LAPORAN DELEGASI REPUBLIK INDONESIA PADA UNITED NATIONS CLIMATE CHANGE CONFERENCE 44 TH SBI,

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "LAPORAN DELEGASI REPUBLIK INDONESIA PADA UNITED NATIONS CLIMATE CHANGE CONFERENCE 44 TH SBI,"

Transkripsi

1 UNITED NATIONS CLIMATE CONFERENCE,44 TH SBI, 44 TH SBSTA, 1 ST APA, Bonn, Germany, May 2016 LAPORAN DELEGASI REPUBLIK INDONESIA PADA UNITED NATIONS CLIMATE CHANGE CONFERENCE 44 TH SBI, 44 TH SBSTA, 1 ST APA AND ITS PREPARATORY MEETINGS, Bonn, Jerman, Mei 2016 Jakarta, Mei 2016

2 LAPORAN DELEGASI REPUBLIK INDONESIA PADA UNITED NATIONS CLIMATE CHANGE CONFERENCE 44 TH SBI, 44 TH SBSTA, 1 ST APA AND ITS PREPARATORY MEETINGS, Bonn, Jerman, Mei 2016 I. PENDAHULUAN Sesi perundingan ke-44 Badan-badan Subsider dari United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC) yang terdiri dari 44 th Session of the Subsidiary Body for Implementation (SBI) dan 44th session of the Subsidiary Body for Scientific and Technological Advice (SBSTA) telah berlangsung di Bonn, Jerman pada Mei Selain itu, untuk menindaklanjuti Decision 1/CP.21 mengenai Adoption of the Paris Agreement, juga telah dilangsungkan the 1 st Adhoc Working Group on the Paris Agreement (1 st APA) pada waktu dan tempat yang sama. Sebagaimana diketahui, Para Pihak UNFCCC pada Sesi Pertemuannya ke-21 (COP-21 UNFCCC) di Paris, Perancis, 30 November 12 Desember 2015 telah sepakat untuk mengadopsi kesepakatan baru, Paris Agreement, yang akan diberlakukan paska tahun APA dibentuk dengan serangkaian tugas, antara lain mempersiapkan masa pemberlakukan (entry into force) Paris Agreement, menyelenggarakan the first session of the Conference of the Parties serving as the meeting of the Parties to the Paris Agreement (CMA-1), dan melaksanakan sesi pertama perundingan APA pada tahun 2016 bersamaan dengan sesi perundingan Badan-badan Subsider UNFCCC, yakni SBI-11 dan SBSTA-44. Alur persidangan secara lengkap terdiri dari: 1. The G-77 and China Preparatory Meeting, Mei 2016; 2. The Forty-Fourth Sessions of the Subsidiary Body for Implementation (SBI-44), Mei 2016; 3. The Forty-Fourth Sessions of the Subsidiary Body for Scientific and Technological Advice (SBSTA-44), Mei 2016; 4. The First Session of the Ad- Hoc Working Group on the Paris Agreement (APA-1), Mei Selain itu terdapat beberapa mandated events berupa in session workshop diantaranya: 1. Workshop to Support the Implementation of the Doha Work Programme on Article 6 of the Convention (27 Mei 2016); 2. Workshop terkait Agriculture; 3. Workshop terkait Gender and Climate Change; 4. Workshop terkait REDD+; dan 5. Workshop terkait Clean Development Mechanism (CDM). Pertemuan ini merupakan sesi perundingan pertama setelah diadopsinya Paris Agreement (PA) pada COP-21 di Paris, Perancis, bulan Desember 2015, dan setelah penyelenggaraan High-level Signing Ceremony of the Paris Agreement yang diselenggarakan oleh Sekretaris Jenderal PBB, Mr Ban-Ki Moon di New York pada 22 April 2016, yang dihadiri perwakilan 175 (seratus tujuh puluh lima) Negara Pihak termasuk Indonesia. 1

3 II. DELEGASI REPUBLIK INDONESIA Delegasi Republik Indonesia (DELRI) dipimpin oleh Direktur Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) selaku Head of Delegation. DELRI secara keesluruhan berjumlah 45 (empat puluh lima) orang yang terdiri dari berbagai wakil kementerian dan lembaga yaitu, Kementerian Luar Negeri, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Kantor Utusan Khusus Presiden untuk Pengendalian Perubahan Iklim, Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman, Sekretariat Kabinet, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Kementerian Pertanian, Kementerian Perindustrian, Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, KBRI Berlin, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika, Badan Informasi Geospasial, dan organisasi nonpemerintah. Susunan lengkap DELRI dapat dilihat pada Lampiran. III. PERSIDANGAN 3.1 G-77 and China Preparatory Meeting, Mei 2016 Dalam pembukaan, Mr. Manasvi Srisodapol, selaku the Special Representative of the G77 and China Chair for Climate Change menyampaikan beberapa hal penting sebagai berikut: a. Tahun 2016 merupakan tahun implementasi b. Prinsip yang diutamakan dalam perundingan adalah tidak ada satu isu pun yang akan dilewatkan dan tidak ada satu negara pihak mana pun yang ditinggalkan c. Tujuan pertemuan untuk mengidentifkasi harapan dan target G77 & China yang akan dicapai pada Sesi Perundingan Bonn ini dan COP-22 di Maroko d. Terdapat 2 (dua) Informal Consultation Meetings sebelum COP-22 yaitu: Paris (15-16 april 2016) dan Tokyo Informal Consultation Meeting. e. Sense of urgency dalam rangka implementasi sehingga perlunya penekanan terhadap, tidak hanya komitmen post 2020, namun juga ambisi pre f. Perlunya selalu mengingat keterkaitan antara UNFCCC dengan beberapa perjanjian atau kesepakatan global lainnya seperti United Nations Convention on Biological Diversity (UNCBD) dan Sustainable Development Goals (SDGs) Pada agenda mengenai Update on Intersessional Consultations prior to SBs-44, Koordinator G- 77 and China menyampaikan hasil pertemuan konsultasinya dengan Chair SBI dan SBSTA yang mengenai isu-isu untuk diangkat pada pertemuan SBI-44 dan SBSTA-44 dan proses pembahasan nya. Beberapa isu yang perlu diusulkan diangkat pada SBI-44 dan SBSTA-44 karena belum masuk dalam agenda yang disampaikan Sekretariat UNFCCC diantaranya: a. Isu Loss and Damage yang disuarakna oleh Maldives (AOSIS/ SIDS), Kongo (African Group) dan Timor Leste (L DCs), mengingat keterbatasan waktu untuk dapat menghasilkan keputusan konkrit di COP-22, jika tidak dimulai pembahasannya di SBI-44 dan SBSTA-44. b. Isu Financial Supports, mengingat peran pentingnya untuk mendukung implementasi PA khususnya pelaksanaan NDC. c. Isu Facilitative Dialogue disuarakan oleh Kuwait dan Arab Grup, perlu kejelasan mengenai isu-isu yang akan di-address pada Pertemuan tersebut dan outcomes yang diharapkan. 2

4 d. Isu-isu terkait coherency dan inclusiveness dari proses perundingan dibawah SBI-44 dan SBSTA-44 (Joint Process SBI-SBSTA). Dalam pembahasan Nomination of APA Co-Chair from the Non-Annex I parties, Koordinator G- 77 and China menyampaikan kandidat APA Co-chair dari Non-Annex I (NAI) Parties akan diwakili dari region Asia Pasifik, dimana proses konsultasi dan penjaringannya telah berlangsung dan dikoordinasikan oleh Arab Saudi. Arab Saudi menyampaikan dalam proses penjaringan telah terdapat 2 kandidat yang memenuhi persayaratan, namun masih perlu konsultasi lanjutan dengan parties di region tersebut untuk dapat memutuskan siapa yang akan ditunjuk untuk menjadi Co-Chair APA dari negara non-annex I. Selanjutnya, Koordinator G-77 and China memberikan kesempatan pada Arab Saudi selaku koordinator region Asia Pasifik untuk melanjutkan proses pada tanggal 14 Mei siang hari, sehingga diharapkan pada tanggal 15 Mei 2016 saat Plenary Group G-77 and China sudah dapat diputuskan Co-Chair yang mewakili Non- Annex I Parties. Pada akhirnya, G-77 dan China menyepakati bahwa representative dari Arab Saudi, Ms. Sarah Baashan, dinominasikan mejadi APA co-chair dari NAI. Pada pembahasan agenda Confirmation of Thematic Coordinators, Koordinator G-77 and China menyampaikan perlunya koordinasi dan pengawalan terhadap isu-isu atau tema-tema penting guna menjaga koherensi kepentingan bersama sebagai grup. Oleh sebab itu, perlu ditunjuk koordinator untuk mengawal isu-isu tersebut selama persidangan dan memfasilitasi diskusi bersama G-77 and China pada isu-isu tersebut. Beberapa koordinator dari periode sebelumnya masih bersedia melanjutkan tugasnya, namun sebagian lainnya memberikan kesempatan bagi wakil Negara Pihak lain untuk menjadi koordinator sehingga perlu dicari penggantinya. Beberapa isu-isu tematis yang diperlukan untuk dikoordinasikan yaitu: isu Adaptasi dan Loss and Damage, Isu Technology, isu APA NDC, isu Transparency, isu FVA, NMA, dan NMM, dan isu Finance. Pada kesempatan tersebut, Koordinator G-77 and China menyampaikan bahwa Indonesia melalui Dr. Nur Masripatin diharapkan dapat mengawal isu-isu terkait element Transparency. Delegasi Indonesia pada kesempatan tersebut menyampaikan pada prinsipnya Indonesia siap membantu Koordinator G-77 and China dalam menjalankan tugasnya, khususnya dalam mengawal isu-isu transparency. Secara umum, beberapa isu utama yang menjadi perhatian utama dari Group 77 dan China yaitu: a. Percepatan pelaksanaan kegiatan pre 2020 meliputi mitigasi, adaptasi dan dukungan pendanaan, teknologi dan peningkatan kapasitas. Termasuk dalam penekanan tersebut adalah badan-badan adhoc untuk operasionalisasi Paris Agreement harus efektif melaksanakan tugas termasuk Standing Committee of Finance, Adaptation Committee, Executive Committee of Warsawa International Mechanism (terkait adaptasi) dan Technology Committee. b. Transparancy Framework merupakan kunci sukses pelaksanaan mandate Paris Agreement. Isu transparansi sangat erat kaitannya dengan pelaksanaan upaya mitigasi melalui Nationally Determined Contribution (NDC)dan program adaptasi serta berkaitan dengan portfolio multilateral assessment di bawah International Consultancy and Assessment (ICA). Selain itu kegiatan utama dari transparansi adalah registry yang dapat menyajikan upaya mitigasi negara lain, tidak ada backsliding dan future ambition. c. Penyusunan modality, procedure and guideline (MPG) dari review dan pelaporan seperti review program adaptasi, teknologi, pelaksanaan pendanaan iklim dan peningkatan kapasitas. 3

5 d. Pada dasarnya negara berkembang menginginkan agar pelaksanaan dari Paris Agreement harus tetap menjalankan prinsip Common but Differentiated Responsibilities and Respective Capabilities. Pelaksanan Peris Agreement di negara berkembang harus memperoleh dukungan dari negara maju. e. Negara berkembang mengusulkan agar agenda peleksanaan persidangan di SBI dan SBSTA memerlukan amendment untuk mengoptimalkan persiapan COP 22 di Marrakesh- Maroko di 7 18 November The Forty-Fourth Sessions of the Subsidiary Body for Implementation (SBI- 44), Mei 2016 SBI-44 membahas agenda terkait dukungan teknis dan pendanaan untuk penyusunan biennial update reports (BUR), pengembangan sistem registrasi mitigasi dan adaptasi perubahan iklim, reviu prosedur dan modalitas Clean Development Mechanism (CDM), National Adaptation Plans (NAPs), pendanaan adaptasi, lingkup dan modalitas untuk pengkajian berkala mekanisme teknologi, peningkatan kapasitas, Doha Work Programme (DWP) dan pengarusutamaan gender. SBI-44 dapat menyepakati sejumlah rancangan keputusan, yaitu tentang dukungan teknis dan pendanaan untuk penyusunan Biennial Update Report (BUR), NAPs, kerangka acuan untuk pengkajian pendanaan adaptasi, lingkup dan modalitas untuk pengkajian berkala mekanisme teknologi, keanggotaan Paris Committee on Capacity Building (PCCB), tindak lanjut DWP, serta pengarusutamaan gender pada isu perubahan iklim. Sementara itu, isu modalitas dan prosedur CDM, sistem registrasi dan reviu kerangka kerja peningkatan kapasitas masih memerlukan pembahasan lebih lanjut. Dalam kaitan ini, para negara Pihak diminta untuk menyampaikan submisi menyangkut isu-isu tersebut. Matriks status perkembangan negosiasi dan daftar permintaan submisi untuk masing-masing isu daptdilihat dalam Lampiran. 3.3 The Forty-Fourth Sessions Subsidiary Body for Scientific and Technological Advice (SBSTA-44), Mei 2016 Pada SBSTA-44 dibahas isu-isu terkait adaptasi Nairobi Work Program (NWP), teknologi framework, pertanian, sains dan reviu (riset dan observasi sistimatik), kajian IPCC (Intergovernment Panel on Climate Change), metodologi baik dalam konvensi (terkait GRK dan common metrics), metodologi KP (LULUCF terkait revegetasi), serta hal-hal terkait market dan non-market (artikel 6 Paris Agreement). SBSTA-44 dapat menyepakati langkah implementasi NWP. Sementara itu, berbagai isu lainnya masih memerlukan pembahasan lebih lanjut, termasuk permintaan kepada para negara Pihak untuk menyampaikan submisi menyangkut beberapa isu. Matriks status perkembangan negosiasi dan daftar permintaan submisi untuk masing-masing isu dapat dilihat dalam Lampiran. 3.4 The First Session of the Ad- Hoc Working Group on the Paris Agreement (APA- 1), Mei

