BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Aspek-Aspek Perpajakan yang Timbul dalam Perusahaan PT. XXX yang Bergerak dalam Bidang Jasa Konstruksi.

dokumen-dokumen yang mirip
MAKALAH PERPAJAKAN. Disusun Oleh : Florentina Rosalia Marseli UNIVERSITAS SRIWIJAYA

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

BAB IV EVALUASI PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 PADA PT TGS

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 138 TAHUN 2000 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEBIJAKAN PERPAJAKAN TERHADAP YAYASAN/LEMBAGA PENYELENGGARA PENDIDIKAN

Kewajiban yang harus dipenuhi oleh wajib pajak badan setelah memperoleh NPWP

BAB I PENDAHULUAN. pajak, baik pajak pusat maupun pajak daerah, ini terbukti pada tahun 2014

Pertemuan 5 PAJAK PENGHASILAN PASAL 23, 25, & 26

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

PAJAK PERUSAHAAN Pajak penghasilan perusahaan Pajak pihak ketiga PPN dan PPnBM Pajak Lain-lain 2

S-1081/PJ.313/2005 PENGENAAN TARIF ATAS JASA KONSTRUKSI (SE- 13/PJ.42/2002)

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. berhubungan dengan penghasilan juga berhubungan dengan Pajak

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK

ANALISIS KOREKSI FISKAL TERHADAP LAPORAN LABA RUGI KOMERSIAL PT TIMUR JAYA NUSANTARA

BAB IV. EVALUASI PERHITUNGAN PPh BADAN PADA MPT. EVALUASI PERHITUNGAN PPh BADAN PADA MPT

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Evaluasi Pada Laporan Laba Rugi PT Rysban Jaya Agung

AGEN LPG 3KG DAN ASPEK PERPAJAKANNYA KPP PRATAMA JEMBER

Ruang Lingkup Jasa Konstruksi

BAB III DASAR PENGENAAN PPh PASAL 23 DAN DASAR PENGENAAN PPN ATAS EPC PROJECT. Jasa konstruksi merupakan salah satu jasa yang cukup berkembang di

BAB I PENDAHULUAN. sendiri. Agar tujuan perusahaan dapat tercapai, maka semua faktor-faktor

BAB IV. EVALUASI PROSES PEMOTONGAN, PENYETORAN DAN PELAPORAN PPh PASAL 23/26 PADA PT. FEDERAL INTERNATIONAL FINANCE

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. 1. Perbedaan pelakuan pajak penghasilan

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Penghitungan Pajak yang Dilakukan oleh PT Semar Jaya Indah Tahun

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 1985 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN 1984 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Perencanaan Pajak Penghasilan Dalam Rangka Meminimalkan Beban

BAB IV PEMBAHASAN. IV.I Analisis Rekonsiliasi Laporan Laba Rugi Pada PT.NRI

AKUNTANSI PERPAJAKAN KELOMPOK : IV APRIDA DEWI DEVI JUNIANTY ( ) TASLIM GOTAMI

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1) Pengertian Pajak Penghasilan. 2) Subjek Pajak Penghasilan. Undang Pajak Penghasilan Nomor 36 tahun 2008, yaitu.

PERLAKUAN PAJAK PENGHASILAN ATAS PERUBAHAN BENTUK USAHA (STUDI KASUS DI RESTORAN T)

SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK BADAN

BAB IV REKONSILIASI KEUANGAN FISKAL UNTUK MENGHITUNG PAJAK. TERUTANG PADA PT. KERAMIKA INDONESIA ASSOSIASI. Tbk

BENDAHARA SEBAGAI PEMOTONG/PEMUNGUT PAJAK PENGHASILAN DENGAN TARIF KHUSUS YANG BERSIFAT FINAL DAN TIDAK FINAL BAB V

SKEMA KEMUNGKINAN PENGEMBALIAN PAJAK

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. sebelumnya, maka penulis membuat simpulan dari seluruh pembahasan yaitu sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pajak merupakan sumber pendapatan pemerintah untuk membiayai pengeluaran pengeluaran negara yang ditujukan

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Dokter merupakan seseorang yang memiliki kompetensi di bidang kesehatan dan

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA dengan akta notaris Adri Dwi Purnomo, SH. Nomor 24/2006. Yang

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Biaya Pada Laporan Laba Rugi pada PT QN

III/$ 2 0 A A KREDIT PAJAK DALAM NEGERI N P W P : NAMA WAJIB PAJAK : PERIODE PEMBUKUAN : s.d.

