V. GAMBARAN UMUM. Gambaran umum lokasi penelitian yang dibahas pada penelitian ini

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "V. GAMBARAN UMUM. Gambaran umum lokasi penelitian yang dibahas pada penelitian ini"

Transkripsi

1 V. GAMBARAN UMUM 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Gambaran umum lokasi penelitian yang dibahas pada penelitian ini meliputi letak geografis dan pembagian administrasi, kependudukan, serta sarana dan prasarana. Secara rinci penjelasan gambaran umum lokasi penelitian dapat dilihat dibawah ini Letak Geografis dan Pembagian Administrasi Kelurahan Sindang Barang merupakan salah satu kelurahan yang berada di wilayah Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor, Propinsi Jawa Barat. Kelurahan ini memiliki luas wilayah sebesar kurang lebih 159,0115 ha yang terbagi dalam 9 Rukun Warga (RW) dan 47 Rukun Tetangga (RT). Kelurahan ini terletak kurang lebih 5 km dari kantor Kecamatan Bogor Barat dan 8 km dari pusat Kota Bogor. Batas wilayah Kelurahan Sindang Barang adalah Sebelah Utara Sebelah Selatan Sebelah Timur Sebelah Barat : Kelurahan Bubulak : Kelurahan Loji : Kelurahan Menteng/ Cisadane : Kelurahan Margajaya Keadaan topografi wilayah Kelurahan Sindang Barang sebagian besar berupa dataran rendah dengan ketinggian rata-rata 250 m di atas permukaan laut. Curah hujan rata-rata sebesar mm per tahun dengan suhu berkisar antara 29 0 C C. Kondisi lahan di kelurahan ini tergolong cukup subur dengan kedalaman solum tanah sebesar 50 cm. Dengan kondisi tersebut Kelurahan Sindang Barang berpotensi untuk pengembangan budidaya padi. Berdasarkan data profil Kelurahan Sindang Barang (2010), lahan yang berfungsi sebagai lahan

2 pertanian seluas 20 ha atau sebesar 12,57 persen dari luas total lahan. Penggunaan lahan yang lainnya adalah untuk pemukiman, bangunan sekolah, dan perkantoran. Kelurahan Situ Gede merupakan salah satu kelurahan yang berada di wilayah Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor, Propinsi Jawa Barat. Kelurahan ini terletak 5 km dari Kecamatan Bogor Barat dan 8 km dari ibu kota kabupaten/ kota. Wilayah Kelurahan Situ Gede meliputi areal seluas 232,47 ha yang terdiri dari 10 RW dan 33 RT. Batas wilayah Kelurahan Situ Gede adalah Sebelah Utara : Desa Semplak Barat Sebelah Selatan : Kelurahan Balumbang Jaya Sebelah Timur : Kelurahan Bubulak Sebelah Barat : Desa Cikarawang Secara topografi daerah ini merupakan daerah dataran rendah dengan ketinggian rata-rata 250 m di atas permukaan laut. Curah hujan rata-rata sebesar 4,67 mm pertahun dengan suhu rata-rata harian 24,9 o C. Kondisi lahan tergolong cukup subur dengan tanah berwarna merah dan tekstur tanah berjenis lampungan. Dengan kondisi tersebut lahan Kelurahan Situ Gede berpotensi untuk pengembangan budidaya padi. Berdasarkan data profil Kelurahan Situ Gede (2010), lahan yang berfungsi sebagai lahan pertanian seluas 65 ha atau sebesar 27,96 persen dari luas total lahan. Namun, lahan yang ditanamai padi hanya seluas 40 ha atau sebesar 17,20 persen. Penggunaan lahan yang lainnya adalah untuk pemukiman seluas 110,47 hektar atau sebesar 47,52 persen dan perkebunan seluas 3 ha atau sebesar 1,29 persen. Secara rinci luas wilayah menurut penggunaan lahan di Kelurahan Situ Gede dapat dilihat pada Tabel 6. 46

3 Tabel 6. Luas Wilayah Kelurahan Situ Gede Menurut Penggunaan No Keterangan Luas lahan (ha) Persentase 1. Pemukiman 110,47 47,52 2. Sawah 65 27,96 3. Perkebunan 3 1,29 4. Pekarangan 38 16,35 5. Kuburan 2 0,86 6. Taman 3 1,29 7. Perkantoran 6 2,58 8. Situ 5 2,15 Total 232, Sumber : Profil Kelurahan Situ Gede, Kependudukan Pada tahun 2010, jumlah penduduk Kelurahan Sindang Barang sebanyak orang yang terdiri dari orang laki-laki dan orang perempuan dengan jumlah kepala keluarga sebanyak Berdasarkan golongan umur, penduduk terbanyak berada pada golongan umur tahun sebanyak orang atau sebesar 53,33 persen dan golongan umur 50 tahun sebanyak orang atau sebesar 17,25 persen. Sedangkan jumlah penduduk di Kelurahan Situ Gede sebanyak orang yang terdiri orang laki-laki dan orang perempuan dengan jumlah kepala keluarga sebanyak Selain itu, kepadatan penduduk di Kelurahan Situ Gede mencapai 252 orang per km. Berdasarkan golongan umur, penduduk terbanyak berada pada golongan umur tahun sebanyak orang atau sebesar 52,3 persen dan golongan umur 50 tahun sebanyak 870 orang atau sebesar 10,95 persen. Secara rinci jumlah penduduk Kelurahan Sindang Barang dan Situ Gede menurut golongan umur pada tahun 2010 dapat dilihat pada Tabel 7. 47

4 Tabel 7. Jumlah Penduduk Kelurahan Sindang Barang dan Kelurahan Situ Gede Menurut Golongan Umur Tahun 2010 No Sindang Barang Situ Gede Golongan Umur Jumlah Persentase Jumlah Persentase (tahun) (orang) (orang) , , , , , , , , , , , ,95 Total Sumber : Profil Kelurahan Sindang Barang dan Kelurahan Situ Gede, 2010 Pada dasarnya tingkat perkembangan perekonomian masyarakat Kelurahan Sindang Barang dan Kelurahan Situ Gede cukup baik dibandingkan pada masa sebelumnya. Hal ini didasarkan pada tingkat produktifitas dari masyarakat yang sudah mempunyai penghasilan tetap. Berdasarkan sumber mata pencaharian, masyarakat Sindang Barang yang berprofesi sebagai PNS dan TNI/Polri sebanyak orang, petani sebanyak 27 orang, dan buruh tani sebanyak 81 orang. Lainnya berprofesi sebagai pegawai swasta dan pedagang. Sedangkan pada Kelurahan Situ Gede, jumlah penduduk yang berprofesi sebagai petani sebanyak 279 orang dan buruh tani sebanyak 132 orang. Sisanya berprofesi sebagai PNS, pegawai swasta, peternak, pedagang, dan TNI/Polri. Tingkat pendidikan masyarakat Kelurahan Sindang Barang dan Situ Gede tergolong tinggi. Hal ini dapat dilihat dari jumlah penduduk di Kelurahan Sindang Barang dan Situ Gede yang mencapai tingkat pendidikan sarjana masing-masing sebanyak 406 dan 25 orang atau sebesar 3,68 dan 1,23 persen. Selain itu, penduduk Sindang Barang dan Situ Gede yang tingkat pendidikannya mencapai akademi dan SMA/sederajat masing-masing sebanyak dan 381 orang atau 48

5 sebesar 52,01 dan 18,75 persen. Komposisi penduduk Kelurahan Sindang Barang dan Situ Gede menurut tingkat pendidikan dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Jumlah Penduduk Kelurahan Sindang Barang dan Kelurahan Situ Gede Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2010 Sindang Barang Situ Gede No Tingkat Pendidikan Jumlah (orang) Persentase Jumlah (orang) Persentase 1. Tamat SD , ,10 2. Tamat SMP/sederajat , ,54 3. Tamat SMA/sederajat , ,85 4. Akademi (D1- D3) 226 2, ,90 5. Sarjana (S1- S2) 406 3, ,23 Total Sumber : Profil Kelurahan Sindang Barang dan Kelurahan Situ Gede, Sarana dan Prasarana Sarana dan prasarana di Kelurahan Sindang Barang dan Situ Gede cukup memadai. Hal ini dapat dilihat dari keadaan jalan, alat transportasi dan sejumlah fasilitas yang dibangun untuk melengkapi kegiatan masyarakat. Keadaan jalan di Kelurahan Sindang Barang dan Situ Gede cukup baik, dimana terdapat jalan-jalan beraspal yang menghubungkan kelurahan dengan kecamatan, ibu kota dan tempat lainnya serta dapat dilalui oleh motor dan kendaraan roda empat baik mobil, truk, dan mini bus. Selain itu, didukung juga dengan alat transportasi berupa angkutan kota dan ojek yang melewati kelurahan tersebut. Prasarana yang terdapat di Kelurahan Sindang Barang dan Situ Gede berupa prasarana peribadatan seperti mesjid yang masing-masing berjumlah 12 dan sembilan buah dan mushola masing-masing berjumlah 17 dan 11 buah. Prasarana kesehatan yaitu satu unit puskesmas di Kelurahan Sindang Barang, dan posyandu masing-masing berjumlah 14 dan 10 unit. Prasarana pendidikan yaitu gedung TK masing-masing berjumlah delapan dan satu buah, SD masing-masing berjumlah empat dan lima buah, SMP/sederajat masing-masing berjumlah dua dan 49

