Alamat Instansi : Gedung D lantai 1, Jalan Ir. Sutami No. 36A, Jawa Tengah 57126

dokumen-dokumen yang mirip
Mahasiswa Prodi Pendidikan Matematika, J.PMIPA, FKIP, UNS. Alamat Korespondensi:

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE PADA MATERI AJAR MENJAGA KEUTUHAN NKRI. Tri Purwati

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK TWO STAY TWO STRAY UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN METODE THINK PAIR SHARE PADA MATERI TURUNAN

THINK PAIR SHARE UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IV SDN 1 PURWOSARI TAHUN PELAJARAN 2013/2014

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan perkembangan yang dialami oleh seseorang menuju kearah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Prosiding Seminar Nasional Volume 03, Nomor 1 ISSN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi. Pengembangan

PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENJASKES SISWA SMP

MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIVIEMENT DIVISION (STAD)

Eka Pratiwi Tenriawaru*, Nurhayati B, Andi Faridah Arsal. Program Studi Biologi, Fakultas MIPA Universitas Cokroaminoto Palopo ABSTRAK

Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair Share

Oleh: Ririne Kharismawati* ) Sehatta Saragih** ) Kartini*** ) ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. Akan tetapi yang perlu diingat bahwa pendidikan akan berhasil dengan. negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Mahasiswa Prodi Pendidikan Matematika, J.PMIPA, FKIP, UNS 2),3) Dosen Prodi Pendidikan Matematika, J.PMIPA, FKIP, UNS

PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TEKNIK THINK PAIR SHARE DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS IV SD

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENERAPAN METODE THINK PAIR SHARE DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS VI SD TEBING TINGGI

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE SISWA KELAS V SDN 038/XI SUNGAI PENUH PROVINSI JAMBI

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD)

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN NHT DAN TPS TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA

Edumatica Volume 04 Nomor 01, April 2014 ISSN:

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR

II. TINJAUAN PUSTAKA

Jurnal Ilmiah Guru COPE, No. 02/Tahun XVIII/November 2014

PEMBELAJARAN AKUNTANSI MELALUI METODE KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE (TPS)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Prestasi matematika masih menjadi sebuah permasalahan bagi banyak

I. PENDAHULUAN. Perkembangan zaman yang semakin pesat menuntut adanya sumber daya manusia. Salah satu wahana untuk meningkatkan kualitas sumber daya

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF THINK PAIR SQUARE UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMPIT AL-FITYAH PEKANBAU

BAB III METODE PENELITIAN

Shinta Metikasari 1), Imam Sujadi 2), Yemi Kuswardi 3) Mahasiswa Prodi Pendidikan Matematika, J.PMIPA, FKIP, UNS

UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE

METODE THINK PAIR SHARE (TPS) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA INGGRIS SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA

PROSIDING ISBN :

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DEVELOPMENT

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan sehari-hari. Masalah yang muncul pada kehidupan setiap

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DI SMP N 2 SEDAYU YOGYAKARTA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Komunikasi merupakan hal yang sangat penting bagi manusia. Komunikasi dapat

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran matematika. Dengan pemahaman, siswa dapat lebih mengerti akan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA

Bab IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Prosiding Seminar Matematika dan Pendidikan Matematika ISBN:

BAB II KAJIAN PUSTAKA

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP N 1 Pardasuka Kabupaten Pringsewu semester

tanya jawab, pemberian tugas, atau diskusi kelompok) dan kemudian siswa merespon/memberi tanggapan terhadap stimulus tersebut. Pembelajaran harus

BAB IV. Nilai Rata-rata < Belum Tuntas 52, Tuntas Jumlah

MEIDITA CAHYANINGTYAS K

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA TENTANG PERKALIAN BILANGAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH PADA SISWA KELAS II SD NEGERI 2 KALITENGAH

Dedi Kurniawan ABSTRAK

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. tipe Team Games Tournament (TGT). Pada siswa kelas VIII SMP Islam

KAJIAN KESULITAN MAHASISWA TERHADAP MATA KULIAH STATISTIKA ELEMENTER

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Gambaran Umum Subjek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kelas 4 SDN Gedangan

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SD Negeri 2 Tatura

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGASI PADA MATERI GEOMETRI

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENTS TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION

I. PENDAHULUAN. penting dalam kehidupan sehari-hari yang mendukung kemajuan ilmu pengetahuan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Matematika merupakan cabang ilmu pengetahuan eksak yang digunakan hampir

Jamidar Kepala SMP Negeri 2 Sirenja Kab. Donggala Sulawesi Tengah ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. pendidikan di Indonesia, agar siswa memiliki pola pikir yang sistematis dan

III. METODE PENELITIAN. Kabupaten Pringsewu. Adapun subjek penelitian adalah siswa kelas VIII.3

Penerapan Pembelajaran Kooperatif Think Pair Share Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VII-A SMP Brawijaya Smart School Malang

belajar matematika karena penalaran matematika sebagai kompetensi dasar matematika. Berdasarkan Peraturan Dirjen Dikdasmen No.

