BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Piutang adalah bagian dari aktiva perusahaan yang bersifat lancar umumnya

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Piutang adalah bagian dari aktiva perusahaan yang bersifat lancar umumnya"

Transkripsi

1 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Piutang 1. Pengertian Piutang Piutang adalah bagian dari aktiva perusahaan yang bersifat lancar umumnya berupa kas yang masih akan diterima di masa yang akan datang dan terdapat pada laporan keuangan sebagian besar perusahaan, baik perusahaan dagang, manufaktur, dan jasa. Pada dasarnya piutang timbul dari penjualan secara kredit yang dilakukan oleh perusahaan dengan tujuan agar dapat menjual lebih banyak produk barang dan jasa yang ditawarkan oleh perusahaan yang bersangkutan, namun bisa juga terjadi akibat transaksi lainnya seperti pinjaman yang diberikan oleh perusahaan kepada karyawan, pemegang saham, dan perorangan lainnya. Setiap transaksi kredit setidak-tidaknya melibatkan dua pihak yaitu kreditur sebagai penjual barang dagangan atau jasa dan sebagai pihak yang memiliki piutang dagang dan pihak debitor sebagai pihak yang melakukan pembelian secara kredit dan sebagai pihak yang memiliki utang dagang. Pihak debitor ini jugalah yang berkewajiban menanggung pelunasan piutang dagang kreditur. Untuk lebih jelasnya berikut terdapat beberapa defenisi piutang, yaitu antara lain menurut Warren, dkk (2005:392) menyatakan Piutang (receivable) adalah meliputi semua klaim dalam bentuk uang terhadap pihak lainnya, termasuk individu, perusahaan, atau organisasi lainnya. Suharli (2006:201) mengatakan bahwa Piutang mencakup semua tagihan dalam bentuk uang kepada perseorangan, badan usaha, atau pihak tertagih lainnya.

2 7 Sedangkan kieso, dkk (2006:386) mendefinisikan bahwa Piutang (receivables) adalah klaim uang, barang, atau jasa kepada pelanggan atau pihak-pihak lainnya. Menurut Harnanto (2002:174) bahwa Piutang meliputi semua klaim hak untuk menuntut pembayaran kepada pihak lain, yang pada umumnya akan berakibat adanya penerimaan kas dimasa yang akan datang. Menurut Simamora (2000:208) menyatakan bahwa Piutang (receivables) merupakan klaim yang muncul dari penjualan barang dagangan, penyerahan jasa, pemberian pinjaman dana, atau jenis transaksi lainnya yang membentuk suatu hubungan dimana satu pihak berutang kepada pihak lainnya. 2. Klasifikasi Piutang Piutang dapat diklasifikasikan dalam beberapa cara, klasifikasi yang paling sering digunakan secara umum dalam praktek adalah klasifikasi piutang menjadi piutang usaha, wesel tagih, dan piutang lain-lain. Seperti yang dikemukakan oleh Warren, dkk (2005:392) yang menyatakan bahwa piutang dapat diklasifikasikan sebagai berikut: 1. Piutang Usaha (account receivable), jenis piutang yang timbul dari transaksi penjualan barang atau jasa secara kredit. Biasanya piutang usaha diperkirakan akan tertagih dalam periode waktu hari. 2. Wesel tagih (notes receivable), merupakan jumlah yang terutang bagi karyawan dimana pelanggan dimaksud telah menerbitkan surat utang formal pada perusahaan. Wesel ini biasanya digunakan untuk periode kredit lebih dari 60 hari. 3. Piutang lain-lain (other receivables), merupakan sejenis piutang yang biasanya disajikan secara terpisah dalam neraca yang biasanya disajikan dibawah judul investasi. Piutang lain-lain ini antara lain meliputi piutang bunga, piutang pajak, piutang karyawan dan sebagainya.

3 8 Secara lebih terperinci Kieso, dkk (2002:386) mengklasifikasikan piutang dengan dua cara yaitu sebagai berikut: 1. Pengklasifikasian piutang berdasarkan untuk tujuan dalam laporan keuangan dibagi menjadi dua yaitu: a. Piutang lancar atau piutang jangka pendek (short term receivables) yang diharapkan akan tertagih dalam satu tahun atau selama siklus operasi berjalan, mana yang lebih panjang, sedangkan b. Piutang tidak lancar atau piutang jangka panjang (long term receivables) adalah jenis piutang dimana yang masuk kategori ini merupakan seluruh piutang yang tidak termasuk kategori sebelumnya. 2. Pengklasifikasian piutang berdasarkan sebab terjadinya piutang tersebut. Pengklasifikasian piutang berkaitan dengan perbedaan penting antara piutang hasil perdagangan dan yang bukan hasil perdagangan, dibagi menjadi dua bagian, yaitu: a. Piutang dagang (trade receivables) merupakan jumlah terutang oleh pelanggan sebagai bagian dari aktivitas normal bisnis perusahaan berupa penjualan barang atau jasa secara kredit kepada pelanggan yang dapat disub-klasifikasikan lagi menjadi piutang usaha (account receivables) dan wesel tagih (notes receivable): b. Piutang usaha (account receivables) adalah janji lisan dari pembeli untuk membayar barang dan jasa yang dibeli biasanya dapat ditagih dalam waktu 30 sampai 60 hari. c. Wesel tagih (notes receivable) adalah janji tertulis secara formal untuk membayar sejumlah uang tertentu pada tanggal tertentu di masa depan (tanggal jatuh tempo). Wesel tagih ini sendiri ada yang bersifat jangka pendek maupun jangka panjang yang terdiri lagi atas dua jenis yaitu: a) Wesel tagih tidak berbunga (interest bearing note) Jenis wesel tagih dimana nilai nominal wesel (yang tertera pada lembar wesel) sama besarnya dengan nilai jatuh tempo. b) Wesel tagih berbunga (non-interest bearing note) Jenis wesel tagih dimana nilai nominal wesel (nilai yang tertera pada lembar wesel) tidak sama besarnya dengan nilai jatuh tempo. Nilai jatuh tempo terdiri dari nilai nominal ditambah dengan bunga yang diperoleh selama masa periode tertentu. d. Piutang non-dagang (non-trade receivables) merupakan piutang yang bukan dari hasil perdagangan atau sering disebut juga meliputi semua jenis piutang lainnya yang muncul dari berbagai transaksi (yang bukan transaksi normal perusahaan) yang dapat berupa janji tertulis untuk membayar atau mengirimkan sesuatu, contohnya antara lain: uang muka kepada karyawan dan staf uang muka kepada anak perusahaan deposito untuk menutup kemungkinan kerugian atau kerusakan piutang dividen dan bunga piutang pajak yang lebih disetor klaim, antara lain terhadap perusahaan asuransi untuk kerugian yang dipertanggungkan, terdakwa dalam suatu perkara hukum, perusahaan pengangkutan untuk barang yang rusak atau hilang dan lain sebagainya.

4 9 B. Pengertian Valuta Asing Pengertian Valuta Asing menurut Hamdy (2001:15) adalah sebagai berikut: Valuta asing (valas) atau foreign exchange (forex) atau foreign currency diartikan sebagai mata uang asing dan alat pembayaran lainnya yang digunakan untuk melakukan atau membiayai transaksi ekonomi keuangan internasional dan yang mempunyai catatan kurs resmi pada bank sentral. Pengertian valuta asing menurut Heli Charisma Berlianta (2004:1) adalah sebagai berikut: Valuta asing (Valas) dapat diartikan sebagai seluruh kewajiban terhadap mata uang asing yang dapat dibayar diluar negeri, baik berupa simpanan pada bank di luar negeri maupun kewajiban dalam mata uang asing. Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2004:10.6) suatu transaksi dalam mata uang asing adalah suatu transaksi yang didenominasi atau membutuhkan penyelesaian dalam suatu mata uang asing, termasuk transaksi yang timbul ketika suatu perusahaan: 1. Membeli atau menjual barang atau jasa yang harganya didenominasi dalam suatu mata uang asing. 2. Meminjam (hutang) atau meminjamkan (piutang) dana yang didenominasi dalam satu mata uang asing. 3. Menjadi suatu pihak untuk suatu perjanjian dalam valuta asing yang belum terlaksana; atau 4. Memperoleh atau melepaskan aktiva, menimbulkan atau melunasi kewajiban, yang didenominasi dalam satu mata uang asing.

5 10 C. Pengertian Kurs Pengertian Kurs menurut Beams (2000:501) adalah sebagai berikut: Exchange is the ratio between a unit of one currency and the amount of another currency for which that unit can be exchanged (converted) at a particular time. Pengertian kurs menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2004:5) adalah sebagai berikut: Kurs adalah rasio pertukaran dua mata uang. Pengertian kurs menurut Berlianta (2004:37) adalah sebagai berikut: Kurs atau Exchange rate dapat diartikan sebagai perbandingan jumlah dua mata uang yang dipertukarkan atau yang diperjualbelikan. 1. Alasan-Alasan Perusahaan Memprediksi Kurs Setiap perusahaan multinasional dapat dipengaruhi oleh perubahan nilai kurs. Beberapa keputusan yang memerlukan prediksi nilai kurs pada masa tertentu menurut Madura (2000:243) adalah: a. Hedging decision b. Short-term financing decision c. Short-term investment decision d. Capital budgeting decision e. Long-term financial decision f. Earning assessment a. Hedging decision Perusahaan multi nasional selalu menghadapi pilihan untuk mengantisipasi future payables dan receivable dalam mata uang asing. Keputusan ini berdasarkan prediksi perusahaan tersebut terhadap nilai mata uang asing. b. Short-term financing decision Ketika perusahaan-perusahaan besar meminjam modal pada pihak lain, ada kemungkinan untuk membayar pinjaman tersebut dalam mata uang

6 11 asing. Mata uang yang dipergunakan harus mempunyai syarat sebagai berikut: a) Mempunyai nilai suku bunga yang rendah b) Mempunyai nilai tukar yang relatif rendah dalam periode financial tertentu. c. Short-term investment decision Beberapa perusahaan mempunyai kas untuk jangka waktu singkat. Kas yang tersedia dalam jumlah besar dapat didepositokan dengan mempergunakan mata uang asing. Mata uang asing yang ideal untuk digunakan adalah: a. Mempunyai suku bunga yang tinggi. b. Mempunyai nilai tukar yang kuat dalam kurun waktu deposito. d. Capital budgeting decision Sebelum memutuskan untuk menanam modal di suatu negara, perusahaan multi nasional terlebih dahulu melakukan capital budgeting analysis. Prediksi cash flow (perputaran kas) pada masa yang akan datang dalam proses penganggaran modal tergantung dari nilai mata uang pada masa yang akan datang. e. Long-term financial decision Beberapa perusahaan meminjam dana dari pihak lain untuk waktu yang lama dengan mempergunakan mata uang asing. Perusahaanperusahaan tersebut tentunya menginginkan terjadi depresiasi nilai mata uang yang digunakan dalam penjualan.

