PENGEMBANGAN KOMPETENSI GURU SEKOLAH DASAR DALAM MENYUSUN RPP

dokumen-dokumen yang mirip
SUPERVISI INDIVIDUAL DENGAN PENDEKATAN KOLABORATIF SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU DALAM MENYUSUN RPP. Ena Suprapti

Nur Isnaini Taufik Pengawas SMA/SMK Dinas Pendidikan Kab. Ogan Komering Ulu Prov. Sumatera Selatan

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE PADA MATERI AJAR MENJAGA KEUTUHAN NKRI. Tri Purwati

PENINGKATKAN KOMPETENSI GURU MENYUSUN BUTIR SOAL BERMUTU MELALUI PROGRAM WORKSHOP

BAB III METODE PENELITIAN. pelajaran 2013/2014 selama 3 (tiga) bulan mulai dari bulan Juli sampai

PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR MELALUI SUPERVISI AKADEMIK. Elly Indriati

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

PENERAPAN PERMAINAN MONOPOLI BINTANG CERDAS DALAM MATERI AJAR SISTEM PEMERINTAHAN INDONESIA. Herawati

BAB III METODE PENELITIAN. oleh guru dan siswa untuk melakukan perbaikan dan berdampak pada peningkatan

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS. Kelas (PTK). Istilah bahasa Inggrisnya adalah Classroom Action Research.

BAB III METODE PENELITIAN

RAMBU-RAMBU PENYUSUNAN RPP

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Tindakan Kelas ini adalah mulai bulan November Negeri 1 Pajerukan. Desa Pajerukan, Kecamatan Kalibagor.

RPP. Pengertian RPP. Komponen RPP

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Classroom Action Research. Wardhani, dkk. (2008: 1.4) mengungkapkan

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGHITUNG KELILING DAN LUAS SEGITIGA MELALUI PEMBELAJARAN PEER TEACHING

BAB III METODE PENELITIAN

KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) Pembekalan Instruktur PLPG 2015

BAB III METODE PENELITIAN. Sanjaya (2009: 26) mengemukakan penelitian tindakan kelas merupakan proses

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK).

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS A. Metode Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. kelas (Classroom Action Research). Penelitian tindakan kelas adalah

BAB III METODE PENELITIAN. Lampung, selama 3 bulan mulai bulan Juli 2013 sampai dengan bulan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kelas(classroom Action Research) yaitu suatu bentuk penelitian yang dilakukan

Jurnal Visi Ilmu Pendidikan Halaman 269

BAB III METODE PENELITIAN. diungkapkan pada latar belakang, yaitu peneliti melakukan penelitian dengan

PENINGKATKAN KETERAMPILAN MENYUSUN PERCAKAPAN TENTANG BERBAGAI TOPIK MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOLABORASI TEKNIK MURDER

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang akan dilaksanakan adalah penelitian tindakan kelas

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE DAN RENCANA PENELITIAN. pembelajaran. Dalam penelitian ini, peneliti langsung terjun ke lapangan

BAB III METODE PENELITIAN

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENENTUKAN KPK DAN FPB MELALUI PENERAPAN PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas

12 Media Bina Ilmiah ISSN No

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Tahun Pelajaran 2013/2014. Tabel rencana pelaksanaan penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Classroom Action Research, yang berarti penelitian yang dilakukan pada

BAB III METODE PENELITIAN. yang lazim dikenal dengan classroom action research. Kunandar (2010: 46)

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS. digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK).

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Diagram kondisi Pendidik di SDN Pangempon

BAB III METODE PENELITIAN

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENJAGA KEUTUHAN NKRI MENGGUNAKAN METODE COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW. Parjimin

KEMAMPUAN MENGIDENTIFIKASI BENDA SEKITAR DALAM PEMBELAJARAN IPA MELALUI METODE GIVE THE REAL (GTR) Mundasah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. yang memfokuskan pada proses belajar di kelas. Peserta didik menjadi subjek

III. METODE PENELITIAN. Metode penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. di dalam kelas, maka penelitian ini disebut Penelitian Tindakan atau Action

Variasi : Majalah Ilmiah Universitas Almuslim, Volume 9, Nomor 3, September 2017 ISSN :