6 satu buah, SMA/sederajat masing-masing berjumlah dua dan satu buah. Prasarana lembaga kemasyarakatan berupa kelompok tani yang berada di Kelurahan Sindang Barang berjumlah satu unit organisasi yaitu kelompok tani mekar tani, sedangkan di Kelurahan Situ Gede berjumlah dua unit organisasi yaitu kelompok tani harapan mekar dan tirta maju. Selain itu, Kelurahan Situ Gede juga memiliki prasarana hiburan dan wisata berupa Danau Situ Gede seluas 4,5 ha yang berada tepat disamping Kelurahan Situ Gede. 5.2 Gambaran Umum Budidaya Padi Organik dan Anorganik Cara bertanam padi organik pada dasarnya tidak berbeda dengan bertanam padi secara anorganik. Perbedaannya hanyalah pada penggunaan pupuk dan pestisida (Andoko, 2002). Dalam pengaplikasiannya, budidaya padi secara organik sebenarnya tidak lagi menggunakan pupuk dan pestisida kimia, namun dalam kenyataannya budidaya padi tersebut masih belum sepenuhnya murni organik karena terdapatnya residu kimia yang berada pada tanah yang sebelumnya ditanam padi anorganik dan air irigasi yang mengalir dari areal sawah padi anorganik. Adapun teknik budidaya padi organik dan anorganik meliputi penyiapan lahan, pembenihan, penanaman (tandur), penyiangan, pemupukan, pengendalian organism penganggu, serta pemanenan dan pasca panen Pengolahan Tanah Pada dasarnya penyiapan lahan adalah pengolahan tanah sawah hingga siap untuk ditanami. Pengolahan tanah sawah dilakukan selama kurang lebih lima hari. Jumlah tenaga kerja yang dipakai dalam pengolahan tanah pada usahatani padi organik berbeda dengan usahatani padi anorganik. Perbandingan penggunaan tenaga kerja dalam pengolahan lahan usahatani padi organik dan usahatani padi 50

7 anorganik di Kelurahan Sindang Barang dan Kelurahan Situ Gede dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Perbandingan Penggunaan Tenaga Kerja Pengolahan Lahan Usahatani Padi Organik dan Anorganik Penggunaan Tenaga Kerja (HOK/ha) No Pengolahan lahan Usahatani Padi Organik Usahatani Padi Anorganik 1. Tenaga kerja luar 9,25 12,23 keluarga (TKLK) 2. Tenaga kerja dalam 4,59 6,18 keluarga (TKDK) Sumber : Data primer, 2011 Tabel 9 menunjukkan bahwa dalam pengolahan lahan penggunaan tenaga kerja luar keluarga dan dalam keluarga pada usahatani padi anorganik lebih besar dibandingkan usahatani padi organik. Jumlah tenaga kerja luar keluarga yang dibutuhkan pada usahatani padi organik sebanyak 9,25 hari orang kerja (HOK), sedangkan pada usahatani padi anorganik jumlah tenaga kerja luar keluarga sebanyak 12,23 HOK. Jumlah tenaga kerja dalam keluarga yang dipakai usahatani padi organik sebanyak 4,59 HOK, sedangkan pada usahatani padi anorganik tenaga kerja dalam keluarga yang digunakan sebanyak 6,18 HOK. Langkah awal pengolahan tanah sawah adalah membersikan lahan sawah dari sisa-sisa jerami. Setelah lahan sawah dibersihkan maka pembajakan dapat segera dilakukan. Pembajakan sawah di Kelurahan Sindang Barang dan Situ Gede sebagian besar menggunakan traktor atau cara tradisonal dengan tenaga kerbau. Dari dua pilihan cara pembajakan tersebut, menurut pengalaman petani padi organik, cara pembajakan sawah dengan kerbau memberikan hasil yang lebih baik. Hal ini terjadi karena mata bajak kerbau akan lebih masuk ke dalam tanah sehingga pengolahan tanah menjadi sempurna. Pembajakan sawah dilakukan sebanyak dua kali. Pembajakan pertama dilakukan dengan tujuan untuk membalikkan tanah dan memberantas gulma. 51

8 Setelah pembajakan pertama selesai, tanah sawah dibiarkan selama tiga hari dalam keadaan tergenang air agar proses pelunakan tanah berlangsung sempurna. Tiga hari kemudian tanah dibajak kembali agar bongkahan tanah menjadi semakin kecil. Untuk budidaya padi organik, pada pembajakan kedua ini pemberian pupuk yang pertama dapat dilakukan. Pupuk yang digunakan adalah pupuk kandang matang sebanyak 1,9 ton per ha. Pemberian pupuk kandang ini dilakukan dengan cara ditebarkan merata keseluruh permukaan lahan. Pada saat ini penanaman bibit dapat dilakukan. Kegiatan pengolahan tanah dapat dilihat pada Gambar 2. Gambar 2. Pengolahan Tanah Pembenihan Pada dasarnya pembenihan padi secara organik tidak berbeda dengan pembenihan padi secara anorganik. Langkah pertama dalam pembenihan adalah melakukan penyeleksian benih. Umumnya petani di Kelurahan Sindang Barang dan Situ Gede menggunakan benih yang dijual di toko pertanian. Benih yang digunakan oleh petani padi organik dan padi anorganik adalah varietas sinta nur, karena varietas ini dapat tahan terhadap hama penyakit seperti hama wereng. Berdasarkan data yang diperoleh, Jumlah benih padi yang digunakan pada usahatani padi anorganik lebih besar dibandingkan jumlah benih padi yang 52

9 digunakan pada usahatani padi organik. Harga jual benih padi tersebut sebesar Rp 5.000/kg. Secara rinci perbandingan penggunaan benih padi pada usahatani padi organik dan usahatani padi anorganik dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Perbandingan Penggunaan Benih pada Usahatani Padi Organik dan Anorganik No Usahatani Jumlah Benih (kg/ha) 1. Padi organik 39,85 2. Padi anorganik 47,61 Sumber : Data primer, 2011 Langkah kedua adalah menyiapkan tempat pembenihan. Penyiapan tempat untuk pembenihan dilakukan kira-kira seminggu sebelum benih disebarkan. Sawah yang akan digunakan untuk pembenihan dicangkul merata sedalam kirakira 30 cm. Tidak ada anjuran mengenai luas lahan pembenihan. Luas lahan yang digunakan untuk pembenihan tergantung dengan jumlah benih. Selanjutnya benih yang sudah terseleksi dikecambahkan dahulu sebelum disebar dipersemaian yakni dengan cara merendam benih di dalam air selama dua hari. Pada saat ini akan terlihat dengan jelas antara benih yang bagus dan tidak bagus. Benih yang dipilih untuk disemaikan adalah benih yang tenggelam Penanaman (tandur) Penanaman akan dilakukan bila lahan sawah dan bibit yang disemaikan sudah siap dan memenuhi syarat. Umumnya petani di Kelurahan Sindang Barang dan Situ Gede menggunakan bibit yang berumur antara hari dan memiliki tinggi sekitar 25 cm. Jarak tanam padi organik dan anorganik di Kelurahan Sindang Barang dan Situ Gede adalah sekitar 25 cm x 25 cm. Kegiatan penanaman sampai pemanenan dilakukan oleh tenaga kerja yang sama. Upah yang diberikan untuk tenaga kerja tersebut tergantung dari hasil panen yang didapat dan dibayarkan setelah panen selesai. Besarnya upah yang diterima yaitu 53

