BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

PEMETAAN GELOMBANG LAUT DENGAN METODE PEMODELAN NUMERIK DAN PEMANFAATANNYA UNTUK MENGIDENTIFIKASI KERENTANAN WILAYAH PESISIR TERHADAP ABRASI

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODOLOGI. Tabel 3.1 Data dan Sumber No Data Sumber Keterangan. (Lingkungan Dilakukan digitasi sehingga 1 Batimetri

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pemodelan Hidrodinamika Arus dan Pasut Di Muara Gembong

Oleh. Muhammad Legi Prayoga

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V ANALISIS PERAMALAN GARIS PANTAI

Gambar 15 Mawar angin (a) dan histogram distribusi frekuensi (b) kecepatan angin dari angin bulanan rata-rata tahun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

Gambar 2 Sebaran Sawah Irigasi dan Tadah Hujan Jawa dan Bali

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

3. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April Oktober 2011 meliputi

BAB V Analisa Peramalan Garis Pantai

4 KEADAAN UMUM 4.1 Keadaan Geografi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Jurusan Teknik Kelautan - FTK

Sekapur Sirih. Ir. R. Basworo Wahyu Utomo NIP

Gambar 8. Pola Hubungan Curah Hujan Rata-rata Harian RegCM3(Sebelum dan Sesudah Koreksi) dengan Observasi

1 BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN

5 KEADAAN PERIKANAN TANGKAP KECAMATAN MUNDU KABUPATEN CIREBON

PRISMA FISIKA, Vol. V, No. 3 (2014), Hal ISSN :

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 8. Peta lokasi penelitian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

POLA ARUS DAN TRANSPOR SEDIMEN PADA KASUS PEMBENTUKAN TANAH TIMBUL PULAU PUTERI KABUPATEN KARAWANG

HINDCASTING GELOMBANG MENGGUNAKAN DATA ANGIN DARI MRI-JMA (METEOROLOGY RESEARCH INSTITUTE/JAPAN METEOROLOGY AGENCY) DALAM KURUN WAKTU

IDENTIFIKASI KERUSAKAN PESISIR AKIBAT KONVERSI HUTAN BAKAU (MANGROVE) MENJADI LAHAN TAMBAK DI KAWASAN PESISIR KABUPATEN CIREBON

BAB 5 PEMBAHASAN. 39 Universitas Indonesia

Simulasi Arus dan Distribusi Sedimen secara 3 Dimensi di Pantai Selatan Jawa

PEMODELAN GENESIS. KL 4099 Tugas Akhir. Bab 5. Desain Pengamananan Pantai Pulau Karakelang, Kabupaten Kepulauan Talaud, Provinsi Sulawesi Utara

Simulasi Pola Arus Dua Dimensi Di Perairan Teluk Pelabuhan Ratu Pada Bulan September 2004

Ir. H. Yayan Eka Tavipian, MT MT

ANALISA PENCEMARAN LIMBAH ORGANIK TERHADAP PENENTUAN TATA RUANG BUDIDAYA IKAN KERAMBA JARING APUNG DI PERAIRAN TELUK AMBON

Analisis Pola Sirkulasi Arus di Perairan Pantai Sungai Duri Kabupaten Bengkayang Kalimantan Barat Suandi a, Muh. Ishak Jumarang a *, Apriansyah b

Gambar 3 Sebaran curah hujan rata-rata tahunan Provinsi Jawa Barat.

DESAIN STRUKTUR PELINDUNG PANTAI TIPE GROIN DI PANTAI CIWADAS KABUPATEN KARAWANG

PERENCANAAN BANGUNAN PEMECAH GELOMBANG (PENGAMAN PANTAI LABUHAN) DI KABUPATEN SUMBAWA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

REFRAKSI GELOMBANG DI PERAIRAN PANTAI MARUNDA, JAKARTA (Puteri Kesuma Dewi. Agus Anugroho D.S. Warsito Atmodjo)

V. INTERPRETASI DAN ANALISIS

PETA MIKROZONASI PENGARUH TSUNAMI KOTA PADANG

BAB IV INTERPRETASI KUANTITATIF ANOMALI SP MODEL LEMPENGAN. Bagian terpenting dalam eksplorasi yaitu pengidentifikasian atau

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Purwadany Samuel Pouw, 2013

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Secara geografis wilayah Indonesia terletak di daerah tropis yang terbentang

KERANGKA RAPERMEN TENTANG TATA CARA PENGHITUNGAN BATAS SEMPADAN PANTAI

DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN CIREBON REKAP PESERTA UJIAN NASIONAL SMP TAHUN AJARAN 2012/2013 ** DAFTAR KELAS DAN SAMPUL UJIAN NASIONAL **

I. PENDAHULUAN. dalam melakukan penggilingan padi, keperluan irigasi, dan kegiatan yang lainnya.

Sebaran Arus Permukaan Laut Pada Periode Terjadinya Fenomena Penjalaran Gelombang Kelvin Di Perairan Bengkulu

Studi Variabilitas Tinggi dan Periode Gelombang Laut Signifikan di Selat Karimata Mulyadi 1), Muh. Ishak Jumarang 1)*, Apriansyah 2)

PEMETAAN ARUS DAN PASUT LAUT DENGAN METODE PEMODELAN HIDRODINAMIKA DAN PEMANFAATANNYA DALAM ANALISIS PERUBAHAN GARIS PANTAI TUGAS AKHIR

KAJIAN GELOMBANG RENCANA DI PERAIRAN PANTAI AMPENAN UNTUK PERENCANAAN BANGUNAN PANTAI ABSTRAK

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN BAB 1. PENDAHULUAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

MODEL LOGISTIK UNTUK SATU SPESIES

BAB V HASIL DAN ANALISIS

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Itik merupakan salah satu jenis unggas yang dianggap sebagai hewan asli

BAB III PENJELASAN SIMULATOR. Bab ini akan menjelaskan tentang cara pemakaian simulator robot pencari kebocoran gas yang dibuat oleh Wulung.

