BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan paparan mengenai pendidikan tersebut maka guru. mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam dirinya.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyelenggaraan pendidikan tidak lepas dari kegiatan belajar dan mengajar (KBM). Salah satunya pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Tugas utama seorang guru adalah mendidik, mengajar dan melatih siswanya. Agar mampu melaksanakan tugas tersebut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang mempunyai tugas untuk

BAB I PENDAHULUAN. terlihat pada rendahnya kualitas pendidikan, dengan adanya kenyataan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kelas. 1 Dalam undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. membantu peserta didik menguasai tujuan-tujuan pendidikan. Interaksi

BAB I PENDAHULUAN. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka. Keberhasilan pendidikan dipengaruhi oleh perubahan dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu hal yang harus dipenuhi dalam upaya meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. commit to user

BAB I. melalui proses pendidikan akan memunculkan manusia-manusia yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yuanita, 2013

I. PENDAHULUAN. keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

dengan memberi tekanan dalam proses pembelajaran itu sendiri. Guru harus mampu menciptakan kondisi pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif,

BAB I PENDAHULUAN. yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan kunci utama bagi kemajuan suatu bangsa. manusia melalui peningkatan kualitas pendidikan. Undang-Undang Sistem

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Nasional sebagaimana tercantum dalam garis-garis besar

BAB I PENDAHULUAN. situasi pergaulan (pendidikan), pengajaran, latihan, serta bimbingan.

BAB I PENDAHULUAN. Kaling berpenghasilan dari hasil membuat batu bata dan karyawan. anak jadi rendah sehingga prestasi juga rendah pula.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. IPTEK, dituntut sumber daya manusia yang handal dan mampu bersaing secara

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL INQUIRY PADA MATA PELAJARAN IPA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN. Bab I ketentuan umum pada pasal 1 dalam UU ini dinyatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. salah satu tujuan pembangunan di bidang pendidikan. antara lain: guru, siswa, sarana prasarana, strategi pembelajaran dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peningkatan mutu pendidikan khususnya di sekolah dasar (SD) menjadi fokus perhatian dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan akhlak mulia, serta

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bimbingan, pengajaran dan latihan bagi perannya dimasa mendatang. Pendidikan di Indonesia diselenggarakan guna memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya yang berlangsung sepanjang hayat. Oleh karena itu maka setiap manusia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. demi peningkatan kualitas maupun kuantitas prestasi belajar peserta didik,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

dapat dikatakan berdiri sendiri-sendiri, melainkan saling berhubungan erat satu sama lain. Menurut Susanto (2013: 4) Belajar adalah suatu aktivitas

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bekerjasama. Akan tetapi banyak persoalan-persoalan yang sering muncul dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. berpengaruh dalam kemajuan suatu bangsa. Pendidikan juga awal dari. terbentuknya karakter bangsa. Salah satu karakteristik bangsa yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pendidikan merupakan proses pelatihan untuk. webster s New Word Dictionary Sagala (2007: 1), sehingga mampu

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia mulai mendapat perhatian khusus dari pemerintah. Terbukti

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. kecerdasan, (2) pengetahuan, (3) kepribadian, (4) akhlak mulia, (5)

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadi tuntutan wajib bagi setiap negara, pendidikan memegang

BAB I PENDAHULUAN. sehingga menjadi mandiri. Secara umum dapat dikatakan bahwa pendidikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan yang cerdas dan berkarakter dalam mengembangkan potensinya.

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dasar, fungsi, dan tujuan pendidikan nasional di Indonesia telah ditetapkan

SANTI BBERLIANA SIMATUPANG,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam kehidupan suatu negara memegang peranan yang. sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa.

