Catatan Awal Riset Aksi 2007 Bersama Komunitas Mitra Strategis PKBI DIY 2007
|
|
- Iwan Susman
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Catatan Awal Riset Aksi Bersama Komunitas Mitra Strategis PKBI DIY Pusat Studi Seksulitas PKBI DIY
2 PENDAHULUAN Riset aksi secara teoritis dapat diartikan sebagai sebuah program pemberdayaan yang dilakukan oleh suatu komunitas untuk memberdayakan diri mereka sendiri dengan melakukan sekian perubahan-perubahan, baik di dalam komunitas itu sendiri maupun di luar komunitas tersebut, termasuk wilayah kebijakan yang berkait dengan eksistensi komunitas. Dalam nalar ini, keberadaan PKBI, khususnya Program Pengorganisasian Komunitas Risiko Tinggi (PKRT) dan Pusat Studi Seksualitas (PSS) hanyalah menjadi fasilitator yang bertugas membantu untuk menyediakan apa yang mereka butuhkan untuk melakukan perubahan yang mereka inginkan, khususnya pada level skill riset, menulis dan pengorganisasian PSS sebagai fasilitator yang hanya membantu mengasah skill riset dan teknik menulis dalam melakukan tugasnya memulai dengan mengajak teman-teman komunitas untuk bisa mempolakan peristiwa. Setelah itu, mengajak mereka untuk bisa mengambil kesimpulan-kesimpulan kecil dari peristiwa tersebut. Kesimpulan-kesimpulan kecil itu kemudian dituangkan ke dalam sebuah tulisan untuk menjadi media sosialisasi. Media ini juga bertujuan untuk bisa menambah teman untuk berpikir bersama dan tentu saja untuk kemudian merealisasikan pikiran-pikirannya dalam sebuag gerakan bersama untuk mengubah kebijakan yang belum mengakui hak mereka. CATATAN RISET AKSI SEBELUMNYA Dari riset aksi yang sudah dilakukan sebelumnya, minimal ada tiga (3) catatan penting yang didapatkan, yakni : 1. Masih ada kesan bahwa PKBI menjadi pihak yang menentukan banyak hal bagi keberlangsungan organisasi komunitas. Strategi pertemuan di PKBI memang menimbulkan kesan bahwa pertemuan itu adalah kepentingan PKBI untuk membawa komunitas ke suatu situasi yang mereka tidak pahami secara utuh. Implikasinya, kesan ketergantungan masih sedikit kental dalam pertemuan-pertemuan ini. Implikasinya, ketika pertemuan dilakukan di PKBI, walaupun ditujukan untuk membuat forum sharing antar komunitas untuk membahas persoalan, kesan yang tercipta adalah bahwa forum itu adalah forum PKBI, bukan forum komunitas. 2. Riset aksi yang dilakukan baru sampai pada tahap pembentukan media. Media yang terbentuk adalah media komunitas yang akan dipakai sebagai alat pengorganisiran, alat sosialisasi serta advokasi komunitas. Media disusun sendiri oleh teman-teman dari mulai merancang format sampai isi tulisannya. Walau demikian catatannya adalah belum semua PE terlibat dalam proses penulisan ini. PE yang sudah terlibat dalam proses pembuatan media ini belum semua mampu menulis secara rutin apa 2
3 yang mereka alami yang sebenarnya menjadi sebuah dasar yang sangat bagus untuk advokasi. 3. Keterlibatan PE dalam konteks riset aksi belum sepenuhnya berhasil. Apalagi jika ukurannya adalah kemampuan PE dalam pengorganisasian komunitasnya. PE masih ragu untuk mensosialisasikan apa yang ia dapat selama proses riset aksi ke komunitasnya. Ini terkait dengan situasi konsolidasi yang masih belum sepenuhnya fix. Perangkat gerakan sudah ada di PE. Akan tetapi bagaimana menerapkan perangkat ini menjadi nyata dan konkret yang belum mereka miliki. TANTANGAN LAPANGAN Dari pembacaan situasi pada proses riset aksi sebelumnya di atas, PKRT dan PSS kemudian melakukan proses refleksi bersama komunitas untuk menentukan langkah aksi ke depan. Proses refleksi ini mengikuti proses FGD untuk pemetaan persoalan lapangan masing-masing komunitas. FGD ini berlangsung 4 kali, yakni mulai tanggal 7 Januari 15 Januari. NO Waktu Tempat Komunitas 1 7 Januari Lantai III PKBI Badran Waria 2 9 Januari Lantai III PKBI Badran Gay 3 11 Januari Lantai III PKBI Badran Remaja Jalanan 4 14 Januari Lantai III PKBI Badran Perempuan Pekerja Seks FGD ini lebih mencoba melihat peta persoalan pada masing-masing komunitas. Pertanyaan mendasar yang dibahas bersama adalah sudah sampai pada titik mana komunitas bergerak?. Forum FGD ini adalah forum pertama dalam rangkaian proses riset aksi, yakni forum untuk menyamakan persepsi dan ruang Latar Belakang dalam riset bersama komunitas. Dari FGD ini, lahir beberapa gagasan bersama yang menjadi tantangan ke depan : - Menginisisasi pertemuan dan komunikasi yang lebih intens oleh PE di masing-masing komunitas untuk membentuk dan menguatkan organisasi komunitas yang sudah ada - Mengefekstifkan sistem pengorganisasian yang sudah ada untuk semakin menguatkan organisasi berbasis komunitas - Menyuarakan sendiri suara komunitas lewat media komunitas - Mencoba memelihara dorongan dengan pihak-pihak yang menjadi sasaran advokasi 3
