RUMUSAN HASIL RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2012 Jakarta, 1 2 Februari 2012

dokumen-dokumen yang mirip
RUMUSAN HASIL RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN DENGAN PEMERINTAH DAERAH TAH

Written by Danang Prihastomo Thursday, 05 February :00 - Last Updated Monday, 09 February :13

Industri padat karya merupakan salah satu prioritas karena menyediakan lapangan usaha dan menyerap tenaga kerja secara signifikan.

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian

Written by Danang Prihastomo Friday, 06 February :22 - Last Updated Wednesday, 11 February :46

Menteri Perindustrian Republik Indonesia SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA ACARA RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2016

B. VISI : Indonesia Menjadi Negara Industri yang Berdaya Saing dengan Struktur Industri yang Kuat Berbasiskan Sumber Daya Alam dan Berkeadilan

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2013

KEBIJAKAN INDUSTRI NASIONAL TAHUN Disampaikan pada acara: Rapat Kerja Kementerian Perindustrian Di Hotel Bidakara

Kementerian Perindustrian REPUBLIK INDONESIA LAPORAN TRIWULAN I KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2016

FOKUS PENGEMBANGAN INDUSTRI UNGGULAN BERBASIS TEKNOLOGI TINGGI TAHUN 2014

Formulir C Laporan Pengendalian dan Evaluasi Pelaksana Rencana Pembangunan Triwulan III Berdasarkan PP No.39 Tahun 2006 Tahun Anggaran 2014

REINDUSTRIALISASI DALAM RANGKA MENDUKUNG TRANSFORMASI EKONOMI

Menteri Perindustrian Republik Indonesia

DISAMPAIKAN OLEH : DIREKTUR JENDERAL INDUSTRI AGRO PADA RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2013 JAKARTA, FEBRUARI 2013 DAFTAR ISI

SUMBER ANGGARAN KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TA 2013 BERDASARKAN JENIS BELANJA

BAB 17 PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR

Kementerian Perindustrian REPUBLIK INDONESIA LAPORAN TRIWULAN I KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2017

PROGRAM PENGEMBANGAN INDUSTRI MAKANAN, HASIL LAUT DAN PERIKANAN

Menteri Perindustrian Republik Indonesia SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA ACARA KUNJUNGAN DI UNIVERSITAS NUSA CENDANA KUPANG, 14 APRIL 2016

SAMBUTAN Pada Acara FORUM EKONOMI JAWA BARAT. Bandung, 8 Juni 2013

Menteri Perindustrian Republik Indonesia PAPARAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA ACARA RAKER KEMENTERIAN PERDAGANGAN JAKARTA, 27 JANUARI 2016

Kementerian Perindustrian

SUMBER ANGGARAN KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TA 2015 BERDASARKAN JENIS BELANJA

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2012

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA RAPAT KERJA DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN DENGAN DINAS PERINDUSTRIAN KABUPATEN/KOTA KAWASAN TIMUR INDONESIA TAHUN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Menteri Perindustrian Republik Indonesia

BAB 17 PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR

LAPORAN KONSOLIDASI PROGRAM DIRINCI MENURUT KEGIATAN TRIWULAN III TAHUN ANGGARAN 2011

LAPORAN KONSOLIDASI PROGRAM DIRINCI MENURUT KEGIATAN TRIWULAN III TAHUN ANGGARAN 2016

Menteri Perindustrian Republik Indonesia

Menteri Perindustrian Republik Indonesia PENGARAHAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA ACARA FORUM DIALOG DENGAN PIMPINAN REDAKSI JAKARTA, 30 JUNI 2015

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2011

ALOKASI ANGGARAN BERDASARKAN PROGRAM KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TA 2016

Ringkasan. Kebijakan Pembangunan Industri Nasional

Menteri Perindustrian Republik Indonesia

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI AGRO DAN KIMIA

BAB 18 DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN Pada Acara SEMINAR DAMPAK PENURUNAN HARGA MINYAK BUMI TERHADAP INDUSTRI PETROKIMIA 2015 Jakarta, 5 Maret 2014