BAB IV ANALISIS DATA DAN HASIL PENELITIAN. perusahaan perlu mendapat perhatian khusus dalam penetapan kebijakan baik

Nama :... (1) NPWP :... (2) Alamat :... (3) Daftar Jumlah Penghasilan dan Pembayaran PPh Pasal 25. Peredaran Usaha (Perdagangan) Alamat

SPT TAHUNAN SEBELUM MENGISI BACA DAHULU BUKU PETUNJUK PENGISIAN ISI DENGAN HURUF CETAK/DIKETIK DENGAN TINTA HITAM BERI TANDA "X" PADA

Catatan: - Untuk Point 1, 3, 4 dan 5 dalam hal Wajib Pajak tidak mempunyai NPWP, besarnya tarif pemotongan adalah lebih tinggi 20% (Dua puluh persen).

BAB IV PEMBAHASAN. Pengenaan Pajak atas Penghasilan PT PIBS. PT PIBS adalah perusahaan yang bergerak di bidang konstruksi.

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Laporan laba rugi fiskal Sebagai Dasar penghitungan Pajak Penghasilan

BAB IV REKONSILIASI FISKAL UNTUK MENGHITUNG PAJAK TERUTANG PADA PERUSAHAAN KONTRAKTOR PT. MANDIRI CIPTA

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Laporan laba rugi fiskal Sebagai Dasar penghitungan Pajak Penghasilan

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

ABSTRAK. : Pajak Penghasilan, Laporan Keuangan Komersial, Laporan Keuangan Fiskal, Rekonsiliasi Fiskal.

FORMAT SURAT KEPUTUSAN PENGEMBALIAN PENDAHULUAN KELEBIHAN PAJAK: KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

BAB IV PEMBAHASAN. komersial, namun untuk menjadi dasar pelaporan SPT Tahunan, PT. Dipta Adimulia

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

NOMOR :. TANGGAL : MULAI TAHUN PAJAK :

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1 Analisis Biaya Pada Laporan Laba Rugi PT. DS. Pada prinsipnya terdapat perbedaan pengakuan penghasilan dan beban antara

Akuntansi Pajak Atas Liabilitas (Kewajiban)

Kementerian Keuangan RI Direktorat Jenderal Pajak PJ.091/PL/S/006/

I. UMUM II. PASAL DEMI PASAL. Pasal 1. Cukup jelas. Pasal 2

SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK BADAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Laporan Keuangan Fiskal Sebagai Dasar Penghitungan Penghasilan

PAJAK PENGHASILAN UMUM DAN NORMA PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN

PAJAK PENGHASILAN PASAL 25

KONSEP DASAR AKUNTANSI PAJAK

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pajak. Pajak adalah suatu kewajiban kenegaraan dan pengapdiaan peran aktif

MINGGU KE LIMA PPH PASAL 23, 26, DAN 25 PAJAK PENGHASILAN PASAL 23

4Dra.Riiyati UNIVERSITAS INDONESIA. , ip YerItas, Pro itas, 9ustItia. Prof. Dr. Heri Hermansyah, S.T., M.Eng.

BAB 1 PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang cukup

SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK BADAN

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10/PMK.03/2013 TENTANG

BAB 4 PEMBAHASAN. Bentuk usaha ini memiliki ciri dan karakter masing masing. Ada yang hanya bertujuan

2

BAB IV EVALUASI DAMPAK PERENCANAAN PAJAK TERHADAP OPTIMALISASI BEBAN PAJAK PT ARTHA DAYA COALINDO.