4 TUJUAN YANG DISEPAKATI 1. Menguatkan kembali komunikasi PE ke dalam komunitas 2. Penguatan organisasi berbasis komunitas 3. Media komunitas sebagai alat bersuara bagi komunitas MODEL RISET AKSI Pada riset aksi kali ini, PKRT dan PSS tetap menjadi fasilitator bagi komunitas. Akan tetapi melihat model proses yang sebelumnya, akhirnya model riset aksi tidak membutuhkan banyak pertemuan khusus dengan komunitas yang disengaja untuk riset aksi. Model kali ini lebih fokus pada aksi konkret yang sekiranya mampu mencakup ketiga tujuan sekaligus. Di sisi lain, model riset aksi tidak bisa diposisikan secara independen dari program pengorganisasian yang dilakukan oleh CO dan program pengembangan kapasitas bagi komunitas. Sehingga, semua program dan aktifitas bersama komunitas adalah menjadi bagian dari riset aksi. Oleh karena itu posisi riset aksi adalah menjadi tulang dari sekian banyak program dan aktiftas baik yang dilakukan oleh CO maupun aktifitas yang dilakukan untuk dan bersama komunitas. Lihat diagram sirip ikan di bawah ini. Organizing Outreaching Assisting R I S E T A K S I Bentuk Aktual Media Komunitas Organisasi Komunitas PERUBAHAN KOMUNITAS Pengembangan Kapasitas Pertemuan Komunitas Networking Dari model ini, langkah-langkah konkrert yang dilakukan dalam proses riset aksi adalah : Pembentukan Media Komunitas Pembentukan media komunitas adalah lanjutan dari proses riset aksi sebelumnya. Media komunitas ini menjadi tugas PSS untuk memfasilitasi dan membantu mengerangkakan sistem media dan membantu skill penulisan. Dari riset aksi sebelumnya, komunitas sudah mampu membuat media komunitas yang bernama Gemerlap Malam (Gema). Media komunitas ini menjadi sangat penting artinya bagi komunitas karena lewat media ini: o Komunitas memiliki sistem internal untuk memantau, melihat dan mengkaji secara terus menerus apa yang terjadi di masing-masing anggota komunitas. 4
5 o Kemudian hasil kajian dan pantauan tentang apa yang ada di komunitas bisa ditulis dan didokumentasikan untuk nantinya dijadikan bahan untuk media komunitas. o Dan media komunitas ini bisa dijadikan alat komunikasi di internal komunitas. Bagi temen-teman komunitas, media ini berfungsi sebagai pengingat tentang perilaku, penyemangat semangat untuk bergerak, refleksi kondisi komunitas, dan alat untuk melakukan kritik. o Media ini juga dijadikan sebagai alat bersuara komunitas bagi pihak-pihak yang ditengarai masih memberikan stigma dan diskriminasi terhadap komunitas. Pertemuan organisasi berbasis komunitas yang lebih intens Penguatan organisasi berbasia komunitas menjadi isu yang cukup sentral dalam forum pemetaan bersama situasi pengorganisasian bersama komunitas, PKRT dan PSS. Oleh karena itu, langkah yang dilakukan adalah mencoba mengefektifkan fungsi PE ke dalam komunitas dan mengembangkan strategi pengorganisasian yang dilakukan oleh CO. LANGKAH RISET AKSI Di bawah ini adalah beberapa langkah dan kegiatan yang dilakukan oleh komunitas bersama PSS dan PKRT yang menjadi fasilitator. Langkah dan kegiatan di bawah sebagaian besar lebih spesifik untuk membentuk media komunitas yang menjadi titik sentral kegiatan riset aksi. No Langkah Waktu Peserta 1 Forum pemetaan peta pengorganisasian di masing-masing komunitas lewat FGD yang difasilitasi oleh PSS. Januari 2 Pemetaan tim riset aksi dari komunitas (sekaligus 15 Januari 14 tim redaksi media komunitas) 30 Maret 3 Forum penyamaan persepsi dan pelatihan 12 April 12 pengenalan jurnalitik dan riset sederhana 4 Rapat tim riset / redaksi I : Perumusan Isu 26 April Rapat tim riset / redaksi II : Pembagian tugas dan 3 Mei 12 pendalaman masing-masing fokus kajian 6 Pengambilan data dan kajian lapangan (riset redaksi) 4 25 Mei 7 Pengumpulan tulisan dan temusn serta editing 26-3 Juni 12 bersama 8 Lay out bersama dan Cetak edisi I 17 Juni 9 Rapat evaluasi dan mekanisme distribusi 25 Juni 9 10 Rapat perumusan isu kembali untuk kajian dan edisi II 3 Juli 7 5
6 11 Rapat tim riset / redaksi untuk pendalaman masing-masing fokus kajian 12 Pengambilan data dan kajian lapangan (riset redaksi) 13 Pengumpulan tulisan dan temuan serta editing 10 Juli Juli Juli bersama 14 Lay out bersama dan Cetak edisi I 26 3 Agustus 15 Rapat evaluasi dan mekanisme distribusi edisi II 9 Agustus 9 12 Selain langkah di atas, proses riset aksi juga dilakukan dengan beberapa program pengorganisasian, pengembangan kapasitas bagi komunitas, networking dan dorongan advokasi. Untuk laporan kegiatan yang berkaitan dengan bebrapa prgram tersebut, bisa dilihat dalam laporan besar program. KETERLIBATAN KOMUNITAS Dari seluruh proses riset aksi dalam tahun ini, memang tidak seluruh anggota komunitas terlibat langsung. Dalam proses riset aksi ini, keterlibatankomunitas bisa dipilah dalam 2 fungsi, yakni fungsi PE dan fungsi Dewan Redaksi Komunitas. Secara detail jumlah anggota komunitas yang terlibat dalam proses riset aksi ini sebagai berikut : NO Komunitas PE Dewan Redaksi 1 Perempuan Pekerja Seks 4 orang 4 orang 2 Remaja Jalanan 4 orang 4 orang 3 Waria 4 orang 4 orang 4 Gay 4 orang 4 orang TEMUAN-TEMUAN BERSAMA Dari proses riset aksi yang dijalankan dari awal tahun sampai akhir ini, banyak hal yang bisa dijadikan temuan bersama komunitas. Kata temuan di sini tidak sama dengan temuan dalam term riset ilmiah ala kampus. Temuan di sini lebih berarti sebuah kesadaran dan ruang kognisi baru yang dimiliki oleh anggota komunitas untuk lebih memahami situasi konsolidasi komunitas, dan dengan kesadaran baru tersebut komunitas mampu merancang mekanisme perubahan dalam internal komunitas maupun perubahan di level sistem kebijakan yang tidak berpihak kepada komunitas. Kerja sama antar komunitas menjadi sangat penting dalam proses perubahan kebijakan. Dalam pertemuan-pertemuan selama riset aksi di lakukan, jelas tertangkap sebuah kesadaran yang semakin menebal bahwa kerjasama antar komunitas waria, gay, PS dan remaja jalanan semakin penting. Bagi teman-teman komunitas, wadah yang difasilitasi 6
