Diagnosis dan Tata Laksana Hiperemesis Gravidarum

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Diagnosis dan Tata Laksana Hiperemesis Gravidarum"

Transkripsi

1 Artikel Pengembangan Pendidikan Keprofesian Berkelanjutan (P2KB) Diagnosis dan Tata Laksana Hiperemesis Gravidarum Kevin Gunawan,* Paul Samuel Kris Manengkei,* Dwiana Ocviyanti** *Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta **Departemen Obstetri Ginekologi, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/ Rumah Sakit Umum Pusat Cipto Mangunkusumo, Jakarta Abstrak: Hiperemesis gravidarum adalah kondisi mual dan muntah yang berat dalam kehamilan dan sukar dikendalikan. Hingga kini, penyebab pasti hiperemesis gravidarum belum diketahui, meskipun peningkatan kadar human chorionic gonadotropin (hcg) tampaknya berperan besar. Dalam mendiagnosis hiperemesis gravidarum, penyebab-penyebab lain mual dan muntah pada kehamilan harus disingkirkan terlebih dahulu. Tata laksana yang komprehensif meliputi perubahan pola makan, resusitasi cairan, dan tata laksana farmakologis. Keberhasilan dalam penatalaksanaan hiperemesis gravidarum tergantung pada diagnosis yang tepat, deteksi komplikasi, serta penanganan kondisi-kondisi yang menyertai seperti dehidrasi, gangguan keseimbangan elektrolit dan asam-basa, serta defisiensi nutrisi pada ibu hamil. Hiperemesis gravidarum dapat menyebabkan asupan nutrisi dan oksigen yang diterima janin berkurang sehingga tumbuh kembang janin akan terganggu. J Indon Med Assoc.2011:61; Kata kunci: hiperemesis gravidarum, mual, muntah, diagnosis, tata laksana 458

2 Diagnosis and Treatment of Hyperemesis Gravidarum Kevin Gunawan,* Paul Samuel Kris Manengkei,* Dwiana Ocviyanti** *Faculty of Medicine Universitas Indonesia, Jakarta **Obstetrics and Gynecology Department, Faculty of Medicine Universitas Indonesia Cipto Mangunkusumo Hospital, Jakarta Abstract: Hyperemesis gravidarum is a condition of severe, uncontrolled nausea and vomiting of pregnancy. The exact cause of hyperemesis gravidarum is unknown, although the increase of human chorionic gonadotropin (hcg) levels appears to have a large role. In diagnosing hyperemesis gravidarum, other causes of nausea and vomiting of pregnancy must first be ruled out. A comprehensive treatment consists of dietary changes, fluid resuscitation, and pharmacological treatment. The success in treating hyperemesis gravidarum depends on correct diagnosis, detection of complications, and treatment of associated conditions, such as dehydration, acidbase and electrolyte imbalance, and nutritional deficiencies. Hyperemesis gravidarum could cause a decrease in the fetal nutritional and oxygen intake, impairing its growth and development. J Indon Med Assoc.2011:61; Keywords: hyperemesis gravidarum, nausea, vomiting, diagnosis, treatment Pendahuluan Sekitar 50-90% perempuan hamil mengalami keluhan mual dan muntah. Keluhan ini biasanya disertai dengan hipersalivasi, sakit kepala, perut kembung, dan rasa lemah pada badan. Keluhan-keluhan ini secara umum dikenal sebagai morning sickness. Istilah ini sebenarnya kurang tepat karena 80% perempuan hamil mengalami mual dan muntah sepanjang hari. 1 Apabila mual dan muntah yang dialami mengganggu aktivitas sehari-hari atau menimbulkan komplikasi, keadaan ini disebut hiperemesis gravidarum. Komplikasi yang dapat terjadi adalah ketonuria, dehidrasi, hipokalemia dan penurunan berat badan lebih dari 3 kg atau 5% berat badan. 1 Mual dan muntah pada kehamilan biasanya dimulai pada kehamilan minggu ke-9 sampai ke-10, memberat pada minggu ke-11 sampai ke-13 dan berakhir pada minggu ke-12 sampai ke-14. Hanya pada 1-10% kehamilan gejala berlanjut melewati minggu ke-20 sampai ke-22. Pada 0,3-2% kehamilan terjadi hiperemesis gravidarum yang menyebabkan ibu harus ditata laksana dengan rawat inap. Hiperemesis gravidarum jarang menyebabkan kematian, tetapi angka kejadiannya masih cukup tinggi. Hampir 25% pasien hiperemesis gravidarum dirawat inap lebih dari sekali. Terkadang, kondisi hiperemesis yang terjadi terus-menerus dan sulit sembuh membuat pasien depresi. Pada kasus-kasus ekstrim, ibu hamil bahkan dapat merasa ingin melakukan terminasi kehamilan. 2 Beberapa faktor risiko yang berhubungan dengan hiperemesis gravidarum antara lain hiperemesis gravidarum pada kehamilan sebelumnya, berat badan berlebih, kehamilan multipel, penyakit trofoblastik, nuliparitas dan merokok. Etiopatogenesis Emesis dan Hiperemesis Gravidarum Etiologi dan patogenesis emesis dan hiperemesis gravidarum berkaitan erat dengan etiologi dan patogenesis mual dan muntah pada kehamilan. Penyebab pasti mual dan muntah yang dirasakan ibu hamil belum diketahui, tetapi terdapat beberapa teori yang mengajukan keterlibatan faktorfaktor biologis, sosial dan psikologis. Faktor biologis yang paling berperan adalah perubahan kadar hormon selama kehamilan. Menurut teori terbaru, peningkatan kadar human chorionic gonadotropin (hcg) akan menginduksi ovarium untuk memproduksi estrogen, yang dapat merangsang mual dan muntah. 3 Perempuan dengan kehamilan ganda atau mola hidatidosa yang diketahui memiliki kadar hcg lebih tinggi daripada perempuan hamil lain mengalami keluhan mual dan muntah yang lebih berat. 3-5 Progesteron juga diduga menyebabkan mual dan muntah dengan cara menghambat motilitas lambung dan irama kontraksi otot-otot polos lambung. 4 Penurunan kadar thyrotropin-stimulating hormone (TSH) pada awal kehamilan juga berhubungan dengan hiperemesis gravidarum meskipun mekanismenya belum jelas. 4,5 Hiperemesis gravidarum merefleksikan perubahan hormonal yang lebih drastis dibandingkan kehamilan biasa. 459

