6. HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "6. HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 79 6. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Analisis Pengelolaan dan Pemanfaatan Sumerdaya Perikanan Pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya perikanan dari waktu ke waktu mengalami perubahan, perubahan tingkat pemanfaatan sumberdaya ikan tersebut, dipengaruhi intensitas pemanfaatan berupa penambahan atau pengurangan jumlah unit alat penangkapan ikan atau jumlah satuan upaya penangkapan ikan yang dilakukan, serta ketersediaan besarnya stok sumberdaya ikan yang dimanfaatkan. Salah satu ukuran untuk mengetahui tingkat pemanfaatan ataupun laju pemanfaatan suatu jenis sumberdaya perikanan selama kurun waktu tertentu, adalah dengan melihat besar kecilnya hasil tangkapan ikan yang diperoleh dari seluruh upaya penangkapan ikan yang dilakukan. Tingkat pemanfaatan sumberdaya ikan ini didasarkan pada nilai catch per unit effort (CPUE) yang dihasilkan. Penghitungan nilai CPUE untuk mengetahui status pemanfaatan sumberdaya ikan, banyak digunakan beberapa kalangan karena tidak memerlukan penghitungan yang rumit dan dengan biaya rendah. CPUE dapat diperoleh dari data statistik perikanan yang tersedia atau dari hasil pencatatan kegiatan penangkapan ikan di tempat pendaratan ikan. Data yang dihasilkan sangat ditentukan pada kemampuan petugas yang ada di tempat pendaratan atau pada kemampuan dalam memberikan laporan sesuai dengan yang sebenarnya. Upaya penangkapan dinyatakan dalam satuan upaya penangkapan (jumlah unit alat tangkap, jumlah trip penangkapan ataupun jumlah mata pancing yang digunakan). Jumlah hasil tangkapan ikan (catch) merupakan jumlah hasil tangkapan ikan yang diperoleh dan upaya penangkapan (effort) merupakan jumlah satuan upaya penangkapan ikan yang dilakukan untuk mendapatkan hasil tangkapan tersebut. Hasil tangkapan ikan (catch) dapat dinyatakan dalam satuan berat (kg atau ton) ataupun satuan ekor ikan yang diperoleh (Uktolseja et al, 1998). Upaya (effort) adalah berbagai sarana atau faktor masukan (input) yang dipergunakan dalam mengeksploitasi sumberdaya ikan. Pengertian umum dari upaya ini pada dasarnya merupakan indeks dari berbagai faktor masukan seperti tenaga kerja, kapal, jaring (alat tangkap) dan sebagainya yang dibutuhkan untuk suatu aktivitas penangkapan (Fauzi, 2004). 79

2 Analisis Keragaan Perikanan Wilayah Pesisir Utara Hasil Tangkapan (Catch) Tahunan Hasil tangkapan ikan di pusat pendaratan perikanan laut di wilayah pesisir Utara dari tahun 2001 hingga 2007 dapat dilihat pada Tabel 10, sedangkan perkembangan hasil tangkapannya terlihat pada grafik pada Gambar 5 berikut ini : Tabel 10. Hasil Tangkapan Ikan di Wilayah Pesisir Utara Tahun No Tahun Hasil Tangkapan (ton) , , , , , , ,32 Sumber : Dinas Perikanan Kabupaten Lamongan. Gambar 5. Perkembangan Hasil Tangkapan Ikan di Wilayah Pesisir Utara Dari Tabel 10 dan Gambar 5 diatas, menunjukkan hasil tangkapan ikan pada tahun kecenderungan meningkat, kemudian menurun tahun 2004 dan meningkat kembali tahun Tahun menunjukkan kecenderungan yang menurun. 80

3 81 Tabel 11. Rata-rata Bulan Produksi Hasil Tangkapan Ikan di Wilayah Pesisir Utara (Tahun ) No Bulan Rata-rata (Ton) 1 Januari 1.529,64 2 Februari 1.458,27 3 Maret 1.959,85 4 April 1.893,22 5 Mei 2.387,43 6 Juni 2.165,51 7 Juli 3.174,25 8 Agustus 3.285,21 9 September 3.688,90 10 Oktober 3.100,43 11 November 2.316,70 12 Desember 2.074,12 Gambar 6. Rata-rata Bulan Produksi Hasil Tangkapan Ikan di Wilayah Pesisir Utara (Tahun ) Berdasarkan Tabel 11 dan Gambar 6 diatas, terlihat rata-rata produksi tertinggi terdapat pada bulan September sebesar 3.688,90 ton/bulan sedangkan rata-rata produksi terendah terdapat pada bulan Februari yaitu 1.458,27 ton/bulan. Rata-rata produksi hasil tangkapan ikan di wilayah pesisir Utara menggunakan jenis alat tangkap utama yaitu purse seine, payang besar, pancing prawe, payang kecil dan gill net. Kontribusi masing-masing alat tangkap berbeda-beda terhadap 81

4 82 hasil tangkapan secara total, kontribusi terbesar ke yang terkecil secara berurutan adalah payang besar, gill net, pancing prawe, purse seine dan payang kecil. Selengkapnya tersaji pada Tabel 12 dan Gambar 7. Tabel 12. Rata-rata Produksi Hasil Tangkapan Ikan per Alat Tangkap (Ton) di Wilayah Pesisir Utara (Tahun ) No Tahun Purse Seine Payang Besar Pancing Prawe Payang Kecil Gill Net , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,173 Sumber : Dinas Perikanan Kabupaten Lamongan Gambar 7. Rata-rata Produksi Hasil Tangkapan Ikan per Alat Tangkap di Wilayah Pesisir Utara (Tahun ) Rata-rata tiap bulannya penangkapan mengalami fluktuasi memiliki pola fluktuasi yang cukup tajam, seperti yang terlihat pada Tabel 13 dan Gambar 8 dibawah ini. Hasil tangkapan rata-rata mencapai puncak pada bulan September, dan tangkapan rata-rata terendah terjadi pada bulan Pebruari. 82

5 83 Tabel 13. Jumlah dan Rata-rata Hasil Tangkapan Ikan per Bulan (Ton) di Wilayah Pesisir Utara (Tahun ) Bulan Tahun Jumlah Ratarata Jan 1.058, , , , , ,19 801, , ,64 Feb 1.478, , , ,98 508, ,86 921, , ,27 Mar 1.243, , , , , , , , ,85 Apr 1.576, , , , , ,06 954, , ,22 Mei 2.345, , , , , ,58 802, , ,43 Juni 1.921, , , , , ,83 807, , ,51 Juli 3.946, , , , , , , , ,25 Agst 2.646, , , , , , , , ,21 Sept 4.581, , , , , , , , ,90 Okt 3.808, , , , , , , , ,43 Nov 2.667, , , , , , , , ,70 Des 1.634, , , , , ,41 799, , ,12 Jumlah , , , , , , , ,68 Rata-rata 2.409, , , , , , ,28 Sumber : Dinas Perikanan Kabupaten Lamongan Gambar 8. Fluktuasi Hasil Tangkapan Ikan Rata-rata per Bulan di Wilayah Pesisir Utara (Tahun ) 83

6 Upaya Penangkapan (Effort) Perikanan Laut Upaya penangkapan ikan di wilayah pesisir Utara menggunakan jenis alat tangkap utama yaitu purse seine, payang besar, pancing prawe, payang kecil dan gill net serta perkembangannya dalam kurun waktu tujuh tahun ( ) disajikan pada Tabel 14 dan Gambar 9 dibawah ini : Tabel 14. Upaya Penangkapan (effort) Tahunan (Trip) di Wilayah Pesisir Utara (Tahun ) Purse Payang Pancing Payang No Tahun Gill Net Seine Besar Prawe Kecil ,74 421,50 89,17 39,40 375, ,04 337,80 62,31 27,49 358, ,39 265,92 155,80 27,85 393, ,24 282,46 259,61 35,07 175, ,95 287,97 167,43 91,81 359, ,81 387,97 63,87 39,65 306, ,35 582,46 137,98 26,31 513,78 Gambar 9. Upaya Penangkapan (effort) Tahunan (Trip) di Wilayah Pesisir Utara (Tahun ) 84

7 85 Waktu pengamatan tujuh tahun ( ), alat tangkap payang besar adalah alat tangkap yang paling produktif untuk menangkap ikan di wilayah pesisir Utara dibanding alat tangkap lainnya, disebabkan efektivitas alat tangkap payang besar lebih tinggi dibanding alat tangkap yang lainnya disetiap operasi penangkapan. Tabel 15 memperlihatkan rata-rata upaya penangkapan setiap bulan per alat tangkap sangat bebeda-beda. Tabel 15. Rata-rata Upaya Penangkapan (effort) Ikan per Bulan (Trip) per Alat Tangkap di Wilayah Pesisir Utara (Tahun ) Alat Tangkap Bulan Purse Payang Pancing Payang Seine Besar Prawe Kecil Gill Net Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Sumber : Dinas Perikanan Kabupaten Lamongan Tabel 16. Rata-rata dan Fluktuasi Upaya Penangkapan Ikan per Bulan (Trip) per Alat Tangkap di Wilayah Pesisir Utara (Tahun ) Purse Seine Payang Besar Pancing Prawe Payang Kecil Gill Net Bulan ratarata Fluktuasi (%) ratarata Fluktuasi (%) ratarata Fluktuasi (%) ratarata Fluktuasi (%) ratarata Fluktuasi (%) Jan Feb 25 13, , , , ,33 Mar 26 3, , , , ,13 Apr 23-11, , , , ,49 Mei 27 17, , , , ,12 Juni 30 11, , , , ,10 Juli 20-33, , , , ,42 Agst 21 5, , , , ,65 Sept 28 33, , , , ,88 Okt 25-10, , , , ,56 Nov 23-8, , , , ,77 Des 25 8, , , , ,81 Sumber : Dinas Perikanan Kabupaten Lamongan 85

8 86 Rata-rata dan fluktuasi upaya penangkapan ikan per bulan per alat tangkap disajikan pada Tabel 16 dan Gambar 10. Gambar 10. Rata-rata dan Fluktuasi Hasil Tangkapan Ikan per Bulan (Trip) per Alat Tangkap di Wilayah Pesisir Utara (Tahun ) Tujuan untuk mengidentifikasi disparitas pemanfaatan sumberdaya perikanan wilayah pesisir Utara dan Selatan Jawa Timur diantaranya dapat dilihat melalui tren CPUE per alat tangkap baik di wilayah pesisir Utara maupun di Selatan selama tahun pengamatan 2001 sampai dengan Gambar 11. Tren CPUE Alat Tangkap Purse Seine di Wilayah Pesisir Utara Tahun

9 87 Pada Gambar 11 diatas terlihat CPUE alat tangkap purse seine dari tahun 2001 sampai 2003 mengalami kenaikan yang cukup tajam dan mengalami penurunan pada tahun CPUE tahun 2004 sampai 2007 mengalami fluktuasi akan tetapi secara keseluruhan tren perkembangan CPUE relatif stabil dengan tingkat fluktuasi yang tidak terlalu besar. Gambar 12. Tren CPUE Alat Tangkap Payang Besar di Wilayah Pesisir Utara Tahun CPUE alat tangkap payang besar dari tahun 2001 sampai 2003 mengalami kenaikan yang cukup tajam dan mengalami penurunan yang tidak terlalu besar pada tahun 2004 dan CPUE tahun 2003 sampai 2007 cenderung mengalami penurunan yang cukup tajam, bahkan terendah dicapai pada tahun

10 88 Gambar 13. Tren CPUE Alat Tangkap Pancing Prawe di Wilayah Pesisir Utara Tahun Pada Gambar 13 diatas terlihat CPUE alat tangkap pancing prawe dari tahun 2001 sampai 2002 mengalami kenaikan yang cukup tajam dan mengalami penurunan pada tahun 2003 dan CPUE tahun 2005 sampai 2006 mengalami kenaikan dan mengalami penurunan kembali pada tahun Gambar 14. Tren CPUE Alat Tangkap Payang Kecil di Wilayah Pesisir Utara Tahun

