ANALISIS SUMBER-SUMBER PERTUMBUHAN DAN KEBIJAKAN AKSELERASI PRODUKSI JAGUNG DAN KEDELAI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS SUMBER-SUMBER PERTUMBUHAN DAN KEBIJAKAN AKSELERASI PRODUKSI JAGUNG DAN KEDELAI"

Transkripsi

1 PSEKP/ D LAPORAN AKHIR TA ANALISIS SUMBER-SUMBER PERTUMBUHAN DAN KEBIJAKAN AKSELERASI PRODUKSI JAGUNG DAN KEDELAI Oleh: Bambang Irawan Dewa K Swastika Sri Hastuti Suhartini Valeriana Darwis Rangga Ditya Yofa PUSAT SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2016

2 RINGKASAN EKSEKUTIF PENDAHULUAN 1. Kebutuhan jagung secara nasional terus meningkat terutama untuk memenuhi kebutuhan bahan pangan dan pakan ternak. Begitu pula kebutuhan kedelai terus meningkat terutama akibat meningkatnya kebutuhan bahan baku industri tahu, tempe dan kecap. Namun akibat peningkatan kebutuhan yang lebih besar dibanding peningkatan produksi maka impor jagung dan kedelai tidak dapat dihindari. Oleh karena itu dalam rangka ketahanan pangan dan mencapai swasembada maka sudah menjadi komitmen pemerintah untuk terus mendorong peningkatan produksi jagung dan kedelai nasional. 2. Dalam rangka memacu peningkatan produksi jagung dan kedelai perlu dilakukan analisis sumber pertumbuhan produksi yang memungkinkan peningkatan produksi jagung dan kedelai. Secara garis besar sumber pertumbuhan produksi jagung dan kedelai dapat berasal dari peningkatan luas panen/tanam dan peningkatan produktivitas. Analisis tersebut perlu dilakukan pada lingkup makro maupun mikro. Pada lingkup makro analisis perlu difokuskan pada pemahaman berbagai alternatif sumber peningkatan produksi jagung dan kedelai serta besarnya peluang peningkatan produksi tersebut. Analisis pada lingkup mikro perlu dilakukan pada tingkat petani untuk memahami permasalahan yang dihadapi untuk memanfaatkan peluang peningkatan produksi yang tersedia. 3. Penelitian ini bertujuan untuk : (a) menganalisis berbagai sumber pertumbuhan produksi jagung dan kedelai, (b) menganalisis peluang peningkatan produksi jagung dan kedelai dari berbagai sumber pertumbuhan, serta sumbangannya terhadap peningkatan produksi nasional, dan (c) mengidentifikasi masalah yang dihadapi dalam pemanfaatan sumber pertumbuhan produksi jagung dan kedelai. METODOLOGI 4. Data yang digunakan dalam penelitian meliputi data sekunder dan data primer. Data sekunder digunakan dalam melakukan analisis sumber pertumbuhan dan analisis peluang peningkatan produksi jagung dan kedelai menurut sumber pertumbuhannya. Data sekunder dikumpulkan dari berbagai instansi terkait pada tingkat nasional, tingkat provinsi dan tingkat kabupaten. Adapun data primer dikumpulkan dari responden di provinsi/desa contoh yang merupakan sentra produksi jagung dan kedelai. Analisis data primer terutama dilakukan untuk memahami masalah peningkatan produktivitas dan peningkatan luas tanam jagung dan kedelai pada tingkat petani. 5. (5) Analisis dengan menggunakan data primer dilaksanakan di beberapa provinsi sentra produksi jagung dan kedelai yang dibedakan atas provinsi di Pulau Jawa dan provinsi di luar Pulau Jawa. Untuk komoditas jagung penelitian dilaksanakan di Kabupaten Wonogiri, Provinsi Jawa Tengah dan Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung yang merupakan daerah sentra produksi jagung. Pada komoditas kedelai penelitian dilakukan di Kabupaten Garut, Provinsi Jawa Barat dan Kabupaten Bima, Provinsi NTB yang merupakan daerah sentra x

3 produksi kedelai. Pengumpulan data primer dilakukan melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner yang melibatkan responden petugas lapangan dan pengurus Kelompok Tani di setiap desa contoh, yang dibedakan atas desa berbasis lahan kering dan desa berbasis lahan sawah. HASIL PENELITIAN 6. Sebagian besar produksi jagung nasional dialokasikan untuk memenuhi kebutuhan bahan pangan (44,82%) dan pakan ternak terutama ayam ras petelur dan ayam pedaging (23,95%). Selama tahun total konsumsi jagung nasional rata-rata naik sebesar 5,44%/tahun. Namun karena produksi jagung nasional belum mampu memenuhi kebutuhan didalam negeri maka sekitar 8% kebutuhan jagung nasional masih dipenuhi melalui impor. Hal yang sama juga terjadi pada kedelai dimana sekitar 64% kebutuhan kedelai nasional masih dipenuhi melalui impor dan pertumbuhan impor kedelai rata-rata sebesar 3,19%/tahun. Meningkatnya kebutuhan impor kedelai tersebut terutama didorong oleh meningkatnya kebutuhan industri tahu, tempe dan kecap yang menyerap sekitar 88% kedelai nasional. 7. Pertumbuhan produksi jagung dan kedelai nasional pada periode cenderung semakin lambat. Laju pertumbuhan produksi jagung turun dari 7,62%/tahun pada periode menjadi 1,58%/tahun pada periode sedangkan laju pertumbuhan produksi kedelai turun dari 2,30%/tahun menjadi 1,61%/tahun. Penurunan laju pertumbuhan produksi kedelai terutama disebabkan oleh turunnya luas panen kedelai sedangkan pada komoditas jagung disebabkan oleh turunnya luas panen dan produktivitas jagung. Penurunan luas panen jagung dan kedelai tersebut dapat terjadi akibat kalah bersaing dengan komoditas lain terutama padi, khususnya untuk tanaman jagung dan kedelai yang diusahakan di lahan sawah. 8. Sebagian besar pertumbuhan produksi jagung didorong oleh peningkatan produktivitas sedangkan pertumbuhan produksi kedelai lebih disebabkan oleh peningkatan luas panen. Namun dalam 20 tahun terakhir peranan peningkatan produktivitas sebagai sumber pertumbuhan produksi jagung semakin kecil dan digantikan oleh peningkatan luas panen meskipun peranan produktivitas masih tetap dominan. Sebaliknya, peningkatan luas panen yang merupakan sumber utama bagi pertumbuhan produksi kedelai memiliki peranan yang semakin kecil dan digantikan oleh peningkatan produktivitas. 9. Sebagian besar peningkatan luas panen/tanam jagung berasal dari peningkatan luas lahan usahatani yang artinya perluasan tanaman jagung cenderung dilakukan dengan memanfaatkan lahan bukaan baru. Sementara sebagian besar perluasan tanaman kedelai dilakukan dengan memanfaatkan lahan usahatani yang sudah ada melalui peningkatan IP kedelai. Peningkatan luas tanam kedelai yang sangat tergantung pada peningkatan IP tidak kondusif bagi upaya peningkatan produksi pangan secara keseluruhan karena perluasan tanaman kedelai dapat menggeser luas tanam komoditas pangan lainnya akibat persaingan lahan usahatani atau sebaliknya. Dua komoditas pangan utama yang merupakan pesaing kedelai dalam pemanfaatan lahan usahatani adalah tanaman padi dan kacang hijau. xi