3 Langkah-Langkah Diagnosis Menegakkan Diagnosis Kehamilan dan Hiperemesis Gravidarum Penegakan diagnosis hiperemesis gravidarum dimulai dengan menegakkan diagnosis kehamilan terlebih dahulu 4,6 Pada anamnesis dapat ditemukan keluhan amenorea, serta mual dan muntah berat yang mengganggu aktivitas seharihari. Pemeriksaan obstetrik dapat dilakukan untuk menemukan tanda-tanda kehamilan, yakni uterus yang besarnya sesuai usia kehamilan dengan konsistensi lunak dan serviks yang livid. Pemeriksaan penunjang kadar β-hcg dalam urin pagi hari dapat membantu menegakkan diagnosis kehamilan. Tabel 1 menjelaskan hal-hal yang perlu diperhatikan untuk membedakan beberapa kondisi mual dan muntah dalam kehamilan. Tabel 1. Definisi-Definisi Mual dan Muntah dalam Kehamilan Emesis gravidarum Hiperemesis gravidarum Mual dan muntah dikeluhkan Mual dan muntah menggangterus melewati 20 minggu per- ngganggu aktivitas sehari-hari tama kehamilan Tidak mengganggu aktivitas Mual dan muntah tidak mesehari-hari nimbulkan komplikasi (keto- Tidak menimbulkan komplikasi nuria, dehidrasi, hipokalemia, patologis penurunan berat badan Menyingkirkan Penyebab Hiperemesis Lain Keluhan muntah yang berat dan persisten tidak selalu menandakan hiperemesis gravidarum. Penyebab-penyebab lain seperti penyakit gastrointestinal, pielonefritis dan penyakit metabolik perlu dieksklusi. 1 Satu indikator sederhana yang berguna adalah awitan mual dan muntah pada hiperemesis gravidarum biasanya dimulai dalam delapan minggu setelah hari pertama haid terakhir. Karena itu, awitan pada trimester kedua atau ketiga menurunkan kemungkinan hiperemesis gravidarum. Demam, nyeri perut atau sakit kepala juga bukan merupakan gejala khas hiperemesis gravidarum. Pemeriksaan ultrasonografi perlu dilakukan untuk mendeteksi kehamilan ganda atau mola hidatidosa. 3 Diagnosis banding hiperemesis gravidarum antara lain ulkus peptikum, kolestasis obstetrik, perlemakan hati akut, apendisitis akut, diare akut, hipertiroidisme dan infeksi Helicobacter pylori. Ulkus peptikum pada ibu hamil biasanya adalah penyakit ulkus peptikum kronik yang mengalami eksaserbasi sehingga dalam anamnesis dapat ditemukan riwayat sebelumnya. Gejala khas ulkus peptikum adalah nyeri epigastrium yang berkurang dengan makanan atau antasid dan memberat dengan alkohol, kopi atau obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS). Nyeri tekan epigastrium, hematemesis dan melena dapat ditemukan pada ulkus peptikum. Pada kolestasis dapat ditemukan pruritus pada seluruh tubuh tanpa adanya ruam. ikterus, warna urin gelap dan tinja berwarna pucat disertai peningkatan kadar enzim hati dan bilirubin. 1,4,7 Pada perlemakan hati akut ditemukan gejala kegagalan fungsi hati seperti hipoglikemia, gangguan pembekuan darah, dan perubahan kesadaran sekunder akibat ensefalopati hepatik. 4-7 Keracunan parasetamol dan hepatitis virus akut juga dapat menyebabkan gambaran klinis gagal hati. Pasien dengan apendisitis akut biasanya mengalami demam dan nyeri perut kanan bawah. Nyeri dapat berupa nyeri tekan maupun nyeri lepas dan lokasi nyeri dapat berpindah ke atas sesuai usia kehamilan karena uterus yang semakin membesar. Apendisitis akut pada kehamilan memiliki tanda-tanda yang khas, yaitu tanda Bryan (timbul nyeri bila uterus digeser ke kanan) dan tanda Alder (apabila pasien berbaring miring ke kiri, letak nyeri tidak berubah). 4 Meskipun jarang, penyakit Graves juga dapat menyebabkan hiperemesis. Oleh karena itu, perlu dicari apakah terdapat peningkatan FT4 atau penurunan TSH. Kadar FT4 dan TSH pada pasien hiperemesis gravidarum dapat sama dengan pasien penyakit Graves, tetapi pasien hiperemesis tidak memiliki antibodi tiroid atau temuan klinis penyakit Graves, seperti proptosis dan pembesaran kelenjar tiroid. Jika kadar FT4 meningkat tanpa didapatkan bukti penyakit Graves, pemeriksaan tersebut perlu diulang pada usia gestasi yang lebih lanjut, yaitu sekitar 20 minggu usia gestasi, saat kadar FT4 dapat menjadi normal pada pasien tanpa hipertiroidisme. 3,6 Pemberian propiltiourasil pada pasien hipertiroidisme dapat meredakan gejala-gejala hipertiroidisme, tetapi tidak meredakan mual dan muntah. Sebuah studi lain yang menarik menemukan adanya hubungan antara infeksi kronik Helicobacter pylori dengan terjadinya hiperemesis gravidarum. Pada studi tersebut, sebanyak 61,8% perempuan hamil dengan hiperemesis gravidarum menunjukkan hasil tes deteksi genom H. pylori yang positif, 3 namun studi tersebut masih kontroversial. Sebuah studi lain di Amerika Serikat mendapatkan tidak terdapat hubungan antara hiperemesis gravidarum dengan infeksi H. pylori. 8 Deteksi Komplikasi Hiperemesis Gravidarum Muntah yang terus-menerus disertai dengan kurang minum yang berkepanjangan dapat menyebabkan dehidrasi. Jika terus berlanjut, pasien dapat mengalami syok. Dehidrasi yang berkepanjangan juga menghambat tumbuh kembang janin. 4 Oleh karena itu, pada pemeriksaan fisik harus dicari apakah terdapat abnormalitas tanda-tanda vital, seperti peningkatan frekuensi nadi (>100 kali per menit), penurunan tekanan darah, kondisi subfebris, dan penurunan kesadaran. Selanjutnya dalam pemeriksaan fisis lengkap dapat dicari tanda-tanda dehidrasi, kulit tampak pucat dan sianosis, serta penurunan berat badan. Selain dehidrasi, akibat lain muntah yang persisten adalah gangguan keseimbangan elektrolit seperti penurunan kadar natrium, klor dan kalium, sehingga terjadi keadaan alkalosis metabolik hipokloremik disertai hiponatremia dan 460

4 hipokalemia. Hiperemesis gravidarum yang berat juga dapat membuat pasien tidak dapat makan atau minum sama sekali, sehingga cadangan karbohidrat dalam tubuh ibu akan habis terpakai untuk pemenuhan kebutuhan energi jaringan. Akibatnya, lemak akan dioksidasi. Namun, lemak tidak dapat dioksidasi dengan sempurna dan terjadi penumpukan asam aseton-asetik, asam hidroksibutirik, dan aseton, sehingga menyebabkan ketosis. Salah satu gejalanya adalah bau aseton (buah-buahan) pada napas. 6,9 Pada pemeriksaan laboratorium pasien dengan hiperemesis gravidarum dapat diperoleh peningkatan relatif hemoglobin dan hematokrit, hiponatremia dan hipokalemia, badan keton dalam darah dan proteinuria. 9 Robekan pada selaput jaringan esofagus dan lambung dapat terjadi bila muntah terlalu sering. Pada umumnya robekan yang terjadi kecil dan ringan, dan perdarahan yang muncul dapat berhenti sendiri. Tindakan operatif atau transfusi darah biasanya tidak diperlukan. 2,3 Perempuan hamil dengan hiperemesis gravidarum dan kenaikan berat badan dalam kehamilan yang kurang (<7 kg) memiliki risiko yang lebih tinggi untuk melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah, kecil untuk masa kehamilan, prematur, dan nilai APGAR lima menit kurang dari tujuh. Menentukan Derajat Hiperemesis Gravidarum Hiperemesis gravidarum dapat diklasifikasikan secara klinis menjadi hiperemesis gravidarum tingkat I, II dan III. Hiperemesis gravidarum tingkat I ditandai oleh muntah yang terus-menerus disertai dengan penurunan nafsu makan dan minum. Terdapat penurunan berat badan dan nyeri epigastrium. Pertama-tama isi muntahan adalah makanan, kemudian lendir beserta sedikit cairan empedu, dan dapat keluar darah jika keluhan muntah terus berlanjut. Frekuensi nadi meningkat sampai 100 kali per menit dan tekanan darah sistolik menurun. Pada pemeriksaan fisis ditemukan mata cekung, lidah kering, penurunan turgor kulit dan penurunan jumlah urin. 4 Pada hiperemesis gravidarum tingkat II, pasien memuntahkan semua yang dimakan dan diminum, berat badan cepat menurun, dan ada rasa haus yang hebat. Frekuensi nadi berada pada rentang kali/menit dan tekanan darah sistolik kurang dari 80 mmhg. Pasien terlihat apatis, pucat, lidah kotor, kadang ikterus, dan ditemukan aseton serta bilirubin dalam urin. 4 Hiperemesis gravidarum tingkat III sangat jarang terjadi. Keadaan ini merupakan kelanjutan dari hiperemesis gravidarum tingkat II yang ditandai dengan muntah yang berkurang atau bahkan berhenti, tetapi kesadaran pasien menurun (delirium sampai koma). Pasien dapat mengalami ikterus, sianosis, nistagmus, gangguan jantung dan dalam urin ditemukan bilirubin dan protein. 3,4 Tata Laksana Emesis Gravidarum Tata Laksana Awal Tata laksana awal dan utama untuk mual dan muntah tanpa komplikasi adalah istirahat dan menghindari makanan yang merangsang, seperti makanan pedas, makanan berlemak, atau suplemen besi. 1,3 Perubahan pola diet yang sederhana, yaitu mengkonsumsi makanan dan minuman dalam porsi yang kecil namun sering cukup efektif untuk mengatasi mual dan muntah derajat ringan. 1 Jenis makanan yang direkomendasikan adalah makanan ringan, kacang-kacangan, produk susu, kacang panjang, dan biskuit kering. Minuman elektrolit dan suplemen nutrisi peroral disarankan sebagai tambahan untuk memastikan terjaganya keseimbangan elektrolit dan pemenuhan kebutuhan kalori. Menu makanan yang banyak mengandung protein juga memiliki efek positif karena bersifat eupeptic dan efektif meredakan mual. 3 Manajemen stres juga dapat berperan dalam menurunkan gejala mual. 1,2,3 Tata Laksana Farmakologis Pada emesis gravidarum, obat-obatan diberikan apabila perubahan pola makan tidak mengurangi gejala, sedangkan pada hiperemesis gravidarum, obat-obatan diberikan setelah rehidrasi dan kondisi hemodinamik stabil. 3 Pemberian obat secara intravena dipertimbangkan jika toleransi oral pasien buruk. 7 Obat-obatan yang digunakan antara lain adalah vitamin B6 (piridoksin), antihistamin dan agen-agen prokinetik. American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG) merekomendasikan 10 mg piridoksin ditambah 12,5 mg doxylamine per oral setiap 8 jam sebagai farmakoterapi lini pertama yang aman dan efektif. 3,10 Dalam sebuah randomized trial, kombinasi piridoksin dan doxylamine terbukti menurunkan 70% mual dan muntah dalam kehamilan. Suplementasi dengan tiamin dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya komplikasi berat hiperemesis, yaitu Wernicke s encephalopathy. Komplikasi ini jarang terjadi, tetapi perlu diwaspadai jika terdapat muntah berat yang disertai dengan gejala okular, seperti perdarahan retina atau hambatan gerakan ekstraokular. 11 Antiemetik konvensional, seperti fenotiazin dan benzamin, telah terbukti efektif dan aman bagi ibu. Antiemetik seperti proklorperazin, prometazin, klorpromazin menyembuhkan mual dan muntah dengan cara menghambat postsynaptic mesolimbic dopamine receptors melalui efek antikolinergik dan penekanan reticular activating system. Obatobatan tersebut dikontraindikasikan terhadap pasien dengan hipersensitivitas terhadap golongan fenotiazin, penyakit kardiovaskuler berat, penurunan kesadaran berat, depresi sistem saraf pusat, kejang yang tidak terkendali, dan glaukoma sudut tertutup. Namun, hanya didapatkan sedikit informasi mengenai efek terapi antiemetik terhadap janin. 10 Fenotiazin atau metoklopramid diberikan jika pengobatan dengan antihistamin gagal. Prochlorperazine juga tersedia dalam sediaan tablet bukal dengan efek samping sedasi yang lebih kecil. Dalam sebuah randomized trial, metoklopramid dan prometazin intravena memiliki efektivitas yang sama untuk mengatasi hiperemesis, tetapi metoklopramid memiliki efek samping mengantuk dan pusing yang lebih ringan. 12 Studi 461

