Jurnal Penelitian Tindakan Sekolah dan Kepengawasan Vol. 1, No. 1, Juni 2014 ISSN 2355-9683 KEGIATAN WORKSHOP TERPROGRAM DAPAT MENINGKATKAN KOMPETENSI GURU MENYUSUN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN SD Negeri Dukuhringin 02 Kecamatan Wanasari Kabupaten Brebes Abstrak Penelitian ini untuk mendiskripsikan kegiatan workhsop terprogram dapat meningkatkan aktifitas dan kompetensi guru dalam menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran di SD Negeri Dukuhringin 02 Kecamatan Wanasari Kabupaten Brebes. Subyek penelitian ini adalah guru SD Negeri Dukuhringin 02 yang terdiri dari 4 laki-laki dan 4 perempuan. Penelitian dilaksanakan pada bulan September 2013 Desember 2013 semester ganjil tahun pelajaran 2013/2014. Penelitian dilakukan dalam 2 siklus dengan prosedur penelitian tindakan sekolah model Kurt Lewis dimana ini merupakan model yang tidak terlalu sulit untuk dilaksanakan. Model ini terdiri dari empat tahap, yaitu planning, acting, observasing, dan reflecting. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan guru dalam membuat rencana pelaksanaan pembelajaran melalui kegiatan workshop terprogram pada siklus I menghasilkan nilai rata-rata 77,12%, sedangkan untuk keaktifan guru dalam siklus I rata-rata 79,6% dalam kategori baik. Nilai rata-rata kemampuan dan keaktifan guru pada Siklus II dalam menyusun RPP mencapai 89,3% atau dalam kategori amat baik dan keaktifan guru 89,6 kategori amat baik. 2014 Jurnal Penelitian Tindakan Sekolah dan Kepengawasan Kata Kunci: workshop terprogram, kompetensi guru, RPP PENDAHULUAN Pendidikan merupakan investasi dalam pengembangan sumber daya manusia dan dipandang sebagai kebutuhan dasar bagi masyarakat yang ingin maju. Komponen-komponen sistem pendidikan yang mencakup sumber daya manusia dapat digolongkan menjadi dua yaitu: tenaga kependidikan guru dan nonguru. Menurut Undang-Undang Nomor 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan, komponen-komponen sistem pendidikan yang bersifat sumber daya manusia dapat digolongkan menjadi tenaga pendidik dan pengelola satuan pendidikan (penilik, pengawas, peneliti dan pengembang pendidikan ). Tenaga gurulah yang mendapatkan perhatian lebih banyak di antara komponen-komponen sistem pendidikan. Besarnya perhatian terhadap guru antara lain dapat dilihat dari banyaknya kebijakan khusus seperti kenaikan tunjangan fungsional guru dan sertifikasi guru. Sesuai dengan amanat Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan salah satu standar yang harus dikembangkan adalah standar proses. Standar proses meliputi perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran untuk terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan efisien. Proses pembelajaran yang efektif dan efesien terletak pada bagaimana kesiapan guru dalam merencanakannya. Menurut Permendiknas No. 41 tahun 2007 pasal 1 tugas guru profesional adalah menyusun perangkat pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, penilaian proses pembelajaran dan pengawasan. Namun hal itu tidaklah mudah seperti membalikan kedua tangan. Sejalan dengan hal tersebut pada SD yang peneliti pimpin kurang berjalan sesuai dengan
