FAKTOR PENYEBAB GURU STRES PADA CARA BELAJAR ANAK TUNAGRAHITA DI SLB KECAMATANSUNGAI AUR KABUPATEN PASAMAN BARAT. Oleh: Miswanti *

Transkripsi

1 FAKTOR PENYEBAB GURU STRES PADA CARA BELAJAR ANAK TUNAGRAHITA DI SLB KECAMATANSUNGAI AUR KABUPATEN PASAMAN BARAT Oleh: Miswanti * Marwisni Hasan ** Ahmad Zaini ** * Mahasiswa Bimbingan dan Konseling STKIP PGRI Sumatera Barat * * Dosen Pembimbing ABSTRACT This research has background with there is students that have latest mentality, the teacher felt stress who has changed rare. The students seldom made strange behavior such as: fall asleep, saliva hatch, playing while studied. Problem in this research is effect factor teacher stress to the way studied tunagrahita students. Informan in this research is the teacher that teaching tunagrahita students in SLB have two peoples, research date collected through interview, observation and documentation. The result of this research exsplained that (1) effect factor teacher stress to the way tunagrahita students studied seen from fisiologis condition that come from teacher physic that teaching is healthy when teaching still less, in teaching the teacher less spirit saw condition the students that have less spirit in learning process, the teacher often lazy to study or did not spirit. (2) effect factor the teacher stress to the way studied tunagrahita students seen from fisiologis condition the teacher often felt nervous when teaching because the students often went out from class at the moment. Basen on this research recomended to the to the teacher that teaching in order be fatient in guide students who have latest in guide students who have latest mentality, in order the teacher better made relationship with. Keyword: Teacher, StressandTunagrahita study PENDAHULUAN Pendidikan luar biasa untuk anak-anak berkebutuhan khusus membutuhkan suatu pola layanan tersendiri, baik dalam pembelajaran maupun dalam bimbingan prilaku. Layanan khusus disebabkan adanya karakteristik-karakteristik tersendiri pada setiap anak yang berbeda satu dengan yang lain. Dalam pendidikan yang menangani peserta didik yang mempunyai

2 hambatan perkembangan fungsional, seperti terjadi pada anak tunagrahita yang berkesulitan belajar, pada umumnya memerlukan perhatian yang khusus pada perkembangan gerak/sensorimotor, kognitif, kemampuan bahasa, keterampilam mengurus diri sendiri, konsep diri, keterampilan berinteraksi sosial dan kreativitas. Perkembangan tersebut merupakan acuan yang diperoleh dari batasan atau definisi tentang anak bersangkutan, berkaitan dengan perkembangan kognitif dan sosialnya. Menurut bahan ajar pendidikan luar biasa anak berkebutuhan khusus adalah anak yang dalam proses pertumbuhan atau perkembangannya secara signifikan (bermakna) mengalami kelainan atau penyimpangan psikis mental, intelektual, sosial emosional dibandingkan anak-anak lain. Menurut Mohammad Efendi (2006:88) anak tunagrahita merupakan anak yang berkelainan mental atau keterbelakangan mental yang memiliki kecerdasan mental di bawah normal. Jadi anak tunagrahita merupakan anak yang memiliki keterbelakangan mental di bawah rata-rata anak normal lainnya yang memiliki hambatan perkembangan dalam diri anak baik dalam proses belajar dan proses sosialnya dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Walter Mcquade (1987:99) stres umumnya timbul karena pikirandan tubuh bersamasama membuat kesalahan yang sama, yang disebabkan oleh aksi dan reaksi fisiologis yang mengacaukan hubungan antara makhluk, sel-sel, jaringan, organ dan sistem dalam tubuh, jika suatu penyesuaian terjadi hal ini menuntut suatu penyesuaian yang lain lagi yang menuntut satu penyesuaian lagi dan seterusnya. Sejalan dengan pendapat di atas menurut Aep Saefullah (2010:6) stres merupakan hasil dari naluri diri untuk membela diri. Yang mana stres ini timbul dari gejala gangguan kesehatan jiwa yang sangat unik merupakan bagian persoalan yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia, karena pada dasarnya setiap orang dari berbagai lapisan masyarakat memiliki potensi