5 kohort telah menunjukkan bahwa penggunaan metoklopramid tidak berhubungan dengan malformasi kongenital, berat badan lahir rendah, persalinan preterm, atau kematian perinatal. 13 Namun, metoklopramid memiliki efek samping tardive dyskinesia, tergantung durasi pengobatan dan total dosis kumulatifnya. Oleh karena itu, penggunaan selama lebih dari 12 minggu harus dihindari. Antagonis reseptor 5-hydroxytryptamine 3 (5HT3) seperti ondansetron mulai sering digunakan, tetapi informasi mengenai penggunaannya dalam kehamilan masih terbatas. Seperti metoklopramid, ondansetron memiliki efektivitas yang sama dengan prometazin, tetapi efek samping sedasi ondansetron lebih kecil. 14 Ondansetron tidak meningkatkan risiko malformasi mayor pada penggunaannya dalam trimester pertama kehamilan. 1,3 Droperidol efektif untuk mual dan muntah dalam kehamilan, tetapi sekarang jarang digunakan karena risiko pemanjangan interval QT dan torsades de pointes. Pemeriksaan elektrokardiografi sebelum, selama dan tiga jam setelah pemberian droperidol perlu dilakukan. 3 Untuk kasus-kasus refrakter, metilprednisolon dapat menjadi obat pilihan. Metilprednisolon lebih efektif daripada promethazine untuk penatalaksanaan mual dan muntah dalam kehamilan, namun tidak didapatkan perbedaan dalam tingkat perawatan rumah sakit pada pasien yang mendapat metilprednisolon dengan plasebo. Hanya sedikit bukti yang menyatakan kortikosteroid efektif. 15 Dalam dua RCT kecil, tidak didapatkan kegunaan metilprednisolon ataupun plasebo, tetapi kelompok steroid lebih sedikit mengalami readmission. 16 Efek samping metilprednisolon sebagai sebuah glukokortikoid juga patut diperhatikan. Dalam sebuah metaanalisis dari empat studi, penggunaan glukokortikoid sebelum usia gestasi 10 minggu berhubungan dengan risiko bibir sumbing dan tergantung dosis yang diberikan. Oleh karena itu, penggunaan glukokortikoid direkomen-dasikan hanya pada usia gestasi lebih dari 10 minggu. Obat-obat yang dapat digunakan untuk tatalaksana hiperemesis gravidarum dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Obat-obatan untuk Tata Laksana Mual dan Muntah dalam Kehamilan 3 FDA kepanjangan dari Food and Drug Administration. Kategori obat menurut FDA adalah sebagai berikut: A, berdasarkan studi kontrol tidak didapatkan risiko; B, tidak terbukti berisiko untuk manusia; C, risiko tidak dapat disingkirkan; D, terbuki berisiko; dan X, kontraindikasi pada kehamilan. Agen Dosis Oral Efek Sedang Kategori Keterangan Obat (FDA) Vitamin B6 (piridoksin) mg setiap 8 jam A Vitamin B6 atau kombinasi vitamin B6-antihistamin direkomendasikan sebagai terapi lini pertama. Kombinasi vitamin Piridoksin, mg setiap 8 jam; doxy- Sedasi A B6-doxylamine lamine, 25 mg sebelum tidur, 12,5 mg pada pagi hari jika dibutuhkan ditambah 12,5 mg pada siang hari jika dibutuhkan Antihistamin Sedasi Doxylamine 12,5-25 mg setiap 8 jam A Diphenhydramine mg setiap 8 jam B Meclizine 25 mg setiap jam B Hydroxyzine 50 mg setiap 4-6 jam C Dimenhydrinate mg setiap 4-6 jam B Phenothiazine Gejala ekstrapiramidal, sedasi Promethazine 25 mg setiap 4-6 jam C Kerusakan jaringan berat dengan pemberian intravena; lebih disarankan pemberian oral, rectal, atau intramuskular Prochlorperazine 5-10 mg setiap 6 jam C Antagonis dopamine Metoclopramide 10 mg setiap 6 jam Tardive dyskinesia B Pemberian obat lebih dari 12 minggu meningkatkan risiko Tardive dyskinesia Antagonis reseptor Konstipasi, diare, serotonin sakit kepala, fatigue Ondansetron 4-8 mg setiap jam B Glukokortikoid Metilprednison 16 mg setiap 8 jam selama 3 hari, kemu- Sedikit meningkat- C Jangan digunakan sebelum usia gestasi 10 mingdian dosis diturunkan selama 2 minggu kan risiko bibir sum- gu; durasi maksimum terapi 6 minggu untuk bing jika digunakan sebelum 10 minggu usia gestasi Ekstrak jahe mg setiap jam Refluks, heartburn C membatasi efek samping serius 462

6 Gambar 1. Algoritme Terapi Farmakologi untuk Mual dan Muntah dalam Kehamilan 3 Jahe dapat ditambahkan sebagai terapi farmakologi dalam setiap tahap. Pada setiap tahap, nutrisi enteral atau parenteral dapat dipertimbangkan jika terjadi dehidrasi atau penurunan berat badan persisten. Tata Laksana Hiperemesis Gravidarum Penatalaksanaan utama hiperemesis gravidarum adalah rehidrasi dan penghentian makanan peroral. Pemberian antiemetik dan vitamin secara intravena dapat dipertimbangkan sebagai terapi tambahan. Penatalaksanaan farmakologi emesis gravidarum dapat juga diterapkan pada kasus hiperemesis gravidarum. Tata Laksana Awal Inisiasi tata laksana dengan vitamin B6 Tambahkan doxylamine Substitusi doxylamine dengan promethazine atau dimenhydrinate Tanpa dehidrasi Dehidrasi Penggantian cairan intravena Tambahkan metoclopramide Tambahkan metoclopramide atau atau trimethobenzamide ondansetron intravena atau atau ondansetron promethazine intramuscular Tambahkan metilprednisolon setelah 10 minggu usia gestasi Pasien hiperemesis gravidarum harus dirawat inap di rumah sakit dan dilakukan rehidrasi dengan cairan natrium klorida atau ringer laktat, penghentian pemberian makanan per oral selama jam, serta pemberian antiemetik jika dibutuhkan. Penambahan glukosa, multivitamin, magnesium, pyridoxine, atau tiamin perlu dipertimbangkan. 1,3 Cairan dekstrosa dapat menghentikan pemecahan lemak. 7 Untuk pasien dengan defisiensi vitamin, tiamin 100 mg diberikan sebelum pemberian cairan dekstrosa. Penatalaksanaan dilanjutkan sampai pasien dapat mentoleransi cairan per oral dan didapatkan perbaikan hasil laboratorium. 1,3 Pengaturan Diet Untuk pasien hiperemesis gravidarum tingkat III, diberikan diet hiperemesis I. Makanan yang diberikan berupa roti kering dan buah-buahan. Cairan tidak diberikan bersama makanan tetapi 1-2 jam setelah makan. Diet hiperemesis kurang mengandung zat gizi, kecuali vitamin C, sehingga diberikan hanya selama beberapa hari. 4 Jika rasa mual dan muntah berkurang, pasien diberikan diet hiperemesis II. Pemberian dilakukan secara bertahap untuk makanan yang bernilai gizi tinggi. Minuman tidak diberikan bersama makanan. Diet hiperemesis II rendah dalam semua zat gizi, kecuali vitamin A dan D. 4 Diet hiperemesis III diberikan kepada penderita dengan hiperemesis ringan. Pemberian minuman dapat diberikan bersama makanan. Diet ini cukup dalam semua zat gizi, kecuali kalsium. 4 Terapi Alternatif Terapi alternatif seperti akupunktur dan jahe telah diteliti untuk penatalaksanaan mual dan muntah dalam kehamilan. Akar jahe (Zingiber officinale Roscoe) adalah salah satu pilihan nonfarmakologik dengan efek yang cukup baik. Bahan aktifnya, gingerol, dapat menghambat pertumbuhan seluruh galur H. pylori, terutama galur Cytotoxin associated gene (Cag) A+ yang sering menyebabkan infeksi. Empat randomized trials menunjukkan bahwa ekstrak jahe lebih efektif daripada plasebo dan efektivitasnya sama dengan vitamin B6. Efek samping berupa refluks gastroesofageal dilaporkan pada beberapa penelitian, tetapi tidak ditemukan efek samping signifikan terhadap keluaran kehamilan. 15,17 Dosisnya adalah 250 mg kapsul akar jahe bubuk per oral, empat kali sehari. Terapi akupunktur untuk meredakan gejala mual dan muntah masih menjadi kontroversi. Penggunaan acupressure pada titik akupuntur Neiguan P6 di pergelangan lengan menunjukkan hasil yang tidak konsisten dan penelitiannya masih terbatas karena kurangnya uji yang tersamar. Dalam sebuah studi yang besar didapatkan tidak terdapat efek yang menguntungkan dari penggunaan acupressure, 4 namun The Systematic Cochrane Review mendukung penggunaan stimulasi akupunktur P6 pada pasien tanpa profilaksis antiemetik. Stimulasi ini dapat mengurangi risiko mual. 18 Terapi stimulasi saraf tingkat rendah pada aspek volar pergelangan tangan juga dapat menurunkan mual dan muntah serta merangsang kenaikan berat badan. 15,19 Penatalaksanaan pada Kasus Refrakter Jika muntah terus berlangsung (persisten) pada tata laksana yang maksimal, kita harus kembali ke proses diagno- 463

