BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V PENUTUP. pada perusahaan UKM Dian Rubber Semarang adalah sebagai berikut: a. Pemilahan sesuai dengan frekuensi (rendah, sedang, tinggi)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. memproduksi produk khusus seragam olahraga. Produk yang diproduksi oleh

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. tempe yang didirikan oleh Pak sapto Home Industry ini sudah ada lebih dari. bungkus tempe dengan berat perbungkus 6 ons.

BAB I PENDAHULUAN. Jepang yaitu Seiri, Seiton, Seiso, Seiketsu dan Shitsuke yang merupakan rangkaian

BAB III METODE PENELITIAN. sehingga dapat diletakan barang sesuai posisi yang benar. Data yang digunakan dalam penelitian meliputi :

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengenalan 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin) Universitas Muhammadiyah Sidoarjo 6 Maret 2017

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Persaingan ketat pada dunia industri saat ini membuat perusahaan harus

BAB I PENDAHULUAN. berusaha untuk memberikan kepuasan yang terbaik bagi para konsumennya, dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Hampir semua industri manufaktur dan jasa semakin meningkat pesat dari

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Berikut dijelaskan langkah langkah yang dilakukan dalam penelitian di gudang toko Petruk.

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. adalah istilah dalam bahasa Jepang berarti perbaikan terus-menerus (continuous

Bab 7 Kesimpulan dan Saran

Sosialisasi PROGRAM 5R RINGKAS - RAPI - RESIK - RAWAT - RAJIN

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

Pernahkah anda merasakan suasana seperti ini? Apa yang anda rasakan jika suasana ruangan seperti ini?

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

Bab 3. Analisis Data. Pada bab sebelumnya penulis membahas teori tentang 5 S, yaitu (seiri 整理,

PERANCANGAN 5S PADA HOME INDUSTRY PEMBUATAN TEMPE PAK SAPTO SKRIPSI. Katolik Soegijapranata Semarang.

PERENCANAAN 5 S PADA PERUSAHAAN PERCETAKAN CV. SUMBER BAHAGIA SEMARANG

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 8 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

RANCANGAN PERBAIKAN SISTEM KERJA BERDASARKAN KRITERIA 5S PADA INDUSTRI RUMAH TANGGA SEPATU

PERANCANGAN ULANG TATA LETAK FASILITAS PABRIK TAHU DAN PENERAPAN METODE 5S

TIN102 - Pengantar Teknik Industri Materi #14 Ganjil 2014/2015 TIN102 PENGANTAR TEKNIK INDUSTRI

BAB IX SANITASI PABRIK

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

STUDI DESKRIPTIF MANAJEMEN KUALITAS DENGAN METODE 5S DI GUDANG HYPERMARKET X SURABAYA

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

Terigu Tapioka Air Minyak Gula pasir Coklat bubuk Vanili bubuk Pewarna Lesitin Total ,83 Total ,83 b. Pasta Coklat

BAB 2 LANDASAN TEORI

5R merupakan budaya tentang bagaimana seseorang memperlakukan tempat kerjanya secara benar. Bila tempat kerja tertata rapi, bersih, dan

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN. pada cara pembuatan produknya, khususnya produk yang dimaksudkan adalah

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

Tabel 4.38 Metode 5W+1H dan Analisis ECRS Untuk Filler. Tabel 4.39 Metode 5W+1H dan Analisis ECRS Untuk Pasteur

LEMBAGA PENJAMINAN MUTU UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER RUBRIK AUDIT 5S

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan tempat kerja yang aman, sehat dan bebas dari pencemaran

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Mulai. Latar Belakang Masalah. Perumusan Masalah. Tujuan Penelitian. Manfaat Penelitian.

HOUSEKEEPING & PRODUKTIVITAS KERJA PERTEMUAN KE-7

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

ANALISIS ATRIBUT LAYANAN RUMAH SAKIT DENGAN MODEL KANO UNTUK PENENTUAN SKALA PRIORITAS PERBAIKAN LAYANAN

EVALUASI PENERAPAN 5S PADA PT JAMU BOROBUDUR SEMARANG SKRIPSI

Pengendalian (Manajemen) Vis ual Dalam Penerapan 5R ( 5S) di Tempat Kerja

PENGOLAHAN CUPCAKES POPPING CUPCAKES DENGAN KAPASITAS 642 BIJI (107 PACKS) PER HARI

TEHNIK PEMBUATAN MIE SEHAT. Dr. Sri Handayani

PERANCANGAN ULANG TATA LETAK FASILITAS PADA UKM ROTI SHENDY

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

V. ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Responden yang dilibatkan dalam penelitian ini adalah para karyawan produksi PT.