6 Pada Ad-Hoc Working Group on Paris Agreement sesi pertama (APA -1) telah disepakati 6 (enam) agenda substantif, yaitu : 1) Nationally Determined Contributions (NDCs); 2) komunikasi adaptasi; 3) kerangka transparansi untuk aksi dan support; 4) global stocktake; 5) compliance; dan 6) persiapan ratifikasi dan entry into force Paris Agreement. Secara substantif masih terlalu banyak perbedaan tajam antara negara maju dan negara berkembang terkait : (i) perbedaan definisi features dan informasi NDC; (ii) tujuan dan elemen komunikasi adaptasi; (iii) isu fleksibilitas dan penggunaan prinsip CBDR-RC dalam transparansi; (iv) kesamaan elemen, metodologi dan waktu pengukuran dalam global stocktake serta kaitannya dengan facilitative dialog yang akan diadakan Tahun 2018; (v) operasionalisasi prinsip-prinsip non-advesarial, non-punitive dan facilitative untuk compliance; dan (vi) berbagai implikasi hukum dan politis jika Paris Agreement berlaku lebih cepat dari yang diperkirakan. APA-1 telah menyepakati modalitas kerja untuk sesi selanjutnya, meminta submisi pandangan negara pihak terkait berbagai macam perbedaan dalam agenda pembahasan, serta usulan technical papers dan workshop. Draft kesepakatan yang dicapai dalam persidangan APA-1 sebagaimana terlampir IV. PERTEMUAN LAIN-LAIN 4.1 Pertemuan Ketua DELRI Dalam kesempatan sela-sela perundingan, Ketua DELRI telah mengadakan pertemuan ataupun menghadiri undangan pertemuan yang dipandang strategis, yaitu: a. Dengan didampingi Staf Ahli Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, Ketua Delri mengadakan pertemuan bilateral dengan Ketua Delegasi New Zealand, Duta Besar Sinclair. Delegasi New Zealand meminta Indonesia bergabung dan mendukung Komunike terkait Fossil Fuel Subsidy Reform, yaitu forum negara-negara yang telah berniat secara bertahap menghilangkan subsidi terhadap penggunaan bahan bakar fosil untuk kepentingan pembangunan berkelanjutan. Menindaklanjuti hal tersebut, perlu dilakukan konsultasi internal dengan Kementerian terkait antara lain Kementerian ESDM dan Kemenlu sebelum bergabung ke dalam komunike dimaksud. b. Ketua DELRI juga menghadiri High Level Dinner tentang implikasi Paris Agreement terhadap masa depan REDD+, yang mengundang negara-negara REDD+ (Brazil, Indonesia, DRC, Colombia, Peru dan Mexico), negara donor dan sektor swasta. Dalam pertemuan tersebut dibahas tentang kemungkinan REDD+ masuk pasar dibawah Artikel 6 Paris Agreement. Indonesia bersama Brazil menyampaikan bahwa pembiayaan REDD+ oleh negara maju adalah insentif bagi pengurangan emisi dari Deforestasi dan Degradasi di negara berkembang, tanpa memberikan kredit kepada pemberi dana (Artikel 5 Paris Agreement). 4.2 Mandated Events dan Side Events Dalam kesempatan beberapa mandated events dan side events, beberapa delegasi Indonesia menjadi presenter pada workshop terkait isu pertanian, gender and climate change, LULUCF 5

7 dan REDD+ ataupun peserta Workshop to Support the Implementation of the Doha Work Programme on Article 6 of the Convention. V. PENGAMATAN DAN TINDAK LANJUT Secara umum proses perundingan berlangsung dalam suasana yang relatif kondusif, walaupun terdapat perdebatan serius khususnya dalam proses penyusunan agenda APA-1, sehingga agenda tersebut baru dapat disepakati pada minggu kedua. Pemerintah Indonesia (Pemri) memerlukan koordinasi intensif untuk memenuhi permintaan submisi dan mengantisipasi kelanjutan perundingan pada COP-22 di Marrakesh. Sejumlah isu yang memerlukan perhatian khusus Pemri antara lain NDC, transparansi, global stoctake, compliance, proses ratifikasi dan entry into force PA. Selain itu, Pemri juga harus menyiapkan posisi terkait isu-isu teknis di bidang adaptasi serta lost and damage, khususnya pertanian, pendanaan adaptasi, NWP, LULUCF, serta isu market dan non-market. Beberapa elemen dari isu-isu penting yang perlu tindak lanjut di dalam negeri antara lain: a. Land Use, Land Use Change, and Forestry (LULUCF): restorasi dan perbaikan tata air lahan gambut, serta persiapan modalitas, prosedur dan guideline. b. Pertanian: identifikasi elemen mitigasi dan adaptasi untuk ketahanan pangan. c. Nairobi Work Program (NWP) : pengumpulan informasi terkait adaptasi di sektor kesehatan, pemukiman, ekosistem dan sumberdaya air dan diversifikasi ekonomi, sebagai bahan penyiapan submisi sesuai jadwal yang disepakati negara pihak. d. Nationally Determined Contributions (NDC): target penurunan emisi GRK, asumsi kunci, kontribusi masing-masing sektor kunci, definisi dan pembatasan scope-features, serta accounting NDC dan elemen lain yang dianggap penting misalnya adaptasi. e. Transparansi aksi dan dukungan: perlunya penyusunan modalities, procedure dan guideline (MPG) yang mencerminkan fleksibilitas penggunaan data, metodologi dan tata waktu pelaporan. Dalam kaitan ini, sebagai koordinator G77& China untuk isu transparansi, Indonesia dapat secara intensif memonitor keterkaitan isu transparansi dengan isu lainnya di artikel PA. f. Global stocktake: identifikasi elemen stocktake, metodologi, waktu pelaksanaan, timeframe dan ruang lingkupnya. g. Compliance: perlu penyiapan posisi terkait isu jalan tengah prinsip universalitas dan pembedaan (diferensiasi) yang bersifat lebih fasilitatif, isu pendanaan, pengembangan kapasitas dan kemampuan teknologi. Submisi Indonesia terkait compliance harus mencakup elemen mitigasi, adaptasi dan means of implementation. h. Awal Berlakunya PA: terdapat kecenderungan negara Pihak untuk mengantisipasi percepatan berlakunya PA dengan segera melaksanakan CMA-1 dengan prinsip inklusivitas yang menjamin partisipasi semua Negara Pihak Konvensi UNFCCC dan memberi mandat APA untuk menyelesaikan tugasnya. Dalam kaitan tersebut, Indonesia perlu segera mempercepat proses ratifikasi dan menyampaikan pandangannya melalui submisi berbagai elemen Paris Agreement. 6

8 MATRIK LAPORAN DELEGASI REPUBLIK INDONESIA PADA THE FORTY-FOURTH SESSIONS OF THE SUBSIDIARY BODY FOR IMPLEMENTATION (SBI-44), SUBSIDIARY BODY FOR SCIENTIFIC AND TECHNOLOGICAL ADVICE (SBSTA-44), THE FIRST SESSION OF THE AD- HOC WORKING GROUP ON THE PARIS AGREEMENT (APA-1) BONN, JERMAN MEI 2016 NO AGENDA PROGRESS DAN HASIL PERSIDANGAN CATATAN PENGAMATAN * THE FORTY-FOURTH SESSIONS OF THE SUBSIDIARY BODY FOR IMPLEMENTATION (SBI-44) 2 Organizational matters 2(a) Adoption of the agenda Agenda adopted as presented in FCCC/SBI/2016/L.2 2(b) Organization of the work of the session 2(c) Facilitative sharing of views under the international consultation and analysis process Pada persidangan SBI agenda item 2(c) tentang facilitative sharing of views under the international consultation and analysis process, disampaikan presentasi Biennial Update Report (BUR) oleh Azerbaijan, Bosnia Herzegovina, Brazil, Chile, Ghana, sesuai dengan format BUR dan technical assessment yaitu National Circumstances, Inventory, Mitigation and their effect, support need and received. Brazil menyampaikan Annex mengenai REDD+ dan capaian serapan GRK yang dicapai serta pelaksanaan result-based payment. Memberikan gambaran process ICA melalui Technical Analysis bagi BUR I Indonesia mulai bulan Juni Diskusi lebih bersifat umum terkait kelembagaan, peningkatan kapasitas dan support needs and received. Tidak ada diskusi mendalam mengenai pengukuran inventarisi GRK penurunan emisi GRK 2(d) Other mandated events 2(e) Election of officers other than the Chair Consultations on the nomination of the rapporteur are continued 3 Reporting from and review of Parties included in Annex I to the Convention 7

9 NO AGENDA PROGRESS DAN HASIL PERSIDANGAN CATATAN PENGAMATAN 3(a) Status of submission and review of second biennial reports from Parties included in Annex I to the Convention SBI took note of the status 3(b) Compilation and synthesis of sixth national communications and first biennial reports from Parties included in Annex I to the Convention Conclusions adopted as presented FCCC/ SBI/2016/L.1 3(c) Outcome of the first round of the international assessment and review process ( ) Membahas hasil First Round International Assessment and Review (IAR) Process dan tindak lanjut umtuk memformulasikam Draft Conclusion. Disepakati Draft Conclusion disusun oleh SBI. Persidangan agenda item 3(c) menghasilkan Conclusions sebagaimana tertuang dalam dokumen FCCC/SBI/2016/L.12 dan FCCC/SBI/2016/L.12/Add.1 Memberikan masukan proses transparansi di dalam melaksanakan menurunan emisi GRK. Memberikan masukan proses transparansi di dalam melaksanakan menurunan emisi GRK 3(d) Revision of the Guidelines for the preparation of national communications by Parties included in Annex I to the Convention, Part II: UNFCCC reporting guidelines on national communications Pembahasan tindak lanjut dari workshop yang dimandatkan SBI 43, yang hanya melibatkan negara-negara Annex I. Agenda ini membahas perubahan penggunaan IPCC Guideline 1996 ke IPCC Guideline Terdapat kendala dalam pelaksanaannya mengenai perubahan kategori IP menjadi IPPU proyeksi yang memasukkan indirect CO2 emission. Kedua hal tersebut berkaitan dengan konsistensi penetapan data historis dan proyeksi khususnya dengan data sebelumnya menggunakan IPCC GL Diskusi juga membahas Pedoman berdasarkan Dec 24/CP 19. Membandingkan pengalaman Indonesia dalam menyusun Inventarisasi gas rumah kaca (GRK) dengan menggunakan IPCC Guideline Pertemuan focus membicarakan area yang memerlukan klarifikasi (dari Revision of the NC guidelines), yaitu: Harmonisation of the category names of IPPU in the NCs (the issues of dealing with the IPPU). --> Parties seems to agree on this, and propose changes from IPs to IPPU, accordingly. 8

10 NO AGENDA PROGRESS DAN HASIL PERSIDANGAN CATATAN PENGAMATAN Clarification if projections include indirect CO2 emissions.ooptions available are: either include the CO2 emissions, or leave without CO2 emissions in the Table format. Norway prefers to add footnote to table 2,3 and 4 if indirect emissions CO2 emissions aee inlcuded in ihtorical and projected GHG emissions Clarifying if mandatory and non-mandatory reporting success or failure in technology development and transfer, (as in para 57), serta Parties may also provide information on success and failure stories (where feasible, report activities related to technology transfer, including success and failure stories, using Table 9. Selain itu terdapat beberapa tambahan informasi mengenai research and sytematic information, yaitu ada pada: (i) para 61. changes of [..] to using future earth, (ii0 para 62, correct reference, (iii) adding to para 66.a with 'including global and regional climates models', (iii) adding para 66.c 'approaching including technologies, (iv) adding para 67.c by a phrase of cryophere climate observing systems. Hasil informal consultations untuk agenda ini sebagaimana tertuang dalam dokumen FCCC/SBI/2016/L.22 4 Reporting from Parties not included in Annex I to the Convention 4(a) Information contained in national communications from Parties not included in Annex I to the Convention Held in abeyance. SBI Vice-Chair to conduct consultations on the way forward 9