7 sis dan mencari adanya penyebab lain seperti gastroenteritis, kolesistitis, pankreatitis, hepatitis, ulkus peptikum, pielonefritis dan perlemakan hati Nutrisi enteral harus dipikirkan jika terdapat muntah yang berkepanjangan, namun harus diingat bahwa total parenteral nutrition (TPN) selama kehamilan meningkatkan risiko sepsis dan steatohepatitis, terutama akibat penggunaan emulsi lipid. Oleh karena itu, TPN sebaiknya hanya diberikan pada pasien dengan penurunan berat badan signifikan (>5% berat badan) yang tidak respon dengan antiemetik dan tidak dapat ditatalaksana dengan nutrisi enteral. 1,20 Evaluasi Keberhasilan Terapi Tujuan terapi emesis atau hiperemesis gravidarum adalah untuk mencegah komplikasi seperti ketonuria, dehidrasi, hipokalemia dan penurunan berat badan lebih dari 3 kg atau 5% berat badan. 1 Jika sudah terjadi komplikasi, perlu dilakukan tata laksana terhadap komplikasi tersebut. Penilaian keberhasilan terapi dilakukan secara klinis dan laboratoris. Secara klinis, keberhasilan terapi dapat dinilai dari penurunan frekuensi mual dan muntah, frekuensi dan intensitas mual, serta perbaikan tanda-tanda vital dan dehidrasi. Parameter laboratorium yang perlu dinilai adalah perbaikan keseimbangan asam-basa dan elektrolit. Penutup Diagnosis dan penatalaksanaan mual dan muntah dalam kehamilan yang tepat dapat mencegah komplikasi hiperemesis gravidarum yang membahayakan ibu dan janin. Ketepatan diagnosis sangat penting, karena terdapat sejumlah kondisi lain yang dapat menyebabkan mual dan muntah dalam kehamilan. Tata laksana komprehensif dimulai dari istirahat, modifikasi diet dan menjaga asupan cairan. Jika terjadi komplikasi hiperemesis gravidarum, penata-laksanaan utama adalah pemberian rehidrasi dan perbaikan elektrolit. Terapi farmakologi dapat diberikan jika dibutuhkan, seperti piridoksin, doxylamine, prometazin, dan meto-klopramin dengan memperhatikan kontraindikasi dan efek sampingnya. Beberapa terapi alternatif sudah mulai diteliti untuk penatalaksanaan hiperemesis gravidarum, seperti ekstrak jahe dan akupuntur, dengan hasil yang bervariasi. Daftar Pustaka 1. Jueckstock JK, Kaestner R, Mylonas I. Managing hyperemesis gravidarum: a multimodal challenge. BMC Medicine. 2010;8: Lacasse A, Rey E, Ferreira E, Morin C, Berard A. Nausea and vomiting of pregnancy: what about quality of life? BJOG. 2008;115: Niebyl JR. Nausea and vomiting in pregnancy. N Engl J Med. 2010;363: Siddik D. Kelainan gastrointestinal. In: Saifuddin AB, Rachimhadhi T, Wiknjosastro GH, editors. Ilmu kebidanan. 4 th Ed. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2008.p Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Rouse DJ, Spon CY. Williams Obstetric. 22 nd ed. USA: McGraw-Hill Companies; Quinlan JD, Hill DA. Nausea and vomiting of pregnancy. Am Fam Physician. 2003;68(1): Ogunyemi DA, Fong A. Hyperemesis Gravidarum [monograph on the Internet]. Medscape; 2010 [cited 2010 November 7]. Available from: overview. 8. Lee RH, Pan VL, Wing DA. The prevalence of Helicobacter pylori in the hispanic population affected by hyperemesis gravidarum. Am J Obstet Gynecol. Sept 2005;193(3 Pt 2): Miller AWF, Hanretty KP. Vomiting in pregnancy. In: Miller AWF, Hanretty KP, editors. Obstetrics Illustrated. 5 th Ed. London: Churchill Livingstone; p ACOG Practice Bulletin: Nausea and Vomiting of Pregnancy. Obstet Gynecol. 2004;103(2): Koren G, Maltepe C. Pre-emptive therapy for severe nausea and vomiting of pregnancy and hyperemesis gravidarum. J Obstet Gynaecol. 2004;24: Bsat FA, Hoffman DE, Seubert DE. Comparison of three out patient regimens in the management of nausea and vomiting in pregnancy. J Perinatol. 2003;23: Sørensen HT, Nielsen GL, Christensen K, Tage-jensen U, Ekbom A, Baron J, et al. Birth outcome following maternal use of metoclopramide. Br J Clin Pharmacol. 2000;49: Jewell D, Young G. Interventions for nausea and vomiting in early pregnancy. Cochrane Database Syst Rev. 2003;(4): CD Koren G, Maltepe C. Pre-emptive therapy for severe nausea and vomiting of pregnancy and hyperemesis gravidarum. J Obstet Gynaecol. 2004;24: Heazell AE, Langford N, Judge JK. The use of levomepromazine in hyperemesis gravidarum resistant to drug therapy - a case series. Reprod Toxicol. 2005;20: Magee LA, Mazzotta P, Koren G: Evidence-based view of safety and effectiveness of pharmacologic therapy for nausea and vomiting of pregnancy (NVP). Obstet Gynecol. 2002;186:S Duggar CR and Carlan SJ. The efficacy of methylprednisolone in the treatment of hyperemesis gravidarum: A randomized doubleblind controlled study. Obstet Gynecol. 2001;97:45S. 19. Hansen WF, Yankowitz J. Pharmacologic therapy for medical disorders during pregnancy. Clin Obstet Gynecol. 2002;45: Vaisman N, Kaidar R, Levin I, Lessing JB. Nasojejunal feeding in hyperemesis gravidarum: a preliminary study. Clin Nutr. 2004; 23:53. DO/MH 464

Hiperemesis Gravidarum. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi

Hiperemesis Gravidarum. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi Hiperemesis Gravidarum Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi Definisi Mual dan muntah yang terjadi pada kehamilan dini hingga usia kehamilan 16 minggu. Pada muntah-muntah yang berat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gizi dalam masa kehamilan sangat penting. Selama kehamilan, terjadi penyesuaian metabolisme dan fungsi tubuh terutama dalam hal mekanisme dan penggunaan energi. Selain

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kehamilan merupakan suatu perubahan dalam rangka melanjutkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Kehamilan merupakan suatu perubahan dalam rangka melanjutkan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehamilan merupakan suatu perubahan dalam rangka melanjutkan keturunan secara alami, menghasilkan janin yang tumbuh di dalam rahim ibu (Prawirohardjo, 2002:

Lebih terperinci

AB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

AB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mual (nausea) dan muntah (Emesis gravidarum) adalah gejala yang wajar dan sering kedapatan pada kehamilan trimester I. Mual biasanya terjadi pada pagi hari, tetapi dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kehamilan adalah suatu fenomena fisiologis yang dimulai dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kehamilan adalah suatu fenomena fisiologis yang dimulai dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehamilan adalah suatu fenomena fisiologis yang dimulai dengan pembuahan dan diakhiri dengan proses persalinan (Mansjoer, 2001). Selama masa kehamilan, ibu dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mual (nausea) dan muntah (emesis gravidarum) adalah gejala yang wajar dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mual (nausea) dan muntah (emesis gravidarum) adalah gejala yang wajar dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mual (nausea) dan muntah (emesis gravidarum) adalah gejala yang wajar dan sering kedapatan pada kehamilan trimester pertama. Mual biasanya terjadi pada pagi hari, tetapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tetapi ada yang timbul setiap saat dan malam hari. Gejala-gajala ini biasanya

BAB I PENDAHULUAN. tetapi ada yang timbul setiap saat dan malam hari. Gejala-gajala ini biasanya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Emesis gravidarum adalah gejala yang wajar atau sering terdapat pada kehamilan trimester pertama. Mual biasanya terjadi pada pagi hari, tetapi ada yang timbul setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Selama pertumbuhan dan perkembangan kehamilan bisa saja terjadi sebuah

BAB I PENDAHULUAN. Selama pertumbuhan dan perkembangan kehamilan bisa saja terjadi sebuah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehamilan merupakan suatu peristiwa yang normal dan alamiah. Selama pertumbuhan dan perkembangan kehamilan bisa saja terjadi sebuah kondisi sehingga membuat kehamilan