11 89 Pada Gambar 14 diatas terlihat CPUE alat tangkap payang kecil dari tahun 2001 sampai 2003 mengalami kenaikan dan mengalami penurunan sampai pada tahun CPUE tahun mengalami fluktuasi produksi. Gambar 15. Tren CPUE Alat Tangkap Gill Net di Wilayah Pesisir Utara Tahun Pada Gambar 15 diatas terlihat CPUE alat tangkap gill net dari tahun 2001 sampai 2003 mengalami dinamika kenaikan dan penurunan yang tidak terlau besar yang selanjutnya meningkat tajam tahun CPUE tahun 2005 menurun sangat tajam naik sedikit tahun 2006 mengalami penurunan kembali tahun Indeks Musim Penangkapan Perikanan Laut Analisis potensi dan musim penangkapan sumberdaya ikan di suatu kawasan perairan laut sangat penting untuk mengontrol dan memonitor tingkat eksploitasi penangkapan ikan yang dilakukan terhadap sumberdaya di perairan tersebut. Pola musim yang berlangsung di suatu perairan diantaranya dipengaruhi oleh pola arus Di Indonesia terdapat empat musim penangkapan ikan yaitu mism barat, musim timur, musim peralihan awal tahun dan musim peralihan akhir tahun (Nontji, 1987). Indonesia dipengaruhi musim timur pada bulan Mei-September dan dipengaruhi musim barat yang jatuh pada periode bulan November-Maret, sedangkan bulan April dan Oktober di Indonesia mengalami musim peralihan. 89

12 90 Memasuki bulan April arah angin sudah tidak menentu dan pada periode inilah dikenal sebagai musim peralihan atau pancaroba awal tahun. Siklus ini berlangsung kembali ketika bulan Oktober, dimana arah angin kembali tidak menentu dan dikenal sebagai musim pancaroba akhir tahun (Wyrtki, 1961). Indeks Musim Penangkapan Nilai IMP Juli September Nopember Januari Maret Mei Bulan Juli - Juni Gambar 16. Indeks Musim Penangkapan Perikanan Laut Wilayah Pesisir Utara Analisis Keragaan Perikanan Wilayah Pesisir Selatan Hasil Tangkapan (Catch) Tahunan Hasil tangkapan ikan di pusat pendaratan perikanan laut wilayah pesisir Selatan dari tahun 2001 hingga 2007 dapat dilihat pada Tabel 17, sedangkan perkembangan hasil tangkapannya terlihat pada Gambar 17 berikut ini : Tabel 17. Hasil Tangkapan Ikan Laut di Wilayah Pesisir Selatan Tahun No Tahun Hasil Tangkapan (Ton) , , , , , , ,10 Sumber : Dinas Perikanan Kabupaten Trenggalek 90

13 91 Gambar 17. Perkembangan Hasil Tangkapan Ikan di Pusat Pendaratan Perikanan Laut Wilayah Pesisir Selatan (Tahun ) Dari Tabel 17 dan Gambar 17 diatas, menunjukkan bahwa hasil tangkapan ikan pada tahun menunjukkan kecenderungan yang meningkat, kemudian menurun pada tahun 2004 dan meningkat kembali pada tahun Tahun menunjukkan kecenderungan yang menurun. Tabel 18. Rata-rata Bulan Produksi Hasil Tangkapan Ikan di Wilayah Pesisir Selatan (Tahun ) No Bulan Rata-rata (Ton) 1 Januari 847,70 2 Februari 743,84 3 Maret 1.188,54 4 April 1.008,09 5 Mei 1.226,15 6 Juni 1.041,21 7 Juli 1.661,22 8 Agustus 1.730,79 9 September 1.890,21 10 Oktober 1.654,01 11 November 1.178,79 12 Desember 1.050,95 Sumber : Dinas Perikanan Kabupaten Trenggalek 91

14 92 Gambar 18. Rata-rata Bulan Produksi Hasil Tangkapan Ikan di Wilayah Pesisir Selatan (Tahun ) Berdasarkan Tabel 18 dan Gambar 18 diatas, terlihat rata-rata produksi tertinggi terdapat pada bulan September sebesar 2.651,62 ton/bulan sedangkan rata-rata produksi terendah terdapat pada bulan Februari yaitu 839,77 ton/bulan. Rata-rata produksi hasil tangkapan ikan di wilayah pesisir Selatan menggunakan alat tangkap utama yaitu pukat pantai, jaring klitik, pukat cincin, pancing dan jaring angkat. Selengkapnya tersaji pada Tabel 19 dan Gambar 19. Tabel 19. Rata-rata Produksi Hasil Tangkapan Ikan per Alat Tangkap (Ton) di Wilayah Pesisir Selatan (Tahun ) Pukat Jaring Pukat Pancing Jaring No Tahun Pantai Klitik Cincin Angkat Sumber : Dinas Perikanan Kabupaten Trenggalek 92

15 93 Gambar 19. Rata-rata Produksi Hasil Tangkapan Ikan per Alat Tangkap di Wilayah Pesisir Selatan (Tahun ) Rata-rata penangkapan setiap bulan mengalami fluktuasi dengan pola fluktuasi yang cukup tajam, seperti yang terlihat pada Tabel 20 dan Gambar 20 dibawah ini. Hasil tangkapan rata-rata mencapai puncak pada bulan September dan tangkapan rata-rata terendah terjadi pada bulan Pebruari. Tabel 20. Jumlah dan Rata-rata Hasil Tangkapan Ikan per Bulan (Ton) di Wilayah Pesisir Selatan (Tahun ) Bulan Tahun Jumlah Ratarata Jan 327,91 533,94 496,09 983,93 542, ,27 874, ,91 847,70 Feb 458,12 745,96 532, ,35 234, , , ,88 743,84 Mar 385,07 754,39 338, ,69 704, , , , ,54 Apr 488,27 660,16 851,91 982,30 506, , , , ,09 Mei 726,64 923,33 527, ,67 814, ,52 875, , ,15 Juni 595, ,02 847, , , ,30 881, , ,21 Juli 1.222, , , , , , , , ,22 Agst 819, , , , , , , , ,79 Sept 1.419, , , , , , , , ,21 Okt 1.179, ,43 811,61 775, , , , , ,01 Nov 826, ,33 608,84 741, , , , , ,79 Des 506, ,93 279,51 586, , ,46 872, , ,95 Jumlah 8.954, , , , , , , ,40 Rata-rata 746, ,68 744, , , , ,43 Sumber : Dinas Perikanan Kabupaten Trenggalek 93

16 94 Gambar 20. Fluktuasi Hasil Tangkapan Ikan per Bulan di Wilayah Pesisir Selatan (Tahun ) Upaya Penangkapan (Effort) Perikanan Laut Upaya penangkapan ikan di Wilayah Pesisir Selatan menggunakan jenis alat tangkap utama yaitu pukat pantai, jaring klitik, pukat cincin, pancing dan jaring angkat serta perkembangannya dalam kurun waktu tujuh tahun ( ) disajikan pada Tabel 21 dan Gambar 21 dibawah ini : Tabel 21. Upaya Penangkapan (effort) Tahunan (Trip) di Wilayah Pesisir Selatan (Tahun ) No Tahun Pukat Jaring Pukat Jaring Pancing Pantai Klitik Cincin Angkat ,33 106,46 73,94 109,46 94, ,43 74,05 128,16 44,55 113, ,24 113,77 47,79 58,03 95, ,05 64,26 111,86 156,39 153, ,18 167,84 649,43 243,36 219, ,55 292,77 315,54 286,18 297, ,62 72,29 198,17 69,67 113,40 Sumber : Dinas Perikanan Kabupaten Trenggalek 94

17 95 Gambar 21. Upaya Penangkapan (effort) Tahunan (Trip) di Wilayah Pesisir Selatan (Tahun ) Dalam kurun waktu tujuh tahun ( ), alat tangkap pukat cincin adalah alat tangkap yang paling produktif untuk menangkap ikan di wilayah pesisir Selatan dibandingkan alat tangkap lainnya, disebabkan efektivitas alat tangkap pukat cincin lebih tinggi dibanding alat tangkap yang lainnya disetiap operasi penangkapan (trip). Tabel 22. Upaya Penangkapan (effort) Rata-rata Hasil Tangkapan Ikan per Bulan (Trip) per Alat Tangkap di Wilayah Pesisir Selatan (Tahun ) Alat Tangkap Bulan Pukat Jaring Pantai Klitik Pukat Cincin Pancing Jaring Angkat Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Sumber : Dinas Perikanan Kabupaten Trenggalek 95

18 96 Tabel 23. Rata-rata dan Fluktuasi Hasil Tangkapan Ikan per Bulan (Trip) per Alat Tangkap di Wilayah Pesisir Selatan (Tahun ) Pukat Pantai Jarring Klitik Pukat Cincin Pancing Jaring Angkat Bulan ratarata Fluktuasi (%) ratarata Fluktuasi (%) ratarata Fluktuasi (%) ratarata Fluktuasi (%) ratarata Fluktuasi (%) Jan Feb 37 8, , , , ,33 Mar 32-13, , , , ,71 Apr 36 12, , , , ,00 Mei 32-11, , , , ,70 Juni 34 6, , , , ,78 Juli 35 4, , , , ,36 Agst 36 2, , , , ,00 Sept 39 7, , , , ,33 Okt 40 2, , , , ,00 Nov 30-26, , , , ,05 Des 36 20, , , , ,00 Sumber : Dinas Perikanan Kabupaten Trenggalek Gambar 22. Rata-rata dan Fluktuasi Hasil Tangkapan Ikan per Bulan (Trip) per Alat Tangkap di Wilayah Pesisir Selatan (Tahun ) 96

19 97 Gambar 23. Tren CPUE Alat Tangkap Pukat Pantai di Wilayah Pesisir Selatan Tahun Pada Gambar 23 terlihat CPUE alat tangkap pukat pantai dari tahun mengalami kenaikan yang cukup tajam dan mengalami penurunan kembali pada tahun CPUE di tahun 2004 mengalami penurunan dan mulai mengalami kenaikan tahun 2006 dan menurun kembali pada tahun Gambar 24. Tren CPUE Alat Tangkap Jaring Klitik di Wilayah Pesisir Selatan Tahun

20 98 CPUE alat tangkap jaring klitik dari tahun 2001 sampai 2005 mengalami kenaikan yang cukup tajam dan mengalami penurunan pada tahun CPUE naik kembali pada tahun 2007, tren perkembangan nilai CPUE meningkat. Gambar 25. Tren CPUE Alat Tangkap Pukat Cincin di Wilayah Pesisir Selatan Tahun CPUE alat tangkap pukat cincin dari tahun 2002 menurun dan tahun 2003 mengalami kenaikan yang cukup tajam dan mengalami penurunan kembali sampai tahun CPUE naik kembali tahun 2007, secara keseluruhan tren perkembangan CPUE menurun. Gambar 26. Tren CPUE Alat Tangkap Pancing di Wilayah Pesisir Selatan Tahun

21 99 CPUE alat tangkap pancing tahun 2002 mengalami kenaikan yang sangat tajam dan mengalami penurunan secara tajam pula di tahun 2003 dan meningkat pula di tahun 2004 meskipun relatif kecil peningkatannya akan tetapi tahun terjadi penurunan yang tidak terlalu tinggi. CPUE naik kembali secara tajam di tahun Gambar 27. Tren CPUE Alat Tangkap Jaring Angkat di Wilayah Pesisir Selatan Tahun CPUE alat tangkap jaring angkat dari tahun 2001 mengalami kenaikan dan mengalami penurunan terus menerus sampai tahun 2006 dengan tingkat penurunan yang tidak terlalu tinggi. CPUE naik kembali tahun Indeks Musim Penangkapan Perikanan Laut Indeks musim penangkapan perikanan laut wilayah pesisir Selatan disajikan pada Gambar 28 dibawah ini : 99