TEKNIK PENYUSUNAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Oleh: Dr. Marzuki UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III PROSEDUR PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan Classroom Action Research atau yang lebih

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Prosedur Penelitian Tindakan Kelas merupakan langkah-langkah sistematis

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. memperbaiki rasionalitas dan keadilan tentang a) praktik-praktik kependidikan

BAB III METODE PENELITIAN. (Classroom Action Research). Penelitian tindakan kelas adalah penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS. (PTK) dengan tindakan berupa penggunaan metode Team Quiz, di mana metode tersebut

BAB III METODE PENELITIAN. Dengan melaksanakan tahapan-tahapan PTK, guru dapat menemukan

BAB III METODE PENELITIAN

KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS DENGAN PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING

Bab III Metode Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian tindakan kelas (classroom action research). Menurut Kemmis. pengalaman mereka dapat diakses oleh orang lain.

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENDESKRIPSIKAN NKRI MELALUI PENERAPAN PEMBELAJARAN MODEL THINK-PAIR-SHARE. Erly Pujianingsih

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGHITUNG PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN PECAHAN MELALUI PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME. Dina Hikmah Safariyah

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... LEMBAR PERSETUJUAN... LEMBAR PENGESAHAN... PERNYATAAN KEASLIAN... PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH...

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dikenal dengan Classroom Action Research. Menurut Arikunto (2007: 58)

BAB III METODE PENELITIAN. 2011/2012. Waktu penelitian adalah bulan April 2012 sampai dengan. terdiri dari 12 Siswa Laki-Laki dan 17 Siswa Perempuan.

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS. research). Menurut Kemmis dan Mc.Taggart, PTK adalah studi yang

BAB III METODE PENELITIAN. (PTK) atau classroom action research. Penelitian tindakan ini dilakukan

12 Media Bina Ilmiah ISSN No

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Bagaimana memilih bahan ajar? Prinsip Kecukupan. Cakupan Bahan Ajar. Urutan Penyajian Bahan Ajar

PENINGKATAN KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU (PENYUSUNAN RPP) MELALUI SUPERVISI AKADEMIK

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITTIAN

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS. tentang perilaku guru mengajar dan murid belajar.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam Bab ini peneliti akan menguraikan tentang metodologi penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Transkripsi:

Jurnal Inovasi Pembelajaran Karakter (JIPK) Vol. 1, No. 2, Desember 2016 ISSN 2541-0393 (Media Online) 2541-0385 (Media Cetak ) PENGEMBANGAN KOMPETENSI GURU SEKOLAH DASAR DALAM MENYUSUN RPP SDN Kebandingan 01 Kedungbanteng Kab. Tegal *Diterima Juni 2016, disetujui Oktober 2016, dipublikasikan Desember 2016 Abstrak Melalui penelitian tindakan sekolah ini, peneliti berupaya untuk mengembangkan kompetensi guru sekolah dasar dalam menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) melalui workshop. Penelitian tindakan sekolah ini dilakukan dalam dua siklus yang terdiri atas empat tahap, yaitu: tahap perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Subjek penelitian ini adalah guru SDN Kebandingan 01 Kec. Kedungbanteng Kab. Tegal yang berjumlah 8 orang. Guru tersebut menjadi peserta workshop penyusunan RPP. Teknik pengumpulan data yang digunakan, meliputi: observasi, tes, dan dokumentasi. Data yang terkumpul dianalisis menggunakan analisis data kuantitatif dan data kualitatif. Hasil penelitian pada kondisi awal, guru yang mampu menyusun dokumen RPP dengan kriteria layak hanya 1 orang (12,5%), pada siklus I guru yang mampu menyusun dokumen RPP dengan kriteria layak menjadi 2 orang atau 25%, pada siklus II guru yang mampu menyusun dokumen RPP dengan kriteria layak menjadi 8 orang atau 100%. Berdasarkan hasil tersebut maka dapat disimpulkan bahwa workshop dapat meningkatkan kompetensi guru SD dalam menyususn RPP. 2016 Jurnal Inovasi Pembelajaran Karakter Kata Kunci: Workshop; Kompetensi Guru SD; RPP PENDAHULUAN Peran guru dalam mentransfortasikan input-input pendidikan sangat penting. Menurut Khaerani (2016) hal tersebut tidak terlepas dari adanya sistem persekolahan yang mencakup inputproses-output, di mana guru sebagai salah satu faktor input yang berperan penting dalam proses untuk dapat menghasilkan output sesuai dengan apa yang diharapkan. Untuk melaksanakan tugasnya secara baik dengan profesi yang dimilikinya, guru perlu menguasai berbagai hal terutama kompetensi kepribadian, sosial dan profesional (Satori Djam an 2010). Menurut Sudarwan (2010: 22), seorang guru harus mempunyai empat kompetensi dasar yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional. Untuk melaksanakan tugas keprofesionalannya, seorang guru membutuhkan strategi yang disebut dengan strategi pembelajaran. Dalam strategi pembelajaran terkandung tiga hal pokok, yaitu: perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Perencanaan program berfungsi untuk memberikan arah pelaksanaan pembelajaran menjadi terarah dan efisien. Salah satu bagian dari perencanaan pembelajaran yang sangat penting dibuat oleh guru sebagai pengarah pembelajaran Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Sunarto (2016) berpendapat bahwa setiap guru pada satuan 1