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP DAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA KELAS VIII A SMP PGRI BAGELEN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PICTORIAL RIDDLE

JURNAL SERAMBI ILMU VOLUME 28 NOMOR 1 MARET 2017

Akhlakul Karimah dan Irni Cahyani STKIP PGRI Banjarmasin

Tingkat kemampuan A B C D 1 Apersepsi 10 2 Motivasi 12 3 Revisi 12

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT DALAM PENINGKATAN KETERAMPILAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS V SD 1)

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP SIFAT-SIFAT BANGUN RUANG MELALUI MODEL KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH PADA SISWA SEKOLAH DASAR

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan kelas

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Upaya meningkatkan hasil belajar PKn dengan metode Think Pair Share (Nani Mediatati dan Sayudi Riawan)

Perbandingan Hasil Belajar Matematika Siswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Langsung dengan Pembelajaran Kooperatif

BAB III METODE PENELITIAN. yang lazim dikenal dengan classroom action research. Kunandar (2010: 46)

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 21 MALANG PADA MATERI BANGUN RUANG

UPAYA MENINGKATKAN MINAT DAN PEMAHAMAN SISWA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA DENGAN THINK PAIR AND SHARE ( TPS )

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

1130 ISSN:

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA SISWA DENGAN MODEL KOOPERATIF PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA SISWA DI KELAS VIIID SMP N 2 PAKEM

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu upaya untuk memberikan pengetahuan, wawasan,

BAB III METODE PENELITIAN

Oleh ; Ria Fajrin Rizqy Ana Dosen STKIP PGRI Tulungagung

Transkripsi:

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII A SMP NEGERI 17 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2015/2016 Amri Rosadi 1), Triyanto 2), Dyah Ratri Aryuna 3) 1) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika, FKIP, UNS, Surakarta 2)3) Dosen Program Studi Pendidikan Matematika, FKIP, UNS, Surakarta 1) amri@student.uns.ac.id, 2) triyanto@fkip.uns.ac.id, 3) ratriaryuna@gmail.com Alamat Instansi : Gedung D lantai 1, Jalan Ir. Sutami No. 36A, Jawa Tengah 57126 ABSTRAK Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share(TPS) yang dapat meningkatkan keaktifan dan pestasi belajar matematika siswa kelas VIII A SMP Negeri 17 Surakarta dan mengetahui peningkatan keaktifan dan prestasi belajar matematika siswa setelah mengikuti pembelajaran matematika dengan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS).Berdasarkan pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) keaktifan siswa kategori tinggimengalami peningkatan dari25% pada prasiklus menjadi 37,5%pada siklus I dan menjadi 46,43% pada siklus II, sedangkan pada keaktifan kategori rendah mengalami penurunan dari 46,43% pada prasiklus menjadi 37,5% pada siklus I dan menjadi 19,64%. Untuk prestasi belajar matematika, persentase siswa yang tuntas KKM mengalami peningkatan dari 46,43% pada prasiklus menjadi 71,43% pada siklus I dan menjadi 89,29%pada siklus II. Nilai rata-rata kelas juga mengalami peningkatan dari 66,60pada prasiklus menjadi 70,71 pada siklus I dan menjadi 74,91 pada siklus II. Hal ini sesuai dengan indikator ketercapaian yang ditentukan yaitu setidaknya, minimal 30% dari siswa berada pada keaktifan kategori tinggi sedangkan maksimal 20% siswa berada pada keaktifan kategori rendah dan sedikitnya 75% dari siswa memperoleh hasil ujian lebih dari atau sama dengan batas KKM yaitu 72 dengan rata-rata kelas lebih besar atau sama dengan 72. Kata Kunci : TPS (Think Pair Share), keaktifan belajar, prestasi belajar matematika Jurnal Pendidikan Matematika dan Matematika (JPMM) Solusi Vol.I No.1 Januari 2017 148

