BAB IV PENGARUH PERJANJIAN PARIS SEBAGAI REZIM LINGKUNGAN INTERNASIONAL TERHADAP KEBIJAKAN LINGKUNGAN KANADA
|
|
- Djaja Susanto
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB IV PENGARUH PERJANJIAN PARIS SEBAGAI REZIM LINGKUNGAN INTERNASIONAL TERHADAP KEBIJAKAN LINGKUNGAN KANADA Dalam bab IV ini, penulis akan membahas mengenai Perjanjian Paris sebagai sebuah rezim lingkungan internasional sehingga mempengaruhi negaranegara untuk meratifikasi perjanjian tersebut. Penulis akan menjelaskan terakait dengan proses pembentukan Perjanjian Paris sebagai rezim lingkungan internasional kemudian mengelaborasikan perjanjian tersebut dengan pengaruhnya terhadap perubahan kebijakan lingkungan Kanada di bawah pemerintahan Justin Trudeau. A. Perjanjian Paris sebagai Rezim Lingkungan Internasional Stephen D. Krasner menyatakan bahwa Rezim internasional merupakan kumpulan norma, nilai, dan prinsip-prinsip yang terkandung dan mampu mempengaruhi perilaku sebuah negara. Seperti Abram Chayes dan Antonia Handler Chayes ungkapkan bahwa negara memiliki Kecenderungan untuk mamatuhi karena faktor efisiensi, kepentingan dan norma dalam perjanjian tersebut. Faktor efisiensi menjelaskan bahwa akan lebih efisien bagi negara untuk berkomitmen terhadap sebuah perjanjian karena dampak rusaknya reputasi negara akan sangat kuat ketika negara tidak mematuhi kesepakatan yang telah dibuat. Faktor kepentingan menjelaskan bahwa negara bergabung dalam sebuah negosisasi internasional bertujuan untuk mewujudkan kepentingan nasional mereka. Dan yang terakhir, faktor norma menjelaskan dan menguatkan teori rezim internasional yang penulis gunakan bahwa keputusan bergabung sebuah negara 56
2 dipengaruhi oleh norma yang terkandung dalam perjanjian tersebut. Terdapat norma internasional bagi negara untuk berpartisipasi dan mematuhi perjanjian internasional sehingga norma ini menciptakan dorongan untuk mematuhi bagi negara. Ketika negara memutuskan untuk tidak mematuhi maka akan timbul opini dari negara-negara lain dalam bentuk efek reputasi negara. 1 Perjanjian Paris merupakan salah satu rezim internasional di bidang lingkungan yang merupakan hasil kesepakatan negara-negara anggota Perserikatan Bangsa Bangsa dan para ahli di dunia melalui sebuah proses interaksi dan negosiasi. Setelah Perjanjian Paris terbentuk, negara-negara yang menyepakatinya beserta aktor-aktor internasional terkait secara otomatis telah menerima kewajiban-kewajiban tertentu yang menjadi konsekuensi bagi negaranegara atau aktor yang menjadi bagian dari rezim internasional tersebut. Perjanjian ini dibentuk dengan tujuan global untuk melindungi generasi saat ini dan masa depan dari bahaya akibat perubahan iklim. Dari perspektif Perjanjian Paris, suatu negara tidak akan mampu menyelesaikan permasalahan akibat perubahan iklim yang terjadi di negaranya sendiri dan di tingkat global tanpa bantuan dari negara atau aktor lain di dalam komunitas internasional. Masalah terkait perubahan iklim bukan hanya masalah yang bersifat domestik namun telah menjadi isu global sebagai dampak dari globalisasi. Sebagai sebuah rezim internasional yang diinisiasi oleh PBB, dalam implementasinya Perjanjin Paris juga mendapat dukungan global terutama dalam aspek mobilisasi sumber finansial 1 Chayes, Abram., & Chayes, Antonia Handler. (1993). On Compliance. International Organization Vol 47 edisi 2,
3 demi tercapainya tujuan-tujuan Perjanjian Paris. PBB memfasilitasi terbentuknya prinsip-prinsip, norma-norma, dan aturan yang jika disepakati oleh suatu negara maka akan diimplementasikan melalui kebijakan nasional negara masing-masing demi tercapainya tujuan bersama. Awal pembentukan Perjanjian Paris adalah dengan tujuan untuk mengefektifkan pelaksanaan Konvensi Perubahan Iklim setelah berakhirnya Protokol Kyoto. Sesuai dengan keputusan pada pertemuan COP-13 tahun 2007 di Bali, Indonesia, dihasilkan Bali Action Plan, dimana negara-negara menyepakati pembentukan The Ad Hoc Working Group on Long-term Cooperative Action under the Convention (AWGLCA). AWG-LCA ini bertujuan untuk mengefektifkan kerangka kerjasama jangka panjang sampai dengan tahun 2012 dan setelah tahun Pada COP-13 yang diselenggarakan di Bali ini, membahas mengenai proses negosiasi apakah Protokol Kyoto akan direvisi atau digantikan dengan perjanjian baru sesuai dengan visi Long-term Cooperative Action under the Convention dimana mencitptakan tujuan jangka panjang untuk mengurangi emisi dan komitmen dalam mitigasi, adaptasi, financing, dan teknologi setelah tahun Inilah yang menjadi kunci perjanjian yang akan diadopsi pada COP-15 di Copenhagen, Denmark pada tahun Clémençon, Raymond. (March 2008). The Bali Road Map: A First Step on the Difficult Journey to a Post-Kyoto Protocol Agreement. The Journal of Environment & Development Volume 17 Number 1,
4 Namun, pada COP-15 ini dianggap gagal dalam menyampaikan hasil negosisasi. Hal ini diakibatkan karena perdebatan yang terjadi antara negara berkembang dan negara maju, bagi negara berkembang setuju untuk merevisi atau melanjutkan Protokol Kyoto dengan struktur pengelompokan negara dalam Annex 1 dan 2 namun bagi negara maju terutama negara-negara Uni Eropa lebih memilih untuk merumuskan perjanjian baru. Perbedaan pendapat juga terjadi antara Amerika Serikat dan negara-negara BASIC group (Brazil, Afrika Selatan, India, China). Presiden Obama tidak menerima perjanjian yang tidak mengikutsertakan major developing countries untuk mengurangi emisinya sementara bagi China dan India tetap tidak menyetujui perjanjian yang melemahkan kewajiban negaranegara maju sebagai pihak utama yang harus bertindak dalam upaya mengurangi emisi, karena perdebatan yang tidak kunjung menemukan kesepakatan inilah sehingga COP-15 ini dianggap gagal dalam merumuskan keputusan perjanjian sebelum dan setelah Protokol Kyoto berakhir. 3 Situasi mulai berubah setelah Kanada pertama kali memutuskan untuk keluar dari Protokol Kyoto pada tahun 2011 diikuti Rusia, Jepang, dan Selandia Baru. Akibat pengunduran diri negara-negara tersebut menimbulkan krisis yang dapat menghasilkan kekhawatiran bahwa Protokol Kyoto akan berakhir tanpa keputusan perpanjangan atau pembentukan perjanjian baru. Pada tahun 2011, diadakan COP-17 di Durban, pada pertemuan ini negara-negara Uni Eropa dan 3 Christoff, P. (2016). The Promissory Note: COP 21 and the Paris Climate Agreement. Environmental Politics Vol. 25, No 5, , Hal
