Peran faktor von Willebrand dalam sistem hemostasis

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Peran faktor von Willebrand dalam sistem hemostasis"

Transkripsi

1 Peran faktor von Willebrand dalam sistem hemostasis Pusparini Bagian Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti. ABSTRACT von Willebrand factor was discovered by Erik A von Willebrand in 1926, among residents of the Aland Island in Finland. vwf is an essential protein in hemostasis. It is a multimeric glycoprotein with mass range from approximately 500 to more than 10,000 kda. The mature subunit contains 2050 amino acid residues and 22 carbohydrate chains. The vwf gene consists of 180 kilobases and 52 exons. It is located at the tip of the short arm of chromosome 12 regions 12p12-12pter. The vwf synthesis is on the Weibel palade bodies in endothelial cell in α granules of platelets and megakaryocytes. There are two pathways secretion of vwf from endothelial cell, namely a constitutive pathway and regulated pathway. vwf interacts with many structure in the intracellular and extracellular matrix components. It interacts with vessel wall especially in adhesion process with platelets. Platelets have two distinct receptors for vwf; GP Ib and GP IIb-IIIa complex. The other functions, of vwf are factor VIII binding and interaction with another ligand in extracellular matrix. Key words : von Willebrand factor, hemostasis, multimeric glycoprotein ABSTRAK Faktor von Willebrand ditemukan oleh Erik A von Willebrand pada tahun 1926 pada penduduk pulau Aland di Filandia. vwf merupakan komponen yang penting dalam hemostasis. vwf merupakan glikoprotein multimer dengan BM bervariasi dari 500 kda kda. Struktur yang matur mengandung 2050 residu asam amino dan 22 rantai karbohidrat. Gen vwf terdiri dari 180 kb dan 52 ekson, terletak pada ujung lengan pendek kromosom 12 pada regio 12p12-12pter. Sintesis vwf terdapat di Weibel Palade bodies sel endotel granula alfa trombosit dan megakariosit. Sekresi vwf terjadi melalui 2 jalur yaitu konstitutif dan regulasi. vwf berinteraksi dengan dinding pembuluh darah terutama pada adhesi trombosit. Interaksi dengan trombosit melalui GP Ib dan GP IIb/IIIa. Selain itu vwf juga berperan sebagai molekul pembawa untuk faktor VIII dalam bentuk kompleks faktor VIII/vWF dan juga berinteraksi dengan ligan lain. Kata kunci : Faktor von Willebrand, hemostasis, glikoprotein multimer PENDAHULUAN Selama bertahun-tahun faktor von Willebrand (vwf) merupakan suatu komponen yang misterius dalam sistem hemostasis. (1) Faktor von Willebrand ditemukan oleh Erik A. von Willebrand dalam tahun 1926 pada penduduk pulau Aland di Finlandia. (2,3) Penduduk di daerah tersebut mengalami gangguan perdarahan berat yang berbeda dengan hemofilia klasik karena diturunkan secara autosomal dominan. Oleh von Willebrand penyakit tersebut diberi nama pseudohemofilia. Saat ini penyakit itu disebut von Willebrand disease (vwd). (2) Penyebab kelainan pada penyakit vwd masih merupakan suatu teka-teki sampai 30 tahun sesudahnya. Pada tahun 1957 dari penelitian terhadap transfusi darah diketahui penyebab vwd adalah kekurangan atau tidak adanya suatu faktor dalam plasma. (2,3) 130

2 Pada awal tahun 1970 suatu kelompok peneliti berhasil menemukan dan memurnikan protein yang dapat memperbaiki pembentukan bekuan pada plasma penderita hemofilia. (1) Struktur glikoprotein vwf berhasil diidentifikasi oleh Zimmerman pada tahun (4) Individu yang menderita hemofilia klasik mempunyai protein dalam kadar normal. Beberapa tahun kemudian diketahui antara vwf dan factor anti hemofilia (faktor VIII) mempunyai ikatan dengan afinitas yang tinggi. Oleh karena itu dahulu vwf disebut F VIII related antigen. Istilah ini masih terdapat dalam beberapa buku ajar. Saat ini telah diketahui dengan jelas bahwa F VIII dan vwf merupakan 2 molekul yang berbeda. (1) Faktor von Willebrand mempunyai peran penting dalam hemostasis primer yaitu sebagai jembatan antara endotel vaskuler dengan trombosit dan dalam hemostasis sekunder yaitu sebagai pembawa faktor VIII aktif. (1,2,5) Dalam makalah ini akan dibahas struktur, biologi molekuler, biosintesis, penyimpanan, sekresi dan interaksi vwf dengan struktur lainnya. STRUKTUR DAN BIOLOGI MOLEKULER vwf Protein multimer Faktor von Willebrand matur mempunyai struktur multimer yang merupakan gabungan beberapa oligomer. Gabungan ini bervariasi dari paling minimal 2 oligomer sampai oligomer. (5) Bentuk multimer merupakan bentuk potensial untuk tempat ikatan multipel dengan trombosit dan struktur subendotel. Berat molekul multimer ini bervariasi dari 500 kda sampai lebih dari kda. (2,5-7) Multimer dengan berat molekul kda merupakan protein plasma terlarut yang terbesar. Variasi ukuran vwf disebabkan adanya modifikasi proteolitik sesudah translasi yang mengakibatkan oligomer mengandung campuran antara subunit utuh dan terpotong. (5,8) Analisis dengan elektron mikroskop pada vwf murni memperlihatkan struktur filamen dengan diameter 2 3 nm dan panjang mencapai lebih dari 1300 nm. Oligomer vwf terbesar merupakan faktor yang paling efektif dalam adhesi dan agregasi trombosit. Molekul ini tersimpan dalam granula trombosit dan kadang terdeteksi dalam darah orang dewasa normal. (4-6) Sekuestrasi dari sirkulasi dan pelepasan vwf pada jaringan yang rusak memastikan peran multimer vwf dalam hemostasis. Multimer vwf hanya terdapat dalam jumlah terbatas di dalam darah karena dapat menyebabkan pembentukan trombus. Mekanisme keterbatasan multimer vwf di sirkulasi masih belum jelas diketahui, tetapi multimer vwf tersebut hanya aktif setelah bayi lahir. Hal ini dapat dilihat dari laporan penelitian yang menunjukkan adanya multimer dengan ukuran sangat besar pada darah fetus dan neonatus. (5,8) Subunit vwf matur mengandung 2050 residu asam amino dan 22 rantai karbohidrat. Dari 22 rantai karbohidrat tersebut 10 rantainya merupakan rantai O yang terikat residu serin dan treonin dan 12 rantai lainnya merupakan rantai N yang terikat residu asparagin. (2,6) Kandungan karbohirat pada vwf bervariasi antara 10 19%. Struktur vwf yang khas adalah adanya kandungan sistein yang tinggi yaitu 169 dari 2050 residu. Sistein ini penting dalam struktur vwf karena sistein merupakan perantara subunit menjadi struktur dengan higher order. (6) Ikatan disulfida terdapat antara 2 regio dari subunit vwf matur, ujung amino (residu ) yang mengandung 30 residu sistein dan ujung karboksil (residu ) yang mengandung 30 residu sistein. Tidak terdeteksi gugus sufhidril bebas pada vwf, sehingga diperkirakan residu sistein tidak membentuk jembatan disulfida intermolekul melainkan pada ikatan disulfida intramolekul. (2,5,6) STRUKTUR GEN DAN KLONING MOLEKULER Gen vwf terdiri dari 180 kilobasa dan 52 ekson. Gen tersebut terletak pada ujung lengan pendek kromosom 12 pada regio 12p12-131

