BAB VI DINAMIKA PROSES PENGORGANISIRAN KOMUNITAS. hadirnya peneliti di desa mereka untuk bantuan proyek atau bantuan dana, sembako,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN AKSI PARTISIPATIF. Participatory Action Research (PAR). Metodologi tersebut dilakukan dengan

BAB VI MENUJU DESA TANGGUH BENCANA MELALUI PEMBENTUKAN KOMUNITAS TARUNA SIAGA BENCANA

DAFTAR ISI. COVER DALAM... i. HALAMAN PERSETUJUAN... ii. HALAMAN PENGESAHAN... iii. PERNYATAAN KEASLIAN... iv. MOTTO... v. PERSEMBAHAN...

BAB VI REFLEKSI PENDAMPINGAN BERBASIS ASET

PROCEEDING KEGIATAN PENYELENGGARAN PRA FOCUS GROUP DISCUSSION (PRA FGD 3) RPKPP KABUPATEN JOMBANG

PROCEEDING KEGIATAN PENYELENGGARAN FOCUS GROUP DISCUSSION (FGD 2) RPKPP KABUPATEN JOMBANG

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan berbagai dampak, antara lain terjadinya mobilitas penduduk dari

BAB III METODE DAN STRATEGI PENDAMPINGAN. PAR (Participatory Action Research). Metode PAR (Participatory Action

BAB II METODOLOGI PENDAMPINGAN A. PENGERTIAN PARTICIPATORY ACTION RESEARCH. Participatory Action Research (PAR). Dalam buku Jalan Lain, Dr.

BAB V HASIL PENDAMPINGAN MASYARAKAT

PROCEEDING KEGIATAN PENYELENGGARAN FOCUS GROUP DISCUSSION (FGD 3) RPKPP KABUPATEN JOMBANG

BAB V PENUTUP. a. Forum Informal; b. Studi Banding; c. Focus Group Discussion (FGD); d.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. modal sosial menempati posisi penting dalam upaya-upaya. pemberdayaan dan modal sosial, namun bagaimanapun unsur-unsur

III. METODE KAJIAN 3.1. Tipe Kajian 3.2. Aras Kajian 3.3. Strategi Kajian

PERUBAHAN JUKNIS MUSRENBANG KOTA SURAKARTA TAHUN 2012

DAFTAR ISI. COVER DALAM... i. PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii. HALAMAN PENGESAHAN TIM PENGUJI... iii. MOTTO... iv. HALAMAN PERSEMBAHAN...

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Balangan

BAB III METODE KAJIAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. yang memadai dan efektif pada setiap tahapan manajemen public relations

PROCEEDING KEGIATAN PENYELENGGARAN PRA FOCUS GROUP DISCUSSION (PRA FGD 2) RPKPP KABUPATEN JOMBANG

PERATURAN BUPATI TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER (PUG) DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DI KABUPATEN MALANG. BAB I KETENTUAN UMUM

BAB III METODE RISET DAN PENDAMPINGAN A. PENDEKATAN DAN JENIS PENELITIAN UNTUK PENDAMPINGAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

VII. PERUMUSAN STRATEGI DAN PROGRAM PROMOSI KESEHATAN DI DESA JEBED SELATAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Pendekatan Penelitian untuk Pendampingan. Penelitian ini menggunakan pendekatan Participatory Action Research

PROGRAM DALAM MENGATASI KETIMPANGAN TINGKAT PERKEMBANGAN KUBE

BAB V MEMBONGKAR YANG MEMBELENGGU. A. Pembentukan Kelembagaan Perempuan Buruh Tani

BAB III METODE RISET AKSI PARTISIPATIF. Pada proses pendampingan yang telah dilakukan di Dusun Satu

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 47 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN UMUM FORUM FOR ECONOMIC DEVELOPMENT AND EMPLOYMENT PROMOTION

VII. STRATEGI DAN PROGRAM PENGUATAN KAPASITAS KELOMPOK MANTAN TENAGA KERJA WANITA DI DESA CIBAREGBEG

METODE KAJIAN. Proses dan Metode Kajian

Bab III METODE DAN STRATEGI PENDAMPINGAN. metode dalam cara kerja PAR (Participatory Action Research). Pada dasarnya, PAR merupakan

BAB III METODE PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN. filosofi, metodologi dan prinsip kerjanya. PAR tidak memiliki sebutan

