BAB VI ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB VI ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI"

Transkripsi

1 BAB VI ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI Keragaan usahatani pada penelitian ini dijelaskan secara deskriptif. Penjelasan keragaan usahatani meliputi penggunaan input dan cara budidaya padi dengan metode SRI organik yang dibandingkan dengan pertanian konvensional. Hal tersebut dilakukan untuk memudahkan dalam memahami perbedaan dari kedua metode tersebut Penggunaan Input Lahan Lahan yang digunakan dalam budidaya padi SRI organik memiliki luas kurang lebih 2000 m 2 atau penduduk sekitar sering mengistilahkannya dengan satu iring. Satu iring setara dengan 130 ubin, dengan luas per ubinnya 12 cm x 14 cm. Harga sewa yang ditetapkan per iringnya yaitu Rp pertahun dan dibayarkan pada musim tanam pertama. Untuk pajak lahan sawah dibedakan atas letak sawah tersebut. Apabila letak sawah berada dekat dengan jalan utama atau saluran irigasi, maka pajak lahan sawah semakin besar dan sebaliknya bila lahan sawah berada jauh dari jalan utama atau saluran irigasi maka pembayaran pajak akan semakin kecil. Pembayaran pajak dilakukan pada akhir tahun saat musim tanam pertama Bibit Bibit yang digunakan oleh petani SRI organik Desa Ringgit merupakan bibit yang dibuat sendiri baik oleh anggota maupun ketua kelompok tani, yang nantinya ketua kelompok tani akan membagikan bibit tersebut kepada petani anggota lain yang tidak mampu membuat bibitnya sendiri. Varietas bibit yang ditanam yaitu Sintanur, Pandan Wangi, atau Janur. Varietas Janur merupakan persilangan antara Sintanur dan Jasmin yang disilangkan oleh ketua kelompok Pemuda Tani Lestari (PTL). Varietas Janur digunakan oleh sebagian besar petani SRI organik, karena varietas ini sangat cocok diaplikasikan pada metode SRI. Jumlah bibit yang digunakan dalam metode SRI organik untuk luasan lahan satu

2 iring yaitu 1-2 kg. Penggunaan jumlah bibit sebenarnya hanya 7-8 ons, kelebihan bibit digunakan untuk penyulaman tanaman. Untuk pertanian konvensional, varietas bibit yang digunakan yaitu IR 64, Janur, Ciherang, Pandan Wangi, dan Sintanur. Kebutuhan bibit pada pertanian konvensional per iringnya yaitu 5-7 kg. Perbedaan jumlah penggunaan bibit dikarenakan oleh jarak tanam dan jumlah bibit per lubang tanam dalam kegiatan penanaman yang dijelaskan di sub bab budidaya. Penggunaan bibit pada pertanian konvensional berasal dari produsen bibit dengan harga beli Rp 8000-Rp 9000 per kilogram. Bibit yang dijual berada pada kemasan lima kiloan dengan harga Rp Rp berdasarkan varietas bibit Pupuk Penggunaan pupuk pada pertanian SRI organik yaitu dengan pupuk kandang yang dibuat oleh petani kelompok PTL. Pupuk kandang yang dibuat berasal dari kotoran sapi. Ada pula petani yang menggunakan kotoran hewan lain seperti ayam, kambing, serta burung sebagai pupuk kandangnya. Untuk pupuk kandang yang berasal dari kotoran sapi memiliki nilai jual seharga Rp per kg, Rp per kg untuk kotoran ayam, dan untuk kotoran kambing Rp per kg. Pupuk kandang diberikan setelah lahan dibajak pertama kali (di luku). Ciri kompos yang siap untuk digunakan adalah berwarna kehitaman dan remah seperti tanah. Banyaknya kompos yang dibutuhkan tanaman tergantung kesuburan tanah, kondisi agroklimat, dan jenis tanaman. Pupuk yang digunakan untuk pertanian konvensional merupakan pupuk kimia berupa urea, ponskha, SP 36, dan Za. Pengaplikasian pupuk dengan cara mencampur beberapa jenis pupuk yang digunakan kemudian di sebar pada saat tanaman sudah mencapai usia hari setelah tanaman di watun. Hal tersebut dilakukan agar pupuk yang disebar di sekitar tanaman mampu diserap dengan sempurna. Meskipun pada kenyataannya pupuk yang disebar akan menguap, mengalir bersama aliran air, dan mengendap yang pada akhirnya akan membuat tanah menjadi keras dan sulit diolah karena tekstur pupuk kimia rapat dan tidak bercelah. Adapun jumlah penggunaan pupuk yang diaplikasikan dapat dilihat pada Tabel

3 Tabel 43. Penggunaan Input Pupuk Rata-Rata 1 Ha Pada Pertanian Konvensional dan SRI Organik di Desa Ringgit Musim Tanam II Tahun 2011 No. Jenis pupuk Penggunaan Pupuk (kg) Harga Satuan Petani Petani SRI (Rp/kg) Konvensional Organik 1. Urea ,83 Ponskha ,50 SP ,17 Za ,83 2. Kotoran Ayam ,5 Kotoran Sapi 177, ,05 Kotoran Kambing , Pestisida Dalam melakukan pengendalian hama dan penyakit pada usahatani organik tidak boleh menggunakan pestisida. Hal ini dikarenakan dapat berpengaruh terhadap kualitas beras organik yang dihasilkan. Oleh karena itu, untuk pengendalian hama dan penyakitnya dilakukan dengan beberapa macam cara misalnya penyemprotan mol, penambahan pupuk kandang, mengurangi atau menambah volume air genangan, serta menghadirkan musuh alami. Mol merupakan salah satu bentuk pestisida nabati yang terbuat dari beberapa jenis tanaman dengan kegunaannya masing-masing. Rata-rata takaran perbandingan antara mol dan air yaitu 1 : 2, dengan jumlah mol sebanyak lima liter dan air sepuluh liter. Hal ini disebabkan karena mol berupa cairan yang tidak begitu pekat. Berbeda dengan SRI organik, petani konvensional melakukan pengendalian hama dan penyakitnya menggunakan pestisida. Pestisida yang digunakan oleh petani konvensional memiliki beragam merek dagang seperti Spontan, Fastac, dan Score. Petani biasanya melakukan penyemprotan pestisida bila terdapat serangan hama atau penyakit pada tanaman, namun pada beberapa petani tetap melakukan penyemprotan meskipun tidak terdapat serangan hama sebagai tindakan pencegahan. Takaran penggunaan pestisida umumnya ml dalam satu tangki sprayer volume 14 L. Penggunaan takaran pestisida yang sedikit disebabkan oleh bentuk pestisida yang berupa cairan pekat. 46