3 12pter. (1,2,5) Sembilan belas persen urutan asam deoksiribonukleat (DNA) dan batas intron maupun ekson dari gen vwf telah diketahui. Ekson pertama hanya mengandung sekuens 5 yang ditranslasikan. (5) Ekson kedua merupakan tempat kodon inisiasi. Kotak TATA terdapat lebih hulu dari tempat inisiasi transkripsi, tetapi hilangnya kotak CCAAT atau GC merupakan hal yang tipikal dari promotor lainnya. Ekspresi gen vwf adalah spesifik jaringan dan dibatasi oleh sel endotel dan megakariosit. (1,5,8) Terdapat sekuens tambahan yang sangat homolog dengan gen vwf pada kromosom 22. Hal ini menunjukkan adanya hibridisasi silang dengan fragmen internal cdna vwf. Dengan kloning genom dan analisis sekuens, DNA ini berhasil diidentifikasi sebagai suatu pseudogen tidak terproses yang menunjukkan adanya duplikasi sebagian gen vwf dengan rentang ekson 23 sampai 34. Kedua sekuens DNA identik sampai 97%, yang menunjukkan adanya pseudogen. (2,8) Hasil translasi primer dari kloning cdna vwf adalah residu 2813 yang merupakan suatu pre-pro-vwf. Pre-provWF terdiri dari 22 residu sinyal peptida, 741 residu propeptida dan 2050 residu subunit matur. Propeptida vwf yang dahulu disebut vwf antigen II terdapat dalam plasma normal dan trombosit merupakan peptida yang berbeda dengan vwf yang matur. (2,5,8) Fungsi biologik vwf antigen II setelah terpotong dari vwf matur tidak diketahui. Molekul ini mengandung domain untuk ikatan dengan kolagen dan menghambat kolagen yang menginduksi agregasi trombosit. Dengan fungsi tersebut diperkirakan vwf antigen II mempunyai peran dalam mengatur besarnya trombi pada tempat kerusakan vaskuler yang merupakan fungsi homeostasis vwf sebagai protrombotik. (5,6) Propeptida dan subunit vwf yang matur hampir selalu dibentuk oleh 4 macam domain yaitu domain A sampai D dengan urutan dari ujung amino ke ujung karboksil sebagai berikut ; D1-D2-D -D3-A1-A2-A3-D4-B1-B2-B3-C1-C2 (gambar 1). Struktur ini menunjukkan mekanisme duplikasi dan atau shuffling ekson pada gen vwf memegang peranan penting. Batas antara ekson intron hanya menunjukkan persamaan yang sedikit pada struktur yang homolog. Hal ini menunjukkan evolusi yang kompleks. (2,5) Keempat tipe domain dari vwf terlihat pada garis teratas dengan urutan topografinya relatif linier terhadap sekuens preprovwf. Garis ke dua menunjukkan peptida pada vwf yang dimulai pada posisi 22, 741 residu vwf antigen II (sekarang disebut propeptida vwf) dan 2050 residu subunit vwf matur. Secara keseluruhan provwf mengandung 2791 residu. Garis ke tiga menunjukkan domain fungsional dari vwf dan molekul yang berinteraksi dengannya. Batas tiap domain ditandai dengan urutan amino dan karboksil (S,R,V,K,G,R,E). Skema paling bawah menunjukkan hal yang lebih rinci dari ke tiga domain vwf, dengan lengkung antar rantai pada A1 dan A3. Residu sistein diberi tanda dengan titik hitam dan nomor dari residu pada sekuens subunit vwf matur. O linked sugar ditandai dengan lingkaran putih o. N linked sugar ditandai dengan lingkaran yang berisi.( ) Keempat domain D panjangnya 360 residu dan tiap domain mengandung 32 sampai 36 sistein. Propeptida vwf dibentuk oleh 2 domain D yaitu D1 dan D2, diikuti dengan ujung amino subunit vwf matur, yang mengandung domain D (residu 1 102) diikuti dengan domain D3 (residu ). Domain D menunjukkan kesamaan sekuens satu dengan yang lain. Lokasi dari residu sistein tetap sehingga diperkirakan domain ketiga mempunyai struktur yang sama. Residu sistein pada domain D3 mungkin berperan dalam ikatan disulfida intermolekuler yang diperlukan untuk pembentukan multimer, di mana D1,D,D2 dan D4 terlibat dalam ikatanintramolekuler. (5,6) Pengulangan domain A merupakan struktur rangkap tiga secara internal dengan rentang antara residu dari subunit vwf matur. Struktur yang mirip dengan vwf juga terdapat pada protein lain seperti integrin (Mac-1, LFA- 132

4 1, p150,95, VLA-2), komponen matriks ekstraseluler ( protein matriks kartilago, kolagen VI), dan komponen dari sistem komplemen (C2, faktor B). Protein yang memiliki minimal satu domain A seperti subunit α dari VLA-2 merupakan kompleks reseptor heterodimer yang dikenal sebagai GP Ia-IIa akan berinteraksi dengan kolagen. Beberapa cetakan dari domain A pada rantai α3 dari kolagen tipe VI juga berperan dalam interaksi dengan kolagen tipe lainnya. Walaupun terdapat persamaan dalam ikatan ligan, domain A dalam protein yang berbeda mempunyai struktur tambahan tersendiri yang menyebabkan terjadinya spesifitas tertentu. (5,6) Domain A1 vwf mengandung ikatan disulfida antara Cys509-Cys695 yang membentuk lengkung dengan 185 residu (tidak termasuk kedua residu sistein). Domain A3 juga mengandung ikatan disulfida antara Cys923 Cys1109 yang membentuk lengkung dengan panjang yang sama dengan domain A1. Domain A2 vwf mempunyai persamaan dengan A1 dan A3 pada sekuens awal tetapi tidak mempunyai lingkaran disulfida. (5,6) Domain C vwf mempunyai persamaan sekuens dengan trombospodin dan prokolagen alfa tipe I dan III. Domain C1 vwf mengandung sekuens Arg-Gly-Asp yang merupakan tempat untuk reseptor adhesi bagi superfamili integrin. Superfamili integrin ini juga berinteraksi dengan trombospodin dan kolagen. (5,6) BIOSINTESIS vwf Sel endotel Pengetahuan mengenai biosintesis dari vwf berasal dari penelitian dengan kultur sel endotel. Penelitian ini sangat berguna untuk menunjukkan bahwa endotel dari vaskuler yang berbeda memperlihatkan perbedaan dalam sintesis, penyimpanan dan pola sekresi vwf. (5) Radiasi telah diketahui menyebabkan peningkatan pelepasan vwf dari kultur sel endotel dalam waktu 24 jam setelah terpapar radiasi dengan dosis 10 Gy. Mekanisme terjadinya hal tersebut belum diketahui dengan jelas. Laporan penelitian dari Jahroudi seperti dikutip oleh Verheij dkk (9) memperlihatkan bahwa radiasi menginduksi peningkatan mrna vwf. Selain itu radiasi juga menginduksi regio promoter gen vwf. (10) Sesudah translasi mrna, provwf mengalami proses postranslasi untuk menghasilkan multimer vwf. Langkah awal adalah penggabungan monomer provwf menjadi bentuk dimer melalui jembatan disulfida intermolekul. Glikosilasi N linked yang tepat penting untuk stabilisasi penggabungan intermolekul. Seratus lima puluh satu residu terakhir pada subunit vwf merupakan struktur satu-satunya yang diperlukan untuk dimerisasi. Pada aparatus golgi dan atau setelah melewatinya, propeptida mengalami proses menjadi struktur yang lebih kompleks melalui ikatan dengan residu sistein pada ujung amino tiap subunit matur. (2,3,6) PH yang asam dan logam bervalensi dua penting untuk multimerisasi vwf. Koekspresi dari propeptida dan vwf yang matur pada plasmid yang berbeda dapat membentuk multimer, berdasarkan peran dari propeptida. Dalam keadaan normal propeptida terlepas sebelum sekresi, tetapi hal ini tidak selalu terjadi dalam proses multimerisasi atau sekresi. Dengan terbentuknya multimer vwf, subunit matur dimodifikasi dengan penambahan 12 N linked dan 10 O linked rantai karbohidrat. Struktur N linked karbohidrat yang spesifik dimodifikasi dengan gugus sulfat. Kegunaan proses postranslasi ini pada peran vwf perlu dipelajari lebih lanjut. (2,3,6) Penggabungan nonkovalen dengan faktor VIII merupakan langkah akhir pembentukan kompleks faktor VIII/vWF yang terjadi setelah vwf dari sel endotel dilepaskan ke sirkulasi. Tempat utama sintesis faktor VIII in vivo belum diketahui dengan jelas, tetapi mrna faktor VIII telah terdeteksi di hati, limpa dan ginjal. mrna faktor VIII tidak dijumpai pada endotel yang menghasilkan faktor vwf. Adanya lokalisasi sintesis yang berbeda antara faktor VIII dan vwf membuktikan bahwa interaksi antara kedua protein tersebut terjadi 133

5 setelah keduanya dilepaskan dari sel penghasil. Propeptida vwf (vwf : Ag II) berperan penting dalam pembentukan tempat ikatan fungsional dengan faktor VIII. Propeptida yang tidak terlepas dari vwf akan menyebabkan gangguan vwf berikatan dengan faktor VIII. (5,6) Megakariosit Sintesis vwf oleh megakariosit belum dipelajari secara rinci tetapi diasumsikan analog dengan pada endotel. Perbedaan antara vwf yang dihasilkan megakariosit dan endotel adalah vwf yang dihasilkan megakariosit akan dilepaskan secara konstitutif dan sintesis dari vwf hanya dalam granula alfa. (3,5) PENYIMPANAN DAN SEKRESI vwf Berlainan dengan sebagian besar protein, vwf mempunyai lebih dari satu jalur sekresi dari sel endotel. Jalur tersebut yaitu jalur konstitutif yang berkaitan langsung dengan sintesis vwf dan jalur regulasi yang melibatkan penyimpanan molekul matur pada granula yang tepat dan pelepasannya setelah adanya rangsang tertentu. (5,6,10) Pada megakariosit dan trombosit hanya jalur regulasi yang berperan untuk sekresi vwf in vivo. Hampir sebagian besar vwf yang disintesis oleh kultur sel endotel disekresi melalui jalur konstitutif. Sel endotel melepas vwf kedua arah, pertama luminal yaitu ke sirkulasi darah atau ke dua abluminal yaitu ke matriks subendotel di dinding vaskuler. Terdapat dua organel tempat penyimpanan vwf yaitu di dalam Weibel Palade bodies sel endotel dan di granula alfa megakariosit dan trombosit. (6,8,10) Weibel Palade bodies Weibel Palade bodies merupakan organel dengan struktur berbentuk batang di sel endotel dan merupakan turunan dari aparatus Golgi. Analisis dengan mikroskop elektron memperlihatkan bahwa Weibel Palade bodies dibentuk oleh tubulus longitudinal yang dikelilingi oleh suatu membran. Tubulus ini mungkin menggambarkan vwf multimer yang ditata secara longitudinal. Mekanisme yang menentukan sintesis molekul vwf yang baru dipersiapkan untuk sekresi konstitutif atau untuk disimpan dalam granula masih belum diketahui. Propeptida vwf diperkirakan berperan dalam pembentukan Weibel Palade bodies, tetapi penelitian mengenai hal ini masih diperdebatkan. (3,5,11) Selain vwf dan vwf Ag II terdapat protein lain dalam Weibel Palade bodies yaitu P (platelet) selektin. Dahulu P selektin disebut sebagai GMP 140 atau PADGEM, suatu sel molekul adhesi yang berperan dalam interaksi leukosit dengan sel endotel dan trombosit. (3,5,11) Faktor von Willebrand yang tersimpan dalam Weibel Palade bodies dibentuk oleh multimer terbesar. Secara umum diketahui bahwa vwf yang diproses melalui jalur konstitutif tidak mengalami multimerisasi. Hal ini mungkin disebabkan vwf yang dilepaskan oleh kultur sel endotel baik secara konstitutif maupun setelah stimulasi relatif terdiri dari spesies besar yang homogen daripada multimer yang terdapat di plasma. Heterogenitas multimer vwf terjadi setelah sekresi dari sel endotel. (2,3,5,6) Pengaturan sekresi vwf yang tersimpan dari sel endotel terjadi sebagai respons terhadap beberapa agonis seperti histamin, estrogen, trombin dan fibrin. Sekresi vwf secara lokal mungkin juga terjadi pada daerah inflamasi. Interferon γ dan tumor nekrosis faktor mengatur respons endotel dengan mengurangi sintesis, penyimpanan dan pelepasan vwf selama proses inflamasi atau imunologi. Sejumlah substansi vasoaktif seperti epinefrin dapat juga menyebabkan pelepasan vwf ke dalam sirkulasi tetapi tidak aktif dalam kultur sel endotel. Hal ini menunjukkan bahwa perannya diperantarai oleh satu atau lebih molekul lain yang tidak terdapat dalam sistem in vitro. (3,5,6) Granula α trombosit Tempat kedua penyimpanan vwf adalah dalam granula α trombosit. Trombosit menyimpan 20% dari total vwf yang terdapat di dalam darah 134

