BAB III TINJAUAN KASUS

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III TINJAUAN KASUS

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN JIWA. PADA Sdr.W DENGAN HARGA DIRI RENDAH. DI RUANG X ( KRESNO ) RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. 1. Inisial : Sdr.

BAB III TINJAUAN KASUS. Sakit Jiwa Daerah Dr.Aminogondhohutomo semarang, dengan. Skizofrenia berkelanjutan. Klien bernama Nn.S, Umur 25 tahun, jenis

RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN SENSORI PERSEPSI: HALUSINASI

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB III TINJAUAN KASUS. Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr.Aminogondhohutomo Semarang, dengan

BAB III TINJAUAN KASUS. dr. Aminogondhohutomo, data diperoleh dari hasil wawancara dengan klien

BAB III RESUME KEPERAWATAN. Pengkajian dilaksanakan pada tanggal 3 Desember Paranoid, No Register

BAB II TINJAUAN TEORI PERILAKU KEKERASAN. tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri,

BAB III TINJAUAN KASUS. 1. Pengkajian dilakukan pada tanggal di Ruang ketergantungan

BAB II TINJAUAN TEORI. Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr. D DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI DI RUANG MAESPATI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

BAB II KONSEP DASAR. orang lain maupun lingkungan (Townsend, 1998). orang lain, dan lingkungan (Stuart dan Sundeen, 1998).

BAB III TINJAUAN KASUS. Pengkajian dilakukan pada tanggal Desenber Nama Sdr. S, umur 15 tahun, agama islam, pendidikan SLTP, No CM ,


BAB III TINJAUAN KASUS

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB III TINJAUAN KASUS. Pengkajian dilakukan pada tanggal di ruang VII (Hudowo) RSJ

BAB III TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI. dengan orang lain (Keliat, 2011).Adapun kerusakan interaksi sosial

BAB III. ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA Sdr. D DENGAN HARGA DIRI RENDAH. DI RUANG KRESNA ( X ) RSJD dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG

BAB IV PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dirasakan sebagai ancaman (Nurjannah dkk, 2004). keadaan emosional kita yang dapat diproyeksikan ke lingkungan, kedalam

A. Pengertian Defisit Perawatan Diri B. Klasifikasi Defisit Perawatan Diri C. Etiologi Defisit Perawatan Diri

FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DI RUMAH SAKIT. Tanggal Masuk RS : 09 Desember 2014

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB III TINJAUAN KASUS. laki - laki, pendidikan pasien STM, dan tidak bekerja, pasien tinggal di

BAB II TINJAUAN TEORI. (DepKes, 2000 dalam Direja, 2011). Adapun kerusakan interaksi sosial

PROPOSAL KUNJUNGAN RUMAH (HOME VISITE)

LAPORAN PENDAHULUAN RESIKO PERILAKU KEKERASAN

PROPOSAL KUNJUNGAN RUMAH (HOME VISIT) PADA KELUARGA NY. A DENGAN RISIKO PERILAKU KEKERASAN HARGA DIRI RENDAH DAN WAHAM CURIGA

PROPOSAL KUNJUNGAN RUMAH ( HOME VISIT) TENTANG GANGGUAN SENSORI PERSEPSI HALUSINASI PENDENGARAN DENGAN KELUARGA Ny.

LAPORAN PENDAHULUAN. 1. Masalah Utama Perilaku Kekerasan

BAB III TINJAUAN KASUS. paranoid. Klien bernama Tn.ES, umur 33 th, laki-laki, pendidikan terakrih

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA DI UNIT RAWAT INAP RS JIWA

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN SP DENGAN HALUSINASI

BAB III TINJAUAN KASUS

Koping individu tidak efektif

FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA

BAB III TINJAUAN KASUS

KMSJ Kartu Menuju Sehat Jiwa

FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA

PENATALAKSANAAN PASIEN GANGGUAN JIWA DENGAN PERILAKU KEKERASAN DI RUANG CITRO ANGGODO RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. Oleh

LAPORAN PENDAHULUAN (LP) ISOLASI SOSIAL

III. RIWAYAT KESEHATANSEKARANG A.

BAB II TINJAUAN TEORI. sebenarnya tidak ada stimulus dari manapun, baik stimulus suara, bayangan, bau-bauan,

STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. J DENGAN PERILAKU KEKERASAN DI RUANG PRINGGODANI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

BAB III TINJAUAN KASUS. Klien masuk RSJD Dr. Aminogondoutomo pada tanggal 14 Januari 2009.

BAB II KONSEP DASAR PERILAKU KEKERASAN. Marah merupakan perasaan jengkel yang timbul sebagai respon

BAB II KONSEP DASAR. perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana individu melakukan atau. (1998); Carpenito, (2000); Kaplan dan Sadock, (1998)).

BAB II TINJAUAN TEORI. Kemarahan adalah perasaan jengkel yang timbul sebagai respon terhadap

TINJAUAN TEORI BAB II. A. Pengertian. Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan

BAB II TUNJAUAN TEORI. orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain (Rawlins, 1993)

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH

BAB III TINJAUAN KASUS. Pengkajian dilakukan pada tanggal di ruang VI (Gatot Kaca) RSJ Amino

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA TN. S DENGAN GANGGUAN MENARIK DIRI DI RUANG ABIMANYU RSJD SURAKARTA

BAB III TINJAUAN KASUS. : Jawa, Indonesia. : 10 Januari 2011 pukul WIB. Semarang

NURSING CARE PLAN (NCP)

BAB III TINJAUAN KASUS. Pengkajian dilakukan pada tanggl 6 Januari 2008, di ruang IV

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan yang menjadi pintu layanan terdepan dalam. hubungan dengan masyarakat adalah di rumah sakit.