PENDAHULUAN Matematika adalah ilmu pengetahuan tentang penalaran yang logik dan masalah-masalah yang berhubungan dengan bilangan (Sujono, 1988:4), Sedangkan menurut James dalam Erman Suherman (2001:19), mate-matika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep yang berhubungan satu dengan yang lain dengan jumlah yang banyak yang terbagi ke dalam tiga bidang yaitu aljabar, analisis dan geometri. Matematika merupakan ilmu dasar bagi disiplin ilmu yang lain dan perkembangannya tidak bergantung pada ilmu yang lain. Matematika diajarkan karena dapat menumbuhkan kemampuan bernalar yaitu berpikir sistematis, logis dan kritis dalam mengkomunikasikan gagasan atau ide dalam memecahkan masalah, sehingga dengan belajar matematika diharapkan siswa mampu berpikir sistematis, logis dan kritis. Menurut pendapat Smith(2009: 201), belajar merupakan pen-yusunan pengetahuan dari pengalaman konkret, aktivitas kolaborasi, dan refleksi serta interpretasi.sedangkan menurut Rahyubi (2012) menyatakan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu ling-kungan belajar. Hasil Ujian Nasional (UN) dari data Pamer UN 2015 (nilai murni Ujian Nasional 2015) menunjukkan bahwa nilai rata-rata matematika di SMP Negeri 17 Surakarta tergolong rendah, yaitu sebesar 46,14. Penguasaan materi pada mata pelajaran matematika di SMP Negeri 17 juga masih sangat rendah, dengan persentase pada materi Bangun Geometris sebesar 42,89%, pada materi Operasi Aljabar sebesar 44,65%, pada materi Operasi Bilangan sebesar 49,13%, dan pada materi Statistika Peluang sebesar 56,55%.Observasi dilaksanakan di SMPN 17 Surakarta pada tanggal 13 dan 15 Januari 2016.Berdasarkan hasil dari observasi dan wawancara dengan guru mata pelajaran matematika kelas VIII A yaitu ibu Lilik, diperoleh informasi bahwa 1) Jumlah peserta didik di kelas VIII A adalah 28 anak dengan diantaranya 17 siswa perempuan dan 11 siswa laki-laki; 2) Siswa kurang aktif dalam pembelajaran matematika di kelas; 3) Nilai rata-rata Jurnal Pendidikan Matematika dan Matematika (JPMM) Solusi Vol.I No.1 Januari 2017 149

ujian semester sangat rendah yaitu 37,11. Keaktifan belajar siswa merupakan unsur dasar yang penting bagi keberhasilan proses pembelajaran. Keaktifan siswa ini meliputi kegiatan melihat dan mendengarkan, kegitan lisan, kegiatan menulis, dan kegiatan motorik.keaktifan siswa dalam kegiatan belajar membantu siswa untukmengkonstruksi pengetahuan mereka sendiri. Mereka aktif membangun pemahaman atas persoalan atau segala sesuatu yang mereka hadapi dalam proses pembelajaran. Namun ketika guru menjadi terlalu mendominasi proses pembelajaran, siswa akan kurang mendapat kesempatan untuk lebih aktif dalam proses belajar. Dengan adanya permasalahanpermasalahan tersebut dapat disimpulkan bahwa keaktifan dan prestasi belajar siswa kelas VIII A SMP Negeri 17 Surakarta rendah karena pembelajaran masih terpusat pada guru. Berdasarkan permasalahan diatas, perlu diupayakan suatu pembelajaran yang mampu mengaktifkan siswa sehingga nantinya akan meningkatkan prestasi belajar siswa.peneliti dan guru berdiskusi bahwa harus diadakan perbaikan.perbaikan yang dapat dilakukan adalah dengan memilih model pembelajaran yang tepat.salah satu model pembelajaran yang memberi kesempatan pada siswa untuk terlibat dalam pembelajaran adalah model pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai pengajaran dimana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran. Model pembelajaran kooperatif dapat digunakan pada semua jenjang pendidikan di berbagai ilmu.salah satu ciri dari pembelajaran kooperatif adalah adanya pembentukan kelompok yang heterogen. Dari berbagai model pembelajaran kooperatif yang ada, salah satu model pembelajaran kooperatif yang tepat untuk digunakan dalam meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa adalah model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS).Model pembelajaran Think Pair Share memiliki tiga tahapan, yaitu tahap Think (berpikir), tahap Pair(berpasangan) dan tahap Share (berbagi).dengan model pembelajaran Jurnal Pendidikan Matematika dan Matematika (JPMM) Solusi Vol.I No.1 Januari 2017 150