RENCANA KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN ANGGARAN 2015 JAKARTA, APRIL 2014

Menteri Perindustrian Republik Indonesia. Menghidupkan Kembali Sektor Industri Sebagai Penggerak Ekonomi Nasional

PAGU ANGGARAN ESELON I MENURUT PROGRAM DAN JENIS BELANJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TA. 2012

RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2012

Kementerian Perindustrian

II Tahun Anggaran 2013

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI AGRO TAHUN 2016

RENCANA STRATEGIS TAHUN DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI AGRO

RENCANA KINERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2012

POINTERS MENTERI PERINDUSTRIAN Pada Dialog Energi Media Indonesia Indonesia & Diversifikasi Energi Menentukan Kebijakan Energi Indonesia 14 April 2015

STRUKTUR ORGANISASI KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN

Menteri Perindustrian Republik Indonesia

Menteri Perindustrian Republik Indonesia

Organisasi. struktur. Kementerian Perindustrian

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DIREKTORAT IKM LMEA

Menteri Perindustrian Republik Indonesia

Energy Conservation in the Industry by Utilizing Renewable Energy or Energy Efficiency and Technology Development. Jakarta, 19 Agustus 2015

Laporan Konsolidasi Program Dirinci Menurut Kegiatan

Kementerian Perindustrian

Jakarta, 15 Desember 2015 YANG SAYA HORMATI ;

BAB 18 DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR

Rencana Strategis Perindustrian di Bidang Energi

Industrialisasi Sektor Agro dan Peran Koperasi dalam Mendukung Ketahanan Pangan Nasional. Kementerian Perindustrian 2015

!"!"!#$%"! & ' ((( ( ( )

I. PENDAHULUAN. Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Tahun

Menteri Perindustrian Republik Indonesia NARASI PADA ACARA TEMU USAHA DALAM RANGKA PEMBERDAYAAN INDUSTRI KECIL MENENGAH DI KABUPATEN PARIGI MOUTONG

Mendukung terciptanya kesempatan berusaha dan kesempatan kerja. Meningkatnya jumlah minat investor untuk melakukan investasi di Indonesia

MATRIK 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN 2011

LAPORAN PERKEMBANGAN KEMAJUAN PROGRAM KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN

MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR

BAHAN KULIAH DAN TUGAS

Ringkasan Eksekutif Pemantapan daya saing basis industri manufaktur yang berkelanjutan serta terbangunnya pilar industri andalan masa depan

LAPORAN REKAPITULASI ANGGARAN T.A2016 (DALAM RIBUAN RUPIAH) Halaman : 1

MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA

Berdasarkan Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 105 Tahun 2010, tugas pokok dan fungsi Inspektorat Jenderal adalah melakukan pengawasan,

Tahun Anggaran 2013 III

Gelar Sepatu, Kulit dan Fesyen Merek Indonesia Mendunia Hadirin sekalian yang saya hormati,

Kegiatan Prioritas Tahun 2010

Menteri Perindustrian Republik Indonesia

DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI KIMIA, TEKSTIL, DAN ANEKA

KEYNOTE SPEECH INDONESIA INVESTMENT FORUM

Ketua Komisi VI DPR RI. Anggota Komisi VI DPR RI

BAB VI SASARAN, INISITIF STRATEJIK DAN PROGRAM PEMBANGUNAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM

Kementerian Perindustrian

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya perekonomian nasional yang optimal. Inti dari tujuan pembangunan

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas rahmat dan Karunia-Nya, kami telah dapat menyelesaikan penyusunan Laporan

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA PELANTIKAN JABATAN PIMPINAN TINGGI MADYA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN JAKARTA, 6 MEI 2015

PAGU RKAKL/DIPA DAN REALISASI TA 2013 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

NARASI MENTERI PERINDUSTRIAN RI Pembangunan Industri yang Inklusif dalam rangka Mengakselerasi Pertumbuhan Ekonomi yang Berkualitas