7 oleh PKBI sangat efektif untuk membangun kerjasama ini. Mereka mengakui bahwa dengan seringnya antar komunitas bertemu, ada proses pemupukan semangat lintas komunuitas dan pengakuan bersama bahwa mereka harus terus berjuang satu sama lain untuk perjuangan hak. 1 bukti konkret yang bisa diajukan adalah media komunitas ini. Media ini tidak dibuat oleh masing-masing komunitas, akan tetapi lintas komunitas. Isi yang ada di dalam media ini mencerminkan ikatan bersama atau common denominator dan juga common enemy (kata temen-temen gay) bagi semua komunitas sekaligus tetap menampilkan ciri khas kehidupan di masing-masing komunitas secara bergantian. Dokumentasi seluruh kejadian penting di lapangan, menjadi sebuah hal yang harus dilakukan untuk menjadi basis pembuktian tentang adanya semangat komunitas dan juga fakta tentang ketidakadilan yang selama ini berjalan Lewat media komunitas ini, minimal PE yang ikut sebagai tim riset dan redaksi memililiki perespektif bartu tentang segala peristiwa yang terjadi di komunitas. Mereka tidak lagi hanya memandang sekian peristiwa yang terjadi di komunitas hanya sebagai kejadian biasa yang wajar terjadi pada komunitas. Peristiwa-peristiwa tersebut kini sudah bisa mereka strukturkan dalam sebuah pembacaan kritis yang dikaitkan dengan hak hidup mereka yang selama ini belum diakui sama. Media Sebagai Corong Media komunitas ini bisa dijadikan alat komunikasi di internal komunitas yang berfungsi sebagai pengingat tentang perilaku, penyemangat semangat bergerak, refleksi kondisi komunitas, dan alat untuk melakukan kritik. Jenis kesadaran ini tentu saja tidak lahir secara instan, tapi melalui proses yang cukup panjang dalam rentang perjalanan riset aksi. Beberapa pemaknaan ini baru muncul ketika mereka membuat media komunitas yang ke-2 yang lebih kental warna perlawanannya. Penguatan organisasi komunitas sendiri adalah sebuah isu sentral yang harus terus didorong Dalam sekian perbincangan yang dilakukan bersama komunitas, isu sentral yang menjadi tantangan komunitas adalah membangun dan menguatkan organisasi berbasis komunitas itu sendiri. Dalam proses ini, mereka memunculkan semangat yang sangat menggelora untuk menjadi organisasi seperti PKBI (komunitas Remaja Jalanan Alun-alun Kidul dan komunitas PSP Kamis Sehat). Dan lewat media komunitas ini, mereka mengetahui strategi alternatif untuk lebih dekat dengan komunitas masing-masing. Ketika mereka melakukan pengamatan, reportase, wawanacara atau ketika mereka mendistribusikan dan mendiskusikan isi media dengan anggota komunitas. 7
8 Adanya sistem aturan internal komunitas menjadi penting untuk menjamin perubahan yang diinginkan bersama, baik dalam level perilaku seksual lebih aman (safer sex) maupun dalam perilaku berkomunitas. Lewat perjalanan riset aksi ini, ada sebuah kesadaran baru, walau masih belum sepenuhya fix disadari oleh semua komunitas, bahwa perlu ada aturan internal yang mengatur anggota komunitas untuk menjamin tata kehidupan komunitas yang kondusif, sehat dan tetap bersemangat untuk berjuang. Media komunitas adalah salah satu media yang tepat untuk mengkomunikasikan beberapa ide aturan yang perlu disadari oleh komunitas. KESIMPULAN Proses riset aksi yang kedua ini, mulai menunjukkan efekstifitasnya ketika komunitas tidak lagi sangat berrgantung pada PKBI DIY. Sudah muncul dalam benak mereka bahwa ada kebutuhan untuk menguatkan komunitas masing-masing dengan strategi kerjasama antar komunitas sampai terciptanya organisasi berbasis komunitas yang kuat. Hal ini tentu berbeda dengan proses riset aksi tahun pertama yang masih menghadapi kendala ketergantungan komunitas pada PKBI yang cukup tiunggi, minimal di wilayah finansial. Pada riset aksi ini mereka mulai menapaki pola kesadaran baru tentang bagaimana membangun komunitas masing-masing sebagai basis perlawanan terhadap sekian sistem dan tindakan yang mendiskriminasi dan menstigma mereka. Beberapa kata kunci yang sangat penting yang menjadi temuan bersama dalam rapat evaluasi riset aksi adalah : o Kerja sama antar komunitas o Dokumentasi o Organisasi komunitas o Sistem aturan internal komunitas o Media Sebagai Corong 8
Strategi Mengelola RELAWAN PKBI DIY
Strategi Mengelola RELAWAN PKBI DIY 1 VISI-MISI DAN SEJARAH LEMBAGA PKBI lahir dalam semangat advokasi, walaupun dalam perjalanan sejarahnya semangat ini timbul tenggelam Dorongan advokasi mulai menggelora
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN
BAB II GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN A. Gambaran Umum Youth Center PKBI DIY 1. Sejarah Singkat Youth Center PKBI DIY PKBI atau yang biasa dikenal dengan Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia merupakan
Lebih terperinciManual Prosedur. Publikasi Ilmiah FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
Manual Prosedur Publikasi Ilmiah UNIVERSITAS BRAWIJAYA Tujuan: Menjamin bahwa aktivitas publikasi ilmiah mempunyai mekanisme yang jelas dan dapat tercatat dengan baik. Definisi: 1. Publikasi ilmiah adalah
Lebih terperinciMELINDUNGI SECARA UTUH : Layanan Sinergitas. Gama Triono
MELINDUNGI SECARA UTUH : Layanan Sinergitas Gama Triono www.pkbi-diy.info Fakta 2015 Prevalensi HIV & AIDS 2015 Melalui hubungan Seksual : Perempuan Rumah Tangga > dr Pekerja Seks Perempuan positif : akseptor
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Disertasi ini mengkaji tentang relasi gender dalam keterlibatan perempuan. minoritas seperti pemuda, petani, perempuan, dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Disertasi ini mengkaji tentang relasi gender dalam keterlibatan perempuan di radio komunitas. Karakteristik radio komunitas yang didirikan oleh komunitas, untuk komunitas
Lebih terperinciBAB VII KESIMPULAN DAN SARAN. sebelumnya, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
