BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejalan dengan perkembangan teknologi yang pesat, pola dan sistem pembayaran dalam transaksi ekonomi terus mengalami perubahan. Kemajuan teknologi dalam sistem pembayaran menggeser peranan uang tunai (currency) sebagai alat pembayaran ke dalam bentuk pembayaran non tunai yang yang lebih efisien dan ekonomis. Perkembangan teknologi informasi yang diikuti dengan tingkat persaingan bank yang semakin tinggi mendorong sektor perbankan atau nonbank untuk semakin inovatif dalam menyediakan berbagai alternatif jasa pembayaran non tunai berupa sistem transfer dan alat pembayaran menggunakan kartu elektronis (electronic card payment) yang aman, cepat dan efisien, serta bersifat global (Santomero dan Seater, 1996). Pada awalnya perkembangannya pembayaran elektronis tersebut, masih selalu terkait langsung dengan rekening nasabah bank yang menggunakannya, namun seiring dengan perkembangan teknologi, beberapa negara telah menemukan dan menggunakan produk pembayaran elektronis yang dikenal sebagai uang elektronik atau Electronic Money (e-money), yang karakteristiknya berbeda dengan pembayaran elektronis yang telah disebutkan sebelumnya. Penggunaan uang elektronik tidak lagi harus memerlukan otorisasi dan keterkaitan secara langsung dengan rekening nasabah di bank. Hal ini dapat terjadi 1
karena e-money merupakan produk stored value dimana sejumlah nilai dana tertentu (monetary value) telah terekam (tersimpan) dalam alat pembayaran yang digunakan tersebut (Bank Indonesia, 1996). Penggunaan e-money sebagai alternatif alat pembayaran non-tunai di beberapa negara menunjukkan adanya potensi yang cukup besar untuk mengurangi tingkat pertumbuhan penggunaan uang tunai, khususnya untuk pembayaran-pembayaran yang bersifat mikro sampai dengan ritel. Kehadiran alat-alat pembayaran non tunai tersebut di atas, semata-mata tidak hanya disebabkan oleh inovasi sektor perbankan namun juga didorong oleh kebutuhan masyarakat akan adanya alat pembayaran yang praktis yang dapat memberikan kemudahan dalam melakukan transaksi. Kemudahan transaksi tersebut dapat mendorong penurunan biaya transaksi dan pada gilirannya dapat menstimulus pertumbuhan ekonomi (Dias, 2001). Meskipun dianggap memiliki berbagai kelebihan, namun penggunaan uang elektronik di Indonesia tidak kunjung mengalami peningkatan. Menurut data Worldbank dalam Global Financial Inclusion Index (2015) jumlah penduduk dewasa yang memiliki rekening di bank hanya mencapai 36,1% dan hanya 2,9% yang melakukan transaksi dengan menggunakan pembayaran elektronik (Tabel 1.1). Mastercard Advisor Analysis (2013) bahkan menyatakan persentasi transaksi non tunai (cek dan pembayaran) di Indonesia 0%, sedangkan negara Singapura telah mencapai 61%. 2
Tabel 1.1. Data Inklusi Keuangan Penduduk Dewasa (Usia lebih dari 15 tahun ) Keterangan Indonesia (penduduk usia 15+) Rata-rata Negara di Asia Timur dan Pasific Rata-rata Negara pengasilan menengah ke bawah Ratarata negara Dunia Memiliki rekening 36,1 69,0 42,7 61,5 di bank Memiliki rekening 28,7 64,5 40,0 56,7 di bank dengan domisili di desa Menggunakan alat 2,9 11,8 3,1 16,7 pembayaran elektronik Memiliki Account 0,4 0,4 2,5 2,0 Mobile Sumber : World Bank, 2015 Untuk mendorong penggunaan transaksi non tunai, Bank Indonesia dan pemerintah mencanangkan Gerakan Nasional Non Tunai (GNNT) pada tanggal 14 Agustus 2014. GNNT ditujukan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap penggunaan instrumen non tunai, sehingga secara bertahap mendorong masyarakat yang lebih menggunakan instrument non tunai (Less Cash Society/LCS) dalam melakukan transaksi atas kegiatan ekonominya. Dari segi efisiensi, gerakan ini mampu menekan anggaran yang dikeluarkan setiap tahunnya untuk mencetak uang. Berbagai kegiatan dilakukan Bank Indonesia untuk memperluas dan meningkatkan pelaksanaan GNNT yaitu dengan melakukan edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat secara luas melalui media cetak dan elektronik, mengadakan Bazzar ataupun Hari Non Tunai di pusat-pusat perbelanjaan, menetapkan daerah/wilayah non tunai secara terbatas, sehingga membiasakan pengguna public area/service terpaksa mengikuti untuk berperilaku non tunai. 3