11 NO AGENDA PROGRESS DAN HASIL PERSIDANGAN CATATAN PENGAMATAN 4(b) 4(c) Provision of financial and technical support Summary reports on the technical analysis of biennial update reports of Parties not included in Annex I to the Convention Chair to prepare draft conclusions in consultation with interested Parties FCCC/SBI/2016/L.11 SBI took note of the summary reports 5 Development of modalities and procedures for the operation and use of a public registry referred to in Article 4, paragraph 12, of the Paris Agreement 6 Development of modalities and procedures for the operation and use of a public registry referred to in Article 7, paragraph 12, of the Paris Agreement Informal consultations co-facilitated FCCC/SBI/2016/L.18 Informal consultations co-facilitated FCCC/SBI/2016/L.19 7 Matters relating to the mechanisms under the Kyoto Protocol 7(a) 7(b) Review of the modalities and procedures for the clean development mechanism Review of the joint implementation guidelines/implementation of the draft joint implementation Conclusions adopted as presented FCCC/SBI/2016/L.13 Conclusions adopted as presented FCCC/SBI/2016/L.8 FCCC/SBI/2016/L.8/Add.1 10

12 NO AGENDA PROGRESS DAN HASIL PERSIDANGAN CATATAN PENGAMATAN modalities and procedures 7(c) Procedures, mechanisms and institutional arrangements for appeals against decisions of the Executive Board of the clean development mechanism Informal consultations facilitated FCCC/SBI/2016/L.23 8 Matters relating to the least developed countries Conclusions addopted as amended FCCC/SBI/2016/L.6 9 National adaptation plans Konsultasi informal SBI dilaksanakan secara intensif sejak tanggal 16 Mei Negara berkembang memberikan pandangan bahwa pelaporan National adaptation plans (NAPs) diharapkan tidak menjadikan beban tambahan bagi negara dan perlu diintegrasikan dengan kerangka kerja pelaporan yang sudah ada. Informasi yang termuat dalam laporan antara lain adalah tingkat kerentanan negara, kesenjangan yang dihadapi negara dalam meningkatkan kapasitas nasional, serta kebutuhan dan prioritas adaptasi Proses perumusan dan pelaksanaan NAPs dipandang penting dalam meningkatkan kapasitas adaptasi, memperkuat resiliensi dan mengurangi kerentanan terhadap perubahan iklim yang berkontribusi kepada pencapaian tujuan global adaptasi sebagaimana tertuang dalam Pasal 7 Paris Agreement. Perlu dilakukan penguatan kapasitas negara pihak dalam penyiapan NAPs, termasuk penerjemahan landasan ilmiah ke tataran perencanaan dan pelaksanaan agar tidak terjadi mal adaptation. Negara berkembang perlu memiliki kemampuan dalam menyiapkan informasi untuk mendapatkan dukungan dalam mengimplementasikan rencana adaptasi. Hal penting yang diperlukan negara berkembang adalah bagaimana agar perencanaan adaptasi yang telah disusun dapat diimplermentasikan secara konkrit. Negara G77/China mempunyai pandangan bahwa elemen kunci pembahasan adalah penguatan pelaporan NAPs dan keterkaitan NAPs dengan mekanisme pendanaan untuk mendukung implementasi. Pembahasan mencakup aspek tujuan pelaporan 11

13 NO AGENDA PROGRESS DAN HASIL PERSIDANGAN CATATAN PENGAMATAN NAPs, elemen pelaporan serta pengelolaan laporan. Proses penyusunan dan pelaksanaan NAPs diarahkan untuk meningkatkan kapasitas adaptasi, penguatan ketahanan dan pengurangan kerentanan terhadap dampak perubahan iklim yang akan memberikan kontribusi terhadap pembangunan berkelanjutan sebagaimana yang dimandatkan dalam Paris Agreement. Proses penyusunan dan pelakanaan NAPs diharapkan dapat membantu negara pihak untuk terlibat secara efektif dalam merencanakan dan mengimplementasikan aksi adaptasi seperti identifikasi gaps, kebutuhan dan prioritas, serta penguatan pembangunan. Elemen-elemen hasil pembahasan telah dituangkan dalam kertas kerja conclusion, sebagaimana tertuang dalam dokumen FCCC/SBI/2016/L Third review of the Adaptation Fund Terkait dengan Agenda item 9 SBI-44, dilaksanakan pertemuan Koordination Grup G-77 dan China, untuk membahas posisi bersama Grup G-77 dan China terhadap beberapa elemen dari draft TOR untuk Third Review of the Adaptation Fund khususnya terkait objectives, scope of mobilization serta coherence and complementary dari program/ proyek AF dengan pendanaan lainnya. Koordinator G-77 dan China menyampaikan perlunya ditambahkan referensi Dec 1/ CP-21 pada pendahuluan draft conclusion yang disiapkan Co Chair, mengingat perlu ada hook untuk Adaptation Fund (AF) ke Paris Agreement (PA) kerena nantinya AF akan melayani/ bekerja di bawah PA. Terkait dengan objective, Grup-77 dan China berpandangan perlu ditambahkan juga isu ketercukupan dan keberlanjutan dana untuk AF, mengingat selama ini dana AF diperoleh dari mekanisme under CDM. Terkait dengan Scope Grup G-77 dan China juga sepakat agar ada Indonesia perlu menyiapkan bahan Submisi pandangan Indonesia terkait Third Review of the Adaptation Fund sesuai dengan TOR yang disepakati. Bahan Submisi harus dikirimkan paling lambat 30 April 2017 agar bisa dijadikan referensi dalam penyiapan Technical Paper oleh Sekretariat dan nantinya akan dilaporkan pada SBI-47 (November 2017). Indonesia perlu juga memperhatikan interlinkage antara AF dibawah APA dengan AF dibawah SBI. 12

14 NO AGENDA PROGRESS DAN HASIL PERSIDANGAN CATATAN PENGAMATAN penekanan pada sumber pendanaan dan mobilisasi pendanaan untuk membiayai program-program adaptasi yang lebih konkret. Terkait dengan Koherensi dan Komplemen dari program/ proyek AF dengan pendanaan lainnya, Grup G-77 dan China menambahkan koherensi dan komplementari dari institusi adaptasi yang lain. Persidangan SBI-44 untuk agenda item 10 dilaksanakan melalui Informal Consultation dengan Co-Chair SBI untuk isu Finance. Pertemuan membahas Draft Conclusion yang telah disiapkan oleh Sekretariat terkait Agenda Item 9 SBI-44 yang sudah diperbaiki oleh Sekretariat sesuai dengan masukan dan pandangan dari parties dari pertemuan sebelumnya. Dalam draft tersebut ada beberapa poin yang didiskusikan, yaitu: (i) Terkait dengan penambahan referensi Dec 1/ CP-21 sebagai hook untuk AF bekerja melayani PA; (ii) Terkait dengan Objective, Diskusi mensepakati penambahan frase ketersediaan dan keberlanjutan pendanaan AF sesuai usulan grup G-77 dan China; (iii) Terkait dengan Scope, khususnya isu koherensi dan komplementari diskusi terpolarisasi antara penggunaan term other financing adaptation institution (Grup EU) atau other adaptation institution (G-77 and China), dan sebagai langkah kompromi digunakan term other institution funding Adaptation Projects and Programs. Pertemuan informal akhirnya dapat mensepakati Draft Conclusion yang sudah disiapkan oleh Sekretariat untuk selanjutnya dibawa pada Pertemuan Contact Group. Persidangan dalam Contact Group Agenda Item 9 SBI-44 membahas hasil Informal Consultation terhadap Draft Conclusion yang telah didiskusikan dan diperbaiki oleh sekretariat sesuai masukan dari Parties. Pada pertemuan Contact Group tersebut akhirnya Draft Conclusion untuk Agenda Item 9 SBI-44 Third Review 13

15 NO AGENDA PROGRESS DAN HASIL PERSIDANGAN CATATAN PENGAMATAN of the Adaptation Fund dapat disepakati oleh Parties dan selanjutnya Sekretariat akan memuat hasil tersebut di website UNFCCC. Selain itu, dilaksanakan pertemuan konsultasi informal untuk membahas TOR review Adaptation Fund ke-3. Pembahasan difokuskan untuk mencermati ruang lingkup TOR dan sumber informasi yang dapat digunakan dalam melaksanakan review. Persidangan SBI-44 untuk agenda item 10 telah menghasilkan conclusion of Chair, sebagaimana tertuang dalam dokumen FCCC/SBI/2016/L Scope and modalities for the periodic assessment of the Technology Mechanism in relation to supporting the implementation of the Paris Agreement Sesuai mandat kepada SBI 44, COP 21 memutuskan untuk melaksanakan periodic assessment terhadap efektivitas dan kecukupan dukungan pengembangan dan alih teknologi melalui Technology Mechanism dalam rangka pelaksanaan Paris Agreement. COP meminta SBI 44 untuk mengelaborasi lingkup dan modalitas periodic assessment, dengan mempertimbangkan review yang dilakukan oleh Climate Technology Centre and Network (CTCN) sebagaimana dicantumkan di dalam decision 2/CP.17, annex VII, paragraf 20, dan modalitas untuk global stocktake yang tercantum di dalam Artikel 14 Paris Agreement, untuk dipertimbangkan dan diadops pada COP 25. Persidangan mengenai pengembangan dan alih teknologi dilakukan untuk dua hal tersebut di atas, melalui pembahasan di lingkup G77 and China, serta SBSTA dan SBI consultation meeting. Dalam negosiasi, sejumlah isu penting yang muncul dalam pembahasan antara lain: (1) Justifikasi mengenai pentingnya proses yang akan dilakukan. Keseluruhan artikel 10 yang baru mencerminkan sistem yang komprehensif bagi pelaksanaan aksi nyata; dan (2) Periodic assessment perlu disesuaikan dengan jadwal assessment yang sudah ada dalam mekanisme sekarang. Hal ini untuk menghindari duplikasi 14

16 NO AGENDA PROGRESS DAN HASIL PERSIDANGAN CATATAN PENGAMATAN 12 Capacity-building in developing countries kegiatan. Hasil pembahasan SBI mengenai scope and modalities for the periodic assessment of the Technology Mechanism (Agenda item 10). Dalam negosiasi, sejumlah isu penting yang muncul dalam pembahasan antara lain: (a) Justifikasi mengenai pentingnya proses yang akan dilakukan. Keseluruhan artikel 10 yang baru mencerminkan sistem yang komprehensif bagi pelaksanaan aksi nyata; (b) Periodic assessment perlu disesuaikan dengan jadwal assessment yang sudah ada dalam mekanisme sekarang. Hal ini untuk menghindari duplikasi kegiatan Chair menyampaikan draft text mengenai agenda item 11 scope and modalities for the periodic assessment of the Technology Mechanism in relation to supporting the implementation of the Paris Agreement. Draft tersebut terdiri atas empat paragraph yang berisi: (i) mengacu dan menyetujui laporan lisan Ketua TEC dan Direktur CTCN; (ii) lingkup dan fokus periodic assessment Technology Mechanism; (iii) perlunya informasi yang bersumber dari prosesproses yang saat ini dilaksanakan di bawah Konvensi; dan (iv) permintaan untuk menyampaikan pandangan negara-negara mengenai lingkup dan modalitas periodic assessment paling lambat tanggal 25 Januari Draft conclusion agenda item (11) sebagaimana tertuang dalam dokumen FCCC/SBI/2016/L.5 12(a) Third comprehensive review of the implementation of the framework for capacity-building Pembahasan mengenai 3rd comprehensive review menghasilkan halhal berikut ini. Disampaikan presentasi mengenai Main findings contained in the technical paper on the third comprehensive review of the implementation of the framework of capacity-building in developing 15

17 NO AGENDA PROGRESS DAN HASIL PERSIDANGAN CATATAN PENGAMATAN under the Convention countries, yang berasal dari kerangka technical paper dan mencakup: Description of capacity-building programmes and activities, Areas mostly addressed, Areas with key results and impacts, Information on capacity-building programmes and activities submitted by United Nations organizations and other institutions, Emerging capacitybuilding needs and gaps, Financial resource, Capacity-building priority areas, Stakeholders involved in and benefiting from capacity-building activities, Availability of and access to resources and effectiveness of their, deployment, Annex II Parties, GEF, GCF and AF, Non-Annex I Parties, Further implementation of the capacity-building framework, dan Baselines and performance indicators for capacity-building. 12(b) 12(c) Third comprehensive review of the implementation of the framework for capacity-building under the Kyoto Protocol Terms of reference for the Paris Committee on Capacity-building Dalam persidangan agenda item 12(a), Sekretariat lebih bersifat menampung pandangan umum. Dalam pandangan para parties, sejumlah negara menyatakan bahwa dalam decision nanti dinyatakan keinginan kuat dari setiap negara untuk mendukung Capacity Building dalam Paris Agreement, terlebih karena CB merupakan isu yang bersifar cross-cutting. Indonesia menyatakan bahwa dalam pelaksanaan CB perlu ada inovasi inovasi baik dalam campaign, public awareness dan juga outreach, sehingga pelaksanaan CB dapat lebih bervariasi. Persidangan agenda item 12(a), menghasilkan conclusion sebagaimana tertuang dalam dokumen FCCC/SBI/2016/L.21 FCCC/SBI/2016/L.20 Sejumlah negara mengusulkan agar agenda 12.c yang terlebih dahulu dibahas (keanggotaan PCCB), termasuk komposisi anggota komite. Sejumlah besar aspek dijadikan pertimbangan dalam PCCB 16