4 Tenaga Kerja Tenaga kerja merupakan salah satu faktor produksi yang memiliki pengaruh besar terhadap biaya usahatani. Oleh karena itu, dalam penggunaannya petani harus memperhitungkannya. Tenaga kerja yang digunakan petani berasal dari tenaga kerja dalam keluarga (TKDK) dan tenaga kerja luar keluarga (TKLK). TKDK dan TKLK memiliki porsi yang sama dalam jumlah jam kerja per harinya yaitu delapan jam. Pemberian upah bagi TKLK terbagi menjadi dua, yaitu borongan dan perorangan. Pemberian upah secara borongan biasanya dilakukan pada saat kegiatan membajak sawah, penanaman, serta pemanenan. Untuk tenaga kerja perorangan, perhitungan pemberian upah diberikan per dua jam kerja (1 HKW/HKP = 2 jam kerja) sebanyak Rp untuk wanita dan Rp untuk pria. Dengan demikian, dalam satu hari terdapat delapan jam kerja (1 HOK = 8 jam kerja) dengan upah sebesar Rp untuk wanita dan Rp untuk pria. Penggunaan tenaga kerja pada metode konvensional dan SRI organik tidak terlalu berbeda kuantitasnya. Hanya saja dari segi kualitas bekerja, tenaga kerja SRI organik lebih baik. Hal tersebut dapat dilihat dari segi upah yang diberikan dan perbedaan metode yang dilakukan. Misalnya pada kegiatan pembajakan dan penanaman. Kegiatan membajak pada lahan konvensional cukup berat karena lahan keras dan sulit untuk diolah, sehingga membutuhkan tenaga yang cukup besar. Pada lahan SRI organik, karena selama budidaya menggunakan pupuk kandang maka saat dibajak lahan tidak terlalu keras dan mudah untuk diolah. Oleh sebab itu, dengan penetapan upah borongan pada kegiatan membajak Rp per iring, pembajak sawah SRI organik lebih untung karena dengan lahan yang mudah diolah dapat menghemat waktu dan tenaga, sehingga pembajak sawah dapat membajak sawah petani lainnya. Untuk penggunaan TKDK dan TKLK dalam metode konvensional dan SRI organik dapat dilihat pada Tabel

5 Tabel 14. Penggunaan Tenaga Kerja Dalam dan Luar Keluarga Metode Konvensional dan SRI Organik di Desa Ringgit pada MT II No. Jenis Tenaga Kerja Penggunaan Tenaga Kerja Petani Konvensional Petani SRI Organik 1. Dalam Keluarga : Pria 12,84 HKP 24,73 HKP Wanita 7,5 HKW 13,57 HKW 2. Luar Keluarga : Pria 36,86 HKP 35,66 HKP Wanita 40,33 HKW 31,78 HKW Total 457,25 HOK 420,29 HOK Berdasarkan Tabel 14. dapat diketahui bahwa rata-rata penggunaan TKDK lebih banyak pada petani SRI organik, sedangkan rata-rata penggunaan TKLK lebih banyak digunakan pada pertanian konvensional. Hal tersebut dapat disebabkan karena pertanian SRI organik pada dasarnya membutuhkan banyak tenaga kerja untuk kegiatan pemupukan dan penyiangan. Kegiatan pemupukan membutuhkan banyak tenaga kerja atau waktu karena pupuk kandang yang dibutuhkan cukup banyak, serta pengangkutan pupuk dari tempat pupuk dibuat dan dibawa ke lahan cukup jauh. Dengan demikian, petani lebih memilih menggunakan tenaga kerja keluarga untuk membantu kegiatan pemupukan Peralatan Pertanian Alat pertanian yang digunakan dalam membudidayakan tanaman padi baik secara konvensional maupun SRI organik sebagian besar sama, yaitu cangkul, traktor, arit, sprayer, gathak atau penggaris untuk menggaris lahan saat kegiatan penanaman pada metode SRI organik, tambang, serta karung untuk menempatkan gabah yang sudah dirontokkan. Metode perhitungan penyusutan alat pertanian menggunakan metode garis lurus. Nilai penyusutan dihitung dalam komponen biaya diperhitungkan Teknik Budidaya Pengolahan Tanah Persiapan lahan untuk bertani dimulai dengan mengolah lahan sebelum tanam menggunakan traktor. Traktor yang digunakan umumnya merupakan traktor milik kelompok, meskipun sebenarnya setiap petani memiliki traktor 48

6 masing-masing. Hal ini dikarenakan penggunaan traktor sudah termasuk tenaga kerja khusus untuk membajak sawah SRI organik. Biaya yang dikenakan untuk membajak sawah hingga selesai yaitu Rp per iring (2000 m 2 ). Pembajakan dengan traktor untuk sepetak lahan seluas 2000 m 2 dapat diselesaikan setengah hari (2HKP = 4 jam kerja). Pembajakan lahan dilakukan dalam dua langkah, yaitu di luku kemudian di garu. Perbedaan antara ngeluku dan ngegaru yaitu terletak pada model alat yang digunakan pada traktor yang dipasang di bagian depan. Pada saat ngeluku, pupuk organik disebar sebanyak kurang lebih karung dengan berat per karungnya 50 kg. Setelah sawah selesai dibajak, tanah diratakan dan di bagian pinggir dan tengah tiap petakan sawah dibuat parit untuk memudahkan pengaturan air serta mencegah tanaman terserang hama keong. Untuk pertanian konvensional, kegiatan membajak sawah dilakukan dengan cara yang sama. Perbedaannya adalah pertanian konvensional memberikan pupuk pada saat tanaman sudah ditanam. Berdasarkan hal ini dapat dilihat bahwa perilaku usahatani pada umumnya lebih tertuju pada cara memupuk tanaman, bukan cara memupuk tanah agar tanah menjadi subur, sehingga dapat menyediakan sekaligus memberikan banyak nutrisi pada tanaman Persiapan Benih Benih yang dibutuhkan untuk persemaian adalah 1-2 kg per iring. Sebenarnya pada saat proses penanaman benih yang dibutuhkan hanya 7-8 ons. Akan tetapi, kelebihan benih yang ada digunakan untuk kegiatan penyulaman tanaman yang mati karena tertiup angin, terinjak, atau dimakan oleh keong. Hal ini dikarenakan benih yang dipindah dari lahan persemaian ke lahan sawah masih sangat muda (7-14 hari) dan belum kokoh, sehingga sangat rentan terhadap kondisi lingkungan. Penggunaan bibit muda dalam metode SRI membantu tanaman dalam mempermudah menyerap makanan, sehingga mampu menghasilkan banyak anakan. Pada metode konvensional, bibit relatif tua saat ditanam, yakni sekitar hari. Hal ini didasarkan pada pemikiran bahwa bibit tua akan menghasilkan tanaman yang tahan terhadap hama dan mudah dalam pencabutan bibit. Kenyataannya, penggunaan bibit berumur tua berakibat pada produksi jumlah 49

7 anakan padi yang tidak maksimal. Selain itu, umumnya pertumbuhan tanaman mengalami keterlambatan. Karena pada saat pemindahan tanaman, terjadi kondisi stagnasi dan adaptasi sehingga daya jelajah akar dalam mencari makanan terbatas. Dalam menyeleksi benih yang akan disemai, petani SRI organik menggunakan metode larutan garam. Benih yang mengapung adalah benih yang kurang baik kualitasnya, sedangkan benih yang tenggelam adalah benih yang baik. Benih-benih yang baik kemudian diambil dan dicuci untuk menghilangkan larutan garam yang menempel pada benih. Setelah benih berkualitas baik telah dicuci, benih harus diperam dulu selama satu hari satu malam. Ini dilakukan agar benih tumbuh seragam. Setelah diperam, akan terlihat adanya bintik pada lembaga atau embrio benih (tetapi belum tumbuh akar) yang merupakan tanda benih yang baik dan siap disemai. Tempat untuk menyemai benih ada yang dilakukan di sawah persemaian atau di besek Penanaman Bibit siap dipindahkan ke lahan setelah mencapai umur hari setelah semai. Bibit yang akan di tanam dalam keadaan utuh (akar tidak putus) dan rentang waktu antara pencabutan dan penanaman tidak terlalu lama (maksimal 30 menit) agar bibit tidak stres. Kondisi air pada saat tanam adalah macak-macak yaitu kondisi tanah yang basah tetapi bukan tergenang. Bibit yang ditanam setiap lubangnya berisi satu benih dan ditanam dangkal, yaitu pada kedalaman 2-3 cm dengan bentuk perakaran horizontal (seperti huruf L). Jarak tanam yang digunakan bervariasi, yaitu 25x25 cm dan 30x30 cm. Pembuatan jarak tanam menggunakan penggaris yang dibuat oleh petani (Gambar 2.). Perlakuan terhadap benih yang ingin ditanam pada pertanian konvensional yaitu (a) daun di potong karena benih yang digunakan sudah tua, (b) batang diikat untuk memudahkan pembagian saat tanam, (c) benih dilempar, (d) benih ditanam banyak, (e) benih ditanam dalam dan akhirnya di petakan sawah direndam. Penanaman dengan metode konvensional menggunakan gathak. Gathak merupakan alat tanam terbuat dari kayu dengan sepanjang kayu tersebut diberi lengkungan kecil. Jarak antar lengkungan disesuaikan dengan jarak tanam yang biasa digunakan untuk menanam padi konvensional yaitu 15 cm x 15 cm dan 20 cm x 20 cm. Pada Lampiran 1. terdapat gambar kegiatan menanam padi dengan 50