Kecepatan angin meningkat pada rasio H/W kecil dan sebaliknya Jarak >, rasio H/W < Kecepatan angin tinggi pada rongga yang dipengaruhi elevasi

PENGARUH BESAR GELOMBANG TERHADAP KERUSAKAN GARIS PANTAI

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Data Penelitian

II. TINJAUAN PUSTAKA WRPLOT View (Wind Rose Plots for Meteorological Data) WRPLOT View adalah program yang memiliki kemampuan untuk

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN. batas-batas wilayah sebagai berikut : - Sebelah Utara dengan Sumatera Barat. - Sebelah Barat dengan Samudera Hindia

ANALISIS TRANSFORMASI DAN SPEKTRUM GELOMBANG DI PERAIRAN BALONGAN, INDRAMAYU, JAWA BARAT

Gambar 3. Peta Resiko Banjir Rob Karena Pasang Surut

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan Penelitian Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian...

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 : Definisi visual dari penampang pantai (Sumber : SPM volume 1, 1984) I-1

Perbandingan Peramalan Gelombang dengan Metode Groen Dorrestein dan Shore Protection Manual di Merak-Banten yang di Validasi dengan Data Altimetri

Rancangan Peta Rute Evakuasi Bancana Tsunami Pantai Puger Jember

BAB IV IMPLEMENTASI SKEMA RUNGE-KUTTA. Pada bab ini akan dibahas implementasi skema skema yang telah

Analisa Perubahan Kualitas Air Akibat Pembuangan Lumpur Sidoarjo Pada Muara Kali Porong

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

KONDISI UMUM LOKASI. Gambaran Umum Kabupaten Cirebon

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ANALISA PENGINDERAAN JARAK JAUH UNTUK MENGINDENTIFIKASI PERUBAHAN GARIS PANTAI DI PANTAI TIMUR SURABAYA. Di susun Oleh : Oktovianus Y.S.

Hasil dan Analisis. IV.1.2 Pengamatan Data IR1 a) Identifikasi Pola Konveksi Diurnal dari Penampang Melintang Indeks Konvektif

BAB IV ANALISIS KORELASI INFORMASI GEOLOGI DENGAN VARIOGRAM

Simulasi Arus dan Distribusi Sedimen secara 3 Dimensi di Pantai Selatan Jawa

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENYUSUNAN RANCANGAN KALENDER TANAM BAWANG MERAH DAN CABE

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

Hs (m) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Uji Sensitifitas Model Uji sensitifitas yang dilakukan menggunakan empat parameter, yaitu kecepatan angin, langkah waktu perhitungan, kondisi fisik dan resolusi grid. Tujuan dari uji sensitifitas ini adalah untuk mengetahui seberapa sensitif variabel yang diuji terhadap model yang dihasilkan. Uji ini dilakukan dengan mengambil tiga titik sampel yang mewakili wilayah pemodelan. Hasil dari uji sensitifitas ini berupa grafik tinggi signifikan gelombang terhadap waktu. a. Uji Sensitifitas dengan Parameter Kecepatan Angin Kecepatan angin yang digunakan adalah 2,5 m/s, 5 m/s dan 10 m/s. Uji ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh kecepatan angin terhadap model gelombang yang dihasilkan. Hasil analisis sensitifitas terhadap angin di masing-masing titik sampel disajikan dalam pembahasan berikut. 1) Titik 1 0.8 2,5 m/s 5 m/s 10 m/s 0.7 0.6 0.5 0.4 0.3 0.2 0.1 0 Waktu Gambar 4.1. Grafik Tinggi Gelombang Signifikan berdasarkan Angin di Titik 1 27

Hs (m) Hs (m) 2) Titik 2 0.9 2,5 m/s 5 m/s 10 m/s 0.8 0.7 0.6 0.5 0.4 0.3 0.2 0.1 0 Waktu Gambar 4.2. Grafik Tinggi Gelombang Signifikan berdasarkan Pengaruh Angin di Titik 2 3) Titik 3 0.7 2,5 m/s 5 m/s 10 m/s 0.6 0.5 0.4 0.3 0.2 0.1 0 Waktu Gambar 4.3. Grafik Tinggi Gelombang Signifikan berdasarkan Angin di Titik 3 Pada Gambar 4.1, 4.2 dan 4.3 sumbu X merupakan waktu pemodelan sedangkan sumbu Y merupakan tinggi signifikan gelombang dalam satuan meter. Garis berwarna merah merupakan tinggi signifikan gelombang yang dihasilkan oleh angin dengan kecepatan 2,5 m/s. Garis berwarna biru dan hijau masing-masing menggambarkan tinggi signifikan gelombang dengan kecepatan angin 5 m/s dan 10 m/s. Dari Gambar 4.1, 4.2 dan 4.3 terlihat bahwa dengan kecepatan angin yang berbeda akan menimbulkan tinggi signifikan gelombang 28

