IV. METODE PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
IV. METODOLOGI PENELITIAN. Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan

IV. METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan data primer adalah di Desa Pasirlaja, Kecamatan

IV. METODE PENELITIAN

BAB IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Metode Pengumpulan Data

VII. ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI GANYONG DI DESA SINDANGLAYA

BAB IV METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

VIII. ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI USAHATANI UBI KAYU. model fungsi produksi Cobb-Douglas dengan penduga metode Ordinary Least

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga,

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

IV METODOLOGI PENELITIAN

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. kandang dan bibit terhadap penerimaan usaha, dengan subjek penelitian peternak

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penentuan lokasi penelitian ditentukan secara sengaja (purposive

IV METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data

IV. METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis, Sumber, dan Metode Pengumpulan Data 4.3. Metode Pengambilan Sampel

III. METODE PENELITIAN. dianalisis. Menurut Supardi (2005) penelitian deskripsi secara garis besar

VI. ANALISIS EFISIENSI FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADI

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

III KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN. elastisitas, konsep return to scale, konsep efisiensi penggunaan faktor produksi

IV. METODE PENELITIAN

ANALISIS EFISIENSI ALOKATIF PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI USAHATANI UBIKAYU

VIII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI

METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional ini mencakup pengertian yang

II. BAHAN DAN METODE

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Metode Penentuan Responden

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Lawe Sigala-gala, Kecamatan

BAB III METODE PENELITIAN. komoditas tembakau merupakan bahan baku utama pada industri rokok. Usahatani

III. METODE PENELITIAN. dan batasan operasional. Konsep dasar dan batasan operasional ini mencakup

III. KERANGKA PEMIKIRAN. konsep efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi, serta konsep penerimaan,

III. METODE PENELITIAN. Semua konsep dan defenisi operasional ini mencakup pengertian yang

IV. METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Menurut Travers (1978) dalam Umar menjelaskan bahwa metode ini bertujuan

BAB III METODE PENELITIAN. didukung oleh kondisi alam dan iklim tropis di Indonesia. Adanya perubahan pola

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Desa Ciburuy dan Desa Cisalada, Kecamatan

IV. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. probiotik maupun non probiotik oleh peternak, dimulai dari pembesaran bibit

BAB IV METODE PENELITIAN

III. METODOLOGIPENELITIAN Metode Penelitian. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei, yaitu

BAB VI ANALISIS PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEWA DI KELAPA DUA

BAB III METODE PENELITIAN. Pertanian Bogor (PSP3 IPB) dan PT. Pertani di Propinsi Jawa Timur tahun 2010.

VII. ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI UBI JALAR DI DESA CIKARAWANG

Daerah Jawa Barat, serta instansi-instansi lain yang terkait.

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan

METODE PENELITIAN. dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan kemudian dianalisis. Tujuannya

IV. METODOLOGI PENELITIAN

VII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI

menggunakan fungsi Cobb Douglas dengan metode OLS (Ordinary Least

BAB III METODE PENELITIAN DAN ANALISIS DATA

III. METODE PENELITIAN. Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan di Pulau Untung Jawa Kabupaten

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Bachtiar Rivai (1980) yang dikutip oleh Hernanto (1996),

Msi = x 100% METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

VI. ANALISIS USAHATANI DAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI

IV. METODE PENELITIAN. Provinsi Jawa Barat. Lokasi ini dipilih secara sengaja (purposive) dengan

II. BAHAN DAN METODE

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan dengan metode survey melalui pengamatan langsung di

BAB III METODE PENELITIAN. faktor produksi yang kurang tepat dan efisien. Penggunaan faktor produksi

METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional dipergunakan sebagai standar dan ukuran

BAB IV METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. untuk menciptakan data yang akan dianalisis sehubungan dengan tujuan

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga

METODE PENELITIAN. akurat mengenai faktor-faktor, sifat-sifat dan hubungan antar fenomena yang

METODE PENELITIAN. Batu. Pemilihan lokasi tersebut dilakukan secara sengaja (purposive) dengan