Sustaining Competitive and Responsible Enterprises SC RE

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

GUDANG PENYIMPANAN BAHAN BAKU BUAH PISANG di VIRGIN CAKE & BAKERY, SEMARANG PRISCHILIA ELLENA A.C 14.I1.0163

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN

UPAYA PENGHEMATAN WAKTU BAKU MELALUI PENERAPAN PROGRAM 5S PADA BAGIAN LINI PRODUKSI (Studi Kasus Di Mujahid Meubel Kadipiro Solo)

USULAN PERBAIKAN TATA LETAK FASILITAS Pada CV ARCON S INDONESIA

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

Bacaan Harian BUDAYA KERJAKU

PERANCANGAN ULANG TATA LETAK FASILITAS PABRIK TAHU DAN PENERAPAN METODE 5S

BAB 1 PENDAHULUAN. Bab 1 Pendahuluan

Peningkatan Produktivitas Kerja pada Proses Packaging di PT. Samando

BAB I PENDAHULUAN Rumusan Masalah Bagaimana cara membuat desain tempat bahan memasak yang mudah untuk dijangkau?

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian adalah suatu ilmu pengetahuan yang memuat berbagai cara

CARA PRODUKSI PANGAN Jejaring Promosi Keamanan Pangan dalam Sistem Keamanan Pangan Terpadu Nasional SIAP SAJI YANG BAIK

USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM TOKOL (PENTOL BROKOLI) SEBAGAI JAJANAN KAYA GIZI BIDANG KEGIATAN: PKM KEWIRAUSAHAAN

MATERI KESEHATAN LINGKUNGAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

PERANCANGAN FASILITAS PABRIK TAHU UNTUK MEMINIMALISASI MATERIAL HANDLING

BAB V ANALISA HASIL. fokus di dalam program peningkatan kualitas Lean Six Sigma sehingga cacat

BAB 6 PERANCANGAN DAN ANALISIS

III.MATERI DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan September - Desember 2014

Maya Anestasia, 2 Pratya Poeri, 3 Mira Rahayu 1, 2,3 Program Studi Teknik Industri, Fakultas Rekayasa Industri, Telkom University

Bab 4. Simpulan dan Saran. penulis mendapatkan kesimpulan bahwa penerapan konsep Kaizen ( 改善 ) yang

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Cobb umur 55 minggu yang di ambil bagian dadanya dan dipisahkan dari

III. METODE PELAKSANAAN. bulan April 2013 sampai dengan pertengahan Juni 2013.

BAB 1 PENDAHULUAN. usaha. Kegiatan memproduksi barang dan jasa merupakan ciri khas dari adanya

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Lampiran 1. Prosedur Kerja Resmi Perusahaan. Waktu observasi : Senin, 21 Jamuari Prosedur Kerja Resmi Perusahaan A.

LAMPIRAN. Daftar Pertanyaan Pengusaha. Nama : Umur : Jenis Kelamin : Pendidikan : Berkaitan dengan sifat produk

USULAN PERBAIKAN BERDASARKAN METODE 5S (SEIRI, SEITON, SEISO, SEIKETSU, SHITSUKE) UNTUK AREA KERJA LANTAI PRODUKSI DI PT.X *

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB I TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Organisasi merupakan suatu kelompok yang terdiri dari beberapa individu