Hs (m) yang berbeda pula. Hal ini berarti bahwa kecepatan angin mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap pemodelan gelombang yang dilakukan. Hal ini sejalan dengan teori yang menyebutkan bahwa angin merupakan faktor utama penyebab terjadinya gelombang laut. Dari grafik tersebut terlihat bahwa semakin besar kecepatan angin akan menyebabkan tinggi signifikan gelombang yang semakin besar dan begitu pula sebaliknya semakin kecil kecepatan angin maka gelombang yang dihasilkan pun semakin kecil. b. Uji Sensitifitas dengan Parameter Resolusi Grid Pada uji sensitifitas ini, digunakan tiga jenis resolusi grid yang berbeda. Resolusi grid yang digunakan tersebut adalah 109 m x 116 m, 218 m x 232 m, dan 436 m x 464 m. Uji sensitifitas ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh resolusi grid terhadap model gelombang yang dihasilkan. Seperti halnya dengan uji sensitifitas berdasarkan parameter kecepatan angin, uji ini juga dilakukan di tiga titik sampel yang menyebar di wilayah pemodelan. Hasil dari uji sensitifitas berdasarkan resolusi grid ditampilkan dalam pembahasan berikut. 1) Titik 1 0.5 0.45 109 m X 116 m 218 m x 232 m 436 m x 464 m 0.4 0.35 0.3 0.25 0.2 0.15 0.1 0.05 0 Waktu Gambar 4.4. Grafik Tinggi Gelombang Signifikan berdasarkan Resolusi Grid di Titik 1 29

Hs (m) Hs (m) 2) Titik 2 0.5 0.45 109 m x 116 m 218 m x 232 m 436 m x 464 m 0.4 0.35 0.3 0.25 0.2 0.15 0.1 0.05 0 Waktu Gambar 4.5. Grafik Tinggi Gelombang Signifikan berdasarkan Resolusi Grid di Titik 2 3) Titik 3 0.3 109 m x 116 m 218 m x 232 m 436 m x 464 m 0.25 0.2 0.15 0.1 0.05 0 Waktu Gambar 4.6. Grafik Tinggi Gelombang Signifikan berdasarkan Resolusi Grid di Titik 3 30

Dari Gambar 4.4, 4.5 dan 4.6 terlihat bahwa hasil pemodelan dengan resolusi grid yang berbeda menghasilkan model yang hampir sama untuk resolusi grid 109 m x 116 m (garis berwarna merah) dan 218 m x 232 m (garis berwarna biru). Model gelombang yang dihasilkan dari pemodelan yang menggunakan kedua resolusi grid tersebut memberikan hasil yang stabil. Tetapi model yang menggunakan resolusi grid 436 m x 464 m (garis berwarna hijau) menghasilkan tinggi signifikan gelombang yang kurang stabil. Kestabilan ini dapat terlihat dari grafik tinggi signifikan gelombang yang dihasilkan. Selain berpengaruh pada model gelombang yang dihasilkan, resolusi grid juga berpengaruh terhadap lamanya waktu pemodelan. Semakin rapat resolusi grid yang dipakai akan semakin lama waktu pemodelan dan begitu pula sebaliknya. Jadi, untuk pemodelan gelombang ini digunakan model dengan resolusi grid 218 m x 232 m untuk menghasilkan model gelombang yang optimal. c. Uji Sensitifitas dengan Parameter Langkah Waktu Perhitungan Dalam uji sensitifitas ini langkah waktu perhitungan yang digunakan adalah 0,5 jam, 1 jam dan 2 jam. Uji sensitifitas ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh langkah waktu perhitungan terhadap model gelombang yang dihasilkan di tiga titik sampel yang mewakili seluruh wilayah pemodelan. Hasil dari uji sensitifitas ini akan ditampilkan dalam pembahasan berikut. 31

1) Titik 1 Gambar 4.7. Grafik Tinggi Gelombang Signifikan berdasarkan Langkah Waktu Perhitungan di Titik 1 2) Titik 2 Gambar 4.8. Grafik Tinggi Gelombang Signifikan berdasarkan Langkah Waktu Perhitungan di Titik 2 32

3) Titik 3 Gambar 4.9. Grafik Tinggi Gelombang Signifikan berdasarkan Langkah Waktu Perhitungan di Titik 3 Setelah melihat hasil dari semua titik sampel pada Gambar 4.7, 4.8 dan 4.9, dapat disimpulkan bahwa parameter langkah waktu perhitungan tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap model gelombang yang dihasilkan. Langkah waktu perhitungan pada model ini berpengaruh pada lamanya waktu pemodelan. Semakin cepat langkah waktu perhitungan yang digunakan akan menyebabkan semakin lama waktu pemodelan dan begitu pula sebaliknya. d. Uji Sensitifitas dengan Parameter Kondisi Fisik (GEN3) Parameter yang digunakan dalam uji sensitifitas ini adalah kondisi fisik (GEN3). Jenis GEN3 yang digunakan adalah KOMEN, JANSSEN, dan WESTHUYSEN. Uji ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh kondisi fisik terhadap model gelombang yang dihasilkan. Uji ini juga dilakukan di tiga titik sampel yang mewakili wilayah pemodelan. Hasil dari uji sensitifitas ini ditampilkan dalam pembahasan berikut. 33