III. METODE PENELITIAN. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive). Daerah

IV. METODE PENELITIAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

IV. METODE PENELITIAN. daerah yang memiliki luas areal yang cukup potensial dalam pengembangan padi

VI. METODE PENELITIAN

SURYA AGRITAMA Volume 2 Nomor 1 Maret 2013

III. METODE PENELITIAN. penelitian yang memusatkan pemecahan masalahnya melukiskan suatu objek

IV. METODE PENELITIAN

ANALISIS KOMPARASI USAHATANI UDANG WINDU ORGANIK DAN NONORGANIK (STUDI KASUS: BATANG KILAT KOTA MEDAN PROPINSI SUMATERA UTARA)

IV. METODE PENELITIAN. merupakan studi kasus yang dilaksanakan di peternakan sapi potong PT. Andini

METODE PENELITIAN. Struktur, Perilaku, dan Kinerja Industri Kakao di Indonesia. Kegiatan penelitian ini

ANALISIS EFISIENSI USAHA TANI IKAN NILA DALAM KERAMBA DI DESA ARO KECAMATAN MUARA BULIAN KABUPATEN BATANG HARI YOLA NOVIDA DEWI NPM.

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Tanjungpinang Timur,

VI. ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI PADI SAWAH VARIETAS CIHERANG DI GAPOKTAN TANI BERSAMA

METODE PENELITIAN. wilayah Kecamatan Karawang Timur dijadikan sebagai kawasan pemukiman dan

III. METODELOGI PENELITIAN. untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

ANALISIS EFISIENSI ALOKATIF FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI USAHATANI CABAI BESAR (Capsicum annum L.) DI DESA PETUNGSEWU, KECAMATAN DAU, KABUPATEN MALANG

PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SEHAT

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu 4.2 Data dan Instrumentasi

IV. METODE PENELITIAN. pembesaran lele dumbo CV Jumbo Bintang Lestari, yang terletak di daerah Desa

METODE PENELITIAN. memperoleh data dan melakukan analisis sehubungan dengan tujuan penelitian yang

III. METODOLOGI PENELITIAN. berhubungan dengan penelitian. Dalam penelitian ini terdapat enam variabel

VII. ANALISIS PERBANDINGAN PENDAPATAN USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor,

IV METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian

IV. METODE PENELITIAN

Transkripsi:

IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan Di Desa Sindanglaya Kecamatan Sukamantri, Kabupaten Ciamis, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja (purposive) yang didasarkan pada pertimbangan bahwa Desa Sindanglaya tersebut merupakan salah satu sentra produksi ganyong di Kecamatan Sukamantri Kabupaten Ciamis yang terdapat kelompok tani yang sudah memiliki pengolahan umbi ganyong menjadi tepung dan telah menjalin kemitraan dengan perusahaan pengolahan tepung (Tabel 7). Waktu pengumpulan dan pengolahan data dilakukan pada bulan Desember 2009 hingga bulan Maret 2010. Tabel 7. Lima Kecamatan yang Memiliki Luas Lahan, Jumlah Produksi dan Produktivitas Ganyong Tertinggi di Kabupaten Ciamis Tahun 2009 Luas Lahan Produksi (Ton) No Kecamatan Jumlah (Ha) Persentase (%) Jumlah (Ton) Persentase (%) Produktivitas (Kw/Ha) 1 Sukamantri 33 31,13 594 37,74 180 2 Sadananya 24 22,64 288 18,30 120 3 Sukadana 20 18,87 341 21,66 171 4 Cikoneng 17 16,04 195 12,39 115 5 Cipaku 12 11,32 156 9,91 130 Total 106 100 1.574 100 716 Sumber : Dinas Tanman Pertanian dan Tanaman Pangan Kabupaten Ciamis, 2009 (diolah). 4.2. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang akan digunakan untuk penelitian ini adalah data primer dan data sekunder, baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Data primer meliputi data input dan output usahatani budidaya ganyong, harga input, harga output dan data lain yang berhubungan dengan tujuan penelitian. Data primer

