BAB VI PERENCANAAN PORTAL. meneruskan gaya-gaya tersebut ke kolom berupa gaya normal. Balok pada sistem

dokumen-dokumen yang mirip
fc ' = 2, MPa 2. Baja Tulangan diameter < 12 mm menggunakan BJTP (polos) fy = 240 MPa diameter > 12 mm menggunakan BJTD (deform) fy = 400 Mpa

BAB III ESTIMASI DIMENSI ELEMEN STRUKTUR

BAB V PENULANGAN STRUKTUR

BAB V PERBANDINGAN DEFORMASI DAN PENULANGAN DESAIN. Pada bab V ini akan membahas tentang perbandingan deformasi dan

BAB IV ESTIMASI DIMENSI KOMPONEN STRUKTUR

BAB I. Perencanaan Atap

BAB III LANDASAN TEORI. A. Pembebanan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB V PENULANGAN ELEMEN VERTIKAL DAN HORIZONTAL

ANALISA PELAT LANTAI DUA ARAH METODE KOEFISIEN MOMEN TABEL PBI-1971

BAB V DESAIN TULANGAN STRUKTUR

BAB V ANALISIS PEMBEBANAN STRUKTUR. A. Spesifikasi Data Teknis Banguan

1. Rencanakan Tulangan Lentur (D19) dan Geser (Ø =8 mm) balok dengan pembebanan sbb : A B C 6 m 6 m

BAB VII PENUTUP 7.1 Kesimpulan

BAB V PENULANGAN STRUKTUR

BAB 3 ANALISIS PERHITUNGAN

BAB IV POKOK PEMBAHASAN DESAIN. Perhitungan prarencana bertujuan untuk menghitung dimensi-dimensi

HASIL DAN PEMBAHASAN

n ,06 mm > 25 mm sehingga tulangan dipasang 1 lapis

LAPORAN TUGAS AKHIR (KL-40Z0) Perancangan Dermaga dan Trestle Tipe Deck On Pile di Pelabuhan Garongkong, Propinsi Sulawesi Selatan. Bab 6.

PERHITUNGAN STRUKTUR STRUKTUR BANGUNAN 2 LANTAI

PERHITUNGAN PLAT LANTAI (SLAB )

BAB 2 DASAR TEORI Dasar Perencanaan Jenis Pembebanan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 2 DASAR TEORI. Bab 2 Dasar Teori. TUGAS AKHIR Perencanaan Struktur Show Room 2 Lantai Dasar Perencanaan

Andini Paramita 2, Bagus Soebandono 3, Restu Faizah 4 Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Pembebanan I. Beban pada Pelat Pelat lantai A. Beban Hidup Beban hidup (PPI 83 tabel 3.1) : 250 kg/m 2

BAB III ANALISA STRKTUR

BAB V ANALISIS PEMBEBANAN

BAB 2 DASAR TEORI Dasar Perencanaan Jenis Pembebanan

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PERPUSTAKAAN 2 LANTAI

BAB II STUDI PUSTAKA

Bab 6 DESAIN PENULANGAN

BAB II BAB 1 TINJAUAN PUSTAKA. 1. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung (SNI 03

3.6.4 Perhitungan Sambungan Balok dan Kolom

BAB IV ANALISA STRUKTUR

Lampiran 1 Permodelan Struktur Atas (3D)

Re-Desain Teknis & Biaya Struktur Portal Beton (Kasus: Gedung 3 Lantai SMP GIKI 3 Surabaya) Julistyana Tistogondo

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL.. i. LEMBAR PENGESAHAN ii. KATA PENGANAR.. iii ABSTRAKSI... DAFTAR GAMBAR Latar Belakang... 1

Gambar Gambar Perencanaan Tangga Tampak Samping. Ukuran antrede = 2 optrede + 1antrede = 65 A = 65-2(17,5)

Jl. Banyumas Wonosobo

BAB IV PERENCANAAN AWAL (PRELIMINARY DESIGN)

BAB IV ESTIMASI DIMENSI ELEMEN STRUKTUR. 1 basement. Denah bangunan hotel seperti terlihat pada gambar 4.1 : Gambar 4.1.

