BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Hujan atau presipitasi merupakan jatuhnya air dari atmosfer ke permukaan

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hujan atau presipitasi merupakan jatuhnya air dari atmosfer ke permukaan bumi baik dalam bentuk cairan maupun es. Hujan merupakan faktor utama pengendali daur hidrologis di suatu Daerah Aliran Sungai (DAS), sebagai masukan utama air dalam kawasan. Menurut peraturan pemerintah No. 37 tahun 2012 DAS merupakan suatu wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak anak sungainya, yang berfungsi menampung, menyimpan dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau atau ke laut secara alami, yang batas di darat merupakan pemisah topografis, dan batas dilaut sampai dengan daerah perairan yang masih terpengaruh aktivitas daratan. Apabila daur ini berjalan dengan tidak baik, maka akan mempengaruhi limpasan air dan perubahan debit aliran dalam suatu daerah aliran sungai (DAS) sehingga daur hidrologi sangat dipengaruhi atau berkaitan dengan penggunaan lahan disekitarnya (Wibowo. 2005). Hujan yang turun pada kawasan bervegetasi akan terpartisi menjadi throughfall, stemflow dan terintersepsi, erosi dan aliran permukaan terutama pada areal yang terbuka karena adanya energi kinetik dari jatuhan hujan yang lebih besar. Hutan dalam wilayah DAS mempunyai peranan penting terhadap daur hidrologis (Pusposutardjo, 1984). Hutan alam dengan struktur komposisi tegakan yang kompleks akan mampu menyediakan manfaat lingkungan seperti peredam banjir, erosi, infiltrasi dan sedimentasi serta pengendalian daur hidrologisnya. Vegetasi didalamnya dapat mempengaruhi sifat fisika dan kimia tanah dalam 1

2 hubungannya dengan air, dapat mempengaruhi kondisi permukaan tanah, dan dengan demikian dapat mempengaruhi besar kecilnya aliran permukaan (Asdak, 2007). Aliran permukaan dan debit aliran yang lebih besar dapat membawa material tanah yang ikut terbawa sebagai suspensi. PT. Sari Bumi Kusuma merupakan suatu perusahaan swasta nasional yang bergerak di bidang industri kehutanan dan memperoleh areal konsensi sejak dikeluarkannya forestry agreement (FA) No. FA/N/016/III/1978, tanggal 29 Maret 1978, tentang pemberian hak pengusahaan hutan dengan luas Ha (dikelompok hutan S.Delang). Berdasarkan Add.FA/N-AD/045/VII/1979 tanggal 14 juli 1979, luasan bertambah Menjadi Ha (Penambahan luas Ha berada dikelompok hutan S.Seruyan). Pengelolaan hutan yang dilakukan oleh PT Sari Bumi Kusuma sejak tahun 2005 adalah Silvikultur Tebang Pilih Tanam Indonesia (TPTI) dan Silvikultur Tebang Pilih Tanam Jalur Intensif (TPTJI). Sistem silvilkultur TPTJ intensif mengakibatkan pembukaan areal sekitar 25% yang diperuntukkan sebagai tanaman pengayaan (enrichment planting) dengan sistem jalur (line planting). Implementasi sistem ini diduga pada awal penanaman akan berdampak pada berkurangnya jumlah pohon perhektar akibat pembuatan jalur tanam, sehingga sistem ini berdampak pada menurunnya presentasi penutupan tajuk pohon (Losdy. 2012). Hal ini kemudian yang menyebabkan peluang yang lebih besar terhadap energi kinetik hujan yang turun. Energi kinetik yang lebih besar secara langsung mengenai permukaan tanah akan menyebabkan pukulan air hujan semakin besar terhadap tanah yang berarti akan menimbulkan erosi yang lebih besar. Selain itu, hilangnya vegetasi di atas 2

3 permukaan tanah menyebabkan seluruh air hujan sampai ke permukaan tanah sehingga memberikan peluang aliran permukaan yang lebih besar dan muatan erosi yang terbawa aliran akan menyebabkan meningkatnya muatan sedimen dan pendangkalan sungai. Pendangkalan sungai ini akan berakibat pada turunnya daya tampung sungai sehingga dapat menyebabkan banjir di bagian hilir. Pengelolaan hutan alam PT. Sari Bumi Kusuma melakukan percobaan terhadap sistem Silvikultur yang diterapkan yaitu dengan membuat model pertanaman yang berbeda dalam sistem Silvikultur TPTJ. Percobaan tersebut dilakukan di Blok tanam TPTJ Katingan, RKT 2011 PT. Sari Bumi Kusuma yang terdiri dari 3 Plot uji pertanaman dengan kondisi masing masing Plot uji memiliki perlakuan yang berbeda, Plot uji tersebut meliputi Plot A yang melingkupi catchment area SPAS A berlokasi di petak 13 QQ dengan keadaan hutan virgin atau kontrol tanpa perlakuan di dalamnya, Plot B yang melingkupi catchment area SPAS B berlokasi di petak 13 QQ dengan keadaan hutan bekas pembuatan jalan sarad dan penebangan 2011, pembuatan jalur tanam dan penanaman memotong kontur, dan Plot C yang melingkupi catchment area SPAS C berlokasi di petak 13 SS dengan bekas pembuatan jalan sarad dan penebangan 2011, pembuatan jalur tanam dan penanaman sistem searah kontur. Menurut Azizah (2013), nilai rerata debit suspensi di Plot A (virgin) yaitu 0,25 gram/detik atau 7,884 ton/ha/tahun termasuk ke dalam erosi normal dan di Plot C TPTJ berdasarkan kontur memiliki nilai rerata debit suspensi 0,21 gram/detik atau 7,56864 ton/ha/tahun termasuk ke dalam erosi normal. Sementara berdasarkan hasil penelitian Widodo (2012) di areal hutan dengan sistem TPTJ ini 3