7 12 f. Earning assessment Jika suatu perusahaan multi nasional mempunyai anak perusahaan di beberapa negara yang berbeda, maka anak perusahaan tersebut diharuskan melaporkan pendapatan yang diperoleh dengan mata uang yang sama dengan yang dipergunakan induk perusahaannya. 2. Jenis-Jenis Sistem Penetapan Kurs Valuta Asing Menurut Hamdy (2001:40), berdasarkan perkembangan system moneter internasional sejak berlakunya Bretton Woods System pada tahun 1944, pada umumnya dikenal beberapa macam sistem penetapan kurs valuta asing, yakni sebagai berikut: a. Sistem Kurs Tetap/Stabil (Fixed Exchange Rate System) b. Sistem Kurs Mengambang (Floating Exchange Rate System) c. Sistem Kurs Terkait (Pegged Exchange Rate System) a. Sistem Kurs Tetap/Stabil (Fixed Exchange Rate System) Sistem kurs tetap memberikan kepastian kepada kegiatan perdagangan dan investasi atau dunia internasional pada umumnya. Syaratnya adalah inflasi rendah sekitar 3%, cadangan devisa kuat, hutang luar negeri berhasil direstrukturisasi atau dipulihkan dan posisi neraca pembayaran dalam keadaan aman (tidak banyak pelarian modal ke luar negeri).

8 13 b. Sistem Kurs Mengambang (Floating Exchange Rate System) Dalam hal ini nilai tukar suatu mata uang ditentukan oleh kekuatan permintaan dan penawaran (mekanisme pasar) pada bursa valuta asing. Jika penentuan kurs valuta asing di bursa valuta asing tersebut terjadi campur tangan pemerintah maka disebut clean float atau freely floating system (sistem kurs mengambang murni). Sedangkan apabila permerintah turut campur tangan mempengaruhi permintaan dan penawaran terhadap valuta asing di bursa valuta asing maka disebut dirty float atau managed float system (sistem kurs mengambang terkendali). c. Sistem Kurs Terkait (Pegged Exchange Rate System) Aliran valuta asing yang cepat dan besar untuk memenuhi tuntutan perdagangan, investor dan spekulasi dari suatu tempat yang surplus ke tempat yang defisit dapat terjadi karena beberapa faktor atau kodisi yang berbeda sehingga berpengaruh dan menimbulkan perbedaan kurs valuta asing atau forex rate di masing-masing tempat. Menurut Hamdy (2001:46), beberapa faktor atau kondisi yang berbeda dan mempengaruhi kurs valuta asing di masing-masing tempat tersebut antara lain sebagai berikut: a) Supply and demand foreign currency. b) Posisi Balance of payment (BOP). c) Tingkat Inflasi. d) Tingkat harga. e) Pengawasan pemerintah. f) Ekspektasi dan spekulasi/isu/rumor.

9 14 3. Teknik memprediksi Kurs Valuta Asing Salah satu aktivitas penting yang dilakukan oleh para pelaku di pasar valuta asing adalah melakukan analisis untuk memprediksi arah kurs valuta asing di masa yang akan datang. Menurut Berlianta (2004:249) sampai saat ini ada dua tipe analisis yang biasa dilakukan oleh pelaku pasar di pasar valuta asing untuk memprediksi pergerakan kurs valuta asing di masa yang akan datang. Dua tipe analisis tersebut adalah: a. Fundamental Analysis b. Teknik Analysis a. Fundamental Analysis Didasarkan atas hubungan yang fundamental antara economic variables dan exchange rate. Dengan mengetahui nilai variabel-variabel ekonomi yang ada serta dampaknya terhadap suatu nilai mata uang, perusahaan dapat memprediksi nilai kurs. b. Teknik Analysis Teknik ini menggunakan data yang menunjukkan naik turunnya nilai mata uang tersebut pada masa sebelumnya. Berdasarkan historical exchange rate data, dapat diperkirakan arah bergeraknya nilai mata uang tersebut pada masa selanjutnya. Dalam teknik ini, juga dipergunakan time series model yang menganalisa moving averages (rata-rata bergerak).

10 15 4. Relevansi Risiko Kurs Beberapa pendapat menyatakan risiko perubahan kurs tidak relevan, karenanya perusahaan tidak perlu mengantisipasi resiko ini. Argumen-argumen tersebut menurut Madura (2000:275) adalah sebagai berikut: a. Purchasing Power Parity (PPP) Argument b. The Investor Hedge Argument c. Currency Diversification Argument d. Stakeholder Diversification Argument a. Purchasing Power Parity (PPP) Argument Menurut teori PPP, perubahan kurs dihubungkan dengan perubahan harga. Contohnya, perusahaan Indonesia yang mengimport barang untuk didistribusikan ke perusahaan-perusahaan dalam negeri, bersaing dengan perusahaan Indonesia yang memproduksi sendiri di dalam negeri. Jika rupiah mengalami depresiasi, perusahaan yang mengimport barang akan memerlukan banyak rupiah untuk membayar barang yang diimport. Menurut teori PPP, penurunan rupiah akan menyebabkan inflasi yang relatif tinggi di Indonesia. Walaupun perusahaan dalam negeri tidak terpengaruh dengan penurunan rupiah, tetapi biaya produksi akan meningkat sebagai akibat dari terjadinya inflasi. Sedangkan perusahaan yang mengimport barang akan terpengaruh akibat penurunan rupiah, tetapi dapat terhindar dari kenaikan biaya produksi di dalam negeri. Situasi ini menyebabkan risiko kurs tidak relevan.

11 16 b. The Investor Hedge Argument Menurut teori ini, perusahaan multi nasional dapat menekan dampak perubahan kurs. Salah satu cara yaitu dengan membuat kontrak dengan perusahaan asing untuk menghindari dampak terjadinya depresiasi. c. Currency Diversification Argument Teori ini menyatakan bahwa perusahaan multi nasional yang mengadakan transaksi dengan beberapa mata uang, tidak akan terpengaruh terhadap perubahan kurs. d. Stakeholder Diversification Argument Menurut teori ini perubahan kurs tidak terpengaruh jika stakeholders (contohnya kreditor) berasal dari negara-negara yang berbeda, dimana nilai mata uang yang digunakan juga berbeda-beda. Sebaliknya, para kreditor juga menghadapi resiko terjadinya perubahan nilai tukar uang. D. Pengertian Selisih Kurs Piutang valuta asing sangat tergantung pada kurs valuta asingnya. Di Indonesia dimana terjadi depresiasi rupiah terhadap dollar Amerika Serikat, mengakibatkan kurs valuta asing dalam hal ini dollar Amerika Serikat menjadi sangat tinggi terhadap kurs rupiah. Hal ini menyebabkan terjadinya selisih kurs, baik berupa keuntungan maupun kerugian kurs. Pengertian selisih kurs menurut Ikatan Akuntan Indonesia dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 10 (2004:10.2) adalah: Selisih kurs (exchange difference) adalah selisih kurs yang dihasikan dari pelaporan jumlah unit mata uang asing yang sama dalam mata uang pelaporan pada kurs yang berbeda.

12 17 Untuk memasukkan transaksi dalam valuta asing pada laporan keuangan suatu perusahaan, transaksi harus dinyatakan dalam mata uang pelaporan perusahaan. Mata uang pelaporan adalah mata uang yang digunakan dalam menyajikan laporan keuangan. Mata uang asing adalah mata uang selain mata uang pelaporan perusahaan. 1. Pengakuan Selisih Kurs (Recognition of Exchange Differences) Berdasarkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan, pengakuan terhadap selisih kurs adalah sebagai berikut: a. Transaksi dalam mata uang asing dibukukan dengan menggunakan kurs pada saat terjadinya transaksi atau kurs tunai yang berlaku pada tanggal transaksi yang disebut kurs spot (spot rate). b. Pada setiap tanggal neraca: a) Pos aktiva dan kewajiban moneter dalam mata uang asing yang dilaporkan ke dalam mata uang rupiah dengan menggunakan kurs tanggal neraca. Apabila terdapat kesulitan dalam menentukan kurs tanggal neraca, maka dapat digunakan kurs tengah Bank Indonesia sebagai indikator yang objektif. Pos moneter adalah kas dan setara kas, aktiva dan kewajiban yang akan diterima atau dibayar yang jumlahnya pasti atau dapat ditentukan. b) Pos non moneter tidak boleh dilaporkan dengan menggunakan kurs tanggal neraca tetapi harus dilaporkan dengan menggunakan kurs tanggal transaksi, dan c) Pos non moneter yang dinilai dengan nilai wajar dalam mata uang asing harus dilaporkan dengan menggunakan kurs yang berlaku pada saat nilai tersebut ditentukan. Nilai wajar (fair value) adalah suatu jumlah yang dapat digunakan sebagai dasar pertukaran aktiva atau

13 18 penyelesaian kewajiban antara pihak yang paham (knowledgeable) dan berkeinginan untuk melakukan transaksi wajar (arm s length transaction). d) Nilai terbawa dari suatu pos ditentukan sesuai standar akuntansi yang relevan. Apakah nilai tercatat ditentukan brdasarkan biaya historis atau nilai wajar, nilai yang ditentukan untuk pos valuta asing dilaporkan pada mata uang pelaporan sesuai dengan pernyataan ini, e) Selisih penjabaran pos aktiva dan kewajiban moneter dalam mata uang asing pada tanggal neraca dan laba rugi kurs yang timbul dari transaksi dalam mata uang asing dikreditkan atau dibebankan pada laporan periode berjalan. f) Selisih kurs timbul apabila terdapat perubahan kurs antara tanggal transaksi dan tanggal penyelesaian (settlement date) pos moneter yang timbul dari transaksi dalam mata uang asing. Bila timbulnya dan penyelesaian suatu transaksi berada dalam suatu periode akuntansi yang sama, maka seluruh selisih kurs diakui dalam periode tersebut. Namun jika timbulnya dan diselesaikan suatu transaksi berada dalam beberapa periode akuntansi, maka selisih kurs harus diakui untuk setiap periode akuntansi dengan memperhitungkan perubahan kurs untuk masing-masing periode. Selisih kurs yang timbul pada suatu pos moneter yang dalam substansinya membentuk bagian investasi netto perusahaan dalam suatu entitas asing harus diklasifikasikan sebagai ekuitas dalam laporan keuangan perusahaan sehingga saat pelepasan (disposal) investasi netto dan pada saat tesebut harus diakui sebagai pendapatan atau beban. Suatu perusahaan mungkin memiliki suatu pos moneter