Lebih terperinci

MENGATASI KERACUNAN PARASETAMOL

MENGATASI KERACUNAN PARASETAMOL MENGATASI KERACUNAN PARASETAMOL Pendahuluan Parasetamol adalah golongan obat analgesik non opioid yang dijual secara bebas. Indikasi parasetamol adalah untuk sakit kepala, nyeri otot sementara, sakit menjelang

Lebih terperinci

ETIOLOGI : 1. Ada 5 kategori virus yang menjadi agen penyebab: Virus Hepatitis A (HAV) Virus Hepatitis B (VHB) Virus Hepatitis C (CV) / Non A Non B

ETIOLOGI : 1. Ada 5 kategori virus yang menjadi agen penyebab: Virus Hepatitis A (HAV) Virus Hepatitis B (VHB) Virus Hepatitis C (CV) / Non A Non B HEPATITIS REJO PENGERTIAN: Hepatitis adalah inflamasi yang menyebar pada hepar (hepatitis) dapat disebabkan oleh infeksi virus dan reaksi toksik terhadap obat-obatan dan bahan kimia ETIOLOGI : 1. Ada 5

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Berbagai komplikasi yang dialami oleh ibu hamil mungkin saja terjadi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Berbagai komplikasi yang dialami oleh ibu hamil mungkin saja terjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbagai komplikasi yang dialami oleh ibu hamil mungkin saja terjadi dan memiliki peluang untuk terjadi pada semua ibu hamil. Komplikasikomplikasi ini bila dapat dideteksi

Lebih terperinci

DIABETES MELITUS GESTASIONAL

DIABETES MELITUS GESTASIONAL DIABETES MELITUS GESTASIONAL Farid Kurniawan Division of Endocrinology and Metabolism Department of Internal Medicine Faculty of Medicine Universitas Indonesia/Cipto Mangunkusumo General Hospital 1 dari

Lebih terperinci

DIARE AKUT. Berdasarkan Riskesdas 2007 : diare merupakan penyebab kematian pada 42% bayi dan 25,2% pada anak usia 1-4 tahun.

DIARE AKUT. Berdasarkan Riskesdas 2007 : diare merupakan penyebab kematian pada 42% bayi dan 25,2% pada anak usia 1-4 tahun. DIARE AKUT I. PENGERTIAN Diare akut adalah buang air besar lebih dari 3 kali dalam 24 jam dengan konsistensi cair dan berlangsung kurang dari 1 minggu. Kematian disebabkan karena dehidrasi. Penyebab terbanyak

Lebih terperinci

MAKALAH MORNING SICKNESS PADA IBU HAMIL UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH. Teknologi Informasi dalam Kebidanan. yang dibina oleh

MAKALAH MORNING SICKNESS PADA IBU HAMIL UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH. Teknologi Informasi dalam Kebidanan. yang dibina oleh MAKALAH MORNING SICKNESS PADA IBU HAMIL UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH Teknologi Informasi dalam Kebidanan yang dibina oleh Bapak Nurudin Santoso.ST.,MT Oleh: Siska Dian Mandasari NIM 1302100036 POLITEKNIK

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. W DENGAN HYPEREMESIS GRAVIDARUM DI BANGSAL DAHLIA RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. W DENGAN HYPEREMESIS GRAVIDARUM DI BANGSAL DAHLIA RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. W DENGAN HYPEREMESIS GRAVIDARUM DI BANGSAL DAHLIA RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mendapatkan Gelar Ahli Madya Keperawatan Disusun

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK JAHE PADA IBU HAMIL TRIMESTER I TERHADAP EMESIS GRAVIDARUM

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK JAHE PADA IBU HAMIL TRIMESTER I TERHADAP EMESIS GRAVIDARUM PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK JAHE PADA IBU HAMIL TRIMESTER I TERHADAP EMESIS GRAVIDARUM Umu Khabiba, Nur Zad Malikha AKBID Wijaya Kusuma Malang, Jln. Letjend S.Parman No.26A Malang Email : jurnalwijayakusuma@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kadang timbul beberapa keluhan yang mengganggu, salah satunya adalah

BAB I PENDAHULUAN. kadang timbul beberapa keluhan yang mengganggu, salah satunya adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehamilan merupakan proses yang kompleks. Selama masa kehamilan kadang timbul beberapa keluhan yang mengganggu, salah satunya adalah mual dan muntah (Tiran, 2007).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam tifoid merupakan penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan oleh Salmonella thypi (S thypi). Pada masa inkubasi gejala awal penyakit tidak tampak, kemudian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ditanggung) ( Kamus Besar Bahasa Indonesia, hal. 26 ).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ditanggung) ( Kamus Besar Bahasa Indonesia, hal. 26 ). BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengalaman Pengalaman adalah sebagai sesuatu yang pernah dialami (dijalani, dirasai, ditanggung) ( Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2005. hal. 26 ). Pengalaman langsung yang dialami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap kualitas dan aksebilitas fasilitas pelayanan kesehatan. Berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. terhadap kualitas dan aksebilitas fasilitas pelayanan kesehatan. Berdasarkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator yang peka terhadap kualitas dan aksebilitas fasilitas pelayanan kesehatan. Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan

Lebih terperinci

Diabetes tipe 2 Pelajari gejalanya

Diabetes tipe 2 Pelajari gejalanya Diabetes tipe 2 Pelajari gejalanya Diabetes type 2: apa artinya? Diabetes tipe 2 menyerang orang dari segala usia, dan dengan gejala-gejala awal tidak diketahui. Bahkan, sekitar satu dari tiga orang dengan

Lebih terperinci

Mola Hidatidosa. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi

Mola Hidatidosa. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi Mola Hidatidosa Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi Definisi Mola hidatidosa adalah bagian dari penyakit trofoblastik gestasional, yang disebabkan oleh kelainan pada vili koriales

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Pada penelitian ini didapat

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Pada penelitian ini didapat 24 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Peresepan Sampel Penelitian dilaksanakan selama bulan Agustus 2015 sampai Mei 2016 di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Pada penelitian ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi merupakan penyulit medis yang sering ditemukan pada kehamilan yang dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas baik ibu maupun perinatal. Hipertensi dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik perut, fisik maupun fisiologi ibu (Varney, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. baik perut, fisik maupun fisiologi ibu (Varney, 2007). BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kehamilan merupakan proses alamiah (normal) dan bukan proses patologis. Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin, lamanya kehamilan normal ialah 280

Lebih terperinci

PMS semakin berat setelah melahirkan beberapa anak, terutama bila pernah mengalami kehamilan dengan komplikasi seperti toksima.

PMS semakin berat setelah melahirkan beberapa anak, terutama bila pernah mengalami kehamilan dengan komplikasi seperti toksima. Menjelang haid atau menstruasi biasanya beberapa wanita mengalami gejala yang tidak nyaman, menyakitkan, dan mengganggu. Gejala ini sering disebut dengan sindrom pra menstruasi atau PMS, yakni kumpulan

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PENYULUHAN MORNING SICKNESS PADA IBU HAMIL

SATUAN ACARA PENYULUHAN MORNING SICKNESS PADA IBU HAMIL SATUAN ACARA PENYULUHAN MORNING SICKNESS PADA IBU HAMIL Topik : Morning Sickness Sub topik : Pengertian morning sickness pada ibu hamil Penyebab morning sickness pada ibu hamil Gejala morning sickness

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kehamilan Kehamilan pada ibu akan terjadi apabila terjadi pembuahan yaitu bertemunya sel telur (ovum) dan spermatozoa. Yang secara normal akan terjadi di tuba uterina. Selanjutnya

Lebih terperinci

Derajat 2 : seperti derajat 1, disertai perdarah spontan di kulit dan atau perdarahan lain

Derajat 2 : seperti derajat 1, disertai perdarah spontan di kulit dan atau perdarahan lain Demam berdarah dengue 1. Klinis Gejala klinis harus ada yaitu : a. Demam tinggi mendadak tanpa sebab yang jelas, berlagsung terus menerus selama 2-7 hari b. Terdapat manifestasi perdarahan ditandai dengan

Lebih terperinci

Pelayanan Kesehatan bagi Anak. Bab 7 Gizi Buruk

Pelayanan Kesehatan bagi Anak. Bab 7 Gizi Buruk Pelayanan Kesehatan bagi Anak Bab 7 Gizi Buruk Catatan untuk fasilitator Ringkasan kasus Joshua adalah seorang anak laki-laki berusia 12 bulan yang dibawa ke rumah sakit kabupaten dari rumah yang berlokasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah DBD merupakan penyakit menular yang disebabkan virus dengue. Penyakit DBD tidak ditularkan secara langsung dari orang ke orang, tetapi ditularkan kepada manusia

Lebih terperinci

DIAGNOSIS DAN PENATALAKSANAAN HIPEREMESIS GRAVIDARUM. Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah ABSTRAK

DIAGNOSIS DAN PENATALAKSANAAN HIPEREMESIS GRAVIDARUM. Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah ABSTRAK DIAGNOSIS DAN PENATALAKSANAAN HIPEREMESIS GRAVIDARUM Ary Widayana 1, I Wayan Megadhana 2, Ketut Putera Kemara 2 1 Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana 2 Bagian/SMF Obstetri dan Ginekologi, Fakultas

Lebih terperinci

Keluhan-keluhan Selama Kehamilan

Keluhan-keluhan Selama Kehamilan Keluhan-keluhan Selama Kehamilan Keluhan-keluhan pada umumnya terjadi selama masa kehamilan. Keluhan tersebut umum didapatkan pada kondisi hamil dan merupakan kejadian yang normal. Keluhan tersebut diantaranya

Lebih terperinci

HIPOKALSEMIA DAN HIPERKALSEMIA. PENYEBAB Konsentrasi kalsium darah bisa menurun sebagai akibat dari berbagai masalah.

