V. ANALISIS SISTEM AGROINDUSTRI NENAS. Usaha agroindustri nenas dengan pola kemitraan setara di Kabupaten Subang

dokumen-dokumen yang mirip
V. PENDEKATAN SISTEM 5.1. Analisis Kebutuhan Pengguna 1.) Petani

VI. PEMODELAN SISTEM AGROINDUSTRI NENAS. Analisis sistem kemitraan agroindustri nenas yang disajikan dalam Bab 5

Tabel 14 Kebutuhan aktor dalam agroindustri biodiesel

X. KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Model Pengembangan Usaha Agroindustri Nenas AINI-MS yang dihasilkan

4 ANALISIS SISTEM 4.1 Kondisi Rantai Pasok Jagung

KELAPA SAWIT DI PULAU SUMATERA

BAB IV ANALISA SISTEM

METODOLOGI Kerangka Pemikiran

4. ANALISIS SISTEM 4.1 Kondisi Situasional

VII. ANALISIS SITUASI USAHA PERKEBUNAN DAN AGROINDUSTRI NENAS DI KABUPATEN SUBANG DAN KARAWANG

BAB I PENDAHULUAN. dan sekaligus menjadi tumpuan sumber pendapatan sebagian besar masyarakat dalam

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Nenas diyakini berasal di Selatan Brazil dan Paraguay kemudian

PEMODELAN SISTEM. Pendekatan Sistem. Analisis Sistem

ANALISA SISTEM. Analisa Situasional

VII. FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT PENGEMBANGAN PERKEBUNAN KARET

Gambar 15 Diagram model sistem dinamis pengambilan keputusan kompleks pengembangan agroindustri gula tebu.

3 METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERDAYAAN NELAYAN KECIL DAN PEMBUDIDAYA-IKAN KECIL

Latar Belakang Pembangunan bidang ekonomi, keseimbangan bidang pertanian dengan industri Pembangunan ekonomi berbasiskan kerakyatan; Pembangunan ekono

AGRIBISNIS DAN AGROINDUSTRI

VI. REKOMENDASI KEBIJAKAN

IV. METODOLOGI 4.1. Kerangka Pemikiran

III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERDAYAAN NELAYAN KECIL DAN PEMBUDIDAYA-IKAN KECIL

I PENDAHULUAN (%) (%) (%) Buahbuahan , , , ,81

MANFAAT KEMITRAAN USAHA

METODOLOGI PENELITIAN

1 PENDAHULUAN. Tahun Manggis Pepaya Salak Nanas Mangga Jeruk Pisang

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

IDENTIFIKASI SISTEM PERIKANAN TERI (STOLEPHORUS SPP) DI DESA SUNGSANG BANYUASIN SUMATERA SELATAN

A. KERANGKA PEMIKIRAN

Sistem Manajemen Basis Data

MODEL KELEMBAGAAN PERTANIAN DALAM RANGKA MENDUKUNG OPTIMASI PRODUKSI PADI

PERMASALAHAN PENGEMBANGAN TEMBAKAU DI JAWA TIMUR. Dinas Perkebunan Propinsi Jawa Timur

I. PENDAHULUAN. pelestarian keseimbangan lingkungan. Namun pada masa yang akan datang,

VII. RANCANGAN SISTEM PENGEMBANGAN KLASTER AGROINDUSTRI AREN

I. PENDAHULUAN. khususnya bagi sektor pertanian dan perekonomian nasional pada umumnya. Pada

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ARAH KEBIJAKAN PERSUSUAN

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Metode Pengambilan Responden 4.3. Desain Penelitian

8 BANGUNAN TEORI INTEGRASI AGROINDUSTRI

ANALISIS FINANSIAL USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI DI KABUPATEN BANTUL I. PENDAHULUAN

III. METODOLOGI 3.1 KERANGKA PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Faktor-Faktor Penting yang Memengaruhi Dayasaing Suatu Komoditas

BAB I PENDAHULUAN. lain yang sesuai dengan kebutuhan ternak terutama unggas. industri peternakan (Rachman, 2003). Selama periode kebutuhan

Kemitraan Agribisnis. Julian Adam Ridjal. PS Agribisnis Universitas Jember

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PETERNAKAN

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di

PENDAHULUAN Latar Belakang

2 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PEMBERDAYAAN NELAYAN KECIL DAN PEMBUDIDAYA-IKAN KECIL. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Pera

BAB II LANDASAN TEORI. membantu manajer dalam membuat keputusan yang lebih baik. Secara luas

VII. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN. 1. Baik pada daerah dataran rendah maupun dataran tinggi, rendahnya

MENUJU TEBO SEJAHTERA (MTS): AMAN, HARMONIS DAN MERATA

PEMODELAN SISTEM Konfigurasi Model

I. PENDAHULUAN. Kegiatan agroindustri atau industri hasil pertanian merupakan bagian integral

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

III. KERANGKA PEMIKIRAN

Bagian Ketujuh Bidang Pengembangan Usaha Pasal 20 (1) Bidang Pengembangan Usaha mempunyai tugas pokok menyelenggarakan pengkajian bahan kebijakan

MAKALAH STUDI KASUS MANAJEMEN PRODUKSI KERIPIK PISANG SEBAGAI PRODUK OLAHAN BUAH PISANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara pertanian, artinya bahwa sektor pertanian masih

I. PENDAHULUAN. Wilayah laut dewasa ini mendapat perhatian cukup besar dari pemerintah dan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan tersebut. Hal itu menjadi prioritas perusahaan dalam mencapai

I. PENDAHULUAN. Produksi (kg)

II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Mekanisme Pelaksanaan Kemitraan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ANALISIS STRUKTUR-PERILAKU-KINERJA PEMASARAN SAYURAN BERNILAI EKONOMI TINGGI

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian khususnya subsektor perkebunan merupakan

KEBIJAKAN MANAGEMEN RESIKO

BAB 5 ARAHAN PENGEMBANGAN USAHA TAPE KETAN SEBAGAI MOTOR PENGGERAK PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL

IV METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Metode Pengumpulan Data

BAB I PENDAHULUAN. ingin dicapai, untuk mencapai tujuan tersebut harus didasari dengan. perencanaan yang matang. KP-RI "SEBRA" Karangkates Kecamatan

Pembangunan pertanian merupakan bagian penting dan tidak. terpisahkan dari pembangunan ekonomi dan pembangunan nasional. Hasil

DAFTAR ISI.. DAFTAR GAMBAR.. DAFTAR LAMPIRAN.

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

4. ANALISIS SITUASIONAL

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan net ekspor baik dalam

dan antar pemangku kepentingan pembangunan. Keseimbangan diartikan sebagai keseimbangan antara kepentingan ekonomi, sosial,

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

Krisis ekonomi yang melanda lndonesia sejak pertengahan bulan. Sektor pertanian di lndonesia dalam masa krisis ekonomi tumbuh positif,

BAB III METODE KAJIAN

III. METODOLOGI A. Kerangka Pemikiran

Pemilihan Teknologi. Pemilihan Lokasi

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLORA NOMOR 18 TAHUN 2017

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

IV. METODOLOGI A. KERANGKA PEMIKIRAN B. PENDEKATAN SISTEM

PENDAHULUAN Latar Belakang

6. MODEL PENGEMBANGAN DAN RANCANGAN IMPLEMENTASI

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN. nabati yang bermanfaat dan memiliki keunggulan dibanding minyak nabati

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Daya saing Indonesia menurut World Economic Forum tahun 2008/2009 berada

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan proses produksi yang khas didasarkan pada proses

Transkripsi:

V. ANALISIS SISTEM AGROINDUSTRI NENAS Usaha agroindustri nenas dengan pola kemitraan setara di Kabupaten Subang meliputi kegiatan perkebunan nenas yang menghasilkan buah nenas segar sebagai bahan baku untuk industri pengolahan nenas, dan industri pengolahan nenas yang mengolah nenas segar menjadi berbagai produk nenas olahan. Produk yang dihasilkan dari usaha agroindustri nenas antara lain adalah buah nenas segar, dodol nenas, selai nenas, nenas kaleng, jus nenas dan konsentrat nenas. Tidak tertutup kemungkinan untuk mengembangkan produk-produk lain seperti serat kain dari daun nenas. Pola kemitraan setara dalam agroindustri nenas melibatkan banyak pihak seperti petani nenas yang tergabung dalam gapoktan (gabungan kelompok tani), yang selanjutnya membentuk koperasi petani, investor/pengusaha industri pengolahan nenas, lembaga keuangan (pembiayaan usaha), lembaga pemerintah, dan masyarakat di sekitar lokasi agroindustri. Saling keterkaitan di antara berbagai pihak yang terlibat ini dapat dianalisis sebagai suatu sistem. Sistem kemitraan setara utamanya bertujuan meningkatkan pendapatan petani nenas, masyarakat sekitar lokasi, perekonomian daerah, dan sekaligus pendapatan asli daerah (PAD). Banyaknya pihak yang terlibat dan adanya perbedaan kepentingan dari setiap pihak menyebabkan sistem kemitraan setara agroindustri nenas menjadi kompleks. Bagi pemerintah daerah, usaha agroindustri nenas merupakan salah satu sumber pendapatan asli daerah dalam bentuk pajak usaha dan juga penyedia lapangan kerja bagi masyarakat. Bagi petani, usaha ini merupakan sumber pendapatan utama. Bagi pengusaha industri pengolahan usaha agroindustri nenas merupakan usaha yang dapat menghasilkan keuntungan. Bagi masyarakat sekitar lokasi merupakan salah satu lapangan kerja, penyedia sarana dan prasarana lingkungan. Bagi lembaga pembiayaan usaha, agroindustri nenas merupakan usaha yang layak dan aman. Bagi lembaga penelitian dan

pengembangan usaha agroindustri nenas memberikan kesempatan untuk melakukan penelitian dan pengembangan produk-produk nenas. Kompleksitas sistem seperti ini menuntut pengkajian yang bersifat holistik agar dihasilkan sistem kemitraan setara yang mampu mengakomodasi semua kepentingan tersebut. Seperti telah dikemukakan dalam Bab 2, prosedur pendekatan sistem meliputi tahap -tahap: analisis kebutuhan, formulasi masalah, identifikasi sistem, permodelan sistem, verifikasi model, dan implementasi model (Eriyatno, 1999). Dalam bab ini dibahas analisis kebutuhan, formulasi masalah, dan identifikasi sistem agroindustri nenas. 1. Analisis Kebutuhan dalam Sistem Usaha Agroindustri Nenas Model kemitraan setara yang dikembangkan untuk agroindustri nenas harus mampu memenuhi kebutuhan setiap pihak atau lembaga yang terlibat. Untuk itu dilakukan identifikasi pelaku-pelaku yang terlibat serta kebutuhan masing-masing pihak. Berdasarkan hasil penelitian di lapangan teridentifikasi beberapa pihak yang terlibat secara langsung ataupun tidak langsung dalam usaha agroindustri nenas. Pelaku atau lembaga yang terlibat dalam usaha agroindustri nenas serta kebutuhan masing-masing pelaku disajikan di bawah ini. 67

Tabel 5.1. Kebutuhan pelaku yang terlibat dalam kemitraan usaha agroindustri nenas PELAKU Petani nenas Pengusaha pengolah nenas Lembaga keuangan Masyarakat sekitar Pemerintah daerah KEBUTUHAN Peningkatan pendapatan Terjaminnya pemasaran produk yang dihasilkan Terjaminnya harga jual yang layak dan stabil Dukungan modal, teknologi, informasi, sarana produksi, prasarana, dan manajemen. Keterjaminan bahan baku (kuantitas dan kualitas) Produktivitas operasi Kualitas produk Ketersediaan modal usaha Kelayakan usaha Ketersediaan tenaga kerja yang produktif dalam jumlah yang sesuai dengan kebutuhan Kepastian dan keamanan berusaha Keberhasilan usaha debitur Pengembalian kredit yang lancar Suku bunga yang layak Kesempatan kerja Kelestarian lingkungan Peningkatan kesejahteraan Pembangunan prasarana wilayah Trickle-down effect Meningkatnya jumlah agroindustri nenas Bertambahnya lapangan kerja dan usaha Meningkatnya kesejahteraan masyarakat di sekitar lokasi agroindustri Meningkatnya pendapatan asli daerah Keserasian hubungan masyarakat, pengusaha, dan petani Kelestarian lingkungan 2. Perumusan Masalah dalam Sistem Usaha Agroindustri Nenas Dalam rangka mengembangkan model kemitraan setara usaha agroindustri nenas di Subang, dijumpai beberapa masalah yang dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Ketidak -sinambungan pasokan bahan baku nenas segar dari petani. Para petani nenas berkecenderungan menjual hasil panen nenas segar kepada pihak yang bersedia membayar dengan harga lebih tinggi. Akibatnya, pasok nenas segar ke pabrik pengolahan nenas menjadi tidak menentu. 68

2. Ketidak -konsistenan mutu, ukuran, dan tingkat kematangan nenas segar dari petani. 3. Ketidak -sesuaian kapasitas ekonomis pabrik pengolahan dengan kuantitas nenas segar yang dihasilkan petani. 4. Belum berkembangnya teknologi pascapanen. 5. Keterbatasan modal untuk mengembangkan usaha agroindustri nenas. Sistem kemitraan usaha yang dikembangkan bertujuan membantu terwujudnya suatu kemitraan yang menyetarakan posisi petani dengan posisi pengusaha industri pengolahan nenas. Kemitraan setara yang terbentuk diharapkan dapat menyinergikan kebutuhan semua pihak yang terlibat dalam sistem, khususnya petani, pengusaha industri pengolahan, dan masyarakat sekitar, menyelaraskan konflik kepentingan yang ada, dan mengoordinasikan semua pihak yang terlibat. Sistem kemitraan setara yang dikembangkan diharapkan dapat berfungsi sebagai berikut: 1. Menjamin kesinambungan pasok bahan baku nenas segar dari petani untuk pabrik pengolahan nenas. Untuk itu diharapkan dapat diperoleh tingkat harga nenas segar yang disepakati bersama antara petani dan pabrik. 2. Menetapkan tingkat mutu, rentang ukuran, dan tingkat kematangan nenas segar yang konsisten dan sesuai dengan kebutuhan pabrik pengolahan nenas. Selanjutnya sistem ini juga diharapkan dapat menciptakan pasar untuk nenas segar yang tidak memenuhi standar pabrik. 3. Menetapkan tingkat kapasitas ekonomis pabrik yang sesuai dengan tingkat kuantitas pasokan nenas segar dari petani. Untuk ini dilakukan telaah kelayakan pabrik dan kebun secara terintegrasi sehingga diperoleh ukuran pabrik dan luasan kebun yang seimbang. 69

4. Mengidentifikasi sumber dana yang dapat digunakan untuk mendukung usaha agroindustri nenas. 3. Identifikasi Sistem Usaha Agroindustri Nenas Identifikasi sistem bertujuan memberikan gambaran tentang sistem yang dikaji. Sistem ini digambarkan dalam bentuk diagram input-output. Diagram input-output menggambarkan input yang memasuki sistem agroindustri nenas dan arus output yang keluar dari sistem. Input yang memasuki sistem agroindustri nenas dikelompokkan ke dalam tiga kategori, yaitu input lingkungan, input terkendali, dan input tidak terkendali. Output yang keluar dari sistem dikelompokkan menjadi dua, yaitu output yang dikehendaki, dan output yang tidak dikehendaki. Output yang dikehendaki merupakan hasil dari sistem yang memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang teridentifikasi pada saat analisis kebutuhan, sedangkan output tidak dikehendaki merupakan hasil atau dampak sampingan yang sifatnya tidak menguntungkan. Output yang tidak dikehendaki dapat dikendalikan melalui pengendalian terhadap input terkendali. Diagram input-output sistem kemitraan setara usaha agroindustri nenas dapat dilihat pada Gambar 5.1. 70

Input lingkungan *Iklim dan karakteristik lahan *Kondisi Sosial Ekonomi *Kondisi Keamanan *Peraturan Pemerintah Input Terkendali * Komposisi Modal * Teknologi Pengolahan * Penjadwalan Produksi * Penjadwalan Tanaman * Lokasi Pengolahan Output yang Dikehendaki * Pendapatan Daerah Meningkat * Pendapatan Petani Meningkat * Usaha AI Nenas Berkembang * Produktivitas Usaha Meningkat * Pengembalian Kredit Lancar SISTEM AGROINDUSTRI NENAS Input Tak Terkendali * Permintaan Pasar * Perkembangan Teknologi * Nilai Tukar dan Suku Bunga * Fluktuasi Harga Output Tak Dikehendaki * Distribusi Pendapatan Tidak Merata * Pasokan Produk Tidak Sesuai * Pencemaran Lingkungan Meningkat PENGENDALIAN SISTEM AGROINDUSTRI NENAS Gambar 5.1. Diagram Input-Output Sistem Agroindustri Nenas. 71