BAB VIII RANCANGAN PROGRAM STRATEGIS

STRATEGI DAN PERENCANAAN PROGRAM BERDASARKAN ANALISIS HARVARD DAN PEMBERDAYAAN LONGWE

METODE KAJIAN Sifat dan Tipe Kajian Komunitas Lokasi dan Waktu

LEMBAR EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA AKSI BESADU.be KECAMATAN PONTIANAK BARAT

6 RANCANGAN PROGRAM PENATAAN PKL

Teknik Fasilitasi Diskusi dengan Metode PRA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN

RANCANGAN PROGRAM RENCANA AKSI PENGEMBANGAN KBU PKBM MITRA MANDIRI

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. diperoleh mengenai strategi humas dalam menyosialisasikan program ROP

Study On Community-Organized Social Activities In PNPM Mandiri

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4.1 Bantuan United Nations Children s Fund (UNICEF) Dalam Mensukseskan

BAB III METODE PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN. PAR ini adalah kepanjangan dari Participatory Action Research. Pendekatan PAR

Catatan Awal Riset Aksi 2007 Bersama Komunitas Mitra Strategis PKBI DIY 2007

LAPORAN KOMISI INFORMASI PROVINSI JAWA BARAT Tahun 2012

BAB I PENDAHULUAN. Page 1

VIII. PENYUSUNAN PROGRAM PENGUATAN KELEMBAGAAN UAB TIRTA KENCANA

BAB VI REFLEKSI PENDAMPINGAN BERBASIS ASET KAMPUNG PENELEH. Pendampingan masyarakat Peneleh dalam memanfaatkan aset yang

VI. PROGRAM DAN STRATEGI PENANGANAN

METODE KAJIAN Lokasi dan Waktu Kajian

VIII. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN

DESA: Gender Sensitive Citizen Budget Planning in Villages

BAB VII RELFEKSI PENDAMPINGAN BERBASIS ASSET

Penguatan Kapasitas Kelembagaan Melalui Kebijakan Insentif Anggaran Program DMO Kemenpar Terhadap Forum Tata Kelola Pariwisata di Kawasan Destinasi.

BAB VII REFLEKSI PENDAMPINGAN BERBASIS ASET TENTANG PEDULI DARI POLUSI PENCEMARAN LINGKUNGAN

BAB II METODE PENELITIAN. dikenal dengan nama PAR atau Participatory Action Risearch. Adapun

BAB V AKSI BERSAMA MASYARAKAT. kampung demak Jaya dan diikuti oleh ketua RT yakni Erik Setiawan (45 tahun) berkumpul di

BAB V IMPLEMENTASI PROGRAM KOMPOSTING RUMAH TANGGA

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK: SERTA TANTANGAN TAHUN 2019

GUBERNUR GORONTALO PERATURAN GUBERNUR GORONTALO NOMOR 57 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA

2. Pelaksanaan Unit Kompetensi ini berpedoman pada Kode Etik Humas/Public Relations Indonesia yang berlaku.

BAB VI REFLEKSI HASIL PENDAMPINGAN BERSAMA KELOMPOK TANI

BAB II METODOLOGI PENDAMPINGAN. Menurut Yoland Wadworth sebagaimana di kutip Agus Afandi, PAR

LAMPIRAN PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR LAMPIRAN NOMOR : 40 TAHUN 2012 LAMPIRAN TANGGAL : 30 MEI 2012

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. modal sosial menempati posisi penting dalam upaya-upaya pengembangan

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

LAMPIRAN 82

BUKU 1 PETUNJUK PELAKSANAAN PERSIAPAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN RISET AKSI PARTISIPATIF. Dompyong ini penulis menggunakan metode Participatory Action research

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB III METODE PENELITIAN. A. Pendekatan Penelitian untuk Pemberdayaan. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah metode

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 20 TAHUN 2018 TENTANG

URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA MADIUN No Jabatan Tugas :

BAB I PENDAHULUAN. Posisi komunikasi dan pembangunan ibarat dua sisi mata uang yang

BAB II METODE PENELITIAN. A. Pengertian Participatory Action Research (PAR) Menurut Yoland Wadworth, Participatory Action Research (PAR) adalah

METODOLOGI PENELITIAN AKSI PARTISIPATIF

BAB I PENDAHULUAN. masyarakatnya. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya industri-industri kecil dan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 09 TAHUN 2008 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA/KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

