HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN KECEMASAN PADA MAHASISWA STIKES NANI HASANUDDIN MAKASSAR YANG SEDANG MENYUSUN SKRIPSI ANDI AKBAR ABSTRAK Andi Akbar, Hubungan Antara Kecerdasan Emosional dengan Kecemasan pada Mahasiswa Stikes Nani yang Sedang Menyusun Skripsi Kecemasan merupakan respon emosi tanpa objek yang spesifik dan sumbernya tidak dikenali yang secara subjektif dialami dan dikomunikasikan secara interpersonal pada tingkat yang berbeda-beda yang dapat terjadi ketika seseorang merasa terancam, baik secara fisik atau psikologi. Sehingga diperlukan kemampuan untuk menghadapi dan memecahkan masalah yang berhubungan dengan penggunaan dan pengelolaan emosi secara cerdas sebagai pemandu perilaku dan pemikiran kita yang disebut dengan kecerdasan emosional. Kecerdasan emosional digunakan untuk kepentingan interpersonal (membantu diri kita sendiri) dan juga interpersonal (membantu orang lain) yang meliputi aspek mengenali emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain (empati), dan membina hubungan.tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara kecerdasan emosional dengan kecemasan. Populasi penelitian adalah seluruh mahasiswa S1 Hasanuddin yang sedang menyusun skripsi yang berjumlah 221 orang, dengan sampel sebanyak 142 responden yang pemilihannya dilakukan dengan cara simple random sampling. Desain yang digunakan adalah cross sectional, Variabel independen kecerdasan emosional, variabel dependen adalah kecemasan. Analisis bivariat diperoleh dengan menggunakan uji Chi-square dengan tingkat kemaknaan α 0,05. Hasil penelitian menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara kecerdasan emosional dengan kecemasan (p = 0,299 > α 0,05 ). Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara kecerdasan emosional dengan kecemasan mahasiswa S1 keperawatan Program B Hasanuddin yang sedang menyusun skripsi. Kata Kunci : Kecerdasan Emosional dan Kecemasan PENDAHULUAN Karya tulis ilmiah dikalangan perguruan tinggi khususnya skripsi, sudah menjadi persyaratan utama dalam menuntaskan studinya. Hal ini didasarkan pada pemikiran bahwa setiap lulusan suatu perguruan tinggi yang menyandang predikat sebagai output lembaga ilmiah sekurang-kurangnya mampu menuangkan hasil pemikiran dan kajiannya dalam bentuk tulisan yang dapat dimengerti oleh orang lain sebagai pembacanya atau sekurang-kurangnya oleh kelompok masyarakat yang berlatar belakang bidang ilmu yang relevan. (Sugeng Triswanto, 2010) Skripsi adalah karya ilmiah yang dibuat sebagai syarat seorang mahasiswa menyelesaikan pendidikan program sarjananya (Satria, 2010). Penulisan skripsi memberikan pengalaman belajar kepada mahasiswa dalam menyelesaikan masalah secara ilmiah, dengan cara melakukan penelitian sendiri, menganalisis serta menarik kesimpulan, dan menulisnya menjadi bentuk karya ilmiah. Keharusan menulis skripsi dimaksudkan agar mahasiswa mampu menerapkan ilmu dan kemampuan sesuai dengan disiplin ilmu yang dimiliki kedalam kenyataan yang dihadapi dan yang tidak kalah penting, skripsi merupakan tolak ukur sejauh mana tingkat pemahaman mahasiswa terhadap ilmu yang dimilikinya (Januarti, 2009). Namun menyusun skripsi bagi sebagian mahasiswa nampaknya merupakan hal yang menakutkan yang mau tidak mau wajib dijalani (Mage & Priyowidodo, 2005), karena bagi sebagian orang menyusun skripsi dianggap pekerjaan yang sangat berat (Harahap, 2004). Dengan fenomena seperti itu, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Mujiyah dkk (2001) dalam Janarti (2009), diperoleh hasil bahwa kendala-kendala yang biasa dihadapai mahasiswa dalam menulis tugas akhir skripsi adalah meliputi: bingung dalam mengembangkan teori (3,3%), kurangnya pengetahuan penulis tentang metodologi (10%), kesulitan menyusun pembahasan (10%), kesulitan menguraikan Volume 2 Nomor 1 Tahun 2013 ISSN : 2302-1721 1