Think Pair Share ini siswa diberikan waktu untuk berpikir secara individual kemudian dikelompokkan secara berpasangan untuk saling bekerjasama dan membangun pengetahuan, setelah itu masing-masing kelompok tersebut diberikan waktu untuk mempresentasikan hasil diskusi. Setiap tahapan dalam model pembelajaran Think Pair Share sepenuhnya membutuhkan keterlibatan siswa, sehingga menjadikan siswa aktif dan mampu menyusun strategi untuk menyelesaikan suatu permasalahan. Beberapa kelebihan dalam penerapan model pembelajaran Think Pair Share diantaranya, pada model pembelajaran Think Pair Share ini memungkinkan siswa untuk mengajukan pertanyaanpertanyaan mengenai kesulitan dalam materi yang dibahas karena secara tidak langsung siswa memperoleh kesempatan untuk memikirkan materi yang dibahas, siswa akan lebih aktif karena dalam penerapan model Think Pair Share ini, siswa berkelompok dengan masing-masing anggota kelompoknya yang berjumlah dua orang yang menuntut setiap siswa dalam kelompok kecil tersebut untuk bertukar pendapat dan pemikiran dalam memecahkan permasalahan yang disajikan. Selain itu, siswa akan memiliki rasa tanggung jawab yang lebih karena pada tahap ketiga (share) siswa dituntut untuk mempresentasikan hasil diskusi dengan teman kelompoknya. Penerapan model Think Pair Share ini juga memaksimalkan tugas guru sebagai fasilitator karena guru lebih banyak memantau siswa dalam proses pembelajaran. Tujuan Penelitian ini adalah untuk Mengetahui Bagaimanakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe tipe Think Pair Share (TPS) agar dapat meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar matematika siswa kelas VIII A SMP Negeri 17 Surakarta pada tahun ajaran 2015/2016. Langkah-langkah atau fase dari model ThinkPairShare menurut Trianto (2011) adalah1) Berpikir (Thinking)Guru mengajukan suatu pertanyaan atau masalah yang dikaitkan dengan pelajaran, dan meminta siswa menggunakan waktu beberapa menit untuk berpikir sendiri jawaban atau masalah. Siswa membutuhkan penjelasan bahwa berbicara atau mengerjakan bukan bagian Jurnal Pendidikan Matematika dan Matematika (JPMM) Solusi Vol.I No.1 Januari 2017 151

berpikir.2)berpasangan (Pairing)Selanjutnya guru meminta siswa berpasangan dan mendiskusikan apa yang telah mereka peroleh. Interaksi selama waktu yang disediakan dapat menyatukan jawaban jika suatu per-tanyaan yang diajukan atau menyatukan gagasan apabila suatu masalah khusus yang diidentifikasi. Secara normal guru memberi waktu tidak lebih dari 4 atau 5 menit untuk berpasangan.3)berbagi(sharing)pada langkah akhir, guru meminta pasanganpasangan untuk berbagi dengan keseluruhan kelas yang telah mereka bicarakan. Hal ini efektif untuk berkeliling ruangan dari pasangan ke pasangan dan melanjutkan sampai sekitar sebagian pasangan mendapat kesempatan untuk melaporkan. Berdasarkan langkah-langkah diatas, proses pembelajaran dikelasdengan model ThinkPairShare langkah pelaksanaannya1)pendahuluan, Guru melakukan apersepsi, Guru menjelaskan pem-belajaran Think Pair Share (TPS), Guru menyampaikan tujuan pem-belajaran, Guru memberikan motivasi 2) Kegiatan Inti, a) Fase Pelaksanaan pembelajaran tipe Think Pair Share (TPS), Guru menyampaikan pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang akan disampaikan, Siswa memper-hatikan dan mendengarkan dengan aktif penjelasan dan pertanyaan dari guru. b) Berpikir : siswa diberikan waktu untuk berpikir secara individual, Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk memikirkan jawaban dari permasalahan yang disampaikan oleh guru. Pada tahap ini guru dapat meminta kepada masing-masing siswa untuk menuliskan hasil pemikiran mereka. c) Berpasangan : tahap di mana siswa berpasangan dengan teman sebangku dan diminta untuk saling menyampaikan hasil pemikiran dan mendiskusikannya, Guru mengorganisasikan siswa untuk berpasangan dan memberikan waktu untuk mendikusikan pemikiran mereka masingmasing, selain itu guru juga memotivasi siswa untuk aktif dalam kegiatan kelompok. Selain berdiskusi mengenai pemikiran masing-masing, di tahap ini setiap kelompok diberian LKS yang berisikan soal latihan yang harus dikerjakan secara bersama pasangan dalam kelompok. d) Berbagi : beberapa kelompok dipersilahkan untuk maju Jurnal Pendidikan Matematika dan Matematika (JPMM) Solusi Vol.I No.1 Januari 2017 152