BAB 2 GAMBARAN UMUM OBJEK

PENGOLAHAN JAGUNG SEBAGAI BAHAN PANGAN. Agus Sutanto

Transkripsi:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Perusahaan 4.1.1 Sejarah Perusahaan Mapan Group merupakan perusahaan manufaktur yang memproduksi mie kering dan mie basah. Perusahaan ini dibangun sejak tahun 1992. Awalnya perusahaan ini belum berbentuk PT hanya usaha kecil rumahan. Sebelum kantor yang beralamat di jalan Rungkut Mapan Tengah I/FB-11 ini hanya memiliki alatalat sederhana untuk pembuatan mie itu sendiri dan juga hanya memiliki 8 karyawan saja. Seiring berjalannya waktu, semakin tinggi permintaan pelanggan maka pemilik merekrut beberapa orang lagi untuk menjadi karyawan dan perusahaan Mapan Group sekarang telah memiliki total 30 karyawan. Permintaan di Mapan Group semakin hari semakin tinggi, pemilik telaten untuk mempromosikan mie Mapan dengan datang satu-persatu ke pasar-pasar daerah Surabaya dan sekarang merambat ke daerah Sidoarjo melihat permintaan yang semakin tinggi maka pemilik menambah peralatan dan karyawan untuk meningkatkan kapasitas produksi. 4.1.2 Ruang Lingkup Bidang Usaha Mapan Group merupakan usaha manufaktur yang memproduksi mie kering dan mie basah. Selain itu Mapan Group sendiri memiliki beberapa gerai rumah makan yang tersebar di sekitaran Surabaya. Jika produksi mie kering dijual 33

di lingkup pasar, namun produksi mie basah sendiri dijual di gerai rumah makan dan dihidangkan menjadi menu mie ayam dan sebagainya. Mapan Group melakukan proses produksi setiap harinya, mie kering terus diproduksi dan dikirim ke pasar-pasar dan mie basah juga selalu diproduksi setiap hari untuk dijual dan dimasak sebagai hidangan konsumen di gerai rumah makan Mapan. 4.2 Tahap Produksi Proses produksi di Mapan Group dilakukan oleh karyawan pada masingmasing divisi dengan peralatan dan perlengkapan yang menunjang proses produksi. Tahapan proses produksi terbagi menjadi 3, yaitu persiapan bahan, tahap pembuatan mie, dan finishing. a) Persiapan bahan : tahap persiapan bahan ini dimulai dari bahan baku mie yang telah dipersiapkan terlebih dahulu kemudian masuk proses penimbangan, bahan baku seperti tepung terigu, telur, dll semuanya ditimbang. b) Tahap pembuatan mie: di tahap ini dilakukan pencampuran bahanbahan, kemudian selanjutnya digiling dengan mesin penggiling, setelah itu dicetak dengan cetakan alat pencetak mie, dan yang terakhir mie yang sudah terbentuk dioven. c) Finishing: di tahap finishing ini mie yang sudah jadi yang sudah keluar dari oven kemudian didinginkan sebentar dan masuk ke packaging(pengemasan) untuk dijual. 34

4.3 Mesin dan Perlengkapan Aktivitas produksi pada Mapan Group Surabaya dikerjakan oleh karyawan dan dengan bantuan mesin serta perlengkapan yang tersedia. Ada berbagai macam jenis mesin yang dimiliki oleh Mapan Group yaitu mesin pengaduk adonan, mesin pres, mesin giling, mesin cetak mie. Adapun perlengkapan yang menunjang produksi di Mapan Group yaitu oven, timbangan, dan alat pemotong. 4.4 Hasil dan Pembahasan 4.4.1 Seiri (pemilahan) Langkah pertama pada metode 5S adalah Seiri (pemilahan). Untuk melakukan pemilahan maka perlu dilakukan pengamatan kondisi pada Mapan Group Surabaya: 1) Pemilahan sesuai frekuensi (rendah,sedang,tinggi) Mapan Group Surabaya belum melakukan pemilahan sesuai dengan frekuensi pemakaian. Peletakkan peralatan dan perlengkapan yang masih ada di satu lokasi dan tidak tertata berdasarkan frekuensi pemakaian. Berikut adalah daftar frekuensi pemakaian perlengkapan dan peralatan yang ada di perusahaan Mapan Group. 35