yang diharapkan. Hampir semua guru belum mahir dalam membuat RPP sendiri, dari 8 guru yang ada di SD peneliti yaitu 6 guru kelas, 1 guru PJOK dan 1 guru Pendidikan Agama Islam. Dari sejumlah guru tersebut 75% kurang mahir dalam menyusun RPP dan 25% foto copy tahun lalu. Dari pengamatan peneliti hal ini tidak lain disebabkan (1) guru kurang mendapat pelatihan kurikulum atau pelatihan membuat RPP, (2) guru kurang mengembangkan pengetahuannya melalui seminar atau workshop, (3) rendahnya kemampuan guru dalam menerima pelatihan yang sudah dilaksanakan di tingkat KKG dan (4) belum adanya pembinaan secara berkelanjutan dari kepala sekolah atau pihak terkait. Keempat sebab tersebut, menunjukkan bahwa wawasan guru terhadap pentingnya persiapan pembelajaran perlu mendapat perhatian. Padahal persiapan pembelajaran adalah kegiatan perencanaan, yaitu kegiatan awal dari sebuah manajemen kelas. Bagaimana kelas dikelola, sangat ditentukan pada kecermatan dalam perencanaannya. Menurut John McWell, keberhasilan suatu kegiatan, 70%-nya ditentukan oleh kecermatan dalam tahap perencanaannya. Permasalahan diatas bila dibiarkan dan tidak mendapatkan bimbingan akan menyebabkan mal praktek guru terhadap siswanya, karena guru dalam mendidik peserta didik tidak menggunakan aturan dan tugas yang telah diamanatkan oleh Mendikbud RI dan bila berlangsung terus menerus akan terjadi degradasi mutu pendidikan dan moral bangsa Indonesia. Dampak berikutnya pembelajaran tidak dapat berjalan secara efektif dan efesien. Output yang dihasilkan tidak sesuai yang diharapkan bersama. Sehingga cita-cita Pendidikan Nasional tidak terpenuhi yang pada akhirnya guru yang diharapkan menjadi agen perubahan (agent of change) akan gagal total. Dari fakta-fakta diatas peneliti yang sekaligus kepala sekolah SD Negeri Dukuhringin 02 akan berupaya meningkatkan kompetensi guru dalam menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran melalui kegiatan workshop atau pelatihan. Workshop yang kami laksanakan adalah Workshop Terprogram. Dengan workshop terprogram atau terencana tersebut diharapkan semua guru yang berada di lingkunngan peneliti mampu dan dapat membuat rencana pembelajaran yang efektif dan inovatif sendiri. Rencana tindakan yang ingin peneliti berikan untuk mengatasi masalah guru dalam pembuatan atau merencanakan pembelajaran adalah Workshop Terprogram. Workhshop terprogram yang kami lakukan akan dilaksanakn ditingkat SD melalui pelatihan yang disepakai bersama dengan seluruh guru yang ada di sekolah penulis. Alasan peneliti menggunakan workshop terprogram adalah pertama workshop atau pelatihan sangat efektif untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi guru, kedua dengan workshop peserta langsung berbuat dan mendapatkan hasil yang diinginkan bersama, ketiga dengan workshop antara guru dapat saling berbagi ilmu dalam masalah yang dihadapinya dan yang keempat dengan workshop hasil yang didapat sudah melalui kajian bersama. Sedangkan terprogram adalah suatu perencanaan atau kegiatan yang terjadwal Dari keempat alasan diatas maka peneliti sangat berkeyakinan seluruh guru yang ada di SD peneliti akan mampu dan dapat membuat RPP sendiri, dan pada akhirnya dapat bermanfaat bagi dunia pendidikan dan khususnya bagi guru dan siswa di SD yang bersangkutan. Berangkat dari uraian permasalahan tersebut di atas, agar dapat memberikan gambaran secara ringkas, jelas, tegas maka masalah atau fokus dalam penulisan ini adalah sebagai berikut: apakah melalui Workhshop Terpogram semua guru SD Dukuhringin 02 dapat membuat sistematika penyusunan RPP yang benar?. Apakah melalui Workhshop Terpogram dapat meningkatkan kompetensi guru dalam menyusun Rencana Pelaksanan Pembelajaran (RPP) sesuai dengan kaidah yang benar pada SD Dukuhringin 02?. Apakah dengan kegiatan workshop terprogram semua guru SD Dukuhringin 02 dapat aktif mengikutinya?. Muhaimin (2004) menjelaskan kompetensi adalah seperangkat tindakan intelegen penuh tanggung jawab yang harus dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu melaksankan tugas-tugas dalam bidang pekerjaan tertentu. Sifat intelegen harus ditunjukan sebagai kemahiran, ketetapan, dan keberhasilan bertindak. Depdiknas (2004) merumuskan definisi kompetensi sebagai pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam 32 Jurnal Penelitian Tindakan Sekolah dan Kepengawasan Vol. 1. No. 1. (2014)