Hs (m) Hs (m) 1) Titik 1 1.2 KOMEN JANSsen WESTHuysen 1 0.8 0.6 0.4 0.2 0 Waktu Gambar 4.10. Grafik Tinggi Gelombang Signifikan berdasarkan Kondisi Fisik di Titik 1 2) Titik 2 1.4 KOMEN JANSsen WESTHuysen 1.2 1 0.8 0.6 0.4 0.2 0 Waktu Gambar 4.11. Grafik Tinggi Gelombang Signifikan berdasarkan Kondisi Fisik di Titik 2 34

Hs (m) 3) Titik 3 0.7 0.6 KOMEN JANSsen WESTHuysen 0.5 0.4 0.3 0.2 0.1 0 7/3/2011 7/3/2011 7/3/2011 7/3/2011 7/4/2011 7/4/2011 7/4/2011 7/4/2011 7/5/2011 7/5/2011 7/5/2011 7/5/2011 Waktu Gambar 4.12. Grafik Tinggi Gelombang Signifikan berdasarkan Kondisi Fisik di Titik 3 Dari Gambar 4.10, 4.11 dan 4.2 terlihat bahwa kondisi fisik sangat berpengaruh terhadap model gelombang yang dihasilkan. Tinggi gelombang yang dihasilkan oleh KOMEN hampir sama dengan WESTHUYSEN. Tetapi JANSSEN menghasilkan nilai tinggi gelombang yang berbeda. Nilai tinggi gelombang yang dihasilkan oleh JANSSEN lebih dari dua kali lipat nilai tinggi gelombang yang dihasilkan KOMEN dan WESTHUYSEN. Pada uji sensitifitas ini ditentukan bahwa iterasi dilakukan maksimal sepuluh kali. Iterasi akan berhenti jika telah mencapai jumlah maksimal iterasi atau solusi pendekatannya cukup akurat. Pada uji sensitifitas dengan kondisi fisik JANSSEN proses pemodelan berhenti setelah mencapai iterasi maksimal sedangkan akurasi yang diperoleh hanya berkisar antara 40-60%. Hal tersebut menyebabkan tinggi signifikan yang dihasilkan dengan GEN3 JANSSEN berbeda dengan yang lainnya. Sedangkan akurasi yang dihasilkan dari pemodelan dengan kondisi fisik KOMEN dan WESTHUYSEN adalan diatas 98%. Akurasi yang dimaksud pada pemodelan ini merupakan jumlah area yang menghasilkan nilai konstan dari tahap iterasi sebelumnya. Oleh karena itu, untuk menghasilkan model gelombang yang optimal pada pemodelan gelombang ini digunakan GEN3 KOMEN. 35

Berdasarkan uji sensitifitas yang dilakukan, variabel yang digunakan pada pemodelan gelombang ini adalah sebagai berikut. Variabel angin yang digunakan adalah berdasarkan data sekunder dari NCEP. Variabel langkah waktu perhitungan yang digunakan adalah setiap satu jam. Variabel resolusi grid yang digunakan adalah 218 m x 232 m. Variabel kondisi fisik yang digunakan adalah KOMEN. 4.2 Simulasi Dua Musim Setelah dilakukan uji sensitifitas terhadap model gelombang dan ditentukan variabel yang akan digunakan untuk pemodelan, langkah selanjutnya adalah melakukan simulasi dua musim. Simulasi dua musim dilakukan karena di Indonesia terdapat musim angin barat dan musim angin timur. Pada simulasi ini, dilakukan simulasi selama satu bulan untuk masing-masing musim. Dari musim angin timur dilakukan pemodelan pada bulan Juli, sedangkan untuk mewakili musim angin barat dilakukan pemodelan pada bulan Januari. Model yang digunakan dalam simulasi ini adalah model yang dipilih berdasarkan uji sensitifitas berdasarkan parameter kecepatan angin, langkah waktu perhitungan, resolusi grid dan kondisi fisik (GEN3). 4.2.1. Simulasi pada Musim Angin Timur Simulasi pada musim angin timur merupakan bagian dari simulasi dua musim yang dilakukan. Hasil pemodelan gelombang musim angin timur yang akan dibahas adalah tinggi signifikan gelombang. Gambar 4.13 menunjukkan tinggi signifikan dan arah gelombang di perairan Cirebon hasil dari pemodelan numerik pada tanggal 31 Juli 2011 pukul 06.00 dan pukul 07.00. 36

Gambar 4.13. Tinggi Signifikan dan Arah Gelombang pada tanggal 16 Juli 2011 Sebagai perwakilan dari musim angin timur dilakukan pemodelan pada bulan Juli selama satu bulan. Di wilayah pemodelan ini diambil 24 titik sampel yang tersebar sepanjang pantai Cirebon. Pada titik-titik pengamatan tersebut diketahui tinggi signifikan dan arah gelombang selama masa pemodelan. Pada bulan Juli, tinggi signifikan gelombang maksimal diantara semua titik pengamatan adalah 0,616 m terletak di titik pengamatan 2 pada tanggal 31 Juli 2011 pukul 07.00. Sedangkan rata-rata tinggi signifikan gelombangnya adalah 0,286 m. Arah gelombang cenderung menuju ke arah barat dan barat laut. Hal ini sejalan dengan arah datangnya angin yang berhembus dari arah timur sehingga menyebabkan gelombang bergerak ke arah barat dan barat laut. Periode gelombang maksimum pada bulan Juli yaitu 5,56 detik. Dengan menganalisis titik sampel yang tersebar, dapat diketahui tinggi signifikan gelombang pada titik-titk sampel tersebut selama kurun waktu pemodelan dilakukan. Karakteristik gelombang di titik-titik sampel tersebut diasumsikan mewakili karakteristik wilayah perairan kecamatan pesisir Cirebon yang terdekat dengan titik pengamatan tersebut. Tabel 4.1 berisi mengenai kecamatan pesisir di wilayah Cirebon dan titik pengamatan yang mewakilinya. 37