4 10. Dalam rangka peningkatan produksi jagung dan kedelai terdapat 5 alternatif sumber pertumbuhan produksi yaitu : (a) perluasan lahan usahatani, (b) peningkatan IP, (c) menekan kehilangan luas panen akibat banjir/kekeringan/ gangguan OPT, (d) mengembangkan integrasi tanaman perkebunan-jagung/ kedelai pada lahan peremajaan tanaman perkebunan, dan (e) peningkatan produktivitas. Apabila seluruh alternatif tersebut dapat dimanfaatkan maka produksi jagung nasional diperkirakan dapat meningkat sebesar 6,71%/tahun dan jauh lebih tinggi dibanding pertumbuhan produksi jagung pada tahun yang hanya mencapai 1,58%. Peluang peningkatan produksi jagung tersebut terutama berasal dari peningkatan produktivitas dan pengembangan integrasi tanaman perkebunan-jagung yang masing-masing memiliki kontribusi sebesar 43,9% dan 27,4% terhadap total peluang peningkatan produksi jagung nasional. Sedangkan perluasan lahan usahatani, peningkatan IP dan pengendalian banjir/ kekeringan/ OPT memiliki kontribusi yang relatif kecil yaitu sebesar 11,3%, 11,8% dan 5,5%. 11. Peluang peningkatan produksi kedelai nasional dengan memanfaatkan kelima sumber pertumbuhan produksi tersebut diatas diperkirakan sebesar 16,44%/tahun dan jauh lebih tinggi dibanding pertumbuhan produksi kedelai selama tahun yang hanya mencapai 1,61%/tahun. Peluang peningkatan produksi kedelai tersebut terutama berasal pengembangan integrasi tanaman perkebunan-kedelai yang memiliki kontribusi sebesar 60,2% terhadap total peluang peningkatan produksi kedelai. Dengan memanfaatkan 10% lahan peremajaan kelapa sawit, kelapa dan karet untuk usahatani kedelai sebagai tanaman sela maka produksi kedelai nasional diperkirakan dapat meningkat sebesar 9,90%/tahun. Sedangkan kontribusi perluasan lahan usahatani, peningkatan IP, pengendalian banjir/opt/kekeringan dan peningkatan produktivitas terhadap total peluang peningkatan produksi kedelai nasional relatif kecil yaitu sebesar 4,4%, 12,7%, 4,5% dan 18,3%. 12. Akibat keterbatasan sumberdaya lahan yang potensial, perluasan lahan usahatani jagung dan kedelai (sawah+ladang/huma) diperkirakan hanya mampu mendorong peningkatan produksi jagung nasional sebesar 0,76%/tahun dan produksi kedelai sebesar 0,72%/tahun. Melalui peningkatan IP produksi jagung dan kedelai diperkirakan dapat naik 0,79%/tahun dan 2,08%/tahun namun pendekatan ini berpotensi menghambat peningkatan produksi padi akibat persaingan lahan usahatani atau sebaliknya. Optimalisasi pengendalian banjir/kekeringan/gangguan OPT dapat mendorong peningkatan produksi jagung sebesar 0,37%/tahun dan produksi kedelai sebesar 0,75%/tahun akibat turunnya luas tanaman yang mengalami gagal panen atau puso. Upaya peningkatan produksi melalui peningkatan luas panen yang memiliki peluang terbesar adalah pengembangan integrasi tanaman perkebunan yang dapat mendorong peningkatan produksi jagung sebesar 1,84%/tahun dan produksi kedelai sebesar 9,90%/tahun. Adapun peluang peningkatan produksi melalui peningkatan produktivitas tidak berbeda antara jagung dan kedelai yaitu sebesar 2,95%/tahun 3,00%/tahun. 13. Dalam rangka efektifitas pelaksanaan program peningkatan produksi jagung melalui peningkatan produktivitas terdapat 5 provinsi yang perlu mendapat prioritas yaitu provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Jawa Tengah, Nusa xii

5 Tenggara Barat, dan Sulawesi Selatan. Kelima provinsi tersebut memiliki peluang peningkatan produktivitas dan memiliki pangsa produksi relatif besar terhadap produksi jagung nasional sehingga upaya peningkatan produksi jagung yang ditempuh melalui peningkatan produktivitas di kelima provinsi tersebut akan menimbulkan dampak relatif besar terhadap peningkatan produksi jagung nasional. Provinsi Lampung dan Provinsi Jawa Timur juga memiliki pangsa produksi relatif besar terhadap produksi jagung nasional tetapi keberhasilan upaya peningkatan produktivitas jagung di kedua provinsi tersebut relatif rendah. 14. Pada komoditas kedelai terdapat 5 provinsi yang memiliki kontribusi relatif besar terhadap peluang peningkatan produksi nasional melalui peningkatan produktivitas yaitu provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat dan Sulawesi Selatan. Namun di Provinsi Jawa Barat dan Provinsi Jawa Tengah besarnya peluang peningkatan produksi kedelai lebih disebabkan oleh besarnya pangsa produksi kedua provinsi terhadap produksi kedelai nasional dan bukan disebabkan oleh besarnya peluang peningkatan produktivitas. Oleh karena itu untuk efektifitas peningkatan produksi kedelai nasional melalui peningkatan produktivitas maka Provinsi Jawa Barat dan Provinsi Jawa Tengah seyogyanya kurang mendapat prioritas dibanding 3 provinsi lainnya mengingat peluang keberhasilan upaya peningkatan produktivitas kedelai di kedua provinsi tersebut relatif kecil. 15. Dari seluruh provinsi penghasil jagung terdapat 10 provinsi yang memiliki peluang peningkatan produksi melalui peningkatan luas panen relatif besar yaitu provinsi Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Sumatera Selatan, Lampung, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara dan Sulawesi Selatan. Namun di Provinsi Sumatera Barat dan Provinsi Nusa Tenggara Barat peluang peningkatan produksi jagung melalui peningkatan luas panen sebagian besar berasal dari peningkatan IP jagung dan kurang kondusif bagi upaya peningkatan luas panen padi akibat persaingan lahan usahatani. Oleh karena itu upaya peningkatan produksi jagung melalui peningkatan luas panen seyogyanya lebih diutamakan pada 8 provinsi lainnya. Di provinsi Lampung, Sulawesi Utara dan Sulawesi Selatan sebagian besar peluang peningkatan luas panen jagung berasal dari perluasan lahan usahatani sedangkan di provinsi Sumatera Utara, Riau, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur sebagian besar peluang tersebut berasal dari pengembangan integrasi tanaman perkebunan- tanaman jagung. 16. Pada komoditas kedelai terdapat 10 provinsi yang memiliki peluang peningkatan produksi kedelai relatif tinggi melalui peningkatan luas panen yaitu provinsi Sumatera Utara, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, dan Sulawesi Tengah. Sebagian besar peluang peningkatan produksi kedelai melalui peningkatan luas panen di provinsi-provinsi tersebut berasal dari pengembangan integrasi tanaman perkebunan-kedelai kecuali di Provinsi Nusa Tenggara Barat yang berasal dari perluasan lahan usahatani. Peluang peningkatan produksi kedelai melalui pengembangan integrasi tanaman perkebunan-kedelai di provinsi-provinsi tersebut relatif besar yaitu sekitar 66,9 ribu ton/tahun atau setara dengan 7,55% produksi kedelai nasional. xiii