6 dan kebanyakan dari vwf tersebut dilepaskan pada tempat terjadinya trauma selama proses aktivasi trombosit. Granula α trombosit mengandung berbagai molekul seperti fibrinogen, trombospodin dan fibronektin. Pemeriksaan granula α trombosit dengan elektron mikroskop memperlihatkan adanya struktur tubulus yang mirip dalam Weibel Palade bodies sel endotel. Dalam granula α trombosit struktur ini merupakan multimer vwf yang berikatan sangat kuat dalam susunan longitudinal yang terlihat hanya sebagai bagian kecil organel. (3,5,6) HUBUNGAN STRUKTUR DAN FUNGSI VWF Fungsi biologik vwf tergantung pada domain yang berbeda dalam subunit konstitutif, yang mengandung struktur elemen tertentu yang penting dalam menentukan spesifitas dan afinitas pada tiap interaksi yang berbeda. Fungsi utama domain tersebut telah berhasil diidentifikasi (gambar 1), demikian pula karakteristik struktur dan biokimiawi vwf telah diketahui. (6) Gambar 1. Skema struktur pre-provwf dan domain fungsional pada vwf yang matur. (5) 135

7 Interaksi vwf dengan dinding pembuluh darah Dalam perannya sebagai perantara adhesi trombosit, vwf berfungsi sebagai jembatan antara komponen dinding pembuluh darah dan reseptor spesifik pada permukaan trombosit. Faktor von willebrand yang secara konstitutif terdapat pada subendotel dapat memperantarai adhesi trombosit, tetapi kurang optimal untuk suatu proses awal hemostasis. Dengan demikian diketahui bahwa vwf dalam plasma juga diperlukan untuk fase awal respons trombosit terhadap trauma vaskuler. (12-14) Belum diketahui dengan jelas penyebab adhesi trombosit pada subendotel mengikat vwf sedangkan vwf yang terlarut tidak mengikat trombosit. Diketahui perubahan pada regio A1 dari molekul vwf mengakibatkan peningkatan afinitas terhadap reseptor GP Ib dan mengawali adhesi trombosit pada tempat terjadinya trauma vaskuler. Selain itu ternyata tahanan geser cairan (fluid shear forces) juga berperan pada perubahan tempat ikatan dengan GP Ib pada domain vwf dan mengawali adhesi trombosit dan pembentukan trombus. (9,13,14) Struktur matriks subendotel juga berperan dalam trauma vaskuler. Dilaporkan bahwa vwf berikatan dengan kolagen dengan berbagai tipe. Kolagen yang banyak dipelajari antara lain kolagen tipe I yang terdapat pada lapisan terdalam dalam dinding pembuluh darah dan hanya terpapar bila terdapat trauma berat. Selain itu juga telah dipelajari kolagen tipe III, yang terdapat pada subendotel dan merupakan tempat ikatan vwf setelah terdapat trauma vaskuler. (9,14) Fungsi vwf berikatan dengan kolagen terdapat pada dua dari tiga tipe domain A yaitu domain A1 dan A3 (gambar 1) terutama residu dan Homologi internal antara kedua sekuens (residu dan ) menunjukkan bahwa kedua tempat tersebut terdapat hubungan yang erat secara struktur. Domain A1 dan A3 masing-masing mengandung lingkaran rantai disulfida dengan panjang yang identik (185 residu tidak termasuk dua residu sistein) mungkin penting pada peran vwf berikatan dengan kolagen. (5,12) Faktor von Willebrand juga berinteraksi dengan komponen nonkolagen di subendotel, seperti struktur mikrofibrilar. Kolagen tipe VI yang terdapat dalam mikrofibrilar jaringan vaskuler resisten terhadap degradasi oleh enzim kolagenase bakteri. Struktur ini diketahui dapat berikatan dengan vwf yang merupakan struktur nonkolagen alami. (5,9,14) Proteoglikan juga mempunyai andil dalam proses ikatan antara vwf dengan jaringan subendotel. Satu-satunya penelitian yang mendukung hipotesis ini berdasarkan adanya interaksi antara vwf dengan heparin. Heparin bukan merupakan suatu zat fisiologis yang berperan pada proses ini karena ternyata heparin berada di dalam sel mast. Domain A1 vwf mengandung tempat ikatan dengan heparin terletak pada regio lengkung antara residu Cys 509-Cys 695 (gambar 1). Tempat ikatan dengan heparin yang lain dengan afinitas yang lebih rendah terletak pada asam amino ke 272 dari subunit vwf yang matang pada domain tersebut juga mengandung tempat ikatan dengan faktor VIII. (5,9,14) Interaksi vwf dengan trombosit Trombosit mempunyai dua reseptor berbeda untuk vwf yaitu GP 1b pada kompleks GP 1b- IX-V dan kompleks GP IIb-IIIa. GP 1b berperan pada kontak awal antara trombosit dengan permukaan yang trombogenik dan pembentukan sinyal pengaktibasi. GP IIb-IIIa berikatan dengan vwf setelah trombosit teraktivasi dan memperantarai penyebaran trombosit pada permukaan pembuluh darah serta berperan pada agregasi trombosit. (5,8,12) Interaksi dengan GP Ib Bukti penelitian yang berdasarkan pada peptida sintetis dan antibodi monoklonal menunjukkan terdapat dua regio yang terlibat dalam ikatan antara GP 1b dan vwf yaitu pada residu (batas antara domain D3 dan 136

8 domain A1) dan (domain A1). Penelitian lain menunjukkan terdapat regio dari molekul vwf yang memperantarai hubungan terhadap residu pada domain A1 yang berperan pada ikatan dengan GP 1b. (4,8,9,12) Pengaturan ikatan antara vwf dan GP 1b sangat penting karena kedua komponen tersebut terdapat dalam sirkulasi darah tanpa terjadi interaksi antara keduanya pada keadaan normal sampai mekanisme hemostasis diawali pada tempat trauma. Lengkung disulfida pada domain A1 dari vwf berperan pada perubahan afinitas terhadap GP 1b. Pengenalan terhadap GP 1b mungkin terletak pada residu sistein sedangkan modulasi terhadap afinitas interaksinya terdapat pada bagian tengah dari lengkung. (4,8,9) Interaksi dengan GP IIb-IIIa Tahun 1984, Pierschbacher dan Ruoslahti melaporkan bahwa tetrapeptida Arg-Gly-Asp-Ser dapat menyebabkan adhesi sel dengan fibronektin. 15 Ternyata urutan asam amino tersebut (kadang-kadang dengan asam amino yang berbeda sebagai pengganti serin) terdapat pada beberapa protein yang berperan pada mekanisme adhesi, meliputi ujung karboksil dari subunit vwf. Antibodi antipeptida monoklonal yang berikatan dengan epitop meliputi satu atau lebih residu Arg 1744, gly 1745 atau Asp 1746, menghambat ikatan vwf dengan glikoprotein IIb- IIIa. Antibodi ini spesifik untuk vwf dan tidak bereaksi silang dengan ligan GP IIb-IIIa yang lain yang mengandung urutan Arg-Gly-Asp yang sama. (5,6,8,9,12) Terdapat integrasi fungsional dalam molekul vwf yaitu pada pembentukan trombus pada tempat dengan tahanan geser yang tinggi memerlukan interaksi dengan GP Ib dan GP Ib- IIIa. Interaksi vwf dengan GP Ib tidak tergantung aktivasi trombosit sedangkan ikatan dengan GP IIb-IIIa hanya terjadi setelah trombosit teraktivasi. Pada molekul vwf sendiri terdapat mekanisme pengaturan yaitu ikatan dengan GP Ib dapat merangsang sinyal untuk aktivasi GP IIb-IIIa walaupun tanpa adanya agonis lainnya. Jadi vwf dapat menimbulkan dan merangsang pembentukan trombus. (5,6,8) Interaksi vwf dengan faktor VIII dan komponen lain yang berperan dalam pembentukan bekuan Faktor VIII dapat beredar di sirkulasi darah dengan waktu paruh yang cukup panjang bila berikatan dengan vwf. Tempat vwf berikatan dengan F VIII terletak antara asam amino dengan peran yang terpenting pada asam amino Adanya subtitusi dengan asam amino yang berbeda pada asam amino 28 (Thr Met), 53 (Arg Trp) dan 91 (Arg gln) berakibat penurunan kemampuan ikatan dengan FVIII. (4,7,9,12,16) Setelah mekanisme hemostasis teraktivasi vwf akan berperan sebagai kofaktor yang mempercepat pemecahan rantai ringan F VIII. Proses tersebut menyebabkan disosiasi kompleks F VIII/ vwf sehingga F VIII dapat menjadi F VIIIa dan berperan dalam pembentukan F Xa. F VIII yang berada dalam kompleks dengan vwf akan terlindungi dari degradasi oleh protein C aktif sampai F VIII menjadi F VIIIa. (4,7,12,16) Fibrin akan terbentuk pada tempat di mana pembuluh darah mengalami trauma bila mekanisme koagulasi teraktivasi. Interaksi dengan vwf berpengaruh terhadap kecepatan pembentukan dan stabilitas dari sumbat trombosit. Multimer vwf yang besar akan berikatan dengan fibrin baik yang berikatan silang maupun yang tidak. Selain itu multimer tersebut akan berikatan dengan rantai α dari fibrin melalui reaksi transglutaminasi yang dikatalisis F VIII. Sampai saat ini belum diketahui asam amino dari vwf yang berperan dalam proses ini. Oleh karena vwf merupakan protein yang normal terdapat pada dinding pembuluh darah, interaksi tersebut mungkin penting dalam stabilisasi bekuan yang terbentuk pada endotel. VWF juga berperan dalam penempelan trombosit dengan bekuan fibrin. Reseptor GP Ib pada trombosit berperan dalam mekanisme tersebut. GP Ib dan GP IIb- IIIa berperan dalam adhesi trombosit ke fibrin 137