BAB II TINJAUAN TEORI. pengecapan maupun perabaan (Yosep, 2011). Menurut Stuart (2007)

BAB II KONSEP DASAR. tanda-tanda positif penyakit tersebut, misalnya waham, halusinasi, dan

STUDI KASUS ASUHANKEPERAWATAN PADA Nn. M DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI PENDENGARAN DI RUANG SRIKANDI RSJD SURAKARTA

MODUL STRATEGI PELAKSANAAN PADA PASIEN DENGAN HALUSINASI DENGAR OLEH ANNISETYA ROBERTHA M. BATE

PENATALAKSANAAN PASIEN GANGGUAN JIWA DENGAN GANGGUAN KONSEP DIRI: HARGA DIRI RENDAH DI RUANG GATHOTKOCO RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG.

PEMERINTAH PROPINSI JAWA TENGAH DINAS KESEHATAN. Jl. Piere Tendean No. 24 Telp , fax Semarang, 50131

BAB II TINJAUAN TEORI. kecemasan atau kebutuhan yang tidak terpenuhi yang dirasakan sebagai ancaman.

BAB II KONSEP DASAR. memelihara kesehatan mereka karena kondisi fisik atau keadan emosi klien

BAB II TINJAUAN KONSEP

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk holistik dipengaruhi oleh lingkungan dari dalam

BAB II TINJAUAN TEORI. Amarah merupakan suatu emosi yang menentang dari sifat mudah tersinggung

BAB II KONSEP DASAR. A. Pengertian. Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. S DENGAN GANGGUAN PERILAKU KEKERASAN DI RUANG SHINTA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

PENATALAKSANAAN PASIEN GANGGUAN JIWA DENGAN ISOLASI SOSIAL: MENARIK DIRI DI RUANG ARIMBI RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. Oleh

STRATEGI PELAKSANAAN (SP) TINDAKAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN RESIKO TINGGI KEKERASAN

STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN KEAMANAN DAN KESELAMATAN PADA TN

BAB I PENDAHULUAN. keluarga, kelompok, organisasi atau komunitas. ANA (American nurses

BAB III TINJAUAN KASUS. Pengkajian dilakukan pada tanggal 3 Januari 2008 di Ruang 2 di RSJD Amino Gondo

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Definisi sehat menurut kesehatan dunia (WHO) adalah suatu keadaan

BAB III TINJAUAN KASUS. Pengkajian dilakukan pada tanggal 23 Juni 2005 di Ruang VII Rumah Sakit Jiwa

BAB III TINJAUAN KASUS. Pengkajian dilakukan pada tanggal 8 Mei 2007 jam : Jl. Menoreh I Sampangan Semarang

BAB III TINJAUAN KASUS. Jenis kelamin : Laki-laki Suku bangsa : Jawa, Indonesia

Lampiran 1. Universitas Sumatera Utara

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. stimulus yang sebenarnya tidak ada stimulus dari manapun, baik stimulus

BAB III TINJAUAN KASUS. 1. Pengkajian dilakukan pada tanggal 11 januari 2010, pukul WIB di

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang seperti Indonesia bertambahnya atau semakin tinggi. Menurut Dr. Uton Muchtar Rafei, Direktur WHO ( World Health

PROPOSAL TERAPI AKTIVITAS STIMULASI PERSEPSI HALUSINASI

BAB III RESUME KASUS KEPERAWATAN. Pengkajian awal dilakukan pada hari senin, tanggal

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN RESIKO BUNUH DIRI DI RSJD. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. Oleh : AGUNG NUGROHO

BAB I PENDAHULUAN. digambarkan sebagai perasaan yang negatif terhadap diri sendiri, merasa gagal

LAMPIRAN. Implementasi dan Evaluasi keperawatan Hari/ tanggal 18 Juni 2013

BAB III RESUME KEPERAWATAN. Asuhan Keperawatn Keluarga dilakukan pada tanggal 01 Januari 2008

CATATAN PERKEMBANGAN IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

Transkripsi:

BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian Pengkajian dilakukan pada tanggal 23 Juni 2005 di ruang VIII Graha Irawan. 1. Identitas a. Identitas Klien Nama : Tn. A; Umur : 21 th; jenis kelamin : laki laki; Agama : Katolik; Pendidikan : SD; Suku / Bangsa : Cina / Indonesia; Alamat : Gajah Timur Dalam IV/2 Semarang; Tanggal Masuk : 20 Juni 2005; No. CM 031910, Pekerjaan : -; Dx Medik : Skizofrenia Paranoid. b. Identitas Penanggung Jawab Nama : Ny. I; Umur : 55 th; Agama : Katolik; Alamat : Gajah Timur Dalam IV/2 Semarang; Pekerjaan : Swasta; Hubungan dengan klien : Ibu Kandung. 2. Alasan Masuk Klien marah marah dan mau memukul kepala mamanya dengan batu. 3. Faktor Predisposisi Klien sebelumnya sudah masuk / pernah dirawat di RSJ dan sudah 3 tahun berturut turut pasien dirawat di rumah sakit jiwa ini. Dalam keluarga klien ada yang mengalami sakit seperti ini yaitu ayahnya. Dan kurang lebih 3 bulan sejak keluar dari RSJ, penderita sering marah marah tanpa sebab, sering melamun, sulit tidur, sering keluyuran.