Berdasarkan fenomena tersebut perlu diketahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi minat pelaku untuk menggunakan uang elektronik. Penelitian ini akan menggunakan model Theory of Planned Behavior (TPB). Teori ini merupakan pengembangan dari Theory of Reasoned Action (TRA) yang dikembangkan oleh Icek Ajzen di tahun 1967. Pada tahun 1988 konstruk lain ditambahkan pada model tersebut yang disebut Perceived Behavioral Control (PBC) atau kontrol perilaku yang dirasakan untuk mengukur situasi dimana individu tidak memiliki kontrol yang substansial atas perilaku yang ditargetkan. Konstruk ini mengacu pada persepsi individu akan mudah atau sulitnya melakukan perilaku yang ditargetkan (Ajzen, 1991). Berdasarkan teori ini perilaku individu (behavior) dapat dijelaskan oleh niat perilaku (behavioral intention), yang bersama-sama dipengaruhi oleh sikap terhadap perilaku (attitude toward behavior), norma subyektif (subjective norm) dan kontrol perilaku yang dirasakan (perceived behavior control). TPB merupakan teori yang tepat untuk memprediksi dan menjelaskan perilaku konsumen. Berdasarkan teori tersebut, perilaku seseorang dapat diprediksi dari niat, dimana niat dapat diprediksi dari sikap terhadap perilaku, norma subyektif dan kontrol perilaku yang dirasakan (Ajzen, 1991). Apabila kita bisa mengetahui bagaimana perilaku masyarakat yang menggunakan uang elektronik, maka pengambil kebijakan, penerbit uang elektronik dan pedagang dapat menyusun strategi meningkatkan penggunaan uang elektronik. Teori ini merupakan teori yang tepat untuk mempelajari perilaku penggunaan uang elektronik oleh masyarakat atau dapat disebut sebagai konsumen uang elektronik. Teori ini juga telah banyak dipakai untuk memprediksi perilaku konsumen antara lain dalam perilaku 4
penggunaan kartu kredit (Rutherford dan DeVaney, 2009), internet banking (Adyityasto dan Baridwan, 2012), mobile banking (Luarn dan Lin, 2004), investasi sukuk (Warsame dan Irreri, 2016), belanja online (Lin, 2007) dan masih banyak lagi penelitian lainnya. 1.2. Rumusan Masalah Tuntutan akan kecepatan dan efisiensi dalam melakukan transaksi pembayaran telah mendorong industri perbankan dan telekomunikasi menerbitkan uang elektronik sebagaimana yang terjadi pula di negara lain. Belum lama ini Bank Indonesia telah melonggarkan ketentuan mengenai uang elektronik melalui penerbitan Peraturan Bank Indonesia No. 18/17/PBI/2016 tanggal 29 Agustus 2016 perihal Perubahan Kedua atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/12/PBI/2009 tentang Uang Elektronik (Electronic Money). Awalnya penerbit uang elektronik hanya terbatas pada Penerbit berupa Bank Umum berdasarkan Kegiatan Usaha (BUKU) 4, menjadi bank BUKU 3 dan 4 atau Bank Pembangunan Daerah dengan kategori BUKU 1 dan 2 yang memiliki sistem teknologi informasi memadai dan memiliki profil mandat penyaluran prgram bantuan sosial. Selain itu BI juga meningkatkan batas uang saldo pada uang elektronik dari Rp5 juta menjadi Rp10 juta. Berbagai dukungan telah diberikan oleh pemerintah dan pembuat kebijakan, namun perkembangan penggunaan uang elektronik belum terlalu menggembirakan. Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini berusaha untuk mengetahui hubungan antara variabel-variabel yang mempengaruhi niat menggunakan uang elektronik 5
yaitu sikap terhadap perilaku penggunaan uang elektronik, norma subyektif dan kontrol perilaku yang dirasakan dengan penggunaan uang elektronik dan pada akhirnya dapat memberikan saran mengenai strategi meningkatkan penggunaan uang elektronik. 1.3. Pertanyaan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah, dapat disusun pertanyaan penelitian sebagai berikut : 1. Apakah sikap terhadap perilaku (attitude toward behavior) penggunaan uang elektronik berpengaruh positif terhadap niat menggunakan uang elektronik? 2. Apakah norma subyektif (subjective norm) berpengaruh positif terhadap niat menggunakan uang elektronik? 3. Apakah kontrol perilaku yang dirasakan (perceived behavior control) terhadap penggunaan uang elektronik berpengaruh positif terhadap niat menggunakan uang elektronik? 4. Apakah variabel locus of control memoderasi sikap terhadap perilaku (attitude toward behavior), norma subyektif (subjective norm) dan kontrol perilaku yang dirasakan (perceived behavior control) terhadap niat menggunakan uang elektronik? 1.4. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan niat perilaku penggunaan uang elektronik dengan menggunakan theory of planned behavior (TPB). Penelitian ini 6