Tabel 4.1 Perlengkapan dan Peralatan di Ruang Produksi Mapan Group Frekuensi Penggunaan (per hari) Rendah (1-5 kali) Sedang (6-10 kali) Tinggi (>10 kali) Jenis Barang Buku catatan order, buku keuangan perusahaan, buku catatan belanja bahan baku, buku telepon. Mesin giling, mesin pres, mesin cetak mie, timbangan Oven, mesin pengaduk adonan, alat pemotong, baskom Sumber : Data primer yang diolah, 2017 2) Pemilahan penyimpanan barang a) Ruang Kerja Gambar 4.1 Kondisi Meja Kerja Pemilik Gambar 4.1 Menunjukan kondisi awal meja kerja yang ada di ruang kerja pemilik Mapan Group. Di meja tersebut terdapat buku, kertas, alat tulis yang tidak tertata dengan rapi. Seperti yang tampak di gambar 4.1 meja kerja tersebut tidak ditata dengan rapi, barang-barang tergeletak begitu saja sehingga terkesan berantakan. 36

Peralatan yang ada meja kerja tersebut mtidak tertata dan tidak dikelompokkan dengan baik sehingga membutuhkan waktu yang cukup lama untuk mencari barang ketika diperlukan. Berikut adalah frekuensi pemakaian dari barang yang saat ini diletakkan di rak penyimpanan peralatan masak di ruang produksi : Tabel 4.2 Frekuensi Pemakaian Perlengkapan di Laci Nama Peralatan Frekuensi Pemakaian (per hari) Buku catatan order 5 Buku telepon 5 Alat tulis 5 Buku keuangan perusahaan 4 Nota belanjaan 3 Buku catatan belanja bahan baku 2 Sumber: Data primer yang diolah, 2017 Tabel ini disusun untuk mengetahui lebih detail frekuensi penggunaan masing-masing barang. Namun dikarenakan peralatan yang berada di rak tersebut tidak menunjang proses produksi di Mapan Group, maka peralatan tersebut akan dipindahkan di tempat yang berbeda sehingga dapat menunjang proses produksi di Mapan Group. b) Penyimpanan bahan baku mentah yang bercampur dengan barang jadi 37

Gambar 4.2 Ruang Penyimpanan Bahan Baku Mentah yang Bercampur dengan Barang Jadi Tampak pada gambar 4.2 bahwa ruang penyimpanan bahan baku mentah yang ada di ruang produksi Mapan Group selama ini belum tertata dengan baik terlihat bahwa bahan baku mentah masih bercampur dengan barang jadi, sehingga dapat menghambat proses produksi. Maka perlu dilakukan adanya pemilahan dan pengaturan ulang pada ruangan ini agar tidak terlihat berantakan bahan-bahan juga dibedakan penempatannya antara bahan baku mentah dan 38

barang jadi. Bahan baku mentah akan diletakkan di dekat area produksi agar mudah dijangkau. c) Peralatan dan Perlengkapan Gambar 4.3 Peralatan dan Perlengkapan di Ruang Produksi Mapan Group Gambar 4.3 menunjukan peralatan dan perlengkapan di Mapan Group. Tampak pada gambar diatas, terdapat barang yang berserakan (dus-dus bekas tidak terpakai, gas LPG bekas) diletakan diruang tersebut. Semestinya hal ini tidak boleh terjadi pada divisi manapun. Karyawan harus mengetahui barang apa saja yang semestinya ada di area produksi. Peralatan dan perlengkapan yang ada di Mapan Group Surabaya hanya diletakkan begitu saja dan tidak tertata dengan rapi. Penyebab dari tidak tertatanya peralatan ini karena tidak ada frekuensi pemakaian yang jelas dari masing-masing peralatan dan perlengkapan. Maka dari itu perlu dilakukan pemilahan terhadap peralatan dan perlengkapan, agar yang sering dipakai dapat diletakan pada tempat yang lebih mudah dijangkau. 39