kebiasaan berfikir dan bertindak. RPP dijabarkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan belajar peserta didik dalam upaya mencapai KD. Setiap guru pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik (lampiran Permendiknas no. 41 tahun 2007) Lokakarya atau dalam bahasa inggris disebut workshop adalah suatu acara di mana beberapa orang berkumpul untuk memecahkan masalah tertentu dan mencari solusinya. Atau workshop adalah pertemuan ilmiah yang kecil yang memiliki perhatian yang sama dan berkumpul bersama di bawah kepemimpinan beberapa orang ahli untuk menggali satu atau beberapa aspek khusus suatu topik. Sebuah workshop biasanya terdiri dari Pimpinan workshop, Anggota, dan Manusia Sumber. (http://anasaff.blogspot.com/2012/08/workshop-dan-jenisnya) METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September Desember 2013 semester ganjil 2013/2014. Subyek penelitian adalah guru SD Negeri Dukuhringin 02 Kecamatan Wanasari Kabupaten Brebes yang berjumlah 8 orang, terdiri atas guru kelas 6 orang dan guru mata pelajaran 2 orang. Penelitian ini menggunakan 4 instrumen yaitu: instrumen pengukuran kemampuan guru dalam menyusun sistematika RPP, Instrumen pengukuran keaktifan guru dalam mengikuti workshop, instrumen penilaian hasil kerja guru dalam menyusun RPP, instrumen pengamatan terhadap pelaku tindakan dan dilaksanakan dalam 2 siklus melalui proses pengkajian berdaur yang terdiri dari 4 tahap, yaitu perencanaan, tindakan, mengamati, dan refleksi. Perencanaan dalam penelitian ini terdiri 1). menyiapkan program pembinaan atau pelatihan, 2) menetapkan guru sebagai observer, 3) mendesain workshop atau pelatihan, 4) menyiapkan instrumen workshop atau pelatihan. Pelaksanaan tindakan secara garis besar kegiatannya meliputi: 1) penyampaian tujuan pelatihan, peneliti membagi angket rancangan pelaksanaan pembelajaran yang harus diisi oleh guru-guru SD Negeri Dukuhringin 02 sebagai responden selama 10 menit, 2) melakukan workshop sesuai jadwal 3kali, 3) tanya jawab dan penyaji menjelaskan dengan runtut dan memuaskan bagi guru selama 30 menit. Observasi dilakukan untuk mengamati: 1) keaktifan guru dalam mengikuti workshop terprogram dengan lembar pengamatan; 2) meneliti angket oleh peneliti dan observer; 3) mengamati RPP yang telah dibuat. Refleksi dalam penelitian ini dilakukan dengan membandingkan antara data yang diperoleh pada kondisi awal dengan data yang diperoleh setelah melakukan tindakan workshop terprogram. Dari perbandingan tersebut dapat dilihat apakah hasil workshop terprogram terjadi peningkatan aktifitas dan kemampuan guru dalam menyusun RPP atau tidak, jika terjadi suatu peningkatan namun belum memenuhi indikator keberhasilan yang diharapkan maka dilakukan perbaikan lagi pada siklus berikutnya. HASIL DAN PEMBAHASAN Kegiatan workshop terprogram dalam menyusun sistematika RPP ini sudah dapat memberi respon positif, yang intinya dapat meningkatkan kemampuan guru dalam menyusun sistematika Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) secara mandiri. Hal ini dapat dibuktikan dengan nilai yang diperoleh guru pada siklus I di peroleh nilai rata-rata sebesar 78,6% kategori baik dan siklus II diperoleh nilai rata-rata 91,3% dengan kategori amat baik hasil tersebut dapat dilihat pada tabel 1. dan grafik 1. Tabel 1. Sistematika RPP Siklus I dan Siklus II KEGIATAN WORKSHOP TERPROGRAM DAPAT MENINGKATKAN KOMPETENSI GURU MENYUSUN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN 33