hasil penelitian (13,3%), kesulitan menentukan judul (13,3%). Persepsi misalnya: takut bertemu dengan dosen pembimbing ( 6,7%), malas (40 %), motivasi rendah ( 26,7%), dosen terlalu sibuk (13,3%), dosen pembimbing sulit ditemui (36,7%), minimnya waktu bimbingan (23,3%), kurang jelas memberikan bimbingan (26,7%), kurang koordinasi dan kesamaan persepsi antara pembimbing I dan pembimbing II (23,3%), kurangnya buku-buku referensi yang fokus pada permasalahan penelitian (53,3%), referensi yang ada merupakan buku-buku edisi lama (6,7%). Kesulitan-kesulitan tersebut pada akhirnya dapat mengakibatkan gangguan psikologis seperti stress, rendah diri, frustrasi, kehilangan motivasi, menunda penyusunan skripsi hingga ada yang memutuskan untuk tidak menyelesaikan skripsinya (Mu tadin, 2002). Bahkan akibatnya kesulitan-kesulitan yang dirasakan tersebut berkembang menjadi sikap yang negatif yang akhirnya dapat menimbulkan suatu kecemasan pada mahasiswa (Hidayat, 2008). Sementara Hadzik (1994) dalam Ahmil (2011), menemukan bahwa kerumitan proses penyusunan skripsi merupakan salah satu sumber yang potensial menimbulkan kecemasan pada mahasiswa Universitas Indonesia. Dengan demikian dapat disimpulkan, bahwa skripsi dapat merupakan stressor bagi mahasiswa (Sari, 2009) Berdasarkan hasil wawancara awal langsung dengan kurang lebih 20 orang mahasiswa S1 keperawatan Program B angkatan 2010 dari jumlah total 221 mahasiswa yang sedang menyusun skripsi, ditemukan bahwa mereka mengalami kecemasan yang berhubungan dengan penyusunan skripsi seperti merasa putus asa disertai kecemasan yang berlebihan ketika judulnya ditolak, stress karena tidak mendapatkan literatur dan bahan bacaan yang dibutuhkan, takut tidak selesai tepat waktu, rendahnya motivasi dan tidak percaya diri sendiri untuk menyusun sendiri skripsinya sehingga meminta dibuatkan oleh orang lain, takut menemui dosen pembimbing, serta cemas karena tidak adanya kesamaan persepsi antara dosen pembimbing I dan pembimbing II. Hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Ahmil (2010) terhadap 125 orang responden mahasiswa S1 keperawatan STIKES Nani tentang hubungan antara kecerdasan spiritual terhadap terjadinya kecemasan pada mahasiswa STIKES Nani Hasanuddin angkatan 2010 yang sedang mentusun skripsi, terdapat 121 orang (96,8%) responden memiliki kecerdasan spiritual tinggi dan dari data tersebut terdapat 100 orang (80%) responden tidak memiliki kecemasan dalam menyususn skripsi dan 21 orang lainnya (16,8%) responden didiagnosa memiliki kecemasan dalam menyusun skripsi. Sedangkan responden yang memiliki kecerdsan spiritual rendah didapatkan sebanyak 4 orang (3,2%) responden, dan ternyata 3 orang (2,4%) responden mengalami kecemasan dalam menyusun skripsi dan 1 orang (0,8%) responden lainnya tidak cemas dalam menghadapi skripsi Padahal menurut Goleman (2007), bahwa menjaga agar emosi yang merisaukan tetap terkendali merupakan kunci menuju kecerdasan emosi. Kecerdasan emosi mencakup kemampuan untuk menghibur diri sendiri, melepaskan kecemasan, kemurungan atau ketersinggungan, pengendalian diri, semangat, ketekunan, serta kemampuan untuk memotivasi diri sendiri dan bertahan menghadapi frustasi, mampu untuk mengendalikan dorongan hati dan emosi, mengatur suasana hati, tidak melumpuhkan kemampuan berfikir, berempati dan mampu menjalin hubungan sosial dengan baik, kemampuan untuk menyelesaikan konflik, serta kemampuan untuk memimpin dan akibat-akibat yang ditimbulkannya serta kemampuan untuk bangkit dari perasaanperasaan yang menekan. Demikian pula dalam proses belajar mengajar dalam berbagai aspeknya sangat berkaitan dengan kecerdasan emosional mahasiswa. Kecerdasan emosional ini mampu melatih kemampuan mahasiswa tersebut, yaitu kemampuan untuk mengelola perasaannya, kemampuan untuk memotivasi dirinya sendiri, kesanggupan untuk tegar dalam menghadapi frustasi, kesanggupan mengendalikan dorongan dan menunda kepuasan sesaat, mengatur suasana hati yang relatif, serta mampu berempati dan bekerja sama dengan orange lain. Kemampuankemampuan ini mendukung seorang mahasiswa dalammencapai tujuan dan citacitanya (Trisnawati dan Suryaningsum, 2003). Menurut Goleman (2007), bila seseorang memiliki IQ tinggi namun taraf kecerdasan emosionalnya rendah maka cenderung akan terlihat sebagai orang yang sulit bergaul, mudah frustrasi dan cemas, tidak mudah percaya kepada orang lain, tidak peka dengan kondisi lingkungan dan cenderung putus asa bila mengalami stress. Volume 2 Nomor 1 Tahun 2013 ISSN : 2302-1721 2