4.1.2 Rancangan Seiri pada Mapan Grup 1. Mendata frekuensi penggunaan peralatan dan perlengkapan di Mapan Grup. Tabel 4.3 Pemilahan berdasarkan Frekuensi Pemakaian Frekuensi Penggunaan (per hari) Rendah (1-5 kali) Sedang (6-10 kali) Tinggi (>10 kali) Jenis Barang Buku catatan order, buku keuangan perusahaan, buku catatan belanja bahan baku, buku telepon. Mesin giling, mesin pres, mesin cetak mie, timbangan Oven, mesin pengaduk adonan, alat pemotong, baskom Metode Penyimpanan Disimpan dalam laci yang diletakan di ruang kerja pemilik. Timbangan Disimpan dan diletakkan dengan rapi di rak ruang produksi sedangkan mesin giling, mesin pres, mesin cetak mie diletakkan dengan jarak berdekatan diruang produksi. Alat pemotong dan baskom disimpan dan diletakkan dengan rapi di rak ruang produksi sedangkan oven, mesin pengaduk adonan diletakkan dengan jarak berdekatan di ruang produksi. Sumber: Data primer yang diolah, 2017 Pada tabel 4.3 dijabarkan peralatan dan perlengkapan berdasarkan dengan frekuensi penggunaan rendah, sedang, dan tinggi. Hal ini dilakukan 40

agar memudahkan karyawan dalam mengambil dan juga menggunakan fasilitas yang tersedia. A. Memilah peralatan dan perlengkapan sesuai dengan frekuensi pemakaian. a. Laci Berikut adalah daftar perlengkapan yang akan diletakan di laci Tabel 4.4 Pemilahan berdasarkan Frekuensi Pemakaian Nama Perlengkapan Frekuensi Penggunaan (per hari) Buku catatan order 5 Buku telepon 5 Alat tulis 5 Buku keuangan perusahaan 4 Nota belanjaan 3 Buku catatan belanja bahan baku 2 Sumber: Data primer yang diolah, 2017 b. Penyimpanan bahan baku mentah yang bercampur dengan barang jadi Penyimpanan bahan baku di Mapan Group untuk saat ini masih kurang tertata dengan rapi karena disebabkan oleh para karyawan yang tidak disiplin dalam menata ruang penyimpanan bahan baku sehingga yang terlihat bahan baku mentah bercampur dengan barang jadi, situasi ini memberikan dampak yang tidak baik karena dapat menghambat proses kerja para karyawan. 41

c. Peralatan dan perlengkapan Perlengkapan yang digunakan dalam proses produksi di Mapan Group antara lain timbangan, oven, pengocok telur, pisau, cetakan mie. Peralatan yang digunakan yaitu alat pemotong mie, mesin giling, mesin pres, mesin pengaduk adonan. Perlengkapan perusahaan lainnya antara lain buku catatan belanja bahan baku, buku telepon, nota, buku catatan order, dan buku keuangan perusahaan. d. Membuang dan menyingkirkan yang tidak diperlukan Apabila dalam proses pemilahan di Mapan Group ditemukan kertas, plastik, sisa tepung atau adonan yang jatuh sehingga tidak memiliki nilai jual sebaiknya langsung dibuang saja. Sementara apabila terdapat kardus bekas yang masih bisa dimanfaatkan sebaiknya disingkirkan dan diletakan di dalam gudang dan bisa digunakan apabila suatu hari membutuhkan. Seiri (pemilahan) pada Mapan Group Surabaya dimulai saat pengamatan kondisi awal terlebih dahulu kemudian dicermati dan dianalisis dengan menggunakan seiri dan dibuat rancangan yang sesuai dengan kondisi pabrik saat ini sehingga kegiatan produksi Mapan Group Surabaya dapat berjalan lancar. Untuk lebih mengoptimalkan kegiatan produksi pada Mapan Group Surabaya maka dilakukan tahapan berikutnya yaitu Seiton (penataan). 42

4.4.2 Seiton (penataan) 4.4.2.1 Rancangan Seiton pada Mapan Group Setelah dilakukan rancangan seiri (pemilahan), maka tahapan selanjutnya adalah melakukan rancangan seiton (penataan) di Mapan Group Surabaya. Berikut adalah rancangan penataan Mapan Group Surabaya: 1) Menentukan Lokasi Penyimpanan Peralatan a. Laci T: 175cm A B L : 50 cm C P: 50 cm Gambar 4.4 Rancangan Filling Cabinet (laci) Ruang kerja Mapan Grup Gambar 4.4 menunjukan rancangan filling cabinet (laci) berfungsi sebagai tempat penyimpanan perlengkapan produksi, diletakkan di ruang kerja Mapan Group. Berikut adalah susunan penyimpanan perlengkapan produksi di laci : 43