5 negara berkembang berhasil menekan Amerika Serikat dan Umbrella Group Countries (Kanada, Jepang, Selandia Baru, Australia, Rusia) untuk menyetujui komitmen kedua untuk Protokol Kyoto berlansung dari tahun Pada COP-17 tahun 2011 di Durban, Afrika Selatan, sesuai dengan hasil keputusan maka dibentuk The Ad Hoc Working Group on the Durban Platform for Enhanced Action (ADP), dengan mandat untuk mengembangkan protokol, instrument legal lainnya di bawah Konvensi yang berlaku untuk seluruh negara pihak (applicable to all Parties), yang harus diselesaikan paling lambat tahun 2015 pada pertemuan COP-21. Dalam pertemuan ini negara-negara diminta untuk menyerahkan susunan upaya mitigasi atau Nationally Determined Contribution hingga tahun 2025 atau 2030 ke sektretariat PBB pada awal tahun Pada tahun 2015, sebelum COP Paris diadakan terbentuk sebuah koalisi yang disebut High Ambition Coalition. Di pimpin oleh Kepulauan Marshall, koalisi ini berisikan negara-negara maju dan berkembang seperti Angola, Chile, Colombia, Germany, Gambia, Mexico, dan UK. Pada awal pertemuan yang diselenggarakan Mei 2015 di Berlin, koalisi ini membentuk sebuah agenda yang akan dibawakan pada pertemuan para pihak di Paris akhir tahun 2015 nanti. Agenda ini berisikan tentang pembentukan perjanjian yang secara legal mengikat bagi seluruh negara yang meratifikasi, sebuah mekanisme yang akan meninjau komitmen emisi negara setiap 5 tahun, dan sebuah sistem untuk melacak perkembangan negara dalam memenuhi sasaran mitigasinya. 4 Ibid. Hal
6 Selain dari pada pembentukan aliansi baru, sebelum COP Paris berlangsung, pertemuan terakhir sebelum COP Paris diadakan pada oktober 2015 dipimpin oleh wakil ketua Ad Hoc Working Group for the Durban Platform (ADP) dengan merumuskan draft perjanjian awal dengan pokok bahasan terkait dengan kurangnya perbedaan antara kewajiban negara-negara maju dan berkembang perihal prinsip Common but Differentiated Responsibilities and Respective Capabilities (CBDR-DC). 5 Berlanjut pada COP-21 yang diselenggarakan pada Desember tahun 2015 di Paris. Setelah melalui berbagai diskusi dalam pertemuan tersebut, perjanjian ini menghadirkan suasana baru bagi Negara Pihak dalam upayanya menanggulangi perubahan iklim. Sebagai bentuk evaluasi dari Protokol Kyoto, perjanjian ini terbagi menjadi 6 bagian penting yang tertuang dalam isi perjanjian yakni mengenai Adaptasi dari Perjanjian, Kontribusi yang ditentukan secara nasional (Intended Nationally Determined Contributions), Keputusan untuk memberikan pengaruh terhadap perjanjian (termasuk upaya mitigasi, adaptasi, loss and damage, keuangan, pengembangan dan transfer teknologi serta penyesuaian), Tindakan yang disempurnakan sebelum tahun 2020, pemangku dari Non-Negara Pihak, serta hal-hal terkait dengan administrasi dan anggaran biaya. 6 5 Ibid. Hal Ibid. Hal
7 B. Dampak Perjanjian Paris terhadap Keputusan Bergabungnya Kanada Bergabungnya sebuah negara dalam perjanjian internasional tidak terlepas dari pengaruh norma, nilai dan prinsip yang terbentuk dalam perjanjian tersebut. Sebagai sebuah rezim lingkungan internasional, Perjanjian Paris telah melalui berbagai diskusi, negosiasi, serta perdebatan sehingga memutuskan berbagai aturan-aturan yang harus dipatuhi oleh negara-negara di dunia sehingga mencegah dampak dari perubahan iklim. Dari aturan-aturan yang telah dibentuk tersebut kemudian memiliki pengaruhnya terhadap negara sehingga mau bergabung dan mengimplementasikannya dalam kebijakan nasional negara, hal ini juga berlaku bagi Kanada. Dari hasil pertemuan COP-21 di Paris tersebut tentu menawarkan keuntungan bagi negara ketika memutuskan untuk bergabung. Dalam pasal 2.1 (a) negara-negara sepakat untuk menurunkan suhu global hingga 2 0 C dan diupayakn untuk menekan hingga 1,5 0 C. Upaya penurunan ini dilakukan agar mencegah gangguan antropogenik dengan sistem iklim. Selain itu, ambisi untuk menurunkan suhu ini juga agar dapat menyelamatkan negara-negara Small Island Developing States (SIDS) dan Least Developed Countries (LDCs), negara-negara inilah yang sangat menerima dampak dari perubahan iklim ini. 7 7 Ibid. Hal 776 The Maldives is an archipelago consisting of tiny islands scattered in a vast expanse of the Indian Ocean. Over 80% of the land area have less than one meter above mean sea level, climate change and its associated sea level rise would undoubtedly be a catastrophe and threaten the livelihood of the islanders in the Maldives alike many thousands of others 62
8 in low-lying island states. Sixteen years ago in April 1987, Maldives experienced unusual high waves causing extensive damage to the islands. Two thirds of the whole Maldives, including the capital island, Malé, was inundated for two days causing extensive damage to the infrastructure. Male International Airport, the only gateway to the Maldives, was closed for two days, causing delays in receiving the relief assistance from the international community, cancellation of tourist arrivals and lot more. - Statement by Mr. Abdullahi Majeed (Maldives) Salah satu negara kepulauan yang mengalami dampak dari perubahan iklim ini adalah Maladewa. Maladewa adalah kepulauan yang terdiri dari pulaupulau kecil yang tersebar di hamparan Samudera Hindia. Lebih dari 80% luas lahan kurang dari satu meter di atas permukaan laut rata-rata, perubahan iklim dan kenaikan permukaan laut akan menjadi malapetaka dan mengancam penghidupan penduduk pulau di Maladewa sama halnya dengan negara-negara dataran rendah lainnya di dunia. Oleh karena itu, upaya untuk menurunkan suhu muka bumi 2 0 C dan diupayakn untuk menekan hingga 1,5 0 C ini akan sangat membantu negaranegara kecil. 8 Bagi Kanada, dengan upaya untuk ikut serta berpartisipasi dalam menurunkan suhu global bumi ini merupakan salah satu kontribusi Kanada dalam berkomitmen terkait isu perubahan iklim. Sebagai negara industri dengan perekonomian maju, Kanada juga memiliki tanggung jawab dengan emisi gas rumah kaca yang telah dibuang di atmosfer dan mengakibatkan berbagai dampak perubahan iklim yang terjadi. Dengan kemajuan ekonomi serta sumber teknologi mumpuni, Kanada mampu berkontibusi dalam menurunkan suhu bumi hingga level yang ditentukan dalam Perjanjian Paris sehingga dapat membantu negara 8 UNFCCC. (2005). climate change, small island developing States. Bonn: CLIMATE CHANGE SECRETARIAT (UNFCCC). 63