10 sebesar satu per lima dari hasil panen. Kegiatan penanaman padi dapat dilihat pada Gambar 3. Gambar 3. Penanaman Padi Perawatan Tanaman Kegiatan perawatan tanaman pada penelitian ini meliputi penyiangan, pemupukan, dan pengendalian organisme pengganggu. Secara rinci penjelasan kegiatan perawatan tanaman dapat dilihat dibawah ini Penyiangan Kegiatan penyiangan bertujuan untuk membersihkan tanaman liar dari tanaman padi. Jenis tanaman liar atau gulma pada tanaman padi umumnya berupa eceng dan rerumputan seperti jajagoan, sunduk gangsir, dan rumput teki. Pada usahatani padi organik, gulma dapat diatasi dengan penggunaan herbisida kimia. Namun, dalam pertanian organik gulma dapat diatasi dengan penyiangan yaitu dengan cara mencabut gulma. Umumnya dalam satu musim tanam, penyiangan dilakukan sebanyak tiga kali yaitu saat tanaman berumur empat minggu, 35 hari, dan 55 hari (Andoko, 2002). Namun pada Kelurahan Sindang Barang dan Situ Gede, penyiangan gulma tidak tentu dilakukannya karena kegiatan ini disesuaikan dengan pertumbuhan gulma dilahan. 54

11 Pemupukan Pada budidaya padi secara organik seluruh pupuk yang digunakan sepenuhnya berupa pupuk organik. Pupuk tersebut dapat berbentuk padat yang diaplikasikan lewat akar maupun cair yang diaplikasikan lewat daun. Sedangkan pada budidaya padi anorganik, pupuk yang digunakan adalah pupuk kimia seperti Urea, TSP, dan KCl yang banyak dijual di toko toko pertanian. Pupuk organik padat yang digunakan berupa pupuk bokashi atau pupuk kandang seperti kotoran kambing dan sapi sebanyak 1,9 ton/ha dengan harga sebesar Rp 700/kg. Sedangkan pupuk organik cair yang digunakan berupa campuran dari dedak, air kelapa, keong mas yang sudah dihancurkan, gula merah, kotoran hewan dan air beras sebanyak 25 liter/ha. Pupuk kandang padat disebarkan secara merata ke seluruh permukaan tanah, sedangkan pupuk cair diberikan dengan cara menyemprotkan pupuk tersebut pada daun tanaman. Dosis pemupukan dengan pupuk kimia umumnya semakin meningkat setiap tahunnya. Lain dengan penggunaan pupuk organik yang dosisnya justru cenderung semakin menurun. Kecenderungan menurunnya penggunaan pupuk kandang disebabkan oleh sifat dari pupuk organik itu sendiri yang menguntungkan bagi tanah seperti meningkatkan kesuburan tanah dan membentuk struktur tanah yang semakin bagus. Cara pemberian pupuk padat pada usahatani padi anorganik dilakukan sebanyak dua kali, sedangkan pada usahatani padi organik dilakukan sebanyak tiga kali. Pemberian pupuk kimia diberikan pada saat padi berumur 14 dan 35 hari setelah tanam (HST), sedangkan pemberian pupuk kandang padat dan pupuk cair alami masing-masing diberikan pada saat pengolahan tanah, 20 HST, 30 HST dan pada saat tanaman berumur hari. Secara rinci perbandingan kegiatan 55

12 pemupukan usahatani padi organik dan usahatani padi anorganik dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Perbandingan Kegiatan Pemupukan Usahatani Padi Organik dan Anorganik No Uraian Usahatani Padi Organik Usahatani Padi Anorganik 1. Pupuk padat Kandang Urea, TSP, KCl 2. Pupuk cair Campuran dedak, air kelapa,keong mas, gula - 3. Waktu pemberian pupuk padat 4. Waktu pemberian pupuk cair 5. Jumlah tenaga kerja luar keluarga (TKLK) 6. Jumlah tenaga kerja dalam keluarga (TKDK) Sumber : Data primer, 2011 merah, dan kotoran hewan Pengolahan tanah, 20 HST dan 30 HST Umur hari 27 HOK/ha 5,41 HOK/ha 14 HST, 35 HST - 21 HOK/ha 6,23 HOK/ha Dosis penggunaan pupuk kimia yang dianjurkan oleh pemerintah untuk urea sebesar 200 kg/ha, sedangkan untuk pupuk TSP dan KCl diberikan dengan dosis yang sama yaitu 100 kg/ha. Berdasarkan hasil wawancara dengan petani padi anorganik, penggunaan pupuk urea ternyata melebihi dosis yang telah dianjurkan oleh pemerintah yaitu sebesar 348 kg/ha, sedangkan penggunaan pupuk TSP dan KCl masih dibawah dosis yang dianjurkan oleh pemerintah yaitu masing-masing sebesar 98 kg/ha dan 53 kg/ha. Harga pupuk urea sebesar Rp 3.000/kg dan harga pupuk TSP dan KCl masing-masing sebesar Rp 3.500/kg. Penggunaan rata-rata pupuk kimia pada usahatani padi anorganik dapat dilihat pada Tabel

13 Tabel 12. Penggunaan Rata-Rata Pupuk Kimia pada Usahatani Padi Anorganik di Kelurahan Sindang Barang dan Situ Gede No Jenis Pupuk Penggunaan (Kg/ha) Anjuran Pemerintah (Kg/ha) Selisih (Kg/ha) 1. Urea TSP KCl Sumber : Data primer, 2011 Tabel 12 menunjukkan bahwa penggunaan pupuk kimia urea oleh petani padi anorganik melebihi dosis yang telah dianjurkan oleh pemerintah. Kelebihan pupuk dari penggunaan pupuk urea adalah sebesar 148 kg/ha. Sedangkan dosis penggunaan pupuk TSP dan KCl oleh petani padi anorganik masih dibawah dosis yang dianjurkan pemerintah. Kekurangan pupuk dari penggunaan pupuk TSP dan KCl masing-masing sebesar 2 kg/ha dan 47 kg/ha. Dosis penggunaan pupuk TSP dan KCl yang masih dibawah anjuran pemerintah disebabkan karena harga pupuk tersebut sangat mahal yaitu Rp 3.500/kg Pengendalian Organisme Pengganggu Sama halnya dengan pemupukan, pengendalian organisme penganggu pada padi organik dan anorganik juga berbeda. Pada budidaya padi secara anorganik, pengendalian organisme penganggu dilakukan dengan menggunakan pestisida kimia seperti Decis dan Asodrin yang dijual di toko pertanian, sedangkan pada budidaya padi organik menggunakan pestisida alami. Sekarang ini sudah banyak toko-toko pertanian yang menjual pestisida alami seperti pestisida bioekstrim. Namun untuk menghemat biaya produksi, banyak petani yang memilih membuat sendiri pestisida alami. Pestisida alami dibuat dengan cara menumbuk halus bahan-bahan seperti bawang putih, daun sirsak, daun sembung, dan telor. Setelah ditumbuk, bahan tersebut disaring dengan kain lalu disemprotkan ke tanaman yang terserang hama. Dosis pestisida 57

14 alami yang digunakan petani sebanyak 5 liter/ha. Biasanya jenis hama yang sering menyerang tanaman padi organik adalah hama wereng dan penggerek batang. Hama-hama tersebut tergolong hama penting yang harus dibasmi karena serangannya dapat menurunkan produksi padi dan merugikan petani Pemanenan dan Pasca Panen Pada dasarnya panen dan pasca panen padi yang ditanam secara organik tidak berbeda dengan padi yang ditanam secara anorganik. Umumnya pemanenan padi di Kelurahan Sindang Barang dan Situ Gede dilakukan dua kali dalam setahun. Panen padi dilakukan dengan dengan menggunakan sabit. Setelah di panen, padi dirontokkan dengan cara memukulkan batang padi ke kayu hingga gabah berjatuhan. Gabah yang dihasilkan dapat dibedakan menjadi dua yaitu gabah kering panen (GKP) dan gabah kering giling (GKG). Adapun jenis gabah yang sering dijual oleh para petani padi organik dan padi anorganik di Kelurahan Sindang Barang ialah gabah kering panen (GKP). Berdasarkan data yang diperoleh dari petani bahwa jumlah produksi gabah kering panen yang dihasilkan oleh petani padi organik lebih besar dibandingkan jumlah produksi petani padi anorganik. Dari rata-rata luas lahan yang diusahakan petani padi organik yaitu sebesar 0,80 ha mampu menghasilkan gabah kering panen (GKP) sebesar 4.531,82 kg. Bila luas lahan dikonversi kedalam satuan hektar maka produktivitas padi organik menghasilkan GKP sebesar 5.664,77 kg/ha dengan harga jual sebesar Rp 2.400/kg. Sedangkan gabah yang diterima petani padi anorganik pada luas lahan rata-rata 0,69 ha mampu menghasilkan GKP sebesar 3.732,27 kg. Bila luas lahan dikonversi kedalam satuan hektar maka produktivitas padi anorganik menghasilkan GKP sebesar 5.409,09 kg/ha dengan 58