didepan kelas menyampaikan jawaban hasil diskusi kelompok mereka masingmasing, Kelompok yang maju diberikan waktu untuk mempresentasikan hasil diskusi dan kelompok yang lain diberikan kesempatan untuk bertanya maupun memberikan pendapat dari hasil diskusi yang disampaikan oleh kelompok yang maju, Guru dalam tahap ini membantu siswa untuk merefleksi hasil dari pemecahan masalah yang telah mereka diskusikan. Selain itu guru juga memberikan pujian bagi kelompok yang berhasil menjawab dengan benar dan memberikan motivasi bagi kelompok yang masih belum tepat dalam menjawab. 3) Penutup, a) Guru membimbing siswa untuk membuat kesimpulan dari materi yang telah didiskusikan. b) Guru memberikan evaluasi yaitu berupa latihan soal yang harus dikerjakan mandiri (individual). c) Guru memberikan PR kepada siswa dan harus dikerjakan untuk dibahas pada pertemuan mendatang. Anita Lie (2008) mengemukakan bahwa kelebihan dari kelompok berpasangan (kelompok yang terdiri dari 2 orang siswa) adalah: a) Akan meningkatkan partisipasi siswa, b) Cocok untuk tugas sederhana, c) Lebih banyak memberikan kesempatan untuk kontribusi masingmasing anggota kelompok, d) Interaksi lebih mudah, e) Lebih mudah dan cepat membentuk kelompok. METODE PENELITIAN Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SMP Negeri 17 surakarta yang beralamat di Jalan Jendral.A.Yani, Sumber, Banjarsari, Surakarta.Kelas yang digunakan sebagai penelitian adalah kelas VIII A. Alasan dipilihnya tempat tersebut karena pada observasi di kelas, peneliti menemukan permasalahan mengenai keaktifan siswa yang masih rendah dan prestasi belajar siswa yang juga masih rendah. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah metode 1) Metode Observasi, Dalam penelitian digunakan metode observasi untuk mengumpulkan data pada proses pembelajaran yang menerapkan model pembelajaran Think Pair Share dan untuk mengumpulkan data mengenai keaktifan siswa.hal-hal yang diamati dalam pengumpulan data pada saat Jurnal Pendidikan Matematika dan Matematika (JPMM) Solusi Vol.I No.1 Januari 2017 153

proses pembelajaran ini meliputi beberapa hal diantaranya adalah terlaksana atau tidaknya langkahlangkah pembelajaran yang telah direncanakan dalam RPP untuk meningkatkan keaktifan matematis siswa selama proses pembelajaran berlangsung.2) Metode Tes, metode tes digunakan untuk mengetahui kemampuan siswa, sehingga siswa dapat digolongkan pada golongan siswa dengan prestasi belajar rendah atau prestasi tinggi. Pada penelitian ini dilaksanakan beberapa kali tes yaitu tes awal dan tes akhir siklus.3) Metode Dokumentasi,Dalam penelitian ini, peneliti melaksanakan kegiatan dokumentasi dengan mengumpulkan arsiparsip yang tujuanya adalah untuk memperoleh data mengenai data siswa dan daftar nilai sebelum pelaksanaan tindakan. Selain itu peneliti juga melakukan pengambilan gambar berupa foto kegiatan para siswa dan guru dalam pelaksanaan pembelajaran saat penelitian dilaksanakan. HASIL PENELITIAN DAN PEM- BAHASAN Kegiatan observasi dilaksanakan di kelas VIII A dan diskusi dengan guru terlebih dahulu.kegiatan diskusi dilaksanakan peneliti dengan guru kelas VIII A SMP Negeri 17Surakarta yaitu Ibu Lilik sebanyak dua kali pada tanggal 13 Januari 2016 dan 15 Januari 2016. Pada tanggal 13 Januari 2016 peneliti berdiskusi dan melakukan observasi awal di kelas VIII A. Kegiatan diskusi dan observasi awal ini digunakan untuk mengetahui permasalahan yang dihadapi oleh guru dalam proses pembelajaran dan untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa. Hasil dari kedua kegiatan tersebut digunakan sebagai refleksi dalam membantu guru untuk memperbaiki proses pembelajaran. Hasil dari diskusi yang dilakukan peneliti beserta guru diperoleh bahwa siswa dalam pembelajaran masih kurang aktif dalam memperhatikan apa yang disampaikan guru.banyak siswa yang sibuk berbincang atau bergurau dengan temannya, ketika diberikan kesempatan bertanya sedikit siswa yang mau bertanya.ketika siswa diberikan kesempatan berdiskusi untuk menyelesaikan permasalahan, siswa cenderung tidak mengerjakan tetapi ketika diberikan persoalan yang Jurnal Pendidikan Matematika dan Matematika (JPMM) Solusi Vol.I No.1 Januari 2017 154