6 17. Secara teknis upaya peningkatan produktivitas jagung dan kedelai dapat ditempuh melalui perbaikan kualitas teknologi budidaya tanaman yang secara garis besar meliputi : teknologi pengolahan tanah, teknologi penggunaan benih, teknologi penanaman, teknologi pemupukan, teknologi pemeliharaan tanaman, dan teknologi pengairan. Pada tingkat petani permasalahan teknis untuk meningkatkan produktivitas kedelai bervariasi dan cenderung bersifat spesifik lokasi dan spesifik agroekosistem. Secara umum permasalahan tersebut lebih beragam pada agroekosistem lahan kering atau sawah tadah hujan dibanding di lahan sawah irigasi. Pada lahan sawah tadah hujan permasalahan teknis tersebut terutama terkait dengan 4 faktor yaitu : (1) rendahnya penggunaan benih VUB toleran kekeringan dan tahan OPT, (2) rendahnya penggunaan pupuk kompos/kandang sebagai pupuk dasar, (3) rendahnya pengendalian OPT secara serempak dan (4) rendahnya penggunaan traktor untuk pengolahan tanah. Pada lahan kering masalah peningkatan produktivitas kedelai juga terkait dengan rendahnya penggunaan benih tahan OPT, rendahnya pemupukan dasar dan penggunaan traktor pengolah tanah, disamping pengairan yang tidak tepat waktu dan jarak tanam tidak teratur. Sedangkan pada lahan sawah irigasi masalah peningkatan produktivitas kedelai khususnya terkait dengan jarak tanam yang tidak teratur, pengendalian OPT yang tidak serempak dan rendahnya penggunaan obat benih. Seluruh faktor tersebut memiliki peranan penting untuk meningkatkan produktivitas kedelai tetapi penerapannya oleh petani relatif rendah baik karena kurang tersedia di tingkat petani, keterbatasan daya beli petani, rendahnya aktivitas penyuluhan maupun akibat kurangnya dukungan program bantuan. 18. Masalah teknis peningkatan produktivitas jagung umumnya tidak sebanyak pada komoditas kedelai. Pada lahan kering masalah peningkatan produktivitas jagung terutama terkait dengan pengolahan tanah yang tidak sempurna dan pengairan yang tidak tepat jumlah dan tepat waktu. Kedua masalah tersebut juga terjadi pada tanaman jagung yang diusahakan di lahan sawah. Pengolahan tanah yang tidak sempurna terutama terjadi akibat terbatasnya jumlah traktor dan buruh tani pengolah tanah. Masalah pengairan terjadi pada usahatani jagung di lahan kering karena pada tipe lahan usahatani tersebut pasokan air irigasi sangat tergantung pada curah hujan temporal yang tidak bisa dikendalikan petani sementara teknologi pengairan seperti pemanfaatan pompa air dan pembuatan embung penampung umumnya belum dilakukan petani. Sedangkan di lahan sawah munculnya masalah pengairan karena usahatani jagung umumnya dilakukan petani pada musim kemarau (MK) dimana pasokan air irigasi biasanya kurang tersedia. 19. Untuk mendorong perluasan tanaman jagung dan kedelai secara umum terdapat 9 faktor yang mempengaruhi yaitu : (1) ketersediaan air irigasi, (2) ketersediaan benih berkualitas, (3) ketersediaan pupuk, (4) ketersediaan pestisida, (5) ketersediaan tenaga kerja pengolah tanah, (6) ketersediaan tenaga kerja tanam, (7) ketersediaan tenaga panen, (8) ketersediaan pasar atau harga jagung/kedelai, dan (9) resiko usahatani baik akibat fluktuasi harga, gangguan OPT dan pasokan air. Untuk mendorong perluasan tanaman kedelai terdapat 4 faktor yang memiliki peranan penting yaitu : ketersediaan benih berkualitas, ketersediaan pupuk, ketersediaan pasar/harga kedelai, dan resiko usahatani. xiv

7 Pada komoditas jagung terdapat 3 faktor yang memiliki peranan penting yaitu : ketersediaan benih berkualitas, ketersediaan pupuk, dan ketersediaan pasar/harga jagung. Ketersediaan benih berkualitas merupakan faktor yang paling penting dan bersifat umum, baik untuk usahatani jagung dan kedelai di lahan sawah maupun di lahan kering. Ketersediaan pasar atau harga jagung/kedelai terutama berperan penting pada usahatani jagung/kedelai di lahan sawah karena usahatani jagung/kedelai di lahan sawah bersaing dengan tanaman pangan lain terutama padi. Adapun resiko usahatani memiliki peranan penting terutama untuk mendorong perluasan tanaman jagung/kedelai di lahan kering karena kegagalan usahatani akibat fluktuasi harga jagung/kedelai, keterbatasan pasokan air dan gangguan OPT yang relatif tinggi. IMPLIKASI KEBIJAKAN 20. Dalam rangka ketahanan pangan peningkatan produksi padi, jagung dan kedelai merupakan upaya penting. Ketiga komoditas pangan tersebut dan komoditas pangan lain pada umumnya diusahakan di lahan sawah maupun lahan kering yang termasuk kategori lahan ladang/huma. Pada kondisi tersebut maka persaingan dalam pemanfaatan lahan usahatani antara padi, jagung dan kedelai tidak dapat dihindari. Persaingan lahan usahatani yang cukup kuat terutama terjadi antara tanaman padi dan kedelai serta antara tanaman padi dan jagung. 21. Selama tahun luas panen/tanam jagung dan kedelai mengalami penurunan akibat kalah bersaing dengan padi dan hal ini ditunjukkan oleh IP jagung dan kedelai yang terus mengalami penurunan. Perluasan lahan usahatani yang dapat mendorong peningkatan luas panen jagung/kedelai juga semakin sulit diwujudkan. Pada kondisi tersebut maka peningkatan produktivitas merupakan upaya penting untuk mendorong peningkatan produksi jagung dan kedelai. Namun peluang peningkatan produksi jagung dan kedelai akibat peningkatan produktivitas diperkirakan hanya sekitar 3%/tahun sementara dalam rangka swasembada jagung dan kedelai maka peningkatan produksi jagung dan kedelai sedikitnya mencapai 5%/tahun. Oleh karena itu upaya peningkatan produksi jagung dan kedelai seyogyanya tidak hanya mengandalkan pada peningkatan produktivitas tetapi perlu didukung dengan upaya peningkatan luas panen. 22. Diantara berbagai pendekatan yang dapat ditempuh untuk mendorong peningkatan luas panen jagung dan kedelai, pengembangan integrasi tanaman perkebunan-jagung/kedelai merupakan pilihan terbaik karena dua pertimbangan yaitu : (a) pendekatan tersebut mampu mendorong peningkatan produksi jagung dan kedelai relatif besar, dan (b) pendekatan tersebut tidak berpotensi menghambat peningkatan luas panen padi karena sebagian besar tanaman padi diusahakan di lahan sawah sedangkan pengembangan integrasi tanaman perkebunan-jagung/kedelai dilakukan pada lahan kering, sehingga tidak terjadi persaingan lahan usahatani antara tanaman padi dan tanaman jagung/kedelai. Pengembangan integrasi tanaman perkebunan-jagung pada 30% lahan peremajaan kelapa sawit, kelapa dan karet diperkirakan dapat meningkatkan produksi jagung nasional sebesar 1,84%/tahun sedangkan pada komoditas kedelai peluang peningkatan produksi tersebut sebesar 9,90%/tahun meskipun xv

8 integrasi tanaman perkebunan-kedelai tersebut hanya dilakukan pada 10% lahan peremajaan kelapa sawit, kelapa dan karet. 23. Pengembangan integrasi tanaman perkebunan-jagung/kedelai sejauh ini belum banyak dilakukan oleh petani kecuali pada skala percobaan lapangan. Untuk pengembangan secara luas dan berkelanjutan integrasi tanaman perkebunanjagung/kedelai terdapat beberapa upaya yang perlu ditempuh yaitu: (1) mengidentifikasi lahan peremajaan tanaman perkebunan yang sesuai untuk pengembangan jagung dan kedelai, baik dari segi kesesuaian agroklimat, biofisik lahan maupun sosial ekonomi dan budaya petani, (2) meningkatkan akses petani terhadap benih berkualitas dan pupuk yang dapat ditempuh dengan mengembangkan penangkar benih jagung/kedelai dan kios pupuk di daerah perkebunan, (3) meningkatkan akses petani terhadap pasar jagung/kedelai yang dapat ditempuh dengan mengembangkan jaringan pemasaran jagung/kedelai di daerah perkebunan, (4) pengembangan dan diseminasi teknologi integrasi tanaman perkebunan-jagung/kedelai yang bersifat spesifik komoditas perkebunan dan spesifik lokasi untuk memperkecil resiko usahatani baik yang berasal dari fluktuasi harga, gangguan OPT dan masalah teknis lainnya, dan (5) menetapkan provinsi/kabupaten prioritas untuk pengembangan integrasi tanaman perkebunan-jagung/kedelai dengan mempertimbangkan potensi yang tersedia dan kendala yang dihadapi. 24. Peluang peningkatan produksi jagung dan kedelai, baik melalui peningkatan produktivitas maupun peningkatan luas panen, bervariasi menurut provinsi. Begitu pula peluang peningkatan produksi melalui peningkatan luas panen bervariasi menurut sumber pertumbuhan luas panennya. Oleh karena itu upaya peningkatan produksi jagung dan kedelai perlu dilaksanakan secara selektif menurut provinsi. Provinsi yang perlu mendapat prioritas bagi upaya peningkatan produksi melalui peningkatan produktivitas seyogyanya memenuhi dua kriteria yaitu : (1) memiliki pangsa produksi relatif besar terhadap produksi nasional, dan (2) memiliki peluang peningkatan produktivitas relatif besar. Adapun provinsi prioritas bagi upaya peningkatan produksi melalui peningkatan luas panen memiliki 3 ciri yaitu: (1) memiliki pangsa produksi relatif besar terhadap produksi nasional, (2) memiliki peluang peningkatan luas panen relataif besar, dan (3) sebagian besar peluang peningkatan luas panen bukan berasal dari peningkatan IP tetapi berasal dari perluasan lahan usahatani, pengembangan integrasi tanaman perkebunan, optimalisasi pengendalian banjir/kekeringan/ gangguan OPT. 25. Masalah teknis peningkatan produktivitas kedelai cenderung bersifat spesifik agroekosistem dan lebih beragam pada lahan kering dan lahan sawah tadah hujan. Untuk mengatasi masalah peningkatan produktivitas kedelai di lahan kering dan lahan sawah tadah hujan diperlukan: (1) pengembangan penangkaran benih secara in situ untuk meningkatkan ketersediaan benih tahan OPT dan benih toleran kekeringan secara berkelanjutan, (2) dukungan teknologi pengolahan kompos dan fasilitasnya untuk meningkatkan ketersediaan pupuk kompos, (3) dukungan fasilitas penyediaan traktor untuk mendorong petani melakukan pengolahan tanah secara sempurna, dan (4) dukungan teknologi pemanfaatan sumber-sumber air dan fasilitasnya untuk mengatasi keterbatasan pasokan air irigasi. xvi