15 harga jual sebesar Rp 2.000/kg. Secara rinci perbandingan produktivitas usahatani padi organik dan anorganik dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13. Perbandingan Produktivitas Usahatani Padi Organik dan Anorganik No Uraian Usahatani Padi Organik Usahatani Padi Anorganik 1. Gabah kering panen (GKP) (kg) 4.531, ,27 2. Luas lahan rata-rata (ha) 0,80 0,69 Produktivitas (kg/ha) 5.664, ,09 Sumber : Data primer, 2011 Dilihat dari status pengusahaan lahan, produktivitas usahatani padi organik petani penggarap dan pemilik lebih besar dibandingkan usahatani padi anorganik. Produktivitas usahatani padi organik petani penggarap dan pemilik masingmasing adalah kg/ha dan kg/ha, sedangkan produktivitas usahatani padi anorganik petani penggarap dan pemilik masing-masing adalah kg/ha dan kg/ha. Kegiatan pemanenan dan perontokan padi dapat dilihat pada Gambar 4. Gambar 4. Pemanenan dan Perontokan Padi 5.3 Permasalahan Usahatani Padi Dalam kegiatan usahatani padi organik dan padi anorganik, para petani sering dihadapi oleh masalah - masalah yang apabila tidak ditangani dengan cepat maka akan berdampak pada menurunya jumlah produksi. Masalah-masalah tersebut terdiri dari biaya produksi seperti pupuk yang semakin mahal dan serangan hama penyakit yang mengganggu tanaman padi. Berdasarkan hasil 59

16 wawancara dengan para petani padi organik, masalah yang sering dihadapi oleh mereka adalah hama penyakit seperti hama wereng, penggerek batang, dan burung. Hama wereng dianggap sebagai hama penting karena hama tersebut dapat mengisap cairan pada pangkal batang bulir padi yang masih lunak. Tanaman yang terserang menjadi layu, menguning, dan mati. Sedangkan hama penggerek batang dapat menyerang tanaman padi yang masih muda maupun yang sudah berbunga dengan cara masuk ke antara pelepah batang padi dan menggerek jaringan tanaman. Serangan hama penggerek batang dapat menyebabkan malai padi menjadi kering dan mudah dicabut. Selain hama wereng dan penggerek batang, hama yang sering menyerang tanaman padi dan menjengkelkan petani adalah burung. Hama burung menyerang tanaman padi yang sudah menguning dengan cara memakan biji padi yang sudah berisi baik masih muda maupun siap panen. Pengendalian organisme penganggu sangat penting dilakukan oleh petani untuk menjaga agar output yang dihasilkan tidak mengalami penurunan yang drastis. Oleh karena itu, untuk mengatasi serangan hama wereng dan penggerek batang adalah dengan cara menyemprotkan pestisida alami yang dibuat sendiri oleh petani ke tanaman yang terserang hama. Sedangkan untuk mengendalikan hama burung, satu-satunya cara yang digunakan oleh petani adalah dengan orangorangan sawah dan bunyi-bunyian dari kaleng kosong yang dihubungkan dengan tali. Masalah lain yang dihadapi oleh petani padi organik di Kelurahan Sindang Barang dan Situ Gede adalah sertifikasi atau pelabelan produk organik. Sampai saat ini petani padi organik di kelurahan tersebut belum memiliki sertifikasi organik. Hal ini disebabkan karena biaya untuk mendapatkan sertifikasi organik 60

17 sangat mahal, sehingga pemasaran beras organik di Kelurahan Sindang Barang dan Situ Gede hanya berdasarkan kepercayaan antara konsumen dan produsen. Pada usahatani padi anorganik di Kelurahan Sindang Barang dan Situ Gede, masalah serangan hama yang dihadapi oleh petani sama seperti usahatani padi organik yaitu hama wereng, penggerek batang, dan burung. Namun selain hama tersebut, hama yang cukup meresahkan para petani anorganik di Kelurahan Sindang Barang adalah hama keong. Hal ini terjadi karena hama keong sulit diberantas dan sampai saat ini belum ada pestisida kimia yang ampuh dalam mengatasi hama tersebut. Hama keong menyerang tanaman padi dengan cara memakan bagian bawah tanaman padi. Berdasarkan hasil wawancara dengan para petani, apabila hama keong tidak cepat diatasi maka dalam satu malam hama keong mampu menyerang tanaman padi seluas kurang lebih 1 m 2. Oleh karena itu, satu-satunya cara yang dilakukan oleh petani untuk mengatasi serangan hama keong adalah dengan mengambil atau membuang keong dari sawah. Permasalahan lain yang dihadapi oleh petani padi anorganik adalah tingginya biaya produksi yang digunakan untuk membeli pupuk maupun pestisida kimia. Mahalnya harga pestisida dan pupuk kimia saperti pupuk urea, TSP, ZA, dan KCl membuat petani sulit untuk membelinya. Selain itu, dosis pemupukan dengan pupuk kimia yang semakin meningkat setiap tahunnya menyebabkan biaya yang dikeluarkan oleh petani untuk membeli pupuk akan meningkat juga. 5.4 Karakterisrik Responden Karakteristik petani responden yang dibahas pada penelitian ini meliputi usia, tingkat pendidikan, status usaha, luas lahan, dan status pengusahaan lahan. 61

18 5.4.1 Usia Usia petani padi organik dan anorganik yang menjadi responden pada penelitian ini berkisar antara 30 sampai 85 tahun. Rata-rata usia petani padi organik adalah 56 tahun, sedangkan rata-rata usia petani padi anorganik adalah 52 tahun. Sebagian besar usia petani padi organik yang menjadi responden adalah kelompok umur 45 sampai 52 tahun sebanyak delapan orang atau sebesar 36,36 persen. Sementara sebagian besar usia petani responden anorganik adalah kelompok umur 45 sampai 52 tahun dan 53 sampai 60 tahun sebanyak delapan orang atau sebesar 36,36 persen. Secara rinci kelompok umur responden petani padi organik dan anorganik dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14. Kelompok Umur Responden Petani Padi Organik dan Anorganik Petani Padi Organik Petani Padi Anorganik No Umur (Tahun) Jumlah (orang) Persentase Jumlah (orang) Persentase ,54 2 9, ,54 2 9, , , , , ,72 1 4, , ,54 Total Sumber : Data Primer, Tingkat Pendidikan Pendidikan yang diikuti oleh petani padi organik dan anorganik terdiri dari pendidikan formal dan pendidikan non formal. Tingkat pendidikan formal petani padi organik dan anorganik adalah mulai dari SD sampai Perguruan Tinggi. Pendidikan terakhir petani padi organik dan anorganik sebagian besar adalah SD masing-masing sebanyak 17 dan 18 orang atau sebesar 77,27 dan 81,81 persen. Lainnya adalah SMP masing-masing sebanyak 3 orang atau sebesar 13,63 persen. Selain itu, tingkat pendidikan terakhir yang ditempuh oleh petani padi organik 62

19 adalah Perguruan Tinggi sebanyak 2 orang atau sebesar 9,09 persen. Sedangkan pada pendidikan non formal, petani padi organik dan anorganik mengikuti berbagai jenis kegiatan untuk menambah wawasan mereka dalam mengembangkan usahatani seperti sekolah lapang dan pelatihan usahatani yang diselenggarakan oleh penyuluh pertanian. Secara rinci penggolongan responden berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15. Penggolongan Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Petani Padi Organik Petani Padi Anorganik No Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase Jumlah Persentase 1. SD 17 77, ,81 2. SMP 3 13, ,63 3. SMA ,54 4. Perguruan Tinggi 2 9, Total Sumber : Data Primer, Status Usaha Status usaha bertani pada petani padi organik dan padi anorganik dibedakan menjadi pekerjaan utama dan pekerjaan sampingan. Sebagian besar kegiatan bertani merupakan pekerjaan utama bagi petani padi organik maupun petani padi anorganik yaitu masing-masing sebanyak 21 orang atau sebesar persen. Sedangkan petani padi organik dan anorganik yang memiliki pekerjaan selain bertani masing-masing sebanyak satu orang atau sebesar 4.54 persen yaitu sebagai buruh pengolah sawah (kuli kebo) dan wiraswasta. Secara rinci status usaha petani padi organik dan anorganik dijelaskan pada Tabel

