BAB I PENDAHULUAN. kali pada musim kemarau (April September) dan sekali pada musim hujan

dokumen-dokumen yang mirip
PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya, isi kebun di Indonesia adalah berupa tanaman buah-buahan,

Sejak tahun 2008, tingkat kemiskinan terus menurun. Pada 2 tahun terakhir, laju penurunan tingkat kemiskinan cukup signifikan.

Provinsi Sumatera Utara: Demografi

Lampiran 1. Data Luas Panen dan Produksi Kabupaten/Kota di Sumatera Utara Tahun

I. PENDAHULUAN. tanaman dagang yang sangat menguntungkan, dengan masukan (input) yang

Lampiran 1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Per Kapita Menurut Kabupaten/Kota Atas Dasar Harga Konstan (Rupiah)

BAB I PENDAHULUAN. usaha pertanian (0,74 juta rumah tangga) di Sumatera Utara.

Tahun Jan Feb Maret April Mei Juni Juli Agust Sept Okt Nov Des

BAB I PENDAHULUAN. lagi sayuran dan buah buahan, karena kedua jenis bahan makanan ini banyak

PENDAHULUAN. masakan guna menambahkan cita rasa dan kenikmatan makanan. Hampir setiap

KEMISKINAN ASAHAN TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam meningkatkan perkembangan ekonomi Indonesia. Hal ini

Lampiran 1. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Buah Manggis Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara

BAB I. PENDAHULUAN. yang signifikan, dimana pada tahun 2010 yaitu mencapai 8,58% meningkat. hingga pada tahun 2014 yaitu mencapai sebesar 9,91%.

BAB I PENDAHULUAN. oleh karena pupuk kimia lebih mudah diperoleh dan aplikasinya bagi tanaman

BERITA RESMI STATISTIK

BAB I PENDAHULUAN. Produksi pangan di negara-negara sedang berkembang meningkat. Sekalipun

BAB I PENDAHULUAN. diandalkan karena sektor pertanian mampu memberikan pemasukan dalam

BAB III TINGKAT KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DAN KEMISKINAN DI KABUPATEN/KOTA PROPINSI SUMATERA UTARA

BAB I PENDAHULUAN. Siklus pengelolaan keuangan daerah merupakan tahapan-tahapan yang

BAB I PENDAHULUAN. sejarah ekonomi dan selalu menarik untuk dibicarakan. Pengangguran adalah

Sumber : Dinas Pertanian Sumatera Utara, 2010.

Lampiran 1. Jumlah Penduduk Di Provinsi Sumatera Utara Tahun Jumlah Penduduk (Jiwa)

Sumatera Utara. Rumah Balai Batak Toba

BAB I PENDAHULUAN. bangsa, dalam upaya untuk meningkatkan taraf hidup maupun kesejahteraan rakyat.

BAB I PENDAHULUAN. Sejak dikembangkannya tanaman kelapa sawit di Indonesia pada tahun 60-an,

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian memiliki beberapa sektor seperti peternakan, perikanan, perkebunan,

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SUMATERA UTARA

Lampiran 1. Tabel Daftar Pemerintahan Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara

RINCIAN LABUHANBATU UTARA TEBING TINGGI BATUBARA ASAHAN TANJUNG BALAI NAMA DAN TANDA TANGAN KPU PROVINSI

PENDAHULUAN. banyaknya penduduk atau tenaga kerja yang hidup atau bekerja pada pada sektor

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015

I. PENDAHULUAN. dibandingkan jumlah kebutuhan manusia untuk mencukupi kebutuhan hidupnya

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan penganggaran pada dasarnya mempunyai manfaat yang sama

BAB I. PENDAHULUAN. Kedelai merupakan komoditas yang bernilai ekonomi tinggi dan banyak memberi

BAB I PENDAHULUAN. Termasuk yang menguntungkan kan adalah jamur konsumsi. konsumsi atau sering dikenal dengan istilah mushroom merupakan bahan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016

BERITA RESMI STATISTIK

Tabel 1.1. Daftar Surplus/Defisit Laporan Realisasi APBD Kabupaten/Kota T.A (dalam jutaan rupiah)

Lampiran 1. Jadwal Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara pertanian, artinya memegang peranan penting dari

Lampiran 1 Daftar Kabupaten/ Kota, Sampel

PERBANYAKAN BENIH SUMBER PADI DAN KEDELAI DI SUMATERA UTARA MELALUI UPBS

Lampiran 1 REALISASI DANA ALOKASI UMUM (DAU) KABUPATEN / KOTA PROVINSI SUMATERA UTARA (Tabulasi Normal dalam Rupiah) TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan negara, penyedia lapangan kerja, dan juga sebagai sumber

