PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia memiliki potensi alamiah yang bagus untuk mengembangkan sektor pertanian, salah satu sub sektor dari sektor pertanian adalah sektor perkebunan. Sebagai suatu kepulauan yang terletak di daerah tropis sekitar khatulistiwa, Indonesia memiliki beragam jenis tahan yang mampu menyuburkan tanaman, sinar matahari yang konsisten sepanjang tahun, konsisi alam yang memenuhi persyaratan tumbuh tanaman, dan curah hujan rata-rata per tahun yang cukup tinggi, semua kondisi itu merupakan faktor-faktor ekologis yang baik untuk membudidayakan tanaman perkebunan (Rahardi, 1995). Berbagai usaha telah dilaksanakan untuk pengembangan tembakau. Perbaikan teknik budidaya pada akhirnya akan membawa manfaat dalam usaha pengembangan tersebut. Teknik pembibitan yang efisien, usaha mendapatkan bahan tanam unggul melalui hibridasi, pengaturan jarak tanam, usaha perlindungan terhadap hama dan penyakit ditujukan kepada ditemukannya suatu priode penanaman dan pemeliharaan tembakau yang efisien dengan sasaran produksi maksimum (Abdullah dan Soedarmanto, 1987). Tanaman tembakau merupakan salah satu komoditas andalan nasional dan berperan penting bagi perekonomian Indonesia, terutama dalam penyediaan lapangan pekerjaan, sumber pendapatan bagi petani dan sumber devisa bagi negara disamping mendorong berkembangnya agribisnis tembakau dan agroindustri (Soedarmanto dan Abdullah, 1970).
Biaya produksi tanaman tembakau adalah nilai korbanan yang dikeluarkan selama proses produksi berlangsung dalam satu siklus produksi. Biaya produksi terdiri dari biaya tetap yaitu biaya yang nilainya tetap sampai pada batas tertentu yang tidak dipengaruhi oleh volume hasil. Biaya tidak tetap yaitu biaya yang nilainya tambah sesuai dengan volume produksi yang dihasilkan (Suparman, 1986). Biaya usahatani tembakau pada umumnya dapat dibagi menjadi 2 (dua) jenis, yaitu biaya prasarana/sarana produksi dan biaya tenaga kerja. Pada usahatani tembakau biaya prasarana dan sarana produksi meliputi pembelian bibit tembakau, pupuk, obat-obatan dan peralatan yang diperlukan. Adapun biaya tenaga kerja meliputi biaya pengolahan lahan, penanaman, pemeliharaan, maupun biaya tenaga kerja lainnya yang berkaitan dengan kegiatan usahatani tembakau (Prawirokusumo, 1990). Dalam merencanakan usahatani tanaman tembakau dalam satu luasan areal diperlukan penyusunan farm budget (Biaya Petani). Tujuan dari penyusunan farm budget adalah untuk mengevaluasi taksiran biaya (cost) maupun manfaat (benefit) yang akan dihasilkan selama umur proyek dari tanaman tembakau tersebut. Untuk mendapatkan gamabaran tingkat kelayakan perlu dilakukan analisis finansial. Langkah yang akan mendukung dalam analisis finansial dalam suatu proyek usahatani adalah menentukan koefisien teknis. Koefisien teknis ini merupakan acuan dalam analisis finansial (Prawirokusumo, 1990). Dengan demikian akan dapat diketahui secara pasti tingkat kelayakan usahatani tembakau. Tata niaga produksi tembakau yang berasal dari perkebunan
rakyat jalur tata niaganya berbeda. Hal ini disebabkan oleh volume tembakau yang dihasilkan oleh petani masih dalam jumlah kecil (Prawirokusumo, 1990). Perkembangan tanaman tembakau dewasa ini ditinjau dari penambahan luas areal sungguh memuaskan, terutama perkebunan rakyat dan perkebunan swasta. Tembakau merupakan salah satu komoditi ekspor non migas yang memiliki prospek cukup cerah sebab permintaan didalam negeri juga semakin kuat dengan semakin berkembangnya sektor agroindustri (Abdullah dan Soedarmanto, 1987). Pada masa yang akan datang, komunitas tembakau di Indonesia diharapkan memperoleh posisi yang sejajar dengan komoditas perkebunan lainnya, seperti karet, kopi, dan kelapa sawit, baik dalam luas areal maupun produksinya. Sumbangan nyata tanaman tembakau terhadap perekonomian Indonesia dalam bentuk devisa dari ekspor tembakau dan hasil industri tanaman tembakau. Sumbangan lainnya adalah penyediaan bahan baku untuk industri dalam negeri. Yang tidak kalah penting dari munculnya industri tembakau adalah tersedianya lapangan pekerjaan bagi jutaan penduduk Indonesia dari tahap penanaman, pemeliharaan, pemanenan, pengolahan, industri, dan pemasaran (Suparman, 1986). Tembakau rakyat dijual tidak hanya cuma di daerah Kabupaten Dairi tetapi sampai ke daerah tetangga lainnya. Misalnya Kabupaten Humbang Hasudutan, Karo, Pakpak Barat, Tapanuli Tengah, Tapanuli Utara, dan lain-lain. Dibawah ini dapat dilihat data luas panen, produksi dan produktivitas tembakau rakyat per Kabupaten di Sumatera Utara tahun 2007.