9 dalam sirkulasi darah. Sampai saat ini masih belum diketahui apakah fibrin monomer dapat berikatan dengan GP Ib langsung atau hanya melalui VWF. (5,6,8) Interaksi dengan ligan lain VWF berikatan dengan glikolipid sulfat, suatu struktur yang terdapat pada permukaan trombosit dan berperan pada interaksi antara trombosit dan vwf. Tempat ikatannya terdapat pada domain A1 antara Cys 509-Cys 695 yang juga berperan pada ikatan antara vwf dan GP Ib. Pada tempat tersebut juga terdapat tempat ikatan dengan heparin dan kolagen. Tempat interaksi dengan sulfatida berbeda dengan tempat ikatan dengan heparin dan kolagen. (8,14) KESIMPULAN Pengetahuan mengenai struktur, biologi molekuler dan fungsi dari masing-masing domain vwf secara terperinci sangat penting dalam hemostasis dan trombosis. Ikatan antara vwf dan Gp Ib saat ini dikembangkan sebagai sasaran untuk pengobatan antitrombotik karena dapat menghambat aktivasi trombosit. Demikian pula dengan dikembangkannya obat-obatan anti trombosit lain yang bekerja sebagai anti GP IIb- IIIa. Daftar Pustaka. 1. Sadler JE. Von Willebrand Factor. J. Biol. Chem 1991; 266: Mohri H, Fujimura Y, Shima M, Yoshioka A, Houghten RA,Ruggeri ZM, et al. Structure of the von Willebrand factor domain interacting with glycoprotein Ib. J Biol Chem 1988; 263: Ruggeri ZM. Structure and function of von Willebrand factor. Thromb Haemostasis 1999; 82: Lynch DC, Zimmerman TS, Ruggeri ZM. Von Willebrand factor, now cloned. British J haematol 1986; 64: Pearson JD. The control of production and release of haemostatic factors in the endothelial cel. Bailliere s Clin Haematol 1993; 6: Ruggeri ZM, Ware J. Von Willebrand Factor. Faseb J 1993; 7: Visher UM, Wagner DD. Von Willebrand factor proteolytic processing and multimerization precede the formation of Weibel Palade bodies. Blood 1994; 83: Weiss HJ. Flow related platelet deposition on subendothelium. Thromb Haemostasis 1995; 74: Verheij M, Dewit L. Radiation induced von Willebrand factor release. Blood 1997; 90: Galbusera M, Zoja C, Donadelli R, Paris S, Morigi M, Benigni A, et al. Fluid shear stress modulates von Willebrand factor release from human vascular endothelium. Blood 1997; 90: Hawiger J. Adhesive interactions of blood cells and the vascular wall. In: Colman RW, Hirsh J, Marder VJ, Salzman EW, editors. Haemostasis and thrombosis : Basic principles and clinical practice. 3 rd ed.philadelphia: Lippincott company; 1994.p Ruggeri ZM. Von Willebrand factor as a target for antithrombotic intervention. Circulation 1992; 86(suppl III): Montalescot G, Philippe F, Ankri A, Vicaut E, Bearez E, Poulard JE, et al. Early increase of von Willebrand factor predicts adverse outcome in unstable coronary artery disease. Circulation 1998; 98: Furlan M, Lammle B. Von Willebrand factor in thrombotic thrombocytopenic purpura. Thromb Haemostasis 1999; 82: Pierschbacher MD, Ruoslahti E. Cell attachment activity of fibronectin can be dupicated by small synthetic fragments of the molecule. Nature 1984; 309: Ruggeri ZM. Von Willebrand factor. J Clin Invest 1997; 100(suppl): S

BAB V HEMOSTASIS Definisi Mekanisme hemostasis Sistem koagulasi

BAB V HEMOSTASIS Definisi Mekanisme hemostasis Sistem koagulasi BAB V HEMOSTASIS Definisi Hemostasis adalah mekanisme tubuh untuk menghentikan perdarahan karena trauma dan mencegah perdarahan spontan. Hemostasis juga menjaga darah tetap cair. Mekanisme hemostasis Jika

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Darah terdiri atas 2 komponen utama yaitu plasma darah dan sel-sel darah.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Darah terdiri atas 2 komponen utama yaitu plasma darah dan sel-sel darah. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Darah Darah merupakan komponen esensial makhluk hidup, mulai dari binatang hingga manusia. Dalam keadaan fisiologik, darah selalu berada dalam pembuluh darah sehingga

Lebih terperinci

Migrasi Lekosit dan Inflamasi

Migrasi Lekosit dan Inflamasi Migrasi Lekosit dan Inflamasi Sistem kekebalan bergantung pada sirkulasi terusmenerus leukosit melalui tubuh Untuk Respon kekebalan bawaan - berbagai limfosit, granulosit, dan monosit dapat merespon Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sel trombosit berbentuk discus dan beredar dalam sirkulasi darah tepi dalam

BAB I PENDAHULUAN. Sel trombosit berbentuk discus dan beredar dalam sirkulasi darah tepi dalam 1.1. LATAR BELAKANG PENELITIAN BAB I PENDAHULUAN Sel trombosit berbentuk discus dan beredar dalam sirkulasi darah tepi dalam keadaan tidak mudah melekat (adhesi) terhadap endotel pembuluh darah atau menempel

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Trombosit 1. Asal Trombosit Trombosit dihasilkan di dalam sumsum tulang dengan cara melepaskan diri (fragmentasi) dari perifer sitoplasma sel induknya (megakariosit) melalui

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kontributor utama terjadinya aterosklerosis. Diabetes mellitus merupakan suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. kontributor utama terjadinya aterosklerosis. Diabetes mellitus merupakan suatu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada pasien Diabetes Mellitus tipe 2 adalah insiden kardiovaskuler yang didasari oleh proses aterosklerosis. Peningkatan Agregasi

Lebih terperinci

PERBEDAAN SEL EUKARIOTIK DAN PROKARIOTIK

PERBEDAAN SEL EUKARIOTIK DAN PROKARIOTIK PERBEDAAN SEL EUKARIOTIK DAN PROKARIOTIK EDITOR : VENNA AGATHA DESTRIANASARI NIM : G1C015011 PROGRAM STUDI DIV ANALIS KESEHATAN FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG

Lebih terperinci

Mekanisme Pembekuan Darah

Mekanisme Pembekuan Darah Mekanisme Pembekuan Darah Pada pembuluh darah yang rusak, kaskade koagulasi secara cepat diaktifasi untuk menghasilkan trombin dan akhirnya untuk membentuk solid fibrin dari soluble fibrinogen, memperkuat

Lebih terperinci

Kasus Penderita Diabetes

Kasus Penderita Diabetes Kasus Penderita Diabetes Recombinant Human Insulin Marlia Singgih Wibowo School of Pharmacy ITB Sejak Banting & Best menemukan hormon Insulin pada tahun 1921, pasien diabetes yang mengalami peningkatan

Lebih terperinci

Asam nukleat dan Protein Aliran informasi genetik

Asam nukleat dan Protein Aliran informasi genetik Asam nukleat dan Protein Aliran informasi genetik Pustaka: Glick, BR and JJ Pasternak, 2003, Molecular Biotechnology: Principles and Applications of Recombinant DNA, ASM Press, Washington DC, hal. 23-46

Lebih terperinci

BAB 2 TERMINOLOGI SITOKIN. Sitokin merupakan protein-protein kecil sebagai mediator dan pengatur