8 metode konvensional. Dari gambar tersebut dapat terlihat di pinggiran sawah terdapat tambang yang digunakan untuk memastikan bahwa jarak penanaman tetap rapih, sebab panjang gathak hanya setengah dari panjang sawah pada umumnya. Penanaman jarak tanam yang lebar yaitu 25 cm x 25 cm sampai 30 cm x 30 cm dalam prinsip SRI mendorong pertumbuhan akar secara optimal serta memaksimalkan sinar matahari yang cukup secara optimal. Namun kebiasaan yang dilakukan oleh petani konvensional dalam menanam padi biasanya menggunakan jarak tanam yang rapat, yaitu 20 cm x 20 cm atau bahkan 15 cm x 15 cm. Kebiasaan ini didasarkan oleh bermacam-macam alasan diantaranya adalah kepemilikan lahan yang sempit. Penggunaan jarak tanam yang sempit, petani berpikiran akan menghasilkan padi lebih banyak karena jumlah tanamannya lebih banyak. Namun di dalam prakteknya, harapan yang dijadikan alasan oleh petani tersebut seringkali berbeda, karena jarak tanam yang rapat menyebabkan tanaman lembab dan gelap sehingga akan disenangi hama seperti wereng dan tikus. Di samping itu, tanaman yang lembab sangat berpotensi terhadap berkembangnya jamur. Penanaman dengan bibit yang banyak dalam satu lubang pula akan mengakibatkan tanaman tidak bisa berkembang dengan baik. Hal ini dikarenakan terjadi persaingan dalam memperebutkan makanan dan kekurangan sinar yang diperlukan bagi tanaman Pemupukan Setelah Tanam Terdapat perlakuan yang berbeda dalam kegiatan pemupukan setelah tanam pada kedua metode ini. Untuk metode SRI organik, pupuk yang digunakan setelah benih ditanam yaitu dengan menggunakan Mikroorganisme Lokal (MOL). Mol digunakan sebagai katalisator dalam pembuatan pupuk organik cair. Mol berfungsi dalam membantu pertumbuhan tanaman dan kesehatan ekosistem, serta dapat melarutkan unsur hara makro dan mikro tanah. Pada metode SRI, petani diharuskan untuk membuat mol sendiri. Hal ini dilakukan agar petani dapat lebih mandiri dan mampu memanfaatkan sumber daya yang ada di lingkungan sekitar. Untuk petani SRI di Desa Ringgit, tidak semua petani mampu membuat mol, tapi mol dibuat oleh kepala kelompok tani yang nantinya dibagi-bagikan kepada seluruh anggota kelompok. 51

9 Gambar 4. Jenis-Jenis Mol yang Digunakan Petani Padi SRI Organik di Desa Ringgit, Kecamatan Ngombol, Kabupaten Purworejo Tahun 2011 Sumber : Pak Wuryanto (anggota kelompok Pemuda Tani Lestari) Pengaplikasian mol dalam SRI organik dibagi menjadi empat jenis yaitu mol tunas (Giberelin), mol batang (Sitokinin), mol daun (Auxin), mol Inhibitor, serta mol untuk pengisian bulir. Masing-masing mol diberikan setiap 10 hari sekali secara berurutan dimulai pada 10 Hari Setelah Tanam (HST). Mol tunas, mol batang, dan mol daun berfungsi dalam mempercepat proses pertumbuhan dan menghasilkan anakan lebih banyak. Bahan-bahan yang digunakan untuk membuat ketiga mol tersebut yaitu jenis tanaman yang cepat tumbuh seperti bambu muda (rebung), bonggol pisang, buah mojo, dan lain-lain. Mol inhibitor berfungsi untuk menghentikan pembuatan anakan agar nutrisi dapat terserap dengan baik oleh malai yang sedang berbuah. Mol inhibitor sering pula disebut dengan mol buah karena bahan pembuatnya berasal dari buah-buahan yang mengandung rasa manis. Mol yang terakhir digunakan untuk membantu bulir padi lebih berisi. Untuk metode konvensional, pemupukan dilakukan setelah tanam, yang dilanjutkan dengan penyemprotan pestisida dan insektisida guna mempermudah petani dalam merawat tanaman padinya. Petani konvensional menganggap bahwa seluruh serangga atau mahkluk hidup yang hidup bersamaan dengan tanaman padi adalah hama dan musuh tanaman yang harus dibasmi. Pada kenyatannya, tidak semua serangga tersebut merusak tanaman. Sebab, ada serangga yang menjadi musuh alami serangga yang sebenarnya menjadi perusak tanaman padi. Ilmu inilah yang tidak didapat dari petani konvensional, karena penyuluh pertanian hanya mengajarkan bagaimana cara menggunakan pestisida sesuai dengan dosis yang dianjurkan. 52

10 Penggunaan bahan-bahan kimia sintetis yang digunakan dalam budidaya tanaman padi seperti pupuk kimia, pestisida, dan insektisida, selain dapat merusak lingkungan karena merubah susunan ekosistem, pula membuat petani menjadi ketergantungan. Sebagian besar petani tidak memiliki pengetahuan yang cukup untuk dapat meracik pupuk kimia buatannya sendiri, sehingga petani hanya dapat menerima dan menunggu pupuk yang telah dihasilkan oleh industri-industri pupuk sintetis Pengelolaan Air dan Penyiangan Proses pengelolaan air dan penyiangan dalam metode SRI Desa Ringgit dilakukan sebagai berikut : 1. Ketika padi mencapai umur 1 8 hari sesudah tanam (HST), keadaan air di lahan adalah macak-macak. 2. Sesudah padi mencapai umur 9 10 HST air kembali digenangkan dengan ketinggian 2 3 cm selama satu malam. Hal ini dilakukan untuk memudahkan penyiangan tahap pertama. 3. Setelah selesai disiangi, sawah kembali dikeringkan sampai padi mencapai umur 18 HST. 4. Pada umur HST sawah kembali digenangi untuk memudahkan penyiangan tahap kedua. 5. Setelah padi berbunga, sawah diairi kembali setinggi 1 2 cm dan kondisi ini dipertahankan sampai padi masak susu (± hari sebelum panen). Kemudian sawah kembali dikeringkan sampai saat panen tiba. Kegiatan penyiangan (watun) dilakukan sebanyak 2 4 kali setiap 10 hari sekali sebelum disemprot dengan mol. Hal ini ditujukan agar tanaman dapat menyerap dengan sempurna nutrisi yang diberikan melalui mol tersebut. Penyiangan dilakukan dengan alat buatan sendiri yang disebut gosrok. Gosrok merupakan alat yang terbuat dari bambu dengan bentuk seperti sikat pada ujungnya, namun sikat tersebut diganti dengan paku agar rumput dapat tercabut. Selain dengan menggunakan gosrok, seringkali petani juga menyiangi dengan cara manual yaitu dengan tangan, apabila rumput tidak tumbuh terlalu banyak dan tinggi. Pada pertanian konvensional penyiangan hanya dilakukan sebanyak 1 2 kali. Hal ini dilakukan untuk mengurangi biaya tenaga kerja. Meskipun pada 53

