11 PENDAHULUAN Latar Belakang Akhir-akhir ini upaya pengembangan tanaman hortikultura mendapat perhatian besar dari pemerintah. Tanaman hortikultura terdiri dari buah-buahan, sayur-sayuran, bunga-bungaan, dan tanaman obat-obatan. Tanaman hortikultura ini telah terbukti sebagai komoditi yang dapat dipakai sebagai sumber pertumbuhan baru di sektor pertanian, serta merupakan komoditas yang sangat prospektif untuk dikembangkan mengingat potensi sumberdaya alam, sumberdaya manusia, ketersediaan teknologi, dan potensi serapan pasar di dalam negeri maupun pasar internasional yang terus meningkat (Soekartawi, 1996). Pertanian hortikultura bukan saja mampu meningkatkan pendapatan petani di daerah produsen, tetapi pertanian hortikultura ini juga mampu untuk menyerap banyak tenaga kerja, memunculkan industri baru, serta nilai tambah, sehingga pertanian hortikultura diyakini dapat dijadikan sebagai sumber pertumbuhan di sektor pertanian (Soekartawi, 1996). Pemakaian tanaman herbal atau obat-obatan dalam dekade terakhir ini semakin meningkat sejalan dengan berkembangnya industri jamu atau obat tradisional, farmasi, kosmetik, makanan, dan minuman. Tanaman obat yang dipergunakan biasanya dalam bentuk simplisia (bahan yang telah dikeringkan dan belum mengalami pengolahan apapun) yang berasal dari akar, daun, bunga, biji, buah, dan kulit batang. Dan secara resmi pemakaian tanaman herbal telah dianjurkan oleh praktisi di dunia kesehatan, bahkan Menteri Kesehatan juga mengeluarkan himbauan agar dokter menggunakan obat asli Indonesia berupa
12 obat tradisional yang berasal dari tanaman obat atau herbal (Syukur dan Hernani, 2001). Salah satu jenis tanaman herbal yang dibudidayakan saat ini adalah tanaman rosella. Tanaman rosella yang awalnya banyak ditemukan sebagai tanaman pagar dan bahkan hanya dianggap sebagai tanaman liar yang tidak memiliki nilai ekonomis. Umumnya masyarakat lebih mengenal rosella sebagai tanaman penghasil serat karung goni (Wiguna, 2007). Belakangan ini, tanaman rosella (Hibiscus sabdariffa L) semakin populer di Indonesia dan sekarang ini kelopak rosella dibuat sebagai bahan minuman yang dikenal sebagai Teh Rosella. Berdasarkan hasil penelitian kesehatan, ternyata rosela berguna untuk pencegahan berbagai penyakit. Secara tradisional, tanaman ini banyak dimanfaatkan untuk mengatasi batuk, lesu, demam, dan gusi berdarah. Kelopak rosella dapat dijadikan sebagai penyejuk (astringent), menurunkan kadar penyerapan alkohol, menurunkan kadar kolesterol dalam darah, asam urat, tonik (Agums, 2008). Di Amerika dan Eropa, rosella digunakan sebagai pewarna makanan, sebagai pembuatan warna alami pakaian, sebagai perasa dalam membuat anggur rosella, dan juga dijadikan sebagai bahan minuman. Sehingga saat ini rosella banyak menarik perhatian perusahaan makanan dan minuman serta pemerhati kesehatan. Hal ini disebabkan rosella dimanfaatkan sebagai produk alami dan sebagai pengganti bahan pewarna sintetik (Mardiah dkk, 2009). Di Sumatera Utara tanaman rosella diketahui sebagai tanaman baru. Padahal tanaman ini telah banyak tumbuh secara liar dan lebih dikenal sebagai Asam Paya atau Asam Susur dibeberapa daerah di Sumatera Utara. Pemanfaatan
13 rosella hanya digunakan sebagai bumbu dapur oleh masyarakat pedesaan, salah satunya sebagai asam sayur dan gulai. Usahatani bunga rosella memiliki prospek yang baik untuk dikembangkan di Indonesia. Hal ini terbukti dari adanya permintaan pasar luar negeri terhadap rosella kering pada tahun 2007, terutama negara Malaysia sekitar 15 ton per tahun. Dan untuk memenuhi permintaan tersebut Indonesia hanya mampu memenuhi sekitar 5 ton sampai 8 ton per tahun. Ini dikarenakan petani bunga rosella masih terbatas (Wiguna, 2007). Berdasarkan hasil riset pasar Amerika tahun 1998, total permintaan AS dan Jerman untuk rosella kering berturut-turut sebesar 5 ton dan 10 ton. Sampai saat ini permintaan terus meningkat untuk negara Amerika dan Eropa, sehingga usahatani bunga rosella perlu dikembangkan. Negara pengekspor utama tanaman ini adalah Cina, Meksiko, India, Thailand, dan Peru (Mardiah dkk, 2009). Berdasarkan keterangan Kamar Dagang dan Indusri Sumatera Utara (KADINSU), daerah produsen bunga rosella di Provinsi Sumatera Utara pada tahun 2008, berada di daerah Kabupaten Serdang Bedagai, Deli Serdang, Langkat, dan Tanah Karo, yang merupakan daerah binaan KADINSU. Berikut data luas lahan, produksi dan produktivitas bunga rosella binaan KADINSU di Sumatera Utara tahun 2008.