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB IV EVALUASI PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK PPH BADAN PT LAM. diwajibkan untuk memenuhi kewajiban perpajakannya. Sebagai Wajib Pajak badan, PT

BAB IV PEMBAHASAN. Penjelasan mengenai akun akun dalam laporan keuangan PT Mitra Wisata Permata

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

4. PPh TERUTANG (Pilih salah satu sesuai dengan kriteria Wajib Pajak. Untuk lebih jelasnya, lihat Buku Petunjuk Pengisian SPT) 10a. 10b.

Landasan Hukum: Pasal 23 UU PPh PMK No. 244/ PMK.03/ 2008

No dan investasi Harta ke dalam wilayah NKRI, sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Pengampunan Pajak, dan bagi Wajib Pajak yang tidak mengik

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 187/PMK.03/2015 TENTANG

UU 10/1994, PERUBAHAN ATAS UNDANG UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH DENGAN UNDANG UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1991

SPT TAHUNAN PPh WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI

Perpajakan 1. UAS Semester Genap 2014/2015

SPT TAHUNAN PPH WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI

SPT TAHUNAN PPh WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI 2 0

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Ketentuan Formal Perpajakan PT Cipta Sukma Mandiri Nomor Pokok Wajib Pajak

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Subjek Pajak PPh Pasal 23

PAJAK WP ORANG PRIBADI

BAB II LANDASAN TEORI / PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Pengertian bank menurut Pasal 1 Undang-undang No.10 Tahun 1998

FORMAT SURAT KEPUTUSAN PENGEMBALIAN PENDAHULUAN KELEBIHAN PAJAK : KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 27/PJ.

Transkripsi:

BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Aspek-Aspek Perpajakan yang Timbul dalam Perusahaan PT. XXX yang Bergerak dalam Bidang Jasa Konstruksi. PT. XXX adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang usaha jasa konstruksi yang mempunyai dua bentuk pajak penghasilan. Dan dua bentuk pajak penghasilan itu merupakan aspek-aspek yang timbul dalam PT. XXX. Yang dimaksud dua bentuk pajak penghasilan yaitu pajak penghasilan yang bersifat final dan pajak penghasilan yang bersifat tidak final. Pajak penghasilan yang bersifat final adalah penghasilan yang pengenaannya sudah final (berakhir) sehingga tidak dapat dikreditkan (dikurangkan) dari total Pajak Penghasilan terutang pada akhir tahun. Pajak penghasilan yang bersifat final yang dimaksud dalam penghasilan perusahaan yaitu penghasilan yang benar-benar berasal dari penghasilan usaha jasa konstruksi. Jenis penghasilan yang bersifat final ini akan dikenakan potongan PPh berdasarkan pasal 4 ayat (2) UU PPh dengan kriteria sebagai berikut: 29

Tabel 4.1 Tarif Pengenaan Pajak Final Jasa Konstruksi Memiliki Klasifikasi Usaha Bentuk Pekerjaan Klasifikasi Usaha Tarif Sifat Pelaksanaan konstruksi Kecil 2% Final Menengah dan besar 3% Final Perencanaan dan pengawasan Kecil, menengah dan besar 4% Final Tidak memiliki Klasifikasi Usaha Bentuk Pekerjaan Tarif Sifat Pelaksanaan konstruksi 4% Final Perencanaan dan pengawasan 6% Final Sesuai dengan PPh Pasal 4 ayat (2), dasar pengenaan pajak adalah sebesar nilai perjanjian dikurangi dengan besarnya PPN yang dipungut. Sedangkan pajak penghasilan yang bersifat tidak final adalah pajak penghasilan yang dihitung dari penghasilan netto yaitu penghasilan bruto kurang lebih biaya-biaya untuk memperoleh, menagih dan memelihara penghasilan pajak penghasilan dihitung dari penghasilan bruto tanpa memperhitungkan biaya-biaya untuk memperoleh, menagih, dan memelihara penghasilan. Pajak penghasilan yang bersifat tidak final yang dimaksud dalam penghasilan perusahaan yaitu penghasilan perusahaan yang berasal dari hasil menyewakan alat-alat berat seperti eskafator,crane, dan alat-alat berat lainnya. Jenis pajak penghasilan yang bersifat tidak final akan dikenakan tarif dan dasar pengenaan pajak tertentu yang diatur pada Pasal 1 Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 244/PMK.03/2008 yang menyatakan bahwa Imbalan yang berehubungan dengan jasa lain (selain jasa yang telah dipotong Pajak Penghasilan) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (1) huruf c angka 2 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan yang telah beberapa kali diubah dengan 30

Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008, tarif potong Pajak Penghasilan sebesar 2% (dua persen) dari jumlah bruto tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai dengan jenis sebagai berikut: 1. Jasa instalasi/pemasangan mesin, peralatan, listrik, telepon, air, gas, AC, dan/atau TV kabel, selain yang dilakukan oleh Wajib Pajak yang ruang lingkupnya di bidang konstruksi dan mempunyai izin dan/atau sertifikasi sebagai pengusaha konstruksi. (Sumber: Pasal 23 UU PPh jo. Pasal 1 ayat (2) huruf r Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 244/PMK.03/2008). 2. Jasa perawatan/perbaikan/pemeliharaan mesin, listrik, telepon, air, gas, AC, TV kabel, alat transportasi/kendaraan dan/atau bangunan, selain yang dilakukan oleh Wajib Pajak yang ruang lingkupnya di bidang konstruksi dan mempunyai izin dan/atau sertifikasi sebagai pengusaha konstruksi. (Sumber: Pasal 23 UU PPh jo. Pasal 1 ayat (2) huruf s PMK Nomor 244/PMK.03/2008). 4.2 Permasalahan yang Ada Pada Perusahaan PT.XXX yang Mempunyai Penghasilan Final dan Tidak Final. Terkait dengan kewajiban pajak PPH Badan, terdapat beberapa perusahaan yang hanya memiliki kewajiban pajak final. Penghasilan yang dikenakan pajak bersifat final adalah penghasilan-penghasilan tertentu yang dikenai PPh dengan tarif (final) baik yang melalui pemotongan oleh pihak lain atau dengan menyetor sendiri. Penghasilan-penghasilan tersebut 31

perlu diberikan perlakuan khusus dalam pengenaan pajaknya dengan pertimbangan antara lain perlu adanya dukungan dalam perkembangan investasi dan tabungan masyarakat, kesederhanaan dalam pemungutan pajak, berkurangnya beban administrasi baik untuk Wajib Pajak ataupun Direktorat Jenderal Pajak, pemerataan dalam pengenaan pajaknya, dan memperhatikan perkembangan ekonomi dan moneter. Selain perusahaan yang hanya memiliki kewajiban pajak final dan perusahaan yang hanya memiliki kewajiban pajak tidak final saja, terdapat perusahaan yang memiliki dua jenis pajak penghasilan. Dua jenis pajak penghasilan yang dimaksud adalah pajak penghasilan yang bersifat final dan pajak penghasilan yang bersifat tidak final. Sesuai dengan topic penelitian ini, penelitian ini akan memfokuskan pada perusahaan yang memiliki kewajiban pajak final dan tidak final. Studi kasus ini dilakukan di PT. XXX. Perusahaan yang memiliki dua jenis pajak tersebut diantaranya perusahaan yang bergerak dalam bidang usaha jasa konstruksi. PT.XXX adalah salah satu perusahaan yang bergerak dalam bidang usaha jasa konstruksi. Oleh karena itu PT.XXX memiliki wajib pajak penghasilan yang bersifat final dan pajak penghasilan yang bersifat tidak final. Kepemilikan PT.XXX atas pajak penghasilan yang bersifat final dan pajak penghasilan yang bersifat tidak final menimbulkan konsekuensi atau permasalahan tersendiri. Permasalahan yang timbul sebagai akibat 32

dari kepemilikan dan kewajiban tersebut antara lain disebabkan karena adanya perbedaan : a. Perhitungan b. Pelaporan 4.2.1 Penghasilan Pajak Final PT. XXX Berikut apa saja yang termasuk Penghasilan Pajak Final: Tabel 4.2.1 Perbandingan Laba Rugi Final Jasa Konstruksi dengan PT. XXX Keterangan Laba Rugi Final Jasa Keterangan PT. XXX Konstruksi Pendapatan Pendapatan Jasa Konstruksi Perdagangan dan sewa Jumlah Pendapatan z Peredaran Usaha 85.000.000.000 Biaya operasional Biaya operasional Biaya pembelian A2 Pembelian barang 12.000.000.000 bahan material proyek Upah proyek/sopir B2 Tenaga kerja 2.500.000.000 langsung Biaya eksploitasi C2 Biaya 19.050.000.000 peralatan administrasi Biaya BBM D2 kantor (biaya gaji, peralatan/kendaraan sewa gedung, listrik dan telepon, angkutan barang, penyusutan) Biaya administrasi E2 proyek Pendapatan lainnya Bunga tabungan 15.000.000 33