HIPOKALSEMIA DAN HIPERKALSEMIA. PENYEBAB Konsentrasi kalsium darah bisa menurun sebagai akibat dari berbagai masalah. 1. Hipokalsemia HIPOKALSEMIA DAN HIPERKALSEMIA Hipokalsemia (kadar kalsium darah yang rendah) adalah suatu keadaan dimana konsentrasi kalsium di dalam darah kurang dari 8,8 mgr/dl darah. PENYEBAB Konsentrasi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Dukungan Suami terhadap Kehamilan

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Dukungan Suami terhadap Kehamilan 18 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Dukungan Suami terhadap Kehamilan Dukungan secara harfiah yaitu gendongan, sokongan, bantuan. Suami adalah pria yang menjadi pasangan hidup seorang istri

Lebih terperinci

HIPERTIROID DALAM KEHAMILAN

HIPERTIROID DALAM KEHAMILAN HIPERTIROID DALAM KEHAMILAN Dr.Eva Decroli,SpPD-KEMD,FINASIM SUB BAGIAN ENDOKRIN DAN METABOLIK BAGIAN ILMU PENYAKIT DALAM FAKULTAS KEDOKTERAN UNAND/ RS DR. M. DJAMIL PADANG 1 HIPERTIROID sindroma hipermetabolisme

Lebih terperinci

HIPERTIROID DALAM KEHAMILAN

HIPERTIROID DALAM KEHAMILAN HIPERTIROID DALAM KEHAMILAN MASITA FUJIKO Divisi Fetomaternal, Departemen Obgin FK UNHAS/ RS Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar Hipertiroid adalah kondisi klinik dan biokimiawi yang menunjukkan meningkatnya

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. PENGUMPULAN/PENYAJIAN DATA DASAR SECARA LENGKAP

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. PENGUMPULAN/PENYAJIAN DATA DASAR SECARA LENGKAP BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN 1. PENGUMPULAN/PENYAJIAN DATA DASAR SECARA LENGKAP Pengumpulan dan penyajian data penulis lakukan pada tanggal 28 Maret 2016 pukul 15.00 WIB,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Prevalensi 2.1.1. Pengertian Prevalensi Prevalensi adalah pengukuran jumlah orang dikalangan penduduk yang menderita satu penyakit pada satu titik di waktu tertentu. (Notoatmodjo,

Lebih terperinci

Keluhan dan Gejala. Bagaimana Solusinya?

Keluhan dan Gejala. Bagaimana Solusinya? Faktor psikis atau kejiwaan seseorang bisa pula meningkatkan produksi asam lambung. Selain itu penyakit maag juga bisa disebabkan insfeksi bakteri tertentu, misalnya helicobacter pylori yang merupakan

Lebih terperinci

Nanda Lucky Prasetya, S.Ked Yasser Jayawinata, S.Ked Wahyu Permatasari, S.Ked Wulan Ayu Lestari, S.Ked Selviana Octavianti, S.Ked

Nanda Lucky Prasetya, S.Ked Yasser Jayawinata, S.Ked Wahyu Permatasari, S.Ked Wulan Ayu Lestari, S.Ked Selviana Octavianti, S.Ked TOPIC DISCUSSION HIPEREMESIS GRAVIDARUM Nanda Lucky Prasetya, S.Ked Yasser Jayawinata, S.Ked Wahyu Permatasari, S.Ked Wulan Ayu Lestari, S.Ked Selviana Octavianti, S.Ked Department Obstetrics and Gynecology

Lebih terperinci

GAMBARAN KANDUNGAN PROTEIN DALAM URIN PADA IBU BERSALIN DENGAN PRE EKLAMPSI DI RSUD

GAMBARAN KANDUNGAN PROTEIN DALAM URIN PADA IBU BERSALIN DENGAN PRE EKLAMPSI DI RSUD GAMBARAN KANDUNGAN PROTEIN DALAM URIN PADA IBU BERSALIN DENGAN PRE EKLAMPSI DI RSUD Dr. H. MOCH ANSARI SALEH BANJARMASIN 1 AKBID Sari Mulia Banjarmasin * E-mail:Emmahelvina@ymail.com ISSN: 20863454 Dede

Lebih terperinci

Kehamilan Resiko Tinggi. Oleh Dokter Muda Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 2013

Kehamilan Resiko Tinggi. Oleh Dokter Muda Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 2013 Kehamilan Resiko Tinggi Oleh Dokter Muda Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 2013 Kehamilan adalah masa di mana seorang wanita membawa embrio atau fetus di dalam tubuhnya.

Lebih terperinci

Persalinan Induksi persalinan diindikasikan pada pre-eklampsia dengan kondisi buruk seperti gangguan

Persalinan Induksi persalinan diindikasikan pada pre-eklampsia dengan kondisi buruk seperti gangguan HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN 1.1 Definisi Definisi hipertensi pada kehamilan berdasarkan nilai tekanan darah absolut (sistolik 140 atau diastolik 90 mmhg) dan dibedakan antara kenaikan tekanan darah ringan

Lebih terperinci

HUBUNGAN PARITAS DENGAN KEJADIAN HIPEREMESIS GRAVIDARUM DI PUSKESMAS PAAL X KOTA JAMBI TAHUN 2012

HUBUNGAN PARITAS DENGAN KEJADIAN HIPEREMESIS GRAVIDARUM DI PUSKESMAS PAAL X KOTA JAMBI TAHUN 2012 HUBUNGAN PARITAS DENGAN KEJADIAN HIPEREMESIS GRAVIDARUM DI PUSKESMAS PAAL X KOTA JAMBI TAHUN 2012 1 *Dewi Riastawati, 2 Dian 1 STIKes Prima Prodi DIII Kebidanan 2 STIKes Prima Prodi D-IV Bidan Pendidik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Definisi Kehamilan Risiko Tinggi Kehamilan berisiko adalah kehamilan yang akan menyebabkan terjadinya bahaya dan komplikasi yang lebih besar, baik terhadap ibu maupun terhadap janin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tempat sel telur dari juta sperma yang dikeluarkan. Dari jumlah

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tempat sel telur dari juta sperma yang dikeluarkan. Dari jumlah BAB I ` PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehamilan adalah hasil dari pertemuan antara sperma dan sel telur. Dalam proses perjalanan sperma menemui sel telur (ovum), hanya sedikit yang berhasil mencapai tempat

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT MATERNITAS: EKLAMPSIA

ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT MATERNITAS: EKLAMPSIA ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT MATERNITAS: EKLAMPSIA NIKEN ANDALASARI Pengertian Eklampsia Eklampsia adalah suatu keadaan dimana didiagnosis ketika preeklampsia memburuk menjadi kejang (Helen varney;

Lebih terperinci

Diabetes Melitus Gestasional. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi

Diabetes Melitus Gestasional. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi Diabetes Melitus Gestasional Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi Definisi Diabetes melitus gestasional adalah keadaan intoleransi karbohidrat yang memiliki awitan atau pertama

Lebih terperinci

Abortus. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi

Abortus. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi Abortus Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi Definisi Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan. WHO IMPAC menetapkan batas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Diare adalah peningkatan frekuensi dan penurunan konsistensi debit tinja dibandingkan dengan pola usus normal individu, merupakan gejala dari suatu penyakit sistemik

Lebih terperinci

GANGGUAN NAPAS PADA BAYI

GANGGUAN NAPAS PADA BAYI GANGGUAN NAPAS PADA BAYI Dr R Soerjo Hadijono SpOG(K), DTRM&B(Ch) Jaringan Nasional Pelatihan Klinik Kesehatan Reproduksi BATASAN Frekuensi napas bayi lebih 60 kali/menit, mungkin menunjukkan satu atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terutama pada trimester pertama (Hutahaean, 2013). Hampir 45% wanita

BAB I PENDAHULUAN. terutama pada trimester pertama (Hutahaean, 2013). Hampir 45% wanita BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap ibu hamil pada trimester pertama mengalami mual dan muntah. Keadaan ini merupakan hal yang wajar dan sering terjadi pada kehamilan terutama pada trimester pertama

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Perkembangan fase prapubertas menjadi pubertas membutuhkan jalur yang

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Perkembangan fase prapubertas menjadi pubertas membutuhkan jalur yang BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Siklus Menstruasi Remaja Perkembangan fase prapubertas menjadi pubertas membutuhkan jalur yang utuh dari hipotalamus-hipofise-ovarium. Struktur alat reproduksi, status nutrisi,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Pengertian Hiperemesis Gravidarum. lebih dari 10 kali sehari dalam masa kehamilan yang dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Pengertian Hiperemesis Gravidarum. lebih dari 10 kali sehari dalam masa kehamilan yang dapat BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Hiperemesis Gravidarum a. Pengertian Hiperemesis Gravidarum Emesis gravidarum adalah gejala yang wajar atau sering terdapat pada kehamilan trimester pertama.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh infeksi saluran napas disusul oleh infeksi saluran cerna. 1. Menurut World Health Organization (WHO) 2014, demam tifoid