22 100 Indeks Musim Penangkapan Nilai IMP Juli September Nopember Januari Maret Mei Bulan Juli - Juni Gambar 28. Indeks Musim Penangkapan Perikanan Laut Wilayah Pesisir Selatan Analisis Deskriptif Program dan Bentuk Kegiatan Pembangunan Wilayah Pesisir Pembangunan daerah, sebagai bagian integral pembangunan nasional, selain berkepentingan terhadap penyelenggaraan pembangunan sektoral, juga berkepentingan terhadap pembangunan dalam dimensi kewilayahan bertujuan mencapai sasaran-sasaran sektoral dan tujuan pengintegrasian pembangunan antar-sektor di dalam satu wilayah. Perubahan paradigma sistem pemerintahan dari sentralistik ke desentralistik (otonomi daerah) membawa konsekuensi terjadinya perubahan paradigma perencanaan pembangunan dari pendekatan pembangunan sektoral ke pendekatan kewilayahan (RPJMD Kab Lamongan, 2009). 100

23 101 Desentralisasi dibutuhkan untuk menumbuhkan prakarsa dan aspirasi daerah sesuai keanekaragaman kondisinya masing-masing, sehingga pengambilan keputusan penyelenggaraan pemerintaan dan penyediaan pelayanan publik menjadi lebih sederhana, cepat, dan responsif terhadap kebutuhan masyarakat lokal. Desentralisasi mendekatkan rentang kendali antara pembuat kebijakan dengan masyarakat, dan memberikan wewenang melaksanakan pengaturan atau kebijakan pada tingkat daerah (RPJMD Kab Lamongan, 2009). Tabel 24. Program dan Bentuk Kegiatan di Wilayah Pesisir Utara No Program Kegiatan Bentuk Kegiatan 1. Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir 2. Program Pemberdayaan Masyarakat dalam Pengawasan dan Pengendalian Sumber Daya Kelautan 3. Program Pengembangan Budidaya Perikanan 4. Program Pengembangan Perikanan Tangkap 5. Program Pengembangan Sistem Penyuluhan Perikanan 6. Program Optimalisasi Pengelolaan dan Pemasaran Produksi Perikanan Sumber : RPJMD Kab Lamongan Pemberdayaan lembaga keuangan mikro sektor kelautan 2. Pengembangan kelompok usaha bersama (KUB) 3. Pemberdayaan tokoh keagamaan/lembaga adat 1. Operasional kegiatan poskamla 2. Sosialisasi UU No, 27 Tahun Pengembangan sarana dan prasarana pengendalian sumberdaya kelautan 1. Pengembangan bibit ikan unggul 2. Pembinaan dan pengembangan perikanan 3. Fasilitasi PMI sawah tambak 4. Fasilitasi PMI tambak 5. Pembangunan gedung laboratorium kesehatan ikan 6. Laboratorium kesehatan ikan keliling 7. Pembuatan data base peta kondisi lahan sawah tambak 8. Pengadaan peralatan dan perkolaman BBI Lamongan 9. Operasional kendaraan BBI 10. Resctoking ikan di perairan umum 1. Rehabilitasi sedang/berat tempat pelelangan ikan 2. Fasilitasi penguatan modal TPI 3. Pengembangan sarana dan prasarana perikanan tangkap 1. Optimalisasi penyuluh perikanan 2. Penyuluhan pembudidaya ikan dan nelayan 3. Pembuatan dan penyusunan lieflet dan buletin 4. Lomba kelompok pembudidaya ikan dan nelayan 1. Promosi gerakan gemar makan ikan kepada anak sekolah 2. Pelatihan hasil laut 3. Pembangunan outlet pemasaran ikan (DAK) 4. Pengadaan keranjang ikan/basket (DAK) 5. Operasional kegiatan produk unggulan pengolahan 6.Optimalisasi Perda No 7 Th 2004 pengusaha perikanan (pembenihan ikan, pembudidaya, pengolah, hasil perikanan, perikanan tangkap) 101

24 102 Pembangunan daerah dilaksanakan melalui pengembangan otonomi daerah dan pengaturan sumberdaya yang memberikan kesempatan bagi terwujudnya masyarakat sejahtera. Upaya mencapai keberhasilan pembangunan daerah membutuhkan perencanaan strategis berupa program dan bentuk kegiatan pembangunan. Program dan bentuk kegiatan pembangunan wilayah pesisir Utara meliputi enam program terdiri dari dua program pemberdayaan, tiga program pengembangan dan satu program optimalisasi dengan 29 bentuk kegiatan seperti yang tersaji pada Tabel 24. Program dan bentuk kegiatan pembangunan wilayah pesisir Selatan meliputi sembilan program terdiri dari satu program pemberdayaan, empat program pengembangan, satu program optimalisasi dan tiga program peningkatan dengan sepuluh bentuk kegiatan tersaji pada Tabel 25. Tabel 25. Program dan Bentuk Kegiatan di Wilayah Pesisir Wilayah Pesisir Selatan No Program Kegiatan Bentuk Kegiatan 1. Pengembangan budidaya perikanan 1. Peningkatan produksi perikanan budidaya 2. Pengembangan perikanan tangkap 1. Peningkatan produksi perikanan perairan umum Laut 2. Peningkatan produksi perikanan perairan umum sungai 3. Pengembangan sistem penyuluhan 1. Peningkatan SDM penyuluh perikanan perikanan 4. Optimalisasi pengelola an dan pemasaran 1. Ketersediaan fasilitas TPI produksi perikanan 5. Pengembangan kawasan budidaya laut, air payau dan air tawar, 1. Peningkatan kawasan budidaya perikanan 6. Pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir 1. Peningkatan jumlah petani ikan 7. Peningkatan kesadaran dan penegakan hukum dalam pendayagunaan sumber daya 1. Penurunan pelanggaran pendayagunaan sumber daya laut laut 8. Peningkatan Mitigasi Bencana alam Laut 1. Terlindunginya kawasan pantai thd, dan Prakiraan Iklim Laut 9. Peningkatan Kegiatan Budidaya Kelautan dan wawasan Maritim kepada Masyarakat Sumber : RPJMD Kab Trenggalek Kemungkinan adanya bencana alam laut 1. Meningkatnya budaya mayarakat nelayan terhadap budaya kelautan 102

25 Analisis Disparitas Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Wilayah Pesisir Jawa Timur Struktur ekonomi Kecamatan Paciran dan Brondong masih memiliki sektor pertanian sebagai sektor dominan di tahun 2004 mapun tahun Sektor yang paling kecil sumbangannya dalam struktur perekonomian di kedua Kecamatan pesisir tersebut adalah sektor pertambangan. Sektor perikanan laut merupakan sembilan besar dalam struktur perekonomian. Sektor perikanan laut di Kecamatan Paciran dari tahun 2004 ke tahun 2007 mengalami kenaikan sedangkan di Kecamatan Brondong mengalami penurunan (Lampiran 1 dan 2). Tabel 26. Struktur Ekonomi Kecamatan Paciran dan Brondong di Wilayah Pesisir Utara No Kecamatan "Agr" "plaut" "pl" "Min" "Ind" "Lga" "Kon" "Dag" "Ang" "Keu" "Jsa" Tahun 2004 (%) 1 "Paciran" 0,0261 0,0009 0,0040 0,0001 0,0037 0,0006 0,0022 0,0146 0,0010 0,0025 0, "Brondong" 0,0185 0,0007 0,0031 0,0001 0,0026 0,0005 0,0016 0,0103 0,0007 0,0018 0,0041 Tahun 2007 (%) 1 "Paciran" 0,0335 0,0012 0,0052 0,0002 0,0049 0,0008 0,0030 0,0194 0,0014 0,0034 0, "Brondong" ,0006 0,0032 0,0001 0,0026 0,0003 0,0016 0,0106 0,0007 0,0019 0,0039 Keterangan : "Agr" = "Pertanian" "plaut" = "Perikanan Laut" "pl" = "Perikanan Lainnya" "Min" = "Pertambangan" "Ind" = "Industri Pengolahan" "Lga" = "Listrik, gas dan air bersih" "Kon" = "Konstruksi" "Dag" = "Perdagangan, Hotel & Restoran" "Ang" = "Pengangkutan & Komunikasi" "Keu" = "Keuangan, persewaan & jasa pers" "Jsa" = "jasa-jasa" Struktur ekonomi Kecamatan Panggul, Munjungan dan Watulimo juga masih didominasi oleh sektor pertanian di tahun 2004 mapun tahun Sektor yang paling kecil sumbangannya dalam struktur perekonomian di ketiga Kecamatan pesisir tersebut adalah sektor perikanan lainnya. Sektor perikanan laut merupakan delapan besar dalam struktur perekonomian. Sektor perikanan laut di ketiga Kecamatan Panggul, Munjungan dan Watulimo dari tahun 2004 ke tahun 2007 tidak mengalami perubahan (Lampiran 17 dan 18). 103

26 104 Tabel 27. Struktur Ekonomi Kecamatan Panggul, Munjungan dan Watulimo di Wilayah Pesisir Selatan No Kecamatan "Agr" "plaut" "pl" "Min" "Ind" "Lga" "Kon" "Dag" "Ang" "Keu" "Jsa" Tahun 2004 (%) 1 "Panggul" 0,0357 0,0016 0,0001 0,0007 0,0074 0,0004 0,0052 0,0191 0,0060 0,0059 0, "Munjungan" 0,0258 0,0012 0,0001 0,0005 0,0053 0,0003 0,0037 0,0138 0,0043 0,0042 0, "Watulimo" 0,0298 0,0014 0,0000 0,0005 0,0062 0,0003 0,0043 0,0159 0,0050 0,0049 0,0162 Tahun 2007 (%) 1 "Panggul" 0,0354 0,0016 0,0001 0,0007 0,0075 0,0004 0,0053 0,0198 0,0059 0,0056 0, "Munjungan" 0,0256 0,0012 0,0001 0,0005 0,0054 0,0003 0,0038 0,0143 0,0043 0,0041 0, "Watulimo" 0,0296 0,0014 0,0000 0,0006 0,0062 0,0003 0,0044 0,0165 0,0049 0,0047 0,0158 Pemetaan potensi ekonomi wilayah merupakan seperangkat proses yang menghasilkan rumusan informasi pendukung bagi pemerintah dalam menyusun sebuah kebijakan. Secara makro kebijakan pengembangan potensi ekonomi wilayah salah satunya terlihat dari besarnya PDRB wilayah. PDRB wilayah pesisir Utara rata-rata mencapai Rp juta. Dari tiga tahun pengamatan 2004 ke 2007 telah terjadi peningkatan PDRB rata-rata sebanyak Rp. 567 juta UTARA 4142 SELATAN PDRB Per Kecamatan Lokasi Kec. Paciran Kec. Brondong Kec. Paciran Kec. Brondong Kec. Panggul Kec. Munjungan Kec. Watulimo Kec. Panggul Kec. Munjungan Kec. Watulimo Gambar 29. PDRB Sektor Perikanan Laut di Wilayah Pesisir Utara Selatan Tahun

