PENGAWASAN GURU DALAM PROSES BELAJAR TERHADAP PERILAKU ANAK DI KELAS (KASUS: SMA NEGERI 2 BAYANG KECAMATAN BAYANG, KABUPATEN PESISIR SELATAN) Melia Fina Sari, Darmairal Rahmad, Mira Yanti Program Studi Pendidikan Sosiologi STKIP PGRI Sumatera Barat Meliafina87@gmail.com ABSTRACT This research started from learning at school which is in the process of studying children still low so that lazy children follow the learning process. The purpose of this study is to describe teacher supervision in the learning process of child behavior in the classroom. The theory used in this research is Behaviorism Theory proposed by B. F Skinner. This theory views human behavior as a result of previous actions. Behaviorism sees learning as a change of behavior. This study used a qualitative approach with the number of informants 12 people. Informants were determined by using purposive sampling technique. The data obtained is further processed by applying the model of Miles and Huberman data analysis techniques. The result of the research shows that teacher supervision in student's learning process toward child behavior in class is 1) giving sanction and reprimand to student, 2) being firm and discipline to child, 3) giving motivation to child with attitude and good example, and 4 ) provide direction to students in learning Keywords : Teachers, supervision, students, behavior PENDAHULUAN Menurut Hamdani (2011:21) pendidikan adalah sebuah sistem yang terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik dapat mengembangkan potensi dirinya secara aktif sehingga memiliki kekuatan spritual keagamaan, emosional, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Pendidik ialah orang yang memikul tanggung jawab untuk mendidik, setiap orang dewasa dalam masyarakat dapat menjadi pendidik, sebab pendidikan merupakan suatu perbuatan sosial, perbuatan fundamental yang menyangkut keutuhan perkembangan pribadi anak
didik menuju pribadi dewasa susila (Hidayanto, 1988:43). Selain itu guru merupakan pendidik yang membantu, membentuk, membina dan mengawasi perilaku anak. Guru sangat berperan dalam menentukan perkembangan anak untuk mewujudkan tujuan hidupnya secara optimal. Keyakinan ini dapat muncul karena munusia adalah makhluk yang lemah, yang dalam perkembangannya senantiasa memerlukan orang lain, sejak lahir, bahkan pada saat meninggal dunia. Semua itu menunjukkan bahwa setiap orang membutuhkan orang lain dalam setiap perkembangannya demikian halnya dengan anak, ketika orang tua mendaftarkan anaknya ke sekolah, pada saat itu juga orang tua menaruh harapan pada guru, agar anaknya dapat berkembang secara optimal (Mulyasa, 2009:37-45). Berdasarkan peneliti pada tanggal 19 April 2017 di lapangan SMA Negeri 2 Bayang, Kecamatan Bayang Kabupaten Pesisir Selatan dengan salah seorang guru di SMA tersebut yang bernama bapak Kasman. Beliau mengatakan bahwa perkembangan pembelajaran di SMA Negeri 2 Bayang memiliki beberapa masalah yang terjadi di sekolah tersebut, diantaranya: masih banyak anak yang malas mengikuti proses pembelajaran di sekolah, beberapa contoh: bolos ketika proses belajar mengajar sedang berlangsung, berbicara dengan teman ketika guru sedang menerangkan pelajaran seperti XI IPS2, kemudian permasalahan lain yang membuat anak malas belajar yaitu: tidak mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru seperti kelas XI IPS3 dan juga pada anak kelas XI IPS4 yang suka bermain handphone dan tidur ketika guru sedang menerangkan pelajaran. Anak tidak hanya belajar di dalam kelas, tetapi anak juga bisa belajar di luar kelas, seperti pada saat olah raga, belajar di ruang pustaka, belajar di ruang guru. Berdasarkan peneliti yang ketiga dengan salah seorang siswa SMA Negeri 2 Bayang pada tanggal 21 April 2017 yang bernama Raju kelas XI IPS2, ia mengungkapkan bahwa pola pengawasan guru di sekolah tidak begitu ketat dan kurang disiplin sehingga apabila ada