PERHITUNGAN STRUKTUR GEDUNG SANTIKA HOTEL BEKASI DENGAN METODE SISTEM RANGKA PEMIKUL MOMEN MENENGAH (SRPMM)

BAB III LANDASAN TEORI

BAB V DESAIN TULANGAN ELEMEN GEDUNG. Berdasarkan hasil analisis struktur dual system didapat nilai gaya geser setiap

Perhitungan Penulangan Kolom Suatu kolom portal beton bertulang, yang juga berfungsi menahan beban lateral, dengan dimensi seperti gambar :

PRESENTASI TUGAS AKHIR PROGRAM STUDI D III TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2010

PROSENTASE DEVIASI BIAYA PADA PERENCANAAN KONSTRUKSI BALOK BETON KONVENSIONAL TERHADAP BALOK BETON PRATEGANG PADA PROYEK TUNJUNGAN PLAZA 5 SURABAYA

PENGUJIAN GESER BALOK BETON BERTULANG DENGAN MENGGUNAKAN SENGKANG KONVENSIONAL

Gambar 5.1 Struktur Portal Balok dan Kolom

Pertemuan 10 DESAIN BETON BERTULANG 1

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG KULIAH 4 LANTAI DENGAN SISTEM DAKTAIL TERBATAS

BAB V PENULANGAN BAB V PENULANGAN. 5.1 Tulangan Pada Pelat. Desain penulangan pelat dihitung berdasarkan beban yang dipikul oleh

BAB V PERANCANGAN STRUKTUR. Perhitungan tulangan lentur diambil dari momen 3-3 B15 pada lantai 5. Momen tumpuan positif = 0,5. 266,624 = 133,312 KNm

STRUKTUR BETON BERTULANG I DESAIN BALOK PERSEGI. Oleh Dr. Ir. Resmi Bestari Muin, MS

BAB I PENDAHULUAN Konsep Perencanaan Struktur Beton Suatu struktur atau elemen struktur harus memenuhi dua kriteria yaitu : Kuat ( Strength )

Perhitungan Struktur Bab IV

PERHITUNGAN TUMPUAN (BEARING ) 1. DATA TUMPUAN. M u = Nmm BASE PLATE DAN ANGKUR ht a L J

BAB V DESAIN STRUKTUR ATAS

Struktur Balok-Rusuk (Joist) 9 BAB 3. ANALISIS DAN DESAIN Uraian Umum Tinjauan Terhadap Lentur 17

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG SYARIAH TOWER UNIVERSITAS AIRLANGGA MENGGUNAKAN BETON BERTULANG DAN BAJA-BETON KOMPOSIT

DAFTAR NOTASI. = Luas efektif bidang geser dalam hubungan balok-kolom (mm²) = Luas penampang tiang pancang (mm²)

JURNAL TUGAS AKHIR PERHITUNGAN STRUKTUR BETON BERTULANG PADA PEMBANGUNAN GEDUNG PERKULIAHAN FAPERTA UNIVERSITAS MULAWARMAN

LAMPIRAN I (Tabel SNI ) 1.1. Tabel SNI , Penentuan Kategori Resiko Bangnan Gadung Untuk Beban Gempa

2.5.3 Dasar Teori Perhitungan Tulangan Torsi Balok... II Perhitungan Panjang Penyaluran... II Analisis dan Desain Kolom...

DAFTAR NOTASI. = Luas yang dibatasi oleh keliling luar penampang beton, mm² = Luas efektif bidang geser dalam hubungan balokkolom

DAFTAR NOTASI. xxvii. A cp

Desain Elemen Lentur Sesuai SNI

PERBANDINGAN PERANCANGAN JUMLAH DAN LUASAN TULANGAN BALOK DENGAN CARA ACI DAN MENGGUNAKAN PROGRAM STAAD2004

BAB IV ANALISIS DAN HASIL PENELITIAN. tiap lantai. Berikut ini perhitungan beban-beban tersebut.