diperoleh dari hasil wawancara dan hasil pengamatan (observasi) di lapangan dengan petani responden, ketua kelompok tani dan pihak perusahaan mitra. Kegiatan wawancara dilakukan untuk mengetahui kondisi dan kegiatan yang dilakukan oleh para petani, kelompok tani baik dari kegiatan budidaya sampai pada tahap pemasaran serta pihak perusahaan yang menjalin kemitraan. Data sekunder diperoleh dari laporan kegiatan kelompok tani, Buku Monografi Kecamatan Sukamantri dan Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Ciamis. Selain itu, data sekunder diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS), artikel, internet, buku literatur dan literatur lainnya yang relevan dengan penelitian yang dilakukan. 4.3. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang dilakukan melalui wawancara langsung dengan petani ganyong baik yang bergabung dengan kelompok tani maupun tidak. Wawancara dengan petani responden ini dipandu dengan kuesioner yang telah dipersiapkan sebelumnya dan mengadakan pengamatan terhadap keadaan usahatani budidaya ganyong di lapangan. Kuesioner yang digunakan berisi pertanyaan mengenai jumlah pemakaian input, harga input, pemakaian dan upah tenaga kerja, jumlah output, harga jual output dan pertanyaan lain yang berhubungan dengan analisis usahatani budidaya ganyong. Selain itu, pada kuesioner juga terdapat pertanyaan mengenai peran kelembagaan kelompok tani pada budidaya ganyong di Kecamatan Sukamantri, Kabupaten Ciamis. 4.4. Metode Penarikan Sampel Petani yang menjadi responden pada penelitian ini adalah petani ganyong. Pemilihan petani responden ini diperoleh dari daftar nama petani yang merupakan anggota kelompok tani maupun petani lainnya yang tidak atau belum bergabung dengan kelompok tani. Informasi petani dapat diperoleh dari kelompok tani maupun instansi terkait. Penarikan sampel dilakukan dengan metode sensus, karena seluruh populasi menjadi responden penelitian. Jumlah populasi petani di Desa Sindanglaya Kecamatan Sukamantri adalah 51 petani, yang terdiri dari 33 petani 43

yang tergabung dalam kelompok tani dan 18 petani yang tidak atau belum bergabung dengan kelompok tani. 4.5. Metode Analisis Data Data yang diolah dan dianalisis dalam penelitian ini adalah data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif dianalisis secara deskriptif yang bertujuan untuk melihat pelaksanaan budidaya ganyong apakah dapat dilakukan dengan baik dan peningkatan kesejahteraan petani ganyong dengan melakukan diversifikasi produk. Sedangkan untuk analisis data kuantitatif menggunakan analisis pendapatan usahatani dan R/C rasio serta fungsi Cobb-Douglas untuk menganalisis fungsi produksi karena pada penelitian ini mempunyai variable X lebih dari tiga. Perhitungan analisis data kuantitatif dibantu dengan kalkulator dan komputer dengan menggunakan software Microsoft Office Excel dan Minitab 14. 4.5.1. Analisis Kinerja Kelembagaan Kelompok Tani Kinerja kelembagaan dapat dilihat dari kemampuannya dalam mengelola dan memberikan manfaat secara efektif berdasarkan kriteria penilaian baik dilihat dari pihak kelompok tani itu sendiri maupun dilihat dari anggotanya yaitu petani. Pengolahan data dilakukan secara kualitatif. Data kualitatif diperoleh dari hasil wawancara dengan pengurus kelompok tani dan petani, serta hasil perolehan data sekunder dari pihak lain yang bersangkutan. Data tersebut selanjutnya akan disajikan dalam bentuk tabulasi silang dan kemudian dianalisis secara deskriptif. Efektivitas keberadaan kelembagaan hasil tanggapan dari responden yaitu petani dapat dianalisis menggunakan sistem pemberian skor penilaian keefektivan yang kemudian diuraikan secara deskriptif. Penentuan skor tersebut menggunakan skala Likert. Pengukurannya dilakukan dengan menghadapkan seorang responden pada beberapa pertanyaan, kemudian responden tersebut diminta untuk memberikan jawaban atau tanggapan yang terdiri dari tiga tingkatan dalam skala tersebut. Jawaban-jawaban tersebut diberikan skor 1-3 dengan pertimbangan skor terbesar adalah tiga (3) untuk jawaban yang paling mendukung dan skor terendah adalah satu (1) untuk jawaban yang tidak mendukung. 44