juga bertujuan untuk melihat yang manakah dari variabel-variabel tersebut yang lebih berpengaruh terhadap intensi jika dibandingkan dengan variabel-variabel lainnya. 1.5. Manfaat Penelitian Secara akademis, penelitian ini diharapkan memberikan bukti empiris tentang pengukuran perilaku individu dengan pendekatan model Theory of Planned Behavior (TPB) dalam penggunaan uang elektronik. Selain itu penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi pengambil kebijakan untuk meningkatkan penggunaan uang elektronik dengan mempertimbangkan faktorfaktor yang mendorong penggunaan uang elektronik. Bagi perbankan dan penerbit uang elektronik lainnya, penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dalam melakukan inovasi fitur alat pembayaran non tunai. 1.6. Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian Penelitian ini dilakukan di Yogyakarta dengan responden masyarakat Daerah Istimewa Yogyakarta yang pernah menggunakan uang elektronik. Sedangkan batasan penelitian ini akan menggunakan 5 (lima) pengukuran yaitu niat perilaku (behavioral intention), sikap terhadap perilaku (attitude toward behavior), norma subyektif (subjective norm) dan kontrol perilaku yang dirasakan (perceived behavior control) dengan variabel locus of control sebagai variabel moderasi antara sikap terhadap perilaku (attitude toward behavior), norma subyektif (subjective 7
norm) dan kontrol perilaku yang dirasakan (perceived behavior control) terhadap niat perilaku (behavioral intention) 1.7. Sistematika Penulisan Bab I: Pendahuluan Bab Pendahuluan berisi sub-bab: (a) latar belakang, (b) rumusan masalah, (c) pertanyaan, (d) tujuan penelitian, (e) manfaat penelitian, (e) ruang lingkup dan batasan penelitian, dan (f) sistematian penulisan. Bab II: Tinjauan Pustaka Bab Tinjauan Pustaka merupakan pengembangan dari tinjauan pustaka yang telah ditulis pada proposal tesis. Bab tinjauan pustaka berisi sub-bab: (a) uang elektronik, (b) Theory of Planned Behavior (TPB), dan (c) hipotesis penelitian. Bab III: Metode Penelitian Bab Metode Penelitian berisi pengembangan metode penelitian yang telah dipaparkan pada proposal tesis. Bab metode penelitian dan profil perusahaan berisi sub-bab: (a) desain penelitian, (b) definisi istilah/operasional, (c) populasi dan sampel, (d) alat analisis dan instrumen, (e) sumber dan meotde pengumpulan data, dan (f) metode analisis data. Bab IV: Hasil Penelitian dan Pembahasan Bab Hasil Penelitian dan Pembahasan memuat hasil penelitian dan pembahasan yang sifatnya terpadu. Hasil penelitian disajikan dalam bentuk daftar (tabel), grafik, atau bentuk lain, dan ditempatkan dekat dengan pembahasan. Pembahasan berisi tentang hasil yang diperoleh berupa penjelasan teoritis baik secara kualitatif, 8
kuantitatif, atau statistika dan juga perbandingan dengan hasil penelitian terdahulu yang sejenis. Bab hasil penelitian dan pembahasan terdiri dari sub-bab: (a) deskripsi data, (b) pengujian hipotesis, dan (c) pembahasan. Bab V: Simpulan dan Saran Bab Simpulan dan Saran dinyatakan secara terpisah. Simpulan merupakan pernyataan singkat dan tepat yang dijabarkan dari hasil penelitian dan pembahasan untuk membuktikan kebenaran hipotesis. Saran yang dibuat berdasarkan pengalaman dan pertimbangan ditujukan kepada Pertamina atau para peneliti dalam bidang sejenis yang ingin mengembangkan penelitian yang sudah diselesaikan. Bab ini terdiri dari sub-bab: (a) simpulan, (b) keterbatasan, (c) implikasi, dan (d) saransaran. 9