27 105 Pada tahun 2004, PDRB wilayah pesisir Selatan rata-rata mencapai Rp juta. Tahun pengamatan terjadi peningkatan PDRB rata-rata sebanyak Rp. 192 juta. Dari hasil perhitungan seperti yang tersaji pada Gambar 29, terjadi disparitas PDRB wilayah pesisir antara Utara dan Selatan. Tahun pengamatan 2004 ke 2007 telah terjadi peningkatan PDRB rata-rata wilayah pesisir Utara sebanyak Rp. 567 juta, sedangkan untuk wilayah pesisir Selatan hanya sebanyak Rp. 192 juta Rasio antar Dua Variabel Tiap Lokasi Rasio antar dua variabel tiap lokasi memperlihatkan besarnya nilai relatif suatu sektor dalam struktur perekonomian di suatu lokasi dibanding sektor lain yang menjadi acuan atau pembanding Rasio Sektor Perikanan Laut-Sektor Pertanian Tahun 2004, rata-rata rasio sektor perikanan laut-sektor pertanian di wilayah pesisir Utara rata-rata 0,0400. Tahun 2007, rata-rata rasio sektor perikanan laut-sektor pertanian di wilayah pesisir Utara 0,0400. Tahun pengamatan tidak terjadi perubahan yaitu interpretasi sektor perikanan laut terhadap sektor pertanian bersifat langka atau relatif kecil perannya dalam struktur perekonomian di wilayah pesisir utara (Lampiran 4 dan 9). No Tabel 28. Rasio Sektor Perikanan Laut - Pertanian Tahun Wilayah Pesisir Rasio Th 2004 Rasio Th 2007 Interaksi Rata-rata Utara 0,0400 0,0400 Langka 1. Kec Paciran 0,0350 0,0350 Langka 2. Kec Brondong 0,0380 0,0360 Langka Rata-rata Selatan 0,0466 0,0500 Langka 1. Kec Panggul 0,0440 0,0450 Langka 2. Kec Munjungan 0,0460 0,0470 Langka 3. Kec Watulimo 0,0470 0,0480 Langka 105

28 106 Tahun 2004, rata-rata rasio sektor perikanan laut-sektor pertanian di wilayah pesisir Selatan 0,0466. Tahun 2007, rata-rata rasio sektor perikanan lautsektor pertanian wilayah pesisir Selatan 0,0500. Tahun pengamatan tidak terjadi perubahan yaitu interaksinya bersifat langka (Lampiran 19 dan 23) UTARA SELATAN Kec. Paciran Kec. Brondong Kec. Paciran Kec. Brondong Kec. Panggul Kec. Munjungan Kec. Watulimo Kec. Panggul Kec. Munjungan Kec. Watulimo Nilai rasio perikanan laut - pertanian Lokasi Gambar 30. Rasio Sektor Perikanan Laut-Pertanian Tahun Dari hasil perhitungan seperti yang tersaji pada Tabel 28 dan Gambar 30, tidak terjadi disparitas rasio sektor perikanan laut-sektor pertanian diwilayah pesisir antara Utara dan Selatan disebabkan sektor perikanan laut relatif kecil dibandingkan sektor pertanian. 106

29 Rasio Sektor Perikanan Laut dengan Sektor Perikanan Lainnya Tahun 2004, rata-rata rasio sektor perikanan laut-sektor pertanian di wilayah pesisir Utara 0,2200. Tahun 2007, rata-rata rasio sektor perikanan lautsektor perikanan lainnya di wilayah pesisir Utara 0,2050. Tahun pengamatan interaksinya bersifat langka. Tahun 2004, rata-rata rasio sektor perikanan laut-sektor perikanan lainnya di wilayah pesisir Selatan 21,2800. Tahun 2007, rata-rata rasio sektor perikanan laut-sektor perikanan lainnya di wilayah pesisir Selatan 21,9200. Tahun pengamatan tidak terjadi perubahan yaitu interaksinya bersifat melimpah. No Tabel 29. Rasio Sektor Perikanan Laut-Perikanan Lainnya Th Wilayah Pesisir Rasio Th 2004 Rasio Th 2007 Interaksi Rata-rata Utara 0,2200 0,2050 Langka 1. Kec Paciran 0,2230 0,2230 Langka 2. Kec Brondong 0,2230 0,1890 Langka Rata-rata Selatan 21, ,9200 Melimpah 1. Kec Panggul 10, ,1960 Melimpah 2. Kec Munjungan 17, ,9630 Melimpah 3. Kec Watulimo 35, ,5980 Melimpah 107

30 108 UTARA SELATAN Nilai rasio perikanan laut - perikanan lainnya Kec. Paciran Kec. Brondong Kec. Paciran Kec. Brondong Kec. Panggul Kec. Munjungan Kec. Watulimo Kec. Panggul Kec. Munjungan Kec. Watulimo Lokasi Gambar 31. Rasio Sektor Perikanan Laut-Perikanan Lainnya Tahun Dari hasil perhitungan seperti yang tersaji pada Tabel 29 dan Gambar 31, terlihat telah terjadi disparitas rasio sektor perikanan laut-sektor perikanan lainnya diwilayah pesisir antara Utara dan Selatan disebabkan di wilayah pesisir Utara nilai sektor perikanan laut relatif kecil dibanding sektor perikanan lainnya. Rasio antar dua variabel wilayah pesisir Selatan relatif lebih besar dibanding rasio antar dua variabel wilayah pesisir Utara, dikarenakan sektor perikanan lainnya di wilayah pesisir Selatan relatif lebih kecil, sehingga bersifat melimpah Rasio Sektor Perikanan Laut dengan Sektor Industri Pengolahan Tahun 2004, rata-rata rasio sektor perikanan laut-sektor industri pengolahan di wilayah pesisir Utara 0,2550. Tahun 2007, rata-rata rasio sektor perikanan laut-sektor industri pengolahan di wilayah pesisir Utara 0,2400. Tahun pengamatan tidak terjadi perubahan, interaksinya bersifat langka. Tahun 2004, rata-rata rasio sektor perikanan laut-sektor industri pengolahan di Selatan 0,2200. Tahun 2007, rata-rata rasio sektor perikanan laut-sektor industri pengolahan di Selatan 0,2200. Tahun pengamatan tidak terjadi perubahan yaitu interaksinya bersifat langka. 108

31 109 No Tabel 30. Rasio Sektor Perikanan Laut-Industri Pengolahan Th Wilayah Pesisir Rasio Th 2004 Rasio Th 2007 Interaksi Rata-rata Utara 0,2550 0,2400 Langka 1. Kec Paciran 0,2420 0,2400 Langka 2. Kec Brondong 0,2650 0,2380 Langka Rata-rata Selatan 0,2200 0,2200 Langka 1. Kec Panggul 0,2140 0,2140 Langka 2. Kec Munjungan 0,2210 0,2210 Langka 3. Kec Watulimo 0,2280 0,2270 Langka UTARA SELATAN Nilai rasio perikanan laut - industri pengolahan Lokasi Kec. Paciran Kec. Brondong Kec. Paciran Kec. Brondong Kec. Panggul Kec. Munjungan Kec. Watulimo Kec. Panggul Kec. Munjungan Kec. Watulimo Gambar 32. Rasio Sektor Perikanan Laut-Industri Pengolahan Tahun

32 110 Dari hasil perhitungan seperti yang tersaji pada Tabel 30 dan Gambar 32, terlihat bahwa tidak terjadi disparitas rasio sektor perikanan laut-sektor industri pengolahan diwilayah pesisir antara Utara dan Selatan disebabkan baik diwilayah pesisir Utara mapun Selatan, sektor perikanan laut jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan sektor industri pengolahan Rasio Sektor Perikanan Laut dengan Sektor Jasa Tahun 2004, rata-rata rasio sektor perikanan laut-sektor jasa di wilayah pesisir Utara 0,2550. Tahun 2007, rata-rata rasio sektor perikanan laut-sektor jasa di wilayah pesisir Utara 0,1600. Tahun pengamatan tidak terjadi perubahan yaitu interaksinya bersifat langka. Tahun 2004, rata-rata rasio sektor perikanan laut-sektor jasa di Selatan 0,0833. Tahun 2007, rata-rata rasio sektor perikanan laut-sektor jasa di wilayah pesisir Selatan 0,0900. Tahun pengamatan tidak terjadi perubahan yaitu interaksinya bersifat langka. No Tabel 31. Rasio Sektor Perikanan Laut-Jasa Tahun Wilayah Pesisir Rasio Th 2004 Rasio Th 2007 Interaksi Rata-rata Utara 0,1650 0,1600 Langka 1. Kec Paciran 0,1560 0,1560 Langka 2. Kec Brondong 0,1710 0,1570 Langka Rata-rata Selatan 0,0833 0,0900 Langka 1. Kec Panggul 0,0810 0,0850 Langka 2. Kec Munjungan 0,0840 0,0870 Langka 3. Kec Watulimo 0,0870 0,0900 Langka 110

33 111 UTARA SELATAN Nilai rasio perikanan laut - jasa-jasa Kec. Paciran Kec. Brondong Kec. Paciran Kec. Brondong Kec. Panggul Kec. Munjungan Kec. Watulimo Kec. Panggul Kec. Munjungan Kec. Watulimo Lokasi Gambar 33. Rasio Sektor Perikanan Laut-Jasa Tahun Dari hasil perhitungan seperti yang tersaji pada Tabel 29 dan Gambar 33, terlihat tidak terjadi disparitas rasio sektor perikanan laut-sektor jasa di Utara dan Selatan disebabkan baik diwilayah pesisir Utara mapun Selatan, sektor perikanan laut jauh lebih kecil dibandingkan sektor jasa Pangsa Sektoral Tiap Lokasi (%) Tahun 2004, pangsa sektor perikanan laut di Kecamatan Paciran 1,46 % dan Kecamatan Brondong 1,59 %. Rata-rata pangsa sektoral tiap lokasi di Utara 1,52 %. Tahun 2007, pangsa sektoral tiap lokasi di Kecamatan Paciran 1,45 % dan Kecamatan Brondong 1,42 %. Rata-rata pangsa sektoral tiap lokasi di Utara 1,43 % (Lampiran 4 dan 9). Tahun 2004, pangsa sektoral tiap lokasi di Kecamatan Panggul 1,55 %; Kecamatan Munjungan 1,60 % dan Kecamatan Watulimo 1,65 %. Rata-rata pangsa sektoral tiap lokasi di Selatan 1,60 %. Tahun 2007, Kecamatan Panggul 1,57 %; Kecamatan Munjungan 1,62 % dan Kecamatan Watulimo 1,67 %. Rata-rata pangsa sektoral tiap lokasi di Selatan 1,62 % (Lampiran 19 dan 24). 111

34 112 UTARA SELATAN Kec. Paciran Kec. Brondong Kec. Paciran Kec. Brondong Kec. Panggul Kec. Munjungan Kec. Watulimo Kec. Panggul Kec. Munjungan Kec. Watulimo PSTL Lokasi Gambar 34. Pangsa Sektoral Tiap Lokasi Tahun Dari hasil perhitungan seperti yang tersaji pada Gambar 34, terlihat telah terjadi disparitas pangsa sektoral tiap lokasinya antara wilayah pesisir Utara dan Selatan, hal ini berarti di wilayah pesisir Selatan, relative lebih besar tingkat keuntungan yang diperoleh untuk setiap investasi disebabkan di hampir semua sektor di tiap lokasi masih sangat terbuka dan belum mengalami faktor kejenuhan Pangsa Lokal Tiap Sektor (%) Tahun 2004, pangsa lokal sektor perikanan laut di Kecamatan Paciran 56,28 % dan Kecamatan Brondong 43,71 %. Rata-rata pangsa lokal tiap sektor di Utara 50,00 %. Tahun 2007, pangsa lokal tiap sektor di Kecamatan Paciran 65,53 % dan Kecamatan Brondong 34,46 %. Rata-rata pangsa lokal tiap sektor di Utara 50,00 % (Lampiran 5 dan 10). Tahun 2004, pangsa lokal tiap sektor di Kecamatan Panggul 37,89 %; Kecamatan Munjungan 28,37 % dan Kecamatan Watulimo 33,72 %. Rata-rata pangsa lokal tiap sektor di Selatan 33,33 %. Tahun 2007, Kecamatan Panggul 37,99 %; Kecamatan Munjungan 28,35 % dan Kecamatan Watulimo 33,65%. Rata-rata pangsa lokal tiap sektor di Selatan 33,33 % (Lampiran 20 dan 24). 112

