PERUBAHAN KURIKULUM DAN KINERJA GURU MIPA DI SMA NEGERI SE-KOTA MATARAM

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERUBAHAN KURIKULUM DAN KINERJA GURU MIPA DI SMA NEGERI SE-KOTA MATARAM"

Transkripsi

1 1 PERUBAHAN KURIKULUM DAN KINERJA GURU MIPA DI SMA NEGERI SE-KOTA MATARAM Lale S. Yasmin, Burhanuddin, Agus A. Purwoko *) Abstract. This research aimed to find out the impact of school curriculum change toward the performance of mathematics and science teachers at senior high schools in Mataram city, West Nusa Tenggara. The sample was selected by using purposive sampling technique, taking only teachers who have at least six years teaching experience. The data were collected using questionnaires which were developed from matrix instrument describing indicators and descriptors. Percentage per indicator was then calculated from respondens answers (scores), and was further converted to a certain performance category. The results showed that there was significant impact of curriculum change on teachers performance. The percentage of teachers performance change covered (1) teacher s readiness (Pfh = 72.29%), (2) teaching planning (Pfh = %), (3) syllaby development (Pfh = %), (4) implementation of teaching and learning process (Pfh = 56.34%), and (5) evaluation and assessment process (pfh = %). Keywords: Curriculum change, Mathematics and Science teachers performance Perkembangan kurikulum bukan merupakan hal baru bagi dunia pendidikan di Indonesia. Sejak masa kemerdekaan tahun 1945 sampai dengan sekarang telah tercatat lebih dari delapan kali terjadi perubahan kurikulum; dimulai dengan Kurikulum Rencana Pelajaran 1947 yang terus disempurnakan sampai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) sekarang ini (Tiar, 2007). Perubahan atau penyempurnaan kurikulum merupakan suatu keniscayaan seiring dengan perubahan zaman dengan segala implikasinya. Dalam kurun waktu dua dasawarsa terakhir juga telah terjadi perubahan kurikulum. Kurikulum 1984, misalnya, diganti atau disempurnakan menjadi Kurikulum Pergantian kurikulum ini dilaksanakan sebagai bentuk implementasi dari Undang-undang No.2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Namun seperti diketahui bahwa setelah berjalan beberapa tahun, Kurikulum 1994 dinilai memiliki beberapa kelemahan yang terkait dengan kecenderungan pada pendekatan penguasaan materi (content oriented) dengan dampak seperti (1) beban belajar siswa terlalu berat karena banyaknya ragam mata pelajaran dan kepadatan materi pada setiap mata pelajaran; (2) materi pelajaran dianggap terlalu sukar karena kurang relevan dengan tingkat perkembangan berpikir siswa, dan (3) kurang bermakna karena kurang terkait dengan aplikasi kehidupan sehari-hari. Kelemahan-kelemahan inilah yang melatarbelakangi usaha untuk menyempurnakan Kurikulum 1994 yang diwujudkan dalam bentuk Suplemen Kurikulum 1999 (Soekisno, 2007). Seperti dimaklumi bahwa Kurikulum 1994 dan Suplemen Kurikulum 1999 mengalami penyempurnaan kembali, yang antara lain dimaksudkan sebagai respon dari perubahan sistem pemerintahan, yakni dari model pemerintahan sentralistik menjadi pemerintahan desentralistik. Perubahan model pemerintahan ini merupakan konsekuensi logis dari pelaksanaan kebijakan tentang otonomi daerah. Kurikulum baru tersebut kemudian dikenal sebagai KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi) yang menitikberatkan pada pengembangan kemampuan untuk melakukan tugas-tugas tertentu sesuai dengan standar kinerja yang telah ditetapkan (kompetensi). Pengembangan KBK juga merupakan bentuk implementasi dari Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas). Dalam pasal 36 ayat 2 disebutkan bahwa kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan dengan prinsip diversifikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah, dan peserta didik. Namun, dalam kenyataannya KBK belum pernah secara resmi diluncurkan sebagai kurikulum sekolah pengganti Kurikulum 1994 dan Suplemen Kurikulum Pemerintah pusat bersama-sama pemerintah daerah selama kurun *) Lale S. Yasmin, Burhanuddin, Agus A. Purwoko adalah dosen Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Univ. Mataram 37

2 38 waktu hanya melaksanakan uji coba KBK ke sebagian sekolah yang dimaksudkan sebagai sekolah rintisan pelaksanaan KBK. UU Sisdiknas kemudian dijabarkan lebih lanjut ke dalam sejumlah peraturan, antara lain Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Merujuk pada PP No.19/2005 maka perlu disusun dan dilaksanakan delapan Standar Nasional Pendidikan, yaitu (1) Standar Isi, (2) Standar Proses, (3) Standar Kompetensi Lulusan, (4) Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan, (5) Standar Sarana dan Prasarana, (6) Standar Pengelolaan, (7) Standar Pembiayaan, dan (8) Standar Penilaian Pendidikan, yang terwujud dalam bentuk Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Esensi isi dan arah pengembangan pembelajaran dalam KTSP masih tetap bercirikan tercapainya paket-paket kompetensi yaitu (1) menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual maupun klasikal; (2) berorientasi pada hasil belajar (learning outcomes) dan keberagaman; (3) penyampaian pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang bervariasi; (4) sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya yang memenuhi unsur edukatif; dan (5) penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan atau pencapaian kompetensi (Soekisno, 2007). Guru sebagai pelaksana proses pembelajaran di kelas dihadapkan secara langsung dengan adanya perubahan-perubahan di atas. Perubahan kurikulum dari Kurikulum 1994 ke KBK dan akhirnya ke KTSP sangat dimungkinkan mempengaruhi kinerja guru, yakni pengaruh yang dimulai dari tahap perencanaan kegiatan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, evaluasi pembelajaran sampai pada tahap pengembangan bahan ajar. Perbedaan yang khas dalam ketiga kurikulum terakhir adalah pada pendekatan pengembangan kurikulum. Jika pada Kurikulum 1994 pengembangan bersifat sentralistik maka pengembangan KBK lebih bersifat desentralistik, akan tetapi aturan dan bagian-bagian Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) pada silabus telah diatur secara lengkap dan guru cukup mencontoh pembuatan RPP dari contoh silabus tersebut. Pada KTSP selain bersifat desentralistik maka pengembangan silabus dan RPP disusun oleh guru atau kelompok guru sebidang yang didasarkan pada standar kompetensi dan kompetensi dasar. Pengembangan tersebut disesuaikan dengan potensi yang dimiliki dan kompetensi yang diinginkan sehingga masing-masing sekolah dimungkinkan memiliki silabus dan RPP yang berbeda. Terkait dengan perubahan kurikulum dengan segala implikasinya maka timbul pertanyaan penting tentang seberapa jauh pengaruh perubahan kurikulum terhadap kinerja guru MIPA dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi proses pembelajaran di kelas. Artikel ini menjelaskan hasil penelitian tentang perubahan sikap/kinerja guru MIPA SMA Negeri se-kota Mataram dalam menghadapi perubahan kurikulum, dengan menitikberatkan pada tugas guru dalam merencanakan, mengimplementasikan dan mengadakan evaluasi kegiatan pembelajaran. METODE PENELITIAN Populasi penelitian adalah seluruh guru MIPA di SMA Negeri se-kota Mataram yang berjumlah 100 orang dengan tehnik pengambilan sampel purposive sampling. Sampel adalah guru MIPA yang memiliki pengalaman mengajar di atas 6 tahun dengan pertimbangan bahwa mereka telah memiliki pengetahuan dan pengalaman yang berhubungan dengan pergantian kurikulum dari Kurikulum 1994 sampai dengan Kurikulum 2004 (KBK) dan Kurikulum 2006 (KTSP). Keseluruhan sampel berjumlah 64 orang yang terdiri atas guru kimia (13 orang), guru biologi (22 orang), guru fisika (13 orang), dan guru Matematika (16 orang). Data dikumpulkan dengan menggunakan angket yang dikembangkan dari kisi-kisi instrumen yang terdiri atas komponen penguasaan kurikulum dan penerapannya dalam pembelajaran. Validitas angket didasarkan atas kesesuaian butir-butir angket dengan kisi-kisi instrumen (validitas isi). Pemberian skor pada angket dilakukan berdasarkan skala Likert, dimana tiaptiap item diatur secara bertingkat dengan pilihan empat jawaban: selalu, sering, pernah, dan tidak pernah (Sugiono, 1999). Skala ini dikonversi ke dalam nilai (skor) berupa angka berturut-turut adalah 4 (selalu), 3 (sering), 2 (pernah), 1 (tidak pernah). Analisis data dilakukan secara kuantitatif untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang pengaruh perubahan kurikulum terhadap kinerja