18 NO AGENDA PROGRESS DAN HASIL PERSIDANGAN CATATAN PENGAMATAN yaitu: (i) Objectives and aims; (ii) Composition; (iii) In case of resignation or unable to complete term; (iv) Term in Office/ No terms; (v) Chairmanship; (vi) Gender; (vii) Cooperation with other Convention bodies; (viii) Cross-Membership Rules; (ix) Cooperation with other institutions outside the Convention; (x) Transparency; (xi) Min no of meetings/timing; (xii) Agenda and documentation; (xiii) Decisions by consensus; (xiv) Reporting; (xv) Secretariat functions; (xvi) Working Language; (xvii) Participation of Observers/ experts; (xix) Panels of working groups allowed; (xx) Annual workplan area or focus-who decides; (xxi) Quorum; dan (xxii) Rules of Procedure. Usulan yang tampaknya akan disepakati hampir serupa dengan usulan Indonesia, yaitu 16 anggota dengan komposisi sebagai berikut: (i) Dua anggota dari masing-masing kelima UN region, yaitu: The African Group (54 member states), The Asia Pacific Group (53 member states), The Eastern European Group (23 member states), The Latin American and Caribbean Group (GRULAC), 33 member states; dan The Western European and Others Group (WEOG), 28 member states; (ii) Satu anggota dari LDC; (iii) Satu anggota dari SIDS; (iv) Dua anggota dari Annex II Parties; dan (v) Dua anggota dari Non-Annex I Parties. Persidangan akhirnya menyepakati 12 anggota Paris Committee on Capacity Building (PCCB). yang terdiri dari: i) masing-masing dua anggota dari kelima UN region; ii) satu anggota dari least developed countries; dan iii) satu anggota dari small island developing countries. Di samping itu terdapat enam orang perwakilan yang berasal dari organisasi di bawah Konvensi, termasuk unit operasional Financial Mechanism. Persidangan agenda item 12(c) menghasilkan conclusion sebagaimana tertuang dalam dokumen FCCC/SBI/2016/L.24 dan 17

19 NO AGENDA PROGRESS DAN HASIL PERSIDANGAN CATATAN PENGAMATAN FCCC/SBI/2016/L.24/Add.1 13 Review of the Doha work programme on Article 6 of the Convention Dalam SBI Informal Consultation terdapat beberapa butir pembahasan: a. Views on the next session on the Dialogue. Terdapat dua opsi, yaitu (a) untuk melanjutkan Dialog berikutnya (5 th Dialogue on the Action for Climate Empowerment /ACE) pada sesi SBs ke-46 di bulan Mei/Juni tahun 2017, dan (b) untuk mengorganisir Dialog berikutnya setelah COP-22 di Maroko. Parties menyepakati bahwa Dialogue on ACE berikutnya akan diselenggarakan pada sesi SBs ke-46 di tahun b. Rekomendasi perlunya institutional mechanism dan universal stakeholder dialogue. Civil Society Organization (CSO) merekomendasikan kepada Secretariat untuk institutional mechanism dan perlunya universal stakeholder dialogue dalam rangka mengaddress barriers and gaps dalam upaya melibatkan youth people untuk dapat menghubungkan antara apa yang terjadi di konferensi/sidang dengan hasilnya ke masyarakat. c. Kepastian pendanaan terkait penyelenggaraan Dialogue. Parties meminta kepada Maroko selaku host country of COP-22 untuk memastikan adanya pendanaan untuk penyelenggaraan kegiatan terkait ACE selama di COP-22. d. Usulan penyelenggaraan untuk Education Day during COP-22 dari Maroko. Maroko mengusulkan untuk penyelenggraan Education Day sewaktu COP-22. Parties menyambut baik usulan penyelenggaraan Education Day, namun meminta Maroko untuk melakukan sesuai prosedur dengan mendistribusikan pengumuman/informasi ke negara-negara lainnya. Parties akhirnya menyambut usulan Maroko tersebut dan selanjutnya penyelenggaraan Education Day pada setiap COP menjadi usulan dalam draft conclusion. Pembahasan item ini secara umum berjalan dengan kondusif, penuh kemufakatan, dan jarang terjadi perbedaan pendapat antara negara maju dengan negara berkembang pada hampir seluruh isu. 18

20 NO AGENDA PROGRESS DAN HASIL PERSIDANGAN CATATAN PENGAMATAN Dalam pembahasan disepakati bahwa negara-negara diminta untuk terus meningkatkan sistem pengintegrasian pendidikan, pelatihan, peningkatan kesadaran masyarakat, peran masyarakat serta akses publik terhadap informasi ke dalam semua aksi mitigasi dan adaptasi yang dilaksanakan di bawah Konvensi. Facilitator meminta mandate member of G77 & China untuk mendevelop draft of conclusion dan draft of decision. Parties menyepakati agar Facilitator membuat draft text tersebut. Hasil informal consultations sebagaimana tertuang dalam dokumen FCCC/SBI/2016/L.15 dan FCCC/SBI/2016/L.15/Add.1 14 Impact of the implementation of response measures Pembahasan yang berjalan adalah SBI/SBSTA informal consultations on impact of the implementation of response measures: Improved forum and work programme. Berdasarkan 2 pertemuan yang berlangsung dengan pandangan dan posisi Negara Pihak serta presentasi dari Sekretariat, cofacilitators menyampaikan proposal mengenai workprogramme untuk improved forum hingga SB49, dengan fokus: (i) Just transition of the work force; (ii) Economic diversification; (iii) Economic transition and sustainable development; dan (iv) list of activities yang diusulkan Negara Pihak. Dalam pertemuan ketiga pada umumnya Negara Pihak memandang perlu dilakukan pembahasan lebih lanjut dan menyampaikan beberapa masukan. Proposal akan direvisi dengan memasukkan berbagai pandangan. Isu response measures merupakan isu yang selama ini tidak secara menerus diikuti oleh Indonesia. Dengan berbagai topik dan juga usulan aktivitas yang ada dalam proposal, sudah waktunya Indonesia mengikuti isu ini dengan lebih terfokus sebagai bentuk antisipasi paska (a) Improved forum and work programme FCCC/SB/2016/L.2/Rev.1 14(b) Modalities, work programme and FCCC/SB/2016/L.3 19

21 NO AGENDA PROGRESS DAN HASIL PERSIDANGAN CATATAN PENGAMATAN functions under the Paris Agreement of the forum on the impact of the implementation of response measures 14(c) Matters relating to Article 3, paragraph 14, of the Kyoto Protocol 14(d) Progress on the implementation of decision 1/CP The scope of the next periodic review of the long-term global goal under the Convention and of overall progress towards achieving it The long term global: menahan laju kenaikan suhu di bawah 2 C dibanding masa pra-industri dan apabila memungkinkan menekan kenaikannya menjadi 1.5 C. Keputusan COP 2010 adalah melakukan kajian secara periodik mengenai: (1) the adequacy of this long-term global goal in the light of the ultimate objective of the Convention, and (2) overall progress toward achieving the long-term global goal, including a consideration of the implementation of the commitments under the Convention. Proses tersebut telah dimulai sejak tahun 2012 dengan membentuk structured expert dialogue (SED). Laporan terakhir SED termuat dalam dokumen FCCC/SB/2015/INF.1. Decision COP21 di Paris memberikan mandate untuk melakukan review tersebut secara efisien dan menghindari duplikasi kerja di bawah sesi SB maupun sesi terkait KP. 1 st Informal Consultation menghasilkan beberapa point pembahasan. Parties menyampaikan bahwa review sebaiknya tidak boleh lebih cepat daripada sesi SB48 (sesi SB pertengahan tahun 2018) Usulan tindak lanjut: Indonesia dapat mengidentifikasi secara lebih rinci mengenai scope of next periodic review ini yang diambil dari pembelajaran penyusunan dokumendokumen terdahulu yang telah disampaikan. 20

22 NO AGENDA PROGRESS DAN HASIL PERSIDANGAN CATATAN PENGAMATAN mengingat sampai saat ini belum terkumpul informasi dan clarity yang diperlukan untuk melakukan review yang mencakup 2 fokus utama tersebut di atas. Beberapa Parties menyampaikan bahwa sebaiknya awal pembahasan difokuskan pada scope review itu sendiri, sehingga apabila scope of review telah disepakati maka akan lebih mudah untuk menyesuaikan timing dari review tersebut Draft conclusion mengusulkan agenda mengenai cakupan periodic review ini tidak dibahas dalam SBSTA45 di Maroko dan hanya akan mengadopsi apa yang sudah disusun dalam sesi SBSTA44. AOSIS mengusulkan untuk menyelenggarakan workshop di COP22. Hal ini akan direkomendasikan kepada SBs44, dimana hasil workshop ini (diselenggarakan back to back atau setelah COP22) akan dipertimbangkan dalam pelaporan. Hal ini perlu dipertimbangkan kembali mengingat belum adanya kejelasan addedd values dari workshop ini dibandingkan, misalnya, dengan pendekatan pembahasan dalam informal consultation atau pembahasan dalam agenda lain seperti agenda item Research anda Obeservation. Draft conclusion telah selesai dibahas dan siap untuk diadopsi sebagai salah satu hasil sesi Bonn Mei 2016 (dokumen FCCC/SB/2016/L.1). Draft tersebut memuat penjadwalan pembahasan lanjutan agenda tersebut yang ditetapkan pada sesi SB46 di Bulan Mei Selain itu, usulan Negara berkembang untuk menyelenggarakan satu in-session workshop pada sesi SB46 tersebut telah diakomodir dan akan dipertimbangkan pengaturannya. 16 Gender and climate change Persidangan Gender dan Climate Change pada Bonn Climate Conferece (SBI 44; SBSTA 44; APA 1) di bawah SBI diawali dengan SBI Workshop on gender-responsive climate policy 17 dan pertemuan Women and Gender Constituency yang dimaksudkan Beberapa implementasi kebijakan responsive gender dan aksi Indonesia yang disampaikan pada pertemuan dimaksud di atas diantaranya adalah mainstreaming gender pada kegiatan adaptasi 21

23 NO AGENDA PROGRESS DAN HASIL PERSIDANGAN CATATAN PENGAMATAN untuk penyampaian pandangan dan juga share pembelajaran dari masing-masing negara. Pandangan dan pembelajaran yang diperoleh akan dikompilasi oleh secretariat sebagai bahan untuk informal consultation yang akan dilaksanakan pada minggu ke -2. Pada SBI 44 Workshop on Gender-Responsive Climate Policy hari pertama, moderator George Wamukoya, Kenya menyampaikan tujuan workshop yaitu untuk meningkatkan pengertian dalam hal: genderrelated terms; steps and processes of gender mainstreaming; synergies of relevant bodies and mechanisms under the Convention; and good practices. Sedangkan Verona Collantes-Lebale, UN Women, menyampaikan overview mengenai bagaimana isu gender dicakup dalam keputusan-keputusan UNFCCC, areas kerja serta organisasi (di bawah UNFCCC). Selanjutnya, berlangsung tiga sesi untuk mendiskusikan, antara lain: good practices (subnational), menyusun gender-responsive policies (di level national dan regional); serta training untuk delegasi perempuan UNFCCC (di level internasional). Dalam diskusi hari pertama juga tercetus beberapa isu terkait gender yaitu bagaimana menghubungkan dukungan terhadap kebutuhan di tingkat grass root, dan kurangnya pengalaman di negara berkembang dalam mengintegrasikan gender dan penerapan kebijakan. Pada hari kedua workshop (19 Mei 2016), peserta dibagi menjadi empat kelompok, dengan tugas untuk menyusun rekomendasirekomendasi, sesuai tema yang dibagi. Adapun diskusi masingmasing kelompok menghasilkan sebagai berikut: a. Kelompok the UNFCCC policy makers and implementers merekomendasikan peningkatan kapasitas dari delegasi pria serta meningkatkan engagement (delegasi pria tersebut) dalam isu gender dan perubahan iklim; b. Kelompok Finance mengusulkan untuk mengembalikan hasil perubahan iklim melalui intervensi perencanaan program dan anggaran pada Kementerian/ Lembaga dengan terbitnya Instruksi Presiden No 9. Tahun 2000 tentang Mainstreaming Gender. Peraturan ini juga diimplementasikan sampai dengan kabupaten di bawah koordinasi Kementerian Dalam Negeri. Intervensi penganggaran dilakukan melalui Inisiasi Gender Responsive Budgeting (GRB). Kementerian PPPA juga mengembangkan panduan untuk pemerintah daerah untuk pengintegrasian gender dan pemberdayaan perempuan dengan ressilent plan, rencana pembangunan jangka menengah dan annual budgeting pada tahun Indonesia juga focus pada pengembangan kelembagaan yang beranggotakan anak-anak dan orang-orang dengan kebutuhan khusus untuk membangun ketertarikan dan pengembangan kapasitas terhadap pembangunan daerah terkait resilience strategy di tingkat sub nasional. Indonesia juga telah meratifikasi Konvesi Hak Anak (Child Right Convention) dan telah mengimplementasikan di 250 kabupaten (sekitar 50%) dari 34 provinsi telah mendeklarasikan sebagai kota yang ramah terhadap anak. Salah satu indikator yang diterapkan kepedulian anak terhadap lingkungan melalui partisipasi anak dalam isu perubahan iklim. Indonesia juga mengintegrasikan lingkungan ke dalam kurikulum pendidikan formal menengah. Sekolah juga didorong untuk mengembangkan green school. 22