LAPORAN REKAPITULASI ANGGARAN T.A2015 (DALAM RIBUAN RUPIAH) Halaman : 1

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian

PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL,

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN,

Dr. Prasetijono Widjojo MJ, MA Deputi Bidang Ekonomi Bappenas. Penutupan Pra-Musrenbangnas 2013 Jakarta, 29 April 2013

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA ACARA KUNJUNGAN PARLIAMENTARY STATE SECRETARY (DEPUTY MINISTER) JERMAN JAKARTA, RABU 18 MEI 2016


RINCIAN ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2007 MENURUT BAGIAN ANGGARAN, UNIT ORGANISASI DAN JENIS BELANJA ( DALAM RIBUAN RUPIAH )

Analisis Perkembangan Industri

Transkripsi:

RUMUSAN HASIL RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2012 Jakarta, 1 2 Februari 2012 Rapat Kerja dengan tema Akselerasi Industrialisasi Dalam Rangka Mendukung Percepatan Pembangunan Ekonomi yang dihadiri oleh seluruh Pejabat Eselon I, seluruh Pejabat Eselon II, Pejabat Eselon III yang membidangi program di lingkungan Kementerian Perindustrian, Atase Perindustrian, KADIN, Asosiasi Industri & Pelaku Usaha, seluruh Kepala Balai Besar, seluruh Kepala Baristand, seluruh Kepala Unit Pendidikan dan Kepala Balai Diklat Industri menghasilkan rumusan sebagai berikut: 1

1. Kinerja industri nasional sampai dengan periode triwulan III tahun 2011 cukup menggembirakan. Pertumbuhan industri pengolahan non-migas sampai dengan triwulan III tahun 2011 mencapai 6,49%, jauh lebih tinggi dari pertumbuhan industri non-migas sepanjang tahun 2010 yang hanya 5,09%, dan merupakan pertumbuhan tertinggi sejak tahun 2005. Kontribusi sektor industri pengolahan non-migas terhadap PDB mencapai 20,65%, merupakan yang tertinggi jika dibandingkan dengan sektor-sektor lainnya. Ekspor industri pengolahan non-migas pada tahun 2011 mencapai US$ 122,19 miliar, atau naik sebesar 24,55% dibandingkan tahun 2010. Ekspor industri pengolahan non-migas memberikan kontribusi sebesar 75,42% terhadap total ekspor non-migas, atau 60,01% terhadap total ekspor nasional secara keseluruhan. 2

2. Menghadapi dampak krisis di Amerika dan Eropa yang mulai dirasakan oleh berbagai negara termasuk Indonesia, perlu digali gagasan-gagasan, kreatifitas dan terobosan-terobosan yang mampu merumuskan kebijakan-kebijakan yang sifatnya kontekstual, cepat dan signifikan yang berdampak pada ketahanan dan peningkatan kinerja sektor industri dalam memacu pertumbuhan ekonomi nasional. 3

3. Permasalahan yang dihadapi sektor industri dalam krisis tersebut terutama adalah melemahnya pasar ekspor, ketergantungan pasar dalam negeri, serta kecenderungan penurunan rencana perluasan investasi. Untu itu, diperlukan langkah-langkah pengamanan sektor industri berupa: (a) penguatan ekspor produk industri di antaranya melalui kebijakan fiskal maupun non-fiskal; (b) pengamanan pasar dalam negeri dan peningkatan penggunaan produk dalam negeri; (c) pengamanan cabang-cabang industri tertentu yang rentan terhadap gejolak penurunan pasar ekspor dan persaingan tidak sehat akibat masuknya barang-barang ilegal. 4