3 39 guru MIPA dalam proses pembelajaran dan proses evaluasi dalam pelaksanaan pembelajaran. Analisis dilakukan dengan menghitung persentase dengan menggunakan rumus: skor Pfh x100%. MxNxB. Maks (Tauhid dalam Zaidun, 2003) Keterangan: Pfh = persentase perubahan kinerja guru N = jumlah responden (keseluruhan sampel) B. Maks = skor maksimal nilai ideal item angket Σ skor = jumlah skor Σ M = jumlah butir soal/deskriptor Hasil hitungan dari data nilai angket kemudian dikelompokkan berdasarkan deskriptor kemudian dihitung persentasenya berdasarkan rumus Pfh di atas, dan dikonversikan ke dalam kategori tertentu dengan menggunakan pedoman konversi seperti pada Tabel 1 berikut. Tabel 1. Pedoman Konversi Kinerja Guru No Persentase Perubahan Kinerja Guru Sumber : Tauhid dalam Zaidun (2003) HASIL DAN PEMBAHASAN Tingkat Perubahan Kinerja Sangat Berubah Kurang Sangat tidak Hasil analisis data perubahan kinerja guru MIPA di SMA Negeri Se-Kota Mataram yang terkait dengan adanya perubahan kurikulum, khususnya dari kurikulum 1994 ke KBK sampai dengan KTSP, dapat dilihat pada Tabel 2. Seperti terlihat pada Tabel 2 maka harga pfh rata-rata per indikator tertinggi adalah kesiapan guru dalam menyikapi perubahan kurikulum, sedangkan indikator lainnya memiliki persentase rata-rata lebih rendah. Dalam setiap pergantian kurikulum isu pertama yang menjadi masalah adalah sosialisasi, yakni bagaimana kurikulum baru tersebut dapat dipahami dan diterima oleh guru sehingga mereka dapat menerapkannya sesuai dengan harapan dan tujuan kurikulum tersebut (Mulyasa, 2004). Isu ini terkait dengan kesiapan para guru yang berfungsi sebagai subjek dalam menerima, memahami serta melaksanakan kurikulum. Idealnya mereka perlu secara aktif mencari dan memahami bagaimana esensi dari kurikulum, misalnya dengan mengikuti kegiatan ilmiah seperti seminar dan pelatihan. Kegiatan-kegiatan ilmiah seperti itu merupakan cara yang banyak digunakan terkait dalam pelaksanaan sosialisasi. Dari hasil kegiatan-kegiatan tersebut para guru seharusnya dapat menindaklanjuti dengan action plan atau implementasi dari apa yang telah didapatkannya. Selain itu, faktor kebijakan dari pihak manajemen sekolah juga menjadi bagian penting dalam hal sosialisasi dalam pelaksanaan kurikulum baru. Terkait dengan keterlibatan manajemen sekolah, pihak yang cukup berperan adalah keterlibatan kepala sekolah sebagai mediator antara pihak Dinas Pendidikan dan para guru yang ada di sekolahnya masing-masing. Jadi jelaslah bahwa keterlibatan semua stakeholder seperti diungkapkan oleh Yamin (2006) menjadi faktor penentu untuk keberhasilan pelaksanaan kurikulum; artinya bahwa agen kurikulum tidak hanya ada di tingkat sekolah, dinas pendidikan dan Depdiknas saja, namun harus tersebar luas pada semua lembaga seperti LPTK, komite sekolah/dewan pendidikan, organisasi profesi, dan lembaga lainnya. Hasil analisis data menunjukkan bahwa pada dasarnya tahap sosialisasi telah dilaksanakan dengan baik, dengan nilai pfh=79,29% (masuk dalam kategori ). Artinya, proses dan tahap sosialisasi kurikulum yang dilakukan oleh Dinas Pendidikan Kota Mataram terhadap guru-guru SMA Negeri se-kota Mataram sudah terlaksana dengan baik. Terkait dengan sosialisasi Jamal (2008) melaporkan bahwa para guru mendapatkan pengetahuan tentang kurikulum baru baik melalui kegiatan formal (pelatihan) maupun dengan cara lain (informal) dengan tingkat pemahaman yang tidak berbeda signifikan pada kedua cara tersebut. Sementara itu hasil survei terkait dengan sikap guru terhadap perubahan kurikulum adalah cukup baik (Pfh=65,54 %). Artinya, responden telah menunjukkan perubahan sikap (positif) terkait dengan pemberlakuan kurikulum baru. Perubahan sikap ini diindikasikan dari jawaban angket yang menggambarkan bahwa responden/ guru peduli terhadap perubahan dengan melakukan beberapa adaptasi. Penyesuaian diri yang dilakukan oleh responden adalah dalam hal seperti

4 40 Tabel 2: Persentase Perubahan Kinerja Guru MIPA No Indikator Deskriptor No. Soal pfh (%) Kesiapan Guru Perencanaan pembelajaran pengembangan silabus (oleh tim guru atau MGMP) Penerapan silabus dalam proses pembelajaran di kelas Proses Evaluasi A. Pertukaran informasi B. Sikap guru dengan adanya pemberlakuan kebijakan yang baru C. Identifikasi kebutuhan pembelajaran D. Perumusan silabus E. Penyusunan silabus F. Penyusunan alat-alat evaluasi G. Pemilihan materi H. Penetapan Jam Semester I. Penetapan SKBM J. Proses pembuatan Rencana Pembelajaran. K. Proses Pembelajaran di kelas L. Proses pembuatan alat evaluasi M. Proses pelaksanaan evaluasi N. Proses pemberian nilai 1-3 4,5 6, ,18 19,20,21, 23 24, ,28 79,05 65,54 72,30 41,22 54,50 39,19 62,16 51,35 39,19 50,68 61,99 49,32 43,24 59,12 pfh rata-rata perindikator 72,29 51,80 50,90 56,34 50,56 Tingkat Perubahan Berubah usaha untuk memahami standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, standar ketuntasan belajar minimal (SKBM) yang selanjutnya lagi menjadi kriteria ketuntasan minimal (KKM), dan lain-lain serta adanya perubahan format dalam pembuatan RPP. Pada aspek kinerja guru dalam perencanaan pembelajaran nilai Pfh rata-rata adalah 51,80%. Jawaban dari angket yang dominan terpilih adalah opsi pernah yang artinya responden merasa sedikit terganggu dengan pemberlakuan kurikulum baru. Resistansi ringan seperti ini wajar terjadi pada setiap kali terjadi perubahan dari sesuatu yang telah ada (dianggap mapan). Hasil ini juga mengindikasikan bahwa diperlukan waktu bagi para responden untuk melakukan adaptasi terhadap perubahan-perubahan yang terjadi; misalnya, keharusan bagi guru untuk membuat perangkat evaluasi yang sesuai dengan kurikulum baru, cara pembuatan RP/RPP, proses pelaksanaan pembelajaran sampai dengan proses penilaian. Hasil analisis ini senada dengan yang dilaporkan oleh Jamal (2008) bahwa terjadi penurunan kinerja para guru dari pemahaman kurikulum keimplementasinya di kelas; keadaan ini disebabkan antara lain oleh intensitas pelatihan yang kurang, jumlah siswa per kelas yang besar, dan minimnya fasilitas pendukung. Pengembangan silabus bukan merupakan hal baru bagi para guru, karena pada Kurikulum 1994 pun mereka telah diharuskan untuk membuat Satuan Pelajaran (SP), Rencana Pelajaran (RP) dan Analisis Materi Pelajaran (AMP), namun perangkat tersebut dibuat dengan format yang baku atau sama, dan ditentukan secara terpusat tanpa mempertimbangkan kemampuan daerah. Ciri khas dari kebebasan daerah hanya diberikan pada pengembangan muatan lokal saja. Struktur pada KBK dan KTSP agak berbeda karena memiliki format yang lebih fleksibel. Dalam format seperti itu guru dituntut untuk mampu mengembangkan silabus sesuai dengan kebutuhan dan sumberdaya yang dimiliki oleh sekolah maupun daerah (Tiar, 2007). Pengembangan silabus yang dimaksud dalam instrumen penelitian terbagi dalam tiga bagian; yaitu pemilihan materi, penetapan jam semester, dan penetapan SKBM/KKM. Hasil analisis pada aspek pengembangan silabus menunjukkan nilai Pfh rata-rata 50,90%, dengan rincian pemilihan materi 62,16%, penetapan jam semester 51,35%, dan penetapan SKBM 39,19%. Hasil ini menunjukkan bahwa secara umum kinerja responden/guru masuk dalam kategori cukup. Perubahan ini diartikan sebagai reaksi responden/guru cukup positif terhadap

