripada lingkar dada. Pada anak yang KEP terjadi pertumbuhan dada yang lambat sehingga rasio lingkar dada dan kepala <1. 5) Lingkar Lengan Atas Lingkar Lengan Atas (LILA) biasa digunakan pada anak balita serta wanita usia subur. Pengukuran LILA dipilih karena pengukuran relatif mudah, cepat, harga alat murah, tidak memerlukan data umur balita yang kadang kala susah mendapatkan data umur yang tepat. LILA mencemirkan cadangan energi sehingga pengukuran ini dapat mencerminkan status KEP (Kurang Energi dan Protein) pada balita atau KEK (Kurang Energi Kronik) pada ibu WUS dan ibu hamil. Pengukuran LILA pada WUS dan ibu hamil adalah untuk mendeteksi risiko terjadinya kejadian bayi dengan BBLR (Berat Badan Lahir Rendah). Cut off point untuk balita yang menderita KEP adalah <12.5 cm sedangkan risiko KEK untuk WUS dan bumil adalah <23.5 cm. 6) Tinggi Lutut Tinggi lutut erat kaitannya dengan tinggi badan sehingga data tinggi badan didapatkan dari tinggi lutut bagi orang yang tidak dapat berdiri atau manula. Pada manula digunakan tinggi lutut karena pada manula telah terjadi penurunan masa tulang yang menyebabkan bungkuk sehingga sukar untuk mendapatkan data tinggi badan yang akurat. Untuk mendapatkan data tinggi badan dari tinggi lutut dapat menggunakan formula atau nomogram bagi orang yang berusia lebih dari 59 tahun. Untuk mendapatkan data tinggi badan dari berat badan dapat menggunakan formula : Pria : (2,02 x tinggi lutut (cm)) (0.04 x umur (tahun)) Wanita : (1.83 x tinggi lutut (cm)) (0.24 x umur (tahun)) (Sumber : Gibson, RS, Nutritional Assessment, A Laboratory Manual, Oxford Universitlaff Press, New York) c. Body Mass Index (BMI) Body Mass Index (BMI) adalah perbandingan antara berat badan dalam kilogram dan tinggi badan kuadrat dalam meter (kg/m 2 ). BMI adalah pengukuran yang mudah sehingga dapat digunakan untuk mengukur status gizi dalam populasi

12 yang besar. BMI sulit digunakan untuk menilai status gizi seorang pasien. BMI tidak dapat mengidentifikasi lemak di dalam tubuh. BMI berguna untuk mengidentifikasi berat badan normal untuk kesehatan. BMI tidak dapat digunakan untuk menilai status gizi seorang atlet. BMI biasa digunakan pada manusia dewasa. Sementara itu, anak-anak memiliki tabel BMI untuk anak-anak. TABEL 3 Kategori Indeks Massa Tubuh (WHO) Classification BMI (kg/m2) Principal cut-off points Additional cut-off points Underweight < < Severe Thinness < < Moderate Thinnes Mild Thinnes Normal Range Overweight Pre-0bese Obese Obese Class I Obese Class II Obese Class III Source: Adapted from WHO, 1995, WHO, 2000 and WHO 2004 TABEL 4 Batas Ambang IMT Indonesia (Depkes, 2003) Kategori IMT (Kg/m 2 ) Gender Kegemukan Kurus Normal Tingkat ringan Tingkat berat Pria <18 kg/m kg/m 2 >25 27 kg/m 2 >27 kg/m 2 Wanita <17 kg/m kg/m 2 >23 27 kg/m 2 d. Rasio Lingkar Pinggang Panggul (RLPP) Rasio lingkar pinggang-panggul (RLPP) adalah perbandingan antara lingkar pinggang yang diukur pada bagian terkecil dari perut secara horizontal, dengan lingkar panggul yang diukur melewati bagian paling maksimal dari panggul. Pengukuran dilakukan dengan pita metlin dan tidak boleh terlalu menekan kulit. Peningkatan risiko gangguan kesehatan akan terjadi jika RLPP 0.90 untuk laki-laki dan 0.85 untuk wanita. e. Komposisi Tubuh Komposisi tubuh adalah bagian yang menyusun tubuh manusia yang terdiri dari body-lean mass (tulang, otot, dan jaringan), fat mass, dan water. Mengetahui komposisi tubuh lebih penting daripada berat badan dalam menentukan status gizi (UWSP University Health Service, 2000). Underweight dan overweight hanya

13 menunjukkan besar berat badan seseorang dibandingkan orang lain. Underweight dan overweight tidak memberikan informasi yang tepat tentang status kesehatan dan komposisi tubuh seseorang. Dua orang dengan ukuran tubuh yang sama dapat memiliki berat badan yang berbeda. Perubahan jaringan lemak akan menggambarkan perubahan keseimbangan energi, sedangkan perubahan body-lean mass menggambarkan cadangan protein tubuh. Sehingga komposisi tubuh sering dan penting digunakan untuk menentukan suatu penyakit dan status gizi seseorang (Ellis, 2001). Penelitian tentang metode penilaian komposisi tubuh sudah dimulai sejak tahun 1940 di Laboratorium AR Behnke. Sejak saat itu, banyak metode yang kemudian dikenal. Namun, penjelasan tentang teori dan aplikasinya pada individu masih terbatas (Lukaski, 1987). Metode penilain komposisi tubuh dibagi menjadi empat kategori umum, yaitu indeks antropometri dan skinfold thickness (SKF), body volume measurements, body water measurements dengan bioelectrical methods (BIA), dan imaging techniques. (Ellis, 2001). 1. Skinfold thickness (SKF) Teknik SKF mengukur lapisan lemak subkutan yang menutupi tubuh dengan menggunakan kaliper (Ellis, 2001). Kaliper yang digunakan telah dikaliberasi sehingga mengerahkan tekanan konstan 10 g/mm2. Pengukuran ini didasarkan pada dua asumsi. Asumsi pertama yaitu ketebalan jaringan adiposa subkutan mencerminkan proporsi yang konstan dari lemak tubuh total. Asumsi kedua bahwa bagian tubuh yang diukur mewakili pengukuran ketebalan rata-rata jaringan adiposa subkutan (Lukaski, 1987). Kaliper adalah alat yang digunakan untuk mengukur SKF yang berasal dari logam dan plastik. Harga dari kaliper bervariasi tergantung dari asal bahan (logam atau plastik), keakuratan, presisi, dan rentang pengukuran. Contoh kaliper berkualitas tinggi adalah kaliper merk Harpenden, Lange, Holtain, dan Lafayette. Kaliper-kaliper tersebut memberikan tekanan yang konstan (-10 g/mm 2 ), rentang pengukuran 0-60 mm, dan presisi 0,2 mm (1,0 mm untuk Harpenden dan Lange) (Heyward, 1996). Kaliper (merk Lange) untuk mengukur Skinfold Thickness (SKF) Gambar 1. Kaliper (merk Lange) 2. Bioelectrical Impedance Analysis (BIA) Metode penilaian komposisi tubuh yang paling umum dan paling praktis digunakan di lapangan adalah bioelectrical impedance analysis (BIA). Pengukuran BIA dilakukan dengan melampirkan sepasang elektroda pada pergelangan tangan dan pada pergelangan kaki, sehingga arus listrik yang lemah (800 mamp) dapat melewati tubuh.