BAB 2 TERMINOLOGI SITOKIN. Sitokin merupakan protein-protein kecil sebagai mediator dan pengatur BAB 2 TERMINOLOGI SITOKIN Sitokin merupakan protein-protein kecil sebagai mediator dan pengatur immunitas, inflamasi dan hematopoesis. 1 Sitokin adalah salah satu dari sejumlah zat yang disekresikan oleh

Lebih terperinci

IMUNITAS HUMORAL DAN SELULER

IMUNITAS HUMORAL DAN SELULER BAB 8 IMUNITAS HUMORAL DAN SELULER 8.1. PENDAHULUAN Ada dua cabang imunitas perolehan (acquired immunity) yang mempunyai pendukung dan maksud yang berbeda, tetapi dengan tujuan umum yang sama, yaitu mengeliminasi

Lebih terperinci

ketebalan yang berbeda-beda dan kadang sangat sulit ditemukan dengan mikroskop. Namun, ada bukti secara kimiawi bahwa lamina inti benar-benar ada di

ketebalan yang berbeda-beda dan kadang sangat sulit ditemukan dengan mikroskop. Namun, ada bukti secara kimiawi bahwa lamina inti benar-benar ada di Membran Inti Inti sel atau nukleus sel adalah organel yang ditemukan pada sel eukariotik. Organel ini mengandung sebagian besar materi genetik sel dengan bentuk molekul DNA linear panjang yang membentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Systemic Inflammatory Response Syndrome (SIRS) dan sepsis merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas di Intensive Care Unit (ICU). Tingginya biaya perawatan,

Lebih terperinci

MENJELASKAN STRUTUR DAN FUNGSI ORGAN MANUSIA DAN HEWAN TERTENTU, KELAINAN/ PENYAKIT YANG MUNGKIN TERJADI SERTA IMPLIKASINYA PADA SALINGTEMAS

MENJELASKAN STRUTUR DAN FUNGSI ORGAN MANUSIA DAN HEWAN TERTENTU, KELAINAN/ PENYAKIT YANG MUNGKIN TERJADI SERTA IMPLIKASINYA PADA SALINGTEMAS MENJELASKAN STRUTUR DAN FUNGSI ORGAN MANUSIA DAN HEWAN TERTENTU, KELAINAN/ PENYAKIT YANG MUNGKIN TERJADI SERTA IMPLIKASINYA PADA SALINGTEMAS KD 3.8. Menjelaskan mekanisme pertahanan tubuh terhadap benda

Lebih terperinci

AKTIVITAS GEN DAN PENGATURANNYA: SINTESIS PROTEIN. dr. Arfianti, M.Biomed, M.Sc

AKTIVITAS GEN DAN PENGATURANNYA: SINTESIS PROTEIN. dr. Arfianti, M.Biomed, M.Sc AKTIVITAS GEN DAN PENGATURANNYA: SINTESIS PROTEIN dr. Arfianti, M.Biomed, M.Sc Protein Working molecules of the cells Action and properties of cells Encoded by genes Gene: Unit of DNA that contain information

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. banyak negara tropis dan subtropis. Penyakit ini disebabkan oleh virus dengue

BAB 1 PENDAHULUAN. banyak negara tropis dan subtropis. Penyakit ini disebabkan oleh virus dengue BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam berdarah dengue (DBD) merupakan masalah kesehatan utama di banyak negara tropis dan subtropis. Penyakit ini disebabkan oleh virus dengue dari genus Flavivirus,

Lebih terperinci

DEPARTEMEN FARMAKOLOGI

DEPARTEMEN FARMAKOLOGI FARMAKOLOGI HEMOSTASIS D SAEFUL HIDAYAT DEPARTEMEN FARMAKOLOGI & TERAPEUTIKA USU HEMOSTASIS SISTEM PENGHENTIAN PERDARAHAN, TERGANGGU KEMATIAN 1. PRIMER : PENGHENTIAN PERDARAHAN 2. SEKUNDER: PEMBEKUAN DARAH

Lebih terperinci

PROSTAGLANDIN DAN ZAT- ZAT SEJENISNYA

PROSTAGLANDIN DAN ZAT- ZAT SEJENISNYA PROSTAGLANDIN DAN ZAT- ZAT SEJENISNYA Prostaglandin Asam lemak essential sebagai bahan baku pembentuk prostaglandin,protaclyn,thromboxan dan leukotrin Dihasilkan oleh semua sel tubuh dan jaringan Rangsangan-rangsangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Asam Asetilsalisilat (AAS) merupakan turunan dari asam salisilat yang ditemukan dari ekstraksi kulit pohon Willow Bark (Miller et al.,1978). AAS diperoleh dengan mereaksikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kematian ibu, disamping perdarahan dan infeksi. Dari kelompok hipertensi

BAB I PENDAHULUAN. kematian ibu, disamping perdarahan dan infeksi. Dari kelompok hipertensi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hipertensi dalam kehamilan merupakan penyebab 3 besar kematian ibu, disamping perdarahan dan infeksi. Dari kelompok hipertensi dalam kehamilan, syndrom preeklampsia,

Lebih terperinci

Urutan mekanisme hemostasis dan koagulasi dapat dijelaskan sebagai berikut:

Urutan mekanisme hemostasis dan koagulasi dapat dijelaskan sebagai berikut: MEKANISME HEMOSTASIS Urutan mekanisme hemostasis dan koagulasi dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Segera setelah pembuluh darah terpotong atau pecah, rangsangan dari pembuluh darah yang rusak itu menyebabkan

Lebih terperinci

REGULASI EKSPRESI GEN PADA ORGANISME EUKARYOT

REGULASI EKSPRESI GEN PADA ORGANISME EUKARYOT REGULASI EKSPRESI GEN PADA ORGANISME EUKARYOT Morfologi dan fungsi berbagai tipe sel organisme tingkat tinggi berbeda, misalnya: neuron mamalia berbeda dengan limfosit, tetapi genomnya sama Difenrensiasi

Lebih terperinci

EKSPRESI GEN. Kuliah ke 5 Biologi molekuler Erlindha Gangga

EKSPRESI GEN. Kuliah ke 5 Biologi molekuler Erlindha Gangga EKSPRESI GEN Kuliah ke 5 Biologi molekuler Erlindha Gangga Mengalirnya informasi dari DNA menuju protein tidak dapat berjalan secara langsung. Pertama DNA akan digunakan sebagai model / cetakan dalam sintesis

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Penurunan jumlah ookista dalam feses merupakan salah satu indikator bahwa zat yang diberikan dapat berfungsi sebagai koksidiostat. Rataan jumlah ookista pada feses ayam berdasarkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Darah adalah bagian dari tubuh yang berbentuk cair dengan jumlah %

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Darah adalah bagian dari tubuh yang berbentuk cair dengan jumlah % BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Darah Darah adalah bagian dari tubuh yang berbentuk cair dengan jumlah 60 80 % dari berat badan, viskositas darah 4,5 kali lebih besar daripada air. Darah terdiri

Lebih terperinci

makalah pembekuan darah

makalah pembekuan darah makalah pembekuan darah A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Dalam kehidupan sehari hari, selalu saja ada kemungkinan rusak kesinambungan dinding pembuluh darah. Kecelakaan seperti luka tertusuk benda runcing,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. trauma, penyakit periodontal, impaksi dan kebutuhan perawatan. dipisahkan dari jaringan lunak yang mengelilinginya menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. trauma, penyakit periodontal, impaksi dan kebutuhan perawatan. dipisahkan dari jaringan lunak yang mengelilinginya menggunakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ekstraksi gigi dilakukan untuk sejumlah alasan, termasuk karies, trauma, penyakit periodontal, impaksi dan kebutuhan perawatan ortodontik. 1 Ekstraksi dicapai

Lebih terperinci

Sintesa protein (ekspresi gen)

Sintesa protein (ekspresi gen) 1. SINTESA PROTEIN Sintesa protein (ekspresi gen) Merupakan proses dimana DNA mengekspresikan gen nya Secara umum melibatkan dua tahap yaitu TRANSKRIPSI dan TRANSLASI Pada eukaryot, pengendalian ekspresi

Lebih terperinci

Polimerase DNA : enzim yang berfungsi mempolimerisasi nukleotidanukleotida. Ligase DNA : enzim yang berperan menyambung DNA utas lagging

Polimerase DNA : enzim yang berfungsi mempolimerisasi nukleotidanukleotida. Ligase DNA : enzim yang berperan menyambung DNA utas lagging DNA membawa informasi genetik dan bagian DNA yang membawa ciri khas yang diturunkan disebut gen. Perubahan yang terjadi pada gen akan menyebabkan terjadinya perubahan pada produk gen tersebut. Gen sering

Lebih terperinci

III. SINYAL TRANSDUKSI

III. SINYAL TRANSDUKSI III. SINYAL TRANSDUKSI III.a. pengantar jalur sinyal Sel-sel mengatur aktivitasnya utk beradaptasi dg perubahan kondisi lingkungan Organisme yg hidup bebas (spt ragi dan bakteri) merespon perubahan suhu,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. udara maupun zat buangan yang ada di dalam tubuh. Volume darah pada manusia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. udara maupun zat buangan yang ada di dalam tubuh. Volume darah pada manusia BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Darah 2.1.1 Pengertian darah Darah merupakan jaringan cair yang merupakan bagian terpenting dari sistem transportasi zat dalam tubuh. Darah berfungsi mengangkut semua nutrisi,