5 41 kebebasan bagi guru dan sekolah dalam mengembangkan silabus dan menetapkan indikator pembelajaran sendiri. Hasil analisis pada aspek perubahan kinerja guru yang berhubungan dengan proses pembelajaran (implementasi kurikulum) adalah 56,34%. Artinya, proses pengembangan silabus diikuti/diteruskan secara baik dengan pelaksanaan pembelajaran. Keadaan ini bertolak belakang dengan temuan yang dilaporkan oleh Jamal (2008) bahwa tingkat implementasi kurikulum kurang baik. Jika dianalisis lebih lanjut maka didapatkan bahwa adanya ketentuan untuk melakukan pengukuran ketuntasan belajar siswa memberikan kontribusi positif terhadap kinerja guru, misalnya dalam penyusunan/pengembangan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Kelengkapan sarana dan prasarana sebagai penunjang proses pembelajaran dirasakan sedikit menggangu kinerja guru dalam menciptakan proses pembelajaran siswa aktif. Situasi ini terkait dengan ketersediaan waktu dan kelengkapan alat/bahan sebagai media pembelajaran. Alokasi waktu tidak mencukupi jika dilaksanakan proses pembelajaran dengan menggunakan metode demonstrasi atau praktikum karena keterbatasan peralatan. Lebih-lebih data yang didapat dari lapangan menunjukkan bahwa sebagian besar SMA Negeri di Mataram tidak memiliki laboran khusus yang dapat membantu untuk mempersiapkan praktikum. Selain itu pendapat responden juga mengindikasikan bahwa adanya Ujian Nasional (UN) kurang men-dukung pengembangan proses pembelajaran yang baik. Kebijakan UN ini memaksa para guru untuk mengefektifkan waktu dalam menyelesaikan materi yang disampaikan dan mengulangnya dari awal melalui latihan soal, terutama pada kelas XII, bukannya memfokuskan perhatian untuk mengembangkan proses pembelajaran yang bermutu seperti tuntutan kurikulum. Evaluasi merupakan salah satu tahapan akhir dalam suatu proses pembelajaran. Proses ini merupakan patokan dan gambaran dari apa yang telah dikerjakan baik oleh guru maupun siswa. Hasil angket untuk mengukur kinerja guru yang berhubungan dengan proses pembuatan alat evaluasi menunjukkan Pfh= 50,56%. Pengembangan alat evaluasi yang mengharuskan adanya penilaian dengan memperhatikan beberapa aspek sekaligus (seperti aspek kognitif, afektif dan psikomotorik) cukup membuat kinerja para guru. Namun, hasil analisis juga menunjukkan bahwa sebagian responden masih melakukan pola lama yaitu mengambil contoh alat evaluasi dari contoh silabus yang telah ada. Situasi ini dapat dimaklumi karena penilaian yang mengharuskan guru untuk menilai ketiga aspek ini masih baru, yang diberlakukan sebagai produk dari KBK dan KTSP. Menurut responden, aspek afektif dan psikomotorik yang penilaiannya membutuhkan pengamatan merupakan hal yang agak sulit untuk dilakukan. Hal ini cukup beralasan karena selain faktor penilaian yang bersifat subjektif, jumlah siswa dalam kelas (kelas gemuk) dan terbatasnya waktu yang tersedia untuk melaku-kan evaluasi secara maksimal juga dirasakan sebagai faktor penghambat bagi guru. Lebih jauh responden juga mengindikasikan adanya kesulitan untuk melakukan pengamatan pada tugas siswa. Kesulitan ini mudah dipahami karena diperlukan keahlian guru untuk membahasakan aspek penilaian yang bersifat teramati menjadi sesuatu yang dapat dinilai/ternilai (Farid, 2006). Faktor lain yang dirasakan memberatkan guru, terkait dengan proses evaluasi, adalah penggunaan portofolio; yaitu tugas yang berhubungan dengan hasil tulisan siswa baik berupa Lembar Kerja Siswa (LKS), laporan kegiatan/ praktikum ataupun karya tulis yang lain. Alasan yang dikemukakan responden menunjukkan bahwa penilaian dengan cara portofolio membutuhkan waktu yang lama, baik dalam mempersiapkan ataupun dalam pemeriksaan akhir. Semestinya penilaian model portofolio dapat membantu guru untuk melihat keaktifan siswa, paling tidak membantu penilaian untuk aspek pskimotorik dan kognitif siswa. Adanya ketentuan penetapan Standar Ketuntasan Belajar Minimal (SKBM) dalam menentukan ketercapaian kompetensi dasar, yang kemudian dipakai sebagai dasar untuk menentukan perlu tidaknya tindakan remedi cukup berpengaruh positif terhadap kinerja guru. Artinya, dengan adanya keharusan guru untuk membuat SKBM, maka akan mempermudah guru untuk menentukan tindakan remedi pada siswa pada setiap kompetensi dasar yang belum tercapai. SIMPULAN DAN SARAN Hasil analisis data yang terkumpul menunjukkan bahwa perubahan kurikulum yang terjadi pada kurun waktu kurang lebih sepuluh tahun terakhir telah direspon cukup baik oleh

6 42 para guru MIPA di SMA Negeri se-kota Mataram. Respon yang dimaksud adalah terjadinya perubahan sikap yang meliputi aspek perencanaan pembelajaran, pengembangan silabus, pelaksanaan pembelajaran, dan proses evaluasi. Meskipun usaha sosialisasi oleh pemerintah dan sekolah terhadap adanya kebijakan baru yang diluncurkan dapat dilakukan dengan baik, namun dampak perubahan kurikulum tergolong masih belum memenuhi harapan seperti seharusnya. Beberapa kendala yang mengakibatkannya antara lain adalah minimnya sarana dan prasarana sekolah, aspek penilaian yang belum sinkron dengan kemampuan dan beban guru, serta kebijakan standarisasi mutu pendidikan yang berbentuk Ujian Nasional seperti sekarang ini. Untuk mengeliminasi beberapa kendala yang terungkap pada penelitian ini maka disarankan bahwa sebelum kurikulum diterapkan, selain faktor sosialisasi, terdapat faktor lain yang seharusnya terlebih dahulu dilakukan; yakni pengembangan sumber daya guru, khususnya dalam hal berbagai ketrampilan yang terkait, dan penyiapan sarana penunjang pelaksanaan pembelajaran. Pendidikan Nasional. Undang-Undang RI No. 23/2004 tentang Otonomi Daerah Yamin, M., KBK: Antara Harapan dan Kenyataan, Wajah Pendidikan Indonesia, diakses: 30 April Zaidun, F., "Sikap Profesional Guru Kimia Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Kimia di SMU Se-Kota Mataram Tahun Ajaran 2002/2003" Skripsi UNRAM, Mataram. DAFTAR RUJUKAN Farid, H.N, Penilaian Sistem KBK Merepotkan Guru, Jamal, H Kinerja Guru Dalam Mengadopsi Inovasi Kurikulum:Kasus KBK pada SMA Negeri di Provinsi Jambi, 8, diakses: 30 April Mulyasa, E, Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), Konsep, Karakteristik dan Implementasi. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya. Peraturan Pemerintah No.19/2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Soekisno. Bambang R, Bagaimanakah Perjalanan Kurikulum Nasional (Pada Pendidikan Dasar dan Menengah), diakses: 10 Maret 2008 Sugiyono, Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta. Tiar, Perkembangan Kurikulum di Indonesia, http//www. Si-jeddah.com, diakses: 3 Maret Undang - Undang No.20 / 2003 tentang Sistem

Kurikulum 1975 disusun sebagai pengganti kurikulum 1968, dimana perubahan yang dilakukan menggunakan pendekatan berikut.

Kurikulum 1975 disusun sebagai pengganti kurikulum 1968, dimana perubahan yang dilakukan menggunakan pendekatan berikut. a. Kurikulum 1968 dan sebelumnya Kurikulum pertama diberi nama Rentjana Pelajaran 1947. Pada saat itu, kurikulum pendidikan Indonesia dipengaruhi sistem pendidikan Belanda dan Jepang. Rentjana Pelajaran

Lebih terperinci

Analisis keterlaksanaan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) pada materi ajar IPA SMP Kelas VIII SMP Negeri 3 Madiun

Analisis keterlaksanaan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) pada materi ajar IPA SMP Kelas VIII SMP Negeri 3 Madiun SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN FISIKA III 2017 "Etnosains dan Peranannya Dalam Menguatkan Karakter Bangsa" Program Studi Pendidikan Fisika, FKIP, UNIVERISTAS PGRI Madiun Madiun, 15 Juli 2017 68 Makalah Pendamping

Lebih terperinci

DESKRIPSI KONDISI KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU YANG BERSERTIFIKAT PENDIDIK

DESKRIPSI KONDISI KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU YANG BERSERTIFIKAT PENDIDIK DESKRIPSI KONDISI KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU YANG BERSERTIFIKAT PENDIDIK Hafidah Ainur Rahmi, Achmad Fatchan, Budijanto S1 Pendidikan Geografi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Malang Jl. Semarang