14 19 berupa hutang piutang dengan suatu entitas asing. Apabila timbulnya dan penyelesaian pos moneter tersebut tidak terencana, dalam substansinya merupakan suatu perluasan, atau pengurangan dari investasi netto perusahaan dalam entitas asing tersebut. Pos moneter tersebut mungkin mencakup piutang jangka panjang atau pinjaman tetapi mencakup piutang dagang atau hutang dagang. Investasi netto dalam suatu entitas asing adalah bagian (share) perusahaan pelapor dalam aktiva netto suatu entitas asing (pihak lain). 2. Kebijakan-Kebijakan Selisih Kurs Dalam pembahasan masalah mengenai valuta asing, selain di atur dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan ada beberapa kebijakan lain yang dapat dijadikan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan mengenai masalah valuta asing. Adapun kebijakan yang dimaksud antara lain : 1. Kebijakan Bapepam, dengan keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Nomor : Kep-49/PM/1998 tentang Akuntansi Transaksi Dalam Mata Uang Asing dengan Lampiran Peraturan No.VIII.G.10 tentang Perlakuan akuntansi atas Selisih Kurs Sebagai akibat dari Transaksi Dalam Mata Uang Asing adalah sebagai berikut: a. Bagi perusahaan yang tidak melakukan lindung nilai (hedging), perlakuan akuntansi atas selisih kurs yang timbul dari penjabaran pos aktiva dan kewajiban moneter jangka panjang dalam mata uang asing dapat dilakukan sesuai dengan ketentuan PSAK No. 10 paragraf 28 (dikreditkan atau dibebankan pada laporan laba rugi periode berjalan) atau dapat ditangguhkan dan diakui sebagai keuntungan atau kerugian periode sekarang dan masa depan secara sistematis selama umur pos aktiva dan

15 20 kewajiban moneter yang bersangkutan dan dua hal tersebut harus diungkapkan secukupnya. b. Selain ketentuan sebagaimana dimaksud dalam paragraf 34 PSAK No. 10, apabila perusahaan memiliki atau menangguhkan selisih kurs, maka perusahaan harus mengungkapkan jumlah kumulatif selisih kurs yang ditangguhkan dan yang dibebankan pada periode berjalan. 2. Kebijakan pajak pemerintah dengan surat Edaran Dirjen Pajak No.SE- 46/PJ.43/1998 tentang penjelasan lebih lanjut mengenai perlakuan pajak penghasilan terhadap selisih kurs valuta asing adalah sebagai berikut : a. Kep Menkeu RI No. 597/KMK.04/1997 tanggal 21 November 1997 dan Dirjen Pajak No.SE Dirjen Pajak No.SE-16/PJ.43/1997 tanggal 27 November 1997 (keduanya tentang perlakuan pajak penghasilan terhadap selisih kurs valuta asing dalam tahun 1997) hanya berlaku untuk tahun pajak b. Kep.Menkeu RI No. 597/KMK.04/1997 menyatakan untuk kepentingan penghitungan pajak, wajib pajak dapat membebankan seluruh kerugian selisih kurs tahun 1997 baik yang telah direalisir maupun yang belum direalisir ke dalam tahun pajak 1997 atau mengalokasikan dalam jangka waktu selama-lamanya 5 tahun sejak tahun pajak 1997 secara taat azas. c. Surat Edaran Dirjen Pajak No.SE.16/PJ.43/1997 menyatakan bahwa penghasilan kena pajak bagi wajib pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap ditentukan berdasarkan penghasilan bruto dikurangi dengan kerugian selisih kurs mata uang asing. Wajib pajak yang menggunakan sistem pembukuan berdasarkan kurs tengah Bank Indonesia atau kurs sebenarnya berlaku pada akhir tahun dapat membebankan seluruh kerugian selisih

16 21 kurs tahun 1997 baik yang telah direalisir maupun yang belum direalisir ke dalam tahun 1997 atau dialokasikan / diamortisasikan dalam jangka waktu selama-lamanya 5 tahun sejak tahun pajak 1997 dalam jumlah yang sama setiap tahunnya dan dilaksanakan secara taat azas. Untuk tahun pajak 1998 dan seterusnya demikian juga tahun pajak 1996 dan tahun-tahun pajak sebelumnya, ketentuan perpajakan yang menyangkut perlakuan pajak penghasilan atas selisih kurs yang sampai saat ini masih berlaku adalah: : a. SE Dirjen Pajak No. SE-03/PJ.31/1997 tanggal 13 Agustus 1997 yang mengatur perlakuan pajak penghasilan dalam hal wajib pajak memperoleh keuntungan atau menderita kerugian karena selisih kurs. 1. Keuntungan karena selisih kurs mata uang asing termasuk penghasilan yang menjadi objek pajak penghasilan. Pengenaan pajaknya dikaitkan dengan sistem pembukuan yang dianut oleh wajib pajak dengan syarat dilakukan secara taat azas dan harus dilaporkan dalam SPT Tahunan PPh. 2. Kerugian karena selisih kurs mata uang asing merupakan unsur pengurangan penghasilan bruto. Pembebanannya dilakukan berdasarkan pembukuan yang dianut oleh wajib pajak secara taat azas. Jika sistem pembukuan berdasarkan kurs tetap, pembebanan selisih kurs dilakukan pada saat terjadinya realisasi perkiraan mata uang asing tersebut. Jika sistem pembukuan berdasarkan kurs tengah Bank Indonesia atau kurs sebenarnya berlaku pada akhir tahun, pembebanannya dilakukan pada setiap akhir tahun berdasarkan kurs tengah Bank Indonesia atau kurs yang sebenarnya berlaku pada akhir tahun.

17 22 3. SE Dirjen Pajak No.SE-24/PJ.42/1998 tanggal 5 Agustus 1998 yang mengatur tentang perlakuan PPh dalam hal wajib pajak memperoleh keuntungan karena selisih kurs dan kaitannya dengan perhitungan besarnya angsuran PPh pasal 25. E. Piutang Valuta Asing 1. Pengertian Piutang Valuta Asing Suatu perusahaan dapat melakukan aktivitas yang menyangkut valuta asing (foreign activities) dalam dua cara; melakukan transaksi dalam mata uang asing atau memiliki kegiatan usaha luar negeri (foreign operations). Munculnya piutang valuta asing disebabkan adanya transaksi dalam menjual barang atau jasa dalam negeri maupun luar negeri yang menggunakan mata uang asing. Berdasarkan defenisi piutang dan valuta asing di atas, maka penulis menyimpulkan bahwa : Piutang Valuta Asing adalah klaim kepada perseorangan, badan usaha, ataupun pihak lainnya dalam mata uang asing. 2. Transaksi kurs Valuta Asing Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (2004:10.6) Suatu transaksi dalam mata uang asing adalah suatu transaksi yang membutuhkan penyelesaian dalam mata uang asing, termasuk transaksi yang timbul ketika perusahaan: a. Membeli atau menjual barang dan jasa yang harganya didenominasi dalam suatu mata uang asing. b. Meminjam atau meminjamkan dana dalam suatu mata uang asing. c. Memperoleh atau melepaskan aktiva, menimbulkan atau melunasi kewajiban, dalam suatu mata uang asing. d. Memperoleh atau melepaskan aktiva, menimbulkan atau melunasi kewajiban, yang didenominasi dalam suatu mata uang asing.

18 23 Dalam menyatakan transaksi maupun laporan keuangan dalam mata uang asing ke dalam mata uang asing dalam negeri atau lebih dikenal dengan home currency, diperlukan adanya sarana penjabaran yang disebut kurs. Setiap perusahaan dapat mengetahui nilai kurs mata uang tertentu melalui kurs yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia. Pada umumnya perusahaan-perusahaan menggunakan kurs tengah yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia sebagai dasar pencatatan transaksi-transaksi dalam mata uang asing. Kurs tengah yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia merupakan nilai kurs yang diperoleh dari hasil penjumlahan nilai kurs jual dan nilai kurs beli kemudian dibagi dua. Dapat dikatakan bahwa setiap melakukan transaksi luar negeri mapun dalam negeri yang melakukan kegiatan operasi perusahaan dengan menggunakan mata uang asing, perusahaan selalu dihadapkan pada kemungkinan terjadinya penurunan atau kenaikan selisih kurs. Sebagai contoh, eksportir indonesia menjual produknya ke luar negeri senilai US$ 2,000.- secara kredit. Kurs pada saat transaksi terjadi USD 1 = Rp ,- maka atas transaksi ini dibuat jurnal sebagai berikut : Piutang Dagang...Rp Penjualan...Rp Apabila pada saat penerimaan pelunasan piutang dagangtrsebut kurs berubah menjadi USD 1 = Rp ,- maka jurnal untuk mencatat transaksi tersebut menjadi: Kas/Bank...Rp Piutang Dagang...Rp Laba/Rugi Selisih Kurs...Rp

19 24 Tetapi bila pada saat penerimaan pelunasan piutang dagang tersebut kurs turun menjadi USD 1 = Rp ,- maka jurnal untuk mencatat transaksi tersebut menjadi : Kas/Bank...Rp Laba/Rugi Selisih Kurs...Rp Piutang Dagang...Rp Metode Penjabaran Valuta Asing Metode yang digunakan untuk menjabarkan laporan keuangan suatu kegiatan usaha luar negeri tergantung pada cara pendanaan dan operasi perusahaan pelapor. Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (2004:11.2) Kegiatan usaha luar negeri diklasifikasikan baik sebagai kegiatan usaha luar negeri yang merupakan bagian integral dengan operasi perusahaan pelapor atau sebagai entitas asing. Akuntansi valuta asing dapat ditinjau dari dua aspek. Kedua aspek masingmasing mempunyai metode penjabaran valuta asing tersendiri. Adapun penjabaran yang dimaksud adalah penjabaran laporan keuangan dalam mata uang asing (Translation of foreign exchange financial statement). Menurut Frederick D.S Choi dan Gary K. Meek (2005:249) dalam penjabaran laporan keuangan dalam mata uang asing ada empat metode penjabaran valuta asing yang dikenal, yaitu: a. Current non current method b. Monetary non monetary method c. Temporal method d. Current rate method