35 UTARA SELATAN Kec. Paciran Kec. Brondong Kec. Paciran Kec. Brondong Kec. Panggul Kec. Munjungan Kec. Watulimo Kec. Panggul Kec. Munjungan Kec. Watulimo PLTS Lokasi Gambar 35. Pangsa Lokal Tiap Sektor Tahun Dari hasil perhitungan seperti yang tersaji pada Gambar 35, terlihat terjadi disparitas pangsa lokal tiap sektor antara wilayah pesisir Utara dan Selatan, hal ini berarti tingkat kesesuaian lokasi untuk seluruh sektor di wilayah pesisir Utara lebih sesuai, yang berimplikasi kepada konsep aglomerasi Indeks Spesialisasi Tiap Lokasi (ISTL) Tahun 2004, indeks spesialisasi tiap lokasi di Kecamatan Paciran 0,0130 dan Kecamatan Brondong 0,0140. Rata-rata indeks spesialisasi tiap lokasi di Utara 0,0135. Tahun 2007, indeks spesialisasi tiap lokasi di Kecamatan Paciran 0,0250 dan Kecamatan Brondong 0,0130. Rata-rata indeks spesialisasi tiap lokasi di Utara 0,0190 (Lampiran 6 dan 12). Tahun 2004, indeks spesialisasi tiap lokasi di Kecamatan Panggul 0,0110; Kecamatan Munjungan 0,0120 dan Kecamatan Watulimo 0,0120. Rata-rata indeks spesialisasi tiap lokasi di Selatan 0,0116. Tahun 2007, Kecamatan Panggul 0,0120; Kecamatan Munjungan 0,0120 dan Kecamatan Watulimo 0,0130. Rata-rata indeks spesialisasi tiap lokasi di Selatan 0,0123 (Lampiran 20 dan 25). 113

36 114 UTARA SELATAN Kec. Paciran Kec. Brondong Kec. Paciran Kec. Brondong Kec. Panggul Kec. Munjungan Kec. Watulimo Kec. Panggul Kec. Munjungan Kec. Watulimo ISTL Lokasi Gambar 36. Indeks Spesialisasi Tiap Lokasi Tahun Dari hasil perhitungan seperti yang tersaji pada Gambar 36, terlihat telah terjadi disparitas indeks spesialisasi tiap lokasi antara wilayah pesisir Utara dan Selatan. Di wilayah pesisir Utara, setiap lokasi relative lebih terkonsentrasi kepada sektor-sektor tertentu dibandingkan di wilayah pesisir Selatan. 114

37 Indeks Lokalisasi Tiap Sektor / ILTS ILTS Utara Selatan Tahun Gambar 37. Indeks Lokalisasi Tiap Sektor Tahun Tahun 2004, rata-rata indeks lokalisasi tiap sektor di Utara sebesar 0,8940 dan tahun 2007 sebesar 0,0190 (Lampiran 5 dan 11), di Selatan tahun 2004 sebesar 0,7410 dan tahun 2007 sebesar 0,0123. Dari hasil perhitungan seperti yang tersaji pada Gambar 37, telah terjadi disparitas rata-rata indeks lokalisasi tiap sektor wilayah pesisir Utara dan Selatan. Di wilayah pesisir Utara, setiap sektor relative lebih terkonsentrasi pada lokasi tertentu (Lampiran 21 dan 25) Kuota Lokasi Tahun 2004, kuota lokasi di Kecamatan Paciran 9,1380 dan Kecamatan Brondong 9,9430. Rata-rata kuota lokasi di Utara 9,5405. Tahun 2007, kuota lokasi di Kecamatan Paciran 8,1630 dan Kecamatan Brondong 8,0320. Rata-rata kuota lokasi di Utara 8,0975 (Lampiran 6 dan 12). Tahun 2004, kuota lokasi di Kecamatan Panggul 3,7400; Kecamatan Munjungan 3,8720 dan Kecamatan Watulimo 3,9850. Rata-rata kuota lokasi di Selatan 3,8656. Tahun 2007, Kecamatan Panggul 3,7490; Kecamatan Munjungan 3,8690 dan Kecamatan Watulimo 3,9760. Rata-rata kuota lokasi di Selatan 3,8646 (Lampiran 21 dan 25). 115

38 UTARA SELATAN Kec. Paciran Kec. Brondong Kec. Paciran Kec. Brondong Kec. Panggul Kec. Munjungan Kec. Watulimo Kec. Panggul Kec. Munjungan Kec. Watulimo Kuota Lokasi Lokasi Gambar 38. Kuota Lokasi Tahun Dari hasil perhitungan seperti yang tersaji pada Gambar 38, terlihat telah terjadi disparitas rata-rata kuota lokasi wilayah pesisir Utara dan Selatan. Di wilayah pesisir Utara, setiap lokasi relative lebih terkonsentrasi kepada sektorsektor tertentu dibandingkan di Selatan, meskipun di kedua wilayah pesisir tersebut sektor yang berkembang merupakan sektor basis Laju Pertumbuhan Lokal Tiap Sektor (%) Tahun 2004, laju pertumbuhan lokal tiap sektor di Kecamatan Paciran 31,61 % dan Kecamatan Brondong -1,24 %. Rata-rata laju pertumbuhan lokal tiap sektor di wilayah pesisir Utara 15,18 %. Tahun 2007, laju pertumbuhan lokal tiap sektor di Kecamatan Paciran 13,96 % dan Kecamatan Brondong -1,30 %. Ratarata laju pertumbuhan lokal tiap sektor di wilayah pesisir Utara 6,32 % (Lampiran 7 dan 13). Tahun 2004, laju pertumbuhan lokal tiap sektor di Kecamatan Panggul 4,36 %; Kecamatan Munjungan 4,19 % dan Kecamatan Watulimo 4,12 %. Ratarata laju pertumbuhan lokal tiap sektor di Selatan 4,22 %. Tahun 2007, Kecamatan Panggul 3,71 %; Kecamatan Munjungan 3,59 % dan Kecamatan Watulimo 3,53 %. Rata-rata laju pertumbuhan lokal tiap sektor di Selatan 3,61 % (Lampiran 21 dan 27). 116

39 117 UTARA SELATAN LPLTS Lokasi Kec. Paciran Kec. Brondong Kec. Paciran Kec. Brondong Kec. Panggul Kec. Munjungan Kec. Watulimo Kec. Panggul Kec. Munjungan Kec. Watulimo Gambar 39. Laju Pertumbuhan Lokal Tiap Sektor Tahun Dari hasil perhitungan seperti yang tersaji pada Gambar 39, terlihat telah terjadi disparitas rata-rata laju pertumbuhan lokal tiap sektor wilayah pesisir Utara dan Selatan. Di wilayah pesisir Utara, pertumbuhan sektoralnya relative lebih tinggi dibandingkan di wilayah pesisir Selatan Daya saing Lokal Tiap Sektor Tahun 2004, daya saing lokal sektor perikanan laut di Kecamatan Paciran 21,3320 dan Kecamatan Brondong -11,5240. Rata-rata daya saing lokal tiap sektor di Utara 4,1220. Tahun 2007, daya saing lokal tiap sektor di Kecamatan Paciran 6,6750 dan Kecamatan Brondong -8,5930. Rata-rata daya saing lokal tiap sektor di Utara -0,9590 (Lampiran 8 dan 14). Tahun 2004, daya saing lokal tiap sektor di Kecamatan Panggul 0,1300; Kecamatan Munjungan -0,0380 dan Kecamatan Watulimo -0,1130. Rata-rata daya saing lokal tiap sektor di Selatan - 0,0070. Tahun 2007, Kecamatan Panggul 0,0950; Kecamatan Munjungan -0,0280 dan Kecamatan Watulimo -0,0830. Rata-rata daya saing lokal tiap sektor di Selatan -0,0053 (Lampiran 22 dan 29) 117

40 118 UTARA SELATAN DSLTS Lokasi Kec. Paciran Kec. Brondong Kec. Paciran Kec. Brondong Kec. Panggul Kec. Munjungan Kec. Watulimo Kec. Panggul Kec. Munjungan Kec. Watulimo Gambar 40. Daya Saing Tiap Sektor Tahun Dari hasil perhitungan seperti yang tersaji pada Gambar 40, terlihat telah terjadi disparitas daya saing lokal tiap sektor wilayah pesisir Utara dan Selatan, berarti di setiap lokasi wilayah pesisir Utara, seluruh sektor mempunyai daya saing yang relative lebih tinggi dibandingkan di wilayah pesisir Selatan. 118

41 Analisis Disparitas Pembangunan Wilayah Pesisir Jawa Timur Analisis Shiftt Share Perkembangan Wilayah Pesisir Profil Tingkat Pertumbuhan Wilayah Identifikasi sumber atau komponen pertumbuhan wilayah dilakukan menggunakan analisis shift share. Shift share menganalisis perubahan berbagai indikator kegiatan ekonomi pada dua titik waktu di suatu wilayah. Hasil analisis shift share menunjukkan perkembangan sektor di suatu wilayah dibandingkan secara relative dengan sektor lainnya dan perkembangan wilayah dibandingkan wilayah lainnya tumbuh cepat atau lambat. Hasil analisis shift share di suatu wilayah antara tahun dasar dengan tahun akhir analisis dibagi menjadi tiga komponen pertumbuhan yaitu komponen pertumbuhan nasional (National Growth Component/PN), komponen pertumbuhan proporsional (Proportional or Industrial Mix Growth Component / PP) dan komponen pertumbuhan pangsa wilayah (Regional Share Growth Component / PPW). Komponen pertumbuhan adalah perubahan kesempatan kerja atau produksi suatu wilayah disebabkan perubahan kesempatan kerja atau produksi nasional secara umum, perubahan kebijakan ekonomi atau perubahan dalam hal-hal yang mempengaruhi perekonomian semua sektor dan wilayah. Komponen pertumbuhan proporsional tumbuh karena perbedaan sektor dalam permintaan produk akhir, perbedaan dalam ketersediaan bahan mentah, perbedaan dalam kebijakan industri seperti kebijakan perpajakan, subsidi dan price support dan perbedaan dalam struktur dan keragaman pasar. Komponen pertumbuhan pangsa wilayah timbul karena peningkatan atau penurunan PDRB atau kesempatan kerja dalam suatu wilayah dibandingkan wilayah lainnya. Cepat lambatnya pertumbuhan suatu wilayah dibandingkan wilayah lainnya ditentukan oleh keunggulan komparatif, akses pasar, dukungan kelembagaan, prasarana sosial dan ekonomi serta kebijakan ekonomi regional wilayah tersebut. Dari penjumlahan dua komponen pertumbuhan wilayah yaitu komponen pertumbuhan proporsional dan pertumbuhan pangsa wilayah digunakan mengidentifikasi pertumbuhan wilayah atau suatu sektor dalam suatu wilayah. Jumlah antara dua komponen disebut pergeseran bersih (PB). Persentase komponen pertumbuhan regional, pertumbuhan proporsional dan pertumbuhan pangsa wilayah. 119

4 HASIL. Gambar 4 Produksi tahunan hasil tangkapan ikan lemuru tahun

4 HASIL. Gambar 4 Produksi tahunan hasil tangkapan ikan lemuru tahun Cacth (ton) 46 4 HASIL 4.1 Hasil Tangkapan (Catch) Ikan Lemuru Jumlah dan nilai produksi tahunan hasil tangkapan ikan lemuru yang didaratkan di PPP Muncar dari tahun 24 28 dapat dilihat pada Gambar 4 dan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SERANG RINCIAN LAPORAN REALISASI ANGGARAN MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN

PEMERINTAH KABUPATEN SERANG RINCIAN LAPORAN REALISASI ANGGARAN MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN Urusan Pemerintahan : 2 Urusan Pilihan Bidang Pemerintahan : 2. 05 Kelautan dan Perikanan Unit Organisasi : 2. 05. 01 DINAS KELAUTAN, PERIKANAN, ENERGI DAN SUMBERDAYA MINERAL Sub Unit Organisasi : 2. 05.