207 BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dianalisis dan dibahas pada bab sebelumnya, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Bentuk/jenis kegiatan
Lebih terperinciMENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG
MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN TUGAS KEHUMASAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN DALAM NEGERI DAN PEMERINTAH DAERAH DENGAN
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. ini. pemberdayaan digunakan sebagai alternatif pembangunan yang bersifat
BAB V PENUTUP 1. Kesimpulan Pemberdayaan komunitas menjadi alterlatif dalam proses pembangunan saat ini. pemberdayaan digunakan sebagai alternatif pembangunan yang bersifat sentralistik, top-down dan berorientasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Putri Hidayati, 2013
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi menyajikan berbagai perubahan dan tantangan yang sangat kompleks di setiap sendi kehidupan. Untuk menghadapi tantangan ini, manusia harus berupaya meningkatkan
Lebih terperinciMENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG
MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN TUGAS KEHUMASAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN DALAM NEGERI DAN PEMERINTAH DAERAH DENGAN
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. mengenai program Kampung Ramah Anak, lahir melalui proses yang simultan dan
BAB V PENUTUP V.1 Kesimpulan Konstruksi sosial yang dibangun oleh warga RW 11 Kampung Badran mengenai program Kampung Ramah Anak, lahir melalui proses yang simultan dan berlangsung secara dialektis yakni
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.5/Menhut-II/2012 TENTANG
PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.5/Menhut-II/2012 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN TUGAS KEHUMASAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN
Lebih terperinciMembangun BKM. Membangun BKM. Siklus Kegiatan PNPM Mandiri-P2KP. Membangun BKM DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM PERKOTAAN MANDIRI
DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI MANDIRI PERKOTAAN 3 Siklus Kegiatan PNPM Mandiri-P2KP Membangun BKM Membangun BKM Membangun BKM
Lebih terperincikebijakan yang menyebutkan pengembangan masyarakat dan desa dalam kerangka desentralisasi pembangunan. Namun kenyataannya, masyarakat, desa dan
LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN FASILITASI DAN PENGEMBANGAN PUSAT PERTUMBUHAN TERPADU ANTAR DESA (PPTAD) DALAM RANGKA PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN BERBASIS MASYARAKAT (PKPBM) TAHUN 2012 KEGIATAN Fasilitasi
Lebih terperinciLaporan Kegiatan Workshop : Advokasi dan Berjejaring sebagai Bagian penting dalam Pengembangan Program Penanggulangan HIV/AIDS di Indonesia
Laporan Kegiatan Workshop : Advokasi dan Berjejaring sebagai Bagian penting dalam Pengembangan Program Penanggulangan HIV/AIDS di Indonesia Latar Belakang Sejak pertama kali kasus HIV ditemukan di Indonesia
Lebih terperinciMENGENAL KPMM SUMATERA BARAT
MENGENAL KPMM SUMATERA BARAT Oleh Lusi Herlina Sumber: BUKU KRITIK & OTOKRITIK LSM: Membongkar Kejujuran dan Keterbukaan Lembaga Swadaya Masyarakat Indonesia(Hamid Abidin & Mimin Rukmini) Halaman: 194-201
Lebih terperinci3. METODE PENELITIAN
3. METODE PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian Fenomena perempuan bercadar merupakan sebuah realitas sosial yang terjadi di tengah masyarakat kita. Fenomena yang terjadi secara alamiah dalam setting dunia
Lebih terperinciPemilu BKM. Buletin Warta Desa
Pemilu BKM 3 Minta salah seorang warga menjelaskan tentang hasil FGD Kelembagaan dan FGD Kepemimpinan yang telah dilakukan pada siklus PS, terutama berkaitan dengan: (1) kriteria-kriteria lembaga komunitas
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Kerjasama Antar Daerah (KAD) Bregasmalang merupakan kerjasama yang terbentuk berdasarkan Perda no. 6 tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pada dasarnya sebagai manusia, kita membutuhkan untuk dapat berinteraksi
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya sebagai manusia, kita membutuhkan untuk dapat berinteraksi dan bersosialisasi. Karena manusia dalam banyak hal memiliki kebebasan untuk bertindak di luar
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. kebangkitan gerakan perempuan yang mewujud dalam bentuk jaringan. Meski
BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Kehadiran gerakan perempuan yang ada di Yogyakarta telah dimulai sejak rejim orde baru berkuasa. Dalam tesis ini didapatkan temuan bahwa perjalanan gerakan perempuan bukanlah
Lebih terperinciSecara umum, perencanaan sosial dimaksudkan untuk:
PERENCANAAN SOSIAL BERBASIS KOMUNITAS YANG INDEPENDEN PADA SEKTOR RELAWAN Pada tahun 1992, Dewan Perencanaan Sosial Halton bekerjasama dengan organisasi perencanaan sosial yang lain menciptakan Jaringan
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. Sinorang tidak bisa diseragamkan dengan pola pendampingan yang dipahami. CSR di Desa Sinorang dapat terpetakan sebagai berikut:
BAB V PENUTUP Pendampingan program-program CSR yang dilakukan para pendamping di Desa Sinorang tidak bisa diseragamkan dengan pola pendampingan yang dipahami secara normatif. Penulis menemukan beberapa
Lebih terperinciBAB III ANALISIS. Komunitas belajar dalam Tugas Akhir ini dapat didefinisikan melalui beberapa referensi yang telah dibahas pada Bab II.