PERENCANAAN GEDUNG PERKANTORAN DI KOTA PADANG

DAFTAR NOTASI. A cp. = Luas yang dibatasi oleh keliling luar penampang beton, mm² = Luas efektif bidang geser dalam hubungan balokkolom

MODIFIKASI GEDUNG BANK CENTRAL ASIA CABANG KAYUN SURABAYA DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM GANDA

BAB IV ANALISA PERHITUNGAN STUKTUR

D = Beban mati atau momen dan gaya dalam yang berhubungan dengan beban mati e = Eksentrisitas dari pembebanan tekan pada kolom atau telapak pondasi

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PERHOTELAN DENGAN SISTEM RANGKA PEMIKUL MOMEN KHUSUS (SRPMK) DI KOTA PADANG

DAFTAR NOTASI. = Luas yang dibatasi oleh keliling luar penampang beton, mm² = Luas efektif bidang geser dalam hubungan balokkolom

PERENCANAAN STRUKTUR BETON BERTULANG PADA GEDUNG SEKOLAH DASAR IT AN NAWI KOTA METRO MENGACU PADA STANDAR NASIONAL INDONESIA

BAB IV DESAIN STRUKTUR ATAS

Yogyakarta, Juni Penyusun

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

xxv = Kekuatan momen nominal untuk lentur terhadap sumbu y untuk aksial tekan yang nol = Momen puntir arah y

5.2 Dasar Teori Perilaku pondasi dapat dilihat dari mekanisme keruntuhan yang terjadi seperti pada gambar :

Kata Kunci :Struktur,Pembebanan,Desain Balok,Desain Kolom,Penulangan.

d b = Diameter nominal batang tulangan, kawat atau strand prategang D = Beban mati atau momen dan gaya dalam yang berhubungan dengan beban mati e = Ek

MODIFIKASI PERENCANAAN GEDUNG RUMAH SAKIT ROYAL SURABAYA MENGGUNAKAN STRUKTUR KOMPOSIT BAJA-BETON

DAFTAR ISTILAH. Al = Luas total tulangan longitudinal yang memikul puntir

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Setelah melakukan analisis dan perancangan pada struktur gedung kampus

p. 1

BAB V PEMBAHASAN. terjadinya distribusi gaya. Biasanya untuk alasan efisiensi waktu dan efektifitas

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

PERENCANAAN ULANG GEDUNG PERKULIAHAN POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA (PENS) DENGAN MENGGUNAKAN METODE PRACETAK

BAB III LANDASAN TEORI

BAB V ANALISIS PEMBEBANAN STRUKTUR. A. Spesifikasi Data Teknis Banguan

Perencanaan Struktur Tangga

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PERENCANAAN

Kata Kunci : beton, baja tulangan, panjang lewatan, Sikadur -31 CF Normal

BAB II LANDASAN TEORI

Transkripsi:

BAB VI PERENCANAAN PORTAL 6.1 Dasar Perencanaan Struktur Portal adalah struktur yang terdiri dari balok dan kolom yang dibebani muatan di atasnya akan timbul lenturan pada balok saja, dan akan meneruskan gaya-gaya tersebut ke kolom berupa gaya normal. Balok pada sistem demikian sama dengan balok sederhana. Adapun gaya yang bekerja pada kolom, yang lazimnya berupa gaya horisontal, tidak berpengaruh pada balok. Dari hasil analisa portal maka diperoleh gaya-gaya dalam pada elemenelemen balok yang kemudian digunakan untuk melakukan proses desain terutama desain penulangan, dimana konfigurasi tulangan balok yang digunakan berdasarkan hasil desain SAP 2000 v14 menggunakan ACI 318-99 dengan menyesuaikan faktor reduksinya berdasarkan SNI 03-2847-2002. Seperti telah diketahui bahwa SNI 2002 yang digunakan di Indonesia mengacu kepada ACI (American Concrete Institute). Desain penulangan elemen-elemen balok didasarkan dari nilai gaya-gaya dalam maksimum dari kombinasi-kombinasi yang ada. Dalam penulisan ini analisa manual balok portal dilakukan sebagai verifikasi terhadap output konfigurasi penulangan hasil design dari SAP 2000 v14 untuk menunjukan kelayakan penggunaan hasil design SAP 2000 v14. 76