20 Tabel 16. Status Usaha Petani Padi Organik dan Anorganik No Status Usaha Organik Anorganik Jumlah Persentase Jumlah Persentase 1. Utama Sampingan Total Sumber : Data Primer, Luas Lahan Luas lahan padi rata-rata yang diusahakan petani padi organik adalah seluas 0.80 ha, sedangkan luas lahan padi rata-rata yang diusahakan oleh petani padi anorganik adalah seluas 0.69 ha. Sebagian besar luas lahan yang diusahakan oleh responden petani seluas 0,5 ha sampai satu hektar. Secara rinci penggolongan responden petani padi organik dan anorganik berdasarkan luas lahan dapat dilihat pada Tabel 17. Tabel 17. Penggolongan Petani Padi Organik dan Anorganik Berdasarkan Luas Lahan No Petani Padi Organik Petani Padi Anorganik Luas Lahan Jumlah Persentase Jumlah Persentase (ha) 1. < 0,5 4 18, , , , ,63 3. > ,63 1 4,54 Total Sumber : Data Primer, Status Pengusahaan Lahan Status pengusahaan lahan petani padi organik dan anorganik dibedakan menjadi dua yaitu pemilik dan penggarap (bagi hasil). Petani pemilik merupakan petani yang mengerjakan lahan miliknya sendiri, sedangkan petani penggarap merupakan petani yang menggarap lahan milik orang lain. Biaya produksi yang dikeluarkan oleh petani penggarap ditanggung sendiri oleh para petani dan pembagian hasil dilakukan sesuai dengan kesepakatan awal antara penggarap dan pemilik tanah. Sebagian besar bagi hasil yang dibayarkan oleh petani penggarap 64

21 ke pemilik tanah sebesar 60 : 40, dimana 60 persen dari hasil untuk petani penggarap dan 40 persen dari hasil untuk pemilik tanah. Adapun jumlah petani padi organik dan anorganik yang memiliki status penggarap masing-masing sebanyak 20 orang atau sebesar 90,90 persen, sedangkan jumlah petani padi organik dan anorganik yang memiliki status sebagai petani pemilik tanah masing-masing sebanyak dua orang atau sebesar 9,09 persen. Penggolongan petani padi organik dan anorganik berdasarkan status pengusahan lahan dapat dilihat pada Tabel 18. Tabel 18. Penggolongan Petani Padi Organik dan Anorganik Berdasarkan Status Pengusahaan Lahan No Status Pengusahaan Petani Padi Organik Petani Padi Anorganik Lahan Jumlah Persentase Jumlah Persentase 1. Penggarap 20 90, ,90 2. Milik Sendiri 2 9,09 2 9,09 Total Sumber : Data Primer,

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL Sistem Pertanian dengan menggunakan metode SRI di desa Jambenenggang dimulai sekitar tahun 2007. Kegiatan ini diawali dengan adanya

Lebih terperinci

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN 6.1. Analisis Budidaya Kedelai Edamame Budidaya kedelai edamame dilakukan oleh para petani mitra PT Saung Mirwan di lahan persawahan.

Lebih terperinci

SISTEM BUDIDAYA PADI GOGO RANCAH

SISTEM BUDIDAYA PADI GOGO RANCAH SISTEM BUDIDAYA PADI GOGO RANCAH 11:33 PM MASPARY Selain ditanam pada lahan sawah tanaman padi juga bisa dibudidayakan pada lahan kering atau sering kita sebut dengan budidaya padi gogo rancah. Pada sistem

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM DESA CIMANGGIS

V GAMBARAN UMUM DESA CIMANGGIS V GAMBARAN UMUM DESA CIMANGGIS 5.1. Karakteristik Wilayah Kabupaten Bogor memiliki kuas wilayah 299.428,15 hektar yang terbagi dari 40 kecamatan. 40 kecamatan dibagi menjadi tiga wilayah yaitu wilayah

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum, Geografis, dan Iklim Lokasi Penelitian Desa Ciaruten Ilir merupakan desa yang masih berada dalam bagian wilayah Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten

Lebih terperinci

VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG

VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG 7.1 Keragaan Usahatani Padi Varietas Ciherang Usahatani padi varietas ciherang yang dilakukan oleh petani di gapoktan Tani Bersama menurut hasil

Lebih terperinci

VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI

VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI 6.1. Keragaan Usahatani Padi Keragaan usahatani padi menjelaskan tentang kegiatan usahatani padi di Gapoktan Jaya Tani Desa Mangunjaya, Kecamatan Indramayu, Kabupaten

Lebih terperinci

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PENANGKARAN BENIH PADI BERSERTIFIKAT PADA PETANI MITRA DAN NON MITRA

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PENANGKARAN BENIH PADI BERSERTIFIKAT PADA PETANI MITRA DAN NON MITRA VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PENANGKARAN BENIH PADI BERSERTIFIKAT PADA PETANI MITRA DAN NON MITRA Penelitian ini menganalisis perbandingan usahatani penangkaran benih padi pada petani yang melakukan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 24 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Keadaan Wilayah dan Potensi Sumber daya Alam Desa Cikarawang adalah sebuah desa yang terletak di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat dengan luas wilayah 2.27

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian

TATA CARA PENELITIN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian III. TATA CARA PENELITIN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilakukan di areal perkebunan kelapa sawit rakyat di Kecamatan Kualuh Hilir Kabupaten Labuhanbatu Utara, Provinsi Sumatera Utara.

Lebih terperinci

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT 7.1. Penerimaan Usahatani Padi Sehat Penerimaan usahatani padi sehat terdiri dari penerimaan tunai dan penerimaan diperhitungkan. Penerimaan tunai adalah penerimaan

Lebih terperinci

VI. HASIL dan PEMBAHASAN

VI. HASIL dan PEMBAHASAN VI. HASIL dan PEMBAHASAN 6.1 Penggunaan Input Usahatani 6.1.1 Benih Benih memiliki peran strategis sebagai sarana pembawa teknologi baru, berupa keunggulan yang dimiliki varietas dengan berbagai spesifikasi

Lebih terperinci

BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI

BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI 7.1. Produktivitas Usahatani Produktivitas merupakan salah satu cara untuk mengetahui efisiensi dari penggunaan sumberdaya yang ada (lahan) untuk menghasilkan keluaran

Lebih terperinci

DENGAN HIBRIDA HASIL PRODUKSI PADI MENINGKAT

DENGAN HIBRIDA HASIL PRODUKSI PADI MENINGKAT DENGAN HIBRIDA HASIL PRODUKSI PADI MENINGKAT Penerapan Padi Hibrida Pada Pelaksanaan SL - PTT Tahun 2009 Di Kecamatan Cijati Kabupaten Cianjur Jawa Barat Sekolah Lapang (SL) merupakan salah satu metode

Lebih terperinci

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BAWANG MERAH

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BAWANG MERAH VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BAWANG MERAH 8.1. Penerimaan Usahatani Bawang Merah Penerimaan usahatani bawang merah terdiri dari penerimaan tunai dan penerimaan tidak tunai. Penerimaan tunai merupakan

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan waktu penelitian. Penelitian dilaksanakan di lahan sawah di Dusun Tegalrejo, Taman Tirto,

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan waktu penelitian. Penelitian dilaksanakan di lahan sawah di Dusun Tegalrejo, Taman Tirto, III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan waktu penelitian Penelitian dilaksanakan di lahan sawah di Dusun Tegalrejo, Taman Tirto, Kasihan, Bantul dan di Laboratorium Penelitian Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. menjadikan sektor tersebut sebagai mata pencaharian masyarakat.

V. GAMBARAN UMUM. menjadikan sektor tersebut sebagai mata pencaharian masyarakat. V. GAMBARAN UMUM 5.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di Desa Ciburuy dan Desa Cisalada, kedua desa tersebut merupakan desa yang terdapat di Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor, Provinsi

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten

BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1 Letak Geografis Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten Buleleng dengan jarak kurang lebih 18 km dari ibu kota Kabupaten Buleleng

Lebih terperinci

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR 8.1 Penerimaan Usahatani Ubi Jalar Penerimaan usahatani ubi jalar terdiri dari penerimaan tunai dan penerimaan tidak tunai. Penerimaan tunai merupakan penerimaan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal,

V. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal, V. GAMBARAN UMUM 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa ini berbatasan dengan Desa Bantarjati

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Kecamatan Telaga merupakan salah satu dari 18 Kecamatan yang ada di Kabupaten Gorontalo Provinsi Gorontalo. Kecamatan Telaga Terdiri dari 9 Desa yaitu

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. diperoleh dari wawancara yang dilakukan kepada 64 petani maka dapat diketahui

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. diperoleh dari wawancara yang dilakukan kepada 64 petani maka dapat diketahui 5 BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian. Identitas Petani Dalam penelitian ini yang menjadi petani diambil sebanyak 6 KK yang mengusahakan padi sawah sebagai sumber mata pencaharian