9 26. Terdapat 4 faktor yang memiliki peranan penting untuk mendorong perluasan tanaman jagung dan kedelai yaitu : ketersediaan benih berkualitas, ketersediaan pupuk, ketersediaan pasar/harga kedelai, dan resiko usahatani. Berdasarkan hal tersebut maka perluasan tanaman jagung/kedelai yang ditempuh melalui pengembangan integrasi tanaman perkebunan dan/atau pembukaan lahan baru perlu didukung dengan beberapa upaya yaitu : meningkatkan akses petani terhadap benih jagung/kedelai berkualitas, meningkatkan akses petani terhadap pupuk dan pasar jagung/kedelai, dan menekan resiko usahatani baik yang disebabkan oleh fluktuasi harga jagung/kedelai, gangguan OPT, dan faktor teknis lainnya. xvii

KEBIJAKAN PENINGKATAN PRODUKSI PADI PADA LAHAN PERTANIAN BUKAN SAWAH

KEBIJAKAN PENINGKATAN PRODUKSI PADI PADA LAHAN PERTANIAN BUKAN SAWAH LAPORAN AKHIR KEBIJAKAN PENINGKATAN PRODUKSI PADI PADA LAHAN PERTANIAN BUKAN SAWAH Oleh : Bambang Irawan Herman Supriadi Bambang Winarso Iwan Setiajie Anugrah Ahmad Makky Ar-Rozi Nono Sutrisno PUSAT SOSIAL

Lebih terperinci

KE-2) Oleh: Supadi Valeriana Darwis

KE-2) Oleh: Supadi Valeriana Darwis LAPORAN AKHIR TA. 2013 STUDI KEBIJA AKAN AKSELERASI PERTUMBUHAN PRODUKSI PADI DI LUAR PULAUU JAWAA (TAHUN KE-2) Oleh: Bambang Irawan Gatoet Sroe Hardono Adreng Purwoto Supadi Valeriana Darwis Nono Sutrisno

Lebih terperinci

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti:

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti: PROPOSAL PENELITIAN TA. 2015 POTENSI, KENDALA DAN PELUANG PENINGKATAN PRODUKSI PADI PADA LAHAN BUKAN SAWAH Tim Peneliti: Bambang Irawan PUSAT SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Sawah irigasi sebagai basis usahatani merupakan lahan yang sangat potensial serta menguntungkan untuk kegiatan usaha tani. Dalam satu tahun setidaknya sawah irigasi dapat

Lebih terperinci

V. KEBIJAKAN, STRATEGI, DAN PROGRAM

V. KEBIJAKAN, STRATEGI, DAN PROGRAM V. KEBIJAKAN, STRATEGI, DAN PROGRAM Hingga tahun 2010, berdasarkan ketersediaan teknologi produksi yang telah ada (varietas unggul dan budidaya), upaya mempertahankan laju peningkatan produksi sebesar

Lebih terperinci

STUDI KEBIJAKAN AKSELERASI PERTUMBUHAN PRODUKSI PADI DI LUAR PULAU JAWA (Tahun ke-2)

STUDI KEBIJAKAN AKSELERASI PERTUMBUHAN PRODUKSI PADI DI LUAR PULAU JAWA (Tahun ke-2) PROPOSAL OPERASIONAL TA 2013 STUDI KEBIJAKAN AKSELERASI PERTUMBUHAN PRODUKSI PADI DI LUAR PULAU JAWA (Tahun ke-2) Oleh: Bambang Irawan Gatoet Sroe Hardono Adreng Purwoto Supadi Valeriana Darwis Nono Sutrisno

Lebih terperinci

Wilayah Produksi dan Potensi Pengembangan Jagung

Wilayah Produksi dan Potensi Pengembangan Jagung Wilayah Produksi dan Potensi Pengembangan Jagung Zubachtirodin, M.S. Pabbage, dan Subandi Balai Penelitian Tanaman Serealia, Maros PENDAHULUAN Jagung mempunyai peran strategis perekonomian nasional, mengingat

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan yang dititikberatkan pada pertumbuhan ekonomi berimplikasi pada pemusatan perhatian pembangunan pada sektor-sektor pembangunan yang dapat memberikan kontribusi pertumbuhan

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2012 STUDI KEBIJAKAN AKSELERASI PERTUMBUHAN PRODUKSI PADI DI LUAR PULAU JAWA

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2012 STUDI KEBIJAKAN AKSELERASI PERTUMBUHAN PRODUKSI PADI DI LUAR PULAU JAWA LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2012 STUDI KEBIJAKAN AKSELERASI PERTUMBUHAN PRODUKSI PADI DI LUAR PULAU JAWA Oleh : Bambang Irawan Adreng Purwoto Frans B.M. Dabukke Djoko Trijono PUSAT ANALISIS SOSIAL EKONOMI

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2008 SINTESIS KONSORSIUM PENELITIAN: KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI PETANI PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2008 SINTESIS KONSORSIUM PENELITIAN: KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI PETANI PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2008 SINTESIS KONSORSIUM PENELITIAN: KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI PETANI PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM Oleh : Sumaryanto PUSAT ANALISIS SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PERTANIAN

Lebih terperinci

KONTRIBUSI SEKTOR PERTANIAN DALAM PENCAPAIAN TARGET MDG S DAN IMPLIKASINYA PADA SDGs

KONTRIBUSI SEKTOR PERTANIAN DALAM PENCAPAIAN TARGET MDG S DAN IMPLIKASINYA PADA SDGs LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2014 KONTRIBUSI SEKTOR PERTANIAN DALAM PENCAPAIAN TARGET MDG S DAN IMPLIKASINYA PADA SDGs Oleh : Sumaryanto Edi Basuno Sri Hastuti Suhartini Rangga Ditya Yofa Cut Rabiatul Adawiyah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Kedelai merupakan komoditas strategis yang unik tapi kontradiktif dalam sistem usahatani di Indonesia. Luas pertanaman kedelai kurang dari lima persen dari

Lebih terperinci

1. I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

1. I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang 1. I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi di negara-negara berkembang saat ini telah menjadi penyebab berubahnya pola konsumsi penduduk, dari konsumsi pangan penghasil energi ke produk penghasil

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap manusia untuk dapat melakukan aktivitas sehari-hari guna mempertahankan hidup. Pangan juga merupakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang.