pendidikan berkewajiban menyusun RPP yang lengkap dan sistematis agar pembelajaran efektif dan bermutu. Dengan melihat pentingnya penyusunan perencanaan pembelajaran ini, guru semestinya tidak mengajar tanpa adanya rencana. Namun, perencanaan pembelajaran yang mestinya dapat diukur oleh kepala sekolah, tidak dapat diukur karena hanya direncanakan dalam pikiran guru saja. Akibatnya kepala sekolah sebagai pembuat kebijakan di sekolah tidak dapat mengevaluasi kinerja guru secara akademik. Kinerja yang dapat dilihat oleh kepala sekolah hanyalah kehadiran tatap muka, tanpa mengetahui apakah kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran sudah sesuai dengan harapan atau belum, atau sudahkah kompetensi dasar yang harus dikuasai oleh siswa terkuasai dengan benar. Berdasarkan data hasil supervisi peneliti yang dilakukan pada semester II Tahun Pelajaran 2014/2015 terhadap 8 guru, yang terdiri atas guru kelas dan Mapel menunjukkan bahwa ditemukan masih ada RPP yang dibuat guru dinyatakan kurang benar, kurang lengkap, dan kurang sistematis. Data kondisi awal yang diperoleh dari 8 dokumen RPP, sebanyak 1 dokumen RPP (12,5%) tersebut layak, 2 dokumen RPP (25%) cukup layak dan 5 dokumen (62,5%) kurang layak. Dari data tersebut dapat disampaikan bahwa sebagaian besar RPP yang dibuat guru dikategorikan kurang layak. Kenyataan tersebut bila terus dibiarkan maka akan menurunkan kinerja guru dan kompetensi guru dalam pembelajaran. Dampak langsung dari fenomena tersebut adalah menurunnya prestasi siswa dalam belajar. Secara umum berimbas pada menurunnya mutu pendidikan. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, peneliti yang berkedudukan sebagai kepala sekolah merencanakan untuk melakukan workshop penyusunan RPP pada guru. Penelitian ini dilaksanakan selama dua siklus dengan target penelitian semua guru yang berada di lingkungan SD Negeri Kebandingan 01 pada tahun pelajaran 2014/2015 yang berjumlah 8 guru. Setelah dilaksanakan workshop penyusunan RPP diharapkan guru dapat menyusun RPP dengan baik dan benar. Kompetensi menurut Undang-undang Republik Indonesia nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan. Dalam Permendiknas No. 41 Tahun 2007 dijelaskan bahwa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu kompetensi dasar yang ditetapkan dalam Standar Isi dan telah dijabarkan dalam silabus. Sedangkan menurut Sanjaya (2008:59), Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah program perencanaan yang disusun sebagai pedoman pelaksanaan pembelajaran untuk setiap kegiatan proses pembelajaran. Workshop adalah pelatihan kerja, yang meliputi teori dan praktek dalam satu kegiatan terintegrasi. Dimaknai dari kata dasarnya Workshop sendiri adalah tempat kerja bisa juga disebut Bengkel, dimana intinya workshop adalah tempat tenaga kerja melakukan kegiatan teknis dengan didukung alat-alat kerja (http://motivasikegagalan.blogspot.com/2011/04/diskusi-debat-sarasehanseminar-diklat.html). Dalam penelitian ini, yang dimaksud workshop penyusunan RPP adalah pemberian bantuan yang diberikan kepada guru secara terus-menerus dan sistematis untuk dapat menyusun RPP dengan kaidah-kaidah penyusunan RPP sebagaimana tertuang dalam Permendiknas No. 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses. Teknis menyusun RPP terdiri dari berbagai teknik atau cara mengisi kolom identitas RPP, menentukan alokasi waktu, menentukan SK, KD, dan indikator, merumuskan tujuan pembelajaran, mengidentifikasi materi ajar, menentukan metode pembelajaran, merumuskan langkah-langkah pembelajaran, menentukan alat dan sumber belajar dan menyusun penilaian hasil belajar. 2

METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Kebandingan 01 yang beralamat di Desa Dermasandi Kecamatan Kedungbanteng Kabupaten Tegal. Penelitian tindakan sekolah ini dilaksanakan pada semester II tahun pelajaran 2014/2015, dimulai sejak tanggal 2 Januari 2015 s.d. 30 Juni 2015. Subjek penelitian ini adalah guru kelas dan guru Mapel yang berjumlah 8 orang. Subjek penelitian menjadi peserta workshop penyusunan RPP. Data penelitian tindakan sekolah ini diperoleh dari hasil observasi, tes, dan dokumentasi. Metode observasi dilakukan peneliti dan dibantu oleh teman sejawat atau kolaborator dengan menggunakan alat pengumpulan data berupa lembar pengamatan. Metode observasi dilakukan untuk mengukur kelayakan RPP yang telah dibuat guru peserta workshop. Kisi-kisi lembar pengamatan berisi komponen-komponen yang tertera pada format RPP dan harus dibuat guru secara benar dan lengkap. Metode pengumpulan data menggunakan tes digunakan untuk mengukur pemahaman guru tentang konsep materi RPP dan langkah-langkah menyusunnya. Bentuk instrumen tes berupa 20 butir soal pilihan ganda. Masing-masing soal terdapat 4 pilihan jawaban. Skor maksimal tes adalah 100 dan skor minimal tes adalah 0. Materi soal diambil dari Permendiknas RI No.41 Tahun 2007 tentang Standar Proses yang diterbitkan Departemen Pendidikan Nasional Tahun 2007. Metode dokumentasi digunakan untuk memperoleh data dan dokumen RPP yang telah disusun guru peserta workshop, daftar nilai tes pemahaman guru tentang materi RPP, dan foto-foto kegiatan penelitian. Data yang terkumpul dianalisis menggunakan analisis data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif diperoleh dari hasil skor lembar pengamatan terhadap RPP yang dibuat peserta workshop dan hasil tes pemahaman guru tentang materi RPP. Hasil dari lembar pengamatan pada setiap indikator dihitung dengan menjumlahkan skor yang diperoleh dan diprosentasekan, sedangkan hasil tes pemahaman ditentukan dari nilai tertinggi, nilai terendah, dan nilai rata-rata. Selanjutnya, hasil data kuantitatif yang diperoleh dari setiap siklus disesuaikan dengan indikator keberhasilan yang telah ditetapkan. Data kualitatif berupa deskripsi aktivitas guru selama mengikuti workshop penyusunan RPP. Pengambilan simpulan penelitian ini ditetapkan dengan menentukan indikator kinerja sekurang-kurangnya 6 guru atau 75% dokumen RPP yang telah disusun telah mencapai kriteria layak. Penelitian tindakan sekolah ini dilaksanakan dalam 2 siklus melalui proses pengkajian berdaur yang terdiri dari 4 tahap, yaitu perencanaan (planning), tindakan (acting), mengamati (observing), dan refleksi (reflecting). Berikut langkah-langkah yang dilakukan setiap siklus. Siklus I Pada tahap perencanaan kegiatan yang dilakukan, yaitu: (1) Menganalisis kebutuhan atau masalah yang dihadapi peserta workshop penyusunan RPP; (2) Menentukan materi workshop; (3) Membuat kesepakatan bersama guru-guru mengenai tempat, waktu, dan jadwal pelaksanaan workshop; (4) Menyusun format lembar pengamatan beserta kisi-kisi untuk mengukur kelayakan RPP yang telah dibuat peserta workshop; 5) Menyusun soal tes pemahaman guru beserta norma penilaiannya tentang materi konsep dasar RPP. Tindakan penelitian melalui kegiatan workshop dilakukan dalam tiga kali pertemuan. Adapun kegiatan yang dilakukan, meliputi: (1) Peneliti melakukan eksplorasi pemahaman peserta workshop penyusunan RPP; (2) Peneliti menyampaikan materi tentang konsep dasar penyusunan RPP dan langkah-langkah penyusunan RPP; (3) Peneliti emberi contoh menganalisis Standar Isi, SKL, dan SK- KD salah satu mata pelajaran; (4) Peserta melakukan kerja kelompok menyusun pemetaan SK-KD dan mempresentasikan hasilnya. (5) Peneliti mengoreksi hasil presentasi kerja kelompok; (6) Peserta workshop melakukan diskusi untuk menganalisis contoh RPP dan membahas hal-hal ditemukan; (7) 3