Berdasarkan Fenomena tersebut, sehingga penulis tertarik untuk meneliti hubungan antara kecerdasan emosional terhadap kecemasan pada mahasiswa stikes nani hasanuddin yang sedang menyusun skripsi. BAHAN DAN METODE Lokasi, populasi, dan sampel penelitian Berdasarkan permasalahan yang diteliti, maka jenis penelitian ini adalah survei analitik dengan desain Cross Sectional Study. Penelitian ini dilaksanakan di kampus STIKES Nani Hasanuddin, Kelurahan Tamalanrea Jaya, Kecamatan Tamalanrea, Kota Makassar, Propinsi Sulawesi Selatan pada Bulan Maret 2012 Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh subjek atau objek dengan karakteristik tertentu yang akan di teliti. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh mahasiswa S1 Keperawatan Hasanuddin yang sedang mengerjakan skripsi dengan berjumlah 221 orang. Jumlah responden sebanyak 142 mahasiswa STIKES Nani Hasanuddin Program studi S1 Keperawtaan, yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Kriteria Inklusi dalam penelitian ini: a. Mahasiswa Hasanuddin b. Mahasiswa program studi S1 Keperawatan Program B c. Sedang dalam proses penyusunan skripsi Kriteria Eksklusi dalam penelitian ini: a. Tidak berada di tempat atau sulit ditemui pada saat penelitian berlangsung. b. Mundur dari penelitian pada saat penelitian berlangsung. c. Tidak mengisi secara lengkap kuisioner yang di syaratkan. Pengumpulan data Pengumpulan data dengan menggunakan alat ukur berupa kuesioner dengan mengukur kecemasan menggunakan alat ukur HRS-A (Hamilton Rating Scale for Anxiety) dengan jumlah pertanyaan sebanyak 14 nomor. Pengolahan data dilakukan dengan: 1. Editing Proses editing dilakukan setelah data terkumpul dan dilakukan dengan memeriksa kelengkapan data, memeriksa kesinambungan data dan memeriksa keseragaman data. 2. Koding Dilakukan untuk memudahkan dalam pengolahan data, semua jawaban atau data perlu disederhanakan yaitu memberikan simbol-simbol tertentu untuk setiap jawaban (pengkodean). Pengkodean dilakukan dengan memberi nomor halaman daftar pertanyaan, nomor variabel, nama variabel dan kode. 3. Tabulasi data Dilakukan untuk memudahkan dalam pengolahan data kedalam suatu tabel menurut sifat-sifat yang dimiliki sesuai dengan tujuan penelitian. Dalam hal ini dipakai tabel distribusi frekuensi untuk memudahkan penganalisaan data. Analisis data Setelah dilakukan tabulasi data, kemudian data diolah dengan menggunakan perangkat computer SPSS versi 16.0, dengan metode uji statistik yaitu : a. Univariat Dilakukan terhadap tiap variable dari hasil penelitian. Analisis ini menghasilkan distribusi dan persentase dari tiap variabel yang diteliti. b. Bivariat Dilakukan untuk melihat hubungan variabel bebas dan variabel terikat dengan menggunakan uji Chis-Square x 2 dengan kemaknaan (α) 0,05, dikatakan variabel independen dan variabel dependen jika memiliki hubungan yang bermakna dengan nilai ρ < α. HASIL PENELITIAN 1. Analisis Univariat Tabel 5.1 :Data distribusi frekuensi responden berdasarkan umur pada Mahasiswa S1 Umur (Thn) 20-30 31-40 41-50 >50 tahun Frekuensi 115 20 6 1 Persentase 81,0 14,1 4,2 0,7 Dari Tabel menunjukkan bahwa dari 142 responden sebagian besar berumur antara 20-30 tahun sebanyak 115 0rang (81,0%) responden, umur antara 31-40 tahun sebanyak 20 orang (14,1%) Volume 2 Nomor 1 Tahun 2013 ISSN : 2302-1721 3
responden, umur antara 41-50 tahun sebanyak 6 orang (4,2%) responden, dan umur >50 tahun sebanyak 1 orang (0,7%). Tabel 5.2 :Diagram distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin pada Mahasiswa S1 Jenis Kelamin Frekuensi Persentase Laki-laki Perempuan 34 108 23,9 76,1 Dari Tabel menunjukkan bahwa mayoritas respenden berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 108 orang (76,1%), dan responden yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 34orang (23,9%). Tabel 5.3 :Diagram distribusi frekuensi responden berdasarkan kelas pada Mahasiswa S1 Kelas Frekuensi Persentase B1-B2 B3-B4 61 81 43,0 57,0 Dari Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 142 responden sebanyak 61 orang (43,0%) responden berasal dari kelas B1-B2, dan sisanya sebanyak 81 orang (57,0%) responden berasal dari kelas B3-B4. Tabel 5.4 :Data distribusi responden berdasarkan Kecerdasan Emosional pada Mahasiswa S1 Kecerdasan Frekuensi Persentase Emosional Tinggi Rendah 90 52 63,4 36,6 Dari Tabel menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki kecerdasan emosional tinggi yaitu sebanyak 90 orang (63,4%) responden, dan responden yang memilikikecerdasan spiritual rendah yaitu sebanyak 52 orang (36,6%) responden. Tabel 5.5 :Data distribusi responden berdasarkan Kecemasan pada Mahasiswa S1 Kecemasan Frekuensi Persentase Ringan- Sedang Sedang- Berat 139 3 97,9 2,1 Dari Tabel menunjukkan bahwa sebagian besar responden mengalami kecemasan ringan-sedang dalam menyusun skripsi yaitu sebanyak 139 orang (97,9%) responden, dan responden yang mengalami kecemasan sedang-berat dalam menyusun skripsi yaitu sebanyak 3 orang (2,1%) responden. 2. Analisis Bivariat Tabel 5.6 : Hubungan antara Kecerdasan Emosional dengan Kecemasan mahasiswa S1 STIKES angkatan 2010 STIKES Nani Hasanuddin Makassar yang sedang menyusun skripsi. Kecerdasan Emosional Cemas ringansedang % Kecemasan Cemas sedangberat Total % Tinggi 87 61.3 3 2.1 90 63.4 Rendah 52 36.6 0 0 52 36.6 % Total 139 97.9 3 2.1 142 Uji Statistik Chi-square : (α) = 0.05 p = 0,299 n = 142 100, 0 Dari Tabel 5.6 menunjukkan bahwa dari 142 orang responden, terdapat 90 orang (63,4%) responden memiliki kecerdasan emosional tinggi dan dari data tersebut terdapat 87 orang (61,3%) responden mengalami kecemasan ringan- Volume 2 Nomor 1 Tahun 2013 ISSN : 2302-1721 4
sedang dalam menyususn skripsi dan 3 orang (2,1%) responden mengalami kecemasan sedang-berat dalam menyusun skripsi. Sedangkan responden yang memiliki kecerdsan emosional rendah sebanyak terdapat 52 orang (36,6%) responden, dan dari 52 orang (36,6%) responden tersebut semuanya hanya mengalami kecemasan ringan-sedang dalam menyusun skripsi, sementara tidak ada responden yang mengalami kecemasan sedang-berat dalam menyusun skripsi. Dari hasil analisis hubungan antara kecerdasan emosional dengan kecemasan mahasiswa S1 keperawatan program B STIKES Nani Hasanuddin yang sedang menyusun skripsi dengan program SPSS dengan menggunakan uji statistik Chisquare koreksi Fisher's exact-test pada tingkat kemaknaan α = 0.05, diperoleh p = (0,299) > α (0,05). Karena p >α (0,299 > 0,05), hal ini berarti penerimaan terhadap hipotesis noll (H0) dan penolakan terhadap hipotesis alternatif (HA). Dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara kecerdasan emosional dengan kecemasan mahasiswa S1 keperawatan program B Hasanuddin Makassar yang sedang menyusun skripsi. PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan bahwa dari 142 orang responden, terdapat 90 orang (63,4%) responden memiliki kecerdasan emosional tinggi dan dari data tersebut terdapat 87 orang (61,3%) responden mengalami kecemasan ringansedang dalam menyususn skripsi dan 3 orang (2,1%) responden mengalami kecemasan sedang-berat dalam menyusun skripsi. Sedangkan responden yang memiliki kecerdsan emosional rendah sebanyak terdapat 52 orang (36,6%) responden, dan dari 52 orang (36,6%) responden tersebut semuanya hanya mengalami kecemasan ringan-sedang dalam menyusun skripsi, sementara tidak ada responden yang mengalami kecemasan sedang-berat dalam menyusun skripsi. Dari hasil analisis hubungan antara kecerdasan emosional dengan kecemasan mahasiswa S1 keperawatan program B STIKES Nani Hasanuddin yang sedang menyusun skripsi dengan program SPSS dengan menggunakan uji statistik Chi-square koreksi Fisher's exact-test pada tingkat kemaknaan α = 0.05, diperoleh p = (0,299) > α (0,05). Karena p >α (0,299 > 0,05), hal ini berarti hipotesis noll (H0) diterima, dan hipotesis alternatif (HA) ditolak. Dengan demikian disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara kecerdasan emosional dengan kecemasan mahasiswa S1 keperawatan program B angkatan 2010 STIKES Nani yang sedang menyusun skripsi. Pada penelitian ini diketahui bahwa tingkat kecerdasan emosi responden rata-rata tinggi yaitu dari 142 total responden, terdapat sebanyak 90 orang (63,4%) responden memiliki kecerdasan emosional tinggi, sedangkan responden yang