No Indikator Rata2 Hasil yang dicapai 8 Guru Siklus I Ktg Siklus II Ktg. 1 Identitas 87,4 baik 89,2 Tujuan Pembelajaran 2 77,5 87,5 3 Materi Pembelajaran 73,4 83,3 Metode Pembelajaran 4 75 93,7 5 Kegiatan Pemb. 72,5 90,3 6 Alat/sumber Belajar 80,8 baik 96,7 7 Penilaian 68,5 90 8 Bagian Akhir 93,7 100 Rata-rata 78,6 91,3 Grafik 1. Kemampuan Guru Menyusun Sistematika RPP Siklus I & II Aktifitas guru dalam mengikuti workshop terprogram pada siklus I sudah cukup tinggi yaitu 79,6 dengan kategori baik dan pada siklus II didapat rata-rata 89,6 dengan kategori amat baik. Dengan demikian kegiatan workshop terprogram antara siklus I dan siklus II terjadi peningkatan kembali sehingga dengan aktifnya guru dalam mengikuti workshop terprogram diharapkan terjadi peningkatan guru dalam menyusun RPP. Hal ini dapat dilihat dalam tabel 2. Tabel 2. Keaktifan Guru Siklus I dan II No. Indikator Rata2 Siklus I 1 Persiapan 88,3 Ktg Rata2 Siklus II 93,7 2 Pembinaan 77,1 93,3 3 Tugas 76 81,2 4 Penutup 77,1 91,6 Rata-rata 79,6 89,6 Ktg 34 Jurnal Penelitian Tindakan Sekolah dan Kepengawasan Vol. 1. No. 1. (2014)
Grafik 2. Aktifitas Guru Siklus I dan II Kompetensi guru dalam hasil kerja menyusun RPP siklus I terjadi peningkatan. Kompetensi guru dalam hasil kerja menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran dari awal sebelum tindakan atau pra siklus masih rendah, setelah diadakan workshop terprogram siklus I dengan agenda 3 kali pelatihan diperoleh nilai rata-rata 77,12 dengan kategori baik. Pada kegiatan siklus II ini peneliti membagi peserta menjadi 3 kelompok dengan tujuan agar pelaksanaan workshop lebih memusat pada permasalahn individu guru dalam menyusun RPP. Hasil rata-rata siklus II dalam menyusun RPP adalah 89,3 dengan kategori amat baik. Hal ini dapat dilihat pada tabel 3. dan grafik 3. Tabel 3. Kompetensi Guru dalam menyusun RPP antara Siklus I dan II No 1. Aspek Ketrampilan Guru Menuliskan Tujuan Pembelajaran Siklus I Rata2 Kompetensi 8 Guru Ktg. Siklus II Ktg. 82,5 A. 91,6 2. Menyusun Bahan Ajar 77,5 85,0 3. 4. Merencanakan Kegiatan Pembelajaran Pemilihan Sumber belajar 75,6 86,6 80 93,3 5. Merancang Alat Evaluasi 70 90,0 Rata-rata 77,12 89,3 Grafik 3. Kompetensi Guru menyusun RPP Antara Siklus I dan Siklus II KEGIATAN WORKSHOP TERPROGRAM DAPAT MENINGKATKAN KOMPETENSI GURU MENYUSUN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN 35
Hasil pengamatan atau observasi yang dilakukan oleh pengamat diluar peneliti dan guru menunjukan hasil yang semakin aktif dibanding siklus I artinya kegiatan workshop terprogram yang dilakukan oleh peneliti dan guru keaktifaannya sangat aktif antara peneliti dan guru yang diteliti. Rata-rata menghasilkan ceklist ya dibanding dengan tidak. Tindakan nara sumber atau peneliti dari 3 kegiatan rata-ratanya 90 sedangkan dari 8 guru untuk 3 kali kegiatan rataratanya 91. Hal ini menunjukan selama workshop terproram berlangsung keaktifan kedua belah pihak sangat baik. Dari hasil penelitian tentang pembuatan rencana pelaksanaan pembelajaran serta keaktifan dan ketrampilan guru dengan cara workshop terprogram yang menunjukkan peningkatan secara signifikan, hal ini sesuai dengan teori yang