Peneliti menjelaskan kegiatan-kegiatan yang harus direncanakan pada bagian pendahuluan, inti, dan penutup RPP; (8) Melalui tayangan model guru dalam melaksanakan pembelajaran, peserta mencermati perbedaan kegiatan eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi; (9) Tanya jawab antara peserta dan peneliti; (10) Pemberian bimbingan intensif kepada peserta workshop secara kelompok dalam menyusun RPP yang benar; (11) Peneliti Memberi tugas pekerjaan rumah kepada setiap peserta workshop untuk menyusun RPP sesuai dengan tugas mengajarnya; (12) Pengumpulan tugas pekerjaan rumah berupa dokumen RPP yang telah selesai dikerjaan peserta workshop; (13) Melakukan tes pemahaman terhadap guru peserta workshop tentang materi konsep dasar RPP. Tahap selanjutnya yaitu pengamatan. Peneliti dibantu teman sejawat melakukan pengamatan terhadap keaktifan dan partisipasi peserta selama mengikuti workshop, serta menganalisis dokumen RPP yang telah dibuat guru dengan menggunakan instrumen lembar pengamatan kelayakan RPP. Peneliti juga melakukan analisis hasil tes pemahaman guru terhadap materi konsep dasar RPP. Pada tahap refleksi, peneliti melakukan analisis hasil tindakan siklus I. Analisis digunakan untuk memperoleh gambaran dan evaluasi yang berkaitan dengan kelebihan dan kekurangan pada tindakan yang telah dilakukan pada siklus I. Analisis terhadap kelebihan pada siklus I akan tetap dipertahankan, sedangkan kekurangan yang dijumpai pada siklus I akan diperbaiki dengan cara merencanakan ulang tindakan pada siklus berikutnya. Siklus II Kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan hampir sama dengan kegiatan perencanaan tahap I. Namun, ada tambahan kegiatan, yaitu peneliti menyiapkan contoh RPP yang lengkap, benar, dan sistematis sebagai acuan guru. Pelaksanaan tindakan yang dilakukan pada siklus II juga dilaksanakan dalam tiga kali pertemuan sebagaimana pada siklus I. Kegiatan yang dilakukan antara lain: (1) Peneliti dan kolaborator memberikan apersepsi pemahaman materi tentang penyusunan RPP dan menyampaikan hasil analisis serta refleksi siklus I berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan yang telah dicapai peserta workshop penyusunan RPP pada siklus I; (2) Melaksanakan pelatihan untuk menyusun atau mengembangkan RPP dengan cara memberikan bimbingan intensif secara individu; (3) Memberi kesempatan kepada guru untuk mengemukakan kesulitan dalam menyusun RPP; (4) Penyelesaian tugas secara individu untuk memperbaiki RPP yang masih terdapat kekurangan pada pertemuan 1 dengan pembinaan intensif secara individu; (5) Mengumpulkan RPP yang telah dibuat peserta workshop penyusunan RPP; (6) Melakukan tes pemahaman guru peserta workshop tentang materi penyusunan RPP. Tahap pengamatan yang dilakukan pada siklus II sama seperti siklus I, yaitu mengamati aktivitas guru selama mengikuti workshop, menganalisis RPP yang telah dibuat guru, serta menganalisis hasil tes pemahaman guru materi tentang penyusunan RPP. Pada tahap refleksi, peneliti melakukan analisis hasil tindakan siklus II. Hasil analisis digunakan untuk memperoleh gambaran yang berkaitan dengan kelebihan dan kekurangan pada tindakan yang telah dilakukan pada siklus II. Jika hasil analisis ternyata telah mencapai indikator kinerja yang telah ditetapkan maka penelitian ini tidak dilanjutkan pada siklus berikutnya. 4

HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Pengamatan Kompetensi Guru dalam Menyusun RPP Hasil pengamatan kompetensi guru dalam menyusun RPP pada setiap siklus penelitian diperoleh data seperti tabel di bawah ini. Tabel 1. Hasil Pengamatan Kompetensi Guru Menyusun RPP Indikator Pengamatan Kondisi Awal Siklus I Siklus II Mengisi kolom identitas RPP 75% 100% 100% Menuliskan SK, KD dan Indikator 75% 100% 100% Merumuskan tujuan pembelajaran 13% 75% 100% Menentukan materi ajar 25% 50% 100% Menentukan alokasi waktu 38% 50% 100% Menentukan metode pembelajaran 50% 75% 100% Merumuskan langkah-langkah pembelajaran 25% 50% 100% Menentukan alat dan sumber belajar 13% 25% 100% Menyusun penilaian hasil belajar 25% 50% 100% Skor pada indikator pengamatan mengisi kolom identitas RPP pada kondisi awal diperoleh 6 atau 75%, sedangkan pada siklus I dan II diperoleh skor 8 atau 100%. Skor menuliskan SK, KD, dan indikator pada kondisi awal yaitu 6 atau 75%, sedangkan pada siklus I dan II diperoleh skor 8 atau 100%. Skor merumuskan tujuan pembelajaran pada kondisi awal yaitu 1 atau 13%, pada siklus I yaitu 5 atau 75%, dan meningkat pada siklus II menjadi 8 atau 100%. Skor pada indikator menentukan materi ajar pada kondisi awal yaitu 2 atau 25%, siklus I diperoleh skor 4 atau 50%, dan meningkat pada siklus II menjadi 8 atau 100%. Skor indikator menentukan alokasi waktu pada kondisi awal yaitu 3 atau 28%, pada siklus I diperoleh 4 atau 50%, dan pada siklus II yaitu 8 atau 100%. Skor pada indikator menentukan metode pembelajaran pada kondisi awal yaitu 4 atau 50%, pada siklus I diperoleh 6 atau 75%, dan pada siklus II diperoleh 8 atau 100%. Skor pada merumuskan langkahlangkah pembelajaran kondisi awal diperoleh 2 atau 25%, 4 atau 50% pada siklus I, dan 8 atau 100% pada siklus II. Skor pada indikator menentukan alat dan sumber belajar pada kondisi awal diperoleh 1 atau 13%, 2 atau 25% pada siklus I, dan meningkat menjadi 8 atau 100% pada siklus II. Skor pada indikator menyusun penilaian hasil belajar pada kondisi awal yaitu 2 atau 25%, pada siklus I diperoleh 4 atau 50%, dan pada siklus II diperoleh 8 atau 100%. Berdasarkan analisis data tersebut, dapat dikatakan bahwa skor yang diperoleh pada setiap indikator di mulai dari kondisi awal sampai siklus II mengalami peningkatan. 2. Hasil Kelayakan RPP Hasil kelayakan RPP setiap siklus penelitian diperoleh data seperti tabel berikut. Tabel 2. Hasil Penilaian Kelayakan RPP Indikator Nilai Kondisi Awal Siklus I Siklus II Layak Cukup Layak Kurang Layak 1 Dokumen (12,5%) 2 Dokumen (25%) 5 Dokumen (67,5%) 2 Dokumen (25%) 5 Dokumen (67,5%) 1 Dokumen (12,5%) 8 Dokumen (100%) 0 Dokumen (0%) 0 Dokumen (0%) Hasil penelitian berupa penilaian terhadap kelayakan RPP yang disusun guru dalam kegiatan workshop sebagaimana dipaparkan pada tabel 3 dapat dikatakan bahwa terdapat peningkatan 5