Berdasarkan perolehan skor dari responden, selanjutnya ditentukan rentang skala atau selang untuk menentukan efektivitas keberadaan kelembagaan. Selang diperoleh dari selisih skor tertinggi yang mungkin dengan total skor minimal yang mungkin dibagi jumlah kategori jawaban (Umar,2005). Selang = nilai maksimal nilai minimal jumlah kategori jawaban - 1 Berdasarkan perolehan nilai selang, selanjutnya ditentukan skor efektivitas keberadaan kelembagaan dengan cara membagi tiga skor diantara total nilai minimal sampai total nilai maksimal hingga diperoleh tiga selang efektivitas. Selang terendah menyatakan bahwa efektivitas keberadaan kelembagaan rendah, sementara selang tertinggi menyatakan bahwa keberadaan kelembagaan efektif. Dari nilai selang tersebut dapat ditentukan rentang skala tiap kategori penilaian. Skala rentang penilaian yang diperoleh dapat dilihat pada Tabel 8. Penilaian tanggapan responden terhadap keberadaan kelembagaan agribisnis berupa kelompok tani akan dibagi ke dalam tiga kategori, yaitu efektif, cukup efektif dan tidak efektif. Nilai skor yang diperoleh adalah antara 231 692. Nilai skor 231 didapat dari hasil pengalian skor terendah (1) dengan jumlah parameter yang digunkan yaitu tujuh dan dengan jumlah responden yang telah ditentukan jumlah 33 responden, atau dapat ditulis (1x 7x 33 = 231). Sedangkan nilai skor 692 diperoleh dari hasil pengalian skor tertinggi (3) dengan jumlah parameter yang digunakan tujuh dan dengan jumlah responden 33 atau dapat ditulis (3x 7x 33 = 692). Penentuan selang dilakukan dengan cara pengurangan antara nilai skor maksimum dengan nilai minimum yang kemudian hasilnya dibagi dengan banyaknya kategori penilaian, selanjutnya dikurangi satu. Nilai 154 merupakan hasil dari penghitungan tersebut atau ditulis dengan : 692-231 3-1 = 154 45

Tabel 8. Skala Skor Penilaian Efektivitas Kategori Penilaian Rentang Skala Belum efektif 231-384 Cukup efektif 385-538 Efektif 539-692 Berdasarkan Tabel 8, dijelaskan bahwa jika total skor berada pada rentang nilai antara 231-384, maka keberadaan kelembagaan dapat dikatakan belum efektif. Jika total skor berada pada rentang nilai antara 385-538, maka keberadaan kelembagaan dapat dikatakan cukup efektif. Sementara jika total skor berada pada rentang nilai antara 539-692, maka keberadaan kelembagaan dapat dikatakan efektif. Keberadaan kelompok tani ini dijelaskan mengenai bagaimana perannya terhadap anggotanya. 4.5.2. Analisis Penerimaan Usahatani Penerimaan merupakan hasil kali jumlah produksi total dan harga jual per satuan. Analisis penerimaan usahatani merupakan analisis penerimaan yang diperoleh petani sebelum dikurangi biaya-biaya. Dalam waktu delapan bulan petani sudah bisa memanen ganyongnya. Namun karena keterbatasan teknologi yang ada ditingkat petani, maka kejelasan pasar untuk diversifiasi produk masih terbatas sehingga berpengaruh terhadap penerimaan petani. Dengan sistem diversifikasi produk untuk mengubah ganyong menjadi tepung petani akan mendapatkan penerimaan tambahan yang tentunya dapat menambah pendapatan. 4.5.3. Analisis Biaya Usahatani Biaya merupakan komponen paling penting dalam melakukan kegiatan usahatani. Biaya usahatani dapat berbentuk biaya tunai dan biaya diperhitungkan. Biaya tunai adalah biaya yang dibayar dengan uang, komponen biaya tunai biaya untuk input produksi hingga biaya pemasaran. Biaya diperhitungkan untuk menghitung berapa besarnya pendapatan kerja petani dan modal. Komponen 46