memiliki kecerdsan emosional rendah sebanyak terdapat 52 orang (36,6%) responden. Hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Rina Oktaviana (2008) terhadap pegawai BRI untuk melihat hubungan antara kecerdasan emosi dengan kecemasan menghadapi pension pada pegawai BRI menyimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara kecerdasan emosi dengan kecemasan menghadapi pensiun, dimana semakin tinggi kecerdasan emosi, maka semakin rendah tingkat kecemasan menghadapi pensiun pada pegawai BRI. Begitupun sebaliknya, semakin rendah kecerdasan emosi, maka semakin tinggi tingkat kecemasan menghadapi pensiun pada pegawai BRI. Kemudian, hasil penelitian (Thesis) lain yang dilakukan oleh Rina silviyani (2011), tentang hubungan antara kematangan emosi dengan kecemasan menghadapi pernikahan pada wanita dewasa awal. Hasil tersebut menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara kematangan emosi dengan kecemasan menghadapi pernikahan. Semakin tinggi kematangan emosi maka semakin rendah kecemasan menghadapi pernikahan, begitu sebaliknya semakin rendah kematangan emosi maka semakin tinggi kecemasan menghadapi pernikahan. Harapan peneliti yang sesungguhnya dalam penelitian ini adalah jika seseorang mahasiswa memiliki kecerdasan emosional yang tinggi, maka semakin rendah kecemasan bahkan diharapkan mahasiswa tidak mengalami kecemasan dalam menyusun skripsi sebagaimana yang dikemukakan oleh para ahli dan dari hasil penelitian sebelumnya, akan tetapi dari hasil penelitian ini didapatkan keadaan dan kondisi yang sebaliknya dari harapan peneliti dimana yaitu baik responden yang memiliki kecerdasan emosional tinggi maupun responden yang memiliki kecerdasan emosi rendah ternyata sama-sama mengalami kecemasan ringan-sedang dalam menyusun Volume 2 Nomor 1 Tahun 2013 ISSN : 2302-1721 5
skripsi. Bahkan terdapat tiga (3) orang responden yang mempunyai kecerdasan emosional tinggi justru mengalami kecemasan sedang-berat dalam menyusun skripsi, sementara responden yang mempunyai kecerdasan emosional rendah tidak ada satu pun yang sampai mengalami kecemasan sedang-berat (Nol). Hal ini bertentangan dengan pendapat Goleman (2007), bahwa menjaga agar emosi yang merisaukan tetap terkendali merupakan kunci menuju kecerdasan emosi. Kecerdasan emosi mencakup kemampuan untuk menghibur diri sendiri, melepaskan kecemasan, kemurungan atau ketersinggungan, pengendalian diri, semangat, ketekunan, serta kemampuan untuk memotivasi diri sendiri dan bertahan menghadapi frustasi, mampu untuk mengendalikan dorongan hati dan emosi, mengatur suasana hati, tidak melumpuhkan kemampuan berfikir, berempati dan mampu menjalin hubungan sosial dengan baik, kemampuan untuk menyelesaikan konflik, serta kemampuan untuk memimpin dan akibat-akibat yang ditimbulkannya serta kemampuan untuk bangkit dari perasaanperasaan yang menekan. Menurut Goleman (2007), kecerdasan emosi merupakan keterampilan dan kemampuan untuk mengolah perasaan, atau emosi untuk memotivasi, merencanakan dan meraih tujuan hidup. Kecemasan adalah salah satu masalah yang berhubungan dengan emosi, sehingga dibutuhkan kemampuan untuk mengolahnya agar tidak menimbulkan akibat yang dapat merugikan diri pribadi. Seseorang yang memiliki kecerdasan emosi yang baik akan mampu mengolah emosi yang ada di dalam dirinya sehingga menjadi sesuatu kekuatan yang lebih positif. Keterampilan mengatur emosi akan membuat seseorang menjadi terampil dalam melepaskan diri dari perasaan negatif, sehingga kecemasan yang muncul pada saat akan menghadapi penyusunan skripsi pun dapat diminimalkan. Sehingga kecerdasan emosi yang dimiliki akan membantu seseorang keluar dari tekanan atau situasi yang tidak menyenangkan. Kecerdasan dalam mengelola emosi mempengaruhi kemampuan seseorang untuk berhasil dalam mengatasi tuntutan dan tekanan lingkungan. Seseorang yang memiliki kecerdasan emosi membuat mereka mampu mengatasi kecemasan. (Bar-on Stein&Book, 2002). Salovey dalam Goleman (2003) menyatakan emosi dikatakan berhasil dikelola apabila: mampu menghibur diri ketika ditimpa kesedihan, dapat melepas kecemasan, kemurungan atau ketersinggungan dan bangkit kembali dengan cepat dari semua