harusnya dikerjakan mandiri beberapa siswa mengerjakannya dengan berdiskusi bersama temannya.selain itu guru juga mengatakan bahwa siswa masih mengalami kesulitan dalam menyelesaikan permasalahan yang berkaitan dengan materi yang disampaikan, padahal guru sudah menyampaikan materi yang digunakan untuk menyelesaikan permasalahan tersebut.berdasarkan hasil observasi tersebut, peneliti memperoleh beberapa kelemahan pada proses pembelajaran dan kemampuan siswadiantaranya: 1) Siswa kurang aktif dalam mengikuti proses pembelajaran di antaranya siswa tidak fokus memperhatikan ketika guru menjelaskan, hanya sedikit siswa yang bertanya dan menyampaikan pendapat maupun jawaban. 2) Pada proses pembelajaran terlihat guru masih mendominasi kegiatan di kelas. 3) Siswa mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal yang berbeda dari soal contoh yang sudah diberikan guru, sehingga mereka cenderung menunggu jawaban dari siswa lain atau menunggu guru menjelaskan dan menyelesaikan soal tersebut. Kegiatan berikutnya yang peneliti lakukan adalah tahapan pra siklus dilaksanakan hari Senin, 18 April 2016 dan Jumat, 22 April 2016 di kelas VIII A SMP Negeri 17 Surakarta. Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui data awal mengenai kondisi keaktifan dan prestasi belajar siswa.kegiatan observasi pra siklus ini bertujuan untuk mengetahui keaktifan siswa sebelum proses pembelajaran menerapan model pembelajaran Think Pair Share. Pada kegiatan ini pengamatan terhadap keaktivan siswa dilakukan selama 2 x 40 menit oleh 3 observer. Pengamatan keaktifan siswa dilakukan dengan instrumen berupa lembar observasi, sebelum digunakan lembar observasi telah diuji validasi isinya oleh 3 validator. Berikut adalah hasil penelitian tentang keaktifan dan prestasi belajar siswa kelas VIII A SMP Negeri 17 Surakarta: 1.) Pra Siklus Persentase keaktifan siswa pra siklus hanya 7 siswa dengan persentase 25% termasuk kategori keaktifan belajar tinggi, 8 siswa dengan persentase 28,57% termasuk kategori keaktifan belajar sedang, 13 siswa Jurnal Pendidikan Matematika dan Matematika (JPMM) Solusi Vol.I No.1 Januari 2017 155

dengan persentase 46,43% termasuk kategori keaktifan belajar rendah. < 72 15 Jumlah 28 53,57% 100 % Kategori Keaktifan Jumlah Siswa Persentase (%) Tinggi 7 25% Sedang 8 28,57% Rendah 13 46,43% Jumlah 38 100 Hal ini menunjukkan bahwa masih banyak siswa kelas VIII A SMP Negeri 17 Surakarta yang belum berperanaktif selama proses pembelajaran berlangsung. Padahal keaktifan siswa selama proses pembelajaran sangat berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Pada penelitian ini, prestasi belajar siswa dilihat dari ketuntasan nilai tes yang harus melampaui KKM yaitu 72 dan rata-rata kelas lebih dari atau sama dengan 72. Persentase ketuntasan belajar siswa pra siklus yaitu siswa yang lulus KKM adalah 13 anak dengan persentase 46,43% dan 15 anak lainnya dinyatakan belum lulus KKM. Indikator Jumlah Siswa Persentase 72 13 46,43 % Selain itu, prestasi belajar juga dilihat dari nilai rat-rata kelas. Dari data hasil ujian diperoleh nilai rata-rata kelasnya adalah 66,60 yang masih dibawah KKM.Dua hal tersebut menunjukkan bahwa masih banyak siswa kelas VIII A SMP Negeri 17 Surakarta yang prestasi belajarnya masih rendah. 2.) Siklus I Persentase keaktifan pada siklus I untuk pertemuan pertama terdapat 10 siswa atau sebesar 35,71% mencapai kategori keaktifan tinggi, terdapat 6 siswa atau sebesar 21,43% pada kategori sedang, dan 12 siswa atau sebesar 42,86% pada kategori rendah. Sedangkan pada siklus I untuk pertemuan kedua terdapat 11 siswa atau sebesar 39,29% mencapai kategori keaktifan tinggi, 8 siswa atau 28,57% pada kategori sedang, dan 9 siswa atau 32,14%pada kategori rendah. Kategori Keaktifan Persentase (%) Tinggi 37,5% Sedang 25% Rendah 37,5% Jurnal Pendidikan Matematika dan Matematika (JPMM) Solusi Vol.I No.1 Januari 2017 156