VII. Pola Hubungan dalam Lembaga APKI di Kecamatan Kahayan Kuala Kabupaten Pulang Pisau Kalimantan Tengah

Laporan Kegiatan Kick Off Meeting, Internalisasi dan Penyamaan Persepsi PPSP Kab. Wakatobi Wanci, 3 April 2013

PENINGKATAN WIRAUSAHA WISATA SUSUR SUNGAI WANGEN

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

ACUAN PELAKSANAAN KOMUNITAS BELAJAR PERKOTAAN (KBP) PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA

PETA PERSAMPAHAN BANDUNG. Mengembangkan Piranti Lunak Untuk Mendorong Sistem Persampahan Berbasis Komunitas di Kota Bandung

BAB VI MENGEMBANGKAN ASET MENUMBUHKAN PERUBAHAN. A. Aksi Pendampingan Masyarakat Petani Tambak

BAB III METODE PENELITIAN

BAB VI PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MENCIPTAKAN PERUBAHAN

POKJA SANITASI KAB. BANGGAI

BAB VI MEMBANGUN KESADARAN MENANAM SAYUR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 118 TAHUN 2015

Pemerintahan Desa diselenggarakan oleh Pemerintah Desa

BUPATI PURWOREJO PROVINSI JAWA TENGAH

PROSES UMUM PENERAPAN PARTICIPATORY RURAL APPRAISAL. SP6102 March 2007 itb ac id

Transkripsi:

BAB VI DINAMIKA PROSES PENGORGANISIRAN KOMUNITAS A. Inkulturasi Melakukan inkulturasi kepada masyarakat tidak semudah yang kita bayangkan. Pada awal kedatangan peneliti, masyarakat desa mengira bahwa hadirnya peneliti di desa mereka untuk bantuan proyek atau bantuan dana, sembako, dan lain-lain. Karena kedatangan orang luar dipersepsikan oleh masyarakat Desa Sawahan membawa proyek atau bantuan untuk mereka. Maka yang perlu dilakukan oleh peneliti dalam proses awal adalah mengamati, mendengarkan, dan mencatat dengan baik peristiwa-peristiwa keseharian yang terjadi dalam kehidupan masyarakat Desa Sawahan. Melakukan inkulturasi sangat penting dilakukan oleh peneliti sebelum melakukan aksi pendampingan. Kegiatan ini melakukan pendekatan kepada masyarakat sekitar supaya dapat menjalin keakraban dan kekeluargaan bersama masyarakat dan mendapatkan kepercayaan dari mereka dan dengan mudah mendapatkan informasi tentang perkembangan dan permasalahan yang masyarakat hadapi. Peneliti melakukan kegiatan sehari-hari seperti yang dilakukan masyarakat desa. Seperti halnya pergi ke pasar, mengikuti yasinan dan melakukan FGD bersama. Tidak hanya mendekati bapak-bapak dan ibu-ibu saja, peneliti juga melakukan pendekatan kepada anak-anak melalui TPA (Taman Belajar Al-Qur an) di RT 7 dan RT 12, dan kegiatan yang lainnya.

98 1. Inkulturasi dengan Aparat Desa Peneliti melakukan inkulturasi awal dengan para pemerintah desa. Peneliti memperkenalkan diri sekaligus mencari data dan informasi di kantor balai desa. Peneliti menemui kasun-kasun yang sedang berada di kantor balai desa. Kami berbincang mengenai kondisi wilayah di masing-masing dusun. Gambar 6.1 Inkulturasi dengan Pemerintah Desa Sumber: Dokumentasi Peneliti 2. Inkulturasi dengan kelompok FAD dan PATBM Inkulturasi bersama dengan kelompok-kelompok yang akan menjadi kelompok dampingan sangat diperlukan. Pada tanggal 12 Desember 2016 Desa Sawahan akan mengadakan acara peresmian desa layak anak. Karena acara tersebut bertemakan anak-anak, maka pemerintah desa melibatkan kelompok Forum Anak Desa (FAD) dan Perlindungan Anak Terpadu Berbasis Masyarakat (PATBM) untuk menjadi tim pelaksana kegiatan. Kelompok PATBM merupakan sebuah gerakan dari jaringan atau kelompok masyarakat pada tingkat masyarakat yang bekerja secara terkoordinasi untuk mencapai tujuan perlindungan anak. PATBM merupakan inisiatif masyarakat sebagai ujung tombak untuk melakukan upaya-

