1. PENDAHULUAN. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. mengalami pertumbuhan secara signifikan yang ditandai oleh meningkatnya

I. PENDAHULUAN. Dalam situasi perekonomian Indonesia yang masih belum stabil ini,

BAB I PENDAHULUAN. atas investasi yang mereka lakukan. Hal ini sekarang bukan menjadi masalah yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. bertahan dari terpaan krisis tersebut. Tabel 1 di bawah ini menunjukkan. Tabel 1

I. PENDAHULUAN. Investasi merupakan suatu daya tarik bagi para investor karena dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. dari kegiatan tersebut dan juga mengharapkan dana yang diinvestasikan akan

Pasar modal sebagai salah satu pilar perekonomian, yang menggambarkan. suatu Negara membutuhkan investasi yang tidak sedikit. Pasar modal merupakan

MEMILIH INVESTASI REKSA DANA TAHUN 2010

BAB I PENDAHULUAN. tingkat hasil atau return sehingga dapat meningkatkan besarnya harta atau

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB IV PEMBAHAS AN. Padahal reksa dana syariah memiliki perkembangan yang cukup pesat, tercatat

Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN. investasi. Investasi adalah penundaan berbagai konsumsi hari ini, dengan tujuan

BAB I PENDAHULUAN. keuangan (financial assets) merupakan salah satu bentuk dari investasi selain

BAB I PENDAHULUAN. dimasa yang akan datang. Seorang investor yang ingin melakukan investasi bisa

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian a. Makinta Growth Fund b. Panin Dana Maksima c. Trim Syariah Saham

BAB I PENDAHULUAN. ini menjalankan dua fungsi, yaitu fungsi ekonomi dan fungsi keuangan. Fungsi

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi yang cukup pesat telah mengubah pola pikir masyarakat di

BAB I PENDAHULUAN. keuangan jangka panjang. Pasar modal menjalankan dua fungsi sekaligus yaitu

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Dewasa ini masyarakat semakin sadar akan kebutuhan untuk berinvestasi. Hal ini

I. PENDAHULUAN. Reksa Dana, yang merupakan salah satu instrumen alternatif berinvestasi di pasar

BAB I PENDAHULUAN. bank. Suatu perusahaan dapat menerbitkan saham dan menjualnya di pasar. beban bunga tetap seperti jika meminjam ke bank.

BAB I PENDAHULUAN. persen ke depan, dibutuhkan investasi sekitar Rp Trilyun per tahun. Investasi

BAB I PENDAHULUAN. pada april 2009 menjadi Rp 1,857 triliun pada September 2009.

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini membuktikan semakin berkembangnya dunia investasi yang kemudian

BAB 1 PENDAHULUAN. Seiring dengan semakin membaiknya perekonomian dunia, khususnya perekonomian

Rikas Dwi Cahyo¹. ¹Manajemen (Manajemen Bisnis Telekomunikasi & Informatika), Fakultas Ekonomi Bisnis, Universitas Telkom

BAB I PENDAHULUAN. Terdapat dua jenis Dana Pensiun menurut Undang-Undang Nomor 11. tahun 1992 tentang Dana Pensiun. Kedua jenis Dana Pensiun itu

BAB I PENDAHULUAN. suku bunga menyebabkan pengembalian (return) yang diterima oleh investor pun

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), pertumbuhan segmen pendapatan

BAB I PENDAHULUAN. tahunan rata-rata sebesar 5,6% (BPS 2015). Peningkatan pertumbuhan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. 214,48%, begitu pula dengan Nilai Kapitalisasi BEI sebesar 274,16% (Kementrian Keuangan RI Bapepam-LK,2012).

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai salah satu negara ekonomi terkuat di dunia menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Tidak mengherankan jika masih banyak pendapat yang beranggapan bahwa status

BAB I PENDAHULUAN. dan investasi adalah hal yang paling mendominasi setiap pengeluaran yang

1.1 Latar Belakang Masalah

Gambar 1.1. Grafik IHSG periode

I. PENDAHULUAN. investor. Para investor yang menginvestasikan dananya, pasti akan. mengharapkan return (tingkat pengembalian) berupa capital gain, dan

INFORMASI PORTOFOLIO Alokasi Portofolio Ekuitas/RD Saham : 76% Obligasi/RD Pendapatan Tetap : 0 % Kas/RD Pasar Uang : 24% Kinerja Portofolio

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang memiliki siitem perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. di Amerika Serikat merupakan topik pembicaraan yang menarik hampir di

BAB I PENDAHULUAN. datang. (Tandelilin, 2010:2). Investasi merupakan Penundaan konsumsi sekarang

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, berinvestasi pada instrumen keuangan atau financial assets

BAB I PENDAHULUAN. usia yang semakin lanjut. Hal ini juga dapat dikarenakan kesehatan yang

PEMBENTUKAN PORTOFOLIO OPTIMAL PADA INSTRUMEN REKSA DANA SYARIAH MENGGUNAKAN MODEL INDEKS TUNGGAL SKRIPSI

BAB V PENUTUP. reksa dana saham sampel periode Januari 2013 Desember 2015

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. memperoleh sejumlah keuntungan dimasa mendatang. Secara umum, investasi

BAB I PENDAHULUAN. negara-negara tetangga, perekonomian Indonesia di tahun 2012 telah tumbuh sebesar

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya. Modal dapat berasal dari dalam negeri maupun luar negeri.

RENCANA INVESTASI DANA PENSIUN PERHUTANI TAHUN 2009

BAB 1 PENDAHULUAN. Krisis keuangan mengakibatkan likuiditas sektor perbankan dan institusi

BAB I PENDAHULUAN. 12,94% meskipun relatif tertinggal bila dibandingkan dengan kinerja bursa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Sektor Properti

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pasar modal Indonesia dalam menggalang dana mempunyai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tidak pasti (uncertain) dapat berakibat menguntungan atau merugikan. Ketidak

I. PENDAHULUAN. akan bangkit kembali setelah tahun 2006 yang penuh kesulitan akibat berbagai

BAB I PENDAHULUAN. adalah hasil (return) dan risiko (risk). Return merupakan hasil yang diperoleh dari

BAB I PENDAHULUAN. pilihan instrumen investasi. Menurut Tandelilin (2010, h.1), investasi merupakan

I. PENDAHULUAN. krisis kredit properti (subprime mortgage crisis) di Amerika Serikat (AS) telah

ABSTRAKSI. Universitas Kristen Maranatha

I. PENDAHULUAN. Investasi menurut Bodie (2005) adalah suatu komitmen terhadap dana

BAB I PENDAHULUAN. Kesadaran investasi masyarakat Indonesia semakin meningkat dari tahun

BAB I PENDAHULUAN. rumah pribadi atau memiliki sebuah mobil mewah dan masih banyak tujuan

BAB I PENDAHULUAN. dan keahlian untuk mengelola investasinya. Menurut Undang-Undang Republik

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. tentang Pasar Modal, maka mulailah bermunculan instumen investasi bernama

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan modal banyak dan cepat mendapatkan keuntungan. Tandelilin (2010: 2)

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Investasi merupakan suatu bentuk pengelolaan dana atau modal untuk

I. PENDAHULUAN. tersedia berbagai pilihan instrumen investasi. Adanya alternatif instrumen

BAB I PENDAHULUAN. pasar modal syariah. Masalah asymmetric information yang dihadapi oleh industri

BAB I PENDAHULUAN. masa mendatang (Tandelilin, 2010:2). Proses investasi terlebih dahulu harus

BAB I PENDAHULUAN. Semakin terintegrasinya ekonomi domestik dengan ekonomi dunia membuat

I. PENDAHULUAN. pasif dan investor aktif. Investor pasif menganggap bahwa pasar modal adalah

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. BI Rate yang diumumkan kepada publik mencerminkan stance kebijakan moneter

BAB I PENDAHULUAN. investor karena modal yang dibutuhkan tidak sebanyak yang berinvestasi pada

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan penawaran (supply) dan permintaan (demand) dana jangka

BAB I PENDAHULUAN. Investasi syariah yang semakin berkembang di negara-negara maju menyadarkan

BAB I PENDAHULUAN. industri yang terus berkembang di dunia, rata-rata pertumbuhan industri keuangan

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh rasa aman melalui tindakan berjaga-jaga dengan mencadangkan. yang mungkin akan timbul karena adanya ketidakpastian.

1.PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan investasi di Indonesia saat ini mengalami perkembangan yang

I. PENDAHULUAN. Berinvestasi saat ini sudah menjadi kebutuhan bagi sebagian orang yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB I. PENDAHULUAN. dunia yang terjadi disebabkan oleh krisis surat utang subprime mortgage

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Tujuan yang ingin kita capai, ialah kesuksesan finansial. Sukses finansial

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. alternatif investasi tersebut. Besarnya return yang didapat memiliki korelasi yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam memperoleh penghasilan, banyak cara yang dapat dilakukan oleh

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. yang akan datang. Investasi dilakukan dengan tujuan agar memperoleh return

DAFTAR ISI. I. PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian...

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan ekonomi nasional di Indonesia, sedangkan bagi masyarakat

DAFTAR ISI. Abstrak... i. Kata Pengantar... ii. Daftar Isi... v. Daftar Tabel... ix. Bab I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Penelitian...

Transkripsi:

1 1. PENDAHULUAN Latar Belakang Berdasarkan data dari Bank Dunia, pertumbuhan ekonomi di Indonesia pada tahun 2012 berada pada kisaran angka 6%. Hal ini berdampak pada bertambahnya jumlah populasi warga kelas menengah yang ada di Indonesia. Pada tahun 2011 sebanyak 56,5% dari 237 juta penduduk Indonesia atau setara dengan 134 juta penduduk Indonesia merupakan kelas menengah. Hal ini mengalami pertumbuhan yang sangat pesat, karena pada tahun 2003 penduduk kelas menengah hanya sebesar 37,7% dari jumlah penduduk saat itu atau setara dengan 81 juta orang. Sumber : Kontan, 2012 Gambar 1. Peta Konsumsi Kelas Menengah di Indonesia Secara makroekonomi, definisi dari penduduk kelas menengah adalah dengan mengambil rentang penghasilan tertentu dari pendapatan per kapita. Menurut ekonom dari Massachusetts Institute of Technology, Lester Thurow, mendefinisikan kelas menengah sebagai kelompok masyarakat yang berada dalam rentang 75% dan 125% dari median atau titik tengah pendapatan per kapita. Sedangkan ekonom dari New York University, William Easterly, menetapkan batasnya di atas 20% kelompok masyarakat termiskin dan di bawah 20% kelompok masyarakat terkaya. Bank Dunia mendefinisikan kelas menengah sebagai kelompok masyarakat yang memiliki pendapatan atau pengeluaran per kapita per hari sebesar US$ 2 b hingga US$ 20. Di Indonesia peta konsumsi kelas menengah dikuasai untuk bidang tabungan dan investasi. Pada tahun 2011 pengeluaran untuk sektor tabungan dan

2 investasi sebesar US$ 85 miliar. Kemudian, McKinsey memperkirakan porsi pengeluaran kelas menengah di Indonesia untuk sektor tabungan dan investasi di tahun 2030 adalah sebesar US$ 565 miliar, dengan pertumbuhan tiap tahun 10,5%. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Gambar 1. Sumber : Kontan, 2012 Gambar 2. Perkiraan Pengeluaran Keluarga Indonesia Perkiraan pengeluaran keluarga Indonesia berdasarkan pendapatan per tahun hingga tahun 2030, dapat dilihat pada Gambar 2. Dapat dilihat pada penduduk kelas menengah yang memiliki pendapatan lebih besar dari 127 juta per tahun, lebih dari 50% pengeluarannya untuk sektor tabungan dan investasi. Hal ini membuka peluang untuk produk-produk investasi, baik untuk aset riil atau aset finansial semakin diburu banyak orang. Dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia di kisaran 5% sampai 6% per tahun, McKinsey Global Institute, lembaga konsultan internasional, memproyeksikan pada tahun 2030 akan ada tambahan sebanyak 90 juta orang kelas menengah yang baru. Dengan gambaran seperti itu, Indonesia memiliki potensi yang menarik untuk banyak sektor industri. Sektor industri yang diproyeksikan mengalami pertumbuhan dan profit tertinggi oleh McKinsey adalah bisnis dan jasa di bidang keuangan. Bisnis yang masuk dalam sektor ini adalah perbankan, non perbankan, investasi dan real estat. Diproyeksikan sektor ini akan mengalami akan mengalami rata-rata pertumbuhan sebesar 10,5% per tahun, dari nilai pasar hanya sebesar US$ 85 miliar menjadi US$ 565 miliar. Produk investasi dalam bentuk aset finansial, pada umumnya orang mengenal simpanan berupa tabungan atau deposito di bank. Berdasarkan hal tersebut perlu alternatif instrumen investasi. Salah satu alternatif investasi tersebut adalah reksa dana. Reksa dana sendiri mengalami perkembangan yang sangat signifikan. Hal ini dapat dilihat pada industri pengelolaan investasi (aset manajemen) di Indonesia mengalami pertumbuhan sangat pesat dalam kurun waktu 2007 sampai dengan 2012. Selain itu perkembangan perkembangan nilai

3 aktiva bersih dana kelolaan manajer investasi juga mengalami kenaikan yang sangat signifikan. Hal ini dapat dilihat dari Tabel 1, yang menjelaskan tentang perkembangan nilai aktiva bersih (NAB) dana kelolaan manajer investasi khususnya untuk produk reksa dana dari tahun 2007 sampai tahun 2012. Tabel 1. Perkembangan NAB Dana Kelolaan Manajer Investasi (dalam triliun rupiah) Jenis Reksa Dana Tahun 2007 2008 2009 2010 2011 2012 Pendapatan Tetap 9,91 7,26 15,93 20,63 34,32 44,39 Saham 35,09 20,11 37,23 48,10 64,30 69,53 Pasar Uang 3,38 2,06 5,20 7,72 9,83 12,35 Campuran 8,09 6,56 11,85 20,63 31,06 37,86 Sumber : Bapepam, 2012 Semakin berkembangnya nilai aktiva bersih dana kelolaan manajer investasi, secara otomatis diikuti dengan semakin berkembangnya produk investasi reksa dana. Pada Gambar 3, dapat dilihat grafik mengenai komposisi dari setiap jenis reksa dana. Sumber : Bapepam, 2012 Gambar 3. Grafik Perkembangan Produk Reksa Dana di Indonesia Periode 2007-2012 Dilihat pada return atau imbal hasil dari produk tabungan dan deposito perbankan biasanya mengacu pada tingkat suku bunga yang sudah ditetapkan oleh Bank Indonesia atau biasa disebut BI rate. Saat ini kecenderungan BI rate dari tahun 2008 hingga 2012 mengalami penurunan. Lebih jelasnya tren dari BI rate dapat dilihat pada Gambar 4. Melihat tren penurunan ini, para investor mulai untuk mencari alternatif investasi aset finansial lain yang dapat memberikan return yang lebih baik. Sebagai alternatif yang dapat dipertimbangkan adalah

4 produk reksa dana. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata return yang diberikan oleh reksa dana lebih besar dari produk tabungan dan deposito dari perbankan. Sumber : Bank Indonesia, 2013 Gambar 4. Grafik Pergerakan BI Rate periode Januari 2007 - Januari 2013 Pergerakan kinerja reksa dana ini dapat dilakukan perbandingan dengan pergerakan kinerja dari Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Dapat dilihat pada Gambar 5, pergerakan kinerja IHSG dari Mei 2007 sampai Desember 2012, mengalami tren peningkatan dari tahun ke tahun kecuali pada tahun 2008 karena terjadi krisis subprime mortgage di Amerika Serikat yang berdampak di seluruh dunia. Sumber : Bapepam, 2012 Gambar 5. Grafik Pergerakan IHSG periode Mei 2007 - Desember 2012 Dalam hal ini, reksa dana merupakan investasi yang terdiri dari aset-aset yang disusun menjadi suatu portofolio yang dinamakan reksa dana. Pembentukan portofolio ini memperhatikan unsur risiko dan return yang dimilikinya. Setiap reksa dana sendiri juga memiliki tingkat risiko dan return yang berbeda satu sama lain. Untuk itu pembentukan portofolio yang berisi reksa dana-reksa dana juga dapat dimungkinkan dengan tujuan untuk mendapatkan return sebesar mungkin dengan tingkat risiko sekecil mungkin. Hal ini sudah menjadi suatu yang umum

5 bagi investor yang menginginkan kombinasi dalam portofolio yang dipilihnya merupakan yang terbaik antara risiko dan return yang dihasilkan. Melihat perkembangan produk reksa dana yang sangat pesat, Bank Mandiri melihat peluang bisnis pada produk aset finansial ini. Bank Mandiri juga memperjualbelikan reksa dana di setiap cabang yang dimiliki. Reksa dana yang diperjualbelikan di Bank Mandiri sendiri memiliki tingkat risiko dan return yang berbeda-beda satu sama lain. Untuk itu diperlukan juga pembentukan portofolio optimum reksa dana bagi para investor yang berinvestasi pada reksa dana di Bank Mandiri. Mengoptimalkan suatu investasi diperlukan suatu tindakan berupa diversifikasi dari aset-aset finansial yang dipilih. Di dalam pembentukan portofolio dapat dijumpai banyak model yang bisa dipergunakan. Salah satu teori pembentukan portofolio yang dapat memberikan alternatif analisis varian, yaitu Single Index Model. Model ini diciptakan oleh William Sharpe pada tahun 1963. Pada model ini mengacu pada pengamatan mengenai adanya pengaruh risiko sistemik (risiko pasar) terhadap return dari sebuah portofolio yang disusun oleh aset yang berisiko. Selain itu model yang dapat dipergunakan untuk pembentukan portofolio adalah Constant Correlation Model. Pada model ini mengacu pada pengamatan mengenai adanya pengaruh risiko dari tiap aset yang menjadi penyusun portofolio yang dibentuk terhadap return dari sebuah portofolio yang disusun oleh aset yang berisiko. Rumusan Masalah Reksa dana yang diperjualbelikan di Bank Mandiri memiliki tingkat risiko dan return yang berbeda-beda satu sama lain. Hal ini berdampak pada kinerja masing-masing reksa dana berbeda pula. Ukuran dari baik dan tidaknya kinerja reksa dana adalah dengan cara melakukan pembandingan dengan kinerja IHSG dan suku bunga yang ditetapkan oleh Bank Indonesia (BI rate). Kondisi yang umumnya terjadi saat ini, investor dan financial advisor Bank Mandiri terkadang hanya melihat tingkat return dari reksa dana dalam pengambilan keputusan memilih reksa dana itu untuk dijadikan instrumen investasi. Terkadang hal ini justru tidak menjadi suatu keputusan yang tepat. Hal ini dikarenakan reksa dana memiliki unsur risiko yang juga harus diperhitungkan. Terkadang reksa dana yang memiliki return tinggi juga memiliki risiko yang tinggi pula sehingga hasilnya pun akan sama saja. Terkadang investor dan financial advisor Bank Mandiri dalam membentuk suatu portofolio dengan aset reksa dana menggunakan bobot yang sama. Padahal karakteristik antar reksa dana berbeda, yang memiliki unsur return dan risiko yang berbeda-beda. Prinsip utama pembentukan suatu portofolio investasi adalah memaksimalkan return dan meminimalkan risiko. Supaya investasi yang dilakukan oleh investor reksa dana di Bank Mandiri semakin optimal, diperlukan pembentukan suatu portofolio yang terdiri dari aset finansial reksa dana dengan kinerja baik yang diperjualbelikan di Bank Mandiri. Dengan melakukan hal itu, diharapkan dapat membentuk portofolio yang efisien, yang dapat memenuhi prinsip memberikan return dengan risiko investasi yang sudah terukur atau risiko terkecil dengan ekspektasi return yang sudah terukur.

6 Dengan demikian perumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana investor dapat mengukur kinerja reksa dana-reksa dana yang diperjualbelikan di Bank Mandiri untuk kemudian dibandingkan dengan kinerja IHSG dan tingkat suku bunga yang ditetapkan oleh Bank Indonesia (BI rate)? 2. Bagaimana investor dapat menentukan reksa dana yang akan dipilih sebagai pembentuk portofolio agar dapat memenuhi prinsip memberikan return dengan risiko investasi yang sudah terukur atau risiko terkecil dengan ekspektasi return yang sudah terukur? 3. Bagaimana investor dapat membentuk portofolio yang optimal dari reksa dana yang dipilih dan berapa porsi dari masing-masing reksa dana yang terpilih itu? 4. Bagaimana investor dapat mengukur kinerja portofolio reksa dana yang telah dihasilkan untuk kemudian dibandingkan dengan kinerja IHSG dan tingkat suku bunga yang ditetapkan oleh Bank Indonesia (BI rate)? Tujuan Penelitian Hasil penelitian ini adalah untuk memberikan informasi yang tepat kepada investor dalam memilih suatu reksa dana yang diperjualbelikan di Bank Mandiri sebagai pilihan investasi dengan memperhatikan tingkat risiko dan tingkat return yang dimiliki reksa dana tersebut. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Mengetahui kinerja masing-masing reksa dana yang diperjualbelikan di Bank Mandiri dengan menggunakan Sharpe Ratio, Treynor Ratio, Jensen s Alpha dan Information Ratio untuk kemudian dilakukan pembandingan dengan kinerja IHSG dan tingkat suku bunga Bank Indonesia (BI rate). 2. Memilih produk reksa dana yang dapat dijadikan untuk menyusun portofolio agar dapat memenuhi prinsip memberikan return dengan risiko investasi yang sudah terukur atau risiko terkecil dengan ekspektasi return yang sudah terukur. 3. Membentuk portofolio optimal reksa dana dengan menggunakan pendekatan dari teori Single Index Model dan Constant Correlation Model. 4. Mengukur kinerja dari portofolio reksa dana yang telah dibentuk dengan menggunakan Sharpe Ratio, Treynor Ratio, Jensen s Alpha dan Information Ratio untuk kemudian dilakukan pembandingan dengan kinerja IHSG dan tingkat suku bunga Bank Indonesia (BI rate). Manfaat Penelitian Penelitian ini sangat diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain sebagai berikut : 1. Sebagai rujukan bagi para investor untuk mengetahui kinerja aset finansial berupa reksa dana yang diperjualbelikan di Bank Mandiri dalam melakukan investasi.

7 2. Sebagai rujukan bagi para investor dalam membentuk portofolio optimum yang berisi reksa dana-reksa dana yang diperjualbelikan di Bank Mandiri dengan memperhatikan tingkat risiko investasi dan imbal hasil return yang diharapkan. 3. Sebagai rujukan Bank Mandiri dalam memlih reksa dana yang akan diperjualbelikan di cabang-cabang PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. 4. Sebagai pengetahuan tambahan bagi para mahasiswa dan peneliti yang ingin melakukan penelitian berikutnya mengenai analisis kinerja reksa dana dan pembentukan portofolio reksa dana yang optimal. Ruang Lingkup Penelitian Reksa dana yang dipilih untuk diukur kinerjanya adalah reksa dana yang aktif diperdagangkan selama periode Mei 2007 Desember 2012 dan diperjualbelikan di cabang-cabang Bank Mandiri. Pengukuran kinerja dengan menggunakan Sharpe Ratio, Treynor Ratio, Jensen s Alpha dan Information Ratio. Setelah itu dilakukan pembandingan dengan kinerja IHSG dan tingkat suku bunga yang ditetapkan oleh Bank Indonesia (BI rate). Dari hasil penghitungan kinerja ini, diambil 3 reksa dana terbaik kinerjanya untuk kemudian dijadikan aset penyusun portofolio optimum reksa dana. Bobot atau porsi tiap reksa dana yang akan dibentuk portofolio ini akan dihitung dengan menggunakan metode Single Index Model dan Constant Correlation Model. Setelah itu portofolio yang terbentuk ini akan diukur kinerjanya dengan menggunakan Sharpe Ratio, Treynor Ratio, Jensen s Alpha dan Information Ratio serta dilakukan dilakukan pembandingan dengan kinerja IHSG dan tingkat suku bunga yang ditetapkan oleh Bank Indonesia (BI rate). Untuk menentukan tingkat risiko dan return dari pasar menggunakan data Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dengan periode yang sama Mei 2007 sampai Desember 2012. Untuk indikasi return aset bebas risiko menggunakan tingkat suku bunga yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia atau BI rate pada periode Mei 2007 sampai Desember 2012. Keterbatasan dalam penelitian ini adalah pemilihan periode penelitian yang mayoritas di dalam periode pertumbuhan pasar yang baik dan tidak banyak ditemui gejolak negatif yang berasal dari perekonomian dunia. Hal itu pula yang dapat menyebabkan penggunaan metode-metode pengukuran kinerja dan pembentukan portofolio cocok dalam penelitian ini.

Untuk Selengkapnya Tersedia di Perpustakaan MB-IPB