9 Small Island Developing States (SIDS) dan Least Developed Countries (LDCs) dan juga berkontribusi dalam mewujudkan tujuan dibentuknya perjanjian ini. Nationally Determined Contibutions (NDC) merupakan bagian dari dokumen Perjanjian Paris ketika negara memutuskan untuk meratifikasi. Disebutkan bahwa negara-negara menyiapkan NDC berdasarkan prinsip Common but differentiated responsibilities and respective capabilities (CBDR & RC). Selain prinsip tersebut, INDC juga berpedoman pada hasil COP-19 yang diselenggarakan di Warsaw, Polandia dengan Decision: 1/CP. 19, Article 2b, yang menyatakan And to communicate them well in advance of the twenty-first session of the Conference of the Parties in a manner that facilitate the clarity, transparency, and understanding of the intended contribution. dan juga pada hasil COP-20 Lima, Peru dengan Keputusan 1/CP. 20, Article 14, yang menyepakati implikasi cakupan informasi yang perlu disajikan dalam rangka memenuhi kriteria Clarity, Transparency, dan Understandable (CTU). Isu-isu terkait penerapan prinsip CBDR & RC dan kriteria CTU, menjadi isu strategis dalam penyiapan dan implementasi NDC nantinya. 9 Isu strategis dalam NDC mencakup clarity, transparency, dan understandable. Perjanjian Paris Pasal 1 menyatakan bahwa dalam rangka membangun rasa saling percaya dan keyakinan untuk mempromosikan implementasi NDC yang efektif, maka semua negara menyepakati dibangunnya 9 Ridha, D. M. (2016). Perubahan Iklim, Perjanjian Paris, dan Nationally Determined Contribution Edisi 1. Jakarta: Direktorat Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Hal 29 64
10 kerangka kerja transparansi (an enhanced transparency framework) untuk aksi (mitigasi dan adaptasi) dan support (pendanaan, teknologi, capacity building), fleksibel dengan mempertimbangkan perbedaan kapasitas antar negara serta dikembangkan berdasarkan pengalaman kolektif. 10 NDC merupakan jembatan utama bagi pemerintah untuk mengkomunikasikan secara internasional langkah-langkah yang akan mereka ambil untuk mengatasi perubahan iklim di negara mereka sendiri. Dari NDC ini negara-negara mencerminkan ambisinya untuk mengurangi emisi dengan tentu mempertimbangkan keadaan dan kondisi dalam negeri. Beberapa negara juga membahas bagaimana mereka akan beradaptasi dengan dampak perubahan iklim, dan dukungan apa yang mereka butuhkan, atau akan diberikan ke negara lain untuk mengusulkan langkah-langkah jalur karbon renda dan untuk membangun ketahanan terhadap iklim. 11 Dalam isi perjanjian, negara-negara dalam upayanya untuk mencapai targetnya yang tertuang dalam NDC diperbolehkan untuk melakukan langkahlangkah sebagai berikut: Pihak dapat mempersiapkan NDC yang ingin mereka capai dan melakukan langkah-langkah mitigasi dalam kerja sama. Negara dapat 10 Strack, C. (2015). The Paris Agreement Summary. Climate Focus Client Brief on the Paris Agreement III, 1-6. Hal 3 11 Che, H. (The Road from Paris: Canada s Progress Toward Its Climate Pledge). What is an INDC? IB: A, Strack, C. (2015). The Paris Agreement Summary. Climate Focus Client Brief on the Paris Agreement III, 1-6. Hal 3 65
11 merumuskan joint NDC dalam organisasi integrasi ekonomi regional (seperti negara anggota UE) atau melalui kemitraan mitigasi antara dua negara. Hal ini memungkinkan bagi negara maju dan berkembang untuk mengajukan joint NDC dan berkonsekuensi membuka pintu bagi negara untuk terlibat dalam kerjasama internasional. 2. Negara dapat mendukung upaya mitigasi negara lain sebagai bagian dari kemitraan sukarela. Ini bisa termasuk transfer hasil mitigasi that can be also be used by another party to fulfill its nationally determined contribution (Pasal 6.2). Transfer tersebut dapat dilakukan sebagai bagian dari pengaturan perdagangan emisi formal (dengan penerbitan dan pengalihan unit karbon) atau dalam konteks pembayaran berbasis hasil tanpa pengalihan unit karbon 3. Perjanjian ini juga mendefinisikan mekanisme pembangunan berkelanjutan yang memungkinkan entitas swasta dan publik untuk mendukung proyek mitigasi dimana menghasilkan emisi gas rumah kaca yang dapat dialihkan (Pasal 6.4). Program dan proyek yang dikembangkan di bawah mekanisme baru ini dapat mengeluarkan unit karbon yang dapat diperdagangkan, yang mengingatkan akan operasi Clean Development Mechanism. Program dan proyek perlu memiliki efek mitigasi positif bersih, yang berarti bahwa tidak semua pengurangan emisi yang dihasilkan dapat digunakan untuk mengimbangi emisi yang dihasilkan di tempat lain. 66
12 Dalam Protokol Kyoto, Kanada diharuskan menurunkan emisi hingga 2,0% pada level tahun 2005 dan kemudian naik hingga 17% pada tahun 2011 akibat industri di Alberta. Inilah yang menjadi alasan utama bagi pemerintahan Konservatif sebelumnya untuk keluar dari protokol tersebut karena tingkat pengurangan emisi Kanada sangat besar dan hanya dapat membahayakan perekonomian Kanada jika tetap berkomitmen dalam perjanjian perubahan iklim tersebut. Namun berbeda dengan Protokol Kyoto sebelumnya, Perjanjian Paris ini menekankan pada proses daripada tujuan mitigasi yang ditetapkan. Berbeda dengan Protokol Kyoto, Perjanjian Paris tidak merumuskan target emisi spesifik negara. Sebaliknya, Perjanjian Paris bergantung pada sumbangan mitigasi sukarela dan serangkaian proses yang berusaha memastikan kemajuan kolektif dan individual dalam memenuhi kontribusi mitigasi awal dan progresif yang lebih ambisius. 67
13 Gambar 1. Daftar emisi GRK negara G20 tahun 2005 dan 2012 Sumber: Climate Analysis Indicators Tool (CAIT) (Washington, D.C.: World Resources Institute, 2015), (diakses pada 24 April 2017). tanpa land use, land use change and forestry (LULUCF). Hal ini berarti bahwa Kanada tidak memiliki target tertentu yang ditentukan dalam perjanjian untuk dipenuhi yang tentunya menguntungkan bagi Kanada. Pada tanggal 5 Oktober 2016, Kanada meratifikasi kesepakatan Paris. NDC-nya mengkomunikasikan target ekonomi untuk mengurangi emisi gas rumah kaca sebesar 30% di bawah tingkat tahun 2005 pada tahun Bagi Kanada, dengan adanya NDC ini merupakan sarana komunikasi bagi upaya Kanada untuk menurunkan emisi gas rumah kaca yang dihasilkan negara. Dengan mempertimbangkan keadaan dan kemampuan negara, Kanada dapat merumuskan 68
14 langkah-langkah yang akan dilakukan negara termasuk upaya mitigasi dan adaptasi serta dukungan dalam pendanaan, teknologi, dan capacity building. Dari perjanjian ini pun, Kanada dapat melangsungkan kerjasama dengan negara lain seperti melakukan kerjasama dengan tetangganya seperti Amerika Serikat dan Meksiko yang tergabung dalam NAFTA (North America Free Trade Area). Tentu dari kerjasama ini memberi keuntungan bagi Kanada dan secara tidak langsung membantu perekonomian Kanada. Perjanjian Paris merumuskan prinsip Common but differentiated responsibilities and respective capabilities, in light of different national circumstances. Prinsip ini berarti bahwa semua negara pihak yang tergabung dalam perjanjian ini bertanggung jawab dalam kontribusinya terhadap perubahan iklim. Meskipun kontribusi tiap negara didasarkan pada kemampuan dan keadaan negara. 13 Tidak seperti Protokol Kyoto yang mengkalasifikasikan negara kedalam kelompok Annex dengan tanggung jawab berbeda dan cenderung memberatkan kepada negara-negara Annex 1, Perjanjian Paris memberikan tanggung jawab yang sama terhadap semua negara, artinya adalah kesamaan tanggung jawab yang diemban seluruh negara untuk menurunkan emisi gas rumah kaca dan mengurangi dampak perubahan iklim melalui kewajiban berbeda sesuai dengan kemampuan nasional negara. Perjanjian Paris tidak menitikberatkan tanggung jawab kepada negara-negara Annex I melainkan tanggung jawab tersebut dilakukan oleh seluruh negara, namun disesuaikan dengan kemampuan dan keadaan negara masing- 13 Christoff, P. (2016). The Promissory Note: COP 21 and the Paris Climate Agreement. Environmental Politics Vol. 25, No 5, , 774. Hal