4.2.2 Penghasilan Pajak Tidak Final PT. XXX Berikut Penghasilan Pajak Tidak Final: Tabel 4.2.2 Perbandingan Laba Rugi Tidak Final Jasa Konstruksi dengan PT. XXX Keterangan Laba Rugi Bukan Final Keterangan PT. XXX Dagang & Sewa Pendapatan Pendapatan Jasa Konstruksi Perdagangan dan sewa Jumlah Pendapatan x+y-z Peredaran Usaha 72.000.000.000 Biaya operasional Biaya operasional Biaya pembelian A1 bahan Upah proyek/sopir B1 Tenaga Kerja Langsung Biaya eksploitasi C1 peralatan Biaya BBM D1 peralatan/kendaraan Biaya administrasi E1 proyek Jumlah Biaya A1+B1+C1+D1+E1 Laba Kotor (x+y-z)-(a1+b1+c1+d1+e1) 1.250.000 Biaya Usaha Biaya Usaha Biaya Gaji pegawai F Biaya gaji karyawan 7.000.000.000 Biaya perjalanan g Biaya sewa gedung 1 1.500.000.000 dinas tahun Biaya pengangkutan H Biaya angkutan barang 8.000.000.000 Biaya telepon/komunikasi I Biaya listrik dan telepon 10.000.000.000 Biaya PLN dan J PDAM Biaya ATK K Biaya ATK 4.500.000.000 Biaya BBM L Kendaraan Biaya Administrasi M bank Biaya surat-surat N kendaraan Biaya pemeliharaan O kendaraan Biaya pemeliharaan P Biaya pemeliharaan alat 1.100.000.000 peralatan berat Penyusutan inventaris Q Biaya penyusutan 8.000.000.000 34

Keterangan Penyusutan kendaraan Penyusutan peralatan Biaya Administrasi lainnya Biaya sumbangan Biaya PPh Jumlah Biaya Usaha Laba Usaha Laba Rugi Bukan Final Dagang & Sewa U V W (x+y-z)-(a1+b1+c1+d1+e1)- W Keterangan PT. XXX R S T Biaya tabungan 30.000.000.000 4.3 Perhitungan PPh Final dan Tidak Final pada Perusahaan PT.XXX yang Bergerak pada Bidang Jasa Konstruksi. Berikut table perhitungan PPh Final dan Tidak Final PT. XXX: Tabel 4.3 Perhitungan PPh Final dan Tidak Final PT. XXX Periode 1 Januari 31 Desember 2015 35

Sumber: Data diolah, 2017 Dapat dilihat dari tabel 4.6 diatas bahwa PT.XXX dalam setahun memiliki peredaran usaha (tidak final) sebesar 72.000.000.000, (final) sebesar 85.000.000, dan (gabungan final dan tidak final) sebesar 157.000.000.000. Harga pokok penjualan penghasilan tidak final diperoleh dari total penghasilan non final dalam setahun. Harga pokok penjualan penghasilan final diperoleh dari total penghasilan final dalam setahun. Harga pokok penjualan gabungan dari penghasilan final dan tidak final diperoleh dari jumlah harga pokok final dan tidak final. Sehingga menghasilkan laba bruto penghasilan tidak final yang di peroleh dari jumlah peredaran usaha penghasilan tidak final dikurangi dengan harga pokok penghasilan tidak final. Laba bruto penghasilan final diperoleh dari jumlah peredaran usaha penghasilan final dikurangi dengan harga pokok penjualan penghasilan final. Laba bruto gabungan diperoleh dari jumlah laba bruto penghasilan tidak final dengan laba bruto penghasilan final. Laba usaha penghasilan tidak final diperoleh dari laba bruto penghasilan tidak final dikurangi dengan semua biaya administrasi kantor penghasilan tidak final. Laba usaha final diperoleh dari laba bruto penghasilan final dikurangi dengan semua biaya administrasi kantor 36