3 yang sama untuk dapat mengalami stres. Berdasarkan wawancara yang peneliti lakukan dengan guru di Sekolah Luar Biasa Kecamatan Sungai Aur Kabupaten Pasaman Barat pada tanggal 29 Maret 2013 terungkap bahwa guru merasa stres dan cemas akan kegagalan peserta didik dalam belajar khususnya anak tunagrahita terhadap hasil belajar yang jarang mengalami peningkatan,misalnya jika peserta didik diberi tugas oleh guru untuk mengajak dan mengucapkan katakata dengan benar dan peserta didik yang bersangkutan dapat melakukannya, maka kita beranggapan proses belajar sedang terjadi. Tapi jika peserta didik dalam menyelesaikantugas pekerjaan di sekolah dilakukan dengan cara tidak benar atau peserta didik tidak menyelesaikan tugasnya maka guru beranggapan tidak terjadi proses belajar dan itulah yang sering terjadi pada cara belajar anak tunagrahita yang menjadi penyebab bagi guru yang mengajar menjadi marahmarah, keadaan tubuh tidak stabil, denyut jantung meningkat dan berujung pada stres. Adapun fokus penelitian ini adalah:faktor penyebab guru stres pada cara belajar anak tunagrahita di Sekolah Luar Biasa dilihat dari aspek fisiologis danfaktor penyebab guru stres padacara belajar anak tunagrahita di Sekolah Luar Biasa dilihat dari aspek psikologisnya. Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah, untuk mendeskripsikan: faktorpenyebab guru stres pada cara belajar anak tunagrahita di Sekolah Luar Biasa dilihat dari kondisi fisiologis dan faktorpenyebab guru stres pada cara belajar anak tunagrahita di Sekolah Luar Biasa dilihat dari kondisipsikologisnya. METODOLOGI PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang bersifat studi kasus (case studies) yaitu berusaha secara utuh, mendalam dan intensif mengungkap faktor penyebab guru menjadi stres. Menurut Moleong (2010:6) penelitian kualitatif adalahpenelitian yang dimaksud untuk memahami

4 fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya prilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain. Secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiahdan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah. Adapun yang dimaksud informan dalam penelitian ini menurut Burhan Bungin ( 2011:76) adalah subjek yang memahami informasi objek penelitian sebagai pelaku maupun orang lain yang memahami objek penelitian. Menurut Burhan Bungin (2011:107) tiga cara atau prosedur yang dapat dilakukan dalam penelitian kualitatif adalah: 1. Prosedur purposive Adalah salah satu strategi menentukan informan yang paling umum didalam penelitian kualitatif, yaitu menentukan kelompok peserta yang menjadikan informan sesuai dengan kriteria terpilih yang relevan dengan masalah penelitian tertentu. 2. Prosedur kuota Dalam prosedur kuota peneliti memutuskan saat merancang penelitian, berapa banyak orang dengan karakteristik yang diinginkan untuk dimasukkan kedalam informan. Karakteristik mungkin termasuk usia, tempat tinggal, jenis kelamin, kelas, profesi, status perkawinan, penggunaan metode kontrasepsi tertentu dan status HIV. 3. Prosedur snowball Prosedur bola salju (snowball) juga dikenal sebagai prosedur rantai rujukan atau juga prosedur networking atau sering dianggap pula jenis prosedur purposif, namun sesungguhnya berbeda. Jadi dalam penelitian ini pihak yang dijadikan sebagai informan kunci adalah guru yang mengajar anak tunagrahita di Sekolah Luar Biasa Kecamatan Sungai Aur Kabupaten Pasaman Barat tahun ajaran 2012/2013 yang berjumlah 2 orang yang didasari oleh anak yang lamban belajar di kelas yang membuat guru stres terhadap