itu. Kecemasan tidak perlu terjadi, apabila individu sudah mempunyai kematangan emosi. Individu dikatakan telah mencapai kematangan emosi apabila mampu mengontrol, mengendalikan dan mengelola emosinya sesuai dengan taraf perkembangan emosinya. (Hurlock, 2002). Pada penelitian ini, tidak terdapat hubungan antara kecerdasan emosi dengan kecemasan mahasiswa S1 keperawatan program B yang sedang menyusun skripsi. Hal ini karena pada saat pengisian kuisioner, ada beberapa kelemahan yang menurut peneliti berpengaruh terhadap hasil dari penelitian ini, seperti adanya responden yang kurang teliti dalam menjawab pertanyaan yang ada di kuesioner yang diberikan. Responden mengisi kuisioner dengan terburu-buru. Bahkan ada pula sebahagian responden yang tidak memahami maksud dari setiap pertanyaan kuisioner sehingga sembarang mengisi bahkan sampai menyontek jawaban teman yang ada di sampingnya, akhirnya hasil yang didapatkan juga tidak terlalu akurat. Menurut pendapat peneliti terdapat beberapa faktor lainnya berpengaruh terhadap terjadinya kecemasan pada mahasiswa yang sedang menyusun skripsi, diantaranya sebagaimana yang disebutkan Mujiyah, dkk (2001) melalui hasil penelitiannya bahwa terdapat beberapa kendala / kesulitan tehnis yang biasa dihadapai mahasiswa dalam menulis tugas akhir skripsi yang dapat dapat mengakibatkan gangguan psikologis seperti stress, rendah diri, frustrasi, dan kecemasan pada mahasiswa yaitu bingung dalam mengembangkan teori (3,3%), kurangnya pengetahuan penulis tentang metodologi (10%), kesulitan menyusun pembahasan (10%), kesulitan menguraikan hasil penelitian (13,3%), kesulitan menentukan judul (13,3%). Persepsi misalnya: takut bertemu dengan dosen pembimbing ( 6,7%), malas (40 %), dosen terlalu sibuk (13,3%), dosen pembimbing sulit ditemui (36,7%), minimnya waktu bimbingan (23,3%), kurang jelas memberikan bimbingan (26,7%), kurang koordinasi dan kesamaan persepsi antara pembimbing I dan pembimbing II (23,3%), kurangnya buku-buku referensi yang fokus pada permasalahan penelitian (53,3%), referensi yang ada merupakan buku-buku edisi lama (6,7%). Bahkan akibatnya kesulitankesulitan yang dirasakan tersebut berkembang Volume 2 Nomor 1 Tahun 2013 ISSN : 2302-1721 6
menjadi sikap yang negatif yang akhirnya dapat menimbulkan suatu kecemasan pada mahasiswa (Hidayat, 2008). Faktor Spritual mahasiswa ternyata juga mempunyai pengaruh signifikan dalam menurunkan bahkan menghilangkan kecemasan dalam menyusun skrpsi, sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Ahmil (2011) terhadap 125 orang responden mahasiswa S1 keperawatan STIKES Nani tentang hubungan antara kecerdasan spiritual terhadap terjadinya kecemasan pada mahasiswa STIKES Nani Hasanuddin angkatan 2010 yang sedang menyusun skripsi, terdapat 121 orang (96,8%) responden memiliki kecerdasan spiritual tinggi dan dari data tersebut terdapat 100 orang (80%) responden tidak memiliki kecemasan dalam menyususn skripsi dan 21 orang lainnya (16,8%) responden didiagnosa memiliki kecemasan dalam menyusun skripsi. Sedangkan responden yang memiliki kecerdsan spiritual rendah didapatkan sebanyak 4 orang (3,2%) responden, dan ternyata 3 orang (2,4%) responden mengalami kecemasan dalam menyusun skripsi dan 1 orang (0,8%) responden lainnya tidak cemas dalam menghadapi skripsi. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa : Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara Kecerdasan Emosional dengan Kecemasan p > α (0,299 > 0,05). SARAN Dengan memperhatikan hasil penelitian dengan segala keterbatasan yang dimiliki peneliti, maka peneliti mengajukan beberapa saran : 1. Perlu adanya penelitian lebih lanjut dengan melakukan pengkajian analitik yang lebih mendalam sehingga dapat dihasilkan hasil yang benar-benar faktual tentang kecerdasan emosional dalam hubungannya dengan kecemasan dalam menyusun skripsi 2. Kemampuan Emosional mahasiswa STIKES Nani dapat ditingkatkan dengan memasukkan materimateri motivasi dalam kurikulum pendidikan, dapat juga mengadakan training ESQ tahunan dalam setiap penyambutan Mahasiswa Baru. DAFTAR PUSTAKA Adhipurna, Lucky G. 2001. Ulasan Kritis terhadap Model-model Kecerdasan Berbasis Neuroscience : IQ, EQ, dan SQ. http://www.paramartha.org/jurnal Agustian, Ary Ginanjar. 