BAB III ANALISIS Sesuai dengan permasalahan yang diangkat pada Tugas Akhir ini, maka dilakukan analisis pada beberapa hal sebagai berikut: 1. Analisis komunitas belajar. 2. Analisis penerapan prinsip psikologis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Studi (Wajib) bagi mahasiswa program S-1 Ilmu komputer. Setelah. mendapatkan persetujuan dari tim pembina mata kuliah seminar Ilmu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mata kuliah seminar merupakan Mata Kuliah Keahlian Program Studi (Wajib) bagi mahasiswa program S-1 Ilmu komputer. Setelah mendapatkan persetujuan dari tim pembina
Lebih terperinciLEMBAR INFORMASI. Pemanfaatan Media Sosial dalam Advokasi Kebijakan yang dilakukan OMS HIV di Indonesia.
LEMBAR INFORMASI JUDUL PENELITIAN Pemanfaatan Media Sosial dalam Advokasi Kebijakan yang dilakukan OMS HIV di Indonesia. UNDANGAN KETERLIBATAN Anda diajak untuk terlibat dalam penelitian Pemanfaatan Media
Lebih terperinciDEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Direktorat Jenderal Cipta Karya MODUL KHUSUS KOMUNITAS C05. Relawan. Pemetaan Swadaya. PNPM Mandiri Perkotaan
DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Direktorat Jenderal Cipta Karya MODUL KHUSUS KOMUNITAS Relawan C05 Pemetaan Swadaya PNPM Mandiri Perkotaan Modul 1 Alur dan GBPP OJT PS 1 Kegiatan 1 Curah Pendapat Harapan dan
Lebih terperinciMODUL PEMETAAN SOSIAL BERBASIS KELOMPOK ANAK
MODUL PEMETAAN SOSIAL BERBASIS KELOMPOK ANAK 00 LATAR BELAKANG Social Mapping, Pemetaan Sosial atau Pemetaan Masyarakat yang dilakukan oleh anak dimaksudkan sebagai upaya anak menyusun atau memproduksi
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENDAMPINGAN. Sehingga terjalin hubungan yang baik dan setara. Inkulturasi dengan
61 BAB III METODOLOGI PENDAMPINGAN A. Strategi dan Teknik Pendampingan 1. Membangun Hubungan Kemanusiaan Inkulturasi serta membangun kepercayaan dengan Narapidana. Sehingga terjalin hubungan yang baik
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. pelaksanaan pembelajaran dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD,
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN 5.1. Simpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan pada bab IV dan temuan selama pelaksanaan pembelajaran dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD, Jigsaw dan konvensional,
Lebih terperinciPelibatan Komunitas GWL dalam Pembuatan Kebijakan Penanggulangan HIV bagi GWL
Pelibatan Komunitas GWL dalam Pembuatan Kebijakan Penanggulangan HIV bagi GWL Oleh GWL-INA FORUM NASIONAL IV JARINGAN KEBIJAKAN KESEHATAN Kupang, 6 September 2013 Apa itu GWL dan GWL-INA GWL adalah gay,
Lebih terperinci- 8 - Paragraf 2 Kepala Seksi Kualitas Hidup Perempuan Pasal 13 Kepala Seksi Kualitas Hidup Perempuan mempunyai tugas: a. merencanakan program/kegiatan dan penganggaran pada Seksi Kualitas Hidup Perempuan;
Lebih terperincikebijakan yang menyebutkan pengembangan masyarakat dan desa dalam kerangka desentralisasi pembangunan. Namun kenyataannya, masyarakat, desa dan
LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN FASILITASI DAN PENGEMBANGAN PUSAT PERTUMBUHAN TERPADU ANTAR DESA (PPTAD) DALAM RANGKA PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN BERBASIS MASYARAKAT (PKPBM) TAHUN 2012 KEGIATAN Fasilitasi
Lebih terperinci1.1 Latar Belakang. 1.2 Wilayah cakupan SSK
Bab 1: Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Sektor sanitasi merupakan salah satu sektor pelayanan publik yang mempunyai kaitan erat dengan kesehatan masyarakat. Rendahnya kualitas sanitasi menjadi salah satu
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG PETA JALAN (ROAD MAP) SISTEM PEMBINAAN PRAKTIK KEDOKTERAN
SALINAN PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG PETA JALAN (ROAD MAP) SISTEM PEMBINAAN PRAKTIK KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA,
Lebih terperinciGARIS BESAR HALUAN KERJA IKATAN LEMBAGA MAHASISWA PSIKOLOGI INDONESIA PERIODE
GARIS BESAR HALUAN KERJA PERIODE 2014-2015 BAB I PENDAHULUAN I. Pengertian Garis besar haluan kerja ikatan lembaga mahasiswa indonesia adalah pedoman organisasi dalam menentukan pola dan arah kerja untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. impian masa depan. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di era globalisasi seperti saat ini, pendidikan menjadi salah satu aspek penting, baik untuk mengembangkan potensi dalam diri maupun untuk mencapai impian masa
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
80 BAB VI KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Tujuan pelaksanaan home care telah dipahami perawat dan tim kesehatan yang lain yaitu melaksanakan perawatan pada pasien yang mengalami keterbatasan
Lebih terperinciBUKU PEGANGAN PELATIH MASYARAKAT PENINGKATAN KUALITAS KEGIATAN KESEHATAN DALAM PNPM MANDIRI PERDESAAN