24 NO AGENDA PROGRESS DAN HASIL PERSIDANGAN CATATAN PENGAMATAN hasil evaluasi kepada peserta proyek, menciptakan ruang/jendela bagi wanita untuk mengakses finance, dan meningkatkan kesadaran terhadap pelaksana proyek dalam hal benefit memasukkan pertimbangan isu gender; c. Kelompok the UNFCCC Secretariat and UN System menyampaikan agar Secretariat UNFCCC dapat memperkuat koordinasi dan koherensi dalam gender mainstreaming, termasuk dengan proses-proses intergovernmental lainnya, dan menambahkan substansi lebih terhadap pelaporan saat ini on gender balance numbers; d. Kelompok Implementing Agencies and societies at national and subnational levels menekankan pentingnya male champions, peningkatan kapasita suntuk organisasi yang bersifat grassroot, pengembangan kurikulum, dan analisis kekuatan untuk meyakinkan pria akan pentingnya perempuan. Beberapa gap yang teridentifikasi di Indonesia dalam implementasi responsive gender dan perubahan iklim diantaranya adalah keterbatasan pendanaan dan juga mekanisme pendanaan untuk implementasi responsive gender, implementasi kebijakan, monitoring dan evaluasi program, keterbatasan kemampuan di tingkat daerah terhadap isu responsive gender dan perubahan iklim. Untuk menjawab tantangan tersebut diperlukan awareness raising and capacity building for relevant stakeholders are done in coordination with local governments associations and local NGOs. Sesi informal terkait Gender and Climate mendiskusikan harapan konten dari draft conclusion untuk isu dimaksud. Untuk itu, Co-chair juga telah mengeluarkan overview dari technical paper yang berisi guidelines and tools for integrating gender considerations (FCCC/TP/2016/2), dan menyarikan hasil-hasil dari the SBI 44 workshop on gender-responsive climate policy. Disampaikan bahwa banyak pihak berkeinginan untuk memperpanjang Lima Work Programme on Gender pada COP22 (Maroko). Negaranegara pihak setuju untuk menyiapkan elemen-elemen dari perpanjangan work program tersebut pada sesi 23 Mei 2016, dengan berdasar pada: the Lima work programme, termasuk keputusan sebelumnya terkait establishing the work programme; hasil-hasil workshop terkait gender di SBI 42 and 44, serta technical paper tersebut. Persidangan selanjutnya membahas draft conclusion dari workshop 23

United Nations Climate Change Conference (UNCCC Warsaw) COP19, CMP9, SBSTA39, SBI39, ADP2.3. Kantor UKP-PPI/DNPI

United Nations Climate Change Conference (UNCCC Warsaw) COP19, CMP9, SBSTA39, SBI39, ADP2.3. Kantor UKP-PPI/DNPI United Nations Climate Change Conference (UNCCC Warsaw) COP19, CMP9, SBSTA39, SBI39, ADP2.3 Kantor UKP-PPI/DNPI Alur Perundingan 19th session of the Conference of the Parties to the UNFCCC (COP19) 9th

Lebih terperinci

Menuju Warsawa: Isu-isu Utama Negosiasi Pendanaan. Suzanty Sitorus Pokja Pendanaan Dewan Nasional Perubahan Iklim

Menuju Warsawa: Isu-isu Utama Negosiasi Pendanaan. Suzanty Sitorus Pokja Pendanaan Dewan Nasional Perubahan Iklim Menuju Warsawa: Isu-isu Utama Negosiasi Pendanaan Suzanty Sitorus Pokja Pendanaan Dewan Nasional Perubahan Iklim Proses UNFCCC terkait pendanaan, 2013 ADP 2-1 Bonn 29 Apr-3 Mei Intersessional Bonn 3-14

Lebih terperinci

Hasil Pertemuan COP 17 dan COP/CMP 7 di DURBAN. Pekerjaan Rumah Indonesia

Hasil Pertemuan COP 17 dan COP/CMP 7 di DURBAN. Pekerjaan Rumah Indonesia Hasil Pertemuan COP 17 dan COP/CMP 7 di DURBAN Pekerjaan Rumah Indonesia oleh: Liana Bratasida lianab125@yahoo.com Jakarta, 22 Maret 2012 Negosiasi Internasional Menjelang 2012 Struktur Organisasi UNFCCC

Lebih terperinci

Dialog Kebijakan Indonesia Climate Action Network (ICAN) Jakarta, 30 Oktober 2012

Dialog Kebijakan Indonesia Climate Action Network (ICAN) Jakarta, 30 Oktober 2012 Dialog Kebijakan Indonesia Climate Action Network (ICAN) Jakarta, 30 Oktober 2012 Dua ad-hoc working groups, AWG-KP dan AWG-LCA, akan diakhiri di Doha AWG-LCA: diakhiri dengan agreed outcome untuk isu

Lebih terperinci

Kerjasama Internasional Mengenai Perubahan Iklim ME4234 KEBIJAKAN IKLIM

Kerjasama Internasional Mengenai Perubahan Iklim ME4234 KEBIJAKAN IKLIM Kerjasama Internasional Mengenai Perubahan Iklim ME4234 KEBIJAKAN IKLIM Pokok Bahasan Tentang Konvensi Struktur Konvensi Peluang dukungan dan dana Tentang Protokol Kyoto Elemen & Komitmen Protokol Kyoto

Lebih terperinci

Ari Mochamad Sekretaris Pokja Adaptasi Dewan Nasional Perubahan Iklim (DNPI)

Ari Mochamad Sekretaris Pokja Adaptasi Dewan Nasional Perubahan Iklim (DNPI) Ari Mochamad Sekretaris Pokja Adaptasi Dewan Nasional Perubahan Iklim (DNPI) L and D Map mandates, workplans, and/or decisions with adaptation relevance the work programme on loss and damage (L&D WP),

Lebih terperinci

Penterjemahan Kerangka Transparansi - Paris Agreement ke dalam konteks Nasional

Penterjemahan Kerangka Transparansi - Paris Agreement ke dalam konteks Nasional Penterjemahan Kerangka Transparansi - Paris Agreement ke dalam konteks Nasional Translating Transparency Framework of Paris Agreement to National Context Dipresentasikan oleh Belinda A Margono Pada acara

Lebih terperinci

Overview of Climate Negotiation: Balanced Package for Doha?

Overview of Climate Negotiation: Balanced Package for Doha? Overview of Climate Negotiation: Balanced Package for Doha? Tazwin Hanif Deputy Director for Sustainable Development. Ministry of Foreign Affairs Dialog Kebijakan Indonesia Climate Action Network (ICAN)

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I PENGESAHAN. Agreement. Perubahan Iklim. PBB. Kerangka Kerja. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 204) PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK

Lebih terperinci

COP 17/CMP 7 DIBUKA OLEH

COP 17/CMP 7 DIBUKA OLEH COP 17/CMP 7 DIBUKA OLEH sambutan dari Sekretaris Eksekutif UNFCCC, Christiana Figueres, Presiden Afrika Selatan, Jacob Zuma, dan pidato pembukaan oleh Menteri Lingkungan Afrika Selatan, Nkoana-Mashabane

Lebih terperinci

2018, No Produk, Kehutanan dan Penggunaan Lahan Lainnya, dan Limbah; d. bahwa Pedoman Umum Inventarisasi GRK sebagaimana dimaksud dalam huruf c

2018, No Produk, Kehutanan dan Penggunaan Lahan Lainnya, dan Limbah; d. bahwa Pedoman Umum Inventarisasi GRK sebagaimana dimaksud dalam huruf c No.163, 2018 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-LHK. Inventarisasi GRKN. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.73/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2017 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

Emisi global per sektornya

Emisi global per sektornya Adaptasi Perubahan Iklim sebagai Langkah Mendesak dan Prioritas Ari Mochamad Sekretaris Kelompok Kerja Adaptasi Dewan Nasional Perubahan Iklim (DNPI) Disampaikan pada acara FGD tentang Kajian Peraturan

Lebih terperinci

PENINGKATAN KAPASITAS PERUBAHAN IKLIM DI INDONESIA

PENINGKATAN KAPASITAS PERUBAHAN IKLIM DI INDONESIA Ambon, 3 Juni 2016 PENINGKATAN KAPASITAS PERUBAHAN IKLIM DI INDONESIA disampaikan dalam WORKSHOP AHLI PERUBAHAN IKLIM REGIONAL MALUKU DAN MALUKU UTARA PENINGKATAN KAPASITAS AHLI DALAM PENANGANAN PEMANASAN

Lebih terperinci

DIREKTORAT INVENTARISASI DAN PEMANTAUAN SUMBER DAYA HUTAN. Jakarta, 26 Januari 2017

DIREKTORAT INVENTARISASI DAN PEMANTAUAN SUMBER DAYA HUTAN. Jakarta, 26 Januari 2017 DIREKTORAT INVENTARISASI DAN PEMANTAUAN SUMBER DAYA HUTAN Workshop Nasional "Menterjemahkan Transparency Framework Persetujuan Paris dalam Konteks Nasional" Jakarta, 26 Januari 2017 ISU STRATEGIS ORGANISASI

Lebih terperinci

Nations Framework Convention on Climate Change (Konvensi Kerangka Kerja Perserikatan

Nations Framework Convention on Climate Change (Konvensi Kerangka Kerja Perserikatan UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2004 TENTANG PENGESAHAN KYOTO PROTOCOL TO THE UNITED NATIONS FRAMEWORK CONVENTION ON CLIMATE CHANGE (PROTOKOL KYOTO ATAS KONVENSI KERANGKA KERJA PERSERIKATAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2004 TENTANG PENGESAHAN KYOTO PROTOCOL TO THE UNITED NATIONS FRAMEWORK C'ONVENTION ON CLIMATE CHANGE (PROTOKOL KYOTO ATAS KONVENSI KERANGKA KERJA PERSERIKATAN

Lebih terperinci

WWF: Paket Istimewa yang diharapkan dari Durban

WWF: Paket Istimewa yang diharapkan dari Durban WWF: Paket Istimewa yang diharapkan dari Durban COP 17 di Durban akan menjadi titik balik proses negosiasi PBB untuk perubahan iklim. Para pemimpin dunia dapat meneruskan capaian yang telah dihasilkan

Lebih terperinci

Proses dan Negosiasi Agenda Pembangunan Berkelanjutan 2030 (SDGs)

Proses dan Negosiasi Agenda Pembangunan Berkelanjutan 2030 (SDGs) Proses dan Negosiasi Agenda Pembangunan Berkelanjutan 2030 (SDGs) Toferry P. Soetikno Direktur Pembangunan, Ekonomi dan Lingkungan Hidup Kementerian Luar Negeri 2015 Outline Pentingnya SDGs Proses dan

Lebih terperinci

Strategi Pengembangan Pembelajaran Perubahan Iklim di Indonesia

Strategi Pengembangan Pembelajaran Perubahan Iklim di Indonesia Strategi Pengembangan Pembelajaran Perubahan Iklim di Indonesia Doddy S. Sukadri Yayasan Mitra Hijau (YMH) Jakarta 29 Maret 2017 Paparan Hari ini UNFCCC LATAR BELAKANG Artikel 6 UNFCCC (Action for Climate

Lebih terperinci

MENTERJEMAHKAN TRANSPARANSI FRAMEWORK

MENTERJEMAHKAN TRANSPARANSI FRAMEWORK Direktorat Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Jakarta, Januari 2017 MENTERJEMAHKAN TRANSPARANSI FRAMEWORK PERSETUJUAN PARIS DALAM KONTEKS NASIONAL Dr. Ir.