6.2 Analisa Beban Data Teknis : Panjang Bangunan Lebar Bangunan = 22,50 m = 12,15 m Tinggi Bangunan a. Lantai 3 = 4,25 m b. Lantai 2 = 4 m c. Lantai 1 = 4 m Luas Bangunan = 273,375 m 2 Beban untuk kantor = 2,5 KN/m 2 Berat jenis Beton = 24 KN/m 2 Mutu Baja (fy) a. Polos = 240 MPa b. Ulir = 400 MPa Mutu beton (fc') = 25 MPa Berat jenis Spesi = 21 KN/m 2 Berat jenis Keramik = 20 KN/m 2 Berat jenis Pasangan 1/2 Bata = 2,5 KN/m 2 Berat jenis Plafond = 0,18 KN/m 2 Beban Pekerja = 1,00 KN/m 2 77

6.3 Analisa Pembebanan a. Beban pada Atap Rangka atap yang digunakan pada gedung menggunakan struktur baja ringan, pembebanan perhitungan rangka merupakan beban terpusat. Sehingga gaya terpusat yang digunakan adalah reaksi tumpuan terbesar antara RBV dengan RAB RAV = 16,01 KN RBV = 15,72 KN Sehingga tumpuan yang diambil adala RAV = 16,01 KN Beban hidup Beban fungsi bangunan = 2,50 KN/m 2 Koefisien Reduksi = 1,00 Beban hidup ( WL ) = 2,50 x 1 = 2,50 KN b. Beban pada lantai Lantai 2 dan 3 Beban Mati ( WD ) Berat sendiri plat = 0.12 m x 2400 kg/m 3 = 288 kg/m 2 Plafond + Penggantung = (11+7) kg/m 2 = 18 kg/m 2 Keramik = 0.01 m x 2400 kg/m 2 = 24 kg/m 2 Spesi = 0.02 m x 2100 kg/m 2 = 42 kg/m 2 WD = 372 kg/m 2 = 3.72 KN/m 2 78

Beban Hidup ( WL ) WL (PPIUG 1983) = 250 kg/m2 = 2.5 KN/m 2 Beban Berfaktor ( WU ) Wu = 1.2 WD + 1.6 WL = (1.2 x 3.72) + (1.6 x 2.5) = 8.464 KN/m 2 4 5 6 Gambar 6.1 Pembagian beban pada lantai 2 dan 3 as 4-6 79

1. Beban terbagi merata balok induk as 5 A-C Dimensi rencana balok = 0,20 x 0,30 Berat sendiri balok = 0,20 x 0,30 x 24 = 1,44 KN/m Beban terbagi merata (plat A trapesium & plat B segitiga) Wu = 8,464 KN/m qekuivalen = 2. ( 1 2. Wu. lx.(3 ( lx / ly) ) ) + 2. ( 6 = 2. ( 1 2.8.464.1,5.(3 (1,5/ 3,15) )) + 2.( 6 = 20,2 KN/m Total beban merata (qc1) = 20,2 + 1,44 = 21,64 KN/m 2. Beban terbagi merata balok induk as 4-6 A Beban terbagi merata balok induk as 4-6 Dimensi rencana balok = 0,15 x 0,25 1 3. WU. lx)) Berat sendiri balok = 0,15 x 0,25 x 24 = 0,9 KN/m 1 3. 8,464. 1,5)) Beban terbagi merata (plat B trapesium) Wu = 8.464 KN/m 1 2 qekuivalen = 2.(. Wu. lx.(3 ( lx / ly) ) 6 1 2 =2.(.8,464.0,75.(3 (0,75/ 3) ) 6 = 6,215 KN/m 80

