Tabel 5.10. Kelas Kerawanan Sedimentasi DAS Loano... 95 Tabel 5.11. Tingkat Kerawanan Limpasan Permukaan Satuan Bentuklahan DAS Loano 98 Tabel 5.12. Tingkat Kerawanan Limpasan Permukaan... 98 Tabel 5.13. Tingkat Kerapatan Penutup Lahan DAS Loano... 101 Tabel. 5.14. Rekapitulasi Skor Tingkat Kekritisan Satuan Bentuklahan DAS Loano 105 Tabel 5.15. Rekapitulasi Faktor Pembatas dan Konservasi Satuan Bentuklahan... 110 xv
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daerah aliran sungai (DAS) merupakan satu ekosistem darat yang memerlukan pengelolaan secara proporsional dan berkelanjutan. DAS di Indonesia tersebar pada setiap pulau. DAS yang merupakan ekosisten darat pada Negara kepulauan terbesar dunia dengan 17.508 pulau perlu dikelola secara komprehensif (Ardiansyah, 2011). Ekosistem darat yang merupakan satu kesatuan terkecil yaitu daerah aliran sungai (DAS). Ekosistem terdiri dari berbagai komponen-komponen penyusun suatu sistem ekologi, dimana terdapat hubungan timbal balik yang saling mempengaruhi sehingga membentuk suatu kesatuan (Asdak, 2010). DAS merupakan wilayah daratan yang dibatasi oleh igir-igir pegunungan yang merupakan area tampungan air hujan dan alur aliran air yang keluar pada satu luaran (outlet tunggal). Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia (PP RI) Nomor 38 Tahun 2011 tentang Sungai menjelaskan bahwa daerah aliran sungai (DAS) merupakan suatu wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya, yang berfungsi menampung, menyimpan, dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke laut secara alami, yang batas di darat merupakan pemisah topografis dan batas di laut sampai dengan daerah perairan yang masih terpengaruh aktivitas darat. Pengelolaan DAS penting dilakukan agar keseimbangan ekosistem yang ada di darat dapat terus dimanfaatkan secara berkelanjutan. Merujuk pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Daerah Aliran Sungai, pengelolaan daerah aliran sungai memiliki pengertian sebagai berikut: upaya manusia dalam mengatur hubungan timbal balik antara sumberdaya alam dengan manusia di dalam DAS dan segala aktivitasnya, agar terwujud kelestarian dan keserasian ekosistem serta meningkatnya kemanfaatan sumberdaya alam bagi manusia secara berkelanjutan. Pengelolaan ekosistem DAS dapat sesuai apabila dikelola berdasarkan karakteristik DAS. Karakteristik DAS dapat diketahui berdasarkan kondisi lahan dan air pada sistem DAS. Penilaian karakteristik DAS kritis memberikan masukan terhadap 1
kondisi DAS, sehingga dapat diarahkan untuk upaya pengelolaan. Karakteristik DAS dapat diketahui berdasarkan analisis terhadap proses perubahan penggunaan lahan (land use change), lahan (surface), aliran air (runoff and interface) dan aktivitas manusia penyebab utama perubahan DAS sehingga berfungsi sebagai dasar penentuan skenario pengembangan dan pengelolaan DAS (He, 2002; Luo dan Zhang, 2009). DAS kritis atau DAS prioritas I merupakan DAS yang telah mengalami degradasi. Di Indonesia terdapat 108 DAS yang masuk dalam DAS prioritas I (Keputusan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor: SK. 328/ Menhut-II/ 2009 tentang Penetapan Daerah Aliran Sungai (DAS) Prioritas dalam Rangka Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) tahun 2010-2014). DAS prioritas merupakan DAS yang memerlukan rehabilitasi dan reklamasi dengan upaya pengelolaan. Pendekatan geomorfologi melalui bentuklahan dapat digunakan sebagai kerangka acuan dalam pengelolaan DAS kritis. Pendekatan geomorfologi mampu menjabarkan keragaman karakteristik suatu