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sektor pariwisata dan kebudayaan merupakan salah satu sektor yang sangat potensial dan

BAB I PENDAHULUAN. meliputi kebutuhan makan maupun non makan. Bagi Indonesia, kemiskinan sudah sejak lama menjadi persoalan

Disampaikan Oleh: SAUT SITUMORANG Staf Ahli Mendagri Bidang Pemerintahan

BAB I PENDAHULUAN. Sektor perkebunan merupakan sektor yang berperan sebagai penghasil devisa

Lampiran 1. Pertumbuhan Pendapatan Asli Daerah (PAD) pada Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara Tahun (%)

,85 8,44 - Sumatera Utara ,01 Sumber : Sumatera Utara Dalam Angka 2012, Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) merupakan salah satu komoditas sayuran

LAMPIRAN. Lampiran 1 Jadwal dan Waktu Penelitian

LAMPIRAN. Lampiran I JADWAL PENELITIAN

Daftar Populasi dan Sampel Penelitian

pemerintahan lokal yang bersifat otonomi (local outonomous government) sebagai

Lampiran 1. Jumlah Penduduk, Luas Wilayah dan Kepadatan Penduduk Menurut Kabupaten/Kota di Sumatera Utara Tahun 2012

SUATU TINJAUAN KEBIJAKAN ALOKASI BELANJA 3 (TIGA) BIDANG UTAMA (SOSIAL BUDAYA, INFRASTRUKTUR, EKONOMI) UNTUK 25 KABUPATEN DAN KOTA PADA RAPBD TA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan dapat diartikan sebagai suatu proses peningkatan kualitas

Lampiran 1. Jumlah Penduduk Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara Tahun (Jiwa)

BAB I PENDAHULUAN. sebagai sumber mata pencarian mayoritas penduduknya. Dengan demikian,

BAB I PENDAHULUAN. Produksi dari suatu usaha penangkapan ikan laut dan perairan umum sebahagian

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi suatu daerah pada dasarnya merupakan kegiatan yang

BAB I PENDAHULUAN. pemerataan adalah hal yang sangat penting. Pada tahun 1950an, orientasi

BAB I PENDAHULUAN. tanaman pangan. Sektor tanaman pangan adalah sebagai penghasil bahan makanan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki 34 provinsi yang kini telah tumbuh menjadi beberapa wacana

Musrenbang RKPD Provinsi Sumatera Utara 2013 Hotel Santika, Selasa 2 April 2013 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SUMATERA UTARA

I. PENDAHULUAN. sebagai pihak yang menyewakan lahan atau sebagai buruh kasar. Saat itu,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 latar Belakang Tanaman karet memiliki peranan yang cukup besar dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Bagi Indonesia, jagung merupakan tanaman pangan kedua setelah padi. Bahkan di

TIPOLOGI WILAYAH HASIL PENDATAAN POTENSI DESA (PODES) 2014

BADAN PUSAT STATISTIK

Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Di antara sayur sayuran yang dapat dibudidayakan di Indonesia, sawi adalah

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian di Indonesia masih memegang peranan penting dari keseluruhan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perencanaan pembangunan ekonomi yang berorientasi pada pertumbuhan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bawang merah (Allium ascalonicum L) merupakan Salah satu komoditas

BAB I PENDAHULUAN. 1994). Proses pembangunan memerlukan Gross National Product (GNP) yang tinggi

I. PENDAHULUAN. tantangan, menyesuaikan diri dalam pola dan struktur produksi terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Kedaulatan pangan adalah konsep pemenuhan pangan melalui produksi lokal.

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan Pembangunan Nasional, sebagaimana diamanatkan dalam. Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan

PENGELOMPOKAN KABUPATEN/ KOTA DI SUMATERA UTARA BERDASARKAN KARAKTERISTIK RUMAH TANGGA MISKIN DENGAN MENGGUNAKAN ANALISIS CLUSTER SKRIPSI WIDYA REZA

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK: SERTA TANTANGAN TAHUN 2019

LAMPIRAN A PERHITUNGAN DATA PENGUJIAN

Jumlah rumah tangga usaha pertanian Kota Sibolga Tahun 2013 sebanyak rumah tangga

BAB I PENDAHULUAN. dilindungi oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

Lampiran 1. Sampel. Universitas Sumatera Utara

BAB II DESKRIPSI LOKASI PRAKTIK LAPANGAN MANDIRI. A. Sejarah Singkat UPT Medan Utara/ Dinas Pendapatan Sumatera Utara

diakses pada tanggal 12 Maret 2011 pukul WIB 1di Medan

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Tahun Komoditas

BAB I PENDAHULUAN. kerja pengelolaan pemerintahan, Indonesia dibagi menjadi daerah kabupaten dan. sendiri urusan pemerintahan dan pelayanan publik.