4. Faktor Presipitasi Klien minum obat tak teratur. 5. Pemeriksaan Fisik a. Tanda-tanda Vital TD : 120/80 mmhg RR : 20 x / menit N : 80 x / menit S : 36,5 C b. Tinggi badan : 165 cm, berat badan : 48 kg c. Keadaan Fisik 1) Kepala : mesocephal, rambut hitam bersih 2) Mata : konjungtiva tak anemis 3) Hidung : bersih tak ada polip 4) Telinga : bersih tak ada serumen 5) Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid 6) Dada : bentuk dada, tidak ada luka 7) Extremitas : tangan : ada luka lecet, otot tegang dan kaku Kaki : bersisik 6. Psikososial a. Genogram 58 th 55 th 21 th

Keterangan : Klien adalah anak ke 5 dari 5 bersaudara, kakak pertama sampai keempat sudah menikah. Di dalam keluarga ada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa seperti klien yaitu ayahnya. Di dalam keluarga Ibu klien yang berperan besar dalam pengambilan keputusan b. Konsep Diri 1) Gambaran Diri Klien mengatakan Saya senang terhadap anggota tubuh saya karena semua adalah karunia Tuhan. 2) Identitas Diri Klien mengatakan Saya adalah anak terakhir dari 5 bersaudara. 3) Peran Klien berperan dalam keluarga membantu pekerjaan rumah mamanya. 4) Ideal Diri Klien tidak dianggap remeh dan tidak di musuhi oleh kakaknya yang nomor 1.

5) Harga Diri Klien merasa kecewa dengan kakaknya yang nomor 2, 3 dan 4 karena telah meremehkannya dan sering memarahinya. c. Hubungan Sosial Orang yang terdekat dengan klien adalah bapaknya. Dan semenjak bapaknya dibawa ke RSJ, klien merasa tidak ada yang memperhatikannya lagi. Klien marah marah di rumah karena mamanya banyak omong (cerewet). d. Spiritual Klien mengatakan Saya beragama Katolik dan Saya pergi ke gereja setiap hari Minggu. 7. Status Mental a. Penampilan Rambut klien tersisir rapi, berpakaian juga rapi tidak awut awutan. b. Pembicaraan Klien mau menjawab semua pertanyaan sesuai dengan pertanyaan. Bicara klien keras dan agak kurang jelas / pelat. c. Aktivitas Motorik Klien sering mondar mandir, jalannya dengan menyeret sandal. d. Alam Perasaan

Klien merasa resah dan tidak kerasan di rumah sakit jiwa karena tidak seperti di rumah, ingin apa apa langsung dikasih. e. Afek Afek klien sesuai dengan keadaan klien terbukti dengan saat menceritakan kebencian kepada kakanya klien memandang tajam dan bersuara keras. f. Interaksi Selama Wawancara Klien menatap tajam, namun klien menunjukkan sikap kooperatif terbukti dengan saat ditanya, klien menjawab sesuai pertanyaan. g. Persepsi Jenis halusinasi dengar klien saat sendiri mendengar suara setan cowok menyuruhnya untuk marah marah. h. Proses Pikir Saat ditanya klien menjawan sesuai pertanyaan tapi kadang melamun seperti memikirkan sesuatu. i. Isi Pikir Klien mempunyai anggapan bahwa orang yang disekitarnya adalah temannya. j. Tingkat Kesadaran Klien merasa bingung dan kacau dengan dirinya dan lingkungannya. k. Memori

Berdasarkan wawancara saat ditanya, klien menjawab sesuai kenyataan. Ini terbukti dengan anak ke berapa? klien menjawab anak terakhir dari lima bersaudara. l. Tingkat Konsentrasi dan Berhitung Saat ditanya kapan berada di Rumah Sakit Jiwa Pusat Semarang? Kemarin siang hari Senin. m. Kemampuan Penilaian Klien dapat mengambil keputusan terbukti dengan pertanyaan cuci tangan dulu atau makan, cuci tangan dulu jawab klien. n. Daya Tilik Diri Klien sadar kalau dirawat di rumah sakit jiwa terbukti dengan pernyataan klien Karena Saya Stress. 8. Kebutuhan Persiapan Pulang a. Makan Klien makan 3 x sehari dan memakan makanan dengan sendok, minum 5 6 gelas sehari. b. BAB / BAK Klien dapat BAB / BAK sendiri pada tempatnya dan dapat merapikan kembali. c. Mandi Klien mandi 2 x sehari dan bila merasa panas langsung mandi. d. Berpakaian

Klien selalu minta untuk ganti pakaiannya tiap hari dan mengenakannya dengan benar. e. Istirahat dan Tidur Klien tidur pada tempat tidur dan mulai tidur jam 13.00 sampai 16.00 WIB, malam jam 20.00 sampai 04.00 WIB. f. Penggunaan Obat Klien selalu minum obat yang diberikan setelah makan. g. Pemeliharaan Kesehatan Klien ingin pulang dan tinggal d rumah untuk istirahat dan dirawat oleh mamanya. h. Aktivitas di dalam rumah Saya membantu mama mencuci piring sendiri di rumah i. Aktivitas di luar rumah Saya tidak bekerja dan saya sering main di tetangga. 9. Mekanisme Koping Apabila klien mempunyai masalah, klien lebih suka cerita dengan bapaknya atau kakanya yang nomor satu. Klien tidak pernah memendam masalahnya sendiri. Dan klien mengatakan Saya paling tidak suka diremehkan dan dimarahi oleh orang lain. 10. Masalah Psikososial dan Lingkungan

