BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) juga dikenal dengan istilah sains. Kata sains berasal dari bahasa latin scienta yang berarti saya tahu, sedangkan dalam bahasa Inggris, kata sains berasal dari kata science yang berarti pengetahuan. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui manusia. Pengetahuan tentang agama, pendidikan, kesehatan, ekonomi, politik, sosial, dan alam sekitar. Ilmu adalah pengetahuan yang diperoleh secara ilmiah, artinya diperoleh dengan metode ilmiah. Dua sifat utama ilmu adalah rasional dan logis. Rasional berarti masuk akal, logis, atau dapat diterima akal sehat, sedangkan objektif artinya sesuai dengan objeknya sesuai dengan kenyataan atau sesuai dengan pengamatan. Secara umum ilmu pengetahuan alam di dapat secara empiris, yakni pengamatan langsung atas kejadian alam. IPA memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. IPA merupakan rumpun ilmu, memiliki karakteristik khusus yaitu mempelajari fenomena alam yang faktual (factual), baik berupa kenyataan (reality) atau kejadian (events) dan hubungan sebabakibat (Wonorahardjo, 2010). Gagne dalam Wisudawati dan Sulistyowati (2014) menyatakan bahwa IPA harus dipandang sebagai cara berpikir dalam pencarian tentang pengertian rahasia alam, sebagai cara penyelidikan terhadap gejala alam, dan sebagai batang tubuh pengetahuan yang dihasilkan. Sedangkan menurut IPA juga merupakan mata pelajaran yang ilmunya dapat diterapkan langsung di masyarakat, melatih anak berpikir kritis dan membentuk pribadi anak secara keseluruhan. Mata pelajaran IPA seharusnya dapat diterapkan di sekolah dengan baik. Mata pelajaran IPA dinyatakan berhasil jika semua tujuan sudah tercapai, tetapi pada kenyataannya masih ada beberapa sekolah yang hasil pembelajaran IPA masih rendah atau kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang disyaratkan yaitu 69. Kenyataan tersebut berdasarkan pada hasil 1

2 2 observasi yang dilakukan peneliti pada tanggal 10 Februari 2016 di SD Negeri Duren 02, Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang. Observasi dilakukan pada mata pelajaran IPA siswa kelas IV dan diketahui hasil pembelajaran pada mata pelajaran IPA masih rendah., yaitu dari total 38 siswa terdapat 21 siswa yang belum tuntas KKM (kurang dari 69). Tabel 1.1 Hasil pembelajaran mata pelajaran IPA No KKM 69 Frekuensi Persen (%) Keterangan 1 KKM % Tuntas KKM 2 < KKM % Tidak Tuntas KKM Jumlah % Berdasarkan hasil observasi tersebut diketahui bahwa rendahnya hasil belajar pelajaran IPA dapat disebabkan oleh beberapa faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran, diantaranya metode yang digunakan guru kurang bervariasi atau monoton, kurangnya antusias siswa dalam pembelajaran IPA, kondisi lingkungan yang kurang mendukung siswa dalam belajar, dan kurangnya alat peraga dalam pembelajaran IPA. Motode pembelajaran IPA masih bersifat konvensional. Interaksi di dalam kelas masih terpusat pada aktivitas guru (teacher centered). Dalam strategi ini guru cenderung aktif dan sebaliknya siswa cenderung pasif. Metode yang digunakan guru selama proses pembelajaran adalah ceramah. Pembelajaran secara ceramah hanya bergantung pada guru sedangkan siswa hanya mendengarkan penjelasan guru. Selain itu selama proses pembelajaran guru hanya menggunakan buku paket belum diimbangi dengan penggunaan alat peraga. Hal tersebut menyebabkan siswa kurang termotivasi dalam mengikuti pembelajaran sehingga secara tidak langsung membuat siswa cepat merasa bosan, pasif, dan tidak kreatif, sehingga mengakibatkan siswa tidak antusias ketika guru menjelaskan materi dan malas mengikuti kegiatan pembelajaran. Penggunaan media pembelajaran Alat Peraga Konkret diharapkan mampu meningkatkan hasil pembelajaran IPA SD Negeri Duren 02,