pelajaran yang tidak saya sukai maka saya akan malas untuk mengikuti pembelajaran tersebut. Saya akan lebih suka bolos, berbicara dengan teman, ataupun tidur di kelas dari pada mengikuti pelajaran tersebut. Dan apabila guru tersebut memberikan tugas, maka saya lebih suka bermain internet dengan handphone dari pada mengerjakan tugas yang diberikan guru tersebut. Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada siswa kelas XI di SMA N 2 Bayang terdapat bentukbentuk perilaku siswa pada saat pembelajaran seperti: siswa yang suka berbicara ketika guru menerangkan pelajaran, siswa yang suka bolos saat belajar, siswa yang tidak mengerjakan tugas, siswa yang suka tidur ketika guru menerangkan pelajaran, siswa yang bermain handphone saat belajar. Berdasarkan permasalahan yang terjadi, peneliti melakukan wawancara dengan guru sosiologi yang bernama bapak Kasman ia mengungkapkan bahwa pengawasan yang dilakukan guru dalam mengatasi perilaku siswa di atas yaitu: mengawasi dan mengarahkan anak yang suka keluar masuk ketika jam pelajaran berlangsung serta memberikan hukuman seperti: teguran berupa nasehat, membersihkan WC sekolah, dan mengeluarkan dari sekolah terhadap siswa yang tidak mau menaati peraturan sekolah. Berdasarkan persoalan yang dikemukakan di atas, perlu dilakukan suatu pengawasan guru dalam proses belajar terhadap perilaku anak di kelas SMA Negeri 2 Bayang, Kecamatan Bayang Kabupaten Pesisir Selatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengawasan guru terhadap minat belajar anak di SMA Negeri 2 Bayang, Kecamatan Bayang Kabupaten Pesisir Selatan. METODE PENELITIAN Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif adalah penelitian yang menggunakan latar alamiah, dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai metode yang ada. Penelitian kualitatif didasarkan
pada upaya membangun pandangan mereka yang diteliti yang rinci, dibentuk dengan kata-kata, gambaran holistik dan rumit. Penelitian kualitatif juga dimaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi dan tindakan (Moleong 2012:5-6). Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah bersifat deskriptif, data yang dikumpulkan lebih banyak berupa kata-kata atau gambar dari pada angka-angka (Moleong, 2012:11). Dimana penelitian ini adalah pertama untuk mengetahui bagaimana pengawasan orang tua dan guru dalam proses belajar anak di SMA Negeri 2 Bayang. Kedua, untuk mengetahui dampak pola pengawasan orang tua dan guru terhadap perilaku anak di SMA Negeri 2 Bayang dalam belajar. Proses yang dilakukan peneliti dalam melakukan observasi pada tanggal 19 April 2017, menunjukkan bahwa perilaku siswa SMA Negeri 2 Bayang tidak sesuai dengan proses pembelajaran yang baik di sekolah, peneliti melihat atau mengamati perilaku siswa dalam proses pelaksanan pembelajaran di SMA Negeri 2 Bayang, Kecamatan Bayang Kabupaten Pesisir Selatan. Kemudian peneliti melakukan observasi selanjutnya pada tanggal 12 September 2017. Sewaktu peneliti datang ke sekolah tersebut, penulis mengamati beberapa kelas di sekolah tersebut diantaranya kelas XI IPS1, IPS2, IPS3. Pada kelas XI IPS1 peneliti melihat ada anak yang berdiri di depan kelas karena tidak membuat tugas yang diberikan guru (lampiran 3 halaman 112) gambar 5). Kemudian pada kelas XI IPS2 ada anak yang tidak diperbolehkan masuk karena terlambat masuk kelas (lampiran 3 halaman 112 gambar 6). Seterusnya pada kelas XI IPS3 peneliti melihat ada anak yang dihukum oleh gurunya membersihkan WC sekolah karena tidak mengerjakan PR (lampiran 3 halaman 113 gambar 7). Informan penelitian adalah orang yang memberikan informasi baik tentang dirinya atau orang lain atau suatu kejadian kepada peneliti. Mereka tidak dipahami sebagai objek, sebagai orang yang
memberikan respon terhadap suatu (hal-hal yang berada diluar diri mereka), melainkan sebagai subjek. Oleh sebab itu dalam penelitian kualitatif orang yang diwawancarai juga disebut sebagai subjek penelitian (Afrizal, 2014:139). Pengambilan informan dalam penelitian ini dilakukan secara purposive sampling. purposive sampling adalah salah satu strategi menentukan informan yang paling umum di dalam penelitian kualitatif, yaitu menentukan kelompok peserta yang menjadi informan sesuai dengan kriteria terpilih yang relevan dengan masalah penelitian tertentu (Bungin, 2011:107). Unit analisis adalah satuan yang akan dijadikan populasi penelitian atau yang akan dianalisis. Misalnya siswa, sekolah, guru atau karyawan. Tergantung kepada siapa data tersebut akan diambil. Semakin banyak atau semakin besar unit analisis, maka akan semakin banyak pula subjek yang harus dijadikan sampel dalam penelitian (Idrus, 2009:95). Unit analisis dalam penelitian adalah individu sebagai bagian dari suatu kelompok siswa di SMA Negeri 2 Bayang Kecamatan Bayang Kabupaten Pesisir Selatan. Analisis