11 kenyataannya, tenaga kerja yang dibutuhkan untuk menyiangi lahan konvensional sangat banyak. Dalam satu iring luasan lahan membutuhkan orang dalam satu hari kerja Panen dan Pasca Panen Umur panen dipengaruhi oleh varietas yang ditanam, umumnya berkisar antara hari sejak masa tanam. Kegiatan panen yang dilakukan untuk metode SRI organik biasanya dengan dipekerjakannya tenaga kerja luar keluarga (TKLK) yang terbentuk dalam suatu tim dengan jumlah 10 orang atau lebih. Sistem pengupahannya disebut dengan sistem bawon, yaitu memberikan upah dalam bentuk gabah dengan proporsi yang biasanya digunakan yaitu 1 : 8. Jadi apabila hasil panen mencapai 10 kuintal per iringnya, maka 8,75 kuintal menjadi bagian pemilik hasil panen sedangkan sisanya yaitu 1,25 kuintal menjadi upah bagi tenaga kerja yang memanen. Untuk pertanian dengan cara konvensional, cara panen terbagi menjadi dua yaitu dengan sistem bawon dan tebasan. Tebasan atau tebas di sawah merupakan salah satu cara panen yang beresiko. Sebab kegiatan tawar menawar harga dilakukan sebelum padi mulai siap panen. Dengan demikian petani hanya mampu mengira-ngira jumlah hasil panen yang akan dihasilkan apabila dikonversi ke nilai uang yang akan diterima dengan sistem tebasan. Kebaikan sistem tebasan ini yaitu apabila terjadi kegagalan panen atau harga gabah turun, maka penebas menanggung risiko atas kegagalan tersebut. Akan tetapi, bila saat panen terjadi lonjakan harga maka petani tidak dapat menikmatinya karena tanaman di sawahnya sudah tidak menjadi miliknya. Hasil panen tanaman padi yaitu berupa gabah dan jerami. Gabah yang sudah dikeringkan dan digiling menyisakan kulit gabah dan dedak. Kulit gabah yang dibakar dapat digunakan sebagai pupuk yang disebut dengan merang, sedangkan dedak dapat digunakan sebagai pakan ternak seperti ayam, bebek, sapi, dan lain-lain. Untuk jerami dalam metode SRI harus dikembalikan kembali ke lahan yang dijadikan sebagai kompos. Sebab, dalam satu kilogram jerami terdapat unsur-unsur hara yang diperlukan oleh tanaman seperti Nitrogen (N), Phosfor (P), Kalium (K), Kalsium (Ca), Magnesium (Mg), serta Silikat (Si) yang berfungsi sebagai imun bagi tanaman padi. 54

Menembus Batas Kebuntuan Produksi (Cara SRI dalam budidaya padi)

Menembus Batas Kebuntuan Produksi (Cara SRI dalam budidaya padi) Menembus Batas Kebuntuan Produksi (Cara SRI dalam budidaya padi) Pengolahan Tanah Sebagai persiapan, lahan diolah seperti kebiasaan kita dalam mengolah tanah sebelum tanam, dengan urutan sebagai berikut.

Lebih terperinci

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL Sistem Pertanian dengan menggunakan metode SRI di desa Jambenenggang dimulai sekitar tahun 2007. Kegiatan ini diawali dengan adanya

Lebih terperinci

BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI

BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI 7.1. Produktivitas Usahatani Produktivitas merupakan salah satu cara untuk mengetahui efisiensi dari penggunaan sumberdaya yang ada (lahan) untuk menghasilkan keluaran

Lebih terperinci

VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI

VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI 6.1. Keragaan Usahatani Padi Keragaan usahatani padi menjelaskan tentang kegiatan usahatani padi di Gapoktan Jaya Tani Desa Mangunjaya, Kecamatan Indramayu, Kabupaten

Lebih terperinci

Oleh : Koiman, SP, MMA (PP Madya BKPPP Bantul)

Oleh : Koiman, SP, MMA (PP Madya BKPPP Bantul) Oleh : Koiman, SP, MMA (PP Madya BKPPP Bantul) PENDAHULUAN Pengairan berselang atau disebut juga intermitten adalah pengaturan kondisi lahan dalam kondisi kering dan tergenang secara bergantian untuk:

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian dimulai dari April 2009 sampai Agustus 2009. Penelitian lapang dilakukan di lahan sawah Desa Tanjung Rasa, Kecamatan Tanjung Sari, Kabupaten Bogor,

Lebih terperinci

VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG

VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG 7.1 Keragaan Usahatani Padi Varietas Ciherang Usahatani padi varietas ciherang yang dilakukan oleh petani di gapoktan Tani Bersama menurut hasil

Lebih terperinci

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PENANGKARAN BENIH PADI BERSERTIFIKAT PADA PETANI MITRA DAN NON MITRA

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PENANGKARAN BENIH PADI BERSERTIFIKAT PADA PETANI MITRA DAN NON MITRA VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PENANGKARAN BENIH PADI BERSERTIFIKAT PADA PETANI MITRA DAN NON MITRA Penelitian ini menganalisis perbandingan usahatani penangkaran benih padi pada petani yang melakukan

Lebih terperinci

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN 6.1. Analisis Budidaya Kedelai Edamame Budidaya kedelai edamame dilakukan oleh para petani mitra PT Saung Mirwan di lahan persawahan.

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan waktu penelitian. Penelitian dilaksanakan di lahan sawah di Dusun Tegalrejo, Taman Tirto,

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan waktu penelitian. Penelitian dilaksanakan di lahan sawah di Dusun Tegalrejo, Taman Tirto, III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan waktu penelitian Penelitian dilaksanakan di lahan sawah di Dusun Tegalrejo, Taman Tirto, Kasihan, Bantul dan di Laboratorium Penelitian Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. tanggungan keluarga, luas lahan, status kepemilikan lahan, pengalaman bertani,

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. tanggungan keluarga, luas lahan, status kepemilikan lahan, pengalaman bertani, V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identitas Petani Padi Kegiatan usahatani padi dipengaruhi oleh latar belakang petani dengan beberapa karakteristik yang meliputi umur, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga,

Lebih terperinci

TEKNIK BUDIDAYA PADI DENGAN METODE S.R.I ( System of Rice Intensification ) MENGGUNAKAN PUPUK ORGANIK POWDER 135

TEKNIK BUDIDAYA PADI DENGAN METODE S.R.I ( System of Rice Intensification ) MENGGUNAKAN PUPUK ORGANIK POWDER 135 TEKNIK BUDIDAYA PADI DENGAN METODE S.R.I ( System of Rice Intensification ) MENGGUNAKAN PUPUK ORGANIK POWDER 135 PUPUK ORGANIK POWDER 135 adalah Pupuk untuk segala jenis tanaman yang dibuat dari bahan

Lebih terperinci

Pupuk Organik Powder 135 (POP 135 Super TUGAMA)

Pupuk Organik Powder 135 (POP 135 Super TUGAMA) Penggunaan pupuk kimia atau bahan kimia pada tanaman, tanpa kita sadari dapat menimbulkan berbagai macam penyakit seperti terlihat pada gambar di atas. Oleh karena itu beralihlah ke penggunaan pupuk organik

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian

TATA CARA PENELITIN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian III. TATA CARA PENELITIN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilakukan di areal perkebunan kelapa sawit rakyat di Kecamatan Kualuh Hilir Kabupaten Labuhanbatu Utara, Provinsi Sumatera Utara.