biaya diperhitungkan seperti, sewa lahan (ha) dan penyusutan peralatan (Rp). Untuk menghitung biaya penyusutan dapat dilakukan dengan menggunakan metode garis lurus dengan rumus sebagai berikut : Harga Perolehan Estimasi Nilai Residu 4.5.4. Analisis Pendapatan Usahatani Menurut Soekartawi (1986), analisis pendapatan usahatani bertujuan untuk mengetahui besar keuntungan yang diperoleh dari usaha yang dilakukan. Untuk menghitung pendapatan usahatani dapat digunakan rumus : Pendapatan (π) = TR - TC Pendapatan (π) = (P x Q) ( Biaya Tunai + Biaya Diperhitungkan) Dimana : TR = Total Penerimaan TC = Biaya Tunai + Biaya Diperhitungkan Selain menganalisis pendapatan, titik impas (Break Event Point (BEP)) untuk harga jual dan untuk volume produksi juga dihitung dengan menggunakan rumus : BEP Harga Jual = Total Biaya Produksi Total Produksi BEP Volume Produksi = Total Biaya Produksi Harga rata-rata 47

4.5.5. Analisis Efisiensi Usahatani Setelah melakukan analisis penerimaan dan biaya usahatani selanjutnya akan dianalisis efisiensi usahatani dengan menggunakan analisis rasio penerimaan dan biaya (R/C). Analisis (R/C) ratio bertujuan untuk menguji sejauh mana hasil yang diperoleh dari usaha tertentu (dihitung selama satu periode) cukup menguntungkan. R/C meliputi R/C tunai dan R/C total, R/C tunai merupakan perbandingan penerimaan dengan biaya tunai sedangkan R/C total merupakan perbandingan penerimaan dengan total biaya yang dikeluarkan. Formulasi rumus sebagai berikut : R/C ratio = Penerimaan total Biaya total 4.5.6. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Ganyong Fungsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah fungsi produksi linier berganda. Penggunaan fungsi linear berganda ini ditujukan untuk mengetahui indikasi secara umum dan bukan untuk mencari efisiensi. Selain itu, digunakan untuk melihat pengaruh secara nyata antara variabel Y dan variabel X dalam produksi ganyong. Faktor-faktor yang diduga berpengaruh terhadap produksi ganyong dalam penelitian ini adalah lahan, penggunaan bibit, pupuk kandang, tenaga kerja, dan dummy kelompok. Secara umum persamaan matematik dari fungsi Cobb Douglas dapat dirumuskan sebagai berikut: b1 b2 Y = b 0 X 1 X 2 X b3 bn 3 X n e u Dalam memudahkan pendugaan terhadap fungsi produksi tersebut, maka dapat di transformasikan kedalam bentuk linier logaritmik sehingga fungsi produksi untuk ganyong dapat dirumuskan sebagai berikut: Ln Y= Ln b 0 + b 1 Ln X 1 + b 2 Ln X 2 + b 3 Ln X 3 + b 4 Ln X 4 + b 5 D + u Keterangan : Y = Produksi (Kg) b = Konstanta 48