15 masing. Meskipun demikian, bagi negara-negara berkembang akan membutuhkan bantuan dari negara maju dalam membantu mereka untuk mengurangi emisi dan mencegah dampak perubahan iklim yang akan dirasakan oleh negaranya. 14 Dengan tidak membeda-bedakan negara, Perjanjian Paris memudahkan Kanada dalam menurunkan emisinya, sebab kontribusi yang adil bagi seluruh negara. Namun bagi negara maju seperti Kanada harus bertindak cepat karena negara-negara ini bertanggung jawab terhadap emisi karbon yang dibuang ke atmosfer dan mereka ini juga secara finansial dan sumber teknologi memadai sehingga mampu untuk menurunkan emisi yang dihasilkannya. Target Kanada untuk menurunkan emisinya hingga 30% dan menyediakan ± $4 miliar setiap tahun dalam climate financing untuk membantu negara berkembang adaptasi dan mitigasi terhadap perubahan iklim. Hal ini juga merupakan bentuk kepimpinan dan ambisi Kanada terkait isu perubahan iklim. Dengan adanya kontribusi adil dan bantuan dari negara-negara maju terhadap negara berkembang akan memungkinkan Perjanjian Paris untuk mencapai tujuannya menurunkan emisi dan mengindari bahaya perubahan iklim. 15 Salah satu elemen penting dan juga baru dalam Perjanjian Paris adalah pembentukan bantuan dana bagi negara yang menderita kerugian dan kerusakan akibat perubahan iklim yang sama sekali tidak bisa beradaptasi dengan dampak tersebut. Ini merupakan bantuan dana terpisah dari International Climate 14 Environmental Defence. (2015). Canada's Role at COP21. Hal Ibid. Hal 3 70
16 Financing yang hanya dikhususkan bagi negara yang rentan terhadap perubahan iklim dapat mengajukan bantuan ini. Contohnya, hilangnya sebagian besar wilayah pulau-pulau di negara kecil akibat dari naiknya permukaan air laut atau akibat dari badari seperti yang terjadi di Filipina akibat dari angin topan Haiyan. Para ilmuwan pun telah menjelaskan bahwa akan terjadi peningkatan cuaca eksrim dan peningkatan permukaan air laut akibat dari mencairnya es di kutub oleh karena itu perlu adanya persiapan pencegahan sehingga mengurangi resiko perubahan iklim. 16 Kanada sebagai salah satu negara dengan kemajuan ekonomi mendukung upaya Perjanjian Paris ini untuk membantu negara-negara yang mengalami kerusakan dan kerugian akibat perubahan iklim, sehingga negara-negara yang rentan ini mendapatkan bantuan ketika mereka butuh. Melalui dukungan terhadap mekanisme loss and damage ini Kanada dapat menunjukan moral kepemimpinan dengan secara lantang mendukung mekanisme untuk membantu negara yang rentan terhadap dampak perubahan iklim Sharma, A. (2018). Precaution and post-caution in the Paris Agreement: adaptation, loss and damage and finance. Climate Policy Vol. 17, No. 1, Ibid. Hal 6 71
BAB V KESIMPULAN. yang diperlukan bergantung pada keberhasilan kegiatan mitigasi. Masyarakat
BAB V KESIMPULAN Perubahan iklim telah berdampak pada ekosistem dan manusia di seluruh bagian benua dan samudera di dunia. Perubahan iklim dapat menimbulkan risiko besar bagi kesehatan manusia, keamanan
Lebih terperinciTAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I PENGESAHAN. Agreement. Perubahan Iklim. PBB. Kerangka Kerja. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 204) PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK
Lebih terperinciPARADIGMA HOLISTIK-KONTEKSTUAL UNTUK KEBIJAKAN MENGHADAPI ISU GLOBAL
PARADIGMA HOLISTIK-KONTEKSTUAL UNTUK KEBIJAKAN MENGHADAPI ISU GLOBAL (Refleksi MP3EI dan RAN GRK Untuk Menghadapi Batas-Batas Pertumbuhan) Mahawan Karuniasa PROGRAM STUDI ILMU LINGKUNGAN UNIVERSITAS INDONESIA
Lebih terperinciUnited Nations Climate Change Conference (UNCCC Warsaw) COP19, CMP9, SBSTA39, SBI39, ADP2.3. Kantor UKP-PPI/DNPI
United Nations Climate Change Conference (UNCCC Warsaw) COP19, CMP9, SBSTA39, SBI39, ADP2.3 Kantor UKP-PPI/DNPI Alur Perundingan 19th session of the Conference of the Parties to the UNFCCC (COP19) 9th
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG PENGESAHAN PARIS AGREEMENT TO THE UNITED NATIONS FRAMEWORK CONVENTION ON CLIMATE CHANGE (PERSETUJUAN PARIS ATAS KONVENSI KERANGKA KERJA PERSERIKATAN
Lebih terperinciPandangan Indonesia mengenai NAMAs
Pandangan Indonesia mengenai NAMAs 1. Nationally Appropriate Mitigation Action by Non-Annex I atau biasa disingkat NAMAs adalah suatu istilah pada Bali Action Plan yang disepakati Pertemuan Para Pihak
Lebih terperinciParis Agreement, NDC dan Peran Daerah dalam Penurunan Emisi. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Jakarta, Juni 2016
Paris Agreement, NDC dan Peran Daerah dalam Penurunan Emisi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Jakarta, Juni 2016 OUTLINE 1. PERUBAHAN IKLIM DAN DAMPAKNYA 2. PARIS CLIMATE AGREEMENT: PENANDATANGANAN
Lebih terperinciWWF: Paket Istimewa yang diharapkan dari Durban
WWF: Paket Istimewa yang diharapkan dari Durban COP 17 di Durban akan menjadi titik balik proses negosiasi PBB untuk perubahan iklim. Para pemimpin dunia dapat meneruskan capaian yang telah dihasilkan
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2004 TENTANG PENGESAHAN KYOTO PROTOCOL TO THE UNITED NATIONS FRAMEWORK C'ONVENTION ON CLIMATE CHANGE (PROTOKOL KYOTO ATAS KONVENSI KERANGKA KERJA PERSERIKATAN
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA AKSI NASIONAL PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA AKSI NASIONAL PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciNations Framework Convention on Climate Change (Konvensi Kerangka Kerja Perserikatan
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2004 TENTANG PENGESAHAN KYOTO PROTOCOL TO THE UNITED NATIONS FRAMEWORK CONVENTION ON CLIMATE CHANGE (PROTOKOL KYOTO ATAS KONVENSI KERANGKA KERJA PERSERIKATAN
Lebih terperinciANALISIS DINAMIKA KEBIJAKAN UNTUK KETANGGUHAN IKLIM