Lebih terperinci

HEMOSTASIS SISTEM PEMBEKUAN DARAH

HEMOSTASIS SISTEM PEMBEKUAN DARAH HEMOSTASIS SISTEM PEMBEKUAN DARAH D I S U S U N OLEH : KELOMPOK 1 ABDIANSYAH AGUSTY AYU VIRGITA ALAPTIA SURLA ANIS REFIANA APRETA HUSNUL HOTIMA AYU DWI HARYATI BILLY BETHA NAGARA BRENDA FELLICIA SUNDANA

Lebih terperinci

SISTEM IMUN (SISTEM PERTAHANAN TUBUH)

SISTEM IMUN (SISTEM PERTAHANAN TUBUH) SISTEM IMUN (SISTEM PERTAHANAN TUBUH) FUNGSI SISTEM IMUN: Melindungi tubuh dari invasi penyebab penyakit; menghancurkan & menghilangkan mikroorganisme atau substansi asing (bakteri, parasit, jamur, dan

Lebih terperinci

Pokok Bahasan: Ekspresi gen

Pokok Bahasan: Ekspresi gen Pokok Bahasan: Ekspresi gen Sub Pokok Bahasan : 3.1. Regulasi Ekspresi 3.2. Sintesis Protein 3.1. Regulasi ekspresi Pengaruh suatu gen dapat diamati secara visual misalnya pada anggur dengan warna buah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penggunaan apheresis baik pada donor darah maupun untuk terapi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penggunaan apheresis baik pada donor darah maupun untuk terapi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Fisiologi Apheresis Penggunaan apheresis baik pada donor darah maupun untuk terapi pasien, senantiasa melibatkan pentingnya pertimbangan fisiologis. Pemakaian antikoagulan

Lebih terperinci

PENYORTIRAN PROTEIN INTRASELULAR

PENYORTIRAN PROTEIN INTRASELULAR PENYORTIRAN PROTEIN INTRASELULAR PENYORTIRAN PROTEIN INTRASELULAR Achmad Farajallah, Bagian Fungsi Hayati dan Perilaku Hewan, Departemen Biologi FMIPA IPB Setiap organel sel yang mengalami pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kandungan bahan tertentu. Faktor intrinsik diantaranya adalah penurunan

BAB I PENDAHULUAN. kandungan bahan tertentu. Faktor intrinsik diantaranya adalah penurunan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penuaan atau aging process merupakan proses alami yang akan dialami oleh setiap makhluk hidup di dunia ini, tetapi proses penuaan setiap orang tidaklah sama, ada beberapa

Lebih terperinci

PENGATURAN JANGKA PENDEK. perannya sebagian besar dilakukan oleh pembuluh darah itu sendiri dan hanya berpengaruh di daerah sekitarnya

PENGATURAN JANGKA PENDEK. perannya sebagian besar dilakukan oleh pembuluh darah itu sendiri dan hanya berpengaruh di daerah sekitarnya MAPPING CONCEPT PENGATURAN SIRKULASI Salah satu prinsip paling mendasar dari sirkulasi adalah kemampuan setiap jaringan untuk mengatur alirannya sesuai dengan kebutuhan metaboliknya. Terbagi ke dalam pengaturan

Lebih terperinci

D A R A H DARAH. Jumlah sel darah 10/17/2009 PLASMA PURWO SRI REJEKI. Fungsi Darah : ERITROSIT : Fungsi: 1. Transport O 2. Darah merupakan 8% BB total

D A R A H DARAH. Jumlah sel darah 10/17/2009 PLASMA PURWO SRI REJEKI. Fungsi Darah : ERITROSIT : Fungsi: 1. Transport O 2. Darah merupakan 8% BB total D R H DRH PURW SRI REJEKI Darah merupakan 8% total Terdiri dari : - 5% dalam bentuk plasma ( ekstra seluler ) - 3 % dalam sel darah ( intra seluler ) ph darah = 7,35 7,45 Fungsi Darah : 1.Transport (utama)

Lebih terperinci

BAB III SISTEM SELAPUT SITOPLASMIK

BAB III SISTEM SELAPUT SITOPLASMIK BAB III SISTEM SELAPUT SITOPLASMIK I. PENDAHULUAN Bab ini menerangkan kompartemen dalam sel khususnya retikulum endoplasma, kompleks Golgi, lisosom dan peroksisom, struktur dan fungsinya dalam sel. Hubungan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Trombosit adalah kepingan darah terkecil dari sel darah. Sel ini berbentuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Trombosit adalah kepingan darah terkecil dari sel darah. Sel ini berbentuk BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Trombosit 2.1.1 Pengertian Trombosit Trombosit adalah kepingan darah terkecil dari sel darah. Sel ini berbentuk bulat oval atau gepeng tidak berinti dan mempunyai struktur mirip

Lebih terperinci

Pengenalan antigen :

Pengenalan antigen : Pengenalan antigen : Immunoglobulin & Reseptor Sel T 1 Immunoglobulin Merupakan molekul glikoprotein terdapat pada serum dan carian tubuh semua hewan mamalia Sebagian berikatan dengan sel B, yang lain

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Dua puluh empat subyek penelitian ini dilakukan secara consecutive

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Dua puluh empat subyek penelitian ini dilakukan secara consecutive BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. Karakteristik subyek penelitian Dua puluh empat subyek penelitian ini dilakukan secara consecutive sampling pada penderita dengan stenosis jantung koroner

Lebih terperinci

MAKALAH HEMATOLOGI Percobaan Pembendungan (Rumple Leed Test)

MAKALAH HEMATOLOGI Percobaan Pembendungan (Rumple Leed Test) MAKALAH HEMATOLOGI Percobaan Pembendungan (Rumple Leed Test) I. Tujuan trombosit. Untuk mengetahui ketahanan /kerapuhan dinding pembuluh darah serta jumlah dan fungsi II. Prinsip Vena dibendung sehingga

Lebih terperinci

Tugas Biologi Reproduksi

Tugas Biologi Reproduksi Tugas Biologi Reproduksi Nama :Anggun Citra Jayanti Nim :09004 Soal : No.01 Mengkritisi tugas dari: Nama :Marina Nim :09035 Soal: No.05 factor yang memepengaruhi pematangan serviks Sebelum persalinan dimulai

Lebih terperinci

TELAAH PUSTAKA. FAKTOR PATOGENESIS DAN DIAGNOSIS PENYAKIT von Willebrand (Pathogenesis and Diagnostics Factors of von Willebrand Disease)

TELAAH PUSTAKA. FAKTOR PATOGENESIS DAN DIAGNOSIS PENYAKIT von Willebrand (Pathogenesis and Diagnostics Factors of von Willebrand Disease) TELAAH PUSTAKA FAKTOR PATOGENESIS DAN DIAGNOSIS PENYAKIT von Willebrand (Pathogenesis and Diagnostics Factors of von Willebrand Disease) R. Sindunata*, M. Y. Probohoesodo Abstract von Willebrand disease

Lebih terperinci

PENYORTIRAN PROTEIN INTRASELULAR

PENYORTIRAN PROTEIN INTRASELULAR PENYORTIRAN PROTEIN INTRASELULAR PENYORTIRAN PROTEIN INTRASELULAR Achmad Farajallah, Bagian Fungsi Hayati dan Perilaku Hewan, Departemen Biologi FMIPA IPB Setiap organel sel yang mengalami pertumbuhan

Lebih terperinci

Mekanisme Pertahanan Tubuh. Kelompok 7 Rismauzy Marwan Imas Ajeung P Andreas P Girsang

Mekanisme Pertahanan Tubuh. Kelompok 7 Rismauzy Marwan Imas Ajeung P Andreas P Girsang Mekanisme Pertahanan Tubuh Kelompok 7 Rismauzy Marwan Imas Ajeung P Andreas P Girsang Imunitas atau kekebalan adalah sistem mekanisme pada organisme yang melindungi tubuh terhadap pengaruh biologis luar

Lebih terperinci

Retikulum Endoplasma (Mader, 2000) Tuti N. dan Sri S. (FIK-UI)

Retikulum Endoplasma (Mader, 2000) Tuti N. dan Sri S. (FIK-UI) Retikulum Endoplasma (Mader, 2000) RETIKULUM ENDOPLASMA Ada dua jenis retikum endoplasma (ER) yang melakukan fungsi yang berbeda di dalam sel: Retikulum Endoplasma kasar (rough ER), yang ditutupi oleh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang disiapkan dari fresh frozen plasma (FFP) dengan mencairkannya secara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang disiapkan dari fresh frozen plasma (FFP) dengan mencairkannya secara 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA KRIOPRESIPITAT Kriopresipitat merupakan plasma yang tidak terlarut pada suhu dingin yang disiapkan dari fresh frozen plasma (FFP) dengan mencairkannya secara perlahan pada 4-6⁰

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Isolasi enzim fibrinolitik Cacing tanah P. excavatus merupakan jenis cacing tanah yang agresif dan tahan akan kondisi pemeliharaan yang ekstrim. Pemeliharaan P. excavatus dilakukan

Lebih terperinci

Respon imun adaptif : Respon humoral

Respon imun adaptif : Respon humoral Respon imun adaptif : Respon humoral Respon humoral dimediasi oleh antibodi yang disekresikan oleh sel plasma 3 cara antibodi untuk memproteksi tubuh : Netralisasi Opsonisasi Aktivasi komplemen 1 Dua cara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Trombosit merupakan salah satu komponen sel darah yang tidak berinti dalam jumlah normal 150-450x10 9 sel/l. Ukuran sel ini bervariasi dengan rerata diameter 8-10 fl