Lebih terperinci

TINGKAT PEMAHAMAN GURU KIMIA SMA NEGERI KOTA MATARAM TERHADAP KBK/KTSP DAN PENERAPANNYA

TINGKAT PEMAHAMAN GURU KIMIA SMA NEGERI KOTA MATARAM TERHADAP KBK/KTSP DAN PENERAPANNYA 18 J. Pijar MIPA Vol. III No. 1, Maret 2008 : 17-22. TINGKAT PEMAHAMAN GURU KIMIA SMA NEGERI KOTA MATARAM TERHADAP KBK/KTSP DAN PENERAPANNYA Burhanuddin Prodi. Pendidikan Kimia FKIP Universitas Mataram

Lebih terperinci

BIOEDUKASI Jurnal Pendidikan Biologi e ISSN Universitas Muhammadiyah Metro p ISSN

BIOEDUKASI Jurnal Pendidikan Biologi e ISSN Universitas Muhammadiyah Metro p ISSN BIOEDUKASI Jurnal Pendidikan Biologi e ISSN 2442-9805 Universitas Muhammadiyah Metro p ISSN 2086-4701 UPAYA PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES DAN PEMAHAMAN KONSEP BIOLOGI MELALUI PEMANFAATAN SUMBER BELAJAR

Lebih terperinci

Unnes Physics Education Journal

Unnes Physics Education Journal UPEJ 3 (3) (2014) Unnes Physics Education Journal http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/upej STUDI TENTANG KESIAPAN GURU FISIKA SMA DALAM MENERAPKAN KURIKULUM 2013 DI KOTA SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2013/2014

Lebih terperinci

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) Volume 4 Nomor 3 September 2015 E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jupekhu Halaman :391-402 PERSEPSI GURU DALAM MERANCANG RPP KURIKULUM 2013 (Deskriptif Kuantitatif

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN LEMBAR KEGIATAN SISWA (LKS) IPA MODEL DISCOVERY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SMP KELAS VII JURNAL

PENGEMBANGAN LEMBAR KEGIATAN SISWA (LKS) IPA MODEL DISCOVERY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SMP KELAS VII JURNAL PENGEMBANGAN LEMBAR KEGIATAN SISWA (LKS) IPA MODEL DISCOVERY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SMP KELAS VII JURNAL Oleh : Dewi Astuti 10315244010 Pembimbing I Dr.Paidi, M.Si

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas pendidikan di Indonesia masih tergolong rendah. Indikator paling nyata

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas pendidikan di Indonesia masih tergolong rendah. Indikator paling nyata 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kualitas pendidikan di Indonesia masih tergolong rendah. Indikator paling nyata dari rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia adalah rendahnya perolehan

Lebih terperinci

PENGARUH SERTIFIKASI TERHADAP KINERJA GURU DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS DI SMK NEGERI 4 PEKANBARU JURNAL

PENGARUH SERTIFIKASI TERHADAP KINERJA GURU DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS DI SMK NEGERI 4 PEKANBARU JURNAL PENGARUH SERTIFIKASI TERHADAP KINERJA GURU DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS DI SMK NEGERI 4 PEKANBARU JURNAL Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Ujian Sarjana Guru Memperoleh

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode penelitian ini adalah research and development atau penelitian

III. METODE PENELITIAN. Metode penelitian ini adalah research and development atau penelitian 21 III. METODE PENELITIAN A. Setting Pengembangan Metode penelitian ini adalah research and development atau penelitian pengembangan. Tujuan pengembangan ini adalah membuat produk berupa LKS berbasis penemuan

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. A. Latar Belakang

Bab I Pendahuluan. A. Latar Belakang A. Latar Belakang Bab I Pendahuluan Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni telah membawa perubahan hampir disemua bidang kehidupan manusia, termasuk bidang pendidikan. Perubahan pada bidang

Lebih terperinci

PROFIL KETUNTASAN BELAJAR DITINJAU DARI PENDEKATAN PROBLEM BASED LEARNING

PROFIL KETUNTASAN BELAJAR DITINJAU DARI PENDEKATAN PROBLEM BASED LEARNING PROFIL KETUNTASAN BELAJAR DITINJAU DARI PENDEKATAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) TERHADAP PENCAPAIAN KRITERIA KETUNTASAN MINIMAL (KKM) BIOLOGI SISWA KELAS VIIA DI SMP NEGERI 2 KARTASURA TAHUN AJARAN 2008/2009

Lebih terperinci

STUDI EKSPLORASI KESULITAN GURU IPS SMP DI KOTA YOGYAKARTA DALAM PENILAIAN PEMBELAJARAN IPS BERDASARKAN KURIKULUM 2013

STUDI EKSPLORASI KESULITAN GURU IPS SMP DI KOTA YOGYAKARTA DALAM PENILAIAN PEMBELAJARAN IPS BERDASARKAN KURIKULUM 2013 1 STUDI EKSPLORASI KESULITAN GURU IPS SMP DI KOTA YOGYAKARTA DALAM PENILAIAN PEMBELAJARAN IPS BERDASARKAN KURIKULUM 2013 EXPLORATION STUDY OF DIFFICULTIES OF THE JHSs SOCIAL STUDIES TEACHERS IN THE YOGYAKARTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang dianut pemangku kebijakan. Kurikulum memiliki. kedudukan yang sangat sentral dalam keseluruhan proses pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang dianut pemangku kebijakan. Kurikulum memiliki. kedudukan yang sangat sentral dalam keseluruhan proses pendidikan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kurikulum menjadi komponen acuan oleh setiap satuan pendidikan. Kurikulum berkembang sejalan dengan perkembangan teori dan praktek pendidikan, selain itu juga

Lebih terperinci

RANCANGAN ALAT UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS VII SMP N 1 AMBARAWA TAHUN AJARAN

RANCANGAN ALAT UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS VII SMP N 1 AMBARAWA TAHUN AJARAN APLIKASI PAKEM (Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif Menyenangkan) MODEL RANCANGAN ALAT UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS VII SMP N 1 AMBARAWA TAHUN AJARAN 2006-2007 HASIL PENELITIAN

Lebih terperinci

ARTIKEL ILMIAH OLEH: FITRIA DWITA A1C411031

ARTIKEL ILMIAH OLEH: FITRIA DWITA A1C411031 ARTIKEL ILMIAH PENGEMBANGAN LEMBAR KEGIATAN PESERTA DIDIK (LKPD) BERMUATAN PENDIDIKAN KARAKTER DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK PADA MATERI JAMUR UNTUK SISWA SMA KELAS X MIA OLEH: FITRIA DWITA A1C411031 FAKULTAS

Lebih terperinci

ANALISIS KESULITAN BELAJAR SISWA PADA MATERI TUMBUHAN KELAS X DI SMAN 1 RAMBAH HILIR TAHUN PEMBELAJARAN 2014/ 2015

ANALISIS KESULITAN BELAJAR SISWA PADA MATERI TUMBUHAN KELAS X DI SMAN 1 RAMBAH HILIR TAHUN PEMBELAJARAN 2014/ 2015 ANALISIS KESULITAN BELAJAR SISWA PADA MATERI TUMBUHAN KELAS X DI SMAN 1 RAMBAH HILIR TAHUN PEMBELAJARAN 2014/ 2015 Popi Marisa 1), Rena Lestari 2) dan Ria Karno 3) 1 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Lebih terperinci

KEMAMPUAN GURU BIOLOGI SMA DALAM PENYUSUNAN PENILAIAN AUTENTIK (AUTHENTIC ASSESMENT) SEBAGAI EVALUASI PEMBELAJARAN

KEMAMPUAN GURU BIOLOGI SMA DALAM PENYUSUNAN PENILAIAN AUTENTIK (AUTHENTIC ASSESMENT) SEBAGAI EVALUASI PEMBELAJARAN 17-146 KEMAMPUAN GURU BIOLOGI SMA DALAM PENYUSUNAN PENILAIAN AUTENTIK (AUTHENTIC ASSESMENT) SEBAGAI EVALUASI PEMBELAJARAN Biology Teacher Ability of Compilation SMA Authentic Assessment Evaluation As a

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PENUNTUN PRAKTIKUM BIOTEKNOLOGI KELAS XII IPA SMA NEGERI 1 BINAMU KAB. JENEPONTO

PENGEMBANGAN PENUNTUN PRAKTIKUM BIOTEKNOLOGI KELAS XII IPA SMA NEGERI 1 BINAMU KAB. JENEPONTO PENGEMBANGAN PENUNTUN PRAKTIKUM BIOTEKNOLOGI... PENGEMBANGAN PENUNTUN PRAKTIKUM BIOTEKNOLOGI KELAS XII IPA SMA NEGERI 1 BINAMU KAB. JENEPONTO Muhammad Al Muhajir Dosen Universitas Pejuang Republik Indonesia

Lebih terperinci

PERSEPSI GURU BIOLOGI MENGHADAPI KURIKULUM 2013 PADA TINGKAT SATUAN SEKOLAH MENENGAH NEGERI DI KOTA PEKANBARU

PERSEPSI GURU BIOLOGI MENGHADAPI KURIKULUM 2013 PADA TINGKAT SATUAN SEKOLAH MENENGAH NEGERI DI KOTA PEKANBARU PERSEPSI GURU BIOLOGI MENGHADAPI KURIKULUM 2013 PADA TINGKAT SATUAN SEKOLAH MENENGAH NEGERI DI KOTA PEKANBARU Suwondo, Mariani Natalina L. dan Vivi Triska Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan PMIPA

Lebih terperinci

Artikel Ilmiah PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN PSIKOMOTOR BERORIENTASI PADA VOCATIONAL SKILL PRAKTIKUM BIOLOGI SMA

Artikel Ilmiah PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN PSIKOMOTOR BERORIENTASI PADA VOCATIONAL SKILL PRAKTIKUM BIOLOGI SMA Artikel Ilmiah PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN PSIKOMOTOR BERORIENTASI PADA VOCATIONAL SKILL PRAKTIKUM BIOLOGI SMA OLEH KIKI PUTRI AMALIA A1C413028 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS JAMBI

Lebih terperinci

Edu Geography 4 (1) (2016) Edu Geography.