14 Meskipun pengukuran dapat dilakukan di setiap frekuensi, 50 khz telah menjadi standar untuk instrumen komersial. Aspek lain yang menarik dari teknologi BIA adalah bahwa BIA mungkin adalah satu-satunya teknik komposisi tubuh yang telah langsung dipasarkan kepada masyarakat umum (Ellis, 2001). Karada scan adalah salah satu alat untuk menilai komposisi tubuh berdasarkan metode bioelectrical impedance analysis (BIA). Karada scan adalah alat pengukuran berat badan, persentase lemak tubuh, persentase otot, indeks massa tubuh (IMT), lemak viseral, dan resting metabolism (RM) yang cepat dan mudah (Omron Karada Scan HBF 356, 2003). Gambar 2. Karada Scan Keakuratan karada scan : i. Berat badan : 0,0 kg to 40,0 kg : 400 g 40,1 kg to 150,0 kg : 1% ii. Body fat % : 3,5% iii. Skeletal muscle % : 3,5% iv. Resting metabolisme : 120 kcal v. Viserat fat level : 3 levels (Omron Karada Scan HBF 356, 2003) Indeks Antropometri Beberapa indeks antropometri adalah sebagai berikut : a. Berat Badan terhadap Umur (BB/U) i. Indikator status gizi saat sekarang ii. Sensitif terhadap perubahan kecil iii. Kadang umur secara akurat sulit didapat

15 iv. Growth Monitoring v. Pengukuran yang berulang dapat mendeteksi growth failure karena infeksi atau KEP b. Tinggi Badan terhadap Umur (TB/U) i. Indikator status gizi masa lalu ii. Indikator kesejahteraan dan kemakmuran suatu bangsa iii. Kadang umur secara akurat sulit didapat c. Berat Badan terhadap Tinggi Badan (BB/TB) i. Mengetahui proporsi badan (gemuk, normal, kurus) ii. Indikator status gizi saat ini iii. Umur tidak perlu diketahui d. Lingkar Lengan Atas terhadap Umur (LILA/U) i. Dapat mengidentifikasi KEP pada balita ii. Tidak memerlukan data umur yang terkadang sulit iii. Dapat digunakan pada saat emergency iv. Membutuhlkan alat ukur yang murah v. Pengukuran cepat Baku Acuan (Data Reference) TABEL 4 Penggunaan Bahan Baku Acuan Referens Publikasi Ukuran Dipakai di Indoneisi Tanner Whitehouse Tanner et al, 1966; Tanner et al, 1975; Berat badan, Tinggi badan, lingkar kepala Tebal lemak (Skinfolds) TIDAK UK 1990 Freedman et al, 1995; Preece et al, 1996 Boston (Harvard) Stuart and Meredith, 1975 Berat badan, Tinggi badan, BMI Lingkar kepala Berat badan, Tinggi badan Lingkar kepala NCHS 1977 WHO, 1983 Berat badan, Tinggi badan Panjang badan CDC 2000 CDC, 2000 Berat badan Tinggi badan BMI WHO 2006 WHO, 2006 Berat badan Panjang badan BMI TIDAK TIDAK

16 Materi Pengayaan Panjang Badan Panjang badan merupakan tinggi badan yang diukur pada saat berbaring. Parameter ini sering dipakai pada bayi/balita yang belum dapat berdiri. Alat yang digunakan ialah pengukur panjang badan. Cara pengukuran panjang badan ialah sebagai berikut: 1. Letakkan subyek di atas papan pengukur. Kepala subyek menempel pada headboard. 2. Pengukuran panjang badan diperlukan dua orang pengukur. Pengukur pertama memegang kepala bayi dan memposisikan FHP tegak lurus dengan bidang horizontal. Pengukur pertama juga memastikan sumbu tubuh bayi sejajar dengan garis tengah papan pengukur, bahu dan pantat menempel dengan papan, bahu dan pinggul berada pada sudut yang tepat terhadap sumbu tubuh. 3. Pengukur kedua memastikan kaki lurus dan mendorong footboard hingga menyentuhkaki. 4. Hasil dibaca dengan ketelitian 0.1 cm dan didokumentasikan Materi pengayaan lainnya dapat dilihat dalam modul praktikum Materi untuk latihan Rina berumur 5 bulan berkunjung ke petugas kesehatan. Dia tampak kecil tetapi tidak sangat kurus. BB : 4.7 Kg, PB : 59cm dan IMT : 13.5 Jelaskan PB/U menurut Z- score Jelaskan BB/U menurut Z-score Jeaskan BB/PB menurut Z-score Jelaskan IMT/U menurut Z-score Cara membaca tabel WHO 2006 Contoh kasus Rina : PB/U : lihat median di tabel WHO = 64 cm PB Rina = 59 Perhitungan : PB anak Median = =- 5 Hitung 1 SD di tabel WHO 2006 (untuk PB anak 5 bulan = 2.2) Bagi hasil pengurangan dengan SD = - 5/2.2 = Kesimpulan : Rina PB/U = SD lihat tabel interpretasi Pada daftar berikut, berilah tanda v pada kolom yang sesuai dengan masalah Rina. Gunakan definisi pada tabel indikator pertumbuhan Pendek sangat pendek BB kurang BB sangat kurang Obes