Total beban merata (qc2) = 6,215 + 0,9 = 7,115 KN/m 3. Beban terbagi merata balok induk as 4 A-C Beban terbagi merata balok induk as 6 A-C Dimensi rencana balok = 0,20x 0,30 Berat sendiri balok = 0,20 x 0,30 x 24 = 1,44 KN/m Beban terbagi merata (plat A trapesium dan plat B segitiga) Wu = 8.464 KN/m qekuivalen = ( 1 2. Wu. lx.(3 ( lx / ly) ) ) + ( 6 = ( 1 2.8.464.1,5.(3 (1,5/ 3,15) )) + ( 6 = 4,711 KN/m Total beban merata (qc3) = 4,711 + 1,44 = 6,151 KN/m 1 3. WU. lx)) 1 3. 8,464. 1,5)) 4. Beban terbagi merata balok induk as 4-6 C Beban terbagi merata balok induk as 4-6 C Dimensi rencana balok = 0,20 x 0,30 Berat sendiri balok = 0,20 x 0,30x 24 = 1,44 KN/m Beban terbagi merata (plat A segitiga) Wu = 8.464 KN/m qekuivalen = 2.( 1 3. 8,464. 1,575)) = 2.( 1 3. 8,464. 1,575)) 81

= 8,887 KN/m Total beban merata (qc4) = 8,887 + 1,44 = 10,327 KN/m 5. Beban terbagi merata balok induk as 4-6 B Dimensi rencana balok = 0,20 x 0,30 Berat sendiri balok = 0,20 x 0,30 x 24 = 1,44 KN/m Beban terbagi merata (plat A segitiga & plat B trapesium) Wu = 8,464 KN/m qekuivalen = 2. ( 1 3. WU. lx)) + 2. ( 1 2. Wu. lx.(3 ( lx / ly) ) ) 6 = 2.( 1. 8,464. 1,575))+2. ( 1 2 )) 3.8.464.0,75.(3 (0,75/3) = 24,889 KN/m Total beban merata (qc5) = 24,889 + 1,44 = 26,329 KN/m 6. Beban terbagi merata balok induk as 6 A-C Beban terbagi merata balok induk as 4 A-C Dimensi rencana balok = 0,20x 0,30 Berat sendiri balok = 0,20 x 0,30 x 24 = 1,44 KN/m 6 Beban terbagi merata (plat A trapesium dan plat B segitiga) Wu = 8.464 KN/m qekuivalen = ( 1 2. Wu. lx.(3 ( lx / ly ) ) ) + ( 6 1 3. WU. lx)) = ( 1 2.8.464.1,5.(3 (1,5/ 3,15) )) + ( 1 3. 8,464. 1,5)) 6 82

= 4,711 KN/m Total beban merata (qc6) = 4,711 + 1,44 = 6,151 KN/m Kombinasi pembebanan yang bekerja pada struktur kuda-kuda di input ke dalam program SAP v.14 dengan cara mengisi beban apa saja yang bekerja dengan cara Define-Load Patterns, seperti ditunjukkan pada gambar berikut: Gambar 6.2 Input beban Kombinasi pembebanannya dapat diinput dengan cara Define-Load Combinations. Kombinasi pembebanan yang diinput dengan sap ditunjukkan pada gambar berikut : 83

Gambar 6.3 Input Kombinasi Acuan perencanaan yang akan digunakan dilakukan dengan cara Design Concrete Frame Design- View/Revise Preferences, kemudian pilih ACI-318-99 dengan memasukksan koefisien seperti gambar di bawah ini : Gambar 6.4 Setting Acuan ACI-318-99 84

Karena struktur akan dianalisis secara 3 dimensi maka pilih Analyze - Set Analysis Options dengan memilih sumbu Space frame. Gambar 6.5 Set Analysis Options Kemudian pilih Analyze- Run Analysis atau tekan F5, selanjutnya akan muncul dilaog Set Load Cases to Run kemudian pada MODAL klik Do Not Run Case. Selanjutnya Klik Run Now dan tunggu sampai proses Analysis Compelete. Maka output dari proses Run Analysis ditunjukkan pada gambar berikut: 85

Gambar 6.6 Output Dari Proses Run Analysis Untuk melihat kemampuan struktur dalam menerima beban dapat dilakukan dengan cara Design - Concrete Frame Design Start Design/ Check of Structures. Gambar 6.7 Nilai Rasio Tegangan Elemen 86