Edu Geography 4 (1) (2016) Edu Geography. Edu Geography 4 (1) (2016) Edu Geography http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/edugeo STUDI KESIAPAN GURU GEOGRAFI DALAM IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN GEOGRAFI BERBASIS KURIKULUM 2013 PADA SMA DI KOTA PONTIANAK

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE INKUIRI PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI SISWA KELAS VII SMP KARTIKA 1-7 PADANG ARTIKEL OLEH: ZUMRATUN HASANAH

PENERAPAN METODE INKUIRI PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI SISWA KELAS VII SMP KARTIKA 1-7 PADANG ARTIKEL OLEH: ZUMRATUN HASANAH PENERAPAN METODE INKUIRI PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI SISWA KELAS VII SMP KARTIKA 1-7 PADANG ARTIKEL Ditulis untuk memenuhi salah satu persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) OLEH: ZUMRATUN

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dalam bab ini dikemukakan beberapa simpulan dan rekomendasi yang

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dalam bab ini dikemukakan beberapa simpulan dan rekomendasi yang 220 BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI Dalam bab ini dikemukakan beberapa simpulan dan rekomendasi yang didasarkan pada analisis temuan-temuan penelitian Studi Tentang Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan

Lebih terperinci

PEMBINAAN KOMPETENSI PROFESIONAL GURU OLEH KEPALA SEKOLAH DI SMP NEGERI SE-KECAMATAN JATINOM KABUPATEN KLATEN

PEMBINAAN KOMPETENSI PROFESIONAL GURU OLEH KEPALA SEKOLAH DI SMP NEGERI SE-KECAMATAN JATINOM KABUPATEN KLATEN 38 Jurnal Hanata Widya, Vol. 5 No. 7 Tahun 2016 PEMBINAAN KOMPETENSI PROFESIONAL GURU OLEH KEPALA SEKOLAH DI SMP NEGERI SE-KECAMATAN JATINOM KABUPATEN KLATEN COMPETENCY PROFESSIONAL TEACHER GUIDANCE BY

Lebih terperinci

PEMAHAMAN GURU PROGRAM STUDI TEKNIK GAMBAR BANGUNAN TENTANG RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DI SMKN 1 SUMATERA BARAT

PEMAHAMAN GURU PROGRAM STUDI TEKNIK GAMBAR BANGUNAN TENTANG RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DI SMKN 1 SUMATERA BARAT PEMAHAMAN GURU PROGRAM STUDI TEKNIK GAMBAR BANGUNAN TENTANG RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DI SMKN 1 SUMATERA BARAT Eri Yadi Setiawan 1, Indrati Kusumaningrum 2, Bakhri 3 Program Studi Pendidikan Teknik

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI KEMAMPUAN MENGEMBANGKAN KURIKULUM DALAM IMPLEMENTASI KTSP DI KALANGAN GURU SMK BM DI KOTA SALATIGA

IDENTIFIKASI KEMAMPUAN MENGEMBANGKAN KURIKULUM DALAM IMPLEMENTASI KTSP DI KALANGAN GURU SMK BM DI KOTA SALATIGA ARTIKEL JURNAL SATYA WIDYA NOMOR : 2 Volume 29 IDENTIFIKASI KEMAMPUAN MENGEMBANGKAN KURIKULUM DALAM IMPLEMENTASI KTSP DI KALANGAN GURU SMK BM DI KOTA SALATIGA Sri Muryani, Entri Sulistari, Alex D Ch Mirakaho

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT KETERLAKSANAAN PENILAIAN BERBASIS KELAS PADA MATA PELAJARAN IPA FISIKA KELAS VII SMP NEGERI PEKANBARU

ANALISIS TINGKAT KETERLAKSANAAN PENILAIAN BERBASIS KELAS PADA MATA PELAJARAN IPA FISIKA KELAS VII SMP NEGERI PEKANBARU ANALISIS TINGKAT KETERLAKSANAAN PENILAIAN BERBASIS KELAS PADA MATA PELAJARAN IPA FISIKA KELAS VII SMP NEGERI PEKANBARU Darmayeni 1, Zulhelmi 2, Zuhdi Ma aruf 3 Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perencanaan Millenium Development Goals (MDGS), yang semula dicanangkan

BAB I PENDAHULUAN. perencanaan Millenium Development Goals (MDGS), yang semula dicanangkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia. Kualitas sumber daya manusia bergantung pada kualitas pendidikan. Peran pendidikan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA MATERI LINGKARAN UNTUK SISWA SMP KELAS VIII JURNAL

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA MATERI LINGKARAN UNTUK SISWA SMP KELAS VIII JURNAL PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA MATERI LINGKARAN UNTUK SISWA SMP KELAS VIII JURNAL Diajukan kepada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri

Lebih terperinci

ANALISIS RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) BIOLOGI BERKARAKTER KELAS XI DAN XII SMA NEGERI UNTUK STANDARISASI RPP DI KOTA SAWAHLUNTO

ANALISIS RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) BIOLOGI BERKARAKTER KELAS XI DAN XII SMA NEGERI UNTUK STANDARISASI RPP DI KOTA SAWAHLUNTO ANALISIS RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) BIOLOGI BERKARAKTER KELAS XI DAN XII SMA NEGERI UNTUK STANDARISASI RPP DI KOTA SAWAHLUNTO Oleh: Liza Ovtri Nanda, Renny Risdawati, Siska Nerita Program Studi

Lebih terperinci

ANALISIS RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) BIOLOGI BERKARAKTER KELAS XI SMA NEGERI UNTUK STANDARISASI RPP DI KABUPATEN SOLOK

ANALISIS RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) BIOLOGI BERKARAKTER KELAS XI SMA NEGERI UNTUK STANDARISASI RPP DI KABUPATEN SOLOK ANALISIS RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) BIOLOGI BERKARAKTER KELAS XI SMA NEGERI UNTUK STANDARISASI RPP DI KABUPATEN SOLOK Leni Gusdenti, Mulyati, Siska Nerita Program Studi Pendidikan Biologi,

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN SILABUS MATA PELAJARAN PAI DALAM KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN Oleh: Marzuki

PENGEMBANGAN SILABUS MATA PELAJARAN PAI DALAM KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN Oleh: Marzuki PENGEMBANGAN SILABUS MATA PELAJARAN PAI DALAM KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN Oleh: Marzuki A. Pendahuluan Kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) merupakan kelanjutan dari kurikulum tahun 2004

Lebih terperinci

EVALUASI IMPLEMENTASI STANDAR PENILAIAN PADA PEMBELAJARAN BATIK SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

EVALUASI IMPLEMENTASI STANDAR PENILAIAN PADA PEMBELAJARAN BATIK SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA 154 EVALUASI IMPLEMENTASI STANDAR PENILAIAN PADA PEMBELAJARAN BATIK SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA P4TK Seni dan Budaya Sleman, Universitas Negeri Yogyakarta ismi_flo@yahoo.com,

Lebih terperinci

Deskripsi Kemampuan Mahasiswa Biologi Tahun Ajaran 2009/2010 Dalam Penyusunan Rencana Pembelajaran Berdasarkan KTSP di Sekolah Menengah

Deskripsi Kemampuan Mahasiswa Biologi Tahun Ajaran 2009/2010 Dalam Penyusunan Rencana Pembelajaran Berdasarkan KTSP di Sekolah Menengah Deskripsi Kemampuan Mahasiswa Biologi Tahun Ajaran 2009/2010 Dalam Penyusunan Rencana Berdasarkan KTSP di Sekolah Menengah Reni Marlina Pendidikan Biologi, FKIP Universitas Tanjungpura Abstrak Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tujuan dapat diartikan sebagai suatu usaha untuk memberikan hasil yang