Hs (m) Tabel 4.1. Kecamatan Pesisir dan Titik Pengamatan yang Mewakilinya No Kecamatan Pesisir Titik Pengamatan 1 Kapetakan 3 2 Suranenggala 7 3 Gunung Jati 9 4 Kejaksaan 10 5 Lemahwungkuk 11 6 Mundu 12 7 Astanajapura 13 8 Pangenan 16 9 Gebang 19 10 Losari 22 Dari titik-titik pengamatan yang mewakili masing-masing kecamatan seperti pada Tabel 4.1, dianalisis tinggi signifikan gelombang di titik-titik pengamatan tersebut dan digambarkan dalam bentuk grafik seperti pada Gambar 4.14. Tinggi signifikan gelombang tersebut merupakan tinggi signifikan gelombang yang dihasilkan dari pemodelan selama satu bulan. 0.7 Kapetakan Suranenggala Gunung Jati Kejaksaan Lemahwungkuk Mundu Astanajapura Pangenan Gebang Losari 0.6 0.5 0.4 0.3 0.2 0.1 0 7/2/11 7/7/11 7/12/11 7/17/11 7/22/11 7/27/11 8/1/11 Waktu Gambar 4.14 Tinggi Signifikan Gelombang di Titik Pengamatan Kecamatan Pesisir pada Bulan Juli 2011 Pada Gambar 4.14 terlihat bahwa di semua titik pengamatan memiliki pola tinggi signifikan gelombang yang sama, yang berbeda adalah besarnya nilai tinggi signifikan gelombang di setiap titik pengamatan yang menyebabkan berbeda pula tingkat kerentanan wilayah pesisir terhadap abrasi. Tinggi signifikan gelombang maksimal terdapat pada titik pengamatan dua dengan tinggi mencapai 0,616 m. 38

4.2.2. Simulasi pada Musim Angin Barat Gambar 4.15. Tinggi Signifikan Gelombang dan Arah Gelombang pada tanggal 15 Januari 2012 Selain dilakukan simulasi pada musim angin timur, pada simulasi dua musim ini juga dilakukan simulasi pada musim angin barat. Pada musim ini dilakukan simulasi selama satu bulan pada bulan Januari sebagai perwakilan dari periode musim angin barat. Dengan menyebar 24 titik pengamatan di sepanjang pantai, maka akan diketahui karakteristik gelombang di titik-titik pengamatan tersebut. Pada bulan ini, tinggi signifikan maksimal di titik-titik pengamatan mencapai 0,744 m di titik pengamatan 24 pada tanggal 26 Januari 2012 pukul 13.00. Sedangkan rata-rata tinggi gelombang signifikan adalah 0,172 m dan arah gelombang yang terjadi pada bulan ini cenderung ke arah tenggara dan selatan. Periode gelombang maksimum pada bulan Januari yaitu 5,56 detik. Seperti halnya dengan pemodelan gelombang pada musim angin timur, pemodelan pada musim angin barat juga dapat diketahui tinggi signifikan gelombang pada titik-titk sampel yang tersebar selama kurun waktu pemodelan dilakukan. Dengan menggunakan titik pengamatan yang sama untuk setiap kecamatan pesisir, Gambar 4.16 menunjukkan tinggi signifikan gelombang di setiap titik pengamatan yang mewakili kecamatan pesisir di wilayah pesisir Cirebon selama satu bulan pada musim angin barat. 39

Hs (m) 0.80 Kapetakan Suranenggala Gunung Jati Kejaksaan Lemahwungkuk Mundu Astanajapura Pangenan Gebang Losari 0.70 0.60 0.50 0.40 0.30 0.20 0.10 0.00 1/2/12 1/7/12 1/12/12 1/17/12 1/22/12 1/27/12 2/1/12 Waktu Gambar 4.16. Tinggi Signifikan Gelombang di Titik Pengamatan Kecamatan Pesisir pada Bulan Januari 2012 Pada Gambar 4.16 terlihat pola tinggi signifikan gelombang yang sama untuk setiap titik pengamatan. Hampir di semua titik pengamatan, terjadi kenaikan tinggi gelombang signifikan yang drastis dimulai tanggal 23 Januari 2012 sampai mencapai tinggi gelombang maksimal pada tanggal 26 Januari 2012 pukul 13.00. Setelah mencapai tinggi gelombang maksimal tersebut, pola tinggi signifikan gelombang akan menurun sampai akhir waktu pemodelan. 4.3 Kerentanan Wilayah Pesisir Cirebon terhadap Abrasi Setelah didapatkan karakteristik gelombang dari pemodelan, selanjutnya adalah melakukan identifikasi kerentanan wilayah pesisir terhadap abrasi. Untuk mengetahui tingkat kerentanan di wilayah pesisir Cirebon terhadap abrasi yang diakibatkan oleh gelombang, dianalisis terlebih dahulu tinggi gelombang signifikan dan arah rata-rata gelombang datang pada masing-masing titik pengamatan. Karakteristik gelombang di titik pengamatan mewakili karakteristik gelombang secara keseluruhan di perairan sekitar wilayah kecamatan pesisir. Tabel 4.2 berisi mengenai kecamatan pesisir cirebon dan titik pengamatan yang terdekat. 40