5 hasil belajar yang jarang mengalami perubahan. HASIL DAN PEMBAHASAN Dari hasil wawancara dengan subjek I pada tanggal 5 September 2013 dapat diketahui keadaan guru yang mengajar baik dan sehat, dalam mengajar guru merasa lelah dalam menghadapi peserta didik setiap hari yang sering menimbulkan prilaku di luar dugaan guru pada saat tertentu di sekolah dalam mengajar, guru memberikan materi pelajaran pada peserta didik sesuai yang dibutuhkan peserta didik dalam belajar, dalam belajar peserta didik sering menampilkan prilaku aneh seperti: berkelahi, tidur dalam kelas, makan, bermain, dan air liurnya keluar. Berdasarkan hasil wawancara dengan subjek II pada tanggal 4 September 2013 dapat diketahui kondisi guru yang mengajar merasa semangat, dalam mengajar guru kadang merasa senang karena jadi bahan tertawaan melihat anak yang sering menampilkan prilaku aneh dalam belajar, peserta didik sering melawan pada guru dalam belajar, peserta didik tidak menghormati guru, dalam belajar peserta didik susah untuk diatur guru sering berteriak-teriak sambil membujuk anak untuk belajar walaupun guru lemah lembut dalam mengajar tapi peserta didik tetap tidak ingin belajar dan lebih memilih bermain dan menampilkan prilaku aneh dalam belajar. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian maka dapat dikemukakan kesimpulan sebagai berikut: 1. Faktor penyebab guru stres pada cara belajar anak tunagrahita dilihat dari kondisi fisiologis yang berasal dari fisik guru yang mengajar adalah kesehatan waktu mengajar kurang, dalam mengajar guru kurang bersemangat melihat kondisi peserta didik yang kurang bersemangat dalam belajar, guru sering malas mengajar atau tidak bersemangat. 2. Faktor penyebab guru stres pada cara belajar anak tunagrahita dilihat dari kondisi psikologis guru yang mengajar adalah sering merasa tidak tenang dalam mengajar karena peserta didik

6 waktu belajar sering keluar masuk kelas, hubungan peserta didik dengan temannya kurang baik, peserta didik sering keluar masuk lingkungan sekolah, guru merasa cemas anak hilang atau tidak ditemukan, sehingga perasaan guru tidak tenang, merasa takut tidak bisa membimbing anak dengan baik. SARAN Berdasarkan kesimpulan di atas, maka penelitian ini menyarankan kepada berbagai pihak yang terkait sebagai berikut: 1. Kepada Guru yang Mengajar Guru hendaknya lebih memiliki rasa sabar yang lebih dalam untuk mengajari peserta didik yang memiliki keterbelakangan mental dengan strategi yang lebih baik supaya peserta didik tidak bosan dan tidak sering melawan pada guru waktu belajar. 2. Kepala Sekolah Diharapkan dapat mendukung pelaksanaan pembelajaran yang telah disusun oleh guru yang mengajar, agar proses belajar mengajar dapat berjalan dengan baik sesuai dengan kebutuhan peserta didik yang memiliki keterbelakangan mental yang berbeda dengan anak normal lainnya. 3. Peneliti Selanjutnya Untuk peneliti selanjutnya diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan mengenai faktor penyebab guru stres pada cara belajar anak tunagrahita untuk meneliti tentang foktor-faktor yang lebih luas dan mendalam pada tingkat pendidikan lainnya. KEPUSTAKAAN Bungin, Burhan Data Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rajawali Press Efendi, Mohammad, Psikopedagogik Anak Berkelainan. Jakarta: PT Bumi Aksara Moleong, J Lexy Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Saefullah, Aep Cara Mengatasi Stresdan Patah Hati. Bandung: PustakaRinekaCipta

7 Walter McQUADE, Aikman Stres Mempengaruhi Kesehatan. Jakarta: Erlangga