20 25 a. Current non current method Metode ini melakukan penjabaran laporan keuangan berdasarkan kurs pada tanggal neraca dan kurs histories (current or historical approach). Dimana harta lancar dan hutang lancar dijabarkan dengan kurs tanggal neraca, sedangkan aktiva tetap dan hutang jangka panjang dijabarkan dengan kurs historis. b. Monetary - non monetary method Metode ini menjabarkan aktiva dan hutang moneter dengan kurs berjalan serta aktiva dan hutang non moneter dengan kurs historis yang berlaku pada saat tersebut. Untuk tujuan penjabaran aktiva dan hutang dianggap monetary bila dinyatakan dalam sejumlah tetap satuan valuta asing. Semua pos-pos neraca lainnya diklasifikasikan sebagai pos non moneter. Metode ini mulai diperkenalkan sejak tahun 1950-an oleh Prof. Samuel Hepworth yang berpendapat bahwa penjabaran perkiraan sebaiknya didasarkan atas sifat perkiraan dan bukan berdasarkan masa tunainya. Timbulnya masalah karena sulitnya membedakan monetary dan non monetary karena perbedaan ini sebenarnya bersifat arbitier (pendamai), hanya dalam keadaan yang diluar prediksi harga suatu harta akan berubah dalam persentase yang persis sama seperti perubahan tingkat harga umum. Suatu harta atau hutang dapat berubah dengan suatu persentase perubahan daya beli umum. Hal ini tentu tidak sesuai dengan defenisi monetary dan non monetary itu sendiri. Secara ringkas monetary asset dan liabilities dapat diartikan sebagai suatu klaim/kewajiban untuk membayar dalam satuan uang yang tetap jumlahnya, tanpa memperdulikan apakah nilai uang tersebut akan berubah atau tidak.

21 26 Non monetary asset dan liabilities adalah harta yang harga-harganya dalam satuan uang yang dapat berubah-ubah dari waktu ke waktu sesuai dengan kesepakatan mengenai jumlah daya beli uang yang ingin dipertahankan. Adapun contoh menurut metode ini akan disajikan dalam tabel 2.1 c. Temporal method Metode ini juga melakukan penjabaran laporan keuangan berdasarkan kombinasi kurs tanggal neraca dan kurs historis. Dimana kurs penjabaran untuk setiap aktiva dan pasiva tergantung pada dasar pengakuan akuntansi yang digunakan untuk mencatat transaksi yang berhubungan dengan valuta asing. Jadi menurut metode ini kas dan bank, piutang, dan hutang (baik lancar maupun tidak lancar) dijabarakan dengan kurs yang berlaku pada tanggal neraca, sedangkan aktiva dan kewajiban lainnya dijabarakan dengan kurs tanggal neraca atau kurs historis sesuai dengan sifatnya. Aktiva dan kewajiban yang dilaporkan dalam neraca dengan harga perolehan dijabarkan dengan kurs historis, sedangkan aktiva dan kewajiban yang dilaporkan dengan harga pengganti (replacement cost) atau harga jual dijabarkan dengan kurs tanggal neraca, misalnya persediaan. Adapun contoh menurut metode ini akan disajikan dalam tabel 2.1 d. Current rate method Metode ini berbeda dengan ketiga metode lainnya yang melakukan penjabaran laporan keuangan berdasarkan kurs tanggal neraca dan kurs historis, metode ini menggunakan kurs tunggal, yaitu kurs tanggal neraca (current rate approach) Metode ini tidak membeda-bedakan jenis aktiva dan kewajiban, semua dijabarkan dengan kurs tanggal neraca. Semua aktiva dan pasiva diasumsikan tidak memiliki resiko yang berbeda. Penjabaran perhitungan laba rugi biasanya dilakukan

22 27 dengan kurs historis, kecuali beban dan pendapatan dijabarkan dengan kurs tanggal neraca. Penerapan dari keempat metode diatas dalam penjabaran laporan keuangan yang sama akan menghasilkan resiko kerugian dan keuntungan yang berbeda karena hasil dari penjabaran tersebut akan menghasilkan laba rugi yang berbeda. Adapun contoh menurut metode ini akan disajikan dalam tabel 2.1 Perlakuan atas tiap-tiap perkiraan neraca dan masing-masing metode penjabaran dapat dijelaskan dalam tabel beserta contoh dalam angka sehingga kelihatan jelas atas perbedaan dari masing-masing metode adalah sebagai berikut: Tabel 2.1 Metode Penjabaran Laporan Keuangan Dalam Valuta Asing Perkiraan Current non Monetary non Temporal Current rate current monetary Cash C C C C Account C C C C Inventory At cost At market Investment At cost C C At market H H H H H C C C Fixed Assets H H H C Other Assets H H H C Account Payable C C C C Long Term Liabilities H C C C Capital Stock H H H C Retained Earning * * * * H H H C C C Keterangan: C = Kurs yang berlaku pada tanggal neraca (current rate) H = Kurs historis (historical rate) * = Nilai sisa (residual balance)

23 28 Contoh penjabaran laporan keuangan menurut keempat metode akan dijelaskan dalam laporan keuangan Tanner Corp. Dimana perusahaan Tanner Corp. Yang beroperasi di Indonesia menyajikan laporan keuangan dalam mata uang asing dollar Amerika, untuk keperluan hal-hal lain para pemegang saham di Indonesia menginginkan perusahaan Tanner Corp melakukan penjabaran laporan keuangan ke mata uang rupiah sebagai berikut:

24 TANNER CORP. TANNER CORP. BALANCE SHEET NERACA PERBANDINGAN SETELAH PENJABARAN ENDING PERIOD DEC 31, 2006($ 1) UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR PADA TANGGAL 31 DESEMBER 2006 (Rp 1) Metode Penjabaran Item 2004 Kurs Current- Non Kurs Monetary - Non Kurs Temporal Kurs Current rate Current Monetary Current Asset: Cash 89,000 9, ,780,000 9, ,780,000 9, ,780,000 9, ,780,000 Account Receivable 765,000 9,020 6,900,300,000 9,020 6,900,300,000 9,020 6,900,300,000 9,020 6,900,300,000 All. For Bad Debt (9,000) 9,020 (81,180,000) 9,020 (81,180,000) 9,020 (81,180,000) 9,020 (81,180,000) Interest Receivable 8,000 9,020 72,160,000 9,020 72,160,000 9,020 72,160,000 9,020 72,160,000 Merchandise Inventory 186,000 9,020 1,677,720,000 9,100 1,692,600,000 9,100 1,692,600,000 9,020 1,677,720,000 Prepaid Rent 9,000 9,020 81,180,000 9,020 81,180,000 9,020 81,180,000 9,020 81,180,000 Investment 128,000 8,900 1,139,200,000 8,900 1,139,200,000 9,020 1,154,560,000 9,020 1,154,560,000 1,176,000 10,592,160,000 10,607,040,000 10,622,400,000 10,607,520,000 Fixed Asset: Fixed Assets 820,000 8,500 6,970,000,000 8,500 6,970,000,000 8,500 6,970,000,000 9,020 7,396,400,000 Acc. Depreciation (164,000) 8,500 (1,394,000,000) 8,500 (1,394,000,000) 8,500 (1,394,000,000) 9,020 (1,479,280,000) 656,000 5,576,000,000 5,576,000,000 5,576,000,000 5,917,120,000 Total Assets 1,832,000 16,168,160,000 16,183,040,000 16,198,400,000 16,524,640,000 Short Term Liabilities: Account Payable 478,000 9,020 4,311,560,000 9,020 4,311,560,000 9,020 4,311,560,000 9,020 4,311,560,000 Interest payable 18,000 9, ,360,000 9, ,360,000 9, ,360,000 9, ,360,000 Tax Payable 26,000 9, ,520,000 9, ,520,000 9, ,520,000 9, ,520, ,000 4,708,440,000 4,708,440,000 4,708,440,000 4,708,440,000 Long Term Liabilities: Bonds Payable 600,000 8,700 5,220,000,000 9,020 5,412,000,000 9,020 5,412,000,000 9,020 5,412,000,000 Equity: Capital Stock 500,000 8,300 4,150,000,000 8,300 4,150,000,000 8,300 4,150,000,000 9,020 4,510,000,000 Retained Earning 210,000 * 2,089,720,000 * 1,912,600,000 * 1,927,960,000 * 1,894,200,000 Total Equity 1,832,000 16,168,160,000 16,183,040,000 16,198,400,000 16,524,640,000 Kurs Current tahun 2006 : 1 US$ = Rp Catatan : Kurs Historis atas perolehan: (1US$) Kurs Current adalah kurs Bank Indonesia pada tanggal neraca - Inventory 9,100 Kurs Historis adalah kurs pada saat terjadi pengakuan aktiva dan pasiva - Investment 8,900 * = adalah nilai sisa dari penjabaran laporan keuangan ke dalam - Fixed Assets 8,500 mata uang perusahaan pelapor - Bond Payable 8,700 - Capital Stock 8,300 Sumber : Penulis 29

25 30 F. Penyajian Piutang Valuta Asing Dalam Laporan Keuangan Piutang valuta asing timbul dari transaksi dalam mata uang asing yang dilakukan oleh perusahaan, baik dengan pihak luar negeri maupun transaksi dengan pihak dalam negeri yang menginginkan pembayaran dengan valuta asing. Dalam penjabaran nilai piutang valuta asing dalam laporan keuangan sering terjadi kekeliruan yang dilakukan oleh perusahaan pelapor. Kekeliruan ini biasanya terletak pada pemilihan nilai kurs yang digunakan dalam menjabarkan nilai piutang valuta asing tersebut. Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (2004:11.13): Untuk tujuan praktis, apabila kurs yang sebenarnya sulit diketahui, maka seringkali digunakan kurs rata-rata selama periode yang bersangkutan sebagai dasar penjabaran. Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (2004:11.15): Berdasarkan pertimbangan praktis, suatu kurs yang mendekati nilai tukar sebenarnya, misalnya kurs rata-rata selama satu periode, sering kali digunakan untuk menjabarkan pendapatan dan beban suatu entitas asing. 1. Neraca Neraca disusun dengan maksud untuk memberikan gambaran mengenai posisi dari aktiva, kewajiban, dan modal perusahaan. Ada kalanya neraca disebut juga daftar kekayaan dan kewajiban suatu perusahaan yang menggambarkan suatu hasil akhir dari kegiatan atau pencatatan transaksi-transaksi ekonomis sejak perusahaan didirikan. Secara umum neraca dapat disusun dalam tiga bentuk yaitu:

26 31 a. Bentuk perkiraan (account form/scontro), yaitu neraca berbentuk T, pada sisi kiri terdapat aktiva (assets) sedangkan pada sisi kanan terdapat hutang (liabilities) dan modal (capital). b. Bentuk laporan (report form/staffel), yaitu neraca dimana pos hutang dan modal disajikan dibawah jumlah aktiva, jadi bukan disamping. Dengan kata lain pos aktiva, hutang dan modal disajikan dalam susunan yang vertikal. c. Bentuk posisi keuangan (financial position form), yaitu saldo modal kerja yang lebih ditonjolkan. Neraca disusun secara garis besarnya saja dengan melampirkan perinciannya. Tujuan dari penyusunan neraca bentuk ini adalah agar kedudukan/posisi keuangan yang dikehendaki nampak dengan jelas, misalnya besarnya jumlah modal kerja netto (net working capital) atau jumlah modal perusahaan. Piutang valuta asing merupakan salah satu unsur aktiva yang tergolong aktiva lancar dan disajikan di sebelah kanan (debet) neraca. Piutang valuta asing ini dilaporkan dalam neraca dengan menggunakan kurs tanggal neraca. 2. Laba rugi Laporan laba rugi disusun dengan maksud memberikan gambaran mengenai hasil usaha dari perusahaan selama periode tertentu yaitu hasil bersih dari penghasilan dikurangi dengan biaya. Ada dua jenis laporan laba rugi, yaitu: a. Laporan laba rugi all inclusive (pengungkapan penuh), dalam laporan laba rugi termasuk elemen-elemen pendapatan dan biaya, baik yang biasa terjadi maupun yang tidak biasa.

27 32 b. Laporan laba rugi current operating performance (kegiatan operasional normal), yaitu laporan laba rugi yang hanya berisi elemen yang biasa terjadi dan tidak termasuk elemen elemen luar biasa. Elemen-elemen yang tidak biasa akan dilaporkan dalam laporan laba tidak dibagi. Laporan laba rugi dapat disusun dalam dua bentuk, yaitu: a. Single Step (bentuk single), yaitu bentuk laporan laba rugi yang menggambarkan perhitungan laba rugi dengan cara mengelompokkan semua penghasilan dalam satu kelompok dan mengelompokkan semua biaya dalam satu kelompok sehingga perhitungan laba rugi diperoleh dengan mengurangkan jumlah penghasilan dan jumlah biaya. b. Multiple Step (bentuk berjenjang), yaitu bentuk laporan laba rugi yang disusun dengan melakukan pengelompokkan terhadap pendapatan dan biaya yang disusun secara berurutan. Pos-pos yang berhubungan dengan transaksi valuta asing dalam laba rugi adalah laba (rugi) selisih kurs. Laba (rugi) selisih kurs dapat merupakan salah satu unsur pendapatan (jika bernilai positif) ataupun salah satu unsur beban (jika bernilai negatif) dan karenanya disajikan sebagai pendapatan (beban) lain-lain pada laba-rugi. Laba (rugi) selisih kurs ini dilaporkan dalam laba rugi dalam mata uang rupiah dengan menggunakan kurs tanggal transaksi. Laba (rugi) selisih kurs ini dapat timbul dari perbedaan kurs pada saat terjadinya transaksi penjualan dan pada saat penerimaan piutang valuta asing, juga dapat timbul dari penyesuaian saldo dalam valuta asing pada saat penerbitan laporan keuangan.

BAB II PERSAMAAN AKUNTANSI

BAB II PERSAMAAN AKUNTANSI BAB II PERSAMAAN AKUNTANSI A. Penggolongan Akun / Perkiraan Pengertian Akun / rekening (account) adalah tempat untuk mencatat perubahan setiap laporan yang setiap saat dapat menunjukkan saldo pos tersebut.

Lebih terperinci

TRANSAKSI DALAM MATA UANG ASING

TRANSAKSI DALAM MATA UANG ASING TRANSAKSI DALAM MATA UANG ASING Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 10 tentang Transaksi dalam Mata Uang Asing disetujui dalam Rapat Komite Prinsip Akuntansi Indonesia pada tanggal 24 Agustus

Lebih terperinci

LAPORAN KEUANGAN. Pengertian Laporan Keuangan

LAPORAN KEUANGAN. Pengertian Laporan Keuangan BAB 3 LAPORAN KEUANGAN Tujuan Pengajaran: Setelah mempelajari bab ini, mahasiswa diharapkan mampu : 1. Menjelaskan pengertian laporan keuangan 2. Membedakan dan menggolongkan jenis aktiva dan pasiva 3.

Lebih terperinci

PENJABARAN LAPORAN KEUANGAN DALAM MATA UANG ASING ( Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No.11 )

PENJABARAN LAPORAN KEUANGAN DALAM MATA UANG ASING ( Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No.11 ) ISSN 1411 0393 PENJABARAN LAPORAN KEUANGAN DALAM MATA UANG ASING ( Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No.11 ) Akhmad Riduwan *) ABSTRAK Mata uang pelaporan (reporting currency) bagi perusahaan yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Smith dan Skousen (2000 : 286) adalah sebagai berikut : A receivable is an

BAB II LANDASAN TEORI. Smith dan Skousen (2000 : 286) adalah sebagai berikut : A receivable is an 5 BAB II LANDASAN TEORI A. PENGERTIAN PIUTANG VALUTA ASING 1. Pengertian Piutang Dalam aktivitas perusahaan jasa, tentunya tidak bisa lepas dari hutang dan piutang. Dalam bab ini penulis akan mendefinisikan

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORITIS

BAB II KERANGKA TEORITIS BAB II KERANGKA TEORITIS 2.1. Teori tentang Laporan Keuangan a. Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan tujuan (hasil akhir) dari suatu proses dan prosedur akuntansi, sebagai ringkasan informasi

Lebih terperinci

PERTEMUAN 13 KONSEP, TRANSAKSI DAN LAPORAN KEUANGAN MATA UANG ASING

PERTEMUAN 13 KONSEP, TRANSAKSI DAN LAPORAN KEUANGAN MATA UANG ASING PERTEMUAN 13 KONSEP, TRANSAKSI DAN LAPORAN KEUANGAN MATA UANG ASING A. TUJUAN PEMBELAJARAN 1. Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian Konsep dan Transaksi mata uang asing. 2. Mahasiswa dapat menjelaskan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. perusahaan yang mengajak orang lain untuk membeli barang dan jasa yang ditawarkan

BAB II LANDASAN TEORI. perusahaan yang mengajak orang lain untuk membeli barang dan jasa yang ditawarkan BAB II LANDASAN TEORI II.1. Penjualan II.1.1. Definisi Penjualan Penjualan secara umum memiliki pengertian kegiatan yang dilakukan oleh suatu perusahaan yang mengajak orang lain untuk membeli barang dan

Lebih terperinci

BAB 3 TRANSAKSI MATA UANG ASING

BAB 3 TRANSAKSI MATA UANG ASING BAB 3 TRANSAKSI MATA UANG ASING Suatu perusahaan dapat melakukan aktivitas yang menyangkut valuta asing (foreign activities) dalam dua cara, yaitu melakukan transaksi dalam mata uang asing atau memiliki

Lebih terperinci

Manajemen Keuangan LAPORAN KEUANGAN. Bentuk Bentuk Laporan Keuangan. Idik Sodikin,SE,MBA,MM. Modul ke: Fakultas EKONOMI DAN BISNIS

Manajemen Keuangan LAPORAN KEUANGAN. Bentuk Bentuk Laporan Keuangan. Idik Sodikin,SE,MBA,MM. Modul ke: Fakultas EKONOMI DAN BISNIS Modul ke: 02 Manajemen Keuangan LAPORAN KEUANGAN Bentuk Bentuk Laporan Keuangan Fakultas EKONOMI DAN BISNIS Program Studi Akuntansi Idik Sodikin,SE,MBA,MM Pendahuluan Apa yang yang dimaksud Laporan Keuangan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Publik (2.12 a). Dalam hal ini piutang adalah termasuk aset yang dimaksud.

BAB II LANDASAN TEORI. Publik (2.12 a). Dalam hal ini piutang adalah termasuk aset yang dimaksud. BAB II LANDASAN TEORI Aset adalah sumber daya yang dikuasai entitas sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi di masa depan diharapkan akan diperoleh entitas, Standar Akuntansi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Piutang Penjualan barang dan jasa dari perusahaan pada saat ini banyak dilakukan dengan kredit sehingga ada tenggang waktu sejak penyerahan barang dan jasa sampai

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN 4.1. Kebijakan Akuntansi Perusahaan Dalam Pelaksanaan pencatatan dan pelaporan keuangan perusahaan terdapat kebijakan akuntansi perusahaan yang diterapkan terhadap seluruh transaksi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS. Financial distress merupakan kondisi saat keuangan perusahaan dalam keadaan

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS. Financial distress merupakan kondisi saat keuangan perusahaan dalam keadaan BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Financial Distress Financial distress merupakan kondisi saat keuangan perusahaan dalam keadaan tidak sehat atau krisis. Kondisi financial distress

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Perputaran Piutang Usaha 2.1.1 Pengertian Piutang Piutang merupakan salah satu jenis aktiva lancar yang dapat berubah menjadi kas (uang tunai). Piutang timbul dari kegiatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah 2.1.1 Pengertian Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Sesuai dengan Undang-Undang No.20 tahun 2008 pengertian Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM)

Lebih terperinci

MEMBACA LAPORAN KEUANGAN

MEMBACA LAPORAN KEUANGAN MEMBACA LAPORAN KEUANGAN Denny S. Halim Jakarta, 31 Juli 2008 1 Outline Pengertian Akuntansi Proses Akuntansi Laporan Keuangan Neraca Laporan Rugi Laba Laporan Arus Kas Pentingnya Laporan Keuangan Keterbatasan

Lebih terperinci

AKUNTANSI TRANSAKSI DALAM MATA UANG ASING (PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NO.10)

AKUNTANSI TRANSAKSI DALAM MATA UANG ASING (PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NO.10) ISSN 0000-000 AKUNTANSI TRANSAKSI DALAM MATA UANG ASING (PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NO.10) Akhmad Riduwan *) ABSTRAK Mata uang yang digunakan sebagai dasar pencatatan transaksi dan pelaporan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perusahaan adalah lapoaran keuangan. Laporan keuangan berisikan data-data