Laci A berisi buku catatan order, buku telepon, buku catatan bahan baku Laci B berisi alat tulis ( bolpoin, pensil, penggaris, straples, clip, penghapus,dll) Laci C berisi buku keuangan perusahaan, nota belanjaan b. Letak penyimpanan bahan baku Gambar 4.5 Rancangan Loker Besar untuk Bahan Baku Mie di Ruang Produksi Mapan Group Gambar 4.5 menunjukan rancangan loker besar untuk tempat penyimpanan bahan baku di ruang penyimpanan. Loker ini memiliki 44

ukuran 200cmx60cmx200cm. Bahan baku mie akan ditata berdasarkan jenis barang yang sama. Berikut adalah susunan penyimpanan bahan baku di Mapan Group: Rak A dan rak B untuk menyimpan tepung terigu Rak C untuk menyimpan tepung tapioka c. Rak tempat menyimpan perlengkapan Gambar 4.6 Rancangan Loker 3 Susun untuk Perlengkapan di Ruang Produksi Mapan Group Gambar 4.6 menunjukan rancangan rak susun 3 untuk tempat penyimpanan perlengkapan perusahaan lainnya yang terdiri dari alat pemotong, baskom, mangkok, nampan besar, spatula, sendok, garpu, dll. Rak A untuk menyimpan alat pemotong dan baskom Rak B untuk menyimpan sendok, garpu, dan spatula Rak C untuk menyimpan mangkok dan nampan besar 45

Gambar 4.7 Layout Ruang Produksi dan Perlengkapan Mapan Group Gambar 4.7 menunjukkan layout ruang produksi dan perlengkapan yang berada di Mapan Group Surabaya. Layout ini menunjukkan penempatan rak barang serta loker yang berisi bahan baku tepung dan juga penempatan mesin pembuatan mie yang terdiri dari mesin giling, mesin pres, mesin potong dan mixer yang diletakkan berdekatan agar memudahkan pekerjaan karyawan. Peralatan mesin di Mapan Group diletakkan berdekatan antara mesin satu dengan mesin lainnya agar mempermudah karyawan dalam bekerja dan meminimalkan pemborosan waktu. 46

Gambar 4.8 Layout Ruang Kerja Direktur Gambar 4.8 menunjukkan layout ruang kerja direktur yang berada di Mapan Group Surabaya. Layout ini menunjukkan penempatan filling cabinet yang diletakkan disamping sudut ruangan agar terlihat lebih rapi supaya barang-barang yang semula terlihat berserakan di meja dapat diletakkan dengan rapi di setiap rak dan filling cabinet yang tersedia. 47

Gambar 4.9 Layout Ruang Penyimpanan Barang Jadi Gambar 4.9 menunjukkan layout ruang penyimpanan barang jadi yang berada di Mapan Group Surabaya. Layout ini menunjukkan 4 rak besar untuk penempatan container plastik setiap raknya dipisahkan menurut tanggal penyimpanan rak pertama untuk tempat penyimpanan mie kering. Gambar 4.9 menunjukkan layout ruang penyimpanan barang jadi yang berada di Mapan Group Surabaya. Layout ini menunjukkan 4 rak besar untuk penempatan container plastik setiap raknya dipisahkan menurut tanggal produksi. Rak yang berada diposisi paling dekat dengan pintu merupakan rak yang berfungsi untuk menyimpan barang jadi yang tanggal produksinya dibuat paling awal ke paling akhir menurut tanggal produksinya. 48