DAS. Pendekatan geomorfologi berdasarkan bentuklahan tidak lepas dari proses yang ada di dalam, luar, dan di permukaan bumi sehingga mampu menunjukkan sifat dan ciri bentuklahan (Sartohadi, 2007). Panizza (1996) menjabarkan geomorfologi merupakan ilmu yang mempelajari permukaan bumi dengan interaksi antar komponen-komponen yang ada di bumi baik litosfer, atmosfer, hidrosfer yang dipengaruhi oleh proses endogen ataupun eksogen. DAS Loano ditetapkan termasuk dalam kategori kritis memiliki status DAS kritis atau prioritas. Keputusan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor: SK. 328/ Menhut-II/ 2009 tentang Penetapan DAS Prioritas dalam Rangka Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) tahun 2010-2014 menyebutkan bahwa DAS Loano (Sub DAS Bogowonto) termasuk dalam penetapan DAS prioritas I. Penjabaran surat keputusan mengamanatkan untuk segera melakukan rehabilitasi dan reklamasi untuk menyelamatkan aset berbasis penyelesaian permasalahan dalam pengelolaan DAS Loano. Degradasi DAS Loano ditandai dengan adanya penurunan kualitas dan kuantitas lahan. Sartohadi (2008) menyebutkan bahwa tidak ada wilayah aman dari longsorlahan di Kecamatan Loano, dimana setengah wilayah DAS Loano berada di 2
Kecamatan Loano. Berdasarkan penetapan wilayah potensi gerakan tanah oleh Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional (2009), DAS Loano yang merupakan bagian dari 4 kecamatan (Loano, Bener, Kaligesing dan Samigaluh) memiliki tingkat potensi gerakan tanah menengah-tinggi (Tabel 1.1.). Bantase (2007) menyebutkan telah terjadi degradasi lahan yang tinggi di hulu DAS Loano dengan tingkat bahaya erosi dan tingkat bahaya gerakan massa. Tabel 1.1. Wilayah Potensi Gerakan Tanah di Propinsi Jawa Tengah dan Propinsi DI Yogyakarta Bulan Oktober 2009 No. Propinsi Kabupaten Kecamatan Potensi Gerakan Tanah 1. Jawa Tengah Purworejo Bener Menengah-Tinggi Kaligesing Menengah-Tinggi Loano Menengah 2. DIY Kulonprogo Samigaluh Menengah-Tinggi Sumber: Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional, 2009 Kegiatan masyarakat DAS Loano berperan penting dalam penentuan status DAS. Pemanfatan sumberdaya hasil hutan oleh masyarakat untuk memproduksi kayu lapis menyebabkan kegiatan penebangan pohon merambah semua sisi DAS Loano sehingga memberikan efek negatif terhadap DAS. Kegiatan penambangan pasir dan batu yang terjadi di sungai menyebabkan laju air sungai semakin deras dan melebarnya sungai karena terkikisnya tepian sungai akibat terbawa arus merupakan imbas dari kegiatan tersebut. Hal ini ditandai dengan pelebaran dan pendalaman muka air sungai akibat penambangan pasir dan batu (sirtu) pada tubuh sungai (Suara Merdeka, 2010). Pengelolaan DAS Loano yang kritis perlu segera mendapat masukan dan upaya penanganan. Pengelolaan dapat dilakukan sesuai melalui identifikasi karakteristik DAS Loano berdasarkan pendekatan geomorfologi. Pengelolaan DAS Loano penting dilakukan demi terwujudnya status DAS sehat dan mampu memulihkan kondisi DAS Loano. 1.2 Rumusan Masalah DAS Loano termasuk dalam kategori DAS kritis. Degradasi DAS Loano terjadi pada kondisi fisik lahan terutama pada tanah, air dan penutup lahan. DAS Loano berada pada sisi Baratlaut Perbukitan Menoreh yang sebagian besar wilayahnya merupakan bentuklahan vulkanik tua. Lokasi DAS Loano sangat 3