b 1 -b 5 = Parameter variabel X 1 = Lahan (Ha) X 2 = Bibit (tunas) X 3 = Jumlah pupuk kandang (Kg) X 4 = Tenaga kerja (HOK) D = Dummy (anggota kelompok tani = 1 dan bukan anggota = 0) Gambaran dari variabel-variabel tersebut adalah : 1. Variabel yang menjadi variabel dependent adalah produksi. Produksi ini merupakan hasil produksi ganyong petani dalam bentuk umbi per satuan luas lahan yang dimiliki dalam kurun waktu satu tahun terakhir dalam satuan kilogram per hektar. 2. Variabel yang menjadi variabel independent dalam penelitian ini meliputi: a. Lahan, merupakan seberapa luas lahan yang dimiliki oleh petani responden untuk membudidayakan ganyong. Satuan untuk lahan ini adalah dalam hektar. b. Jumlah bibit, merupakan jumlah bibit yang ditanam oleh petani dalam luasan lahan yang dikelola. Jumlah bibit yang ditanam dalam satuan buah tunas umbi. c. Pupuk kandang digunkan untuk pemupukan selama satu periode tanam terakhir. Jumlah pupuk yang digunakan dalam satuan kilogram. d. Jumlah tenaga kerja merupakan jumlah Hari Orang Kerja (HOK) dalam satu periode tanam yang digunakan untuk pemeliharaan tanaman ganyong dalam satuan HOK. e. Dummy (anggota kelompok tani = 1 dan bukan anggota = 0) merupakan berapa banyak jumlah responden yang ada yang bermitra dan tidak. Hipotesis yang diajukan terhadap setiap faktor produksi adalah seluruh faktor produksi berpengaruh positif terhadap tingkat produksi ganyong. Kondisi ini diperkirakan karena seluruh komponen faktor produksi tersebut merupakan kebutuhan dalam kegiatan produksi ganyong. Adapun penjelasan hipotesis tersebut adalah sebagai berikut: 1. Lahan (X 1 ) b 1 > 0 artinya semakin luas lahan yang digunakan untuk budidaya ganyong maka akan semakin tinggi tingkat produksi ganyong. 49

2. Bibit ganyong (X 2 ) b 2 > 0 artinya semakin banyak bibit yang digunakan dalam proses produksi, maka akan semakin tinggi tingkat produksi ganyong. Berpengaruhnya faktor produksi ini dikarenakan dalam penanaman ganyong, bibit merupakan salah satu komponen utama dalam kegiatan produksi. 3. Pupuk kandang (X 3 ) b 3 > 0 artinya semakin banyak pupuk kandang yang digunakan dalam proses produksi, maka akan semakin tinggi tingkat produksi ganyong yang dihasilkan. Berpengaruhnya faktor produksi ini dikarenakan dalam penanaman ganyong, penggunaan pupuk kandang merupakan salah satu komponen yang penting untuk meningkatkan kualitas tanaman. 4. Tenaga Kerja (X 4 ) b 4 > 0 artinya semakin banyak tenaga kerja yang digunakan dalam proses produksi, maka akan semakin tinggi tingkat produksi ganyong yang dihasilkan. Namun tidak menutup kemungkinan banyaknya tenaga kerja dapat mengakibatkan kegiatan produksi menjadi tidak efektif. 5. Dummy petani anggota kelompok tani dan bukan anggota (D) b 5 > 0 artinya jika petani menjadi anggota kelompok tani maka akan dapat meningkatkan produksi ganyong. Peningkatan produksi ini terjadi karena adanya bantuan penyuluhan dan bimbingan. 4.5.7. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Petani Ganyong Faktor-faktor yang akan dianalisis pengaruhnya terhadap tingkat pendapatan atau keuntungan petani ganyong dalam penelitian ini dilakukan dengan pendekatan fungsi regresi linier berganda. Faktor-faktor yang diduga berpengaruh terhadap tingkat keuntungan usaha adalah harga-harga dari penggunaan input dan output produksi, faktor-faktor tersebut terdiri dari harga bibit ganyong, pupuk kandang, harga output dan biaya tenaga kerja serta Dummy kemitraan. Secara umum persamaan matematik dari fungsi Cobb Douglas dapat dirumuskan sebagai berikut: 50