17 Kelebihan BB Risiko kelebihan BB Kurus Sangat kurus Aktivitas : Sebelum perkuliahan dimulai, mahasiswa diharapkan telah membaca bahan ajar terlebih dahulu. Dosen akan memaparkan materi di depan kelas, kemudian memberikan kuis dan tugas kepada mahasiswa. Kuis dikerjakan secara individu sedangkan tugas dikerjakan berkelompok. Dosen akan memandu jalannya diskusi dan memberikan respon atas hasil diskusi mahasiwa. Kuis dapat pula diberikan di awal pertemuan, sebelum dosen memberikan materi. Tugas : Tugas 1 : Tahapan metode penilaian antropometri Latihan : C. Penutup Tugas 2 : Interpretasi hasil penilaian antropometri berdasarkan kasus. Kuis : Penilaian antropometri. 1. Tes formatif dan kunci tes formatif o Ukuran antropometri yang sensitif terhadap perubahan : a. BB b. TB c. LILA d. Lingkar pinggang e. Lingkar kepala o Index antropometri yang baik untuk melihat penyebaran lemak : a. BB/U b. TB/U c. Lingkar pinggang d. BB/TB e. RLPP 2. Petunjuk penilaian dan umpan balik Penilaian dilakukan dengan proporsional sesuai metode evaluasi meliputi diskusi kelompok, tugas individu, praktek keterampilan medik, ujian tengah semester, dan ujian akhir semester. Sesuai pula dengan kriteria penilaian yang digunakan, antara lain dalam diskusi kelompok meliputi penyelesaian tugas, kontribusi dalam kelompok, keaktifan dan keterampilan berkomunikasi. Pada tugas individu terdiri dari penulisan, hasil analisa dan kesesuaian dengan materi. Pada praktek keterampilan medik meliputi keterampilan dalam mendiagnosa gizi, berkomunikasi dan praktek dalam menilai status gizi.

18 3. Tindak lanjut a. Tugas individu Terdapat kuis yang diberikan saat perkuliahan berangsung bagi mahasiswa sebagai bentuk tugas individu. b. Diskusi kelompok Terdapat tugas bagi mahasiswa untuk dikerjakan secara berkelompok dan menjadi bahan diskusi. c. Praktikum Dilakukan praktikum sesuai waktu yang teah dijadwalkan setelah penyampaian pokok bahasan oleh dosen. d. Bahan bacaan : Jellife DB & Jellife EFP, Community Nutritional Assessment. Oxford Unifersity Press, hlm. 66 Gibson, RS, Nutritional Assessment, A Laboratory Manual, Oxford Universitlaff Press, New York Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Gizi dan Kesehatan Masyarakat. Divisi Buku Perguruan Tinggi, RajaGrafindo Persada Jakarta. 2007

Buku 2 : RKPM PENILAIAN STATUS GIZI

Buku 2 : RKPM PENILAIAN STATUS GIZI UNIVERSITAS GADJAH MADA FAKULTAS KEDOKTERAN / PRODI GIZI KESEHATAN Jl. Farmako Sekip Utara Yogyakarta Buku 2 : RKPM (Rencana Kegiatan Pembelajaran Mingguan) Modul Pembelajaran Pertemuan Ke 14 PENILAIAN

Lebih terperinci

Buku 2 : RKPM PENILAIAN STATUS GIZI

Buku 2 : RKPM PENILAIAN STATUS GIZI UNIVERSITAS GADJAH MADA FAKULTAS KEDOKTERAN / PRODI GIZI KESEHATAN Jl. Farmako Sekip Utara Yogyakarta Buku 2 : RKPM (Rencana Kegiatan Pembelajaran Mingguan) Modul Pembelajaran Pertemuan Ke 1 PENILAIAN

Lebih terperinci

PERBEDAAN PENGGUNAAN INDEKS MEMBERIKAN PREVALENSI STATUS GIZI YG. BERBEDA.

PERBEDAAN PENGGUNAAN INDEKS MEMBERIKAN PREVALENSI STATUS GIZI YG. BERBEDA. INDEKS ANTROPOMETRI INDEKS YG SERING DIGUNAKAN : 1. BERAT BADAN MENURUT UMUR (BB/U) 2. TINGGI BADAN MENURUT UMUR (TB/U) 3. BERAT BADAN MENURUT TINGGI BADAN ( BB/TB) PERBEDAAN PENGGUNAAN INDEKS MEMBERIKAN

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Berat Badan Lahir Cukup (BBLC) a. Definisi Berat badan lahir adalah berat badan yang didapat dalam rentang waktu 1 jam setelah lahir (Kosim et al., 2014). BBLC

Lebih terperinci

MENGENAL PARAMETER PENILAIAN PERTUMBUHAN FISIK PADA ANAK Oleh: dr. Kartika Ratna Pertiwi, M. Biomed. Sc

MENGENAL PARAMETER PENILAIAN PERTUMBUHAN FISIK PADA ANAK Oleh: dr. Kartika Ratna Pertiwi, M. Biomed. Sc MENGENAL PARAMETER PENILAIAN PERTUMBUHAN FISIK PADA ANAK Oleh: dr. Kartika Ratna Pertiwi, M. Biomed. Sc Pendahuluan Pernahkah anda mengamati hal-hal penting apa sajakah yang ditulis oleh dokter pada saat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai generasi penerus bangsa yang potensi dan kualitasnya masih perlu

BAB I PENDAHULUAN. sebagai generasi penerus bangsa yang potensi dan kualitasnya masih perlu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak sekolah merupakan sumber daya manusia di masa depan sebagai generasi penerus bangsa yang potensi dan kualitasnya masih perlu ditingkatkan. Sumber daya manusia

Lebih terperinci

Epidemiologi Penilaian Status Gizi: Antropometri

Epidemiologi Penilaian Status Gizi: Antropometri Epidemiologi Penilaian Status Gizi: Antropometri Pendahuluan PSG antropometri BB dan TB: paling sering dipakai, Mudah dan murah Untuk orang dewasa: penilaian indeks massa tubuh untuk menghitung FM dan