rawan terhadap gerak massa yang dipengaruhi oleh proses degradasi yang mulai intensif. Aktivitas manusia mampu memberi dampak positif ataupun negatif terhadap DAS Loano. DAS Loano memiliki sumberdaya alam yang melimpah terutama hasil pertanian dan bahan galian. Kegiatan manusia dapat berkesinambungan dengan kemampuan alam untuk memenuhi kebutuhan apabila dikelola secara bijak. Keberlanjutan DAS Loano memerlukan pengelolaan sesuai dengan kapasitas alam. Pengelolaan di DAS Loano belum menunjukkan dampak positif karena pemahaman karakteristik wilayah dan kesadaran masyarakat belum tercipta. Pengelolaan DAS Loano melalui upaya pemulihan perlu segera dilakukan demi keberlanjutan ekosistem. Karakteristik DAS merupakan kerangka dasar yang digunakan dalam pengelolaan DAS. Karakteristik DAS memberikan informasi mengenai kondisi DAS. Berdasarkan karakteristik DAS dapat dirumuskan upaya pengelolaan sesuai penciri yang ada di DAS Loano. Terdapat banyak pendekatan yang dapat digunakan dalam mengetahui karakteristik DAS. Pendekatan geomorfologi merupakan pendekatan yang sesuai digunakan dalam pengelolaan DAS. Pendekatan geomorfologi mampu menggambarkan karakteristik khas DAS kritis dengan menyajikan bentuklahan berdasarkan aspek utama geomorfologi. Aspek utama dalam pendekatan geomorfologi yaitu morfologi, morfokronologi, morfoaransemen, dan morfostruktur (Zuidam, 1979) akan mampu menjelaskan kondisi DAS terkini berdasarkan karakteristik yang melekat. Setiap satuan bentuklahan memiliki ciri yang dan memerlukan cara pengelolaan yang berbeda pula. Pemulihan DAS Loano perlu segera dilakukan demi merubah status DAS menuju DAS sehat. Pemulihan kondisi DAS dapat dilakukan melalui perumusan strategi pengelolaan yang sesuai. Pemulihan DAS dapat sesuai dengan tujuan akhir apabila memiliki pengaruh besar terhadap aktifitas pengelolaan di DAS Loano. DAS Loano memiliki permasalahan menarik untuk dikaji. Berdasarkan uraian mengenai DAS Loano maka dapat dirumuskan pertanyaan penelitian yaitu: 1. Bagaimana karakteristik satuan bentuklahan di DAS Loano? 2. Bagaimana tingkat kekritisan DAS di setiap satuan bentuklahan di DAS Loano? 4
3. Bagaimana strategi konservasi DAS kritis yang sesuai dengan karakteristik geomorfologi DAS Loano? DAS kritis Loano segera membutuhkan perhatian dengan arahan yang tepat. Informasi yang penting untuk penanganan DAS kritis menjadi permasalahan bersama yang perlu untuk segera ditindaklanjuti. Peran pengelolaan DAS kritis penting dilakukan demi menciptakan DAS sehat yang mampu memberikan manfaat secara berkelanjutan. 1.3 Tujuan Penelitian Kondisi di DAS Loano yang kritis mampu memunculkan pertanyaan penelitian yang menarik untuk dikaji. Berdasarkan pertanyaan diatas memiliki tujuan penelitian yaitu: 1. Mempelajari karakteristik satuan bentuklahan di DAS Loano. 2. Menganalisis tingkat kekritisan DAS di setiap satuan bentuklahan di DAS Loano. 3. Menentukan strategi konservasi untuk DAS Loano yang sesuai dengan pendekatan geomorfologi. 1.4 Kegunaan Penelitian Secara akademik atau ilmiah: Hasil penelitian diharapkan dijadikan sebagai salah satu arahan pembuatan kerangka acuan pemantauan dan usaha pemulihan melalui konservasi untuk pengelolaan DAS yang masuk dalam kategori kritis sehingga mampu memperbaiki degradasi yang terjadi di DAS baik oleh pemerintah terutama Kementerian Kehutanan yang memiliki kewenangan dalam BP DAS untuk mengelola kawasan DAS dan komponen masyarakat hingga keselarasan ekosistem terjaga. Secara praktis: Menunjukkan kepada pemerintah dan masyarakat dengan melakukan selidik cepat terhadap kondisi DAS kritis berdasarkan karakteristik untuk segera dilakukan penanganan dalam meminimalisir kekritisan hingga mampu memperbaiki kondisi DAS sehingga dapat memberikan manfaat sekarang dan untuk masa depan. 5