Tabel 4.2. Kecamatan Peisisir dan Titik Pengamatan Terdekat Titik No Kecamatan Pengamatan 1 Kapetakan 1 6 2 Suranenggala 6 7 3 Gunung Jati 8 10 4 Kejaksaan 10 11 5 Lemahwungkuk 11 6 Mundu 12 7 Astanajapura 13 8 Pangenan 13-18 9 Gebang 18-21 10 Losari 21-24 Karakteristik gelombang yang mempengaruhi kerentanan wilayah pesisir terhadap abrasi adalah arah datang dan tinggi signifikan gelombang. Pada masing-masing titik pengamatan terdapat informasi tinggi gelombang signifikan dan arah datang gelombang. Dengan informasi yang tersedia pada titik pengamatan tersebut akan diketahui tingkat kerentanan wilayah pesisir terhadap abrasi yang terdekat dengan titik pengamatannya. Gambar 4.17 menunjukkan persebaran titik-titik pengamatan di sekitar wilayah pesisir Kabupaten dan Kota Cirebon. Gambar 4.17. Peta Persebaran Titik-Titik Pengamatan di Perairan Cirebon 41

Tabel 4.3 merupakan tabel yang memuat informasi mengenai indeks kerentanan masing-masing titik pengamatan berdasarkan tinggi gelombang signifikan dan sudut dating gelombang pada bulan Juli 2011. Sedangkan Tabel 4.4 merupakan tabel yang memuat informasi mengenai indeks kerentanan pada bulan januari 2012 di masingmasing titik pengamatan. Tabel 4.3. Indeks Kerentanan terhadap Abrasi di Titik Pengamatan pada Bulan Juli 2011 No IKPA berdasarkan Hs (m) SG ( o ) IKPA Berdasarkan SG Titik Hs 1 0.608 Kurang Rentan 58 Rentan 2 0.616 Kurang Rentan 60 Rentan 3 0.606 Kurang Rentan 61 Rentan 4 0.586 Kurang Rentan 72 Rentan 5 0.560 Kurang Rentan 62 Rentan 6 0.535 Kurang Rentan 63 Rentan 7 0.531 Kurang Rentan 62 Rentan 8 0.534 Kurang Rentan 65 Rentan 9 0.508 Kurang Rentan 66 Rentan 10 0.491 Kurang Rentan 67 Rentan 11 0.463 Aman 69 Rentan 12 0.396 Aman 45 Sangat Rentan 13 0.234 Aman 30 Sangat Rentan 14 0.387 Aman 0 Kurang Rentan 15 0.431 Aman 0 Kurang Rentan 16 0.431 Aman 15 Kurang Rentan 17 0.320 Aman 39 Sangat Rentan 18 0.312 Aman 26 Rentan 19 0.278 Aman 36 Sangat Rentan 20 0.252 Aman 52 Sangat Rentan 21 0.211 Aman 74 Kurang Rentan 22 0.181 Aman 67 Rentan 23 0.424 Aman 39 Sangat Rentan 24 0.525 Aman 31 Rentan 42

Tabel 4.4. Indeks Kerentanan terhadap Abrasi di Titik Pengamatan pada Bulan Januari 2012 IKPA No Titik Hs (m) SG ( o ) IKPA berdasarkan SG berdasarkan Hs keterangan : 1 0.258 Aman 78 Kurang Rentan 2 0.336 Aman 67 Rentan 3 0.381 Aman 66 Rentan 4 0.396 Aman 71 Rentan 5 0.422 Aman 48 Sangat Rentan 6 0.430 Aman 44 Sangat Rentan 7 0.458 Aman 47 Sangat Rentan 8 0.498 Kurang Rentan 43 Sangat Rentan 9 0.493 Kurang Rentan 31 Rentan 10 0.525 Kurang Rentan 26 Rentan 11 0.541 Kurang Rentan 13 Kurang Rentan 12 0.560 Kurang Rentan 17 Kurang Rentan 13 0.473 Kurang Rentan 17 Kurang Rentan 14 0.608 Kurang Rentan 47 Sangat Rentan 15 0.650 Kurang Rentan 51 Sangat Rentan 16 0.672 Kurang Rentan 0 Kurang Rentan 17 0.439 Kurang Rentan 47 Sangat Rentan 18 0.643 Kurang Rentan 50 Sangat Rentan 19 0.691 Kurang Rentan 50 Sangat Rentan 20 0.665 Kurang Rentan 50 Sangat Rentan 21 0.529 Kurang Rentan 54 Sangat Rentan 22 0.330 Kurang Rentan 42 Sangat Rentan 23 0.677 Kurang Rentan 71 Rentan 24 0.744 Kurang Rentan 69 Rentan Hs SG = Tinggi Signifikan Gelombang = Sudut Datang Gelombang terhadap Garis Pantai Untuk menentukan indeks kerentanan di masing-masing titik pengamatan hasil dari penggabungan indeks kerentanan berdasarkan variabel tinggi signifikan gelombang dan sudut datang gelombang terhadap garis pantai, dilakukan pembobotan dengan bobot untuk masing-masing variabel seperti pada Tabel 2.2. Hasil pembobotan tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.5 untuk Bulan Juli 2011 dan Tabel 4.6 untuk Bulan Januari 2012. 43