Hubungan klien dengan kakanya nomor 2, 3 dan 4 tidak baik karena klien sering dimarahi dan dianggap tidak bisa apa apa. 11. Pengetahuan Klien merasa selama ini dia cukup sabar dalam menghadapi masalah tetapi kalau dimarahi terus menerus, klien paling tak tahan. 12. Aspek Medis a. Diagnosa Medis : Schyzophrenia Paranoid b. Terapi Medis : CPZ 1 x 100 mg, THP 1 x 2 mg 13. Data Fokus a. Klien marah marah sama temannya karena temannya lihat dia sedang makan b. Klien bicara sendiri c. Klien mondar mandir d. Klien tersenyum sendiri e. Wajah klien tegang, kaku dan pandangan matanya tajam 14. Pengelompokan Data DS : - DO : - Klien marah marah sama temannya karena temannya lihat dia sedang makan - Klien bicara sendiri - Klien mondar mandir - Klien tersenyum sendiri - Wajah klien tegang, kaku dan pandangan matanya tajam

15. Analisa Data Pengkajian tanggal 23 Juni 2005 jam 16.00 WIB 1. S : O : - Klien marah marah sama temannya karena temannya lihat dia sedang makan - Klien mondar mandir - Wajah klien tegang, kaku dan pandangan matanya tajam P : Marah agresif 2. S : O : - Klien bicara sendiri - Klien tersenyum sendiri P : Perubahan persepsi sensori : halusinasi dengar Pengkajian tanggal 23 Juni 2005 jam 16.30 WIB 1. S : Klien mengatakan Saya mendengar suara setan cowok yang menyuruh saya memukul ibu saya O : - Wajah klien tegang - Pandangan matanya tajam P : Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan 16. Masalah Keperawatan 1) Marah agresif 2) Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan 3) Perubahan persesi sensori : halusinasi dengar

17. Pohon Masalah Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan Marah Agresif Perubahan Persepsi Sensori : Halusinasi B. Diagnosa Keperawatan 1. Resiko mencederai diri sendiri dan orang lain berhubungan dengan marah agresif 2. Gangguan ekspresi marah : agresif berhubungan dengan halusinasi

C. Fokus Intervensi Tanggal No. Dx 23 Juni 05 1 Resiko Mencederai Diagnosa Perencanaan Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi diri sendiri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan marah agresif TUM : Klien tidak mencederai diri sendiri dan orang lain dengan melakukan marah agresif. TUK 1 : Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x pertemuan 1. Klien mengungkapkan perasaannya 2. Klien dapat mengungkapkan penyebab perasaan jengkel/kesal (dari diri sendiri, lingkungan atau orang lain) Intervensi 1.1. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkap kan perasaannya. 1.2. Bantu klien untuk mengungkapkan penyebab perasaan jengkel / kesal TTD

TUK 2 : Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x pertemuan TUK 3 : Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa dilakukan 2.1. Klien dapat mengungkapkan perasaannya saat marah / jengkel. 2.2. Klien dapat menyimpulkan tanda tanda jengkel / kesal yang dialami 3.1. Klien dapat mengungkap kan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan setelah dilakukan 3.2. Klien dapat 2.1.1. Anjurkan klien mengungkapkan perasaannya pada saat jengkel / kesal 2.1.2. Observasi tanda-tanda perilaku kekerasan pada klien 2.2.1. Simpulkan bersama klien tanda-tanda jengkel / kesal yang dialami klien 3.1.1. Anjurkan klien untuk mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan klien 3.1.2. Bantu klien bermain peran sesuai dengan

tindakan keperawatan selama 1 x pertemuan TUK 4 : Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x pertemuan bermain peran dengan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan 3.3. Klien dapat mengetahui cara yang biasa dapat menyelesaikan masalah / tidak 4.1. Klien dapat menjelaskan akibat dari cara yang digunakan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan 3.1.3. Bicarakan dengan klien, apakah dengan cara yang klien lakukan masalahnya selesai 4.1.1. Bicarakan akibat / kerugian dari cara yang dilakukan klien 4.1.2. Bersama klien menyimpulkan akibat cara yang digunakan oleh klien 4.1.3. Tanyakan kepada klien apakah ia ingin