UPAYA PENINGKATAN PEMAHAMAN SISWA TERHADAP MATERI KUBUS DAN BALOK MELALUI METODE PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pengalaman peneliti mengajar mata pelajaran fisika di. kelas VIII salah satu SMP negeri di Bandung Utara pada semester

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) belakangan ini

BAB I PENDAHULUAN. suatu bangsa. Pendidikan menurut Undang-undang tentang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. SD Negeri Tlahap terletak di Desa Tlahap Kecamatan Kledung Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN. (KTSP) memasukkan keterampilan-keterampilan berpikir yang harus dikuasai

Eliana Yunitha Seran STKIP persada Khatulistiwa, Jl. Pertamina KM 4- Sengkuang- Sintang

BAB I PENDAHULUAN. usaha sistematis yang terorganisasi untuk memajukan belajar, membina

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam bidang pendidikan merupakan sarana yang tepat dalam. pendidikan dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting untuk menjamin

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan hal yang paling pokok dalam

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa secara utuh. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) yang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kurikulum menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (19) adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajara nuntuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Sedangkan pengembangan Kurikulum 2013 merupakan langkah lanjutan Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi yang telah dirintis pada tahun 2004 dan yang mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara terpadu. Selain itu menurut Porwanto Ngalim (2004:1). Kurikulum meliputi segala aspek kehidupan dan apangan hidup manusia dalam masyarakat moderen ini dapat dimasukkan kedalam tanggung jawab sekolah, yang dapat dipergunakan untuk mengembangkan pribadi murid serta memberi sumbangan untuk memperbaiki kehidupan masyarakat. Di zaman modern seperti sekarang ini pendidikan merupakan investasi jangka panjang yang memerlukan usaha dan dana yang cukup besar, hal ini sangat diakui oleh semua orang. Undang-Undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Berjalannya pergantian kurikulum, kita harus selalu tanggap dalam menerima perubahan tersebut. Perubahan dari KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) ke Kurikulum 2013 yang baru berjalan 1 semester dan beberapa saat lalu di berhentikan oleh menteri pendidikan dan sekarang diganti lagi dengan 1

2 kurikulum 2006 atau KTSP. Hal itu tentu saja sangat terburu-buru, tetapi kita sebagai warga Negara Indonesia tetap harus mengikuti aturan tersebut. Untuk mencapai tujuan pembelajaran dalam kegiatan belajar mengajar yang telah ditentukan, guru memiliki peran penting di antaranya interaksi yang halus dan berfariasi antara guru, siswa, bahan pelajaran, kelas, dan lingkungan kultural dalam (popham, 2008:5). Selain itu guru di tuntut mampu menguasai teknik dan metode pembelajaran yang efektif dan efesien, penggunaan model yang semakin efektif membuat tujuan belajar tercapai. Dengan demikian maka model adalah cara, yang fungsinya merupakan alat untuk mencapai satu tujuan. Hal ini berlaku bagi guru (model mengajar) maupun bagi siswa. Berbagai macam model yang digunakan dalam pembelajaran membuat seorang guru harus mampu untuk dapat menyesuaikan penggunaan model dengan memperhatikan berbagai faktor diantaranya disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai kondisi peserta didik dan lingkungan, tersedianya sarana dan prasarana, serta kemampuan guru menggunakan metode tersebut. Secara umum Sekolah Dasar diselenggarakan dengan tujuan untuk mengembangkan sikap dan kemampuan serta memberikan pengetahuan dan keterampilan dasar yang diperlukan untuk hidup dalam masyarakat serta mempersiapkan peserta didik mengikuti pendidikan menengah dalam pelaksanaan pembelajaran, tugas utama seorang guru adalah mengajar mendidik dan melatih peserta didik mencapai taraf kecerdasan, budi pekerti, dan keterampilan yang optimal. Agar dapat mampu melaksanakan tugasnya dengan baik guru harus menguasai berbagai kemampuan dan keahlian. Guru dituntut menguasai materi pelajaran dan mampu menyajikan dengan baik serta mampu menilai kinerjanya. IPA atau Ilmu Pengetahuan Alam adalah salah satu mata pelajaran yang banyak disukai oleh siswa, tetapi tidak sedikit juga siswa yang merasa malas belajar IPA, mereka cenderung menganggap bahwa IPA merupakan pelajaran yang susah karena banyak materi yang cenderung bersifat hafalan. Biasanya siswa yang malas belajar IPA adalah siswa yang menyukai ilmu pasti matematika.