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG PENGESAHAN PARIS AGREEMENT TO THE UNITED NATIONS FRAMEWORK CONVENTION ON CLIMATE CHANGE (PERSETUJUAN PARIS ATAS KONVENSI KERANGKA KERJA PERSERIKATAN

Lebih terperinci

Paris Agreement, NDC dan Peran Daerah dalam Penurunan Emisi. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Jakarta, Juni 2016

Paris Agreement, NDC dan Peran Daerah dalam Penurunan Emisi. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Jakarta, Juni 2016 Paris Agreement, NDC dan Peran Daerah dalam Penurunan Emisi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Jakarta, Juni 2016 OUTLINE 1. PERUBAHAN IKLIM DAN DAMPAKNYA 2. PARIS CLIMATE AGREEMENT: PENANDATANGANAN

Lebih terperinci

Pandangan Indonesia mengenai NAMAs

Pandangan Indonesia mengenai NAMAs Pandangan Indonesia mengenai NAMAs 1. Nationally Appropriate Mitigation Action by Non-Annex I atau biasa disingkat NAMAs adalah suatu istilah pada Bali Action Plan yang disepakati Pertemuan Para Pihak

Lebih terperinci

PENDANAAN UNTUK PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

PENDANAAN UNTUK PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL PENDANAAN UNTUK PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN Wakil Menteri PPN/Wakil Kepala Bappenas Intergovernmental Committee of Experts

Lebih terperinci

Proses Pembahasan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs) di Tingkat Global. Kementerian Luar Negeri

Proses Pembahasan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs) di Tingkat Global. Kementerian Luar Negeri Proses Pembahasan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs) di Tingkat Global Kementerian Luar Negeri 30/01/2014 1 KTT Rio+20: the Future We Want Konferensi PBB untuk Pembangunan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Lampiran 1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2004 tentang Pengesahan Kyoto Protocol To The United Nations Framework Convention On Climate Change (Protokol Kyoto Atas Konvensi Kerangka Kerja

Lebih terperinci

Kebijakan perubahan iklim dan aksi mitigasi di Indonesia. JCM Indonesia Secretariat

Kebijakan perubahan iklim dan aksi mitigasi di Indonesia. JCM Indonesia Secretariat Kebijakan perubahan iklim dan aksi mitigasi di Indonesia JCM Indonesia Secretariat Data suhu bulanan global Suhu rata-rata global meningkat drastic dan hamper mencapai 1.5 O Celcius dibanding dengan jaman

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2004 TENTANG PENGESAHAN KYOTO PROTOCOL TO THE UNITED NATIONS FRAMEWORK CONVENTION ON CLIMATE CHANGE (PROTOKOL KYOTO ATAS KONVENSI KERANGKA KERJA PERSERIKATAN

Lebih terperinci

KETERPADUAN AGENDA PENGENDALIAN PERUBAHAN IKLIM INTERNASIONAL NASIONAL SUB NASIONAL

KETERPADUAN AGENDA PENGENDALIAN PERUBAHAN IKLIM INTERNASIONAL NASIONAL SUB NASIONAL KETERPADUAN AGENDA PENGENDALIAN PERUBAHAN IKLIM INTERNASIONAL NASIONAL SUB NASIONAL Dr. Ir. Nur Masripatin, M.For.Sc. Direktur Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN

Lebih terperinci

Update on Indonesia Climate Change Policy Development

Update on Indonesia Climate Change Policy Development Update on Indonesia Climate Change Policy Development Dr. Medrilzam Director for Environment Affairs Ministry of National Development Planning/ National Development Planning Agency (BAPPENAS) Presented

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEMBAHASAN BONN CLIMATE CHANGE CONFERENCE

PERKEMBANGAN PEMBAHASAN BONN CLIMATE CHANGE CONFERENCE PERKEMBANGAN PEMBAHASAN BONN CLIMATE CHANGE CONFERENCE Toferry P. Soetikno Direktur Pembangunan, Ekonomi dan Lingkungan Hidup Kementerian Luar Neger RI Juni 2015 Outline Proses menuju kesepakatan baru

Lebih terperinci

PENGARUSUTAMAAN PERUBAHAN IKLIM KE DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN

PENGARUSUTAMAAN PERUBAHAN IKLIM KE DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN PENGARUSUTAMAAN PERUBAHAN IKLIM KE DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN Dr. Medrilzam Direktorat Lingkungan Hidup Kedeputian Maritim dan Sumber Daya Alam Diskusi Koherensi Politik Agenda Pengendalian Perubahan

Lebih terperinci

Kebijakan Pelaksanaan REDD

Kebijakan Pelaksanaan REDD Kebijakan Pelaksanaan REDD Konferensi Nasional terhadap Pekerjaan Hijau Diselenggarakan oleh Organisasi Perburuhan Internasional Jakarta Hotel Borobudur, 16 Desember 2010 1 Kehutanan REDD bukan satu-satunya

Lebih terperinci

Oleh. Dr. Sunaryo Staf Ahli Menteri Kehutanan IV Bidang Kemitraan/ Ketua Tim CDM Kehutanan

Oleh. Dr. Sunaryo Staf Ahli Menteri Kehutanan IV Bidang Kemitraan/ Ketua Tim CDM Kehutanan LAPORAN MENGIKUTI SIDANG SBSTA DAN SBI-22 KONVENSI PERUBAHAN IKLIM (Twenty-second Sessions of Subsidiary Bodies of the United Nations Framework Convention on Climate Change) Bonn, Jerman, 19 27 May 2005

Lebih terperinci

PENDANAAN REDD+ Ir. Achmad Gunawan, MAS DIREKTORAT MOBILISASI SUMBERDAYA SEKTORAL DAN REGIONAL DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN PERUBAHAN IKLIM

PENDANAAN REDD+ Ir. Achmad Gunawan, MAS DIREKTORAT MOBILISASI SUMBERDAYA SEKTORAL DAN REGIONAL DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN PERUBAHAN IKLIM PENDANAAN REDD+ Ir. Achmad Gunawan, MAS DIREKTORAT MOBILISASI SUMBERDAYA SEKTORAL DAN REGIONAL DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN PERUBAHAN IKLIM OUTLINE ISU PENDANAAN REDD+ PROGRESS PENDANAAN REDD+ di INDONESIA

Lebih terperinci

STRATEGI READINESS REDD INDONESIA ( )

STRATEGI READINESS REDD INDONESIA ( ) MINISTRY OF FORESTRY STRATEGI READINESS REDD INDONESIA (2009-2012) POKJA Perubahan Iklim Departemen Kehutanan Disampaikan pada acara Konsultasi Publik, Jakarta, 14 September 2009 MINISTRY OF FORESTRY PENGANTAR

Lebih terperinci

National Planning Workshop

National Planning Workshop Strategi Nasional Untuk Meningkatkan Kapasitas SDM Dalam Menghadapi Perubahan Iklim National Planning Workshop Doddy S. Sukadri Dewan Nasional Perubahan Iklim (DNPI) Jakarta, 9 Oktober 2012 Outline Landasan

Lebih terperinci

Koordinasi Kelembagaan dan Kebijakan REDD Plus

Koordinasi Kelembagaan dan Kebijakan REDD Plus Koordinasi Kelembagaan dan Kebijakan REDD Plus Doddy S. Sukadri Dewan Nasional Perubahan Iklim (DNPI) Disampaikan dalam rangka PELATIHAN MEKANISME PEMBAYARAN REDD PLUS Hotel Grand USSU, Cisarua, 21 Desember

Lebih terperinci

Percepatan Peningkatan Aksi-aksi Perubahan Iklim di Tingkat Global : Pandangan Kelompok Masyarakat Sipil

Percepatan Peningkatan Aksi-aksi Perubahan Iklim di Tingkat Global : Pandangan Kelompok Masyarakat Sipil Percepatan Peningkatan Aksi-aksi Perubahan Iklim di Tingkat Global : Pandangan Kelompok Masyarakat Sipil Climate Summit 2014 merupakan event penting dimana negara-negara PBB akan berkumpul untuk membahas

Lebih terperinci

IMPLEMENTA IMPLEMENT S A I S IRENCANA RENCAN A AKSI AKSI NAS NA I S O I NA N L PENURU PENUR NA N N EMISI EMISI GAS RUMA M H H KACA

IMPLEMENTA IMPLEMENT S A I S IRENCANA RENCAN A AKSI AKSI NAS NA I S O I NA N L PENURU PENUR NA N N EMISI EMISI GAS RUMA M H H KACA IMPLEMENTASI RENCANA AKSI NASIONAL PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA Ir. Wahyuningsih Darajati, M.Sc Direktur Lingkungan Hidup Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas Disampaikan ik dalam Diskusi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. manusia dalam penggunaan energi bahan bakar fosil serta kegiatan alih guna

I. PENDAHULUAN. manusia dalam penggunaan energi bahan bakar fosil serta kegiatan alih guna I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perubahan iklim adalah fenomena global yang disebabkan oleh kegiatan manusia dalam penggunaan energi bahan bakar fosil serta kegiatan alih guna lahan dan kehutanan. Kegiatan

Lebih terperinci

Press Release The Asia Pacific Regional Parliamentarian and CSO Forum on MDG Acceleration and the Post 2015 Development Agenda

Press Release The Asia Pacific Regional Parliamentarian and CSO Forum on MDG Acceleration and the Post 2015 Development Agenda Press Release The Asia Pacific Regional Parliamentarian and CSO Forum on MDG Acceleration and the Post 2015 Development Agenda Nusa Dua Bali, 25 26 Maret 2013 --------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Lebih terperinci

REDD+ dan Tata Kelola Pemerintahan

REDD+ dan Tata Kelola Pemerintahan REDD+ dan Tata Kelola Pemerintahan Lokakarya Pengembangan Kapasitas REDD+ Bogor, Indonesia 19 Maret 2010 Crystal Davis World Resources Institute Topik Presentasi 1. Mengapa tata kelola kehutanan penting

Lebih terperinci

2018, No Carbon Stocks) dilaksanakan pada tingkat nasional dan Sub Nasional; d. bahwa dalam rangka melaksanakan kegiatan REDD+ sebagaimana dima

2018, No Carbon Stocks) dilaksanakan pada tingkat nasional dan Sub Nasional; d. bahwa dalam rangka melaksanakan kegiatan REDD+ sebagaimana dima No.161, 2018 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-LHK. Perangkat REDD+. Pencabutan. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.70/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2017 TENTANG

Lebih terperinci

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 1975 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 1975 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 1975 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : bahwa dipandang perlu untuk memberikan petunjuk-petunjuk pengarahan bagi Delegasi Pemerintah Republik Indonesia

Lebih terperinci

Peran Kementerian ATR/BPN dalam Adaptasi Perubahan Iklim untuk Mencapai Tujuan NDC

Peran Kementerian ATR/BPN dalam Adaptasi Perubahan Iklim untuk Mencapai Tujuan NDC Peran Kementerian ATR/BPN dalam Adaptasi Perubahan Iklim untuk Mencapai Tujuan NDC Rabu, 17 Januari 2018 Workshop Elaborasi NDC Adaptasi Perubahan Iklim KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/ BADAN PERTANAHAN

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA AKSI NASIONAL PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA AKSI NASIONAL PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA AKSI NASIONAL PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

LANDASAN PROGRAM. Landasan pertama:

LANDASAN PROGRAM. Landasan pertama: LANDASAN PROGRAM Landasan pertama: Article 6 of the UNFCCC: Education, Training and Public Awarenes Calls on governments to educate, empower and engage all stakeholders and major groups on climate change

Lebih terperinci

2013, No Mengingat Emisi Gas Rumah Kaca Dari Deforestasi, Degradasi Hutan dan Lahan Gambut; : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Rep

2013, No Mengingat Emisi Gas Rumah Kaca Dari Deforestasi, Degradasi Hutan dan Lahan Gambut; : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Rep No.149, 2013 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LINGKUNGAN. Badan Pengelola. Penurunan. Emisi Gas Rumah Kaca. Kelembagaan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2013 TENTANG BADAN PENGELOLA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2013 TENTANG BADAN PENGELOLA PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA DARI DEFORESTASI, DEGRADASI HUTAN DAN LAHAN GAMBUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2013 TENTANG BADAN PENGELOLA PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA DARI DEFORESTASI, DEGRADASI HUTAN DAN LAHAN GAMBUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

Penanggungjawab : Koordinator Tim Pelaksana

Penanggungjawab : Koordinator Tim Pelaksana CAKUPAN PEKERJAAN KOORDINATOR SEKTOR DAN STAF ADMINISTRASI PADA SEKRETARIAT PELAKSANAAN PERATURAN PRESIDEN (PERPRES) NOMOR 55 TAHUN 2012 TENTANG STRATEGI NASIONAL PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN KORUPSI (STRANAS

Lebih terperinci

Indonesia, G20 dan Komitmen Anti Korupsi

Indonesia, G20 dan Komitmen Anti Korupsi Indonesia, G20 dan Komitmen Anti Korupsi 1 OLEH: MAHENDRA SIREGAR WAKIL MENTERI PERDAGANGAN PADA ROUND TABLE DISCUSSION INDONESIA, G-20 DAN KOMITMEN ANTI-KORUPSI Diselenggarakan oleh INFID. Hotel Santika

Lebih terperinci

DUKUNGAN WHO INDONESIA TERHADAP STANDARISASI KURIKULUM PELATIHAN GIZI OLEH: SUGENG EKO IRIANTO

DUKUNGAN WHO INDONESIA TERHADAP STANDARISASI KURIKULUM PELATIHAN GIZI OLEH: SUGENG EKO IRIANTO DUKUNGAN WHO INDONESIA TERHADAP STANDARISASI KURIKULUM PELATIHAN GIZI OLEH: SUGENG EKO IRIANTO Why WHO is here? WHO is a major player in Global Health The environment in country is changing The role of

Lebih terperinci

Implementasi SDGs di Tingkat Global dan Keterkaitannya dengan Isu Kekayaan Intelektual

Implementasi SDGs di Tingkat Global dan Keterkaitannya dengan Isu Kekayaan Intelektual Implementasi SDGs di Tingkat Global dan Keterkaitannya dengan Isu Kekayaan Intelektual Toferr y P. Soetikno Direktur Pembangunan, Ekonomi dan Lingkungan Hidup Kementerian Luar Negeri, 2016 Outline: 1.