99 upaya pencegahan dengan membangun kesadaran masyarakat agar terjadi perubahan pemahaman, sikap, dan perilaku yang memberikan perlindungan kepada anak. Gerakan tersebut dapat dikelola dengan menggunakan dan mengembangkan fungsi struktur kelembagaan yang sudah ada pada pemerintahan Desa Sawahan. Mereka juga mengawasi bagaimana kehidupan masyarakat yang bekerja sebagai buruh migran, terutama mengawasi anak-anak yang di tinggal orang tuanya ke luar negeri untuk bekerja. Kelompok PATBM dapat mengawasi anak-anak keluarga buruh migran melalui kelompok FAD. Dengan adanya acara tersebut dapat mempermudah peneliti melakukan inkulturasi dengan seluruh kelompok, serta seluruh masyarakat desa yang ikut berpartisipasi pada acara yang dilaksanakan. Peneliti membantu kelompok FAD untuk mempersiapkan acara tersebut. Karena kelompok FAD akan menampilkan sebuah drama mengenai perlindungan anak dan beberapa puisi-puisi yang terkait dengan anak, serta akan menjadi pembawa acara pada saat acara. Setelah kegiatan tersebut selesai, peneliti bersama kelompok FAD mendiskusikan mengenai tujuan untuk melakukan proses perubahan untuk mengurangi dampak yang terjadi pada masyarakat desa terutama pada anak-anak. Pada tanggal 21 Desember 2016, peneliti dengan kelompok FAD menetapkan kegiatan pelatihan dengan materi mengenai manajemen dan penguatan kapasitas kelompok. Kelompok FAD juga sepakat bahwa yang akan menjadi pematerinya yakni mengundang salah satu organisasi yang ada di Kabupaten Trenggalek.

100 Gambar 6.2 Inkulturasi dengan kelompok FAD Sumber: Dokumentasi Peneliti Dalam menjalin sebuah hubungan, perlu diperhatikan beberapa unsur penting oleh pendamping. Diperlukan adanya kepercayaan antara komunitas dengan para pemegang kepentingan di Desa Sawahan. Begitu juga antara fasilitator dan masyarakat, kepercayaan merupakan kunci utama dalam melakukan pendampingan. Kepercayaan antara fasilitator dengan masyarakat atau komunitas harus selalu terjaga mulai awal hingga proses pendampingan selesai. B. Melakukan Riset Bersama Masyarakat Setelah melakukan proses inkulturasi dengan masyarakat, proses berikutnya adalah FGD (Focus Group Discussion) yang bisa dilakukan dengan berbagai cara baik secara formal maupun non formal sebagai ajang diskusi. FGD juga dapat dilakukan kapan saja dan dimana saja bersama masyarakat Desa Sawahan. Dalam melakukan FGD ini lebih mengutamakan partisipasi dan pendapat dari peserta FGD. Dalam pelaksanaan FGD, masyarakat tidak berperan sebagai objek namun masyarakat harus berperan menjadi subjek.

101 Peneliti bersama dengan masyarakat, kelompok FAD dan kelompok PATBM melakukan riset bersama dengan menggunakan PRA (Participatory Rural Appraisal) untuk persoalan yang di hadapi oleh anak-anak keluarga pekerja buruh migran. Peneliti bersama masyarakat berkumpul bersama untuk membahas persoalan yang sedang mereka hadapi serta sama-sama saling belajar dan menghargai perbedaan. Dengan membicarakannya dengan bersama-sama maka mampu mendapat informasi dan pemahaman dari target kelompok secara langsung. Tujuan dari dilakukannya riset bersama masyarakat dan kelompok FAD adalah untuk menjadikan masyarakat Desa Sawahan sebagai peneliti, perencana, dan pelaksana program pembangunan, bukan hanya sekedar menjadi objek pembangunan saja. Dalam kegiatan kampanye, pelatihan, dan advokasi, diharapkan masyarakat akan bertanggungjawab untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan dari program-program yang telah ditetapkan tersebut. Masyarakat juga menetapkan waktu pelaksanaannya, siapa saja pihak yang terlibat, siapa yang mengkoordinir dan mengawasi bahkan sampai ke detail teknis pelaksanaan kampanye, pelatihan, dan advokasi tersebut seperti pendanaan dan konsumsi. Masyarakat berpartisipasi aktif dalam proses pengambilan keputusan tentang cara pelaksanaan sebuah kegiatan dan ikut serta sebagai fasilitator. C. Merumuskan Masalah Bersama Masyarakat Pengorganisiran masyarakat merupakan pendekatan yang dilakukan untuk memecahkan suatu permasalahan untuk mencapai suatu perubahan yang dilakukan oleh masyarakat itu sendiri. Dalam mengorganisir masyarakat Desa Sawahan diperlukan proses yang cukup mudah karena pendekatan yang peneliti lakukan