3 Padahal IPA merupakan mata pelajaran yang menentukan lulus tidaknya seseorang dalam menempuh jenjang pendidikan sekolahnya Pembelajaran IPA merupakan wahana untuk mengembangkan anak berfikir rasional dan ilmiah. Maka pelajaran IPA diupayakan mencapai hasil yang maksimal. Peningkatan prestasi belajar merupakan tujuan yang diikuti upaya peningkatan kualitas pembelajaran. Pelajaran IPA merupakan salah satu mata pelajaran yang mencakup materi yang cukup luas, dalam pelaksanaannya guru dituntut menjelaskan target ketuntasan belajar siswa, sehingga perlu perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan strategi, metode, media dan alat peraga serta sumber belajar yang memadai pula. Namun tidak sedikit guru dalam proses pembelajarannya tidak menggunakan alat peraga yang sesuai dengan materi, serta tidak menggunakan sumber belajar yang memadai. Berdasarkan temuan Depdiknas (2007), dari hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa masih banyak permasalahan pelaksanaan standarisasi mata pelajaran IPA, guru dalam menerapkan pembelajaran lebih menekankan pada metode yang mengaktifkan guru, pembelajaran yang dilakukan guru kurang kreatif, lebih banyak menggunakan metode ceramah dan kurang mengoptimalkan media pembelajaran sehingga siswa kurang kreatif dalam pembelajaran guru bertindak sebagai pengajar yang berusaha memberikan ilmu pengetahuan sebanyak-banyaknya dan peserta didik giat mengumpulkan atau menerimanya. Proses belajar yang dulunya didominasi dengan aktifitas menghafal dengan halhal yeng telah dipelajari (Suprijono, 2009:3). Pembelajaran di selenggarakan sesuai dengan tingkat pemahaman siswa tingkat intlektual dan tingkat perkembangan mental siswa. Konsep-konsep tersebut tersusun secara hierarkis, logis dan sistematis mulai dari konsep yang sederhana sampai kepada konsep yang kompleks. Oleh karenanya pembelajaran tematik di pelajari di SD karena pembelajaran ini berdasarkan pengalaman siswa. Maka standar kompetensi yang dimiliki siswa harus terus berkembang, apa lagi

4 dalam jenajang sekolah dasar. Tantangan terbesar guru adalah menanamkan konsep kepada siswa agar siswa itu dapat berkembang. Dalam proses pendidikan, siswa bersetatus sebagai subyek didik-siswa aktif belajar. Dalam evaluasi, kinerja siswa bersetatus sebagai objeg evaluasi kinerja siswa di cermati dan diperhatikan oleh evaluator dalam Arikunto Suharsismi (2012). Kegiatan belajar mengajar di rancang dan disusun dengan mengacu pada tujuan yang telah dirumuskan dalam Arikunto Suharsimi (2012). Permasalahan tersebut juga terjadi dalam pelaksanaan pembelajaran masih sering dijumpai kendala sehingga siswa kurang memahami materi yang dipelajari. Kendala dalam proses pembelajaran tersebut juga dihadapi oleh guru di SD Negeri Kaliwungu 02 Kabupaten Semarag IPA kurang baik. Untuk menghambat gejala-gejala tersebut, maka penelitian dalam proses kegiatan belajar mengajar menggunakan Setrategi Inkuiri khususnya pada mata pelajaran IPA kelas IV yang akan penulis teliti, sesuai dengan materi energi dan perubahannya. Setrategi Inkuiri Ini bertujuan agar siswa dapat menangkap dengan jelas materi yang dipelajari dan melatih siswa untuk lebih aktif dan kreatif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, siswa dituntut untuk lebih berkonsentrasi dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, karena siswa diajak langsung dalam mengerjakan sesuatu latihan untuk mengetahui pengaruh atau akibat dari sesuatu aksi dengan menggunakan media gambar sehingga akan memperkuat kemampuan kognitifnya dengan demikian pembelajaran menjadi bermakna dan tujuan pembelajaran IPA dapat tercapai. Strategi inkuiri menekankan pada semua pendidikan agar menerapkan kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses pemahaman materi pembelajaran. Banyak penelitian yang menjadi bukti bahwa strategi inkuiri sebagai strategi pembelajaran yang paling cocok digunakan untuk pembelajaran Sains, akan tetapi masih banyak guru yang tidak mau menggunakan strategi ini. Pada kenyataanya strategi inkuiri menjadi inti dari pembelajaran sains. Pemahaman bahwa inkuiri memiliki sintaks dimana siswa memiliki kemampuan