BAB I PENDAHULUAN. tujuan dapat diartikan sebagai suatu usaha untuk memberikan hasil yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu proses yang sadar tujuan. Dalam pendidikan, tujuan dapat diartikan sebagai suatu usaha untuk memberikan hasil yang diharapkan dari siswa/subjek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Efektivitas proses..., Hani Khotijah Susilowati, FISIP UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Efektivitas proses..., Hani Khotijah Susilowati, FISIP UI, Universitas Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada awal abad XXI, dunia pendidikan di Indonesia menghadapi tiga tantangan besar. Tantangan pertama, sebagai akibat dari krisis ekonomi, dunia pendidikan dituntut

Lebih terperinci

*Keperluan korespondensi, HP: ,

*Keperluan korespondensi, HP: , Jurnal Pendidikan Kimia (JPK), Vol. 4 No. 4 Tahun 2015 Program Studi Pendidikan Kimia Universitas Sebelas Maret Hal. 27-35 ISSN 2337-9995 http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/kimia PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pengembangan. Penelitian ini menggunakan metode campuran (mixed methods)

BAB III METODE PENELITIAN. pengembangan. Penelitian ini menggunakan metode campuran (mixed methods) BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian pengembangan. Penelitian ini menggunakan metode campuran (mixed methods) dengan embedded

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODEL E-BOOK INTERAKTIF TERMODIFIKASI MAJALAH PADA MATERI STRUKTUR ATOM

PENGEMBANGAN MODEL E-BOOK INTERAKTIF TERMODIFIKASI MAJALAH PADA MATERI STRUKTUR ATOM Vol. 3, No. 3, pp.00-04, September204 PENGEMBANGAN MODEL E-BOOK INTERAKTIF TERMODIFIKASI MAJALAH PADA MATERI STRUKTUR ATOM DEVELOPMENT MODEL OF INTERACTIVE E-BOOK MAGAZINE MODIFICATION ON THE MATERIAL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan optimal kepada peserta didik khususnya dan kustomer pada umumnya, pada titik di mana pelayanan itu harus dilakukan.

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan optimal kepada peserta didik khususnya dan kustomer pada umumnya, pada titik di mana pelayanan itu harus dilakukan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Guru sebagai tenaga kependidikan dalam menjalankan fungsi pendidikan dilihat sebagai totalitas yang satu sama lain secara sinergi memberikan sumbangan terhadap

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode penelitian ini, yaitu research and development atau penelitian

III. METODE PENELITIAN. Metode penelitian ini, yaitu research and development atau penelitian III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Metode penelitian ini, yaitu research and development atau penelitian pengembangan. Pada penelitian pengembangan ini dikembangkan perangkat pembelajaran sains

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sepita Ferazona, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sepita Ferazona, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan upaya pencerdasan, pendewasaan, kemahiran seseorang yang dilakukan perorangan, kelompok dan lembaga (Yamin, 2008). Menurut Syah (2007),

Lebih terperinci

Jurnal Geografi Vo.l 3 No. 1 Februari

Jurnal Geografi Vo.l 3 No. 1 Februari ANALISIS PELAKSANAAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI KELAS X SMA NEGERI DI KOTA PEMATANGSIANTAR Rosni 1 dan Ratih Puspita 2 Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode penelitian ini adalah research and development atau penelitian

III. METODE PENELITIAN. Metode penelitian ini adalah research and development atau penelitian III. METODE PENELITIAN A. Desain penelitian Metode penelitian ini adalah research and development atau penelitian pengembangan. Pengembangan yang dimaksud adalah pembuatan bahan ajar berupa LKS yang Bermuatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari pembangunan nasional di bidang pendidikan, salah satunya adalah

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari pembangunan nasional di bidang pendidikan, salah satunya adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan dari pembangunan nasional di bidang pendidikan, salah satunya adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia Indonesia, melalui

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI. gambaran mengenai Implementasi Muatan Lokal Kurikulum Tingkat Satuan

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI. gambaran mengenai Implementasi Muatan Lokal Kurikulum Tingkat Satuan BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bagian deskripsi, analisis dan pembahasan telah di paparkan gambaran mengenai Implementasi Muatan Lokal Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dalam Mewujudkan Pembelajaran

Lebih terperinci

Pemahaman Guru Fisika SMA Kota Medan dalam Mengimplementasikan Standar Evaluasi Pendidikan

Pemahaman Guru Fisika SMA Kota Medan dalam Mengimplementasikan Standar Evaluasi Pendidikan Pemahaman Guru Fisika SMA Kota Medan dalam Mengimplementasikan Standar Evaluasi Pendidikan Alkhafi Maas Siregar 1 dan Rahmansyah 2 1. Jurusan Fisika FMIPA Unimed dan 2. Jurusan Fisika FMIPA Unimed Jln.

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE BERBANTUAN MEDIA GAMBAR PADA SISWA KELAS VI SD NEGERI 1 PURWOSARI

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE BERBANTUAN MEDIA GAMBAR PADA SISWA KELAS VI SD NEGERI 1 PURWOSARI UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE BERBANTUAN MEDIA GAMBAR PADA SISWA KELAS VI SD NEGERI 1 PURWOSARI Samsi SD Negeri 1 Purwosari Email: samsisaba@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mendeskripsikan ragam kesulitan belajar Biologi yang dialami oleh siswa

BAB III METODE PENELITIAN. mendeskripsikan ragam kesulitan belajar Biologi yang dialami oleh siswa BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang berfungsi untuk mendeskripsikan ragam kesulitan belajar Biologi yang dialami oleh siswa kelas X di MAN

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BIOLOGI BERORIENTASI PENGEMBANGAN KECERDASAN MAJEMUK SISWA PADA KONSEP SEL KELAS XI SMA

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BIOLOGI BERORIENTASI PENGEMBANGAN KECERDASAN MAJEMUK SISWA PADA KONSEP SEL KELAS XI SMA PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BIOLOGI BERORIENTASI PENGEMBANGAN KECERDASAN MAJEMUK SISWA PADA KONSEP SEL KELAS XI SMA Vidya Chaerunnisa, Siti Gia Syauqiyah, F., Bambang Ekanara Jurusan Pendidikan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap implementasi KTSP

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap implementasi KTSP BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Dari hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap implementasi KTSP mata pelajaran matematika di SMA Negeri 1 Sirombu, yang berkaitan dengan perencanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

Lebih terperinci

PENGARUH LATAR BELAKANG GURU TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN SENI BUDAYA

PENGARUH LATAR BELAKANG GURU TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN SENI BUDAYA 1 PENGARUH LATAR BELAKANG GURU TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN SENI BUDAYA (Jurnal Penelitian) oleh Wayan Murnita Meilani Pembimbing Riyan Hidayatullah, S.Pd., M.Pd Susi Wendhaningsih,

Lebih terperinci

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATERI REDOKS

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATERI REDOKS QUANTUM, Jurnal Inovasi Pendidikan Sains, Vol. 8, No.1, 2017, 43-51 43 MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATERI REDOKS Improving Students

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN LKS BERMUATAN NILAI KETUHANAN DAN KECINTAAN TERHADAP LINGKUNGAN DALAM PEMBELAJARAN SAINS

PENGEMBANGAN LKS BERMUATAN NILAI KETUHANAN DAN KECINTAAN TERHADAP LINGKUNGAN DALAM PEMBELAJARAN SAINS PENGEMBANGAN LKS BERMUATAN NILAI KETUHANAN DAN KECINTAAN TERHADAP LINGKUNGAN DALAM PEMBELAJARAN SAINS (1) Fitriana Arisca (1), I Dewa Putu Nyeneng (2), Undang Rosidin (2) Mahasiswa Pendidikan Fisika FKIP

Lebih terperinci

PEMAHAMAN GURU TERHADAP MUATAN LOKAL PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP (Studi Deskriptif pada SMP di Kabupaten OKU Timur)

PEMAHAMAN GURU TERHADAP MUATAN LOKAL PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP (Studi Deskriptif pada SMP di Kabupaten OKU Timur) PEMAHAMAN GURU TERHADAP MUATAN LOKAL PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP (Studi Deskriptif pada SMP di Kabupaten OKU Timur) Eka Rahayu Handayani dan Deni Kurniawan Email: 0922149@gmail.com dan denidoctor_69@yahoo.co.id

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATERI POKOK LARUTAN PENYANGGA UNTUK MELATIHKAN KETERAMPILAN METAKOGNITIF SISWA KELAS XI SMA

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATERI POKOK LARUTAN PENYANGGA UNTUK MELATIHKAN KETERAMPILAN METAKOGNITIF SISWA KELAS XI SMA PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATERI POKOK LARUTAN PENYANGGA UNTUK MELATIHKAN KETERAMPILAN METAKOGNITIF SISWA KELAS XI SMA IMPLEMENTATION OF GUIDED INQUIRY LEARNING MODEL ON BUFFER

Lebih terperinci

STUDI TENTANG PENERAPAN KURIKULUM

STUDI TENTANG PENERAPAN KURIKULUM STUDI TENTANG PENERAPAN KURIKULUM 2013 MATA PELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN DI SMA/MA/SMK SASARAN SE KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2015/2016 JURNAL Oleh: DITA ASTRI MARTINA