4.4.3 Seiso (pembersihan) 4.4.3.1 Kondisi awal Ruang Kerja dan Ruang Produksi Mapan Group Area produksi Mapan Group Surabaya masih sangat kurang terjaga kerapian dan kebersihannya. Banyak limbah produksi maupun sampah pribadi yang masih berceceran dan tidak dibuang ditempat sampah. Kebersihan pada alat produksi juga masih belum diperhatikan karena masih banyak debu yang menempel dan bahkan masih banyak sisa-sisa tepung maupun telur yang belum dicuci dengan bersih. 4.4.3.2 Rancangan Seiso pada Mapan Grup Surabaya Seiso adalah kegiatan membersihkan mesin, peralatan, sampah kotoran yang ada di area produksi Mapan Group. Berikut adalah rancangan seiso untuk Mapan Group Surabaya : 1. Menentukan skala pembersihan (makro, individual, mikro) (1) Makro : Dalam area produksi Mapan Group harus selalu terjaga kebersihannya. Kebersihan pada laci, area mesin, area bahan baku, dan gudang harus diperhatikan. Ruang produksi harus bersih dari kotoran, debu dan juga sisa tepung dari bahan baku mie. (2) Individual : Tiap barang yang ada di area produksi hanya barang yang menunjang proses produksi saja. Barang pribadi milik karyawan seharusnya ditempatkan diluar ruang area produksi agar tidak 49

mengganggu proses kerja dan konsentrasi karyawan yang sedang bekerja seperti contohnya handphone milik karyawan. (3) Mikro : Dalam skala mikro yang harus lebih diperhatikan adalah kebersihan mesin, peralatan, dan perlengkapan area produksi. Alat-alat produksi harus dibersihkan setelah selesai digunakan supaya keesokan harinya saat akan digunakan keadaan alat sudah bersih. Hal ini untuk menghindari kerak-kerak yang akan menempel apabila tidak dibersihkan. 2. Menentukan jadwal pembersihan Tabel 4.5 Jadwal Pembersihan Mapan Group Area Alat Standar Jadwal Pembersihan Ruang kerja Membersihkan Kemoceng, Barangbarang Pagi dan sore segala kotoran lap,sapu,pel yang (setiap hari) dan debu ada di ruang (Samsudin) kerja bebas dari debu dan kotor Ruang produksi Membersihkan Kemoceng, Bahan baku Pagi dan sore (loker bahan baku) loker besar dan lap,sapu,pel bebas dari (setiap hari) sisa-sisa debu dan tepung (Nurhayati dan Susan) jamur Gudang Membersihkan Kemoceng,sapu Barangbarang Setiap pagi hari segala kotoran yang dan debu ada di gudang (Pur dan bebas dari Samsudin) debu dan kotor Sumber: Data primer yang diolah, 2017 50

Keterangan tabel 4.5 : a) Area ruang kerja : pembersihan peralatan yang ada di meja kerja harus dilakukan pembersihan setiap hari agar selalu bersih terhindar dari debu. Pembersihan peralatan dilakukan dengan menggunakan kemoceng dan lap dan lantai juga perlu dibersihkan dengan disapu dan dipel. b) Area produksi : lantai di ruang produksi harus dibersihkan setiap pagi dan sore sebelum dan setelah aktifitas produksi selesai agar lantai tidak kotor dan tidak ada sisa tepung terigu yang tercecer. Mesin-mesin pembuat mie juga harus dibersihkan setiap sore agar tidak berdebu dan tidak mudah berkarat. Pembersihan dilakukan dengan kemoceng, lap, sapu, dan pel. c) Area gudang : area ini harus dibersihkan setiap pagi sebelum mulai aktifitas produksi. Area ini harus terjaga dari debu dan sisa kotoran. Pembersihan dilakukan dengan menggunakan sapu dan kemoceng. 4.4.4 Seiketsu (pemantapan) 4.4.4.1 Kondisi Awal Pada tahap ini peneliti membahas untuk memantapkan rancangan seiri, seiton, dan seiso. Untuk memantapkan kegiatan seiri, seiton, dan seiso dibutuhkan strategi manajemen visual. Kondisi Mapan Group saat ini penuh dengan tumpukan bahan baku di sembarang tempat, tumpukan barangbarang yang tidak terpakai tetapi masih disimpan, dan sampah yang berserakan. Tidak ada tulisan-tulisan yang tujuannya bersifat sebagai pengingat. 51