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Upaya peningkatan produksi tanaman pangan khususnya pada lahan sawah melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang. Pertambahan jumlah penduduk

Lebih terperinci

KAJIAN DAYA TAHAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP GANGGUAN FAKTOR EKSTERNAL DAN KEBIJAKAN YANG DIPERLUKAN. Bambang Sayaka

KAJIAN DAYA TAHAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP GANGGUAN FAKTOR EKSTERNAL DAN KEBIJAKAN YANG DIPERLUKAN. Bambang Sayaka KAJIAN DAYA TAHAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP GANGGUAN FAKTOR EKSTERNAL DAN KEBIJAKAN YANG DIPERLUKAN PENDAHULUAN Bambang Sayaka Gangguan (shocks) faktor-faktor eksternal yang meliputi bencana alam, perubahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, khususnya tanaman pangan bertujuan untuk meningkatkan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, khususnya tanaman pangan bertujuan untuk meningkatkan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pembangunan pertanian, khususnya tanaman pangan bertujuan untuk meningkatkan produksi dan memperluas keanekaragaman hasil pertanian. Hal ini berguna untuk memenuhi

Lebih terperinci

POTENSI LAHAN PERTANIAN BAGI PENGEMBANGAN PALAWIJA DI LAMPUNG

POTENSI LAHAN PERTANIAN BAGI PENGEMBANGAN PALAWIJA DI LAMPUNG POTENSI LAHAN PERTANIAN BAGI PENGEMBANGAN PALAWIJA DI LAMPUNG Oleh: Muchjidin Rachmat*) Abstrak Tulisan ini melihat potensi lahan, pengusahaan dan kendala pengembangan palawija di propinsi Lampung. Potensi

Lebih terperinci

PRODUKSI PANGAN INDONESIA

PRODUKSI PANGAN INDONESIA 65 PRODUKSI PANGAN INDONESIA Perkembangan Produksi Pangan Saat ini di dunia timbul kekawatiran mengenai keberlanjutan produksi pangan sejalan dengan semakin beralihnya lahan pertanian ke non pertanian

Lebih terperinci

KEBIJAKAN LOKASI PROGRAM PERBAIKAN IRIGASI BERDASARKAN PELUANG PENINGKATAN INDEKS PERTANAMAN (IP) 1

KEBIJAKAN LOKASI PROGRAM PERBAIKAN IRIGASI BERDASARKAN PELUANG PENINGKATAN INDEKS PERTANAMAN (IP) 1 KEBIJAKAN LOKASI PROGRAM PERBAIKAN IRIGASI BERDASARKAN PELUANG PENINGKATAN INDEKS PERTANAMAN (IP) 1 Sudi Mardianto, Ketut Kariyasa, dan Mohamad Maulana Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi

Lebih terperinci

PROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS JAGUNG. Edisi Kedua. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian AGRO INOVASI

PROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS JAGUNG. Edisi Kedua. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian AGRO INOVASI PROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS JAGUNG Edisi Kedua Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2007 AGRO INOVASI MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN MENTERI PERTANIAN

Lebih terperinci

Posisi Pertanian yang Tetap Strategis Masa Kini dan Masa Depan Jumat, 22 Agustus 2014

Posisi Pertanian yang Tetap Strategis Masa Kini dan Masa Depan Jumat, 22 Agustus 2014 Posisi Pertanian yang Tetap Strategis Masa Kini dan Masa Depan Jumat, 22 Agustus 2014 Sektor pertanian sampai sekarang masih tetap memegang peran penting dan strategis dalam perekonomian nasional. Peran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tanaman pangan. Sektor tanaman pangan adalah sebagai penghasil bahan makanan

BAB I PENDAHULUAN. tanaman pangan. Sektor tanaman pangan adalah sebagai penghasil bahan makanan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian yang mempunyai peranan yang strategis dan penting adalah sektor tanaman pangan. Sektor tanaman pangan adalah sebagai penghasil bahan makanan pokok

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2011 DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP KERAWANAN PANGAN TEMPORER/MUSIMAN

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2011 DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP KERAWANAN PANGAN TEMPORER/MUSIMAN LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2011 DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP KERAWANAN PANGAN TEMPORER/MUSIMAN Oleh : Sumaryanto Muhammad H. Sawit Bambang Irawan Adi Setiyanto Jefferson Situmorang Muhammad Suryadi

Lebih terperinci

PRODUKSI TANAMAN PANGAN PROVINSI PAPUA TAHUN 2015 (BERDASARKAN ANGKA SEMENTARA 2015)

PRODUKSI TANAMAN PANGAN PROVINSI PAPUA TAHUN 2015 (BERDASARKAN ANGKA SEMENTARA 2015) PRODUKSI TANAMAN PANGAN PROVINSI PAPUA TAHUN (BERDASARKAN ANGKA SEMENTARA ) No. 15 /03/94 /Th. VIII, 1 Maret 2016 A. PADI Produksi Padi Provinsi Papua tahun diperkirakan mencapai 181.682 ton gabah kering

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha di Indonesia Tahun (Persentase)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha di Indonesia Tahun (Persentase) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang berperan sangat penting. Sektor ini mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi, laju pertumbuhannya sebesar 4,8 persen

Lebih terperinci

SURVEI PENDASARAN SOSIAL EKONOMI PROYEK PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI MISKIN MELAUI INOVASI (P4M2I)

SURVEI PENDASARAN SOSIAL EKONOMI PROYEK PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI MISKIN MELAUI INOVASI (P4M2I) SURVEI PENDASARAN SOSIAL EKONOMI PROYEK PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI MISKIN MELAUI INOVASI (P4M2I) Dr. Dewa K. S. Swastika Dr. Bambang Irawan Ir. Herman Supriadi, MS Dr. Edi Basuno Ir. Endang L. Hastuti,

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Kedelai merupakan komoditas yang bernilai ekonomi tinggi dan banyak memberi

BAB I. PENDAHULUAN. Kedelai merupakan komoditas yang bernilai ekonomi tinggi dan banyak memberi BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedelai merupakan komoditas yang bernilai ekonomi tinggi dan banyak memberi manfaat tidak saja digunakan sebagai bahan pangan tetapi juga sebagai bahan baku industri

Lebih terperinci

PROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS KEDELAI. Edisi Kedua. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian AGRO INOVASI

PROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS KEDELAI. Edisi Kedua. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian AGRO INOVASI PROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS KEDELAI Edisi Kedua Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2007 AGRO INOVASI MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN MENTERI PERTANIAN

Lebih terperinci

Gambar 3.6: Hasil simulasi model pada kondisi eksisting

Gambar 3.6: Hasil simulasi model pada kondisi eksisting Dari hasil analisi sensitivitas, maka diketahui bahwa air merupakan paremater yang paling sensitif terhadap produksi jagung, selanjutnya berturut-turut adalah benih, pupuk, penanganan pasca panen, pengendalian

Lebih terperinci

POLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN

POLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN POLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN Emlan Fauzi Pangan merupakan kebutuhan yang paling mendasar dari suatu bangsa. Mengingat jumlah penduduk Indonesia yang sudah mencapai sekitar 220

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penduduk Indonesia. Bagi perekonomian Indonesia kacang kedelai memiliki

BAB I PENDAHULUAN. penduduk Indonesia. Bagi perekonomian Indonesia kacang kedelai memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kedelai merupakan sumber protein nabati utama bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Bagi perekonomian Indonesia kacang kedelai memiliki peranan yang besar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang sangat penting karena pertanian berhubungan langsung dengan ketersediaan pangan. Pangan yang dikonsumsi oleh individu terdapat komponen-komponen

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. dan tidak bisa dipisahkan yaitu pertama, pilar pertanian primer (on-farm

PENDAHULUAN. dan tidak bisa dipisahkan yaitu pertama, pilar pertanian primer (on-farm PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan pertanian harus dipandang dari dua pilar utama secara terintegrasi dan tidak bisa dipisahkan yaitu pertama, pilar pertanian primer (on-farm agriculture/agribusiness)

Lebih terperinci

POLICY BRIEF DINAMIKA SOSIAL EKONOMI PERDESAAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM

POLICY BRIEF DINAMIKA SOSIAL EKONOMI PERDESAAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM POLICY BRIEF DINAMIKA SOSIAL EKONOMI PERDESAAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM 2007-2015 Pendahuluan 1. Target utama Kementerian Pertanian adalah mencapai swasembada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L] Merr.) merupakan tanaman komoditas pangan

BAB I PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L] Merr.) merupakan tanaman komoditas pangan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedelai (Glycine max [L] Merr.) merupakan tanaman komoditas pangan terpenting ketiga di Indonesia setelah padi dan jagung. Kedelai juga merupakan tanaman sebagai

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PERTANIAN

KEMENTERIAN PERTANIAN PROGRAM SWASEMBADA PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI SERTA PENINGKATAN PRODUKSI GULA DAN DAGING SEKRETARIS JENDERAL KEMENTERIAN PERTANIAN Dialog dalam Rangka Rapimnas Kadin 2014 Hotel Pullman-Jakarta, 8 Desember