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2006

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2006 BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2006 4.1. Gambaran Umum inerja perekonomian Jawa Barat pada tahun ini nampaknya relatif semakin membaik, hal ini terlihat dari laju pertumbuhan ekonomi Jawa

Lebih terperinci

4.2 Keadaan Umum Perikanan Tangkap Kabupaten Lamongan

4.2 Keadaan Umum Perikanan Tangkap Kabupaten Lamongan 23 4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Geografi dan Topografi Kecamatan Brondong merupakan daerah yang terletak di tepi pantai utara Jawa Timur. Brondong adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Lamongan,

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Distribusi SPL Dari pengamatan pola sebaran suhu permukaan laut di sepanjang perairan Selat Sunda yang di analisis dari data penginderaan jauh satelit modis terlihat ada pembagian

Lebih terperinci

RANCANGAN RENCANA KERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN MALANG TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN

RANCANGAN RENCANA KERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN MALANG TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN 1 LAMPIRAN KEPUTUSAN KEPALA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN MALANG NOMOR : 180/1918/KEP/421.115/2015 TENTANG PENGESAHAN RENCANA KERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN MALANG TAHUN 2016 RANCANGAN

Lebih terperinci

V. ANALISIS SEKTOR-SEKTOR PEREKONOMIAN DALAM PEMBANGUNAN WILAYAH KABUPATEN KARIMUN

V. ANALISIS SEKTOR-SEKTOR PEREKONOMIAN DALAM PEMBANGUNAN WILAYAH KABUPATEN KARIMUN V. ANALISIS SEKTOR-SEKTOR PEREKONOMIAN DALAM PEMBANGUNAN WILAYAH KABUPATEN KARIMUN Pembangunan perekonomian suatu wilayah tentunya tidak terlepas dari kontribusi dan peran setiap sektor yang menyusun perekonomian

Lebih terperinci

MATRIK RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN LUMAJANG TAHUN 2014

MATRIK RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN LUMAJANG TAHUN 2014 MATRIK RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN LUMAJANG TAHUN 2014 NAMA SKPD : Dinas Perikanan Dan Kelautan NO KODE USULAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH PROGRAM/KEGIATAN SASARAN PROGRAM KEGIATAN INDIKATOR

Lebih terperinci

5 HASIL 5.1 Kandungan Klorofil-a di Perairan Sibolga

5 HASIL 5.1 Kandungan Klorofil-a di Perairan Sibolga 29 5 HASIL 5.1 Kandungan Klorofil-a di Perairan Sibolga Kandungan klorofil-a setiap bulannya pada tahun 2006-2010 dapat dilihat pada Lampiran 3, konsentrasi klorofil-a di perairan berkisar 0,26 sampai

Lebih terperinci

Gambar 6 Sebaran daerah penangkapan ikan kuniran secara partisipatif.

Gambar 6 Sebaran daerah penangkapan ikan kuniran secara partisipatif. 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Wilayah Sebaran Penangkapan Nelayan Labuan termasuk nelayan kecil yang masih melakukan penangkapan ikan khususnya ikan kuniran dengan cara tradisional dan sangat tergantung pada

Lebih terperinci

DOKUMEN PELAKSANAAN PERUBAHAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH. PEMERINTAH KABUPATEN SERANG Tahun Anggaran 2015

DOKUMEN PELAKSANAAN PERUBAHAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH. PEMERINTAH KABUPATEN SERANG Tahun Anggaran 2015 DOKUMEN PELAKSANAAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH Formulir DPPA SKPD 2.2 PEMERINTAH KABUPATEN SERANG Tahun Anggaran 2015 Urusan Pemerintahan : 2 Urusan Pilihan Bidang Pemerintahan : 2. 05 Kelautan

Lebih terperinci

URAIAN PENDAPATAN , Pendapatan Asli Daerah ,00

URAIAN PENDAPATAN , Pendapatan Asli Daerah ,00 PEMERINTAH DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA RINCIAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH,ORGANISASI, PENDAPATAN,BELANJA DAN PEMBIAYAAN TAHUN ANGGARAN 2015 URUSAN PEMERINTAHAN : 2.05. - KELAUTAN DAN

Lebih terperinci

MATRIK RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN LUMAJANG TAHUN 2015

MATRIK RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN LUMAJANG TAHUN 2015 MATRIK RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN LUMAJANG TAHUN 2015 NAMA SKPD : Dinas Peran Dan Kelautan NO KODE TOLOK UKUR TARGET CAPAIAN KINERJA 1 2 3 4 5 6 7 8 2.05.01 1 2.05.01.19 2.05.02 PROGRAM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rakyat. Pembangunan merupakan pelaksanaan dari cita-cita luhur bangsa. desentralisasi dalam pembangunan daerah dengan memberikan

BAB I PENDAHULUAN. rakyat. Pembangunan merupakan pelaksanaan dari cita-cita luhur bangsa. desentralisasi dalam pembangunan daerah dengan memberikan digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan merupakan usaha untuk menciptakan kesejahteraan rakyat. Sebagai wujud peningkatan kesejahteraan lahir dan batin secara adil dan

Lebih terperinci

Daerah penangkapan ikan pelagis kecil di Selat Sunda yang diamati dalam

Daerah penangkapan ikan pelagis kecil di Selat Sunda yang diamati dalam 5. DAERAH PENANGKAPAN DAN HASlL TANGKAPAN 5.1. Peta Daerah Penangkapan Daerah penangkapan ikan pelagis kecil di Selat Sunda yang diamati dalam penelitian ini adalah di seluruh perairan Selat Sunda yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki lautan yang lebih luas dari daratan, tiga per empat wilayah Indonesia (5,8 juta km 2 ) berupa laut. Indonesia memiliki lebih dari 17.500 pulau dengan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI 2.1 Geografis dan Administratif Sebagai salah satu wilayah Kabupaten/Kota yang ada di Provinsi Jawa Tengah, Kabupaten Kendal memiliki karakteristik daerah yang cukup

Lebih terperinci

Ringsek KER Zona Sumbagteng Tw.I-2009 Ekonomi Zona Sumbagteng Melambat Seiring Dengan Melambatnya Permintaan Domestik

Ringsek KER Zona Sumbagteng Tw.I-2009 Ekonomi Zona Sumbagteng Melambat Seiring Dengan Melambatnya Permintaan Domestik B O K S Ringsek KER Zona Sumbagteng Tw.I-29 Ekonomi Zona Sumbagteng Melambat Seiring Dengan Melambatnya Permintaan Domestik PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Pertumbuhan ekonomi Zona Sumbagteng terus

Lebih terperinci

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 72 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 72 TAHUN 2008 TENTANG BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 72 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PETERNAKAN, PERIKANAN DAN KELAUTAN KABUPATEN KEBUMEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan ekonomi dalam wilayah tersebut. Masalah pokok dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan ekonomi dalam wilayah tersebut. Masalah pokok dalam pembangunan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses di mana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola setiap sumberdaya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pemetaan Partisipatif Daerah Penangkapan Ikan kurisi dapat ditangkap dengan menggunakan alat tangkap cantrang dan jaring rampus. Kapal dengan alat tangkap cantrang memiliki

Lebih terperinci

V. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Morowali merupakan salah satu daerah otonom yang baru

V. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Morowali merupakan salah satu daerah otonom yang baru V. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN Geografis dan Administratif Kabupaten Morowali merupakan salah satu daerah otonom yang baru terbentuk di Provinsi Sulawesi Tengah berdasarkan Undang-Undang Nomor 51 tahun

Lebih terperinci

PEREKONOMIAN DAERAH KOTA BATAM

PEREKONOMIAN DAERAH KOTA BATAM PEREKONOMIAN DAERAH KOTA BATAM Konsentrasi pembangunan perekonomian Kota Batam diarahkan pada bidang industri, perdagangan, alih kapal dan pariwisata. Akibat krisis ekonomi dunia pada awal tahun 1997 pertumbuhan

Lebih terperinci

4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 26 4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografis Lamongan merupakan salah satu Kabupaten di Propinsi Jawa Timur. Secara astronomis Kabupaten Lamongan terletak pada posisi 6 51 54 sampai dengan

Lebih terperinci

PERSEN TASE (%) Dinas Kelautan dan Perikanan ,81 JUMLAH ,81

PERSEN TASE (%) Dinas Kelautan dan Perikanan ,81 JUMLAH ,81 05. A. KEBIJAKAN PROGRAM Arah kebijakan program pada Urusan Pilihan Kelautan dan Perikanan diarahkan pada Peningkatan Pemanfaatan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan secara Optimal, dengan tetap menjaga

Lebih terperinci

RENCANA KERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN Forum SKPD

RENCANA KERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN Forum SKPD RENCANA KERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN 2017 Forum SKPD oleh Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan DIY Yogyakarta, 28 Maret 2016 Outline 1. Potensi dan Permasalahan Pembangunan Sektoral 2. Isu Strategis

Lebih terperinci

BPS KABUPATEN TAPANULI TENGAH PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI TENGAH TAHUN 2013

BPS KABUPATEN TAPANULI TENGAH PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI TENGAH TAHUN 2013 BPS KABUPATEN TAPANULI TENGAH No. 1/8/124/Th. XIII, 25 Agustus 214 PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI TENGAH TAHUN 213 Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Tapanuli Tengah tahun 213 sebesar 6,85 persen mengalami

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN KINERJA A. RENCANA KINERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN 2014

BAB II PERENCANAAN KINERJA A. RENCANA KINERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN 2014 BAB II PERENCANAAN KINERJA A. RENCANA KINERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN 2014 Perencanaan kinerja merupakan proses penyusunan rencana kinerja sebagai penjabaran dari sasaran dan program yang telah

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN KINERJA BAB II PERENCANAAN KINERJA 1. Visi Menurut Salusu ( 1996 ), visi adalah menggambarkan masa depan yang lebih baik, memberi harapan dan mimpi, tetapi juga menggambarkan hasil-hasil yang memuaskan. Berkaitan

Lebih terperinci

4. KEADAAN UMUM 4.1 Kedaan Umum Kabupaten Banyuwangi Kedaan geografis, topografi daerah dan penduduk 1) Letak dan luas

4. KEADAAN UMUM 4.1 Kedaan Umum Kabupaten Banyuwangi Kedaan geografis, topografi daerah dan penduduk 1) Letak dan luas 26 4. KEADAAN UMUM 4.1 Kedaan Umum Kabupaten Banyuwangi 4.1.1 Kedaan geografis, topografi daerah dan penduduk 1) Letak dan luas Menurut DKP Kabupaten Banyuwangi (2010) luas wilayah Kabupaten Banyuwangi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses dimana pemerintah

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses dimana pemerintah 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakat mengelola sumberdaya-sumberdaya yang ada, dengan menjalin pola-pola kemitraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keuangan pusat dan daerah membawa implikasi mendasar terhadap. yang antara lain di bidang ekonomi yang meliputi implikasi terhadap

BAB I PENDAHULUAN. keuangan pusat dan daerah membawa implikasi mendasar terhadap. yang antara lain di bidang ekonomi yang meliputi implikasi terhadap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pergeseran paradigma dalam sistem penyelenggaraan pemerintahan dari pola sentralisasi menjadi desentralisasi yang ditandai dengan lahirnya undang-undang nomer 22 tahun

Lebih terperinci

a. Pelaksanaan dan koordinasi pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya ikan dalam wilayah kewenangan kabupaten.

a. Pelaksanaan dan koordinasi pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya ikan dalam wilayah kewenangan kabupaten. Sesuai amanat Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah kedua kalinya dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008. Serta Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007

Lebih terperinci

Tabel PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan 2000 di Kecamatan Ngadirejo Tahun (Juta Rupiah)

Tabel PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan 2000 di Kecamatan Ngadirejo Tahun (Juta Rupiah) 3.14. KECAMATAN NGADIREJO 3.14.1. PDRB Kecamatan Ngadirejo Besarnya Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kecamatan Ngadirejo selama lima tahun terakhir dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 3.14.1

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan suatu daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan suatu daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan pembangunan suatu daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya. Kerangka kebijakan pembangunan suatu daerah sangat tergantung pada permasalahan dan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 - IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI 4.1 Kondisi Geografis Kota Dumai merupakan salah satu dari 12 kabupaten/kota di Provinsi Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37-101 o 8'13