ANALISIS DINAMIKA KEBIJAKAN UNTUK KETANGGUHAN IKLIM Wahyu Mulyana Direktur Eksekutif Urban and Regional Development Institute (URDI) Seminar Nasional Peran Ahli Lingkungan dalam Pembangunan Berkelanjutan
Lebih terperinciMenuju Warsawa: Isu-isu Utama Negosiasi Pendanaan. Suzanty Sitorus Pokja Pendanaan Dewan Nasional Perubahan Iklim
Menuju Warsawa: Isu-isu Utama Negosiasi Pendanaan Suzanty Sitorus Pokja Pendanaan Dewan Nasional Perubahan Iklim Proses UNFCCC terkait pendanaan, 2013 ADP 2-1 Bonn 29 Apr-3 Mei Intersessional Bonn 3-14
Lebih terperinciKerjasama Internasional Mengenai Perubahan Iklim ME4234 KEBIJAKAN IKLIM
Kerjasama Internasional Mengenai Perubahan Iklim ME4234 KEBIJAKAN IKLIM Pokok Bahasan Tentang Konvensi Struktur Konvensi Peluang dukungan dan dana Tentang Protokol Kyoto Elemen & Komitmen Protokol Kyoto
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
Lampiran 1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2004 tentang Pengesahan Kyoto Protocol To The United Nations Framework Convention On Climate Change (Protokol Kyoto Atas Konvensi Kerangka Kerja
Lebih terperinciNational Planning Workshop
Strategi Nasional Untuk Meningkatkan Kapasitas SDM Dalam Menghadapi Perubahan Iklim National Planning Workshop Doddy S. Sukadri Dewan Nasional Perubahan Iklim (DNPI) Jakarta, 9 Oktober 2012 Outline Landasan
Lebih terperinciHasil Pertemuan COP 17 dan COP/CMP 7 di DURBAN. Pekerjaan Rumah Indonesia
Hasil Pertemuan COP 17 dan COP/CMP 7 di DURBAN Pekerjaan Rumah Indonesia oleh: Liana Bratasida lianab125@yahoo.com Jakarta, 22 Maret 2012 Negosiasi Internasional Menjelang 2012 Struktur Organisasi UNFCCC
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. manusia dalam penggunaan energi bahan bakar fosil serta kegiatan alih guna
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perubahan iklim adalah fenomena global yang disebabkan oleh kegiatan manusia dalam penggunaan energi bahan bakar fosil serta kegiatan alih guna lahan dan kehutanan. Kegiatan
Lebih terperinciPercepatan Peningkatan Aksi-aksi Perubahan Iklim di Tingkat Global : Pandangan Kelompok Masyarakat Sipil
Percepatan Peningkatan Aksi-aksi Perubahan Iklim di Tingkat Global : Pandangan Kelompok Masyarakat Sipil Climate Summit 2014 merupakan event penting dimana negara-negara PBB akan berkumpul untuk membahas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang berjudul Perubahan Kebijakan Lingkungan Kanada Di bawah Pemerintahan
BAB I PENDAHULUAN Dalam bab I ini, dituliskan mengenai gambaran secara umum dari isi skripsi yang berjudul Perubahan Kebijakan Lingkungan Kanada Di bawah Pemerintahan Perdana Menteri Justin Trudeau dalam
Lebih terperinci2018, No Produk, Kehutanan dan Penggunaan Lahan Lainnya, dan Limbah; d. bahwa Pedoman Umum Inventarisasi GRK sebagaimana dimaksud dalam huruf c
No.163, 2018 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-LHK. Inventarisasi GRKN. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.73/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2017 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN
Lebih terperinciPerlindungan Terhadap Biodiversitas
Perlindungan Terhadap Biodiversitas Pendahuluan Oleh karena kehidupan di dunia tergantung kepada berfungsinya biosfer secara baik, maka tujuan utama konservasi dan perlindungan adalah menjaga biosfer dalam
Lebih terperinciProses dan Negosiasi Agenda Pembangunan Berkelanjutan 2030 (SDGs)
Proses dan Negosiasi Agenda Pembangunan Berkelanjutan 2030 (SDGs) Toferry P. Soetikno Direktur Pembangunan, Ekonomi dan Lingkungan Hidup Kementerian Luar Negeri 2015 Outline Pentingnya SDGs Proses dan
Lebih terperinciPenterjemahan Kerangka Transparansi - Paris Agreement ke dalam konteks Nasional
Penterjemahan Kerangka Transparansi - Paris Agreement ke dalam konteks Nasional Translating Transparency Framework of Paris Agreement to National Context Dipresentasikan oleh Belinda A Margono Pada acara
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2004 TENTANG PENGESAHAN KYOTO PROTOCOL TO THE UNITED NATIONS FRAMEWORK CONVENTION ON CLIMATE CHANGE (PROTOKOL KYOTO ATAS KONVENSI KERANGKA KERJA PERSERIKATAN
Lebih terperinciIUCN Merupakan singkatan dari International Union for Conservation of Nature and Natural Resources sering juga disebut dengan World Conservation Union adalah sebuah organisasi internasional yang didedikasikan
Lebih terperinciPENINGKATAN KAPASITAS PERUBAHAN IKLIM DI INDONESIA
Ambon, 3 Juni 2016 PENINGKATAN KAPASITAS PERUBAHAN IKLIM DI INDONESIA disampaikan dalam WORKSHOP AHLI PERUBAHAN IKLIM REGIONAL MALUKU DAN MALUKU UTARA PENINGKATAN KAPASITAS AHLI DALAM PENANGANAN PEMANASAN
Lebih terperinciDialog Kebijakan Indonesia Climate Action Network (ICAN) Jakarta, 30 Oktober 2012
Dialog Kebijakan Indonesia Climate Action Network (ICAN) Jakarta, 30 Oktober 2012 Dua ad-hoc working groups, AWG-KP dan AWG-LCA, akan diakhiri di Doha AWG-LCA: diakhiri dengan agreed outcome untuk isu
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. Aktivitas manusia telah meningkatkan emisi gas rumah kaca serta
BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Aktivitas manusia telah meningkatkan emisi gas rumah kaca serta meningkatkan suhu global. Kegiatan yang menyumbang emisi gas rumah kaca dapat berasal dari pembakaran
Lebih terperinci2018, No Carbon Stocks) dilaksanakan pada tingkat nasional dan Sub Nasional; d. bahwa dalam rangka melaksanakan kegiatan REDD+ sebagaimana dima
No.161, 2018 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-LHK. Perangkat REDD+. Pencabutan. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.70/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2017 TENTANG
Lebih terperinci2015 PENGARUH ENVIRONMENTAL PERFORMANCE DAN PENERAPAN CARBON MANAGEMENT ACCOUNTING TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Secara alami perusahaan memiliki tujuan untuk mendapatkan keuntungan maksimal untuk mempertahankan keberlanjutan perusahaan (corporate sustainability). Keberlanjutan
Lebih terperinciPemerintah Republik Indonesia (Indonesia) dan Pemerintah Kerajaan Norwegia (Norwegia), (yang selanjutnya disebut sebagai "Para Peserta")
Terjemahan ke dalam Bahasa Indonesia ini dibuat oleh Center for Internasional Forestry Research (CIFOR) dan tidak bisa dianggap sebagai terjemahan resmi. CIFOR tidak bertanggung jawab jika ada kesalahan
Lebih terperinciBAB III PARTISIPASI JEPANG DALAM PENANGANAN ISU PERUBAHAN IKLIM GLOBAL (PROTOKOL KYOTO) 3.1 Isu Perubahan Iklim Global (Global Climate Change)
BAB III PARTISIPASI JEPANG DALAM PENANGANAN ISU PERUBAHAN IKLIM GLOBAL (PROTOKOL KYOTO) 3.1 Isu Perubahan Iklim Global (Global Climate Change) Perubahan iklim merupakan sebuah fenomena yang tidak dapat