5 menarik kesimpulan sebagai suatu hasil dari berbagai kegiatan penyelidikan sederhana dalam pembelajaran sains. Proses pembelajaran inkuiri yang diawali dengan pernyataan dapat menumbuhkan keingintahuan siswa dalam melihat fenomena alam IPA. Dengan kegiatan-kegiatan tersebut pembelajaran IPA akan mendapat pengalaman langsung melalui pengamatan, diskusi dan penyelidikan sederhana. Pembelajaran ini dapat menumbuhkan sikap ilmiah siswa yang diindikasikan dengan merumuskan masalah, menarik kesimpulan sehingga mampu berfikir kritis melalui pembelajatan IPA dalam Susanto (2012:172). Tabel 1.1 Hasil Belajar IPA Pra Siklus Siswa Kelas IV SD N Kaliwungu 02 Kabupaten Semarang Semester II tahun 2014/2015 No Ketuntasan (KKM = 70) Jumlah Persentase 1 Tuntas 12 42,9 2 Belum tuntas 16 57,1 Jumlah siswa 28 Rata-rata 62 Skor maksimal 85 Skor minimum 40 Pada Kelas IV semester II tahun ajaran 2014/2015 materi energi dan perubahannya. Hasil pengamatan awal menunjukkna bahwa siswa kelas IV SD N kaliwungu 02 Kabupaten Semarang dalam mengikuti pelajaran masih rendah karena masalah yang mendasar dalam pelaksanaan pembelajarana guru belum memfasilitasi siswa dalam mengikuti pembelajaran. Hasil pengamatan awal terhadap proses pembelajaran siswa kelas IV SD N Kaliwungu 02 mencapai 42,9 % keadaan ini masih kurang dari tuntutan 100% siswa. Nilai mata pelajaran IPA baru mencapai 12 anak yang tuntas dari 28 siswa. Siswa yang belum tuntas sejumlah 57,1% atau sekitar 16 siswa. Berbagai upaya peningkatan kondisi tersebut telah dilakukan, namun belum mencapai hasil yang maksimal, karena belum menerapkan strategi pembelajaran yang memiliki potensi siswa untuk meningkatkan ketrampilan proses dalam belajar siswa. Berdasarkan hasil kajian pustaka menemukan bahwa strategi inkuiri berbantuan dengan media gambar