No Titik Hs Tabel 4.5 IKPA Hasil Pembobotan pada Bulan Juli 2011 Klasifikasi Variabel Tinggi Signifikan Klasifikasi Nilai IKPA SG Sudut Datang Klasifikasi Nilai IKPA Nilai Hasil Klasifikasi 1 0.608 Kurang Rentan 2 58 Rentan 3 2.5 Rentan 2 0.616 Kurang Rentan 2 60 Rentan 3 2.5 Rentan 3 0.606 Kurang Rentan 2 61 Rentan 3 2.5 Rentan 4 0.586 Kurang Rentan 2 72 Rentan 3 2.5 Rentan 5 0.560 Kurang Rentan 2 62 Rentan 3 2.5 Rentan 6 0.535 Kurang Rentan 2 63 Rentan 3 2.5 Rentan 7 0.531 Kurang Rentan 2 62 Rentan 3 2.5 Rentan 8 0.534 Kurang Rentan 2 65 Rentan 3 2.5 Rentan 9 0.508 Kurang Rentan 2 66 Rentan 3 2.5 Rentan 10 0.491 Kurang Rentan 2 67 Rentan 3 2.5 Rentan 11 0.463 Aman 1 69 Rentan 3 2 Kurang Rentan 12 0.396 Aman 1 45 Sangat Rentan 4 2.5 Rentan 13 0.234 Aman 1 30 Sangat Rentan 4 2.5 Rentan 14 0.387 Aman 1 0 Kurang Rentan 2 1.5 Kurang Rentan 15 0.431 Aman 1 0 Kurang Rentan 2 1.5 Kurang Rentan 16 0.431 Aman 1 15 Kurang Rentan 2 1.5 Kurang Rentan 17 0.320 Aman 1 39 Sangat Rentan 2 1.5 Kurang Rentan 18 0.312 Aman 1 26 Rentan 3 2 Kurang Rentan 19 0.278 Aman 1 36 Sangat Rentan 4 2.5 Rentan 20 0.252 Aman 1 52 Sangat Rentan 4 2.5 Rentan 21 0.211 Aman 1 74 Kurang Rentan 2 1.5 Kurang Rentan 22 0.181 Aman 1 67 Rentan 3 2 Kurang Rentan 23 0.424 Aman 1 39 Sangat Rentan 4 2.5 Rentan 24 0.525 Aman 1 31 Rentan 3 2 Kurang Rentan 44

No Titik Hs Tabel 4.6 IKPA Hasil Pembobotan pada Bulan Januari 2012 Klasifikasi Variabel Tinggi Signifikan Klasifikasi Nilai IKPA SG Sudut Datang Klasifikasi Nilai IKPA Nilai Hasil Klasifikasi 1 0.258 Aman 1 78 Kurang Rentan 2 1.5 Kurang Rentan 2 0.336 Aman 1 67 Rentan 3 2 Kurang Rentan 3 0.381 Aman 1 66 Rentan 3 2 Kurang Rentan 4 0.396 Aman 1 71 Rentan 3 2 Kurang Rentan 5 0.422 Aman 1 48 Sangat Rentan 4 2.5 Rentan 6 0.430 Aman 1 44 Sangat Rentan 4 2.5 Rentan 7 0.458 Aman 1 47 Sangat Rentan 4 2.5 Rentan 8 0.498 Kurang Rentan 2 43 Sangat Rentan 4 3 Rentan 9 0.493 Kurang Rentan 2 31 Rentan 3 2.5 Rentan 10 0.525 Kurang Rentan 2 26 Rentan 3 2.5 Rentan 11 0.541 Kurang Rentan 2 13 Kurang Rentan 2 2 Kurang Rentan 12 0.560 Kurang Rentan 2 17 Kurang Rentan 2 2 Rentan 13 0.473 Kurang Rentan 2 17 Kurang Rentan 2 2 Rentan 14 0.608 Kurang Rentan 2 47 Sangat Rentan 4 3 Rentan 15 0.650 Kurang Rentan 2 51 Sangat Rentan 4 3 Rentan 16 0.672 Kurang Rentan 2 0 Kurang Rentan 2 2 Kurang Rentan 17 0.439 Kurang Rentan 2 47 Sangat Rentan 4 3 Rentan 18 0.643 Kurang Rentan 2 50 Sangat Rentan 4 3 Rentan 19 0.691 Kurang Rentan 2 50 Sangat Rentan 4 3 Rentan 20 0.665 Kurang Rentan 2 50 Sangat Rentan 4 3 Rentan 21 0.529 Kurang Rentan 2 54 Sangat Rentan 4 3 Rentan 22 0.330 Kurang Rentan 2 42 Sangat Rentan 4 3 Rentan 23 0.677 Kurang Rentan 2 71 Rentan 3 2.5 Rentan 24 0.744 Kurang Rentan 2 69 Rentan 3 2.5 Rentan Seperti yang telah dicantumkan pada Tabel 4.2, karakteristik gelombang di wilayah perairan masing-masing kecamatan pesisir di Cirebon diwakili oleh titik-titik pengamatan. Dari indeks kerentanan di titik-titik pengamatan tersebut, diambil indeks kerentanan yang dominan untuk menentukan indeks kerentanan di kecamatan pesisir yang diwakili oleh titik-titik pengamatan. Untuk mengetahui kerentanan terhadap abrasi di masing-masing kecamatan dapat dilihat pada Tabel 4.7 untuk bulan Juli 2011, dan Tabel 4.8 untuk bulan Januari 2012. 45