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.. Wilayah dan Topografi Secara geografis Kota Pagar Alam berada pada 4 0 Lintang Selatan (LS) dan 03.5 0 Bujur Timur (BT). Kota Pagar Alam terletak di Provinsi Sumatera

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2011 Maret 2012. Persemaian dilakukan di rumah kaca Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik Pertanian,

Lebih terperinci

Komponen PTT Komponen teknologi yang telah diintroduksikan dalam pengembangan usahatani padi melalui pendekatan PTT padi rawa terdiri dari:

Komponen PTT Komponen teknologi yang telah diintroduksikan dalam pengembangan usahatani padi melalui pendekatan PTT padi rawa terdiri dari: AgroinovasI Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Padi Rawa Meningkatkan Produktivitas Dan Pendapatan Petani Di Lampung, selain lahan sawah beririgasi teknis dan irigasi sederhana, lahan rawa juga cukup potensial

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis hasil penelitian mengenai Analisis Kelayakan Usahatani Kedelai Menggunakan Inokulan di Desa Gedangan, Kecamatan Wirosari, Kabupaten Grobogan, Provinsi Jawa Tengah meliputi

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Keadaan Umum, Geografis dan Iklim Desa Cipelang Desa Cipelang merupakan salah satu desa yang ada di Kecamatan Cijeruk Kabupaten Bogor, desa ini memiliki luas daerah

Lebih terperinci

sosial yang menentukan keberhasilan pengelolaan usahatani.

sosial yang menentukan keberhasilan pengelolaan usahatani. 85 VI. KERAGAAN USAHATANI PETANI PADI DI DAERAH PENELITIAN 6.. Karakteristik Petani Contoh Petani respoden di desa Sui Itik yang adalah peserta program Prima Tani umumnya adalah petani yang mengikuti transmigrasi

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Karakteristik Wilayah Lokasi yang dipilih untuk penelitian ini adalah Desa Gunung Malang, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor. Desa Gunung Malang merupakan salah

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5. Gambaran Umum Desa Ciaruten Ilir Desa Ciaruten Ilir merupakan bagian wilayah Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Desa ini merupakan daerah

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Daerah Desa Sidoagung secara administratif termasuk dalam Kecamatan Godean, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Desa Sidoagung terletak

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3. 1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Oktober 2009 sampai dengan Juli 2010. Penelitian terdiri dari percobaan lapangan dan analisis tanah dan tanaman

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. yang dianggap sudah mewakili dari keseluruhan petani yaitu sebanyak 250 orang

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. yang dianggap sudah mewakili dari keseluruhan petani yaitu sebanyak 250 orang V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Profil Petani Petani responden pada penelitian ini adalah petani yang berjumlah 71 orang yang dianggap sudah mewakili dari keseluruhan petani yaitu sebanyak 250 orang petani

Lebih terperinci

V KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN

V KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN V KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN 5.1. Gambaran Umum Kecamatan Kebon Pedes, Kabupaten Sukabumi Gambaran umum Kecamatan Kebon Pedes, Kabupaten Sukabumi dalam penelitian ini dihat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1 Letak dan Keadaan Geografis Kecamatan Telaga merupakan salah satu dari 18 kecamatan yang ada di Kabupatan Gorontalo. Sesuai dengan

Lebih terperinci

Menembus Batas Kebuntuan Produksi (Cara SRI dalam budidaya padi)

Menembus Batas Kebuntuan Produksi (Cara SRI dalam budidaya padi) Menembus Batas Kebuntuan Produksi (Cara SRI dalam budidaya padi) Pengolahan Tanah Sebagai persiapan, lahan diolah seperti kebiasaan kita dalam mengolah tanah sebelum tanam, dengan urutan sebagai berikut.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian dimulai dari April 2009 sampai Agustus 2009. Penelitian lapang dilakukan di lahan sawah Desa Tanjung Rasa, Kecamatan Tanjung Sari, Kabupaten Bogor,

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DESA GEDANGAN. A. Letak Geografis, Batas dan Kondisi Wilayah. Purwodadi. Kabupaten Grobogan terletak pada sampai Bujur

IV. KEADAAN UMUM DESA GEDANGAN. A. Letak Geografis, Batas dan Kondisi Wilayah. Purwodadi. Kabupaten Grobogan terletak pada sampai Bujur IV. KEADAAN UMUM DESA GEDANGAN A. Letak Geografis, Batas dan Kondisi Wilayah Kabupaten grobogan salah satu wilayah yang secara terletak di Provinsi Jawa Tengah. Secara administratif Kabupaten Grobogan

Lebih terperinci

4. HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Desa Penelitian Letak Geografis dan Topografis Desa

4. HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Desa Penelitian Letak Geografis dan Topografis Desa 4. HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Desa Penelitian Gambaran umum desa penelitian diperoleh dari monografi desa, meliputi letak geografis dan topografis desa, luas lahan dan tata guna tanah, keadaan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat 10 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan dilakukan di lahan sawah Desa Situgede, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor dengan jenis tanah latosol. Lokasi sawah berada pada ketinggian tempat 230 meter

Lebih terperinci

VI. ANALISIS USAHATANI DAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI

VI. ANALISIS USAHATANI DAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI VI. ANALISIS USAHATANI DAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI 6.1. Proses Budidaya Ganyong Ganyong ini merupakan tanaman berimpang yang biasa ditanam oleh petani dalam skala terbatas. Umbinya merupakan

Lebih terperinci

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. aktivitas dan produktivitas kerja. Jumlah petani pada pola tanam padi-ubi

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. aktivitas dan produktivitas kerja. Jumlah petani pada pola tanam padi-ubi V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Petani 1) Umur Umur petani merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap aktivitas dan produktivitas kerja. Jumlah petani pada pola tanam padi-ubi

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Umur, Tingkat Pendidikan, dan Pengalaman berusahatani

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Umur, Tingkat Pendidikan, dan Pengalaman berusahatani V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Petani Responden 1. Umur, Tingkat Pendidikan, dan Pengalaman berusahatani Berdasarkan dari penelitian yang dilakukan, diperoleh hasil komposisi umur kepala keluarga

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN

V GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN V GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN 5.1. Gambaran Umum Desa Ciburuy Desa Ciburuy merupakan salah satu sentra pengembangan sistem pertanian sehat di Kabupaten Bogor. Gambaran umum dari Desa Ciburuy ini

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN LOKASI PENELITIAN 24 BAB IV GAMBARAN LOKASI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Luas Wilayah Desa Parakan adalah desa yang terletak di kecamatan Ciomas, kabupaten Bogor, provinsi Provinsi Jawa Barat merupakan daerah padat penduduk

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilakukan di lahan sawah Desa Parakan, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor dan di Laboratorium Ekofisiologi Tanaman Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH, RESPONDEN, DAN BUDIDAYA PADI Keadaan Umum Permasalahan Kabupaten Cianjur

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH, RESPONDEN, DAN BUDIDAYA PADI Keadaan Umum Permasalahan Kabupaten Cianjur V. GAMBARAN UMUM WILAYAH, RESPONDEN, DAN BUDIDAYA PADI 5.1. Keadaan Umum Permasalahan Kabupaten Cianjur Penduduk Kabupaten Cianjur pada tahun 2010 berjumlah 2.168.514 jiwa yang terdiri atas 1.120.550 laki-laki

Lebih terperinci

BAB II DESA PULOSARI. Desa Pulosari merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan

BAB II DESA PULOSARI. Desa Pulosari merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan BAB II DESA PULOSARI 2.1 Keadaan Umum Desa Pulosari 2.1.1 Letak Geografis, Topografi, dan Iklim Desa Pulosari merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Provinsi

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Petani cabai merah lahan pasir pantai di Desa Karangsewu berusia antara

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Petani cabai merah lahan pasir pantai di Desa Karangsewu berusia antara V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identitas Petani 1. Umur Petani Petani cabai merah lahan pasir pantai di Desa Karangsewu berusia antara 30 sampai lebih dari 60 tahun. Umur petani berpengaruh langsung terhadap

Lebih terperinci

Ciparay Kabupaten Bandung. Ketinggian tempat ±600 m diatas permukaan laut. dengan jenis tanah Inceptisol (Lampiran 1) dan tipe curah hujan D 3 menurut

Ciparay Kabupaten Bandung. Ketinggian tempat ±600 m diatas permukaan laut. dengan jenis tanah Inceptisol (Lampiran 1) dan tipe curah hujan D 3 menurut III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Percobaan Penelitian dilaksanakan di lahan sawah Sanggar Penelitian Latihan dan Pengembangan Pertanian (SPLPP) Fakultas Pertanian Universitas Padjajaran Unit