Hasil pembebanan pada portal menggunakan SAP v.14 Gambar 6.8 Beban Mati 87

Gambar 6.9 Beban Hidup 88

Gambar 6.10 Momen Pada Balok dan Kolom 89

Gambar 6.11 Gaya Geser Balok dan Kolom 90

6.4 Pendimensian Data Teknis : BAHAN STRUKTUR Kuat Tekan Beton Fc'= 25 MPa Tegangan Leleh baja (Polos) untuk tulangan lentur Tegangan Leleh baja (Ulir) untuk tulangan Geser DIMENSI BALOK RENCANA Fy= Fy= 240 MPa 390 MPa Lebar Balok b= 200 mm Tinggi Balok h= 300 mm Diameter Tulangan Ulir D= 16 mm Diameter TulanganPolos ϕ= 10 mm Selimut beton ts= 40 mm 91

BALOK (20 x 30) HASIL OUTPUT SAP 2000 Momen Rencana Positif akibat beban terfaktor Mu= 27.439 KNm Momen Rencana Negatif akibat beban terfaktor Mu= 87,797 KNm Gaya Geser Rencana akibat beban terfaktor Vu= 98,185 KN Momen Torsi Rencana akibat beban terfaktor Tu= 0,001 KNm Faktor pembentuk Distribusi tegangan beton (β1) ( Pasal 12.2.7.3 SNI 03-2847-2002) Untuk : Fc' 30 MPa (β1)= 0,85-0,05* (fc'-30)/7 (β1)= 0,85-0,05* (20-30)/7 (β1) = 0,85 Penentuan Jarak Tulangan Jarak tulangan sisi luar beton d'= ts +1/2 ø tul + ø d'= 40 + (0,5 x 16) + 10 d'= 58 mm Tinggi efektif balok d= h - d' d= 300 58 d= 242 mm 92

Menghitung kebutuhan Tulangan Lentur Tulangan Momen Positif Mu + = 27,439 KNm Rn = Mu = 27,439 x 10 6 = 2,928MPa ϕ. b. d2 0,8 x 200x 242 2 m = Fy = 390 = 18.353 0,85. Fc' 0,85 x 25 Karena Mutu Baja (Fy) = 390 MPa ρmin = 1,4/Fy = 1,4/ 390 = 0,0036 ρ perlu = = 1 ( 1-1 - 2 x 2,928 x 22,941 ) 22,941 390 = 0,0081 ρb = = 0,85 x 0,85 x 25. 600 390 600 + 390 = 0,028 ρ max = 0,75. ρb =0,75 x 0,028 = 0,021 Karena, ρ min < ρ perlu < ρ max Termasuk tulangan tunggal 0,0036 < 0,0081 < 0,021 --> Maka pakai ρ perlu 93

As = ρ perlu x b x d = 0,0081 x 200 x 242 = 392,640 mm 2 n = 392,640 0,25 x π x 16 2 = 1,953 2 As Ada = 0,25 x π x 16 2 x 2 = 402,123 mm 2 Maka dipasang tulangan 2 D 16 As 402,1 mm 2 Cek : a = As Ada x Fy / (0,85 x fc x b ) = 402,123 x 390 / ( 0,85 x 25 x 200 ) = 36,901 mm Mn = As x Fy x (d- (a/2) = 392,640 x 390 / (242 39,9/2 ) = 35058906,66 Nmm = 35,1 KNm 94

Tahanan Momen balok ϕ Mn = 0,8 x 35,1 KNm = 28,05 KNm Syarat : ϕ Mn > Mu 28,05 > 27,439 AMAN Tulangan Momen Negatif Mu - = 87,797 KNm Rn = Mu = 87,797 x 10 6 = 9,370 MPa ϕ. b. d2 0,8 x 200x 242 2 m = Fy = 390 = 18,353 0,85. Fc' 0,85 x 25 Karena Mutu Baja (Fy) = 390 MPa ρmin = 1,4/Fy = 1,4/ 390 = 0,0036 ρ perlu = = 1 ( 1-1 - 2 x 9,37 x 18,353 ) 18,353 390 = 0,043 ρb = = 0,85 x 0,85 x 25. 600 = 0,028 390 600 + 390 95