Lebih terperinci

Buku 2 : RKPM (Rencana Kegiatan Pembelajaran Mingguan) Modul Pembelajaran Pertemuan ke 4

Buku 2 : RKPM (Rencana Kegiatan Pembelajaran Mingguan) Modul Pembelajaran Pertemuan ke 4 UNIVERSITAS GADJAH MADA SEKOLAH VOKASI PROGRAM DIPLOMA TEKNIK SIPIL Alamat : Jl. Yacaranda 1, Sekip Unit IV, Yogyakarta 55281, Telp. (0274) 7112126, 545193, 6491300 Faks. (0274) 545193, E mail : dts_ugm@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Indeks Massa Tubuh (IMT) adalah metode sederhana yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Indeks Massa Tubuh (IMT) adalah metode sederhana yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indeks Massa Tubuh (IMT) adalah metode sederhana yang digunakan untuk menilai status gizi seorang individu. IMT merupakan metode yang murah dan mudah dalam mengukur

Lebih terperinci

ANTROPOMETRI pada ANAK BAB I PENDAHULUAN

ANTROPOMETRI pada ANAK BAB I PENDAHULUAN ANTROPOMETRI pada ANAK BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Antropometri merupakan ukuran dari tubuh. Pengukuran antropometri merupakan data referensi untuk mengevaluasi dan mencatat pertumbuhan anak. Hal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pola Makan Pola makan adalah berbagai informasi yang memberikan gambaran mengenai jumlah dan jenis bahan makanan yang dimakan setiap hari oleh satu orang dan merupakan ciri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Status Gizi Status gizi merupakan suatu keadaan tubuh akibat interaksi antara asupan energi dan protein serta zat-zat gizi esensial lainnya dengan keadaan kesehatan tubuh (Sri,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Obesitas Obesitas adalah kondisi kelebihan berat tubuh akibat tertimbun lemak yang melebihi 25 % dari berat tubuh, orang yang kelebihan berat badan biasanya karena kelebihan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. tetapi pada masa ini anak balita merupakan kelompok yang rawan gizi. Hal ini

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. tetapi pada masa ini anak balita merupakan kelompok yang rawan gizi. Hal ini BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Masalah Gizi Pada Anak Balita Masa balita merupakan periode penting dalam tumbuh kembang anak. Akan tetapi pada masa ini anak balita merupakan kelompok yang rawan gizi. Hal

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Status Gizi 2.1.1 Pengertian Status Gizi Status gizi adalah keadaan kesehatan individu-individu atau kelompok-kelompok yang ditentukan oleh derajat kebutuhan fisik akan energi

Lebih terperinci

Metode Recall 24 Jam

Metode Recall 24 Jam Topik Yang Akan Di Bahas : 1. Anamnesa Untuk Mengkaji Riwayat Diet 2. Pengukuran Antropometri 3. Pemeriksaan Laboratorium Food Recall 24 jam Metode Frekuensi Makanan (Food Frequency) ANAMNESIS RIWAYAT

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan yang belum dapat diselesaikan oleh negara-negara maju. dan berkembang di dunia. Studi pada tahun 2013 dari Institute for

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan yang belum dapat diselesaikan oleh negara-negara maju. dan berkembang di dunia. Studi pada tahun 2013 dari Institute for BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Obesitas didefinisikan sebagai akumulasi lemak tubuh yang berlebihan atau abnormal sehingga menimbulkan risiko bagi kesehatan, antara lain adalah penyakit kardiovaskular,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Status Gizi Status gizi adalah tingkat kesehatan seseorang atau masyarakat yang di pengaruhi oleh makanan yang dikonsumsi di nilaidengan ukuran atau parameer gizi.balita yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu yang 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan 1. Pengertian Pengetahuan adalah hasil dari tahu manusia, dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu yang mana penginderaan

Lebih terperinci

Buku 2 : RKPM (Rencana Kegiatan Pembelajaran Mingguan) Modul Pembelajaran Pertemuan ke 6

Buku 2 : RKPM (Rencana Kegiatan Pembelajaran Mingguan) Modul Pembelajaran Pertemuan ke 6 UNIVERSITAS GADJAH MADA SEKOLAH VOKASI PROGRAM DIPLOMA TEKNIK SIPIL Alamat : Jl. Yacaranda 1, Sekip Unit IV, Yogyakarta 55281, Telp. (0274) 7112126, 545193, 6491300 Faks. (0274) 545193, E mail : dts_ugm@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Status Gizi Gizi lebih adalah suatu keadaan berat badan yang lebih atau diatas normal. Anak tergolong overweight (berat badan lebih) dan risk of overweight (risiko untuk berat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi,

BAB II TINJAUAN TEORI. dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi, BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Status Gizi Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme, dan

Lebih terperinci

KOMPOSISI TUBUH LANSIA I. PENDAHULUAN II.

KOMPOSISI TUBUH LANSIA I. PENDAHULUAN II. KOMPOSISI TUBUH LANSIA I. PENDAHULUAN Lansia merupakan salah satu bagian dari siklus hidup manusia yang menjadi tahap akhir dari kehidupan. Pada lansia akan terjadi proses menghilangnya kemampuan jaringan

Lebih terperinci

Tes ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui Indeks Masa Tubuh (IMT). Tes ini meliputi: 1. Pengukuran Tinggi Badan (TB) 2. Pengukuran Berat Badan (BB)

Tes ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui Indeks Masa Tubuh (IMT). Tes ini meliputi: 1. Pengukuran Tinggi Badan (TB) 2. Pengukuran Berat Badan (BB) Lampiran 1. Tes Status Gizi Tes ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui Indeks Masa Tubuh (IMT). Tes ini meliputi: 1. Pengukuran Tinggi Badan (TB) 2. Pengukuran Berat Badan (BB) Peralatan tes antara lain:

Lebih terperinci

Buku 3 : RKPM (Rencana Kegiatan Pembelajaran Mingguan) SISTEM PELAYANAN KESEHATAN