Lebih terperinci

BAB. IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB. IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian BAB. IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian mengenai hubungan antara jumlah trombosit dengan kejadian pada pasien DBD (DSS) anak ini dilakukan di RS PKU Muhammadiyah Bantul pada tanggal

Lebih terperinci

Perangai Biologik Sel Kanker dan Onkogenesis. DR. Dr. Wiratno, Sp.THT-KL (K)

Perangai Biologik Sel Kanker dan Onkogenesis. DR. Dr. Wiratno, Sp.THT-KL (K) Perangai Biologik Sel Kanker dan Onkogenesis DR. Dr. Wiratno, Sp.THT-KL (K) Pendahuluan Sel kanker : sel normal yang telah mengalami perubahan menjadi sel berproliferasi melampaui batas pertumbuhan normal

Lebih terperinci

Pendahuluan. sel prokariot 5komponen struktural yang esensial

Pendahuluan. sel prokariot 5komponen struktural yang esensial Rita Shintawati Pendahuluan sel prokariot 5komponen struktural yang esensial (1) genom (DNA) (2) ribosom (3) membran sel (4) dinding sel (5) berbagai lapisan permukaan yang dapat atau tidak menjadi bagian

Lebih terperinci

Epitelisasi. Epitelialisassi : Tujuan epitelialisasi. Pembentukan lapisan epitel baru di daerah luka

Epitelisasi. Epitelialisassi : Tujuan epitelialisasi. Pembentukan lapisan epitel baru di daerah luka Epitelisasi Epitelialisassi : Pembentukan lapisan epitel baru di daerah luka Tujuan epitelialisasi Mencegah infeksi Minimalisasi kehilangan air/dehidrasi 1 Stages in the Epithelialization of a Simple Skin

Lebih terperinci

Signal Transduction. Dr. Sri Mulyaningsih, Apt

Signal Transduction. Dr. Sri Mulyaningsih, Apt Signal Transduction Dr. Sri Mulyaningsih, Apt Konsep umum signal transduction Komunikasi sel Tipe-tipe reseptor Molecular signaling Komunikasi antar sel Umumnya diperantarai oleh molekul sinyal ekstraseluler

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii I. Pendahuluan...1 II. Tinjauan Pustaka...4 III. Kesimpulan...10 DAFTAR PUSTAKA...

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii I. Pendahuluan...1 II. Tinjauan Pustaka...4 III. Kesimpulan...10 DAFTAR PUSTAKA... DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii I. Pendahuluan...1 II. Tinjauan Pustaka...4 III. Kesimpulan...10 DAFTAR PUSTAKA...11 I. PENDAHULUAN Latar Belakang Munculnya uniseluler dan multi seluler

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tubuh yaitu terjadinya kerusakan jaringan tubuh sendiri (Subowo, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. tubuh yaitu terjadinya kerusakan jaringan tubuh sendiri (Subowo, 2009). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Imunitas merupakan suatu mekanisme untuk mengenal suatu zat atau bahan yang dianggap sebagai benda asing terhadap dirinya, selanjutnya tubuh akan mengadakan tanggapan

Lebih terperinci

CATATAN SINGKAT IMUNOLOGI

CATATAN SINGKAT IMUNOLOGI CATATAN SINGKAT IMUNOLOGI rina_susilowati@ugm.ac.id Apakah imunologi itu? Imunologi adalah ilmu yang mempelajari sistem imun. Sistem imun dipunyai oleh berbagai organisme, namun pada tulisan ini sistem

Lebih terperinci

PATOLOGI SERANGGA (BI5225)

PATOLOGI SERANGGA (BI5225) 1 PATOLOGI SERANGGA (BI5225) 3. Mekanisme Pertahanan Tubuh dan Imun pada Manusia PENDAHULUAN Perubahan lingkungan (suhu, suplai makanan), luka, serangan Sistem pertahanan : imuniti (Immunity) Immunity

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terinfeksi Mycobacterium tuberculosis (M. tuberculosis). Penyakit ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terinfeksi Mycobacterium tuberculosis (M. tuberculosis). Penyakit ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuberkulosis (TB) masih menjadi masalah utama kesehatan global. World Health Organization (WHO) memperkirakan sepertiga dari populasi dunia telah terinfeksi Mycobacterium

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kerusakan jaringan periodontal yang meliputi gingiva, tulang alveolar, ligamen

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kerusakan jaringan periodontal yang meliputi gingiva, tulang alveolar, ligamen BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit periodontal adalah kondisi patologis yang ditandai adanya kerusakan jaringan periodontal yang meliputi gingiva, tulang alveolar, ligamen periodontal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut organisasi kesehatan dunia WHO, kematian akibat PTM (Penyakit Tidak Menular) akan meningkat di seluruh dunia. Lebih dari dua per tiga (70%) populasi global

Lebih terperinci

EKSPRESI GEN. Dyah Ayu Widyastuti

EKSPRESI GEN. Dyah Ayu Widyastuti EKSPRESI GEN Dyah Ayu Widyastuti Ekspresi Gen Gen sekuen DNA dengan panjang minimum tertentu yang mengkode urutan lengkap asam amino suatu polipeptida, atau RNA (mrna, trna, rrna) Ekspresi Gen Enam tahapan

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa kadar NO serum awal penelitian dari

BAB VI PEMBAHASAN. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa kadar NO serum awal penelitian dari BAB VI PEMBAHASAN VI.1. Pembahasan Hasil uji statistik menunjukkan bahwa kadar NO serum awal penelitian dari kedua kelompok tak berbeda bermakna. Kadar NO serum antar kelompok berbeda bermakna. Kadar NO

Lebih terperinci

BIOMOLEKUL II PROTEIN

BIOMOLEKUL II PROTEIN KIMIA KELAS XII IPA - KURIKULUM GABUNGAN 22 Sesi NGAN BIOMOLEKUL II PROTEIN Protein dan peptida adalah molekul raksasa yang tersusun dari asam α-amino (disebut residu) yang terikat satu dengan lainnya

Lebih terperinci

KIMIA KEHIDUPAN, BIOLOGI SEL, GENETIKA, DAN BIOLOGI MOLEKULAR

KIMIA KEHIDUPAN, BIOLOGI SEL, GENETIKA, DAN BIOLOGI MOLEKULAR OLIMPIADE NASIONAL MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PERGURUAN TINGGI 2017 (ONMIPA- PT) BIDANG BIOLOGI (TES I) 22 MARET 2017 WAKTU 120 MENIT KIMIA KEHIDUPAN, BIOLOGI SEL, GENETIKA, DAN BIOLOGI MOLEKULAR

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penderita DM di dunia diperkirakan berjumlah > 150 juta dan dalam 25

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penderita DM di dunia diperkirakan berjumlah > 150 juta dan dalam 25 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Penderita DM di dunia diperkirakan berjumlah > 150 juta dan dalam 25 tahun ini bertambah 2 kali lipat. Penderita DM mempunyai resiko terhadap penyakit kardiovaskular 2 sampai 5

Lebih terperinci

FAKTOR IMUNOLOGI PATOGENESIS ENDOMETRIOSIS

FAKTOR IMUNOLOGI PATOGENESIS ENDOMETRIOSIS FAKTOR IMUNOLOGI PATOGENESIS ENDOMETRIOSIS FATMAWATI MADYA SP2FER S ENDOMETRIOSIS Telah banyak hipotesa diajukan untuk menerangkan patogenesis endometriosis, tapi hingga kini belum ada satupun teori yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oksigen, antibodi, panas, elektrolit dan vitamin ke jaringan seluruh tubuh. Darah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oksigen, antibodi, panas, elektrolit dan vitamin ke jaringan seluruh tubuh. Darah BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Darah Darah adalah jaringan hidup yang bersirkulasi mengelilingi seluruh tubuh dengan perantara jaringan arteri, vena dan kapilaris, yang membawa nutrisi, oksigen, antibodi,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Arti tuberkulosis. Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Arti tuberkulosis. Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tuberkulosis 1. Arti tuberkulosis. Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TBC ( Mycobacterium tuberculosis ). Sebagian besar kuman tuberkulosis

Lebih terperinci

Makalah Biokimia Komponen Penyusun Sel Tumbuhan NUKLEUS. Oleh :

Makalah Biokimia Komponen Penyusun Sel Tumbuhan NUKLEUS. Oleh : Makalah Biokimia Komponen Penyusun Sel Tumbuhan NUKLEUS Oleh : Nama : Sherly Febrianty Surya Nim : G111 16 016 Kelas : Biokimia Tanaman C Dosen Pembimbing : DR. Ir. Muh. Riadi, MP. PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

Lebih terperinci

PROSES PENYEMBUHAN JEJAS PADA JARINGAN PULPA. Sartika Puspita *

PROSES PENYEMBUHAN JEJAS PADA JARINGAN PULPA. Sartika Puspita * PROSES PENYEMBUHAN JEJAS PADA JARINGAN PULPA Sartika Puspita * * Pogram Studi Pendidikan Dokter Gigi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta ABSTRAK Pulpa gigi dapat

Lebih terperinci

PENGETAHUAN DASAR. Dr. Ariyati Yosi,

PENGETAHUAN DASAR. Dr. Ariyati Yosi, PENGETAHUAN DASAR IMUNOLOGI KULIT Dr. Ariyati Yosi, SpKK PENDAHULUAN Kulit: end organ banyak kelainan yang diperantarai oleh proses imun kulit berperan secara aktif sel-sel imun (limfoid dan sel langerhans)