Lebih terperinci

Cara Penggunaan Pupuk Organik Powder 135 untuk tanaman padi

Cara Penggunaan Pupuk Organik Powder 135 untuk tanaman padi Cara Penggunaan Pupuk Organik Powder 135 untuk tanaman padi 4 tahap penggunaan Pupuk Organik Powder 135 (POP 135 Super Tugama) 1. Persiapan Benih 2. Pengolahan tanah atau lahan tanaman 3. Pemupukan 4.

Lebih terperinci

MENGENAL BEBERAPA SISTEM PERSEMAIAN PADI SAWAH!!!

MENGENAL BEBERAPA SISTEM PERSEMAIAN PADI SAWAH!!! MENGENAL BEBERAPA SISTEM PERSEMAIAN PADI SAWAH!!! Persemaian padi sangat penting sekali sebelum kita melakukan penanaman. Untuk memperoleh hasil yang baik pertama tama kita menentukan jenis varietas Padi

Lebih terperinci

Tabel 1. Pengukuran variabel tingkat penerapan usahatani padi organik Indikator Kriteria Skor 1. Pemilihan benih a. Varietas yang digunakan

Tabel 1. Pengukuran variabel tingkat penerapan usahatani padi organik Indikator Kriteria Skor 1. Pemilihan benih a. Varietas yang digunakan LAMPIRAN 9 Lampiran. Pengukuran variabel penelitian Tabel. Pengukuran variabel tingkat penerapan usahatani padi organik Indikator Kriteria Skor. Pemilihan benih a. Varietas yang digunakan a. Varietas lokal

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian 10 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Cikarawang, Dramaga, Bogor. Sejarah lahan sebelumnya digunakan untuk budidaya padi konvensional, dilanjutkan dua musim

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Bahan yang digunakan adalah benih padi Varietas Ciherang, Urea, SP-36,

BAHAN DAN METODE. Bahan yang digunakan adalah benih padi Varietas Ciherang, Urea, SP-36, 18 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Percobaan dilaksanakan di lahan sawah irigasi Desa Sinar Agung, Kecamatan Pulau Pagung, Kabupaten Tanggamus dari bulan November 2014 sampai April

Lebih terperinci

SISTEM BUDIDAYA PADI GOGO RANCAH

SISTEM BUDIDAYA PADI GOGO RANCAH SISTEM BUDIDAYA PADI GOGO RANCAH 11:33 PM MASPARY Selain ditanam pada lahan sawah tanaman padi juga bisa dibudidayakan pada lahan kering atau sering kita sebut dengan budidaya padi gogo rancah. Pada sistem

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 12 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di lahan persawahan Desa Joho, Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo dari bulan Mei hingga November 2012. B. Bahan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. yang dianggap sudah mewakili dari keseluruhan petani yaitu sebanyak 250 orang

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. yang dianggap sudah mewakili dari keseluruhan petani yaitu sebanyak 250 orang V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Profil Petani Petani responden pada penelitian ini adalah petani yang berjumlah 71 orang yang dianggap sudah mewakili dari keseluruhan petani yaitu sebanyak 250 orang petani

Lebih terperinci

bahasa Perancis dinamakan Le Syst me de Riziculture Intensive disingkat RSI. Dalam bahasa Inggris populer dengan nama System of Rice Intensification

bahasa Perancis dinamakan Le Syst me de Riziculture Intensive disingkat RSI. Dalam bahasa Inggris populer dengan nama System of Rice Intensification Pendahuluan System of Rice Intensification (SRI) merupakan sistem budidaya tanaman padi yang intensif dan efisien berbasis pada pengelolaan tanaman, biologi tanah, tata air dan pemupukan secara terpadu

Lebih terperinci

PENGELOLAAN TERPADU PADI SAWAH (PTPS): INOVASI PENDUKUNG PRODUKTIVITAS PANGAN

PENGELOLAAN TERPADU PADI SAWAH (PTPS): INOVASI PENDUKUNG PRODUKTIVITAS PANGAN PENGELOLAAN TERPADU PADI SAWAH (PTPS): INOVASI PENDUKUNG PRODUKTIVITAS PANGAN Ameilia Zuliyanti Siregar Departemen Agroekoteknologi Fakultas Pertanian zuliyanti@yahoo.com,azs_yanti@gmail.com Pendahuluan

Lebih terperinci

BUDIDAYA TANAMAN PADI SECARA ORGANIK BERBASIS TEKNOLOGI Bio~FOB Monday, 26 September :56 - Last Updated Wednesday, 20 February :19

BUDIDAYA TANAMAN PADI SECARA ORGANIK BERBASIS TEKNOLOGI Bio~FOB Monday, 26 September :56 - Last Updated Wednesday, 20 February :19 BUDIDAYA TANAMAN PADI SECARA ORGANIK BERBASIS TEKNOLOGI Bio~FOB 1 / 15 2 / 15 2011 SOP BUDIDAYA PADI ORGANIK BERBASIS TEKNOLOGI BIO~FOB (Semi organic dan Full organic) Pengolahan Tanah Sebagai persiapan,

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan STIPER Dharma Wacana Metro,

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan STIPER Dharma Wacana Metro, 20 III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan STIPER Dharma Wacana Metro, Desa Rejomulyo Kecamatan Metro Selatan Kota Metro dengan ketinggian

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan April sampai Agustus 2010. Penelitian dilakukan di lahan percobaan NOSC (Nagrak Organic S.R.I. Center) Desa Cijujung,

Lebih terperinci

Lampiran 1. Proses Seleksi Benih dengan Air Garam. Tujuan Perlakuan

Lampiran 1. Proses Seleksi Benih dengan Air Garam. Tujuan Perlakuan LAMPIRAN 108 Lampiran 1. Proses Seleksi Benih dengan Air Garam Tujuan Perlakuan Tujuan dari perlakuan ini adalah untuk memperoleh benih yang bernas dan memisahkan dari benih hampa serta kototran benih.

Lebih terperinci

TATA CARA PENELTIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilakukan lahan percobaan Fakultas Pertanian Universitas

TATA CARA PENELTIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilakukan lahan percobaan Fakultas Pertanian Universitas III. TATA CARA PENELTIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan lahan percobaan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Penelitian telah dilaksanakan pada Bulan Juli 2016 November

Lebih terperinci

Lampiran 1. Pengukuran Variabel. Tabel 1. Pengukuran variabel profil anggota kelompok tani Sri Makmur

Lampiran 1. Pengukuran Variabel. Tabel 1. Pengukuran variabel profil anggota kelompok tani Sri Makmur LAMPIRAN 89 90 Lampiran. Pengukuran Variabel Tabel. Pengukuran variabel profil anggota kelompok tani Sri Makmur Indikator Kriteria. Umur 5-40 tahun 4-55 tahun >55. Pendidikan formal > 8 tahun -7 tahun

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3. 1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Oktober 2009 sampai dengan Juli 2010. Penelitian terdiri dari percobaan lapangan dan analisis tanah dan tanaman

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sistem Tanam SRI Menurut Soekartawi (1999) Padi dapat tumbuh pada ketinggian 0-1500 meter dari permukaan laut dengan temperatur 19-27 derajat celcius, memerlukan penyinaran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. PTT Padi Sawah. Penelitian ini dilakukan di Poktan Giri Mukti II, Desa

BAB III METODE PENELITIAN. PTT Padi Sawah. Penelitian ini dilakukan di Poktan Giri Mukti II, Desa 31 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek dan Tempat Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah respon petani terhadap kegiatan penyuluhan PTT Padi Sawah. Penelitian ini dilakukan di Poktan Giri Mukti II,