Lebih terperinci

Oleh: Ririne Kharismawati* ) Sehatta Saragih** ) Kartini*** ) ABSTRACT

Oleh: Ririne Kharismawati* ) Sehatta Saragih** ) Kartini*** ) ABSTRACT MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF PENDEKATAN STRUKTURAL THINK PAIR SQUARE UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS X-A SMA AL-HUDA PEKANBARU Oleh: Ririne Kharismawati* ) Sehatta Saragih** )

Lebih terperinci

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA SUB POKOK BAHASAN OPERASI BILANGAN PECAHAN DI KELAS VIIA SEMESTER GANJIL SMP NEGERI 1 MUNCAR

Lebih terperinci

STUDI IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DITINJAU DARI KEGIATAN PEMBELAJARAN PADA PAKET KEAHLIAN TEKNIK KOMPUTER DAN JARINGAN PADA SMK KOTA MALANG

STUDI IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DITINJAU DARI KEGIATAN PEMBELAJARAN PADA PAKET KEAHLIAN TEKNIK KOMPUTER DAN JARINGAN PADA SMK KOTA MALANG Tersedia secara online EISSN: 2502-471X Jurnal Pendidikan: Teori, Penelitian, dan Pengembangan Volume: 2 Nomor: 1 Bulan Januari Tahun 2017 Halaman: 105 112 STUDI IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DITINJAU DARI

Lebih terperinci

PELAKSANAAN REMEDIAL TEACHING DALAM MENCAPAI KETUNTASAN BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN FISIKA DI SMA NEGERI SE-KOTA PEKANBARU

PELAKSANAAN REMEDIAL TEACHING DALAM MENCAPAI KETUNTASAN BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN FISIKA DI SMA NEGERI SE-KOTA PEKANBARU PELAKSANAAN REMEDIAL TEACHING DALAM MENCAPAI KETUNTASAN BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN FISIKA DI SMA NEGERI SE-KOTA PEKANBARU Resiana Heri Agusti 1, Azhar 2, Azizahwati 2 Email : resiana.heri.agusti@gmail.com

Lebih terperinci

E-journal Prodi Edisi 1

E-journal Prodi Edisi 1 E-journal Prodi Edisi 1 PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN IPA SMP BERBASIS SCIENCE EDUTAINMENT UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR DAN HASIL BELAJAR KOGNITIF PESERTA DIDIK THE DEVELOPMENT OF SCIENCE

Lebih terperinci

Seminar Nasional Pendidikan Biologi FKIP UNS

Seminar Nasional Pendidikan Biologi FKIP UNS KESIAPAN GURU-GURU BIOLOGI SMP MENGHADAPI MASUKNYA MATERI KIMIA DALAM MATA PELAJARAN IPA DI SMP SE-KOTA SURAKARTA DALAM PENERAPAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN Nurma Yunita I, Nanik Dwi N, Sri Yamtinah

Lebih terperinci

KAJIAN KEMAMPUAN GURU BIOLOGI SMA NEGERI DALAM MENGEMBANGKAN SILABUS DAN RPP

KAJIAN KEMAMPUAN GURU BIOLOGI SMA NEGERI DALAM MENGEMBANGKAN SILABUS DAN RPP KAJIAN KEMAMPUAN GURU BIOLOGI SMA NEGERI DALAM MENGEMBANGKAN SILABUS DAN RPP Rohim Rochein Kafear 1, Tri Jalmo 2, Rini Rita Marpaung 2 Email: rohimkafear@gmail.com HP : 085269473137 Abstract This research

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses pembelajaran merupakan suatu sistem dengan komponenkomponen yang saling berinteraksi untuk mencapai tujuan pembelajaran (Dick et al., 2005). Untuk dapat menciptakan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR FISIKA BERBASIS SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT POKOK BAHASAN GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK UNTUK KELAS X SMAN 10 MALANG

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR FISIKA BERBASIS SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT POKOK BAHASAN GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK UNTUK KELAS X SMAN 10 MALANG PENGEMBANGAN BAHAN AJAR FISIKA BERBASIS SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT POKOK BAHASAN GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK UNTUK KELAS X SMAN 10 MALANG Ratri Agustina, Kadim Masjkur, dan Subani Universitas Negeri Malang

Lebih terperinci

Key words : Analysis, lesson plan PENDAHULUAN. Kebijakan pemerintah dalam Kurikulum Tingkat Satuan Kependidikan

Key words : Analysis, lesson plan PENDAHULUAN. Kebijakan pemerintah dalam Kurikulum Tingkat Satuan Kependidikan ANALISA KETERKAITAN ANTARA INDIKATOR, TUJUAN PEMBELAJARAN, MATERI, DAN EVALUASI DALAM RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) MATA PELAJARAN BIOLOGI GURU SMA NEGERI DAN SWASTA DI KOTA PADANG Oleh: Egi Afshillah,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) a. Pengertian KTSP Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 menyebutkan bahwa kurikulum adalah seperangkat

Lebih terperinci

KOMPARASI KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU AKUNTANSI YANG SUDAH DAN BELUM MENGIKUTI SERTIFIKASI. Oleh : Wilis Puspita Dewi ABSTRACT

KOMPARASI KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU AKUNTANSI YANG SUDAH DAN BELUM MENGIKUTI SERTIFIKASI. Oleh : Wilis Puspita Dewi ABSTRACT KOMPARASI KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU AKUNTANSI YANG SUDAH DAN BELUM MENGIKUTI SERTIFIKASI Oleh : Wilis Puspita Dewi ABSTRACT The study was set out to compare analytically the pedagogical competence of the

Lebih terperinci

PENILAIAN BERBASIS KELAS UNTUK PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN IPA BIOLOGI SMP

PENILAIAN BERBASIS KELAS UNTUK PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN IPA BIOLOGI SMP PENILAIAN BERBASIS KELAS UNTUK PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN IPA BIOLOGI SMP Arnetis, Mariani Natalina dan Sri Ayuni Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan PMIPA FKIP Universitas Riau Pekanbaru

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kurikulum merupakan hal penting dalam sistem pendidikan Indonesia. Kurikulum disusun untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional dengan memperhatikan perkembangan

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI KTSP DALAM PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA DI SMPN 2 TEGINENENG

IMPLEMENTASI KTSP DALAM PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA DI SMPN 2 TEGINENENG IMPLEMENTASI KTSP DALAM PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA DI SMPN 2 TEGINENENG Oleh Ahmad Zuhri Karomani Edi Suyanto Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung e-mail: zuhrigundul@yahoo.co.id

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN MATA PELAJARAN KEJURUAN PAKET KEAHLIAN TEKNIK INSTALASI PEMANFAATAN TENAGA LISTRIK SMK N 1 PURWOREJO

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN MATA PELAJARAN KEJURUAN PAKET KEAHLIAN TEKNIK INSTALASI PEMANFAATAN TENAGA LISTRIK SMK N 1 PURWOREJO PRODI PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO : E-Journal Universitas Negeri Yogyakarta http://journal.student.uny.ac.id/ojs/index.php/elektro 53 IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN MATA PELAJARAN KEJURUAN PAKET KEAHLIAN TEKNIK

Lebih terperinci

Penerapan KTSP Sekolah Dasar di Wilayah Jakarta Timur. Sukiniarti

Penerapan KTSP Sekolah Dasar di Wilayah Jakarta Timur. Sukiniarti Penerapan KTSP Dasar di Wilayah Jakarta Timur Sukiniarti Abstrak, Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan:1) proses pengembangan KTSP di SD wilayah Jakarta Timur, 2) kendala yang dapat menghambat

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan dengan pendekatan evaluatif melalui model Goal

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan dengan pendekatan evaluatif melalui model Goal III. METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Penelitian dilaksanakan dengan pendekatan evaluatif melalui model Goal Oriented Evaluation (Arikunto.2007:35) yang berorientasi pada tujuan untuk mengevaluasi

Lebih terperinci

KEEFEKTIFAN PEMBELAJARAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI (TIK) DI SMA NEGERI KOTA YOGYAKARTA

KEEFEKTIFAN PEMBELAJARAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI (TIK) DI SMA NEGERI KOTA YOGYAKARTA KEEFEKTIFAN PEMBELAJARAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI (TIK) DI SMA NEGERI KOTA YOGYAKARTA SATRIYO AGUNG DEWANTO NIM 10702251007 Tesis ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk mendapatkan

Lebih terperinci

KESULITAN MAHASISWA PPG PENDIDIKAN FISIKA FKIP UNSYIAH DALAM MELAKSANAKAN PROGRAM PENGALAMAN LAPANGAN DI BANDA ACEH

KESULITAN MAHASISWA PPG PENDIDIKAN FISIKA FKIP UNSYIAH DALAM MELAKSANAKAN PROGRAM PENGALAMAN LAPANGAN DI BANDA ACEH 288 Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Pendidikan Fisika. Vol. 2 No.3 Juli 2017, 288-294 KESULITAN MAHASISWA PPG PENDIDIKAN FISIKA FKIP UNSYIAH DALAM MELAKSANAKAN PROGRAM PENGALAMAN LAPANGAN DI BANDA ACEH Rahmat