Lebih terperinci

DIAGNOSTIK MIKROBIOLOGI MOLEKULER

DIAGNOSTIK MIKROBIOLOGI MOLEKULER DIAGNOSTIK MIKROBIOLOGI MOLEKULER Sunaryati Sudigdoadi Departemen Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran 2015 KATA PENGANTAR Puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Allah Subhanahuwa ta

Lebih terperinci

SOAL UTS IMUNOLOGI 1 MARET 2008 FARMASI BAHAN ALAM ANGKATAN 2006

SOAL UTS IMUNOLOGI 1 MARET 2008 FARMASI BAHAN ALAM ANGKATAN 2006 SOAL UTS IMUNOLOGI 1 MARET 2008 FARMASI BAHAN ALAM ANGKATAN 2006 1. Imunitas natural :? Jawab : non spesifik, makrofag paling berperan, tidak terbentuk sel memori 2. Antigen : a. Non spesifik maupun spesifik,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Mekanisme Hemostasis Hemostasis berasal dari kata haima (darah) dan stasis (berhenti), merupakan proses yang amat kompleks, berlangsung secara terus menerus dalam mencegah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasien dewasa dengan penyakit jantung bawaan menunjukkan insidensi

BAB I PENDAHULUAN. Pasien dewasa dengan penyakit jantung bawaan menunjukkan insidensi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasien dewasa dengan penyakit jantung bawaan menunjukkan insidensi yang meningkat. Secara umum sekitar 5 10% dari pasien tersebut berkembang menjadi Hipertensi Arteri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekrutan dan aktivasi trombosit serta pembentukan trombin dan fibrin 1. Proses

BAB I PENDAHULUAN. perekrutan dan aktivasi trombosit serta pembentukan trombin dan fibrin 1. Proses BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hemostasis adalah proses yang mempertahankan integritas sistem peredaran darah setelah terjadi kerusakan vaskular. Dalam keadaan normal, dinding pembuluh darah yang

Lebih terperinci

REGULASI EKSPRESI GEN PADA BAKTERIOFAGE DAN VIRUS

REGULASI EKSPRESI GEN PADA BAKTERIOFAGE DAN VIRUS REGULASI EKSPRESI GEN PADA BAKTERIOFAGE DAN VIRUS Fage/virus memanfaatkan perangkat sel inang untuk sintesis DNA/protein Strategi memanfaatkan sel inang mensintesis 4 makromolekul: 1. RNA polimerase baru

Lebih terperinci

BIOLOGI SEL. Chapter III Membran dan Dinding Sel

BIOLOGI SEL. Chapter III Membran dan Dinding Sel BIOLOGI SEL Chapter III Membran dan Dinding Sel Fungsinya apa yaaaaa...?? Kira-kira kalau mau masuk permisi dulu?? Mari Merievew Perbedaan Sel Tumbuhan dan Hewan Dinding Sel (Cell Wall) Sebagian besar

Lebih terperinci

Pengelompokan Bakteri Berdasarkan Alat Geraknya

Pengelompokan Bakteri Berdasarkan Alat Geraknya Pengelompokan Bakteri Berdasarkan Alat Geraknya By Plengdut - May 7, 2015 7341 Pada postingan kali ini, kita akan membahas mengenai pengelompokan bakteri berdasarkan alat gerak yang dimiliki organisme

Lebih terperinci

XII. Pengaturan Expresi Gen (Regulation of Gene Expression) Diambil dari Campbell et al (2009), Biology 8th

XII. Pengaturan Expresi Gen (Regulation of Gene Expression) Diambil dari Campbell et al (2009), Biology 8th 21/24 November 2011 Tatap Muka 9: Heredity IV XII. Pengaturan Expresi Gen (Regulation of Gene Expression) Diambil dari Campbell et al (2009), Biology 8th Sel secara tepat mampu mengatur ekspresi gen. Sel

Lebih terperinci

Gb. 5.12. STRUKTUR FOSPOLIPID (Campbell, 1999:72)

Gb. 5.12. STRUKTUR FOSPOLIPID (Campbell, 1999:72) Gb. 5.12. STRUKTUR FOSPOLIPID (Campbell, 1999:72) Rumus Umum Asam Amino (Campbell, 1999: 73) H H O N C C H R OH GUGUS AMINO GUGUS KARBOKSIL Tabel 5.1 Gambaran Umum Fungsi Protein (Campbell, 1999: 74) JENIS

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN. Distribusi jenis kelamin pada penelitian ini laki-laki lebih banyak daripada

BAB VI PEMBAHASAN. Distribusi jenis kelamin pada penelitian ini laki-laki lebih banyak daripada BAB VI PEMBAHASAN 6.1. Data umum Distribusi jenis kelamin pada penelitian ini laki-laki lebih banyak daripada perempuan, laki-laki sebanyak 53,3%, perempuan 46,7% dengan rerata usia lakilaki 55,38 tahun

Lebih terperinci

Sistem vaskuler darah. Sistem Sistem sirkulasi: sirkulasi: Sistem vaskuler darah. System vaskuler limfe System vaskuler limfe. Sistem vaskuler darah

Sistem vaskuler darah. Sistem Sistem sirkulasi: sirkulasi: Sistem vaskuler darah. System vaskuler limfe System vaskuler limfe. Sistem vaskuler darah Sistem Sistem sirkulasi: sirkulasi: Sistem vaskuler darah Sistem vaskuler darah System vaskuler limfe System vaskuler limfe Sistem vaskuler darah Sistem vaskuler darah 1. Jantung : memompakan 1. Jantung

Lebih terperinci

BAB III. SUBSTANSI GENETIK

BAB III. SUBSTANSI GENETIK BAB III. SUBSTANSI ETIK Kromosom merupakan struktur padat yg tersusun dr komponen molekul berupa protein histon dan DNA (kumpulan dr kromatin) Kromosom akan tampak lebih jelas pada tahap metafase pembelahan

Lebih terperinci

BIOKIMIA KULIT B Y D R. K U S U M A W A T I S O E T R I S N O

BIOKIMIA KULIT B Y D R. K U S U M A W A T I S O E T R I S N O BIOKIMIA KULIT B Y D R. K U S U M A W A T I S O E T R I S N O Pendahuluan Kulit merupakan organ terpenting dalam tubuh manusia Kulit memiliki beberapa fungsi yaitu: Perlindungan Ekskresi dan absorbsi Sensasi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Pengujian Serum dan Kuning Telur Hasil AGPT memperlihatkan pembentukan garis presipitasi yang berwarna putih pada pengujian serum dan kuning telur tiga dari sepuluh ekor ayam yang

Lebih terperinci

Metabolisme Protein. dr.syazili Mustofa, M.Biomed Fakultas Kedokteran Universitas Lampung Departemen Biokimia dan Biologi Molekuler

Metabolisme Protein. dr.syazili Mustofa, M.Biomed Fakultas Kedokteran Universitas Lampung Departemen Biokimia dan Biologi Molekuler Metabolisme Protein dr.syazili Mustofa, M.Biomed Fakultas Kedokteran Universitas Lampung Departemen Biokimia dan Biologi Molekuler Pencernaan Protein Tujuan : untuk menghidrolisis semua ikatan peptida

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mukosa rongga mulut merupakan lapisan epitel yang meliputi dan melindungi

BAB I PENDAHULUAN. Mukosa rongga mulut merupakan lapisan epitel yang meliputi dan melindungi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mukosa rongga mulut merupakan lapisan epitel yang meliputi dan melindungi rongga mulut. Lapisan ini terdiri dari epitel gepeng berlapis baik yang berkeratin maupun

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN X O-1

BAB III METODOLOGI PENELITIAN X O-1 27 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan menggunakan posttest only control group design. 23 R : X O-1 ( ) O-2 Dalam rancangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kulit merupakan organ terbesar pada tubuh, terhitung sekitar 16% dari berat badan manusia dewasa. Kulit memiliki banyak fungsi penting, termasuk sebagai sistem pertahanan

Lebih terperinci

Pencernaan Protein. (ikatan peptida adalah ikatan amida)

Pencernaan Protein. (ikatan peptida adalah ikatan amida) Metabolisme Protein dr. Syazili Mustofa, M.Biomed Lektor mata kuliah Ilmu Biomedik Departemen Biokimia dan Biologi Molekuler Fakultas Kedokteran Universitas Lampung Pencernaan Protein Tujuan : untuk menghidrolisis

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA Defenisi dan Diagnosis Sindrom Nefrotik Relaps Sering

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA Defenisi dan Diagnosis Sindrom Nefrotik Relaps Sering BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2. 1. Defenisi dan Diagnosis Sindrom Nefrotik Relaps Sering Sindrom nefrotik adalah kondisi klinis yang ditandai dengan proteinuria berat, hipoalbuminemia, edema dan hiperlipidemia

Lebih terperinci

Kromosom, gen,dna, sinthesis protein dan regulasi

Kromosom, gen,dna, sinthesis protein dan regulasi Kromosom, gen,dna, sinthesis protein dan regulasi Oleh: Fatchiyah dan Estri Laras Arumingtyas Laboratorium Biologi Molekuler dan Seluler Universitas Brawijaya Malang 2006 2.1.Pendahuluan Era penemuan materi

Lebih terperinci

REGULASI EKSPRESI PROTEIN. Agustina Setiawati

REGULASI EKSPRESI PROTEIN. Agustina Setiawati REGULASI EKSPRESI PROTEIN Agustina Setiawati Pendahuluan DOGMA SENTRAL Pada proses apakah ekspresi suatu gen diatur? Pendahuluan Regulated genes Control cell growth and cell division. Expression is regulated

Lebih terperinci