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kota Depok telah resmi menjadi suatu daerah otonom yang. memiliki pemerintahan sendiri dengan kewenangan otonomi daerah

I. PENDAHULUAN. Kota Depok telah resmi menjadi suatu daerah otonom yang. memiliki pemerintahan sendiri dengan kewenangan otonomi daerah I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Depok telah resmi menjadi suatu daerah otonom yang memiliki pemerintahan sendiri dengan kewenangan otonomi daerah beserta dengan perangkat kelengkapannya sejak penerbitan

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI SEKTOR SEKTOR POTENSIAL DI KABUPATEN BATANGHARI

IDENTIFIKASI SEKTOR SEKTOR POTENSIAL DI KABUPATEN BATANGHARI Halaman Tulisan Jurnal (Judul dan Abstraksi) Jurnal Paradigma Ekonomika Vol.10, No.01,April 2015 IDENTIFIKASI SEKTOR SEKTOR POTENSIAL DI KABUPATEN BATANGHARI Dra. Hj. Emilia, ME dan Drs. H. Zulgani, MP*

Lebih terperinci

4 HASIL PENELITIAN. 4.1 Statistik Produksi Ikan dan Telur Ikan Terbang Produksi tahunan ikan dan telur ikan terbang

4 HASIL PENELITIAN. 4.1 Statistik Produksi Ikan dan Telur Ikan Terbang Produksi tahunan ikan dan telur ikan terbang 4 HASIL PENELITIAN 4.1 Statistik Produksi Ikan dan Telur Ikan Terbang 4.1.1 Produksi tahunan ikan dan telur ikan terbang Produksi ikan terbang (IT) di daerah ini dihasilkan dari beberapa kabupaten yang

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. ini adalah wilayah penelitian Kota Bandar Lampung dengan wilayah. arah tersedianya pemenuhan kebutuhan masyarakat.

III. METODOLOGI PENELITIAN. ini adalah wilayah penelitian Kota Bandar Lampung dengan wilayah. arah tersedianya pemenuhan kebutuhan masyarakat. 43 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Konsep dasar dan Defenisi Operasional Konsep dasar dan defenisi operasional dalam penelitian ini mencakup semua pengertian yang digunakan dalam memperoleh dan menganalisa

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS IIV.1 Permasalahan Pembangunan Permasalahan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Ngawi saat ini dan permasalahan yang diperkirakan terjadi lima tahun ke depan perlu mendapat

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007 BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007 4.1. Gambaran Umum awa Barat adalah provinsi dengan wilayah yang sangat luas dengan jumlah penduduk sangat besar yakni sekitar 40 Juta orang. Dengan posisi

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH No.12/02/33/Th.VII, 5 Februari 2013 PERTUMBUHAN PDRB JAWA TENGAH TAHUN 2012 MENCAPAI 6,3 PERSEN Besaran PDRB Jawa Tengah pada tahun 2012 atas dasar harga berlaku mencapai

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PERAIRAN SELAT BALI

V. GAMBARAN UMUM PERAIRAN SELAT BALI V. GAMBARAN UMUM PERAIRAN SELAT BALI Perairan Selat Bali merupakan perairan yang menghubungkan Laut Flores dan Selat Madura di Utara dan Samudera Hindia di Selatan. Mulut selat sebelah Utara sangat sempit

Lebih terperinci

P E RA N A N S E KT OR P ER T A NI AN D A LAM P E NY E R APA N T E N A GA KE RJA D I KAB UP AT E N P A T I

P E RA N A N S E KT OR P ER T A NI AN D A LAM P E NY E R APA N T E N A GA KE RJA D I KAB UP AT E N P A T I PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PENYERAPAN TENAGA KERJA DI KABUPATEN PATI Indah Kusuma Wardani, Minar Ferichani, Wiwit Rahayu Program Studi Agribisnis - Universitas Sebelas Maret Surakarta Jalan Ir. Sutami

Lebih terperinci

CAPAIAN IMPLEMENTASI 4 FOKUS AREA RENCANA AKSI Gerakan Nasional Penyelamatan Sektor Kelautan Indonesia PEMERINTAH PROVINSI BANTEN

CAPAIAN IMPLEMENTASI 4 FOKUS AREA RENCANA AKSI Gerakan Nasional Penyelamatan Sektor Kelautan Indonesia PEMERINTAH PROVINSI BANTEN CAPAIAN IMPLEMENTASI 4 FOKUS AREA RENCANA AKSI Gerakan Nasional Penyelamatan Sektor Kelautan Indonesia PEMERINTAH PROVINSI BANTEN Penyusunan Tata Ruang Wilayah Laut Penataan Izin Pelaksanaaan Kewajiban

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya;

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya; BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya; A. Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi (economic growth) merupakan salah satu indikator yang

Lebih terperinci

10. Pemberian bimbingan teknis pelaksanaan eksplorasi, eksploitasi, konservasi, dan pengelolaan kekayaan laut di wilayah laut kewenangan daerah.

10. Pemberian bimbingan teknis pelaksanaan eksplorasi, eksploitasi, konservasi, dan pengelolaan kekayaan laut di wilayah laut kewenangan daerah. II. URUSAN PILIHAN A. BIDANG KELAUTAN DAN PERIKANAN SUB BIDANG SUB SUB BIDANG URAIAN 1 2 3 1. Kelautan 1. Pelaksanaan kebijakan pengelolaan sumber daya kelautan dan ikan di wilayah laut kewenangan 2. Pelaksanaan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN 2008

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN 2008 No.05/02/33/Th.III, 16 Februari 2009 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN 2008 PDRB Jawa Tengah triwulan IV/2008 menurun 3,7 persen dibandingkan dengan triwulan III/2007 (q-to-q), dan bila dibandingkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. suatu perekonomian dari suatu periode ke periode berikutnya. Dari satu periode ke

I. PENDAHULUAN. suatu perekonomian dari suatu periode ke periode berikutnya. Dari satu periode ke I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian suatu negara dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi mengukur prestasi dari perkembangan suatu perekonomian dari suatu

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PADANG LAWAS TAHUN 2012

PERTUMBUHAN EKONOMI PADANG LAWAS TAHUN 2012 BPS KABUPATEN PADANG LAWAS PERTUMBUHAN EKONOMI PADANG LAWAS TAHUN 2012 No. 01/07/1221/Th. V, 8 Juli 2013 Pertumbuhan ekonomi Padang Lawas tahun 2012 yang diukur berdasarkan kenaikan laju pertumbuhan Produk

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

BPS KABUPATEN TAPANULI TENGAH PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI TENGAH TAHUN 2012

BPS KABUPATEN TAPANULI TENGAH PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI TENGAH TAHUN 2012 BPS KABUPATEN TAPANULI TENGAH No. 01/07/1204/Th. XII, 5 Juli 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI TENGAH TAHUN 2012 Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Tapanuli Tengah tahun 2012 sebesar 6,35 persen mengalami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kontribusi bagi pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB)

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kontribusi bagi pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara agraris dimana sebagian besar penduduknya hidup dari hasil bercocok tanam atau bertani, sehingga pertanian merupakan sektor yang memegang peranan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai suatu bangsa dan negara besar dengan pemilikan sumber daya alam yang melimpah, dalam pembangunan ekonomi yang merupakan bagian dari pembangunan nasional

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 20

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 20 No. 10/02/63/Th XIV, 7 Februari 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 20 010 Perekonomian Kalimantan Selatan tahun 2010 tumbuh sebesar 5,58 persen, dengan n pertumbuhan tertinggi di sektor

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB SEKTORAL TAHUN 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB SEKTORAL TAHUN 2013 BPS KABUPATEN TAPANULI UTARA No. 08/07/1205/Th. VI, 06 Oktober 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB SEKTORAL TAHUN 2013 Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Tapanuli Utara yang diukur

Lebih terperinci

Terlaksananya kebijakan pengelolaan sumberdaya kelautan dan ikan. Terlaksananya penataan ruang laut sesuai dengan peta potensi laut.

Terlaksananya kebijakan pengelolaan sumberdaya kelautan dan ikan. Terlaksananya penataan ruang laut sesuai dengan peta potensi laut. B. URUSAN PILIHAN 1. KELAUTAN DAN PERIKANAN a. KELAUTAN 1. Pelaksanaan kebijakan pengelolaan sumberdaya kelautan dan ikan di wilayah laut kewenangan 1. Pelaksanaan kebijakan pengelolaan sumberdaya kelautan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional dalam rangka

I. PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional dalam rangka I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional dalam rangka pencapaian tujuan dan sasaran pembangunan yang disesuaikan dengan potensi dan permasalahan pembangunan

Lebih terperinci

Bab 5 Indeks Nilai Tukar Petani Kabupaten Ciamis

Bab 5 Indeks Nilai Tukar Petani Kabupaten Ciamis Bab 5 Indeks Nilai Tukar Petani Kabupaten Ciamis Sektor pertanian memiliki peran penting dalam pembangunan ekonomi daerah, walaupun saat ini kontribusinya terus menurun dalam pembentukan Produk Domestik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lautnya, Indonesia menjadi negara yang kaya akan hasil lautnya, khususnya di

BAB I PENDAHULUAN. lautnya, Indonesia menjadi negara yang kaya akan hasil lautnya, khususnya di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara maritim. Sebagai wilayah dengan dominasi lautnya, Indonesia menjadi negara yang kaya akan hasil lautnya, khususnya di bidang perikanan dan kelautan.

Lebih terperinci

C. URUSAN PILIHAN YANG DILAKSANAKAN

C. URUSAN PILIHAN YANG DILAKSANAKAN C. URUSAN PILIHAN YANG DILAKSANAKAN Yang dimaksud dengan urusan pilihan adalah urusan yang secara nyata ada di daerah dan berpotensi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sesuai dengan kondisi, kekhasan

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Distribusi Klorofil-a secara Temporal dan Spasial. Secara keseluruhan konsentrasi klorofil-a cenderung menurun dan

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Distribusi Klorofil-a secara Temporal dan Spasial. Secara keseluruhan konsentrasi klorofil-a cenderung menurun dan 28 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Distribusi Klorofil-a secara Temporal dan Spasial Secara keseluruhan konsentrasi klorofil-a cenderung menurun dan bervariasi dari tahun 2006 hingga tahun 2010. Nilai rata-rata

Lebih terperinci

4. GAMBARAN UMUM WILAYAH

4. GAMBARAN UMUM WILAYAH 4. GAMBARAN UMUM WILAYAH 4.1. Letak Geografis Kabupaten Sukabumi yang beribukota Palabuhanratu termasuk kedalam wilayah administrasi propinsi Jawa Barat. Wilayah yang seluas 4.128 Km 2, berbatasan dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki potensi sumber daya alam

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki potensi sumber daya alam 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki potensi sumber daya alam yang melimpah, di mana sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani.