BUKU PEGANGAN PELATIH MASYARAKAT PENINGKATAN KUALITAS KEGIATAN KESEHATAN DALAM PNPM MANDIRI PERDESAAN 11/4/2010 [DAFTAR ISI] KATA PENGANTAR...3 CARA MENGGUNAKAN BUKU INI...4 PELAKSANAAN PELATIHAN MASYARAKAT...8
Lebih terperincituntut menyelesaikan permasalahan secara mandiri dan dapat berperan aktif dalam proses pembelajaran. Di dalam proses pembelajaran, terjadi proses
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan alat untuk mengkomunikasikan berbagai ide, gagasan, dan pendapat secara jelas (Sutama, 2014: 142). Matematika tidak hanya sebagai ilmu,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan bentuk realita dari hasil imajinasi dan pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana ekspresi pengarang saja,
Lebih terperinciBAB V PENUTUP A. Kesimpulan
BAB V PENUTUP Pada bab terakhir ini peneliti akan memaparkan mengenai kesimpulan dan saran yang terkait dengan hasil penelitian dan analisis yang telah dilakukan pada bab sebelumnya. Peneliti akan menjelaskan
Lebih terperinciMemperkuat Partisipasi Warga dalam Tata Kelola Desa : Mendorong Kepemimpinan Perempuan
Memperkuat Partisipasi Warga dalam Tata Kelola Desa : Mendorong Kepemimpinan Perempuan Pusat Kajian Politik (Puskapol) FISIP Universitas Indonesia 14 Desember 2015 PROGRAM PENGUATAN PARTISIPASI PEREMPUAN
Lebih terperinciDESA: Gender Sensitive Citizen Budget Planning in Villages
DESA: Gender Sensitive Citizen Budget Planning in Villages Baseline Study Report Commissioned by September 7, 2016 Written by Utama P. Sandjaja & Hadi Prayitno 1 Daftar Isi Daftar Isi... 2 Sekilas Perjalanan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN. PAR ini adalah kepanjangan dari Participatory Action Research. Pendekatan PAR
BAB III METODE PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN A. Pendekatan Penelitian dan Pemberdayaan Dalam penelitian skripsi menggunakan pendeketan PAR. Dimana definisi PAR ini adalah kepanjangan dari Participatory Action
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengarang menciptakan karya sastra sebagai ide kreatifnya. Sebagai orang yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra tercipta sebagai reaksi dinamika sosial dan kultural yang terjadi dalam masyarakat. Terdapat struktur sosial yang melatarbelakangi seorang pengarang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat komunikasi sangat dibutuhkan untuk beraktivitas. Seseorang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan penghubung antar manusia. Dalam kehidupan bermasyarakat komunikasi sangat dibutuhkan untuk beraktivitas. Seseorang yang mempunyai kemampuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembangunan anak juga memiliki hak untuk ikut berpartisipasi dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan berbasis hak anak sebenarnya adalah suatu proses perubahan dari kondisi tertentu menjadi kondisi yang lebih baik dan lebih bermanfaat bagi kepentingan anak
Lebih terperinciBAB II METODE PENELITIAN. dikenal dengan nama PAR atau Participatory Action Risearch. Adapun
BAB II METODE PENELITIAN A. Metodologi Penelitian PAR a. Epistemologi Metode penelitian yang akan digunakan sebagai acuan penelitian di lapangan adalah riset aksi. Diantara nama-namanya, riset aksi sering
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. selain jumlah sangat besar (menurut BPS tidak kurang dari 43,6 juta j iwa atau
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Remaja adalah generasi masa depan bangsa yang akan menentukan hitam putihnya bangsa di kemudian hari. Hal ini dapat dipahami karena para remaja selain jumlah sangat
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. ini digunakan karena adanya realitas sosial mengenai perempuan yang menderita
BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian ini mengenai konsep diri pada perempuan penderita tumor jinak payudara, metode yang digunakan adalah kualitatif deskriptif. Metode
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORITIK
BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Proses Berpikir Berpikir selalu dihubungkan dengan permasalahan, baik masalah yang timbul saat ini, masa lampau dan mungkin masalah yang belum terjadi.
Lebih terperinciPENDEKATAN LAPANG Strategi Penelitian
PENDEKATAN LAPANG Strategi Penelitian Penelitian tentang karakteristik organisasi petani dalam tesis ini sebelumnya telah didahului oleh penelitian untuk menentukan klasifikasi organisasi petani yang ada
Lebih terperinciPRINSIP PARTISIPASI
PARTISIPASI DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA Kuliah Minggu ke-3 PRINSIP PARTISIPASI TINGKAT PARTISIPASI Partisipasi dalam pemberian informasi Partisipasi melalui konsultasi Partisipasi fungsional Partisipasi
Lebih terperinciSKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah.