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Alat dan Bahan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Alat dan Bahan 9 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan dilaksanakan di Desa Situ Gede Kecamatan Bogor Barat, Kabupaten Bogor. Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober 2009 Februari 2010. Analisis tanah dilakukan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Letak dan Keadaan Geografi Daerah Penelitian Desa Perbawati merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Sukabumi, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Batas-batas

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. tanggungan keluarga, luas lahan, status kepemilikan lahan, pengalaman bertani,

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. tanggungan keluarga, luas lahan, status kepemilikan lahan, pengalaman bertani, V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identitas Petani Padi Kegiatan usahatani padi dipengaruhi oleh latar belakang petani dengan beberapa karakteristik yang meliputi umur, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga,

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum Daerah Penelitian 1. Kondisi wilayah penelitian a. Letak dan batas wilayah Kabupaten Klaten adalah kabupaten yang berada di antara kota jogja dan kota solo. Kabupaten

Lebih terperinci

PROFIL DESA. Profil Kelurahan Loji. Kondisi Ekologi

PROFIL DESA. Profil Kelurahan Loji. Kondisi Ekologi 23 PROFIL DESA Pada bab ini akan diuraikan mengenai profil lokasi penelitian, yang pertama mengenai profil Kelurahan Loji dan yang kedua mengenai profil Kelurahan Situ Gede. Penjelasan profil masingmasing

Lebih terperinci

1 LAYANAN KONSULTASI PADI IRIGASI Kelompok tani sehamparan

1 LAYANAN KONSULTASI PADI IRIGASI Kelompok tani sehamparan 1 LAYANAN KONSULTASI PADI IRIGASI Pilih kondisi lahan sawah Anda: O Irigasi O Tadah hujan O Rawa pasang surut Apakah rekomendasi pemupukan yang diperlukan akan digunakan untuk: O lahan sawah individu petani

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. perkebunan, khususnya pada sektor tanaman karet. Penduduk di Desa Negeri

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. perkebunan, khususnya pada sektor tanaman karet. Penduduk di Desa Negeri IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN A. Letak Geografis Desa Negeri Baru yang merupakan salah satu desa berpotensial dalam bidang perkebunan, khususnya pada sektor tanaman karet. Penduduk di Desa Negeri

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH V. GAMBARAN UMUM WILAYAH 5.1. Karakteristik Wilayah Kabupaten Brebes merupakan salah satu dari tiga puluh lima daerah otonom di Propinsi Jawa Tengah yang terletak di sepanjang pantai utara Pulau Jawa.

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM DAERAH. mempunyai luas wilayah sebesar Ha. Secara administratif Kecamatan

GAMBARAN UMUM DAERAH. mempunyai luas wilayah sebesar Ha. Secara administratif Kecamatan IV. GAMBARAN UMUM DAERAH A. Keadaan Alam Kecamatan Pandak merupakan salah satu kecamatan yang terdapat di Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Kecamatan Pandak mempunyai luas wilayah

Lebih terperinci

VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR DI DESA CIKARAWANG

VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR DI DESA CIKARAWANG VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR DI DESA CIKARAWANG Usahatani ubi jalar di Desa Cikarawang menurut bentuk dan coraknya tergolong ke dalam usahatani perorangan dimana pengelolaannya dilakukan

Lebih terperinci

Persyaratan Lahan. Lahan hendaknya merupakan bekas tanaman lain atau lahan yang diberakan. Lahan dapat bekas tanaman padi tetapi varietas yang

Persyaratan Lahan. Lahan hendaknya merupakan bekas tanaman lain atau lahan yang diberakan. Lahan dapat bekas tanaman padi tetapi varietas yang PRODUKSI BENIH PADI Persyaratan Lahan Lahan hendaknya merupakan bekas tanaman lain atau lahan yang diberakan. Lahan dapat bekas tanaman padi tetapi varietas yang ditanam sama, jika lahan bekas varietas

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 18 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Desa Gorowong Desa Gorowong merupakan salah satu desa yang termasuk dalam Kecamatan Parung Panjang, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa

Lebih terperinci

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI UBI JALAR

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI UBI JALAR VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI UBI JALAR 6.1. Analisis Aspek Budidaya 6.1.1 Penyiapan Bahan Tanaman (Pembibitan) Petani ubi jalar di lokasi penelitian yang dijadikan responden adalah petani yang menanam

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Desa Cibodas merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Desa Cibodas merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitian 4.1.1 Letak Geografis dan Topografi Desa Cibodas merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Propinsi

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. memiliki aksesibilitas yang baik sehingga mudah dijangkau dan terhubung dengan

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. memiliki aksesibilitas yang baik sehingga mudah dijangkau dan terhubung dengan IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak Geografis Desa wukirsari merupakan salah satu Desa dari total 4 Desa yang berada di Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman. Desa Wukirsari yang berada sekitar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. PTT Padi Sawah. Penelitian ini dilakukan di Poktan Giri Mukti II, Desa

BAB III METODE PENELITIAN. PTT Padi Sawah. Penelitian ini dilakukan di Poktan Giri Mukti II, Desa 31 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek dan Tempat Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah respon petani terhadap kegiatan penyuluhan PTT Padi Sawah. Penelitian ini dilakukan di Poktan Giri Mukti II,

Lebih terperinci

Tabel 1. Pengukuran variabel tingkat penerapan usahatani padi organik Indikator Kriteria Skor 1. Pemilihan benih a. Varietas yang digunakan

Tabel 1. Pengukuran variabel tingkat penerapan usahatani padi organik Indikator Kriteria Skor 1. Pemilihan benih a. Varietas yang digunakan LAMPIRAN 9 Lampiran. Pengukuran variabel penelitian Tabel. Pengukuran variabel tingkat penerapan usahatani padi organik Indikator Kriteria Skor. Pemilihan benih a. Varietas yang digunakan a. Varietas lokal

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Menurut Nazir (2013) metode deskriptif merupakan suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu objek,

Lebih terperinci

TATA CARA PENELTIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilakukan lahan percobaan Fakultas Pertanian Universitas

TATA CARA PENELTIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilakukan lahan percobaan Fakultas Pertanian Universitas III. TATA CARA PENELTIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan lahan percobaan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Penelitian telah dilaksanakan pada Bulan Juli 2016 November

Lebih terperinci

VII ANALISIS PENDAPATAN

VII ANALISIS PENDAPATAN VII ANALISIS PENDAPATAN Analisis pendapatan yang dibahas dalam penelitian ini meliputi penerimaan, biaya, dan pendapatan dari usahatani padi sawah pada decision making unit di Desa Kertawinangun pada musim

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. A. Definisi Operasional, Pengukuran, dan Klasifikasi. yang digunakan dalam penelitian ini untuk mendapatkan data yang

III. METODE PENELITIAN. A. Definisi Operasional, Pengukuran, dan Klasifikasi. yang digunakan dalam penelitian ini untuk mendapatkan data yang III. METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional, Pengukuran, dan Klasifikasi Definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai variabelvariabel yang digunakan dalam penelitian ini untuk mendapatkan

Lebih terperinci

II. HASIL DAN PEMBAHASAN

II. HASIL DAN PEMBAHASAN II. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identitas Petani 1. Umur Petani Faktor umur adalah salah satu hal yang berpengaruh terhadap produktivitas kerja. Semakin produktif umur seseorang maka curahan tenaga yang dikeluarkan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM RUMAHTANGGA PETANI PADI DI SULAWESI TENGARA

V. GAMBARAN UMUM RUMAHTANGGA PETANI PADI DI SULAWESI TENGARA V. GAMBARAN UMUM RUMAHTANGGA PETANI PADI DI SULAWESI TENGARA 5.1. Karakteristik Petani Padi Padi masih merupakan komoditas utama yang diusahakan oleh petani tanaman pangan di Kabupaten Konawe dan Konawe

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Lokasi 1. Deskripsi Umum Wilayah. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Secara Geografis Wilayah Kecamatan Dungaliyo, merupakan salah satu Wilayah Kecamatan yang ada di Kabupaten Gorontalo, yang

Lebih terperinci

PENGARUH SISTIM TANAM MENUJU IP PADI 400 TERHADAP PERKEMBANGAN HAMA PENYAKIT

PENGARUH SISTIM TANAM MENUJU IP PADI 400 TERHADAP PERKEMBANGAN HAMA PENYAKIT PENGARUH SISTIM TANAM MENUJU IP PADI 400 TERHADAP PERKEMBANGAN HAMA PENYAKIT Handoko Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur ABSTRAK Lahan sawah intensif produktif terus mengalami alih fungsi,

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105. IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan 4.1.1. Keadaan Geografis Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.14 sampai dengan 105, 45 Bujur Timur dan 5,15