2010. ESQ (Emotional Spiritual Qu0tient) Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosional Dan Spiritual. Jakarta: Arga Publishing. Ahmil. 2011. Hubungan antara Kecerdasan Spiritual dengan Kecemasan Mahasiswa S1 Keperawatan 2007 Stikes Nani dalam Menyusun Skripsi. Skripsi tidak di terbitkan. Makassar. STIKES Nani Hasanuddin. Anthony, R. 1992. Rahasia Membangun Kepercayaan Diri (Terjemahan oleh Waryadi, R). Jakarta: Bina Rupa Aksara Anthony Dio Martin, 2000, Aplikasi EQ Based HR Management System, Majalah Manajemen, No.148, Desember Arif Purnomo, Muhammad. 2011. Thesis : Kecemasan Mahasiswa Semester Akhir Fakultas Dakwah IAIN Walisongo Semarang dan Upaya Solusinya (Tinjauan Bimbingan dan Konseling Islam). Semarang : IAIN walisongo Baron, R.A.,& Byne, P.(1994). Social Psychology : Understanding Human Interaction. Boston : Allyn and Bacon Ink. Chaplin, J.P. 2005. Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Cooper, R, K dan A. Sawaf, 2002 Executive EQ; Kecerdasan Emosi Dalam Kepemimpinan dan Organisasi, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Drajat, Z. (1969). Kesehatan Mental. Jakarta : Gunung Agung. Dameria,2005. Pentingnya Pendidikan Kecerdasan Emosional. www.ganeca.blogspirit.com. Efendi, Agus. 2005. Revolusi Kecerdasan Abad 21 : Kritik MI, EI, SQ, AQ & Successful Intelligence Atas IQ. Bandung : Alfabeta. Goleman,D.2007. Kecerdasan Emosi. Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama Volume 2 Nomor 1 Tahun 2013 ISSN : 2302-1721 7
Gunawan, W. Adi. 2005. Born To Be a Genius. Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama Hartini, Hawam Machrus, Dewi Retno Suminar, Seger Handoyo, 2001. Peran Pola Permainan Sosial Dalam Meningkatkan Kecerdasan Emosi Anak, Jurnal Penelitian Dinamika Sosial Vol. 2 No. 1 66-72. Hawari, D (2006) Manajemen Stress, Cemas dan Depresi. Edisi 2. Cet. Pertama. Jakarta : Gaya Baru. Hidayat. 2010. Menyusun Skripsi dan Tesis. (Edisi Revisi). Bandung : Imformatika Hidayat, A.A. (2008). Metode Penelitian Keperawatan dan Tehnik Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika Hidayat, A. A. A, (2007). Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta: Salemba Medika. http://id.wikipedia.org/wiki/kecerdasan#definisi_kecerdasan http://tamandharma.com/forum/index.php?topic=9608.0 Hurlock, E. B. (20002). Psikologi Perkembangan : Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta : Erlangga Hutagalung, A, E.2007. Tatalaksana Diagnosa dan Terapi Gangguan Anxietas. Jakarta. Januarti, R. (2009). Hubungan Antara Persepsi Terhadap Dosen Pembimbing Dengan Tingkat Stres Dalam Menulis Skripsi. Oktober 20, 2010. http://etd.eprints.ums.ac.id Mage, R.I. & Priyowidodo, G. (2005). Kiat Sukses Menghadapi Pembimbing Skripsi dan Thesis. Jakarta: PT Citra Harta Prima. Mukhtamar. (2009). Bimbingan Skripsi, Tesis Dan Artikel Ilmiah. Jakarta: Gaung Persada Press. Muktadin, Z., 2002. Mengenal Kecerdasan Emosional, http;/www.epsikologi.com Mutadin, Z.2002. Penyesuaian Diri Remaja. http://www,e-psikologi,com/remaja/160802,htm. Mu tadin, Zainun. 2002. Kesulitan Menulis Skripsi. http://www.e-psikologi.com/lain-lain/zainun.htm Marhum, M. 2009. Info Pendidikan Tinggi: Prospek Pendidikan Tinggi Indonesia. http://muchtar.com Nevid, Rathus, & Greene. 2005. Psikologi Abnormal, Edisi 5 Jilid 1. Surabaya: Erlangga Nurna, Aziza dan Rissyo Melandy. R.M 2006. Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Tingkat Pemahaman Akuntansi Kepercayaan Diri Sebagai Variabel Pemoderasi. Simposium Nasional Akuntansi IX. Padang. Pasiak, Taufik. 2002. Revolusi IQ, EQ, SQ: Antara Neurosains dan Al-Qur an. Penerbit Mizan. Bandung Prabowo, Harahap. & Suhendra, S. 2004. Diktat kursus SPSS. Jakarta: Lembaga Pengembangan Psikologi Universitas Gunadarma. Purnaningtyas, Arum. 2009. Pengaruh Kecerdasan Emosi terhadap Prestasi Belajar Sswa Mata Pelajaran Seni Budaya SMP. Semarang : Universitas Negeri Semarang Purwanto, Suryo. 2008. Kecemasan Menghadapi Menopause. Http://klinis.Wordpress.com Praju Susiana Marga. 