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perusahaan adalah lapoaran keuangan. Laporan keuangan berisikan data-data BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Laporan Keuangan 1. Pengertian Laporan Keuangan Media yang dapat dipakai untuk meneliti kondisi kesehatan perusahaan adalah lapoaran keuangan. Laporan keuangan berisikan data-data

Lebih terperinci

BAB IX. AKUNTANSI PENGERTIAN

BAB IX. AKUNTANSI PENGERTIAN BAB IX. AKUNTANSI PENGERTIAN Akuntansi adalah pencatatan, penggolongan, dan peringkasan transaksi bisnis, serta penginterprestasian informasi yang telah disusun. Banyak perusahaan menggunakan catatan-catatan

Lebih terperinci

Report No. Page : : 002/08 63 of /08 63 dari 67. Laporan No. Halaman : :

Report No. Page : : 002/08 63 of /08 63 dari 67. Laporan No. Halaman : : 63 dari 67 63 of 67 NERACA Per 30 September 2007, BALANCE SHEETS As of September 30, 2007 and AKTIVA ASSETS AKTIVA LANCAR CURRENT ASSETS Kas dan setara kas 4.571.920.198 3.083.975.594 4.398.682.153 Cash

Lebih terperinci

Per 31 Maret 2016 dan 31 Desember 2015 As of March 31, 2016 and December 31, 2015

Per 31 Maret 2016 dan 31 Desember 2015 As of March 31, 2016 and December 31, 2015 546.419 LAPORAN POSISI KEUANGAN THE STATEMENTS OF FINANCIAL POSITION Per 31 Maret 2016 dan 31 Desember 2015 As of March 31, 2016 and December 31, 2015 Catatan/ 31 Maret 2016/ 31 Desember 2015/ Notes March

Lebih terperinci

Catatan/ Notes Rp dan Rp masingmasing pada 31 Desember 2006 dan 2005) c, 2f,

Catatan/ Notes Rp dan Rp masingmasing pada 31 Desember 2006 dan 2005) c, 2f, Halaman : 2 dari 43 NERACA KONSOLIDASIAN 31 Desember Pages : 2 of 44 CONSOLIDATED BALANCE SHEETS December 31, AKTIVA ASSETS AKTIVA LANCAR CURRENT ASSETS Kas dan setara kas 10.160.758.858 2c, 2d, 3 15.231.755.461

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN. dan dapat dipercaya untuk menilai kinerja perusahaan dan hasil dari suatu

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN. dan dapat dipercaya untuk menilai kinerja perusahaan dan hasil dari suatu 50 BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi yang penting dan dapat dipercaya untuk menilai kinerja perusahaan dan hasil dari suatu perusahaan. Salah satu

Lebih terperinci

REPUBLIK INDONESIA DAN ENTITAS ANAK REPUBLIK INDONESIA AND SUBSIDIARIES. Per 31 Desember 2014 and 2013 As of December 31, 2014 and 2013

REPUBLIK INDONESIA DAN ENTITAS ANAK REPUBLIK INDONESIA AND SUBSIDIARIES. Per 31 Desember 2014 and 2013 As of December 31, 2014 and 2013 LAPORAN POSISI KEUANGAN CONSOLIDATED STATEMENTS OF FINANCIAL KONSOLIDASIAN POSITION Per 31 Desember 2014 and 2013 As of December 31, 2014 and 2013 Catatan/ 2014 2013 *) ASET ASSETS Aset Lancar Current

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Analisis Pengertian analisis menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yang dikutip oleh Yuniarsih dan Suwatno (2008:98) adalah: Analisis adalah penguraian suatu pokok atas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Laba a. Pengertian Laba Tujuan utama perusahaan adalah memaksimalkan laba. Laba merupakan indikator prestasi atau kinerja perusahaan yang besarnya tampak

Lebih terperinci

proses akuntansi yang dimaksudkan sebagai sarana mengkomunikasikan informasi keuangan terutama kepada pihak eksternal. Menurut Soemarsono

proses akuntansi yang dimaksudkan sebagai sarana mengkomunikasikan informasi keuangan terutama kepada pihak eksternal. Menurut Soemarsono BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Laporan Keuangan 1. Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan adalah laporan berisi informasi keuangan sebuah organisasi. Laporan keuangan diterbitkan oleh perusahaan merupakan

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORI. Anggraeni (2003) melakukan penelitian dengan judul The Foreign

BAB II URAIAN TEORI. Anggraeni (2003) melakukan penelitian dengan judul The Foreign BAB II URAIAN TEORI A. Penelitian Terdahulu Anggraeni (2003) melakukan penelitian dengan judul The Foreign Exchange Exposure pada Bank-Bank yang Go Public di Bursa Efek Jakarta menunjukkan adanya foreign

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Terdapat beberapa pengertian mengenai analisis, yaitu : 1. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002) :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Terdapat beberapa pengertian mengenai analisis, yaitu : 1. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002) : BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Analisis Terdapat beberapa pengertian mengenai analisis, yaitu : 1. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002) : Analisis adalah penyelidikan terhadap suatu peristiwa

Lebih terperinci

31 MARET 2005 DAN 2004 MARCH 31, 2005 AND Catatan/ 2005 Notes 2004

31 MARET 2005 DAN 2004 MARCH 31, 2005 AND Catatan/ 2005 Notes 2004 NERACA KONSOLIDASI CONSOLIDATED BALANCE SHEETS 31 MARET 2005 DAN 2004 MARCH 31, 2005 AND 2004 AKTIVA ASSETS AKTIVA LANCAR CURRENT ASSETS Kas dan setara kas 73,630 2e,4 161,267 Cash and cash equivalents

Lebih terperinci

PT MULTI INDOCITRA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN AND SUBSIDIARY

PT MULTI INDOCITRA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN AND SUBSIDIARY LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI UNTUK PERIODE TIGA BULAN YANG BERAKHIR PADA TANGGAL-TANGGAL 31 MARET 2010 DAN 2009 ( Tidak diaudit ) CONSOLIDATED FINANCIAL STATEMENTS ( Unaudited ) PT MULTI INDOCITRA Tbk

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Piutang Istilah piutang mengacu pada sejumlah tagihan yang akan diterima oleh perusahaan (umumnya dalam bentuk kas) dari pihak lain, baik sebagai akibat penyerahan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Manajemen Keuangan Prinsip manajemen perusahaan mengharuskan agar dalam proses memperoleh maupun menggunakan dana harus didasarkan pada pertimbangan efisiensi dan efektivitas.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1.1 Pengertian Transaksi asing / valuta asing Berdasarkan PSAK 10 (2012) valuta asing didefinisikan sebagai mata uang selain mata uang fungsional entitas, sedangankan definisi atas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk semua hak atau klaim atas uang, barang dan jasa. Bila kegiatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk semua hak atau klaim atas uang, barang dan jasa. Bila kegiatan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PIUTANG USAHA 1. Pengertian Piutang Transaksi paling umum yang menciptakan piutang adalah penjualan barang dagang atau jasa secara kredit. Dalam arti luas piutang digunakan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Situasi perekonomian global dan perdagangan bebas saat ini membuat

BAB I PENDAHULUAN. Situasi perekonomian global dan perdagangan bebas saat ini membuat BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Situasi perekonomian global dan perdagangan bebas saat ini membuat persaingan antar perusahaan dalam melakukan kegiatan ekonomi menjadi sangat ketat. Menghadapi

Lebih terperinci

DR. Dudi Rudianto, SE, MSi. Jl. Raya Ekonomi B/16 Komp. YPKP Bandung (022) / Fax (022)

DR. Dudi Rudianto, SE, MSi. Jl. Raya Ekonomi B/16 Komp. YPKP Bandung (022) / Fax (022) CURRENT LIABILITIES By : DR. Dudi Rudianto, SE, MSi. Jl. Raya Ekonomi B/16 Komp. YPKP Bandung (022) 7232288/ 08122488071 Fax (022) 7201756 Email : duddyrudianto@telkom.netdd di t Financing Decisions :

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1. Laporan Keuangan 2.1.1. Pengertian dan Fungsi Laporan Keuangan a. Pengertian Laporan Keuangan Dalam praktiknya laporan keuangan oleh perusahaan tidak dibuat secara serampangan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi dalam perkembangannya ditandai dengan adanya perdagangan

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi dalam perkembangannya ditandai dengan adanya perdagangan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi dalam perkembangannya ditandai dengan adanya perdagangan bebas. Perdagangan bebas merupakan suatu kegiatan jual beli produk antar negara tanpa adanya

Lebih terperinci

Pengaruh Arus Kas Terhadap Pembagian Dividen Tunai

Pengaruh Arus Kas Terhadap Pembagian Dividen Tunai Repositori STIE Ekuitas STIE Ekuitas Repository Thesis of Accounting http://repository.ekuitas.ac.id Banking Accounting 2015-12-11 Pengaruh Arus Kas Terhadap Pembagian Dividen Tunai Arumsarri, Yoshe STIE

Lebih terperinci

Manajemen Keuangan. Bentuk Bentuk Laporan Keuangan Perusahaan. Basharat Ahmad. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi Manajemen

Manajemen Keuangan. Bentuk Bentuk Laporan Keuangan Perusahaan. Basharat Ahmad. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi Manajemen Manajemen Keuangan Modul ke: Bentuk Bentuk Laporan Keuangan Perusahaan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Basharat Ahmad Program Studi Manajemen www.mercubuana.ac.id Materi Pembelajaran Neraca Laporan Rugi Laba

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Laporan Arus Kas 1. Pengertian Arus Kas Perusahaan yang menggunakan teknik manajemen kas yang modern akan menginvestasikan kelebihan kas yang bersifat sementara pada aktiva yang

Lebih terperinci

Bab 3 Analisis Rasio Keuangan

Bab 3 Analisis Rasio Keuangan M a n a j e m e n K e u a n g a n & P r a k 27 Bab 3 Analisis Rasio Keuangan Mahasiswa memahami mengenai jenis laporan keuangan dan mengerti tentang rasio keuangan yang dapat digunakan sebagai kebijaksanaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Keuangan Manajemen keuangan merupakan salah satu fungsi manajemen yang sangat penting dalam menjalankan kelangsungan hidup perusahaan, berikut beberapa pendapat mengenai

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN. Laporan keuangan merupakan laporan yang dibuat untuk mengetahui

BAB II BAHAN RUJUKAN. Laporan keuangan merupakan laporan yang dibuat untuk mengetahui BAB II BAHAN RUJUKAN Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan laporan yang dibuat untuk mengetahui posisi keuangan suatu perusahaan serta hasil-hasil yang telah dicapai oleh perusahaan tersebut pada

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Pada Umumnya Laporan Keuangan terdiri dari 4 laporan penting, yaitu: neraca,

BAB II LANDASAN TEORI. Pada Umumnya Laporan Keuangan terdiri dari 4 laporan penting, yaitu: neraca, BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Laporan Keuangan Pada Umumnya Laporan Keuangan terdiri dari 4 laporan penting, yaitu: neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan.