data adalah proses analisis yang mendasarkan pada adanya hubungan semantis antar variabel yang sedang diteliti. Tujuannya ialah agar peneliti mendapatkan makna hubungan variabel-variabel sehingga dapat digunakan untuk menjawab masalah yang dirumuskan dalam penelitian. Hubungan antar semantis sangat penting karena dalam analisis kualitatif, penelitian tidak menggunakan angka-angka seperti pada analisis kuantitatif. Analisis pada penelitian ini menggunakan model interaktif dan Miles dan Huberman melalui empat tahap, yaitu: pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan (Sotopo dan Arief, 2010:8). HASIL DAN PEMBAHASAN Pengawasan Guru Dalam Proses Belajar Terhadap Perilaku Anak di Kelas: 1. Memberikan Sanksi dan Teguran Kepada Anak
Seorang guru harus bisa membimbing anak dengan baik. Adapun bentuk bimbingan tersebut diantaranya: memberikan teguran atau nasehat apabila anak bermasalah, seperti: memberi arahanarahan yang baik kepada anak. Selain itu seorang guru juga harus bisa mendidik anak dalam belajar, apabila anak sering membuat masalah di kelas seperti: tidak mengerjakan tugas, sering terlambat masuk kedalam kelas dan suka bolos sekolah, maka guru harus melakukan berbagai upaya untuk mengantisipasi hal tersebut, diantaranya: memberikan sangsi dan hukuman kepada anak yang bermasalah tersebut. Adapun bentuk hukumannya yaitu: berdiri di depan kelas, membersihkan WC sekolah, dll. 2. Bersikap Tegas dan Disiplin Kepada Anak Sikap tegas dan disiplin sangat diperlukan dalam proses pembelajaran di kelas. Jika seorang guru menegakkan sikap tegas dan disiplin di sekolah maka tidak akan ada anak yang terlambat ke sekolah, suka keluar masuk saat pelajaran sedang berlangsung dan meribut di kelas. Namun jika sikap tegas dan disiplin terhadap anak kurang, maka akan muncul berbagai permasalahan yang dapat menghambat proses pembelajaran, seperti: akan ada yang terlambat masuk kelas, meribut di kelas, dan keluar masuk saat proses belajar sedang berlangsung. 3. Memberikan Motivasi Kepada Anak dengan Sikap dan Contoh Yang Baik Bentuk pengawasan lain dari seorang guru adalah memotivasi anak dengan memberikan contoh yang baik. Seorang guru harus bisa bersikap baik dan memberikan contoh yang baik terhadap anak, karena apapun yang dilakukan oleh seorang guru di sekolah, maka anak akan termotivasi dan meniru dengan apa yang dilakukan oleh gurunya tersebut. Jika seorang guru bersikap baik, seperti: suka sholat berjama ah di mushala dekat sekolah, suka berbicara lembut dan sopan dengan anak, maka anak akan meniru gurunya untuk pergi sholat berjama ah di Mesjid dan akan berbicara sopan dengan siapapun.
4. Memberi Arahan Kepada Anak Dalam Belajar Seorang guru juga harus bisa memberikan arahan terhadap anak dalam belajar seperti: memberikan nasehat yang baik kepada anak dan mengarahkan anak jika telah lulus sekolah nanti agar bisa melanjutkan keperguruan tinggi dan mengambil jurusan sesuai dengan kelebihan yang dimiliki anak masing-masing, supaya menjadi anak yang sukses dalam menjalani kehidupan. Dengan arahan yang diberikan guru tersebut, maka anak akan bersemangat untuk mengikuti pembelajaran. Berdasarkan hasil temuan di lapangan tentang Pengawasan Guru Dalam Proses Belajar Terhadap Perilaku Anak di Kelas (Kasus: SMA Negeri 2 Bayang Kecamatan Bayang, Kabupaten Pesisir Selatan). Memperlihatkan bentuk pengawasan yang dilakukan orang tua terhadap proses belajar anak di rumah agar menjadi lebih baik. Hal tersebut terlihat dari beberapa bentuk pengawasan yang dilakukan guru dalam proses belajar terhadap perilaku anak di kelas. Adapun bentuk pengawasan guru terhadap proses belajar anak di sekolah. Pertama, pembimbing dan mendidik anak di sekolah. Bimbingan dan didikan yang diberikan kepada anak yaitu memberikan sangsi dan hukuman kepada anak yang bermasalah seperti berdiri di depan kelas, membersihkan WC sekolah, dll. Dengan adanya bentuk hukuman yang demikian, maka anak akan merasa takut dan malu jika mereka mendapat hukuman tersebut, dengan demikian maka proses belajar anak di sekolah akan berjalan dengan baik dan lancar. Jika dikaitkan dengan teorinya adalah menggunakan teori behaviorisme yang menjelaskan perubahan tingkah laku yang terjadi berdasarkan S-R (Stimulus-Respon), yaitu suatu proses yang memberikan respon tertentu terhadap sesuatu yang datang dari luar. Dengan adanya bimbingan dan didikan yang baik dari guru terhadap proses pembelajaran anak di sekolah maka segala perilaku yang tidak baik yang dilakukan anak dalam proses belajarnya akan hilang dan anak akan