PEMANFAATAN MEDIA GAMBAR BERSERI UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN NARASI PADA SISWA KELAS V SD NEGERI PILANGSARI 1 SRAGEN TAHUN AJARAN 2009/2010 (Penelitian Tindakan Kelas) SKRIPSI Untuk
Lebih terperincidesentralisasi pembangunan. Namun kenyataannya, masyarakat, desa dan perdesaan belum juga berkembang secara optimal. Padahal, perdesaan sebagai
LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN FASILITASI DAN PENGEMBANGAN PUSAT PERTUMBUHAN TERPADU ANTAR DESA (PPTAD) DALAM RANGKA PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN BERBASIS MASYARAKAT (PKPBM) TAHUN 2012 KEGIATAN Fasilitasi
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. komunikasi dalam HIMAG, (3) apa manfaat bergabung dengan HIMAG. Bab ini
BAB V KESIMPULAN Pada pemaparan dan pembahasan pada bab-bab sebelumnya, setidaknya ada tiga pertanyaan terkait pertanyaan besar tentang bagaimana cara HIMAG mewujudkan eksistensi identitas gay mereka di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kurikulum merupakan implementasi pemerintah dalam mencapai tujuan untuk mencerdaskan bangsa. Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Hasil Penelitian BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Partisipasi Komite Sekolah sebagai Pemberi Pertimbangan di Desa Terpencil di SDN 12 Bongomeme Kecamatan Bongomeme Kabupaten Gorontalo
Lebih terperinciINDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK
INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK Tugas : Melaksanakan urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah dan Tugas Pembantuan di bidang pemberdayaan perempuan
Lebih terperinci2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2008 tentang Wilayah Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 177, Tambahan Lembaran
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1170, 2015 BNPP. Garda Batas RI. Pembinaan. Pedoman. BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN NOMOR
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreatif penulis yang berisi potret kehidupan manusia yang dituangkan dalam bentuk tulisan, sehingga dapat dinikmati,
Lebih terperinciMETODE PARTISIPATIF DALAM PENELITIAN KOMUNITAS ELLYA SUSILOWATI
METODE PARTISIPATIF DALAM PENELITIAN KOMUNITAS ELLYA SUSILOWATI LATAR BELAKANG Evidence based practice intervensi pekerjaan sosial Menempatkan komunitas termarginalkan, powerless, sulit menyuarakan hak
Lebih terperinciPERANGKAT (TOOLS) DALAM COMMUNITY BASED TOURISM
PERANGKAT (TOOLS) DALAM COMMUNITY BASED TOURISM HELMI SURYA 24006305 PARTISIPASI Proses di mana berbagai stakeholder mempengaruhi dan berbagi kontrol atas berbagai inisiatif pembangunan Proses dengan pendekatan
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN Pada bagian ini akan diuraikan secara berturut-turut: simpulan, implikasi, dan saran A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, dapat
Lebih terperinciKEBIJAKAN DIREKTORAT KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA DAN TRADISI
KEBIJAKAN DIREKTORAT KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA DAN TRADISI Dra. Sri Hartini, MM Direktur Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Tradisi Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
14 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Benedict Anderson (2000) seorang Indonesianis yang diakui secara luas sebagai pakar sejarah Indonesia abad ke-20, mengungkapkan bahwa sejarah Indonesia adalah sejarah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Akses terhadap air bersih dan sanitasi telah diakui PBB sebagai hak asasi manusia melalui deklarasi dalam Sidang Umum PBB yang berlangsung pada akhir bulan Juli 2010.
Lebih terperinciDRAFT RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN
DRAFT RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN PUSAT PERANCANGAN UNDANG-UNDANG BADAN KEAHLIAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA 2016 RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. secara sadar dapat mengembangkan aspek potensial dalam dirinya terhadap. sehingga Allah meninggikan kedudukannya beberapa derajat.
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu upaya dalam memberdayakan suatu bangsa adalah melalui pendidikan. Sebagai ujung tombak perubahan, pendidikan mempunyai peranan untuk mengoptimasi
Lebih terperinciBAB V MEMBONGKAR YANG MEMBELENGGU. A. Pembentukan Kelembagaan Perempuan Buruh Tani
94 BAB V MEMBONGKAR YANG MEMBELENGGU A. Pembentukan Kelembagaan Perempuan Buruh Tani Gagasan demi gagasan dihimpun sesuai dengan kesepakatan yang diambil melalui Focus Group Discussion yang dilakukan berulang-ulang
Lebih terperinciBAB II KERANGKA PEMECAHAN MASALAH. A. Terjadinya Konflik Jalan Lingkungan Di Kelurahan Sukapada
BAB II KERANGKA PEMECAHAN MASALAH A. Terjadinya Konflik Jalan Lingkungan Di Kelurahan Sukapada Proses peralihan kepemilikan lahan kosong terjadi sejak akhir 2004 dan selesai pada tahun 2005, dan sejak
Lebih terperinciCOPING KAUM GAY DALAM PENYESUAIAN SOSIAL MASYARAKAT DI YOGYAKARTA
COPING KAUM GAY DALAM PENYESUAIAN SOSIAL MASYARAKAT DI YOGYAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S1 Psikologi Diajukan oleh : ANDRI SUCI LESTARININGRUM F 100
Lebih terperinciSTRATEGI SANITASI KOTA KAB. SIDENRENG RAPPANG
BAB 1 PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyebab utama buruknya kondisi sanitasi di Indonesia adalah lemahnya perencanaan pembangunan sanitasi: tidak terpadu, salah sasaran, tidak sesuai
Lebih terperinciPEMAHAMAN KONSEP DAN KOMUNIKASI MATEMATIK DENGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF CO-OP CO-OP
PEMAHAMAN KONSEP DAN KOMUNIKASI MATEMATIK DENGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF CO-OP CO-OP Mardiana Abstraksi Pembelajaran kooperatif Co-op Co-op. Model pembelajaran ini pada dasarnya menekankan pentingnya siswa
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab ini merupakan kesimpulan yang menjabarkan pernyataan singkat hasil temuan penelitian yang menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian. Kesimpulan penelitian akan dimulai
Lebih terperinciBAB VI PENUTUP. visi bersama mahasiswa yang menjadi cita-cita atau arah perubahan yang hendak
BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Orientasi gerakan mahasiswa pada hari ini dapat juga dikatakan sebagai visi bersama mahasiswa yang menjadi cita-cita atau arah perubahan yang hendak diwujudkan dalam sistem
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Reni Febriyenti, 2015
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menulis karangan merupakan kompetensi dasar yang harus dicapai pada pembelajaran Bahasa Indonesia kelas IV sekolah dasar. Terdapat beberapa kompetensi dasar yang memiliki
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Yayasan Srikandi Pasundan, didapatkan beberapa kesimpulan sebagai berikut:
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Yayasan Srikandi Pasundan, didapatkan beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Sebelum seseorang menjadi waria, atau ia
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2011 TENTANG PENGEMBANGAN KEWIRAUSAHAAN DAN KEPELOPORAN PEMUDA, SERTA PENYEDIAAN PRASARANA DAN SARANA KEPEMUDAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciEXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN HIBAH BERSAING. Oleh
EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN HIBAH BERSAING Pengembangan Model Pembelajaran Tematik Berorientasi Life Skills untuk Kelas Permulaan Sekolah Dasar Oleh Ketua Dr. Arju Muti'Ah, M.Pd NIDN:0012036007 Anggota
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI DAN PERANCANGAN KARYA
24 BAB III METODOLOGI DAN PERANCANGAN KARYA Pada bab 3 ini, menjelaskan tentang metode yang digunakan dan proses perancangan karya dalam proses pengolahan editing berita (pasca produksi) di LPP TVRI D.I.