Dari kedua pertemuan tersebut diperoleh kualifikasi hasil observasi keaktifan siswa pada siklus I dengan menghitung rata-rata persentase tiap pertemuan pada siklus Idiperoleh informasi bahwa persentase keaktifan siswa pada pembelajaran matematika yang mencapai kategori tinggi pada siklus I adalah 37,5%. Siswa dengan kategori keaktifan tinggi mengalami peningkatan sebanyak 12,5% dari persentase prasiklus 25% menjadi 37,5%pada tindakan siklus I. Sedangkan pada kategori keaktifan rendah pada tahap pra siklus adalah 46,43% dan mengalami penurunan pada siklus I sebesar 8,93% sehingga menjadi 37,5%. Walaupun sudah mengalami peningkatan pada keaktifan kategori tinggi dan memenuhi kriteria keaktifan kategori tinggi, tetapi peningkatan ini belum mencapai target yang telah ditentukan pada keaktifan kategori rendah, yaitu setidaknya minimal terdapat 30% dari siswa tergolong pada aktif kategori tinggi dan maksimal dari 20% siswa tegolong pada keaktifan kategori rendah. Persentase ketuntasan belajar pada siklus I yaituterdapat 20 siswa dengan persentase 71,43% memperoleh nilai lebih dari atau sama dengan 72. Batas Jumlah Persentase KKM Siswa (%) 72 20 71,43 < 72 8 28,57 Jumlah 28 100 Dari hal tersebut diketahui bahwa setelah adanya tindakan siklus I, siswa yang mendapatkan nilai lebih dari atau sama dengan 72 mengalami peningkatan sebesar 25% yaitu dari 46,43% pada prasiklus menjadi 71,43% pada siklus I. Selain itu, setelah dihitung rata-rata kelas pada siklus I adalah 70,71. Terlihat bahwa rata-rata kelas meningkat sebesar 4,11 poin dari 66,60 menjadi 70,71. Walaupun sudah mengalami peningkatan, tetapi tindakan siklus I ini belum bisa mencapai target yang telah ditentukan yaitu setidaknya terdapat lebih dari atau sama dengan 75% dari jumlah siswa mencapai ketuntasan hasil tes dengan standar KKM 72 dan rata-rata kelas lebih besar atau sama dengan standar KKM yaitu 72. 3.) Siklus II Jurnal Pendidikan Matematika dan Matematika (JPMM) Solusi Vol.I No.1 Januari 2017 157

Persentase keaktifan siswa siklus II untuk pertemuan pertama terdapat 12 siswa atau sebesar 42,86% mencapai kategori keaktifan tinggi, terdapat 11 siswa atau sebesar 39,28% pada kategori sedang, dan 5 siswa atau sebesar 17,86% pada kategori rendah. Sedangkan pada siklus II untuk pertemuan kedua terdapat 14 siswa atau sebesar 50% mencapai kategori keaktifan tinggi, 9 siswa atau 32,14% pada kategori sedang, dan 5 siswa atau 17,86% pada kategori rendah. Kategori Keaktifan Persentase (%) Tinggi 46,43% Sedang 35,71% Rendah 17,86% Dari kedua pertemuan tersebut diperoleh kualifikasi hasil observasi keaktifan siswa pada siklus II dengan menghitung rata-rata persentase tiap pertemuan pada siklus IIdiperoleh informasi bahwa persentase keaktifan siswa pada pembelajaran matematika yang mencapai kategori tinggi pada siklus II adalah 46,43%. Siswa dengan kategori keaktifan tinggi mengalami peningkatan sebanyak 8,93% dari persentasi 37,5% pada siklus I menjadi 46,43% pada tindakan siklus II. Sedangkan pada kategori keaktifan rendah pada tahap siklus 1 adalah 37,5% dan mengalami penurunan pada siklus II sebesar 19,64% sehingga menjadi 17,86%. Persentase ini sudah mencapai target yang telah ditentukan yaitu setidaknya, minimal terdapat 30% dari siswa tergolong pada aktif kategori tinggi dan maksimal dari 20% siswa tegolong pada keaktifan kategori rendah. Persentase ketuntasan belajar pada siklus II yaitu terdapat25 siswa dengan persentase 89,29% memperoleh nilai lebih dari atau sama dengan 72. Batas Jumlah Persentase KKM Siswa (%) 72 25 89,29 < 72 3 10,71 Jumlah 28 100 Dari hal tersebut diketahui bahwa setelah adanya tindakan siklus II, siswa yang memiliki nilai lebih dari atau sama dengan 72 mengalami peningkatan sebesar 17,86% yaitu dari 71,43% pada siklus I menjadi 89,29% pada siklus II. Persentase ini sudah mencapai target yang telah ditentukan, yaitu setidaknya terdapat lebih dari atau sama dengan 75% dari jumlah Jurnal Pendidikan Matematika dan Matematika (JPMM) Solusi Vol.I No.1 Januari 2017 158