Y = b 0 X 1 b1 X 2 b2 X 3 b3 X n bn e u Dalam memudahkan pendugaan terhadap fungsi pendapatan, maka dapat di transformasikan kedalam bentuk linier logaritmik sehingga fungsi pendapatan untuk usahatani ganyong dapat dirumuskan sebagai berikut: Ln π = Ln b 0 + b 1 Ln X 1 + b 2 Ln X 2 + b 3 Ln X 3 + b 4 Ln X 4 + b 5 D + u Keterangan : π = Keuntungan usaha atau pendapatan (Rp) b 0 = Konstanta b 1- b 5 = Parameter variabel Px 1 = Harga bibit ganyong (Rp/Tunas) Px 2 = Harga pupuk kandang (Rp/Kg) Px 3 = Upah tenaga kerja (Rp/HOK) Px 4 = Harga penjualan ganyong (Rp/Kg) D = Dummy (petani anggota kelompok tani =1 dan bukan anggota =0) u = Unsure galat Hipotesis yang digunakan dalam menganalisis faktor penduga ini adalah bahwa harga output akan berpengaruh positif terhadap tingkat pendapatan petani ganyong. Kondisi ini dikarenakan faktor harga output dapat mempengaruhi jumlah keuntungan, sedangkan faktor harga input yang akan digunakan memerlukan korbanan untuk memperolehnya dalam kegiatan produksi. Adapun penjelasan dari hipotesis tersebut adalah sebagai berikut: 1. Harga bibit ganyong (P X1 ) b 1 < 0 artinya semakin tinggi harga input bibit ganyong yang digunakan dalam proses produksi, maka akan semakin mengurangi tingkat pendapatan yang diperoleh petani. Dalam kegiatan penanaman ganyong, bibit merupakan salah satu komponen utama dalam kegiatan produksi. 2. Harga pupuk kandang (P X2 ) b 2 < 0 artinya semakin tinggi harga input pupuk kandang yang digunakan dalam proses produksi, maka akan semakin mengurangi tingkat pendapatan yang diperoleh petani. 51

3. Upah tenaga kerja (P X3 ) b 3 < 0 artinya semakin tinggi upah tenaga kerja yang digunakan dalam proses produksi, maka akan semakin mengurangi tingkat pendapatan yang diperoleh petani. 4. Harga jual umbi ganyong (P X4 ) b 4 > 0 artinya semakin tinggi harga jual umbi ganyong, maka akan semakin meningkatkan pendapatan yang diperoleh petani. Harga jual menjadi salah satu komponen dalam usahatani ganyong yang memiliki dampak positif terhadap tingkat pendapatan petani. 5. Dummy petani anggota kelompok tani dan bukan anggota (D) b 8 > 0 artinya jika petani menjadi anggota kelompok tani maka akan dapat meningkatkan pendapatan yang diperoleh. Peningkatan pendapatan ini terjadi karena adanya penyuluhan dan bantuan modal serta adanya pembelian yang lebih tinggi dari kelompok tani terhadap output petani dibandingkan dengan petani bukan anggota. Metode penduga yang digunakan adalah metode kuadrat terkecil atau Ordinary Least Square (OLS), metode ini digunakan untuk menguji nilai t- hitung, F-hitung dan R². Oleh karena itu, kelayakan model tersebut akan diuji berdasarkan asumsi OLS, yang meliputi multikolinearitas, homoskedastisitas dan normalitas error. Pengujian model penduga ini dilakukan untuk mengetahui apakah model penduga yang diajukan sudah layak untuk menduga parameter dan fungsi produksi. Pendugaan apakah seluruh variabel yang ada dalam model dapat berpengaruh nyata terhadap produktivitas ganyong apabila digunakan secara bersama-sama, maka akan digunkan Uji F-hitung. Pengujian ini dilakukan dengan cara membandingkan anatara F-hitung dengan F-tabel (Walpole, 1995). Hipotesis : H 0 : b i = 0 H 1 : b i 0 Statistik uji : F hitung = R² / (k 1) (1- R²) / (n-k) 52