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORTIS

BAB II URAIAN TEORTIS 23 BAB II URAIAN TEORTIS A. Penelitian Terdahulu Penelitian yang dilakukan oleh Pertiwi (2007) pada perusahaan perbankan yang go public di Bursa Efek Indonesia (BEI),yang berjudul pengaruh faktorfaktor

Lebih terperinci

lokal. Perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi, dalam hubungannya dengan leverage, sebaiknya menggunakan ekuitas sebagai

lokal. Perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi, dalam hubungannya dengan leverage, sebaiknya menggunakan ekuitas sebagai A. Tinjauan Teoritis 1. Pertumbuhan Perusahaan Pertumbuhan perusahaan merupakan kemampuan perusahaan untuk meningkatkan size. Pertumbuhan perusahaan pada dasarnya dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu

Lebih terperinci

CASH FLOWS Laporan Arus Kas Isi dan format Laporan Arus Kas

CASH FLOWS Laporan Arus Kas Isi dan format Laporan Arus Kas CASH FLOWS Laporan Arus Kas Neraca, laporan laba rugi, dan laporan ekuitas pemegang saham masing-masing menyajikan dalam batas-batas tertentu dan terpisah-pisah, informasi mengenai arus kas perusahaan

Lebih terperinci

PENGARUH PERUBAHAN KURS VALUTA ASING LATAR BELAKANG

PENGARUH PERUBAHAN KURS VALUTA ASING LATAR BELAKANG PENGARUH PERUBAHAN KURS VALUTA ASING LATAR BELAKANG Suatu entitas dapat melakukan aktivitas yangmenyangkut valuta asing dalam dua cara. Entitas mungkin memiliki transaksi dalam mata uang asing atau memiliki

Lebih terperinci

LAPORAN ARUS KAS AKTIVITAS OPERASI BERHUBUNGAN DENGAN TRANSAKSI YANG MENGHASILKAN LABA BERSIH. Pembayaran kegiatan operasi lainnya

LAPORAN ARUS KAS AKTIVITAS OPERASI BERHUBUNGAN DENGAN TRANSAKSI YANG MENGHASILKAN LABA BERSIH. Pembayaran kegiatan operasi lainnya LAPORAN ARUS KAS Laporan arus kas melaporkan penerimaan dan pengeluaran kas entitas selama periode tertentu dari mana kas datang dan bagaimana dibelanjakannya. Cash flow menjelaskan sebab-sebab dari perubahan

Lebih terperinci

LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN

LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN 3 LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN 1. Kombinasi bisnis melalui perolehan saham PSAK No. 22 mendefinisikan kombinasi bisnis sebagai suatu transaksi atau peristiwa lain dimana pihak pengakuisisi memperoleh

Lebih terperinci

Catatan/ 2010 Notes Kas dan bank j, Cash on hand and in banks Deposito berjangka ,

Catatan/ 2010 Notes Kas dan bank j, Cash on hand and in banks Deposito berjangka , NERACA BALANCE SHEETS ASET ASSETS ASET LANCAR CURRENT ASSETS Kas dan bank 9.039.545 2j,3 4.436.796 Cash on hand and in banks Deposito berjangka 2.227.500 4,24 2.227.500 Time deposit Piutang usaha Trade

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Piutang Banyak perusahaan menjual produknya secara kredit agar dapat meningkatkan volume penjualannya, sehingga penerimaan kas pun akan lebih meningkat. Penjualan kredit tidak

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 7 BAB II LANDASAN TEORI A. Hutang 1. Pengertian Hutang Hutang sering disebut juga sebagai kewajiban, dalam pengertian sederhana dapat diartikan sebagai kewajiban keuangan yang harus dibayar oleh perusahaan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Arus Kas 1. Pengertian Arus Kas Aliran kas menurut Pernyataan Standar Akuntansi (PSAK) No. 2 paragraf 05 adalah arus kas masuk dan arus kas keluar atau setara kas. Menurut Kieso

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Koperasi 2.1.1 Pengertian Koperasi bahwa, Undang Undang No.17 tahun 2012 tentang Perkoperasian menyatakan Koperasi adalah badan hukum yang didirikan oleh orang perseorangan

Lebih terperinci

PT SIWANI MAKMUR Tbk

PT SIWANI MAKMUR Tbk Laporan Keuangan Untuk Tahun-tahun Yang Berakhir Pada Tanggal 31 Desember 2010 dan 2009 dan Laporan Auditor Independen (Mata Uang Indonesia) Financial Statements For the Years Ended December 31, 2010 and

Lebih terperinci

PT SIWANI MAKMUR Tbk

PT SIWANI MAKMUR Tbk Laporan Keuangan Interim Untuk Periode Yang Berakhir Pada Tanggal dan 31 Desember 2013 Untuk Periode Sembilan Bulan yang Berakhir Pada Tanggal (Dengan Angka Perbandingan Untuk Periode Sembilan Bulan yang

Lebih terperinci

Modul 1. Laporan Keuangan dan lingkungan pelaporan

Modul 1. Laporan Keuangan dan lingkungan pelaporan Modul 1. Laporan Keuangan dan lingkungan pelaporan A. Arti Penting Analisis Laporan Keuangan Analisis terhadap laporan keuangan suatu perusahaan pada dasarnya karena ingin mengethaui tingkat profitabilitas

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 20 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Keuangan Pengertian manajemen keuangan menurut beberapa pendapat, yaitu: Segala aktifitas yang berhubungan dengan perolehan, pendanaan, dan pengelolaan aktiva dengan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. saat tertentu atau jangka waktu tertentu. Menurut Hery (2012:3) laporan keuangan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. saat tertentu atau jangka waktu tertentu. Menurut Hery (2012:3) laporan keuangan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Harahap (2011:105) mendefinisikan laporan keuangan sebagai suatu laporan yang menggambarkan kondisi keuangan dan hasil usaha perusahaan

Lebih terperinci

Please purchase PDFcamp Printer on to remove this watermark. NILAI TUKAR DAN NERACA PEMBAYARAN MEET-11

Please purchase PDFcamp Printer on  to remove this watermark. NILAI TUKAR DAN NERACA PEMBAYARAN MEET-11 NILAI TUKAR DAN NERACA PEMBAYARAN MEET-11 HAKEKAT TRANSAKSI VALUTA ASING Pasar valuta asing Pasar valuta asing (foreign exchange market / forex) atau disingkat valas merupakan suatu jenis perdagangan atau

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Koperasi Secara umum koperasi dipahami sebagai perkumpulan orang yang secara sukarela mempersatukan diri untuk berjuang meningkatkan kesejahteraan ekonomi mereka melalui pembentukan

Lebih terperinci

PERTEMUAN 6 ANALISIS LAPORAN KEUANGAN ANDRI HELMI M, SE., MM.

PERTEMUAN 6 ANALISIS LAPORAN KEUANGAN ANDRI HELMI M, SE., MM. PERTEMUAN 6 ANALISIS LAPORAN KEUANGAN ANDRI HELMI M, SE., MM. TEKNIK ANALISIS RATIO MERUPAKAN TEKNIK ANALISIS YANG MENGGAMBARKAN HUBUNGAN MATEMATIKAL ANTARA SUATU JUMLAH TERTENTU DENGAN JUMLAH YANG LAIN

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Laporan Keuangan Munawir (2010; 96) menjelaskan bahwa salah satu ciri dari kegiatan perusahaan yaitu adanya transaksi-transaksi. Transaksi- transaksi tersebut dapat mengakibatkan

Lebih terperinci

PT PELAYARAN TEMPURAN EMAS Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN / AND SUBSIDIARIES

PT PELAYARAN TEMPURAN EMAS Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN / AND SUBSIDIARIES DAN ANAK PERUSAHAAN / AND SUBSIDIARIES Laporan Keuangan Konsolidasi (Tidak Diaudit)/ Consolidated Financial Statements (Unaudited) Untuk Periode Enam Bulan Yang Berakhir Pada Tanggal-tanggal / For Six

Lebih terperinci

DAN ENTITAS ANAK AND ITS SUBSIDIARIES. 30 Juni 2015 dan 31 Desember 2014 June 30, 2015 and December 31, 2014

DAN ENTITAS ANAK AND ITS SUBSIDIARIES. 30 Juni 2015 dan 31 Desember 2014 June 30, 2015 and December 31, 2014 Laporan Posisi Keuangan Konsolidasian Consolidated Statements of Financial Position 30 Juni 2015 dan 31 Desember 2014 June 30, 2015 and December 31, 2014 30 Juni 2015/ 31 Desember 2014/ June 30, 2015 December

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN. dapat digunakan sebagai alat komunikasi antara data keuangan atau aktivitas

BAB II BAHAN RUJUKAN. dapat digunakan sebagai alat komunikasi antara data keuangan atau aktivitas 6 BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Laporan Keuangan Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat komunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan

Lebih terperinci

Akuntansi Pajak Atas Liabilitas (Kewajiban)

Akuntansi Pajak Atas Liabilitas (Kewajiban) Akuntansi Pajak Atas Liabilitas (Kewajiban) Klasifikasi kewajiban dan aspek perpajakannya Beban Bunga Pinjaman Pembebasan utang Akuntansi Pajak Atas Ekuitas Investasi jangka pendek dan jangka panjang Bentuk

Lebih terperinci

PT PELAYARAN TEMPURAN EMAS Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN / AND SUBSIDIARIES

PT PELAYARAN TEMPURAN EMAS Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN / AND SUBSIDIARIES DAN ANAK PERUSAHAAN / AND SUBSIDIARIES Laporan Keuangan Konsolidasi (Tidak Diaudit)/ Consolidated Financial Statements (Unaudited) Untuk Periode Tiga Bulan Yang Berakhir Pada Tanggal-tanggal / For Three

Lebih terperinci

ANALISIS RASIO KEUANGAN

ANALISIS RASIO KEUANGAN ANALISIS RASIO KEUANGAN 1. Pentingnya Analisis Laporan Keuangan Untuk dapat memperoleh gambaran tentang perkembangan keuangan (financial) suatu perusahaan kita perlu mengadakan interpretasi atau analisis