3 3 Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang. Penggunaaan alat peraga konkret bertujuan agar siswa tidak jenuh dan bosan selama proses pembelajaran di kelas. Media pembelajaran secara harfiah berarti perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan. Media pembelajaran memiliki cakupan yang sangat luas, mencakup semua sumber yang diperlukan untuk melakukan komunikasi dalam pembelajaran. Sumber media pembelajaran termasuk manusia, materi atau kajian yang membangun suatu kondisi yang membuat peserta didik mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan atau sikap. Bentuk media pembelajaran dapat berupa perangkat keras (hardware), seperti komputer, TV, projector, dan perangkat lunak (software) yang digunakan pada perangkat keras itu. Dari uraian masalah diatas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran IPA yang telah berlangsung kurang berjalan dengan baik. Masalah-masalah yang timbul dalam pembelajaran di atas merupakan kendala yang menyebabkan tujuan pembelajaran tidak tercapai dengan baik, sehingga menyebabkan hasil pembelajaran IPA masih rendah atau di bawah KKM. Salah satu solusi untuk mengatasi masalah tersebut yaitu dengan menggunakan model Group Investigation berbantukan alat peraga konkret. Group Investigation merupakan salah satu metode kompleks dalam pembelajaran kelompok yang mengharuskan siswa menggunakan skill level tinggi. Dalam Group Investigation dibentuk kelompok beranggotakan 2-6 siswa, kemudian siswa boleh memilih subtopik materi dan siswa diminta membuat laporan kelompok. Selanjutnya setiap kelompok mempresentasikan hasil laporan kelompok di depan kelas untuk berbagi dan bertukar informasi kepada teman lainnya (Huda, 2015). Kelebihan model Group Investigation dalam meningkatkan hasil belajar siswa yaitu: a) dapat dipakai untuk mengembangkan tanggung jawab dan kreatifitas siswa, baik perorangan maupun individu; b) membantu terjadinya pembagian tanggung jawab ketika siswa mengikuti pembelajaran dan berorientasi menuju pembentukan manusia sosial; c) memberikan kesempatan berkolaborasi dengan teman sebaya dalam bentuk diskusi kelompok untuk memecahkan suatu masalah; d) serta

4 4 mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran yang diberikan guru sehingga dapat membangun pengetahuan siswa (Rusman, 2011). Pembelajaran GI (Group Investigation ) mendorong siswa untuk belajar lebih aktif dan lebih bermakna. Artinya siswa dituntut selalu berfikir tentang suatu persoalan dan mereka mencari sendiri cara penyelesaiannya. Dengan demikian mereka akan lebih terlatih untuk selalu menggunakan keterampilan pengetahuannya, sehingga pengetahuan dan pengalaman belajar mereka akan tertanam untuk jangka waktu yang cukup lama. Jadi penggunakan Model Pembelajaran Group Investigation dapat meningkatkan hasil belajar siswa. 2. Identifikasi Masalah Dari uraian latar belakang di atas, pembelajaran IPA Kelas IV di SD Negeri Duren 02, Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang masih terdapat beberapa permasalahan yang terjadi dalam proses pembelajaran, antara lain: a. Metode yang digunakan guru hanya menggunakan metode ceramah sehingga siswa merasa bosan. b. Siswa kurang aktif dan bermain dengan teman sebangku sehingga tidak antusias mendengarkan guru ketika menjelaskan materi pelajaran. c. Belum ada penggunaan alat peraga dalam pembelajaran IPA. d. Belum ada kegiatan kerja sama antar siswa. e. Terdapat 21 siswa dari total 38 siswa yang mendapatkan nilai hasil belajar IPA di bawah KKM yaitu < Perumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, rumusan masalah dalam penelitian tindakan kelas ini adalah Apakah penggunaan model pembelajaran Group Investigation berbantukan alat peraga konkret dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas IV di SD Negeri Duren 02, Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang Semester II Tahun Ajaran

5 5 4. Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah yang telah ditentukan, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu: untuk meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas IV dengan menggunakan model pembelajaran Group Investigation berbantukan alat peraga konkret di SD Negeri Duren 02, Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang Semester II Tahun Ajaran Manfaat Penelitian a. Bagi Siswa Menciptakan suasana belajar yang menyenangkan sehingga dapat membuat siswa menjadi nyaman dalam belajar, sehingga diharapkan dapat mendorong siswa untuk lebih optimal dalam proses belajar dan menghasilkan hasil belajar yang lebih baik. Selain itu penerapan model Group Investigation berbantukan alat peraga konkret diharapkan dapat menanamkan persepsi positif dalam diri siswa sehingga dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya. b. Bagi Guru Menambah wawasan dan ketrampilan guru tentang model pembelajarn Group Investigation sehingga guru dapat menerapkan metode ini dalam setiap pembelajaran. c. Bagi Sekolah Memberikan informasi terkait model pembelajaran Group Investigation sehingga dapat dijadikan dasar kebijakan dalam mendorong setiap guru untuk menggunakan model pembelajaran Group Investigation dalam setiap pembelajarannya.