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting di Indonesia termasuk salah satu jenis tanaman palawija/ kacang-kacangan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. penting di Indonesia termasuk salah satu jenis tanaman palawija/ kacang-kacangan yang sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedelai (Glycine max (L) Merill) adalah salah satu komoditi tanaman pangan yang penting di Indonesia termasuk salah satu jenis tanaman palawija/ kacang-kacangan yang

Lebih terperinci

IX. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. A. Kesimpulan. 1. Pada daerah sentra produksi utama di Indonesia, perkembangan luas panen,

IX. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. A. Kesimpulan. 1. Pada daerah sentra produksi utama di Indonesia, perkembangan luas panen, IX. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN A. Kesimpulan 1. Pada daerah sentra produksi utama di Indonesia, perkembangan luas panen, produksi dan produktivitas jagung dengan periodisasi tiga musim tanam jagung

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Hal ini seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk diiringi

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Hal ini seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk diiringi 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan beras di Indonesia pada masa yang akan datang akan meningkat. Hal ini seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk diiringi dengan besarnya konsumsi beras

Lebih terperinci

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar Jurusan Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Sains dan Teknologi ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Kemandirian pangan pada tingkat nasional diartikan sebagai kemampuan suatu bangsa untuk menjamin seluruh penduduknya memperoleh pangan yang cukup, mutu yang layak dan aman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan pokok manusia yang harus dipenuhi. Di

BAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan pokok manusia yang harus dipenuhi. Di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan pokok manusia yang harus dipenuhi. Di Indonesia salah satu tanaman pangan yang penting untuk dikonsumsi masyarakat selain padi dan jagung

Lebih terperinci

PENGARUH URBANISASI TERHADAP SUKSESI SISTEM PENGELOLAAN USAHATANI DAN IMPLIKASINYA TERHADAP KEBERLANJUTAN SWASEMBADA PANGAN

PENGARUH URBANISASI TERHADAP SUKSESI SISTEM PENGELOLAAN USAHATANI DAN IMPLIKASINYA TERHADAP KEBERLANJUTAN SWASEMBADA PANGAN LAPORAN AKHIR TAHUN 2015 PENGARUH URBANISASI TERHADAP SUKSESI SISTEM PENGELOLAAN USAHATANI DAN IMPLIKASINYA TERHADAP KEBERLANJUTAN SWASEMBADA PANGAN Oleh: Sumaryanto Hermanto Mewa Ariani Sri Hastuti Suhartini

Lebih terperinci

Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS KEDELAI. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005

Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS KEDELAI. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005 Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS KEDELAI Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005 MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN MENTERI PERTANIAN Atas perkenan dan

Lebih terperinci

Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS JAGUNG. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005

Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS JAGUNG. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005 Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS JAGUNG Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005 MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN MENTERI PERTANIAN Atas perkenan dan ridho

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PEMANTAPAN PROGRAM DAN STRATEGI KEBIJAKAN PENINGKATAN PRODUKSI DAGING SAPI

LAPORAN AKHIR PEMANTAPAN PROGRAM DAN STRATEGI KEBIJAKAN PENINGKATAN PRODUKSI DAGING SAPI LAPORAN AKHIR PEMANTAPAN PROGRAM DAN STRATEGI KEBIJAKAN PENINGKATAN PRODUKSI DAGING SAPI Oleh: Yusmichad Yusdja Rosmijati Sajuti Sri Hastuti Suhartini Ikin Sadikin Bambang Winarso Chaerul Muslim PUSAT

Lebih terperinci

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN BENIH TANAMAN PANGAN TRIWULAN I 2016

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN BENIH TANAMAN PANGAN TRIWULAN I 2016 PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN BENIH TANAMAN PANGAN TRIWULAN I 2016 KEMENTERIAN PERTANIAN-RI DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN DIREKTORAT PERBENIHAN TANAMAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. setengah dari penduduk Indonesia bekerja di sektor ini. Sebagai salah satu

I. PENDAHULUAN. setengah dari penduduk Indonesia bekerja di sektor ini. Sebagai salah satu I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Sektor pertanian di Indonesia memegang peranan strategis karena merupakan sebagai tumpuan hidup sebagian besar penduduk Indonesia, dimana hampir setengah dari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Luas tanam, produksi, dan produktivitas tanaman padi dan jagung per Kecamatan di Kabupaten Lampung Selatan, Tahun 2008.

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Luas tanam, produksi, dan produktivitas tanaman padi dan jagung per Kecamatan di Kabupaten Lampung Selatan, Tahun 2008. A. Latar Belakang dan Masalah I. PENDAHULUAN Sektor pertanian di Indonesia memegang peranan strategis karena merupakan sebagai tumpuan hidup sebagian besar penduduk Indonesia, dimana hampir setengah dari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Gambar 1 Proyeksi kebutuhan jagung nasional (Sumber : Deptan 2009, diolah)

I. PENDAHULUAN. Gambar 1 Proyeksi kebutuhan jagung nasional (Sumber : Deptan 2009, diolah) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jagung (Zea mays L) merupakan salah satu komoditas pertanian yang memiliki peran penting yaitu sebagai makanan manusia dan ternak. Indonesia merupakan salah satu penghasil

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian merupakan suatu tindakan untuk mengubah kondisi

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian merupakan suatu tindakan untuk mengubah kondisi 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian merupakan suatu tindakan untuk mengubah kondisi pertanian dari kondisi yang kurang menguntungkan menjadi kondisi yang lebih menguntungkan (long

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan UU Nomor 7 Tahun 1996 tentang pangan, ketahanan pangan merupakan kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang

Lebih terperinci

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN BENIH TANAMAN PANGAN TRIWULAN II 2016

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN BENIH TANAMAN PANGAN TRIWULAN II 2016 PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN BENIH TANAMAN PANGAN TRIWULAN II 2016 KEMENTERIAN PERTANIAN-RI DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN DIREKTORAT PERBENIHAN TANAMAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN

PEMERINTAH KABUPATEN POTENSI LAHAN PERTANIAN DI KABUPATEN TULUNGAGUNG Lahan Pertanian (Sawah) Luas (km 2 ) Lahan Pertanian (Bukan Sawah) Luas (km 2 ) 1. Irigasi Teknis 15.250 1. Tegal / Kebun 30.735 2. Irigasi Setengah Teknis

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2008 KONSORSIUM PENELITIAN: KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI PETANI PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2008 KONSORSIUM PENELITIAN: KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI PETANI PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2008 KONSORSIUM PENELITIAN: KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI PETANI PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM KARAKTERISTIK DAN ARAH PERUBAHAN KONSUMSI DAN PENGELUARAN RUMAH TANGGA Oleh : Harianto

Lebih terperinci

Evaluasi Kegiatan TA 2016 dan Rancangan Kegiatan TA 2017 Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian *)

Evaluasi Kegiatan TA 2016 dan Rancangan Kegiatan TA 2017 Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian *) Evaluasi Kegiatan TA 2016 dan Rancangan Kegiatan TA 2017 Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian *) Oleh : Dr. Ir. Sumarjo Gatot Irianto, MS, DAA Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian *) Disampaikan

Lebih terperinci

PROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS PADI. Edisi Kedua. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian AGRO INOVASI

PROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS PADI. Edisi Kedua. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian AGRO INOVASI PROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS PADI Edisi Kedua Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2007 AGRO INOVASI MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN MENTERI PERTANIAN

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Kedelai merupakan tanaman pangan terpenting ketiga setelah padi dan jagung dan kaya protein nabati yang diperlukan untuk meningkatkan gizi masyarakat, aman dikonsumsi, serta

Lebih terperinci

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Press Release PREDIKSI DAMPAK DINAMIKA IKLIM DAN EL-NINO 2014-2015 TERHADAP PRODUKSI PANGAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN I. Prediksi Iklim hingga Akhir 2014/Awal 2015 1. Prediksi berbagai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. setiap rakyat Indonesia. Salah satu komoditas pangan yang penting di Indonesia

I. PENDAHULUAN. setiap rakyat Indonesia. Salah satu komoditas pangan yang penting di Indonesia 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Tanaman pangan merupakan komoditas penting dan strategis, karena pangan merupakan kebutuhan pokok manusia yang pemenuhannya menjadi hak asasi setiap rakyat