BAB I PENDAHULUAN. oleh infeksi saluran napas disusul oleh infeksi saluran cerna. 1. Menurut World Health Organization (WHO) 2014, demam tifoid BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah kesehatan terbesar tidak saja di Indonesia, tetapi juga di seluruh dunia. Selain virus sebagai penyebabnya,

Lebih terperinci

Patofisiologi. ascending infection. Infeksi FAKTOR LAIN. infeksi intraamnion. Pembesaran uterus kontraksi uterus dan peregangan berulang

Patofisiologi. ascending infection. Infeksi FAKTOR LAIN. infeksi intraamnion. Pembesaran uterus kontraksi uterus dan peregangan berulang KETUBAN PECAH DINI Pengertian Ketuban pecah dini atau yang sering disebut dengan KPD adalah ketuban pecah spontan tanpa diikuti tanda-tanda persalinan, ketuban pecah sebelum pembukaan 3 cm (primigravida)

Lebih terperinci

Waspada Keracunan Phenylpropanolamin (PPA)

Waspada Keracunan Phenylpropanolamin (PPA) Waspada Keracunan Phenylpropanolamin (PPA) Penyakit flu umumnya dapat sembuh dengan sendirinya jika kita cukup istirahat, makan teratur, dan banyak mengkonsumsi sayur serta buah-buahan. Namun demikian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Diare merupakan masalah pada anak-anak di seluruh dunia. Dehidrasi dan

BAB I PENDAHULUAN. Diare merupakan masalah pada anak-anak di seluruh dunia. Dehidrasi dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diare merupakan masalah pada anak-anak di seluruh dunia. Dehidrasi dan ketidakseimbangan elektrolit pada penderita diare sering disebabkan oleh diare itu sendiri dan

Lebih terperinci

Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit. Bab 4 Batuk dan Kesulitan Bernapas Kasus II. Catatan Fasilitator. Rangkuman Kasus:

Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit. Bab 4 Batuk dan Kesulitan Bernapas Kasus II. Catatan Fasilitator. Rangkuman Kasus: Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit Bab 4 Batuk dan Kesulitan Bernapas Kasus II Catatan Fasilitator Rangkuman Kasus: Agus, bayi laki-laki berusia 16 bulan dibawa ke Rumah Sakit Kabupaten dari sebuah

Lebih terperinci

Fungsi Makanan Dalam Perawatan Orang Sakit

Fungsi Makanan Dalam Perawatan Orang Sakit P e n g e r t i a n D i e t DASAR DIETETIK M u s l i m, M P H l m u D i e t I Cabang ilmu gizi yang mengatur pemberian makan pada kelompok/perorangan dalam keadaan sehat/sakit dengan memperhatikan syarat

Lebih terperinci

Faizatul Ummah ABSTRAK

Faizatul Ummah ABSTRAK KETIDAKNYAMANAN PADA SISTEM PENCERNAAN IBU HAMIL BERDASARKAN TRIMESTER KEHAMILAN DI BPM Hj. SITI ISTRI MURTININGSIH DESA BABAT KECAMATAN BABAT KABUPATEN LAMONGAN Faizatul Ummah ABSTRAK Selama masa hamil,

Lebih terperinci

KOMPLIKASI PADA IBU HAMIL, BERSALIN, DAN NIFAS. Ante Partum : keguguran, plasenta previa, solusio Plasenta

KOMPLIKASI PADA IBU HAMIL, BERSALIN, DAN NIFAS. Ante Partum : keguguran, plasenta previa, solusio Plasenta KOMPLIKASI PADA IBU HAMIL, BERSALIN, DAN NIFAS 1. Ketuban pecah Dini 2. Perdarahan pervaginam : Ante Partum : keguguran, plasenta previa, solusio Plasenta Intra Partum : Robekan Jalan Lahir Post Partum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya kehamilan berkembang dengan normal dan. menghasilkan kelahiran bayi yang sehat dan cukup bulan melalui jalan lahir,

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya kehamilan berkembang dengan normal dan. menghasilkan kelahiran bayi yang sehat dan cukup bulan melalui jalan lahir, BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Pada umumnya kehamilan berkembang dengan normal dan menghasilkan kelahiran bayi yang sehat dan cukup bulan melalui jalan lahir, namun kadang tidak sesuai dengan

Lebih terperinci

Diabetes tipe 1- Gejala, penyebab, dan pengobatannya

Diabetes tipe 1- Gejala, penyebab, dan pengobatannya Diabetes tipe 1- Gejala, penyebab, dan pengobatannya Apakah diabetes tipe 1 itu? Pada orang dengan diabetes tipe 1, pankreas tidak dapat membuat insulin. Hormon ini penting membantu sel-sel tubuh mengubah

Lebih terperinci

Persalinan Preterm. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi

Persalinan Preterm. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi Persalinan Preterm Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi Definisi Persalinan preterm adalah perubahan serviks dan disertai kontraksi uterus yang teratur sebanyak 4 kali dalam 20

Lebih terperinci

VOLUME 1 NO. 2 (JULI DESEMBER 2016) P-ISSN: E-ISSN:

VOLUME 1 NO. 2 (JULI DESEMBER 2016) P-ISSN: E-ISSN: JURNAL ILMU KESEHATAN AISYAH STIKES AISYAH PRINGSEWU LAMPUNG VOLUME 1 NO. 2 (JULI DESEMBER 2016) P-ISSN: 2502-4825 E-ISSN: 2502-9495 KEJADIAN HIPEREMISIS GRAVIDARUM DITINJAU DARI JARAK KEHAMILAN DAN PARITAS

Lebih terperinci

Hubungan Primigravida Terhadap Kejadian Hiperemesis Gravidarum di Puskesmas Pringapus Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang Tahun 2016

Hubungan Primigravida Terhadap Kejadian Hiperemesis Gravidarum di Puskesmas Pringapus Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang Tahun 2016 Hubungan Primigravida Terhadap Kejadian Hiperemesis Gravidarum di Puskesmas Warsuli*) Mona saparwati,s.kp.,m.kep**) purbowati,s.gz.,m.gizi**)bs PROGRAM STUDI D-VI KEBIDANAN STIKES NGUDI WALUYO Email :

Lebih terperinci

Journal of Diabetes & Metabolic Disorders Review Article

Journal of Diabetes & Metabolic Disorders Review Article Journal of Diabetes & Metabolic Disorders Review Article Gestational Diabetes Mellitus : Challenges in diagnosis and management Bonaventura C. T. Mpondo, Alex Ernest and Hannah E. Dee Abstract Gestational

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tidak enak perut bagian atas yang menetap atau episodik disertai dengan keluhan

BAB 1 PENDAHULUAN. tidak enak perut bagian atas yang menetap atau episodik disertai dengan keluhan BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Dispepsia merupakan kumpulan gejala berupa keluhan nyeri, perasaan tidak enak perut bagian atas yang menetap atau episodik disertai dengan keluhan seperti rasa penuh

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. titik pericardium 6 terhadap morning sickness pada ibu hamil trimester I di

BAB V PEMBAHASAN. titik pericardium 6 terhadap morning sickness pada ibu hamil trimester I di BAB V PEMBAHASAN Berdasarkan data penelitian dan analisa hasil penelitian maka dilakukan pembahasan secara mendalam mengenai hasil penelitian. Pembahasan di fokuskan untuk menjawab permasalahan penelitian

Lebih terperinci

PREEKLAMPSIA - EKLAMPSIA

PREEKLAMPSIA - EKLAMPSIA PREEKLAMPSIA - EKLAMPSIA Dr. Budi Iman Santoso, SpOG(K) Dept. Obstetri dan ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia RS. Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta PREEKLAMPSIA - EKLAMPSIA GEJALA DAN TANDA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peradangan sel hati yang luas dan menyebabkan banyak kematian sel. Kondisi

BAB I PENDAHULUAN. peradangan sel hati yang luas dan menyebabkan banyak kematian sel. Kondisi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sirosis hati adalah penyakit hati menahun yang mengenai seluruh organ hati, ditandai dengan pembentukan jaringan ikat disertai nodul. Keadaan tersebut terjadi karena

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI 8 BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan Teori 1. Pengertian Prematur Persalinan merupakan suatu diagnosis klinis yang terdiri dari dua unsur, yaitu kontraksi uterus yang frekuensi dan intensitasnya semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kehamilan merupakan suatu proses dari kehidupan seorang wanita,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kehamilan merupakan suatu proses dari kehidupan seorang wanita, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehamilan merupakan suatu proses dari kehidupan seorang wanita, proses ini akan menyebabkan terjadinya perubahan fisik, mental, dan social yang dipengaruhi beberapa

Lebih terperinci

Hipertensi dalam kehamilan. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi

Hipertensi dalam kehamilan. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi Hipertensi dalam kehamilan Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi DEFINISI Hipertensi adalah tekanan darah sekurang-kurangnya 140 mmhg sistolik atau 90 mmhg diastolik pada dua kali

Lebih terperinci

CAROLINA SIMANJUNTAK, S.KEP, NS

CAROLINA SIMANJUNTAK, S.KEP, NS CAROLINA SIMANJUNTAK, S.KEP, NS Perubahan yg normal karena kehamilan Uterus Peningkatan dramatis dalam ukuran dan berat Kontraksi braxton hicks, dimulai pada akhir trimester I. Kontraksi ini merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan hcg mempunyai peranan penting dalam perubahan tersebut, yang salah