penghasilan final. Dan laba usaha gabungan diperoleh dari laba usaha penghasilan tidak final ditambah laba usaha penghasilan final. Laba neto komersial penghasilan tidak final diperoleh dari jumlah laba usaha penghasilan tidak final ditambah dengan jumlah pendapatan dan biaya lain penghasilan tidak final. Laba neto penghasilan final diperoleh dari jumlah laba usaha penghasilan final ditambah dengan jumlah pendapatan dan biaya lain penghasilan final. Laba neto komersial gabungan diperoleh dari jumlah laba neto komersial penghasilan final dan tidak final. Laba fiskal penghasilan tidak final diperoleh dari laba neto komersial penghasilan tidak final di kurangi koreksi fiskal penghasilan tidak final. Laba fiskal penghasilan final diperoleh dari laba neto komersial penghasilan final dikurangi koreksi fiskal penghasilan final. Laba fiskal gabungan diperoleh dari laba fiskal penghasilan tidak final ditambah laba fiskal penghasilan final. Tarif PPh penghasilan tidak final diperoleh dari 25% laba fiskal penghasilan tidak final. Tarif PPh final diperoleh dari 2% laba fiskal penghasilan final. Laba setelah pajak penghasilan tidak final diperoleh dari jumlah laba fiskal penghasilan tidak final di kurangi tarif PPh penghasilan tidak final. Laba setelah pajak penghasilan final diperoleh dari jumlah laba fiskal penghasilan final dikurangi tarif PPh penghasilan final. Laba 37

sesudah pajak gabungan diperoleh dari laba setelah pajak penghasilan tidak final ditambah laba setelah pajak penghasilan final. 4.4 Cara Pembayaran dan Pelaporan PPh Tahunan Badan untuk Perusahaan yang Bergerak dalam Bidang Usaha Jasa Konstruksi. Pelaporan dan pembayaran merupakan suatu hak dan kewajiban bagi Wajib Pajak (WP). Sebagamana telah diatur dalan Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, Wajib Pajak atau pihak perusahaan PT.XXX dapat menggunakan Surat Pemberitahuan (SPT) sebagai sarana untuk melaporkan kewajiban perhitungan jumlah pajak yang terutang. SPT merupakan sarana dan mempunyai makna yang sangat penting karena dapat berfungsi untuk melaporkan atau pelunasan pembayaran pajak, melaporkan harta kewajiban, dan penyetoran pajak dari pemotong yang bersumber dari pemotong pajak. SPT mempunyai dua bentuk yaitu SPT Masa dan SPT Tahunan. SPT Masa adalah SPT suatu masa Pajak (bulanan), ada 9 (Sembilan) jenis SPT Masa yaitu untuk melaporkan pembayaran bulanan Pajak Penghasilan (PPh) pasal 21, PPh Pasal 22, PPh pasal 23, PPh Pasal 25, PPh Pasal 26, PPh Pasal 4 ayat 2, PPh Pasal 15, Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM), dan pemungut PPN. Sedangkan yang dimaksdu dengan SPT Tahunan adalah SPT untuk suatu tahun pajak, ada 2 (dua) jenis Pajak Tahunan yaitu SPT PPh WP Badan (1771) dan SPT PPh WP Orang Pribadi (1770S dan 1770SS). 38

Pajak penghasilan yang telah dipotong oleh pengguna jasa pada saat pembayaran, dalam hal pengguna jasa ini merupakan pemotong pajak. Apabila pengguna jasa itu adalah badan pemerintah, subjek pajak badan dalam negeri, bentuk usaha tetap atau wajib pajak orang pribadi dalam negeri ditunjuk oleh Direktur Jenderal Pajak, maka dipotong oleh pengguna jasa pada saat pembayaran uang muka dan termin. 39