Lebih terperinciAri Mochamad Sekretaris Pokja Adaptasi Dewan Nasional Perubahan Iklim (DNPI)
Ari Mochamad Sekretaris Pokja Adaptasi Dewan Nasional Perubahan Iklim (DNPI) L and D Map mandates, workplans, and/or decisions with adaptation relevance the work programme on loss and damage (L&D WP),
Lebih terperinciSAMBUTAN KETUA DPR-RI. Pada Jamuan Makan Siang dengan Peserta International Youth Forum on Climate Change (IYFCC) Jakarta, 28 Februari 2011
KETUA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN KETUA DPR-RI Pada Jamuan Makan Siang dengan Peserta International Youth Forum on Climate Change (IYFCC) Jakarta, 28 Februari 2011 Assalamu alaikum
Lebih terperinciKETERPADUAN AGENDA PENGENDALIAN PERUBAHAN IKLIM INTERNASIONAL NASIONAL SUB NASIONAL
KETERPADUAN AGENDA PENGENDALIAN PERUBAHAN IKLIM INTERNASIONAL NASIONAL SUB NASIONAL Dr. Ir. Nur Masripatin, M.For.Sc. Direktur Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
Lebih terperinciDAMPAK PERUBAHAN IKLIM DI INDONESIA
30 DAMPAK PERUBAHAN IKLIM DI INDONESIA Ada dua kecenderungan umum yang diprediksikan akibat dari Perubahan Iklim, yakni (1) meningkatnya suhu yang menyebabkan tekanan panas lebih banyak dan naiknya permukaan
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN Latar Belakang
1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perubahan iklim dan pemanasan global menjadi isu lingkungan yang paling banyak dibicarakan saat ini, baik pada tataran ilmiah maupun dalam kehidupan sehari-hari. Kegiatan
Lebih terperinciRencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Jambi Tahun I. PENDAHULUAN
I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Gas Rumah Kaca (GRK) adalah jenis gas yang dihasilkan oleh aktivitas manusia dan secara alami, yang jika terakumulasi di atmosfer akan mengakibatkan suhu bumi semakin
Lebih terperinci1) Sumber Daya Air, 2) Pertanian dan Ketahanan Pangan, 3) Kesehatan Manusia, 4) Ekosistem daratan,
SUMBER DAYA AIR Perubahan iklim akibat pemanasan global bukan lagi dalam tataran wacana, namun secara nyata telah menjadi tantangan paling serius yang dihadapi dunia di abad 21. Pada dasarnya perubahan
Lebih terperinciEmisi global per sektornya
Adaptasi Perubahan Iklim sebagai Langkah Mendesak dan Prioritas Ari Mochamad Sekretaris Kelompok Kerja Adaptasi Dewan Nasional Perubahan Iklim (DNPI) Disampaikan pada acara FGD tentang Kajian Peraturan
Lebih terperinciDIREKTORAT INVENTARISASI DAN PEMANTAUAN SUMBER DAYA HUTAN. Jakarta, 26 Januari 2017
DIREKTORAT INVENTARISASI DAN PEMANTAUAN SUMBER DAYA HUTAN Workshop Nasional "Menterjemahkan Transparency Framework Persetujuan Paris dalam Konteks Nasional" Jakarta, 26 Januari 2017 ISU STRATEGIS ORGANISASI
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciCOP 17/CMP 7 DIBUKA OLEH
COP 17/CMP 7 DIBUKA OLEH sambutan dari Sekretaris Eksekutif UNFCCC, Christiana Figueres, Presiden Afrika Selatan, Jacob Zuma, dan pidato pembukaan oleh Menteri Lingkungan Afrika Selatan, Nkoana-Mashabane
Lebih terperinciBAB III ISU LINGKUNGAN DAN KERJASAMA INDONESIA DENGAN JEPANG DALAM PENANGGULAN ISU LINGKUNGAN
BAB III ISU LINGKUNGAN DAN KERJASAMA INDONESIA DENGAN JEPANG DALAM PENANGGULAN ISU LINGKUNGAN Bab ini merupakan penjabaran substansial mengenai gambaran emisi karbon yang ditimbulkan oleh Jepang, serta
Lebih terperinci2018, No rangka penurunan emisi dan peningkatan ketahanan nasional terhadap dampak perubahan iklim; e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaima
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.162, 2018 KEMEN-LHK. Pengendalian Perubahan Iklim. Pengukuran, Pelaporan dan Verifikasi Aksi dan Sumberdaya. Pencabutan. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
Lebih terperinciKnowledge Management Forum April
DASAR HUKUM DIREKTORAT JENDERAL BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI PERAN PEMDA UNTUK MEMBERDAYAKAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MEWUJUDKAN KETAHANAN IKLIM INDONESIA UU 23 tahun 2014 tentang
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL
www.bpkp.go.id PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang
Lebih terperinci2013, No Mengingat Emisi Gas Rumah Kaca Dari Deforestasi, Degradasi Hutan dan Lahan Gambut; : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Rep
No.149, 2013 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LINGKUNGAN. Badan Pengelola. Penurunan. Emisi Gas Rumah Kaca. Kelembagaan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2013 TENTANG BADAN PENGELOLA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Laporan dari Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasca runtuhnya Uni Soviet sebagai salah satu negara adi kuasa, telah membawa agenda baru dalam tatanan studi hubungan internasional (Multazam, 2010). Agenda yang awalnya
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2013 TENTANG BADAN PENGELOLA PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA DARI DEFORESTASI, DEGRADASI HUTAN DAN LAHAN GAMBUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Didorong oleh issue perubahan iklim dunia yang menghangat belakangan ini
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Didorong oleh issue perubahan iklim dunia yang menghangat belakangan ini dan perubahan tersebut terjadi akibat dari ulah manusia yang terus mengambil keuntungan dari
Lebih terperinciPERKEMBANGAN PEMBAHASAN BONN CLIMATE CHANGE CONFERENCE
PERKEMBANGAN PEMBAHASAN BONN CLIMATE CHANGE CONFERENCE Toferry P. Soetikno Direktur Pembangunan, Ekonomi dan Lingkungan Hidup Kementerian Luar Neger RI Juni 2015 Outline Proses menuju kesepakatan baru
Lebih terperinciGaris-Besar NAP. Latar Belakang. Tujuan dan Strategi Pembangunan Nasional Dalam Rangka Antisipasi Perubahan Iklim. Rencana Aksi Nasional
Garis-Besar NAP Latar Belakang Tujuan dan Strategi Pembangunan Nasional Dalam Rangka Antisipasi Perubahan Iklim Rencana Aksi Nasional 1 2 3 Model Pembangunan Sampai Dengan Sekarang Kekhasan Negara Indonesia
Lebih terperinciDewan Perubahan Iklim Menyongsong Kopenhagen Dewan Perubahan Iklim Menyongsong Kopenhagen
Dewan Perubahan Iklim Menyongsong Kopenhagen Dewan Perubahan Iklim Menyongsong Kopenhagen OLEH: ALAN KOROPITAN Sinar Harapan, 13 Juni 2009 Tak terasa, dengan hadirnya PP No 46 Tahun 2008, Dewan Nasional
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah lingkungan menjadi salah satu isu utama di dalam hubungan internasional kontemporer. Hal ini terjadi seiring dengan semakin meningkatnya kesadaran publik dan
Lebih terperinciTopik A4 Lahan gambut dan perjanjian internasional. Indonesia telah banyak terlibat dalam berbagai perjanjian internasional, termasuk lahan gambut.