4.4.4.2 Rancangan Seiketsu pada Mapan Grup Maka dari itu rancangan seiri, seiton, dan seiso tidak akan ada artinya apabila tidak ada tindakan yang bisa mendukung rancangan dari seiri, seiton, dan seiso. Beberapa tindakan yang mendukung rancangan seiri, seiton, dan seiso tersebut adalah : A. Menggunakan kontrol visual Kontrol visual dimaksudkan untuk menegaskan, ketika melakukan kegiatan operasional di Mapan Group, diperlukan adanya standar yang harus ditaati agar kegiatan seiri, seiton dan seiso dapat berjalan dengan baik. Kontrol visual dapat dilakukan dengan menggunakan tulisan-tulisan maupun gambar-gambar yang diletakan disekitar area tertentu dan dipastikan agar dapat terlihat oleh semua orang. B. Alat dan metode kontrol visual Gambar 4.10 Rancangan Gambar untuk Mendukung Kontrol Visual Contoh pada gambar 4.10 ditempelkan di ruang bahan baku, ruang produksi, dan ruang finishing Mapan Grup. Gambar harus bisa terlihat oleh 52

tiap karyawan. Dalam hal ini, pemilik juga harus memberikan contoh pada karyawannya agar tidak bermain handphone untuk keperluan pribadi pada saat proses produksi berlangsung. Gambar 4.11 Rancangan Gambar untuk Mendukung Kontrol Visual Tulisan please no smoking seperti pada gambar 4.11 ditempelkan di area halaman luar,area ruang produksi, dan ruang kerja Mapan Group. Gambar harus bisa terlihat oleh semua karyawan. 53

Gambar 4.12 Rancangan Gambar untuk Mendukung Kontrol Visual Tulisan Buanglah Sampah Pada Tempatnya pada gambar 4.12 bertujuan untuk mengajak para karyawan untuk menjaga kebersihan di Mapan Group. Pemilik harus memberi contoh yang baik pada karyawan sehingga kebersihan di Mapan Group tetap terjaga. 54

Gambar 4.13 Rancangan Gambar untuk Mendukung Kontrol Visual Tulisan Bersihkan Tangan Anda Sebelum dan Setelah Masuk ke Dalam Area Produksi pada gambar 4.13 bertujuan untuk mengajak para karyawan untuk menjaga kebersihan tangan. Pemilik harus memberi contoh yang baik pada karyawan sehingga barang produksi masih terjaga kebersihannya. Letakkan Barang pada Tempatnya! Gambar 4.14 Rancangan Gambar untuk Mendukung Kontrol Visual 55

Tulisan Letakkan Barang pada Tempatnya! pada gambar 4.14 bertujuan untuk mengajak para karyawan untuk selalu mengingat agar setelah memakai barang diletakkan kembali pada tempatnya agar selalu terlihat rapi. 4.4.5 Shitsuke (pembiasaan) Tahap terakhir pada metode 5S adalah shitsuke atau pembiasaan. Tujuan dari metode terakhir ini adalah untuk mengoptimalkan tahapan sebelumnya yaitu seiri, seiton, seiso, dan seiketsu. Pembiasaan dilakukan dengan penempelan poster 5S yang telah dirancang disetiap sudut ruangan, pemilik bisa memberikan contoh dalam menerapkan metode 5S dan dapat menegur dan menasehati karyawan bila kedapatan tidak menerapkan 5S. Semua rancangan ini akan sia-sia jika tidak adanya kesadaran dan komitmen bersama. Rancangan ini dirancang bertujuan untuk meningkatkan usaha Mapan Group Surabaya dan diharapkan rancangan ini dapat dipraktekkan semaksimal mungkin dan dapat berguna bagi perusahaan Mapan Group Surabaya. 4.4.5.1 Rancangan Shitsuke pada Mapan Grup Surabaya Rancangan shitsuke (pembiasaan) pada Mapan Group Surabaya adalah sebagai berikut : 1. Menerapkan kebiasaan yang akan dilakukan a) Menerapkan jam kerja operasional. 56

b) Semua karyawan Mapan Group harus bisa disiplin dalam melakukan hal atau kegiatan kerja apapun. 2. Kampanye ketaatan pada peraturan a) Melakukan briefing 15-30 menit sebelum memulai proses produksi. b) Memberikan reward kepada karyawan yang memiliki kinerja baik. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Dari hasil pembahasan tentang Usulan Perancangan Metode 5S (Seiri, Seiton, Seiso, Seiketsu, dan Shitsuke) Pada PT. MAPAN GROUP Surabaya, 57