TUK 5 : Klien dapat mengidentifikasi cara konstruktif dalam berespon terhadap kemarahan setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x pertemuan 5.1. Klien dapat melakukan cara berespon terhadap marah secara konstruktif mempelajari cara yang sehat 5.1.1. Tanyakan pada klien apakah ia ingin mempelajari cara baru yang sehat 5.1.2. Berikan pujian jika klien mengetahui cara lain yang sehat 5.1.3. Diskusikan dengan klien cara lain yang sehat : a. Secara fisik : tarik nafas dalam jika sedang kesal atau memukul bantal / kasur, olah raga atau melakukan pekerjaan yang memerlukan tenaga b. Secara verbal : katakan bahwa anda sedang kesal / tersinggung / jengkel (saya kesal anda berkata

seperti itu, saya marah karena mama tidak memenuhi keinginan saya) c. Secara sosial : lakukan dalam kelompok caracara marah yang sehat, latihan asertif, latihan managemen perilaku kekerasan d. Secara spiritual : anjurkan klien sembahyang, berdoa / ibadah lain ; meminta pada Tuhan untuk diberi kesabaran, mengadu kepada Tuhan tentang kekesalan / kejengkelan TUK 6 : 6.1. Klien dapat 6.1.1. Bantu klien memilih cara Klien mendemonstrasi dapat kan mendemonstras i kan cara mengontrol yang tepat untuk klien 6.1.2. Bantu klien

cara mengontrol perilaku kekerasan setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x pertemuan TUK 7 : Klien mendapat dukungan keluarga dalam mengontrol perilaku kekerasan setelah dilakukan perilaku kekerasan : - Fisik : tarik nafas dalam, olah raga, pukul kasur dan bantal - Verbal : mengatakan secara langsung dengan tidak menyakiti - Spiritual : sembahyang, berdoa atau beribadah lain. 7.1. Keluarga klien dapat : - Menyebutkan cara merawat klien dengan perilaku mengidentifikasi cara tersebut 6.1.3. Bantu klien menstimulasi cara tersebut (role play) 6.1.4. Beri reinforcement positif atas ke berhasilan klien menstimulasi cara tersebut 6.1.5. Anjurkan klien menggunakan cara yang telah dipelajari saat jengkel / marah 6.1.6. Susun jadwal melakukan cara yang telah dipelajari 7.1.1. Identifikasi kemampuan keluarga dalam merawat kien dari sikap apa yang telah dilakukan keluarga terhadap klien selama ini 7.1.2. Jelaskan peran serta

tindakan keperawatan selama 1 x pertemuan kekerasan - Mengungkapka n rasa puas dalam merawat klien keluarga dalam merawat klien 7.1.3. Jelaskan cara-cara merawat klien : - Terkait dengan cara merawat klien secara konstruktif - Sikap tenang, bicara tenang dan jelas - Membantu klien mengenal penyebab marah 7.1.4. Bantu keluarga mendemonstrasikan cara merawat klien 7.1.5. Bantu keluarga mengungkapkan perasaannya setelah melakukan demonstrasi

TUK 8 : Klien dapat menggunakan obat dengan benar (sesuai program pengobatan) setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x pertemuan 8.1. Klien dapat menyebutkan obat obat yang diminum dan kegunaannya (jenis, waktu, dosis dan efek) 8.2. Klien dapat minum obat sesuai program pengobatan 8.1.1. Jelaskan jenis jenis obat yang diminum klien 8.1.2. Diskusikan manfaat minum obat dan kerugian berhenti minum obat tanpa seijin dokter 8.1.3. Jelaskan prinsip benar obat (baca nama yang tertera pada botol obat, dosis obat, waktu dan cara minum) 8.1.4. Jelaskan manfaat mnum obat dan efek obat yang perlu diperhatikan 8.2.1 Anjurkan klien minta obat dan minum obat tepat waktu 8.2.2 Anjurkan klien melaporkan pada perawat

/ dokter jika merasakan efek yang tidak menyenangkan 8.2.3 Beri pujian jika klien minum obat dengan benar. 23 Juni 05 2 Gangguan Ekspresi, TUM : marah, agresif Klien tidak marah berhubungan dengan agresif halusinasi TUK 1 : 1.1. Klien dapat 2.1.1. Adakan kontak sering dan Klien dapat mengenali menyebutkan singkat secara bertahap halusinasi waktu, isi, 2.1.2. Observasi tingkah laku frekuensi klien terkait dengan timbulnya halusinasinya : bicara dan halusinasi tertawa tanpa stimulus, 1.2. Klien dapat memandang ke kiri / ke mengungkapka kanan / ke depan seolah n perasaan olah ada teman bicara

terhadap halusinasinya 2.1.3. Bantu klien mengenal halusinasinya a. Jika menemukan klien yang sedang halusinasi, tanyakan apakah ada suara yang didengar b. Jika klien menjawab ada, lanjutkan : apa yang dikatakan c. Katakan bahwa perawat percaya klien mendengar suara itu, namun perawat sendiri tidak mendengarnya (dengan nada bersahabat tanpa menuduh/ menghakimi) d. Katakan bahwa klien lain juga ada seperti klien e. Katakan bahwa perawat

akan membantu klien 2.1.4. Diskusikan dengan klien : a. Situasi yang menimbulkan halusinasi b. Waktu & frekuensi terjadinya halusinasi (pagi, siang, sore dan malam hari atau jika sendiri, jengkel / sedih) 2.1.5. Diskusikan dengan klien apa yang dirasakan jika terjadi halusinasi (marah / takut, senang, sedih) beri kesempatan mengungkapkan perasaannya. TUK 2 : 2.1. Klien dapat 2.1.1. Identifikasi bersama