Lebih terperinciBAB VI REFLEKSI PENDAMPINGAN BERBASIS ASET
BAB VI REFLEKSI PENDAMPINGAN BERBASIS ASET A. Kegunaan Teoritis Selama melakukan pendampingan di lapangan, banyak sekali pengalaman dan tantangan yang di dapat selama pendampingan agrowisata. Selama kegiatan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial, yaitu makhluk yang tidak dapat hidup sendiri
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial, yaitu makhluk yang tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Manusia memerlukan manusia lain untuk memenuhi segala kebutuhan
Lebih terperinciKerangka Acuan Call for Proposals : Voice Indonesia
Kerangka Acuan Call for Proposals 2016-2017: Voice Indonesia Kita berjanji bahwa tidak akan ada yang ditinggalkan [dalam perjalanan kolektif untuk mengakhiri kemiskinan dan ketidaksetaraan]. Kita akan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
21 BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini akan membahas metode penelitian yang digunakan. Metode yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Selain itu, akan dibahas pula desain penelitian,
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN AKSI PARTISIPATIF. Participatory Action Research (PAR). Metodologi tersebut dilakukan dengan
BAB III METODE PENELITIAN AKSI PARTISIPATIF A. Pendekatan Penelitian untuk Pemberdayaan Metode yang dipakai untuk pendampingan ini adalah metodologi Participatory Action Research (PAR). Metodologi tersebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penerima pesan atau yang biasa disebut dengan komunikan.manusia merupakan
1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Komunikasi merupakan sebuah proses penyampaian pesan dari komunikator dengan menggunakan berbagai media dan sarana sehingga dapat diterima oleh sang penerima pesan
Lebih terperinciPROSES KADERISASI DEWAN PIMPINAN CABANG (DPC) PARTAI AMANAT NASIONAL KOTA BANDAR LAMPUNG =====================================================
Lampiran PROSES KADERISASI DEWAN PIMPINAN CABANG (DPC) PARTAI AMANAT NASIONAL KOTA BANDAR LAMPUNG ===================================================== TRANSKRIP HASIL WAWANCARA 1. Apakah arti penting
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia memerlukan bahasa untuk dapat berkomunikasi dengan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia memerlukan bahasa untuk dapat berkomunikasi dengan sesama dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai alat komunikasi, bahasa memiliki empat keterampilan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masa sekarang menuju masa depan dengan nilai-nilai, visi, misi dan strategi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan sebuah institusi pendidikan yang menjadi wadah dan berlangsungya proses pendidikan, memiliki sistem yang komplek dan dinamis dalam perkembangan
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. hasil analisis serta penyajian data dapat ditarik kesimpulan. anggota organisasi dalam menyampaikan seluruh aspirasi atau
115 BAB V PENUTUP A. Simpulan Dari data serta hasil analisis yang diperoleh pada bab sebelumnya adalah untuk menjawab focus permasalahan yang berada pada pokok penelitian kali ini, yaitu komunikasi interpersonal
Lebih terperinciBAB 3 METODE PENELITIAN. Penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan
BAB 3 METODE PENELITIAN Penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas (Rahmawati, 2009:32). Metode penelitian tindakan
Lebih terperinciIMPLEMENTASI STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
NASKAH PUBLIKASI IMPLEMENTASI STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (Studi Kasus Guru-guru PKn SMP Negeri Sekecamatan Sidoharjo Kabupaten Sragen) Oleh : KARTIKA MEGA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan erat kaitannya dengan proses belajar mengajar. Seperti di sekolah tempat pelaksanaan pendidikan, peserta didik dan pendidik saling melaksanakan pembelajaran
Lebih terperinciPERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR 75 TAHUN 2016
PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR 75 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS KEPENDUDUKAN, PENCATATAN SIPIL, PENGENDALIAN PENDUDUK DAN KELUARGA BERENCANA
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil analisis penerapan model pembelajaran mind mapping dengan gambar seri untuk meningkatkan hasil belajar IPS pada siswa kelas V SD Negeri
Lebih terperinciA. Konsep. Dapat menarik perhatian khalayak Bisa digunakan untuk diskusi kelompok maupun pleno Bisa dipasang (berdiri sendiri)
POSTER A. Konsep POSTER Pengertian Poster adalah media gambar yang memiliki sifat persuasif tinggi karena menampilkan suatupersoalan (tema) yang menimbulkan perasaan kuat terhadap khalayak. Yang terpenting
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan ini, kita dituntut untuk menjalani aktifitas hidup yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan ini, kita dituntut untuk menjalani aktifitas hidup yang normal. Hal ini dilakukan, agar kita dapat diterima dalam masyarakat disekitar. Salah
Lebih terperinciANGGARAN RUMAH TANGGA KOMNAS PEREMPUAN PENGESAHAN: 25 MARET 2014
ANGGARAN RUMAH TANGGA KOMNAS PEREMPUAN PENGESAHAN: 25 MARET 2014 BAB I STRUKTUR ORGANISASI Pasal 1 Komisi Paripurna (1) Komisi Paripurna dipimpin oleh seorang Ketua dan 2 (dua) orang Wakil Ketua. (2) Sidang
Lebih terperinci