4. Dalam rangka percepatan pertumbuhan ekonomi sebesar 6,4-7,5% per tahun selama periode 2011-2014 sebagaimana ditargetkan dalam MP3EI, serta penajaman atas Kebijakan Industri Nasional (KIN), Kementerian Perindustrian telah menyusun Akselerasi Industrialisasi 2012-2014 yang mencakup: target pertumbuhan industri, fokus pengembangan pada 3 (tiga) kelompok industri prioritas, serta langkah-langkah inisiatif stratejik yang harus diwujudkan sampai tahun 2014. Ketiga kelompok industri prioritas tersebut yaitu: (a) Kelompok Industri Berbasis Hasil Tambang; (b) Kelompok Industri Berbasis Hasil Pertanian; dan (c) Kelompok Industri Berbasis Sumber Daya Manusia dan Pasar Domestik. 5

5. Guna mewujudkan akselerasi industrialisasi tersebut, target pertumbuhan industri pengolahan non-migas pada tahun 2012, 2013, dan 2014 sebagaimana tercantum di dalam Rencana Strategis Kementerian Perindustrian 2010-2014 berturut-turut sebesar 6,75%, 7,47%, dan 8,95% dinaikkan menjadi 7,05%, 8,02%, dan 9,00%. 6

6. Kementerian Perindustrian telah mulai mensinergikan program prioritas tahun 2012 dengan langkah-langkah stratejik Akselerasi Industrialisasi 2012-2014. Program Prioritas Nasional Kementerian Perindustrian yang tercantum dalam RKP 2012 antara lain: 1) Revitalisasi Industri Pupuk; 2) Pengembangan Klaster Industri Berbasis Migas; 3) Pengembangan Klaster Industri Hilir Kelapa Sawit; 4) Revitalisasi Industri Gula; dan 5) Fasilitasi Pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus. Dalam rencana kerja Kementerian Perindustrian tahun 2013, setiap unit diharapkan dapat mempertajam kegiatan-kegiatan prioritas untuk mendukung pengembangan ketiga kelompok industri prioritas dalam Akselerasi Industrialisasi 2012-2014. 7

7. Kinerja pertumbuhan subsektor industri di bidang agro hingga tahun 2011 cukup memuaskan dan memberikan kontribusi terbesar terhadap PDB sektor industri non-migas. Dalam rangka mengembangkan Industri Berbasis Hasil Pertanian, Program Revitalisasi dan Penumbuhan Industri Agro perlu diarahkan untuk mendorong hilirisasi industri pada komoditi unggulan tertentu seperti kelapa sawit, kakao, dan karet. Untuk itu, Pemerintah melakukan pengamanan pasokan bahan baku industri dalam negeri melalui pelarangan ekspor atau pemberlakuan bea keluar atas bahan mentah. 8

8. Untuk mengembangkan industri berbasis hasil tambang, perlu disiapkan kebijakan khusus pembatasan ekspor bahan baku produk logam mengingat implementasi UU No. 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara baru akan efektif pada tahun 2014 yang membuat para pengusaha melakukan ekspor bahan baku secara berlebihan. 9

9. Dalam rangka mengembangkan Industri Berbasis Sumber Daya Manusia dan Pasar Domestik, Direktorat Jenderal Basis Industri Manufaktur melaksanakan Program Revitalisasi Industri Tekstil & Produk Teksil, Alas Kaki dan Penyamakan Kulit. Di samping itu, Direktorat Jenderal Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi melaksanakan program pengembangan industri galangan kapal, elektronika & telematika, serta komponen & aksesoris kendaraan bermotor. 10

10. Sesuai arahan Presiden RI mengenai program pro-rakyat untuk mengurangi kemiskinan melalui mekanisme ekonomi, fasilitasi dan bantuan pemerintah, Kementerian Perindustrian diminta untuk mendukung Program Percepatan Pembangunan Papua dan Papua Barat (P4B), Program Percepatan Pembangunan NTT, dan ditetapkan sebagai leading sector untuk melaksanakan program Pengembangan Kendaraan Angkutan Umum Murah Pedesaan, dan Program Low Cost and Green Car (LCGC) dan mendukung program listrik murah dan hemat energi dimana leading sector-nya adalah Kementerian ESDM. 11