102 melalui berbagai kegiatan keseharian yang biasa dilakukan oleh masyarakat. Masyarakat desa sangat terbuka dengan hadirnya tim fasilitator ke desa mereka. Masyarakat juga sangat senang jika ada kegiatan-kegiatan untuk desa mereka. Dengan realitas yang terjadi di lingkungan tersebut, maka tim fasilitator cukup mudah untuk mengorganisir masyarakat desa. Dalam pengorganisasian masyarakat, fokus yang lebih diutamakan adalah gagasan-gagasan yang muncul dari masyarakat itu sendiri. Gagasan dalam kegiatan penelitian meliputi problematika yang dihadapi masyarakat, potensi yang ada di sana sebagai solusi dari permasalahan. Dalam konteks pemberdayaan keluarga buruh migran, fasilitator bersama masyarakat Desa Sawahan melakukan agenda Focus Group Discussion (FGD) sebagai langkah utama dalam mengidentifikasi permasalahan, potensi-potensi, membangun kesadaran melalui penelitian bersama masyarakat, dan membangun gerakan untuk menyelesaikan problematika yang dihadapi dan dilaksanakan berulang mulai tanggal 5 Desember 2016. Gambar 6.3 FGD dengan kasun Desa Sawahan Sumber: Dokumentasi Peneliti

103 Gambar di atas menunjukkan peneliti sedang melakukan FGD di rumah Bambang selaku kasun Ngrancah. Kami juga bersama dengan Paniran kasun Tenggong dan babinsa. Kami sedang membahas tentang situasi yang ada di Desa Sawahan mengenai permasalahan yang ada di desa dan aset-aset yang ada di desa. Gambar 6.4 Observasi Desa Sawahan Sumber: Dokumentasi Peneliti Kegiatan proses pendampingan ini dilakukan selama ± 3 bulan. Untuk bulan 1 dan 2 bertujuan untuk pencarian data awal seperti kondisi sosial di masyarakat, dan wawancara mengenai jenis bencana apa yang pernah terjadi di Desa Sawahan. Dari penjelasan yang diberikan oleh Yani Prasongko selaku kepala desa, peneliti di arahkan langsung untuk menemui Sigit salah satu aparat desa dan Mustahit selaku babinsa di Desa Sawahan yang menangani kejadian bencana di Desa Sawahan. Hari berikutnya, peneliti melakukan pencarian data di balai desa Sawahan. Kami tim fasilitator menemui bapak Sigit dan bapak Mustahit untuk melakukan wawancara terkait dengan bencana alam, bencana non alam dan bencana social. Bagaimana sejarah kejadiannya dan penanganannya seperti apa. Setelah itu kami

104 merencanakan untuk melakukan plotting batas desa bersama dengan babinsa dan kasun-kasun. Tidak hanya wawancara kepada aparat desa saja, masyarakat desa pun juga di wawancara terkait hal tersebut. Setelah melakukan plotting desa, fasilitator mengunjungi rumah bapak RT di Dusun Singgahan, karena fokus tempat penelitian berada di dusun tersebut. Fasilitator melakukan wawancara dan membuat peta per RT bersama-sama, yang di dukung dengan data letak rumah-rumah masyarakat yang bekerja sebagai buruh migran bersama. Perencanaan tindakan untuk menuju perubahan merupakan upaya menghimpun gagasan yang muncul dari masyarakat untuk memecahkan sebuah permasalahan terjadi di Desa Sawahan terutama di Dusun Singgahan. Perencanaan ini dilakukan melalui FGD bersama dengan aparat desa yang memang menangani masalah keluarga buruh migran. Maka selanjutnya membahas perencanaan perubahan yang akan dilakukan bersama masyarakat. D. Perumusan Perencanaan Strategis Perencanaan dilakukan peneliti bersama masyarakat yang mempunyai keluarga yang bekerja sebagai buruh migran dan orang-orang yang berpengaruh pada aksi perubahan melalui Focus Group Discussion (FGD) yang diagendakan secara intens pada minggu 1-3 bulan sehingga seluruh masyarakat mengetahui rencana aksi dan aksi apa saja yang akan dilakukan sehingga masyarakat dan kelompok FAD tidak apatis dengan program tersebut. Dari hasil FGD tersebut menghasilkan rencana proses perubahan melalui pembentukan baru yang memuat