disampaikan oleh Peter Sheal (dalam Depdiknas 2003 : 7) pengalaman belajar paling optimal akan terjadi jika kegiatan pembelajaran sampai pada tingkat melakukan dan mengatakan (dalam hal ini kerja praktek dan presentasi hasil kerja), dimana pada teori tersebut untuk mencapai keberhasilan harus melakukan suatu kegiatan seperti peneliti yang lakukan pada guru SD Negeri Dukuhringin 02 yaitu dengan cara menyusun RPP. Hasil penelitian tersebut juga didukung oleh teori yang disampaikan oleh J.Peaget (dalam Ahmad Rohani, 2004 : 7) mengatakan : Seseorang berfikir sepanjang berbuat. Tanpa berbuat seseorang tidak akan berfikir. Agar ia berfikir sendiri maka ia harus diberi kesempatan untuk berbuat sendiri. Hal ini sesuai dengan apa yang peneliti lakukan yaitu guru diberi kesempatan untuk mengungkapkan kelemahan dalam membuat RPP, serta bagaimana cara membuat RPP yang praktis, dengan cara workshop terprogram yang peneliti gunakan. Dalam penelitian ini mendpatkan hasil yang sangat signifikan yaitu guru aktif menyusun RPP secara mandiri sampai 89,3 (sangat baik). PENUTUP Simpulan pada penelitian ini pertama workshop terprogram meningkatkan kemampuan guru dalam penyusunan sistematika rencana pelaksanaan pembelajaran, kedua dengan kegiatan workshop terprogram sikap dan aktifitas guru di SD Negeri Dukuhringin 02 meningkat, ketiga melalui workshop terprogram yang telah disepakati bersama dengan dewan guru memberi maanfaat dan dapat meningkatkan kompetensi guru dalam menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran secara lengkap dan mandiri. Beberapa saran yang disampaikan pada penelitiaan ini pertama hendaklah guru sering diajak untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan khususnya yang menjadi tupoksinya guru, kedua berilah kesempatan guru untuk mengikuti pelatihan, seminar atau workshop agar ketrampilan guru bertambah, ketiga dalam pemberian pelatihan gunakan lingkungan dalam terlebih dahulu baru kemudian pada pihak lain, karena disamping ekonomis juga efektif, keempat hendaklah kepala sekolah tidak henti-hentinya memberi contoh dan pelatihan secara perseorangan maupun kelompok bagi guru-guru dilingkungan tugasnya. 36 Jurnal Penelitian Tindakan Sekolah dan Kepengawasan Vol. 1. No. 1. (2014)
DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsini. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Departemen Pendidikan Nasional. 2000. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Sekretariat Jendral Departemen Pendidikan Nasional. Departemen Pendidikan Nasional. 2007. Peraturan Meteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16/2007 Tentang Standart Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Departemen Pendidikan Nasional. 2007. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 41/2007 Tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Eko Supraptono. 2009. Penyusunan Penelitian Tindakan Kelas. Semarang: Gugus Pengelolaan Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang (http://anasaff.blogspot.com/2012/08/workshop-dan-jenisnya), 2013.Peningkatan Kompetensi Guru Dalam Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran melalui Work Shop Terprogram.Brebes. (tidak dipublikasikan) Rosilawati, Erwn. 2020. Petunjuk Penyusunan Penelitian Tindakan Sekolah. Semarang: Widyaiswara LPMP. Zuriyah, Nurul. 2006. Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan Teori Aplikasi. Jakarta: PT. Bumi Aksara. KEGIATAN WORKSHOP TERPROGRAM DAPAT MENINGKATKAN KOMPETENSI GURU MENYUSUN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN 37