PENDAHULUAN. diantara dua benua besar Asia dan Australia, dan di antara Lautan Pasifik dan

Lampiran 1 Hasil Regression Model GLS FIXED EFFECT (FEM)

KEMENTERIAN KESEHATAN RI DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN PENYAKIT DAN PENYEHATAN LINGKUNGAN

Waktu Penelitian. Tahapan Penelitian. Bulan. Desember. ber

KAWASAN HUTAN PROVINSI SUMATERA UTARA

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses yang menyebabkan. pendapatan perkapita suatu masyarakat meningkat dalam jangka panjang

DAFTAR PENERIMA SURAT Kelompok I

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bawang merah merupakan komoditi hortikultura yang tergolong sayuran rempah. Sayuran rempah ini banyak dibutuhkan terutama sebagai pelengkap bumbu masakan guna menambah cita rasa dan kenikmatan makanan. Kebutuhan masyarakat terhadap bawang merah akan terus meningkat seiring dengan pertambahan jumlah penduduk dan daya belinya. Agar kebutuhannya dapat selalu terpenuhi maka harus diimbangi dengan jumlah produksinya. Saat ini produksi bawang merah lebih banyak diproyeksikan untuk kebutuhan dalam negeri, sedangkan untuk ekspor jumlahnya masih relatif rendah. Pengusahaan bawang merah oleh para petani pada umumnya dilakukan 3 kali dalam setahun, yakni 2 kali pada musim kemarau (April September) dan sekali pada musim hujan (Oktober Desember). Lamanya waktu pengelolaan, mulai pengolahan tanah sampai dengan panen dan pengeringan, sekitar 3 bulan (Rahayu, 1999). Bawang merah termasuk komoditas utama dalam prioritas pengembangan sayuran dataran rendah di Indonesia, karena selain sudah ratusan tahun lamanya dibudidayakan, sekaligus merupakan salah satu sumber pendapatan petani maupun ekonomi negara. Meskipun harga pasar sering naik turun (terjadi fluktuasi cukup tajam), usahatani bawang merah tetap menjadi andalan petani, terutama di musim kemarau karena menghasilkan keuntungan yang memadai (Rukmana, 1994). 1

2 Produksi bawang merah sendiri di Sumatera Utara terbilang cukup besar baik dari besarnya luas lahan, produksi maupun produktivitas. Dalam kurun waktu 5 tahun (2009-2013) tingkat persentasenya telah disajikan pada Tabel 1.1. Tabel 1.1. Indeks Berantai Produksi, Luas Lahan dan Produktivitas Bawang Merah di Provinsi Sumatera Utara (%). 2009 2010 2011 2012 2013 Produksi 104,24 74,38 132,25 113,71 58,67 Luas Panen 111,39 98,62 101,76 114,23 66,29 Produktivitas 91,77 69,21 89,95 89,54 79,25 Sumber : Indikator Pertanian Sumatera Utara, 2013 Tabel 1.1 menunjukkan bahwa besar persentase indeks berantai luas panen, produksi dan produktivitas bawang merah di Provinsi Sumatera Utara dari tahun 2009 2013 mengalami fluktuasi. Kabupaten Dairi adalah salah satu daerah di Sumatera Utara yang menjadi sentra produksi bawang merah. Kabupaten Dairi terdiri dari 15 kecamatan, salah satunya yaitu Kecamatan Silahisabungan. Data besar luas panen, produksi dan produktivitas di Kecamatan Silahisabungan telah disajikan pada Tabel 1.2. Tabel 1.2. Besar Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas di Kecamatan Silahisabungan 2010 2011 2012 2013 Luas Panen (ha) 350 361 368 370 Produksi (ton) 2625 2714,72 2778 2790 Produktivitas (ton/ha) 7,5 7,52 7,55 7,54 Sumber : Dairi dalam Angka, 2014 Berdasarkan Tabel 1.2 yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik dalam buku yang berjudul Dairi dalam Angka Tahun 2014 dapat dilihat bahwa Kecamatan Silahisabungan dari tahun 2010 sampai 2013 tingkat produksinya selalu menunjukkan kenaikan. Maka dari itu peneliti memilih lokasi penelitian 2