Buku 3 : RKPM (Rencana Kegiatan Pembelajaran Mingguan) SISTEM PELAYANAN KESEHATAN UNIVERSITAS GADJAH MADA FAKULTAS KEDOKTERAN PRODI GIZI KESEHATAN Jl. Farmako Sekip Utara Yogyakarta Buku 3 : RKPM (Rencana Kegiatan Pembelajaran Mingguan) SISTEM PELAYANAN KESEHATAN Semester III/ 2 SKS/KUG

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gizi Balita Status gizi merupakan keadaan fisik seseorang atau kelompok orang tertentu yang ditentukan dengan salah satu kombinasi dari ukuran gizi tertentu. Status gizi terkait

Lebih terperinci

Status Gizi. Keadaan Gizi TINDAK LANJUT HASIL PENDIDIKAN KESEHATAN. Malnutrisi. Kurang Energi Protein (KEP) 1/18/2010 OBSERVASI/PEMANTAUAN STATUS GIZI

Status Gizi. Keadaan Gizi TINDAK LANJUT HASIL PENDIDIKAN KESEHATAN. Malnutrisi. Kurang Energi Protein (KEP) 1/18/2010 OBSERVASI/PEMANTAUAN STATUS GIZI OBSERVASI/PEMANTAUAN STATUS GIZI TINDAK LANJUT HASIL PENDIDIKAN KESEHATAN MUSLIM, MPH Akademi Kebidanan Anugerah Bintan Tanjungpinang Kepulauan Riau Pemantauan Status Gizi Dalam membahas observasi/pemantauan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Status Gizi Pertumbuhan seorang anak bukan hanya sekedar gambaran perubahan antropometri (berat badan, tinggi badan, atau ukuran tubuh lainnya) dari waktu ke waktu, tetapi lebih

Lebih terperinci

energi yang dibutuhkan dan yang dilepaskan dari makanan harus seimbang Satuan energi :kilokalori yaitu sejumlah panas yang dibutuhkan untuk menaikkan

energi yang dibutuhkan dan yang dilepaskan dari makanan harus seimbang Satuan energi :kilokalori yaitu sejumlah panas yang dibutuhkan untuk menaikkan KESEIMBANGAN ENERGI Jumlah energi yang dibutuhkan dan yang dilepaskan dari makanan harus seimbang Satuan energi :kilokalori yaitu sejumlah panas yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu air sebesar 1 kg sebesar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beranekaragam. Disaat masalah gizi kurang belum seluruhnya dapat diatasi

BAB I PENDAHULUAN. beranekaragam. Disaat masalah gizi kurang belum seluruhnya dapat diatasi BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia saat ini menghadapi masalah kesehatan yang kompleks dan beranekaragam. Disaat masalah gizi kurang belum seluruhnya dapat diatasi muncul masalah gizi lebih

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Status Gizi 1. Pengertian status gizi Status gizi adalah suatu keadaan tubuh yang diakibatkan oleh keseimbangan antara asupan zat gizi dengan kebutuhan. Jika keseimbangan tadi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Status Gizi Status gizi adalah keseimbangan antara pemasukan zat gizi dari bahan makanan yang dimakan dengan bertambahnya pertumbuhan aktifitas dan metabolisme dalam tubuh. Status

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Overweight Overweight (kelebihan berat badan atau kegemukan) didefinisikan sebagai berat badan di atas standar. Pengertian lainnya overweight adalah kelebihan berat

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Fleksibilitas 2.1.1. Definisi fleksibilitas Fleksibilitas mengacu pada kemampuan ruang gerak sendi atau persendian tubuh. Kemampuan gerak sendi ini berbeda di setiap persendian

Lebih terperinci

kekurangan energi kronik (pada remaja puteri)

kekurangan energi kronik (pada remaja puteri) kekurangan energi kronik (pada remaja puteri) BAB I PENDAHALUAN A. LATAR BELAKANG Masalah gizi masih merupakan beban berat bagi bangsa, hakekatnya berpangkal dari keadaan ekonomi dan pengetahuan masyarakat,

Lebih terperinci

PENILAIAN STATUS GIZI BALITA (ANTROPOMETRI) Saptawati Bardosono

PENILAIAN STATUS GIZI BALITA (ANTROPOMETRI) Saptawati Bardosono PENILAIAN STATUS GIZI BALITA (ANTROPOMETRI) Saptawati Bardosono PENDAHULUAN Masalah gizi di Indonesia masih merupakan masalah nasional Kelompok usia yang rentan masalah gizi antara lain usia balita: Bayi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Makanan yang diberikan sehari-hari harus mengandung zat gizi sesuai kebutuhan, sehingga menunjang pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kekurangan Energi Kronis (KEK) 1. Pengertian Kekurangan Energi Kronis (KEK) adalah keadaan ibu hamil dan WUS (Wanita Usia Subur) yang kurang gizi diakibatkan oleh kekurangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan Karakteristik Anak Sekolah Dasar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan Karakteristik Anak Sekolah Dasar BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Anak Sekolah Dasar 2.1.1. Pengertian dan Karakteristik Anak Sekolah Dasar Anak sekolah dasar adalah anak yang berusia 7-12 tahun, memiliki fisik lebih kuat mempunyai sifat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah untuk menyejahterakan kehidupan bangsa. Pembangunan suatu bangsa

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah untuk menyejahterakan kehidupan bangsa. Pembangunan suatu bangsa BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan masyarakat Indonesia merupakan usaha yang dilakukan pemerintah untuk menyejahterakan kehidupan bangsa. Pembangunan suatu bangsa dapat berhasil dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. maupun sosial. Perubahan fisik pada masa remaja ditandai dengan pertambahan

BAB 1 PENDAHULUAN. maupun sosial. Perubahan fisik pada masa remaja ditandai dengan pertambahan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menjadi dewasa. Pada periode ini berbagai perubahan terjadi baik perubahan hormonal, fisik, psikologis maupun sosial.