Tabel 1. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Tembakau Rakyat Per Kabupaten di Sumatera Utara tahun 2007 No Kecamatan Luas Panen Produksi Produktivitas Ha % Ton % Ton/Ha 1. Nias - - - - - 2. Mandailing Natal 6,00 1,85 2,53 0,83 0,41 3. Tapanuli Selatan 14,00 4,33 9,72 3,21 0,69 4. Tapanuli Tengah - - - - - 5. Tapanuli Utara 50,00 15,47 10,73 3,55 0,21 6. Toba Samosir - - - - - 7. Labuhan Batu - - - - - 8. Asahan - - - - - 9. Simalungun - - - - - 10. Dairi 48,50 15,01 28,80 9,53 0,59 11. Karo 182,00 56,34 249,14 82,46 1,36 12. Deli Serdang - - - - - 13. Langkat - - - - - 14. Nias Selatan - - - - - 15. Humbang Hasudutan 22,00 6,81 1,20 0,39 0,05 16. Pakpak Bharat - - - - - 17. Samosir - - - - - 18. Serdang Bedagai - - - - - Jumlah 323,00 100,00 302,12 100,00 3,31 Sumber : BPS Propinsi Sumatera Utara 2007 Dari Tabel 1 menunjukkan bahwa Kabupaten Dairi memiliki luas panen sebesar 48,50 Ha, dengan produksi sebesar 28,80 Ton, sehingga dapat menghasilkan produktivitas tembakau rakyat sebesar 0,59 Ton/Ha. Dibawah ini dapat dilihat data luas panen, produksi dan produktivitas tembakau rakyat per Kecamatan di Kebupaten Dairi tahun 2007.
Tabel 2. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Tembakau Rakyat Per Kecamatan di Kabupaten Dairi Tahun 2007 No Kecamatan Luas Panen Produksi Produktivitas Ha % Ton % Ton/Ha 1. Sidikalang - - - - - 2. Sitinjo - - - - - 3. Berampu - - - - - 4. Perbuluan 1,00 2,06 0,71 2,46 0,71 5. Sumbul 13,00 26,80 7,10 24,65 0,54 6. Silahisabungan - - - - - 7. Silima Pungga-pungga 0,50 1,03 - - - 8. Lae Parira - - - - - 9. Siempat Nempu - - - - - 10. Siempat Nempu Hulu - - - - - 11. Siempat Nempu Hilir 9,00 18,55 5,00 17,36 0,55 12. Tinggilingga 9,00 18,55 5,60 19,44 0,62 13. Gunung Sitember 9,00 18,55 6,18 21,45 0,68 14. Pegagan Hilir 1,00 2,06 0,60 2,08 0,60 15. Tanah Pinem 6,00 12,37 3,61 12,53 0,60 Jumlah/Total 48,50 100,00 28,80 100,00 0,59 Sumber : Dinas Perkebunan Sumatera Utara 2007 Kecamatan Sumbul Kabupaten Dairi merupakan salah satu daerah yang mengelola tanaman tembakau di Propinsi Sumatera Utara, salah satu diantaranya adalah perkebunan rakyat. Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang maka dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut : 1. Bagaimana teknis budidaya tembakau rakyat didaerah penelitian? 2. Bagaimana komponen biaya produksi, penerimaan, dan pendapatan bersih petani tembakau rakyat didaerah penelitian? 3. Apakah usahatani tembakau rakyat didaerah penelitian layak atau tidak layak diusahakan dari segi ekonomi?
Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui teknis budidaya tembakau rakyat di daerah penelitian. 2. Untuk mengetahui komponen biaya biaya, penerimaan dan pendapatan petani tembakau rakyat di daerah penelitian. 3. Untuk mengetahui apakah usahatani tembakau rakyat didaerah penelitian layak atau tidak layak diusahakan secara finansial. Kegunaan Penelitian 1. Sebagai bahan informasi bagi Pemerintah maupun Lembaga lainnya dalam mengambil kebijaksanaan khususnya dalam bidang Analisis Usahatani Tembakau Rakyat. 2. Sebagai bahan informasi dan referensi bagi pihak yang membutuhkan. 3. Sebagai bahan untuk membuat skripsi yang merupakan salah satu syarat dalam menempuh ujian sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan.