Sistem Manajemen Basis Data

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Sistem Manajemen Basis Data"

Transkripsi

1 85 KONFIGURASI MODEL Hasil analisis sistem menunjukkan bahwa sistem pengembangan Agrokakao bersifat kompleks, dinamis, dan probabilistik. Hal tersebut ditunjukkan oleh banyaknya pelaku yang terlibat dalam sistem dengan kepentingan yang berbeda-beda sehingga memerlukan pendekatan sistem. Melalui prosedur metodologi kesistemen dalam rancang bangun model pengembangan Agrokakao pola-jasa, diharapkan mampu menghasilkan keputusan yang komplementer dan komprehensip terhadap sejumlah kebutuhan masing-masing komponen pelaku sehingga tercipta suatu sistem yang harmonis. Dinamika lingkungan sistem pengembangan Agrokakao pola-jasa berupa biaya produksi dan harga jual produk kakao olahan yang cenderung berfluktuasi, dapat ditasi melalui rancang bangun model yang dapat diaplikasikan ke dalam sistem berbasis komputer yang diberi nama SPK Agrokakao pola-jasa. Model tersebut dibangun melalui tiga komponen utama, yakni Sistem Manajemen Basis Data (SMBD), Sistem Manajemen Basis Model (SMBM), dan Sistem Pengolahan Terpusat (SMT). Selain itu, model tersebut juga dilengkapi dengan Sistem Manajemen Dialog (SMD) dan hubungannya dengan pengguna. Sebagai tujuan akhir dari pengembangan model SPK Agrokakao pola-jasa adalah membantu semua pihak dalam proses pengambilan keputusan terutama kepada koperasi pekebun, pengusaha atau investor, lembaga keuangan, dan Pemerintah Daerah, baik dalam bentuk formulasi strategi maupun operasional. Konfigurasi model sistem pengembangan Agrokakao pola-jasa dirancang dalam paket program komputer sistem penunjang keputusan. Paket program tersebut bertujuan untuk membantu pengguna dalam proses pengambilan keputusan berkenaan dengan sistem pengembangan Agrokakao pola-jasa. Seperti diuraikan sebelumnya, bahwa komponen utama yang menyusun model Agrokakao pola-jasa adalah Sistem Manajemen Basis Data (SMBD), Sistem Manajemen Basis Model (SMBM), dan Sistem Pengolahan Terpusat (SMT). Model SPK tersebut juga

2 86 dilengkapi dengan Sistem Manajemen Dialog (SMD) dan hubungannya dengan pengguna (user) sebagaimana yang tersaji dalam Gambar 10. SISTEM MANAJEMEN BASIS DATA Data dan informasi sistem pengembangan Agrokakao Data dan informasi Prospek produk unggulan Data pemilihan teknologi Data sistem dan pengembangan kelembagaan Data biaya usaha dan investasi Agrokakao SISTEM MANAJEMEN BASIS MODEL Submodel sistem pengembangan Agrokakao Submodel pengembangan produk unggulan Submodel pemilihan teknologi Submodel strukturisasi sistem dan kelembagaan Submodel analisis kelayakan investasi SISTEM PENGOLAHAN TERPUSAT SISTEM MANAJEMEN DIALOG PENGGUNA Gambar 10 Konfigurasi model SPK Agrokakao pola-jasa. Sistem Manajemen Basis Data SMBD rekayasa model pengembangan Agrokakao pola-jasa bertujuan untuk mengolah data yang digunakan dalam SMBM. Pengendalian basis data dilakukan melalui SPT dengan memilih menu berupa input data, tampilan data, menghapus dan

3 87 menyimpan data. Hal ini dimaksudkan agar keluaran model lebih aktual dan sesuai kondisi ketika model akan digunakan. SMBD pada program komputer disusun dalam lima basis data, yaitu: (1) basis data dan informasi strategi sistem pengembangan Agrokakao, (2) basis data dan informasi tentang pemilihan produk unggulan Agrokakao, (3) basis data dan informasi pemilihan teknologi proses produksi, (4) basis data strukturisasi sistem dan pengembangan kelembagaan Agrokakao pola-jasa, (5) basis data struktur biaya kelayakan integrasi usaha kebun, pascapanen, dan industri pengolahan. Masingmasing basis data tersebut dapat diuraikan sebagai berikut: Strategi Pengembangan Agrokakao Pola-JASA Struktur data dan informasi mengenai strategi pengembangan Agrokakao pola-jasa terdiri atas data dan informasi yang dibangkitkan melalui identifikasi komponen fokus, aktor, faktor, dan tujuan strategi pengembangan Agrokakao pola- JASA. Data tersebut selanjutnya diolah dengan dengan menggunakan Analisis Hierarki Proses (AHP). Tujuannya untuk mengetahui komponen utama dari aktor, faktor, dan tujuan strategi pengembangan Agrokakao pola-jasa. Pengembangan Produk Unggulan Kakao Olahan Pola-JASA Struktur data dan informasi pengembangan produk unggulan kakao olahan terdiri atas alternatif produk kakao olahan unggulan yang layak dikembangkan. Penentuan alternatif didasarkan atas data mengenai keriteria yang digunakan yaitu: peningkatan nilai tambah, prospek pasar, ketersediaan bahan baku, kemudahan proses, ketersediaan SDM yang terampil di desa, dan kemudahan akses teknologi. Basis data mengenai alternatif dan keriteria dapat dilakukan editing berdasarkan kebutuhan dan perkembangan informasi. Data tersebut diolah dengan dengan menggunakan Analisis Hierarki Proses (AHP). Tujuannya untuk menentukan alternatif produk kakao olahan unggulan yang layak dikembangkan.

4 88 Pemilihan Teknologi dan Pengembangan Agrokakao Pola-JASA Struktur data dan informasi mengenai alat dan teknologi yang sesuai untuk digunakan. Data alternatif pilihan didasarkan pada keriteria yaitu: kemudahan operasi dan pemeliharaan, harga per unit, tingkat serapan tenaga kerja, penggunaan energi, ketersediaan SDM yang terampil di desa, dan ramah lingkungan. Basis data mengenai alternatif dan keriteria dapat dilakukan editing berdasarkan kebutuhan dan perkembangan informasi. Data tersebut diolah dengan dengan menggunakan Metode Perbandingan Eksponensial (MPE). Tujuannya untuk menentukan alternatif pilihan yang sesuai untuk digunakan. Sistem dan Pengembangan Kelembagaan Agrokakao Strukturisasi sistem dan pengembangan kelembagaan Agrokakao pola-jasa dibangun melalui mekanisme sistem. Data dibangkitkan berdasarkan hasil informasi, diskusi dan penilaian pakar. Hasil diskusi dan penilaian pakar tersebut selanjutnya diolah dengan menggunakan teknik ISM. Infomasi dan data struktur sistem pengembangan kelembagaan Agrokakao dilakukan berdasarkan pandangan kesisteman yang diurai menjadi elemen sistem. Dari sejumlah elemen yang ada kemudian ditetapkan enam elemen yang dianggap memiliki perananan penting dalam mengkaji strukturisasi dan menganalisis pengembangan kelembagaan Agrokakao pola-jasa. Keenam elemen tersebut selanjutnya diuraikan menjadi beberapa sub-elemen berdasarkan identifikasi dan hasil diskusi dengan pakar serta komponen masyarakat lainnya yang peduli tentang perkakaoan. Elemen yang telah diuraikan menjadi sub-elemen selanjutnya disusun dalam matriks perbandingan terhadap sub-elemen untuk selanjutnya dinilai oleh pakar untuk keperluan analisis lebih lanjut dengan menggunakan teknik ISM. Investasi dan Struktur Biaya Usaha Kebun dan Pascapanen Basis data struktur biaya integrasi usaha perkebunan dan pascapanen terdiri dari biaya investasi teknologi dan alat pascapanen, biaya pemeliharaan tanaman untuk kebun berproduksi, biaya penanganan pascapanen, biaya pengangkutan ke pabrik pengolahan. Data proyeksi produksi kebun dalam kg biji kering per hektar selama

5 89 umur ekonomis diasumsikan tahun pertama 80 persen, tahun kedua 90 persen, tahun ketiga dan seterusnya 100 persen dengan umur ekonomis proyek 15 tahun. Basis data tersebut dapat dilakukan editing berupa penambahan atau pengurangan sesuai keperluan ketika model akan dioperasikan. Investasi dan Struktur Biaya Usaha Industri Pengolahan Basis data struktur biaya industri pengolahan terdiri dari biaya investasi tanah dan bangunan, mesin dan peralatan, produksi, depresiasi dan amortisasi, dan biaya lain-lain. Data proyeksi produksi pabrik dalam kg lemak dan bubuk kakao per tahun selama umur ekonomis diasumsikan tahun pertama 80 persen, tahun kedua 90 persen, tahun ketiga dan seterusnya 100 persen dengan umur ekonomis proyek 15 tahun. Basis data tersebut dapat dilakukan editing berupa penambahan atau pengurangan sesuai keperluan ketika model akan dioperasikan. Investasi dan Struktur Biaya Integrasi Usaha Agrokakao Basis data yang digunakan untuk menganalisis kelayakan usaha Agrokakao pola-jasa dikelompokkan dalam tiga struktur data yaitu: data biaya usaha pemeliharaan kebun dan pascapanen biji kakao, data biaya pendirian industri pengolahan lemak dan bubuk kakao yang akan dikembangkan, dan data biaya pendirian usaha secara terintegrasi antara biaya pemeliharaan kebun, pascapanen, dan industri pengolahan. Basis data dianalisis dengan berdasarkan keriteria finansial berupa PBP, NPV, IRR, B/C-ratio, dan BEP. Analisis sensitifitas dilakukan pada pada berbagai skenario, proyeksi cash-flow, dan analisis laba-rugi. Tujuan akhir dari analisis ini adalah untuk mendapatkan informasi layak atau tidak layak dilakukan investasi dengan tingkat risiko tertentu. Adapun basis data untuk masing-masing jenis usaha yang dikembangkan diuraikan dalam Tabel 10, 11, dan 12.

6 90 Tabel 10 Struktur data investasi dan biaya pemeliharaan kebun dan pascapanen No Data investasi dan biaya kebun dan pascapanen Satuan 1. Biaya investasi mesin dan peralatan produksi: 1) Perizinan usaha (pra-investasi) 2) Biaya kontingensi (10%) 3) Pengadaan mesin unit pascapanen 4) Pembebasan lahan bangunan usaha 5) Pendirian bangunan fisik industri pascapanen 6) Pendirian bangunan fisik kantor 7) Biaya sarana jalanan 8) Biaya fasilitas kantotr (ATK) 9) Biaya fasilitas laboratorium 10) Pengadaan kendaraan angkut 11) Biaya peralatan produksi 12) Biaya utilitas 2. Biaya Produksi: 1) Biaya pemeliharaan tanaman menghasilkan 2) Biaya pemanenan dan pascapanen 3) Biaya angkutan ke tempat pengolahan 4) Biaya tenaga kerja (langsung & tidak langsung) 5) Biaya manajemen usaha 3. Biaya Depresiasi dan Amortisasi: 1) Biaya depresiasi bangunan 2) Biaya depresiasi peralatan dan mesin pabrik 3) Biaya depresiasi peralatan laboratorium 4) Biaya depresiasi peralatan kantor (ATK) 5) Biaya kendaraan 6) Nilai akhir investasi bangunan 7) Nilai akhir investasi tanah 8) Nilai akhir investasi mesin dan peralatan lain 4. Data Produksi: 1) Potensi produksi biji kering fermentasi 2) Biaya produksi biji kakao kering fermentasi 3) Biaya penggunaan energi dan BBM 4) Umur ekonomis proyek 5. Biaya Lain-lain: 1) Biaya umum yang dibebankan per tahun 2) PPB, PPN dan PPH 3) Pengembalian kredit (angsuran pinjaman bank) 4) Biaya asuransi 1% 5) Biaya Perawatan Bangunan 1% 6) Biaya perawatan mesin dan fasilitas produksi 7) Waktu pembeyaran modal investasi 8) Waktu pembayaran modal kerja Catatan : Data suku bunga, harga jual biji kakao kering dapat diinputkan oleh pengguna Rp/paket Rp/umur proyek Rp/m 2 Rp/m 2 Rp/m 2 Rp/km Rp/unit Rp/ha Rp/kg Rp/kg/trayek Rp/orang/bulan Rp/orang/bulan Rp/m 2 /tahun Rp/unit % investasi awal % investasi awal % investasi awal Kg/ha Rp/kg Rp/liter Tahun Tahun Tahun

7 91 Tabel 11 Struktur data investasi dan biaya industri pengolahan kakao No Data investasi dan biaya kebun dan pascapanen Satuan 1. Biaya investasi mesin dan peralatan produksi: 1) Perizinan usaha (pra-investasi) 2) Biaya kontingensi (10%) 3) Pengadaan mesin unit industri pengolahan 4) Pembebasan lahan bangunan industri 5) Pendirian bangunan fisik pabrik pengolahan 6) Pendirian bangunan fisik kantor 7) Biaya sarana jalanan 8) Biaya fasilitas kantotr (ATK) 9) Biaya fasilitas laboratorium 10) Pengadaan kendaraan angkut 11) Biaya peralatan produksi 12) Biaya utilitas 2. Biaya Produksi: 1) Biaya pemeliharaan dan perawatan 2) Biaya penggunaan energi dan BBM 3) Biaya angkutan ke industri pengolahan 4) Biaya tenaga kerja (langsung & tidak langsung) 5) Biaya manajemen usaha 3. Biaya Depresiasi dan Amortisasi: 1) Biaya depresiasi bangunan industri 2) Biaya depresiasi peralatan dan mesin pabrik 3) Biaya depresiasi peralatan laboratorium 4) Biaya depresiasi peralatan kantor (ATK) 5) Biaya kendaraan 6) Nilai akhir investasi bangunan pabrik 7) Nilai akhir investasi tanah areal usaha 8) Nilai akhir investasi mesin dan peralatan lainnya 4. Data Produksi: 1) Potensi produksi lemak dan bubuk kakao 2) Biaya produksi lemak dan bubuk kakao 3) Biaya pengemasan produk 4) Umur ekonomis proyek 5. Biaya Lain-lain: 1) Biaya umum yang dibebankan per tahun 2) PPB, PPN dan PPH 3) Pengembalian kredit (angsuran pinjaman bank) 4) Biaya asuransi 1% 5) Biaya Perawatan Bangunan 1% 6) Biaya perawatan mesin dan fasilitas produksi 7) Waktu pembeyaran modal investasi 8) Waktu pembayaran modal kerja Rp/paket Rp/umur proyek Rp/m 2 Rp/m 2 Rp/m 2 Rp/km Rp/unit Rp/bulan Rp/liter Rp/kg/trayek Rp/orang/bulan Rp/orang/bulan Rp/m 2 /tahun Rp/unit % investasi awal % investasi awal % investasi awal Kg/triwulan Rp/kg Rp/paket Tahun Tahun Tahun Catatan : Data harga beli bahan kaku, harga jual produk, suku bunga pinjama dapat menjadi input tambahan melalui user.

8 92 Tabel 12 Struktur data investasi dan biaya integrasi usaha Agrokakao pola-jasa No Data investasi dan biaya industri pengolahan Satuan 1. Biaya investasi mesin peralatan produksi : 1) Biaya praoperasi (pra-investasi) 2) Biaya pengadaan lokasi bangunan 3) Biaya bangunan fisik pabrik 4) Biaya bangunan fisik kantor 5) Biaya alat dan unit teknologi pascapanen 6) Biaya pabrik pengolahan lemak dan bubuk kakao 7) Biaya peralatan kantor (ATK) 8) Biaya investasi kendaraan 9) Biaya Utilitas 10) Biaya peralatan produksi 2. Biaya Produksi: 1) Biaya tenaga kerja 2) Biaya peralatan produksi 3) Biaya angkutan (dari kebun ke pabrik) 4) Biaya angkutan (dari pabrik ke pelabuhan) 5) Potensi produksi biji kering per hektar 6) Biaya produksi biji kakao kering per kg 3. Biaya Operasi: 1) Biaya administrasi umum 2) Biaya manajemen usaha 3) Biaya pemasaran produk 4) Biaya pengemasan produk 4. Biaya Depresiasi dan Amortisasi: 1) Biaya depresiasi bangunan fisik pabrik 2) Biaya depresiasi bangunan fisik kantor 3) Biaya depresiasi peralatan dan mesin pabrik 4) Biaya depresiasi peralatan laboratorium 5) Biaya depresiasi peralatan kantor (ATK) 6) Biaya pemeliharaan kendaraan 7) Biaya kendaraan 5. Biaya Lain-lain: 1) Biaya umum yang dibebankan per tahun 2) PPB, PPN dan PPH 3) Pengembalian kredit 4) Biaya asuransi 1% 5) Biaya Perawatan Bangunan 1% 6) Biaya perawatan mesin dan fasilitas produksi 7) Waktu pembeyaran modal investasi 8) Waktu pembayaran modal kerja Rp/m 2 Rp/m 2 Rp/m 2 Rp/unit Rp/satuan/paket Rp/orang/bln Rp/unit Rp/kg/trayek Kg/kg/trayek Kg /triwulan Rp/kg biji Rp/orang/bulan Rp/orang/bulan Rp/kg Rp/paket Rp/m 2 /tahun Rp/m 2 /tahun Tahun Tahun Catatan : Data harga kesepakatan bahan kaku, harga jual produk, suku bunga pinjaman dan harga BBM dapat menjadi input tambahan melalui pengguna.

9 93 Sistem Manajemen Basis Model Sistem manajemen basis model berisi model untuk memproses data sehingga menghasilkan informasi dan alternatif keputusan. Pada bagian ini, data atau input skenario ke dalam basis model diolah menjadi output yang dikehendaki. Jika tujuan yang hendak dicapai tidak sejalan dengan keputusan masing-masing komponen yang terlibat, maka input data dapat diubah sesuai dengan skenario yang diinginkan. Model Strategi Sistem Pengembangan Agrokakao Pola-JASA Model strategi sistem pengembangan Agrokakao bertujuan untuk membantu pengguna dalam mengidentifikasi komponen utama aktor, faktor, dan tujuan. Melalui prooses ini, diperoleh komponen kunci strategi sistem pengembangan Agrokakao. Penetapan komponen utama aktor, faktor, dan tujuan yang menjadi prioritas strategi pengembangan Agrokakao pola-jasa diperoleh melalui indentifikasi, informasi, dan hasil diskusi dengan pakar. Prosedur perhitungan dalam pemilihan teknologi mengikuti kaidah analisis hierarki proses (AHP) dengan tahapan: (1) identifikasi sistem, (2) menyusun hierarki, (3) menyusun matriks gabungan, (4) pengolahan vertikal, (5) pengolahan horizontal, dan (6) penghitungan vektor prioritas dengan tetap memperhatikan konsistensi pendapat sebagai persyaratan utama dalam AHP yang dapat diketahui dengan rumus eigen value. Tahapan penentuan hierarki komponen utama strategi sistem pengembangan Agrokakao (Gambar 11). Model Pengembangan Produk Unggulan Komoditas Model pengembangan produk unggulan komoditas bertujuan untuk membantu pengguna dalam menentukan prioritas pengembangan produk unggulan komoditas. Penetapan prioritas alternatif produk kakao olahan unggulan didasarkan pada penilaian pakar atas sejumlah keriteria. Keluaran model adalah berupa hierarki prioritas produk kakao olahan unggulan berdasarkan bobot kepentingan masingmasing keriteria yang telah ditetapkan sebelumnya. Penentuan produk kakao olahan unggulan diperoleh menurut kaidah analisis hierarki proses (AHP) dengan tahapan berikut: (1) identifikasi sistem, (2) menyusun

10 94 hierarki, (3) menyusun matriks gabungan, (4) pengolahan vertikal, (5) pengolahan horizontal, dan (6) penghitungan vektor prioritas dengan tetap memperhatikan bahwa konsistensi pendapat merupakan persyaratan utama yang dapat diketahui dengan menggunakan rumus eigen value. Tahapan penentuan prioritas pengembangan produk unggulan Agrokakao (Gambar 12). MULAI MULAI Identifikasi sistem, menyusun hierarki, menyusun matriks gabungan untuk selanjutnya dinilai oleh sejumlah pakar Identifikasi sistem, menyusun hierarki, menyusun matriks gabungan untuk selanjutnya dinilai oleh sejumlah pakar Input data hasil penilaian pakar terhadap komponen aktor, faktor, dan tujuan strategi pengembangan Agrokakao Input data hasil penilaian pakar terhadap komponen faktor/keriteria pengembangan produk unggulan Agrokakao Analisis setiap komponen dengan menggunakan Teknik AHP Analisis setiap komponen faktor menggunakan Teknik AHP Verifikasi? Verifikasi? Komponen utama : aktor, faktor, dan tujuan strategi pengembangan Agrokakao Hierarki prioritas keputusan produks unggulan Agrokakao Validasi? Validasi? Implementasi SELESAI Implementasi SELESAI Gambar 11 Diagram alir tahapan penentuan strategi pengembangan Agrokakao Gambar 12 Diagram alir tahapan penentuan Pengembangan produk unggulan Model Pemilihan Teknologi Produksi Model pemilihan teknologi pascapanen dan industri pengolahan dilakukan untuk membantu pengguna dalam menentukan alternatif pilihan teknologi yang akan digunakan. Penetapan sejumlah keriteria yang digunakan untuk pemilihan alternatif

11 95 prioritas teknologi proses yang sesuai untuk digunakan diperoleh melalui identifikasi, informasi, dan hasil diskusi dengan pakar. Adapun keluaran model ini adalah prioritas pilihan teknologi penanganan pascapanen dan industri pengolahan untuk diterapkembangkan. Prosedur perhitungan pemilihan teknologi produksi menggunakan Metode Perbandingan Eksponensial (MPE) dengan tahapan: (1) penentuan alternatif, (2) menyusun keriteria keputusan yang akan dianalisis, (3) menentukan derajat kepentingan relatif setiap keriteria keputusan dengan menggunakan skala 1-9, (4) menghitung nilai terhadap setiap alternatif keputusan, (5) menentukan peringkat atas nilai yang diperoleh dari setiap alternatif keputusan. Diagram alir model pemilihan teknologi proses produksi Agrokakao dapat dilihat pada Gambar 13. MULAI Penentuan alternatif keputusan Penentuan keriteria keputusan Input Keriteria, alternatif, dan nama pakar, Input Keriteria, alternatif, dan nama pakar Menilai keriteria untuk menentukan menentukan derajat kepentingan relatif Analisis setiap komponen dengan menggunakan MPE Verifikasi? Prioritas teknologi terpilih untuk digunakan Validasi? Implementasi SELESAI Gambar 13 Diagram alir model pemilihan teknologi Agrokakao.

12 96 Model Strukturisasi Sistem dan Kelembagaan Agrokakao Pola-JASA Model strukturisasi sistem dan pengembangan kelembagaan Agrokakao bertujuan untuk membantu pihak pengambil keputusan dalam memahami struktur sistem dan pengembangan kelembagaan Agrokakao pola-jasa. Pendekatan sistem menjadi penting dan sangat strategis karena sistem yang dikaji sangat kompleks dan sarat dengan kepentingan berdasarkan elemen-elemen yang turut membangun sistem sehingga dalam proses pengambilan keputusan harus dilakukan secara hati-hati agar semua kepentingan dapat terakomodasi. Model strukturisasi sistem dan pengembangan kelembagaan Agrokakao dipandang sebagai sebuah sistem yang terdiri dari sejumlah elemen. Elemen-elemen yang diteliti melalui teknik ISM terdiri atas enam elemen, yaitu: (1) elemen kebutuhan program, (2) elemen kendala utama program, (3) elemen tujuan program, (4) elemen tolok ukur untuk menilai keberhasilan program, (5) elemen sektor masyarakat yang terpengaruhi program, dan (6) elemen lembaga yang terlibat dalam program sstrategi sistem pengembangan Agrokakao pola-jasa. Model ini diharapkan dapat berguna bagi: (1) koperasi pekebun dalam mengelola hasil perkebunannya menjadi produk Agrokakao guna mendapatkan nilai tambah, (2) kalangan investor atau pengusaha yang ingin menanamkan modalnya pada Agrokakao, (3) lembaga pembiayaan usaha dalam menyalurkan kredit untuk pengembangan usaha Agrokakao, dan (4) Pemerintah Daerah serta Dinas lintas sektoral dalam proses pengambilan keputusan berkaitan dengan program strategi pengembangan Agrokakao pola-jasa. Diagram alir model strukturisasi sistem dan pengembangan kelembagaan Agrokakao pola-jasa dapat dilihat pada Gambar 14.

13 97 Mulai Input data strukturisasi sistem dan analisis kelembagaan Agrokakao pola-jasa Kebutuhan program pengembangan Kendala program pengembangan Tujuan program pengembangan Masyarakat yang terpengaruhi program Tolok ukur menilai keberhasilan program Lembaga yang terlibat dalam program Strukturisasi sistem dan analisis pengembangan kelembagaan Agrokakao pola-jasa (Teknik ISM) Verifikasi? Cetak Output: Hierarki setiap sub-elemen untuk setiap elemen yang dianalisis Klasifikasi sub-elemen untuk setiap elemen pada setiap peubah kategori ke dalam 4 sektor. Validasi? Implementasi Model Selesai Gambar 14 Diagram alir model strukturisasi sistem dan pengembangan kelembagaan Agrokakao pola-jasa. Model Kelayakan Usaha Perkebunan dan Pascapanen Model kelayakan usaha perkebunan dilakukan terintegrasi dengan kegiatan pascapanen biji kakao. Model integrasi usaha ini dilakukan berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Baka (2001) bahwa bentuk pengusahaan kakao oleh

14 98 pekebun dengan sasaran menjual hasil perkebunannya dalam bentuk biji kakao gelondongan jelas hanya akan memperkaya pihak agroindustri. Dengan perkataan lain, sistem pengusahaan kakao pada tingkat petani seharusnya dilakukan secara terintegrasi antara usaha perkebunan dan pascapanen. Model kelayakan usaha perkebunan dan pascapanen kakao bertujuan untuk menganalisis kelayakan usaha secara finansial dan risiko usaha perkebunan dan pascapanen kakao secara simultan. Model ini diharapkan dapat berguna bagi: Koperasi Pekebun, pengusaha atau investor, Lembaga pembiayaan usaha, dan Pemerintah Daerah bersama Bappeda dibantu oleh Dinas terkait dalam merumuskan kebijakan program strategi sistem pengembangan Agrokakao. Input data model dilakukan melalui dua cara yaitu data yang telah tersimpan dalam file data struktur biaya usaha perkebunan dan pascapanen dan masukan data atau informasi langsung dari pengguna sesuai kebutuhan. Adapun formulasi untuk menghitung keriteria penilaian investasi dan risiko usaha digunakan formula finansial berupa PBP, NPV, IRR, B/C-ratio, dan BEP serta batas bawah keuntungan nominal (L). Skenario input yang dilakukan pada model integrasi usaha perkebunan dan pascapanen adalah sumber pendanaan. Adapun analisis sensitivitas dilakukan terhadap suku bunga, harga jual biji kakao kering terfermentasi, dan biaya produksi. Output model integrasi usaha perkebunan dan pascapanen kakao berupa keriteria kelayakan usaha dan informasi mengenai risiko investasi usaha yang ditanamkan dengan menggunakan keriteria risiko menurut Soeharto (2002) yaitu Jika cv 0.5 usaha berisiko rendah, jika cv 0.5 dan cv 0.8 usaha berisiko sedang, dan jika cv > 0.8 usaha berisiko tinggi. Diagram alir model integrasi usaha perkebunan dan pascapanen kakao disajikan dalam Gambar 15.

15 99 MULAI Input File Basis Data Usaha Perkebunan & Pascapanen Kakao: 1. Biaya Tetap: - Alat teknologi pascapanen biji kakao - Gaji Karyawan Tetap - Biaya Tetap Lainnya 2. Biaya Tetap: - Pemeliharaan tanaman - Pupuk, pestisida, dan pemeliharaan - Panen dan pascapanen - Biaya tidak tetap lainnya 3. Target Produksi Kebun: 1300 kg/ha/tahun Input Skenario Model Usaha Perkebunan & Pascapanen Kakao: Dept Equity Ratio (DER) Sumber dana Bank Konvensional Tenggang waktu pengembalian pinjaman kredit Umur ekonomis proyek Harga jual produk biji kakao fermentasi Hitung: Biaya Penyusutan Biaya Pemeliharaan Biaya Asuransi Hitung: Analisis Laba-Rugi Analisis Cash Flow Hitung: IRR - PBP NPV - BEP B/C-ratio - Risiko Usaha Keriteria kelayakan Valid? Cetak Output: Keriteria Kelayakan Usaha Analisis Laba-Rugi Analisis Cash-Flow Risiko Investasi Usaha SELESAI Gambar 15 Diagram alir model kelayakan usaha kebun dan pascapanen kakao.

16 100 Model Kelayakan Industri Pengolahan Kelayakan model industri pengolahan dirancang dengan tujuan untuk menganalisis kelayakan dan risiko usaha teknologi pengolahan biji kakao. Model ini diharapkan dapat berguna bagi: (1) koperasi pekebun dalam mengelolah hasil perkebunannya dari biji kakao menjadi produk olahan guna mendapatkan nilai tambah komoditas, (2) pengusaha atau investor yang ingin menanamkan modalnya pada industri pengolahan kakao, (3) lembaga pembiayaan usaha untuk penyaluran kredit bagi pengusaha, dan (4) Pemerintah Daerah dalam memfasilitasi sistem pengembangan Agrokakao berupa formulasi kebijakan, perbaikan infrastruktur, dan mendorong bentuk pengusahaan kakao secara terintegrasi melalui pola-jasa. Input data model kelayakan industri pengolahan kakao dilakukan melalui dua cara yaitu input data yang tersimpan dalam file data struktur biaya pabrik kakao dan masukan data dan informasi langsung dari pengguna. Formulasi yang digunakan untuk menghitung kelayakan investasi dilakukan melalui keriteria finansial berupa PBP, NPV, IRR, B/C-ratio, dan BEP serta batas bawah keuntungan nominal L. Data yang digunakan untuk mengukur risiko investasi adalah nilai rata-rata keuntungan per periode atau per tahun. Skenario input yang dilakukan pada model industri pengolahan kakao adalah sumber pendanaan. Adapun analisis sensitivitas dilakukan terhadap suku bunga, harga jual produk lemak dan bubuk kakao, dan biaya produksi. Output model industri pengolahan kakao berupa keriteria kelayakan usaha, informasi mengenai risiko investasi usaha yang ditanamkan. Keriteri untuk menentukan tingkat risiko menganut keriteria Soeharto (2001) yakni Jika cv 0.5 usaha berisiko rendah, jika cv 0.5 dan cv 0.8 usaha berisiko sedang, dan jika cv > 0.8 usaha berisiko tinggi. Diagram alir kelayakan model industri pengolahan biji kakao skala kecil dan menengah dapat dilihat dalam Gambar 16.

17 101 MULAI Input File Basis Data Finansial Pabrik Lemak dan Bubuk Kakao : 1. Biaya Tetap: - Investasi Tanah dan Bangunan - Investasi Pabrik dan Peralatan Produksi - Gaji Karyawan Tetap 2. Biaya Tetap: - Harga beli biji kakao - Upah Tenaga Kerja Harian - Biaya Produksi 3. Target Produksi Pabrik : 250 kg/jam Input Skenario Model Usaha Pabrik Bubuk dan Lemak Kakao: Dept Equity Ratio (DER) Lembaga Pembiayaan Usaha (Bank Konvensional) Tenggang waktu pengembalian pinjaman kredit Umur ekonomis proyek Harga jual produk lemak dan bubuk kakao Hitung: Biaya Penyusutan Biaya Pemeliharaan Biaya Asuransi Hitung: Analisis Laba-Rugi Analisis Cash Flow Hitung: IRR - PBP NPV - BEP B/C-ratio - Risiko Usaha Keriteria kelayakan Valid? TIDAK YA Cetak Output: Keriteria Kelayakan Usaha Analisis Laba-Rugi Analisis Cash-Flow Risiko Investasi Usaha SELESAI Gambar 16 Diagram alir kelayakan model industri pengolahan lemak dan bubuk kakao.

18 102 Model Kelayakan Intergrasi Usaha Agrokakao Model kelayakan integrasi usaha Agrokakao dirancang dengan tujuan untuk menganalisis kelayakan dan risiko usaha jika dilakukan secara terintegrasi antara pemeliharaan kebun, pascapanen, dan industri pengolahan biji kakao. Model ini diharapkan dapat berguna bagi: (1) koperasi pekebun dalam mengelolah hasil perkebunannya dari biji kakao menjadi produk olahan guna mendapatkan nilai tambah komoditas, (2) pengusaha atau investor yang ingin menanamkan modalnya pada industri pengolahan biji kakao, (3) lembaga pembiayaan usaha untuk penyaluran kredit bagi pengusaha, dan (4) Pemerintah Daerah dalam memfasilitasi sistem pengembangan Agrokakao dalam bentuk formulasi kebijakan, pembangunan infrastruktur, dan mendorong bentuk pengusahaan kakao secara terintegrasi melalui pola-jasa. Input data model kelayakan integrasi usaha Agrokakao dilakukan melalui dua cara yaitu: input data yang tersimpan dalam file data struktur biaya integrasi usaha dan masukan data dan informasi langsung dari pengguna. Formulasi yang digunakan untuk menghitung kelayakan investasi dilakukan melalui keriteria finansial berupa: PBP, NPV, IRR, B/C-ratio, BEP, dan batas bawah keuntungan nominal L. Data yang digunakan untuk mengukur risiko investasi adalah nilai rata-rata keuntungan per periode setiap tahun. Sedangkan analisis sensitivitas dilakukan terhadap suku bunga, harga beli biji kaka, harga jual produk lemak dan bubuk kakao, dan biaya produksi. Output model kelayakan integrasi usaha Agrokakao adalah keriteria kelayakan usaha dan informasi mengenai risiko investasi usaha. Kriteri untuk menentukan tingkat risiko menganut Soeharto (2001) yakni Jika cv 0.5 usaha berisiko rendah, jika cv 0.5 dan cv 0.8 usaha berisiko sedang, dan jika cv > 0.8 usaha berisiko tinggi. Diagram alir kelayakan model integrasi Agrokakao skala kecil dan menengah diperlihatkan dalam Gambar 17.

19 103 MULAI Input File Basis Data Finansial Model Integrasi Agrokakao : 1. Biaya Tetap: - Investasi tanah dan bangunan - Investasi teknologi pascapanen - Investasi Pabrik dan Peralatan Produksi - Gaji Karyawan Tetap 2. Biaya Tetap: - Harga beli biji kakao - Upah Tenaga Kerja Harian - Biaya Produksi 3. Target Produksi Pabrik : 250 kg/jam Input Skenario Model Integrasi Agrokakao: Dept Equity Ratio (DER) Lembaga Pembiayaan Usaha (Bank Konvensional) Tenggang waktu pengembalian pinjaman kredit Umur ekonomis proyek Harga jual produk lemak dan bubuk kakao Hitung: Biaya Penyusutan Biaya Pemeliharaan Biaya Asuransi Hitung: Analisis Laba-Rugi Analisis Cash Flow Hitung: IRR - PBP NPV - BEP B/C-ratio - Risiko Usaha Keriteria kelayakan Valid? TIDAK YA Cetak Output: Keriteria Kelayakan Usaha Analisis Laba-Rugi Analisis Cash-Flow Risiko Investasi Usaha SELESAI Gambar 17 Diagram alir kelayakan model usaha integrasi Agrokakao.

VI. PEMODELAN SISTEM AGROINDUSTRI NENAS. Analisis sistem kemitraan agroindustri nenas yang disajikan dalam Bab 5

VI. PEMODELAN SISTEM AGROINDUSTRI NENAS. Analisis sistem kemitraan agroindustri nenas yang disajikan dalam Bab 5 VI. PEMODELAN SISTEM AGROINDUSTRI NENAS Formatted: Swedish (Sweden) Analisis sistem kemitraan agroindustri nenas yang disajikan dalam Bab 5 menunjukkan bahwa sistem kemitraan setara usaha agroindustri

Lebih terperinci

PEMODELAN SISTEM Konfigurasi Model

PEMODELAN SISTEM Konfigurasi Model PEMODELAN SISTEM Konfigurasi Model Rekayasa sistem kelembagaan penelusuran pasokan bahan baku agroindustri gelatin untuk menjamin mutu produk melibatkan berbagai pihak yang mempunyai kepentingan yang berbeda,

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 67 METODOLOGI PENELITIAN Kerangka Pemikiran Kakao merupakan komoditas ekspor unggulan non-migas yang bernilai ekonomi tinggi dan tercatat sebagai penyumbang devisa bagi perekonomian nasional. Ekspor produk

Lebih terperinci

SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN

SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN 94 SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN Konfigurasi Model Hasil analisis sistem menunjukkan bahwa sistem pemberdayaan masyarakat perdesaan dalam klaster agroindustri minyak atsiri bersifat kompleks, dinamis, dan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 61 HASIL DAN PEMBAHASAN Sistem manajemen ahli model SPK agroindustri biodiesel berbasis kelapa sawit terdiri dari tiga komponen utama yaitu sistem manajemen basis data, sistem manajemen basis pengetahuan

Lebih terperinci

Gambar 9 Sistem penunjang keputusan pengembangan klaster agroindustri aren.

Gambar 9 Sistem penunjang keputusan pengembangan klaster agroindustri aren. 44 V. PEMODELAN SISTEM Dalam analisis sistem perencanaan pengembangan agroindustri aren di Sulawesi Utara menunjukkan bahwa terdapat berbagai pihak yang terlibat dan berperan didalam sistem tersebut. Pihak-pihak

Lebih terperinci

PEMODELAN SISTEM 6.1. KONFIGURASI MODEL

PEMODELAN SISTEM 6.1. KONFIGURASI MODEL VI. PEMODELAN SISTEM 6.1. KONFIGURASI MODEL Sistem Penunjang Keputusan Perencanaan Pengembangan Agroindustri Manggis dirancang dan dikembangkan dalam suatu paket perangkat lunak ng diberi nama mangosteen

Lebih terperinci

BAB V KONFIGURASI DAN PEMODELAN SISTEM

BAB V KONFIGURASI DAN PEMODELAN SISTEM 83 BAB V KONFIGURASI DAN PEMODELAN SISTEM 5.1. Konfigurasi Model Analisis sistem pada Bab IV memperlihatkan bahwa pengembangan agroindustri sutera melibatkan berbagai komponen dengan kebutuhan yang beragam,

Lebih terperinci

VII. HASIL DAN PEMBAHASAN

VII. HASIL DAN PEMBAHASAN VII. HASIL DAN PEMBAHASAN 7.1 PROGRAM UTAMA mangosteen 1.0 Sistem Penunjang Keputusan Perencanaan Pengembangan Agroindustri Manggis dirancang dalam sebuah paket program bernaman mangosteen 1.0. Model mangosteen

Lebih terperinci

VIII. ANALISIS FINANSIAL

VIII. ANALISIS FINANSIAL VIII. ANALISIS FINANSIAL Analisis aspek finansial bertujuan untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan.

Lebih terperinci

IV. PEMODELAN SISTEM. A. Konfigurasi Sistem EssDSS 01

IV. PEMODELAN SISTEM. A. Konfigurasi Sistem EssDSS 01 IV. PEMODELAN SISTEM A. Konfigurasi Sistem EssDSS 01 Sistem penunjang keputusan pengarah kebijakan strategi pemasaran dirancang dalam suatu perangkat lunak yang dinamakan EssDSS 01 (Sistem Penunjang Keputusan

Lebih terperinci

VIII. ANALISIS FINANSIAL

VIII. ANALISIS FINANSIAL VIII. ANALISIS FINANSIAL Analisis finansial bertujuan untuk menghitung jumlah dana yang diperlukan dalam perencanaan suatu industri melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual III. METODE PENELITIAN Nilai tambah yang tinggi yang diperoleh melalui pengolahan cokelat menjadi berbagai produk cokelat, seperti cokelat batangan merupakan suatu peluang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan ekonomi daerah seyogyanya bertumpuh pada sumberdaya lokal yang dimiliki dan aktivitas ekonomi yang mampu melibatkan dan menghidupi sebagian besar penduduk. Pemanfaatan

Lebih terperinci

III METODOLOGI. 3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian Penentuan Metode Destilasi Minyak Pala

III METODOLOGI. 3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian Penentuan Metode Destilasi Minyak Pala 50 III METODOLOGI 3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian 3.1.1 Penentuan Metode Destilasi Minyak Pala a. Penentuan Kriteria dan Alternatif : Diperlukan data primer berupa kriteria yang digunakan dalam pemilihan

Lebih terperinci

Tabel 1. Luas areal terbesar 5 kabupaten provinsi Sumatera Utara. Tabel 2. Luas areal terbesar 5 kabupaten provinsi Riau

Tabel 1. Luas areal terbesar 5 kabupaten provinsi Sumatera Utara. Tabel 2. Luas areal terbesar 5 kabupaten provinsi Riau Lampiran 3. Luas areal perkebunan kelapa sawit tahun 2009. Tabel 1. Luas areal terbesar 5 kabupaten provinsi Sumatera Utara Kabupaten Luas Areal (Ha) Labuhan Batu 85527 Tapanuli Selatan 57144 Simalungun

Lebih terperinci

VII. RENCANA KEUANGAN

VII. RENCANA KEUANGAN VII. RENCANA KEUANGAN Rencana keuangan bertujuan untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan. Untuk melakukan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Tulang Bawang. Pengambilan data dilakukan pada bulan Mei sampai dengan Juli

III. METODE PENELITIAN. Tulang Bawang. Pengambilan data dilakukan pada bulan Mei sampai dengan Juli III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Lokasi penelitian pendirian agroindustri berbasis ikan dilaksanakan di Kabupaten Tulang Bawang. Pengambilan data dilakukan pada bulan Mei sampai dengan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur

III. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur 47 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA SILO JAGUNG di GAPOKTAN RIDO MANAH KECAMATAN NAGREK KABUPATEN BANDUNG

KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA SILO JAGUNG di GAPOKTAN RIDO MANAH KECAMATAN NAGREK KABUPATEN BANDUNG LAMPIRAN 83 Lampiran 1. Kuesioner kelayakan usaha KUESIONER PENELITIAN KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA SILO JAGUNG di GAPOKTAN RIDO MANAH KECAMATAN NAGREK KABUPATEN BANDUNG SEKOLAH PASCASARJANA

Lebih terperinci

VALIDASI MODEL Model Strategi Sistem Pengembangan Agrokakao

VALIDASI MODEL Model Strategi Sistem Pengembangan Agrokakao 104 VALIDASI MODEL Model Strategi Sistem Pengembangan Agrokakao Prioritas strategi sistem pengembangan Agrokakao pola-jasa dianalisis melalui komponen aktor, faktor, dan tujuan untuk mendapatkan skala

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Lampung Timur. Lokasi penelitian

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Lampung Timur. Lokasi penelitian 36 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Lampung Timur. Lokasi penelitian dipilih secara purposive (sengaja) dengan pertimbangan bahwa daerah

Lebih terperinci

VII. KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

VII. KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL VII. KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL Kelayakan aspek finansial merupakan analisis yang mengkaji kelayakan dari sisi keuangan suatu usaha. Aspek ini sangat diperlukan untuk mengetahui apakah usaha budidaya nilam

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoretis Kerangka pemikiran teoretis merupakan suatu penalaran peneliti yang didasarkan pada pengetahuan, teori, dalil, dan proposisi untuk menjawab suatu

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI 3.1. Kerangka Pemikiran

BAB III METODOLOGI 3.1. Kerangka Pemikiran 62 BAB III METODOLOGI 3.1. Kerangka Pemikiran Agroindustri sutera alam merupakan industri pengolahan yang mentransformasikan bahan baku kokon (hasil pemeliharaan ulat sutera) menjadi benang, kain sutera,

Lebih terperinci

A. Kerangka Pemikiran

A. Kerangka Pemikiran III. METODOLOGI A. Kerangka Pemikiran Analisis kelayakan pendirian industri bioinsektisda Bta di Bogor merupakan analisis yang dilakukan sebagai bagian dari tahap pra invetasi pada proyek pembangunan industri

Lebih terperinci

IV METODOLOGI PENELITIAN

IV METODOLOGI PENELITIAN IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di sebuah lokasi yang berada Desa Kanreapia Kecamatan Tombolo Pao, Kabupaten Gowa, Propinsi Sulawesi Selatan. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

Lampiran 1. Rugi Laba

Lampiran 1. Rugi Laba LAMPIRAN Lampiran 1. Rugi Laba Uraian Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 Tahun 4 Tahun 5 Tahun 6 Tahun 7 Tahun 8 Tahun 9 Tahun 10 PENERIMAAN Kapasitas Pengolahan (kg buah) 480,000 480,000 480,000 480,000 480,000

Lebih terperinci

X. KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Model Pengembangan Usaha Agroindustri Nenas AINI-MS yang dihasilkan

X. KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Model Pengembangan Usaha Agroindustri Nenas AINI-MS yang dihasilkan X. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Model Pengembangan Usaha Agroindustri Nenas AINI-MS yang dihasilkan adalah model yang menggunakan bahasa pemrograman Visual Basic versi 6.0. Model AINI-MS merupakan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Asumsi, Koefisien teknis dan Koefisien harga

Lampiran 1. Asumsi, Koefisien teknis dan Koefisien harga 58 Lampiran 1. Asumsi, Koefisien teknis dan Koefisien harga No Asumsi Volume Satuan 1 Dara bunting 4 bulan 4 Ekor 2 Bangunan Kandang Sapi 115,4 m2 3 Gudang Pakan 72 m2 4 Lahan 210 m2 5 Lahan kebun rumput

Lebih terperinci

VII. ANALISIS ASPEK FINANSIAL

VII. ANALISIS ASPEK FINANSIAL VII. ANALISIS ASPEK FINANSIAL Analisis aspek finansial digunakan untuk menganalisis kelayakan suatu proyek atau usaha dari segi keuangan. Analisis aspek finansial dapat memberikan perhitungan secara kuantatif

Lebih terperinci

VIII SKENARIO ALTERNATIF KEBIJAKAN PENGEMBANGAN SISTEM AGROINDUSTRI KAKAO

VIII SKENARIO ALTERNATIF KEBIJAKAN PENGEMBANGAN SISTEM AGROINDUSTRI KAKAO VIII SKENARIO ALTERNATIF KEBIJAKAN PENGEMBANGAN SISTEM AGROINDUSTRI KAKAO Pada bab sebelumnya, telah dilakukan analisis dampak kebijakan Gernas dan penerapan bea ekspor kakao terhadap kinerja industri

Lebih terperinci

ASPEK FINANSIAL Skenario I

ASPEK FINANSIAL Skenario I VII ASPEK FINANSIAL Setelah menganalisis kelayakan usaha dari beberapa aspek nonfinansial, analisis dilanjutkan dengan melakukan analisis kelayakan pada aspek finansial yaitu dari aspek keuangan usaha

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. 3.1 Kerangka Pemikiran. 3.2 Metode Penelitian

III. METODOLOGI. 3.1 Kerangka Pemikiran. 3.2 Metode Penelitian III. METODOLOGI 3.1 Kerangka Pemikiran Ketersediaan bahan baku ikan hasil tangkap sampingan yang melimpah merupakan potensi yang besar untuk dijadikan surimi. Akan tetapi, belum banyak industri di Indonesia

Lebih terperinci

MATERI 7 ASPEK EKONOMI FINANSIAL

MATERI 7 ASPEK EKONOMI FINANSIAL MATERI 7 ASPEK EKONOMI FINANSIAL Analisis kelayakan finansial adalah alat yang digunakan untuk mengkaji kemungkinan keuntungan yang diperoleh dari suatu penanaman modal. Tujuan dilakukan analisis kelayakan

Lebih terperinci

6 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SURIMI

6 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SURIMI 6 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SURIMI 6.1 Pendahuluan Industri surimi merupakan suatu industri pengolahan yang memiliki peluang besar untuk dibangun dan dikembangkan. Hal ini didukung oleh adanya

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. Tahap Pengumpulan Data dan Informasi

III. METODOLOGI. Tahap Pengumpulan Data dan Informasi 23 III METODOLOGI Penelitian ini dilakukan dalam empat tahapan penelitian yaitu tahap pengumpulan data dan informasi, tahap pengkajian pengembangan produk, tahap pengkajian teknologi, tahap uji coba dan

Lebih terperinci

BAB III METODE KAJIAN

BAB III METODE KAJIAN BAB III METODE KAJIAN Pengambilan data primer berupa data gapoktan dan kuesioner AHP terhadap pakar dilakukan dari tanggal 16 Maret sampai dengan 29 April 2013. Data gapoktan diambil dari gapoktan penerima

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN A. KERANGKA PEMIKIRAN Lidah buaya adalah tanaman yang memiliki banyak manfaat bagi kesehatan tubuh maupun perawatan kulit manusia. Tanaman ini juga memiliki kecocokan hidup dan dapat

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Kerangka pemikiran penelitian ini diawali dengan melihat potensi usaha yang sedang dijalankan oleh Warung Surabi yang memiliki banyak konsumen

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN III. 1. KERANGKA PEMIKIRAN Terbatasnya sumber daya minyak dan kemampuan kapasitas produksi minyak mentah di dalam negeri telah menjadikan sekitar 50% pemenuhan bahan bakar nasional

Lebih terperinci

V. IMPLEMENTASI EssDSS 01

V. IMPLEMENTASI EssDSS 01 V. IMPLEMENTASI EssDSS 01 A. Program Utama EssDSS 01 Paket program EssDss 01 merupakan paket dari sistem program yang mengintegrasikan beberapa model yang berkaitan di dalamnya. Model-model ini membantu

Lebih terperinci

AGROINTEK Volume 7, No.2 Agustus

AGROINTEK Volume 7, No.2 Agustus AGROINTEK Volume 7, No.2 Agustus 2013 103 PENENTUAN LOKASI INDUSTRI PALA PAPUA BERDASARKAN PROSES HIERARKI ANALITIK (ANALYTIC HIERARCHY PROCESS ) DAN APLIKASI SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN (SPK) DI KABUPATEN

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Penentuan Narasumber

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Penentuan Narasumber IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di peternakan milik Bapak Sarno yang bertempat di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa barat. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Maju Bersama, Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN dan HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Tinjauan teknologi pengolahan sagu Teknologi merupakan sumberdaya buatan manusia yang kompetitif dan selalu

Lebih terperinci

Tabel 14 Kebutuhan aktor dalam agroindustri biodiesel

Tabel 14 Kebutuhan aktor dalam agroindustri biodiesel 54 ANALISIS SISTEM Sistem pengembangan agroindustri biodiesel berbasis kelapa seperti halnya agroindustri lainnya memiliki hubungan antar elemen yang relatif kompleks dan saling ketergantungan dalam pengelolaannya.

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI MODEL Validasi

IMPLEMENTASI MODEL Validasi 71 IMPLEMENTASI MODEL Validasi Validasi konstruksi model ditentukan oleh ketepatan pemilihan pakar dalam penelitian. Pakar terpilih berasal dari tiga komponen yang relevan yaitu dengan tingkat kepakaran

Lebih terperinci

V. PENDEKATAN SISTEM 5.1. Analisis Kebutuhan Pengguna 1.) Petani

V. PENDEKATAN SISTEM 5.1. Analisis Kebutuhan Pengguna 1.) Petani V. PENDEKATAN SISTEM Sistem merupakan kumpulan gugus atau elemen yang saling berinteraksi dan terorganisasi untuk mencapai suatu tujuan atau serangkaian tujuan. Pendekatan sistem merupakan metode pemecahan

Lebih terperinci

LAMPIRAN-LAMPIRAN 118

LAMPIRAN-LAMPIRAN 118 LAMPIRAN-LAMPIRAN 118 Lampiran 1. Kuesioner SKB A. Gambaran Umun Perusahaan No Uraian Keterangan 1 Sejarah Perusahaan 2 Lokasi Perusahaan 3 Tujuan Perusahaan Visi : Misi : 4 Kegiatan Bisnis PT ASG B. Aspek

Lebih terperinci

VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL

VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL Menganalisis kelayakan suatu proyek atau usaha dari segi keuangan dapat mengunakan. Analisis finansial. Adapun kriteria kriteria penilaian investasi yang dapat digunakan yaitu

Lebih terperinci

Proceeding Lokakarya Nasional Pemberdayaan Potensi Keluarga Tani Untuk Pengentasan Kemiskinan, 6-7 Juli 2011

Proceeding Lokakarya Nasional Pemberdayaan Potensi Keluarga Tani Untuk Pengentasan Kemiskinan, 6-7 Juli 2011 STUDI KELAYAKAN PENDIRIAN UNIT PENGOLAHAN GULA SEMUT DENGAN PENGOLAHAN SISTEM REPROSESING PADA SKALA INDUSTRI MENENGAH DI KABUPATEN BLITAR Arie Febrianto M Jurusan Teknologi Industri Pertanian, Fakultas

Lebih terperinci

VII. PEMBAHASAN ASPEK FINANSIAL

VII. PEMBAHASAN ASPEK FINANSIAL VII. PEMBAHASAN ASPEK FINANSIAL 7.1. Proyeksi Arus Kas (Cashflow) Proyeksi arus kas merupakan laporan aliran kas yang memperlihatkan gambaran penerimaan (inflow) dan pengeluaran kas (outflow). Dalam penelitian

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di PT Mekar Unggul Sari, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan alasan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Kuesioner kajian untuk penilaian bobot dan rating faktor strategi internal dan eksternal Jaya Printing Garment, Jakarta

Lampiran 1. Kuesioner kajian untuk penilaian bobot dan rating faktor strategi internal dan eksternal Jaya Printing Garment, Jakarta LAMPIRAN 51 53 Lampiran 1. Kuesioner kajian untuk penilaian bobot dan rating faktor strategi internal dan eksternal Jaya Printing Garment, Jakarta KUESIONER : BAGI MANAJEMEN PERUSAHAAN KAJIAN KINERJA DAN

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL TERHADAP PROFITABILITAS INDUSTRI RUMAH TANGGA ANEKA KUE KERING (STUDI KASUS: INDUSTRI RUMAH TANGGA ONI COOKIES )

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL TERHADAP PROFITABILITAS INDUSTRI RUMAH TANGGA ANEKA KUE KERING (STUDI KASUS: INDUSTRI RUMAH TANGGA ONI COOKIES ) ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL TERHADAP PROFITABILITAS INDUSTRI RUMAH TANGGA ANEKA KUE KERING (STUDI KASUS: INDUSTRI RUMAH TANGGA ONI COOKIES ) Nama : Sonny Suryadi NPM : 36410653 Jurusan : Teknik Industri

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Kadariah (2001), tujuan dari analisis proyek adalah :

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Kadariah (2001), tujuan dari analisis proyek adalah : III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Analisis Kelayakan Investasi Pengertian Proyek pertanian menurut Gittinger (1986) adalah kegiatan usaha yang rumit karena penggunaan sumberdaya

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Deskripsi Sistem

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Deskripsi Sistem BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Sistem Sistem Informasi dan Pengambilan Keputusan Gapoktan PUAP atau disingkat SIPK-GP 1.13 adalah sistem informasi manajemen untuk pengelolaan kinerja gapoktan

Lebih terperinci

Gambar 15 Diagram model sistem dinamis pengambilan keputusan kompleks pengembangan agroindustri gula tebu.

Gambar 15 Diagram model sistem dinamis pengambilan keputusan kompleks pengembangan agroindustri gula tebu. 52 6 PENGEMBANGAN MODEL 6.1 Analisis model sistem dinamis agroindustri gula tebu Sesuai dengan metodologi, maka rancang bangun sistem dinamis bagi pengambilan keputusan kompleks pada upaya pengembangan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di Usaha Mi Ayam Bapak Sukimin yang terletak di Ciheuleut, Kelurahan Tegal Lega, Kota Bogor. Lokasi penelitian diambil secara sengaja (purposive)

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Variabel. Konsep dasar dan definisi operasional variabel adalah pengertian yang

III. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Variabel. Konsep dasar dan definisi operasional variabel adalah pengertian yang 53 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Variabel Konsep dasar dan definisi operasional variabel adalah pengertian yang diberikan kepada variabel sebagai petunjuk dalam memperoleh

Lebih terperinci

A. Kerangka Pemikiran

A. Kerangka Pemikiran III. METODOLOGI PENELITIAN A. Kerangka Pemikiran Penelitian ini mengkaji studi kelayakan pendirian industri pengolahan keripik nangka di kabupaten Semarang. Studi kelayakan dilakukan untuk meminimumkan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Definisi dan Batasan Operasional Untuk memperjelas dan menghindari kesalahpamaham mengenai pengertian tentang istlah-istilah dalam penelitian ini maka dibuat definisi dan batasan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK PT Karya Tama Bakti Mulia merupakan salah satu perusahaan dengan kompetensi pengelolaan perkebunan kelapa sawit yang sedang melakukan pengembangan bisnis dengan perencanaan pembangunan pabrik kelapa

Lebih terperinci

BAB 5 ANALISIS KEUANGAN

BAB 5 ANALISIS KEUANGAN BAB 5 ANALISIS KEUANGAN 5.1. Ekuitas Ekuitas adalah modal kepemilikan yang diinvestasikan dalam suatu usaha. Vraniolle merupakan badan perorangan dengan modal yang berasal dari pemilik. Ekuitas modal pemilik

Lebih terperinci

Lampiran 1. Pakar yang dilibatkan dalam penelitian

Lampiran 1. Pakar yang dilibatkan dalam penelitian 177 Lampiran 1. Pakar yang dilibatkan dalam penelitian No Nama Pakar Jabatan Keterangan 1 Prof. Dr. Ir. Rafiq Karsidi, MSi Pemb.Rektor I UNS Akademisi 2 Dr. Ir Makhmudun Ainuri, MSi Ketua Jurusan Teknologi

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

DAFTAR ISI... KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... x xii xiv xvi xvii I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Rumusan Masalah... 5 1.3. Tujuan Penelitian...

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. KERANGKA PEMIKIRAN KONSEPTUAL Gambir merupakan salah satu produk ekspor Indonesia yang prospektif, namun hingga saat ini Indonesia baru mengekspor gambir dalam bentuk gambir asalan.

Lebih terperinci

Manajemen Investasi. Febriyanto, SE, MM. LOGO

Manajemen Investasi. Febriyanto, SE, MM.  LOGO Manajemen Investasi Febriyanto, SE, MM. www.febriyanto79.wordpress.com LOGO 2 Manajemen Investasi Aspek Keuangan Aspek keuangan merupakan aspek yang digunakan untuk menilai keuangan perusahaan secara keseluruhan.

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Restoran Pastel and Pizza Rijsttafel yang terletak di Jalan Binamarga I/1 Bogor. Pemilihan tempat penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Metode Pengambilan Responden 4.3. Desain Penelitian

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Metode Pengambilan Responden 4.3. Desain Penelitian IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Desa Blendung, Kecamatan Purwadadi, Kabupaten Subang, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini ditentukan secara sengaja (purposive)

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Analisis Kelayakan Usaha Analisis Kelayakan Usaha atau disebut juga feasibility study adalah kegiatan untuk menilai sejauh mana manfaat

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. ANALISIS BIAYA PRODUKSI Analisis biaya dilakukan mulai dari pemeliharaan tanaman, panen, proses pengangkutan, proses pengolahan hingga pengepakan. 1. Biaya Perawatan Tanaman

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Studi Kelayakan Proyek Proyek merupakan suatu kegiatan untuk membangun sistem yang belum ada. Sistem dibangun dahulu oleh proyek, kemudian dioperasionalkan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian kelayakan Usaha pembenihan dan pembesaran ikan lele Sangkuriang dilakukan di Perusahaan Parakbada, Katulampa, Kota Bogor, Provinsi Jawa

Lebih terperinci

VII. RANCANGAN SISTEM PENGEMBANGAN KLASTER AGROINDUSTRI AREN

VII. RANCANGAN SISTEM PENGEMBANGAN KLASTER AGROINDUSTRI AREN 76 VII. RANCANGAN SISTEM PENGEMBANGAN KLASTER AGROINDUSTRI AREN Sistem pengembangan klaster agroindustri aren di Sulawesi Utara terdiri atas sistem lokasi unggulan, industri inti unggulan, produk unggulan,

Lebih terperinci

MODEL KONSEPTUAL KELEMBAGAAN

MODEL KONSEPTUAL KELEMBAGAAN 140 MODEL KONSEPTUAL KELEMBAGAAN Model kelembagaan klaster agroindustri minyak nilam dirancang melalui pendekatan sistem dengan menggunakan metode ISM (Interpretative Structural Modelling). Gambar 47 menunjukkan

Lebih terperinci

C.3. AGROINDUSTRI TEPUNG CABE I. PENDAHULUAN

C.3. AGROINDUSTRI TEPUNG CABE I. PENDAHULUAN C.3. AGROINDUSTRI TEPUNG CABE I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Cabe berasal dari Amerika Tengah dan saat ini merupakan komoditas penting dalam kehidupan masyarakat di Indonesia. Hampir semua rumah tangga

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Penelitian Usaha warnet sebetulnya tidak terlalu sulit untuk didirikan dan dikelola. Cukup membeli beberapa buah komputer kemudian menginstalnya dengan software,

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Penentuan Responden

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Penentuan Responden IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Elsari Brownies and Bakery yang terletak di Jl. Pondok Rumput Raya No. 18 Bogor. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. AsiA Day Madiun-Malang, penelitian menggunakan metode-metode penilaian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. AsiA Day Madiun-Malang, penelitian menggunakan metode-metode penilaian BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Penelitian oleh Dwi Susianto pada tahun 2012 dengan judul Travel AsiA Day Madiun-Malang, penelitian menggunakan metode-metode penilaian

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI 4.1. Kerangka Pemikiran

IV. METODOLOGI 4.1. Kerangka Pemikiran IV. METODOLOGI 4.1. Kerangka Pemikiran Manajemen rantai pasokan berkembang menjadi langkah strategis yang menyinergikan pemasaran, pabrikasi, dan pengadaan dalam suatu hubungan yang kompleks dalam rangkaian

Lebih terperinci

PENYUSUNAN CASH FLOW BISNIS DAN LAPORAN LABA/RUGI DEPARTEMEN AGRIBISNIS FEM - IPB

PENYUSUNAN CASH FLOW BISNIS DAN LAPORAN LABA/RUGI DEPARTEMEN AGRIBISNIS FEM - IPB PENYUSUNAN CASH FLOW BISNIS DAN LAPORAN LABA/RUGI DEPARTEMEN AGRIBISNIS FEM - IPB Penerimaan dan pengeluaran dalam bisnis merupakan komponen yang sangat penting untuk melihat aktivitas yang berlangsung

Lebih terperinci

Aspek Keuangan. Dosen: ROSWATY,SE.M.Si

Aspek Keuangan. Dosen: ROSWATY,SE.M.Si Aspek Keuangan Dosen: ROSWATY,SE.M.Si PENGERTIAN ASPEK KEUANGAN Aspek keuangan merupakan aspek yang digunakan untuk menilai keuangan perusahaan secara keseluruhan. Aspek keuangan memberikan gambaran yang

Lebih terperinci

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS PERBENIHAN DAN KULTUR JARINGAN TANAMAN BAB XI PENGELOLAAN KEGIATAN

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS PERBENIHAN DAN KULTUR JARINGAN TANAMAN BAB XI PENGELOLAAN KEGIATAN SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS PERBENIHAN DAN KULTUR JARINGAN TANAMAN BAB XI PENGELOLAAN KEGIATAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL

Lebih terperinci

Lampiran 1. Asumsi No Variabel Asumsi Satuan Nilai 1 Umur proyek Tahun 10 2 Hari kerja per bulan Hari 30 3 Bulan kerja per tahun Bulan 12 4 Jumlah

Lampiran 1. Asumsi No Variabel Asumsi Satuan Nilai 1 Umur proyek Tahun 10 2 Hari kerja per bulan Hari 30 3 Bulan kerja per tahun Bulan 12 4 Jumlah LAMPIRAN 76 Lampiran 1. Asumsi No Variabel Asumsi Satuan Nilai 1 Umur proyek Tahun 10 2 Hari kerja per bulan Hari 30 3 Bulan kerja per tahun Bulan 12 4 Jumlah hari kerja per tahun Hari 338 5 Nilai sisa

Lebih terperinci

PEMODELAN SISTEM. Konfigurasi Model. Data Pengetahuan Model. Perumusan Strategi Bauran Pemasaran MEKANISME INFERENSI SISTEM PENGOLAHAN TERPUSAT

PEMODELAN SISTEM. Konfigurasi Model. Data Pengetahuan Model. Perumusan Strategi Bauran Pemasaran MEKANISME INFERENSI SISTEM PENGOLAHAN TERPUSAT PEMODELAN SISTEM Konfigurasi Model Rancang bangun model pengembangan industri kecil jamu dirancang dalam bentuk paket program komputer sistem manajemen ahli yang terdiri dari komponen : sistem manajemen

Lebih terperinci

VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL Analisis kelayakan finansial dilakukan untuk mengetahui kelayakan pembesaran ikan lele sangkuriang kolam terpal. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam aspek finansial

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS BIAYA PENGERINGAN GABAH MENGUNAKAN PENGERING RESIRKULASI

BAB V ANALISIS BIAYA PENGERINGAN GABAH MENGUNAKAN PENGERING RESIRKULASI BAB V ANALISIS BIAYA PENGERINGAN GABAH MENGUNAKAN PENGERING RESIRKULASI 5.1 PENDAHULUAN Pengembangan usaha pelayanan jasa pengeringan gabah dapat digolongkan ke dalam perencanaan suatu kegiatan untuk mendatangkan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Sistem Agribisnis Agribisnis sering diartikan secara sempit, yaitu perdagangan atau pemasaran hasil pertanian.sistem agribisnis sebenarnya

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI A. KERANGKA PEMIKIRAN B. PENDEKATAN SISTEM

IV. METODOLOGI A. KERANGKA PEMIKIRAN B. PENDEKATAN SISTEM IV. METODOLOGI A. KERANGKA PEMIKIRAN Lele merupakan salah satu ikan air tawar yang sudah cukup dikenal oleh masyarakat Indonesia. Banyak jenis maupun varietas yang ada dan dikembangbiakkan di Indonesia.

Lebih terperinci

VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL Analisis finansial dilakukan untuk melihat sejauh mana CV. Usaha Unggas dapat dikatakan layak dari aspek finansial. Penilaian layak atau tidak usaha tersebut dari

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Analisis Investasi Tambang Pertambangan adalah sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam rangka penelitian, pengelolaan dan pengusahaan endapan bahan galian yang meliputi

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara 65 LAMPIRAN 66 Lampiran 1. Kuisioner Survei Analisis Nilai Ekonomi Tambak Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Pertanian No: Waktu: Hari/Tanggal: A. Identitas Responden / Informan 1. Nama

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang dipergunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

Aspek Finansial & Pendanaan Proyek

Aspek Finansial & Pendanaan Proyek LOGO LOGO Aspek Finansial & Pendanaan Proyek Pendahuluan Aspek finansial pada umumnya merupakan aspek yang paling akhir disusun dalam sebuah penyusunan studi kelayakan bisnis. Hal ini karena kajian dalam

Lebih terperinci

3.2 METODE PERBANDINGAN EKSPONENSIAL

3.2 METODE PERBANDINGAN EKSPONENSIAL III. LANDASAN TEORI 3.1 TEKNIK HEURISTIK Teknik heuristik adalah suatu cara mendekati suatu permasalahan yang kompleks ke dalam komponen-komponen yang lebih sederhana untuk mendapatkan hubungan-hubungan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Domba Tawakkal, yang terletak di Jalan Raya Sukabumi, Desa Cimande Hilir No.32, Kecamatan Caringin, Kabupaten

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Muara Gembong, Kabupaten Bekasi. Pemilihan lokasi secara sengaja (purposive) berdasarkan pertimbangan bahwa

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Data dan Instrumentasi 4.3. Metode Pengumpulan Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Data dan Instrumentasi 4.3. Metode Pengumpulan Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengambil tempat di kantor administratif Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara (KPSBU) Jawa Barat yang berlokasi di Kompleks Pasar Baru Lembang

Lebih terperinci