Lebih terperinci

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT 7.1. Penerimaan Usahatani Padi Sehat Penerimaan usahatani padi sehat terdiri dari penerimaan tunai dan penerimaan diperhitungkan. Penerimaan tunai adalah penerimaan

Lebih terperinci

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. aktivitas dan produktivitas kerja. Jumlah petani pada pola tanam padi-ubi

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. aktivitas dan produktivitas kerja. Jumlah petani pada pola tanam padi-ubi V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Petani 1) Umur Umur petani merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap aktivitas dan produktivitas kerja. Jumlah petani pada pola tanam padi-ubi

Lebih terperinci

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR 13 BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir dilaksanakan di Dusun Kwojo Wetan, Desa Jembungan, Kecamatan Banyudono, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. B. Waktu Pelaksanaan

Lebih terperinci

BUDIDAYA PADI RATUN. Marhaenis Budi Santoso

BUDIDAYA PADI RATUN. Marhaenis Budi Santoso BUDIDAYA PADI RATUN Marhaenis Budi Santoso Peningkatan produksi padi dapat dicapai melalui peningkatan indeks panen dan peningkatan produksi tanaman setiap musim tanam. Padi Ratun merupakan salah satu

Lebih terperinci

III. TATA CARA PENELITIAN

III. TATA CARA PENELITIAN III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di lahan percobaan Fakultas Pertanian UMY (Universitas Muhammadiyah Yogyakarta). Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli sampai

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2011 Maret 2012. Persemaian dilakukan di rumah kaca Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik Pertanian,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Kompos Limbah Pertanian. menjadi material baru seperti humus yang relatif stabil dan lazim disebut kompos.

TINJAUAN PUSTAKA. A. Kompos Limbah Pertanian. menjadi material baru seperti humus yang relatif stabil dan lazim disebut kompos. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kompos Limbah Pertanian Pengomposan merupakan salah satu metode pengelolaan sampah organik menjadi material baru seperti humus yang relatif stabil dan lazim disebut kompos. Pengomposan

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 13 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum 4.1.1. Letak Geografis Desa Beji Lor Desa Beji Lor merupakan salah satu desa di Kecamatan Suruh, Kabupaten Semarang, Provinsi Jawa Tengah. Desa ini terletak

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Petani cabai merah lahan pasir pantai di Desa Karangsewu berusia antara

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Petani cabai merah lahan pasir pantai di Desa Karangsewu berusia antara V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identitas Petani 1. Umur Petani Petani cabai merah lahan pasir pantai di Desa Karangsewu berusia antara 30 sampai lebih dari 60 tahun. Umur petani berpengaruh langsung terhadap

Lebih terperinci

Analisis Finansial Usaha Tani Penangkaran Benih Kacang Tanah dalam satu periode musim tanam (4bulan) Oleh: Achmad Faizin

Analisis Finansial Usaha Tani Penangkaran Benih Kacang Tanah dalam satu periode musim tanam (4bulan) Oleh: Achmad Faizin Analisis Finansial Usaha Tani Penangkaran Benih Kacang Tanah dalam satu periode musim tanam (4bulan) Oleh: Achmad Faizin 135040100111150 Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya

Lebih terperinci

BUDIDAYA TANAMAN PADI menggunakan S R I (System of Rice Intensification)

BUDIDAYA TANAMAN PADI menggunakan S R I (System of Rice Intensification) BUDIDAYA TANAMAN PADI menggunakan S R I (System of Rice Intensification) PRINSIP S R I Oleh : Isnawan BP3K Nglegok Tanaman padi diperlakukan sebagai organisme hidup sebagaimana mestinya Semua unsur potensi

Lebih terperinci

Ciparay Kabupaten Bandung. Ketinggian tempat ±600 m diatas permukaan laut. dengan jenis tanah Inceptisol (Lampiran 1) dan tipe curah hujan D 3 menurut

Ciparay Kabupaten Bandung. Ketinggian tempat ±600 m diatas permukaan laut. dengan jenis tanah Inceptisol (Lampiran 1) dan tipe curah hujan D 3 menurut III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Percobaan Penelitian dilaksanakan di lahan sawah Sanggar Penelitian Latihan dan Pengembangan Pertanian (SPLPP) Fakultas Pertanian Universitas Padjajaran Unit

Lebih terperinci

Komponen PTT Komponen teknologi yang telah diintroduksikan dalam pengembangan usahatani padi melalui pendekatan PTT padi rawa terdiri dari:

Komponen PTT Komponen teknologi yang telah diintroduksikan dalam pengembangan usahatani padi melalui pendekatan PTT padi rawa terdiri dari: AgroinovasI Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Padi Rawa Meningkatkan Produktivitas Dan Pendapatan Petani Di Lampung, selain lahan sawah beririgasi teknis dan irigasi sederhana, lahan rawa juga cukup potensial

Lebih terperinci

Persyaratan Lahan. Lahan hendaknya merupakan bekas tanaman lain atau lahan yang diberakan. Lahan dapat bekas tanaman padi tetapi varietas yang

Persyaratan Lahan. Lahan hendaknya merupakan bekas tanaman lain atau lahan yang diberakan. Lahan dapat bekas tanaman padi tetapi varietas yang PRODUKSI BENIH PADI Persyaratan Lahan Lahan hendaknya merupakan bekas tanaman lain atau lahan yang diberakan. Lahan dapat bekas tanaman padi tetapi varietas yang ditanam sama, jika lahan bekas varietas

Lebih terperinci

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEMBANG KOL

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEMBANG KOL VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEMBANG KOL 6.1 Sarana Usahatani Kembang Kol Sarana produksi merupakan faktor pengantar produksi usahatani. Saran produksi pada usahatani kembang kol terdiri dari bibit,

Lebih terperinci

PENGARUH SISTIM TANAM MENUJU IP PADI 400 TERHADAP PERKEMBANGAN HAMA PENYAKIT

PENGARUH SISTIM TANAM MENUJU IP PADI 400 TERHADAP PERKEMBANGAN HAMA PENYAKIT PENGARUH SISTIM TANAM MENUJU IP PADI 400 TERHADAP PERKEMBANGAN HAMA PENYAKIT Handoko Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur ABSTRAK Lahan sawah intensif produktif terus mengalami alih fungsi,

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Alat dan Bahan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Alat dan Bahan 9 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan dilaksanakan di Desa Situ Gede Kecamatan Bogor Barat, Kabupaten Bogor. Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober 2009 Februari 2010. Analisis tanah dilakukan

Lebih terperinci

VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI KAYU. Umumnya petani ubi kayu Desa Pasirlaja menggunakan seluruh lahan

VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI KAYU. Umumnya petani ubi kayu Desa Pasirlaja menggunakan seluruh lahan VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI KAYU 7.1. Analisis Penggunaan Sarana Produksi Budidaya ubi kayu tidak terlalu sulit. Ubi kayu tidak mengenal musim, kapan saja dapat ditanam. Karena itulah waktu

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan pada bulan April 2010 sampai dengan bulan Januari 2011 di lahan sawah yang berlokasi di Desa Situgede, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor. Elevasi/GPS

Lebih terperinci

VII ANALISIS PENDAPATAN

VII ANALISIS PENDAPATAN VII ANALISIS PENDAPATAN Analisis pendapatan yang dibahas dalam penelitian ini meliputi penerimaan, biaya, dan pendapatan dari usahatani padi sawah pada decision making unit di Desa Kertawinangun pada musim

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Perspesi petani padi organik maupun petani padi konvensional dilatar

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Perspesi petani padi organik maupun petani padi konvensional dilatar V. HASIL DAN PEMBAHASAN Perspesi petani padi organik maupun petani padi konvensional dilatar belakangi oleh beberapa karakteristik yang meliputi umur, tingkat pendidikan, jumlah anggota keluarga, luas

Lebih terperinci

VI. HASIL dan PEMBAHASAN

VI. HASIL dan PEMBAHASAN VI. HASIL dan PEMBAHASAN 6.1 Penggunaan Input Usahatani 6.1.1 Benih Benih memiliki peran strategis sebagai sarana pembawa teknologi baru, berupa keunggulan yang dimiliki varietas dengan berbagai spesifikasi

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan 21 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran dan Laboratorium Agronomi Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

Peluang Usaha Budidaya Cabai?