Lebih terperinci

PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN No. 9 PENYAJIAN AKTIVA LANCAR DAN KEWAJIBAN JANGKA PENDEK

PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN No. 9 PENYAJIAN AKTIVA LANCAR DAN KEWAJIBAN JANGKA PENDEK Pernyataan ini sudah direvisi dengan PSAK 1 (revisi 1998) - Penyajian Laporan Keuangan PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN No. 9 PENYAJIAN AKTIVA LANCAR DAN KEWAJIBAN JANGKA PENDEK PENDAHULUAN 01 Pernyataan

Lebih terperinci

BAB II LAPORAN ARUS KAS

BAB II LAPORAN ARUS KAS 12 BAB II LAPORAN ARUS KAS 2.1. Laporan Arus Kas 2.1.1. Pengertian Laporan Arus Kas Ikatan Akuntansi Indonesia (2009:PSAK No.2) menyatakan bahwa: Laporan arus kas adalah laporan yang memberi informasi

Lebih terperinci

TRANSAKSI DALAM MATA UANG ASING. PDF created with pdffactory Pro trial version

TRANSAKSI DALAM MATA UANG ASING. PDF created with pdffactory Pro trial version TRANSAKSI DALAM MATA UANG ASING KONSEP MATA UANG Mata uang Fungsional Mata uang Asing (Foreign currency) Mata uang lokal (Local currency) Mata uang lokal adalah mata uang yang menjadi alat transaksi dalam

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN 6 BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Laporan Keuangan 2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Salah satu fungsi akuntansi adalah mencatat transaksi-transaksi yang terjadi serta pengaruhnya terhadap aktiva, utang modal,

Lebih terperinci

BAB II AKUN DAN KODE AKUN

BAB II AKUN DAN KODE AKUN 7 BAB II AKUN DAN KODE AKUN 2.A. Pengertian Akun/Perkiraan. 2.B. Akun. 2.C. Laporan Keuangan dan unsur-unsurnya. A. PENGERTIAN AKUN/ PERKIRAAN 1. Pengertian Akun Akun adalah daftar atau tempat yang digunakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan uang atau kombinasinya. Menurut Yadati dan Wahyudi (2006) yang dilaksanakan dengan dua cara yaitu :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan uang atau kombinasinya. Menurut Yadati dan Wahyudi (2006) yang dilaksanakan dengan dua cara yaitu : BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pertumbuhan penjualan Berdasarkan Kamus Besar Ekonomi Penjualan adalah suatu transaksi yang melibatkan pengiriman atau penyerahan produk, hak, atau jasa

Lebih terperinci

DAN ENTITAS ANAK AND ITS SUBSIDIARIES. 31 Maret 2015 dan 31 Desember 2014 March 31, 2015 and December 31, 2014

DAN ENTITAS ANAK AND ITS SUBSIDIARIES. 31 Maret 2015 dan 31 Desember 2014 March 31, 2015 and December 31, 2014 Laporan Posisi Keuangan Konsolidasian Consolidated Statements of Financial Position 31 Maret 2015 dan 31 Desember 2014 March 31, 2015 and December 31, 2014 31 Maret 2015/ 31 Desember 2014/ March 31, 2015

Lebih terperinci

PT ADES WATERS INDONESIA Tbk

PT ADES WATERS INDONESIA Tbk LAPORAN KEUANGAN/FINANCIAL STATEMENTS ISI/CONTENTS NERACA/BALANCE SHEETS 31 MARET 2007 DAN 2006/31 MARCH 2007 AND 2006 -------------------------------------------- 1-2 LAPORAN LABA RUGI/STATEMENTS OF INCOME

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian, Tujuan dan Jenis Laporan Keuangan 2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan suatu perusahaan memiliki peranan yang sangat penting bagi pihak manajemen perusahaan,

Lebih terperinci

PER 31 DESEMBER 2010 DAN 31 DESEMBER 2009 DECEMBER 31, 2010 AND Catatan 31/12/ /12/2009

PER 31 DESEMBER 2010 DAN 31 DESEMBER 2009 DECEMBER 31, 2010 AND Catatan 31/12/ /12/2009 NERACA KONSOLIDASIAN CONSOLIDATED BALANCE SHEETS PER 31 DESEMBER 2010 DAN 31 DESEMBER 2009 DECEMBER 31, 2010 AND 2009 ASET ASSETS ASET LANCAR CURRENT ASSETS Kas dan Setara Kas 2e,3 210.900.943 # 274.829.208

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Laporan Keuangan Bank Pada dasarnya bank adalah perusahaan yang bergerak di bidang jasa yang menyangkut bidang likuid dan mengalami perputaran yang cukup tinggi, sehingga tidak

Lebih terperinci

MOJAKOE. June 5. Pengantar Akuntansi 2

MOJAKOE. June 5. Pengantar Akuntansi 2 June 5 MOJAKOE 2013 Dilarang memperbanyak MOJAKOE ini tanpa seijin SPA FEUI. Download MOJAKOE dan SPA Mentoring di : www.spa-feui.com Pengantar Akuntansi 2 UJIAN AKHIR SEMESTER GENAP 2011/2012 PENGANTAR

Lebih terperinci

RECEIVABLE (TAGIHAN / PIUTANG) Klasifikasi Piutang (Classifications of Receivables)

RECEIVABLE (TAGIHAN / PIUTANG) Klasifikasi Piutang (Classifications of Receivables) RECEIVABLE (TAGIHAN / PIUTANG) Klasifikasi Piutang (Classifications of Receivables) Receivable yang timbul dari penjualan kredit biasanya diklasifikasikan sebagai account receivable atau notes receivable.

Lebih terperinci

(Tidak Diaudit)/ Catatan/ December 31, (unaudited) Notes 2015

(Tidak Diaudit)/ Catatan/ December 31, (unaudited) Notes 2015 Laporan Posisi Keuangan Konsolidasian Consolidated Statements of Financial Position 31 Maret 2016 dan 31 Desember 2015 March 31, 2016 and December 31, 2015 31 Maret/ March 31, 2016 31 Desember/ (Tidak

Lebih terperinci

DAN ENTITAS ANAK AND ITS SUBSIDIARIES. 30 September 2015 dan 31 Desember 2014 September 30, 2015 and December 31, 2014

DAN ENTITAS ANAK AND ITS SUBSIDIARIES. 30 September 2015 dan 31 Desember 2014 September 30, 2015 and December 31, 2014 Laporan Posisi Keuangan Konsolidasian Consolidated Statements of Financial Position 30 September 2015 dan 31 Desember 2014 September 30, 2015 and December 31, 2014 30 September 2015/ 31 Desember 2014/

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian, Tujuan dan Jenis Laporan Keuangan 2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan suatu perusahaan memiliki peranan yang sangat penting bagi pihak manajemen perusahaan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - 5 - BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Transaksi Mata Uang Asing Suatu perusahaan dapat melakukan aktivitas yang menyangkut valuta asing (foreign activities) dalam dua cara; melalui transaksi dalam mata uang

Lebih terperinci

DAN ENTITAS ANAK AND ITS SUBSIDIARIES. 31 Desember 2014 dan 2013 December 31, 2014 and 2013

DAN ENTITAS ANAK AND ITS SUBSIDIARIES. 31 Desember 2014 dan 2013 December 31, 2014 and 2013 Laporan Posisi Keuangan Konsolidasian Consolidated Statements of Financial Position 31 Desember 2014 dan 2013 December 31, 2014 and 2013 ASET ASSETS ASET LANCAR CURRENT ASSETS Kas dan setara kas 1,617,503

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penguji dari pekerjaan bagian pembukuan, tetapi untuk selanjutnya laporan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penguji dari pekerjaan bagian pembukuan, tetapi untuk selanjutnya laporan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Analisa Laporan Keuangan 2.1.1.1 Pengertian Analisa Laporan Keuangan Pada mulanya laporan keuangan bagi suatu perusahaan hanyalah sebagai alat penguji

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 KAS 2.1.1 Pengertian Kas Hampir semua transaksi perusahaan melibatkan kas, karena kas merupakan faktor yang vital dalam operasi perusahaan. Dari semua harta atau kekayaan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kinerja Keuangan 2.2. Laporan Keuangan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kinerja Keuangan 2.2. Laporan Keuangan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kinerja Keuangan Kinerja keuangan merupakan hasil kegiatan operasi perusahaan yang disajikan dalam bentuk angka-angka keuangan. Hasil kegiatan perusahaan periode saat ini harus

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Analisis Laporan Keuangan 2.1.1.1 Pengertian Analisis Laporan Keuangan Analisis terhadap laporan keuangan pada dasarnya karena

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) DAN LAPORAN ARUS KAS

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) DAN LAPORAN ARUS KAS Dosen : Christian Ramos Kurniawan LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) DAN LAPORAN ARUS KAS 4-1 Referensi : Donald E Kieso, Jerry J Weygandt, Terry D Warfield, Intermediate Accounting Laporan Posisi Keuangan

Lebih terperinci

Penjabaran Laporan Keuangan dalam Mata Uang Asing

Penjabaran Laporan Keuangan dalam Mata Uang Asing PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN PSAK No. 11 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Penjabaran Laporan Keuangan dalam Mata Uang Asing Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 11 tentang Penjabaran Laporan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian yang dilakukan adalah penelitian yang didasarkan pada teori yang mendukung dengan perbandingan PSAK 1 dan IAS 1 tentang penyajian laporan keuangan.

Lebih terperinci

DAN ENTITAS ANAK AND ITS SUBSIDIARIES. 31 Maret 2016 dan 31 Desember 2015 March 31, 2016 and December 31, 2015

DAN ENTITAS ANAK AND ITS SUBSIDIARIES. 31 Maret 2016 dan 31 Desember 2015 March 31, 2016 and December 31, 2015 Laporan Posisi Keuangan Konsolidasian Consolidated Statements of Financial Position 31 Maret 2016 dan 31 Desember 2015 March 31, 2016 and December 31, 2015 31 Maret 2016/ 31 Desember 2015/ March 31, 2016

Lebih terperinci

Analisis Laporan Keuangan PT. UNILEVER Indonesia, Tbk Periode Tahun

Analisis Laporan Keuangan PT. UNILEVER Indonesia, Tbk Periode Tahun Analisis Laporan Keuangan PT. UNILEVER Indonesia, Tbk Periode Tahun 2007-2010 Tugas Manajemen Keuangan Lanjutan Dosen: Dr. Isfenti Sadalia, SE, ME Oleh: Junita Nelly Panjaitan NIM. 127019020 Kelas A Pararel

Lebih terperinci