14 Tabel 1. Luas lahan, Produksi, dan Produktivitas Kelopak Bunga Rosella Basah Per Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2008 No Kabupaten/Kota Luas Produksi Produksi Produktivitas Lahan Basah Kering Basah (Ha) (Ton) (Ton) (Ton/Ha) 1 Simalungun - - - - 2 Karo 1 2,8 0,233 2,8 3 Tapanuli Utara - - - - 4 Dairi - - - - 5 Humbang Hasundutan - - - - 6 Medan - - - - 7 Langkat 4 12,8 1,067 3,2 8 Deli Serdang 3 10,5 0,875 3,5 9 Asahan - - - - 10 Labuhan Batu - - - - 11 Tapanuli Tengah - - - - 12 Tapanuli Selatan - - - - 13 Nias - - - - 14 Tebing Tinggi - - - - 15 Tanjung Balai - - - - 16 Binjai - - - - 17 Pematang Siantar - - - - 18 Tobasa - - - - 19 Sibolga - - - - 20 Madina - - - - 21 Padang Sidempuan - - - - 22 Pak-Pak Bharat - - - - 23 Samosir - - - - 24 Serdang Bedagai 2 6,0 0,5 3,0 25 Nias Selatan - - - - 26 Padang Lawas Utara - - - - 27 Padang Lawas - - - - 28 Batubara - - - - Jumlah 10 32,1 2,675 12,5 Sumber : Kamar Dagang dan Industri Sumatera Utara Dari Tabel 1 di atas yang bersumber dari Kamar Dagang dan Industri Sumatera Utara (KADINSU), diketahui bahwa Kabupaten Deli Serdang merupakan daerah produsen yang memiliki produktivitas bunga rosella dalam bentuk basah yang paling tinggi yaitu 3,5 Ton per Ha dengan luas lahan 3 Ha. Data di atas menunjukkan bahwa Kabupaten Deli Serdang merupakan daerah yang relatif tepat untuk dijadikan daerah pengembangan tanaman bunga rosella. Dan berdasarkan keterangan Kamar Dagang dan Indusri Sumatera Utara
15 (KADINSU) serta Tabel di atas, KADINSU telah mengekspor sebanyak 2 ton bunga rosella kering yang dikemas, ke Negara Malaysia. Menurut KADINSU usahatani bunga rosella memiliki prospek yang baik untuk dikembangkan di Sumatera Utara, hal ini dibuktikan dari permintaan luar negeri. Usahatani bunga rosella dapat menjadi andalan sumber ekonomi baru bagi masyarakat sehingga meningkatkan pendapatan petani di Sumatera Utara, karena tanaman rosella dapat dijadikan berbagai olahan produk baik makanan maupun minuman, bahan baku obat tradisional, serta batang bunga rosella juga dapat diproses menjadi tali dan goni. Dari berbagai uraian peluang tadi, peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian dan analisis terhadap usahatani bunga rosella di Kabupaten Deli Serdang. Disamping itu, sepanjang diketahui di daerah ini juga belum ada yang meneliti tentang analisis usahatani tanaman bunga rosella karena tanaman ini merupakan tanaman baru yang dibudidayakan di daerah ini.
16 Identifikasi Masalah Adapun yang menjadi pertanyaan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Berapa besar biaya produksi usahatani bunga rosella di daerah penelitian? 2) Berapa besar pendapatan bersih usahatani bunga rosella di daerah penelitian? 3) Bagaimana pengaruh antara luas lahan, jumlah tenaga kerja, dan harga pupuk terhadap pendapatan usahatani bunga rosella di daerah penelitian? 4) Apakah usahatani bunga rosella di daerah penelitian layak untuk dikembangkan? Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Untuk menghitung seberapa besar biaya produksi usahatani bunga rosella di daerah penelitian. 2) Untuk menghitung seberapa besar pendapatan bersih usahatani bunga rosella di daerah penelitian. 3) Untuk menganalisis pengaruh antara luas lahan jumlah tenaga kerja, dan harga pupuk terhadap pendapatan usahatani bunga rosella di daerah penelitian 4) Untuk menganalisis kelayakan usahatani bunga rosella di daerah penelitian.
17 Kegunaan Penelitian Hasil analisis usahatani bunga rosella ini diharapkan dapat berguna sebagai: 1) Bahan informasi bagi pihak-pihak yang mengusahakan bunga rosella dalam mengembangkan usahataninya. 2) Bahan informasi dan referensi bagi pihak-pihak yang membutuhkan baik pihak akademis dan non-akademis.