105 3 tujuan yakni: Peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), memperbaiki perilaku menyimpang pada anak, penyadaran kepada orang tua. Gambar 6.5 Melakukan Perencanaan Kegiatan dengan Kelompok PATBM Sumber: Dokumentasi Peneliti Untuk melaksanakan aksi, diperlukan adanya masyarakat yang dituju untuk memenuhi melakukan suatu perubahan untuk diri sendiri, keluarga dan di lingkungan mereka. Pemateri dapat di lakukan oleh masyarakat yang sudah berpengalaman atau mengundang dari pihak luar. Dana pun tidak kalah pentingnya untuk kegiatan, dana merupakan benda meteriil yang sama pentingnya untuk melaksanakan suatu kegiatan. Dana yang dikeluarkan untuk kegiatan ini berasal dari desa yang memang sudah masuk dalam anggaran dana.

106 Tujuan Akhir (Goal) Tujuan (Purpose) Hasil (Result / output) Tabel 6.1 Ringkasan Narrative Program Terciptanya Desa Sawahan menjadi desa layak anak Meningkatkan perlindungan dan pemenuhan hak-hak anak buruh migran Mengorganisir penyelenggaraan kampanye bagi orang tua untuk pemenuhan perlindungan dan hak anak Kegiatan 1. Inkulturasi dengan masyarakat a. Menghadirkan pihak yang terlibat b. Pengumpulan informasi dan data c. Melakukan diskusi tentang permasalahan yang ada d. Rencana tindak lanjut 2. Melakukan perencanaan aksi perubahan a. Mengumpulkan pihak-pihak yang terlibat b. Melakukan diskusi perencanaan aksi 3. Kampanye perlindungan dan pemenuhan hak anak a. Pengumpulan informasi dan analisis data b. Pemaparan hasil dan RTL 4. Monitoring dan evaluasi Pelatihan manajemen/penguata n kapasitas pengelolaan kelompok FAD 1. Koordinasi dan mengumpulkan kelompok a. Menyamakan tujuan b. Membuat kepanitiaan 2. Pemahaman tentang manajemen organisasi/kelomp ok a. Mengumpulka n anggota FAD dan aparat desa yang mendampingi kelompok b. Membahas tentang konsep pelatihan FAD dan kegiatan yang akan dilakukan ke depannya c. Membentuk kesepakatan d. Menyusun program kerja e. Monitoring dan Evaluasi Advokasi program desa untuk perlindungan anak 1. Koordinasi dan penggiringan isu a. Pengumpulan informasi dan aspirasi masyarakat mengenai isu 2. Advokasi program desa a. Mengumpulk an informasi b. Mengumpulk an pemerintah desa c. Menyamakan tujuan d. Penetapan tujuan, sasaran, dan strategi e. Membentuk kesepakatan bersama f. Implementasi g. Monitoring dan Evaluasi

107 Tujuan dari pemberdayaan masyarakat Desa Sawahan adalah meningkatkan perlindungan dan pemenuhan hak-hak anak buruh migran yang kemudian difokuskan kembali menjadi tujuan akhir yakni terciptanya Desa Sawahan menjadi desa layak anak. Dari terbentuknya tujuan di atas, makan perlu di breakdown kembali menjadi beberapa hasil output yaitu yang pertama, mengorganisir penyelenggaraan kampanye bagi orang tua untuk pemenuhan perlindungan dan pemenuhan hak anak. Melakukan diskusi mendalam/fgd bersama kelompok FAD, pemerintah desa dan keluarga pekerja buruh migran dengan membahas permasalahan yang terjadi kemudian mengumpulkan informasi dan data yang diperoleh. Setelah itu melakukan rencana tindak lanjut untuk merencanakan aksi perubahan. Untuk melakukan perencanaan aksi juga perlu melakukan diskusi dengan berbagai pihak hingga menetapkan keputusan. Kemudian aksi kampanye dilakukan sesuai dengan pemaparan RTL yang telah ditetapkan dan melakukan evaluasi pada peserta kampanye. Yang kedua, pelatihan manajemen/penguatan kapasitas pengelolaan kelompok FAD. Untuk melaksanakan kegiatan di atas, masih perlu melakukan koordinasi dan mengumpulkan kelompok untuk menyamakan tujuan dan membuat kepanitiaan. Kemudian melakukan pelatihan pemahaman tentang manajemen kelompok. Membahas tentang konsep pelatihan FAD dan kegiatan apa yang akan dilakukan ke depannya. Setelah membentuk kesepakatan maka kelompok FAD menyusun program kerja, serta melakukan evaluasi setelah kegiatan selesai. Yang ketiga, melakukan advokasi kebijakan program desa untuk mendukung perlindungan anak. Untuk tercapainya hasil tersebut, sangat perlu melakukan