Lebih terperinci

KEMAJUAN PENYIAPAN ARSITEKTUR REDD+ INDONESIA: SISTEM INFORMASI SAFEGUARDS (SIS) REDD+ INDONESIA

KEMAJUAN PENYIAPAN ARSITEKTUR REDD+ INDONESIA: SISTEM INFORMASI SAFEGUARDS (SIS) REDD+ INDONESIA KEMAJUAN PENYIAPAN ARSITEKTUR REDD+ INDONESIA: SISTEM INFORMASI SAFEGUARDS (SIS) REDD+ INDONESIA Ir. Emma Rachmawaty, M.Sc Direktur Mitigasi Perubahan Iklim Direktorat Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim

Lebih terperinci

TAWARAN BANTUAN KAJIAN PERUBAHAN IKLIM

TAWARAN BANTUAN KAJIAN PERUBAHAN IKLIM TAWARAN BANTUAN KAJIAN PERUBAHAN IKLIM A. LATAR BELAKANG Perubahan iklim telah menjadi tantangan pembangunan global. Indonesia menjadi negara yang terkena dampak sekaligus turut serta sebagai penyebab

Lebih terperinci

BAHAN KULIAH HUKUM PERNIAGAAN/PERDAGANGAN INTERNASIONAL MATCH DAY 10

BAHAN KULIAH HUKUM PERNIAGAAN/PERDAGANGAN INTERNASIONAL MATCH DAY 10 BAHAN KULIAH HUKUM PERNIAGAAN/PERDAGANGAN INTERNASIONAL MATCH DAY 10 PENANAMAN MODAL TERKAIT PERDAGANGAN INTERNASIONAL DALAM KERANGKA WTO (THE TRADE RELATED INVESTMENT MEASURES-TRIMs) A. Agreement on Trade

Lebih terperinci

PROTOKOL KYOTO ATAS KONVENSI KERANGKA KERJA PBB TENTANG PERUBAHAN IKLIM

PROTOKOL KYOTO ATAS KONVENSI KERANGKA KERJA PBB TENTANG PERUBAHAN IKLIM PROTOKOL KYOTO ATAS KONVENSI KERANGKA KERJA PBB TENTANG PERUBAHAN IKLIM Para Pihak pada Protokol ini, Menjadi para Pihak pada Konvensi Kerangka Kerja Perserikatan Bangsa Bangsa tentang Perubahan Iklim,

Lebih terperinci

Konservasi dan Perubahan Iklim. Manado, Pipin Permadi GIZ FORCLIME

Konservasi dan Perubahan Iklim. Manado, Pipin Permadi GIZ FORCLIME Konservasi dan Perubahan Iklim Manado, 28.05.2015 Pipin Permadi GIZ FORCLIME www.forclime.org Perubahan Iklim Perubahan iklim merupakan suatu keadaan dimana pola iklim dunia berubah secara drastis dan

Lebih terperinci

Pendanaan utk Mitigasi Sektor Kehutanan dan Kesiapan Pasar REDD+ di Indonesia

Pendanaan utk Mitigasi Sektor Kehutanan dan Kesiapan Pasar REDD+ di Indonesia Pendanaan utk Mitigasi Sektor Kehutanan dan Kesiapan Pasar REDD+ di Indonesia Ismid Hadad Dewan Nasional Perubahan Iklim Presentasi untuk Workshop Kementerian Kehutanan tentang Pendanaan dan Mekanisme

Lebih terperinci

LAPORAN DELEGASI DPR RI ANNUAL 2011 SESSION OF THE PARLIAMENTARY CONFERENCE ON THE WORLD TRADE ORGANIZATION

LAPORAN DELEGASI DPR RI ANNUAL 2011 SESSION OF THE PARLIAMENTARY CONFERENCE ON THE WORLD TRADE ORGANIZATION 2011 LAPORAN DELEGASI DPR RI ANNUAL 2011 SESSION OF THE PARLIAMENTARY CONFERENCE ON THE WORLD TRADE ORGANIZATION JENEWA, 21 22 MARET 2011 BADAN KERJA SAMA ANTAR PARLEMEN 2011 LAPORAN DELEGASI DPR RI KE

Lebih terperinci

PROTOKOL KYOTO ATAS KONVENSI KERANGKA KERJA PBB TENTANG PERUBAHAN IKLIM

PROTOKOL KYOTO ATAS KONVENSI KERANGKA KERJA PBB TENTANG PERUBAHAN IKLIM PROTOKOL KYOTO ATAS KONVENSI KERANGKA KERJA PBB TENTANG PERUBAHAN IKLIM Para Pihak pada Protokol ini, Menjadi para Pihak pada Konvensi Kerangka Kerja Perserikatan Bangsa Bangsa tentang Perubahan Iklim,

Lebih terperinci

Tata ruang Indonesia

Tata ruang Indonesia Tata ruang Indonesia Luas 190,994,685 Ha Hutan Produksi Kawasan Non-hutan Hutan Produksi Terbatas Hutan konservasi Hutan dilindungi Sumber: Statistik Kehutanan Indonesia 2008, Departemen Kehutanan Indonesia

Lebih terperinci

Perspektif Good Governance dan RPP Pengendalian Perubahan Iklim

Perspektif Good Governance dan RPP Pengendalian Perubahan Iklim Perspektif Good Governance dan RPP Pengendalian Perubahan Iklim Jakarta, 17 Januari 2018 Agenda Presentasi RPP Perubahan Iklim sebagai Instrumen Pelaksana UU 16/2016 Good Governance dalam RPP Perubahan

Lebih terperinci

Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca dan Proyeksi Emisi CO 2 untuk Jangka Panjang

Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca dan Proyeksi Emisi CO 2 untuk Jangka Panjang Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca dan Proyeksi Emisi CO 2 untuk Jangka Panjang Suryani *1 1 Pusat Teknologi Pengembangan Sumberdaya Energi, BPPT, Jakarta * E-mail: suryanidaulay@ymail.com

Lebih terperinci

Peran dan Kontribusi K/L: Implementasi Kajian Risiko dan Dampak Perubahan Iklim

Peran dan Kontribusi K/L: Implementasi Kajian Risiko dan Dampak Perubahan Iklim Ulasan - Review Peran dan Kontribusi K/L: Implementasi Kajian Risiko dan Dampak Perubahan Iklim Perdinan GFM FMIPA - IPB Desain oleh http://piarea.co.id NDC - Adaptasi TARGET The medium-term goal of Indonesia

Lebih terperinci

BRIEF Volume 11 No. 01 Tahun 2017

BRIEF Volume 11 No. 01 Tahun 2017 PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN SOSIAL, EKONOMI, KEBIJAKAN DAN PERUBAHAN IKLIM BADAN PENELITIAN, PENGEMBANGAN DAN INOVASI KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN POLICY BRIEF Volume 11 No. 01 Tahun

Lebih terperinci

Kementerian Negara/Lembaga : Kementerian Keuangan

Kementerian Negara/Lembaga : Kementerian Keuangan KERANGKA ACUAN KERJA/TERMS OF REFERENCE SELEKSI DELIVERY PARTNER NATIONAL DESIGNATED AUTHORITY GREEN CLIMATE FUND (NDA GCF) INDONESIA UNTUK MENGAKSES/ MENGELOLA DANA READINESS AND PREPARATORY SUPPORT GCF

Lebih terperinci

Background Paper PEMBIAYAAN UNTUK PEMBANGUNAN

Background Paper PEMBIAYAAN UNTUK PEMBANGUNAN Background Paper PEMBIAYAAN UNTUK PEMBANGUNAN Pendahuluan Bakground Paper ini disusun sebagai informasi awal untuk memberikan gambaran mengenai posisi diskursus pembiayaan pembangunan saat ini. Diharapkan

Lebih terperinci

MAKSUD DAN TUJUAN. Melakukan dialog mengenai kebijakan perubahan iklim secara internasional, khususnya terkait REDD+

MAKSUD DAN TUJUAN. Melakukan dialog mengenai kebijakan perubahan iklim secara internasional, khususnya terkait REDD+ MENTERI KEHUTANAN LETTER OF INTENT (LOI) ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DENGAN PEMERINTAH NORWEGIA TENTANG KERJASAMA PENGURANGAN EMISI GAS RUMAH KACA DARI DEFORESTASI DAN DEGRADASI KEHUTANAN JAKARTA,

Lebih terperinci

PEMBAGIAN MANFAAT REDD+ DI KAWASAN HUTAN

PEMBAGIAN MANFAAT REDD+ DI KAWASAN HUTAN PEMBAGIAN MANFAAT REDD+ DI KAWASAN HUTAN Muhammad Zahrul Muttaqin P3SEKPI, BLI KLHK Jakarta, 28 November 2017 Pendahuluan REDD+ sebagai positif insentif REDD+ sebagai sebuah program nasional yang dilaksanakan

Lebih terperinci

PENGANTAR PRESIDEN RI PADA SIDKAB TERBATAS BID. PEREKONOMIAN DI NUSA DUA, BALI, 28 MARET 2013 Kamis, 28 Maret 2013

PENGANTAR PRESIDEN RI PADA SIDKAB TERBATAS BID. PEREKONOMIAN DI NUSA DUA, BALI, 28 MARET 2013 Kamis, 28 Maret 2013 PENGANTAR PRESIDEN RI PADA SIDKAB TERBATAS BID. PEREKONOMIAN DI NUSA DUA, BALI, 28 MARET 2013 Kamis, 28 Maret 2013 PENGANTAR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA SIDANG KABINET TERBATAS BIDANG PEREKONOMIAN

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Aktivitas manusia telah meningkatkan emisi gas rumah kaca serta

BAB I. PENDAHULUAN. Aktivitas manusia telah meningkatkan emisi gas rumah kaca serta BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Aktivitas manusia telah meningkatkan emisi gas rumah kaca serta meningkatkan suhu global. Kegiatan yang menyumbang emisi gas rumah kaca dapat berasal dari pembakaran

Lebih terperinci

Peran Pendanaan Perubahan Iklim di dalam Pendanaan untuk Pembangunan dan Dampaknya bagi Indonesia

Peran Pendanaan Perubahan Iklim di dalam Pendanaan untuk Pembangunan dan Dampaknya bagi Indonesia Peran Pendanaan Perubahan Iklim di dalam Pendanaan untuk Pembangunan dan Dampaknya bagi Indonesia Henriette Imelda Institute for Essential Services Reform Kehati, 27 April 2015 Pendanaan Perubahan Iklim

Lebih terperinci

tersebut terdapat di atmosfer. Unsur-unsur yang terkandung dalam udara dan

tersebut terdapat di atmosfer. Unsur-unsur yang terkandung dalam udara dan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Udara di bumi memiliki beberapa unsur yang sangat dibutuhkan oleh kehidupan manusia, tumbuhan dan hewan. Udara untuk kehidupan sehari-hari tersebut terdapat di atmosfer.