ρ max = 0,75. ρb =0,75 x 0,028 = 0,021 Karena, ρ min > ρ perlu < ρ max Termasuk tulangan tunggal 0,0036 > 0,0430 < 0,021 --> pakai ρ perlu Asperlu = ρ perlu x b x d = 0,043 x 200 x 242 = 2081,2 mm 2 n = 2081,2 0,25 x π x 16 2 = 10,351 11 As Ada = 0,25 x π x 16 2 x 4 = 2211,681 mm 2 Maka dipasang tulangan 4 D 16 As = 2211,681 mm 2 Cek : a = As ada x Fy / (0,85 x fc x b ) = 2211,68 x 390 / ( 0,85 x 25 x 200 ) = 202,954 mm Mn = As ada x Fy x (d- (a/2) = 2211,68 x 390 / ( 242 202,95 /2 ) = 121208792,04 Nmm = 121,2 KNm 96

Tahanan Momen Balok ϕ Mn = 0,8 x 121,2 = 96,97 KNm Syarat : ϕ Mn > Mu 96,97 > 87,797 AMAN Menghitung Kebutuhan Tulangan Geser Vu = 98,185 KN Faktor reduksi geser = 0,75 Tegangan leleh tulangan = 240 MPa ϕvc = ϕx 1/6 x fc x b x d = ϕ x1/6 x 25 x 200 x 242 = 30250 N = 30,25 KN 1/2. ϕvc = 15,125 KN Vs = (Vu/ϕ) - Vc = ( 98,185/0,75) 30,25 = 100,6633333 KN = 100663,3333 N 97

Vsmin = 1/3 x b xd = 1/3 x 200 x 242 = 16133 N = 16,133 KN Vs maks = 2/3 x fc x b x d = 2/3 x 25 x 200 x 242 = 161333,3333 N = 161,3333333 KN Cek kebutuhan tulangan : jika : Vu< 1/2.ϕVc Tidak perlu tulangan geser NOT 1/2.ϕVc Vu ϕvc Pasang tulangan geser minimum NOT ϕvc Vu Vs maks Perlu tulangan geser OK Karena : ϕvc Vu Vs maks 30,25 98,185 161,3333 maka perlu tulangan geser Avs = 2 x 0,25 x π x 10 2 = 157,08 mm 2 Sperlu = ϕ x Avs x Fy xd Vs = 0,75 x 157,08 x 240 x 242 100663,333 = 67,973 mm 98

diambil Spakai = 100 mm Maka dipasang tulangan geser ϕ10-100 Menghitung tulangan akibat Geser +Torsi Vu = 98185 N Tu Ct = 1000 Nmm = bw. d Ʃx 2. y = 200 x 242 200 2 x 300 = 0,00403 Vc = 1/6 fc b.d 1+(2,5.Ct.Tu/Vu) 2 = 1/6. 25.200.242 1+ (2,5.0,004.1000/98185 ) 2 = 40333,33 N ϕvc = 0,75.Vc = 0,75. 40333,33 = 30249,99984 N 99

Tc = 1/15 fc Ʃx 2. y 1+((0,4.Vu)/Ct.Tu)2 = 1/15. 25.200^2. 300 1+(( 0,4. 98185) / (0,004.1000)) 2 = 410,7891544 N ϕtc = 0,75. 410,7891544 = 308,0918658 N Kontrol Vu 5.ϕVc 98185 5. 40333,33 98185 151249,9992 --> OK desain boleh dilanjutkan Tu 5. ϕtc 1000 5. 308,09 1000 1540,459329 --> OK desain boleh dilanjutkan Maka : ϕvs = Vu - ϕvc = 98185 30250 = 67935,00016 N ϕts = Tu-ϕTc = 1000 308,09 = 691,9081342 N 100

Menghitung Luasan tulangan : a. Akibat Geser Av S = ϕvs ϕ Fys.d = 67935 0,75.240. 242 = 1,560 mm 2 /m X1 = b - 2(tebal selimut + 1/2 d.sengkang) = 200-2 ( 40 + 1/2.10 ) = 110 mm Y1 = h - 2(tebal selimut + 1/2 d.sengkang) = 300-2 ( 40 + 1/2.10 ) = 210 mm αt = 2 + Y1/X1 1,5 3 = 2 + 210/110 1,5 3 = 2,636 > 1,5 maka gunakan αt = 1,5 101