Klien dapat menyebutkan klien cara tindakan yang mengontrol tindakan yang dilakukan jika terjadi halusinasinya biasanya halusinasi (tidur, marah, dilakukan untuk menyibukkan diri dan mengendalikan lain - lain) halusinasinya 2.1.2. Diskusikan manfaat cara 2.2. Klien dapat yang dilakukan klien, menyebutkan jika bermanfaat beri cara baru pujian 2.3. Klien dapat 2.1.3. Diskusikan cara baru memilih cara untuk memutus / mengatasi mengontrol timbulnya halusinasi seperti halusinasi : yang telah a. Katakan Saya tidak didiskusikan mau dengar kamu dengan klien (pada saat halusinasi terjadi) b. Menemui orang lain (perawat / teman /

anggota keluarga) untuk bercakap cakap atau mengatakan halusinasi yang terdengar. c. Membuat jadwal kegiatan sehari hari agar halusinasi tidak sampai muncul d. Meminta keluarga/teman/pera wat menyapa jika tampak bicara sendiri 2.1.4. Bantu klien memilih dan melatih cara memutus halusinasi secara bertahap. 2.1.5. Beri kesempatan untuk

TUK 3 : Klien dapat dukungan dari keluarga dalam mengontrol halusinasinya 3.1. Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat 3.2. Keluarga dapat menyebutkan pengertian, tanda dan tindakan untuk melakukan cara yang telah dilatih. Evaluasi hasilnya dan beri pujian jika berhasil. 2.1.6. Anjurkan klien mengikuti terapi aktifitas kelompok orientasi relaita, stimulasi persepsi. 3.1.1. Anjurkan klien untuk memberitahu keluarga jika mengalami halusinasi 3.1.2. Diskusikan dengan keluarga (pada saat keluarga berkunjung / pada saat kunjungan rumah) : a. Gejala halusinasi

mengendalikan halusinasi yang dialami klien. b. Cara yang dapat dilakukan klien dan keluarga untuk memutus halusinasi c. Cara merawat anggota keluarga yang halusinasi di rumah, beri kegiatan, jangan biarkan sendiri, makan bersama, bepergian bersama d. Beri informasi waktu follow up atau kapan perlu mendapat bantuan : halusinasi tidak terkontrol dan resiko mencederai

TUK 4 : Klien memanfaatkan obat dengan baik 4.1. Klien dan keluarga dapat menyebutkan manfaat, dosis dan efek samping obat. 4.2. Klien dapat mendemonstrasi kan penggunaan obat dengan benar 4.3. Klien dapat informasi tentang efek dan efek samping obat 4.4. Klien dapat memahami orang lain. 4.1.1. Diskusikan dengan klien dan keluarga tentang dosis, frekuensi dan manfaat obat. 4.1.2. Anjurkan klien minta sendiri obat pada perawat dan merasakan manfaatnya. 4.1.3. Anjurkan klien bicara dengan dokter tentang manfaat dan efek samping obat yang dirasakan 4.1.4. Diskusikan akibat berhenti obat-obat tanpa konsultasi 4.1.5. Bantu klien menggunakan obat

akibat berhentinya obat tanpa konsultasi 4.5. Klien dapat menyebutkan prinsip 5 benar penggunaan obat. dengan prinsip benar.

D. Implementasi dan Evaluasi No. Tgl / Jam 1 23 Juni 2005 16.30 WIB Dx TUK Implementasi Evaluasi TTD I 1, 2, 3 1. Memperkenalkan diri S : pada pasien 2. Membantu klien untuk mengungkapkan penyebab marah 3. Mendiskusikan bersama klien tanda gejala marah 4. Menganjurkan klien untuk mengungkapkan marah 5. Memberikan reinforcement positif pada klien Klien mengatakan Penyebab saya marah karena kepala saya pusing dan mama cerewet sehingga saya mau memukul kepala mama dengan batu. Biasanya kalau saya marah tangan saya mengepal dan mata melotot O : Klien mau memukul kepala mamanya dengan batu Klien saat marah tangannya mengepal dan mata melotot

2 24 Juni 2005 17.00 WIB I 3, 4 1. Menanyakan tentang tugas/pr kembali mengingat penyebab, tanda gejala marah. 2. Mendiskusikan tentang cara marah pada klien yang biasa dilakukan 3. Mendiskusikan akibat perilaku kekerasan yang biasa klien lakukan 4. Memberikan reinforcement positif atas jawaban klien A : TUK 1, 2 tercapai, klien dapat mengungkapkan penyebab marah dan tanda gejala marah. P : K : memberi kan tugas / PR untuk mengingat penyebab marah dan tanda gejala marah P : P : Lanjutkan TUK 3 dan 4 S : Klien mengatakan Saya kalau marah ingin memukul mama dan akibatnya mama kesakitan. O : Mata melotot klien dan pandangan mata tajam, klien mau menjawab pertanyaan

3 25 Juni 2005 16.00 WIB I 5, 6 1. Menanyakan tugas mengingat cara marah dan akibat marah 2. Mendiskusikan salah satu cara konstruktif dalam merespon marah tarik nafas dalam, tahan dan lepaskan lewat mulut pelan pelan. A : TUK 3, 4 tercapai, klien dapat mengungkapkan cara marah yang biasa klien lakukan dan akibat dari marah P : K : memberi tugas / PR untuk mengingat cara marah yang biasa klien lakukan dan akibatnya P : lanjutkan TUK 5, 6 S : Klien mengatakan Saya akan mencobanya mbak Yayut O : Klien men demonstrasikan cara tarik nafas dalam secara benar, ekspresi wajah senang.