Peluang Usaha Budidaya Cabai? Sambal Aseli Pedasnya Peluang Usaha Budidaya Cabai? Tanaman cabai dapat tumbuh di wilayah Indonesia dari dataran rendah sampai dataran tinggi. Peluang pasar besar dan luas dengan rata-rata konsumsi cabai

Lebih terperinci

TEKNOLOGI BUDIDAYA PADI RAMAH IKLIM Climate Smart Agriculture. Mendukung Transformasi Menuju Ekonomi Hijau

TEKNOLOGI BUDIDAYA PADI RAMAH IKLIM Climate Smart Agriculture. Mendukung Transformasi Menuju Ekonomi Hijau TEKNOLOGI BUDIDAYA PADI RAMAH IKLIM Climate Smart Agriculture Mendukung Transformasi Menuju Ekonomi Hijau Green Economy and Locally Appropriate Mitigation Actions in Indonesia Latar Belakang Perubahan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini bagian dari kegiatan SLPHT kelompok tani Sumber Rejeki yang

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini bagian dari kegiatan SLPHT kelompok tani Sumber Rejeki yang 12 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini bagian dari kegiatan SLPHT kelompok tani Sumber Rejeki yang dilakasanakan pada musim gadu bulan Juli-Oktober 2012. Pengamatan dilakukan

Lebih terperinci

Potensi Hasil : 5-8,5 ton/ha Ketahanan : Tahan terhadap wereng coklat biotipe 2 dan 3 Terhadap Hama. Ketahanan. Terhadap Penyakit

Potensi Hasil : 5-8,5 ton/ha Ketahanan : Tahan terhadap wereng coklat biotipe 2 dan 3 Terhadap Hama. Ketahanan. Terhadap Penyakit LAMPIRAN 30 31 Lampiran 1. Deskripsi Padi Varietas Ciherang Nama Varietas : Ciherang Kelompok : Padi sawah Nomor Seleksi : S3383-1d-Pn-41 3-1 Asal persilangan : IR18349-53-1-3-1-3/IR19661-131-31//IR19661131-3-

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH, RESPONDEN, DAN BUDIDAYA PADI Keadaan Umum Permasalahan Kabupaten Cianjur

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH, RESPONDEN, DAN BUDIDAYA PADI Keadaan Umum Permasalahan Kabupaten Cianjur V. GAMBARAN UMUM WILAYAH, RESPONDEN, DAN BUDIDAYA PADI 5.1. Keadaan Umum Permasalahan Kabupaten Cianjur Penduduk Kabupaten Cianjur pada tahun 2010 berjumlah 2.168.514 jiwa yang terdiri atas 1.120.550 laki-laki

Lebih terperinci

Petunjuk Teknis Budidaya Tanaman Padi Hibrida

Petunjuk Teknis Budidaya Tanaman Padi Hibrida Petunjuk Teknis Budidaya Tanaman Padi Hibrida Oleh : Dandan Hendayana, SP (PPL Kec. Cijati Cianjur) Saat ini tanaman padi hibrida merupakan salah satu alternatif pilihan dalam upaya peningkatan produksi

Lebih terperinci

DENGAN HIBRIDA HASIL PRODUKSI PADI MENINGKAT

DENGAN HIBRIDA HASIL PRODUKSI PADI MENINGKAT DENGAN HIBRIDA HASIL PRODUKSI PADI MENINGKAT Penerapan Padi Hibrida Pada Pelaksanaan SL - PTT Tahun 2009 Di Kecamatan Cijati Kabupaten Cianjur Jawa Barat Sekolah Lapang (SL) merupakan salah satu metode

Lebih terperinci

sosial yang menentukan keberhasilan pengelolaan usahatani.

sosial yang menentukan keberhasilan pengelolaan usahatani. 85 VI. KERAGAAN USAHATANI PETANI PADI DI DAERAH PENELITIAN 6.. Karakteristik Petani Contoh Petani respoden di desa Sui Itik yang adalah peserta program Prima Tani umumnya adalah petani yang mengikuti transmigrasi

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis hasil penelitian mengenai Analisis Kelayakan Usahatani Kedelai Menggunakan Inokulan di Desa Gedangan, Kecamatan Wirosari, Kabupaten Grobogan, Provinsi Jawa Tengah meliputi

Lebih terperinci

PT. TUNAS HARMONI ABADI

PT. TUNAS HARMONI ABADI LAPORAN HASIL PENERAPAN REKAYASA TEKNOLOGI BIOTA DEMPLOT 55 HA DILAHAN SANG HYANG SERY SUKAMANDI SUBANG JAWA BARAT OLEH PT. TUNAS HARMONI ABADI 2016 PENDAHULUAN Latar Belakang Kebutuhan pangan di negeri

Lebih terperinci

BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA 1. PERENCANAAN TANAM 1. Pemilihan lokasi tanam 2. Sistem tanam 3. Pola tanam 4. Waktu tanam 5. Pemilihan varietas Perencanaan Persyaratan Tumbuh

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Kandungan Hara Tanah Analisis kandungan hara tanah pada awal percobaan maupun setelah percobaan dilakukan untuk mengetahui ph tanah, kandungan C-Organik, N total, kandungan

Lebih terperinci

BUDI DAYA PADI SRI - ORGANIK

BUDI DAYA PADI SRI - ORGANIK BUDI DAYA PADI SRI - ORGANIK System of Rice Intensification Prepared by : Utju Suiatna Beberapa Contoh Pesawahan SRI Pembibitan Penyiapan Tegalan Penyemaian Untuk bibit 1 ha diperlukan sekitar 5 kg benih

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas 17 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Lampung, Gedung Meneng, Kecamatan Rajabasa, Kota Bandar Lampung mulai

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Daerah Desa Sidoagung secara administratif termasuk dalam Kecamatan Godean, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Desa Sidoagung terletak

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Unit Pelayanan Teknis (UPT), Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Riau. Pelaksanaannya dilakukan pada bulan

Lebih terperinci

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung.