Lebih terperinci

Buku Panduan Pendidikan Keterampilan Klinik 1 Keterampilan Antropometri

Buku Panduan Pendidikan Keterampilan Klinik 1 Keterampilan Antropometri Buku Panduan Keterampilan Antropometri Haerani Rasyid Agussalim Buchari A. Yasmin Syauki Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin 2014 KETERAMPILAN PENENTUAN STATUS GIZI DENGAN PENGUKURAN ANTROPOMETRI

Lebih terperinci

Buku 2 : RKPM PENILAIAN STATUS GIZI

Buku 2 : RKPM PENILAIAN STATUS GIZI UNIVERSITAS GADJAH MADA FAKULTAS KEDOKTERAN / PRODI GIZI KESEHATAN Jl. Farmako Sekip Utara Yogyakarta Buku 2 : RKPM (Rencana Kegiatan Pembelajaran Mingguan) Modul Pembelajaran Pertemuan Ke 13 PENILAIAN

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. lemak. Massa bebas lemak biasa disebut Fat Free Mass (FFM), terdiri dari massa

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. lemak. Massa bebas lemak biasa disebut Fat Free Mass (FFM), terdiri dari massa BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komposisi tubuh Tubuh memiliki komposisi yang meliputi massa lemak dan massa bebas lemak. Massa bebas lemak biasa disebut Fat Free Mass (FFM), terdiri dari massa protein (otot

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Obesitas merupakan salah satu masalah kesehatan yang banyak terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Obesitas merupakan salah satu masalah kesehatan yang banyak terjadi di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Obesitas merupakan salah satu masalah kesehatan yang banyak terjadi di zaman modern ini. Obesitas merupakan suatu kelainan atau penyakit dimana terjadi penimbunan lemak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup dan pola makan, Indonesia menghadapi masalah gizi ganda yang

BAB I PENDAHULUAN. hidup dan pola makan, Indonesia menghadapi masalah gizi ganda yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di dalam era globalisasi sekarang dimana terjadi perubahan gaya hidup dan pola makan, Indonesia menghadapi masalah gizi ganda yang artinya masalah gizi kurang belum

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Status Gizi 1. Pengertian Status Gizi Status gizi adalah suatu keadaan tubuh yang diakibatkan oleh keseimbangan antara asupan zat gizi dengan kebutuhan. Keseimbangan tersebut

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. beberapa zat gizi tidak terpenuhi atau zat-zat gizi tersebut hilang dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. beberapa zat gizi tidak terpenuhi atau zat-zat gizi tersebut hilang dengan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keadaan gizi kurang dapat ditemukan pada setiap kelompok masyarakat. Pada hakekatnya keadaan gizi kurang dapat dilihat sebagai suatu proses kurang asupan makanan ketika

Lebih terperinci

ASUHAN GIZI; NUTRITIONAL CARE PROCESS

ASUHAN GIZI; NUTRITIONAL CARE PROCESS ASUHAN GIZI; NUTRITIONAL CARE PROCESS Oleh : Adisty Cynthia Anggraeni, S. Gz. Edisi Pertama Cetakan Pertama, 2012 Hak Cipta 2012 pada penulis, Hak Cipta dilindungi undang-undang. Dilarang memperbanyak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. antara konsumsi, penyerapan zat gizi, dan penggunaannya di dalam tubuh yang

BAB 1 PENDAHULUAN. antara konsumsi, penyerapan zat gizi, dan penggunaannya di dalam tubuh yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Status gizi adalah suatu keadaan kesehatan sebagai akibat keseimbangan antara konsumsi, penyerapan zat gizi, dan penggunaannya di dalam tubuh yang diekskpresikan dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Status Gizi Status gizi merupakan keadaan yang diakibatkan oleh status keseimbangan antara jumlah asupan zat gizi atau jumlah makanan (zat gizi) yang dikonsumsi dengan jumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tinggi badan merupakan total dari panjang ekstremitas, panjang trunkus, leher dan kepala (Indriati, 2010). Stunting didefinisikan sebagai tinggi badan kurang dari

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dismenore 2.1.1 Definisi dismenore Dismenore adalah nyeri perut yang berasal dari kram rahim dan terjadi selama menstruasi. 2.1.2 Klasifikasi dismenore Nyeri haid dapat digolongkan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. umum lipid ada yang larut dalam air dan ada yang larut dalam pelarut non. dan paha seiiring dengan bertambahnya usia 4.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. umum lipid ada yang larut dalam air dan ada yang larut dalam pelarut non. dan paha seiiring dengan bertambahnya usia 4. 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lipid 2.1.1 Pengertian Lipid adalah sekelompok senyawa non heterogen yang meliputi asam lemak dan turunannya, lemak netral (trigliserida), fosfolipid serta sterol. Sifat umum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia kita mengetahui bahwa yang disebut dengan lanjut usia adalah seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sepuluh tahun terakhir, obesitas menjadi. masalah global (WHO, 2015). Prevalensi obesitas didunia

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sepuluh tahun terakhir, obesitas menjadi. masalah global (WHO, 2015). Prevalensi obesitas didunia BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam sepuluh tahun terakhir, obesitas menjadi masalah global (WHO, 2015). Prevalensi obesitas didunia telah meningkat hampir dua kali lipat antara tahun 1980 dan 2008.

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Indonesia

LAMPIRAN. Universitas Indonesia 90 LAMPIRAN 91 Lampiran 1: Prosedur Tes Bangku 3 Menit YMCA METODE TES KEBUGARAN: TES BANGKU 3 MENIT YMCA/ YMCA 3-MINUTE STEP TEST (Nieman, 2007) Tes bangku 3 menit YMCA dilakukan pada responden yang telah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Indeks Masa Tubuh 2.1.1. Defenisi Indeks Masa Tubuh Indeks Massa tubuh (IMT) adalah alat ukur paling umum yang digunakan untuk mendefenisikan status berat badan anak, remaja,

Lebih terperinci

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STATUS GIZI REMAJA PUTRI DI SEKOLAH MENENGAH UMUM NEGERI TOHO KABUPATEN PONTIANAK

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STATUS GIZI REMAJA PUTRI DI SEKOLAH MENENGAH UMUM NEGERI TOHO KABUPATEN PONTIANAK FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STATUS GIZI REMAJA PUTRI DI SEKOLAH MENENGAH UMUM NEGERI TOHO KABUPATEN PONTIANAK NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat Sarjana

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Menurut Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, lima penyakit

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Menurut Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, lima penyakit BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, lima penyakit utama penyebab kematian pada penduduk Indonesia adalah penyakit sistem sirkulasi darah atau disebut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. antara zat-zat gizi yang masuk dalam tubuh manusia dan penggunaannya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. antara zat-zat gizi yang masuk dalam tubuh manusia dan penggunaannya BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Status Gizi Menurut Soekirman (2000) status gizi adalah merupakan keadaan kesehatan akibat interaksi antara makanan, tubuh manusia dan lingkungan hidup manusia. Selanjutnya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) telah menetapkan bahwa tujuan pembangunan nasional mengarah kepada peningkatan kualitas sumber daya manusia. Kualitas sumber

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Status Gizi 1. Pengertian Status Gizi Status gizi atau tingkat konsumsi pangan adalah suatu bagian penting dari status kesehatan seseorang (Suhardjo, 1989). Menurut Roedjito

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Balita Balita adalah kelompok anak yang berumur dibawah 5 tahun. Umur balita 0-2 tahun merupakan tahap pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat, terutama yang penting adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) merupakan salah satu penyakit degeneratif kronis yang semakin meningkat prevalensinya (Setiawati, 2004). DM mempunyai karakteristik seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anggi Fauzi Mukti, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anggi Fauzi Mukti, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebugaran jasmani adalah kemampuan tubuh untuk melakukan suatu pekerjaan fisik yang dikerjakan sehari-hari tanpa menimbulkan kelelahan yang sangat berarti. Artinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan terkait angka kematian ibu dan anak merupakan masalah global yang sejak dulu hingga sekarang masih merupakan persoalan besar dalam dunia kesehatan. Menurut

Lebih terperinci

PENGUKURAN ANTROPOMETRI

PENGUKURAN ANTROPOMETRI PENGUKURAN ANTROPOMETRI DASAR TEORI Antropometri berasal dari kata anthropos dan metros. Anthoropos artinya tubuh dan metros artinya ukuran. Jadi antropometri adalah ukuran tubuh. Pengertian ini bersifat

Lebih terperinci

Buku 1 : RPKPS (Rencana Program dan Kegiatan Pembelajaran Semester) PENILAIAN STATUS GIZI

Buku 1 : RPKPS (Rencana Program dan Kegiatan Pembelajaran Semester) PENILAIAN STATUS GIZI UNIVERSITAS GADJAH MADA FAKULTAS KEDOKTERAN PRODI GIZI KESEHATAN Jl. Farmako Sekip Utara Yogyakarta Buku 1 : RPKPS (Rencana Program Kegiatan Pembelajaran Semester) PENILAIAN STATUS GIZI Semester III/ 3

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. Millenuim Development Goals (MDGs) adalah status gizi (SDKI, 2012). Status

BAB 1 : PENDAHULUAN. Millenuim Development Goals (MDGs) adalah status gizi (SDKI, 2012). Status BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu indikator kesehatan yang dinilai keberhasilannya dalam Millenuim Development Goals (MDGs) adalah status gizi (SDKI, 2012). Status gizi adalah ekspresi

Lebih terperinci

KONSEP DASAR PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN APA PERBEDAAN PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN

KONSEP DASAR PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN APA PERBEDAAN PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN KONSEP DASAR PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN APA PERBEDAAN PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN PERTUMBUHAN (GROWTH) BERKAITAN DG. PERUBAHAN DALAM BESAR, JUMLAH, UKURAN DAN FUNGSI TINGKAT SEL, ORGAN MAUPUN INDIVIDU

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Selama usia sekolah, pertumbuhan tetap terjadi walau tidak secepat

BAB I PENDAHULUAN. Selama usia sekolah, pertumbuhan tetap terjadi walau tidak secepat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak usia sekolah dasar adalah anak yang berusia 6-12 tahun. Selama usia sekolah, pertumbuhan tetap terjadi walau tidak secepat pertumbuhan yang terjadi sebelumnya pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyebabkan anak balita ini rawan gizi dan rawan kesehatan antara lain : sehingga perhatian ibu sudah berkurang.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyebabkan anak balita ini rawan gizi dan rawan kesehatan antara lain : sehingga perhatian ibu sudah berkurang. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Anak Balita Anak Balita merupakan kelompok umur yang rawan gizi dan rawan penyakit. Kelompok ini yang merupakan kelompok umur yang paling menderita akibat gizi (KKP), dan jumlahnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Pertumbuhan dan perkembangan merupakan proses yang terjadi pada makhluk hidup. Pertumbuhan berarti bertambah besar dalam ukuran fisik, akibat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Status Nutrisi 2.1.1 Definisi Status Nutrisi Status nutrisi merupakan hasil interaksi antara makanan yang dikonsumsi dan energi yang dikeluarkan oleh tubuh. Menurut Supariasa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam lima tahun pertama kehidupannya (Hadi, 2005).

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam lima tahun pertama kehidupannya (Hadi, 2005). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kematian pada bayi terutama terjadi pada masa neonatus (umur 0-28 hari), dimana 78,5% dari kematian neonatal tersebut terjadi pada umur 0-6 hari (Riskesdas, 2007),

Lebih terperinci

GIZI KESEHATAN MASYARAKAT. Dr. TRI NISWATI UTAMI, M.Kes

GIZI KESEHATAN MASYARAKAT. Dr. TRI NISWATI UTAMI, M.Kes GIZI KESEHATAN MASYARAKAT Dr. TRI NISWATI UTAMI, M.Kes Introduction Gizi sec. Umum zat yang dibutuhkan oleh tubuh untuk pertumbuhan, perkembangan, pemeliharaan dan memperbaiki jaringan tubuh. Gizi (nutrisi)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Data mining adalah salah satu teknik dan proses untuk menemukan suatu pola dan pengetahuan dari data yang berjumlah besar (Han dkk., 2011). Proses yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut World Health Organization (WHO), obesitas adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut World Health Organization (WHO), obesitas adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut World Health Organization (WHO), obesitas adalah akumulasi lemak secara berlebihan atau abnormal dalam tubuh yang dapat mengganggu kesehatan. Distribusi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan terlihat baik tetapi juga dari segi kesehatan. Terutama anak muda lebih