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pertambahan penduduk Indonesia setiap tahunnya berimplikasi pada semakin meningkatkan kebutuhan pangan sebagai kebutuhan pokok manusia. Ketiadaan pangan dapat disebabkan oleh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang memiliki potensi hijauan hasil limbah pertanian seperti padi, singkong, dan

I. PENDAHULUAN. yang memiliki potensi hijauan hasil limbah pertanian seperti padi, singkong, dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kabupaten Lampung Timur merupakan salah satu daerah di provinsi Lampung yang memiliki potensi hijauan hasil limbah pertanian seperti padi, singkong, dan jagung, sehingga

Lebih terperinci

seperti Organisasi Pangan se-dunia (FAO) juga beberapa kali mengingatkan akan dilakukan pemerintah di sektor pangan terutama beras, seperti investasi

seperti Organisasi Pangan se-dunia (FAO) juga beberapa kali mengingatkan akan dilakukan pemerintah di sektor pangan terutama beras, seperti investasi 1.1. Latar Belakang Upaya pemenuhan kebutuhan pangan di lingkup global, regional maupun nasional menghadapi tantangan yang semakin berat. Lembaga internasional seperti Organisasi Pangan se-dunia (FAO)

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN TRIWULAN III TAHUN 2017

LAPORAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN TRIWULAN III TAHUN 2017 LAPORAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN TRIWULAN III TAHUN 2017 KEMENTERIAN PERTANIAN-RI DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN OKTOBER 2017 2017 Laporan Kinerja Triwulan III DAFTAR ISI KATA PENGANTAR

Lebih terperinci

Press Release Katam Terpadu MT I 2013/2014 untuk Pencapaian Swasembada Padi, Jagung dan Kedelai Jakarta, 26 September 2013

Press Release Katam Terpadu MT I 2013/2014 untuk Pencapaian Swasembada Padi, Jagung dan Kedelai Jakarta, 26 September 2013 Press Release Katam Terpadu MT I 2013/2014 untuk Pencapaian Swasembada Padi, Jagung dan Kedelai Jakarta, 26 September 2013 (1) Berdasarkan prakiraan BMKG dan beberapa lembaga penelitian lain mengindikasikan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 18 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan pertanian merupakan bagian dari pembangunan ekonomi Nasional yang bertumpu pada upaya mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejahtera, adil dan makmur seperti

Lebih terperinci

Boks 2. PENELUSURAN SUMBER PEMBENTUKAN INFLASI DI KOTA JAMBI: SUATU ANALISIS SISI TATA NIAGA DAN KOMODITAS

Boks 2. PENELUSURAN SUMBER PEMBENTUKAN INFLASI DI KOTA JAMBI: SUATU ANALISIS SISI TATA NIAGA DAN KOMODITAS Boks 2. PENELUSURAN SUMBER PEMBENTUKAN INFLASI DI KOTA JAMBI: SUATU ANALISIS SISI TATA NIAGA DAN KOMODITAS Inflasi adalah kecenderungan (trend) atau gerakan naiknya tingkat harga umum yang berlangsung

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. besar penduduk, memberikan sumbangan terhadap pendapatan nasional yang

I. PENDAHULUAN. besar penduduk, memberikan sumbangan terhadap pendapatan nasional yang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang mendapatkan perhatian cukup besar dari pemerintah dikarenakan peranannya yang sangat penting dalam rangka pembangunan ekonomi jangka

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian nasional. Peran strategis pertanian tersebut digambarkan melalui kontribusi yang nyata melalui pembentukan

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI JAGUNG HIBRIDA PADA AGROEKOSISTEM LAHAN TADAH HUJAN

ANALISIS USAHATANI JAGUNG HIBRIDA PADA AGROEKOSISTEM LAHAN TADAH HUJAN ANALISIS USAHATANI JAGUNG HIBRIDA PADA AGROEKOSISTEM LAHAN TADAH HUJAN Bunyamin Z. dan N.N. Andayani Balai Penelitian Tanaman Serealia ABSTRAK Jagung sebagian besar dihasilkan pada lahan kering dan lahan

Lebih terperinci

perluasan kesempatan kerja di pedesaan, meningkatkan devisa melalui ekspor dan menekan impor, serta menunjang pembangunan wilayah.

perluasan kesempatan kerja di pedesaan, meningkatkan devisa melalui ekspor dan menekan impor, serta menunjang pembangunan wilayah. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan pembangunan pertanian dan ketahanan pangan adalah meningkatkan produksi untuk memenuhi penyediaan pangan penduduk, mencukupi kebutuhan bahan baku industri dalam

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Kedelai merupakan salah satu tanaman yang menjadi komoditas utama di Indonesia. Bagian yang dimanfaatkan pada tanaman kedelai adalah bijinya. Berdasarkan Sastrahidajat

Lebih terperinci

KETERANGAN TW I

KETERANGAN TW I 1 2 2 KETERANGAN 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 - TW I Distribusi/Share Terhadap PDB (%) 3.69 3.46 3.55 3.48 3.25 3.41 4.03 Distribusi/Share Terhadap Kategori Pertanian, Peternakan, Perburuan dan Jasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Meskipun Indonesia merupakan negara yang memiliki potensi pertanian yang

BAB I PENDAHULUAN. Meskipun Indonesia merupakan negara yang memiliki potensi pertanian yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meskipun Indonesia merupakan negara yang memiliki potensi pertanian yang sangat tinggi, namun belum banyak upaya yang dilakukan untuk mengidentifikasi keberhasilan agribisnis

Lebih terperinci

Tabel Lampiran 1. Produksi, Luas Panen dan Produktivitas Padi Per Propinsi

Tabel Lampiran 1. Produksi, Luas Panen dan Produktivitas Padi Per Propinsi Tabel., dan Padi Per No. Padi.552.078.387.80 370.966 33.549 4,84 4,86 2 Sumatera Utara 3.48.782 3.374.838 826.09 807.302 4,39 4,80 3 Sumatera Barat.875.88.893.598 422.582 423.402 44,37 44,72 4 Riau 454.86

Lebih terperinci

Perkembangan Produksi dan Kebijakan dalam Peningkatan Produksi Jagung

Perkembangan Produksi dan Kebijakan dalam Peningkatan Produksi Jagung Perkembangan Produksi dan Kebijakan dalam Peningkatan Produksi Jagung Siwi Purwanto Direktorat Budi Daya Serealia, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan PENDAHULUAN Jagung (Zea mays) merupakan salah satu

Lebih terperinci

POLICY BRIEF DAYA SAING KOMODITAS PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI DALAM KONTEKS PENCAPAIAN SWASEMBADA PANGAN. Dr. Adang Agustian

POLICY BRIEF DAYA SAING KOMODITAS PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI DALAM KONTEKS PENCAPAIAN SWASEMBADA PANGAN. Dr. Adang Agustian PENDAHULUAN POLICY BRIEF DAYA SAING KOMODITAS PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI DALAM KONTEKS PENCAPAIAN SWASEMBADA PANGAN Dr. Adang Agustian 1) Salah satu peran strategis sektor pertanian dalam perekonomian nasional

Lebih terperinci

REVITALISASI PERTANIAN

REVITALISASI PERTANIAN REVITALISASI PERTANIAN Pendahuluan 1. Revitalisasi pertanian dan pedesaan, merupakan salah satu strategi yang dipilih oleh Kabinet Indonesia Bersatu dalam upayanya mewujudkan pembangunan masyarakat Indonesia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kedelai merupakan salah satu tanaman palawija penting di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Kedelai merupakan salah satu tanaman palawija penting di Indonesia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedelai merupakan salah satu tanaman palawija penting di Indonesia. Berdasarkan luas panen di Indonesia kedelai menempati urutan ketiga sebagai tanaman palawija setelah

Lebih terperinci

Perkembangan Potensi Lahan Kering Masam

Perkembangan Potensi Lahan Kering Masam Perkembangan Potensi Lahan Kering Masam ANNY MULYANI Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian (naskah ini disalin sesuai aslinya untuk kemudahan navigasi) (sumber : SINAR TANI