kelayakan dokumen RPP yang cukup signifikan. Pada kondisi awal RPP yang dikategorikan layak hanya 1 orang (12,5%), pada siklus I meningkat menjadi 2 orang (25%), dan pada siklus II semakin meningkat menjadi 8 orang (100%). Artinya, terjadi peningkatan sebanyak 6 orang (75%) dari siklus I ke siklus II, dan terjadi peningkatan 7 orang (87,5%) dari kondisi awal ke siklus II. Besarnya peningkatan kelayakan dokumen RPP setiap siklus sebagaimana diuraikan di atas dapat digambarkan pada grafik perbandingan hasil penilaian kelayakan RPP sebagai berikut. 120.0% 100.0% 80.0% 60.0% 40.0% 20.0% 0.0% 100.0% 67.5% 67.5% 25.0% 25.0% 12.5% 12.5% 0.0% 0.0% Layak Cukup Layak Kurang Layak Kondisi Awal Siklus I Siklus II Gambar 1. Hasil Kelayakan RPP Tiap Siklus 3. Hasil Nilai Tes Tentang Materi RPP Hasil nilai tes tentang materi RPP setiap siklus penelitian diperoleh perbandingan seperti tabel di bawah ini. Tabel 3. Hasil Nilai Tes terhadap Pemahaman Materi RPP Tiap Siklus Indikator Nilai Siklus I Siklus II Nilai tertinggi 90 95 Nilai terendah 50 70 Nilai rata-rata 70 87,5 Berdasarkan tabel di atas, nilai tertinggi pada siklus I sebesar 90, sedangkan nilai terendah yaitu 50. Pada siklus II nilai tertinggi yaitu 95, sedangkan nilai terendah yaitu 70. Nilai Rata-rata pada siklus I yaitu 70, sedangkan pada siklus II naik menjadi 87,5. Artinya, ada kenaikan nilai rata-rata sebesar 25%. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dipaparkan maka dapat disimpulkan bahwa melalui workshop dapat meningkatkan kompetensi guru dalam menyusun RPP. Hal tersebut dibuktikan dengan: (1) Berdasarkan hasil pengamatan yang digunakan untuk mengukur kelayakan RPP yang telah disusun guru mengalami peningkatan yang cukup signifikan pada setiap siklus; (2) RPP yang dinyatakan layak mengalami peningkatan jumlah setiap siklusnya; (3) Tingkat pemahaman guru terhadap materi RPP setiap siklus mengalami peningkatan. 6

DAFTAR PUSTAKA Danim, Sudarwan dan Kairil. 2010. Profesi Kependidikan. Bandung: Alfabeta. Djam an, Satori. dkk, 2010, Profesi Keguruan. Jakarta: Universitas Terbuka. http://motivasikegagalan.blogspot.com/2011/04/diskusi-debat-sarasehan-seminar-diklat.html. diakses pada 10 Oktober 2015. Khaerani, Noriko Candra. 2016. Peningkatan Kompetensi Guru dalam Menyusun RPP melalui Kegiatan IHT. Didaktikum: Jurnal Penelitian Pendidikan Kelas. Vol. 17, No. 1, https://irpp.com/index.php/didaktikum/article/view/398. Sanjaya, Wina. 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Grouf. Sunarto. 2016. Metode dan Strategi Supervisi Akademik dalam Mengembangkan Kompetensi Guru Menyusun RPP. Dinamika: Jurnal Praktik Penelitian Tindakan Kelas Pendidikan Dasar&Menengah. Vol. 6 No. 1, https://i-rpp.com/index.php/dinamika/article/view/413. Permendiknas RI No.41 Tahun 2007 tentang Standar Proses. Jakarta: Depdiknas. UU No.14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Jakarta: Depdiknas. 7