Lebih terperinci

PT. PERTANI (PERSERO) UPB SUKASARI

PT. PERTANI (PERSERO) UPB SUKASARI PT. PERTANI (PERSERO) UPB SUKASARI Jln. Pramuka No. 83, Arga Makmur, Bengkulu Utara 38111 Phone 0737-521330 Menjadi Perusahaan Agrobisnis Nasional Terdepan dan Terpercaya Menghasilkan sarana produksi dan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian 10 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Cikarawang, Dramaga, Bogor. Sejarah lahan sebelumnya digunakan untuk budidaya padi konvensional, dilanjutkan dua musim

Lebih terperinci

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEMBANG KOL

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEMBANG KOL VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEMBANG KOL 6.1 Sarana Usahatani Kembang Kol Sarana produksi merupakan faktor pengantar produksi usahatani. Saran produksi pada usahatani kembang kol terdiri dari bibit,

Lebih terperinci

1 LAYANAN KONSULTASI PADI TADAH HUJAN Kelompok tani sehamparan

1 LAYANAN KONSULTASI PADI TADAH HUJAN Kelompok tani sehamparan 1 LAYANAN KONSULTASI PADI TADAH HUJAN Pilih kondisi lahan sawah Anda: O Irigasi O Tadah hujan O Rawa pasang surut Apakah rekomendasi pemupukan yang diperlukan akan digunakan untuk: O lahan sawah individu

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan dikebun percobaan Politeknik Negeri Lampung,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan dikebun percobaan Politeknik Negeri Lampung, III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dikebun percobaan Politeknik Negeri Lampung, Bandar lampung. Waktu penelitian dilaksanakan sejak bulan Mei 2011 sampai

Lebih terperinci

Budi Daya Kedelai di Lahan Pasang Surut

Budi Daya Kedelai di Lahan Pasang Surut Budi Daya Kedelai di Lahan Pasang Surut Proyek Penelitian Pengembangan Pertanian Rawa Terpadu-ISDP Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Budi Daya Kedelai di Lahan Pasang Surut Penyusun I Wayan Suastika

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan STIPER Dharma Wacana Metro,

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan STIPER Dharma Wacana Metro, 20 III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan STIPER Dharma Wacana Metro, Desa Rejomulyo Kecamatan Metro Selatan Kota Metro dengan ketinggian

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. menggunakan pengalaman, wawasan, dan keterampilan yang dikuasainya.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. menggunakan pengalaman, wawasan, dan keterampilan yang dikuasainya. V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Profil Petani Petani adalah pelaku usahatani yang mengatur segala faktor produksi untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa kualitas

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1. Karakteristik Wilayah dan Keadaan Alam Penelitian ini dilaksanakan di Desa Paya Besar Kecamatan Payaraman Kabupaten Ogan Ilir Provinsi Sumatera Selatan. Daerah ini

Lebih terperinci

TEKNOLOGI BUDIDAYA PADI SISTEM TANAM BENIH LANGSUNG (TABELA) DI LAHAN SAWAH IRIGASI PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH PENDAHULUAN

TEKNOLOGI BUDIDAYA PADI SISTEM TANAM BENIH LANGSUNG (TABELA) DI LAHAN SAWAH IRIGASI PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH PENDAHULUAN TEKNOLOGI BUDIDAYA PADI SISTEM TANAM BENIH LANGSUNG (TABELA) DI LAHAN SAWAH IRIGASI PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH Oleh : Chairunas, Adli Yusuf, Azman B, Burlis Han, Silman Hamidi, Assuan, Yufniati ZA,

Lebih terperinci

Cara Penggunaan Pupuk Organik Powder 135 untuk tanaman padi

Cara Penggunaan Pupuk Organik Powder 135 untuk tanaman padi Cara Penggunaan Pupuk Organik Powder 135 untuk tanaman padi 4 tahap penggunaan Pupuk Organik Powder 135 (POP 135 Super Tugama) 1. Persiapan Benih 2. Pengolahan tanah atau lahan tanaman 3. Pemupukan 4.

Lebih terperinci

1 LAYANAN KONSULTASI PADI - RAWA PASANG SURUT Individu petani

1 LAYANAN KONSULTASI PADI - RAWA PASANG SURUT Individu petani 1 LAYANAN KONSULTASI PADI - RAWA PASANG SURUT Pilih kondisi lahan sawah Anda: O Irigasi O Tadah hujan O Rawa pasang surut Apakah rekomendasi pemupukan yang diperlukan akan digunakan untuk: O lahan sawah

Lebih terperinci

BAB VI ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI

BAB VI ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI BAB VI ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI Keragaan usahatani pada penelitian ini dijelaskan secara deskriptif. Penjelasan keragaan usahatani meliputi penggunaan input dan cara budidaya padi dengan metode

Lebih terperinci

PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SEHAT

PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SEHAT VIII PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SEHAT 8.1. Penerimaan Usahatani Padi Sehat Produktivitas rata-rata gabah padi sehat petani responden sebesar 6,2 ton/ha. Produktivitas rata-rata

Lebih terperinci

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BELIMBING DEWA

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BELIMBING DEWA VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BELIMBING DEWA Analisis pendapatan usahatani dilakukan untuk mengetahui gambaran umum mengenai struktur biaya, penerimaan dan pendapatan dari kegiatan usahatani yang dijalankan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Profil Desa Desa Jambenenggang secara admistratif terletak di kecamatan Kebon Pedes, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat. Wilayah Kabupaten Sukabumi yang terletak

Lebih terperinci

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN 7.1. Penerimaan Usahatani Kedelai Edamame Analisis terhadap penerimaan usahatani kedelai edamame petani mitra PT Saung Mirwan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN yaitu terdiri dari 16 kelurahan dengan luas wilayah 3.174,00 Ha. Saat ini

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN yaitu terdiri dari 16 kelurahan dengan luas wilayah 3.174,00 Ha. Saat ini V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kecamatan Bogor Barat Wilayah administrasi Kecamatan Bogor Barat hingga akhir Desember 2008 yaitu terdiri dari 16 kelurahan dengan luas wilayah 3.174,00

Lebih terperinci

1 LAYANAN KONSULTASI PADI - TADAH HUJAN Individu petani

1 LAYANAN KONSULTASI PADI - TADAH HUJAN Individu petani 1 LAYANAN KONSULTASI PADI - TADAH HUJAN Pilih kondisi lahan sawah Anda: O Irigasi O Tadah hujan O Rawa pasang surut Apakah rekomendasi pemupukan yang diperlukan akan digunakan untuk: O lahan sawah individu

Lebih terperinci

TEKNIK BUDIDAYA PADI DENGAN METODE S.R.I ( System of Rice Intensification ) MENGGUNAKAN PUPUK ORGANIK POWDER 135

TEKNIK BUDIDAYA PADI DENGAN METODE S.R.I ( System of Rice Intensification ) MENGGUNAKAN PUPUK ORGANIK POWDER 135 TEKNIK BUDIDAYA PADI DENGAN METODE S.R.I ( System of Rice Intensification ) MENGGUNAKAN PUPUK ORGANIK POWDER 135 PUPUK ORGANIK POWDER 135 adalah Pupuk untuk segala jenis tanaman yang dibuat dari bahan

Lebih terperinci

1 LAYANAN KONSULTASI PADI - IRIGASI Individu petani

1 LAYANAN KONSULTASI PADI - IRIGASI Individu petani 1 LAYANAN KONSULTASI PADI - IRIGASI Pilih kondisi lahan sawah Anda: O Irigasi O Tadah hujan O Rawa pasang surut Apakah rekomendasi pemupukan yang diperlukan akan digunakan untuk: O lahan sawah individu

Lebih terperinci

Pupuk Organik Powder 135 (POP 135 Super TUGAMA)

Pupuk Organik Powder 135 (POP 135 Super TUGAMA) Penggunaan pupuk kimia atau bahan kimia pada tanaman, tanpa kita sadari dapat menimbulkan berbagai macam penyakit seperti terlihat pada gambar di atas. Oleh karena itu beralihlah ke penggunaan pupuk organik

Lebih terperinci

BAB III PETANI DAN HASIL PERTANIAN DESA BENDOHARJO. A. Monografi dan Demografi Desa Bendoharjo

BAB III PETANI DAN HASIL PERTANIAN DESA BENDOHARJO. A. Monografi dan Demografi Desa Bendoharjo BAB III PETANI DAN HASIL PERTANIAN DESA BENDOHARJO A. Monografi dan Demografi Desa Bendoharjo Di bawah ini penulis akan sampaikan gambaran umum tentang keadaan Desa Bendoharjo Kecamatan Gabus Kabupaten

Lebih terperinci