siswa mencapai ketuntasan hasil tes dengan standar KKM 72. Selain itu, setelah dihitung ratarata kelas pada siklus II adalah 74,64. Terlihat bahwa rata-rata kelas meningkat sebesar 3,39 poin dari 70,71 menjadi 74,64. Persentase ini sudah mencapai target yang ditentukan yaitu, setidaknya terdapat lebih dari atau sama dengan 75% dari jumlah siswa mencapai ketuntasan hasil tes dengan standar KKM 72 dan rata-rata kelas lebih besar atau sama dengan standar KKM yaitu 72. SIMPULAN DAN SARAN 1. Penerapan model pembelajaran Think Pair Share (TPS) dapat meningkatkan keaktifan belajar pada kelas VIII A SMP Negeri 17 Surakarta tahun ajaran 2015/2016. Hal ini terbukti berdasarkan hasil observasi selama pelaksanaan pembelajaran mengalami pening-katan dan mencapai target sesuai dengan indikator yang telah ditetapkan. Adapun peningkatan keaktifan siswa pada tahap pra siklus dengan kategori tinggi adalah sebesar 25%, kategori sedang 28,57%, dan kategori rendah 46,43%. Persentase paada siklus I dengan kategori tinggi adalah sebesar 37,5%, kategori sedang 25%, dan pada kategori rendah 37,5%. Sedangkan persentase pada siklus II dengan kategori tinggi sebesar 46,43%, pada kategori sedang 35,71%, dan pada kategori rendah 17,86%. 2. Penerapan model pembelajaran Think Pair Share (TPS) dapat meningkatkan prestasi belajar matematika di kelas VIII A SMP Negeri 17 Surakarta tahun ajaran 2015/2016. Hal ini terbukti berdasarkan hasil tes pra siklus, tes siklus I dan tes siklus II mengalami peningkatan dan mencapai target sesuai indikator keberhasilan yang telah ditetapkan. Adapun peningkatan persentase prestasi belajar matematika siswa yang memperoleh nilai lebih dari atau sama dengan 72 sebelum dilakukan tindakan persentasenya sebesar 46,43%, pada tes akhir siklus I persentasenya sebesar 71,43% dan pada tes akhir siklus II persentasenya sebesar 89,29%. Selain itu juga terjadi penigkatan nilai rata-rata kelas yaitu 66,60 sebelum dilakukan tindakan, 70,71 pada tes akhir siklus I, dan 74,64 pada tes akhir siklus II. Berdasarkan kesimpulan, dikemukakan beberapa saran yaitu: Jurnal Pendidikan Matematika dan Matematika (JPMM) Solusi Vol.I No.1 Januari 2017 159

1. Bagi guruhendaknya mampu menerapkan model pembelajaran Think Pair Share (TPS) dalam proses pembelajaran sebagai salah satu alternatif dalam meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar matematika. Selanjutnya pada tahapan Pair, siswa lebih memahami materi karena mereka menemukan konsep sendiri kemudian menggunakan konsep tersebut untuk menyelesaikan persoalan dan siswa akan terbiasa untuk terlibat aktif dalam pembelajaran. Pada tahapan Share yaitu siswa diminta untuk mempresentasikan hasil diskusi menjadikan siswa terbiasa untuk menyampaikan hasil pekerjaan serta terbiasa untuk bertanya, menanggapi dan menyampaikan pendapat. 2. Bagi Siswa hendaknya dapat mengikuti pelajaran dengan baik yaitu disiplin dan tertib dalam setiap kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan 3. Bagi sekolah hendaknya memberikan sosialisasi kepada guru tentang model pembelajaran Think Pair Share (TPS) ini sebagai salah satu alternatif dalam meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar matematika siswa. 4. Bagi peneliti lain hendaknya dapat mengembangkan penelitian ini, misalnya dengan menggabungkan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dengan strategi atau pendekatan lain atau dengan memanfaatkan alat peraga dalam pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS). DAFTAR PUSTAKA [1] Erman Suherman dkk. 2001. Common textbook:strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: JICA-UPI. [2] Lie, Anita. 2005. Cooperating Learning:Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruangan Kelas. Jakarta PT Gramedia. [3] Rahyubi, H. 2012. Teori-Teori Belajar dan Aplikasi Pembelajaran Motorik. Nusa Media : Bandung.. [4] Smith, M.K., dkk. 2009. Teori Pembelajaran dan Pengajaran. Jogjakarta : Mirza Media Pustaka. [5] Sujono. 1988. Pengajaran Matematika Untuk Sekolah Menengah. Jakarta : Depertemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jurnal Pendidikan Matematika dan Matematika (JPMM) Solusi Vol.I No.1 Januari 2017 160

[6] Trianto, M. Pd. 2011. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif- Progresif: Konsep, Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana Media Group. Jurnal Pendidikan Matematika dan Matematika (JPMM) Solusi Vol.I No.1 Januari 2017 161