Lebih terperinci

TINGKAT PEMAHAMAN GURU PENJASORKES PADA PELAKSANAAN EVALUASI HASIL BELAJAR SISWA DI SMP NEGERI KABUPATEN SLEMAN BERDASARKAN KURIKULUM 2013

TINGKAT PEMAHAMAN GURU PENJASORKES PADA PELAKSANAAN EVALUASI HASIL BELAJAR SISWA DI SMP NEGERI KABUPATEN SLEMAN BERDASARKAN KURIKULUM 2013 TINGKAT PEMAHAMAN GURU PENJASORKES PADA PELAKSANAAN EVALUASI HASIL BELAJAR SISWA DI SMP NEGERI KABUPATEN SLEMAN BERDASARKAN KURIKULUM 2013 Oleh : Dhiah Ristyandari, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan project based learning. Bahan ajar yang dikembangkan berupa RPP

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan project based learning. Bahan ajar yang dikembangkan berupa RPP BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian pengembangan, yaitu suatu penelitian yang bertujuan untuk menghasilkan produk tertentu dan menguji kualitas produk tersebut.

Lebih terperinci

PERBEDAAN HASIL PEMBELAJARAN SOSIOLOGI DENGAN MENGGUNAKAN SMARTPHONE (KASUS : SISWA KELAS X IPS SMA NEGERI 2 PAINAN)

PERBEDAAN HASIL PEMBELAJARAN SOSIOLOGI DENGAN MENGGUNAKAN SMARTPHONE (KASUS : SISWA KELAS X IPS SMA NEGERI 2 PAINAN) PERBEDAAN HASIL PEMBELAJARAN SOSIOLOGI DENGAN MENGGUNAKAN SMARTPHONE (KASUS : SISWA KELAS X IPS SMA NEGERI 2 PAINAN) ARTIKEL Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan atau Research and Development (R & D). Menurut Sugiyono (2007: 407), penelitian

Lebih terperinci

KORELASI ANTARA KEMAMPUAN KOGNITIF MAHASISWA PADA MATA KULIAH TELAAH KURIKULUM FISIKA DAN PENGEMBANGAN PROGRAM PENGAJARAN FISIKA

KORELASI ANTARA KEMAMPUAN KOGNITIF MAHASISWA PADA MATA KULIAH TELAAH KURIKULUM FISIKA DAN PENGEMBANGAN PROGRAM PENGAJARAN FISIKA http://jurnal.untirta.ac.id/index.php/gravity ISSN 2442-515x, e-issn 2528-1976 GRAVITY Vol. 2 No. 1 (2016) KORELASI ANTARA KEMAMPUAN KOGNITIF MAHASISWA PADA MATA KULIAH TELAAH KURIKULUM FISIKA DAN PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA MENYELESAIKAN SOAL KONTEKSTUAL MELALUI COOPERATIVE LEARNING DI KELAS VIII 1 SMP NEGERI 2 PEDAMARAN OKI

MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA MENYELESAIKAN SOAL KONTEKSTUAL MELALUI COOPERATIVE LEARNING DI KELAS VIII 1 SMP NEGERI 2 PEDAMARAN OKI MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA MENYELESAIKAN SOAL KONTEKSTUAL MELALUI COOPERATIVE LEARNING DI KELAS VIII 1 SMP NEGERI 2 PEDAMARAN OKI Fitrianty Munaka 1, Zulkardi 2, Purwoko 3 Abstrak Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

PENERAPAN STRATEGI SNOWBALLING PADA MATERI ATOM, ION, MOLEKUL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA KELAS VIII SMPN 19 SURABAYA

PENERAPAN STRATEGI SNOWBALLING PADA MATERI ATOM, ION, MOLEKUL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA KELAS VIII SMPN 19 SURABAYA Vol. 3, No. 3, pp. 81-86, September. 2014 PENERAPAN STRATEGI SNOWBALLING PADA MATERI ATOM, ION, MOLEKUL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA KELAS VIII SMPN 19 SURABAYA IMPLEMENTATION OF SNOWBALLING

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian pengembangan atau Research and

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian pengembangan atau Research and BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian pengembangan atau Research and Development (R&D). Produk yang akan dikembangkan dalam penelitian ini adalah perangkat

Lebih terperinci

Jurnal Pendidikan IPA Indonesia

Jurnal Pendidikan IPA Indonesia JPII 1 (1) (2012) 57-62 Jurnal Pendidikan IPA Indonesia http://journal.unnes.ac.id/index.php/jpii UPAYA MENGEMBANGKAN LEARNING COMMUNITY SISWA KELAS X SMA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini merupakan penelitian penembangan yaitu suatu penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini merupakan penelitian penembangan yaitu suatu penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian penembangan yaitu suatu penelitian yang bertujuan untuk mengembangkan dan menghasilkan suatu produk dengan kualifikasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Realistik (PMR) bagi siswa SMP kelas VIII sesuai Kurikulum 2013.

BAB III METODE PENELITIAN. Realistik (PMR) bagi siswa SMP kelas VIII sesuai Kurikulum 2013. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan. Produk yang dihasilkan dari penelitian ini berupa Lembar Kegiatan Siswa (LKS) materi perbandingan dengan

Lebih terperinci

Dita Ningtias, Ridwan Joharmawan, Yahmin Universitas Negeri Malang

Dita Ningtias, Ridwan Joharmawan, Yahmin Universitas Negeri Malang PENGARUH PENDEKATAN CHEMOENTREPRENEURSHIP (CEP) DALAM MODEL STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) TERHADAP KEMAMPUAN KOGNITIF DAN MINAT BERWIRAUSAHA SISWA KELAS X SMAN 10 MALANG PADA MATERI MINYAK

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian akan dilaksanakan di 3 kecamatan di Kabupaten Kepulauan Anambas

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian akan dilaksanakan di 3 kecamatan di Kabupaten Kepulauan Anambas BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian akan dilaksanakan di 3 kecamatan di Kabupaten Kepulauan Anambas Propinsi Kepulauan Riau untuk mata pelajaran Ujian Nasional (UN) dengan

Lebih terperinci

*Keperluan Korespondensi, telp: ,

*Keperluan Korespondensi, telp: , Jurnal Pendidikan Kimia (JPK), Vol. 2 No. 3 Tahun 2013 Program Studi Pendidikan Kimia Universitas Sebelas Maret ISSN 2337-9995 jpk.pkimiauns@ymail.com IMPLEMENTASI SIKLUS BELAJAR 5E (LEARNING CYCLE 5E)

Lebih terperinci

PEMAHAMAN GURU BIOLOGI TERHADAP KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) DI SMA NEGERI KABUPATEN KUANSING TAHUN 2013

PEMAHAMAN GURU BIOLOGI TERHADAP KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) DI SMA NEGERI KABUPATEN KUANSING TAHUN 2013 PEMAHAMAN GURU BIOLOGI TERHADAP KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) DI SMA NEGERI KABUPATEN KUANSING TAHUN 2013 Darmawati, Wan Syafi I dan R. Asri Febri Siska Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan

Lebih terperinci

Mahasiswa S1 Program Studi Pendidikan Kimia, Jurusan P MIPA, FKIP, UNS, Surakarta, Indonesia 2

Mahasiswa S1 Program Studi Pendidikan Kimia, Jurusan P MIPA, FKIP, UNS, Surakarta, Indonesia 2 Jurnal Pendidikan Kimia (JPK), Vol. 2 No. 2 Tahun 2013 Program Studi Pendidikan Kimia Universitas Sebelas Maret ISSN 27-9995 jpk.pkimiauns@ymail.com PENERAPAN MODEL CREATIVE PROBLEM SOLVING (CPS) UNTUK

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Development). Penelitian Research and Development (R&D) merupakan suatu

BAB III METODE PENELITIAN. Development). Penelitian Research and Development (R&D) merupakan suatu BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and Development). Penelitian Research and Development (R&D) merupakan suatu proses atau langkah-langkah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE TGT DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS V SD NEGERI 2 BOCOR

PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE TGT DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS V SD NEGERI 2 BOCOR PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE TGT DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS V SD NEGERI 2 BOCOR Gatot Prayitno 1, Suripto 2, Chamdani 3 PGSD FKIP Universitas Sebelas Maret, Jl. Kepodang 67A

Lebih terperinci

PENINGKATAN AKTIVITAS INKUIRI DAN KETUNTASAN HASIL BELAJAR FISIKA MENGGUNAKAN PEMBELAJARAN INKUIRI BERBASIS KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS XA SMA NEGERI PASIRIAN LUMAJANG Intan Fitriani 1, Dewi Iriana 2,

Lebih terperinci