Lebih terperinci

URUSAN KELAUTAN DAN PERIKANAN YANG MERUPAKAN KEWENANGAN DAERAH PROVINSI Kelautan, Pesisir, dan Pulau-Pulau Kecil

URUSAN KELAUTAN DAN PERIKANAN YANG MERUPAKAN KEWENANGAN DAERAH PROVINSI Kelautan, Pesisir, dan Pulau-Pulau Kecil KELAUTAN DAN PERIKANAN YANG MERUPAKAN NO 1. Kelautan, Pesisir, Pulau-Pulau Kecil Pengelolaan ruang laut sampai dengan 12 mil di luar minyak gas bumi Penerbitan izin pemanfaatan ruang laut di bawah 12 mil

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Otonomi daerah adalah hak dan wewenang daerah untuk mengatur dan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Otonomi daerah adalah hak dan wewenang daerah untuk mengatur dan 16 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Otonomi daerah adalah hak dan wewenang daerah untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri. Urusan rumah tangga sendiri ialah urusan yang lahir atas dasar prakarsa

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DI PROPINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM TAHUN 2006

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DI PROPINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM TAHUN 2006 ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DI PROPINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM TAHUN 2006 SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana

Lebih terperinci

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 53 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 53 TAHUN 2011 TENTANG - 1 - BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 53 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BANYUWANGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam 1 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam perekonomian nasional melalui pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), perolehan devisa,

Lebih terperinci

Analisis Isu-Isu Strategis

Analisis Isu-Isu Strategis Analisis Isu-Isu Strategis Permasalahan Pembangunan Permasalahan yang ada pada saat ini dan permasalahan yang diperkirakan terjadi 5 (lima) tahun ke depan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Bangkalan perlu

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN. batas-batas wilayah sebagai berikut : - Sebelah Utara dengan Sumatera Barat. - Sebelah Barat dengan Samudera Hindia

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN. batas-batas wilayah sebagai berikut : - Sebelah Utara dengan Sumatera Barat. - Sebelah Barat dengan Samudera Hindia BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Kondisi Geografis Daerah Kota Bengkulu merupakan ibukota dari Provinsi Bengkulu dengan batas-batas wilayah sebagai berikut : - Sebelah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah merupakan suatu bentuk perwujudan pendelegasian. wewenang dan tanggung jawab dari Pemerintah Pusat kepada Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah merupakan suatu bentuk perwujudan pendelegasian. wewenang dan tanggung jawab dari Pemerintah Pusat kepada Pemerintah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Otonomi daerah merupakan suatu bentuk perwujudan pendelegasian wewenang dan tanggung jawab dari Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah dimana Pemerintah

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. No.955, 2011 KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN. Juknis. DAK. Tahun 2012 PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA. No.955, 2011 KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN. Juknis. DAK. Tahun 2012 PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.955, 2011 KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN. Juknis. DAK. Tahun 2012 PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.50/MEN/2011 TENTANG PETUNJUK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk memacu pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya dalam rangka. nasional, serta koefisien gini mengecil.

BAB I PENDAHULUAN. untuk memacu pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya dalam rangka. nasional, serta koefisien gini mengecil. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembangunan ekonomi suatu daerah pada hakekatnya merupakan rangkaian kegiatan integral dari pembangunan ekonomi nasional yang dilaksanakan terarah dan terus

Lebih terperinci

CC. URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DI BIDANG KELAUTAN DAN PERIKANAN

CC. URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DI BIDANG KELAUTAN DAN PERIKANAN LAMPIRAN XXIX PERATURAN DAERAH KOTA BATAM NOMOR : Tahun 2010 TANGGAL : Juli 2010 CC. URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DI BIDANG KELAUTAN DAN PERIKANAN SUB BIDANG SUB SUB BIDANG URUSAN 1. Kelautan 1. Pelaksanaan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TAHUN 2008 SEBESAR 5,02 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TAHUN 2008 SEBESAR 5,02 PERSEN BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 08/02/34/Th. XI, 16 Februari 2009 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TAHUN 2008 SEBESAR 5,02 PERSEN ekonomi Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) pada tahun

Lebih terperinci

Penetapan kebijakan norma, standar, prosedur, dan kriteria penataan ruang laut sesuai dengan peta potensi laut.

Penetapan kebijakan norma, standar, prosedur, dan kriteria penataan ruang laut sesuai dengan peta potensi laut. - 602 - CC. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG KELAUTAN DAN PERIKANAN 1. Kelautan 1. Penetapan kebijakan norma, standar, prosedur, dan kriteria pengelolaan sumberdaya kelautan dan ikan di wilayah laut

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Reformasi yang terjadi di Indonesia menyebabkan terjadinya pergeseran

I. PENDAHULUAN. Reformasi yang terjadi di Indonesia menyebabkan terjadinya pergeseran I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Reformasi yang terjadi di Indonesia menyebabkan terjadinya pergeseran paradigma dan sistem pemerintahan yang bercorak monolitik sentralistik di pemerintahan pusat kearah

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO. PDRB Gorontalo Triwulan I Tahun 2012 Naik 3,84 Persen

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO. PDRB Gorontalo Triwulan I Tahun 2012 Naik 3,84 Persen No. 26/05/75/Th. VI, 7 Mei 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO PDRB Gorontalo Triwulan I Tahun 2012 Naik 3,84 Persen PDRB Gorontalo pada triwulan I tahun 2012 naik sebesar 3,84 persen dibandingkan triwulan

Lebih terperinci

BAB VII PENGEMBANGAN WILAYAH MALUKU TAHUN 2011

BAB VII PENGEMBANGAN WILAYAH MALUKU TAHUN 2011 BAB VII PENGEMBANGAN WILAYAH MALUKU TAHUN 2011 7.1. Kondisi Wilayah Maluku Saat Ini Perkembangan terakhir pertumbuhan ekonomi di wilayah Maluku menunjukkan tren meningkat dan berada di atas pertumbuhan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. 2010, serta data-data lain yang mendukung. Data ini diperoleh dari BPS Pusat,

III. METODE PENELITIAN. 2010, serta data-data lain yang mendukung. Data ini diperoleh dari BPS Pusat, 29 III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data Produk Domestik Bruto (PDRB) Kabupaten Cirebon dan Provinsi Jawa Barat

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI 16 KONDISI UMUM WILAYAH STUDI Kondisi Geografis dan Administratif Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada koordinat 106 0 45 50 Bujur Timur dan 106 0 45 10 Bujur Timur, 6 0 49

Lebih terperinci

JIIA, VOLUME 2 No. 3, JUNI 2014

JIIA, VOLUME 2 No. 3, JUNI 2014 SEKTOR BASIS DAN STRUKTUR EKONOMI DI KOTA BANDAR LAMPUNG (An Analysis of Economic s Structure and Bases Sector in Bandar Lampung City) Anda Laksmana, M. Irfan Affandi, Umi Kalsum Program Studi Agribisnis,

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM Perkembangan Penanaman Modal Asing (PMA) tahun ke tahun mengalami pertumbuhan yang sangat fluktuatif (Gambar 4.1).

BAB IV GAMBARAN UMUM Perkembangan Penanaman Modal Asing (PMA) tahun ke tahun mengalami pertumbuhan yang sangat fluktuatif (Gambar 4.1). BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1. Perkembangan Penanaman Modal Asing (PMA) Nilai proyek Penanaman Modal Asing (PMA) di Provinsi Jawa Timur dari tahun ke tahun mengalami pertumbuhan yang sangat fluktuatif (Gambar

Lebih terperinci

BAB I GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN KABUPATEN MAJALENGKA

BAB I GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN KABUPATEN MAJALENGKA BAB I GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN KABUPATEN MAJALENGKA 1.1. Pertumbuhan Ekonomi PDRB Kabupaten Majalengka pada tahun 2010 atas dasar harga berlaku mencapai angka Rp 10,157 triliun, sementara pada tahun

Lebih terperinci

Rumusan Rencana Program dan Kegiatan SKPD Tahun 2014 dan Prakiraan Maju Tahun 2015 Kabupaten Agam

Rumusan Rencana Program dan Kegiatan SKPD Tahun 2014 dan Prakiraan Maju Tahun 2015 Kabupaten Agam SKPD : DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN 3 4 5 6 7 8 9 DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN,68,50,000,867,5,000 0 03 0 Program Pelayanan Administrasi Perkantoran Terwujudnya pelayanan administrasi perkantoran.,65,000,000,765,000,000

Lebih terperinci

Rumusan Rencana Program dan Kegiatan SKPD Tahun 2014 dan Prakiraan Maju Tahun 2015 Kabupaten Agam

Rumusan Rencana Program dan Kegiatan SKPD Tahun 2014 dan Prakiraan Maju Tahun 2015 Kabupaten Agam Rumusan Rencana Program dan Kegiatan SKPD Tahun 04 dan Prakiraan Maju Tahun 05 Kabupaten Agam SKPD : DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN dan Program Kegiatan Prakiraan Maju Rencana Tahun 05 3 4 5 6 7 8 9 DINAS

Lebih terperinci

5 KONDISI PERIKANAN TANGKAP KABUPATEN CIANJUR

5 KONDISI PERIKANAN TANGKAP KABUPATEN CIANJUR 5 KONDISI PERIKANAN TANGKAP KABUPATEN CIANJUR 5.1 Sumberdaya Ikan Sumberdaya ikan (SDI) digolongkan oleh Mallawa (2006) ke dalam dua kategori, yaitu SDI konsumsi dan SDI non konsumsi. Sumberdaya ikan konsumsi

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PAKPAK BHARAT TAHUN 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI PAKPAK BHARAT TAHUN 2013 BPS KABUPATEN PAKPAK BHARAT No. 22/09/1216/Th. IX, 22 September 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI PAKPAK BHARAT TAHUN 2013 Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Pakpak Bharat pada tahun 2013 yaitu sebesar 5,86 persen dimana

Lebih terperinci

ANALISIS PERANAN SUBSEKTOR PERIKANAN TERHADAP PENINGKATAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) DI KABUPATEN BLITAR

ANALISIS PERANAN SUBSEKTOR PERIKANAN TERHADAP PENINGKATAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) DI KABUPATEN BLITAR ANALISIS PERANAN SUBSEKTOR PERIKANAN TERHADAP PENINGKATAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) DI KABUPATEN BLITAR JURNAL ILMIAH Disusun oleh : Pusparani Rinanti 0910213017 JURUSAN ILMU EKONOMI FAKULTAS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang menyebabkan GNP perkapita (Gross National Product) atau pendapatan

I. PENDAHULUAN. yang menyebabkan GNP perkapita (Gross National Product) atau pendapatan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara umum pembangunan ekonomi di definisikan sebagai suatu proses yang menyebabkan GNP perkapita (Gross National Product) atau pendapatan masyarakat meningkat dalam periode

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perkembangan suatu perekonomian dari suatu periode ke periode. berikutnya. Dari satu periode ke periode lainnya kemampuan suatu negara

I. PENDAHULUAN. perkembangan suatu perekonomian dari suatu periode ke periode. berikutnya. Dari satu periode ke periode lainnya kemampuan suatu negara 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian suatu negara dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi mengukur prestasi dari perkembangan suatu perekonomian dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola

BAB I PENDAHULUAN. suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara agraris dengan kekayaan hayati yang melimpah, hal ini memberikan keuntungan bagi Indonesia terhadap pembangunan perekonomian melalui

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah 35 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Provinsi Lampung Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah Provinsi Lampung adalah 3,46 juta km 2 (1,81 persen dari

Lebih terperinci

ANALISIS EKONOMI DAN SEKTOR UNGGULAN UNTUK PENGEMBANGAN HALMAHERA TENGAH

ANALISIS EKONOMI DAN SEKTOR UNGGULAN UNTUK PENGEMBANGAN HALMAHERA TENGAH ANALISIS EKONOMI DAN SEKTOR UNGGULAN UNTUK PENGEMBANGAN HALMAHERA TENGAH Djarwadi dan Sunartono Kedeputian Pengkajian Kebijakan Teknologi BPPT Jl. M.H. Thamrin No.8 Jakarta 10340 E-mail : djarwadi@webmail.bppt.go.id

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan, dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, yang bertanda tangan di bawah ini : Nama Jabatan : DR.

Lebih terperinci

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT PEREKONOMIAN KALIMANTAN BARAT PERTUMBUHAN PDRB TAHUN 2013 MENCAPAI 6,08 PERSEN No. 11/02/61/Th. XVII, 5 Februari 2014 Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) tahun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia dikenal sebagai negara kepulauan dan maritim terbesar di dunia. Selain

I. PENDAHULUAN. Indonesia dikenal sebagai negara kepulauan dan maritim terbesar di dunia. Selain 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia memiliki wilayah laut sangat luas 5,8 juta km 2 yang merupakan tiga per empat dari keseluruhan wilayah Indonesia. Di dalam wilayah laut tersebut terdapat

Lebih terperinci