Topik A4 Lahan gambut dan perjanjian internasional. Indonesia telah banyak terlibat dalam berbagai perjanjian internasional, termasuk lahan gambut. Keikutsertaan Indonesia dalam berbagai perjanjian internasional
Lebih terperinciIntegrasi Isu Perubahan Iklim dalam Proses AMDAL Sebagai Alternatif Penerapan Ekonomi Hijau Pada Tingkatan Proyek
Integrasi Isu Perubahan Iklim dalam Proses AMDAL Sebagai Alternatif Penerapan Ekonomi Hijau Pada Tingkatan Proyek Oleh: Dini Ayudia, M.Si Kepala Subbidang Transportasi Manufaktur Industri dan Jasa pada
Lebih terperinci> MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA
> MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : P.14/Menhut-II/2004 TENTANG TATA CARA AFORESTASI DAN REFORESTASI DALAM KERANGKA MEKANISME PEMBANGUNAN BERSIH MENTERI KEHUTANAN,
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciUnsur-Unsur Tata Kepemerintahan Global (Global Governance)
Unsur-Unsur Tata Kepemerintahan Global (Global Governance) Global governance tidak identik dengan global government. Yang membedakannya adalah bahwa global governance merupakan keseluruhan dari aktivitas-aktivitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. melatar belakangi isu pemanasan global dan krisis iklim. Selain itu, dalam
BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini akan dijelaskan menegenai latar belakang masalah yang melatar belakangi isu pemanasan global dan krisis iklim. Selain itu, dalam pendahuluan juga akan dijelaskan tujuan
Lebih terperinciSISTEM REGISTRI NASIONAL
EDISI NOVEMBER 2016 USER MANUAL SISTEM REGISTRI NASIONAL PENGENDALIAN PERUBAHAN IKLIM UNTUK PUBLIK Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Direktorat Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim 2016 Daftar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bisnis dan pemimpin politik untuk merespon berbagai tantangan dari ancaman
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemanasan global telah menjadi isu politik dan bisnis yang semakin penting bagi sebagian besar negara. Ada panggilan yang kuat dari lingkungan, bisnis dan pemimpin
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. Perubahan iklim merupakan fenomena global meningkatnya konsentrasi
1 BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan iklim merupakan fenomena global meningkatnya konsentrasi Gas Rumah Kaca (GRK) di atmosfer akibat berbagai aktivitas manusia di permukaan bumi, seperti
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2013 TENTANG BADAN PENGELOLA PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA DARI DEFORESTASI, DEGRADASI HUTAN DAN LAHAN GAMBUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN
Lebih terperinciKEPEMIMPINAN IKLIM GLOBAL PERJANJIAN KERJA SAMA (PKS)
KEPEMIMPINAN IKLIM GLOBAL PERJANJIAN KERJA SAMA (PKS) I. Pernyataan Tujuan A. Perubahan iklim menimbulkan tantangan dan resiko global terhadap lingkungan dan ekonomi, membawa dampak bagi kesehatan manusia,
Lebih terperinciPROTOKOL KYOTO ATAS KONVENSI KERANGKA KERJA PBB TENTANG PERUBAHAN IKLIM
PROTOKOL KYOTO ATAS KONVENSI KERANGKA KERJA PBB TENTANG PERUBAHAN IKLIM Para Pihak pada Protokol ini, Menjadi para Pihak pada Konvensi Kerangka Kerja Perserikatan Bangsa Bangsa tentang Perubahan Iklim,
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. asing. Indonesia telah menjadikan Jepang sebagai bagian penting dalam proses
BAB V KESIMPULAN Dinamika hubungan diplomatik Indonesia dengan Jepang telah mengalami berbagai perkembangan, mulai dari masa penjajahan, kerjasama ekonomi hingga bidang politik dan keamanan. Politik luar
Lebih terperinciSUMBER DAYA ENERGI MATERI 02/03/2015 JENIS ENERGI DAN PENGGUNAANNYA MINYAK BUMI
MATERI SUMBER DAYA ENERGI Energi fosil Dampak penggunaan energi fosil Energi alternatif Upayapenurunan penurunan emisi gas rumah kaca Kyoto Protocol JENIS ENERGI DAN PENGGUNAANNYA Apakah ada aspek kehidupan
Lebih terperinciPENDEKATAN LANSKAP DALAM MITIGASI PERUBAHAN IKLIM
PENDEKATAN LANSKAP DALAM MITIGASI PERUBAHAN IKLIM Oleh: Dr. Dolly Priatna Yayasan Belantara Seminar Nasional Perubahan Iklim Mengembangkan Program Pendidikan Konservasi dan Lingkungan Hidup Bagi Para Pihak
Lebih terperinciPENULISAN HUKUM / SKRIPSI PERAN PROTOKOL KYOTO DALAM MENGURANGI TINGKAT EMISI DUNIA MELALUI CLEAN DEVELOPMENT MECHANISM
PENULISAN HUKUM / SKRIPSI PERAN PROTOKOL KYOTO DALAM MENGURANGI TINGKAT EMISI DUNIA MELALUI CLEAN DEVELOPMENT MECHANISM Disusun oleh: DANIEL AGA ARDIANTO NPM : 02 05 08058 PROGRAM STUDI : Ilmu Hukum PROGRAM
Lebih terperinciBackground Paper PEMBIAYAAN UNTUK PEMBANGUNAN
Background Paper PEMBIAYAAN UNTUK PEMBANGUNAN Pendahuluan Bakground Paper ini disusun sebagai informasi awal untuk memberikan gambaran mengenai posisi diskursus pembiayaan pembangunan saat ini. Diharapkan
Lebih terperinciKonservasi dan Perubahan Iklim. Manado, Pipin Permadi GIZ FORCLIME
Konservasi dan Perubahan Iklim Manado, 28.05.2015 Pipin Permadi GIZ FORCLIME www.forclime.org Perubahan Iklim Perubahan iklim merupakan suatu keadaan dimana pola iklim dunia berubah secara drastis dan
Lebih terperinciKoordinasi Kelembagaan dan Kebijakan REDD Plus
Koordinasi Kelembagaan dan Kebijakan REDD Plus Doddy S. Sukadri Dewan Nasional Perubahan Iklim (DNPI) Disampaikan dalam rangka PELATIHAN MEKANISME PEMBAYARAN REDD PLUS Hotel Grand USSU, Cisarua, 21 Desember
Lebih terperinciPROTOKOL KYOTO ATAS KONVENSI KERANGKA KERJA PBB TENTANG PERUBAHAN IKLIM
PROTOKOL KYOTO ATAS KONVENSI KERANGKA KERJA PBB TENTANG PERUBAHAN IKLIM Para Pihak pada Protokol ini, Menjadi para Pihak pada Konvensi Kerangka Kerja Perserikatan Bangsa Bangsa tentang Perubahan Iklim,
Lebih terperinciGUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG
GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG STRATEGI DAN RENCANA AKSI PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA DARI DEFORESTASI DAN DEGRADASI HUTAN ACEH DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR
Lebih terperinciKebijakan perubahan iklim dan aksi mitigasi di Indonesia. JCM Indonesia Secretariat
Kebijakan perubahan iklim dan aksi mitigasi di Indonesia JCM Indonesia Secretariat Data suhu bulanan global Suhu rata-rata global meningkat drastic dan hamper mencapai 1.5 O Celcius dibanding dengan jaman
Lebih terperinciEMISI KARBON DAN POTENSI CDM DARI SEKTOR ENERGI DAN KEHUTANAN INDONESIA CARBON EMISSION AND CDM POTENTIAL FROM INDONESIAN ENERGY AND FORESTRY SECTOR
EMISI KARBON DAN POTENSI CDM DARI SEKTOR ENERGI DAN KEHUTANAN INDONESIA CARBON EMISSION AND CDM POTENTIAL FROM INDONESIAN ENERGY AND FORESTRY SECTOR Dr. Armi Susandi, MT Program Studi Meteorologi Departemen
Lebih terperinci1.1 Latar Belakang. sumber. Sedangkan adaptasi adalah upayauntuk meminimalkan dampak melalui penyesuaian pada sistem alam dan manusia.