11. Untuk mewujudkan penyebaran dan pemerataan industri ke luar Pulau Jawa serta memperkokoh perekonomian masyarakat, perlu dukungan dan komitmen dari semua pihak dalam membina dan mengembangkan IKM agar dapat tumbuh mandiri, berkembang, dan memiliki daya saing global. Kegiatan pembinaan IKM diharapkan dapat menghasilkan wirausaha IKM yang tangguh dan produk yang berkualitas yang akan mengisi mata rantai pertumbuhan industri nasional. 12

12. Ujung tombak pelaksanaan pembangunan industri-prioritas tersebut adalah masing-masing direktorat jenderal yang didukung oleh BPKIMI dalam merumuskan standarisasi, merumuskan kebijakan yang terkait dengan iklim industri, fasilitasi pengembangan teknologi, pengujian dan akreditasi melalui balai besar dan balai riset di lingkungan BPKIMI. Sementara itu Ditjen Pengembangan Perwilayahan Industri memfasilitasi, mengkoordinasikan dan mensinergikan pengembangan industri sesuai dengan potensi daerah. Ditjen Kerjasama Industri Internasional akan memfasilitasi promosi investasi dan kerjasama pengembangan industri melalui peningkatan akses pasar serta akses terhadap sumberdaya industri termasuk teknologi di samping mengamankan, mempertahankan dan menyelamatkan sektor industri dari dampak negatif perjanjian perdagangan bebas (FTA) antar negara atau perjanjian lainnya. 13

13. Dalam rangka pengamanan industri dalam negeri terhadap masuknya produk-produk impor yang berkualitas rendah dan murah, Pemerintah memberlakukan SNI wajib dan membangun kemampuan early warning system agar produkproduk yang akan mengalami penurunan karena adanya perdagangan yang tidak fair dapat segera difasilitasi. Selain itu, perlu dibentuk tim asistensi & monitoring lintas instansi untuk mengoptimalkan hasil early warning system untuk diproses/dikomunikasikan dengan dunia usaha ke tingkat tuduhan antidumping, safeguard/countervailing duty. 14

14. Untuk meningkatkan hasil litbang yang berkualitas dan dapat diterapkan di industri, dibutuhkan dukungan anggaran yang memadai, yang sebagian besar ditopang oleh anggaran yang bersumber dari Rupiah Murni. Diharapkan agar dalam pengalokasian pagu Kementerian kepada tiap unit Eselon I dapat dibagi secara proporsional sesuai tupoksinya tanpa memperhitungkan terlebih dahulu anggaran yang bersumber dari Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP) dalam pengalokasian tersebut. 15

15. Inspektorat Jenderal akan membantu mewujudkan pelaksanaan anggaran yang tepat sasaran dan akuntabel melalui pengawasan yang bersifat counseling partner and quality assurance yakni mengutamakan pengawasan preventif dan pre-emtif dengan fokus pembinaan, advokasi, pendampingan, dan pengendalian pada setiap tahapan kegiatan sehingga dapat membantu manajemen mengatasi permasalahan yang timbul meliputi aspek pengelolaan resiko, kontrol, dan tata proses yang baik. 16

16. Untuk mempertahankan predikat opini WTP yang diperoleh sejak tahun 2008 diperlukan komitmen mulai dari pimpinan puncak sampai dengan pelaksana melalui penerapan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP). SPIP juga merupakan instrumen untuk mengawal Percepatan Pelaksanaan DIPA Tahun Anggaran 2012, agar realisasi penyerapan anggaran dapat lebih optimal namun tetap berdasarkan ketaatan terhadap asasasas pengelolaan keuangan negara. 17

17. Selain melalui sistem pengendalian internal tersebut, Kementerian Perindustrian juga diharapkan melakukan upaya pencegahan tindak pidana korupsi melalui peningkatan akuntabilitas pengelolaan keuangan, dengan cara penyampaian laporan pertanggungjawaban keuangan pemerintah yang memenuhi prinsip-prinsip tepat waktu dan disusun dengan mengikuti standar akuntansi pemerintah yang telah diterima secara umum. Jakarta, 2 Februari 2012 Wakil Menteri Perindustrian Alex S.W. Retraubun 18