3. Mendorong / memotivasi untuk mendemonstrasikan cara konstruktif tersebut. 4. Memberi reinforcement positif klien A : TUK 5, 6 tercapai, klien dapat melakukan cara marah yang konstruktif dan memperagakan di depan perawat. P : K : memberi kan tugas pada klien untuk mencoba cara konstruktif tersebut dan belajar menerapkannya

4 27 Juni 2005 08.00 WIB I 8 1. Menanyakan tugas kemarin yaitu melaksanakan latihan nafas 2. Mendiskusikan tentang jenis obat, efek samping dan akibat jika berhenti obat tanpa ijin dokter P : lanjutkan TUK 8 yaitu klien dapat menggunakan obat dengan benar sesuai program pengobatan S : Klien mengatakan tidak mau minum atau mendengarkan tentang obat dengan alasan tubuhnya menjadi panas dan mulut kering O : Kontak mata kurang, bicara agak keras. A : TUK 8 yaitu klien dapat minum obat sesuai program pengobatan belum teratasi

5 27 Juni 2005 09.30 WIB II I 1. Klien dapat menyebutkan waktu timbulnya halusinasi 2. Klien dapat mengungkaopkan perasaan terhadap halusinasinya P : K : memberi tugas pada klien untuk menemui perawat bertanya tentang obat yang diberikan oleh klien P : ulangi TUK 8 atau lanjutkan Dx II S : Klien mengatakan Saya mendengar suara setan cowok yang menyuruh saya memukul mama dan suara itu timbul pada waktu saya sendirian O : Wajah klien tegang dan kebingungan A : TUK I tercapai

P : K : memberi tugas pada klien untuk mengingat lagi tentang halusinasinya P : mendelegasikan kepada perawat ruangan tentang intervensi yang belum dilaksanakan dan implementasi yang sudah dilakukan, baik yang sudah teratasi maupun yang belum teratasi

BAB IV PEMBAHASAN Pada bab pembahasan ini akan diuraikan mengenai pembahasan masalah yang terjadi di dalam kasus dan penyelesaiannya beserta perbandingan teori dengan kenyataan yang terjadi di lapangan saat pemberian asuhan keperawatan klien dengan gangguan ekspresi marah pada Tn. A di ruang VIII Graha Irawan RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang. Dari kasus yang dikelola penulis pada Tn. A dapat dimunculkan beberapa diagnosa keperawatan yaitu : resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan marah agresif dan gangguan ekspresi marah, agresif berhubungan dengan halusinasi. Adapun uraian pembahasan dari masing masing diagnosa keperawatan adalah sebagai berikut : A. Resiko mencederai Diri Sendiri, Orang Lain dan Lingkungan berhubungan dengan marah Agresif Pada pengkajian didapatkan data klien mengatakan Saya marah dan mau memukul kepala mama dengan batu, klien mondar mandir, wajah klien tegang, kaku dan pandangan matanya tajam. Kelliat (1996) marah merupakan perasaan jengkel yang timbul sebagai respon kecemasan atau kebutuhan yang tidak terpenuhi yang dirasakan sebagai ancaman. Adapun kemarahan dapat menimbulkan perilaku kekerasan yang dimanifestasikan dengan marah (dendam), jengkel, muka merah, pandangan tajam, bawel, berdebat, tidak bermoral dan kekerasan yang merusak lingkungan.

Tidak terdapat perbedaan / kesenjangan pada data yang terdapat pada konsep teori dan data yang ada pada klien, karena data yang ada pada klien sudah sesuai dengan data yang ada pada teori. Pada diagnosa keperawatan, resiko mencederai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan berhubungan dengan marah agresif. Intervensi yang tidak dapat dilaksanakan adalah TUK 7 yaitu klien mendapat dukungan keluarga dalam mengontrol marah agresif. Hal ini terjadi karena selama dilakukan asuhan keperawatan pada tanggal 23 27 Juni 2005, keluarga tidak menjenguk klien di rumah sakit. Kelliat (1996) keluarga merupakan sistem pendukung utama yang memberi perawatan langsung pada setiap keadaan (sehat sakit) klien. Oleh karena itu, asuhan keperawatan yang berfokus pada keluarga bukan hanya memulihkan keadaan klien, tetapi bertujuan untuk mengembangkan dan meningkatkan kemampuan keluarga dalam mengatasi masalah kesehatan dalam keluarga tersebut. Mengingat begitu pentingnya keterlibatan keluarga dalam perawatan klien di rumah sakit, maka upaya penulis adalah menginformasikan kepada perawat ruangan tentang pentingnya peran serta keluarga. Disamping itu penulis juga memberi support mental kepada klien agar dapat melanjutkan hubungan peran sesuai dengan tanggung jawabnya dan klien menerimanya yang dibuktikan dengan klien mau melakukan cara konstruktif dalam berespon terhadap marah yang telah didiskusikan bersama penulis agar tidak melakukan marah agresif. Selanjutnya intervensi yang kurang dapat dilaksanakan adaah TUK 8, yaitu klien tidak dapat menggunakan obat dengan benar sesuai dengan