Tabel 4.7. Indeks Kerentanan terhadap Abrasi di setiap Kecamatan pada Bulan Juli 2011 No Kecamatan Titik Pengamatan Kerentanan 1 Kapetakan 1 6 Rentan 2 Suranenggala 6 7 Rentan 3 Gunung Jati 8 10 Rentan 4 Kejaksaan 10 11 Rentan 5 Lemahwungkuk 11 Kurang Rentan 6 Mundu 12 Rentan 7 Astanajapura 13 Rentan 8 Pangenan 13-18 Kurang Rentan 9 Gebang 18-21 Rentan 10 Losari 21-24 Kurang Rentan Tabel 4.8. Indeks Kerentanan terhadap Abrasi di setiap Kecamatan pada Bulan Januari 2012 Titik No Kecamatan Kerentanan Pengamatan 1 Kapetakan 1 6 Kurang Rentan 2 Suranenggala 6 7 Rentan 3 Gunung Jati 8 10 Rentan 4 Kejaksaan 10 11 Rentan 5 Lemahwungkuk 11 Kurang Rentan 6 Mundu 12 Rentan 7 Astanajapura 13 Rentan 8 Pangenan 13-18 Rentan 9 Gebang 18-21 Rentan 10 Losari 21-24 Rentan Dari indeks kerentanan yang diperoleh dari analisis, dapat digambarkan peta kerentanan berdasarkan Tabel 4.7 untuk bulan Juli 2011 dan Tabel 4.8 untuk bulan Januari 2012. Peta kerentanan wilayah pesisir Cirebon berdasarkan indeks kerentanan wilayah pesisir terhadap abrasi untuk bulan Juli 2011 dapat dilihat pada gambar 4.18. 46

Gambar 4.18. Peta Kerentanan Wilayah Pesisir Cirebon terhadap Abrasi pada Bulan Juli 2011 Pada Gambar 4.18 terdapat dua indeks kerentanan terhadap abrasi untuk kecamatankecamatan pesisir di Cirebon berdasarkan gelombang hasil pemodelan bulan Juli 2011 (musim angin timur). Kecamatan Lemahwungkuk, Pangenan dan Losari berwarna kuning menunjukkan bahwa di kecamatan pesisir ini kurang rentan terhadap abrasi yang disebabkan oleh gelombang laut. Sedangkan kecamatan Kapetakan, Suranenggala, Gunung Jati, Kejaksaan, Mundu, Astanajapura dan Gebang berwarna jingga menunjukkan bahwa kecamatan-kecamatan pesisir yang rentan terhadap abrasi yang disebabkan oleh gelombang laut. Sedangkan peta kerentanan wilayah pesisir Cirebon terhadap abrasi berdasarkan indeks kerentanan pada bulan Januari 2012 dapat dilihat pada Gambar 4.19. 47

Gambar 4.19. Peta Kerentanan Wilayah Pesisir Cirebon terhadap Abrasi pada Bulan Januari 2012 Pada Gambar 4.19 terlihat bahwa terdapat dua kecamatan yang termasuk ke dalam wilayah kurang rentan, yaitu kecamatan Kapetakan dan Lemahwungkuk. Sedangkan Kecamatan Suranenggala, Gunung Jati, Kejaksaan, Mundu, Astanajapura, Pangenan, Gebang dan Losari termasuk ke dalam daerah yang rentan terhadap abrasi yang disebabkan oleh gelombang laut. Dari hasil pemodelan gelombang dua musim, dapat disimpulkan kerentanan wilayah pesisir terhadap abrasi untuk masing-masing musim simulasi. Untuk mendapatkan peta kerentanan pesisir Cirebon terhadap abrasi, maka data kerentanan dari simulasi dua musim tersebut digabungkan. Penggabungan indeks kerentanan dari dua musim ini dengan cara mengambil nilai indeks kerentanan yang paling rentan diantara dua musim. Indeks kerentanan yang paling rentan diantara dua data kerentanan tersebut disimpulkan sebagai indeks kerentanan untuk wilayah pesisir Cirebon terhadap abrasi. Hasil dari penggabungan data ini adalah peta kerentanan wilayah pesisir Cirebon terhadap abrasi seperti pada Gambar 4.20. 48

Gambar 4.20. Peta Kerentanan Wilayah Pesisir Cirebon terhadap Abrasi Pada Gambar 4.20 terlihat bahwa terdapat satu kecamatan yang termasuk dalam kategori kurang rentan terhadap abrasi dan sembilan kecamatan lainnya termasuk dalam kategori rentan Kecamatan yang kurang rentan terhadap abrasi adalah kecamatan Lemahwungkuk. Sedangkan kecamatan yang rentan terhadap abrasi adalah kecamatan Kapetakan, Suranenggala, Gunung Jati, Kejaksaan, Mundu, Astanajapura, Pangenan, Gebang dan Losari. 49