At = ϕts S ϕ αt. Fys. X1. Y1 = 691,9081342 0,75. 1,5.240.110.210 = 0,0001162 mm 2 /m Avt = Av + 2 At S S S = 1,56 + 2. 0 = 1,560 dipakai tulangan Sengkang (ϕ) 10 mm S = 2 x 0,25 x π x 10 2 1,560 = 157,080 mm 150 mm Maka dipasang tulangan geser ϕ10-150 Kebutuhan Tulangan Memanjang Torsi AL = 2. At (X1+Y1) S = 2.0 ( 110 + 210 ) = 0,070 mm 2 102

Maka Satu Sisi Menerima AL = 0,070 4 4 = 0,018 n = 0,018 0,25 x π x 16 2 = 0,000092 1 Dipakai Tulangan 1 D 16 As = 201,1 mm 2 Gambar 6.12 Tulangan Balok 103

6.5 Perhitungan Kolom Direncanakan ukuran kolom : b = 300 mm D = 19 mm h = 300 mm ϕ = 10 mm ts = 40 mm fys = 240 MPa fc' = 25 MPa fy = 390 MPa Agr = 300 x 300 = 90000 mm 2 Out put Dari SAP : Pu = 28,635 KN Mu = 17,263 KNm et = Mu b Pu = 17,263 28,635 = 0,6028 m = 602,8 mm = et h = 602,8 = 2,009 mm 300 104

d' = ts +1/2 D tul. + ø = 40 + (0,5x 19) + 10 ) = 59,5 70 --> OK d = h - d' = 300-59,5 = 240,5 mm. A gr Pu.0.85. f ' c 28,635 0.8*90000 * 0.85 * 25 0,23 0,1. A gr Pu et..0.85. f ' c h = 0,23. 2,009 = 0,046 Dari tabel struktur beton bertulang berdasar pada SKSNI T-15-1991-03 Pasal 3.2.3 didapatkan : r =0,036 ; β = 0,8 (nilai fc' 20) ; ρ =0,36 Ast * A gr 0,36 *90000 3240 mm 2 Ast 3240 As 810 mm 4 4 2 Per sisi Jadi, dari tabel struktur beton bertulang berdasar pada SKSNI T-15-1991-03 Tabel A-4, maka digunakan tulangan 3 D 19 As yang ada 850,5 mm 2 untuk persisi. 105

Menghitung tulangan geser kolom Hasil Dari Sap : Vu = 7,74 KN Faktor reduksi geser = 0,75 Tegangan leleh tulangan = 240 MPa ϕvc = ϕx 1/6 x fc x b x d = ϕ x1/6 x 25 x 300 x 240 x 5 1/2.ϕVc = 45093,75 N = 45,09375 KN = 22,546875 KN Vs = (Vu/ϕ)-Vc = ( 7,74 / 0,75) 45,09375 = -34,77375 KN = -34773,75 N Vs min = 1/3 x b x d = 1/3 x 300 x 240,5 = 24050 N = 24,05 KN Vsmaks = 2/3 x fc x b x d = 2/3 x 20 x 300 x 240,5 = 240500 N = 240,5 KN Dipasang sengkang Ø10 Av =2x(0,25x πx10 2 )=157 mm 2 106

Jarak sengkang(s) =Av x fys x d = 157 x 240 x 240,5 =299,426 mm vs -30264,633 6 x D = 6 x 19 = 114 mm 150 Jadi sengkang yang di pakai Ø 10 150 jika : Vu< 1/2. ϕvc Tidak perlu tulangan geser OK 1/2.ϕVc Vu ϕvc Pasang tulangan geser minimum NOT ϕvc Vu Vs maks Perlu tulangan geser NOT Karena : Vu < 1/2. ϕvc 7.74 < 20,292 maka tidak perlu tulangan geser Gambar 6.13 tulangan kolom 107