BAB I PENDAHULUAN. akan terlihat baik tetapi juga dari segi kesehatan. Terutama anak muda lebih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Mempunyai berat badan yang ideal atau normal adalah keinginan setiap orang agar terlihat proposional. Bukan dari segi penampilan fisik saja yang akan terlihat

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Obesitas 2.1.1. Definisi Obesitas adalah penumpukan jaringan lemak yang berlebihan ataupun abnormal yang dapat mengganggu kesehatan (WHO,2011). Batas yang tidak wajar untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia (SDKI) tahun 2012 AKI di Indoensia mencapai 359 per jumlah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia (SDKI) tahun 2012 AKI di Indoensia mencapai 359 per jumlah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angka kematian ibu (AKI) menjadi salah satu indikator dalam derajat kesehatan masyarakat. AKI menggambarkan jumlah wanita yang meninggal dari suatu penyebab kematian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengukuran antropometri terdiri dari body mass index

BAB I PENDAHULUAN. Pengukuran antropometri terdiri dari body mass index BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengukuran antropometri terdiri dari body mass index (BMI), pengukuran lingkar pinggang, rasio lingkar panggul pinggang, skinfold measurement, waist stature rasio,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Status Gizi 2.1.1. Pengertian Status Gizi Istilah gizi dapat diartikan sebagai proses dari organisme dalam menggunakan bahan makanan melalui proses pencernaan, penyerapan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 5 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Pendukung Keputusan Menurut Turban, sistem pendukung keputusan (Decision Support System) merupakan suatu pendekatan untuk mendukung pengambilan keputusan. Sistem pendukung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan

BAB I PENDAHULUAN. metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diabetes mellitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin

Lebih terperinci

METODE Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 17 METODE Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan dengan menggunakan desain Cross Sectional Study. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November-Desember 2011 di lingkungan Kampus (IPB)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Obesitas merupakan suatu kondisi dimana terjadi penumpukan lemak

BAB I PENDAHULUAN. Obesitas merupakan suatu kondisi dimana terjadi penumpukan lemak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Obesitas merupakan suatu kondisi dimana terjadi penumpukan lemak didalam tubuh yang lebih dari normal sehingga dapat menimbulkan berbagai penyakit yang dapat mengurangi

Lebih terperinci

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN BERBASIS SMS UNTUK MENENTUKAN STATUS GIZI DENGAN METODE K-NEAREST NEIGHBOR

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN BERBASIS SMS UNTUK MENENTUKAN STATUS GIZI DENGAN METODE K-NEAREST NEIGHBOR SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN BERBASIS SMS UNTUK MENENTUKAN STATUS GIZI DENGAN METODE K-NEAREST NEIGHBOR Ninki Hermaduanti, Sri Kusumadewi Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Industri Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau tekanan darah tinggi (Dalimartha, 2008). makanan siap saji dan mempunyai kebiasaan makan berlebihan kurang olahraga

BAB I PENDAHULUAN. atau tekanan darah tinggi (Dalimartha, 2008). makanan siap saji dan mempunyai kebiasaan makan berlebihan kurang olahraga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kondisi alam dan masyarakat saat ini yang sangat kompleks membuat banyak bermunculan berbagai masalah-masalah kesehatan yang cukup dominan khususnya di negara negara

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Atau Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan Jenis penelitian ini adalah explanatory research, yaitu penelitian yang menjelaskan hubungan antara variabel-variabel

Lebih terperinci

KEBUTUHAN & KECUKUPAN GIZI. Rizqie Auliana, M.Kes

KEBUTUHAN & KECUKUPAN GIZI. Rizqie Auliana, M.Kes KEBUTUHAN & KECUKUPAN GIZI Rizqie Auliana, M.Kes rizqie_auliana@uny.ac.id Pengantar Gemukkah saya? Kuruskah saya? Sudah cukupkah saya makan? Sehatkah saya?.. Berapa kebutuhan gizi kita? Kebutuhan gizi

Lebih terperinci

Pengukuran Status Gizi dengan Antropometri Gizi

Pengukuran Status Gizi dengan Antropometri Gizi Pengukuran Status Gizi dengan Antropometri Gizi Susilowati, S.KM. Dosen Kopertis Wilayah IV Dpk di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal Ahmad Yani Cimahi 2008 Pendahuluan Penggunaan antropometri sebagai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh keadaan gizi (Kemenkes, 2014). Indonesia merupakan akibat penyakit tidak menular.

BAB 1 PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh keadaan gizi (Kemenkes, 2014). Indonesia merupakan akibat penyakit tidak menular. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu ciri bangsa maju adalah bangsa yang memiliki tingkat kesehatan, kecerdasan, dan produktivitas kerja yang tinggi. Ketiga hal ini dipengaruhi oleh keadaan gizi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. OBESITAS. 2.1.1. Pengertian Obesitas. Obesitas adalah kelebihan lemak dalam tubuh, yang umumnya ditimbun dalam jaringan subkutan (bawah kulit), sekitar organ tubuh dan kadang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu keadaan dengan akumulasi lemak yang tidak normal atau. meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular dan serebrovaskular

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu keadaan dengan akumulasi lemak yang tidak normal atau. meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular dan serebrovaskular BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Obesitas merupakan suatu kelainan kompleks pengaturan nafsu makan dan metabolisme energi yang dikendalikan oleh beberapa faktor biologik spesifik. (1) Obesitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Overweight dan obesitas merupakan masalah kesehatan masyarakat yang perlu mendapatkan perhatian yang serius karena merupakan peringkat kelima penyebab kematian

Lebih terperinci

Kartu Menuju Sehat (KMS)

Kartu Menuju Sehat (KMS) Kartu Menuju Sehat (KMS) Fungsi: Sebagai media untuk mencatat dan memantau riwayat kesehatan balita secara lengkap, meliputi : pertumbuhan, perkembangan, pelaksanaan imunisasi, penanggulangan diare, pemberian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kurangnya asupan zat gizi yang akan menyebabkan gizi buruk, kurang energi

BAB I PENDAHULUAN. kurangnya asupan zat gizi yang akan menyebabkan gizi buruk, kurang energi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah gizi yang sering terjadi pada remaja putri adalah kurangnya asupan zat gizi yang akan menyebabkan gizi buruk, kurang energi kronis, kurang energi protein dan

Lebih terperinci