SUMBER DAYA AIR 1.1 Latar Belakang Banyaknya bencana alam yang berhubungan dengan perubahan iklim dalam beberapa tahun terakhir menjadi latarbelakang diselenggarakannya konvensi internasional.tahun 1992
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memberikan dampak positif seperti mudahnya berkomunikasi maupun berpindah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan teknologi sudah dimulai sejak Revolusi Industri yang terjadi pada abad ke 18 di Inggris yang pada akhirnya menyebar keseluruh dunia hingga saat sekarang ini.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan dalam berbagai bidang, tak terkecuali dalam bidang ekonomi. Menurut Todaro dan Smith (2006), globalisasi
Lebih terperinciPerspektif Good Governance dan RPP Pengendalian Perubahan Iklim
Perspektif Good Governance dan RPP Pengendalian Perubahan Iklim Jakarta, 17 Januari 2018 Agenda Presentasi RPP Perubahan Iklim sebagai Instrumen Pelaksana UU 16/2016 Good Governance dalam RPP Perubahan
Lebih terperinciDe Foresta H, K. A. (2000). Agroforest khas Indonesia - Sebuah Sumbangan Masyarakat. In Ketika Kebun Berupa Hutan (p. 249). Bogor: ICRAF.
Daftar Pustaka Books De Foresta H, K. A. (2000). Agroforest khas Indonesia - Sebuah Sumbangan Masyarakat. In Ketika Kebun Berupa Hutan (p. 249). Bogor: ICRAF. Subiksa, F. A. (2008). Lahan Gambut: Potensi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan akan energi dunia akan semakin besar seiring dengan pesatnya perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap terpenuhi agar roda
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan perekonomian masyarakat maupun Negara. Bisa melalui
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses yang dijalankan beriringan dengan proses perubahan menuju taraf hidup yang lebih baik. Dimana pembangunan itu sendiri dilakukan
Lebih terperinciPENDANAAN REDD+ Ir. Achmad Gunawan, MAS DIREKTORAT MOBILISASI SUMBERDAYA SEKTORAL DAN REGIONAL DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN PERUBAHAN IKLIM
PENDANAAN REDD+ Ir. Achmad Gunawan, MAS DIREKTORAT MOBILISASI SUMBERDAYA SEKTORAL DAN REGIONAL DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN PERUBAHAN IKLIM OUTLINE ISU PENDANAAN REDD+ PROGRESS PENDANAAN REDD+ di INDONESIA
Lebih terperinciSURAT UNTUK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA MENUNTUT KEADILAN IKLIM BERKEADILAN GENDER
SURAT UNTUK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA MENUNTUT KEADILAN IKLIM BERKEADILAN GENDER Solidaritas Perempuan (SP), AKSI for Gender, Social and Ecological Justice (AKSI!), Koalisi Rakyat untuk Hak atas Air
Lebih terperinciDeklarasi New York tentang Kehutanan Suatu Kerangka Kerja Penilaian dan Laporan Awal
Kemajuan Deklarasi New York tentang Kehutanan Suatu Kerangka Kerja Penilaian dan Laporan Awal Ringkasan Eksekutif November 2015 www.forestdeclaration.org An electronic copy of the full report is available
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. pernah terjadi dan menghadirkan tantangan untuk ekonomi. 7 Untuk
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Carbon Fund Perubahan iklim dalam Stern (2007) adalah kegagalan pasar terluas yang pernah terjadi dan menghadirkan tantangan untuk ekonomi. 7 Untuk meminimalkan gangguan ekonomi
Lebih terperinciIMPLEMENTA IMPLEMENT S A I S IRENCANA RENCAN A AKSI AKSI NAS NA I S O I NA N L PENURU PENUR NA N N EMISI EMISI GAS RUMA M H H KACA
IMPLEMENTASI RENCANA AKSI NASIONAL PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA Ir. Wahyuningsih Darajati, M.Sc Direktur Lingkungan Hidup Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas Disampaikan ik dalam Diskusi
Lebih terperinciUPAYA JERMAN DALAM MENANGGULANGI PEMANASAN GLOBAL ( ) RESUME SKRIPSI
UPAYA JERMAN DALAM MENANGGULANGI PEMANASAN GLOBAL ( 1998 2011 ) RESUME SKRIPSI Disusun Oleh : Pongky Witra Wisesa (151040295) JURUSAN HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS
Lebih terperinciPro-Poor Intended Nationally Determined Contribution Sebuah Pendekatan Kebijakan Pembangunan Rendah Karbon Indonesia
Laporan Diskusi Ahli: Pro-Poor Intended Nationally Determined Contribution Sebuah Pendekatan Kebijakan Pembangunan Rendah Karbon Indonesia 20 Februari 2015 Institute for Essential Services Reform (IESR)
Lebih terperinciSosialisasi Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD GRK) Tahun 2013
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Sebagaimana diketahui bahwa Gas Rumah Kaca (GRK) merupakan gasgas yang terdapat di atmosfer, yang berasal dari alam maupun antropogenik (akibat aktivitas manusia).
Lebih terperinciBRIEF Volume 11 No. 01 Tahun 2017
PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN SOSIAL, EKONOMI, KEBIJAKAN DAN PERUBAHAN IKLIM BADAN PENELITIAN, PENGEMBANGAN DAN INOVASI KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN POLICY BRIEF Volume 11 No. 01 Tahun
Lebih terperinciPeningkatan Kepedulian dan Pemahaman Masyarakat akan Dampak Perubahan Iklim. oleh: Erna Witoelar *)
Peningkatan Kepedulian dan Pemahaman Masyarakat akan Dampak Perubahan Iklim oleh: Erna Witoelar *) Pemanasan Bumi & Perubahan Iklim: tidak baru & sudah jadi kenyataan Kesadaran, pengetahuan & peringatan
Lebih terperinci1 BAB V: PENUTUP. 5.1 Kesimpulan
100 1 BAB V: PENUTUP 5.1 Kesimpulan Penelitian ini menekankan pada proses penandatangan MoU Microsoft - RI. Proses tersebut tidak terjadi begitu saja, melainkan melalui proses politisasi hak kekayaan intelektual
Lebih terperinciPENGALAMAN PENANDAAN ANGGARAN PERUBAHAN IKLIM
PENGALAMAN PENANDAAN ANGGARAN PERUBAHAN IKLIM Pusat Kebijakan Pembiayaan Perubahan Iklim & Multilateral Disampaikan pada Workshop Sinkronisasi Sistem Perencanaan & Penganggaran dalam Mendukung Pengurangan
Lebih terperinciPertama-tama, perkenanlah saya menyampaikan permohonan maaf dari Menteri Luar Negeri yang berhalangan hadir pada pertemuan ini.
PAPARAN WAKIL MENTERI LUAR NEGERI NILAI STRATEGIS DAN IMPLIKASI UNCAC BAGI INDONESIA DI TINGKAT NASIONAL DAN INTERNASIONAL PADA PERINGATAN HARI ANTI KORUPSI SEDUNIA JAKARTA, 11 DESEMBER 2017 Yang terhormat
Lebih terperinciPeran Kementerian ATR/BPN dalam Adaptasi Perubahan Iklim untuk Mencapai Tujuan NDC
Peran Kementerian ATR/BPN dalam Adaptasi Perubahan Iklim untuk Mencapai Tujuan NDC Rabu, 17 Januari 2018 Workshop Elaborasi NDC Adaptasi Perubahan Iklim KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/ BADAN PERTANAHAN
Lebih terperinci