Lebih terperinci

AGENDA SIDANG THE 26 TH EXCOM MEETING

AGENDA SIDANG THE 26 TH EXCOM MEETING LAPORAN DELEGASI DPR RI KE SIDANG THE 26 TH MEETING OF EXECUTIVE COMMITTEE PARLIAMENTARY UNION OF OIC MEMBER STATES ANKARA REPUBLIC OF TURKEY 20 NOVEMBER 2011 PENDAHULUAN Pada tanggal 20 November 2011

Lebih terperinci

NDC DAN IMPLEMENTASINYA

NDC DAN IMPLEMENTASINYA NDC DAN IMPLEMENTASINYA SAATNYA MENGIMPLEMENTASIKAN NDC (NATIONALLY DETERMINED CONTRIBUTION) DR. NUR MASRIPATIN Direktur Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim/ National Focal Point for UNFCCC NDC Kick

Lebih terperinci

DENGAN GLOBAL GREEN GROWTH

DENGAN GLOBAL GREEN GROWTH KERJASAMA PEMERINTAH INDONESIA DENGAN GLOBAL GREEN GROWTH INSTITUTE (GGGI) KEDEPUTIAN KEMARITIMAN DAN SDA 6 OKTOBER 205 Kerja Sama Pem.RI-GGGI. GGGI semula adalah NGO yang dibentuk Pemerintah Korea dengan

Lebih terperinci

PENULISAN HUKUM / SKRIPSI PERAN PROTOKOL KYOTO DALAM MENGURANGI TINGKAT EMISI DUNIA MELALUI CLEAN DEVELOPMENT MECHANISM

PENULISAN HUKUM / SKRIPSI PERAN PROTOKOL KYOTO DALAM MENGURANGI TINGKAT EMISI DUNIA MELALUI CLEAN DEVELOPMENT MECHANISM PENULISAN HUKUM / SKRIPSI PERAN PROTOKOL KYOTO DALAM MENGURANGI TINGKAT EMISI DUNIA MELALUI CLEAN DEVELOPMENT MECHANISM Disusun oleh: DANIEL AGA ARDIANTO NPM : 02 05 08058 PROGRAM STUDI : Ilmu Hukum PROGRAM

Lebih terperinci

SISTEM REGISTRI NASIONAL

SISTEM REGISTRI NASIONAL EDISI NOVEMBER 2016 USER MANUAL SISTEM REGISTRI NASIONAL PENGENDALIAN PERUBAHAN IKLIM UNTUK PUBLIK Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Direktorat Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim 2016 Daftar

Lebih terperinci

ICT for Development: Multi-stakeholder

ICT for Development: Multi-stakeholder Indonesia MCIT National Coordination Meeting 8 June 2015, Jakarta - Indonesia ICT for Development: Multi-stakeholder Donny B.U. donnybu@ictwatch.id @donnybu +62818930932 No. 55/2. 2000: Millennium (Development

Lebih terperinci

Knowledge Management Forum April

Knowledge Management Forum April DASAR HUKUM DIREKTORAT JENDERAL BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI PERAN PEMDA UNTUK MEMBERDAYAKAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MEWUJUDKAN KETAHANAN IKLIM INDONESIA UU 23 tahun 2014 tentang

Lebih terperinci

MENUJU KERANGKA KERJA STRATEGIS MENGENAI PERUBAHAN IKLIM DAN PEMBANGUNAN UNTUK KELOMPOK BANK DUNIA RANGKUMAN

MENUJU KERANGKA KERJA STRATEGIS MENGENAI PERUBAHAN IKLIM DAN PEMBANGUNAN UNTUK KELOMPOK BANK DUNIA RANGKUMAN MENUJU KERANGKA KERJA STRATEGIS MENGENAI PERUBAHAN IKLIM DAN PEMBANGUNAN UNTUK KELOMPOK BANK DUNIA RANGKUMAN 11. Penanggulangan perubahan iklim merupakan tema inti agenda pembangunan dan pengentasan kemiskinan.

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEHUTANAN COP19/CMP9. tahun 2013 TERSUKSES. untuk REDD+: Nurmasripatin, Yetti Rusli dan Kirsfianti Ginoga

KEMENTERIAN KEHUTANAN COP19/CMP9. tahun 2013 TERSUKSES. untuk REDD+: Nurmasripatin, Yetti Rusli dan Kirsfianti Ginoga KEMENTERIAN KEHUTANAN COP19/CMP9 tahun 2013 TERSUKSES untuk REDD+: Nurmasripatin, Yetti Rusli dan Kirsfianti Ginoga Daftar Isi Persidangan COP 19 / CMP 9...3 1.1 Struktur Persidangan COP19/CMP9...6 1.2

Lebih terperinci

EMISI KARBON DAN POTENSI CDM DARI SEKTOR ENERGI DAN KEHUTANAN INDONESIA CARBON EMISSION AND CDM POTENTIAL FROM INDONESIAN ENERGY AND FORESTRY SECTOR

EMISI KARBON DAN POTENSI CDM DARI SEKTOR ENERGI DAN KEHUTANAN INDONESIA CARBON EMISSION AND CDM POTENTIAL FROM INDONESIAN ENERGY AND FORESTRY SECTOR EMISI KARBON DAN POTENSI CDM DARI SEKTOR ENERGI DAN KEHUTANAN INDONESIA CARBON EMISSION AND CDM POTENTIAL FROM INDONESIAN ENERGY AND FORESTRY SECTOR Dr. Armi Susandi, MT Program Studi Meteorologi Departemen

Lebih terperinci

Konvensi Perubahan Iklim (UNFCCC)

Konvensi Perubahan Iklim (UNFCCC) Prosiding Komunikasi Stakeholder tentang Penanganan Perubahan Iklim Konvensi Perubahan Iklim (UNFCCC) dan Implikasinya terhadap Penanganan Perubahan Iklim Bidang Kehutanan Indonesia Jakarta, 11 Desember

Lebih terperinci

Sambutan Deputi Bidang Kemaritiman dan Sumber Daya Alam Bappenas selaku Ketua Majelis Wali Amanat ICCTF dalam

Sambutan Deputi Bidang Kemaritiman dan Sumber Daya Alam Bappenas selaku Ketua Majelis Wali Amanat ICCTF dalam Sambutan Deputi Bidang Kemaritiman dan Sumber Daya Alam Bappenas selaku Ketua Majelis Wali Amanat ICCTF dalam PELUNCURAN ICCTF MEDIA AWARD 2015 Jakarta, 8 September 2015 Perubahan Iklim dan Pembangunan

Lebih terperinci

INVENTARISASI GRK DAN MITIGASI GRK. PRASETYADI UTOMO BIDANG INVENTARISASI GAS RUMAH KACA KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP

INVENTARISASI GRK DAN MITIGASI GRK. PRASETYADI UTOMO BIDANG INVENTARISASI GAS RUMAH KACA KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP INVENARISASI GRK DAN MIIGASI GRK. PRASEYADI UOMO BIDANG INVENARISASI GAS RUMAH KACA KEMENERIAN LINGKUNGAN HIDUP Inventarisasi GRK dan Mitigasi GRK Prasetyadi Utomo Bidang Inventarisasi Gas Rumah Kaca Kementerian

Lebih terperinci

RENCANA AKSI NASIONAL PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA (RAN-GRK)

RENCANA AKSI NASIONAL PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA (RAN-GRK) RENCANA AKSI NASIONAL PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA (RAN-GRK) Shinta Damerys Sirait Kepala Bidang Pengkajian Energi Pusat Pengkajian Industri Hijau dan Lingkungan Hidup Kementerian Perindustrian Disampaikan

Lebih terperinci

Inventarisasi GRK dan Mitigasi GRK. Prasetyadi Utomo Bidang Inventarisasi Gas Rumah Kaca Kementerian Lingkungan Hidup

Inventarisasi GRK dan Mitigasi GRK. Prasetyadi Utomo Bidang Inventarisasi Gas Rumah Kaca Kementerian Lingkungan Hidup Inventarisasi GRK dan Mitigasi GRK Prasetyadi Utomo Bidang Inventarisasi Gas Rumah Kaca Kementerian Lingkungan Hidup Jakarta, 29 Agustus 2013 Profil Emisi Gas Rumah Kaca Profil Emisi GRK Profil emisi adalah

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM KERJA SAMA LUAR NEGERI

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM KERJA SAMA LUAR NEGERI PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM KERJA SAMA LUAR NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR Menimbang

Lebih terperinci

Topik A4 Lahan gambut dan perjanjian internasional. Indonesia telah banyak terlibat dalam berbagai perjanjian internasional, termasuk lahan gambut.

Topik A4 Lahan gambut dan perjanjian internasional. Indonesia telah banyak terlibat dalam berbagai perjanjian internasional, termasuk lahan gambut. Topik A4 Lahan gambut dan perjanjian internasional. Indonesia telah banyak terlibat dalam berbagai perjanjian internasional, termasuk lahan gambut. Keikutsertaan Indonesia dalam berbagai perjanjian internasional

Lebih terperinci

PENGALAMAN PENANDAAN ANGGARAN PERUBAHAN IKLIM

PENGALAMAN PENANDAAN ANGGARAN PERUBAHAN IKLIM PENGALAMAN PENANDAAN ANGGARAN PERUBAHAN IKLIM Pusat Kebijakan Pembiayaan Perubahan Iklim & Multilateral Disampaikan pada Workshop Sinkronisasi Sistem Perencanaan & Penganggaran dalam Mendukung Pengurangan

Lebih terperinci

PENGUKURAN, PELAPORAN DAN VERIFIKASI DAN SISTEM REGISTRI. Oleh : Hari Wibowo Direktorat Inventarisasi GRK dan MPV

PENGUKURAN, PELAPORAN DAN VERIFIKASI DAN SISTEM REGISTRI. Oleh : Hari Wibowo Direktorat Inventarisasi GRK dan MPV PENGUKURAN, PELAPORAN DAN VERIFIKASI DAN SISTEM REGISTRI Oleh : Hari Wibowo Direktorat Inventarisasi GRK dan MPV PENGUKURAN (MEASUREMENT) Pengukuran pada tahap Perencanaan dan Pelaksanaan dilaksanakan

Lebih terperinci

PEDOMAN PEMBERIAN REKOMENDASI PEMERINTAH DAERAH UNTUK PELAKSANAAN REDD

PEDOMAN PEMBERIAN REKOMENDASI PEMERINTAH DAERAH UNTUK PELAKSANAAN REDD Draft 18 Maret 2009 LAMPIRAN 1 PEDOMAN PEMBERIAN REKOMENDASI PEMERINTAH DAERAH UNTUK PELAKSANAAN REDD Untuk pemberian rekomendasi pelaksanaan REDD, Pemerintah Daerah terlebih dahulu melakukan penilaian

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN. Kerangka Acuan Kerja PEGAWAI TIDAK TETAP (51) BIDANG

KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN. Kerangka Acuan Kerja PEGAWAI TIDAK TETAP (51) BIDANG KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN Kerangka Acuan Kerja PEGAWAI TIDAK TETAP (51) BIDANG KEHUTANAN TAHUN ANGGARAN 2015 KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) PTT (51) Bidang Kehutanan I. Pendahuluan Asisten

Lebih terperinci

Outline Presentasi. PRB dan API dalam Draft Sasaran Pembangunan Berkelanjutan Pasca 2015 dan HFA II. Proses Penyusunan SDGs. Proses Penyusunan SDGs

Outline Presentasi. PRB dan API dalam Draft Sasaran Pembangunan Berkelanjutan Pasca 2015 dan HFA II. Proses Penyusunan SDGs. Proses Penyusunan SDGs Outline Presentasi PRB dan API dalam Draft Sasaran Pembangunan Berkelanjutan Pasca 2015 dan HFA II Bengkulu, 14 Oktober 2014 Kristanto Sinandang UNDP Indonesia Proses Penyusunan SDGs Tujuan dan sasaran

Lebih terperinci

BAB IV PENGARUH PERJANJIAN PARIS SEBAGAI REZIM LINGKUNGAN INTERNASIONAL TERHADAP KEBIJAKAN LINGKUNGAN KANADA

BAB IV PENGARUH PERJANJIAN PARIS SEBAGAI REZIM LINGKUNGAN INTERNASIONAL TERHADAP KEBIJAKAN LINGKUNGAN KANADA BAB IV PENGARUH PERJANJIAN PARIS SEBAGAI REZIM LINGKUNGAN INTERNASIONAL TERHADAP KEBIJAKAN LINGKUNGAN KANADA Dalam bab IV ini, penulis akan membahas mengenai Perjanjian Paris sebagai sebuah rezim lingkungan

Lebih terperinci

WORKSHOP PENGEMBANGAN SISTEM MONITORING KARBON HUTAN:PENGELOLAAN HUTAN BERKELANJUTAN DAN MASYARAKAT SEJAHTERA

WORKSHOP PENGEMBANGAN SISTEM MONITORING KARBON HUTAN:PENGELOLAAN HUTAN BERKELANJUTAN DAN MASYARAKAT SEJAHTERA WORKSHOP PENGEMBANGAN SISTEM MONITORING KARBON HUTAN:PENGELOLAAN HUTAN BERKELANJUTAN DAN MASYARAKAT SEJAHTERA Dr. Etti Ginoga Kepala Pusat Litbang Perubahan Iklim dan Kebijakan Kehutanan BADAN LITBANG

Lebih terperinci