108 koordinasi dengan stakeholder terkait yakni masyarakat dari keluarga pekerja buruh migran, kelompok PATBM dan pemerintah desa dan mengumpulkan informasi dan aspirasi masyarakat mengenai isu. Kemudian melakukan penetapan tujuan, sasaran, dan strategi untuk membentuk kesepakatan bersama sehingga kebijakan tentang perlindungan dan pemenuhan hak anak keluarga pekerja buruh migran dapat direalisasikan dengan baik dan efektif. E. Menggalang Dukungan Stakeholder Terkait Program yang dilakukan untuk menuju sebuah perubahan tidak hanya di dilakukan oleh kelompok atau masyarakat yang berhubungan saja. Untuk melakukan sebuah perubahan, perlu adanya dukungan dari berbagai stakeholder yang ada. Seperti pemerintah desa yang merupakan penanggung jawab untuk segala permasalahan yang ada. Upaya mendukung program pengarusutamaan anak selama ini telah cukup banyak dilakukan. Kegiatan sosialisasi, advokasi, konsultasi sampai dengan berbagai jenis kegiatan bantuan usaha untuk pemberdayaan ekonomi anak beserta keluarganya juga tidak luput dari perhatian berbagai pihak, khususnya pemerintah Provinsi dan kabupaten/kota. Tidak sedikit pula stakeholder yang melakukan penanganan terhadap permasalahan yang di hadapi anak terutama kaitannya dengan kasus pelanggaran terhadap hak-hak anak. Untuk menyukseskan program pengarusutamaan anak dibutuhkan tidak hanya kesediaan beraktivitas dari satu lembaga atau institusi tetapi dukungan dari berbagai pihak terkait juga sangat dibutuhkan.

109 Berikut ini stakeholder yang berhubungan dengan permasalahan pemenuhan perlindungan dan hak-hak anak sebagai berikut: Tabel 6.2 Analisis Stakeholder 1 2 3 4 5 Organisasi Karakterist Kepentingan Bentuk Tindakan yang ik Utama Keterlibatan Harus Dilakukan Pemerintah Pemerintah Memberi 1. Mendata dan Desa Desa aturan yang mengoordinasi tegas tentang kan dengan program masyarakat pendidikan informal Forum Anak Desa (FAD) PATBM Desa Sawahan Organisasi IPM Organisasi masyarakat Kelompok BMI Organisasi Menguatkan organisasi dan memperbaiki segi manajemen Memberikan pendidikan kepada orang tua mengenai perlindungan dan hak anak pada keluarga BMI Memberikan pelatihan manajemen organisasi kepada kelompok FAD Mendukung, memberi pengarahan serta senantiasa memberi support dalam proses pemberdayaan yang dilakukan Mendukung proses pemberdayaan Sebagai fasilitator masyarakat desa Sebagai pemateri tentang manajemen organisasi 2. Mewadahi masyarakat sekitar dan terus mendampingi serta mengawasi program yang dilaksanakan Melakukan tindakan nyata aksi perubahan sosial Tindakan nyata yang akan menuju perubahan mindset masyarakat Tindakan nyata yang akan menimbulkan adanya perubahan