6 dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pelaksanaan pembelajaran pada mata pembelajaran IPA karena penggunaan gambar atau poster dengan strategi inkuiri cocok untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Berbagai penelitian tindakan kelas tentang penerapan strategi inkuiri dapat meningkatkan ketrampilan proses sain dan hasil belajar siswa. Untuk memperbaiki proses dan kompetensi hasil belajar tersebut akan diterapkan strategi inkuiri berbantuan dengan media gambar. Diharapkan setelah tindakan pembelajaran dilakukan, rata-rata tingkat ketrampilan mengamati siswa dapat meningkat. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah dapat diidentifikasikan rendahnya hasil belajar dikarenakan beberapa permasalahan yaitu : 1. Guru dalam menyampaikan materi pelajaran IPA lebih cenderung menggunakan metode konvensional yaitu metode ceramah jadi pembelajaran di kelas berpusat pada guru sehingga tidak ada variasi dalam penggunaan metode pembelajaran. 2. Siswa bosan dalam pembelajaran IPA karena terlalu banyak materi dan tidak menarik. 3. Siswa malas membaca dan mendengarkan guru yang sedang memberikan materi sehingga tidak benar-benar mengerti dan menguasai materi. 4. Hasil belajar rendah pada mata pelajaran IPA belum mencapai KKM 70 Berdasarkan observasi yang di lakukan nilai rata-rata ulangan pada mata IPA baru 42,9 % keadaan ini masih kurang dari tuntutan 100% siswa. Nilai mata pelajaran IPA baru mencapai 12 anak yang tuntas dari 28 siswa. Siswa yang belum tuntas sejumlah 57,1% atau sekitar 16 siswa, karena model atau strategi yang digunakan dalam pembelajatan masih menggunakan model konvensional atau guru hanya melakukan pembelajaran dengan metode ceramah yang mungkin dapat meningkatkan tingkat kejenuhan siswa untuk mengikuti pelajaran dikelas. Ditambah lagi dengan matei IPA yang banyak, materi sangat rumit dan penyampaian materi kurang menarik siswa juga tidak tertarik untuk membaca dan

7 mengikuti pembelajaran dikelas. Siswa yang di sekolah bermain, mendengarkan, mencatat ini diberikan hal baru yaitu dengan bermain sambil belajar dan bertindak atau melakukan yang diharapkan menjadi pembelajaran yang bermakna dan menyenangkan. Semua itu yang menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa sehingga terjadi ketidakpuasan pada diri guru dikelas tersebut. Berdasarkan hal-hal diatas perlu dilakukan penelitian dengan judul : Peningkatan Hasil Belajar IPA Menggunakan Strategi Inkuiri Berbantuan Media Gambar Siswa Kelas IV SD N Kaiwungu 02 Kabupaten Semarang Semester II Tahun 2014/2015 1.3 Cara Pemecahan Masalah Untuk menjawab masalah maka di ambil tindakan untuk menyelesaikan permasalahan tersebut yaitu. Dengan diterapkannya penggunaan media gambar dengan strategi inkuiri, diharapkan mampu meningkatkan hasil belajar siswa sehingga membuat pembelajaran yang diikuti siswa itu menjadi bermakna. 1.4 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang, maka dapat dirumuskan suatu permasalahan sebagai berikut : Apakah pembelajaran IPA melalui strategi inkuiri berbantuan media Gambar dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SD N Kaliwungu 02 semester II tahun 2014/2015?" 1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar IPA dengan menggunakan strategi inkuiri menggunakan media Gambar siswa kelas IV SD N Kaliwungu 02 Kabupaten Semarang Semester II tahun 2014/2015.

8 1.6. Manfaat Penelitian 1.6.1 Manfaat Teoritis Penelitian ini dapat menambah khazanah teori keilmuan khususnya dalam ilmu pendidikan dasar tentang strategi pengajaran yang tepat untuk peserta didik. 1.6.2 Manfaat Praktis Hasil dari penelitian tindakan kelas ini di harapkan dapat bermanfaat : 1. Bagi guru : Dapat memperbaiki dan meningkatkan pembelajaran di kelas sehingga permasalahan yang dihadapi oleh siswa maupun oleh guru dapat diminimalkan. 2. Bagi siswa : Hasil penelitian ini akan memberikan sumbangan yang baik bagi siswa untuk menumbuhkan dan meningkatkan minat siswa dalam pembelajaran. 3. Bagi Sekolah : Dapat memperoleh panduan inovatif strategi pembelajaran inkuiri dan media gambar yang diharapkan dapat diterapkan untuk kelas-kelas yang lain dan dengan Penelitian Tindakan Kelas ini dapat memberikan sumber pemikiran sebagai cara untuk meningkatkan kualitas pembelajaran khususnya pembelajaran IPA di SD N Kaliwungu 02 Kabupaten Semarang.