program pengobatan. Hal ini terjadi karena klien tidak mau dan bersikap menolak ketika mendiskusikan tentang obat. Klien mengatakan malas minum obat dengan alasan setelah minum obat, tubuhnya menjadi panas dan mulut kering. Depkes (1983) terapi dengan obat adalah terapi dengan menggunakan obat yang tujuannya untuk mengurangi atau menghilangkan gejala gangguan jiwa itu sendiri. Obat yang untuk mengobati pasien gangguan jiwa termasuk dalam golongan obat psikofarmako yang berpengaruh pada jiwa / tingkah laku. Merujuk dari sangat pentingnya pasien dapat menggunakan obat dengan benar sesuai program pengobatan, upaya yang telah dilakukan penulis untuk mengatasi TUK 8 ini adalah menginformasikan dengan perawat ruangan bahwa pada kenyataannya klien tidak mau minum obat, dan tanpa sepengetahuan perawat, obat yang diberikan pada klien tidak mau diminum atau dibuang. Pada diagnosa keperawatan resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan marah agresif, evaluasi akhir yang didapat pada klien adalah klien dapat, menyebutkan penyebab marah (yaitu kepala klien pusing dan mama cerewet sehingga saya mau memukul mama), klien dapat menyebutkan tanda / gejala marah (tangan saya mengepal, mata melotot), cara yang biasa dilakukan saat marah (ingin memukul mama), mengetahui akibat dari cara marah yang biasa klien lakukan (mama kesakitan), klien mau mempelajari tentang cara marah yang konstruktif (nafas dalam) dan klien mau mendemonstrasikan cara marah yang konstruktif (latihan nafas dalam secara benar).

Sedangkan, kriteria evaluasi pada konsep teori adalah klien dapat mengidentifikasi penyebab marah, klien dapat mengidentifikasi tanda / gejala saat marah, klien dapat mengidentifikasi cara marah yang biasa dilakukan, klien dapat mengidentifikasi akibat dari cara marah yang biasa dilakukan, klien dapat mengidentifikasi cara konstruktif dalam berespon terhadap kemarahan, klien dapat mendemonstrasikan cara mengontrol marah agresif dan klien dapat menggunakan obat dengan benar sesuai program pengobatan. Dari evaluasi yang didapat pada klien dan kriteria evaluasi pada konsep teori, hal yang belum dapat dicapai adalah tidak adanya dukungan dari pihak keluarga, karena selama dilakukan asuhan keperawatan, keluarga tidak menjenguk klien. Dan hal yang kurang dapat dicapai dalam pelaksanaannya adalah klien dapat menggunakan obat dengan benar, karena klien tidak mau dan bersikap menolak saat mendiskusikan tentang program pengobatan klien. B. Gangguan Ekspresi Marah : Agresif berhubungan dengan halusinasi Pada pengkajian di dapatkan data klien mengatakan Saya mendengar suara setan cowok yang menyuruh saya memukul mama. Ditambah data objektif, klien bicara sendiri, klien tersenyum sendiri. Depkes (1983) halusinasi adalah gangguan pencerapan (persepsi) panca indera tanpa adanya rangsangan dari luar yang dapat meliputi semua sistem penginderaan dimana terjadi pada saat kesadaran individu itu penuh / baik. Maramis (1990) halusinasi ialah pencerapan tanpa adanya rangsang apapun pada panca indera seorang pasien, yang terjadi dalam keadaan sadar. Tidak terdapat kesenjangan antara data pada konsep teori dengan data yang ada pada klien, karena data yang ada pada klien sesuai dengan data yang ada pada konsep teori.

Pada diagnosa keperawatan gangguan ekspresi marah berhubungan dengan halusinasi, intervensi yang disusun dalam pelaksanaannya tidak semua dilaksanakan, dan baru dilaksanakan untuk tujuan khusus yang pertama, yaitu : Klien dapat mengenali halusinasinya. Dan upaya yang telah dilaksanakan pada masalah keperawatan kedua ini adalah mendelegasikan pada perawat ruangan tentang intervensi yang belum dilaksanakan dan implementasi yang sudah dilakukan. Sedangkan kriteria evaluasi pada konsep teori adalah klien dapat mengenali halusinasinya, klien dapat mengontrol halusinasinya, klien dapat dukungan dari keluarga dalam mengontrol halusinasinya, klien memanfaatkan obat dengan baik. Dari evaluasi yang didapat pada klien dan kriteria evaluasi pada konsep teori, hal yang belum dicapai adalah klien dapat mengontrol halusinasinya, klien dapat dukungan dari keluarga dalam mengontrol halusinasinya, klien dapat memanfaatkan obat dengan baik. Hal ini dikarenakan penulis mempunyai keterbatasan waktu dalam menyelesaikan asuhan keperawatan.

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1. Perawat dapat mengantisipasi terjadinya kemarahan dengan tindakan yang agresif dan tidak terkontrol yang dapat membahayakan klien dan lingkungan dengan cara menyatakan pada klien akan cara marah yang sehat dengan menyalurkan energi seperti aspek fisik dengan tarik nafas dalam jika sedang kesal atau memukul bantal / kasur dan jalan jalan. 2. Perawat dapat membantu klien dalam mengungkapkan kemarahannya dengan cara mengidentifikasi penyebab marah dan mencari pemecahannya. B. Saran 1. Dalam mengantisipasi terjadinya kemarahan dengan tindakan agresif diterapkan perawat dapat menyatakan pada klien akan cara marah yang sehat dengan menyalurkan energi marah secara fisik, verbal, sosial, spiritual. 2. Dalam membantu klien mengungkapkan kemarahannya diharapkan perawat mampu mencari penyebab marah yang dialami oleh klien dan pemecahan masalahnya.