110 Dalam forum diskusi diakui bahwa selama ini masih cukup banyak kelemahan dan kendala yang dihadapi oleh stakeholder dalam upaya memberikan dukungan terhadap program perlindungan dan pemenuhan hak anak. Berbagai kendala yang dimaksud antara lain: Pertama, akibat masih belum berkembangnya pemikiran yang berperspektif pada anak maka besar kemungkinan komitmen dalam permasalahan yang dihadapi anak juga tidak terlampau maksimal. Kedua, masih lemahnya koordinasi yang dilakukan antara lembaga atau dinas instansi terkait. Ketiga, terbatasnya anggaran dana untuk melakukan penanganan terhadap permasalahan anak. Di setiap pembangunan suatu desa tentunya sangat dibutuhkannya kerja sama yang baik antara pihak pemerintah desa maupun warga sipil, tanpa adanya suatu kerja sama maka permasalahan yang ingin di selesaikan tidak akan pernah tuntas. Stakeholder yang terkait dengan pelaksanaan program pemberdayaan diatas ada beberapa yang pertama pemerintah desa. Pemerintah desa nantinya akan memberikan dukungan, pengarahan dalam proses pemberdayaan. Pemerintah desa akan membantu mengoordinasikan oleh setiap kelompok-kelompok yang terlibat dalam program pemberdayaan dan mendampingi masyarakat dan tim fasilitator. Tidak hanya itu saja, pemerintah desa juga mengawasi program yang sedang dilaksanakan. F. Menggalang Aksi Perubahan Untuk membuat suatu perubahan diperlukan adanya dukungan dari berbagai macam pihak meliputi masyarakat, pemerintah desa, dan lainnya. untuk mendapatkan dukungan dan kepercayaan, peneliti melakukan assessment,

111 inkulturasi pada masyarakat, RT, kelompok-kelompok yang ada di desa seperti yasinan ibu-ibu, kelompok FAD, kelompok PATBM, dan kelompok sadar wisata, serta yang paling penting yaitu pemerintah desa. Perencanaan tindakan untuk perubahan merupakan upaya menghimpun gagasan yang muncul dari masyarakat dalam pemecahan masalah. Perencanaan ini dilakukan melalui forum FGD yang dilaksanakan pada 12 Januari 2017. Dalam FGD melibatkan 6 orang yang mewakili masyarakat dari keluarga pekerja buruh migran yang memiliki keinginan untuk berubah bersama serta 4 orang dari kelompok PATBM. Pada FGD tersebut menghasilkan rencana proses perubahan melalui kelompok PATBM yang memuat beberapa tujuan yaitu penyadaran pada orang tua, peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia, dan memperbaiki perilaku menyimpang pada anak. Setelah peneliti dan masyarakat menyamakan tujuan, masyarakat mulai melakukan pembuatan kepanitiaan kegiatan. Pada pembuatan kepanitiaan tersebut membahas materi apa saja yang akan disampaikan, siapa yang akan menjadi pemateri, mengatur konsumsi yang akan disediakan pada kegiatan. Biaya konsumsi ditanggung oleh dana pemerintah desa yang memang disediakan untuk kegiatan tersebut. Proses yang dilakukan peneliti bersama dengan masyarakat yang berawal dari assessment, inkulturasi, FGD, riset bersama, menentukan fokus masalah hingga menggalang aksi perubahan dilakukan secara partisipatif. G. Evaluasi Keberlanjutan Proses yang telah dijalani selama pengorganisasian membuahkan hasil yang cukup bagus untuk masuk pada kegiatan aksi perubahan. Setelah semua kegiatan terlaksana, sangat perlu adanya evaluasi untuk melakukan tindak keberlanjutannya.

112 Kegiatan evaluasi dimulai dari assessment awal, proses inkulturasi bersama masyarakat dan beberapa kelompok yaitu kelompok yasinan ibu-ibu, kelompok FAD, kelompok PATBM, dan kelompok sadar wisata, sowan-sowan ke RT Dusun Singgahan. Kemudian mengevaluasi kegiatan riset bersama masyarakat, menentukan fokus masalah hingga kegiatan aksi. Setelah kegiatan aksi selesai, peneliti bersama masyarakat langsung melakukan evaluasi untuk menentukan tindak keberlanjutannya. Proses evaluasi dilakukan secara partisipatif yaitu yang melakukan masyarakat sendiri dan tidak mendominasi. Peneliti juga memberikan beberapa pertanyaan untuk mengetahui seberapa tingkatan perubahan yang dialami oleh masyarakat Desa Sawahan. Setelah mengetahui apa yang diinginkan dari masyarakat untuk ke depannya, peneliti bersama masyarakat melakukan diskusi bersama dengan pemerintah desa mengenai rencana tindak lanjut setelah kegiatan pemberdayaan.