F- tabel = Fα ( k-1, n-k) Keterangan : R² = koefisien determinasi n = jumlah pengamatan atau sampel k = jumlah parameter bebas termasuk intersep Kriteria uji : F-hitung > f-tabel, maka tolak H 0 pada taraf nyata α (berpengaruh nyata) artinya pada taraf nyata α variabel-variabel penduga secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap produktivitas ganyong. Apabila f-hitung < f-tabel, maka terima H 0 pada taraf nyata α (tidak berpengaruh nyata) artinya pada taraf nyata α variabel-variabel penduga tidak berpengaruh nyata terhadap produksi ganyong. Setelah melakukan uji f-hitung, selanjutnya akan dilakukan uji-t yaitu digunakan untuk menguji secra statistik bagaimana pengaruh nyata dari setiap parameter bebas (X) yang digunakan secara terpisah terhadap parameter tidak bebas (Y). Hipotesa pengujian secara statistik adalah sebagai berikut : Statistik uji : t-hitung = bi se(bi) t-tabel = t α/2(n-k) Dimana : b 1 = koefisien regresi se (bi) = parameter penduga dari unsur sisa n = jumlah pengamatan (sampel) k = jumlah koefisien regresi dugaan termasuk konstanta Kriteria uji : t-hitung > t-tabel, maka tolak H 0 pada taraf nyata α (berpengaruh nyata) t-hitung < t-tabel, maka terima H 0 pada taraf nyata α (tidak berpengaruh nyata) Apabila t-hitung lebih besar dari t-tabel, maka parameter bebas yang diuji berpengaruh nyata terhadap parameter tidak bebas. Sedangkan jika sebaliknya nilai t-hitung lebih kecil dari t-tabel maka parameter bebas yang diuji tidak 53

berpengaruh nyata terhadap parameter tidak bebas. Untuk menguji model yang ada maka perlu dihitung besarnya nilai koefisien determinasi (R²), perhitungan ini digunakan untuk melihat sejauh mana keragaman yang diterangkan oleh faktor produksi terhadap produksi ganyong. Adapun koefisien dari determinasi dapat dirumuskan sebagai berikut : R² = Keterangan : Jumlah kuadrat regresi Jumlah kuadrat total 2 e = 1-1 2 Y1 ei 2 yi 2 = Jumlah kuadrat unsure sisa (galat) = Jumlah kuadrat total Pada dasarnya untuk melihat terjadinya multikoliniaritas atau tidak, maka ada banyak cara untuk mendeteksinya yaitu dengan koefisien determinasi (R²) yang tinggi, namun dari uji t banyak variabel bebas yang tidak signifikan sehingga dapat diukur dengan Variance Inflation Factor (VIF) sebgai berikut : 1 VIF (X j ) = (1- R j ²) Keterangan : R j = koefisien determinasi dari model regresi dengan variabel dependen X j dan variabel independet adalah variabel X lainnya. Jika nilai VIF (X j ) > 10, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat multikolinearitas antar peubah bebas (Gujarati,1978). 4.5.8. Analisis Efisiensi Ekonomi Produksi Tingkat efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi dapat dilihat dari kombinasi optimal dari penggunaan faktor produksi. Penggunaan faktor produksi ini ditunjukan oleh adanya perbandingan antara Nilai Produk Marjinal (NPM) dan Biaya Korbanan Marjinal (BKM). Nilai perbandingan NPM dan BKM jika memiliki nilai lebih kecil dari satu, maka penggunaan produksi pada usahatani ganyong ini perlu dikurangi. Sedangkan jika nilai perbandingan NPM dan BKM lebih besar dari satu, maka penggunaan faktor produksi harus ditingkatkan. Apabila nilai perbandingan NPM 54

dan BKM ini bernilai sama dengan satu, maka usahatani ganyong ini sudah berada pada kombinasi yang optimal. Efisiensi secara ekonomi tercapai apabila usahatani tersebut telah mencapai keuntungan maksimal. Syarat mencapai keuntungan maksimal adalah turunan pertama dari fungsi keuntungan terhadap masing-masing faktor produksi sama dengan nol (Doll dan Orazem, 1978). Sesuai dengan prinsip keseimbangan marginal, bahwa untuk mencapai keuntungan maksimal, tambahan nilai produksi akibat tambahan penggunaan faktor produksi ke-i (Py. Mpxi) harus lebih besar dari tambahan biaya yang dikeluarkan untuk pembelian faktor produksi ke-i tersebut (Pxi), penambahan penggunaan faktor produksi berhenti ketika Py. Mpxi = Pxi pada saat inilah keuntungan maksimum dapat dicapai. Sedangkan untuk penghitungan NPM dapat dirumuskan sebagai berikut : NPM = Py.PM... (4.1) Dari rumus tersebut dapat diturunkan menjadi : = Py.... (4.2) = Py. Ε... (4.3) = Py. E.... (4.4) 55