3 yang berada di Desa Silalahi III, Kecamatan Silahisabungan, Kabupaten Dairi untuk melakukan penelitian tentang produksi bawang merah. Produktivitas bawang merah di Kabupaten Dairi saat ini masih berada dalam urutan ketiga dari kabupaten/kota yang memproduksi bawang merah di Provinsi Sumatera Utara. Data produktivitasnya dilihat pada Tabel 1.3. Tabel 1.3. Produktivitas Bawang Merah Per Kabupaten/Kota di Sumatera Utara Tahun 2015 No Kabupaten Produktivitas (ton/ha) 1 Nias - 2 Mandailing Natal - 3 Tapanuli Selatan - 4 Tapanuli Tengah - 5 Tapanuli Utara 91,69 6 Toba Samosir 64,52 7 Labuhan Batu - 8 Asahan - 9 Simalungun 128,26 10 Dairi 82,84 11 Karo 68,80 12 Deli Serdang - 13 Langkat - 14 Nias Selatan - 15 Humbang Hasundutan 77,48 16 Pak-Pak Barat - 17 Samosir 64,41 18 Serdang Bedagai - 19 Batu Bara - 20 Padang Lawas Utara - 21 Padang Lawas - 22 Labuhan Batu Utara - 23 Labuhan Batu Selatan - 24 Nias Utara - 25 Nias Barat - 26 Tanjung Balai - 27 Pematang Siantar - 28 Tebing Tinggi - 29 Medan - 30 Binjai - 31 Padang Sidimpuan - 32 Gunung Sitoli - Sumber: Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara (Diolah), 2015 3

4 Berdasarkan data produktivitas bawang merah pada Tabel 1.3 dapat dilihat bahwa produktivitas di Kabupaten Dairi adalah sebesar 82,84 ton/ha. Besar produktivitas bawang merah di Kabupaten Dairi ini masih lebih rendah bila dibandingkan dengan Kabupaten Simalungun dan Kabupaten Tapanuli Utara. Karena adanya perbedaan produktivitas ini, maka peneliti melakukan suatu penelitian dimana tingkat produktivitas bawang merah sangat terkait dengan penggunaan faktor produksi yang nantinya akan menghasilkan jumlah produksi yang berbeda pula. Permasalahan yang sering menyebabkan rendahnya produksi petani bawang merah karena adanya perbedaan antara harga di tingkat petani dengan harga beli di pasar. Fluktuasi harga bawang merah dapat dilihat pada Tabel 1.4. Tabel 1.4. Harga Bawang Merah di Tingkat Petani dan di Pasar di Kabupaten Dairi Tahun 2016 Bulan Harga Petani (Rp/Kg) Harga Pasar (Rp/Kg) Januari 34.000 36.000 Februari 25.000 29.000 Maret 34.000 39.500 April 35.000 38.000 Mei 33.000 40.000 Juni 27.000 33.000 Juli 25.000 31.000 Agustus 25.000 31.000 September 24.000 29.000 Oktober 22.000 23.000 November 17.000 31.000 Desember 20.000 25.000 Sumber: Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara (Diolah), 2016 Berdasarkan data harga bawang merah di tingkat petani dan pasar pada Tabel 1.4, dapat dilihat harga di tingkat petani dan pasar dari bulan ke bulan sangat berfluktuasi. Fluktuasi harga terutama di tingkat petani dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Harga tertinggi di tingkat petani yaitu pada bulan April yaitu 4

5 Rp 35.000 dan harga terendah pada bulan November sebesar Rp 17.000. Permintaan bawang merah yang terus meningkat mengakibatkan harga bawang merah juga akan naik. Kenaikan harga bawang merah akan berdampak pada penurunan produksi bawang merah. Berdasarkan latar belakang tersebut, perlu dilakukan suatu penelitian dengan judul Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Bawang Merah (Studi Kasus: Desa Silalahi III Kecamatan Silahisabungan Kabupaten Dairi). 1.2. Identifikasi Masalah Identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah: Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi produksi bawang merah di daerah penelitian? 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan dalam penelitian ini adalah: Untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi bawang merah di daerah penelitian. 1.4. Kegunaan Penelitian Kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Sebagai bahan informasi bagi petani bawang merah dalam upaya peningkatan produksi, khususnya petani bawang merah di daerah penelitian. 2. Sebagai bahan masukan bagi pemerintah dan instansi-instansi terkait dalam melaksanakan pembangunan pertanian. 3. Sebagai bahan informasi dan referensi bagi pihak-pihak yang membutuhkan. 5