BAB I PENDAHULUAN. dan hcg mempunyai peranan penting dalam perubahan tersebut, yang salah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehamilan merupakan suatu anugerah yang menyenangkan bagi setiap wanita dan merupakan suatu krisis maturitas yang dapat menimbulkan stress, tetapi berharga karena

Lebih terperinci

PENANGANAN EMESIS GRAVIDARUM PADA IBU HAMIL DI BPM NUNIK KUSTANTINNA TULANGAN - SIDOARJO

PENANGANAN EMESIS GRAVIDARUM PADA IBU HAMIL DI BPM NUNIK KUSTANTINNA TULANGAN - SIDOARJO PENANGANAN EMESIS GRAVIDARUM PADA IBU HAMIL DI BPM NUNIK KUSTANTINNA TULANGAN - SIDOARJO Evi Rinata 1*, Fatchiatur Rahmah Ardillah 1 Program Studi Diploma III Kebidanan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 P a g e

BAB I PENDAHULUAN. 1 P a g e BAB I PENDAHULUAN Anemia adalah kondisi medis dimana jumlah sel darah merah atau hemoglobin kurang dari normal. Tingkat normal dari hemoglobin umumnya berbeda pada laki-laki dan wanita-wanita. Untuk laki-laki,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia, masih ditemukan berbagai masalah ganda di bidang kesehatan. Disatu sisi masih ditemukan penyakit

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia, masih ditemukan berbagai masalah ganda di bidang kesehatan. Disatu sisi masih ditemukan penyakit 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia, masih ditemukan berbagai masalah ganda di bidang kesehatan. Disatu sisi masih ditemukan penyakit akibat infeksi dan sisi yang lain banyak ditemukan masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. termasuk penyakit yang menjadi perhatian serius pada bidang kedokteran. Kanker

BAB I PENDAHULUAN. termasuk penyakit yang menjadi perhatian serius pada bidang kedokteran. Kanker BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker menjadi salah satu masalah kesehatan banyak negara di dunia dan termasuk penyakit yang menjadi perhatian serius pada bidang kedokteran. Kanker menjadi penyakit

Lebih terperinci

BAB II TINJUAN TEORI

BAB II TINJUAN TEORI 6 BAB II TINJUAN TEORI A. Tinjauan Teori 1. Hiperemesis gravidarum a. Kehamilan Kehamilan adalah proses pembuahan dalam rangka melanjutkan keturunan, sehingga menghasilkan janin yang tumbuh didalam rahim

Lebih terperinci

LAPORAN KASUS / RESUME DIARE

LAPORAN KASUS / RESUME DIARE LAPORAN KASUS / RESUME DIARE A. Identitas pasien Nama lengkap : Ny. G Jenis kelamin : Perempuan Usia : 65 Tahun T.T.L : 01 Januari 1946 Status : Menikah Agama : Islam Suku bangsa : Indonesia Pendidikan

Lebih terperinci

HEPATITIS DR.H.A.HAMID HASAN INTERNA FK.UNMAL

HEPATITIS DR.H.A.HAMID HASAN INTERNA FK.UNMAL HEPATITIS DR.H.A.HAMID HASAN INTERNA FK.UNMAL PENDAHULUAN VARIASI HEP.VIRUS TERGANTUNG JENIS A,B.C KLINIS TERGANTUNG RINGAN-BERAT DARI TIPIKAL S/D ATIPIK HEPATITIS VIRAL AKUT : 1. BENTUK KHAS / SIMPTOMATIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang aman dan melahirkan bayi yang sehat (Sarwono, 2009) dengan. harapan dapat menekan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian

BAB I PENDAHULUAN. yang aman dan melahirkan bayi yang sehat (Sarwono, 2009) dengan. harapan dapat menekan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehamilan merupakan suatu proses reproduksi yang perlu perawatan khusus agar dapat berlangsung dengan baik demi tercapainya persalinan yang aman dan melahirkan bayi

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) PENDIDIKAN KESEHATAN TANDA BAHAYA KEHAMILAN DAN PEMANTAUAN KESEJAHTERAAN JANIN

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) PENDIDIKAN KESEHATAN TANDA BAHAYA KEHAMILAN DAN PEMANTAUAN KESEJAHTERAAN JANIN SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) PENDIDIKAN KESEHATAN TANDA BAHAYA KEHAMILAN DAN PEMANTAUAN KESEJAHTERAAN JANIN Disusun Oleh : MUHAMMAD JAMAL MISHBAH 6143027 STIKES MUHAMMADIYAH KUDUS S1 Keperawatan 3A Tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dispepsia menurut kriteria Rome III didefinisikan sebagai sekumpulan gejala yang berlokasi di epigastrium, terdiri dari nyeri ulu hati atau ketidaknyamanan, bisa disertai

Lebih terperinci

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN ANAK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN ANAK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN ANAK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN S IDENTITAS PASIEN S NAMA: MUH FARRAZ BAHARY S TANGGAL LAHIR: 07-03-2010 S UMUR: 4 TAHUN 2 BULAN ANAMNESIS Keluhan utama :tidak

Lebih terperinci

Preeklampsia dan Eklampsia

Preeklampsia dan Eklampsia Preeklampsia dan Eklampsia P2KS PROPINSI SUMATERA UTARA 1 Tujuan Membahas praktek terbaik untuk mendiagnosis dan menatalaksana hipertensi, pre-eklampsia dan eklampsia Menjelaskan strategi untuk mengendalikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sirosis hepatik merupakan suatu keadaan patologis yang menggambarkan stadium akhir fibrosis hepatik yang berlangsung progresif (Nurdjanah, 2009). Sirosis hepatik merupakan

Lebih terperinci

TANDA-TANDA AWAL KEHAMILAN. Ditulis oleh Rabu, 02 May :10 -

TANDA-TANDA AWAL KEHAMILAN. Ditulis oleh Rabu, 02 May :10 - Ada banyak pertanda yang menyertai kehamilan, berdasarkan pengalaman para wanita yang telah hamil, tanda dan gejala kehamilan biasanya muncul pada minggu-minggu awal kehamilan. Berikut ini 9 tanda-tanda

Lebih terperinci

1. Keadaan umum : Pada klien hiperemesis gravidarum grade I keadaan umum klien lemah.

1. Keadaan umum : Pada klien hiperemesis gravidarum grade I keadaan umum klien lemah. 8. SOAP Di dalam memberikan asuhan lanjutan digunakan tujuh langkah manajemen varney, sebagai catatan perkembangan dilakukan asuhan kebidanan SOAP dalam pendokumentasian. Sistim pendokumentasian asuhan

Lebih terperinci

MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT MODUL - 2 PENILAIAN DAN KLASIFIKASI ANAK SAKIT UMUR 2 BULAN SAMPAI 5 TAHUN

MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT MODUL - 2 PENILAIAN DAN KLASIFIKASI ANAK SAKIT UMUR 2 BULAN SAMPAI 5 TAHUN MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT MODUL - 2 PENILAIAN DAN KLASIFIKASI ANAK SAKIT UMUR 2 BULAN SAMPAI 5 TAHUN PENDAHULUAN Seorang ibu akan membawa anaknya ke fasilitas kesehatan jika ada suatu masalah atau

Lebih terperinci

DIABETES MELITTUS APAKAH DIABETES ITU?

DIABETES MELITTUS APAKAH DIABETES ITU? DIABETES MELITTUS APAKAH DIABETES ITU? Diabetes Melitus adalah suatu penyakit dimana kadar glukosa di dalam darah tinggi karena tubuh tidak dapat menghasilkan atau menggunakan insulin secara efektif. Insulin

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Konstipasi adalah kelainan pada sistem pencernaan yang ditandai dengan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Konstipasi adalah kelainan pada sistem pencernaan yang ditandai dengan BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konstipasi adalah kelainan pada sistem pencernaan yang ditandai dengan adanya tinja yang keras sehingga buang air besar menjadi jarang, sulit dan nyeri. Hal ini disebabkan

Lebih terperinci

HIPONATREMIA. Banyak kemungkinan kondisi dan faktor gaya hidup dapat menyebabkan hiponatremia, termasuk:

HIPONATREMIA. Banyak kemungkinan kondisi dan faktor gaya hidup dapat menyebabkan hiponatremia, termasuk: HIPONATREMIA 1. PENGERTIAN Hiponatremia adalah suatu kondisi yang terjadi ketika kadar natrium dalam darah adalah rendah abnormal. Natrium merupakan elektrolit yang membantu mengatur jumlah air di dalam

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN DEMAM TIFOID

ASUHAN KEPERAWATAN DEMAM TIFOID ASUHAN KEPERAWATAN DEMAM TIFOID Definisi: Typhoid fever ( Demam Tifoid ) adalah suatu penyakit umum yang menimbulkan gejala gejala sistemik berupa kenaikan suhu dan kemungkinan penurunan kesadaran. Etiologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Parasetamol merupakan obat penurun panas dan pereda nyeri yang telah lama dikenal oleh masyarakat Indonesia. Metabolit Fenasetin ini diklaim sebagai zat antinyeri

Lebih terperinci