4 didapatkan nilai debit suspensi Plot B (TPTJ Jalur) yang terjadi selama penelitian termasuk dalam kriteria normal yaitu sebesar 7,24 gram/detik atau 26,17 ton/ha/tahun termasuk dalam kategori erosi ringan, yang disebabkan karena permukaan lahan untuk pembukaan jalan cabang relatif kecil yaitu sekitar 4,1% dari luas Plot B Blok RKT Nilai aliran permukaan normal dan erosi yang relatif kecil tetap perlu diperhatikan dan dikontrol agar tidak meningkat, sehingga menimbulkan dampak yang merugikan serta berakibat buruk bagi daerah DAS terutama bagian hilir. Dengan demikian, terdapat hubungan antara hujan atau presipitasi dengan pembukaan hutan karena tebangan dan penanaman terhadap aliran permukaan dan sedimen yang perlu untuk diketahui dan diteliti lebih lanjut Rumusan Masalah Bagian hulu DAS merupakan bagian yang penting karena mempunyai fungsi perlindungan terhadap seluruh ekosistem DAS. Oleh karena itu, bagian hulu DAS seringkali menjadi fokus perencanaan pengelolaan DAS mengingat bahwa didalam suatu DAS terdapat daerah hulu dan hilir mempunyai keterkaitan daur biofisik melalui daur hidrologi (Asdak,2007). Areal konsensi PT. Sari Bumi Kusuma berada di daerah hulu sungai DAS Katingan dan merupakan daerah tangkapan air bagi Kabupaten Katingan, sehingga perlu dilakukan pemantauan terhadap setiap kegiatan yang dapat berpotensi menimbulkan dampak pada seluruh areal DAS. Aktivitas pembalakan hutan atau deforestasi yang dilakukan di daerah hulu DAS, dalam luasan tertentu, dapat menimbulkan dampak berupa peningkatan debit aliran dalam sistem aliran sungai. Kegiatan Silvikultur yang 4

5 dilakukan di daerah hulu DAS dapat memberikan dampak terhadap perubahan tata air. Untuk sistem silvikultur Tebang Pilih Tanam Jalur, PT Sari Bumi Kusuma membuat percobaan penanaman jalur berdasarkan garis kontur dan jalur biasa atau memotong garis kontur. Penerapan sistem silvikultur intensif berdasarkan garis kontur yang baru berjalan perlu dilakukan pengujian terhadap dampak yang ditimbulkan, untuk mengetahui bahwa sistem ini lebih baik atau tidak bila dibandingkan dengan sistem TPTJ biasa. Menurut Azizah, (2013) nilai debit suspensi rata rata harian pada Sistem TPTJ berdasarkan garis kontur ini memiliki rentang nilai debit suspensi tertinggi dan terendah yang jauh bila dibandingkan dengan keadaan hutan alam Virgin atau tanpa perlakuan yang memiliki rentang nilai debit suspensi lebih stabil. Sistem TPTJ berdasarkan garis kontur membuat sebagian wilayah hutan terbuka yang menyebabkan berkurangnya tutupan tajuk tegakan dan membuat permukaan tanah dapat langsung terkena hujan, tentunya hal ini akan memiliki pengaruh terhadap fungsi tata air serta peningkatan aliran permukaan dan erosi yang terjadi pada saat hujan. Apalagi, Kabupaten Katingan merupakan daerah non musim yang memiliki curah hujan sepanjang tahun cukup tinggi. Sebagai bentuk pemantauan dan evaluasi, maka usaha yang dilakukan yaitu membuat 2 plot yang memiliki keadaan atau kenampakan vegetasi dan perlakuan yang berbeda sehingga dapat diketahui respon terhadap keadaan vegetasinya serta melakukan kajian dan penelitian terhadap pengaruh debit aliran dan debit suspensi pada model tanam yang berbeda serta melakukan kajian terhadap besarnya direct runoff dan muatan suspensi di 5

6 outlet sungai yang terletak didaerah tangkapan air Plot B dan Plot B Blok RKT 2011 PT. Sari Bumi Kusuma serta menjadikan Plot A Blok RKT 2011 sebagai kontrol dengan tidak dilakukannya kegiatan di dalamnya Tujuan 1. Membuat Suspended Rating Curve pada areal hutan alam (Plot A), TPTJ (plot B) dan TPTJ sistem kontur (Plot C) Blok RKT Mengetahui Pengaruh Model Pertanaman terhadap Debit Aliran dan Debit Suspensi pada areal hutan alam (Plot A), TPTJ (plot B) dan TPTJ sistem kontur (Plot C) Blok RKT Manfaat Dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai debit suspensi sebagai ouput sistem DAS dari masukan berupa curah hujan yang dapat digunakan untuk mengetahui respon DAS terhadap Penutupan lahan serta mengetahui dampak dari model pertanaman terhadap besarnya erosi yang terjadi. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai dasar pertimbangan pengelolaan hutan terutama mengenai model tanam yang diterapkan di PT. Sari Bumi Kusuma. 6