Lebih terperinci

VI. ARAH PENGEMBANGAN PERTANIAN BEDASARKAN KESESUAIAN LAHAN

VI. ARAH PENGEMBANGAN PERTANIAN BEDASARKAN KESESUAIAN LAHAN VI. ARAH PENGEMBANGAN PERTANIAN BEDASARKAN KESESUAIAN LAHAN Pada bab V telah dibahas potensi dan kesesuaian lahan untuk seluruh komoditas pertanian berdasarkan pewilayahan komoditas secara nasional (Puslitbangtanak,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. negara dititikberatkan pada sektor pertanian. Produksi sub-sektor tanaman

I. PENDAHULUAN. negara dititikberatkan pada sektor pertanian. Produksi sub-sektor tanaman I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bagi negara berkembang seperti Indonesia landasan pembangunan ekonomi negara dititikberatkan pada sektor pertanian. Produksi sub-sektor tanaman pangan memberikan kontribusi

Lebih terperinci

SOSIALISASI KALENDER TANAM MT II TIM GUGUS KATAM BPTP Kep. Bangka Belitung

SOSIALISASI KALENDER TANAM MT II TIM GUGUS KATAM BPTP Kep. Bangka Belitung SOSIALISASI KALENDER TANAM MT II 2013 TIM GUGUS KATAM BPTP Kep. Bangka Belitung LATAR BELAKANG Keniscayaan perubahan dan dinamika iklim global serta lokal. Pilihan pola tanam bersifat spesifik lokasi dan

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR ANALISIS KEBIJAKSANAAN PEMBANGUNAN PERTANIAN: ANTISIPATIF DAN RESPON TERHADAP ISU AKTUAL. Oleh :

LAPORAN AKHIR ANALISIS KEBIJAKSANAAN PEMBANGUNAN PERTANIAN: ANTISIPATIF DAN RESPON TERHADAP ISU AKTUAL. Oleh : LAPORAN AKHIR ANALISIS KEBIJAKSANAAN PEMBANGUNAN PERTANIAN: ANTISIPATIF DAN RESPON TERHADAP ISU AKTUAL Oleh : Pantjar Simatupang Agus Pakpahan Erwidodo Ketut Kariyasa M. Maulana Sudi Mardianto PUSAT PENELITIAN

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PROGRAM DAN KEGIATAN DITJEN TANAMAN PANGAN TAHUN 2017

KEBIJAKAN PROGRAM DAN KEGIATAN DITJEN TANAMAN PANGAN TAHUN 2017 KEBIJAKAN PROGRAM DAN KEGIATAN DITJEN TANAMAN PANGAN TAHUN 2017 HASIL SEMBIRING DIREKTUR JENDERAL TANAMAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN JAKARTA, 31 MEI 2016 PERKEMBANGAN

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Kandungan gizi kacang hijau per 100 gr. Tabel 1.2 Perbandingan kandungan protein kacang hijau per 100 gr

BAB I. PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Kandungan gizi kacang hijau per 100 gr. Tabel 1.2 Perbandingan kandungan protein kacang hijau per 100 gr BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu jenis tanaman kacang-kacangan yang sangat populer di Indonesia adalah kacang hijau (Vigna radiata.wilczek). Kacang hijau ialah tanaman penting ketiga di

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Pertanian Menurut Mubyarto (1995), pertanian dalam arti luas mencakup pertanian rakyat atau pertanian dalam arti sempit disebut perkebunan (termasuk didalamnya perkebunan

Lebih terperinci

POLICY BRIEF MENDUKUNG GERAKAN PENERAPAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (GP-PTT) MELALUI TINJAUAN KRITIS SL-PTT

POLICY BRIEF MENDUKUNG GERAKAN PENERAPAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (GP-PTT) MELALUI TINJAUAN KRITIS SL-PTT POLICY BRIEF MENDUKUNG GERAKAN PENERAPAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (GP-PTT) MELALUI TINJAUAN KRITIS SL-PTT Ir. Mewa Ariani, MS Pendahuluan 1. Upaya pencapaian swasembada pangan sudah menjadi salah satu

Lebih terperinci

Model Pengembangan Pertanian Perdesaan Melalui Inovasi (m-p3mi) Berbasis Padi Palawija

Model Pengembangan Pertanian Perdesaan Melalui Inovasi (m-p3mi) Berbasis Padi Palawija Model Pengembangan Pertanian Perdesaan Melalui Inovasi (m-p3mi) Berbasis Padi Palawija Badan Litbang Pertanian mulai tahun 2011 mencanangkan Model Pengembangan Pertanian Perdesaan Melalui Inovasi (M-P3MI)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peranan yang sangat penting dalam ketahanan nasional, mewujudkan ketahanan

BAB I PENDAHULUAN. peranan yang sangat penting dalam ketahanan nasional, mewujudkan ketahanan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sub sektor tanaman pangan sebagai bagian dari sektor pertanian memiliki peranan yang sangat penting dalam ketahanan nasional, mewujudkan ketahanan pangan, pembangunan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menghasilkan barang dan jasa, usaha kecil mikro, dan menengah adalah usaha

I. PENDAHULUAN. menghasilkan barang dan jasa, usaha kecil mikro, dan menengah adalah usaha I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Transformasi sektor pertanian ke sektor industri bagi negara sedang berkembang seperti Indonesia tidaklah dapat dihindarkan. Indonesia merupakan negara yang sedang

Lebih terperinci

VI. PERILAKU PRODUKSI RUMAHTANGGA PETANI PADI DI SULAWESI TENGGARA

VI. PERILAKU PRODUKSI RUMAHTANGGA PETANI PADI DI SULAWESI TENGGARA VI. PERILAKU PRODUKSI RUMAHTANGGA PETANI PADI DI SULAWESI TENGGARA Penelitian ini membagi responden berdasarkan jenis lahan, yaitu lahan sawah irigasi dan tadah hujan, serta keikutsertaan petani dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pertanian tanaman pangan masih menjadi usaha sebagian besar petani. Di Indonesia sendiri, masih banyak petani tanaman pangan yang menanam tanaman pangan untuk dikonsumsi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang kaya akan hasil pertanian, kehutanan, perkebunan, peternakan, dan perikanan yang artinya masyarakat banyak yang bermata pencaharian

Lebih terperinci

PEDOMAN PELAKSANAAN PENUMBUHAN DAN PENGEMBANGAN PENYULUH PERTANIAN SWADAYA TAHUN 2016

PEDOMAN PELAKSANAAN PENUMBUHAN DAN PENGEMBANGAN PENYULUH PERTANIAN SWADAYA TAHUN 2016 PEDOMAN PELAKSANAAN PENUMBUHAN DAN PENGEMBANGAN PENYULUH PERTANIAN SWADAYA TAHUN 2016 PUSAT PENYULUHAN PERTANIAN BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2015 PEDOMAN PELAKSANAAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kedelai tetap dipandang penting oleh Pemerintah dan telah dimasukkan dalam program pangan nasional, karena komoditas ini mengandung protein nabati yang tinggi 38%, lemak

Lebih terperinci

AGRITECH : Vol. XVII No. 2 Desember 2015 : ISSN :

AGRITECH : Vol. XVII No. 2 Desember 2015 : ISSN : AGRITECH : Vol. XVII No. 2 Desember 2015 : 137 143 ISSN : 1411-1063 ANALISIS RENTABILITAS EKONOMI USAHATANI JAGUNG (Zea mays) DI DESA KALIORI KECAMATAN KALIBAGOR KABUPATEN BANYUMAS Winarsih Badan Pelaksana

Lebih terperinci

Jakarta, Januari 2010 Direktur Jenderal Tanaman Pangan IR. SUTARTO ALIMOESO, MM NIP

Jakarta, Januari 2010 Direktur Jenderal Tanaman Pangan IR. SUTARTO ALIMOESO, MM NIP KATA PENGANTAR Dalam upaya peningkatan produksi pertanian tahun 2010, pemerintah telah menyediakan berbagai fasilitas sarana produksi, antara lain subsidi pupuk untuk sektor pertanian. Tujuan pemberian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya mata pencaharian penduduk Indonesia bergerak pada sektor

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya mata pencaharian penduduk Indonesia bergerak pada sektor 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pada umumnya mata pencaharian penduduk Indonesia bergerak pada sektor pertanian, sektor ini meliputi aktifitas pertanian, perikanan, perkebunan dan peternakan.

Lebih terperinci