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung. I. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung. Waktu penelitian dilaksanakan sejak bulan Mei 2010 sampai dengan panen sekitar

Lebih terperinci

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BELIMBING DEWA

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BELIMBING DEWA VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BELIMBING DEWA Analisis pendapatan usahatani dilakukan untuk mengetahui gambaran umum mengenai struktur biaya, penerimaan dan pendapatan dari kegiatan usahatani yang dijalankan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI TUGAS AKHIR (TA)

III. METODOLOGI TUGAS AKHIR (TA) III. METODOLOGI TUGAS AKHIR (TA) A. Tempat Pelaksanaan Kegiatan Tugas Akhir (TA) akan dilaksanakan pada lahan kosong yang bertempat di Dusun Selongisor RT 03 / RW 15, Desa Batur, Kecamatan Getasan, Kabupaten

Lebih terperinci

1 SET B. KELOMPOK TANI SEHAMPARAN

1 SET B. KELOMPOK TANI SEHAMPARAN 1 SET B. KELOMPOK TANI SEHAMPARAN Pengelolaan Tanaman Padi Versi beta Indonesia Apakah rekomendasi pemupukan yang diperlukan akan digunakan untuk: O lahan sawah individu petani O lahan sawah kelompok tani

Lebih terperinci

1 SET A. INDIVIDU PETANI

1 SET A. INDIVIDU PETANI 1 SET A. INDIVIDU PETANI Pengelolaan Tanaman Padi Versi beta Indonesia Apakah rekomendasi pemupukan yang diperlukan akan digunakan untuk: O lahan sawah individu petani O lahan sawah kelompok tani sehamparan

Lebih terperinci

1 LAYANAN KONSULTASI PADI IRIGASI Kelompok tani sehamparan

1 LAYANAN KONSULTASI PADI IRIGASI Kelompok tani sehamparan 1 LAYANAN KONSULTASI PADI IRIGASI Pilih kondisi lahan sawah Anda: O Irigasi O Tadah hujan O Rawa pasang surut Apakah rekomendasi pemupukan yang diperlukan akan digunakan untuk: O lahan sawah individu petani

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di sawah dusun Kaliglagah, desa Kalibeji, kecamatan Tuntang, kabupaten Semarang. Penelitian ini dilaksanakan mulai 31

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena harganya terjangkau dan sangat bermanfaat bagi kesehatan. Pisang adalah buah yang

Lebih terperinci

III. METODE KEGIATAN TUGAS AKHIR (TA) A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir (TA) dilaksanakan di Dusun Selongisor RT 03 RW 15, Desa Batur,

III. METODE KEGIATAN TUGAS AKHIR (TA) A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir (TA) dilaksanakan di Dusun Selongisor RT 03 RW 15, Desa Batur, 23 III. METODE KEGIATAN TUGAS AKHIR (TA) A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir (TA) dilaksanakan di Dusun Selongisor RT 03 RW 15, Desa Batur, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Tinjauan Agronomis Padi merupakan salah satu varietas tanaman pangan yang dapat dibudidayakan

Lebih terperinci

5. PEMBAHASAN 5.1. Penerimaan Kotor Varietas Ciherang, IR-64, Barito Dan Hibrida

5. PEMBAHASAN 5.1. Penerimaan Kotor Varietas Ciherang, IR-64, Barito Dan Hibrida 5. PEMBAHASAN 5.1. Penerimaan Kotor Varietas Ciherang, IR-64, Barito Dan Hibrida Berdasarkan hasil perhitungan terhadap rata-rata penerimaan kotor antar varietas padi terdapat perbedaan, kecuali antara

Lebih terperinci

II. HASIL DAN PEMBAHASAN

II. HASIL DAN PEMBAHASAN II. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identitas Petani 1. Umur Petani Faktor umur adalah salah satu hal yang berpengaruh terhadap produktivitas kerja. Semakin produktif umur seseorang maka curahan tenaga yang dikeluarkan

Lebih terperinci

Budi Daya Kedelai di Lahan Pasang Surut

Budi Daya Kedelai di Lahan Pasang Surut Budi Daya Kedelai di Lahan Pasang Surut Proyek Penelitian Pengembangan Pertanian Rawa Terpadu-ISDP Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Budi Daya Kedelai di Lahan Pasang Surut Penyusun I Wayan Suastika

Lebih terperinci

Cara Menanam Cabe di Polybag

Cara Menanam Cabe di Polybag Cabe merupakan buah dan tumbuhan berasal dari anggota genus Capsicum. Buahnya dapat digolongkan sebagai sayuran maupun bumbu, tergantung bagaimana digunakan. Sebagai bumbu, buah cabai yang pedas sangat

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Lahan pertanian milik masyarakat Jl. Swadaya. Desa Sidodadi, Kecamatan Batang Kuis, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatra

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pertanian organik adalah teknik budidaya pertanian yang mengandalkan bahan-bahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pertanian organik adalah teknik budidaya pertanian yang mengandalkan bahan-bahan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pertanian Organik Pertanian organik adalah teknik budidaya pertanian yang mengandalkan bahan-bahan alami tanpa bahan-bahan kimia sintesis. Tujuan utama

Lebih terperinci

Implementasi Budidaya Tanaman Padi. Melalui Pengelolaan Tanaman Terpadu. Oleh : ASEP FIRMANSYAH

Implementasi Budidaya Tanaman Padi. Melalui Pengelolaan Tanaman Terpadu. Oleh : ASEP FIRMANSYAH Implementasi Budidaya Tanaman Padi Melalui Pengelolaan Tanaman Terpadu Oleh : ASEP FIRMANSYAH Produksi padi nasional belum mencapai target sementara kebutuhan beras nasional terus meningkat Telah terjadi

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Pengambilan data telah dilaksanakan pada bulan Juli-Agustus 2011 di Desa Ringgit Kecamatan Ngombol, Kabupaten Purworejo, Propinsi Jawa Tengah dengan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat 10 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan dilakukan di lahan sawah Desa Situgede, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor dengan jenis tanah latosol. Lokasi sawah berada pada ketinggian tempat 230 meter

Lebih terperinci

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. dalam arti sempit dan dalam artisan luas. Pertanian organik dalam artisan sempit

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. dalam arti sempit dan dalam artisan luas. Pertanian organik dalam artisan sempit II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pertanian Padi Organik dan Padi Konvensional Ada dua pemahaman tentang pertanian organik, yaitu pertanian organik dalam arti sempit dan dalam artisan

Lebih terperinci

Teknologi BioFOB-HES (High Energy Soil)

Teknologi BioFOB-HES (High Energy Soil) Upaya meningkatkan produksi padi Indonesia terus dilakukan dalam upaya untuk mencapai swasembada beras. Hal ini dilakukan untuk mengimbangi laju peningkatan kebutuhan beras yang diperkirakan mencapai 41,5

Lebih terperinci

1 LAYANAN KONSULTASI PADI TADAH HUJAN Kelompok tani sehamparan

1 LAYANAN KONSULTASI PADI TADAH HUJAN Kelompok tani sehamparan 1 LAYANAN KONSULTASI PADI TADAH HUJAN Pilih kondisi lahan sawah Anda: O Irigasi O Tadah hujan O Rawa pasang surut Apakah rekomendasi pemupukan yang diperlukan akan digunakan untuk: O lahan sawah individu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Syarat Tumbuh Tanaman Selada (Lactuca sativa L.)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Syarat Tumbuh Tanaman Selada (Lactuca sativa L.) BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Syarat Tumbuh Tanaman Selada (Lactuca sativa L.) Tanaman selada (Lactuca sativa L.) merupakan tanaman semusim yang termasuk ke dalam famili Compositae. Kedudukan tanaman selada

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum, Geografis, dan Iklim Lokasi Penelitian Desa Ciaruten Ilir merupakan desa yang masih berada dalam bagian wilayah Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten

Lebih terperinci

Cara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag

Cara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag Cara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag Oleh : Tatok Hidayatul Rohman Cara Budidaya Cabe Cabe merupakan salah satu jenis tanaman yang saat ini banyak digunakan untuk bumbu masakan. Harga komoditas

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilakukan di lahan sawah Desa Parakan, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor dan di Laboratorium Ekofisiologi Tanaman Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas

Lebih terperinci

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI UBI JALAR

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI UBI JALAR VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI UBI JALAR 6.1. Analisis Aspek Budidaya 6.1.1 Penyiapan Bahan Tanaman (Pembibitan) Petani ubi jalar di lokasi penelitian yang dijadikan responden adalah petani yang menanam

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Tinjauan Agronomis Bawang prei termasuk tanaman setahun atau semusim yang berbentuk rumput. Sistem perakarannya

Lebih terperinci