2007. Hubungan Gambaran Diri dengan Timgkat Kecemasan Ibu Masa Menopause di Kelurahan Lhok Keutapang Tapaktuan. Medan : Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Riani, L. 2007. Pengaruh Kompetensi Utama Kecerdasan Emosional Dan Self Efficacy Terhadap Kenyamanan Supervisor Dalam Melakukan Penilaian Kinerja. Journal Megister Manajemen UNS. www.yahoo.com,http:/mm.uns.ac.id/jurnal.php?ket=detail did=488 Safaruddin, T. 2009. Faktor-faktor yang Berhubungan Dengan Kecemasan pada Wanita Menjelang Menopaus di Desa Pompanua Kecamatan Ajangale Kabupaten Bone. Skripsi tidak di terbitkan. Makassar. Jurusan Keperawatan Stikes Nani Hasanuddin. Sari, Desi. Puspita. 2009. Gambaran Stressor, Stress dan Coping Stress Terhadap Skripsi pada Mahasiswa Universitas Indonusa Esa Unggul yang sedang Menjalani Skripsi. Skripsi tidak di terbitkan. Jakarta. Fakultas Psikologi Universitas Indonusa Esa Unggul. Sari, E.D dan Kuncoro, J. 2006. Kecemasan Menghadapi Pensiun Ditinjau Dari Dukungan Sosial Pada PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. Jurnal Psikologi Proyeksi, Vol. 1, Nomor. 1, Oktober 2006. Volume 2 Nomor 1 Tahun 2013 ISSN : 2302-1721 8
Satria, Affan. 2010. Teknik Jitu Menyusun Skripsi, Tesis dan Disertasi. Cetakan I. Yogyakarta : Immortal Publisher Shapiro, L.E. 2003. Mengajarkan Emosional Intelligence pada anak. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Silviyani, Rina. 2011. Hubungan Antara Kematangan Emosi dengan Kecemasan Menghadapi Pernikahan pada Wanita Dewasa Awal. Thesis. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Stuart, Gail.W. (2007). Buku saku Keperawatan Jiwa. Edisi 5. Jakarta: EGC. Suliswati, S. 2005. Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: Buku Kedokteran EGC. Sunar, P. Dwi. 2010. Edisi Lengkap Tes IQ, EQ dan SQ. Yogyakarta : FlashBooks. Stein, S.J. & Book. H.E. 2002. Ledakan EQ: 15 Prinsip Dasar Kecerdasan Emosional meraih Sukses. (penterjemah Januarsi & Murfanto). Bandung : Haifa Syukur, Abdul. 2011. Beragam Cara Terapi Gangguan Emosi Sehari-hari. Jakarta : DIVA Press. Suryani, A.O. 2007. Gambaran Sikap Terhadap Hidup Melajang dan Kecemasan akan Ketidakhadiran Pasangan pada Wanita Lajang Berusia di Atas 30 Tahun. Jurnal Ilmiah Psikologi Manasa. 1 (1), 75-93. Suryanti. J, Dan Nugroho, Ika P.. 2004. Pengaruh Kecerdasan Emosional terhadap Tingkat Pemahaman Akuntansi. Jurnal Ekonomi Bisnis. Vol. X, No.2, Hal.260-281 Sutrisna, Putu. 2011. Kecerdasan Emosi Menurut Daniel Goleman. http://putusutrisna.blogspot.com /2011/02/kecerdasan-emosi-menurut-daniel-goleman.html Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonisia. Balai Pustaka, Jakarta Trisnawati, Ika Indah dan suryaningsum, Sri. 2003. Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Tingkat Pemahaman Akuntansi. Simposium Nasional Akuntansi VI, Surabaya 16-17 Oktober 2003, Hal. 1073-1091. Triswanto, Sugeng. 2010. Trik Menulis Skripsi dan Menghadapi Presentasi Bebas Stres. Cetakan I. Yogyakarta : Tugu Publisher Umar, Nasruddin. 2002. Isyarat-isyarat EQ dalam Al-Qur an. http://www. harrysufehmi.com /jurnal Wales, J. (2009). Perguruan Tinggi. November 21, 2010. http://id.m.wikipedia.org Walid, Abdul. 2011. Strategi Kebut Skripsi. Jakarta : Media Presindo Weisinger, H. 2006. Emosional Intelligence at Work: Pemandu Pikiran dan Perilaku Anda Untuk Meraih Kesuksesan. Jakarta : PT Bhuana Ilmu Populer Wibowo, B. S. 2002. Sharpeninh Our Conceptand Tools. Bandung : PT Syamil Cipta Media Wirartha, I.M. (2006). Pedoman Penulisan Usulan Penelitian, Skripsi, dan Thesis. Yogyakarta: Andi Offset. Yakub, Andi. 2009. Hubungan Faktor Kemampuan (IQ, EQ, SQ,) dan Lingkungan terhadap Kebiasaan Cheating (Menyontek) Mahasiswa Program Studi DIII Kebidanan STIKES Nani. Skripsi tidak di terbitkan. Makassar. STIKES Nani Hasanuddin. Yates. 2007. Mengatasi Rasa Cemas (Terjemahan oleh Tjandrajasa). Jakarta : Arcan Yuniani, Anggun. Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Tingkat Pemahaman Akuntansi. Semarang : Program Sarjana (S1) pada Program Sarjana Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro Yuwono, Budi. 2010. SQ Reformation Rahasia Pribadi Cerdas Spiritual. Jakarta : Pustaka Utama Gramedia. Volume 2 Nomor 1 Tahun 2013 ISSN : 2302-1721 9