lebih baik lagi dalam mengikui proses pembelajarannya. Kedua, disiplin saat belajar. Disiplin sangat diperlukan dalam proses pembelajaran Seperti: tidak terlambat masuk ke kelas, tidak keluar masuk saat pelajaran sedang berlangsung dan tidak meribut di kelas, tidak meribut di kelas. Maka dengan demikian perlu pengawasan dari seorang guru untuk bisa menegakkan sikap disiplin terhadap anak di dalam belajar, supaya proses pembelajaran di sekolah berjalan dengan baik. Jika dikaitkan dengan teorinya adalah menggunakan teori behaviorisme yang menggunakan efek penghargaan dan hukuman. Apabila anak berprestasi dalam belajar di sekolah maka guru ataupun sekolah harus bisa memberikan penghargaan kepada anak tersebut. Namun sebaliknya jika dalam proses pembelajaran anak di sekolah tidak baik atau banyak masalah maka guru harus bisa mendidiknya dengan cara memberikan teguran dan hukuman agar permasalahan tersebut tidak diulangi anak. Ketiga, memberikan keteladanan. Bentuk pengawasan lain dari seorang guru adalah sebagai figur teladan. suka sholat berjama ah di mushala dekat sekolah, suka berbicara lembut dan sopan dengan anak, maka anak akan meniru gurunya untuk pergi sholat berjama ah di masjid dan akan berbicara sopan dengan siapapun. Jika dikaitkan dengan teorinya adalah menggunakan teori behaviorisme yang menjelaskan tingkah laku yang telah mereka dapatkan di sekitar lingkungan mereka berada, sehingga ketika individu melakukan suatu tindakan maka tindakan yang telah dilakukan tersebut berasal dari proses belajar yang telah diterimanya. Segala sesuatu tindakan yang dilakukan oleh guru di sekolah akan ditiru oleh anak. Jika sikap dan tingkah laku guru di sekolah baik maka sikap dan tingkah laku anak akan juga baik namun jika sikap guru di sekola tidak baik, suka berkata kasar maka sikap dan tingkah laku anak tidak akan baik. Keempat, memotivasi dan mengarahkan anak dalam belajar.
Seorang guru juga harus bisa memberikan motivasi dan arahan terhadap anak dalam belajar, seperti: memberikan nasehat yang baik kepada anak dan mengarahkan anak jika telah lulus sekolah nanti agar bisa melanjutkan keperguruan tinggi dan memgambil jurusan sesuai dengan kelebihan yang dimiliki anak masing-masing, supaya menjadi anak yang sukses dalam menjalani kehidupan. Dengan arahan dan motivasi yang diberika guru tersebut, maka anak akan bersemangat untuk mengikuti pembelajaran. Jika dikaitkan dengan teorinya adalah menggunakan teori behaviorisme yang menjelaskan suatu proses perilaku operant (penguatan positif dan negatif) yang dapat mengakibatkan perilaku tersebut dapat berulang atau menghilang sesuai keinginan. Dengan arahan yang diberikan oleh guru di sekolah akan dapat memotivasi anak untuk lebih giat lagi dalam belajar. Arahan dan nasehat yang diberikan guru di sekolah akan dapat mengubah perilaku anak dari hal yang kurang baik menjadi lebih baik dalam mengikuti proses pembelajaran. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa guru merupakan faktor eksternal yang berdampak positif yang dapat mempengaruhi perkembangan peserta didik. KESIMPULAN Pengawasan guru terhadap proses belajar anak berdampak terhadap perilaku anak di kelas. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: pengawasan guru terhadap proses belajar anak di sekolah dalam bentuk, memberikan sanksi dan teguran kepada anak, bersikap tegas dan disiplin kepada anak, memberikan motivasi kepada anak dengan sikap dan contoh yang baik, memberi arahan kepada anak dalam belajar. DAFTAR PUSTAKA Bungin, Burhan. 2011. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Prenada Media Group. Hamdani. 2011. Dasar-dasar Kependidikan. Bandung: Pustaka Setia. Hidayanto, Dwi Nugroho. 1988. Mengenal Manusia dan
Pendidikan. Liberty. Yogyakarta: Idrus, Muhammad. 2009. Metode Penelitian Ilmu Sosial Pendekatan Kualitatif. Yogyakarta: PT Gelora Aksara Pratama. Moleong, Lexy J. 2012. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosda karya. Mulyasa. 2009. Manajemen Pendidikan Karakter. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Sutopo Aristo Hadi dan Adrianus Arif. 2010. Terampil Mengolah Data Kualitatif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.